Penyusunan Kontrak E. Rial N. 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penyusunan Kontrak E. Rial N. 2014"

Transkripsi

1 Penyusunan Kontrak E. Rial N. 2014

2 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 LEGALISASI DAN WAARMEKING 11 DASAR HUKUM 2 TATA URUTAN 12 DASAR BERLAKUNYA KUHPerdata 3 STRUKTUR ANATOMI KONTRAK 13 ISTILAH DAN PENGERTIAN 4 AWAL KONTRAK 14 SISTEM DAN SIFAT KUHPerdata 5 KOMPARISI 15 SUBJEK DAN OBJEK KONTRAK 6 PREMISSE/RECITALS 16 SYARAT-SYARAT PERJANJIAN 7 DEFINISI 17 ASAS-ASAS PERJANJIAN 8 ISI KONTRAK 18 AKIBAT PERJANJIAN 9 CARA PENULISAN PASAL 19 AKTA-AKTA PERJANJIAN 10 PENUTUP DAN TANDA TANGAN 20

3 PENDAHULUAN Hukum kontrak kita masih menggunakan peraturan pemerintah kolonial belanda yg terdapat dlm bab III KUHPerdata. Kontrak-kontrak yg telah diatur dalam BW (KUHPerdata) : 1. Kontrak jual beli; 2. Kontrak tukar menukar; 3. Kontrak sewa menyewa; 4. Kontrak pinjam meminjam Sementara itu telah berkembang kontrak-kontrak lain yg belum diatur dalam KUHPerdata : 1. Kontrak Beli Sewa 2. Kontrak Sewa Guna Usaha (Leasing) 3. Kontrak Franchising 4. Kontrak Kerjasama Patungan (Joint Venture) 5. Kontrak Keagenan 6. Kontrak Distribusi Barang 7. Production Sharing Contract

4 DASAR HUKUM

5 Dasar Hukum Kontrak Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata Burgerlijk Wetboek)

6 Dasar Berlakunya KUHPerdata di Indonesia Konkordansi Beginsel (asas konkordansi) : Pasal 131 IS ayat 2 sub. A, bahwa terhadap orang Eropa yang berada di Indonesia diberlakukan hukum perdata awalnya, yaitu hukum perdata yang berlaku di Belanda; Pasca Kemerdekaan, KUHPerdata tetap berlaku berdasarkan Pasal II aturan Peralihan;

7 ISTILAH DAN PENGERTIAN PERIKATAN Perikatan merupakan terjemahan Verbintenis ; Verbintenis mengandung banyak pengertian, diantaranya : Perikatan : masing-masing pihak saling terikat oleh suatu kewajiban/prestasi ( Subekti; Sudikno ); Perutangan : suatu pengertian yang terkandung dalam verbintenis ; adanya hubungan utang piutang antara pihak-pihak ( Sri Soedewi, Vol Maar, Kusumadi ); Perjanjian (overeenkomst ) ( Wirjono Prodjodikoro)

8 ISTILAH DAN PENGERTIAN PERIKATAN Perikatan : Hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara 2 orang / lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban atas suatu prestasi Hubungan hukum : hubungan 2 orang / lebih yang dapat dituntut pelaksanaannya oleh hukum; Prestasi : sesuatu hal menurut isi perjanjian, suatu hal yang wajib dipenuhi oleh pihak yang satu dan merupakan hak bagi pihak yang lain

9 KONTRAK = PERJANJIAN Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal tersebut secara jelas terlihat dalam judul Bab II Buku III KUHPerdata, yakni Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan.

10 Pengertian Perjanjian Menurut KUHPerdata Pasal 1313 KUHPerdata : suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih Definisi di atas menurut beberapa pakar : sangat luas Tidak lengkap karena definisi tersebut cenderung ke arah kontrak sepihak, tidak mencakup kontrak timbal balik Terlalu luas karena mencakup pula perbuatan dalam perbuatan melawan hukum

11 Sistem dan Sifat Hukum Perikatan Sistem hukum perikatan (Buku III KUHPerdata) adalah bersistem terbuka (openbaar system) ; Artinya KUHPerdata memungkinkan setiap orang mengadakan perjanjian apapun juga baik yang diatur Undang-Undang (KUHPerdata/KUHD), peraturan khusus maupun perjanjian jenis baru yang belum ada ketentuannya.

12 SIFAT BUKU III (PERIKATAN) KUHPERDATA hukum perikatan/perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada subyek hukum untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan.

13 Sesuai bab III KUHPerdata, hukum kontrak kita menganut sistem terbuka (open system) : 1. Bebas mengadakan kontrak dengan siapapun 2. Bebas menentukan syarat-syaratnya 3. Bebas pelaksanaannya 4. Bebas bentuknya (Nukman Muhammad)

14 SIFAT HUKUM PERIKATAN Sifat hukum perikatan terdiri : 1. Sebagai hukum pelengkap, apabila para pihak membuat ketentuan-ketentuan sendiri, para pihak dapat mengesampingkan ketentuan dalam UU apabila mereka membuat ketentuan sendiri (contoh Pasal 1460 KUHPerdata)

15 SIFAT HUKUM PERIKATAN Sifat hukum perikatan terdiri (lanjutan): 2. Bersifat konsensuil, dengan adanya kata sepakat maka mengikatlah perjanjian itu dengan tanpa adanya formalitas. 3. Obligatoir, perjanjian hanya menimbulkan kewajiban saja. Obligatoir (kewajiban), belum menimbulkan milik dan hak milik baru pindah/beralih setelah adanya levering.

16

17 SUBJEK DAN OBJEK HUKUM SUBJEK HUKUM Pendukung hak dan kewajiban; Beberapa pengertian : Sesuatu yg menurut hukum berhak/berwenang utk melakukan perbuatan hukum atau siapa yg mpyi hak dan cakap utk bertindak dalam hukum Sesuatu pendukung hak yg mnrt hukum berwenang/berkuasa bertindak mjd pendukung hak; Segala sesuatu yg menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban

18 Subjek hukum ada 2 : 1. Manusia pribadi (Natuurlijke Persoon/Natural Person) ~ Pasal 1329 KUHPerdata ; Stp org mempunyai kedudukan yg sama selaku pendukung hak dan kewajiban; Prinsip : org sbg subjek hukum dimulai sejak lahir sampai meninggal dunia;

19 Subjek hukum ada 2 (lanjutan) : 2. Badan hukum (rechts persoon/ legal entitle) ~ Pasal 1654 KUHPerdata; Suatu perkumpulan/lembaga yg dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu; Syarat badan hukum : Memiliki kekayaan terpisah dari kekayaan anggota; Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya

20 Badan hukum terbagi 2 : 1) Badan hukum privat Badan hukum yg didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yg menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum tsb; Badan swasta yg didirikan orang utk tujuan tertentu, seperti mencari keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan dll; Contoh: Perseroan Terbatas, Yayasan dll.

21 Badan hukum terbagi 2 : 2) Badan hukum publik Badan hukum yg didirikan berdasarkan hukum publik atau menyangkut kepentingan publik atau orang banyak/negara umumnya; Contoh : Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dll.

22 Objek Hukum (Pasal 499 KUHPerdata) Segala sesuatu yg berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu yg menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum atau segala sesuatu yg dpt menjadi hak milik; Objek hukum biasanya berujud benda/zaak (lihat buku II KUHPerdata~ Pasal KUHPerdata);

23 Objek Kontrak Objek suatu kontrak = Prestasi Istilah lain prestasi : utang, di mana utang bermakna kewajiban yg harus dipenuhi debitor; Prestasi adalah kewajiban yg harus dipenuhi debitor; Bentuk-bentuk prestasi (Pasal 1234 KUHPerdata) : Memberikan sesuatu; Melaksanakan sesuatu; Tidak berbuat atau melaksanakan sesuatu;

24 OBJEK KONTRAK Beberapa syarat Objek kontrak¹ : Objeknya harus tertentu atau dapat ditentukan; Diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan; (¹lihat Pasal 1320 KUHPerdata sub 3 jo. Pasal 1335; Pasal 1337 KUHPerdata )

25 Syarat Perjanjian

26 ( Ridwan Khairandy ) Syarat Sahnya Kontrak Pasal 1320 BW 1. Adanya kesepakatan; 2. Adanya Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian 3. Adanya objek tertentu; dan 4. Adanya kausa hukum yang halal Subjek Persyaratan Objek Dapat dibatalkan Batal Demi Hukum

27 1. Adanya Kata Sepakat Kontrak/perjanjian menjadi sah, maka para pihak harus sepakat terhadap segala hal yang terdapat dalam perjanjian/kontrak; Prinsip kata sepakat : pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian/kontrak; Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati;

28 2. Kecakapan untuk membuat perjanjian Pasal 1329 KUHPerdata : Setiap orang cakap utk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut UU dinyatakan tidak cakap; Pasal 1330 KUHPerdata : tidak menentukan siapa yg cakap membuat perjanjian, namun hanya mengatur orang yg tidak cakap membuat perjanjian, yaitu : 1. Orang yg belum dewasa (minderjarigen); 2. Mereka yg ditaruh di bawah pengampuan (die onder curatele gesteld zijn); 3. Perempuan yg telah kawin dlm hal-hal yg ditentukan UU dan pd umumnya semua org kpd siapa UU telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

29 Kecakapan untuk membuat perjanjian (lanjutan) KUHPerdata tidak menentukan tolok ukur atau batasan seseorang dinyatakan dewasa; Batasan umur ditentukan dalam Buku I KUHPerdata tentang Orang; Pasal 330 KUHPerdata menyatakan : belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin. Apabila perkawinannya bubar sedangkan belum genap 21 tahun mereka tetap dianggap belum dewasa.

30 UU No.1 Tahun 1974 ttg Perkawinan ( Pasal 47 jo. Pasal 50); Intinya kedua Pasal tsb, secara tidak langsung menetapkan batas umur kedewasaan ketika menetapkan anak yg belum mencapai 18 tahun atau belum melangsungkan perkawinan ada dibawah pengawasan orang tua, dan mereka yang dibawah kekuasaan wali. Bandingkan dg ketentuan KUHPerdata! (lihat asas hukum) Lihat juga UU No. 30 Tahun 2004 jo. UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris (Pasal 39 ayat (1))

31 Pasal 39 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris Para penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut: paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah; dan cakap melakukan perbuatan hukum. Dengan demikian, kecakapan untuk melakukan perjanjian yg dibuat tidak hanya dikaitkan dengan batasan umur kedewasaan, tetapi juga dikaitkan dengan tolok ukur lain, misalnya tidak berada dibawah pengampuan. Tidak hanya dewasa, tetapi cakap melakukan perbuatan hukum.

32 3. Suatu Hal Tertentu Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu;suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu; Suatu hal tertentu adalah kewajiban debitor dan hak kreditor, artinya hal tertentu itu adalah apa yang diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua pihak; Pasal 1333 ayat (1) KUHPerdata: suatu perjanjian harus mempunyai pokok suat benda yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya;

33 Suatu Hal Tertentu.. (lanjutan) Objek perikatan adalah prestasi; Perjanjian/kontrak sebagai bagian perikatan juga memiliki objek yg sama yaitu prestasi; Prestasi harus tertentu atau setidak-tidaknya harus dapat ditentukan;

34 4. Kausa Hukum yang Halal Perjanjian/kontrak mensyaratkan bahwa selain harus ada kausanya, tetapi juga kausa itu harus halal; Kausa (dalam ilmu hukum) bermakna perlu adanya dasar yg melandasi hubungan hukum dibidang kekayaan; Perjanjian/kontrak hanya akan memiliki akibat hukum jika memenuhi 2 syarat : Tujuan perjanjian/kontrak mempunyai dasar yang pantas atau patut; Perjanjian/kontrak harus mengandung sifat yang sah

35 Kausa Hukum yang Halal (lanjutan) Halal : kausa hukum yg ada tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau ketertiban umum atau kesusilaan; Pasal 1335 jo. Pasal 1337 KUHPerdata: Suatu kausa dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan UU, kesusilaan, dan ketertiban umum; Suatu kausa dinyatakan bertentangan dg UU, jika kausa didalam perjanjian/kontrak ybs isinya bertentangan dg UU yg berlaku Jika objek perjanjian/kontrak itu illegal atau bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum

36 Akibat Hukum Kontrak yg Tidak memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata Syarat adanya kesepakatan dan kecakapan dalam membuat kontrak disebut syarat subjektif; Hal ini terkait dengan subjek yg mengadakan kontrak Jika syarat subjektif tidak dipenuhi, maka kontrak dapat dibatalkan (vernietigbaarheid, voidable); Selama kontrak belum diajukan pembatalan ke pengadilan yg berwenang, maka kontrak masih tetap sah

37 Akibat Hukum Kontrak yg Tidak memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata Syarat adanya objek tertentu dan kausa hukum halal dalam membuat kontrak disebut syarat objektif; Hal ini terkait dengan objek kontrak; Jika syarat objektif tidak dipenuhi, maka kontrak batal demi hukum (null and void ); Kontrak sejak pertama kali dibuat telah tidak sah, sehingga hukum menganggap bahwa kontrak tersebut tidak pernah ada sebelumnya;

38 Bagaimana dengan? Apakah materai sebagai syarat sah perjanjian?

39 MATERAI Ada tidaknya sebuah materai dalam sebuah perjanjian, bukan suatu syarat yg menjadi parameter suatu perjanjian menjadi sah atau tidak sah; Adapun penetapan benda materai oleh pemerintah (Menteri Keuangan) sebagai cara pelunasan terhadap pengenaan pajak atas dokumen; Dasar hukum pengenaan pajak atas dokumen : UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai PP No 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dalam PP No 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yg dikenakan Bea Materai

40 Asas Hukum

41 Contoh asas hukum : 1. Nullum crimen nulla poena sine lege 2. Lex superiori derogat lege inferiori 3. Lex posteriori derogat lege priori 4. Lex specialis derogat lege generali 5. Res judicata pro veritate habeteur 6. Die normatieven kraft des faktischen

42 Nullum crimen nulla poena sine lege Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Lex superiori derogat lege inferiori Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah Lex posteriori derogat lege priori Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya. Lex specialis derogat lege generali Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat lebih umum. Res judicata pro veritate habeteur Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya. Die normatieven kraft des faktischen Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normatif

43 Pengertian Asas Hukum Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo : suatu pemikiran dasar yang bersifat umum yang melatarbelakangi pembentukan hukum positif. Asas hukum secara umum tidak tertuang di dalam peraturan yang konkret tetapi hanya merupakan suatu hal yang menjiwai atau melatarbelakangi pembentukannya. Sifat dari asas tesebut yaitu abstrak dan umum.

44 ASAS ASAS HUKUM PERJANJIAN Berdasarkan teori, di dalam hukum kontrak ada 5 asas menurut ilmu hukum perdata. Ke-5 asas itu antara lain adalah: 1. asas kebebasan berkontrak (freedom of contract),; 2. asas konsensualisme (concsensualism); 3. asas kepastian hukum (pacta sunt servanda); 4. asas itikad baik (good faith) dan 5. asas kepribadian (personality)

45 Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract) Asas kebebasan berkontrak ( Pasal 1338 ayat (1) KUHPer ) : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: 1. membuat atau tidak membuat perjanjian; 2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun; 3. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, persyaratannya, serta 4. menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

46 Asas Konsensualisme (concensualism ) Asas konsensualisme disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata Salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas yang menyatakan perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

47 Asas Kepastian Hukum ( pacta sunt servanda ) Asas kepastian hukum ( pacta sunt servanda ) merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang, sehingga mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata

48 Asas Itikad Baik (good faith) Asas itikad baik ( Pasal 1338 ayat (3) KUHPer : Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

49 Asas Kepribadian (Personality) Asas kepribadian asas yg menentukan seseorang yg akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Pasal 1315 KUHPerdata menegaskan: Pada umumnya seseorang tdk dpt mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: Perjanjian hanya berlaku antara pihak yg membuatnya. Utk mengadakan suatu perjanjian, orang tsb hrs utk kepentingan dirinya sendiri dan perjanjian yg dibuat oleh para pihak berlaku bagi mereka yg membuatnya.

50 Azas Equality Keadilan yang tidak diatur dalam hukum. Sering terjadi penyalahgunaan keadaan krn adanya ketidakseimbangan antar para pihak dalam melakukan negoisasi

51 Azas Equity (kepatutan) Menghindari penyalahgunaan keunggulan kejiwaan, apabila salah satu pihak berada di posisi ketergantungan relatif. Pihak yg dirugikan dibujuk untuk melakukan perbuatan hukum yg sama sekali tidak dikehendakinya.

52 Akibat Perjanjian (Pasal ) Pasal 1338 KUHPerdata Semua perjanjian yg dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yg membuatnya; Unsur-unsurnya : Semua perjanjian yg dibuat secara sah; Berlaku sebagai undang-undang; Bagi mereka yg membuatnya;

53 Akibat Perjanjian Pasal 1338 KUHPerdata Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yg oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu; Perjanjian tidak boleh dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain, karena perjanjian dibuat oleh 2 pihak; Pembatalan dapat dimungkinkan jika ada alasan yg cukup oleh undang-undang;

54 Akibat Perjanjian Pasal 1338 KUHPerdata Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik; Landasan asas itikad baik, perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik

55 Akibat perjanjian (lanjutan) Pasal 1339 KUHPerdata Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yg dg tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yg menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang Yang mengikat para pihak dalam perjanjian: Isi perjanjian; Kepatutan; Kebiasaan, dan Undang-undang

56 Akibat perjanjian (lanjutan) Pasal 1340 KUHPerdata Perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yg membuatnya Perjanjian-perjanjian itu tidak membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain hal yg diatur dalam Pasal 1317 KUHPerdataa; Perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yg membuatnya, sehingga tidak bolehnya seseorang melakukan perjanjian yg membebani pihak ketiga, sedangkan pihak ketiga dapat saja dilakukan jika sesuai dengan apa yg diatur dalam Pasal 1317 KUHPerdata

57 AKTA PERJANJIAN

58 AKTA PERJANJIAN akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. (sudikno mertokusumo) pembuktian itu sendiri adalah pembuktian dengan tulisan yang dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan dibawah tangan

59 tidak semua surat dapat disebut sebagai akta, hanya surat-surat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat disebut sebagai akta. Syarat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Surat-surat tersebut harus ditandatangani 2. Surat tsb harus memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan 3. Surat itu diperuntukkan sebagai alat bukti.

60 Bentuk-Bentuk Akta 1. Akta Otentik 2. Akta di Bawah Tangan

61 1. Akta Otentik Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat seseorang atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses hukum dan kepentingan pihak-pihak dalam kontrak. Pasal1868 KUHPerdata menjelaskan bahwa : Akta Otentik adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu, di tempat di mana akta dibuatnya.

62 fungsi akta otentik adalah sebagai alat bukti yang sempurna, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1870 KUHPerdata, yang menyatakan : Suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta para ahli warisnya atau orang orang yang mendapat hak ini dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya.

63 akta otentik merupakan alat bukti yang sempurma bagi para pihak yang membuatnya. Akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Jadi apabila terjadi sengketa antara para pihak, maka yang tersebut dalam akta otentik tersebut merupakan alat bukti yang tidak perlu di buktikan lagi dengan alat bukti lain (alat bukti tambahan).

64 Akta otentik mempunyai 3 (tiga) kekuatan pembuktian: 1. Kekuatan pembuktian luar/kekuatan pembuktian lahir (uiwedige bewijs kracht) yaitu syarat syarat formal yang diperlukan agar suatu akta notaris dapat berlaku sebagai akta otentik 2. Kekuatan pembuktian formal (formale bewijs krachat) yaitu kepastian dalam akta betul-betul dilakukan oleh notaris atau diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap. 3. Kekuatan pembuktian materiil (materiele bewijs kracht) ialah kepastian bahwa yang tersebut dalam akta itu merupaka pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya.

65 Akta otentik berdasarkan pihak yang membuatnya dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Akta Para Pihak ( Partij Akta ) Akta para pihak yaitu akta yg dibuat sendiri oleh para pihak dihadapan pejabat pembuat akta atau para pihak meminta pejabat untuk membuat akta yg mereka inginkan. 2. Akta Pejabat ( Ambtelijke Akta ) Akta pejabat adalah akta yg merupakan keterangan tertulis dari pejabat yang membuat akta tentang apa yg dia lihat, ia dengar dan dilakukan oleh orang lain.

66 2. Akta di Bawah Tangan surat yang sengaja dibuat dan ditandatangani oleh pihakpihak yang dimaksudkan sebagai alat bukti atau dalam pengertian yang lain adalah akta yang dibuat tidak oleh atau tanpa perantaraan orang pejabat umum, melainkan dibuat dan ditandatangani sendiri oleh para pihak yang berkepentingan mengadakan perjanjian.

67 Akta di bawah tangan dibuat oleh satu atau beberapa orang (siapa saja boleh dalam kedudukan sebagai subyek hukum), bentuknya bebas dan dibuat di mana saja. Akta di bawah tangan baru merupakan alat bukti yang sempurna apabila diakui oleh kedua pihak atau dikuatkan oleh alat bukti lainnya. Oleh sebab itu akta di bawah tangan merupakan alat bukti permulaan alat bukti tertulis.

68 Masalah Legalisasi dan Waarmeeking LEGALISASI Tindakan mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian surat dibawah tangan yg dibuat sendiri oleh perseorangan atau para pihak di atas kertas yg bermaterai cukup yg ditandatangani dihadapan Notaris dan didaftarkan dlm buku khusus yg disediakan Notaris dokumen/surat yg dibuat dibawah tangan tsb ditanda-tangani dihadapan notaris, setelah dokumen/surat tsb dibacakan atau dijelaskan oleh Notaris ybs, dan tanggal dokumen atau surat yang bersangkutan adalah sama dengan tanggal legalisasi dari notaris.

69 Jika suatu akta di bawah tangan dilegalisasi maka pejabat yang melegalisasi menjamin: 1. Kepastian tanggal akta; 2. Kepastian bahwa akta tersebut benar-benar dokumen sama dengan asli dan dibuat para pihak; 3. Kepastian bahwa akta tersbut ditanda tangani para pihak;

70 Waarmerking (Register) akta di bawah tangan yg diwaarmerking, pejabat hanya mendaftar akta tsb dalam buku register atau pejabat menjamin bhw pd saat didaftar akta tersebut benar-benar ada. Artinya, dokumen/surat yang bersangkutan didaftar dalam buku khusus yang dibuat oleh notaris. Biasanya hal ini ditempuh apabila dokumen/surat tersebut sudah ditanda tangani terlebih dahulu oleh para pihak sebelum disampaikan kepada notaris yang bersangkutan.

71 LEGALISASI DAN WAARMERKING LEGALISASI Pejabat yang berwenang Menjamin : 1. Kepastian Tanggal Akta 2. Kepastian Akta tersebut benar-benar dibuat para pihak 3. Kepastian bahwa Akta tersebut di tandatangani oleh para pihak WAARMERKING Pejabat yang berwenang hanya menjamin bahwa pada saat didaftar akta tersebut benar-benar ada. (Nukman Muhammad)

72 TATA URUTAN KEKUATAN PEMBUKTIAN SUATU KONTRAK KONTRAK OTENTIK KONTRAK DIBAWAH TANGAN, TANDA TANGAN PARA PIHAK, TANDA TANGAN SAKSI, DILEGALISASI PEJABAT KONTRAK DIBAWAH TANGAN, TANDA TANGAN PARA PIHAK, TANDA TANGAN SAKSI, WAARMERKEN PEJABAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN, TANDA TANGAN PARA PIHAK, TANDA TANGAN SAKSI. KONTRAK DIBAWAH TANGAN, TANDA TANGAN PARA PIHAK. KONTRAK YG DIBUAT SECARA LISAN (Nukman Muhammad)

73 STRUKTUR ANATOMI KONTRAK

74 BEBERAPA CONTOH STRUKTUR ANATOMI KONTRAK Struktur Anatomi Kontrak ( 1 ) 1. Judul dan Pembukaan Kontrak 2. Komparisi 3. Premisse ( Recitals ) 4. Isi kontrak 5. Penutup

75 STRUKTUR ANATOMI KONTRAK (2) BAGAN KONTRAK 1. BAGIAN PEMBUKAAN 2. BAGIAN ISI 3. BAGIAN PENUTUP 4. BAGIAN LAMPIRAN Najib A. Gisymar

76 STRUKTUR ANATOMI KONTRAK (3) 1. Awal kontrak 2. Komparisi 3. Premisse 4. Isi kontrak 5. Penutup (Nukman Muhammad)

77 STRUKTUR ANATOMI KONTRAK (4) 1. Judul (Heading) 2. Pembukaan (Opening) 3. Komparisi (Parties) 4. Pertimbangan (Recitals) 5. Definisi (definition) 6. Isi Kontrak (Terms and Conditions) 7. Penutup (Testimonial Clause) 8. Tanda Tangan (Attestation) ( Ridwan Khairandy )

78 PERBANDINGAN STRUKTUR ANATOMI KONTRAK Anatomi Kontrak (Model 1) Anatomi Kontrak (Model 2) 1. Judul dan Pembukaan Kontrak 2. Komparisi 3. Premisse (Recitals) 4. Isi kontrak 5. Penutup 1. Bagian Pembukaan 2. Bagian Isi 3. Bagian Penutup 4. Bagian Lampiran ( Najib Gisymar)

79 PERBANDINGAN STRUKTUR ANATOMI KONTRAK Anatomi Kontrak (Model 3) Anatomi Kontrak (Model 4) 1. Awal kontrak 2. Komparisi 3. Premisse 4. Isi kontrak 5. Penutup 6. (Nukman Muhammad) 1. Judul (Heading) 2. Pembukaan (Opening) 3. Komparisi (Parties) 4. Pertimbangan (Recitals) 5. Definisi (definition) 6. Isi Kontrak (Terms and Conditions) 7. Penutup (Testimonial Clause) 8. Tanda Tangan (Attestation) (Ridwan Khairandy)

80 ANATOMI AKTA OTENTIK (UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris ) Pasal 38 ayat (1) : Akta Notaris terdiri atas: 1. awal akta atau kepala akta; 2. badan akta; dan 3. akhir atau penutup akta.

81 ANATOMI AKTA OTENTIK (UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 tt Jabatan Notaris) Pasal 38 ayat (2) : Awal akta atau kepala akta memuat: a) judul akta; b) nomor akta; c) jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan d) nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.

82 ANATOMI AKTA OTENTIK (UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris) 2. Badan akta memuat: a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili; b) keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap c) isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan d) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

83 ANATOMI AKTA OTENTIK (UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris) 3. Akhir atau penutup akta memuat: a) uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7); b) uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta jika ada; c) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan d) uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian, serta jumlah jumlah perubahannya.

84 Anatomi Kontrak (Perjanjian) (secara umum) 1. Judul dan Pembukaan Kontrak 2. Komparisi 3. Premisse dan/atau Recital 4. Isi Kontrak (perjanjian) 5. Penutup dan tanda tangan

85 Titel atau judul seharusnya harus menggambar substansi kontrak, (Ridwan Khairandy) Misalnya : a. Perjanjian Jual Beli AWAL KONTRAK ( Berisi judul dan pembukaan ) b. Perjanjian Sewa Menyewa c. Perjanjian Jual Beli Kapal

86 ..Lanjutan AWAL KONTRAK Pembukaan berisi kalimat pembuka yang berisi tanggal dibuatnya perjanjian, (Ridwan Khairandy) Contoh : 1) Pada hari ini,., tanggal.. dibuat dan ditanda tangani Perjanjian Kerjasama (selanjutnya disebut Perjanjian ) oleh dan antara : 2) Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada hari ini,.., tanggal. di.. oleh dan antara: 3) Pada hari ini dibuat perjanjian antara 4) Yang bertanda tangan di bawah ini

87 Tanggal Penandatanganan Kontrak Hal ini penting untuk menentukan kapan kontrak mulai berlaku: 1) Jika waktu dan tempat telah disebutkan dalam pembukaan: Perjanjian jual beli ini dibuat dan ditandatangani pada hari ini,.., tanggal. di Surabaya oleh dan antara: maka di pada penutup perjanjian atau kontraknya dapat dibuat : Pasal 30 Penutup Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam dua rangkap bermeterai cukup, satu rangkap untuk Pihak Pertama dan satu rangkap lagi untuk pihak kedua yang masing-masing memiliki kekuatan hukum yang sama serta ditandatangani oleh keduabelah pihak dengan disaksikan oleh dua orang saksi Pihak Kedua Pihak Pertama Saksi Saksi

88 2) Jika waktu dan tempat tidak disebutkan dalam pembukaan a) Pada hari ini dibuat perjanjian antara : b) Yang bertandatangan di bawah ini : Maka pada penutup perjanjiannya dibuat : Demikianlah perjanjian ini dibuat dan ditandatangani para pihak pada hari. Tanggal.. di Surabaya Pihak Pertama Pihak Kedua Saksi Saksi

89 Pasal 30 Penutup Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam dua rangkap bermeterai cukup, masing-masing pihak mendapat satu rangkap yang semuanya memiliki kekuatan hukum yang sama dan ditandatangani oleh para pihak dengan dihadairi oleh saksi-saksi Jakarta, 27 September 2011 Pihak Kedua Saksi Pihak Pertama Saksi

90 KOMPARISI (Pengertian secara umum) Tindakan menghadap dalam hukum, yang berisi uraian mengenai identitas subyek (Nukman Muhammad, bahan kuliah) Prinsipnya, memuat identifikasi para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu kontrak (Ridwan Khairandy, Bahan Ajar, Makalah Pelatihan Contract Drafting, Kontrak Bisnis)

91 Komparisi/Para Pihak Bagian yang menjelaskan kedudukan para pihak dalam suatu perjanjian/kontrak. Yang terkandung di dalam komparisi adalah: 1. Identitas 2. Kedudukan dan; 3. Berdasarkan apa kedudukan tersebut Apabila salah satu pihak/keduanya adalah Direktur suatu PT, maka perlu di tanyakan/diminta Risalah RUPSLB yang terakhir yang mencantumkan nama Direktur tersebut sebagai anggota Dewan Direksi.; Hal ini diperlukan, supaya jangan sampai terkecoh bahwa ternyata yang bersangkutan sudah bukan Direktur lagi Najib A. Gisymar & Partners

92 KOMPARISI Untuk Akta di Bawah Tangan : Berisi penyebutan nama, pekerjaan/jabatan, tempat tinggal, (umur), kedudukan dan berdasarkan apa kedudukan tersebut Untuk Akta Otentik : Berisi penyebutan waktu pembuatan,nama, tempat dan tanggal lahir, warga negara,pekerjaan/jabatan dan tempat tinggal dan nomor KTP/paspor. (Nukman Muhammad)

93 Lanjutan tentang komparisi. UNTUK AKTA OTENTIK : Badan akta memuat: 1. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili; 2. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; (UU No. 2 Tahun 2014 ttg Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 ttg Jabatan Notaris, Pasal 38 ayat 3 huruf a dan b )

94 CONTOH KOMPARISI ( bertindak untuk dirinya sendiri ) (di bawah tangan) Ali, 50 tahun, Pegawai Negeri Sipil, bertempat tinggal di Jl. Tukangan No. 5 Yogyakarta, dalam hal ini, bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA Gustono, 45 tahun, swasta, beralamat di jalan Suronatan 35 Yogyakarta, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

95 CONTOH KOMPARISI ( bertindak mewakili ) (di bawah tangan) Abel, 40 tahun, Pengusaha, bertempat tinggal di Jl. Monjali 100 Yogyakarta, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Akhmad, 45 tahun, swasta, bertempat tinggal di Jl. Kadipaten 34 Yogyakarta, berdasarkan surat kuasa dibawah tangan tertanggal 10 Agustus 2013, selanjutnya disebut PIHAK PEMBELI; Ronita, 35 tahun, wiraswasta, beralamat di jl. Sorowajan 57 Yogyakarta, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Sonni, 29 tahun, PNS, beralamat di jl. Monjali 25 Sleman, berdasarkan surat kuasa dibawah tangan tertanggal 12 Agustus 2013, selanjutnya disebut Pihak Penjual

96 CONTOH KOMPARISI (bertindak mewakili koperasi ) (di bawah tangan) Denny Candra, 30 tahun, ketua pengurus koperasi, yang beralamat di Jl. Adisucipto No. 15 Yogyakarta, menurut keterangannya, dalam hal ini bertindak mewakili koperasi BAHAGIA berkedudukan di Jalan di Jl. Urip Sumoharjo No. 13 Yogyakarta yang akta pendiriannya dibuat dihadapan Rahmini, SH Notaris di Yogyakarta tanggal 23 April 2001 Nomor 05 dan untuk tindakan hukum ini telah mendapat persetujuan dari para para anggota koperasi sebagaimana ternyata dalam risalah rapat tanggal 15 Juli 2013 Nomor 16 Dibuat dihadapan M. Sadad, SH Notaris di Yogyakarta guna memenuhi ketentuan Pasal 9 dari Akta Pendirian Koperasi, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA; Doni,..., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

97 CONTOH KOMPARISI ( bertindak mewakili Badan hukum 1 ) Tommy Setiawan, direktur utama, bertempat tinggal di Yogyakarta Jl. Timoho No. 1 Yogyakarta dlm hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut dan sah mewakili direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama PT Suzuki Indo Jaya berkedudukan di Yogyakarta yang Anggaran Dasarnya telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 20 Oktober 2000 nomor 25 Tambahan nomor 45 dan untuk tindakan hukum ini telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham perseroan sebagaimana ternyata dalam risalah rapat tanggal 18 Agustus 2013 Nomor 10 Dibuat dihadapan Siti Nurhayati, SH Notaris di Yogyakarta Guna memenuhi ketentuan Pasal 10 dari Anggaran Dasar perseroan.selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA; Candra Birawa,.., selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

98 PERTIMBANGAN ( PREMIS / RECITALS ) Praemisse atau praemitto (bahasa latin) merupakan sebagai pendahuluan atau ditafsirkan sebagai keterangan atau pernyataan awal dari sebuah kontrak alasan atau latar belakang kontrak dibuat. Kedudukan premis pada kontrak bersifat fakultatif, artinya premis dalam setiap kontrak tidak selalu ada.

99 PERTIMBANGAN ( PREMISE ATAU RECITALS ) Premise merupakan pernyataan formal yang menjelaskan alasan-alasan mengapa para pihak mengadakan transaksi Dimulai dengan kata Mengingat ( whereas ) Ridwan Khairandy

100 PREMISSE Kronologis singkat apa yg dikehendaki para pihak (Nukman Muhammad) Premise atau Praemisse adalah bagian yang mendahului dari isi suatu akta yang menerangkan pokok masalah yang akan diatur dalam sesuatu akta guna memudahkan pengertian apa maksud dibuatnya akta tersebut.(dal am, makalah) Pernyataan formal yang menjelaskan alasan-alasan mengapa para pihak mengadakan transaksi (Ridwan Khairandy)

101 Contoh Premisse Para pihak terlebih dahulu memberitahukan dan menerangkan : Bahwa Pihak Pertama adalah mengaku sebagai pemilik satu unit kendaraan roda dua merk Yamaha Alfa II R dengan nomor Polisi AB 3991 NU warna silver Black, tahun pembuatan 1997, dengan nomor rangka 3YZ dan nomor mesin GD240877PM Bahwa Pihak Pertama berniat untuk menjual kendaraan tersebut kepada Pihak kedua sebagaimana Pihak Kedua berkeinginan pula membeli kendaraan tersebut dengan harga Rp , 00 (lima Juta Rupiah)

102 Contoh Premisse ( Perjanjian Utang Piutang ) Kedua pihak sepakat mengadakan perjanjian hutang piutang untuk mengembangkan usaha toko, maka Debitur mengajukan hutang kepada Kreditur. Untuk keperluan tersebut Kreditur telah setuju memberikan hutang uang Rp ,- (lima ratus juta rupiah) dan uang diberikan kepada Debitur secara tunai pada saat perjanjian ini ditandatangani

103 Contoh: Para pihak terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut : Bahwa Pihak Pertama merupakan perusahaan yang sudah lama bergerak di bidang properties dan memiliki cabang hampir di seluruh Indonesia. Maka, karena itu, berdasarkan kesepakatan dan prinsip-prinsip tersebut di atas, para Pihak dengan ini setuju untuk membuat Kontrak Jual Beli ini dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut: Najib A. Gisymar

104 Ridwan Khairandy Contoh: Mengingat Pihak Pertama adalah pemilik bangunan seluas lima ratus meter persegi, dan tanah yang terletak di jalan Flora Nomor 101 Jogjakarta seluas seribu meter persegi berdasarkan Sertifikat Hak Milik No: Mengingat Pihak Kedua adalah sebuah perusahaan distribusi suku cadang kendaraan berat di Indonesia akan membuka kantor perwakilan di Yogjakarta.

105 Dalam praktek, ketentuan-ketentuan konsideran itu sering kali mengungkapkan, hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan modal dan manajemen 2. Supremasi teknologi 3. Penguasaan pangsa pasar 4. Pengalaman dan sumber daya manusia 5. Penguasaan jaringan informasi dan sebagainya ( I.G.R.Wijaya, 2003:114.,Budiono, K, 1998:35-36 ) Najib A. Gisymar

106 Latar Belakang atau Pertimbangan yang Mendasari Terjadinya Kontrak Mengingat Pihak Pertama telah bertahun-tahun dan memiliki banyak sekali informasi teknis dan telah menjalankan pabrik-pabrik yang menggunakan informasi teknis untuk membuat produk, dan menurut hukum bebas untuk memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan informasi teknis tersebut. Mengingat Pihak Kedua menghendaki agar Pihak Pertama memberikan informasi kepada Pihak Kedua yang memungkinkan Pihak Kedua dapat membuat produk, dan Pihak Pertama bersedia memberikan informasi teknis tersebut kepada Pihak Kedua dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian ini. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan janji-janji timbal balik yang ditetapkan dalam perjanjian dan pertimbangan lainnya, kedua belah mensepakati halhal sebagai berikut: Ridwan Khairandy

107 DEFINISI Untuk menghindari potensi konflik dari perbedaan interpretasi istilah-istilah teknis atau terminologi yang digunakan dalam kontrak, maka perlu dibuat kesepakatan terhadap pemahaman terhadap istilah atau terminologi-terminologi tersebut. Bill of lading berarti dokumen pengangkutan yang diterbitkan perusahaan angkutan sehubungan pengiriman barang dari penjual kepada pembeli. Fasilitas letter of credit berarti fasilitas letter of credit yang disebut diterangkan lebih lanjut dalam Pasal 2 perjanjian ini dan diberikan oleh kreditur kepada debitur menurut ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat Perjanjian ini. Barang berarti barang-barang yang dibeli oleh debitur dari penjual barang-barang dengan kualitas yang disetujui oleh kreditur secara sepihak dari waktu ke waktu dan disebut dalam bill of lading Ridwan Khairandy

108 ISI KONTRAK DAN CARA PENULISAN ISI KONTRAK

109 Isi (Materi) Kontrak (Ridwan Khairandy) Materi Khusus : Materi khusus ini memuat atau mengatur klausul-klausul sesuai objek perjanjian, memuat: 1. Gambaran pokok perjanjian 2. Hak dan kewajiban para pihak

110 Lanjutan Isi (Materi) Kontrak.. Materi Umum : berisi klausul yang biasa ada dalam setiap perjanjian, memuat: 1. Wan prestasi ; 2. Keadaan memaksa (force majeur); 3. Pilihan hukum ( hukum yang berlaku); 4. Penyelesaian sengketa; 5. Perubahan (addendum) dan atau amandemen; 6. Bahasa; 7. Komunikasi; 8. Pengakhiran perjanjian; 9. Status dokumen sebelumnya Ridwan Khairandy

111 CONTOH KLAUSULA KHUSUS DALAM KONTRAK

112 Pasal 2 Para pihak sepakat harga kendaran sebesar Rp ,00 (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), pada saat ditandatangani perjanjian ini telah dibayar oleh Pihak Kedua kepada dan telah diterima Pihak Pertama dengan cukup uang muka sebesar Rp ,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah), dan dibuatkan kuitansi pembayarannya.

113 Pasal 4 Peruntukan Pihak Pertama memberi ijin serta persetujuan tertulis kepada Pihak Kedua untuk menggunakan obyek sewa tersebut untuk kantor, dan apabila Pihak Kedua menggunakan obyek sewa tidak sesuai dengan peruntukannya, maka Pihak Pertama dapat membatalkan perjanjian sewa menyewa ini.

114 Pasal 3 Hak dan Kewajiban Para Pihak 1) Pihak Pertama wajib menyerahkan obyek sewa kepada Pihak Kedua saat perjanjian ini ditandatangani (16 Desember 2011) dalam keadaan kosong, dan dengan segala fasilitas sewanya dalam kondisi yang baik; 2) Pihak Pertama menjamin bangunan yang disewakan itu adalah miliknya sendiri, sehingga selama masa sewa, Pihak Kedua dijamin oleh Pihak Pertama tidak akan mendapat tuntutan/gugatan dari pihak lain; 3) Pihak Kedua wajib memelihara, membetulkan kerusakan-kerusakan yang bersifat kecil, ringan dan rutin diantaranya dinding yang retak, kebocoran atap bangunan yang disewa dengan baik sehingga apabila terdapat kerusakan-kerusakan segera membetulkannya dengan biaya ditanggung Pihak kedua

115 Pasal 1 Jumlah Pinjaman Besarnya hutang pokok Debitur kepada Kreditur, sebesar Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) diserahkan Pihak Kreditur kepada Pihak Debitur pada saat perjanjian ini ditandatangani, yaitu 9 Desember 2011

116 Pasal 2 Bunga (1) Disamping hutang pokok, jumlah hutang meliputi juga pembebanan terhadap bunga sebesar 0,1% dari hutang pokok yaitu sebesar Rp ,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan yang dikenakan kepada Debitur dengan hitungan tetap yang menurut perjanjian hutang piutang ini harus dilunasi oleh Debitur; (2) Pembayaran bunga dilakukan sama dengan ketentuan pembayaran hutang pokok.

117 CONTOH KLAUSULA UMUM DALAM KONTRAK

118 Keadaan Memaksa (Force Majeur) Keadaan Memaksa 1. Pihak Pertama dan Pihak Kedua dibebaskan dan atau pelaksanaan kewajiban berdasarkan perjanjian ini disebabkan oleh keadaan atau kejadian atau hal-hal di luar kekuasaan dan atau kemampuan Pihak Pertama dan Pihak Kedua. 2. Keadaan Memaksa harus diberitahukan oleh pihak yang bersangkutan secara tertulis yang diketahui oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Camat di tempat terjadinya keadaan memaksa kepada pihak lainnya dalam perjanjian selambat-lambatnya dalam waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya keadaan memaksa. (Ridwan Khairandy)

119 Contoh Klausul Wan Prestasi Ridwan Khairandy Pasal 10 Peristiwa cidera janji timbul apabila telah terjadi salah satu atau lebih dari kejadiankejadian yang telah ditentukan dalam kontrak tersebut sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan ataupun sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh para pihak sebagai berikut: a. Debitor lalai membayar setiap jumlah baik jumlah utang pokok, bunga,.. b. Debitor menggunakan kredit menyimpang dari tujuan penggunaannya; atau c. Debitor menyatakan secara tertulis dan secara umum tidak dapat membayar utang pada tanggal jatuh waktu ataupun mengajukan permohonan penundaan pembayaran utang.

120 Contoh lain Klausul Cidera Janji Pasal 10 Peristiwa cidera janji terjadi apabila, Pihak Kedua tidak melakukan pembayaran atau terlambat melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud Pasal 6 perjanjian ini. Hak Cipta Ridwan Khairandy

121 Contoh: Pasal 25 Wanprestasi o Dengan telah terlanggarnya point-point tercantum dalam klausula kelalaian di atas, telah menjadi suatu bukti yang nyata bahwa telah terjadi wan prestasi dari Debitur, yang membuat pihak (yang dirugikan/kreditur) berhak untuk untuk melakukan penghentian sepihak (early termination) atas perjanjian ini, yang memberikan konsekuensi hukum yang tegas bahwa seluruh kewajiban Debitur telah jatuh tempo dan dapat ditagih tanpa harus didahului dengan surat peringatan dalam bentuk apapun dari Kreditur kepada Debitur Najib A. Gisymar & Partners

122 Contoh: Pasal 26 Wan prestasi Dalam hal telah terlanggarnya point-point yang tercantum dalam ketentuan-ketentuan di atas (klausula kelalaian), pernyataan wan prestasi hanya akan terjadi apabila pihak Kreditur telah terlebih dahulu memberikan 3 kali penegoran terhadap pihak Debitur dalam suatu surat tertulis yang telah secara resmi diterima oleh Debitur, dimana terhadap surat tegoran tersebut Debitur terbukti dapat melaksanakan poinpoin (klausula kelalaian) tersebut di atas Najib A. Gisymar & Partners

123 Klausul Perubahan Klausul Ini Mengatur Cara Perubahan (Amandemen) Perjanjian Pasal 27 Perubahan Perjanjian ini tidak dapat diubah dalam bentuk apapun tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari keduabelah pihak dalam perjanjian ini (Ridwan Khairandy)

124 Contoh Lain Klausul Perubahan Pasal 9 Addendum Segala hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diputuskan atas kesepakatan kedua belah pihak secara bersama-sama dengan tetap berpedoman pada perjanjian ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. (Ridwan Khairandy)

125 Contoh Klausul Pilihan Hukum Pasal 20 Hukum yang Berlaku Segala perselisihan yang berkaitan dengan penafsiran dan pelaksanaan perjanjian ini didasarkan pada hukum Republik Indonesia Pasal 20 Hukum yang Berlaku Perjanjian ini tunduk dan ditafsirkan sesuai dengan hukum Republik Indonesia

126 CONTOH KLAUSUL PENYELESAIAN SENGKETA Perselisihan 1. Dalam hal terjadi perselisihan yang timbul dari perjanjian ini, sedapat mungkin diselesaikan secara musyawarah; 2. Dalam hal tidak didapat kesesuaian pendapat dalam musyawarah, perselisihan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Yogyakarta. Perselisihan Semua sengketa yang mungkin timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia. (Ridwan Khairandy)

127 KLAUSUL PERSELISIHAN (Ridwan Khairandy) (1) Segala perselisihan yang timbul dari perjanjian ini sedapat mungkin diselesaikan melalui negosiasi (2) Jika tidak didapat kata sepakat sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini akan diselesaikan melalui seorang mediator yang dapat diterima keduabelah pihak. (3) Jika tidak didapat kata sepakat sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini akan diselesaikan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia. (4) Putusan arbitrase sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini merupakan tingkat pertama dan terakhir bersifat mengikat dan tidak dilakukan upaya hukum banding. Ingat! Jika telah dipilih forum arbitrase, maka Pengadilan Negeri tidak memiliki kompetensi untuk memeriksa dan mengadili perkara yang bersangkutan

128 Contoh Pasal 40 Keseluruhan Kontrak Kontrak ini menetapkan keseluruhan perjanjian dan kesepakatan diaantara para pihak dan mengatasi segala perjanjjian atau kesepakatan sebelumnya di antara para pihak yang berkenaan dengan pokok kontrak ini. (Budiono K, 1998:93-96) Najib A. Gisymar & Partners

129 Contoh Pasal 40 Keseluruhan Perjanjian (Entire Agreement) (a)perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian antara para pihak berkenaan dengan materi yang diperjanjikan. (b)perjanjian ini membatalkan dan menggantikan kesepakatan yang dibuat sebelumnya oleh para pihak baik yang dilakukan secara lisan maupun tulisan (Hikmahanto Juwana, 2003:36) Najib A. Gisymar & Partners

130 Klausul Keseluruhan Perjanjian Klausul ini perlu ada jika kontrak memuat lampiran Pasal 25 Keseluruhan Perjanjian Perjanjian ini beserta lampiran-lampirannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan satu kesatuan perjanjian antara para pihak berkenaan dengan pokok perjanjian ini. Ridwan Khairandy

131 PENGAKHIRAN PERJANJIAN Pasal 10 Pihak Pertama dapat mengakhiri perjanjian apabila Pihak Kedua melakukan salah satu tindakan di bawah ini: Ridwan Khairandy

132 Klausul Komunikasi Klausul ini menunjuk orang tertentu yang dapat dihubungi berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian Pasal 28 Komunikasi Setiap komunikasi maupun dokumen dari kreditur kepada debitur berdasarkan perjanjian, termasuk juga bentuk perubahan dan atau penambahan ketentuan perjanjian ini harus disampaikan kepada alamat kedua belah pihak: Pihak Pertama Nama : Jabatan : No. Tel/ Pihak Kedua Nama : Jabatan : No. Tel/ Ridwan Khairandy

133 Contoh lain : Pasal 15 Komunikasi dan Pemberitahuan o Segala pemberitahuan harus dilakukan melalui telek atau transmisi faksimili atau dengan surat pos udara tercatat atau . Pemberitahuan harus dikirimkan kepada alamat yang benar dari masing-masing Pihak sebagaimana dicantumkan di bawah atau kepada suatu alamat sebagaimana dapat diberitahukan dari waktu ke waktu: Prinsipal : Pemasok :.. Najib A. Gisymar & Partners

134 Klausul Bahasa Klausul bahasa perlu dimuat jika kontrak ini adalah kontrak bisnis internasional yang menggunakan lebih dari satu bahasa Pasal 29 Bahasa 1. Perjanjian dituangkan dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia 2. Jika terjadi perselisihan, maka naskah kontrak dalam bahasa Inggris yang harus dipakai Ridwan Khairandy

135 CARA PENULISAN ISI PASAL DALAM PERJANJIAN

136 Contoh penulisan Pasal Pasal 3 Bahwa Pihak pertama menjamin sepenuhnya, Pihak Petama adalah satu-satunya pihak yang berhak menjual sebidang tanah hak milik nomor 785/Keparakan tersebut diatas kepada Pihak Kedua, karenanya jika ternyata ada gugatan atau tuntutan dari pihak lain, maka hal itu menjadi tanggungan Pihak Pertama sepenuhnya dan Pihak Kedua tidak menanggung risiko sedikitpun juga. (Nukman Muhammad)

137 Contoh penulisan pasal pada isi perjanjian Pasal 4 Bahwa sebidang tanah hak milik no. 785/Keparakan tersebut yang dijual oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua di dalam keadaan bebas dari segala sitaan dan sengketa. (Nukman Muhammad)

138 Contoh penulisan pasal pada isi perjanjian Pasal 18 Perselisihan (1) Dalam hal terjadi perselisihan yang timbul dari perjanjian ini, sedapat mungkin diselesaikan secara musyawarah; (2) Dalam hal tidak didapat kesesuaian pendapat dalam musyawarah, perselisihan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Yogyakarta. (Ridwan Khairandy)

139 Contoh penulisan pasal pada isi perjanjian Pasal 3 Harga Harga penjualan dan pembelian barang sebagaimana dimaksud Pasal 2 perjanjian ini telah ditetapkan dan disetujui keduabelah pihak sebesar Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) dan harga tersebut sudah termasuk biaya pemasangan instalasi sampai tuntas. (Ridwan Khairandy)

140 Contoh penulisan isi perjanjian Pasal 27 Perubahan Perjanjian ini hanya dapat diubah dengan persetujuan tertulis dari debitur dan kreditur. Perubahan tersebut akan diatur dalam suatu perjanjian yang merupakan bagian dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian, dan karenanya seluruh ketentuan dalam perjanjian tetap berlaku pada perjanjian perubahan tersebut, kecuali untuk hal-hal yang disepakati untuk diubah. (Ridwan Khairandy)

141 7. Penutup Jika waktu dan tempat telah disebut dalam pembukaan Pasal 30 Penutup Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam dua rangkap bermeterai cukup, satu rangkap untuk Pihak Pertama dan satu rangkap lagi untuk pihak kedua yang masing-masing memiliki kekuatan hukum yang sama serta ditandatangani oleh keduabelah pihak dengan disaksikan oleh dua orang saksi Pihak Kedua Pihak Pertama Saksi Saksi (Ridwan Khairandy)

142 Penutup Jika waktu dan tempat belum disebutkan dalam pembukaan Pasal 30 Penutup Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam dua rangkap bermeterai cukup, masing-masing pihak mendapat satu rangkap yang semuanya memiliki kekuatan hukum yang sama dan ditandatangani oleh para pihak dengan dihadairi oleh saksi-saksi Jakarta, 27 Februari 2007 Pihak Kedua Pihak Pertama Saksi Saksi (Ridwan Khairandy)

143 Tanda Tangan Secara umum, kesepakatan dari para pihak yang berkontrak akan direfleksikan dengan menandatanganan kontrak tersebut oleh orang yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk itu.

144 Saksi Saksi diperlukan secara hukum untuk mempersaksikan ataupun sebagai alat bukti yang dimaksud Pasal 1886 KUHPerdata

145 MATERAI Ada tidaknya sebuah materai dalam sebuah perjanjian, bukan suatu syarat yg menjadi parameter suatu perjanjian menjadi sah atau tidak sah; Adapun penetapan benda materai oleh pemerintah (Menteri Keuangan) sebagai cara pelunasan terhadap pengenaan pajak atas dokumen; Dasar hukum pengenaan pajak atas dokumen : UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai PP No 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dalam PP No 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yg dikenakan Bea Materai

146 MATERAI Dalam Peraturan Perundang-undangan Bea Meterai : Bea Meterai dikenakan atas dokumen, yang mana dalam pengenaannya menggunakan prinsip satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai; rangkap/ tindasan (yang ikut ditandatangani) juga terutang Bea Meterai dengan tarif yang sama dengan aslinya. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan.

147 MATERAI Dokumen-dokumen yang dikenakan Bea Meterai adalah sebagai berikut: 1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yg dibuat dgn tujuan digunakan sbg alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata; 2) akta-akta notaris termasuk salinannya; 3) akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya;

148 MATERAI 4) surat yang memuat jumlah uang, yaitu : a) yang menyebutkan penerimaan uang b) yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank; c) yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank; d) yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan; 5) surat berharga seperti wesel, promes, aksep, 6) efek dengan nama dan dalam bentuk apapun,

149 MATERAI 7) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu : a) Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan; b) Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.

150 To your study, I hope will run well God Bless with you

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

Sistematika Siaran Radio

Sistematika Siaran Radio Sistematika Siaran Radio Rabu, 24 Mei 2017 Tema: Penggunaan Perjanjian Tertulis (Kontrak) dalam Transaksi-Transaksi Bisnis Sehari-Hari Oleh: Dr. Bayu Seto Hardjowahono, S.H., LL.M. dan LBH Pengayoman UNPAR

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS 1 ASPEK HUKUM DALAM BISNIS PENGAJAR : SONNY TAUFAN, MH. JURUSAN MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI POLITEKNIK STMI JAKARTA MINGGU Ke 5 Pola umum pembuatan kontrak 2 Tahap-tahap pembuatan suatu kontrak bisnis sbb:

Lebih terperinci

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan 2 Prof. Subekti Perikatan hubungan hukum antara 2 pihak/lebih, dimana satu pihak

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

Asas asas perjanjian

Asas asas perjanjian Hukum Perikatan RH Asas asas perjanjian Asas hukum menurut sudikno mertokusumo Pikiran dasar yang melatar belakangi pembentukan hukum positif. Asas hukum tersebut pada umumnya tertuang di dalam peraturan

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 A. Pengertian Akta di Bawah Tangan Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM 1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 menjatuhkan putusan batal demi hukum atas perjanjian yang dibuat tidak menggunakan

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Dasar Hukum Perseroan Terbatas Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 9-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1983 (ADMINISTRASI. FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN 49 PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN Pada hari ini, Senin tanggal empat bulan satu tahun dua ribu sepuluh (04-01-2010), bertempat di Jakarta, kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Amin,

Lebih terperinci

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM. MAKALAH KONTRAK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM Di susun oleh: Moh Subekhan B.131.12.0339 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 - Pada hari ini, Kamis, tanggal tiga puluh November tahun dua ribu sebelas (30-11-2011), pukul 10.00 WIB (sepuluh nol-nol Waktu Indonesia Barat);-----------------------------

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract) Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka, 1 BAB III KERANGKA TEORI A. Perjanjian Hukum tentang Perjanjian diatur dalam buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka, maksudnya dalam hukum perikatan/perjanjian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukannya dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1 HUKUM PERJANJIAN Ditinjau dari Hukum Privat A. Pengertian Perjanjian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal

Lebih terperinci

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN Rosdalina Bukido 1 Abstrak Perjanjian memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan keperdataan. Sebab dengan adanya perjanjian tersebut akan menjadi jaminan

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS 1 ASPEK HUKUM DALAM BISNIS PENGAJAR : SONNY TAUFAN, MH. JURUSAN MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI POLITEKNIK STMI JAKARTA MINGGU Ke 6 HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN DENGAN HUKUM DAGANG DAN HUKUM PERDATA 2 Bila hukum

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS PENGAJAR : SONNY TAUFAN, MH. JURUSAN MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI POLITEKNIK STMI JAKARTA MINGGU Ke 4 Istilah Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No...

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... ----- Lampiran-1 PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Pada hari ini,., tanggal bulan... tahun, yang bertandatangan dibawah ini : --------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Perjanjian diatur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dewasa ini sangat berdampak pada hubungan hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu hubungan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No...

PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.7/ 36/DPM tanggal 3 Agustus 2005 - Lampiran-1 PERJANJIAN PENGGUNAAN DAN PENGAGUNAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI No... Pada hari ini,., tanggal bulan tahun (tanggal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Hukum Kontrak Elektronik

Hukum Kontrak Elektronik Kontrak Elektronik (E-Contract) Hukum Kontrak Elektronik Edmon Makarim menggunakan istilah kontrak online (online contract) bagi kontrak elektronik (e-contract) dan mendefinisikan kontrak online sebagai:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama :.. Tempat, Tgl Lahir :.. Pekerjaan :.. Alamat :.... Nomor KTP/SIM :.. Dalam hal ini bertindak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PD BPR Bank Purworejo 1. Profil PD BPR Bank Purworejo PD BPR Bank Purworejo adalah Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang seluruh modalnya

Lebih terperinci

Dr. Annalisa Y., S.H., M.Hum Program Magister Ilmu Hukum UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

Dr. Annalisa Y., S.H., M.Hum Program Magister Ilmu Hukum UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 Dr. Annalisa Y., S.H., M.Hum Program Magister Ilmu Hukum UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 Sejarah Masyarakat Teknologi Hukum dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial (masyarakat). Hal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaturan Surat Berharga Sebelum kita sampai pada pengaturan mengenai surat berharga, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari surat berharga, mengenai pengertian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

AKTA PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN HARTA PENINGGALAN

AKTA PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN HARTA PENINGGALAN JUDUL AKTA NOMOR AKTA DIMULAI SECARA BERURUTAN SESUAI DENGAN WAKTU PEMBUATAN AKTA OTENTIK DARI NOMOR 01 S/D AKHIR BULAN DAN DIAWAL BULAN DIMULAI LAGI DENGAN NOMOR 01 AWAL AKTA 1. OLEH NOTARIS (STANDAR)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO LEGAL. Oleh: A.T Sitorus, SH., MH.

MANAJEMEN RISIKO LEGAL. Oleh: A.T Sitorus, SH., MH. MANAJEMEN RISIKO LEGAL Oleh: A.T Sitorus, SH., MH. Pendahuluan Dana Pensiun sebagai badan Hukum yang mengelola kekayaan dan menjalankan program pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. BAB III PEMBAHASAN A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. Semua harta benda dari si pailit untuk kepentingan kreditur secara bersama-sama. Kedudukan

Lebih terperinci

A. Draft Perjanjian Pinjaman Modal

A. Draft Perjanjian Pinjaman Modal Lampiran A. Draft Perjanjian Pinjaman Modal Usaha dengan Kreditur Perorangan PERJANJIAN PINJAMAN MODAL USAHA Pada hari ini,, tanggal bulan tahun dilangsungkan penandatanganan Perjanjian Pinjaman Modal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci