Penerapan Good Manufacturing Practice dan Work Improvement In Small Enterprise

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan Good Manufacturing Practice dan Work Improvement In Small Enterprise"

Transkripsi

1 Penerapan Good Manufacturing Practice dan Work mprovement n Small nterprise pada saha Kecil dan Menengah ntuk Pemenuhan Standar Kesehatan (Studi Kasus : KM Tempe Tenggilis Mejoyo Surabaya) Diah Rachmi Damarasri, Sri Gunani Partiwi, dan Janti Gunawan Jurusan Teknik ndustri, Fakultas Teknologi ndustri, nstitut Teknologi Sepuluh Nopember (TS) Jl. rief Rahman Hakim, Surabaya 0 ndonesia srigunani@ie.its.ac.id bstrak - Mutu dan keamanan pangan pada produk KM telah mendapat perhatian yang cukup luas baik pemerintah, industri, pedagang maupun seluruh komponen masyarakat sebagai konsumen. Termasuk salah satunya adalah tempe, salah satu jenis pangan penting dalam penyediaan sumber protein nabati masyarakat ndonesia. Namun, tempe merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Daya tahannya 2-3 hari, lebih dari itu tempe akan rusak atau tidak layak dikonsumsi. ndustri tempe di ndonesia sebagian besar masih merupakan industri rumah tangga atau KM yang dikerjakan secara tradisional. Setiap industri rumah tangga yang menghasilkan olahan pangan wajib memiliki SPP-RT. SPP-RT diperlukan oleh pelaku KM agar dapat memperluas pasar penjualan. ntuk mendapatkan SPP- RT terdapat beberapa aspek yang dinilai, antara lain lokasi dan lingkungan produksi, bangunan, fasilitas, peralatan, sanitasi, karyawan yang bekerja sesuai dengan peraturan GMP yang diatur oleh BPOM. Penelitian ini diselesaikan menggunakan penilaian daftar periksa GMP-WS untuk melakukan evaluasi sistem kerja keseluruhan. Hasil dari penilaian daftar periksa diolah dengan bantuan kuesioner HP oleh beberapa expert judgment. Hasil penilaian menunjukan kriteria pelaksanaan program hiegine dan sanitasi di KM merupakan prioritas perbaikan sistem kerja. Beberapa usulan rekomendasi untuk perbaikan sistem kerja adalah rancangan sistem kerja SSOP, GMP, dan WS serta perancangan tata letak yang baru yang disesuaikan dengan standar keamanan dan kebersihan pangan. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan akan diberikan dalam bentuk buku panduan perbaikan sistem kerja agar dapat diterapkan oleh pihak KM lainnya. Rekomendasi diharapkan mampu meningkatan produktivitas pada proses produksi serta kondisi kerja yang lebih aman, sehat, dan nyaman. Kata Kunci : saha Kecil dan Menengah, Good Manufacturing Practices, Work mprovement n Small nterprise, SPP-RT. T. PNDHLN MP sebagai salah satu jenis pangan memiliki arti penting dalam penyediaan sumber protein nabati masyarakat ndonesia. Namun, tempe merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Daya tahannya 2-3 hari, lebih dari itu tempe akan rusak atau tidak layak dikonsumsi. danya jaminan keamanan dalam produk pangan dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan preferensi masyarakat. ndustri tempe di ndonesia sebagian besar masih merupakan industri rumah tangga atau saha Kecil dan Menengah (KM) yang dikerjakan secara tradisional. Mutu produk yang dihasilkan dapat dijaga jika produsen mempunyai suatu sistem yang dapat menjaga agar produk tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan, sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 200 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan ndustri Rumah Tangga (SPP-RT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menetapkan pedoman pemberian SPP-RT (BPOM, 202). SPP-RT diperlukan oleh pelaku KM agar dapat memperluas pasar penjualan. Supermarket, minimarket ataupun toko-toko besar lainnya mensyaratkan sertifikasi industri rumah tangga pangan bagi produk-produk makanan kemasan untuk dapat memasarkan produknya. ntuk mendapatkan SPP-RT terdapat beberapa aspek yang dinilai, antara lain lokasi dan lingkungan produksi, bangunan, fasilitas, peralatan, sanitasi, karyawan yang bekerja sesuai dengan peraturan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk industri rumah tangga (CPBB-RT) yang diatur oleh BPOM. Salah satu usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang adalah KM Tempe Mejoyo di daerah Tenggilis, Surabaya milik Bapak Nur Hasan. kan tetapi pengelola KM tempe Tenggilis tersebut kurang memperhatikan kebersihan lingkungan kerja saat melakukan proses produksi. Terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat faktor yang mempengaruhi kebersihan dari produk tempe. Beberapa faktor tersebut adalah tata letak proses produksi, kebersihan lokasi, sarana-prasarana, sanitasi dsb. Kebersihan yang belum memadai dengan tidak ada fasilitas sanitasi serta baju produksi seperti alas kaki, masker, dan sarung tangan untuk pekerja saat memproduksi Dari kondisi tersebut KM Tempe Tenggilis Mejoyo memerlukan penilaian serta pembinaan keamanan pangan sesuai dengan standar Good Manufacturing Practices atau biasa disebut Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB) di ndonesia. GMP dilaksanakan agar produk yang dihasilkan dapat memiliki nomor Pangan ndustri Rumah Tangga (P-RT) yang bermanfaat untuk perluasan pemasaran produk dan dapat diterima masyarakat. Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan salah satu indikator bahwa sanitasi dalam operasional produksi telah dilakukan dengan baik. Persyaratan GMP sama dengan CPPB-RT yang dikeluarkan BPOM ndonesia. Dalam perbaikan sistem kerja secara menyeluruh dapat dievaluasi pula melalui daftar periksa Work

2 2 mprovement in Small nterprise (WS) yang dikeluarkan oleh nternational Labor Organization (LO) yang memiliki tujuan untuk memberikan perbaikan di KM (LO, 200). Kedua aspek tersebut yaitu GMP dan WS diaplikasikan untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan KM tempe di daerah Tenggilis, Surabaya agar mendapatkan peningkatan produktivitas pada proses produksi serta kondisi kerja yang lebih aman, sehat, dan nyaman.. RN PNLTN Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan yang meliputi identifikasi permasalahan berdasarkan kondisi eksisting yang terjadi pada objek penelitian yaitu pada sistem kerja KM Tempe Tenggilis. Selain itu dilakukan pula studi literatur dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Setelah itu akan dilanjutkan dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap pengolahan data ini akan menggunakan beberapa metode. Dalam mengevaluasi sistem kerja eksisting dibentuk daftar periksa GMP-WS. Selanjutnya diolah dengan bantuan kuesioner nalytic Hierarchy Process. Kemudian dilakukan pula identifikasi kriteria yang paling berpengaruh dengan bantuan Pareto Chart dan identifikasi penyebab dengan Root Causes nalysis. Langkah terakhir adalah merancang rekomendasi sistem kerja yang baru untuk perbaikan kerja KM dalam memenuhi standar mendapatkan SPP-RT.. Tahap Penyusunan Daftar Periksa GMP-WS Pemenuhan kriteria SPP-RT dapat ditinjau dengan daftar periksa GMP yang telah dikeluarkan BPOM. Dalam pemenuhan kriteria tersebut dibutuhkan kondisi atau sistem kerja KM yang sehat dan aman. Perancangan sistem kerja KM yang baik dapat ditinjau dari daftar periksa WS milik LO. Maka dari itu untuk memperbaiki sistem kerja KM dan pemenuhan SPP-RT diusulkan daftar periksa GMP-WS. Dari daftar periksa GMP-WS didapatkan prioritas kriteria dan nilai kondisi eksisting di KM. B. Tahap Pembobotan Kriteria Penilaian Penilaian kondisi kerja KM dari daftar periksa KM diolah dengan bantuan kuesioner nalytic Hierarchy Process dengan software xpert Choice. Berdasarkan hasil kuisioner HP dan pengolahan dari daftar periksa ini nantinya akan didapatkan urutan kriteria yang harus diperbaiki terlebih dahulu. C. Tahap Perancangan Fasilitas Perencanaan fasilitas juga merupakan salah satu usulan perbaikan perancangan sistem kerja eksisting. Dalam perencanaan fasilitas produksi, terdapat dua hal pokok yaitu perencanaan lokasi pabrik dan perancangan fasilitas produksi. Perancangan tata letak mengenai fasilitas produksi dibagi menjadi beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan prosedural yang disebut juga SLP atau Systematic Layout Planning yang di dalamnya terdapat beberapa metode, yaitu ctivity Relationship Chart) dan ctivity Relationship Diagram (RD). D. Tahap Penyusunan xperiental Booklet Modules (SMs) Modul panduan berisi petunjuk pengolahan KM yang baik dan benar sesuai standar GMP dengan mengkombinasikan panduan WS dalam penerapannya. Diharapkan modul panduan dapat membantu mejaga produktivitas, keamanan, dan higenitas produksi tempe di KM Tempe Tenggilis. Strategic experiential Modules (SMs) yaitu buku panduan yang dapat digunakan oleh pemasar untuk menciptakan jenisjenis pengalaman yang berbeda bagi konsumen.. HSL DN DSKS Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan beberapa hasil penilaian dan analisis yang meliputi daftar periksa GMP- WS, penyusunan sistem hierarki untuk menentukan kriteria utama, penyusunan perancangan fasilitas dan buku modul. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : Penilaian Daftar Periksa GMP-WS Berdasarkan penyusunan dan penilaian terhadap daftar periksa GMP-WS, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Penilaian Keputusan Prioritas Pada KM Tenggilis Mejoyo Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian kondisi eksisting terhadap sub aspek yang diteliti dan dianalisis, penilaian terhadap sub aspek tersebut, adalah untuk sub aspek yang dinilai menjadi prioritas dalam perbaikan, sedangkan sub aspek yang bukan menjadi prioritas dieliminasi. Penilaian dilakukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan melalui proses validasi dengan Pembina KM, dari hasil penilaian kondisi eksisting didapatkan data sebagai berikut :

3 3 Tabel 3.2 Penilaian Kondisi Kerja KM Tenggilis Mejoyo Tabel 3. Contoh Penilaian ntar Kriteria tama di KM Tenggilis Mejoyo No Kriteria Skala Penilaian spek tama Kriteria B Penyimpanan & Penanganan Material v Mesin dan Proses Produksi 2 Penyimpanan & Penanganan Material v Desain Kerja 3 Penyimpanan & Penanganan Material v Pencahayaan Penyimpanan & Penanganan Material v Sanitasi dan Zat Berbahaya 5 Penyimpanan & Penanganan Material v Fasilitas Kesejahteraan Penyimpanan & Penanganan Material v Lingkungan Kerja 7 Penyimpanan & Penanganan Material v Karyawan dan Organisasi Pekerjaan Mesin dan Proses Produksi v Desain Kerja Mesin dan Proses Produksi v Pencahayaan 0 Mesin dan Proses Produksi v Sanitasi dan Zat Berbahaya Mesin dan Proses Produksi v Fasilitas Kesejahteraan 2 Mesin dan Proses Produksi v Lingkungan Kerja 3 Mesin dan Proses Produksi v Karyawan dan Organisasi Pekerjaan Penilaian antar sub kriteria dalam satu kriteria juga dilakukan untuk mendapatkan bobot global antar sub kriteria terhadap keseluruhan tujuan perbaikan. sulan perbaikan sistem kerja KM dapat dirangkum pada Tabel 3.3 berikut ini. Rekomendasi metode berdasarkan pertanyaan, parameter dan tujuan tiap sub kriteria yang ada di daftar periksa GMP-WS. Tabel 3.3 Pengkelompokan Metode dari Daftar Periksa WS dan GMP No spek Penilaian sulan Metode Perbaikan Nomer Pertanyaan WS Nomer Pertanyaan GMP 2 Penyimpanan dan Penanganan Material Desain Kerja. Perancangan Sistem Pemindahan Material,2,,5, 2. Manual Material Handling 3,,5,,7,. Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi 7,, rgonomi - nthropometry 5,,2,22 Pengolahan Data Hasil Daftar Periksa GMP-WS Dalam penentuan sub aspek mana yang menjadi prioritas dalam perbaikan KM, skor penilaian tidak serta merta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, karena harus dipastikan apakah sub aspek tersebut memiliki bobot atau pengaruh kontribusi yang signifikan atau tidak terhadap standardisasi perbaikan untuk KM. Dalam pengolahan nilai untuk mengetahui tingkat pengaruh sub aspek terhadap keseluruhan pencapaian perbaikan KM, dilakukan dengan pendekatan nalytical Hierarchy Process (HP) Gambar 3. Contoh Penilaian Bobot Local dan Global pada Software xpert Choice 3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja,2 2,3,23,2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja,0,,2, 5 3 Keamanan Mesin 2. Sistem Manufaktur,3,7,2 Zat berbahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2,2,30,3,32,33 Metode ini mensintesis perbandingan judgement pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level. ntuk mendapatkan nilai prioritas tersebut dibutuhkan pandangan pihak-pihak yang kepentingan terhadap keputusan tersebut baik secara langsung (diskusi wawancara) maupun tidak langsung (kuisoner). Berikut merupakan rekap bobot, global untuk masing-masing kriteria dan tiap penilaian dari lima pakar (expert) dalam sistem perbaikan kerja KM Tenggilis Mejoyo: 5 Cahaya rgonomi - Kondisi Lingkungan Kerja 23,2,25,2,27,2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 3,0,,2,2,3 Fasilitas Kesejahteraan 2. rgonomi - Kondisi Lingkungan Kerja 0, 3. Manajemen Organisasi dan Sumber Daya Manusia 3,. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 35,37, Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi 3,35 7 Kerja 3. Lokasi Fasilitas pada Perancangan Fasilitas dan Kluster ndustri. rgonomi - Kondisi Lingkungan Kerja 3,3, Organisasi pekerjaan. Manajemen Organisasi dan Sumber Daya Manusia 3, 7,,32,33 2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5,5,,3,37 Tabel 3. Bobot Global Tiap Kriteria

4 Rekapan hasil penilaian sub kriteria menunjukan sub kriteria permasalahan yang paling sering terjadi pada sistem kerja KM Tempe Tenggilis Mejoyo. Tabel 3. Kebutuhan dan Kondisi Fasilitas Ruang KM Tempe Tenggilis Tabel 3.5 Sub Kriteria yang Paling Sering Terjadi pada Sistem Kerja KM Tabel 3.7 Perhitungan Kebutuhan Luas Layout Perbaikan Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi sub kriteria apa yang paling berpengaruh dari enam belas sub kriteria yang ada. Cara identifikasi dengan membuat diagram pareto. Diagram pareto bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal atau dapat memilih masalah-masalah utama dari sebuah permasalahan. Diagram pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggung jawab terhadap 0% masalah yang muncul atau sebaliknya. Nilai -0.3 Pareto Chart Sub Kriteria Permasalahan B C D F G H J K L M N O P Nilai Sub Kriteria % Kumulatif % 0.0% 0.0% 70.0% 0.0% 50.0% 0.0% 30.0% 20.0% 0.0% Gambar 3.2 Diagram Pareto Kriteria Perbaikan Sistem Kerja Secara Keseluruhan Perancangan Fasilitas Perancangan sistem kerja merupakan salah satu output pada penelitian ini yang akan dimasukan pada buku panduan. Beberapa rancangan sistem kerja ini terdiri dari langkah operasi kerja yang sesuai dengan sanitation standard operating procedures, good manufacturing practices, work improvement in small enterprise, dan perancangan tata letak fasilitas produksi sesuai dengan rekomendasi perbaikan. 0.0% Persen Sesuai dengan model GMP yaitu menyesuaikan urutan proses kerja berikutnya atau mendekatkan ruang kerja yang memiliki kesamaan fasilitas yang dibutuhkan.. Warehouse Bahan Baku 2. Warehouse Produk Jadi 3. Kamar Mandi. Ruang Office 5. Pencucian Peralatan. Penakaran dan Pemisahan Kotoran 7. Pencucian. Perebusan. Pengupasan Biji 0. Perendaman. Penirisan 2. Pencampuran Ragi dan Pembungkusan 3. Mushola O O,7 7 2,3, Gambar 3.3 Diagram RC KM Tempe Tennggilis Surabaya

5 5 Setelah ditentukan RC yang berupa chart, lalu dilakukan ke dalam diagram RD. Diagram RD ini menggambarkan hubungan kedekatan antara fasilitas, mesin. Penentuan simbol garis dan warna antara fasilitas satu dengan yang lain adalah didapakan sesuai dengan penentuan kedekatan pada RC Gambar 3. Layout Perbaikan 2D KM Tempe Tenggilis Penyusunan Buku Panduan Gambar 3. RD (ctivity Relationship Diagram) Dari hasil RD yang berupa diagram garis yang menghubungkan fasilitas atau ruang satu dengan ruang yang lain, maka selanjutnya adalah dengan mengubahnya pada diagram ruang. Pada diagram ruang atau SRD ini ditentukan posisi layout untuk tiap fasilitas, mesin, dan ruangan yang dibuat berdasarkan output dari RD. liran Bahan Baku Masuk liran Produk Jadi Keluar Warehouse Bahan Baku Penakaran dan pemisahan kotoran Warehouse Produk Jadi Pencampuran Ragi dan Pembungkusan Pengupasan Biji Gambar 3.5 Visualisasi SRD KM 2 0 Kantor Office Mushola Perendaman Kamar Mandi 3 Pencucian Penirisan 5 7 Wilayah Basah Pencucian Peralatan Dari hasil RC, RD, dan SRD yang telah didapatkan sebelumnya, makan didapatkan gambaran kedekatan antar ruang sesuai dengan prinsip GMP-WS. Selanjutnya dirancang layout perbaikan dengan menyesuaiakan hasil kedekatan antar ruang dengan perhitungan jumlah kebutuhan luas. Dalam rekomendasi tata letak KM perbaikan ini mengasumsikan lokasi baru yang strategis serta memenuhi standar dari GMP-WS dengan luas yang sama dengan lokasi eksisting. Perebusan Gambar 3.7 Cover Buku Panduan Perancangan Sistem Kerja pada KM Tempe untuk Pemenuhan Standar Kesehatan Pada tahap ini dilakukan penyusunan buku panduan sesuai dengan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya di KM Tenggilis Mejoyo Surabaya. Buku panduan digunakan untuk memberikan arahan kepada pemilik usaha dalam merancangan sistem kerja produksi yang lebih baik. Buku panduan menjadi tuntunan hal apa saja yang harus dilakukan, dihindari, dan diperbaiki. Beberapa aspek yang penting dalam sistem kerja adalah karyawan, peralatan, bahan baku, program kebersihan, kehandalan mesin, lingkungan kerja, dan masih banyak lagi. Pada buku panduan terdapat contoh yang dapat ditiru baik dalam bentuk tulisan atau gambar visualisasi agar mempermudah pembaca. Dengan adanya tips dan arahan di buku diharapkan memberikan motivasi untuk melakukan perbaikan sistem kerja di KM. V. KSMPLN/RNGKSN Kesimpulan dan ringkasan berdasarkan hasil penelitian yang sudah disampaikan adalah sebagai berikut : ) Berdasarkan evaluasi penilaian daftar periksa GMP-WS terdapat enam belas aspek yang menjadi prioritas perbaikan sistem kerja KM Tempe Tenggilis. Lima aspek utama permasalahan yang diperbaiki diantaranya adalah ketersediaan program higiene dan sanitasi, kondisi kebersihan peralatan kerja, kepemilikan sertifikasi pemilik usaha dan izin usaha, tata letak ruang produksi yang luas dan sesuai urutan kerja, dan kebersihan penempatan material. Lima aspek tersebut merupakan kriteria yang

6 dirasa paling mempengaruhi keamanan dan kebersihan produk olahan KM. 2) Perancangan sistem kerja perbaikan untuk memenuhi persyaratan SPP-RT adalah dengan menerapkan sistem kerja perbaikan SSOP, GMP, dan didukung dengan metode WS. Dengan menerapakan rekomendasi sistem kerja tersebut, KM dapat memperbaiki kondisi eksisting yang ada sesuai dengan syarat dari Dinas Kesehatan dalam pengajuan SPP-RT. 3) Metode terpilih yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai perbaikan sistem kerja di KM Tempe Tenggilis yaitu pembuatan buku panduan yang ditujukan untuk memperbaiki mutu dan keamanan pangan dari hasil produksi KM, serta meningkatkan produktivitas kerja. Buku panduan sistem kerja terlampir terpisah dengan laporan penelitian dan dapat menjadi pedoman para pengerajin untuk memperbaiki kondisi eksisting KM. ) Saran yang dapat diberikan mengenai penelitian ini antara lain: - Penelitian dapat dilanjutkan dengan memperhatikan faktor biaya dan mengarah pada faktor efisiensi - ntuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam perbaikan sistem kerja yang berkelanjutan pada pengerajin KM Tempe seharusnya dilakukan implementasi dari serangkaian alternatif metode, bukan hanya satu metode saja. - Lingkup objek penelitian dapat diperluas yaitu untuk berbagai macam jenis KM pangan lainnya DFTR PSTK [] rdhianto. (20), sulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas Pada saha Kecil Menengah Konveksi dios, Jakarta: niversitas Gunadarma [2] riawati, Ria Ratna. (200). saha Kecil dan Kesempatan Kerja. Fakultas konomi, NKOM. Jakarta. [3] Badan Pusat Statistik (200), Peraturam Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 200 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan saha ndonesia, BPS, Jakarta. [] Bourgeois, R. (2005), nalytical Hierarchy Process: an Overview, NCPS-NSCP, Bogor. [5] Departemen Kesehatan (), Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan ndonesia. Depkes R Jakarta. [] Dipta,. W. (200). Membangun Jaringan saha Bagi saha Kecil dan Menengah. Jakarta. [7] Heragu, S. (200), Facilities Design, 2 nd edition, New York: niverse, nc. [] Mangkunegara,. (200). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. [] Kopersi Produsen Tahu Tempe ndonesia (203), Buku Saku Rumah Tempe ndonesia, Buku Saku, Vol., KOPT, Bogor. [0] Menteri Kesehatan Republik ndonesia (2002). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan ndustri No. 0/MNKS//2002, Jakarta. [] Menteri Negara Sekretaris Negara. (). ndang-ndang Republik ndonesia No. 7. tentang Pangan, Jakarta. [2] Ramadhani M, Fariza, Basuki DK. (2007). Sistem Pendukung Keputusan dentifikasi Penyebab Susut Distribusi nergi Listrik Menggunakan Metode FM. Jakarta [3] Rooney, J.J & Heuve, L.N.V (200), Root Cause analysis for Beginners. Diakses 2 Juni 203 dari situs [0] Saaty (3). The nalytic Hierarchy Process; Planning, Priority, Setting, Resource llocation. niversity of Pittsburgh. [] Saaty, Thomas L., and Luis G. Vargas. (). The nalytical Hierarchy Process, niversity of Pittsburgh [2] Sari (20), Perancangan Sistem Kerja Pada saha Kecil Dan Menengah (KM) ntuk Memenuhi HCCP (Studi Kasus : KM Syafrida Produsen Snacks), Surabaya: nstitut Teknologi Sepuluh Nopember. [3] Schmitt, B. H., (). Bernd Schmitt. New York: The Free Press. [0] Suharna, C. (200), Kajian Sistem Manajemen Mutu Pada Pengolahan kan Jambal Roti di Pangandaran Kabupaten Ciamis, Semarang : Program Pascasarjana niversitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 0 pril _.pdf. [] Suma'mur. (200). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung gung [2] Perdana (200), Kajian Penerapan GMP, GTP, GRP dan SSOP Serta Penyusunan wal Rencana Sistem HCCP Pada Produksi Yoghurt Di KPSB Lembang, Bandung, Surabaya: nstitut Teknologi Sepuluh Nopember. [3] Thaheer, H. (2005). Sistem Manajemen HCCP. Bumi ksara, Jakarta. [] Widianarko. (2002). Tips Pangan Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan. Grasindo. Jakarta [2] Wignjosoebroto, S. (2000) rgonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik nalisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Gunawidya. [3] Wignjosoebroto, S. (200). Pengantar Teknik dan Manajemen ndustri (disi Pertama Catakan Kedua). Surabaya : Guna Widya. [] Wignjosoebroto, S. (200). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan (disi Ketiga). Surabaya : Guna Widya. [2] Wikepedia. (203). Demografi. Diakses pada tanggal Juni 203,

Bambang Suhardi. Universitas Sebelas Maret Surakarta Maria Kadita

Bambang Suhardi. Universitas Sebelas Maret Surakarta   Maria Kadita PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DENGAN STANDAR CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK (CPPB) DAN WORK IMPROVEMENT IN SMALL ENTERPRISE (WISE) PADA INDUSTRI KERUPUK SALA Bambang Suhardi Fakultas Teknik, Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. 1 Pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data BPS tahun 2006-2010 menunujukkan bahwa UKM mengalami peningkatan yang sangat pesat, karena UKM berhasil menyumbangkan 57% dari PDB yang mampu menyediakan lapangan

Lebih terperinci

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang 1. B. Perumusan Masalah.. 3. C. Batasan Penelitian 4. D. Tujuan. 4. E. Manfaat...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang 1. B. Perumusan Masalah.. 3. C. Batasan Penelitian 4. D. Tujuan. 4. E. Manfaat... DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah.. 3 C. Batasan Penelitian 4 D. Tujuan. 4 E. Manfaat... 4 BAB II LANDASAN TEORI. 7 A. Carica.... 7 B. Manisan Buah. 10 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola kehidupan masyarakat zaman sekarang yang super sibuk dan penuh kompetisi menuntut setiap individu untuk tetap sehat dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Ditinjau dari aspek keamanan pangan, globalisasi tersebut dapat memperbesar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DI PT. MEDIA KERTASINDO UTAMA

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK PABRIK DI PT. MEDIA KERTASINDO UTAMA SLN PRBKN TT LTK PBRK D PT. MD KRTSNDO TM Nelson Stavenny, Siti Rohana Nasution, dan ndres Program Studi Teknik ndustri niversitas Tarumanagara Program Studi Teknik ndustri niversitas Pancasila Program

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Cita Nasional merupakan salah satu industri yang bergerak pada olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat mudah terkontaminasi karena kandungan

Lebih terperinci

Rekomendasi Indekos dengan Metode Pembobotan pada Aplikasi E-Commerce CariKos Berbasis Web

Rekomendasi Indekos dengan Metode Pembobotan pada Aplikasi E-Commerce CariKos Berbasis Web JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-578 Rekomendasi Indekos dengan Metode Pembobotan pada Aplikasi E-Commerce CariKos Berbasis Web Luwandino Wismar, R.V. Hari Ginardi,

Lebih terperinci

Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) SSN 1412-2146. VL.19 N 01 Jurnal Teknik ndustri Desain Layout Fasilitas Produksi ptimal Bagi nit saha Kecil dan Menengah (KM) leh Niluh Putu Hariastuti, Suparjo Teknik ndustri, TTS Surabaya putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN Disusun Oleh: Risya Yuthika (1102120156) Septi Kurniawan (1102130054) Tio Auzan Hawali (1102120067) Nenden Widha Soraya (1102120157) Achmad Rizaldi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri berbasis rumah tangga yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan pangan asal ternak dan supermarket.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10

STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10 Journal Industrial Servicess Vol. 3c No. 1 Oktober 2017 STUDI KASUS PERBANDINGAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PABRIK PADA PT SENNATRA PENDAWATAMA SECARA MANUAL DAN DENGAN SOFTWARE VIP-PLANOPT10 Hartono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dikonsumsi. Kualitas produk yang baik serta harga yang

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dikonsumsi. Kualitas produk yang baik serta harga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman sekarang ini semakin menunjukan banyak kemajuan bukan hanya dari sisi produksi tetapi terhadap perilaku pasar termasuk konsumen. Konsumen semakin

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar dalam mengulas berita tentang keamanan pangan. Ulasan berita tersebut menjadi tajuk utama, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia cukup potensial, hal ini bisa dilihat dari pemanfaatan makanan dan minuman sebagai kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2012 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SERTIFIKAT PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal ini

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

Magister Komputer Universitas Budi Luhur

Magister Komputer Universitas Budi Luhur Magister Komputer Universitas Budi Luhur Strategi Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Study Kasus : PT. Ciliandra Perkasa

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit R 1, E.W. Riptanti 2, dan C. Anam 3 1,2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK TAHU SRIKANDI JUNOK BANGKALAN

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK TAHU SRIKANDI JUNOK BANGKALAN GRNTK Volume 7, No.2 gustus 20 57 PRNCNGN LNG TT LTK FSLTS PRDKS PBRK TH SRKND JNK BNGKLN Muh. Faishol, Sri Hastuti, Millatul lya Program Studi Teknologi ndustri Pertanian Fakultas Pertanian TM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak lantai produksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak lantai produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak lantai produksi meliputi pengaturan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional 9 Lampiran. Indikator dan Parameter Faktor Internal No Indikator Parameter Skor. Ketersediaan bahan baku obat tradisional. Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Ketersediaan bangunan,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TATA LETAK STASIUN KERJA RESTORAN X MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CORELAP

PENYUSUNAN TATA LETAK STASIUN KERJA RESTORAN X MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CORELAP PENYUSUNAN TATA LETAK STASIUN KERJA RESTORAN X MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA CORELAP Agung Prijo Budijono Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNESA ABSTRAK Restoran X dalam perjalanan usahanya mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian atau kerangka pemecah masalah merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian lebih lanjut yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Identifikasi Masalah Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data tentang kejadian-kejadian yang dapat berisiko dan tingkat prioritasnya terhadap supply

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah mulai selektif dalam memilih dan membeli makanan yang mereka konsumsi. Berbeda dengan zaman dahulu, orang dalam membeli

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor yang memiliki visi menjadi kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan yang amanah merupakan visi yang harus di jalankan oleh pemerintah

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MATERIAL HANDLING DENGAN MENGUNAKAN SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP)

USULAN PERBAIKAN SISTEM MATERIAL HANDLING DENGAN MENGUNAKAN SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) SLN PRBIKN SISTM MTRIL HNDLING DNGN MNGNKN SYSTMTIC LYOT PLNNING (SLP) Nandar Cundara 1), ry Sugito 2), Sanusi 3) 1,2,3 Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina mail: 1 nandar@stt-ibnusina.ac.id;

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: perancangan, tata letak fasilitas, CORELAP, material handling.

Abstrak. Kata Kunci: perancangan, tata letak fasilitas, CORELAP, material handling. PRNCNGN TT LTK FSLTS PRDKS PSTSD DNGN MTD CMPTRZD RLTNSHP LYT PLNNNG (CRLP) NTK MMNMS MTRL HNDLNG (Studi Kasus: PT. Petrokimia Kayaku Gresik) FCLTY LYT DSGN F PSTCD PRDCTN PLNT SNG CMPTRZD RLTNSHP LYT

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

PRAKTEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PRAKTEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PRAKTEK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Oleh: Weli Libertina Sembiring Edisi Pertama Cetakan pertama, Agustus 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA

PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA Suwardiyono 1*, Indah Hartati 1, Helmy Purwanto 2 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 1 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah salah satu jurusan yang ada di Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK) UPI. Jurusan PKK mempunyai tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lantai produksi suatu perusahaan manufaktur perlu dirancang dengan baik, supaya aliran produksi dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pangan. Pabrik ini berdiri sejak tahun 1985, telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bidang pangan. Pabrik ini berdiri sejak tahun 1985, telah menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pabrik tahu HARC terletak di Jalan Soekarno Hatta (Cibuntu Selatan) Kota Bandung, merupakan badan usaha milik perseorangan yang bergerak di bidang pangan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN

PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Tata Letak Fasilitas adalah Suatu tata cara pengaturan fasilitas fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996). Tata Letak secara umum

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya generasi menuntut inovasi tidak hanya terhadap produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu sistem keamanan pangan dan sumber

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 2015 menjadi langkah utama PT. Charoen Pokphand - Food Division

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 2015 menjadi langkah utama PT. Charoen Pokphand - Food Division BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia pertahun hingga tahun 2015 menjadi langkah utama PT. Charoen Pokphand - Food Division semakin berpacu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas

Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Oleh : Rozy Fatahurrohman 2509100088 Dosen Pembimbing : Arief Rahman, S.T, M.T 197706212002121002

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI Ade Putri K 1, Alifah K 2, Finda Arwi M 3, Rizqy W 4, Virda Hersy L. S 5, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan sebagai suatu dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah membawa dampak pada perusahaan untuk

Lebih terperinci

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEMPE DI UD ISAH JAYA SURABAYA

PEMBUATAN TEMPE DI UD ISAH JAYA SURABAYA PEMBUATAN TEMPE DI UD ISAH JAYA SURABAYA PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DANIEL AGASTIA HARTANTO 6103012016 YEFTA HARNANIANTO MULYONO 6103012027 RAKRYAN DHANESWARA KOMALA 6103012028 PROGRAM

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN DAN KARAKTERISTIK TEKNIS DALAM PERANCANGAN KEMASAN PRODUK TEH SEDUH

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN DAN KARAKTERISTIK TEKNIS DALAM PERANCANGAN KEMASAN PRODUK TEH SEDUH D.6 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELANGGAN DAN KARAKTERISTIK TEKNIS DALAM PERANCANGAN KEMASAN PRODUK TEH SEDUH Ahmad Faiz Haqqoni 1*, Irwan Iftadi 1**, Wakhid Ahmad Jauhari 1*** 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BIJI PLASTIK POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN METODE AHP DAN QFD PADA PT ARISAMANDIRI PRATAMA Diana Puspita Sari 1 *, Agil Saputro 2, Susatyo Nugroho 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Detail Mata Kuliah 2 Kode TIN314 Nama Perancangan Tata Letak Fasilitas Bobot 3 sks 6623 - Taufiqur Rachman 1 Deskripsi 3 Mata Kuliah Perancangan dan Tata Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Merry Siska 1 dan Henriadi 2 Abstrak: UD. Dhika Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DAN ATRIBUT IDEAL MAKANAN TRADISIONAL GEPUK DAN IKAN BALITA KARUHUN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN Oleh : Husnul Chotimah A07400149 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu industri tata letak fasilitas merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu industri tata letak fasilitas merupakan salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu industri tata letak fasilitas merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan efisiensi perusahaan. Tata letak fasilitas dapat didefinisikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pemanfaatan teknologi sudah menjadi kebutuhan mutlak bagi industri manufaktur dalam menghadapi tantangan kompleksitas produk yang semakin rumit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci