BAB II. Tinjauan Pustaka. dari keberadaan manusia sebagaimana mestinya. Frankl menjelaskan bahwa perhatian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Tinjauan Pustaka. dari keberadaan manusia sebagaimana mestinya. Frankl menjelaskan bahwa perhatian"

Transkripsi

1 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Makna Hidup Pemahaman tentang Makna Hidup Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna merupakan arti penting atau arti mendalam, sedangkan hidup berarti bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya, jadi makna hidup secara harafiah adalah arti yang mendalam dari keberadaan manusia sebagaimana mestinya. Frankl menjelaskan bahwa perhatian utama manusia bukanlah untuk mendapatkan kesenangan atau menghindari dosa, namun lebih dari itu untuk mendapatkan suatu makna dari hidupnya. 1 Bastaman mengungkapkan bahwa makna hidup dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. 2 Menurut Gede Prama ketika manusia menyadari dirinya bukan apaapa, ia terhubung dengan jejaring makna, dan kemudian lebih dari sekedar terhubung, gerakan-gerakan hidup berjalan sangat seirama dengan semesta. 3 Hal yang sama juga dijelaskan Keith bahwa makna kehidupan adalah hal-hal yang signifikan dan berarti bagi manusia secara pribadi, menemukan makna 1 Victor E. Frankl, Logoterapi..., H.D.Bastaman, Logoterapi..., Gede Prama, Jejak-Jejak Makna: Memasuki Kembali Rumah Kebahagiaan, (Jakarta: Gramedia, 2004),

2 kehidupan adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan yang dalam. 4 Selanjutnya menurut Morris, kehidupan siapa saja bisa bermakna sejauh dia memaknainya, sepanjang kita menata aktivitas dalam hidup kita seputar hal-hal yang kita inginkan, hargai, dan nikmati di dalam bentuk sasaran yang kita ambil untuk diri sendiri, kita menamainya bermakna dan dengan demikian memaknai hidup yang digubahnya. 5 Sproul menjelaskan bahwa kita sebagai manusia menginginkan hidup kita mempunyai arti. Kita ingin merasa yakin bahwa diri kita penting dalam suatu hal. Dorongan batin ini sama kuatnya dengan kebutuhan kita akan air dan oksigen. 6 Creath Davis juga menambahkan bahwa hilangnya makna dalam kehidupan merupakan krisis yang paling menghancurkan. 7 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna hidup merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang agar kehidupannya dapat dirasakan berarti, memiliki tujuan dan dapat merasakan kebahagiaan meskipun ditengah penderitaan Sumber-sumber Makna Hidup Menurut Frankl dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi, ketiga nilai itu adalah: 8 a. Creatives Values (nilai-nilai Kreatif): kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. 4 Kent M. Keith, Do It Anyway Panduan untuk Menemukan Makna Kehidupan dan Kebahagiaan Sejati, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2009),5. 5 Thomas V. Morris, Making Sense Of It All Pascal and the Meaning of Life Menjadikan Segalanya Bermakna: Pascal dan Makna Kehidupan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2008), R.C. Sproul, Mendambakan Makna Diri The Hunger for Significance, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2005), 7 Creath Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995) V.E. Frankl, Man s Search for Ultimate Meaning. (New York: Perseus Publishing, 2000.),

3 Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. b. Experiental values ( nilai-nilai penghayatan): keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. c. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap): menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Bastaman kemudian menambahkan nilai lain yang menjadi sumber makna hidup yaitu nilai pengharapan (hopeful values), pengharapan mengandung makna hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap optimis menyongsong masa depan. 9 Dengan demikian bahwa ketika seseorang melakukan melakukan suatu pekerjaan (berkarya), sambil menghayati setiap hal yang terjadi dalam hidupnya, dan menerima setiap proses kehidupannya dengan sabar sambil terus memiliki harapan dalam hidupnya maka orang tersebut dapat memaknai hidup. Menurut Creath Davis kita dapat mengisi hidup kita dengan kegiatan-kegiatan tidak terkendali seperti orang gila sehingga kita kehilangan kontak dengan diri sendiri dan menjadi manusia yang miskin. Pada saat semua kegiatan terhenti dan kita melihat diri kita sendiri pada suatu sore-tanpa ada yang dapat dikerjakan, tidak ada orang yang 9 H.D.Bastaman, Logoterapi...,50. 12

4 dapat kita buat tertarik atau senang- kehampaan itu menjadi jelas secara menyakitkan. 10 Salah satu petunjuk dari kehampaan dalam batin seseorang ialah kebosanan, seorang psikiater mencatat bahwa kebosanan sekarang menyebabkan, dan tentu saja memberikan kepada para psikiater, lebih banyak masalah untuk dipecahkan daripada tekanan batin. Sangatlah tragis apabila kehidupan seseorang tidak memiliki cukup arti untuk membuatnya menarik, kalau bukan menggembirakan. 11 Hal ini berarti bahwa jika hidup dijalani hanya sebagai sebuah rutinitas tanpa bisa memaknai setiap hal yang dijalani tersebut maka seseorang akan merasa hidupnya tidak memiliki ati dan seseorang cenderung akan merasa bosan dimana kebosanan merupakan salah satu sumber masalah bagi psikis seseorang. Creath Davis juga menambahkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik di antara makhluk-makhluk lain yang mendiami bumi, dan sebagian dari keunikannya ialah kebutuhan untuk memahami arti dari keberadaannya. Hanya manusia yang dapat bertanya tentang suatu peristiwa, apa artinya ini? Ia kemudian dapat menggabungkan masa lalu, sekarang, dan masa depannya untuk memperoleh jawabannya. Praktisnya, setiap orang telah menjawab sampai pada tahapan tertentu pertanyaan tentang makna hidupnya. 12 Manusia juga memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih sudut pandangnya; ini bukanlah suatu arah/tujuan yang tidak dapat dihindarkan. Kita memperoleh filsafafat hidup kita sedikit demi sedikit dari orang tua, guru, dan teman kita, dari pengalaman, impian, dan harapan kita. Kita mungkin pernah disakiti atau merasa kecewa dan memperoleh sudut pandang yang negatif, atau kita mungkin 10 Creath Davis, Mengatasi Krisis..., Creath Davis, Mengatasi Krisis..., Creath Davis, Mengatasi Krisis...,

5 pernah didorong dan dikasihani dan memperoleh cara pandang yang positif. Kita mungkin tidak pernah mengenali seluruh sumber sudut pandang kita yang tertentu terhadap kehidupan, tetapi kita dapat dan harus mengevaluasi sudut pandang itu pada saat kita telah dewasa. 13 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang memaknai hidupnya sesuai kemampuannya melihat pengalaman hidupnya berdasarkan sudut pandangnya, dia dapat memilih untuk melihat suatu pengalaman dari sisi yang positif atau negatif, yang mana sudut pandang seseorang sangat dipengaruhi oleh orang-orang dalam lingkungan sosialnya atau juga dari pengalaman sebelumnya, harapan dan impiannya. Menurut Abraham Maslow di dalam Kebung kodrat manusia dibentuk oleh suatu kerangka kebutuhan yang khas manusia. Ia menggunakan istilah kebutuhankebutuhan dasar umtuk membedakannya dari kebutuhan-kebutuhan lain yang kurang penting dan kurang universal. 5 kebutuhan dasar tersebut yaitu: 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, 4) kebutuhan akan harga diri, dan 5) kebutuhan akan aktualisasi diri. 14 Maslow mengatakan bahwa semua anggota masyarakat (kecuali tidak normal/menderita psikologi psikis) memiliki suatu kebutuhan atau kerinduan akan suatu evaluasi diri yang stabil dan kuat, akan rasa harga diri atau kebutuhan dihargai orang lain. Kebutuhan ini dapat digolongkan dalam dua bagian. Pertama, keinginan akan kekuatan, pencapaian tujuan, kompetensi, kepercayaan diri, ketaktergantungan, serta kebebasan; kedua, kita juga memiliki keinginan akan reputasi dan prestise (dilihat sebagai penghargaan dari orang lain), status, nama baik dan menjadi terkenal, 13 Creath Davis, Mengatasi Krisis..., Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia: Manusia dan Diri yang Utuh, (Flores: Penerbit NUSA INDAH,2006),

6 dominasi, menjadi penting, penghargaan, dan martabat serta harkat. Kebutuhan akan harga diri ini mengungkapkan keinginan akan suatu evaluasi yang stabil dan positif tentang diri. Ungkapan-ungkapan seperti rasa harga diri, bangga dan percaya diri, justru memperlihatkan motif-motif ini. Kebutuhan akan rasa harga diri selalu diasosiasikan dengan perkembangan tingkah laku dan keterampilan, kompetensi, rasa diterima dan didukung orang lain, dan adanya suatu evaluasi diri yang realistis dan positif. 15 Selanjutnya kebutuhan akan aktualisasi diri, menurut Maslow ini merupakan kebutuhan untuk menjadi apa yang dirasa paling pas dan yang sangat diinginkan oleh setiap orang. Apa yang mungkin haruslah dibuat. Ia harus benar dan jujur terhadap dirinya. Inilah aktualisasi diri. Istilah ini merujuk pada keinginan manusia akan perwujudan diri. Menurut maslow kebutuhan ini merupakan bentuk motivasi tertinggi. Setiap orang membutuhkan suatu tujuan dalam hidup, juga suatu perasaan bahwa ia melakukan hal-hal yang menunjang tujuan ini. 16 Hal ini berarti bahwa setiap orang ingin di hargai, dicintai, dilindungi dan ingin melakukan sesuatu yang menjadi keinginannya, semua hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang pada akhirnya merupakan tujuan dari setiap orang. ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka kehidupannya akan dirasakan lebih bermakna. 2.2 Konseling Makna Hidup Menurut Arbuckle seperti yang dikutip oleh Padmomartono bahwa Konseling adalah relasi antar pribadi yang mana konselor menemukan sedang melibatkan diri pada klien yang dihargainya sebagai sesama manusia yang sejajar, dengan siapa 15 Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia..., Konrad Kebung,Esai Tentang Manusia...,

7 konselor bekerja sama sehingga klien makin cakap memahami dan menerima diri. Konseling berfungsi menurunkan kerentanan psikologik sehingga masalah dan tekanan emosi yang melingkupi klien cukup mendesakkan dan memberanikan klien menempuh reorganisasi pribadi dan bukan berupaya memaksakan lingkungan hidupnya. 17 Adapun tujuan dari konseling menurut George & Cristiani yang dikutip oleh Padmomartono yaitu: memperlancar perubahan perilaku. Perubahan perilaku agar klien hidup lebih memuaskan dan produktif dalam lingkup kehidupan pribadi dan kemasyarakatannya. 2. Meningkatkan kemampuan adaptasi. Menolong individu belajar menangani situasi dan tuntutan baru 3. Meningkatkan kecakapan mengambil keputusan. Proses ini membantu klien memperoleh pemahaman atas kecakapan, minat dan peluang yang terbuka bagi klien sekaligus segi emosi dan sikap pribadi yang dapat mempengaruhi pilihan/keputusan yang diambil. 4. Meningkatkan relasi antar pribadi. Konselor bekerjasama dengan klien meningkatkan kualitas relasi antar pribadi dengan orang lain. Masalah relasi antar pribadi berupa masalah keluarga, perkawinan atau rekan sebaya. Dalam hal ini konselor berupaya membantu klien meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih efektif dalam relasi antar pribadi. 5. Memperlancar perwujudan potensi klien. Blocher menyatakan konseling berupaya memaksimalkan sebesar-besarnya kebebasan individu dalam batasan yang lekat 17 Sumardjono Padmomartono, Pengantar ke dalam Psikologi Konseling, (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), Sumardjono Padmomartono, Pengantar ke dalam...,

8 dengan pribadi dan lingkungan dan mengelola tanggapan pribadi yang serba dibatasi oleh tuntutan lingkungan Dapat disimpulkan bahwa konseling dapat memberdayakan seseorang (konseli) untuk memahami pengalaman hidupnya dan memahami dirinya sendiri, selanjutnya seseorang diberdayakan untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup, meningkatkan potensi diri, mengubah perilaku menjadi baik serta membangun relasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Teori Makna Hidup diperkenalkan pertama kali oleh Frankl yang dikenal dengan nama Logoterapi. Dari tahun , Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, istri dan anak-anak anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup. Selama tiga tahun menjadi tahanan tentara NAZI, Frankl telah mengalami sebagai penghuni kamp-kamp Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek, kampkamp tersebut terkenal sebgai kamp konsentrasi maut. Dimana ribuan orang Yahudi yang tidak bersalah menjadi sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh Adolf Hitler. Didalam kamp konsentrasi itu Frankl menyaksikan para tahanan disiksa, diteror, dan dibunuh secara kejam. Dia sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa, didalam keterbatasannya sebagai manusia, frankl turut berusaha meringankan penderitaan sesama tahanan, baik secara medis maupun psikologis. Dia membesarkan hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan makna hidup, meskipun dalam penderitaan. Frankl juga melakukan pengamatan seksama sebagai reaksi mental, dan pola perilaku para tahanan serta menghayati pengalaman dan perasaannya sendiri secara mendalam. Didalam pengamatannya, Frankl melihat 17

9 bahwa dalam keadaan yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian tahanan yang menunjukkan sikap tabah, bertahan, bahkan berusaha membantu sesama tahanan. Namun dilain pihak, sebagian besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup. Tidak jarang dari mereka melakukan bunuh diri guna membebaskan diri dari penderitaannya. 19 Dari kedua sikap tersebut, frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka tentang harapan-harapan di mana akan tiba saat pembebasan dan dapat bertmu kembali dengan anggota keluarganya, serta meyakini datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka. Logos dalam bahasa Yunani diartikan sebagai makna, Logoterapi memfokuskan pada pencarian makna eksistensi manusia sebagaimana pencarian seseorang untuk makna serupa. Bagi Logoterapi, perjuangan untuk mendapatkan makna dalam kehidupan merupakan motivasi utama kekuatan seseorang. 20 Logoterapi berusaha membuat seseorang menyadari secara penuh tanggung jawabnya; dan karenanya harus memberikan pilihan padanya tentang apa, untuk apa atau untuk siapa dia memahami dirinya untuk menjadi bertanggung jawab. 21 Ada tiga asas utama logoterapi, yakni: pertama, hidup itu tetap memiliki makna dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Kedua, setiap manusia memiliki kebebasan-yang hampir tak terbatas-untuk menemukan sendiri makna hidupnya, ketiga, setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang 19 Victor E. Frankl, Logoterapi..., Victor E. Frankl, Logoterapi..., Victor E. Frankl, Logoterapi...,

10 tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tak berhasil. 22 Hal ini berarti bahwa dengan logoterapi seseorang diberdayakan untuk memilih tujuan hidupnya dan selanjutnya dia bertanggung jawab terhadap pilihannya tersebut dalam segala situasi. Logoterapi ini kemudian dikembangkan oleh Bastaman, menurut Bastaman logoterapi menunjukkan bahwa makna hidup dan sumber-sumbernya terdapat dalam kehidupan itu sendiri, walaupun kenyataannya tidak selalu jelas kelihatan dan lebih sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Dan karena makna hidup itu tidak selalu jelas terlihat, logoterapi menunjukkan cara-cara menemukannya. Selain itu logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan dan mengembangkan makna hidupnya, sehingga dambaan untuk hidup secara bermakna dan bahagia benarbenar dapat diraih. Bahkan logoterapi mengajukan pendekatan dan berbagai ragam terapi untuk mengatasi dampak negatif akibat makna hidup tak berhasil ditemukan dan dikembangkan. 23 Logoterapi sebagai teori kepribadian dan terapi praktikal memiliki tujuan agar setiap pribadi: memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, agama, dan keyakinan yang dianut; menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan, bahkan terlupakan; memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, 22 H.D. Bastaman, Logoterapi, H.D.Bastaman, Logoterapi..., 44 19

11 dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna. 24 Dengan demikian logoterapi memberdayakan seseorang untuk menemukan sendiri makna hidupnya dengan menyadari potensi yang dimiliki dan kemudian bangkit dari penderitaan yang sedang dialami dan meningkatkan kualituas hidup yang lebih bermakna. Engel memperkenalkan suatu model konseling makna hidup dengan istilah Logo konseling, yang mana logo konseling didasarkan pada keseimbangan dan akurat terhadap dirinya, mempunyai nilai diri atau spiritual, menghormati kemampuan diri tetapi mengakui kelemahannya serta rasa hormat dari dan terhadap orang lain, sehingga nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan dan kesederajatan bisa diwujudkan. 25 Model logo konseling adalah program intervensi konseling untuk memperbaiki permasalahan perkembangan dan dimensi harga diri spiritual yang rendah, dengan tujuan pribadi setiap individu yang mengalami harga diri spiritual yang rendah dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya, mengembangkan keyakinan inti seimbang, mengembangkan asumsi berpikir positif, mengembangkan harapan yang realistik, mengembangkan evaluasi diri seimbang, mengembangkan kepercayaan diri, serta memperoleh harga diri spiritual yang rendah dan menemukan makna hidupnya H.D. Bastaman, Logoterapi..., Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling..., Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar...,

12 Adapun nilai-nilai diri dalam logo konseling secara filosofis yang dipakai sebagai ukuran (kadar spiritual) yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia, antara lain: 27 a. kesadaran diri kesadaran diri adalah pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat. Pemberdayaan itu berhubungan dengan pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan menciptakan ide, karya, membuat keputusan, dan kemampuan untuk mengatasi masalah. Kemampuan untuk mengatasi masalah membutuhkan kesadaran diri sebagai proses pendidikan dalam rangka melakukan suatu perbaikan dengan tujuan meningkatkan prestasi (akademik dan nonakademik) yang berhubungan dengan pilihan untuk belajar mengendalikan diri, percaya diri, regulasi dan manajemen diri untuk sukses, dan masa depan serta mengembangkan kepercayaan diri untuk mempertahankan eksistensi diri, meningkatkan komunikasi yang produktif, eksplorasi diri, penerimaan sosial (reputasi diri) dan pola hidup yang yang positif dan konstruktif. b. Penerimaan diri Penerimaan diri adalah pengenalan dan pengembangan diri menjadi pribadi yang utuh, berprestasi, mempunyai kemampuan. Penerimaan diri sebagai kekuatan spiritual dalam logo konseling meyakinkan setiap orang mengenali diri sendiri terhadap perilaku, kebiasaan, dan kepribadian, serta kekurangan dirinya sebagai kekuatan untuk mengatasi masalah hidupnya. penerimaan diri berhubungan dengan komitmen diri terhadap kemampuan dan prestasi yang dicapai, serta berani megambil tanggung jawab baik terhadap suatu kegagalan, kesalahan, maupun kekurangan yang dimiliki. 27 Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar...,

13 c. Ketegasan diri Ketegasan diri adalah standar pribadi yang mencakup standar bersikap, standar berbicara, standar dalam mengatur, standar penampilan yang berhubungan dengan karakter seseorang yang diinginkannya, juga berhubungan dengan tujuan, nilai, dan prestasi yang ingin dicapai. Ketegasan diri berhubungan dengan kemampuan memberdayakan spiritual yang ada dalam diri, terkait sejumlah aspirasi, cita-cita, harapan dan nilai-nilai yang ingin dicapai, dan itulah kekuatan spiritual yang dimiliki seseorang. d. Tujuan hidup Tujuan hidup adalah seperangkat nilai keikatan diri (self commitment), melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih terarah guna mencapai makna dan tujuan hidupnya. Tujuan hidup mencerminkan pribadi setiap individu yang mempunyai harkat dan martabat untuk mencapai makna hidup dan penghargaan atas dirinya sendiri. Pemaknaan hidup yang berhasil dihayati pribadi setiap individu dengan memaknai pnderitaan tersebut, merupakan suatu proses pencapaian tujuan hidup dan penghargaan atas dirinya. e. Tanggung jawab diri Tanggung jawab diri adalah nilai-nilai sikap untuk mengembangkan evaluasi diri seimbang. Nilai-nilai sikap berhubungan dengan kemampuan pribadi setiap individu melakukan instropeksi diri dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang inovatif, sehingga terjadi modifikasi sikap dalam diri pribadi setiap individu. 22

14 f. Integritas diri Integritas diri adalah penghargaan dan nilai diri yang berhubungan dengan kepribadian, cara pribadi setiap individu memandang dirinya memiliki dampak terhadap perkembangan psikologisnya. Dimensi spiritual merupakan indikator nilai-nilai dari pribadi setiap individu mengeksplorasi tiga hal mengenai: pertama, apa yang dapat pribadi setiap individu berikan kepada dunia, melalui potensi dirinya tentang kemampuannya melakukan pemisahan diri dan membuat jarak dengan fenomena masalah yang dialaminya; kedua, apa yang dapat pribadi setiap individu terima dari dunia, melalui aktivitas dirinya untuk membantu dirinya memahami pengalaman psikologis, sosiologis, dan spiritualnya dari perspektif dan pengalaman orang lain dalam rangka transendensi diri; ketiga, kesadaran untuk mengubah sikap pribadi setiap individu terhadap keadaan yang akan berubah, melalui evaluasi diri untuk penysuaian, instropeksi diri, dan penerimaan nilai-nilai baru yang inovatif dalam rangka pnemuan makna. 28 Dapat disimpulkan bahwa logo konseling merupakan suatu model konseling bagi orang yang memiliki dimensi harga diri spiritual yang rendah seperti yang dialami warga binaan perempuan untuk diberdayakan menemukan makna hidupnya yang diukur dari kesadaran diri, penerimaan diri, ketegasan diri, tujuan hidup, tanggung jawab diri dan integritas orang tersebut. 28 Jacoob Daan Engel, Nilai Dasar..., 27 23

15 Langkah-langkah konseling makna hidup hidup, yaitu: 29 Menurut Bastaman ada empat tahapan dalam melakukan konseling makna a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Diawali dengan menciptakan suasan nyaman untuk konsultasi dengan membina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah pengharapan pada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi klien. b. Tahap pengungkapan dan penjajakan masalah, konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi klien. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membiarkan klien sepuasnya mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan. c. Tahap pembahasan bersama, konselor dan klien bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan. d. Tahap evaluasi dan penyimpulan, mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku klien. Pada tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan simptom. Dalam pelaksanaan intervensi logo konseling menurut Engel Konselor memiliki peran sebagai berikut: H.D. Bastaman, Logoterapi...,

16 a. Konselor membantu konseli menyingkapkan masalah low spiritual self-esteem yang mereka alami. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah eksplorasi diri (self-exploration). Media yang dipakai adalah kertas kerja (work sheet) dan diari (diary). Tujuannya adalah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan konseli. Sasarannya adalah mengembangkan kesadaran diri konseli. b. Konselor membantu konseli mengembangkan kekuatan untuk mengelola kelemahan. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah penerimaan diri (selfacceptemce). Media yang dipakai adalah daftar kekuatan dan kelemahan. Sasarannya adalah penerimaan diri klien. Tujuannya adalah klien dapat mengembangkan keyakinan inti seimbang. c. Konselor membantu konseli mengembangkan asumsi berpikir positif untuk ketegasan dirinya. Teknik yang dipakai adalah intensi paradoksial, sedangkan pendekatannya adalah pemisahan diri (self-detachment). Media yang dipakai adalah eksperimen dengan bias harapan. Sasarannya adalah ketegasan diri konseli. tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan asumsi berpikir positif. d. Konselor membantu konseli memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya batinnya. Teknik yang dipakai adalah de-refleksi, sedangkan pendekatannya adalah transendensi diri ( self trancendence). Media yang dipakai adalah jurnal kegiatan. Sasarannya adalah pencapaian tujuan hidup. Tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan harapan yang realistis. e. Konselor membantu klien mengubah penderitaan dan rasa berslah. Teknik dan pendekatan yang dipakai adalah modifikasi sikap. Media yang dipakai adalah diari pikiran untuk evaluasi diri negatif. Sasarannya adalah tanggung jawab diri konseli. tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan evaluasi diri seimbang. 30 Jacoob D. Engel, Model Logo Konseling untuk Memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem, (Yogyakarta: PT Kanisius,2014),

17 f. Konselor membantu konseli mengakses kemampuan dan kepercayaan dirinya. Teknik yang dipakai adalah dialog sokrates, sedangkan pendekatannya adalah kesadaran diri (self awareness). Media yang dipakai adalah daftar kepercayaan diri. Sasarannya adalah pencapaian integritas diri. Tujuannya adalah konseli dapat mengembangkan kepercayaan dirinya. g. Konselor membantu konseli memperoleh healthy spiritual self-esteem dan menemukan makna hidup. Teknik yang dipakai adalah realisasi makna, sedangkan pendekatannya adalah penemuan makna. Sasarannya adalah potensi diri, aktivitas diri, dan evaluasi diri positif. Tujuannya adalah konseli memperoleh healthy spiritual esteem dan menemukan makna hidup. 2.3 Pelayanan Konseling Pastoral di Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan tahun 1917 Pasal 1 ayat 3, dijelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan napi dan anak didik pemasyarakatan, ayat 5 dijelaskan Warga Binaan Pemasyarakatan adalah napi dan anak didik pemasyarakatan dan klien pemasyarakan, ayat 7 dijelaskan Narapidana adalah terpidana yang menjalankan pidana hilang kemerdekaan di Lapas. 31 Menurut Sproul nasib Narapidana atau Warga Binaan sebagai tahanan adalah suatu perkara yang tidak menarik minat kita, sebab kita lebih suka menutup diri dengan ketidaktahuan. Sudah cukup banyak masalah kita dalam menghadapi penderitaan dan kemalangan orang-orang yang bukan penjahat yang berseru minta belas kasihan kita, tak perlu kita tambah dengan memikirkan orang-orang yang telah melakukan tindak kejahatan keji terhadap masyarakat. Namun, penjahat tetaplah 31 Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Permasyarakatan, Memperkuat Pelayanan...,

18 manusia dan hak mereka atas martabat manusiawi tidak terhapus karena kejahatannya. 32 Jadi, warga binaan merupakan orang-orang yang kebebasannya dicabut karena melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum, dimana oleh masyarakat seringkali warga binaan dipandang sebagai orang-orang berdosa yang tidak perlu untuk dipedulikan, tetapi sebenarnya sebagai manusia arga binaan tetap memiliki nilai. Adapun realitas di dalam penjara yang coba digambarkan Sproul, yaitu suasana yang suram dan dingin, bahasa yang keras, pintu berlapis baja, orang-orang yang keras, suasana yang kumuh, anggaran yang terbatas, rutinitas yang membosankan dan juga audiens yang bersikap bermusuhan. 33 Fakta lain yang ada di dalam penjara pada umumnya adalah : perbedaan besar dalam hukuman, ada perbedaan besar dalam hukuman yang dijatuhkan pada orang orang yang dihukum untuk kejahatan yang sama, di samping itu juga adanya hukuman tersembunyi yang bukan merupakan bagian resmi dari hukuman yang dijatuhkan oleh sidang pengadilan; pemerkosaan homoseksual, pemerkosaan bukan masalah yang kadang-kadang muncul, tetapi terjadi begitu marak sehingga orang yang ditempatkan di penjara dengan sekuritas maksimal hampir dapat dipastikan akan mengalaminya; pemeriksaan bugil, proses penghancuran martabat seorang tahanan dimulai sejak saat ia tiba di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Setelah dikawal melalui beberapa pintu baja dan urusan menyelesaikan pendaftaran, ia kemudian harus melepaskan pakaiannya saat pemeriksaan untuk mencegah kemungkinan ia menyelundupkan barang-barang ke dalam penjara R.C. Sproul, Mendambakan Makna..., R.C. Sproul, Mendambakan Makna..., R.C. Sproul, Mendambakan Makna...,

19 Penghancuran martabat yang dialami warga binaan di dalam penjara ditambah dengan citra buruk oleh masyarakat terhadap dirinya menunjukkan beratnya situasi yang harus dihadapi oleh warga binaan dalam proses penemuan makna hidup yang positif. Pelayanan di lembaga pemasyarakatan (LP) adalah satu bagian khusus dari pelayanan gereja terhadap manusia, yang kepadanya kasih Allah disampaikan. 35 Harapan Warga Binaan yang pertama dan seterusnya berdasarkan situasi mereka sekarang menghendaki pendeta penjara untuk mengurangi tekanan akibat dari hukuman, menolong untuk memelihara hubungan-hubungan, membuat kontak dengan dunia luar, memprakarsai aktivitas kelompok dalam penjara, berjuang melawan ketidakadilan sehari-hari dan ketidakberuntungan, membuka kesempatan-kesempatan untuk memulai hidup baru. Tentu saja, para warga binaan juga mencoba untuk memperoleh kesenangan khusus dari pendeta penjara dengan maksud untuk meringankan beban mereka sebagai tahanan. Di balik keinginan mereka, bagaimanapun selalu ada harapan yang tersembunyi bahwa mereka akan menemukan arti dan tujuan hidup, sementara itu juga belajar untuk merenungkan masa lalunya. 36 Pada umumnya pendeta penjara diharapkan terutama menciptakan suasana yang lebih santai dalam penjara (misalnya: memberikan perhatian khusus pada kesulitan para tahanan di mana para pegawai tidak dapat menolong). Di lain pihak ternyata sebagai pelayan pastoral, para pendeta penjara tidak diizinkan untuk memberikan informasi, khususnya mencoba menolong masalah para napi dan terlibat dalam kasus-kasus 35 N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku dalam Penjara Pelayanan Perdamaian di Lembaga Pemasyarakatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), N, Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku...,

20 perselisihan yang sering mengakibatkan kesalahpahaman dan kesulitan-kesulitan yang dapat menghancurkan keyakinan dari sebagian pegawai penjara. 37 Pegawai penjara mengharapkan para pendeta penjara menjadi bagian dari pekerja dan memperlakukan mereka secara layak. Mereka berharap memperoleh simpati atas posisi mereka dan bersedia untuk berbicara dengan mereka tentang problema dan kesulitan-kesulitan mereka dalam pekerjaan. Beberapa hal penting berkaitan dengan tugas pendeta penjara: 38 a. Pendeta penjara merupakan agen-agen yang bebas, karena dapat mendekati keduaduanya, para tahanan dan pegawai penjara, untuk tingkatan yang luas sebagaimana manusia biasa. Dengan memberikan kesempatan kepada orang-orang menjadi dirinya sendiri: untuk tertawa dan menangis, bersumpah dan berdoa, berpikir, berbicara, bermimpi, bereaksi, semuanya tnpa dicatat dan mmpunyai konsekuensi-konsekuensi, sebagaimana kasus ini dalam keseluruhan lembaga ini. b. Hampir tidak ada orang lain dalam penjara yang dapat menciptakan rasa kebersamaan seperti pndeta penjara: kebersamaan di antara para napi, antara napi dengan pegawai penjara dan juga dengan orang-orang yang berada di luar tembok penjara, sehingga pekerjaan mereka dapat menolong untuk mempromosikan, saling pengertian, mengurangi ketegangan dan pertentangan serta menciptakan perdamaian. c. Pendeta penjara dapat menolong para tahanan yang mendapat perlakuan khusus dalam penjara seperti: teroris, orang-orang asing, mereka yang terinfeksi AIDS... sehingga mereka dapat mmperlihatkan kepada orang-orang yang telah ditolak dan menekankan bahwa mereka berharga dan diterima sebagai manusia seutuhnya. 37 N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika Aku..., N. Manihuruk & J.R. Hutauruk, Ketika aku...,

21 Pendeta penjara dapat menolong mereka untuk memproleh keyakinan baru, meskipun mereka tidak mempunyai kesempatan menurut standar undang-undang. d. Para pendeta penjara dapat berlaku sebagai mitra kristis bagi mereka yang bekerja dalam sistem penjara, menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang gambaran mereka sebagai manusia dan nilai serta keterbatasan dari perbuatan-perbuatan dan kata-kata mereka. e. Para pendeta penjara tidak bertanggung jawab secara politik terhadap sistem perundang-undangan dan karena itu dapat menganjutkan perubahan-perubahan di dalamnya agar lebih baik lagi, tanpa merasa dibebani oleh tekanan untuk mensukseskan tujuan politis. Mereka terutama telah ditempatkan dengan baik untuk melakukan ini, karena mereka umumnya tidak berada diantara para pembuat keputusan, di antara sistem dan karena itu tidak terus menerus dipaksa untuk mengadili narapidana (warga binaan). f. Para pendeta penjara dapat mengingatkan gereja setempat dan umum (masyarakat) tentang tanggung jawab bersama terhadap para tahanan dan pegawai serta keluarga mereka. Soemardhi di dalam Pokja PLP-PGI menegaskan bahwa pelayan-pelayan Tuhan dalam melayani harap memperhatikan bahwa warga binaan adalah manusia biasa, warga negara biasa seperti pelayan-pelayan juga. Ia menjadi warga binaan tidak sepenuhnya karena ia melanggar hukum, akan tetapi karena suatu pelanggaran yang tidak sengaja (mungkin) sehingga masuk Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan. Oleh karena itu perlakukanlah mereka sebagai manusia biasa yang perlu kita hormati penuh harkat dan martabatnya, kita hargai sebagai layaknya manusia biasa Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Pemasyarakatan, Memperkuat pelayanan...,

22 Dapat disimpulkan bahwa warga binaan adalah orang-orang yang melalui pengadilan dinyatakan bersalah sehingga kehilangan kebebasannya dan harus dibina untuk diberdayakan menjadi manusia yang lebih baik dan berguna serta memiliki makna yang positif dalam hidup. Oleh karena itu warga binaan perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan dari berbagai pihak serta dihargai sebagai manusia yang tetap memiliki nilai. 31

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Baik kebutuhan yang sifatnya biologis maupun yang sifatnya psikologis. Pada tahap pertama, seseorang bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab BAE~ I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakaog Masalah Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang melanggar aturan dari norma sosial, akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. Sedangkan manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Manusia selain makhluk sosial juga merupakan makhluk yang bebas yang terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang terlepas dari tekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup 1. Definisi Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Ellis (dalam Richard et al., 201) konsep penerimaan diri disebut Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan remaja di perkotaan saat ini menunjukkan rendahnya kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya kepedulian remaja tergambar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal BAB V PENUTUP Setelah deskripsi dan analisa data pada Bab III dan IV dengan menggunakan pisau logoterapi Frankl maka di akhir tulisan ini penulis akan menutup tulisan ini dengan memberikan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kodrat manusia telah ditetapkan sejak lahir berhak untuk hidup dan diatur dalam hukum sehingga setiap manusia dijamin dalam menjalani hidup sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran, baik warga Indonesia maupun warga negara asing terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran, baik warga Indonesia maupun warga negara asing terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. Seseorang yang melakukan pelanggaran, baik warga Indonesia maupun warga negara asing terhadap batas hukum yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada BAB II LANDASAN TEORI A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

Ciri dan Watak Wirausaha

Ciri dan Watak Wirausaha Ciri dan Watak Wirausaha SALAH Dilazimkan Menyalahkan: -Orang lain -Lingkungan akibatnya -Tidak percaya diri -Tidak bisa menerima kritik -Pasif Kondisi SEHARUSNYA Dilatih Intropeksi -Responsibility -Konsekuen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Yang menjadi sebuah tolak ukur berhasil tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap,

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diawali dengan keprihatinan peneliti akan penyandang tunanetra, dan dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, tidak berguna dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pasal 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sebelum dikenal istilah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Percaya Diri Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cita-cita Negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan

Lebih terperinci

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa (SLB), bukan pekerjaan ringan. dibutuhkan kesabaran ekstra agar bisa mendidik murid-murid

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat merupakan salah satu karya manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Memecahkan misteri alam, menemukan sumber energi baru, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai anggota masyarakat, individu harus mematuhi norma-norma yang berlaku, agar tercapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perilaku membunuh dan mendapatkan hukuman pidana mati merupakan peristiwa tragis bagi ketiga subyek. Dari ketiga subyek, TJ dan BP sudah memahami dan menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Narapidana hukuman mati dapat terlibat dalam kasus karena telah memiliki pengalaman hidup yang negatif. Pengalaman hidup yang negatif sebelum terlibat dalam kasus

Lebih terperinci