BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
|
|
- Ratna Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nanoteknologi menjadi hal menarik untuk dipelajari karena peran dan fungsinya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Secara umum nanoteknologi dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan (desain), pembuatan dan aplikasi struktur atau material yang berdimensi nanometer. Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah dan Khairurijjal, 2009). Jadi nanoteknologi tidak hanya sebatas bagaimana cara menghasilkan material atau partikel yang berukuran nanometer, melainkan memiliki pengertian yang lebih luas termasuk bagaimana cara memproduksi serta mengetahui kegunaan dan sifat yang muncul dari material nano yang telah dihasilkan. Penelitian di bidang nanoteknologi telah menciptakan produk-produk baru dengan kinerja yang lebih baik. Hal ini mengarahkan penelitian kimia untuk melakukan sintesis material berukuran nano atau sering disebut nanopartikel. Di antara nanopartikel yang telah dipelajari, nanopartikel perak telah banyak menjadi fokus dari penelitian karena memiliki potensi aplikasi yang besar dalam berbagai sektor kehidupan dan industri. Nanopartikel perak menjadi topik yang cepat berkembang dan berkontribusi dalam meningkatkan jumlah publikasi ilmiah yang membahas terkait pengembangan teknik preparasi koloid nanopartikel perak dan karakter nanopartikel yang dihasilkan (El-Kheshen dan El-Rab, 2012). Nanopartikel perak memiliki sifat yang unik dan berbeda dengan logamnya (bulk metal) ditinjau dari ukuran dan luas permukaannya sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang optik, katalisis, dan bidang lainnya (Hsu dan Wu, 2011). Selain itu, nanopartikel perak juga dapat digunakan sebagai biosensor, deteksi biomolekular, diagnostik, dan antimikroba karena nanopartikel perak bersifat ramah lingkungan (Hussain dkk., 2011). Berbagai manfaat dari nanopartikel perak menyebabkan para peneliti menyelidiki metode sintesis dan spesi kimia yang tepat untuk menghasilkan karakter nanopartikel yang aplikatif. 1
2 2 Sintesis nanopartikel perak dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode elektrokimia (Liu dkk., 2001), radiolisis (Soroushian dkk., 2005), fotokimia (Li dkk., 2005), proses dengan miscell (Xie dkk., 2006), sintesis solvotermal (Alagumuthu dan Kirubha, 2006), dan reduksi kimia (Guzman dkk., 2009). Masing-masing metode menghasilkan karakter fisik nanopartikel perak yang berbeda. Sintesis nanopartikel perak yang paling sering digunakan yaitu metode reduksi kimia garam perak dengan larutan perak nitrat sebagai prekursor. Metode ini dipilih karena relatif mudah dilakukan, dapat dilakukan dalam skala besar, hemat energi, dan memungkinkan banyak improvisasi pada reduktor yang digunakan untuk menghasilkan nanopartikel dengan ukuran dan distribusi ukuran yang kecil serta stabilitas yang tinggi. Metode reduksi kimia dilakukan dengan mereaksikan suatu spesi kimia yang dapat mereduksi ion perak yang bermuatan positif menjadi atom perak. Terbentuknya nanopartikel perak ditandai dengan munculnya Surface Plasmon Resonance (SPR) pada daerah nm (Al- Thabaiti dkk., 2008), tergantung dari karakter fisik nanopartikel perak yang berupa morfologi, ukuran, dan distribusi ukuran. Vanýsek (2010) menyatakan bahwa harga potensial reduksi dari ion perak (E º Ag + / 0 Ag ) adalah +0,7996 V. Hal ini membuat ion perak(i) mudah untuk direduksi oleh berbagai senyawa organik maupun senyawa anorganik. Berbagai jenis reduktor dengan gugus aktif yang berbeda telah berhasil mereduksi ion perak(i) dan dilibatkan untuk menyelidiki morfologi, ukuran, dan stabilitas nanopartikel perak, di antaranya natrium borohidrat (Solomon dkk., 2007), hidrazin hidrat (Guzman dkk., 2009), natrium sitrat (Šileikaitė dkk., 2009), anilin (Hussain dkk., 2011), asam aspartat (Rafey dkk., 2011), ekstrak tanaman Ipomoea carnea (Ganaie dkk., 2014) dan masih banyak reduktor yang lain. Dalam sintesis nanopartikel perak dengan metode reduksi kimia, spesi kimia yang memiliki rantai tiol, amina, hidroksi, dan karboksil dapat digunakan sebagai reduktor ion perak(i) (Hsu dkk., 2011). Reduktor yang telah dilaporkan oleh peneliti dalam jurnal ilmiah, sebagian besar mengandung gugus fungsi karboksilat, seperti natrium sitrat (Šileikaitė dkk., 2009, Udapudi dkk., 2012, Ristian, 2013, Ariyanta dkk., 2014), sistein (Khan dan
3 3 Thalib, 2010), asam aspartat (Raffey dkk., 2011), asam tiosalisilat (Hsu dkk., 2011). Gugus fungsi karboksilat banyak digunakan karena stabilitas-resonansi anion karboksilatnya, sehingga menyediakan pasangan elektron yang dapat digunakan untuk menstabilkan nanopartikel perak. Stabilitas anion karboksilat bertambah pada bentuk aromatiknya yang berupa asam benzoat. Kemampuan gugus fungsi karboksilat pada asam benzoat dalam menstabilkan nanopartikel perak dipengaruhi oleh gugus-gugus fungsi lain yang juga terdapat pada molekul asam benzoat (Khan dan Thalib, 2010). Adanya gugus fungsi lain dan perbedaan posisinya pada senyawa karboksilat juga mempengaruhi potensial reduksi dari molekul reduktor. Hussain dkk. (2011) menyatakan bahwa dalam metode reduksi kimia, potensial reduksi dari reduktor merupakan faktor penting dalam mengontrol karakter fisik nanopartikel perak. Kemampuan reduksi dari senyawa reduktor ditentukan oleh reaktivitas gugus aktif reduktor dalam mendonorkan elektron untuk ion perak(i). Secara umum, senyawa reduktor kuat akan memiliki reaktivitas yang lebih besar dalam mereduksi ion perak(i) menjadi atom perak. Reaktivitas reduktor juga berkaitan dengan konsentrasi minimum reaktan yang harus ditambahkan untuk menghasilkan respon analitik pada suatu pengukuran dengan instrumen. Konsentrasi minimum reaktan ini yang disebut dengan batas deteksi (Limit of Detection, LOD). Semakin kecil harga LOD maka sensitivitas reduktor tersebut semakin besar. Selain ditinjau dari faktor kinetika, faktor termodinamika juga perlu diperhitungkan dalam menghasilkan nanopartikel perak yang stabil. Stabilitas nanopartikel dapat dihasilkan dengan upaya meminimalkan terjadinya agregasi nanopartikel. Secara alamiah, nanopartikel perak yang terbentuk akan cenderung bergabung dengan nanopartikel yang lain karena adanya gaya van der Waals. Gejala ini akan menjadikan nanopartikel perak memiliki ukuran dan distribusi ukuran yang besar. Hal ini tidak diharapkan oleh para pengguna nanopartikel perak dalam bidang industri. Selain jenis reduktor, ukuran dan stabilitas nanopartikel perak juga dipengaruhi oleh ph sistem. Nanopartikel perak tidak stabil pada sistem dengan
4 4 [H + ] lebih dari 1, mol L -1 sehingga kontrol ph menjadi hal yang penting dalam sintesis nanopartikel perak (Hussain dkk., 2011). Ahmad dkk. (2010) menambahkan NaOH ke dalam sistem untuk meningkatkan reaktivitas reduktor dalam mereduksi ion perak(i). Meskipun demikian, kenaikan ph tidak selalu berbanding lurus dengan reaktivitas reduktor, ukuran dan stabilitas nanopartikel perak. ph sistem yang terlalu basa akan memicu terjadinya agregasi nanopartikel perak (Susilowati dkk., 2015). Meskipun telah banyak jenis reduktor yang dilaporkan berhasil dalam mereduksi ion perak(i), tetapi masih sedikit informasi terkait hubungan antara posisi gugus fungsional sebagai gugus aktif pereduksi ion perak(i) pada reduktor terhadap karakter fisik yang berupa morfologi, ukuran, distribusi ukuran dan stabilitas nanopartikel perak yang dihasilkan. Perbedaan jenis, posisi dan jumlah gugus fungsional dari reduktor mempengaruhi ph optimum dalam kontrol ukuran dan stabilitas nanopartikel perak. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel perak dengan menggunakan reduktor beberapa senyawa turunan asam benzoat yang berupa asam orto hidroksibenzoat, asam para hidroksibenzoat dan asam galat. Ketiga reduktor tersebut memiliki gugus karboksilat dan gugus hidroksi dengan posisi berbeda dalam suatu cincin aromatis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh posisi gugus fungsi hidroksi pada asam benzoat, ph sistem dan konsentrasi prekursor terhadap morfologi, ukuran, distribusi ukuran, dan stabilitas nanopartikel perak. I.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi asam orto hidroksibenzoat, asam para hidroksibenzoat dan asam galat sebagai reduktor dalam sintesis nanopartikel perak? 2. Bagaimana pengaruh ph sistem terhadap kemampuan asam orto hidroksibenzoat, asam para hidroksibenzoat dan asam galat untuk mereduksi ion perak(i)?
5 5 3. Bagaimana pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap sensitivitas, batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ) masing-masing reduktor dalam sintesis nanopartikel perak? 4. Bagaimana pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap morfologi, ukuran dan distribusi ukuran nanopartikel perak? 5. Bagaimana pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap stabilitas nanopartikel perak? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui potensi asam orto hidroksibenzoat, asam para hidroksibenzoat dan asam galat sebagai reduktor dalam sintesis nanopartikel perak. 2. Mengetahui pengaruh ph sistem terhadap kemampuan asam orto hidroksibenzoat, asam para hidroksibenzoat dan asam galat untuk mereduksi ion perak(i). 3. Mengetahui pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap sensitivitas, LOD dan LOQ masingmasing reduktor dalam sintesis nanopartikel perak. 4. Mengetahui pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap morfologi, ukuran dan distribusi ukuran nanopartikel perak. 5. Mengetahui pengaruh posisi gugus hidroksi pada senyawa turunan asam benzoat sebagai reduktor terhadap stabilitas nanopartikel perak. I.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini meliputi: 1. Memberikan informasi tentang pengaruh posisi gugus fungsi hidroksi terhadap kemampuan senyawa asam benzoat dalam mereduksi ion perak(i) menjadi nanopartikel perak.
6 6 2. Memberikan informasi tentang pengaruh jenis reduktor terhadap karakter fisik nanopartikel perak yang terbentuk. 3. Memberikan prediksi reaktivitas reduktor dalam sintesis nanopartikel perak dengan metode reduksi kimia berdasarkan posisi dan sifat gugus fungsional yang terlibat.
BAB I PENDAHULUAN I.1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kajian kimia material dalam bidang penelitian kimia mengalami perkembangan yang ekstensif. Kombinasi antara beberapa jenis material yang berbeda dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan sebuah penemuan baru di bidang ilmu penelitian, khususnya penelitian bidang bioteknologi (Natarajan, et al., 2010). Penelitian di bidang nanoteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian film antibakteri menarik dilakukan berkaitan dengan semakin banyaknya kebutuhan bagi industri makanan sebagai pengemas makanan ataupun dunia medis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Logam emas telah dimanfaatkan secara luas sebagai salah satu komponen dalam peralatan listrik maupun elektronik seperti telepon selular, komputer, radio dan televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, peran nanoteknologi begitu penting dalam perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, peran nanoteknologi begitu penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA
KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Inti Menguasai karakteristik pe didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PEDAHULUA I.1 Latar Belakang Monitoring zat kimia berbahaya dalam lingkungan sangat penting dilakukan mengingat bahaya dari zat kimia sangat merugikan bagi kesehatan. Kandungan zat kimia di dalam
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA
KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Menguasai karakteristik peserta Mengidentifikasi kesulitan belajar didik dari aspek fisik, moral, peserta didik dalam mata pelajaran spiritual,
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri adalah salah satu teknik analisis yang sering digunakan di bidang kimia analitik. Pada teknik ini, arus dari elektroda kerja diukur sebagai fungsi
Lebih terperinciKesetimbangan Kimia. Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi
Kesetimbangan Kimia Kimia Dasar 2 Sukisman Purtadi Keadaan Setimbang dan tetapan Kesetimbangan Kesetimbangan dinamis dan statis Syarat kesetimbangan Tetapan kesetimbangan dan peranannya Q dan K Nilai Q
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri pada berbagai bidang aplikasi seperti pengawasan produk makanan, pertanian, dan medis membutuhkan perangkat yang dapat digunakan
Lebih terperinciSAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian
Lebih terperincikimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran
KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
Lebih terperinciSOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006
SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi terus mengalami perkembangan dengan semakin besar manfaat yang dapat dihasilkan seperti untuk kepentingan medis (pengembangan peralatan baru untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan logam lain, seperti keindahan, ketahanan terhadap korosi dan lebih mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel logam merupakan material dengan ukuran yang sangat kecil yaitu berkisar antara 10 nm sampai 1 µm. Hal tersebut menyebabkan tingginya rasio luas permukaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan berlangsung selama sintesis, serta alat-alat yang diperlukan untuk sintesis.
II TINJUN PUSTK 2.1 Rancangan nalisis Dalam sintesis suatu senyawa kimia atau senyawa obat yang baik, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan tersebut antara lain berupa bahan dasar sintesis, pereaksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI. 1.Menjelaskan sifat- sifat
SKL 1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah menafsirkan data, menarik kesimpulan,
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset nanoteknologi mengalami perkembangan yang pesat, baik di bidang material dan manufaktur, elektronik, energi (Lieber dan Wang, 2007), sains, dan pengobatan (Das
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kemampuan Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 dalam mereduksi Perak Nitrat menjadi Nanopartikel Perak
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Corynebacterium glutamicum FHCC-0062 dalam mereduksi Perak Nitrat menjadi Nanopartikel Perak Pembuatan nanopartikel perak dalam penelitian ini menggunakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciD. 2 dan 3 E. 2 dan 5
1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia maka kemajuan dibidang teknologi mutlak adanya guna menyokong kebutuhan manusia. Efek daripada hal tersebut kini
Lebih terperinciDeskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)
1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki
Lebih terperinciI BAB I PENDAHULUAN I.1
I BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan penanganan pencemaran lingkungan mulai dari limbah industri maupun kegiatan rumah tangga belum dapat ditangani dengan baik hingga saat ini. Berbagai
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran
Lebih terperinciGUGUS FUNGSI
ASAM KARBKSILAT GUGUS FUNGSI TATA NAMA SEARA IUPA MENGGUNAKAN NAMA ALKANA INDUKNYA DENGAN IMBUHAN: ASAM.-AT (NAMA LAIN ASAM KARBKSILAT ADALAH ASAM ALKANAT) GUGUS ALKIL ATAU SUBSTITUEN LAIN DILETAKKAN
Lebih terperinciSINTESIS NANO Ag DENGAN METODE REDUKSI KIMIA
SINTESIS NANO Ag DENGAN METODE REDUKSI KIMIA Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Email:dewaoq09@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Senyawa kovalen koordinasi terbentuk antara ion logam yang memiliki orbital d yang belum terisi penuh (umumnya ion logam transisi) dengan ligan yang memiliki pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari
Lebih terperinciSAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN
SAP DAN SILABI KIMIA DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN KATA PENGANTAR Satuan acara perkuliahan (SAP) atau garis besar program pembelajaran (GBPP)merupakan panduan bagi dosen dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nanoparticle (Serpone, 2013), nanowire (Wang, 2003), nanotube (Monthioux, 2011), hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan material nano di dunia memiliki potensi yang menjanjikan, dimulai dari nanoparticle (Serpone, 2013), nanowire (Wang, 2003), nanotube (Monthioux, 2011),
Lebih terperinciREAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL
REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. asil dan Pembahasan 4.1 Analisis asil Sintesis Pada penelitian ini aldehida didintesis dengan metode reduksi asam karboksilat menggunakan reduktor ab 4 / 2 dalam TF. 4.1.1 Sintesis istidinal dan Fenilalaninal
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September 2012 SOAL UJIAN Bidang Kimia Ujian Teori Waktu: 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Direktorat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi
Lebih terperinciEMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU
EMAS NANOPARTIKEL SEBAGAI INDIKATOR TITIK BEKU Mega Vania*, Fredy Kurniawan 1 Jurusan Pascasarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: vanya_mvp5@chem.its.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,
Lebih terperinci: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS JURUSAN JENJANG : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM : KIMIA : PENDIDIKAN MAGISTER (S2) DAFTAR MATA KULIAH 1. BIDANG MINAT: KIMIA ANALITIK 2 SK142311 Instrumentasi Kimia 2 3 SK142312 Elektroanalisis
Lebih terperinciTITRASI KOMPLEKSOMETRI
TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT
LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA
11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciChapter 20 ASAM KARBOKSILAT
Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Pengantar Gugus fungsi dari asam karboksilat terdiri atas ikatan C=O dengan OH pada karbon yang sama. Gugus karboksil biasanya ditulis -COOH. Asam alifatik memiliki gugus alkil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan nanoteknologi yang semakin pesat saat ini, memberikan dampak positif terhadap kesejahteraaan manusia. Nanoteknologi banyak berkembang di berbagai bidang, seperti
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinciPersamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)
Persamaan Redoks Dalam reaksi redoks, satu zat akan teroksidasi dan yang lainnya tereduksi. Proses ini terkadang mudah untuk dilihat; untuk contoh ketika balok logam tembaga ditempatkan dalam larutan perak
Lebih terperinciO O. Gambar 1.1. (a) Struktur asam mefenamat (b) Struktur turunan N-arilhidrazid dari asam mefenamat
BAB 1 PEDAULUA bat analgesik adalah senyawa yang dalam dosis teraupetik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping
Lebih terperinciREDOKS dan ELEKTROKIMIA
REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh zat warna yang berasal dari industri tekstil dan pewarnaan (dying) serta pencemaran logam berat Cu(II) dari kegiatan electroplating
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciSoal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)
Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan obat saat ini tengah mengalami kemajuan yang cukup pesat dengan semakin banyaknya peneliti yang melakukan penelitian dan menciptakan berbagai macam obat
Lebih terperinciMAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL
MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL Oleh : ZIADUL FAIEZ (133610516) PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang
Lebih terperinciLemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C
Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan presentase penyakit tidak menular (PTM) secara cepat yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa antibakteri ialah senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh suatu mikroorganisme (Jawetz
Lebih terperinciReaksi dalam larutan berair
Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL USBN
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron
Lebih terperinci1. Bilangan Oksidasi (b.o)
Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051) PERCOBAAN 5 Alkohol dan Fenol: Sifat Fisik dan Reaksi Kimia DIAH RATNA SARI 11609010 KELOMPOK I Tanggal Percobaan : 27 Oktober 2010 Shift Rabu Siang (13.00 17.00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per
Lebih terperinciStruktur atom, dan Tabel periodik unsur,
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciUJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam
Lebih terperinciKegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis
1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A
RPP/KIC202/01 2. Mata Kuliah & Kode : Kimia Dasar 2 Kode : KIC 202 5 Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat larutan mencakup derajat keasaman, terjadinya hidrolisis dan larutan buffer,
Lebih terperinciD. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam
JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah merupakan zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Bahan buangan yang dihasilkan dari kegiatan laboratorium kimia merupakan zat yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam mulia yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki banyak kegunaan. Sifatnya yang tahan korosi dan memiliki penampilan menarik membuat
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2016 Yogyakarta 18-24 Mei 2015 Lembar Jawab Kimia TEORI Waktu: 240 menit KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri
Lebih terperinciChapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)
Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya
Lebih terperinci