BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) menyatakan yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 138). Apa yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar (Tohirin, 2005: 151). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha dari kegiatan belajar dan interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Prestasi belajar tersebut dapat dinyatakan dalam simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam suatu periode yang telah ditentukan. 12

2 13 Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan kepuusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan (Zaki Baridwan, 2008: 1). American Accounting Association dalam Soemarso (2004: 3) mendefinisikan akuntansi sebagai...proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. menyatakan: Mengenai definisi akuntansi, Al. Haryono Jusup (2005: 4-5) Ditinjau dari sudut pemakaiannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang menyediakan data kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari suatu organisasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi/perusahaan. Data yang dihasilkan dari kegiatan akuntansi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan organisasi/perusahaan tersebut.

3 14 Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dimaksud adalah Prestasi Belajar Akuntansi. Berdasarkan uraian di atas, maka Prestasi Belajar Akuntansi dapat diartikan sebagai suatu tingkat keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi di mana siswa belajar untuk dapat menyediakan data keuangan bagi organisasi, setelah melalui berbagai proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi Slameto (2010: 54) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Faktor-faktor intern a) Faktor jasmaniah (1) Faktor kesehatan. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. (2) Cacat tubuh. Siswa yang memiliki cacat tubuh seperti buta, tuli, patah kaki/tangan, dan lain-lain akan terganggu proses belajarnya. b) Faktor psikologis (1) Inteligensi. Inteligensi sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar. Siswa yang memiliki inteligensi tinggi

4 15 akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai inteligensi rendah. (2) Perhatian. Siswa yang memiliki perhatian dan tidak bosan terhadap bahan yang dipelajarinya akan memperoleh prestasi belajar yang baik. (3) Minat. Apabila bahan belajar tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. (4) Bakat. Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka prestasi belajar siswa akan lebih baik karena siswa lebih giat dalam belajar. (5) Motif. Motif sangat diperlukan dalam belajar agar siswa memiliki dorongan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam belajar. (6) Kematangan. Prestasi belajar siswa akan lebih optimal jika siswa sudah siap atau matang. (7) Kesiapan. Jika siswa belajar sudah memiliki kesiapan sebelumnya, maka prestasi belajarnya akan semakin baik. c) Faktor kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah berada dalam kondisi tubuh yang jauh dari kelelahan.

5 16 2) Faktor-faktor ekstern a) Faktor keluarga (1) Cara orang tua mendidik. Cara mendidik orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. (2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya dan relasi anak dengan anggota keluarga lain. (3) Suasana rumah. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenteram dan tenang. (4) Keadaan ekonomi keluarga. Kebutuhan pokok anak harus terpenuhi agar dapat belajar dengan baik, dalam arti anak tersebut tidak kekurangan yang menyebabkan minder atau kelebihan yang menyebabkan anak hanya berfoya-foya. (5) Pengertian orang tua. Anak perlu pengertian orang tua agar dapat belajar dengan baik. (6) Latar belakang kebudayaan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik perlu ditanamkan kepada anak untuk mendorong semangat belajar anak. b) Faktor sekolah (1) Metode mengajar. Metode mengajar sangat mempengaruhi belajar siswa. Siswa akan merasa bosan dan pasif apabila guru tidak dapat menggunakan metode yang tepat.

6 17 (2) Kurikulum. Kurikulum yang baik (tidak terlalu padat dan sesuai dengan kemampuan siswa) berpengaruh terhadap belajar siswa. (3) Relasi guru dengan siswa. Guru yang tidak dapat berinteraksi secara baik dengan siswanya akan membuat proses belajar-mengajar kurang lancar. (4) Relasi siswa dengan siswa. Jika relasi siswa dengan siswa lain dapat terbina dengan baik, maka akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. (5) Disiplin sekolah. Siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah agar dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan. (6) Alat pelajaran. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. (7) Waktu sekolah. Waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar siswa. Jika siswa bersekolah pada waktu dimana siswa tersebut sudah lelah, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran. (8) Standar pelajaran di atas ukuran. Guru harus dapat merumuskan materi pelajaran yang sesuai dengan

7 18 kemampuan siswa agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. (9) Keadaan gedung. Keadaan gedung harus memadai untuk kegiatan belajar siswa. (10) Metode belajar. Siswa perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu dan cara belajar yang baik agar meningkatkan prestasi belajar. (11) Tugas rumah. Guru diharapkan tidak memberi tugas rumah terlalu banyak yang mengakibatkan siswa tidak memiliki waktu untuk kegiatan lain. c) Faktor masyarakat (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya, dan memilih kegiatan yang mendukung belajar siswa. (2) Mass media. Orang tua maupun pendidik di sekolah harus mengontrol mass media dilingkungan sekitar siswa. (3) Teman bergaul. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu pengawasan dari orang tua dan pendidik agar siswa tidak terpengaruh dengan teman bergaul yang buruk yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. (4) Bentuk kehidupan masyarakat. Siswa akan terpengaruh dan bertingkah laku seperti lingkungan sekitarnya. Oleh karena

8 19 orang tua harus mengusahakan lingkungan masyarakat yang baik agar berpengaruh positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Dalyono (2009: 55-60) adalah sebagai berikut: 1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) Kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar. 2) Faktor eksternal Keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan sekitar. Bimo Walgito (2004: ) mengungkapkan faktor-faktor yang harus diperhatikan agar mencapai prestasi belajar yang sebaikbaiknya, yaitu: 1) Faktor anak/individu, (a) Faktor fisik/kesehatan. Bila badan tidak sehat atau terlalu lelah akan mengganggu belajar anak sehingga prestasi belajarnya tidak optimal. (b) Faktor psikis, terdiri dari motif, minat, konsentrasi perhatian, natural curiousity (rasa ingin tahu secara alami), balance personality (pribadi yang seimbang yang menyebabkan anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan baik), kepercayaan diri, intelegensi, ingatan, dan disiplin. Disiplin merupakan faktor yang sangat penting karena sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik, rencana itu

9 20 akan tetap hanya rencana tanpa bisa menjadi kenyataan apabila tidak memiliki disiplin yang tinggi. 2) Faktor lingkungan, yang terdiri dari tempat, alat-alat untuk belajar, suasana, pembagian waktu untuk belajar, pergaulan. Faktor lingkungan akan mempengaruhi hasil belajar anak karena hanya di tempat yang nyaman dan tenang anak dapat belajar dengan baik. 3) Faktor bahan yang dipelajari, yang akan menentukan cara atau metode belajar yang akan ditempuh. Prestasi belajar siswa akan optimal apabila siswa dapat belajar dengan baik di rumah maupun di sekolah, namun pada kenyataannya tetap ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa tersebut tidak optimal. Mulyadi (2010: 30-40) mengelompokkan sebab kesulitan belajar menjadi empat kategori yaitu: 1) Kondisi-kondisi fisiologis yang permanan terdiri dari: intelegensi yang terbatas, hambatan persepsi, hambatan penglihatan dan pendengaran. 2) Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer terdiri dari: masalah makanan, kecanduan (drugs), kecapaian/kelelahan. 3) Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang permanen terdiri dari: harapan orang tua terlalu tinggi, dan konflik keluarga.

10 21 4) Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang temporer terdiri dari: adanya bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami, dan kurang adanya motivasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang diperoleh dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: 1) Faktor internal. Faktor ini berasal dari diri siswa seperti kesehatan, kecerdasan, bakat, perhatian, minat, motivasi, disiplin, kondisi fisik, cara belajar, kematangan, kesiapan. 2) Faktor eksternal Faktor ini berasal dari luar siswa seperti, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, keluarga, guru, metode mengajar, metode belajar, kurikulum, fasilitas/alat belajar, sumber belajar. c. Mengukur Prestasi Belajar Akuntansi Pengukuran terhadap prestasi belajar siswa perlu dilakukan agar guru dapat mengetahui seberapa besar tingkat pencapaian siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan. Untuk melakukan pengukuran tersebut adalah dengan mengadakan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru akuntansi. Muhibbin Syah (2008: 142) mengemukakan lima tujuan evaluasi yaitu pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu. Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Ketiga, untuk

11 22 mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Keempat, untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar. Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Suharsimi Arikunto (2009: 33) mengemukakan ditinjau dari kegunaan untuk mengukur prestasi belajar siswa, maka dapat dibedakan atas adanya 3 macam tes yaitu: tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Selanjutnya Nana Sudjana (2006: 5) mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, penilaian penempatan, penilaian acuan norma (PAN), serta penilaian acuan patokan (PAP). Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru Kompetensi Keahlian Akuntansi bertujuan untuk mengetahui berhasi atau tidaknya proses pembelajaran akuntansi yang telah dilakukan dengan melihat dari Prestasi Belajar Akuntansi, sehingga dapat diketahui sejauh mana siswa tersebut menerima materi yang telah diajarkan oleh guru. Di SMKN 1 Pengasih evaluasi dilakukan dengan tes formatif yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program atau biasanya dapat disamakan dengan Ulangan Harian.

12 23 2. Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru a. Pengertian Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru Menurut Myers yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (2003: 144) Persepsi adalah organisasi dan interpretasi informasi sensoris, yang memungkinkan kita menyadari berbagai objek dan peristiwa dengan penuh arti. Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera (Mulyono Abdurrahman, 2003: 151). Sehubungan dengan hal tersebut, Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 144) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian data kasar yang dicapai melalui berbagai indera dan interpretasi makna mereka. Ini berarti persepsi akan berbeda-beda pada setiap individu. Tergantung dari seberapa baik indera setiap individu menerima dan menginterpretasi informasi yang diperolehnya. menyatakan: Mengenai pengertian persepsi Slameto (2010: 102) Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Berdasarkan berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses masuknya informasi yang diterima oleh

13 24 individu diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima oleh inderanya. Barnadib dalam Binti Maunah (2009: 171) mengungkapkan siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik atau siswa adalah manusia yang sepenuhnya memiliki harkat dan martabat manusia dengan segenap kandungannya dan berhak hidup sesuai dengan harkat dan martabat manusia tersebut yang perlu dikembangkan melalui pendidikan (Prayitno, 2009: 43). Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang yang menjalankan kegiatan pendidikan, ia mempunyai kepribadian yang belum dewasa (Binti Maunah, 2009: 172). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa adalah seseorang yang belum dewasa yang memiliki harkat dan martabat manusia yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Siswa memperoleh pengaruh dari orang lain yang menjalankan kegiatan pendidikan. Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode mengajar adalah sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien (Daryanto, 2009: 389). Menurut Wina Sanjaya

14 25 (2010: 147) Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, Metode Mengajar Guru dapat diartikan sebagai cara yang dipilih atau digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa atau menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari berbagai teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru adalah proses siswa menangkap dan menanggapi cara atau metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lain. Persepsi tersebut dapat berupa persepsi yang baik dan persepsi yang kurang baik. Persepsi siswa dikatakan baik apabila siswa dapat menyimpulkan informasi yang diterimanya sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan guru, demikian pula sebaliknya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar Guru Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan (Wina Sanjaya, 2010: 147). Guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif utuk mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 75).

15 26 Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Nana Sudjana, 2010: 76). Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan pentingnya penggunaan metode mengajar adalah sebagai berikut: Metode mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 78-81), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode adalah sebagai berikut: 1) Anak didik Perbedaan individu anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar yang akan digunakan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran. 2) Tujuan Metode yang dipilih oleh guru harus sejalan dengan taraf kemampuan siswa. Metode harus tunduk kepada tujuan bukan sebaliknya. Metode harus mendukung tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 3) Situasi

16 27 Situasi yang diciptakan guru mempengaruhi penentuan metode mengajar, misalnya guru ingin menciptakan situasi belajar di alam terbuka atau di luar ruangan, maka guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. 4) Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap atau tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Misalnya apabila sekolah tidak memiliki laboratorium untuk praktik IPA, maka guru tidak dapat menggunakan metode eksperimen atau demonstrasi. 5) Guru Guru mempunyai kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda-beda. Guru yang pendiam tidak akan sering menggunakan metode ceramah. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan akan lebih menguasai berbagai jenis metode sehingga akan sering menggunakan variasi berbagai metode. Dengan demikian permasalahan intern guru dapat mempengaruhi pemilihan metode mengajar yang akan digunakannya. Seorang pengajar harus dapat menggunakan metode-metode mengajar dalam situasi-situasi yang berbeda dengan memperhatikan faktor peserta didik, materi pelajaran, tujuan pembelajaran, dan fasilitas yang tersedia (Nurul Ramadhani Makarao, 2009: 52).

17 28 c. Jenis-jenis Metode Mengajar Beberapa jenis metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran akuntansi adalah sebagai berikut: 1) Metode ceramah Menurut Nana Sudjana (2010: 77) Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97) Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2010: 77-78), ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini, yakni: a) Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) Tujuan yang hendak dicapai (2) Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang tersedia (3) Alat, fasilitas, waktu yang tersedia (4) Jumlah murid beserta taraf kemampuannya (5) Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara (6) Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu (7) Situasi pada waktu itu b) Langkah-langkah menggunakan metode ceramah: (1) Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai. (2) Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah. (3) Tahap asosiasi (komparasi), artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan/disediakan tanya jawab dan diskusi.

18 29 (4) Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyampaikan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceramahkan. (5) Tahap aplikasi/evaluasi. Tahap terakhir ini diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah disampaikan guru. Evaluasi dalam bentuk lisan, tulisan, tugas, dan lain-lain. Metode ceramah wajar digunakan apabila ingin mengajar topik baru, tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97), kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut: a) Guru mudah menguasai kelas. b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas. c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan metode ceramah menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97) yaitu: a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) b) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya. c) Bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan. d) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini sukar sekali. e) Menyebabkan siswa menjadi pasif. 2) Metode tanya jawab Menurut Nana Sudjana (2010: 78) Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

19 30 Nana Sudjana (2010: 78-79) menyatakan beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab antara lain: 1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain: a. Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa. b. Untuk merangsang siswa berpikir. c. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. 2. Jenis pertanyaan. Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. a. Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengatahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. b. Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. 3. Teknik mengajukan pertanyaan. Hal pokok yang harus diperhatikan antara lain: a. Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan pada siswa. b. Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk menjawabnya. c. Beri kesempatan/waktu pada siswa untuk melakukannya. d. Hargailah pendapat/pertanyaan dari siswa. e. Distribusi atau pemberian pertanyaan harus merata. f. Buatlah ringkasan atau hasil tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara sistematik. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila: a. Bermaksud mengulang bahan pelajaran. b. Ingin membangkitkan siswa belajar. c. Tidak terlalu banyak siswa. d. Sebagai selingan metode ceramah. 3) Metode diskusi menyatakan: Tentang metode diskusi Nana Sudjana (2010: 79) Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukan debat. Dalam

20 31 diskusi, tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Kelebihan metode diskusi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 88) adalah: a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. c) Memperluas wawasan. d) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah. Kelemahan metode diskusi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 88) adalah: a) Pembicaraan kadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang. b) Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar. c) Peserta mendapat informasi yang terbatas. d) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. Nana Sudjana (2010: 80-81) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode diskusi adalah: 1. Persiapan/perencanaan diskusi: a. Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin. b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri. c. Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas. d. Waktu dan tempat diskusi harus jelas. 2. Pelaksanaan diskusi: a. Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota). b. Membagi-bagi tugas dalam diskusi. c. Merangsang seluruh siswa untuk berpartisipasi. d. Mencatat ide-ide atau saran-saran yang penting. e. Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.

21 32 f. Menciptakan situasi yang menyenangkan. 3. Tindak lanjut diskusi: a. Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi. b. Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya. c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang. 4) Metode tugas belajar dan resitasi Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 85) Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Nana Sudjana (2010: 81) Menyatakan: Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas daripada itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Tugas dapat diberikan secara individual atau dapat secara kelompok. Kelebihan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 87): 1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individu maupun kelompok. 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. 3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 4) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa. Kelemahan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 87): a) Siswa sulit dikontrol, apakah benar Ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.

22 33 b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. d) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. Nana Sudjana (2010: 81-82) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode tugas belajar dan resitasi adalah: 1. Jenis-jenis tugas: Tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium dan lain-lain. 2. Langkah-langkah menggunakan metode tugas/resitasi: a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan (1) Tujuan yang akan dicapai. (2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut. (3) Sesuai dengan kemampuan siswa. (4) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. (5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah pelaksanaan tugas. (1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru. (2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja. (3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. (4) Dianjurkan agar siswamencatat hasil-hasil yang Ia peroleh dengan baik dan sistematik. c. Fase mempertanggungjawabkan tugas. (1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan. (2) Ada tanya jawab/diskusi kelas. (3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.

23 34 Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi. 5) Metode demonstrasi dan eksperimen Tentang metode demonstrasi dan eksperimen Nana Sudjana (2010: 83) menyatakan: Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 91) yaitu: a) Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. c) Proses pembelajaran lebih menarik. d) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. Kelemahan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 91) yaitu: a) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. b) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. c) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. Nana Sudjana (2010: 84) mengungkapkan petunjuk penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen adalah sebagai berikut:

24 35 1. Persiapan/perencanaan. a. Tetapkan tujuan demonstrasi dan eksperimen. b. Tetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi dan eksperimen. c. Siapkan alat-alat yang diperlukan. 2. Pelaksanaan demostrasi dan eksperimen a. Usahakan demonstrasi dan eksperimen dapat diikuti, diamati oleh seluruh kelas. b. Tumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan. c. Beri kesempatan kepada siswa untuk mencoba sehingga siswa merasa yakin tentang kebenaran suatu proses. d. Buatlah penilaian dari kegiatan siswa dalam eksperimen tersebut. 3. Tindak lanjut demonstrasi dan eksperimen. Setelah demonstrasi dan eksperimen selesai, berikanlah tugas kepada siswa baik secara tertulis maupun secara lisan, misalnya membuat karangan laporan dan lain-lain. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh mana hasil demonstrasi dan eksperimen dipahami siswa. 6) Metode Sosiodrama (Role-Playing) menyatakan: Tentang metode sosiodrama Nana Sudjana (2010: 84) Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. 1. Tujuan sosiodrama Tujuan yang diharapkan dengan sosiodrama antara lain: a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. 2. Petunjuk penggunaannya a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas. b. Ceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut. c. Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan peranan didepan kelas.

25 36 d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung. e. Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan perannya. f. Akhiri sosiodrama pada waktu pembicaraan mencapai ketegangan. g. Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersamasama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut. h. Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut. 7) Metode Pemecahan Masalah atau Problem Solving Tentang metode Pemecahan masalah Nana Sudjana (2010: 85) menyatakan: Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Kelebihan metode pemecahan masalah adalah metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh. Kelemahan metode pemecahan masalah adalah memerlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain, sulit mengubah

26 37 kebiasaan siswa untuk belajar berpikir memecahkan permasalahan (Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, 2006: 93). Nana Sudjana (2010: 85-86) menyatakan langkah-langkah dalam metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut: a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan kemampuannya. b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betulbetul cocok. e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 8) Metode sistem regu (team teaching) menyatakan: Tentang metode team teaching Nana Sudjana (2010: 86) Team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini ialah : a. Harus adanya program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut, sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing guru dalam team tersebut. b. Membagi tiap topik kepada guru tersebut, sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik. c. Setiap anggota dalam satu regu harus memiliki pandangan/pengertian yang sama. d. Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidakhadiran seorang guru anggota team tersebut.

27 38 9) Metode Latihan (drill) Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 95). Menurut Nana Sudjana (2010: 86) Metode latihan pada umunya digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96) menyatakan kelebihan metode latihan adalah sebagai berikut: a) Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, menggunakan alat-alat, dan sebagainya. b) Untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. c) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti penggunaan simbol dan membaca peta. d) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. e) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya. f) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi lebih otomatis. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96) menyatakan kelemahan metode latihan adalah sebagai berikut: a) Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulangulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan. d) Membentuk kebiasaan yang kaku karena bersifat otomatis. e) Dapat menimbulkan verbalisme.

28 39 Nana Sudjana (2010: 87) menyatakan prinsip dan petunjuk menggunakan metode ini: a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna. c. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. d. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa. e. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna. 10) Metode karyawisata (Field Trip) menyatakan: Tentang metode karya wisata Nana Sudjana (2010: 87) Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan arti karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Karyawisata ini tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Kelebihan metode karya wisata menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 94) yaitu: a) Karya wisata memiliki prinsip pembelajaran yang modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pembelajaran. b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. c) Pembelajaran seperti ini dapat merangsang kreatifitas siswa. d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual. Kelemahan metode karya wisata menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 94) yaitu: a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah. b) Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.

29 40 c) Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi koordinasi waktu serta kegiatan selama karya wisata. d) Dalam karya wisata, unsur rekreasi lebih sering menjadi prioritas dari pada tujuan utama, sedangkan unsur studinya menjadi terabaikan. e) Sulit mengatur siswa dalam jumlah yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka pada kegiatan studi yang menjadi permasalahan. Nana Sudjana (2010: 87-88) menyatakan langkah-langkah pokok dalam metode ini adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan karyawisata a. Merumuskan tujuan karyawisata. b. Menetapkan objek karyawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. c. Menetapkan lamanya karyawisata. d. Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata. e. Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan. 2. Langkah pelaksanaan karyawisata Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas. 3. Tindak lanjut Pada akhir karyawisata siswa harus diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata. 11) Metode manusia sumber (resource person) Metode resource person dimaksudkan ialah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran kepada siswa. Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus. (Nana Sudjana, 2010: 88). Nana Sudjana (2010: 88) menyatakan petunjuk penggunaan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Beberapa hal yang harus diperhatikan ialah : Tujuan yang akan dicapai dengan adanya resource person, orang yang akan

30 41 dijadikan resource, materi apa yang akan diminta diajarkan kepada siswa, berapa lama ia akan mengajar dan lain-lain. 2. Pelaksanaan resource person mengajar Dalam pelaksanaan ini perlu diperhatikan kegiatan belajar siswa seperti : tanya jawab, diskusi, antar siswa dengan resource tadi. 12) Metode survei masyarakat Pada dasarnya survei berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. (Nana Sudjana, 2010: 88-89) 13) Metode simulasi Nana Sudjana (2010: 89) menyatakan: Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Dengan demikian simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Nana Sudjana (2010: 90-91) mengungkapkan langkahlangkah pelaksanaan simulasi adalah sebagai berikut: a) Guru menentukan topik dan tujuan simulasi (akan lebih baik jika dipilih bersama siswa). b) Guru memberi gambaran garis besar situasi yang akan disimulasikan. c) Guru membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi, dan alat yang diperlukan. d) Guru memilih pemain (pemegang) peranan. e) Guru memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan tentang hal-hal yang harus dilakukan. f) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa menganai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi. g) Guru memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk menyiapkan diri. h) Guru menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi.

31 42 i) Siswa melaksanakan simulasi guru mengawasi, memberi saran untuk kelancaran simulasi. j) Siswa secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi. k) Siswa membuat kesimpulan hasil simulasi. Berbagai metode yang telah diuraikan di atas wajib dikuasai oleh guru dan dalam penggunaannya wajib divariasikan, agar siswa dapat menerima, mencerna, dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru dengan sebaik mungkin. Tidak ada satu metode mengajar yang terbaik atau yang cocok untuk semua situasi/mata pelajaran, atau tidak ada magic solution dalam mengajar. d. Praktik Penggunaan Metode Mengajar Guru Menurut Nana Sudjana (2010: 91) Dalam prakteknya metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Kemungkinan-kemungkinan kombinasi metode mengajar adalah sebagai berikut: 1) Ceramah, Tanya jawab, dan Tugas Ceramah memiliki banyak kekurangan sehingga penggunaannya harus didukung dengan alat, media, atau metode lain. Setelah guru selesai memberi ceramah perlu diberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan tanya jawab. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan, siswa perlu diberi tugas. 2) Ceramah, Diskusi, dan Tugas Penggunaan ketiga jenis metode mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian informasi kepada siswa tentang materi

32 43 yang akan didiskusikan, kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi. 3) Ceramah, Problem Solving dan Tugas Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode Problem Solving, sebagai jalan keluarnya. Kemudian akhiri dengan tugas-tugas, baik individu maupun kelompok sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. 4) Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Tujuan dari ceramah adalah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang hendak dilakukannya. Demonstrasi dimaksudkan untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa. 5) Ceramah, Sosiodrama, dan Diskusi Sosiodrama adalah sandiwara tanpa skript (naskah) tanpa latihan terlebih dahulu sehingga dilakukan secara spontan. Sebelum sosiodrama dilaksanakan terlebih dahulu diberikan penjelasan

33 44 tentang situasi sosial yang akan didramatisasikan oleh para pelaku. Selanjutnya diadakan diskusi bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. Dari lima contoh praktik penggunaan metode mengajar di atas, contoh pertama yaitu ceramah, tanya jawab, dan tugas adalah kombinasi penggunaan metode mengajar yang paling sering dilakukan oleh guru Kompetensi Keahlian Akuntansi SMKN 1 Pengasih. Alangkah baiknya apabila guru dapat menggunakan kombinasi metode mengajar lain selain ceramah, tanya jawab, dan tugas agar tidak menimbulkan kejenuhan pada siswa. 3. Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar Menurut Ali Imron (2004: 135) disiplin merupakan suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur, dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran secara langsung maupun tidak langsung. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan (Soedijarto, 1989: 163). Disiplin Belajar merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur belajar dan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan tujuan akhir dari proses belajarnya (Soedijarto, 1989: 164).

34 45 Pada dasarnya Disiplin Belajar merupakan pengendalian tingkah laku atau pengendalian diri masing-masing siswa atau peserta didik. Disiplin (self dicipline) harus ditanamkan dan dimiliki oleh setiap individu karena sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik, namun hal itu akan tetap tinggal rencana kalau tidak ada disiplin diri (Bimo Walgito, 2004: 154). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Disiplin Belajar adalah sikap, perbuatan atau tingkah laku yang terdapat pada diri seseorang yang menyebabkan seseorang dapat belajar secara teratur dan menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan dilingkungan belajar yang bertujuan untuk meningkatkan Prestasi Belajar. b. Teknik-teknik Pembinaan Disiplin Belajar A.S Moenir (1983: ) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang berfungsi menumbuhkan dan selanjutnya memelihara disiplin yaitu kesadaran, keteladanan, dan adanya peraturan yang ketat. Kesadaran merupakan faktor utama sedangkan keteladanaan dan peraturan yang ketat merupakan faktor penguat terhadap faktor utama tersebut. Peraturan yang ketat didukung dengan keteladanan dapat menumbuhkan kebiasaan untuk berdisiplin sehingga semakin lama seseorang tersebut akan memiliki kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin.

35 46 Ali Imron (2004: 137) menyatakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin kepada siswa adalah sebagai berikut: 1) Teknik eksternal control, yaitu suatu teknik di mana disiplin haruslah dikendalikan dari luar diri siswa. Menurut teknik ini siswa harus didisiplinkan dengan cara ditakuti dengan hukuman bagi siswa yang tidak disiplin dan diberikan hadiah kepada siswa yang mempunyai disiplin tinggi. 2) Teknik inner control atau internal control. Teknik ini mengupayakan agar siswa mendisiplinkan diri mereka sendiri. Siswa disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan memiliki kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik eksternal control. Apabila guru memilih menggunakan teknik inner control ini, maka guru harus bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan bagi para siswa. 3) Teknik cooperatif control. Menurut teknik ini, antara guru dan siswa harus saling bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan kedisiplinan. Guru dan siswa hendaknya memiliki kontrak perjanjian yang berisi peraturan yang harus ditaati bersama-sama. c. Jenis-jenis Disiplin Belajar Ali Imron (2004: 136) membagi disiplin menjadi tiga macam. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian, di mana siswa dikatakan memiliki disiplin yang tinggi apabila siswa

36 47 tersebut mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru yang sedang mengajar. Dengan demikian siswa takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan guru. Kedua, disiplin yang dibangun dengan konsep permissive, di mana siswa harus diberi kebebasan yang seluas-luasnya di dalam kelas sepanjang itu baik. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Menurut konsep ini siswa diberikan kebebasan seluas-luasnya tetapi konsekuensi dari perbuatannya harus ia tanggung. Disiplin Belajar menurut Koestoer (1983: 62-68) terdiri dari: 1) Disiplin yang dipaksakan oleh guru (teacher imposed discipline). 2) Hukuman (punishment) sebagai alat disiplin yang terdiri dari hukuman fisik dan psikologi. 3) Disiplin yang dipaksakan oleh kelompok (group imposed discipline). 4) Disiplin yang dipaksakan sendiri (self imposed discipline). 5) Disiplin yang dipaksakan oleh tugas (task imposed discipline). Menurut A.S. Moenir (1983: ) Disiplin Belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Disiplin terhadap waktu. Dalam disiplin terhadap waktu yang menjadi perhatian utama ialah waktu mulai yang digambarkan dalam detik sampai tahun. Contoh dari disiplin terhadap waktu adalah:

37 48 (a) Tepat waktu dalam kedatangan/keberangkatan termasuk juga tepat waktu dalam mengakhiri kegiatan belajar dan tidak meninggalkan/membolos saat pelajaran. (b) Tepat waktu dalam memulai jam belajar/jam kerja baik di rumah maupun di sekolah meskipun tidak ada orang tua atau guru yang mengawasi. (c) Tidak melanggar batas waktu memulai dan menyelesaikan pekerjaan atau tugas. 2) Disiplin terhadap perbuatan. Disiplin perbuatan mengharuskan seseorang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau langkah tertentu agar dapat mencapai atau menghasilkan sesuatu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Keharusan mengikuti dengan ketat langkah atau perbuatan tersebut dikarenakan langkah atau perbuatan tersebut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Contoh dari disiplin terhadap perbuatan adalah: (a) Mematuhi peraturan. Dalam belajar siswa harus mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh sekolah, oleh guru dalam kelas maupun peraturan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri di rumah. (b) Tidak menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaannya, misalnya dalam mengerjakan tugas kelompok siswa tidak mau mengerjakan dan hanya mengandalkan teman sekelompoknya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Ekonomi a. Pengertian Prestasi Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari usaha. Menurut Muhibbin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk menjelaskan variabel penelitian yakni prestasi belajar, persepsi siswa

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk menjelaskan variabel penelitian yakni prestasi belajar, persepsi siswa BAB II LANDASAN TEORI Untuk menjelaskan variabel penelitian yakni prestasi belajar, persepsi siswa tentang metode mengajar guru dan kondisi ekonomi keluarga maka disajikan kajian teori tentang variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi

BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI A. Metode Resitasi 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi Metode resitasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 1, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2006: 3) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan. sebagainya). (Tim Penyusun Kamus, 2008: 1101).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan. sebagainya). (Tim Penyusun Kamus, 2008: 1101). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan di segala bidang aspek kehidupan suatu bangsa dan negara tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan dibidang pendidikan. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemberian Pekerjaan Rumah a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K Interaksi Edukatif Kelompok 8 Labiba Zahra K1310049 Novita Ening B K1310060 Rini Kurniasih K1310069 Pend. Matematika (sbi) 2010 Pengertian Interaksi Edukatif Interaksi edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.

cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa yang rendah di sekolah tentu akan menjadi masalah yang perlu mendapat banyak perhatian dan pemecahan. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Pasundan 1 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Bisnis dan Manajemen yang merupakan lembaga pendidikan yang terus berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2015 2016 sebagaimana telah diamanatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A MTs. ARRAHMAH KELAPA DUA WETAN CIRACAS JAKARTA TIMUR Santi Hartika Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian Metode Oemar Hamalik (2010 : 27) menjelaskan istilah metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian IPA Menurut H.W Fowler (Trianto, 2010: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain.

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Pemahaman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1 Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Mengajar Penggunaan metode dalam mengajar sangat mempengaruhi pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar, karena

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya membutuhkan pendidikan sebagai kebutuhan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS A. Pengertian Belajar Mengajar Seseorang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik dengan membaca, belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli 1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar adalah dasar dalam membentuk sebuah pribadi untuk memiliki wawasan. Dalam prosesnya, proses belajar mengajar ini telah banyak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, oleh karena itu siswa diharuskan memiliki motivasi

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN:

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN: PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN 1. AKADEMIK DAN EMPIRIK 2. RELEVAN ( TUJUAN, MATERI AJAR, MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN, KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK, SITUASI DAN KONDISI AKTUAL, WAKTU) 3. FLEKSIBEL(FLEXIBLE)

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman a. Pengertian pemahaman Kajian ini berkenaan dengan pemahaman guru tentang strategi pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyiapan sumber daya manusia merupakan masalah yang mendasar dalam era globalisasi, jika kita tidak ingin kalah bersaing dengan negaranegara lain. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha mengingkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan. Sulasmini Sutriyono Inawati Budiono Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci