Pembangunan Sosial di Indonesia: Sebuah Kajian terhadap UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Teoritis Pembangunan Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembangunan Sosial di Indonesia: Sebuah Kajian terhadap UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Teoritis Pembangunan Sosial"

Transkripsi

1 Pembangunan Sosial di Indonesia: Sebuah Kajian terhadap UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Teoritis Pembangunan Sosial Oleh: Rusman R. Manik 1. LATAR BELAKANG Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Setelah 69 tahun merdeka, bagaimanakah kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia? Tulisan ini merupakan refleksi umum terhadap kinerja pembangunan sosial di Indonesia. Pemaparan akan dimulai dengan menjelaskan konsep kesejahteraan sosial, pembangunan sosial serta pemaparan kinerja pembangunan sosial. 2. KONSEP KESEJAHTERAAN SOSIAL DI INDONESIA Konsep kesejahteraan sosial di Indonesia dapat dilihat pada UU 11 Tahun 2009 ttg Kesejahteraan Sosial, yang merupakan operasionalisasi amanat Pancasila dan UUD

2 Dalam Pasal 1 Ayat 1 UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai: Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari definisi di atas, kesejahteraan sosial itu: Bukan hanya terpenuhinya kebutuhan material, tetapi juga kebutuhan spiritual, dan sosial warga negara Bukan hanya untuk sekedar hidup layak, tetapi juga agar warga negara mampu mengembangkan dirinya Pada akhirnya, agar tiap warga negara dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Secara lebih teknis, operasionalisasi UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah sebagai berikut: SASARAN : Perorangan, Keluarga, Kelompok dan Masyarakat. KELOMPOK MASALAH : Kemiskinan, Keterlantaran, Kecacatan, Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku, Keterasingan/Keterpencilan, Korban Bencana, Korban Kekerasan dan Masalah Sosial lainnya. FUNGSI : 1. Pemulihan/rehabilitasi 2

3 2. Pemberdayaan 3. Perlindungan Sosial 4. Jaminan Sosial Berdasarkan arahan UU 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bentuk nyata program pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia terdiri dari: 1. Program Rehabilitasi Sosial 2. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial 3. Program Pemberdayaan Sosial 4. Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial 5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lain 6. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara. 3. KONSEP PEMBANGUNAN SOSIAL Bila dilihat secara sepintas, pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia cenderung bersifat parsial, yaitu: pembangunan sektor sosial, dimana pembangunan kesejahteraan sosial tidak terintegrasi dengan pembangunan ekonomi dalam satu kesatuan strategi pembangunan nasional Definisi Pembangunan Sosial Apakah pembangunan sosial itu memang bersifat sektoral; hanya pembangunan sektor sosial saja? Apakah pembangunan sosial itu? 3

4 Dalam uraian berikut akan diuraikan konsep pembangunan sosial yang merupakan hasil review terhadap tulisan Manohar S. Pawar dan David R. Cox, berjudul Social Development Bab 2 pada buku Social Development: Critical Themes and Perspectives Apakah pembangunan sosial itu? Ada banyak definisi Pembangunan Sosial. Berdasarkan fokus (atau titik tekannya), semua definisi itu secara longgar dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori utama: 1. Fokus pada aspek "perencanaan sistematis dan hubungan antara pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi". 2. Fokus pada aspek "perubahan struktural sebagai inti dari pembangunan sosial". 3. Fokus pada upaya untuk "mewujudkan (realisasi) potensi manusia, pemenuhan kebutuhan dan pencapaian kualitas hidup yang lebih baik". A. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada aspek perencanaan sistematis dan hubungan antara pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi Beberapa definisi pembangunan sosial dan terjemahan bebasnya, dalam kategori ini adalah sebagai berikut: The concept of social development is inclusive of economic development but differs from it in the sense that it emphasis the development of the totality of society in its economic, political, social, and cultural aspects (Gore 1973, 10) 4

5 Konsep pembangunan sosial termasuk dalam konsep pembangunan ekonomi, tetapi berbeda dalam fokusnya, yaitu menekankan pengembangan masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya (Gore 1973, 10) Social development is a process of planned social change designed to promote the well-being of the population as a whole in conjunction with the dynamic process of economic development (Midgley 1995, 25) Pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk mengembangkan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan, yang terkait secara erat dengan proses pembangunan ekonomi (Midgley 1995, 25) [Social development is] planned comprehensive social change designed to improve people s general welfare. The interrelatedness of major social problem requires the economic and cultural efforts of national and international government structures and society s institutions and all its citizens (Baker 2003, 403). [Pembangunan sosial adalah] perubahan sosial bersifat komprehensif yang direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat. Keterkaitan antar masalah sosial yang utama membutuhkan respon kebijakan dalam bidang ekonomi dan budaya skala nasional dan struktur pemerintahan nasional dan internasional serta lembaga-lembaga masyarakat dan semua warganya (Baker 2003, 403). 5

6 B. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada perubahan struktur Beberapa definisi pembangunan sosial dalam kategori ini adalah sebagai berikut: Social development is a comprehensive concept which implies major structural changes political, economic and cultural, which are introduced as part of deliberate action to transform society. (Pathak 1987, 57-58) Pembangunan sosial adalah sebuah konsep yang komprehensif yang menyiratkan perubahan struktural yang fundamental - politik, ekonomi dan budaya, yang dilaksanakan sebagai bagian dari tindakan yang disengaja untuk mengubah masyarakat. (Pathak 1987, 57-58) Development should be perceived as a multidimensional process involving the re-organisation and reorientation of entire economic and social system... [it] involves radical change in institutional, social and administrative structures as well as in popular attitudes and even customs and beliefs. (Todaro, 1997, 69) Pembangunan harus dianggap sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi seluruh sistem ekonomi dan sosial... [yang] melibatkan perubahan radikal dalam struktur kelembagaan, sosial dan administrasi serta sikap dan bahkan adat istiadat dan kepercayaan. 6

7 C. Definisi Pembangunan Sosial yang fokus pada upaya mewujudkan (realisasi) potensi manusia, pemenuhan kebutuhan dan pencapaian kualitas hidup yang lebih baik Beberapa definisi pembangunan sosial dalam kategori ini adalah sebagai berikut: Social development includes improvement in the quality of life of people (a more) equitable distribution of resources broad-based participation in the process of decision making; and special measures that will enable marginal group and communities to move into the mainstream (Pandey 1981, 33) Pembangunan sosial termasuk peningkatan kualitas hidup masyarakat... pemerataan sumber daya (yang lebih baik)... partisipasi yang berbasis luas... dalam proses pengambilan keputusan; dan langkah-langkah khusus yang akan memungkinkan kelompok dan masyarakat marginal untuk pindah ke arus utama (Pandey 1981, 33) Social development has two interrelated dimensions: the first is the capacity of people to work continuosly for their welfare and that of society; the second is the alteration or development of society s institusions so that human need are met at all level, especially at the lowest level, through a process of improving the relationships between people and social economic institution. (Paiva 1982, 4) Pembangunan sosial memiliki dua dimensi yang saling terkait: yang pertama adalah kemampuan orang untuk bekerja terus menerus untuk kesejahteraan mereka dan masyarakat; yang kedua adalah perubahan atau pengembangan kelembagaan masyarakat sehingga kebutuhan manusia terpenuhi pada semua tingkatan, khususnya pada tingkat 7

8 terendah, melalui proses peningkatan hubungan antara masyarakat dan lembaga sosial ekonomi. (Paiva 1982, 4) Social development is the process of planned changed designed to bring about a better fit between human needs and social policies and programs. (Hollister 1982, in Midgley 1993, 7) Pembangunan sosial adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memastikan kesesuaian antara kebutuhan manusia dengan kebijakan dan program-program sosial. (Hollister 1982, di Midgley 1993, 7) Social development implies evolution and transformation through which people and societies maximise their opportunities, and become empowered to handle their affairs. (Mohan and Sharma 1985, 12-23) Pembangunan sosial menyiratkan evolusi dan transformasi melalui mana orang-orang dan masyarakat memaksimalkan peluang mereka, dan menjadi berdaya untuk menangani urusan dan permasalahan mereka. (Mohan Sharma dan 1985, 12-23) Social development is directed toward the release of human potential in order to eliminate social inequities and problems. (Meinert, Kohn and Strickler 1984, 70) Pembangunan sosial diarahkan untuk merealisasikan (mewujudkan) potensi manusia untuk menghilangkan ketidakadilan sosial dan masalahmasalah sosial. (Meinert, Kohn dan Strickler 1984, 70) 8

9 The three basic components or core values of development are lifesustenance, self-esteem and freedom. (Denis Goulet 1971, in Thirlwall 1989, 8) Tiga komponen dasar atau nilai-nilai inti dari pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan dasar, harga diri dan kebebasan. (Denis Goulet 1971, di Thirlwall 1989, 8) [S]ocial development is focused not only on the well-being of individuals, but more frequently than not on the achievement of the well-being and fullest posible human realisation of the potentials of individuals, groups, communities, and mass of people. (Billups 1994, in Lowe 1995, 2169) [P]embangunan sosial difokuskan tidak hanya pada kesejahteraan individu, tetapi juga pada pencapaian kesejahteraan dan realisasi potensi kemanusiaan yang tertinggi pada individu, kelompok, masyarakat, dan masyarakat luas. (Billups 1994, Lowe tahun 1995, 2169) [Social development is] a participatory process of planned social change designed to promote the well-being of the people, and which, as such, offers an effective response to the innate needs and aspirations of the whole population for the enhancement of their quality of life. (cox, Pawar and Picton 1997a, 5) [Pembangunan sosial adalah] proses perubahan sosial terencana secara partisipatif yang dirancang untuk mengembangkan kesejahteraan rakyat, melalui respon kebijakan yang efektif terhadap kebutuhan bawaan dan 9

10 aspirasi dari seluruh penduduk untuk peningkatan kualitas hidup mereka. (cox, Pawar dan Picton 1997a, 5) The term social development can refer to: improvement in the welfare and quality of life of individuals; or changes in societies in their norms and institutions that make development more equitable and inclusive for all members of society. (Davis 2004, iv) Istilah pembangunan sosial dapat merujuk pada: peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup individu; atau perubahan dalam masyarakat - dalam norma-norma dan lembaga-lembaga mereka - yang membuat pembangunan yang lebih adil dan inklusif untuk semua anggota masyarakat Identifikasi Strategi Pembangunan Sosial Apakah ada Teori Pembangunan Sosial sebagai dasar untuk menurunkan strategi pembangunan sosial? Dalam pengertian yang sangat spesifik dan dalam batasan kerangka pikir positivistik yang sangat ketat, Teori Pembangunan Sosial belum ada. Tetapi dalam kondisi keterbatasan tersebut, banyak cendekiawan yang telah mempopulerkan istilah paradigma pembangunan sosial. (Krager 1994). Karena belum memiliki teori khusus, maka strategi pembangunan sosial dapat diturunkan dari kerangka umum pendekatan pembangunan sosial. Tabel 1 di bawah menjelaskan komponen utama dalam pendekatan pembangunan sosial. 10

11 Dari tabel 1 di bawah, terlihat bahwa tujuan dasar pembangunan sosial adalah: Mengembangkan kesejahteraan penduduk atau peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Memampukan masyarakat untuk menikmati kebebasan dalam rangka memenuhi aspirasi dan realisasi potensinya. Tujuan di atas dapat diwujudkan melalui strategi pembangunan sosial yang terdiri dari: Pengembangan kapasitas individu, kelompok masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan. Pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokalbdan mendukung perkembangan organisasi masyarakat. Membina kemandirian. Menciptakan lingkungan yang memampukan sehingga semua orang dapat tumbuh dan berkembang optimal. Partisipasi dalam proses pembangunan dan memfungsikan kelembagaan sosial. Mengembangkan pemerintah yang aktif dalam proses pembangunan dalam rangka mengembangkan kinerja perencanaan partisipatif. Terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan pembangunan sosial. Koordinasi program pembangunan pada semua tingkatan. Penguatan masyarakat sipil pada semua aspek strategisnya. 11

12 Bentuk riil strategi di atas dirumuskan melalui proses partisipatif dan atau proses yang bersifat memberdayakan dalam sistem nilai yang khusus, yaitu: Menghormati dan meyakini kapasitas manusia yang dapat tumbuh dan berkembang. Memahami keberadaan manusia secara holistik, dari aspek fisik hingga ke aspek spiritualitas manusia. Penerimaan atas pluralisme sosial dan budaya, dan mendudukkan pluralisme tersebut dalam budaya dan sistem nilai masyarakat. Mengakui pentingnya isu-isu ekologi dan arti penting hubungan masyarakat dengan alam lingkungannya. Mengakui bahwa hubungan sosial didasarkan pada hak dan kewajiban untuk berpartisipasi, kesetaraan kesempatan, dan kesamaan hak atas keadilan sosial. Tabel 1. Pendekatan dalam Pembangunan Sosial 1. Kondisi eksisting Perubahan sosial, progres atau pembangunan. 2. Tujuan Dasar Mengembangkan kesejahteraan penduduk atau peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Memampukan masyarakat untuk menikmati kebebasan dalam rangka memenuhi aspirasi dan realisasi potensinya. 12

13 3. Sistem Nilai Menghormati dan meyakini kapasitas manusia yang dapat tumbuh dan berkembang. Memahami keberadaan manusia secara holistik, dari aspek fisik hingga ke aspek spiritualitas manusia. Penerimaan atas pluralisme sosial dan budaya, dan mendudukkan pluralisme tersebut dalam budaya dan sistem nilai masyarakat. Mengakui pentingnya isu-isu ekologi dan arti penting hubungan masyarakat dengan alam lingkungannya. Mengakui bahwa hubungan sosial didasarkan pada hak dan kewajiban untuk berpartisipasi, kesetaraan kesempatan, dan kesamaan hak atas keadilan sosial. 4. Proses Proses yang bersifat partisipatoris Proses untuk pemberdayaan 5. Strategi Pengembangan kapasitas individu, kelompok masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan. Pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokalbdan mendukung perkembangan organisasi masyarakat. Membina kemandirian. Menciptakan lingkungan yang memampukan sehingga semua orang dapat tumbuh dan berkembang optimal. Partisipasi dalam proses pembangunan dan memfungsikan kelembagaan sosial. Mengembangkan pemerintah yang aktif dalam proses pembangunan dalam rangka mengembangkan kinerja perencanaan partisipatif. Terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan pembangunan sosial. Koordinasi program pembangunan pada semua tingkatan. Penguatan masyarakat sipil pada semua aspek strategisnya. 13

14 6. Tingkatan Internasional Nasional Daerah di dalam negara Provinsi Tingkat pemerintahan yang paling rendah (dekat dengan masyarakat) Masyarakat pada tingkatan akar rumput (kampung) 7. Dimensi Budaya Politik Ekonomi Ekologi Edukasi (pendidikan) Kesehatan Perumahan Kelompok masyarakat Masyarakat dan kelembagaannya. 4. Bagaimanakah kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia? Kondisi kesejahteraan sosial di Indonesia dapat dinilai dari tingkat atau angka kemiskinan seperti yang dihitung oleh BPS. Dalam mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah 14

15 penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Dari data yang dikumpulkan oleh BPS, perkembangan angka kemiskinan di Indonesia adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang) Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa 1970 n.a n.a 70,00 n.a n.a 60,00 n.a n.a ,00 44,20 54,20 38,80 40,40 40, , , ,30 38,90 47,20 30,80 33,40 33, , , ,50 32,80 42,30 29,00 28,40 28, , , ,30 31,30 40,60 28,10 26,50 26, , , ,30 25,70 35,00 23,10 21,20 21, , , ,70 20,30 30,00 20,10 16,10 17, , , ,40 17,80 27,20 16,80 14,30 15, , , ,70 17,20 25,90 13,40 13,80 13, , , ,20 15,30 22,50 9,70 12,30 11, , , ,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17, , , ,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24, , , ,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23, , , ,31 26,43 38,74 14,60 22,38 19, , , ,60 29,27 37,87 9,79 24,84 18, , , ,32 25,08 38,39 14,46 21,10 18, , ,00 15

16 ,26 25,08 37,34 13,57 20,23 17, , , ,37 24,78 36,15 12,13 20,11 16, , , ,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15, , , ,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17, , , ,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16, , , ,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15, , , ,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14, , , ,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13, , ,83 Maret ,05 18,97 30,02 9,23 15,72 12, , ,51 September ,95 18,94 29,89 9,09 15,59 12, , ,69 Maret ,65 18,49 29,13 8,78 15,12 11, , ,78 September ,51 18,09 28,59 8,60 14,70 11, , ,35 Maret ,33 17,74 28,07 8,39 14,32 11, , ,31 Sumber: BPS, di akses 27 April 2014, jam Dari data BPS nampaklah bahwa jumlah penduduk miskin memang semakin berkurang, tetapi jumlahnya masih relatif besar. Pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin di kota dan di desa ada sebanyak 28,07 juta jiwa. BPS mencatat angka kemiskinan meningkat terbesar di pulau Jawa, kemudian Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua serta Kalimantan. Hal lain yang harus dilihat dari data di atas adalah bahwa penurunan angka kemiskinan tersebut cenderung melambat. Menurut Bank Dunia, untuk tahun , tingkat penurunannya hanya 0.7 persen, yang merupakan tingkat penurunan terkecil dalam satu dekade terakhir. (Siaran Pers Kantor Perwakilan Bank Dunia di Indonesia). Ketimpangan di Indonesia juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir yang berpotensi menciptakan konflik sosial. Hal ini akan mengurangi manfaat dari tingginya pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir, pertumbuhan 16

17 yang pada dasarnya mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 11,3% pada tahun 2014, dibandingkan dengan 24% pada tahun Meningkatnya ketimpangan juga membuat mereka yang miskin lebih sulit lagi untuk keluar dari kemiskinan. Koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan konsumsi, telah meningkat dari 0,30 pada tahun 2000, menjadi sekitar 0,41 pada tahun Kesenjangan antar daerah tetap ada. Indonesia Timur tertinggal dari wilayah lain di negara ini, terutama Jawa. Akibatnya, meski upaya mengurangi kemiskinan mengalami kemajuan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan peningkatan ketimpangan tercepat di kawasan Asia Timur. Lebih lanjut disampaikan oleh Bank Dunia bahwa strategi utama untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan adalah dengan membantu masyarakat miskin menolong diri mereka sendiri, melalui penyediaan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik. Hal lain adalah memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki akses yang sama ke layanan yang berkualitas, agar mereka dapat memulai hidupnya secara adil. Peningkatan anggaran untuk program-program jaring pengaman sosial (social safety net) akan membantu meningkatkan akses keluarga miskin terhadap layanan kesehatan, gizi yang lebih baik dan pendidikan yang berkualitas. Hal ini meningkatkan peluang mereka untuk lepas dari kemiskinan. Saat ini, Indonesia hanya menghabiskan 0,7% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) untuk program-program bantuan sosial, dibandingkan dengan Brasil yang menggunakan 1,5% dari PDB-nya dan negara-negara berpenghasilan menengah rendah lainnya. 17

18 5. Strategi Pembangunan Sosial Baru-baru ini, beberapa pakar mengajukan Social Progress Index (SPI), yang merupakan Indeks gabungan yang mengukur tingkat kemajuan sosial (Social Progress) suatu negara. Disebutkan bahwa indikator dalam indek tersebut dapat dijadikan sebagai target intervensi kebijakan untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan. Disarikan dari laporannya dalam disebutkan bahwa dalam SPI, tingkat kemajuan sosial didefinisikan sebagai kapasitas sebuah negara dalam: memenuhi kebutuhan dasar warganya, membangun pondasi yang memungkinkan individu dan masyarakat utk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidupnya, dan menciptakan kesempatan bagi tiap individu agar mampu mencapai tingkat potensi tertingginya. Dengan demikian, SPI dibangun dari tiga dimensi, yaitu: Basic Human Need: Apakah negara menyediakan kebutuhan dasar penduduknya? Foundations of Wellbeing: Adakah pondasi yg kokoh bagi individu dan masyarakat untuk meningkatkan dan memperta-hankan tingkat kesejahteraannya? Opportunity: Adakah kesempatan bagi tiap penduduk untuk mencapai tingkat potensi tertingginya? 18

19 Dalam Laporannya disebutkan bahwa prinsip dasar penyusunan Penyusunan SPI adalah sebagai berikut: 1. Hanya memuat indikator sosial dan lingkungan, tanpa indikator ekonomi SPI fokus mengukur tingkat kemajuan sosial, sehingga akan memudahkan analisis hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial secara lebih tepat dan sistematis. 2. Menggunakan indikator outcome (hasil), bukan input Contoh: Social Progress Index mengukur derajat kesehatan masyarakat, bukan mengukur seberapa besar anggaran yg dibelanjakan pada sektor kesehatan. 3. Actionability Social Progress Index merupakanalat yg praktis untuk membantu para pengambil kebijakan dan praktisi di pemerintahan, dunia usaha dan CSO agar lebih mampu meningkatkan taraf kemajuan sosial di negaranya. 4. Relevan bagi semua negara, bukan hanya bagi NSB Social Progress Index merupakan ukuran holistik menilai kemajuan sosial untuk semua negara, bukan hanya Negara Sedang Berkembang. Gambaran dimensi, komponen dan indikator dalam Social Progress Index adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Dari gambaran tersebut terlihat secara jelas indikator-indikator yang dapat menjadi fokus intervensi 19

20 kebijakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 20

21 Daftar Pustaka diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB di akses 27 April 2014, jam diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB diakses pada 8 Januari 2014, Jam 09.WIB Manohar S. Pawar dan David R. Cox, Social Development: Critical Themes and Perspectives 21

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Nomor : 049/08/63/Th. XIX, 15 September 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015 Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada September 2014 tercatat 4,81 persen

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015 Nomor : 04/01/63/Th. XX, 04 Januari 2016 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret tercatat 4,99 persen dan pada September

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan

Lebih terperinci

Prinsip dan Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan

Prinsip dan Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan 2/25/2009 Prinsip dan Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Pertemuan 1 Pengertian & Tujuan Ekonomi pembangunan (development economics) adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang bertujuan untuk menganalisis masalah-masalah

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 No. 05/01/75/Th.XI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 Berdasarkan survei pada September 2016 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,63 persen. Angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 No. 64/09/71/Th. IX, 15 September 2015 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XVI, 02 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 No. 07/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 55/09/32/Th. XVII, 15 September 2015 Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 No. 42/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan lewat pengolahan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN 05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara satu dengan negara lain.

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014 Nomor : 038/07/63/Th. XVIII, 01 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014 Tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan selama periode September 2013 Maret 2014 mengalami

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN 07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 No. 05/01/71/Th. X, 04 Januari 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011 No. 31/ 07/14/Th. X, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2011 adalah 482.050 atau 8,47 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/72/Th. XIX, 04 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2011 2015 terus

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVI,1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/72/Th. XVIII, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2010 terus mengalami

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 47/08/32/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan Maret

Lebih terperinci

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk. No. 32/07/14/Th. XVIII, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2017 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008 Candra Mustika Dosen

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN 38/07/Th. XX, 17 JULI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2017

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 47/07/19/ Th. IX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG MARET TAHUN 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141

Lebih terperinci

CHAPTER XI POVERTY BAB XI KEMISKINAN

CHAPTER XI POVERTY BAB XI KEMISKINAN BAB XI KEMISKINAN Pada bab ini menyajikan gambaran umum kondisi kemiskinan di Kota Kendari yang mencakup jumlah penduduk miskin, Garis Kemiskinan, serta persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.38/07/61/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 54/09/61/Th.XVIII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA 07/01/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi

Lebih terperinci

Workshop Pengembangan Model Global Governance dalam Penanganan Isu-isu Global

Workshop Pengembangan Model Global Governance dalam Penanganan Isu-isu Global Workshop Pengembangan Model Global Governance dalam Penanganan Isu-isu Global (Draft Presentasi) Yogi Suwarno LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL 2011 Latar Belakang #1

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 37/07/34/Th.XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 No. 40/07/72/Th. XIX, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 2016 cenderung mengalami

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 05/01/72/Th. XVII, 02 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER RINGKASAN Perkembangan selama lima tahun terakhir yaitu periode 2009, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi

Lebih terperinci

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=http://www.upi.edu>universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a> Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016 No. 6/01/19/Th.X 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014 No. 06/01/19/Th. XIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA

PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA The Development of Total Poor Population and Its Causing Factor Sunaryo Urip Badan Pusat Statistik Jl. Sutomo, Jakarta Pusat ABSTRACT There is

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 04/01/32/Th. XVIII, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan

Lebih terperinci

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015 No. 05/01/82/Th. XV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2015 BERKURANG 7,3 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Maluku

Lebih terperinci

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 No. 37/07/75/Th.X. 17 Juli 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase

Lebih terperinci

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan selalu menjadi masalah bagi setiap negara, terutama negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pembangunan dikatakan berhasil jika terjadi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERAN DATA STATISTIK. dalam perencanaan PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN dan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF

PERAN DATA STATISTIK. dalam perencanaan PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN dan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF PERAN DATA STATISTIK dalam perencanaan PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN dan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG INKLUSIF Konreg PDRB Se Kalimantan Tahun 2015, Palangka Raya, 8 Juni 2015 KECUK SUHARIYANTO Deputi Bidang Neraca

Lebih terperinci

Paradigma Kesejahteraan

Paradigma Kesejahteraan Kuliah 9 Paradigma Kesejahteraan 5/16/2016 Marlan Hutahaean 1 Pendahuluan Paradigma Pertumbuhan fokus pada pertumbuhan ekonomi yang bersifat agregat. Paradigma Kesejahteraan fokus pada peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 / 01 / 82 / Th. XIV, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2014 BERTAMBAH 2,2 RIBU ORANG

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 No. 05/01/33/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Kondisi Kemiskinan di Indonesia Isu kemiskinan yang merupakan multidimensi ini menjadi isu sentral di Indonesia

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.05/01/61/Th.XX, 03 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Aulia Hadi 1 Judul Buku : Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial) Pengarang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015 No. 54/09/72/Th. XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2011 2015 terus

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.46/07/52/Th.I, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,371 Pada

Lebih terperinci

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk. No. 35/07/14 Th. XVII, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2016 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010 No. 28/ 07/14/Th. X, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2010 adalah 500,26 ribu atau 8,65 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.40/07/61/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN 07/01/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2011 No. 05/01/72/Th. XV, 02 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER RINGKASAN Perkembangan selama lima tahun terakhir yaitu periode 2007- jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 No. 05/01/Th. XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 10,70 PERSEN Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci