PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK PROSTITUSI (STUDI KASUS WISATA RELIGI ZIARAH MAKAM DI GUNUNG KEMUKUS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK PROSTITUSI (STUDI KASUS WISATA RELIGI ZIARAH MAKAM DI GUNUNG KEMUKUS)"

Transkripsi

1 PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK PROSTITUSI (STUDI KASUS WISATA RELIGI ZIARAH MAKAM DI GUNUNG KEMUKUS) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM OLEH: MUHAMMAD NASRULLAH NIM: PEMBIMBING: 1. Dr. MOCHAMMAD SODIK, S.Sos., M.Si. 2. MANSUR, S.Ag., M.Ag. PRODI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016 i

2 ABSTRAK Prostitusi atau pelacuran merupakan perilaku seksual berganti-ganti pasangan yang dilakukan oleh pria maupun wanita secara terorganisir dan melanggar norma kesusilaan. Seperti yang terjadi di Gunung Kemukus disekitar kompleks Makam Pangeran Samudro, pada tahun 2014 telah dilakukan penutupan karena disekitar makam terdapat karaoke dan warung-warung yang didalamnya menyediakan bilik kamar khusus untuk melakukan permesuman. Perbuatan tersebut merupakan bagian dari syarat melakukan ritual yang harus dilajalani. Di dalam KUHP dan peraturan perundangundangan telah diatur tentang tindak pidana kesusilaan dan pelanggaran ketertiban umum. Namun dalam pelaksanaannya masih belum maksimal. Selain adanya bentuk tindak pidana kesusilaan dan pelanggaran ketertiban umum, aktifitas pekerja seks komersial tersebut dapat menyebabkan dengan mudahnya penyebaran Virus HIV dan AIDS bagi peziarah maupun masyarakat sekitar. Pokok masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sejarah munculnya praktik prostitusi di Gunung Kemukus, bagaimana penegakan hukum pidana di Wilayah Kabupaten Sragen dalam penanganan praktik prostitusi di Gunung Kemukus, dan hambatan yang dihadapi dalam menangani permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah munculnya praktik prostitusi di Gunung Kemukus dan mengetahui penegakan hukum serta hambatan pemerintah ataupun pihak kepolisian dalam penanganan prostitusi di Gunung Kemukus. Penyusunan skripsi ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan yuridis sosiologis, sedangkan dalam menganalisis data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah komplek wisata religi ziarah makam pangeran samudro di Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sejarah adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus terjadi karena perbedaan penafsiran dari pesan yang disampaikan oleh pangeran samudro. Selain itu cerita pangeran samudro dihubungkan dengan kisah asmara bersama ibu tirinya yang bernama R.Ay. Ontrowulan sehingga muncul cerita tentang ritual melakukan hubungan seks dengan lawan jenis yang bukan pasangan resminya. Dalam penegakan hukumnya pemerintah dan aparat kepolisian sudah dilakukan penutupan pada tahun 2014 yang lalu yaitu menutup tempat karaoke dan warung yang di dalamnya terdapat bilik khusus untuk melakukan permesuman. Dalam perkembangannya sampai saat ini penegakan hukum yang dilakukan berkesan sementara sebagai bukti masih ada aktifitas pekerja seks komersial yang menawarkan diri disekitar makam dan di warung-warung. Adapun hambatan yang dihadapi antara lain belum adanya peraturan yang khusus dalam mengatur tentang masalah sosial tersebut, adanya perlindungan dari pihak-pihak yang berkepentingan, kurang sadarnya masyarakat tentang bahaya dari penyebaran Virus HIV dan AIDS. Kata kunci: Penegakan Hukum Prostitusi, Ziarah Makam, Gunung Kemukus ii

3

4

5

6

7 MOTTO Uang memang penting dan menjadi kaya adalah hak setiap mahluk, akan tetapi jika tidak dilandasi dengan ilmu maka kekayaan itu akan cepat habis dalam waktu yang singkat Ilmumu adalah pilar agar bisa memperoleh kabahagiaan dunia dan akhirat vii

8 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku, H. Nurrochim dan Hj. Mu ziyyah yang telah membimbing untuk menjadi manusia yang lebih baik. 2. Adik-adiku yang memberi semangat juga tak lupa kakaku yang ikut membantu meringankan beban keuangan. 3. Mba winarti selaku sahabat yang sudah seperti kakak sendiri yang selama ini sering membantu dalam suka duka saat di jogja 4. Bapak Dr. Mochammad Sodik, S.Sos., M.Si. dan Mansur, S.Ag., M.Ag. selaku pembimbing I dan II yang selalu memberi arahan dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta. 6. Rekan-rekan organisasi baik Menwa, IPNU maupun KNPI yang ikut serta dalam mendidik karakter dalam berorganisasi. 7. Alumni Pondok Pesantren Queen Al-Fallah yang kuliah dijogja, selalu mendukung dan saling membantu. viii

9 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus) dengan sedikit halangan yang berarti. Dalam sebuah penelitian pasti ada pencapaian sama halnya dengan skripsi. Karya ilmiah atau skripsi adalah bentuk dari ilmu yang dihasilkan selama masa perkuliahan yang diterapkan dalam bentuk skripsi lewat penelitian masing-masing. Dengan adanya skripsi ini, mahasiswa dapat mengimplementasikan teori-teori yang dipahaminya sesuai konsentrasi ilmu yang ditawarkan di program studi Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar dan diberikan kemudahan oleh-nya. 2. Bapak Prof. Dr. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Bapak Dr. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Bapak Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum. selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5. Dr. Mochammad Sodik, S.Sos., M.Si. dan Bapak Mansur, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selama penelitian telah banyak membantu dalam penelitian skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Hukum dan Staff Pegawai Jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yangtelah banyak memberi ilmu dan membantu dalam kelancaran penelitian skripsi ini. ix

10

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... v HALAMAN PENGESAHAN... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5 D. Telaah Pustaka... 6 E. Kerangka Teoretik F. Metode Penelitian G. Sistematika Pembahasan TINJAUAN UMUM TENTANG PROSTITUSI DAN RITUAL ZIARAH MAKAM A. Prostitusi Pengertian Prostitusi Jenis-jenis Prostitusi Faktor-faktor Penyebab Prostitusi xi

12 4. Dampak Prostitusi Tujuan Lokalisasi B. Hukum Pidana Kesusilaan KUHP UNDANG-UNDANG PERDA C. Ziarah Makam Pengertian Ritual Ziarah Makam Macam-macam Ziarah Tata Cara Ziarah Makam Tujuan Ziarah Makam BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kabupaten Sragen B. Sejarah Pangeran Samudro C. Sejarah Penamaan Gunung Kemukus D. Sejarah Sendang Ontrowulan E. Inti Ziarah di Makam Pangeran Samudro Waktu Ziarah Makam Pangera Samudro Inti Ziarah Makam Pangeran Samudro Nilai Keteladanan Pangeran Samudro F. Tradisi di Gunung Kemukus Tahlil Bersama di Bangsal Pangeran Samudro Kirab Tradisi Larab Slambu Pangeran Samudro Pentas Wayang Purwo Kirab Gunungan atau Sedekah Bumi xii

13 BAB IV ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PRAKTIK PROSTITUSI (STUDI KASUS WISATA RELIGI ZIARAH MAKAM DI GUNUNG KEMUKUS) A. Sejarah praktek prostitusi di Gunung Kemukus B. Penegakan hukum pidana di wilayah Kabupaten Sragen terkait dengan praktik prostitusi di Gunung Kemukus 84 C. Kendala-kendala penanganan praktik prostitusi di Gunung Kemukus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kekayaan yang wajar adalah kebutuhan hidup manusia dan wajib dilakukan untuk mempertahankan hidup biologisnya.tantangan hidup yang kian menghimpit menjadikan banyak orang ingin mencari cara cepat kaya dengan mudah. Dengan memiliki cukup harta dan kekayaan maka harapan untuk dapat mencukupi segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Ada yang mencari cara cepat kaya dengan jalur normal. Ada pula yang menempuhnya melalui jalur tidak normal.salah satunya adalah dengan melakukan ritual pesugihan. 1 Kepercayaan atau ritual yang dilakukan oleh orang jawa disebut sebagai kejawen. Ajaran kejawen merupakan keyakinan dan ritual campuran dari agama-agama formal dengan pemujaan terhadap kekuatan alam. Orang jawa sangat menyukai dan biasa 1 Ign. Gatut Saksono, Mencari Pesugihan di Tempat-tempat Ziarah Keramat, (Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas, 2009). hlm. xiv 1

15 2 melakukan ziarah, termasuk ziarah pesugihan. 2 Meskipun mereka menganut secara formal agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Akan tetapi keyakinan terhadap leluhur juga dihidupkan dengan adanya makam-makam yang dianggap keramat dan dijadikan tempat ziarah. Dalam melakukan ziarah pesugihan harus ada syarat yang harus dipenuhi seperti, membawa bunga tujuh rupa, kemenyan, bahkan sampai mencarikan tumbal.selain syarat tersebut ada suatu pesugihan yang unik dalam melakukan syarat ritualnya yaitu harus melakukan hubungan seksual layaknya suami istri, tetapi dilakukan dengan bukan pasangan resminya. Di Jawa Tengah tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen terdapat Obyek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Kemukus. Obyek wisata tersebut sangat menarik untuk dikunjungi dengan berbagai keunikannya terutama dilihat dari segi ritualnya. Adapun Wisata Religi Gunung Kemukus dalam melakukan ritual disalah artikan oleh pemahaman-pemahaman menyimpang lewat tata cara melakukan ritual ziarah. Agar 2 Capt. R.P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis, (Yogyakarta: LKIS, 2007). hlm. 2.

16 3 permohonannya terkabul sebagian masyarakat percaya bahwa melakukan ritual berhubungan badan dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali setiap malam Jum at Pon atau Jum at Kliwon dan dilanjutkan dengan mandi di Sendang Ontrowulan maka permogonannya akan terkabul. Dari banyaknya peziarah yang datang tidak semuanya mendapatkan pasangan dalam memenuhi syarat ritual tersebut. Hal ini di manfaatkan oleh sebagian pekerja seks komersial antar kota untuk menjual jasa seksualnya. Seringkali para pekerja seks komersial ini mangkal di tempat karaoke dan warungyang didalamnya ada bilik-bilik khusus untuk melakukan hubungan badan. Lamanya perjalanan ritual tersebut yang semula untuk ziarah kemudian disalah artikan menjadi tempat prostitusi atau pelacuran oleh sebagian masyarakat. 3 Menurut kartini kartono, Prostitusi merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan bayaran. Pelacuran ialah perbuatan prempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul 3 Pesugihan gunung kemukus dan resiko bagi para pelaku, diakses pada tanggal 24/02/2016. Pukul 8:25 wib.

17 4 secara seksual dengan mendapatkan upah. 4 Seperti yang dilakukan di gunung kemukus, para peziarah dan pekerja seks komersial melakukan permesuman untuk mendapatkan imbalan. Dilihat dari segi hukum Pidana, maka praktek prostitusi di gunung kemukus merupakan suatu kejahatan kesusilaan dan pelanggaran ketertiban umum, Yang mana sudah dijelaskan dan diatur dalam KUHP Pasal 284, 296, 506. Selain KUHP Undangundang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yaitu pasal 25, 26, 62, 63 dan Perda Sragen Nomor 8 Tahun 2014 tentang Usaha Hiburan dan Rekreasi pasal 12, 14, 15, 16, 20, 25 juga mengatur yang isinya tentang pelanggaran kesusilaan baik yang dilakukan oleh pengunjung maupun pengusaha. Penyusun memilih Gunung Kemukus sebagai tempat penelitian karena adanya bentuk kejahatan kesusilaan dan pelanggaran ketertiban umum dengan modus ziarah makam. Modus tersebut tergolong unik karena sebagian peziarah yang melakukan ziarah religi makam Pangeran Samudro harus melakukan hubungan badan layaknya suami istri dengan pasangan tidak resminya. Adanya ritual tersebut dimanfaatkan oleh para pekerja seks komersial dari berbagai penjuru untuk beroperasi disekitar makam. Di Gunung 4 Katini kartono, Patologi sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). hlm. 216.

18 5 Kemukusjuga tersedia tempat karaoke dan warung-warung yang didalamnya terdapat bilik-bilik kamar khusus untuk melakukan permesuman dengan dalih sebagai syarat melakukan ritual yang tidak bisa di tinggalkan. Adanya aktifitas pekerja seks komersial tersebut dapat menyebabkan penularan virus HIV dan AIDS bagi peziarah maupun masyarakat sekitar Gunung Kemukus. B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah munculnya praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 2. Bagaimana penegakan hukum pidana di Wilayah Kabupaten Sragen terkait dengan Praktik Prostitusi di Gunung Kemukus? 3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan praktik prostitusi di Gunung Kemukus? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Obyektif Mengetahui penegakan hukum pidana oleh pemerintah dan aparat kepolisian dalam menangani praktik prostitusi yang berkedok ziarah makam di Gunung Kemukus

19 6 b. Tujuan Subyektif Untuk memperoleh data dalam penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Obyektif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan di kalangan akademisi khususnya program studi hukum dan menambah bahan kepustakaan bagi para pembaca maupun peneliti yang sedang penelitian terkait dengan judul skripsi tersebut. b. Kegunaan Subyektif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan Pemerintah Kabupaten Sragen, khususnya Gubernur Jawa Tengah dalam mengatasi praktik prostitusi di Wilayah Jawa Tengah. D. Telaah Pustaka Telaah pustaka dalam penelitian ini, belum ada karya ilmiah atau tulisan yang berjudulpenegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus).

20 7 Untuk itu dalam penulisan skripsi ini banyak mengambil refrensi baik dari skripsi, buku-buku,dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Adapun literature yang berkaitan dengan judul skripsi ini antara lain sebagai berikut: Buku Bakdi Soemanto, Cerita Rakyat Dari Surakarta, buku ini membahas cerita rakyat dari wilayah Surakarta, adapun salah satu ceritanya yang berkaitan dengan skripsi penyusun yaitu kisah pangeran samudro di gunung kemukus. 5 Buku M.G. Endang Sumiami, Seks dan Ritual di Gunung Kemukus, dalam buku ini membahas tentang karakteristik peziarah ngalap berkah, ritual yang dilakukan peziarah, cara peziarah ngalap berkah, implikasi peziarah ngalap berkah. 6 Buku Soedjono D, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan Dalam Masyarakat, buku ini membahas terjadinya pelacuran di dalam masyarakat serta aspek hukum sebagai landasan dalam mengatur praktik-praktik pelacuran. 7 5 Bakdi Soemanto, Cerita Rakyat Dari Surakarta, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000). 6 M.G. Endang Sumiami, Seks dan Ritual di Gunung Kemukus, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada, 1999). 7 Soedjono D, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan Dalam Masyarakat, (Bandung: PT Karya Nusantara, 1977).

21 8 Buku R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, dalam buku ini membahas pasal-pasal yang ada di KHUP baik dalam kejahatan maupun pelanggaran, salah satunya tentang kesusilaan yang berhubungan dengan penelitian ini. 8 Jajuli, skripsi dengan judul motivasi dan dampak psikologis pekerja seks komersial di Gunung Kemukus. Pada penelitian tersebut membahas lebih mendalam tentang berbagai motif serta dampak psikologis yang dirasakan oleh PSK yang berada di Gunung Kemukus. Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang praktek prostitusi yang terjadi di gunung kemukus. 9 Nining Muflihah, skripsi dengan judul perilaku seksualitas anak dari keluarga pekerja seks komersial, pada penelitian tersebut membahas tentang bentuk perilaku seksualitas dan faktor-faktor yang membentuk perilaku seksualitas anak dari keluarga pekerja seks komersial. Jika dalam penelitian Nining Muflihah menceritakan tentang dampak perilaku dan factor-faktor yang membentuk perilaku anak dalam keluarga PSK namun dalam penelitian yang penyusun 8 Buku R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal,(bogor: Politeia, 1976). 9 Jajuli, Motifasi Dan Dampak Psikologis Pekerja Seks Komersial, Skripsi Pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

22 9 lakukan lebih fokus pada tindak pidana praktek prostitusi yang dilakukan di Gunung Kemukus. 10 Nurul Azizah, skripsi dengan judul Persepsi Masyarakat, Tata Cara dan Dampak Ritual Ngalap Berkah Pada Obyek Wisata Gunung Kemuskus, jika dalam penelitian ini mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang ritual ngalap berkah, baik tata cara ritual maupun dampak ritual ngalap berkah di obyek wisata gunung kemukus. Maka penyusun dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada praktik prostitusi yang Dilakukan di Gunung Kemukus. 11 Ali Muchsan, Skripsi dengan judul Mitos Cerita Pangeran Samudra Di Gunung Kemukus, pada penelitian tersebut mendeskripsikan struktur mitos dan mengetahui fungsi mitos cerita pangeran samudro yang ada di Gunung Kemukus,Kabupaten Sragen. Jika dalam penelitian Ali Muchsanmendeskripsikan struktur mitos dan mengetahui fungsi mitos cerita pangeran samudro yang ada di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, namun dalam penelitian yang 10 Nining Muflihah, Perilaku Seksualitas Anak dari Keluarga Pekerja Seks Komersial, Skripsi pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nurul Azizah, Persepsi Masyarakat, Tata Cara dan Dampak Ritual Ngalap Berkah pada Obyek Wisata Gunung Kemukus Kabupaten Sragen, Skripsi pada Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

23 10 penyusun lakukan lebih fokus pada tindak pidana praktek prostitusi yang dilakukan di Gunung Kemukus 12 E. Kerangka Teoretik Dalam sebuah penelitian perlu adanya teori yang akan dipakai, teori tersebut sebagai dasar dalam mengatasi masalah yang akan di angkat. Selain itu teori juga digunakan dalam pengolahan data untuk dijadikan dasar dalam masalah tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teori diantaranya. 1. Hukum Pidana Hukum Pidana Indonesia dalam menangani masalah prostitusi salah satunya diatur didalam KUHP. Adapun pasal yang mengaturnya antara lain pasal 259, 296 tentang kejahatan kesusilaan dan pasal 506 tentang ketertiban umum. Delik kesusilaan didalam KUHP terdapat pada Bab XIV Buku II yang merupakan jenis kejahatan dan Bab VI Buku III yang termasuk jenis pelanggaran.sedangkan yang termasuk dalam kelompok kejahatan kesusilaan (Pasal KUHP) meliputi perbuatan-perbuatan: zina dan sebagainya yang berhubungan dengan perbuatan cabul dan hubungan seksual 12 Ali Muchsan, Mitos Cerita Pangeran Samudra Di Gunung Kemukus,Skripsipada prodi Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, 2006.

24 11 (Pasal ). Adapun yang termasuk pelanggaran kesusialaan didalam KUHP (Pasal ) meliputi perbuatan-perbuatan: mengungkapkan atau mempertunjukan sesuatu yang bersifat porno (Pasal ). 13 Dalam penelitian ini, sebagai dasar dalam menindak pelaku prostitusi seperti mucikari atau germo maka pasal yang akan digunakan seperti: Pasal 296 KUHP Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebisaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah. Tindak pidana mengenai persundulan termuat dalam pasal 296 yang mengancam dengan hukuman penjara maksimum satu tahun empat bulan atau denda seribu rupiah barang siapa yang pekerjaannya atau kebiasaannya dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang ke tiga. Seorang koppelaar atau penggandeng ini juga dinamakan germo, sedangkan rumah persundulan yang khusus disediakan untuk prostitusi ini juga dinamakan bordil 13 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai: Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm

25 12 yang berasal dari kata bordeel dalam bahasa belanda. 14 Selain pasal 296 selanjutnya pasal 506 KUHP juga mengaturnya. Pasal 506 KUHP Barangsiapa menarik keuntungan dan perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun. Tindak pidana sebagai germo mengambil keuntungan dari perbuatan melanggar kesusilaan yang dilakukan seorang wanita oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal 506 KUHP hanya terdiri atas unsur-unsur obyektif masingmasing yakni; 1. Barang siapa, 2. Sebagai seorang germo, 3. Mengambil keuntungan dari perbuatan melanggar kesusilaan oleh seorang wanita. 15 Barangsiapa disini merupakan siapa saja yang berprofesi sebagai germo dan mengambil keumtungan dari perbuatan melanggar kesusilaan maka di ancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), prostitusi tidak dilarang. KUHP hanya melarang mereka yang 14 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hlm P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus: Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan & Norma Kepatutan, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hlm. 335

26 13 mempunyai profesi sebagai penyedia sarana (germo) dan mereka yang mempunyai profesi Pekerja Seks Komersial untuk dijadikan Pekerja Seks Komersial serta mucikari atau pelindung Pekerja Seks Komersial (pasal 296 KUHP). Namun dengan tidak dilarangnya prostitusi menurut Moeljatno bukan berarti bahwa prostitusi itu tidak merugikan masyarakat, melainkan sukarnya untuk merumuskan dengan tepat sifat perbuatan tersebut. 16 Melalui peraturan daerah para Pekerja Seks Komersial dan pengguna Pekerja Seks Komersial dapat dihukum sesuai dengan kebijakan peraturan daerah masing-masing seperti: Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 25 Setiap wisatawan berkewajiban: a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat; b. Memelihara dan melestarikan lingkungan; c. Turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan; dan d. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum. Pasal 26 ayat 16 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2008), hlm. 3.

27 14 j. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya; m. Menjaga citra negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha kepariwisataan secara bertanggung jawab; dan n. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 62 (sanksi u/wisatawan) 1. Setiap wisatawan yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dikenai sanksi berupa teguran lisan disertai dengan pemberitahuan mengenai hal yang harus dipenuhi. 2. Apabila wisatawan telah diberi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak diindahkannya, wisatawan yang bersangkutan dapat diusir dari lokasi perbuatan dilakukan. Pasal 63 (sanksi u/pengusaha) 1. Setiap pengusaha pariwisata yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan/atau Pasal 26 dikenai sanksi administratif. 2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Teguran tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha; dan c. Pembekuan sementara kegiatan usaha. 3. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan kepada pengusaha paling banyak 3 (tiga) kali. 4. Sanksi pembatasan kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak mematuhi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

28 15 5. Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4). PERDA Sragen Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Usaha Hiburan dan Rekreasi Didalam peraturan daerah tersebut salah satunya mengatur tentang kewajiban, larangan, sanksi dan ketentuan pidana bagi pengunjung maupun pengusaha, antara lain: Pasal 12 huruf c (kewajiban pemerintah) Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi untuk mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas. Pasal 14 huruf j (kewajiban pengusaha) Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya; Pasal 15 huruf d (kewajiban pengunjung) Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum. Pasal 16 huruf i (larangan pengusaha) Menyalahgunakan tempat usaha untuk kegiatan yang melanggar kesusilaan; dan/atau Pasal 20 (sanksi)

29 16 1. Setiap pengusaha hiburan dan rekreasi yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 16 dikenakan sanksi administratif. 2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Teguran tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha; c. Pembekuan sementara kegiatan usaha; dan d. Pembekuan kegiatan usaha. 3. Sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan kepada pengusaha hiburan dan rekreasi paling banyak 2 (dua) kali. 4. Apabila dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis pertama, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 16 pengusaha dikenai teguran tertulis kedua. 5. Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan teguran tertulis kedua, pengusaha tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 16 pengusaha dikenai sanksi administrasi pembatasan kegiatan usaha selama 3 (tiga) bulan. 6. Apabila waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah lewat dan pengusaha tetap tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 16, maka pengusaha dikenai sanksi administrasi berupa pembekuan sementara kegiatan usaha selama 6 (enam) bulan. 7. Apabila waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) telah lewat dan pengusaha tetap tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 16, maka pengusaha dikenai sanksi administrasi berupa pembekuan kegiatan usaha.

30 17 Pasal 25 ayat 4 (ketentuan pidana) 1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat 1, Pasal 8 ayat 1, dan Pasal 11 setelah dikenakan sanksi sesuai Pasal 20 dan tetap menjalankan usahanya dipidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp (lima puluh juta rupiah). 2. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a, huruf b, huruf c, huruf f, huruf g, huruf h. Dipidana kurungan paling lama 3 (bulan) atau denda paling banyak Rp (lima puluh juta rupiah). 3. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 adalah pelanggaran. 4. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d, huruf e, huruf i, dan huruf j, diancam pidana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain KUHP, undang-undang dan peraturan daerah yang melarang adanya perbuatan kesusilaan yang dilakukan disuatu tempat dan mengganggu ketertiban umum maka hukum Islam juga mengatur tentang tindak pidana perzinahan yang antara lain sebagai berikut: 2. Hukum Islam Konsep tentang tindak pidana perzinaan menurut hukum islam jauh berbeda dengan system barat. Dalam hukum islam, setiap hubungan seksual yang dilakukan diluar pernikahan itulah zina, baik yang dilakukan oleh orang yang telah berkeluarga

31 18 maupun yang belum berkeluarga, meskipun dilakukan rela sama rela tetap dikategorikan tindak pidana. 17 Dalam syari at islam, sanksi terhadap suatu perbuatan diberlakukan setahap demi setahap, bahkan ada pula larangan itu dimulai dengan cara yang bersifat peringatan dengan berbagai ragam ungkapan yang dinyatakan dalam Al-Qur an. Demikian pula sanksi bagi perzinaan juga diberlakukan tahap demi tahap, sesuai dengan ayat yang diundang-undangkan. Pada awalnya sanksi perzinaan itu dinyatakan dalam Surat An-Nisa ayat 15-16, kemudian Surat An-Nur (24) ayat Dasar keharaman perzinaan ataupun prostitusi dalam Syari at Islam adalah firman Allah swt: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra: 32). 19 wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada diri keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika 17 Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm Abd. Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta Dan Realita, (Yogyakarta: Lesfi, 2003) hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Surabaya: Penerbit Mahkota. Cet. V, 2001), hlm. 429.

32 19 kamu beriman kapada Allah dan hari Akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman (QS. Al- Nur: 2). 20 Yang dimaksud zina menurut hukum pidana islam yaitu tidak mempersoalkan apakah pelaku-pelakunya telah diikat perkawinan dengan orang lain atau belum. Hukum pidan islam tidak mempersoalkan dengan siapa persetubu han dilakukan. Apabila persetubuhan ini dilakukan oleh orang yang telah menikah maka pelakunya disebut pelaku muhsan, dan apabila persetubuhan ini dilakukan oleh orang yang belum menikah maka pelakunya disebut pelaku gairu muhsan. 21 Ancaman pidana menurut hukum pidana islam, yaitu disesuaikan dengan pelaku perzinahan. Jika pelaku zina itu muhsan atau telah menikah maka ancaman pidananya adalah rajam. Namun jika perzinahan itu dilakukan oleh orang yang belum menikah maka ancaman pidananya adalah dicambuk atau didera sebanyak delapan puluh kali. Ketentuan mengenai persaksian didalam hukum pidana islam, hukuman dapat dijatuhkan apabila ada pengakuan dari pelaku bahwa dia telah melakukan zina atau dari keterangan saksi. Karena menyangkut 20 Ibid,.hlm Ahmad Bahiej, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hlm

33 20 hidup dan matinya seseorang, keterangan saksi ini mempunyai persyaratan-persyaratan yang khusus, yaitu: 1. Jumlah saksi harus empat orang laki-laki atau apabila tidak ada orang laki-laki maka setiap orang laki-laki hanya digunakan oleh dua orang wanita. 2. Saksi-saksi itu haruslah sudah baligh, berakal sehat dan bersikap adil. 3. Saksi-saksi itu harus beragama islam 4. Keempat orang saksi itu mengetahui peristiwa perzinahan secara mendetail. Hukum Pidana Islam tidak memandang zina sebagai delik aduan, tetapi dipandang sebagai dosa besar yang harus ditindak tanpa menunggu pengaduan dari orang-orang yang bersangkutan. Jika persyaratan saksi-saksi telah terpenuhi maka qadli dapat memutuskan perkara perzinahan itu. Saksi disini tidak menutup kemungkinan dari suami atau istri pelaku atau pun orang lain. 22 F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat penyusun uraikan sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik, yaitu mencari data sebanyakbanyaknya yang ditemukan di lapangan kemudian data data 22 Ibid.,hlm

34 21 tersebut dianalisis untuk mengambaran aktivitas dilapangan. Data yang akan di carai sesuai dengan rumusan masalah di atas yaitu bagaimana proses berjalannya praktik prostitusi di Gunung Kemukus saat ini. Apa tindakan atau kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Bagaimana penegakan hukum oleh aparat kepolisian setempat dalam mengatasi prostitusi di Gunung Kemukus. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pendekatan terhadap hukum sebagai suatu norma atau kaidah, dan pendekatan terhadap masyarakat dalam arti melihat realita yang ada di lapangan. 2. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Obyek Wisata Religi Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Tepatnya berada Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang KabupatenSragen Propinsi Jawa Tengah.Alasan dipilihnya wilayah tersebut sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus yang tergolong unik, yaitu dengan cara melakukan hubungan

35 22 seksual dengan lawan jenis yang bukan pasangan resminya, dengan dalih sebagai syarat yang tidak bisa ditinggalkan dalam melakukan ritual. Alasan tersebut dimanfaatkan oleh Pekerja Seks Komersial antar kota untuk beroperasi mencari para pelanggannya. b. Kurang maksimalnya tindakan Pemerintah Kabupaten Sragen dalam mengatasi masalah prostitusi tersebut, sehingga tahun 2014 baru dilakukan penutupan. Padahal praktik prostitusi tersebut sudah berjalan puluhan tahun lamanya, akan tetapi penutupan pada tahun 2014 tersebut hanyalah bersifat sementara. Hal ini dikarenakan menyangkut nilai ekonomi masyarakat sekitar. Sehingga sampai sekarang aktifitas pekerja seks komersial masih terjadi di Gunung Kemukus, bahkan ramenyapara peziarah dan pekerja seks komersial yaitu pada setiap malam Jum at Pon dan malam Jum at Kliwon. c. Penegakan Hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian setempat kurang maksimal sehingga sampai saat ini masih ada pekerja seks komersial yang mengkal di Gunung Kemukus. 3. Jenis data

36 23 Guna mendapatkan data dalam penelitian, penyusun menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data Primer Yaitu suatu data yang di dapatkan dari hasil penelitian lapangan yang diperoleh langsung dari responden atau narasumber (field research). b. Data Sekunder Yaitu data yang di dapatkan dari hasil penelitian pustaka (library research), seperti KUHP, Peraturan Daerah atau Kota, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data yang penyusun lakukan dengan teknik sebagai berikut: a. Pengumpulan Data Primer (field research), awalmulanya penyusun melakukan observasi tempat penelitian. Setelah mendapatkan ijin, penyusun melakukan wawancara dengan responden dan narasumber untuk memperoleh data yang falid. Selain itu penyusun melakukan interaksi dengan pekerja seks komersial dan para peziarah di Gunung Kemukus.

37 24 b. Pengumpulan Data Sekunder (library research), penyusun melakukannya dengan mempelajari peraturan perundangundangan, dan buku-buku maupun hasil karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 5. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data tersebut, penyusun menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yakni suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat, dan akhirnya diambil kesimpulan. 23 G. Sistematika Pembahasan Sebagaimana maksud dan tujuan dari karya ilmiah ini, untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan yang sistematis. Maka sistematika pembahasanya sebagai berikut: Bab pertama, berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan. 23 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Cet ke-1 (Malang: Alfabeta, 2012), hlm. 229.

38 25 Bab kedua, berisi tinjauan umum tentang prostitusi dan ritual ziarah makam, bab ini menguraikan tentang pengertian, jenis-jenis, faktor-faktor, dan dampak prostitusi, kemudian tujuan lokalisasi dan hukum pidana kesusilaan. Dilanjutkan dengan pengertian ritual ziarah makam, macam-macam, dan tata caraserta tujuan ziarah makam. Bab ketiga, berisi gambaran umum lokasi penelitian,seperti sejarah Kabupaten Sragen, Pangeran Samudro, Gunung Kemukus, dan Sendang Ontrowulan. Dilanjutkan dengan inti dari ziarah di Makam Pangeran Samudro. Macam-macam tradisi di Gunung Kemukus. Bab keempat, Analisis Penegakan Hukum Praktik Prostitusi Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus. Dalam analisis mencakup tiga rumusan masalah yaitu, sejarah munculnya praktik prostitusi di Gunung Kemukus, penegakan hukum pidana di Wilayah Kabupaten Sragen terkait dengan Praktik Prostitusi di Gunung Kemukus, kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan praktik prostitusi di Gunung Kemukus. Bab kelima, yakni penutup, merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran

39 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan pada empat bab sebelumnya, pada bab ini akan memberikan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Uraian pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sejarah adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus adalah karena adanya perbedaan dalam memaknai pesan yang disampaikan oleh Pangeran Samudro. Masyarakat atau peziarah yang percaya ritual tersebut maka berharap permohonannya terkabul. Adanya ritual tersebut maka para pekerja seks komersial dari berbagai daerah antar kota berdatangan untuk mendapatkan uang dari melakukan hubungan seks dengan dalih sebagai syarat yang tidak bisa ditinggalkan. 2. Penegakan hukum dalam mengatasi praktik prostitusi di Gunung Kemukus belum maksimal. Sampai saat ini setiap malam Jum at Pon dan Jum at Kliwon masih banyak pekerja seks komersial yang beroperasi disekitar kompleks makam pangeran samudro 112

40 113 dan di warung-warung sekitar makam. Walaupun para mucikari dan germo dapat jerat dengan KUHP akan tetapi para pekerja seks komersial dan pelangganya tidak bisa, sebab di Kabupaten Sragen tidak ada aturan yang mengatur secara khusus permasalahan sosial prostitusi tersebut seperi di Gunung Kemukus. 3. Hambatan yang dihadapai dalam penegakan hukum tersebut antara lain, belum ada perda yang mengatur tentang ketertiban umum, adanya oknum-oknum yang melindungi praktik prostitusi di Gunung Kemukus, kurang maksimalnya pemerintah dan kepolisian Sragen dalam menangani permasalahan prostitusi di Gunung Kemukus. Masyarakat yang menolak adanya penutupan di Gunung Kemukus sebagian adalah para pengusaha, dan warga pendatang, karena menyangkut ekonomi dan kesejahteraan mereka dari berjualan. B. Saran Dengan adanya KUHP, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan Peraturan Daerah Sragen Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Usaha Hiburan dan Rekreasi, diharapkan aktifitas para pekerja seks komersial di Gunung Kemukus bisa hilang dan sekaligus mengembalikan fungsi makam sebagai tempat untuk

41 114 wisata ziarah religi bukan untuk melakukan maksiat atau perbuatan lainnya yang melanggar nilai-nilai pancasila dan kesuslaan di negara ini. Adapun saran penyusun dalam permasalahan ini antara lain: 1. Pemerintah Kabupaten Sragen perlu membuat Peraturan Daerah tentang ketertiban umum untuk mengatur adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus. 2. Mengembalikan fungsi makam sebagai tempat untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan sebagai wisata ziarah religi bersejarah yang harus dilestarikan. 3. Untuk mencegah terjadinya penyebaran virus HIV dan AIDS melalui hubungan seksual seperti yang dilakukan di gunung kemukus, maka pemerintah desa sampai provinsi harus bekerjasama. 4. Melakukan pendataan diri dan cek kesehatan bagi warga pendatang maupun warga asli Gunung Kemukus. 5. Pemerintah terkait di Kabupaten Sragen seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, perlu melakukan seminar tentang bahaya penyebaran Virus HIV dan AIDS melalui hubungan seks di Gunung Kemukus.

42 DAFTAR PUSTAKA A. Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Peraturan Daerah Sragen Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Usaha Hiburan Dan Rekreasi B. Buku/Penelitian Hukum Arief, Abd. Salam, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta Dan Realita, Yogyakarta: Lesfi, Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai: Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta: Kencana, Afnan Chafid, dkk. TRADISI ISLAM: Panduan Prosesi Kelahiran, Perkawinan, Kematian, Surabaya: Khalista, Jilid I Al-Albani, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin, AHKAMUL JANAIS Tuntinan Pengurusan Jenazah & Ziarah Kubur, Tegal: Ash Shaff Media, Azizah, Nurul, Persepsi Masyarakat, Tata Cara dan Dampak Ritual Ngalap Berkah pada Obyek Wisata Gunung Kemukus Kabupaten Sragen, Skripsi pada Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bahiej, Ahmad, Hukum Pidana, Yogyakarta: Bidang Akademik, D, Soedjono, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan Dalam Masyarakat, Bandung: PT Karya Nusantara, Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Surabaya: Penerbit Mahkota. Cet. V, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Faridl, Miftah, Antar Aku Ke Tanah Suci: Panduan Mudah Haji, Umrah Dan Ziarah, Jakarta: Gema Insani, Jajuli, Motifasi Dan Dampak Psikologis Pekerja Seks Komersial, Skripsi Pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kartono, Katini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, Lamintang, P.A.F., Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus: Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan & Norma Kepatutan, Jakarta: Sinar Grafika, Lawrence M. Friedman, System Hukum: Perspaktif Ilmu Social, Bandung: Nusa Media, Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Muflihah, Nining, Perilaku Seksualitas Anak dari Keluarga Pekerja Seks Komersial, Skripsi pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muchsan, Ali, Mitos Cerita Pangeran Samudra Di Gunung Kemukus,Skripsi pada prodi Sastra Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, Saksono, Ign. Gatut, Mencari Pesugihan di Tempat-tempat Ziarah Keramat, Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas, Suyono, Capt. R.P., Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis, Yogyakarta: LKIS, Soemanto, Bakdi, Cerita Rakyat Dari Surakarta, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Sumiami, M.G. Endang, Seks dan Ritual di Gunung Kemukus, Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada, Soesilo, R., KUHP Serta Komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, Bogor: Politeia, 1976.

44 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Cet ke-1 Malang: Alfabeta, Tjahyono dan Ashaadi Siregar, Dolly membedah dunia pelacuran surabaya, Surabaya: Graffiti Pers, C. Lain-lain Data Wanita Pekerja Seks di Kabupaten Sragen oleh Dinas Social dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen. Dinas Periwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Obyek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus, Sragen: Pemerintah Kabupaten Sragen. Hasil wawancara dengan juru kunci makam pangeran samudro pada tanggal 23/3/2016 pukul 11:00 wib. Inilah Daftar Kota Yang Paling Penuh Dosa Di Dunia, diakses pada tanggal 27/02/2016.Pukul 19:28 wib. Pesugihan gunung kemukus dan resiko bagi para pelaku, diakses pada tanggal 24/02/2016.Pukul 8:25 wib. Selayang Pandang Sejarah Srage, di akses pada tanggal 29/02/2016 pukul 10:59 wib. Sumber: PJO Kemukus dan Pemerintah Desa Pendem. Tujuan dan Hikmah Ziarah Kubur, diakses pada tanggal 7/3/2016 pukul 16:43 wib Ziarah Kubur, berjudul ziarah kubur. Diakses tanggal 29 Agustus 2015, pukul 13:26.

45 LAMPIRAN-LAMPIRAN

46 DAFTAR LAMPIRAN A. SURAT IJIN PENELITIAN FAKULTAS 1. Ijin Penelitian Di Polres Sragen 2. Ijin Penelitian Di Satpol PP Sragen 3. Ijin Penelitian Di Dinas Kesehatan Sragen 4. Ijin Penelitian Di Dinas Sosial Sragen 5. Ijin Penelitian Di Disparbudpor Sragen B. SURAT IJIN PENELITIAN BANKELINMAS DIY C. SURAT IJIN PENELITIAN BPMD JATENG D. DAFTAR PERTANYAAN/KUESIONER E. FOTO PENELITIAN F. (CV) CURICULUM VITAE

47 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA F!KULT!S SY!RI!H D!N HUKUM Alamat : Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274)512840, Fax.(0274) fak.sharia@gmail.com Yogyakarta SURAT IJIN PENELITIAN No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/19322/ 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian Yogyakarta, 31 Desember 2015 Kepada Yth. KAPOLRES Sragen di. Sragen Assalamu alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini : No Nama NIM 1. Muhammad Nasrullah JURUSAN IH Untuk me ngadakan penelitian di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah Tepatnya di Makam Pangeran Samodra guna mendapatkan data dan inofrmasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus). Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu alaikum wr.wb. a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Tembusan: Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Samsul Hadi, M.Ag NIP

48 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA F!KULT!S SY!RI!H D!N HUKUM Alamat : Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274)512840, Fax.(0274) fak.sharia@gmail.com Yogyakarta SURAT IJIN PENELITIAN No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/19322/ 2015 Yogyakarta, 31 Desember 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. KASATPOL PP Sragen di. Sragen Assalamu alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini : No Nama NIM JURUSAN 1. Muhammad Nasrullah IH Untuk me ngadakan penelitian di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah Tepatnya di Makam Pangeran Samodra guna mendapatkan data dan inofrmasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus). Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu alaikum wr.wb. a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Tembusan: Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Samsul Hadi, M.Ag NIP

49 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA F!KULT!S SY!RI!H D!N HUKUM Alamat : Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274)512840, Fax.(0274) fak.sharia@gmail.com Yogyakarta SURAT IJIN PENELITIAN No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/19322/ 2015 Yogyakarta, 31 Desember 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. Dinas Kesehatan Sragen di. Sragen Assalamu alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini : No Nama NIM JURUSAN 1. Muhammad Nasrullah IH Untuk me ngadakan penelitian di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah Tepatnya di Makam Pangeran Samodra guna mendapatkan data dan inofrmasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus). Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu alaikum wr.wb. a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Tembusan: Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Samsul Hadi, M.Ag NIP

50 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA F!KULT!S SY!RI!H D!N HUKUM Alamat : Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274)512840, Fax.(0274) fak.sharia@gmail.com Yogyakarta SURAT IJIN PENELITIAN No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/19322/ 2015 Yogyakarta, 31 Desember 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. Dinas Sosial Sragen di. Sragen Assalamu alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini : No Nama NIM JURUSAN 1. Muhammad Nasrullah IH Untuk me ngadakan penelitian di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah Tepatnya di Makam Pangeran Samodra guna mendapatkan data dan inofrmasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus). Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu alaikum wr.wb. a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Tembusan: Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Samsul Hadi, M.Ag NIP

51 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA F!KULT!S SY!RI!H D!N HUKUM Alamat : Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274)512840, Fax.(0274) fak.sharia@gmail.com Yogyakarta SURAT IJIN PENELITIAN No. : UIN.02/DS.1/PP.00.9/19322/ 2015 Yogyakarta, 31 Desember 2015 Hal : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. DISPARBUDPOR Sragen di. Sragen Assalamu alaikum wr.wb. Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memohon kepada Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga sebagaimana yang tersebut di bawah ini : No Nama NIM JURUSAN 1. Muhammad Nasrullah IH Untuk me ngadakan penelitian di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah Tepatnya di Makam Pangeran Samodra guna mendapatkan data dan inofrmasi dalam rangka Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul Penegakan Hukum Praktik Prostitusi (Studi Kasus Wisata Religi Ziarah Makam Di Gunung Kemukus). Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalamu alaikum wr.wb. a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Tembusan: Dekan Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Samsul Hadi, M.Ag NIP

52

53 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH Alamat : Jl. Mgr. Soegiopranoto No. 1 Telepon : (024) Fax : (024) bpmd@jatengprov.go.id http ://bpmd.jatengprov.go.id Semarang REKOMENDASI PENELITIAN NOMOR : 070/0352/04.5/2016 Dasar : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian; 2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah; 3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah. Memperhatikan : Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah, memberikan rekomendasi kepada : 1. Nama : MUHAMMAD NASRULLAH 2. Alamat : Desa Lebaksiu Kidul RT/RW 002/006, Kelurahan Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah 3. Pekerjaan : Mahasiswa Untuk : Melakukan Penelitian dengan rincian sebagai berikut : a. Judul Proposal : PRAKTEK PROSTITUSI BERKEDOK ZIARAH MAKAM (STUDI KASUS DI GUNUNG KEMUKUS SRAGEN JAWA TENGAH) b. Tempat / Lokasi : GUNUNG KEMUKUS SRAGEN, PROV. JAWA TENGAH c. Bidang Penelitian : Hukum d. Waktu Penelitian : s.d e. Penanggung Jawab : 1. Drs. Mochammad Sodik, S.Sos, M.Si. 2. Mansur, S.Ag, M.Ag f. Status Penelitian : Baru g. Anggota Peneliti : - h. Nama Lembaga : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA Ketentuan yang harus ditaati adalah : a. Sebelum melakukan kegiatan terlebih dahulu melaporkan kepada Pejabat setempat / Lembaga swasta yang akan di jadikan obyek lokasi; b. Pelaksanaan kegiatan dimaksud tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapat mengganggu kestabilan pemerintahan; c. Setelah pelaksanaan kegiatan dimaksud selesai supaya menyerahkan hasilnya kepada Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah; d. Apabila masa berlaku Surat Rekomendasi ini sudah berakhir, sedang pelaksanaan kegiatan belum selesai, perpanjangan waktu harus diajukan kepada instansi pemohon dengan menyertakan hasil penelitian sebelumnya; e. Surat rekomendasi ini dapat diubah apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Demikian rekomendasi ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Semarang, 17 Februari 2016 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH SUJARWANTO DWIATMOKO UPT PTSP BPMD

54 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH Alamat : Jl. Mgr. Soegiopranoto No. 1 Telepon : (024) Fax : (024) bpmd@jatengprov.go.id http ://bpmd.jatengprov.go.id Semarang Semarang, 17 Februari 2016 Nomor : 070/1077/2016 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (Satu) Berkas Perihal : Rekomendasi Penelitian Kepada Yth. Bupati Sragen u.p. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kab. Sragen Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan penelitian bersama ini terlampir disampaikan Penelitian Nomor 070/0352/04.5/2016 Tanggal 17 Februari 2016 atas nama MUHAMMAD NASRULLAH dengan judul proposal PRAKTEK PROSTITUSI BERKEDOK ZIARAH MAKAM (STUDI KASUS DI GUNUNG KEMUKUS SRAGEN JAWA TENGAH), untuk dapat ditindaklanjuti. Demikian untuk menjadi maklum dan terimakasih. KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI JAWATENGAH Ir. SUJARWANTO DWIATMOKO, M.Si. Pembina Utama Madya NIP Tembusan : 1. Gubernur Jawa Tengah; 2. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah; 3. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 4. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta; 5. Sdr. MUHAMMAD NASRULLAH. UPT PTSP BPMD

55 DAFTAR PERTANYAAN A. SATPOL PP 1. Apa pendapat Satpol PP Sragen terkait adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 2. Apa peran Satpol PP Sragen sehingga baru dilakukan penutupan pada tahun 2014 yang lalu? 3. Bagaimana penegakan hukum terkait praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 4. Siapa saja yang terlibat dalam melakukan penutupan di Gunung Kemukus? 5. Jika masih ada praktik prostitusi di Gunung Kemukus apa yang akan Satpol PP Sragen lakukan? B. POLSEK SUMBERLAWANG 1. Apa pendapat Polsek Sumberlawang terkait adanya praktik Prostitusi di Gunung Kemukus? 2. Bagaimana penegak hukum oleh Polsek Sumberlawang terkait adanya praktik Prostitusi di Gunung Kemukus? 3. Apa yang menjadi kendala sehingga pada tahun 2014 baru dilakukan penutupan di Gunung Kemukus? 4. Apa peran Pelsek Sumberlawang pada saat dilakukannya penutupan pada tahun 2014 di Gunung Kemukus? 5. Siapa saja yang terlibat dalam penutupan pada saat itu? 6. Jika masih ada praktik prostitusi di Gunung Kemukus apa yang akan Polsek Sumberlawang lakukan? C. DINAS SOSIAL 1. Apa pendapat dinas social terkait dengan adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 2. Tindakan apa saja yang dilakukan dinas social terkait dengan adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 3. Terkait dengan penutupan di Gunung Kemukus pada tahun 2014, apa peran Dinas Sosial dari praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 4. Bagaimana proses penutupan pada tahun 2014?

56 5. Apa hasil yang dicapai sejak dilakukannya penutupan pada tahun 2014 yang lalu? 6. Jika masih ada praktik prostitusi di Gunung Kemukus apa yang akan dinas social lakukan D. DISPARBUDPOR 1. Bagaimana sejarah gunung kemukus menurut dinas pariwisata kebudayaan dan pemuda dan olah raga? 2. Apa pendapat dinas pariwisata kebudayaan dan pemuda dan olah raga terkait adanya praktik prostutusi di Gunung Kemukus? 3. Dari adanya wisata religi ziarah makam di Gunung Kemukus, berapa pendapatan daerah setiap tahunnya? 4. Apa tindakan dinas pariwisata kebudayaan dan pemuda dan olah raga jika masih terjadi praktik prostitusi di Gunung Kemukus? E. JURU KUNCI MAKAM 1. Bagaimana sejarah pangeran samudro? 2. Apa yang melatarbelakangi penamaan Gunung Kemukus? 3. Bagaimana sejarah adanya ritual melakukan hubungan seksual di Gunung Kemukus? 4. Bagaimana tata cara melakukan ritual di Gunung Kemukus? 5. Tradisi apa saja yang setiap tahun di gelar di Gunung Kemukus? 6. Apa pendapat anda sebagai juru kunci makam terkait dengan adanya praktik prostitusi di Gunung Kemukus? 7. Apa saja inti ziarah makam pangeran samudro di Gunung Kemukus? 8. Bagaimana sejarah penamaan dari adanya sendang ontrowulan? F. Peziarah 1. Apa motivasi anda datang ke Gunung Kemukus? 2. Apa saja yang anda lakukan di Gunung Kemukus? 3. Ritual apa yang anda lakukan di Gunung Kemukus? 4. Bagaimana tata cara melakukan ritual di Gunung Kemukus? 5. Apa yang anda peroleh setelah melakukan ritual tersebut?

57 6. Apakah anda tidak takut tertular Virus HIV dan AIDS ketika melakukan hubungan seks dengan PSK di Gunung Kemukus? 7. Setiap kali anda melakukan ritual, berapa banyak uang yang anda habiskan? 8. Apakah anda mempunyai PSK langganan? G. Pekerja Seks Komersial 1. Sudah berapa lama anda berprofesi sebagai PSK di Gunung Kemukus? 2. Apakah anda mempunyai tempat tinggal di Gunung Kemukus? 3. Bagaimana cara memboking anda? 4. Berapa tarif setiap melakukan transaksi, apakah ada perbedaan jumlah uang yang harus di bayar? 5. Apakah anda tidak takut tertular Virus HIV dan AIDS? 6. Berapa pendapatan anda setiap bulan? 7. Adakah oknum masyarakat dan pemerintah yang terlibat sehingga praktik prostitusi di Gunung Kemukus masih beroperasi? 8. Apa solusi anda agar berhenti menjadi PSK di Gunung Kemukus?

58 FOTO-FOTO 1. WawancaraDenganSatpol PP Sragen 2. WawancaraDenganDinasSosialSragen 3. MakamPangeranSamudro

59 4. PintumasukGunungKemukus

60

61 5. Tradisi tahunan larab slambu makam Pangeran Samudro

62 6. Sendang Ontrowulan

63 7. Tata cara ziarah makam

64 CURRICULUM VITAE Nama : Muhammad Nasrullah TTL : Tegal, 08 Agustus 1991 Alamat : DesaLebaksiuKidul, Rt 002/Rw 006, KecamatanLebaksiu KabupatenTegal Telp/Hp : AlamatJogja Ayah Pekerjaan Ibu Pekerjaan : nasrulmuhammad202@yahoo.co.id : JlCempaka, Gang Teratai CT X / 08 Deresan, Depok, Sleman : H. Nurrochim : Wiraswasta : Hj. Mu Ziyyah : IbuRumahTangga RiwayatPendidikan: 1. SDN 03 LebaksiuKidul ( ) 2. SLTP Negeri 1 Lebaksiu ( ) 3. SMA Negeri 1 Mojo Kediri ( ) PengalamanOrganisasi: 1. PENCAK SILAT CEPEDI 2. DANPOKMA MENWA SATUAN 03 UIN SUKA 3. Anggota PC. IPNU Kab. Sleman 4. Anggota DPD KNPI Sleman Prestasi: Juara II kelas D Putra (Dewasa) KejuaraanPencakSilat Muhammad Zain Cup VII Se- Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK (PEDOPHILIA) MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK (PEDOPHILIA) MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK (PEDOPHILIA) MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI OLEH: AWALIA META SARI NIM. 3222113006 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya dengan ridho Tuhan, langgeng

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prostitusi merupakan suatu permasalahan sosial yang sampai saat ini keberadaannya semakin terus berkembang. Praktik prositusi bukanlah menjadi hal yang baru

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT, TATA CARA, DAN DAMPAK RITUAL NGALAP BERKAH PADA OBJEK WISATA GUNUNG KEMUKUS KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT, TATA CARA, DAN DAMPAK RITUAL NGALAP BERKAH PADA OBJEK WISATA GUNUNG KEMUKUS KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT, TATA CARA, DAN DAMPAK RITUAL NGALAP BERKAH PADA OBJEK WISATA GUNUNG KEMUKUS KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan

BAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan untuk bertahan hidup seperti otak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Praktek prostitusi merupakan perbuatan yang merusak moral dan mental dan dapat menghancurkan keutuhan keluarga, namun dalam hukum positif sendiri tidak melarang pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata umumnya berkaitan dengan pemanfaatan ruang wilayah yang terdiri dari struktur, bentuk, dan penggunaan lahan. Penentuan lokasi pariwisata dan pengembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan,

BAB I PENDAHULUAN. rumah lebih dari satu hari keperluan tempat untuk tidur, istirahat, keselamatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penginapan atau akomodasi saat berpergian atau liburan adalah jenis tempat tinggal dalam perjalanan dimana orang yang harus tinggal jauh dari rumah lebih dari

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N : WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DAN PERBUATAN ASUSILA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang a. bahwa pelacuran dan perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN DAN PENANGGULANGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang Mengingat : : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi dalam arti terangnya adalah pelacur atau pelayan seks atau Pekerja Seks Komersial (PSK) atau disebut juga penjual jasa seksual. Ternyata penduduk asli di

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Mengenai Persamaan sanksi prostitusi online

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG)

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG) TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG) Disusun Oleh: WURI PUSPITA SARI 07400023 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PENERTIBAN DAN PENANGGULANGAN PEKERJA SEK KOMERSIAL DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA W A L I K O T A S A M A R

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa pelacuran merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS SOSIOLOGIS TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN YANG DILAKUKAN DITEMPAT UMUM DALAM ACARA BERSIH DESA

KAJIAN YURIDIS SOSIOLOGIS TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN YANG DILAKUKAN DITEMPAT UMUM DALAM ACARA BERSIH DESA KAJIAN YURIDIS SOSIOLOGIS TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN YANG DILAKUKAN DITEMPAT UMUM DALAM ACARA BERSIH DESA (Studi Di Wilayah Hukum Polres Mojokerto) Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seringkali diwujudkan dalam kompleks pelacuran Indonesia yang juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. seringkali diwujudkan dalam kompleks pelacuran Indonesia yang juga dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prostitusi di Indonesia dianggap sebagai kejahatan terhadap kesusilaan atau moral dan melawan hukum. Dalam praktiknya, prostitusi tersebar luas, ditoleransi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi I. PEMOHON Robby Abbas. Kuasa Hukum: Heru Widodo, SH., M.Hum., Petrus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LARANGAN PERBUATAN ASUSILA, PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM WILAYAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah; PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 6 TAHUN 1993 T E N T A N G LARANGAN MELAKUKAN PERBUATAN TUNASUSILA ATAU KEGIATAN YANG SEJENISNYA DENGAN ITU DALAM KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, di manapun berada, selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan rumah kos sebagai

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana memiliki pengertian perbuatan yang dilakukan setiap orang atau subjek hukum yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM KASUS TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (STUDI KASUS DI POLRESTA SURAKARTA) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Putusan Pengadilan Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan bahwa : Putusan Pengadilan adalah

Lebih terperinci

OBYEK WISATA RELIGIUS MAKAM RADEN NGABEHI YOSODIPURO DESA PENGGING KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

OBYEK WISATA RELIGIUS MAKAM RADEN NGABEHI YOSODIPURO DESA PENGGING KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI OBYEK WISATA RELIGIUS MAKAM RADEN NGABEHI YOSODIPURO DESA PENGGING KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PALU NOMOR 21 TAHUN 1998 TENTANG LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN PRAKTEK TUNA SUSILA DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara demokrasi tuntutan masyarakat terhadap keterbukaan informasi semakin besar. Pada masa sekarang kemajuan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PASAL 483 RANCANGAN KONSEP KUHP TAHUN 2012 TENTANG ZINA SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PASAL 483 RANCANGAN KONSEP KUHP TAHUN 2012 TENTANG ZINA SKRIPSI TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PASAL 483 RANCANGAN KONSEP KUHP TAHUN 2012 TENTANG ZINA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa pelacuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) Oleh : Satria Rifky Arfianto

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. Guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) Oleh : Satria Rifky Arfianto ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SANKSI PIDANA PERDA KAB. DEMAK NO. 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT BAGI PENGEMIS DI MAKAM KADILANGU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan merupakan cara terbaik dalam menegakan keadilan. Kejahatan yang menimbulkan penderitaan terhadap korban, yang berakibat

Lebih terperinci

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Strata Satu (S1) Bidang Ilmu Hukum Oleh : MUHAMMAD

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 2 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG ANTI PERBUATAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri pariwisata selalu menempati urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi Negara.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat dan watak yang masing masing berbeda, membutuhkan hukum untuk mengatur kehidupannya agar dapat

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERZINAHAN DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERZINAHAN DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERZINAHAN DI PENGADILAN NEGERI SRAGEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Jurusan Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui penelitian tesis ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengaturan hukum tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari segi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017 ALASAN PENGHAPUS PIDANA KHUSUS TERHADAP TINDAK PIDANA ENYEMBUNYIKAN PELAKU KEJAHATAN DAN BARANG BUKTI BERDASARKAN PASAL 221 KUH PIDANA 1 Oleh: Suanly A. Sumual 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa pelacuran bertentangan dengan norma

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari ruang lingkup kekerasan seksual, mengenal adanya pencabulan, yaitu segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya

Lebih terperinci

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS MAHASISWA DI RUMAH KOS

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS MAHASISWA DI RUMAH KOS KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS MAHASISWA DI RUMAH KOS (Studi Kasus di Lingkungan Perum Puri Bunga Nirwana Gang Kelapa Gading, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan keamanan dan ketentraman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA 16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012 STUDI ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUḌĀRABAH DI BMT ARTHA MANDIRI REMBANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 Dalam Ilmu Mu amalah Siti Rokhaniah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN DAN PENERTIBAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Rokan

Lebih terperinci

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP 2012 A. Pengertian Zina Lajang Dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan Cabul yang sekarang

Lebih terperinci

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM BAB III SANKSI BAGI PELAKU PERZINAAN DALAM PASAL 284 KUHP PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Unsur-unsur Tindak Pidana Perzinaan Dalam Pasal 284 KUHP Perbuatan pidana

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI 41 BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI A. Menurut Peraturan Sebelum Lahirnya UU No. 44 Tahun 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA Klik Perubahan Ke Perda 9 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN A. Pengertian Anak 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 10 2.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 5 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 38 BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Konsep Perkawinan Dalam Hukum Positif 1. Pengertian Perkawinan Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian

Lebih terperinci

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan

Lebih terperinci

DINAMIKA HUKUM ADAT BAMBANG DARU NUGROHO

DINAMIKA HUKUM ADAT BAMBANG DARU NUGROHO DINAMIKA HUKUM ADAT DINAMIKA HUKUM ADAT BAMBANG DARU NUGROHO YAYASAN PENDIDIKAN NASIONAL BANDUNG DINAMIKA HUKUM ADAT Penulis: Bambang Daru Nugroho Editor: Shery Imam Slamet ISBN: 978-602-74419-2-7 97 halaman,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DAN PEMAKAIAN FASILITAS PADA TAMAN REKREASI KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DAN PEMAKAIAN FASILITAS PADA TAMAN REKREASI KOTA S A L I N A N NOMOR : 1/C 2004 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DAN PEMAKAIAN FASILITAS PADA TAMAN REKREASI KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PENANGANAN KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. (Studi Di Wilayah Hukum Polres Jombang)

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PENANGANAN KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. (Studi Di Wilayah Hukum Polres Jombang) TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PENANGANAN KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Di Wilayah Hukum Polres Jombang) PENULISAN HUKUM Oleh : Surya Dwi Novriyanto 08400199 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) dalam Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) dalam Pendidikan Agama Islam. IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 18 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Di susun Oleh : Ahmad Abdul Aziz NIM JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI AH

SKRIPSI. Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Di susun Oleh : Ahmad Abdul Aziz NIM JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI AH TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan menimbulkan korban. Korban/saksi dapat berupa pelaku tindak pidana yaitu: seorang Korban/saksi

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa keberadaan Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA A. Pengaturan Sanksi Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap Pedofilia 1. pengaturan Sanksi Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO

KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO Oleh: I Gst Ngr Dwi Wiranata Ibrahim R. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Perbuatan kumpul kebo merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, S.H, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia

Lebih terperinci

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci