SIFAT, PERILAKU DAN PANDANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT YANG MULTIKULTURAL. Sumartono UPS Tegal
|
|
- Susanti Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 SIFAT, PERILAKU DAN PANDANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT YANG MULTIKULTURAL Sumartono UPS Tegal Abstract: Sebagai salah satu komunitas yang tergolong cukup besar di negri ini, masyarakat Jawa memiliki beragam keunikan yang nampaknya sangat menarik untuk dikaji. Dengan didasarkan pada pertimbangan tersebut, yang juga didukung oleh asal usul penulis itu sendiri yang notabene adalah orang Jawa Asli, penulis mencoba untuk memaparkan sebuah tinjauan terhadap keunikan sifat, sikap perilaku dan cara pandang masyarakat Jawa pada umumnya dalam kehidupan bermasyarakat yang multikultural. Keberagaman budaya membawa sebuah dampak yang cukup signifikan dalam mempengaruhi sudut dan cara pandang mereka terhadap berbagai hal dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah munculnya heterogenitas agama, bahkan lebih unik lagi terkadang terjadi andanya perpaduan lintas agama sebagai dampak dari terjadinya proses baik asimilasi, akulturasi budaya maupun perkembangan jaman. Di bagian akhir dari paper ini, penulis menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa mencoba untuk merubah berbagai fenomena sifat, sikap serta cara pandang terhadap kehidupan yang negatif ke arah yang lebih baik dalam rangka mencari sebuah kebenaran yang hakiki. Kata kunci : Kehidupan bermasyarakat multikultural, heterogenitas agama, asimilasi, akulturasi, kebenaran hakiki.. 1. Pendahuluan Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam keunikannya, baik dalam hal budaya, sikap, perilaku sehari-harinya, yang mana dalam keberagamannya, mereka tetap selalu berpegang teguh pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. sebenaryna berbagai penelitian dan pemaparan tentang suku jawa sudah banyak dilakukan baik oleh para peneliti kita sendiri maupun orang asing. Pada umumnya mereka berkesimpulan bahwa ciri khas orang jawa adalah kelambanannya dalam bertindak, suka mengelompok, kecil kecenderungannya untuk cepat naik darah, tinggi hatinya terlalu besar, cepat mudah tersinggung bila tidak diperlakukan sesuai dengan kedudukannya, dan berfalsafah Mangan ora mangan asal kumpul yang berarti makan atau tidak bukan suatu masalah, yang penting bisa selalu bersama-sama. Kebanyakan orang jawa berbudaya satu. Meraka berpikiran dan berperasaan seperti nenek moyang mereka di Jawa Tengah dengan kota-kota besar seperti Yogyakarta dan Solo sebagai pusat-pusat kebudayaan, baik mereka yang masih tinggal di pulau Jawa maupun mereka yang sudah menjadi warga negara Suriname ataupun mereka yang telah menemukan tempat tinggal baru di daerah-daerah transmigrasi di luar pulau Jawa, mereka tetap berkiblat ke kedua kota tersebut dalam menghayati hidup mereka. Mereka inilah yang mewakili manusia Jawa dengan ciri-ciri kelambanannya
3 yang begitu khas dan yang sering dianggap tak sesuai lagi dengan kehidupan masa kini yang lebih banyak menuntut kecepatan dalam berpikir dan berbuat, sedangkan orang Jawa pada umumnya karena mengutamakan kebahagiaan dan keselarasan kurang menyukai ketergesaan dalam hidup. Mengingat sudah begitu kompleksnya kondisi masyarakat Jawa pada saat sekarang ini, sebagai akibat dari proses, baik asimilasi, akulturasi budaya, maupun perkembangan jaman, dalam makalah ini penulis memberikan batasan pada kajian secara khusus terhadap masyarakat Jawa asli, sebelum terjadi perubahan-perubahan sebagai akibat dari terjadinya ketiga proses tersebut di atas. 2. Sikap Feodalistik Masyarakat Jawa Sikap feodalistik yang ada dalam masyarakat Jawa berawal dari corak kehidupan masyarakat kota Yogyakarta dan Solo sebagai ibukota kerajaan dari Ngayogyokarto Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat. Feodalisme tak lain adalah suatu sikap mental (mental attitude) terrhadap sesama dengan sikap khusus karena adanya perbedaan dalam usia atau kedudukan. Dalam hal ini budaya dan bahasa Jawa telah terpola dengan sangat terperinci. Dalam hal bahasa yaitu adanya adanya perbedaan sikap dan tutur kata yang dipergunakan karena adanya perbedaan usia dan juga status sosial mereka. Sebagai contoh, dalam menghadapi seseorang yang berusia lebih tua, orang Jawa menggunakan kata-kata yang berlainan dengan apabila ia menghadapi seseorang yang lebih muda atau sebaya. Dalam hal perbedaaan tingkat status sosial, orang Jawa juga cenderung menggunakan kata-kata yang berbeda. Sebagai contoh, bahasa seorang bupati pada saat berbicara dengan lurah akan berbeda dengan bahasa seorang lurah ketika berbicara dengan bupati.. Pak Bupati akan menggunakan bahasa ngoko, sedangkan pak lurah akan menggunakan bahasa halus atau dikalangan orang Jawa disebut sebagai bahasa kromo inggil. Dalam hal perilaku, terdapat juga perbedaan yang juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan, baik usia maupun status sosial. Sebagai contoh, didalam sebuah ruangan yang penuh sesak, apabila mau lewat dan kebetulan disitu duduk pamannya atau kepala kantornya, Orang Jawa tak akan berani berjalan biasa. Ia otomatis akan membungkukkan badannya seraya memberi salam hormat dan tersenyum sambil mengisyaratkan dengan tangan kanannya bahwa ia akan berlalu. Secara mental ia akan terbebani dengan tradisi dan tata gaul yang sudah terpola dan terwarisi, sementara ia tidak bisa dan tidak berani membebaskan diri darinya. Beban ini bisa terasa lebih berat lagi dalam hubungan pekerjaan. Dihadapan atasan, hampir tak pernah seorang bawahan Jawa mau mangatakan tidak dan selalu menyatakan penolakannya secara halus dengan senyum di bibir dengan maksud supaya tidak mengecewakan dan menyakiti pihak yang ditolak tawaran atau permintaannya, sehingga terkadang jawaban ya akan bisa juga berarti tidak. Bahkan kepastian jawaban terkadang memakan waktu yang relatif agak lama. Dilaksanakannya perintah berarti ya dan sebaliknya tidak dilaksanakannya perintah berarti tidak. Sikap untuk selalu membuat senang atasannya ini bahkan terkadang dianggap sebagai sebuah kemahiran seseorang dalam tata gaul, khususnya pada masa dulu. Bahkan orang Jawa sampai mengenal sebuah ungkapan yang konon dari seorang pujangga besar Ronggowarsito, yang berbunyi Sing sopo ngerti ing
4 panuju, prasasat pagere wesi yang berarti bahwa barangsiapa yang tahu bagaimana menuju dan mengikuti hati seseorang, niscaya ia akan terhindar dari berbagai masalah. Dari realita sikap feodalistik tersebut, salah satu kelemahan yang muncul adalah bahwa dalam suasana kerja akan sukar untuk membuahkan suatu hasil yang positif, sebab tak pernah diketahui dengan pasti situasi yang sebenarnya mengenai suatu proyek atau usaha. Hal ini merupakan pola bekerja orang Jawa yang sudah ratusan tahun lamanya dan yang kelihatannya sukar diberantas dan diperbaharui dengan sistem kerja yang lebih rasional berdasarkan suatu usaha yang sedang dilakukan. Mentalitas feodal semacam itu jelas bisa menjadi penghalang bagi kelancaran sebuah proyek atau usaha apapun yang dilakukan di dalam masyarakat Jawa. 3. Sikap Keagamaan Masyarakat Jawa Sikap kegamaan kebanyakan masyarakat Jawa bisa diartikan nominal, dalam arti bahwa mereka tidak saleh sepenuhnya, dengan mengecualikan mereka yang benarbenar beriman. Bila para muslim dan muslimat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, biasanya berkelompok di sekitar kauman yang terdapat disekeliling masjid, maka orang-orang protestan maupun khatolik berkelompok sebagai jamaah dalam sebuah organisasi yang berhubungan dengan gereja masing-masing. Selain ajaran mengenai kelakuan baik, pada jaman dulu, seorang warga masyarakat Jawa yang diberikan oleh orang tua berdasarkan Serat Wedhatama dan Serat Wulung Reh, tak jarang bagi manusia Jawa khususnya yang belum bisa memahami dan menjalankan syari at agama secara baik, ngangsu kawruh (menimba ilmu) pada seorang guru kebhatinan, yang dalam banyak hal lebih banyak dikunjungi orang karena kecakapannya sebagai dukun yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit daripada karena ajaran-ajarannya mengenai kautamaning urip (keutamaan hidup), sehingga mereka condong untuk menilai kemampuan seorang guru sebagai penyembuh penyakit atau pemberi ajimat ketimbang sebagai penyampai piwulang-piwulang (ajaran hidup). Dalam kenyataannya, sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke Indonesia, telah terlebih dahulu masuk ajaran lain seperti Hindu dan Budha, sehingga bisa dimengerti kalau masyarakat Jawa telah tergarap terlebih dahulu oleh agama-agama tersebut sebelum mereka mengenal agama Islam dan Kristen. Hal ini menyebabkan terpengaruhnya alam pemikiran dan perasaan mereka, sehingga setelah berkonversi ke agama Islam dan Kristen, mereka masih berpikir sebagai orang Hindu atau Budha dengan tetap melaksanakan berbagai upacara yang hingga kini pun masih jelas sedikit bercampur dengan sejumlah tata cara yang berbau takhayul daripada tatacara yang bisa didekati secara rasional. Khususnya di Jawa Tengah, banyak orang berspekulasi tentang hubungan antara hamba dan Tuhan. Bisa dimengerti juga adanya hal itu bila diubungkan dengan peralihan di bagian pulau Jawa ini dari agama Hindu serta Budha ke agama Islam dengan mubaligh-mubaligh sebagai penyebar luas agama, yang dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo yang hingga kinipun masih cukup mendapat perhatian masyarakat Jawa untuk menghormat tokoh-tokoh pembawa ajaran agama Isla tersebut ke pulau Jawa. Mereka adalah: 1. Maulana Malik Ibrahim 2. Sunan Ampel 4. Sunan Giri 5. Sunan Drajat 7. Sunan Kudus 8. Sunan Muria
5 3. Sunan Bonang 6. Sunan Kalijaga 9. Sunan Gunung Jati Begitu dihormatinya kesembiln Wali tersebut didalam masyarakat Jawa, hingga kinipun orang datang berziarah ke makam-makam mereka sebagai bentuk rasa hormat dan percaya akan ajarannya. Selain itu, tak kalah pula rasa antipati masyarakat Jawa kepada seorang tokoh yang dianggap murtad dan membahayakan Islam. Tokoh tersebutr adalah syekh Siti Jenar dengan ajaran pantheistiknya dengan berkata bahwa Saya inilah Tuhan. Kegemaran masyarakat Jawa untuk mawas diri yang tak lain adalah introspeksi mengenai kekurangan-kekurangannya sebagai makhluk di dunia hingga menjadikan ia manusia ragu-ragu yang tak pernah dengan perasaan pasti bisa menghadapi kenyataan hidup yang selalu penuh dengan persoalan. Ia selalu merasa kecil karena prinsipnya bahwa nasib adalah ditentukan oleh Tuhan. Pada dasarnya sikap hidup manusia Jawapun cenderung bersifat fatalistic oleh karena merasa terbatasi dalam kemampuannya untuk berbuat, yang pada akhirnya kurang bisa memiliki daya dobrak dan mudah sampai pada tahap kompromostik. Secara umum, pandangan keagamaan masyarakat Jawa sangat tergantung pada agama yang dinutnya, dan bisa pula merupakan perpaduan lintas agama, sehingga mereka tak bisa dengan serta merta memperlihatkan diri dalam segala kemurniannyaoleh karena adanya pengaruh dari tatacara agama pendahulunya. 4. Masyarakat Jawa dalam Perubahan Dengan berpegang teguh pada suatu prinsip bahwa di dunia ini tak akan pernah ada yang abadi, tetap sama dan tak berubah, maka masyarakat Jawa juga menginginkan adanya perubahan ke arah yang diyakini lebih baik dari sebelumnya, baik dalam hal sifat, sikap perilaku maupun keyakinan akan sebuah kebenaran. Dalam hal keyakinan misalnya, pada saat itu keyakinan akan suatu kebenaran sepenuhnya berpegang pada ajaran serta petuah bijak yang terdapat di dalam Serat Wulang Reh dan Serat Wedhatama sebagai pegangan dalam hidup bermoral didalam kehidupan masyarakat tradisional Jawa yang kala itu masih sangat sederhana dan belum memperlihatkan hubungan-hubungan serta persoalan-persoalan antar manusia kompleks seperti yang terdapat didalam kehidupan masyarakat modern dan yang tak pernah terpecahkan lagi secara sederhana dengan berembuk secara santai, melainkan dengan pertukaran pendapat berdasarkan kemahiran bernalar dan ketrampilan beranalisa hingga melalui perdebatan perdebatan yang pada akhirnya akan lahirlah sebuah kebenaran yang dicari,yakni sebuah kebeanaran yang bisa terakui oleh berbagai pihak yang pada akhirnya akan membawa penyelesaian terhadap berbagai persoalan yang ada. Sebuah kenyataan mengenai tersebarluasnya kebudayaan Jawa ternyata tidak sepenuhnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan, khususnya bagi orang-orang non-jawa yang berpandangan bahwa hal itu sebagai sebuah proses Jawanisasi. Sebuah sinyalemen yang sekilas terkesan kurang enak untuk didengar oleh telinga orang Indonesia secara luas, yang mana mereka sedang berusaha keras untuk mendapatkan identitas nasionalnya. Sebaliknya, secara tidak langsung hal iitu juga dirasakan sebagai sebuah pujian bagi masyarakat Jawa yang kendatipun tak berperan secara dominan lagi didalam kancah perkembangan kebudayaan nasional yang dikuasai sepenuhnya oleh kebudayaan Indonesia tampaknya masih cukup disegani juga di
6 kancah budaya nasional. Proses Jawanisasi itu sendiri nampaknya bukanlah suatu masalah dan hanyalah sebuah gajala yang mungkin karena termanifestasi secara meluas didalam cara berpikir dan cara berbuat manusia Indonesia hingga menyebabkan gejala itu disinyalir sebagai sesuatu yang memprihatinkan. Salah satu falsafah Jawa bijak dulu yang hingga kini belum juga kehilangan daya tariknya yaitu supaya di dalam kehidupan hendaknya banyak melakukan sikap mengalah untuk meraih sebuah kemenangan. Meraka berseloroh Wong ngalah iku luhur wekasane (Orang mengalah pada akhirnya akan unggul). Sekilas nampaknya hal itu merupakan cara pandang yang spekulatif, namun hal itu sebenarnya bermakna cukup luas untuk mengajarkan kepada kita semua untuk tidak berpikir secara egois dan mau menang sendiri, sekalipun orang selama ini telah berusaha untuk berpikir secara logis didalam kehidupan tradisional yang sedang mengarah untuk menjadi modern. Falsafah ini juga sekaligus sebagai tandingan dan langkah pembenaran terhadap sebuah falsafah negatif orang Jawa yang berbunyi Wong jujur iku ajur (orang jujur akan hancur). 5. Kesimpulan Berbagai keunikan yang terjadi dalam sebuah komunitas, baik dalam hal sifat, sikap, perilaku maupun cara pandang merupakan sebuah realita yang tak bisa dipungkiri lagi dalam kehidupan manusia yang mana keunikan-keunikan tersebut merupakan sebuah corak yang membedakan antara komunitas yang satu dengan yang lainnya. Masyarakat Jawa misalnya, merupakan sebuah komunitas yang secara geografis dan historis berasal dari suku Jawa asli yang menempati sebagian besar pulau Jawa, memiliki berbagai keunikan baik dalam hal sifat, sikap, perilaku maupun cara pandang terhadap berbagai aspek kehidupan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka, yang membedakan dengan komunitas lainnya. Dalam hal sifat, masyarakat Jawa pada umumnya mempunyai sifat yang halus dan agak lamban dalam bertindak, memiliki sikap feodalistik yang andap asor (merendahkan diri) baik dalam bertutur kata, maupun berperilaku terhadap orang lain dengan mempertimbangkan usia dan status sosial sebagai suatu bentuk penghormatan. Dalam hal cara pandang terhadap agama, Sebagai bentuk hubungan dengan Tuhan, terjadi sebuah heterogenitas kepercayaan, Yaitu Islam, Kristen, Hindu dan budha, bahkan terjadi sebuah proses perpaduan sebagai akibat dari adanya saling pengaruh antar agama tersebut. Nampaknya harus diakui pula bahwa masyarakat Jawa hanyalah merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia yang harus memupuk rasa persatuan dalam membentuk sebuah identitas nasional yang akan berdampak terhadap terhambatnya proses perkembangan identitas masyarakat Jawa itu sendiri, yang pada akhirnya lambat laun akan menimbulkan berbagai perubahan pada masyarakat Jawa baik dalam hal bersikap, berperilaku maupun memandang akan sebuah makna kebenaran. Referensi: Asmoro Achmadi, Drs, Filsafat umum, Fajar interpratama offset, Jakarta Hardjowirogo, Marbangun, Drs. Manusia Jawa. Inti Idayu Press, Jakarta, Solichin, Salam, Sekitar Walisongo. Penerbit Menara, Kudus, 1960.
BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan
Lebih terperinciTEKNIK KOMUNIKASI KUNCI KESUKSESAN
TEKNIK KOMUNIKASI Saifoe El Unas KUNCI KESUKSESAN Apa faktor penting kesuksesan? Dari berbagai survey, 85% dari kesuksesan berkaitan langsung dengan: Kemampuan berkomunikasi, dan Ketrampilan membina hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waham kebesaran Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial dan budaya.
Lebih terperinciPERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG
PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati Oleh Silma Ariyani (1504026064) FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.
1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini masih sulit memastikan kapan masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini dikarenakan masih adanya perbedaan pendapat di antara para ahli sejarah.
Lebih terperinciBAB II DESA SENDANGDUWUR. Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5
BAB II DESA SENDANGDUWUR A. Letak Geografis desa Sendangduwur Desa Sendangduwur ini merupakan salah satu Desa yang terletak di Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peribahasa Jawa cukup banyak jumlahnya dan beraneka ragam isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ajaran moral yang cukup tinggi terkandung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan
Lebih terperinciISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan oleh : UTTY RAKASIWI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden.
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengantar urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA
PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam budaya, suku bangsa, dan agama.
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciNILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA
NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur
BAB IV ANALISIS Dari hasil penelitian pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fenomena kekerabatan manusia dengan buaya di Kelurahan Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting
Lebih terperinciKURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012
KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an
BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciSTUDENT EXCURSI Kab.Lamongan Oktober 2012 UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERBEDAAN ITU INDAH : Artikel Ilmiah Populer untuk siapa saja yang bahagia akan perbedaan budaya, agama, maupun ras Oleh: Nama : FRIDA PUTRI NUR ISLAMI NIM / Fakultas : 051211131073/ Farmasi Anggota Kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dari budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru perilaku orang tua. Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing, mengawasi, mengarahkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dakwah Islam di Pulau Jawa mengalami proses yang cukup unik dan berliku-liku. Hal ini disebabkan karena kekuatan tradisi budaya dan sastra Hindu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,
BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Uraian secara rinci dipaparkan sebagai berikut ini. A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, masing-masing memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan satuan yang terkecil dalam masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang besar dalam membentuk sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis
Lebih terperinciPaham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan
PERTEMUAN KE 2 1 Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan diimani oleh semua manusia, yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Masingmasing kitab
Lebih terperinciBAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA PENGAJARAN BAHASA ARAB MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA
BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA PENGAJARAN BAHASA ARAB MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA Seiring perkembangan dan kemajuan pada bidang bahasa dalam dunia pendidikan menjadikan suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciMENUMBUHKAN RASA SOLIDARITAS ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM KONTEKS SOSIAL TERBUKA. Disusun Oleh: Universitas Airlangga 2012/2013
MENUMBUHKAN RASA SOLIDARITAS ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM KONTEKS SOSIAL TERBUKA Disusun Oleh: Nama : Otto S.M. Silaen NIM : 061211132117 Fakultas/Prodi : FKH/Pend. Dokter Hewan Universitas Airlangga 2012/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap yang buruk berupa ungkapan vulgar serta mudah tersulut emosi, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, melihat fenomena yang terjadi nampaknya perilaku generasi muda mengalami dekadensi nilai yang seharusnya dijunjung tinggi, terlihat dari sikap yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat primitif merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Masyarakat primitif biasanya masih menjaga tradisi peninggalan
Lebih terperinciBAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA. A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu
54 BAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu Dalam suatu aktivitas budaya pasti melibatkan elemen masyarakat, dimana dalam lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para muballigh yang telah berhasil menyebarluaskan agama Islam di Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga telah berhasil mengislamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinci1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia
1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari selain Bahasa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari selain Bahasa Indonesia adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku bangsa Jawa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciDinamika sosial budaya Indonesia dalam pembangunan
Dinamika sosial budaya Indonesia dalam pembangunan Oleh ; Adiyana Slamet, S.IP., M.Si 2010 Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-5-6 Landasan Pemikiran Sistem sosial budaya
Lebih terperinci(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b)
(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b) Kita tidak diminta Tuhan Yesus datang ke gereja dengan konsep 4 D. Apa maksudnya? 4 D itu adalah Datang, Duduk, Diam, Dengar, tetapi kita perlu 4 P, apa itu? Pikirkan baik-baik,
Lebih terperinci2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari kepribadian yang sebenarnya. 1 Perilaku manusia dapat dikatakan sebagai perwujudan dari kepribadiannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini, pergaulan manusia tidak dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang lingkupnya kecil dan
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK
A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinci5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)
Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinci