4 BAB IV KONDISIWILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASISAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 BAB IV KONDISIWILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASISAAT INI"

Transkripsi

1 4 BAB IV KONDISIWILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASISAAT INI 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Secara geografis Kabupaten Manggarai terletak diantara LS LS/ dan BT BT/ East Longitude. Batas-batas wilayah timur adalah Kabupaten Manggarai Timur, wilayah barat adalah Kabupaten Manggarai Barat, wilayah utara Laut Flores, dan wilayah selatan adalah Laut Sawu. Kabupaten Manggarai Barat mempunyai luas wilayah 2.947,50 km persegi yang terdiri dari daratan Pulau Flores dan beberapa pulau besar seperti Pulau Komodo, Rinca, Longos, serta beberapa buah pulau-pulau kecil lainnya. Tabel 4-1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Manggarai Barat, Luas Wilayah No Kecamatan Presentase (Ha) 1 Komodo 1219,80 20,06 2 Boleng Sano Nggoang 555,10 11,69 4 Lembor 695,00**) 20,60 5 Welak 8,55 6 Kuwus 208,40 18,38 7 Macang Pacar 269,10 13,17 Jumlah 2947,40 100,00 Ket. : Data Kec.Boleng dan Welak Masih Bergabung dengan Kec.Induk Sumber : Kabupaten Manggarai Barat Dalam Angka,

2 Tatralok Kabupaten Manggarai Barat Gambar 4-1Posisi Geografis Kabupaten Manggarai Barat Pada Wilayah Provinsi NTT 4-2

3 Gambar 4-2Peta Administrasi Kabupaten Manggarai Barat 4-3

4 4.2 Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2009 sebesar jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada pada Kecamatan Lembor, dan paling kecil terdapat pada Kecamatan Sano Nggoang. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Manggarai Barat memiliki nilai yang rata untuk setiap kecamatannya, yaitu 71,24 jiwa per km 2. Tabel 4-2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Manggarai Barat, 2011 No Kecamatan Kepadatan Jumlah Luas Daerah Penduduk (Km 2 Penduduk per ) Km 2 1 Komodo*) 46, ,80*) 52,02*) 2 Boleng 17,336 3 Sano Nggoang 26, ,10 48,40 4 Lembor**) 47, ,00**) 46,42**) 5 Welak 19,655 6 Kuwus 42, ,40 202,75 7 Macang Pacar 30, ,10 112,50 Jumlah 229, , Keterangan: *)Termasuk Boleng, **) Termasuk Welak Sumber : Kabupaten Manggarai Barat Dalam Angka, Kondisi Transportasi Saat Ini Transportasi Jalan Kegiatan angkutan terdiri dari angkutan darat, angkutan laut dan angkutan udara. Kegiatan subsektor angkutan ini dalam perekonomian Manggarai Barat sangat menentukan dengan kontribusi cukup signifikan. Kegiatan angkutan darat ditentukan oleh prasarana jalan raya yang dibangun yang sampai dengan saat ini telah menembus (menghubungkan) seluruh wilayah darat Kabupaten Manggarai Barat teristimewa menghubungkan seluruh titik sentra ekonomi. Tabel 4-3 Kondisi Jalan Di Kabupaten Manggarai Barat (km) No Kecamatan Hotmix Aspal Kerikil Tanah Jumlah 1 Komodo 25,9 15,42 4,07 23,17 68,56 2 Boleng 1,5 2,7 3 7,2 3 Sano Nggoang 2,5 3,8 8,6 14,9 4 Lembor 2,3 3,6 2,4 3,00-13,3 5 Welak 2,2 2,8 3,2 8,2 4-4

5 No Kecamatan Hotmix Aspal Kerikil Tanah Jumlah 6 Kuwus 3 1,5 7,2 11,7 7 Macang Pacar 2,1 1,4 5,5 8,8 Jumlah/ Total 30,2 30,32 16,67 53,47 132,66 Sumber : Kabupaten Manggarai Barat Dalam Angka, Kondisi Lalu Lintas Keterwakilan dari kondisi lalu lintas di Kabupaten Manggarai Barat terlihat melalui lalu lintas harian di Kota Labuan Bajo dan di ruas jalan yang menghubungkan kota kecamatan. Gambar 4-3Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo Pengamatan terhadap kondisi lalu lintas dalam kota Labuan Bajo dilakukan pada jalan nasional ( ). Jumlah kendaraan yang melintas pada ruas jalan L. Kape arah Labuan Bajo Ruteng selama satu hari sebesar kendaraan, sedangkan untuk arah Ruteng Labuan Bajo sebesar kendaraan dengan V/C ratio pada jam pada jam puncak sebesar 0,05 yang digambarkan berdasarkan komposisi pada grafik di bawah ini. Komposisi lalu lintas didominasi oleh mobil penumpang sebesar 36% dan sepeda motor sebesar 23% pada arah Labuan Bajo Ruteng, sedangkan untuk arah Ruteng Labuan Bajo dengan komposisi mobil penumpang sebesar 40% dan sepeda motor sebesar 25%. Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh karakteristik Kota Labuan Bajo sebagai kota pariwisata dan kota jasa. 4-5

6 Sumber : Hasil analisa Gambar 4-4Fluktualisasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan NasionalLabuan Bajo Arah Labuan Bajo Ruteng Sumber : Hasil analisa Gambar 4-5Fluktualisasi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan NasionalLabuan Bajo Arah Ruteng Labuan Bajo 4-6

7 Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Jalan L. Kape Arah L.Bajo - Ruteng 3% 14% 8% 1% 36% mobil spd motor mpu 15% bus 23% pick up truk KTB Gambar 4-6Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo Arah Labuan Bajo - Ruteng 5% Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Jalan L. Kape arah Ruteng - L. Bajo 9% 12% 9% 25% 0% 40% mobil spd motor mpu bus pick up truk KTB Gambar 4-7Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo arah Ruteng Labuan Bajo Pengamatan terhadap kondisi lalu lintas di luar Kota Labuan Bajo dilakukan pada jalan provinsi yang menghubungkan terminal Nggorang dengan kawasan utara Kabupaten Manggarai Barat yaitu pada ruas jalan Nggorang Terang ( ). 4-7

8 Gambar 4-8Ruas Jalan Provinsi Ngorang-Terang Jumlah kendaraan yang melintas pada ruas Nggorang - Terang selama satu hari sebesar 65 kendaraan, sedangkan untuk arah Terang - Nggorang sebesar 55 kendaraan dengan V/C ratio pada jam pada jam puncak sebesar 0,01 yang digambarkan berdasarkan komposisi pada grafik di bawah ini. Komposisi lalu lintas didominasi oleh truk penumpang. Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh prsarana jalan yang sangat buruk. Sumber : Hasil analisa Gambar 4-9Fluktuasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nggorang Terang 4-8

9 Sumber : Hasil analisa Gambar 4-10Fluktuasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Terang Gorang Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nggorang - Terang 37% 15% 0% 17% 14% 17% 0% mobil spd motor mpu bus pick up truk KTB Sumber : Hasil analisa Gambar 4-11Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Nggorang-Terang Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Terang - Nggorang 46% 0% 15% 12% mobil spd motor mpu 17% 10% 0% bus pick up truk KTB Sumber : Hasil analisa Gambar 4-12Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Terang Nggorang 4-9

10 Kondisi Pelayanan Transportasi Darat Pola jaringan trayek perkotaan di Kota Labuan Bajo yang berbentuk radial bersilang untuk sementara masih menguntungkan karena saling menyilangkan lintasan untuk bertemu pada pusat kegiatan, akan tetapi untuk masa yang akan datang sangat berpotensi menimbulkan kemacetan pada titik tertentu atau ruas terentu sepeti pada kawasan kota lama dan daerah pelabuhan. Pada jaringan pelayanan antarkota dalam provinsi dan pelayanan angkutan perdesaan masih terlihat kurang tegas mengenai batasan rute sehingga angkutan perdesaan dan angkutan antarkota dalam provinsi memberikan pelayanan sampai ke dalam kota dan menyinggahi pusat pusat kegiatan.belum terdapaat angkutan taksi yang mampu mengakomodir kepentingan turis guna mendukung Labuan Bajo sebagai kota pariwisata. Pelayanan angkutan kota di Labuan Bajo dan Mbay tergolong kurang nyaman dipengaruhi oleh sound system yang dioperasikan didalam ruang kendaraan. Gambar 4-13Angkutan Perdesaan Pada pelayanan angkutan perdesaan di Kabupaten Manggarai Barat memperlihatkan adanya keunikan di mana di dalam armada yang sama terangkut orang, barang dan hewan sehingga sangat mengurangi kenyamanan penumpang. Load factor untuk angkutan perdesaan rata rata di atas 100%, kondisi ini bukan dipengaruhi oleh tingginya tingkat permintaan melainkan oleh karena frekuensi pelayanan yang sangat minim yaitu rata rata 1 trip per hari. Sedangkan load factor untuk angkutan antarkota dalam provinsi tergolong sangat rendah yakni di bawah 50%, kondisi ini dipengaruhi oleh adanya angkutan liar plat hitam dan angkutan sewa dan angkutan antar jemput yang melayani pada rute yang sama. 4-10

11 Untuk angkutan kota di Labuan Bajo dan Mbay, waktu perjalanan sangat dipengaruhi oleh permintaan dalam kota. Kondisi ini dipengaruhi penerapan trayek dan rute yang masih berdasar pada kawasan tertentu seperti CBD, pemukiman, perkantoran maupun pasar sehingga pengemudi dapat mengalihkan tujuan perjalanan sesuai dengan tujuan perjalanan penumpang. Waktu perjalanan untuk angkutan perdesaan tergolong sangat tinggi. Rata rata waktu tempuh untuk jarak 40 kilo meter mencapai 165 menit. Kondisi ini dipengaruhi oleh prasarana jalan yang rusak. Angkutan penyeberangan yang melayani wilayah Kabupaten Manggarai Baratpada umumnya masih belum mencapai tingkat kenyamanan bagi pengguna jasa karena pada ruang khusus kendaraan justru dipergunakan untuk meletakan barang dan untuk penumpang baik yang duduk maupun tidur. Dari sisi aksesibilitas masih terdapat banyak wilayah yang belum terlayani angkutan umum. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Manggarai Barat belum seluruhnya terlayani oleh angkutan umum oleh karena adanya perbedaan yang mencolok antara trayek gemuk dan kurus. Pada kawasan Naimata, Liliba, Penfui Matani dan Alak belum terlayani oleh angkutan umum sehingga masyarakat pada kawasan ini harus menggunakan kendaraan pribadi maupun ojek untuk perjalanan sehari hari. Pada beberapa wilayah terpencil di Kabupaten Manggarai Barat, Nagekeo dan Timor Tengah Selatan masih terdapat kawasan yang belum tersentuh pelayanan angkutan umum. Masyarakat pada kawasan ini harus berjalan kaki hingga delapan kilo meter untuk mencapai rute angkutan Angkutan Barang Distribusi barang dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat masih menggunakan kendaraan barang jenis truk sedang dan truk besar ke kawasan pemukimaan serta pada CBD. Untuk distribusi barang antarkota dan antarkabupaten menggunakan truk sedang dan truk besar untuk pergerakan dalam satu daratan namun belum ditata secara optimal jaringan lintas angkutan barang akibat belum optimalnya fungsi jembatan timbang. Sementara untuk pergerakan antarpulau menggunakan kapal fery maupun kapal laut. 4-11

12 4.3.2 Transportasi Laut Mengingat bahwa Kabupaten Manggarai Barat merupakan wilayah paling barat dari Pulau Flores Prasarana, maka kondisi transportasi laut di kabupaten ini dijelaskan berikut. Bulan / Month Tabel 4-4 Kondisi Lalu Lintas di Pelabuhan Laut Labuan Bajo,Tahun 2012 Kapal Penumpang (org) / Barang /Cargo Passengers (Ton/ Ekor) Turun / Disembarked Naik / Embarked Bongkar/ Unloaded Muat/ Loaded (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Januari Februari Maret April M e i Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Kabupaten Manggarai Barat Dalam Angka, Transportasi Udara Transportasi udara yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat merupakan transportasi udara yang melayani pergerakan udara dari wilayah Kabupaten Manggarai Barat ke dunia luar, terutama dari Bandar udara Komodo ke wilayah di sebelah baratnya, yaitu Denpasar dan juga melayani penerbangan kearah selatan, yaitu ke Bandar udara Kota Kupang. Kedua bandar udara yang dilayani merupakan Bandar udara hub, yang selanjutnya melayani penerbangan ke kota-kota besar di Indonesia. 4-12

13 Tabel 4-5 Kondisi Lalu Lintas di Bandar Udara Komodo No. Kegiatan Tahun I PENUMPANG (Orang) Datang Berangkat Transit II PESAWAT (Unit) Datang Berangkat III BAGASI (Kg) Datang Berangkat IV CARGO/ BARANG (Kg) Datang Berangkat Sumber : Bandar Udara Komodo Sebagai Bandar udara yang melayani pergerakan penumpang dengan orientasi parawisata, Bandar udara Komoda cukup mampu berperan dengan baik.hal ini dapat dilihat dari frekuensi pelayanan yang cukup tinggi.setiap hari rata-rata dijumpai 12 kali jadwal penerbangan dari dan ke Bandar Udara Labuan Bajo atau Komodo. Secara umum ada dua titik yang menghubungkan Bandar udara ini, yaitu Bandar udara Denpasar dan Bandar udara El Tari di Kupang.Perusahaan penerbangan yang melayani kedua rute penerbangan di atas terdiri dari empat, yaitu Wings Air, Sky, Trans Nusa dan Merpati Airlines. Kondisi lalu lintas yang dilayani Bandar udara Bajo atau Komodo dapat dilihat pada Tabel 4-6, di mana dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend pertumbuhan yang cukup tinggi.hal ini sejalan dengan usaha Pemerintah untuk terus menggencarkan promosi parawisata Pulau Komodo dan situs wisata lainnya di Nusa Tenggara Timur. 4-13

14 Pesawat Tabel 4-6 Jadwal Penerbangandi Bandar Udara Komodo Rute Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Wings Air L. Bajo - Denpasar Denpasar- L. Bajo L. Bajo - Kupang Kupang - L. Bajo Sky L. Bajo - Denpasar Denpasar- L. Bajo L. Bajo - Kupang Kupang - L. Bajo Trans Nusa L. Bajo - Denpasar Denpasar- L. Bajo L. Bajo - Kupang Kupang - L. Bajo Merpati L. Bajo - Denpasar Denpasar- L. Bajo L. Bajo - Kupang Kupang - L. Bajo Sumber : Bandar Udara Komodo Karakteristik Pergerakan Adalah penting untuk dapat memahami karakteristik perjalanan yang terjadi di suatu wilayah. Karena dengan memahami karakteristik perjalanan tersebut, baik perjalanan barang maupun penumpang, maka dapat dilakukan usaha-usaha untuk memfasilitasinya, sedemikian sehingga sistem pergerakan menjadi lebih baik, ditinjau dari sisi efisiensi pergerakan, dari sisi pemanfaatan ruang jalan maupun ditinjau dari sisi penggunaaan energi dan dampaknya terhadap lingkungan. Karakteristik perjalanan yang ditinjau dalam kajian ini meliputi: pola perjalanan menurut maksud perjalanan, pola penggunaan moda dan pola pergerakan secara spasial yang ditunjukkan dengan Matriks Asal Tujuan. Untuk mendapatkan dan memahami karakteristik perjalanan ini dilakukan kegiatan survey yang sangat intensif, yaitu berupa penyebaran kuesioner maupun dengan wawancara langsung. 4-14

15 Pola Perjalanan Menurut Maksud Dalam usaha memahami pola perjalanan penumpang yang terjadi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat, dilakukan survey langsung ke masyarakat, di mana dibedakan perjalanan dalam tiga kelompok.perjalanan kelompok pertama adalah perjalanan yang dilakukan dalam lingkup Kabupaten Manggarai Barat, yang diistilahkan sebagai perjalanan antara zona internal ke zona internal.perjalanan kelompok kedua adalah perjalanan yang terjadi antara zona internal dan zona eksternal atau sebaliknya, atau perjalanan yang terjadi antara zona yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat ke wilayah di luar Kabupaten Manggarai Barat.Perjalanan kelompok ketiga adalah perjalanan yang terjadi antara zona eksternal ke zona eksternal lainnya, atau dapat disebut juga sebagai perjalanan through traffic, yang kebetulan menggunakan wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagai transit. Perjalanan jarak pendek dalam kota pada umumnya dilakukan dengan maksud bekerja dan belajar. Perjalanan jarak sedang dalam wilayah kabupaten dan antarkabupaten dalam satu daratan pada umumnya dilakukan dengan maksud untuk bisnis dan sosial, sedangkan khusus untuk tujuan perjalananan ke Labuan Bajo lebih didominasi untuk maksud wisata. Maksud perjalanan pada masing kabupaten/kota tersebut tergambar pada grafik berikut; Maksud Perjalanan Zona Internal -internal 18% 9% 2% 7% Bekerja Belajar 11% Belanja Sosial Bisnis 16% 37% Wisata/Rekreasi Lainnya Gambar 4-14Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Internal-Internal 4-15

16 Maksud Perjalanan Zona Internal -Eksternal 16% 0% 1% 2% 20% Bekerja Belajar 18% Belanja Sosial Bisnis Wisata/Rekreasi 43% Lainnya Gambar 4-15Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Internal-Eksternal 33% Maksud Perjalanan Zona Eksternal - Internal 1% 2% 1% 15% 25% 23% Bekerja Belajar Belanja Sosial Bisnis Wisata/Rekreasi Lainnya Gambar 4-16Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Eksternal-Internal 4-16

17 Maksud Perjalanan Zona Eksternal -Eksternal 0% 0% 0% 5% 17% 20% Bekerja Belajar Belanja Sosial 58% Bisnis Wisata/Rekreasi Lainnya Gambar 4-17Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Eksternal-Internal Secara umum dapat disimpulkan bahwa mengacu pada hasil survey seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas, maka perjalanan yang paling dominan terjadi pada semua pola pergerakan adalah perjalanan dengan maksud bekerja. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa bekerja merupakan denyut kehidupan masyarakat.hal ini terutama sangat terlihat pada pola pergerakan eksternal-eksternal, internal eksternal dan eksternal internal.pola perjalanan dengan maksud sosial banyak dijumpai pada perjalanan internal internal.sedangkan perjalanan dengan maksud pariwisata terutama terjadi pada pola pergerakan eketernal internal.hal ini mengindikasikan bahwa perjalanan pariwisata pada umumnya dilakukan para pendatang Pola Penggunaan Moda Jika dilihat, agak menarik untuk dikaji bahwa secara mayoritas pola perjalanan yang terjadi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah menggunakan sepeda motor.secara kuantitatif modalshare dari motor sekitar 93%, yaitu sebagai kendaraan pribadi sebesar 89% dan sebagai angkutan umum (ojek) sebesar 4%. Penggunaan sepeda motor ini luar biasa tinggi, terutama jika dibandingkan dengan penggunaan moda lainnya seperti mobil pribadi yang hanya 4%, kendaraan umum (2%). Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan hal ini, yaitu dari karakteristik operasional moda sepeda motor, aspek kondisi ekonomi masyarakat dan juga dari aspek ketersediaan infrastruktur jalan. 4-17

18 4% 2% 1% 4% Penggunaan Moda Tahun % Sepeda Motor Mobil Pribadi Angkutan umum Pick Up ojek Sumber : Hasil analisa Gambar 4-18Pola Penggunaan Moda Ditinjau dari karakteristik operasional, sepeda motor sangat fleksibel untuk digunakan diberbagai kondisi, baik kondisi prasarana maupun kondisi perjalanan. Motor dapat digunakan pada kondisi prasarana jalan yang terbatas, karena dengan sepeda motor, pengguna dapat bermanuver dengan mudah pada jalan yang sempit ataupun pada jalan yang kondisi perkerasan jalannya tidak begitu memadai. Di sisi lain, secara finansial, kepemilikan sepeda motor di masyarakat dianggap lebih mudah untuk dijangkau.apalagi dengan tersedianya fasilitas kredit dari berbagai lembaga keuangan ataupun dari agen penjualan motor.kesemua itulah yang menjelaskan, mengapa begitu banyak penggunaan motor Frekuensi Perjalanan Dari hasil survey yang dilakukan, pola perjalanan yang terjadi merupakan pola perjalanan yang rutin, yang dilakukan oleh masyarakat dalam kesehariannya.ditinjau dari seberapa sering mereka melakukan perjalanan, maka dijumpai keadaan bahwa yang cukup tinggi prosentasenya adalah perjalanan yang dilakan setiap hari dan dilakukan 6 hari dalam seminggu.hal ini mudah dipahami, mengingat bahwa pergerakan merupakan kebutuhan mendasar dari manusia, terutama dalam memenuhi agenda kegiatan kesehariannya. 4-18

19 1xseminggu 2% 10% 8% 7% 11% 9% 14% 2xseminggu 3xseminggu 4xseminggu 5xseminggu 17% 7% 6xseminggu 7xseminggu 16% sebulan x 1 dua bulan x 1 tiga bulan x 1 Gambar 4-19Frekuensi Perjalanan Pola Pergerakan secara Spasial Survey asal tujuan penumpang dilakukan dengan metode Home Interview (HI) dan Road Side Interview (RSI). Dari survey tersebut didapatkan Matriks Asal Tujuan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat untuk tahun 2013, seperti pada Tabel 4-7. Dari matriks tersebut terlihat pergerakan terbesar adalah pergerakan dari zona 1ke zona 6 sebesar 423 smp/hari. Sedangkan jumlah bangkitan pergerakan terbesar terdapat di zona 1, sebesar smp/hari dan tarikan pergerakan terbesar terdapat di zona 1 sebesar smp/hari. 4-19

20 Tabel 4-7 Matriks Asal Tujuan Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013 (smp/hari) O\D Oi Dd Sumber: Hasil Survey, 2013 Gambar 4-20Bangkitan dan Tarikan Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun

21 Gambar 4-21Desire Lines Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013 Tabel berikut menunjukkan matriks pergerakan angkutan barang di Kabupaten Manggarai Barat tahun Tabel 4-8 Matriks Asal Tujuan Angkutan Barang Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013 (smp/hari) O\D Oi Dd

22 Tabel 4-9 Daftar Bus dan Penumpang Masuk / Keluar Terminal Bus NggorangLabuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2012 Bulan Januari 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Februari 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Maret 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan April 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA

23 Bulan Mei 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Juni 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Juli 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Agustus 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan September 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA

24 Bulan Oktober 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan November 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA Bulan Desember 2012 NO. JURUSAN BUS RIT PENUMPANG MASUK KELUAR MASUK KELUAR MASUK KELUAR 1 RUTENG BAJAWA ENDE MAUMERE LARANTUKA SAPE/BIMA

25 5 Table of Contents 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Kondisi Kependudukan Kondisi Transportasi Saat Ini Transportasi Jalan Kondisi Lalu Lintas Kondisi Pelayanan Transportasi Darat Angkutan Barang Transportasi Laut Transportasi Udara Karakteristik Pergerakan Pola Perjalanan Menurut Maksud Pola Penggunaan Moda Frekuensi Perjalanan Pola Pergerakan secara Spasial Gambar 4-1 Posisi Geografis Kabupaten Manggarai Barat Pada Wilayah Provinsi NTT Gambar 4-2Peta Administrasi Kabupaten Manggarai Barat Gambar 4-3Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo Gambar 4-4Fluktualisasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo Arah Labuan Bajo Ruteng Gambar 4-5Fluktualisasi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Nasional Labuan Bajo Arah Ruteng Labuan Bajo Gambar 4-6Komposisi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nasional Gambar 4-7Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Nasional Gambar 4-8Ruas Jalan Provinsi Ngorang-Terang Gambar 4-9Fluktuasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Nggorang Terang Gambar 4-10Fluktuasi Lalu Lintas pada Ruas Jalan Terang Gorang

26 Gambar 4-11Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Nggorang-Terang Gambar 4-12Komposisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Terang Nggorang Gambar 4-13Angkutan Perdesaan Gambar 4-14Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Internal-Internal Gambar 4-15Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Internal-Eksternal Gambar 4-16Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Eksternal-Internal Gambar 4-17Maksud Perjalanan untuk Pola Pergerakan Eksternal-Internal Gambar 4-18Pola Penggunaan Moda Gambar 4-19Frekuensi Perjalanan Gambar 4-20Bangkitan dan Tarikan Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun Gambar 4-21Desire Lines Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun Tabel 4-1Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Manggarai Barat, Tabel 4-2Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Manggarai Barat, Tabel 4-3Kondisi Jalan Di Kabupaten Manggarai Barat (km) Tabel 4-4Kondisi Lalu Lintas di Pelabuhan Laut Labuan Bajo,Tahun Tabel 4-5Kondisi Lalu Lintas di Bandar Udara Komodo Tabel 4-6Jadwal Penerbangan di Bandar Udara Komodo Tabel 4-7Matriks Asal Tujuan Angkutan Penumpang Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013 (smp/hari) Tabel 4-8Matriks Asal Tujuan Angkutan Barang Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013 (smp/hari) Tabel 4-9Daftar Bus dan Penumpang Masuk / Keluar Terminal Bus NggorangLabuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat Tahun

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI 4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Nagekeo terletak di antara 8 0 26 00 8 0 64 40 Lintang Selatan dan 121 0 6 20 121 0 32 00 Bujur Timur. Bagian

Lebih terperinci

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEMTRANSPORTASI SAAT INI

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEMTRANSPORTASI SAAT INI 4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEMTRANSPORTASI SAAT INI 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Secara Geografis Kota Kupang berada pada posisi 10 36 14-10 39 58 Lintang Selatan dan 123 32 23-123 37 01 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di

Lebih terperinci

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5.1 Kebijakan Perwilayahan Arahan kebijakan Kabupaten Manggarai Barat dalam rencana struktur kota-kota yang perlu dikembangkan di Kabupaten Manggarai Barat, terdiri

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Flores Timur yang sudah memasyarakat sejak tahun 1965.Kabupaten Lembata

BAB I PENDAHULUAN. Flores Timur yang sudah memasyarakat sejak tahun 1965.Kabupaten Lembata BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lembata adalah salah satu nama dari gugus kepulauan di Kabupaten Flores Timur yang sudah memasyarakat sejak tahun 1965.Kabupaten Lembata berada disebuah Pulau kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5.1 Kebijakan Kewilayahan Rencana Struktur ruang wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi, rencana sistem perkotaan wilayah dan rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten.

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus melaksanakan berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan aktivitas tersebut memerlukan

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan Maumere,

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan Maumere, BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Kabupaten Sikka berada di sebelah timur Pulau Flores dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Kota Maumere merupakan ibukota kabupaten (Gambar., Gambar.2). Kabupaten Sikka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Pulau sumba dan Propinsi Nusa Tenggara Timur ( Lihat Gambar

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang saat ini. Perkembangan tersebut merata keseluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk 60 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung, yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Studi Mobil Penumpang Umum trayek Caruban Ngawi (MPU CN) ini menghubungkan Kota Caruban dan Kota Ngawi. Panjang rute Caruban Ngawi 35 km dan rute arah Ngawi - Caruban 33 km

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 1. Kapasitas Kelembagaan SKPD (SDM, Fasilitas Penunjang dan Aset) Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Bagan Alir Penelitian Pengamatan Lapangan Studi Pustaka Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar Pengumpulan Data Data Primer 1. Load Factor 2. Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Prediksi tarikan perjalanan yang terjadi akibat adanya pusat pendidikan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Prediksi tarikan perjalanan yang terjadi akibat adanya pusat pendidikan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Prediksi tarikan perjalanan yang terjadi akibat adanya pusat pendidikan Swasti Sari pada jalan Jend. A. Yani kota Kupang untuk 10 tahun yang akan datang sebesar 6615,75 SMP

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kenerja dari sistem operasi trasportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Angkutan dapat didefenisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Morlok (1978), mendefinisikan transportasi sebagai suatu tindakan, proses, atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya.secara lebih spesifik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 26/05/72/Th. XVIII, 04 Mei 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Maret 2015, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER PROVINSI LAMPUNG No. 12/02/18/Th. V, 1 Februari 2017 Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3527 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Indikator Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kinerja-kinerja yang distandarkan. Hingga saat ini belum ada standar

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 34/06/72/Th.XVIII, 01 Juni 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2015, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sesuatu yang penting bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sesuatu yang penting bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, transportasi telah mengalami perubahan dan perkembangan yang cepat dan pesat dari masa ke masa. Adanya keadaan yang demikian, menyebabkan banyak orang membutuhkan

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 38/07/72/Th.XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Mei 2015, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Akhirnya kiranya buku kecil ini dapat diterima dengan penuh ungkapan syukur. Labuan Bajo, Juli 2010 BPS Manggarai Barat

SEKAPUR SIRIH. Akhirnya kiranya buku kecil ini dapat diterima dengan penuh ungkapan syukur. Labuan Bajo, Juli 2010 BPS Manggarai Barat Manggarai Barat SEKAPUR SIRIH Geliat aktivitas Sensus Penduduk 2010 tidak lagi terlihat. berbagai ragam pengalaman mengesankan seputar peristiwa sepuluh tahunan tersebut tinggal kenangan. Kenangan yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 43/08/72/Th.XVIII, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juni 2015, TPK Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 51/09/72/Th.XVII, 01 September 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2014, TPK Hotel

Lebih terperinci

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu

Lebih terperinci

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 52/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Juli 2015, TPK Hotel

Lebih terperinci

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Sistem Transportasi Makro Guna lebih memahami dan mendapatkan alternatif pemecahan masalah yang terbaik, diperlukan pendekatan secara sistem yang dijelaskan dalam bentuk sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014, terdapat 4 kabupaten di

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014, terdapat 4 kabupaten di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Sumba merupakan pulau di sebelah selatan Indonesia yang termasuk dalam wilayah provinsi Nusa Tengara Timur (NTT). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada Undang Undang No 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang menyatakan bahwa Provinsi Kalimantan Utara berasal dari sebagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS PROVINSI LAMPUNG No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS PROVINSI LAMPUNG Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak 54.637

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 68/12/72/Th.XVII, 01 Desember 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama Oktober 2014, TPK Hotel

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pemenuhan kebutuhan hidup harus melaksanakan aktivitas yang tidak hanya dalam suatu

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA

STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA STRATEGI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERDASARKAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA Ir. Ofyar Z Tamin, MSc, PhD Ir. Hedi Hidayat, MSc Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami revolusi yang pesat sejak tahun 1980-an. Pada saat ini kita masih merasakan banyak permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur

Lebih terperinci

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH

DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH No. 32/06/72/Th.XVII, 02 Juni 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI DAN TRANSPORTASI SULAWESI TENGAH A. PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama April 2014, TPK Hotel Bintang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandar Lampung telah terus berkembang dari sisi jumlah penduduk, kewilayahan dan ekonomi. Perkembangan ini menuntut penyediaan sarana angkutan umum yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi (Merdeka Wati,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/04/18/Th. V, 3 April Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA TUGAS AKHIR RC 090412 EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA 3109.040.505 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Kuliah ke 13 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Jaringan Transportasi dalam Tatranas terdiri dari : 1. Transportasi antar moda

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu sebagai pintu masuk ke wilayah kota Yogyakarta, menyebabkan pertumbuhan di semua sektor mengalami

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI PROVINSI LAMPUNG No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret Jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada sebanyak

Lebih terperinci