ZIARAH PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA DARI MASA KE MASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ZIARAH PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA DARI MASA KE MASA"

Transkripsi

1 ZIARAH PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA DARI MASA KE MASA

2

3 ZIARAH PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA DARI MASA KE MASA ( ) Jilid 1 Sejarah Keuskupan, Komisi-Komisi Pastoral Dekenat & Paroki-Paroki se-keuskupan Atambua Yosef M.L. Hello, SPd, MHum (Editor) Bajawa Press

4 ZIARAH PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA DARI MASA KE MASA Yosef M.L. Hello, SPd, MHum (Editor) Pusat Pastoral Keuskupan Atambua 2017 Cetakan Pertama: Maret 2017 Dicetak pertama kali oleh Bajawa Press Padukuhan Pondok, RT 05, RW 07, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Bekerjasama dengan Pusat Pastoral Keuskupan Atambua Jln. Nela Raya, No. 15, Lalian Tolu, Atambua, NTT Penyusun & Editor Naskah: Yosef M.L. Hello, S.Pd, M.Hum Kontributor Naskah: Para Ketua, Sekretaris Komisi, Deken dan Pastor Paroki se-keuskupan Atambua Nihil Obstat: Imprimatur: RD. Maximus Sikone Mgr. Dr. Dominikus Saku Ketua Komsos KA Uskup Atambua Emaus, 30 September 2016 Lalian Tolu, 05 Oktober 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa, Yosef M.L. Hello, SPd, MHum (Editor), Cetakan 1, Bajawa Press: Yogyakarta xviii, 394 hlm.; 150 x 230 mm ISBN Judul Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

5 Persembahan khusus untuk: YM. MGR. DR. DOMINIKUS SAKU yang merayakan Lustrum II sebagai Uskup Atambua Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) v

6 SAMBUTAN USKUP ATAMBUA Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lu-men Gentium, mengungkapkan makna Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus yang ditandai dengan Sakramen Baptis dan sedang berziarah menuju Rumah Bapa (LG 12). Persekutuan umat Allah itu didasarkan pada iman, harapan dan cinta kasih. Dengan iman, harap dan cinta, Gereja dipanggil dan diutus untuk hadir dan melayani dunia serta ikut merasakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dunia (GS1) Gereja hadir di dalam dunia karena Kristus sendiri telah datang dan tinggal di antara kita, serta mengalami kenyataan hidup sebagai warga dunia. Kehadiran-Nya di tengah dunia membuktikan bahwa Allah mau bersolider dengan manusia untuk menyelamatkan manusia. Gereja yang hidup di dalam dunia menciptakan persekutuan yang mencontoh cara hidup jemaat perdana dengan semangat pelayanan dan kesaksian hidup (bdk. Kis 2: 42-44). Dalam terang menciptakan persekutuan yang damai, penuh kasih dan bersaudara antara warga dunia itu, karya pewartaan Gereja menjangkau seantero dunia dan semua manusia. Peran itu mula-mula dilakoni para rasul dan para misionaris Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

7 awali. Kini tugas itu menjadi tanggungjawab semua umat beriman. Kisah perjalanan iman para rasul sebagaimana dikisahkan Teolog, Aloysius Pieris, SJ sebagai perjalanan tiga babak sejarah, mengantarkan para misionaris dan agen pastoral mengarungi samudera dan menelusuri bukit dan lembah menorehkan kenangan manis. Setidaknya ada tiga aspek penting yang patut dipetik dari kisah perjalanan iman Gereja. Pertama, mencoba menemukan kembali spirit iman yang terungkap dalam pengalaman para misionaris dan umat beriman awali. Para pembaca dan umat masa kini diharapkan menemukan adanya karya Agung Allah (Magnalia Dei) dalam diri para misionaris dan umat beriman tempo doeloe. Kedua, dengan membaca sejarah, menyadarkan para agen pastoral dan umat beriman masa kini tentang perjuangan dan karya-karya nyata Gereja yang tanpa kenal lelah mengantarkan banyak orang kepada iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan lewat salib dan kematian-nya. Ketiga, Gereja semakin memahami tiga periode waktu yakni masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui masa lalu kita belajar apa dasar yang telah diletakkan oleh para pendahulu, pada masa kini kita sedang berjuang dan mengalami waktu yang menyejarah, dan dengan itu kita memandang ke depan dengan penuh keyakinan bahwa apa yang telah terjadi dahulu dan sekarang itu baik, benar dan selalu akan bersinar di masa depan. Buku Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua dari Masa ke Masa ini merupakan bukti nyata akan karya Agung Allah di bumi Timor, khususnya di Keuskupan Atambua. Perjuangan para misionaris, mulai dari para Dominikan, Yesuit, Serikat Sabda Allah hingga imam pribumi hendaknya memberikan kepada kita semangat yang tak kunjung padam tentang apa Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) vii

8 artinya melayani tanpa pamrih. Buku sejarah pastoral Keuskupan Atambua ini akan menjadi bacaan dan referensi yang menarik bagi para Pastor, biarawan-biarawati, agen pastoral dan seluruh umat Keuskupan Atambua, karena buku ini me-nyajikan dengan sangat lengkap perjalanan Gereja Keuskupan Atambua, Dekenat, Komisi dan Paroki-paroki dari waktu ke waktu. Atas nama Gereja Keuskupan Atambua, saya menyambut baik buku Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua dari Masa ke Masa ini. Tentu saja apa yang dihasilkan oleh Pusat Pastoral ini menjadi kekayaan gereja yang patut dibanggakan. Terima kasih karena Puspas telah berupaya untuk menambah doku-mentasi dan referensi penting untuk Keuskupan kita ini. Saya menghaturkan terima kasih untuk semua pihak yang ikut terlibat hingga diterbitkannya buku ini, secara khusus kepada Sekretaris Umum Puspas Keuskupan Atambua, Bapak Yosef M.L. Hello yang dengan tekun mengerjakannya hingga selesai. Semoga Tuhan Sang Pemilik sejarah menyejarah dalam seluruh tatanan kehidupan kita. Berkatku untukmu semua! Lalian Tolu, 05 Oktober 2016 Uskup Keuskupan Atambua Mgr. Dr. Dominikus Saku Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

9 ZIARAH TIADA AKHIR Kata Pengantar Vikjen Keuskupan Atambua Sudah lama Keuskupan Atambua mendambakan terbitnya sebuah buku sejarah pastoral untuk melanjutkan buku Sejarah Ringkas Keuskupan Atambua yang pernah ditulis oleh Bapak Anton Bele pada tahun Setelah sekian tahun berjuang tak kenal lelah, akhirnya kerinduan itu bisa terwujud dengan diterbitkannya buku sejarah pastoral dengan judul: Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua dari Masa ke Masa ( ). Menulis dan merangkai sebuah sejarah tidaklah mudah. Apalagi sebuah sejarah pastoral yang panjang dengan aneka peristiwa dan pelaku di dalamnya. Sejarah pastoral tentu bukanlah sesuatu yang statis melainkan dinamis dengan seluruh dinamikanya yang hidup. Di dalam sebuah buku sejarah, pembaca tidak hanya menemukan huruf-huruf dan angka-angka yang mati, melainkan setiap peristiwa itu mengandung sebuah makna tertentu, maka kehadiran buku ini diharapkan memberikan bukan hanya informasi, tetapi terutama refleksi pastoral atas setiap peristiwa yang ada di dalamnya. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) ix

10 Lebih dari sekadar menulis, membaca buku Ziarah Pastoral Keuskupan ini ibarat kita melihat perkembangan kehidupan seseorang. Ia lahir, bertumbuh, berkembang dan berguna bagi sesama dan Penciptanya. Membaca perziarahan pastoral keuskupan membantu kita semakin teguh berdiri. Karena kita tahu posisi kita berada dan melangkah saat ini. Kita terbantu untuk selalu melihat kembali ke masa lalu, melihat segala daya juang dan upaya yang diberikan para pendahulu kita bagi Gereja Katolik di Keuskupan Atambua. Mengingat perziarahan yang begitu panjang, maka buku Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua dari Masa ke Masa ini akan ditulis dalam dua jilid. Jilid satu berisi Sejarah Keuskupan, Komisi-komisi, Dekenat dan Paroki-Paroki se- Keuskupan Atambua. Jilid dua berisi Sejarah Tarekat- Tarekat Religius dan Lembaga-Lembaga Pastoral di Keuskupan Atambua. Buku yang sedang Anda pegang ini adalah jilid 1 yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, Sejarah Keuskupan Atambua pada umumnya dari abad XVI mulai dari masuknya para misionaris Dominikan, Yesuit, Societas Verbi Divini hingga para Imam Praja dan peranserta kaum awam awal. Bagian kedua, Sejarah dan Karya Pusat Pastoral Keuskupan Atambua yang merupakan dapur pastoral. Dan bagian ketiga, Sejarah dan Karya Dekenat dan Paroki-Paroki se-keuskupan Atambua yang dilengkapi dengan foto Pastor Paroki terkini. Untuk menyelesaikan buku sejarah keuskupan ini tentu memakan waktu cukup lama dan melibatkan banyak pihak yang telah bersedia membantu dengan caranya masingmasing. Untuk itu sepatutnya kami menghaturkan limpah terima kasih kepada Yang Mulia Bapak Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku yang berkenan merestui Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

11 penulisan dan penerbitan buku ini. Untuk restu Bapak Uskup, maka buku ini kami persembahkan secara khusus untuk Bapak Uskup yang merayakan Lustrum II sebagai Uskup Atambua. Terima kasih kepada para Vikjen Keuskupan Atambua pendahulu saya terus memberikan dorongan dengan memberikan berbagai informasi yang penting bagi tim penulisan dan penyusunan buku ini. Terima kasih pula kepada para Ketua dan Sekretaris Komisi di Puspas yang telah berkon-tribusi mengumpulkan sejarah dan karya-karya komisi dalam buku ini.terima kasih juga kepada para Deken, Pastor Paroki, Pastor Pembantu dan Dewan Pastoral Paroki se-keuskupan Atambua yang telah membantu mengumpulkan data-data yang diperlukan demi rampungnya buku sejarah keuskupan ini. Terima kasih teristimewa kepada tim penyusun dan edi-tor yang telah bekerja berat menyelesaikan buku ini hingga tiba di tangan pembaca dalam bentuk buku ini. Secara khusus, terima kasih kepada Pater Ekonom Keuskupan Atambua, P. Nikolaus Buku, SVD yang berkenan membuka pundi-pundi untuk mendanai terbitan ini. Dan kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah turut terlibat dalam penerbitan buku ini dihaturkan lim-pah kasih. Secara khusus kepada Penerbit Bajawa Press yang bersedia bekerja sama untuk menerbitkan buku ini dihatur-kan terima kasih. Segala kritik dan saran demi penyempur-naan karya ini tentu saja akan diterima dengan senang hati. Lalian Tolu, 21 September 2016 RD. Dr. Theodorus Asa Siri Vikjen Keuskupan Atambua Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) xi

12 xii Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

13 DAFTAR ISI Halaman Judul... iii Halaman Copyright... iv Halaman Persembahan... v Sambutan Uskup Atambua... vii Ziarah Tiada Akhir : Kata Pengantar Vikjen Keuskupan Atambua... ix Daftar Isi...xiii Peta Keuskupan Atambua...xviii Bagian Pertama: Keuskupan Atambua Dalam Sejarah... 1 I. Sejarah Masuknya Gereja Katolik di Timor... 2 II. Hierarki Gereja Katolik Keuskupan Atambua III. Para Imam-Bruder-Suster IV. Tokoh Awam Katolik V. Keadaan Umat VI. Struktur Dewan Pastoral Keuskupan Atambua Yosef ML. Hello, SPd, MHum (Penyusun dan Editor) xiii

14 Bagian Kedua: Pusat Pastoral dan Komisi-Komisinya Kantor Pusat Pastoral (Puspas) Komisi-Komisi Pastoral Bidang Pembinaan Iman Komisi Liturgi Komisi Kateketik Komisi Kitab Suci Komisi Karya Misioner Komisi Seminari/Panggilan Komisi Karya Kepausan Indonesia Komisi Teologi Bidang Pendidikan Umat (BPU) Komisi Kerasulan Awam Komisi Komunikasi Sosial Komisi Pendidikan Komisi Kepemudaan Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau Urusan Pertanahan/Perbendaharaan KA Bidang Aksi Kemasyarakatan (BAK) Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

15 2.3.2Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Komisi Keluarga Struktur Organisasi Puspas Keuskupan Atambua Bagian Ketiga: Pembagian Wilayah Dekenat dan Paroki I. Dekenat Belu Utara Paroki Atapupu Paroki Lahurus Paroki Halilulik Paroki Katedral Atambua Paroki Nualain Paroki Nela Paroki Fulur Paroki Weluli Paroki Tukuneno Paroki Sadi Paroki Wedomu Paroki Fatubenao Paroki Umanen/Fatuketi Paroki Webora Paroki Laktutus Paroki Haekesak Paroki Haliwen Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) xv

16 II. Dekenat Kefamenanu Paroki Noemuti Paroki Kiupukan Paroki Kefamenanu Paroki Maubesi Paroki Eban Paroki Oeolo Paroki Tunbaba Paroki Bijaepasu Paroki Mamsena Paroki Haumeni Paroki Naekake Paroki Naesleu Paroki Maubam Paroki Sasi Paroki Jak (Bakal) Paroki Ainan (Bakal) Paroki Oenopu III. Dekenat Malaka Paroki Betun Paroki Besikama Paroki Seon Paroki Kotafoun Paroki Biudukfoho Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

17 3.6 Paroki Kada Paroki Bolan Paroki Webriamata Paroki Alas Paroki Nurobo Paroki Weoe Paroki Wekfau Paroki Kleseleon Paroki Kaputu Paroki Rafau Paroki Wemasa Paroki Kamanasa IV. Dekenat Mena Paroki Manufui Paroki Manumean Paroki Manamas Paroki Ponu Paroki Lurasik Paroki Mena Paroki Fafinesu Paroki Bakitolas Paroki Fatuoni Paroki Wini Daftar Pustaka Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) xvii

18 Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

19 BAGIAN PERTAMA: KEUSKUPAN ATAMBUA DALAM SEJARAH Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 1

20 I. SEJARAH MASUKNYA GEREJA KATOLIK DI TIMOR 1.1 Masa Awal Masa Portugis ( ) Masuknya Agama Katolik ke Pulau Timor ditandai oleh dua peristiwa besar, yakni pertama, mendaratnya para misio-naris pertama berkebangsaan Portugis di Pantai Lifao, Oe-Cuse, Timor (sekarang bagian dari Negara Republik Demokratik Timor Leste) pada Desember Peristiwa kedua pembap-tisan sekitar 5000 orang Timor menjadi Katolik oleh Padre Antonio Taveira, OP pada tahun Sayangnya bahwa tempat persisnya pembaptisan itu tidak diketahui secara pasti. Namun, menurut tutur adat Timor, lokasi pembaptisan per-tama itu kemungkinan di suatu tempat yang bernama Sumnali di Mena, Pantai Utara Timor. Hal ini bisa benar sebab dalam catatan sejarah, salah seorang baptisan pertama itu adalah Ratu Mena, dengan nama baptis Filomena. Para misionaris Portugal menjadi pendiri Gereja di Timor, sedangkan pelanjutnya, terdiri dari kebanyakan pemuka awam Katolik yang berasal dari Timor dan Flores. Dalam masa ini peranan Raja-raja Timor sangat besar untuk perkembangan Gereja di bawah bimbingan misionaris-misionaris Dominikan Masa Belanda ( ) Dalam masa ini Gereja Katolik di Timor dipimpin oleh para misionaris Belanda dari Serikat Yesus dan Imam-imam Praja. Ada dua misionaris perintis yakni Pater Gregor Metz, SJ dan Romo Gaspar Hesele, Pr. Benih iman yang ditanam oleh para misionaris ini dipertahankan dan dikembangkan terus oleh Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

21 para awam yang tabah. Para pater Jesuit mendirikan stasi yang pertama di Atapupu pada 1 Agustus (Pada 1 Agustus 1984, umat Katolik Paroki Atapupu telah merayakan 100 tahun berdirinya paroki Atapupu). Tahun 1886, dibuka Paroki Lahurus. Dua paroki ini merupakan paroki tertua di daratan Timor. Tahun 1913 para Misionaris SJ menyerahkan Gereja Kato-lik Timor kepada Misionaris SVD. Stasi atau Paroki Lahurus menjadi pusat misi pada waktu itu. Di Lahurus ini berdirilah Sekolah Dasar pertama untuk anak-anak Timor pada 16 Juli Masa Pembentukan Gereja ( ) Tahun 1913 Pulau Timor menjadi sebahagian dari wilayah Prefektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil dengan Mgr. Petrus Noyen, SVD sebagai Prefektur Apostolik. Guru-guru Agama mulai memegang peranan penting dalam meletakkan dasar Kristiani di kalangan Umat Katolik Timor. Tahun 1936, Timor menjadi Vikariat sendiri dengan nama Vicariat Apostolik Atambua dan Mgr. Jacobus Pessers, SVD ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik pertama pada 16 Juni Pada waktu itu di Timor terdapat sekitar umat Katolik yang dilayani oleh 19 Imam, 3 Bruder dan 12 Suster. Dari masa ini terkenal dua Guru Agama yang pertama, yakni Bapak Andreas Fahik dan Bapak Leo Daun (1916). Lalu menyusul lima Guru Agama yang diangkat oleh Mgr. Petrus Noyen SVD yaitu Thomas Pareira, Leo Beru, Leo Renu, Aegidius Pareira dan Petrus Basinti (1920). Di bidang persekolahan, di Atambua dibuka sekolah untuk puteri-puteri pada 1 Juli Pada 21 Januari 1941, Pulau Timor memetik hasil pendidikan imam yang pertama, Pater Gabriel Manek, SVD. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 3

22 Seminari Menengah Lalian, satu-satunya Seminari dalam Keuskupan Atambua, didirikan pada 8 September Tahun 1957 didirikan Biara Santo Yosef Nenuk tempat pembinaan bagi Bruder-bruder Timor. Vikariat Apostolik Atambua dipimpin oleh Mgr. Jacobus Pessers, SVD dari 16 Juni 1937 sampai 29 Juni Pada 29 Juni 1958, Mgr. Jacobus Pessers, SVD digantikan oleh Mgr. Theodorus Sulama, SVD. Beliau berganti nama pada 15 De-sember 1951 dari Theodorus Fransiskus Maria van den Tillaart, SVD menjadi Theodorus Fransiskus Maria Sulama, SVD sewaktu menjadi Warga Negara Republik Indonesia. Dengan berdirinya hierarki untuk seluruh Indonesia pada 03 Januari 1961, Vikariat Apostolik Atambua menjadi Keuskupan Atambua dan sebagai Gereja setempat Keuskupan Atambua dipimpin oleh Mgr. Theodorus Sulama, SVD. Pada tahun 1961, Keuskupan Atambua mempunyai umat Katolik sebanyak orang. Semua stasi menjadi Paroki, dan umat awam mulai menyadari tanggungjawab mereka untuk memikul beban kehidupan Gereja setempat. Barisan awam dengan tokoh-tokohnya seperti Aloysius Klau (Besikama), Albertus Teti (Webriamata), Marcelinus Seran (lalu menjadi imam, Webriamata), Balthasar Bere (Kada), Stanislaus Berek (Lahurus), Camilus Bere (Manumean), Ambrosius Sallu (Kefamenanu), Gaspar Fios Bumi (Noemuti) dan semua tokoh yang lain merupakan tulang punggung Gereja di Keuskupan Atambua. Masa ini dimahkotai dengan tiga orang awam pembela iman yang menjadi martir yakni Bernardinus Luan, Guru Agama dari Wilain-Lahurus dibunuh oleh tentara Jepang pada tahun 1942 di Atambua, Marcellinus Sirimain dan Wilhelmus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

23 Nahak dari Kamanasa juga dibunuh oleh tentara Jepang pada September Dengan itu benih-benih iman Katolik yang ditaburkan sejak tahun1556 mulai bertumbuh subur di Keuskupan Atambua. Tahun 1961 mulailah babak baru dalam sejarah perkembangan Keuskupan Atambua. 1.2 Masa Perkembangan Gereja Masa Antara ( ) Selama enam tahun Keuskupan Atambua dalam statusnya sebagai Gereja Setempat, meliputi seluruh daratan Timor- Indonesia termasuk Pulau Sabu dan Rote. Gereja Katolik juga mulai berkembang di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kupang yang penduduknya kebanyakan anggota Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Keuskupan Atambua dengan wilayah yang begitu luas mendapat perhatian dari Tahkta Suci sehingga pada 15 Agustus 1967, Keuskupan Atambua dimekarkan menjadi dua Keuskupan yakni Keus-kupan Atambua sendiri meliputi wilayah Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara, dan Keuskupan (Agung) Kupang meliputi Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kupang, Pulau Sabu dan Rote, yang kemudian ditambah lagi dengan Pulau Alor-Pantar Perkembangan Selanjutnya ( ) Keuskupan Atambua pada tahun 1972 mencatat orang Katolik, 54 Pastor (40 di Paroki, 14 di luar Paroki), 784 Guru Agama. Para Guru Agama ini tersebar sampai ke pedalaman yang sulit dicapai dalam musim hujan. Pada tahun 1980, waktu Pemerintah Indonesia mengadakan sensus Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 5

24 Penduduk, menurut data Pemerintah Kabupaten Belu dan TTU, tercatat umat Katolik (93,19%) dari penduduk seluruhnya yang berjumlah orang. Dan dalam tahun yang sama 1980, Keuskupan Atambua sendiri mencatat orang Katolik (90,47%) dari total penduduk sebanyak orang. Di sini ada perbedaan karena keuskupan mencatat orang Katolik orang kurang dari jumlah yang dicatat pemerintah. Sedangkan jumlah penduduk hanya beda 847 orang, karena keuskupan menghitung lebih kurang dari jumlah yang dicatat pemerintah. Perbedaan jumlah orang Katolik cukup menyolok karena menurut keuskupan 90,47% yang Katolik, sedangkan menurut pemerintah setempat 92,61% yang Katolik. Perbedaan orang atau 2,14%. Hal ini bisa dimengerti dalam arti: penduduk yang belum dipermandikan, entah kecil atau besar, umumnya dihitung oleh pemerintah sebagai umat Katolik. Sedangkan Gereja mencatat hanya sesuai Buku Permandian, orang yang benar-benar telah dipermandikan menjadi Katolik. Di sinilah letaknya perbedaan angka yang besar ini. Tahun 1984 ada 32 paroki di Keuskupan Atambua. 3 Paroki diantaranya ketiadaan pastor paroki, yaitu Paroki Weluli, Paroki Atapupu dan Paroki Alas. Jumlah imam seluruhnya ada 61 orang: 38 imam bekerja di paroki (Pastor Paroki dan Pastor Pembantu), 16 imam bekerja di lembagalembaga bukan paroki, dan 7 Imam sedang studi/bekerja di luar Keus-kupan Atambua. Imam-imam tersebut terdiri dari 22 orang Imam Praja dan 39 orang Imam SVD. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

25 1.3 Masa Peningkatan Mutu Hidup Umat Babak Baru Gereja Keuskupan Atambua ( ) Masa antara tahun 1985 sampai tahun 1997 ini boleh dikatakan sebagai sebuah babak baru dalam pembentukan model Gereja Umat. Masa ini ditandai dengan terjadinya Sinode Keuskupan Atambua III atau sinode pertama pada masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada Juni Dari sinode pastoral ini, lahirlah suatu arah baru karya pastoral untuk masa bakti 5 tahun ( ) yakni: Peningkatan Mutu Hidup Umat dengan tekanan khusus pada Peningkatan Taraf Hidup Sosial Ekonomi. Mulai saat itu setiap tahun selalu dilakukan Sidang Dewan Pastoral Keuskupan Atambua untuk melakukan evaluasi dan perencanaan pastoral. Pada tahun 1995 telah terdapat penambahan beberapa paroki baru, seperti Paroki Tukuneno, Sadi dan Wedomu di Dekenat Belu Utara; Paroki Weoe di Dekenat Malaka; Paroki Naekake, Naesleu, Lurasik, dan Mena di Dekenat TTU. Jumlah umat Katolik dari waktu ke waktu makin bertambah banyak menjadi jiwa dari total penduduk jiwa. Melalui pastoral 3 Ber yang dikembangkan Uskup Atam-bua bersama tim, perlahan-lahan membongkar dualisme iman di kalangan umat dan mulai mengakarkan iman Kristiani melalui pastoral Kitab Suci dan Katekese dengan pola pasto-ral integral dari satu dapur pastoral yang disebut Pusat Pasto-ral Keuskupan Atambua. Pada periode ini terjadi dua kali sinode keuskupan yakni pada tahun 1991 dan Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan berkat kesadaran akan pentingnya pendidikan. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 7

26 1.3.2 Menuju Gereja Mandiri ( ) Memasuki tahun 1998, Uskup Atambua bersama tim Pusat Pastoral mulai gencar melakukan program Dialog Gereja Berdikari. Tujuannya adalah mendorong parokiparoki untuk menjadi Paroki yang berdikari atau mandiri dalam tiga hal yaitu pertama kemandirian dalam hal iman Kristiani saja (arti-nya tidak ada Katolik embel-embel lain), kedua, kemandirian dalam hal ketenagaan pastoral baik tertahbis maupun non tertahbis, dan ketiga, kemandirian dalam hal finansial atau keuangan dan harta benda. Tahun 2000 Gereja Katolik Indonesia menyelenggarakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI). Pada SAGKI 2000 ini para Uskup Indonesia bersama imam dan awam mem-bahas tentang Pemberdayaan Komunitas Umat Basis. Se-pulangnya dari SAGKI Keuskupan Atambua gencar dengan kegiatan pastoral pemberdayaan KUB dengan tekanan pada Komunitas Basis bukan hanya sebagai Kelompok Doa tetapi terutama sebagai Kelompok Kehidupan. Banyak kemajuan dalam bidang Pastoral, Kitab Suci dan Katekese dicapai pada masa ini. Semakin bertambahnya jumlah paroki di Keuskupan Atambua mendorong Uskup dan dewannya untuk memikirkan perlunya pemekaran wilayah dekenat. Wacana pun mulai digulir hingga pada tahun 2005 Dekenat Timor Tengah Utara (TTU) yang meliputi satu kabupaten dengan jumlah 20-an paroki dimekarkan menjadi dua dekenat, yakni Dekenat Kefa-menanu dan Dekenat Mena. Dengan demikian Keuskupan Atambua memiliki empat dekenat yakni Dekenat Belu Utara dan Dekenat Malaka di Kabupaten Belu serta Dekenat Kefa-menanu dan Dekenat Mena di Kabupaten TTU. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

27 Satu peristiwa akbar lain tercatat yakni pada bulan November 2005, Gereja Indonesia menyelenggarakan SAGKI kedua dengan tema Gereja yang mendengarkan. Usai SAGKI 2005, tepatnya dua tahun kemudian terjadilah pergantian estafet kegembalaan di Keuskupan Atambua. Pada 21 September 2007 merupakan momentum bersejarah karena terjadi peristiwa pentahbisan Uskup Atambua yang baru dan sekaligus terjadi estafet kepemimpinan dari Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ( ) kepada penggantinya Mgr. Dr. Dominikus Saku, seorang imam Projo Keuskupan Atambua. 1.4 Masa Gereja Mandiri Gereja dengan Pastoral Fokus ( ) Setelah pengalihan estafet kegembalaan Gereja dari Mgr. Anton Pain Ratu, SVD kepada Mgr. Dominikus Saku, terjadilah era baru dalam karya pastoral Keuskupan Atambua. Pada November 2008 bertempat di TOR Loo Damian, Emaus, Uskup Atambua yang baru menyelenggarakan Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Atambua VI atau Muspas I pada masa kepemimpinannya. Muspas ini dihadiri oleh 212 tokoh umat terdiri dari para imam projo Keuskupan Atambua, para imam biarawan yang bekerja di Keuskupan Atambua, para utusan kongregasi religius, organisasi gerejawi, OMK, dan Dewan Pastoral Keuskupan hingga Paroki untuk merumuskan visi, misi, strategi dan program pastoral Muspas ini berhasil merumuskan visi: Umat Allah Keuskupan Atambua semakin beriman dalam konteks budayanya, berpendidikan kristiani, berbudaya kreatif, mandiri dan sejahtera dalam terang Sabda Allah. Sedangkan misinya ada delapan butir yakni: satu, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 9

28 mengembangkan KUB menjadi komunitas doa dan kehidupan; dua, meningkatkan kecintaan umat terhadap Kitab Suci; tiga, meningkatkan penghayatan iman umat dalam konteks budaya; empat, meningkatkan kualitas pendidikan umat melalui segala jenjang dan bidang; lima, meningkatkan taraf hidup umat lewat pengembangan ekonomi berbasis iman; enam, mengembangkan potensi OMK menjadi pribadi integral, mandiri dan profesional; tujuh, menjadikan keluarga-keluarga kristiani yang unggul dalam iman, ilmu dan moral; delapan, meningkatkan partisipasi umat dalam kehidupan sosial-politik. Seluruh hasil Muspas VI ini dirumuskan dalam sebuah buku dengan judul: Berpastoral Secara Baru yang diterbitkan oleh Puspas Keuskupan Atambua. Untuk mewujudkan visi dan misi pastoral tersebut, Uskup Atambua melakukan berbagai pembenahan, seperti pembenahan struktur dan sistem kerja Puspas KA, pembentukan Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan Atambua, pembentukan Puslitbang KA, reposisi Komisi Kepemudaan KA, optimalisasi Pastoral Keluarga dan Pengembangan Pastoral Kaum Awam. Untuk menunjang karya pastoral ini Uskup mengangkat Dewan Pastoral Keuskupan Atambua periode yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris Komisi Pastoral. Banyak gebrakan yang dilakukan Mgr. Dominikus Saku, untuk menggolkan pastoral fokus melalui program Pastoral berbasis data; on going formation para imam dan berbagai per-temuan pastores Gereja Berbasis Persekutuan ( ) Memasuki Quinquinneal II masa kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku diselenggarakan Musyawarah Pastoral (Muspas) VII Keuskupan Atambua yang berlangsung di Aula Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

29 Santo Dominikus, Emaus, pada September Peristiwa bersejarah ini diawali dengan perayaan puncak peringat-an 100 tahun karya misi SVD di Indonesia khususnya di Pulau Timor. Perayaan ini menghadirkan Nuncius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazi di Atambua pada 15 September Beliau memimpin misa pembaharuan janji perkawinan bagi keluarga-keluarga dan janji setia OMK se- Keuskupan Atambua. Musyawarah Pastoral VII yang langsung diadakan pasca perayaan 100 Tahun SVD ini secara khusus merefleksikan motto tahbisan Uskup Atambua Vos Amici Mei Estis di bawah panduan para ahli dari berbagai disiplin ilmu Teologi, Kitab Suci, Filsafat, Pendidikan dan Sosiologi dari Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang. Selain itu pembacaan data pastoral dipandu Rm. Dr. Francis Purwanto, SCJ dari Yogyakarta hingga menghasilkan visi, misi dan strategi pastoral Keuskupan Atambua yang baru untuk periode , yakni: Visi: Umat Allah Keuskupan Atambua Semakin Cerdas dan Sejahtera dalam Persahabatan Kristiani. Misi: Meningkatkan Mutu Hidup Umat Melalui Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi dan Persekutuan Hidup yang Membebaskan. Strategi Pastoral: Sosialisasi Visi, Misi, Strategi dan Program kerja pastoral Keuskupan Atambua; Pembenahan dan Optimalisasi sistem dan struktur Lembaga Penyelenggara Sekolah; Peningkatan pelaksanaan Pastoral Sekolah; Peningkatan pelaksanaan Pastoral Asrama; Peningkatan mutu tenaga pendidik; Peningkatan kompetensi agen pastoral; Pemberdayaan dan peningkatan ekonomi keluarga; Peningkatan pendampingan keluarga yang Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 11

30 berjenjang dan berkelanjutan; Pembenahan dan peningkatan peran Komisi Sosial Ekonomi dan Komisi Keluarga Keuskupan Atambua; Peningkatan etos kerja di berbagai bidang kehidupan; Pembenahan dan peningkatan tatakelola keuangan; Pembenahan dan peningkatan tata administrasi pelayanan sakramental; Pengembangan pastoral ekologis; Pemberdayaan dan optimalisasi peran tokohtokoh adat Katolik; Pembenahan dan pengem-bangan ISKA; Pengembangan kerja sama kemitraan; Pengembangan Pastoral Data yang berkelanjutan; dan Peningkatan kapasitas pendampingan kelompok kategorial. Program Kerja yang dihasilkan adalah: (1) Peningkatan kemampuan, peran dan fungsi Lembaga Pendidikan Katolik; Pengembangan perencanaan di bidang pendidikan dan perekonomian, serta data dan sistem informasi Keuskupan Atambua; (3) Pengembangan Sumber Daya di bidang Pendidikan dan Perekonomian; (4) Pengembangan Pendidikan dan usaha perekonomian sesuai permintaan pasar; dan (5) Peningkatan Pendampingan Keluarga Katolik. Fokus Pastoral: (1) Pastoral Pendidikan ( ) dan Pastoral Ekonomi ( ). Komitmen Pastoral: (1) Sosialisasi hasil Muspas Keuskupan Atambua VII tahun 2013; Melaksanakan, memantau dan mengevaluasi hasil Muspas Keuskupan Atambua VII; dan (3) Pemberesan administrasi pelayanan Pastoral, Sakramen dan Harta Benda Gereja secara transparan, akuntabel, kredibel, dan profesional. Pendidikan sebagai fokus pastoral selama tiga tahun berturut-turut ( ) diberi tekanan sebagai berikut: tahun 2014 dengan penekanan pada aspek pengetahuan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

31 (kognitif). Semua paroki, dekenat dan komisi pastoral memusatkan program pastoralnya pada pendidikan, termasuk pendidikan formal di sekolah.tahun 2015 dengan penekanan pada pendidikan iman dalam keluarga, komunitas dan asrama-asrama. Untuk itu semua paroki, dekenat, tarekat dan komisi pastoral memusatkan program pastoralnya pada pen-didikan iman. Tahun 2016 penekanan pada aspek keteram-pilan hidup. Ada penambahan jumlah paroki di Keuskupan Atambua sampai dengan tahun 2015 yakni Dekenat Belu Utara dengan 17 Paroki; Dekenat Malaka dengan 17 Paroki; Dekenat Kefamenanu dengan 17 Paroki; dan Dekenat Mena dengan 10 Paroki. Dengan demikian pada tahun 2015 terdapat penambahan dua paroki yakni Paroki Keluarga Kudus Ainan, di Dekenat Kefamenanu dan Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu. Sebelum menjadi merupakan bagian dari Paroki Santa Maria Fatima Nurobo, Dekenat Malaka setelah menjadi Paroki definitif, Paroki Oenopu digabungkan ke Dekenat Kefamenanu karena pertimbangan wilayah peme-rintahan dan demi kemudahan pelayanan pastoral. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 13

32 HIERARKI GEREJA KATOLIK KEUSKUPAN ATAMBUA ( ) 2.1 Mgr. Jacobus Pessers, SVD ( ) Beliau diangkat Takta Suci menjadi Vikariat Apostolik Nederl-Timor, 16 Juni Wilayahnya meliputi seluruh Timor, Sabu, Rote. Kala itu, umat Katolik Timor berjumlah sekitar yang dilayani oleh 19 imam, 3 bruder dan 12 suster. Gereja berada di tengah masyarakat yang primitif, buta huruf, miskin dan kafir (belum mengenal Kristus) dan berada dalam jajahan Jepang. Gereja merintis pendidikan untuk kaderisasi tenaga pas-toral. Para guru agama (awam Katolik) ditempatkan di setiap kampung. Mereka itulah yang menemani para misionaris dari kampung ke kampung untuk mewartakan Injil melalui kerygma (katekese), doa kelompok, Misa dan kunjungan pas-toral keluarga. Penaburan benih-benih sabda dan tumbuhnya iman umat ditantang sekaligus diuji ketahanannya pada masa ini. Misi Gereja Katolik dihambat oleh penjajah Jepang. Banyak misionaris Katolik ditawan di Pare-Pare (Sulawesi), sehingga menyebabkan karya misi terhenti sementara. Meski demikian, Gereja tidak pernah mati, malah semakin hidup dan berkembang. Pada 11 November 1948 ketika Vikariat Apostolik Nederl- Timor berubah nama menjadi Vikariat Apostolik Atambua, Mgr. Yakobus Pessers SVD diangkat sebagai Vikaris Apostolik Atambua dari tahun Dalam era ini, beliau berhasil menambah beberapa stasi dan lembaga pendidikan, termasuk Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

33 berdirinya Seminari Menengah Lalian pada 8 September Pada 14 November 1958 beliau mengakhiri masa jabatannya sebagai Vikaris Apostolik Atambua. Beliau meninggal dunia pada 03 April 1961 di Nederland dan dimakamkan di sana. 2.2 Mgr. Theodorus Fransiskus Maria van Den Tillart, SVD (Vikaris Apostolik Atambua dan Uskup Atambua Nama Indonesianya Mgr. Theodorus Fransiskus Maria Sulama, SVD. Pada 14 November 1957 ditunjuk menjadi Vikaris Apostolik Atambua. Pada 29 Juni 1958 ditahbiskan sebagai Uskup di Atambua. Pada 3 Januari 1961 menjadi Uskup Atambua dengan berdirinya hierarki di Indonesia. Jumlah umat Vikariat Apos- tolik Atambua, pada masa itu jiwa. Saat pembentukan hierarki Gereja di Indonesia, Vikariat Apostolik Atambua menjadi Dioses/Keuskupan dan semua stasi menjadi paroki. Upaya-upaya Pastoral yang dilakukan selama masa kepe-mimpinannya adalah: Peningkatan tenaga inti Gereja lebih gencar dilakukan, khususnya kaderisasi imam dan rasul awam (guru agama/ katekis dan guru sekolah melalui lembaga pendidikan formal, seperti: Seminari, SPGAK, SPG dan Sekolah Tinggi (Teologi Kateketik Pastoral). Menyiapkan fasilitas penunjang karya pastoral seperti gedung Gereja, paroki, kendaraan, gedung sekolah, asrama pelajar, dan lain-lain. Mengutus guru-guru Katolik ke berbagai wilayah untuk karya kerasulan. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 15

34 Mengangkat dan menempatkan katekis purnawaktu di paroki-paroki. Membentuk struktur pastoral pelayan umat mulai dari DPD, DPP, TPL dan TPK. Menyelenggarakan Sinode Pastoral I dan II. Beliau seorang pemimpin yang karismatis dan kebapaan. Sinode II terjadi di Lalian, Dalam sinode itu disimpulkan bahwa masalah sosial yang dihadapi Gereja adalah masalah dualisme iman, rendahnya sumber daya manusia dan kemiskinan ekonomi. Masalah dualisme iman cukup dominan memerlihatkan betapa sulit mengakarnya iman di hati umat. Demikian juga kebodohan dan kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang harus diperangi. Tugas Gereja adalah mengupayakan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memberikan prioritas pada bidang pendidikan sebagai pintu masuk dunia pembangunan. Untuk mencapai tujuan itu, langkah awalnya adalah melakukan penguatan tenaga pastoral dan tenaga kependidikan yang handal. Hal itu mendesak sebab fakta membuktikan bahwa banyak kebutuhan dan persoalan umat belum terjemahkan karena keterbatasan tenaga pastoral. Itulah alasan yang mendorong Sinode II memfokuskan karya pastoralnya pada peningkatan Tenaga Pastoral dan Tenaga Kependidikan, baik yang tertahbis (imam) maupun yang non tertahbis (awam) untuk masa bakti 3 tahun ( ). Sungguh disadari bahwa Gereja di Timor harus kembali kepada komitmen awal tentang misinya di Timor. Bahwa sejak awal masuknya Gereja Katolik di Timor, misi utama yang diembannya adalah membuka dan menyelenggarakan pendidikan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

35 Katolik. Inilah pintu masuk (entry point) untuk pewartaan Injil, Pemberantasan kebodohan dan pengentasan kemiskinan. Keterlibatan Gereja Katolik di bidang pendidikan merupakan keharusan. Para imam, bruder dan suster misionaris, senantiasa memfokuskan karya pelayanannya di bidang pendidikan, menyusul kesehatan dan sosial ekonomi. Yayasan dan sekolah-sekolah Katolik di daratan Timor disadari sebagai lembaga pendidikan formal tertua dibanding-kan dengan sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya. Sangat banyak kader, pemimpin Gereja, masyarakat dan bangsa yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah Katolik. Inilah jasa Gereja yang patut dibanggakan. Pada 3 Februari 1984 beliau mengakhiri masa jabatannya sebagai Uskup Atambua. Selanjutnya ia menjadi Administra-tor Apostolik Atambua sampai dengan 9 Mei Pada 9 Mei 1984 beliau menyerahkan jabatan Uskup Keuskupan Atambua kepada penggantinya Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Mgr. Theo-dorus Sulama, SVD menjadi Uskup Emeritus KA dengan memilih menjadi Pastor Paroki Stellamaris Atapupu hingga meninggal dunia pada 7 Mei 1991 dan dimakamkan di dalam Gereja Katedral Atambua. 2.3 Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ( ) Seorang putera Adonara, Flores Timur, kelahiran 2 Januari Pada 21 September 1982 beliau ditahbiskan menjadi Uskup di Atambua, dengan jabatan sebagai Uskup Tituler Zaba dan menjadi Uskup Pembantu Atambua dengan moto tahbisan: Maranata: Tuhan datang! Pada 3 Febru- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 17

36 ari 1984 diangkat sebagai Uskup Atambua dan pada 9 Mei 1984 menerima jabatan Uskup Atambua. Beliau digelar oleh umat Keuskupan Atambua sebagai Uskup 3-BER, Uskup Politik, Uskup Pencinta lingkungan hidup dan Uskup yang mengumat karena jam terbang ke umat yang tinggi. Ia semangat dan setia bekerja dalam tim pastoral bersama awam. Visi pastoralnya: Umat Keuskupan Atambua berkembang menjadi Gereja umat yang mandiri dan terlibat dalam masyarakat terutama untuk melakukan perubahan-perubahan yang bernilai/berarti bagi semua orang. Perhatian pada pengorganisasian tenaga pastoral (imam dan awam), dan penataan struktur serta pendayagunaannya. Bidang pastoral yang diprioritaskan adalah Pastoral pengembangan iman, pendidikan umat dan pastoral sosial ekonomi. Penyelenggaraan Sinode III (di Emaus, 1985) merupakan Sinode perdana dalam era kepemimpinannya semenjak menduduki tahta Uskup Atambua tahun Sinode tersebut menggumuli dan merefleksikan masalah-masalah kegerejaan dan kemasyarakatan dalam terang Firman. Sinode menemukan dua masalah utama yang membelenggu umat yakni praktek dualisme iman dan kemiskinan sebagai masalah krusial yang bersentuhan langsung dengan realita kehidupan masyarakat dan menjadi penghambat perkembangan manusia seutuhnya. Kondisi kehidupan umat dan masyarakat yang dililit oleh kedua masalah itu, menghantar peserta sinode masuk dalam suatu refleksi kritis hingga menemukan langkah strategis pastoral yang lebih tepatguna. Dari sinode pastoral itu, lahirlah suatu arah baru karya pastoral untuk masa bakti 5 tahun ( ) yakni Peningkatan Mutu Hidup Umat/Masyarakat Dengan Tekanan Khu- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

37 sus Pada Peningkatan Taraf Hidup Sosial Ekonomi. Sepintas membaca rumusan arah pastoral tersebut, ada kesan seakanakan pastoral kita lebih bersifat horizontal, hanya menyibukkan diri dengan urusan-urusan profan seperti ekonomi. Namun bila diteliti dengan seksama maka akan ditemukan bahwa maksud dari rumusan yang berbunyi Peningkatan mutu hidup umat dan masyarakat, itu bukan saja urusan peningkatan taraf hidup sosial ekonomi, tetapi menyangkut peningkatan mutu manusia dalam segala aspeknya, termasuk mutu iman, budaya, pendidikan, politik, kesehatan, ling-kungan hidup, dan sebagainya. Dalam konteks pembangunan manusia utuh, jiwa dan badan, maka diterapkan pendekatan pastoral integral yaitu suatu cara pastoral yang memberikan prioritas pada peningkatan kualitas manusia secara utuh. Sinode Pastoral IV di Emaus, 1991, bertujuan mengevaluasi hasil karya pastoral 5 tahun silam dan meletakkan arah pastoral ke depan. Pada sinode ini, hadir sebagai pendamping ahli: P. Dr. George Kirchberger, SVD; P. Dr. Hubertus Muda, SVD; Rm. Drs. Petrus Turang, Pr; Drs. Anton Amaunut dan Drs. Markus Mau. Hasil pergumulan Sinode Pastoral IV, ternyata kembali menegaskan bahwa masalah krusial yang mengerdilkan manusia adalah praktek dualisme iman dan kemiskinan ekonomi. Bagaimana mengolah persoalan itu supaya tidak mengerdilkan manusia? Peserta sinode menyadari bahwa persoalan itu bukan saja persoalan pribadi, tetapi persoalan komunitas masyarakat, maka penanganannya pun harus bersama-sama. Bersama-sama kita bisa memecahkan persoalan. Kita perlu melakukan gerakan pastoral bersama. Karena itulah ditetapkan suatu arah pastoral untuk periode 5 tahun ( ) yakni: Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu dengan mengacu pada visi dan misi yang ditetapkan saat itu. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 19

38 Adapun visi itu berbunyi: Umat Keuskupan Atambua bersama seluruh masyarakat mengalami dan merasakan kehadiran Allah dan kebaikan-nya dalam kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang tumbuh dari kekuatan Injil Yesus Kristus. Sedangkan misinya: Melanjutkan dan mewujudkan karya perutusan Yesus Kristus guna menjawabi tantangan perkembangan masyarakat dalam kekuatan Roh Kudus. Tujuan umumnya adalah Hidup umat dan masyarakat lebih bermutu berkat persaudaraan yang dijiwai iman kristiani. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan persaudaraan kristiani dan taraf hidup sosial ekonomi melalui kelompok kerja. Sinode Pastoral V di Emaus, Sinode ini merupakan yang terakhir dalam masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Sinode V menghadirkan sederet narasumber: P. Dr. George Kirchberger, SVD (Ahli Teologi); P. Drs. Huber Tho-mas Hasuli, SVD, MA (Ahli Sosiologi); Rm. Drs. Benyamin Seran, MA (Ahli Pendidikan) dan Rm. Dr. Benyamin Y.Bria, Pr (Ahli Hukum Gereja). Masalah dualisme iman dan kemiskinan ekonomi kem-bali ditegaskan oleh Sinode ini sebagai masalah pastoral yang urgen. Kita memang butuh pelaku perubahan. Dan pelaku perubahan itu harus muncul dari dalam diri, dan dari masya-rakat itu sendiri, bukan diinstruksi dari luar atau dari atas. Untuk itu dibutuhkan perjuangan orang-orang kunci pem-bangunan di masyarakat akar rumput, seperti para pemangku adat yaitu mereka yang berpengaruh, orang-orang yang ber-pendidikan dan mereka yang berkedudukan (berkuasa). Per-ubahan harus berawal dari perubahan pola pikir, pola sikap dan pola laku/tindak. Karena prioritas masalah masih tetap sama, maka visi dan misi serta arah pastoral pun tidak berubah yaitu Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

39 Berdasarkan arah pastoral itu, maka dibangun suatu strategi pastoral yang terfokus pada pemberdayaan KUB dengan argumen KUB adalah Gereja, dalam kenyataan, sedang bertumbuh dan berkembang dengan dinamis, berpedomankan Injil dan Ajaran Sosial Gereja serta nilai-nilai kultur yang mendahulukan penghargaan terhadap martabat manusia. Selain itu, perhatian kepada orang kecil, tersingkir dan tertindas; upaya dialog antaragama serta kerja sama dengan pemerintah dan pihak lain yang berkehendak baik, juga menjadi strategi berpastoral yang dituntut sejak itu. Langkah strategis lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah mengupayakan adanya suatu Puslitbang Pastoral. Pada 2 Januari 2003 bertepatan dengan hari ulang tahun Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, diberkati pula Rumah Baru Keuskupan Atambua di Lalian Tolu. Sejak saat itu semua urusan pelayanan Bapak Uskup dan Kuria Keuskupan Atambua berpusat di Jalan Nela Raya, No.17, Lalian Tolu. Pada 22 April 2003 sesuai Kanon, Mgr. Anton mengajukan Surat pengunduran diri kepada Sri Paus di Roma. Roma pun merestuinya dan sejak 2 Juni 2007 beliau diangkat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Atambua sampai 21 September 2007 saat beliau menyerahkan jabatan Uskup Atambua kepada penggantinya Mgr. Dr. Dominikus Saku. Mgr. Anton Pain Ratu, SVD memasuki usia purnabakti sebagai Uskup Emeritus Keuskupan Atambua dengan memilih tempat peristirahatan di Pastoran SMK Santo Pius X Bitauni, TTU. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 21

40 2.4 Mgr. Dr. Dominikus Saku ( ) Lahir di Taekas, Tunbaba, TTU, 3 April Ditahbiskan menjadi imam pada 29 September Pada 2 Juni 2007 dipilih menjadi Uskup Atambua oleh Paus Benediktus XVI menggantikan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan ditahbiskan menjadi Uskup Atambua pada 21 September 2007 dengan motto tahbisan: Vos Amici Mei Estis: Kamu adalah Sahabat- Ku (Yoh 15:14). Pada 21 September 2007 tercatat sebagai peristiwa terpenting dalam sejarah Keuskupan Atambua. Salah seorang putera terbaik dari kalangan imam praja Keuskupan Atambua ditahbiskan menjadi Uskup Atambua. Ini berarti pula telah terbersit kemandirian di bidang ketenagaan atau personalia pastoral yang menjadi cita-cita Gereja Keuskupan Atambua. Pada November 2008 berlangsung Musyawarah Pastoral (Muspas) I di era kepemimpinan Mgr. Dr. Dominikus Saku, atau Muspas VI Keuskupan Atambua. Mulai tahun 2008, panitia-panitia pastoral di tingkat Keuskupan ditingkatkan statusnya menjadi Komisi-komisi dan mengembangkan Pastoral Pemberdayaan. Periode Quinquinial I Mgr. Dominikus Saku ( ) dengan kekhasan pada pengenalan pasto-ral mindset, pembentukan komisi-komisi pastoral dan sistem struktur dengan tupoksi (tugas pokok dan aksi) Dewan-dewan Pastoral; merintis dan menyelenggarakan On Going Formation Imamat bagi para Imam se-keuskupan Atambua, melakukan animasi kinerja pastoral bagi para pelayan pastoral, mendirikan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pastoral St. Thomas Aquinas Keuskupan Atambua dengan Yayasan Penelitian Angelicum serta Pastoral Data. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

41 Pada tahun 2013 ada perayaan syukur 100 tahun misi SVD di Timor, Indonesia dan 75 tahun Keuskupan Atambua pada September Perayaan akbar ini dihadiri oleh Duta Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Ketua Umum Panitia pelaksana adalah Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez. Untuk menghadirkan Duta Vatikan di Atambua, panitia perayaan men-charter pesawat khusus Trans NUSA untuk membawa rombongan turun di Bandara Haliwen Atambua pada 14 September Setelah perayaan akbar ini keesokan harinya dilanjutkan dengan Muspas KA VII di Emaus yang berlangsung dari September Muspas VII ini menghasilkan visi, misi dan strategi pastoral Keuskupan Atambua era kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku Quin-quinial II ( ). Untuk mendukung fokus dan arah pastoral ini, Mgr. Domi-nikus Saku juga mengembangkan pola kerja sama kemitraan dengan berbagai pihak, khususnya dengan pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur dan pemerintah Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Malaka. 2.5 Para Wakil Uskup (Vikaris Jenderal/Vikjen) Menurut Kan , Uskup diosesan mengangkat seorang Vikaris Jenderal yang diberi kuasa berdasar jabatan untuk membantu Uskup memimpin seluruh keuskupan. Berdasarkan Kanon tersebut para Uskup Atambua mulai dari Mgr. Theodorus van den Tillart, SVD hingga Mgr. Dominikus Saku telah mengangkat beberapa imam terbaik sebagai Vikaris Jenderalmenurut periodenya masing-masing, sebagai berikut: Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 23

42 P. Willibrori Meulendijk SVD ( ) P. W. Meulendijk,SVD lahir di Jerman pada 15 Mei Beliau diangkat menjadi Vikjen Keuskupan Atambua oleh Mgr. Theodorus van den Tillart, SVD. Ketika itu, Pater Meulendijk, SVD sekaligus bertugas sebagai Pastor Paroki Seon. Beliau meninggal dunia pada 6 Juli 1979 dan dimakamkan di Peku-buran Misi SVD Nenuk. Rm. Paulus Klau, Pr ( ) Rm. Paulus Klau, Pr kelahiran 28 Juni 1941 adalah seorang imam projo Keuskupan Atambua yang ditahbiskan pada 09 Juni Bulan September 1979, Vikjen P. Meulendijk SVD meninggal dunia secara mendadak. Waktu itu Bapak Uskup Theodorus sedang berlibur ke Belanda. Beliau menugaskan P. Yustus Asa, SVD yang saat itu sebagai Deken Belu Utara untuk menjaga Keuskupan! Namun, sebelum Mgr. Theodorus kembali ke Indonesia, Pater Yustus mendapat tugas ke Roma. Karena itu Mgr. Theodorus bergegas kembali ke Atambua, lalu menunjuk Rm. Paulus Klau, Pr yang pada waktu itu menjabat sebagai Praeses Seminari Menengah Lalian untuk merangkap sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua. Rm. Paulus Klau, Pr menjabat kurang lebih empat tahun hingga 1984 bersamaan dengan penyerahan estafet Uskup Atambua dari Mgr. Theo-dorus Sulama, SVD kepada Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 3 Februari Rm. Paulus Klau, Pr meninggal dunia pada 29 Maret Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

43 Rm. Edmundus Nahak, Pr ( ) Imam Projo kedua Keuskupan Atambua, kelahiran Wanibesak, Weoe, 22 Agustus Ditahbiskan menjadi imam pada 09 Juni Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD setelah mendengarkan saran dan pendapat dari berbagai pihak khususnya dari Yang Mulia Mgr. Theodorus Sulama, SVD dan Provinsial SVD Timor, P. Stanislaus Besin, SVD, mengangkat Rm. Edmundus Nahak, Pr sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua dengan Surat Keputusan (selanjutnya SK) No. 126/84 tanggal 26 Mei 1984 untuk masa jabatan 5 tahun. Selama masa jabatan ini beliau diberikan tugas-tugas khusus, demikian bunyi SK tersebut. Setelah lima tahun sebagai Vikjen, pada 27 Mei 1989 sesuai SK Uskup Atambua No. 150/89, beliau diangkat lagi menjadi Vikjen Keuskupan Atambua untuk waktu yang tak terbatas sesuai kebijakan Uskup Atambua. Pada 17 Juli 1989, Uskup Atambua juga mengeluarkan Surat Keputusan No. 266/89 tentang pengangkatan Wakil Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua dalam diri P. Roger Risse, SVD dengan semua hak dan kewajiban Vikaris Jenderal selama Vikjen tidak berada di tempat sesuai Kan. 477$ 2 yang berbunyi: Jika Vikaris Jenderal tak ada di tempat atau ber-halangan dengan alasan wajar, maka Uskup Diosesan dapat mengangkat orang lain untuk mewakilinya. Pada waktu itu, Rm. Edmundus Nahak, Pr sebagai Vikjen sedang mengikuti Kursus Pastoral di Nemi-Roma. Rm. Edmundus Nahak, Pr melaksanakan tugas sebagai Vikjen Keuskupan Atambua selama dua periode lebih hingga pensiun pada tahun Kini beliau menjalani masa purna- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 25

44 bakti sebagai imam Tuhan pada Panti Purnabakti Imam Projo Santo Yohanes Maria Vianey Keuskupan Atambua di Emaus. Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr ( ) Lahir di Oekabiti, Seon, 07 Agustus Ditahbiskan menjadi imam pada 29 Juni Beliau studi doktoral bidang Hukum Gereja di Amerika Serikat. Setelah Rm. Edmundus Nahak, Pr dibebastugas-kan dari jabatan sebagai Vikjen Keus-kupan Atambua, Uskup Atambua meng-angkat Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Atambua. Rm. Benyamin adalah seorang ahli Hukum Gereja, diangkat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua dengan SK No. 570/1996. Beliau bertugas sebagai Vikjen KA selama lebih kurang empat tahun hingga Desember 2000 ditunjuk oleh Vatikan menjadi Uskup Keuskupan Denpasar. Mgr. Dr. Benyamin Y. Bria meninggal dunia sebagai Uskup Denpasar pada 19 September Rm. Dr. Agustinus Bula, Pr (Januari 2001-Mei 2002) Imam kelahiran Noemuti, 26 Mei Ditahbiskan menjadi imam pada 29 September Beliau studi doktoral bidang Teologi Dogmatik di Universitas Urbanianum, Roma-Italia. Pada tahun 2000, Vatikan mengangkat Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr yang pada waktu itu sedang menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

45 menjadi Uskup Keuskupan Denpasar. Maka pada Januari 2001, Uskup Atambua melalui SK No. 29/2001 mengangkat Rm. Dr. Agustinus Bula, Pr sebagai Vikjen Keuskupan Atambua merangkap Ketua Pelaksana Harian Puspas KA. Sejak saat itu hingga seterusnya Vikjen menjalankan tugasnya di Kantor Puspas KA sebagai Pelaksana Harian. Sebagai seorang ahli Teologi Dogmatik, banyak hal yang seharusnya dilakukan pada masa tugasnya sebagai Vikjen, namun kematian menjemputnya terlampau cepat. Hanya setahun lebih beliau menjabat Vikjen Keuskupan Atambua, namun ada dua terbitan pada masanya yakni buku panduan tentang Pemberdayaan Kelompok Umat Basis dan Buku Aneka Ibadat Kelompok Basis. Beliau meninggal dunia pada 2 Mei P. Yustus Asa, SVD (Agustus Oktober 2013) Pater Yustus Asa SVD, kelahiran Abis, Nualain, 10 Juni Ditahbiskan menjadi imam pada 22 Agustus Mantan Provinsial SVD Timor itu diangkat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua merangkap Ketua Pelaksana Harian Pusat Pastoral Keuskupan Atambua berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 397/2002, tanggal 02 Agustus Beliau menggantikan Vikjen sebelumnya Rm. Dr. Agustinus Bula, Pr yang meninggal dunia pada 02 Mei P. Yustus Asa, SVD melaksanakan tugas sebagai Vikjen selama sepuluh tahun lebih. Lima tahun pertama bersama Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ( ). Setelah Mgr. Dr. Dominikus Saku menerima tugas kegembalaan sebagai Uskup Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 27

46 Atambua, P. Yustus Asa, SVD terpilih lagi untuk melanjutkan tugas sebagai Vikjen hingga akhir Oktober tahun Selama menjalankan tugas sebagai Vikjen dan Ketua Pelaksana Harian Puspas Keuskupan Atambua, beliau melakukan banyak hal, seperti menetapkan rumusan tata tertib kerja Kan-tor Puspas dan penyusunan tupoksi pastoral dari DPK sampai TPL-TPKUB. Selain itu, selama dua periode menjabat Vikjen, pada masanya terjadi dua kali Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Atambua, yakni Muspas VI KA tahun 2008 dan Muspas VII KA Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Vikjen Keuskupan Atambua, beliau kembali bekerja di dalam komunitas SVD Timor. P. Vinsensius Wun, SVD (Oktober Mei 2014) Imam kelahiran Niki-niki, 17 Juli Ditahbiskan menjadi imam pada Pada 17 Oktober 2013, Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku mengeluarkan Surat Keputusan No. 198/2013 tentang pengangkatan P. Vinsensius Wun, SVD sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua menggantikan P. Yustus Asa, SVD yang telah habis masa jabatannya. Pada saat diangkat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua, P. Vinsen Wun, SVD sedang menjabat sebagai Pastor Paroki Naesleu. Karena itu beliau dibebastugaskan dari jabatannya sebagai Pastor Paroki Naesleu dan diangkat sebagai Vikjen untuk kurun waktu terbatas dan merangkap sebagai Ketua PLH Puspas KA. P. Vinsen Wun, SVD memiliki banyak pengalaman sebagai pas-tor paroki karena itu walaupun sangat singkat masa tugasnya sebagai Vikjen dan PLH Puspas, beliau berhasil menata tata Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

47 kerja pastoral yang baik bersama staf Puspas. Pada Kapitel Provinsi SVD Timor bulan Mei 2014, beliau terpilih menjadi Provinsial SVD Timor, maka tugas sebagai Vikjen ditinggalkan pada akhir bulan Mei Kini beliau menetap di Provinsialat SVD Nenuk sebagai Pimpinan Provinsi SVD Timor. Rm. Dr. Theodorus Asa Siri, Pr (Mei ) Imam Projo kelahiran Asueman, Weluli, 29 April Ditahbiskan menjadi imam pada 07 Oktober Beliau studi doktoral bidang Sosiologi di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas Angelicum, Roma-Italia. Ketika P. Vinsen Wun SVD terpilih menjadi Provinsial SVD Timor Mei 2014, maka jabatan Vikjen lowong. Untuk itu demi kepentingan dan kebutuhan dalam Keuskupan Atambua, Uskup Atambua berdasarkan SK No. 164/2014, mengangkat Rm. Dr. Theodorus Asa Siri, Pr sebagai Penjabat Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua untuk masa waktu setinggi-tingginya 2 (dua) tahun dan merangkap sebagai Ketua Pelaksana Harian Puspas Keuskupan Atambua. Selama dua tahun lebih menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua banyak kegiatan dilaksanakan diantaranya meng-ikuti SAGKI ke-iv 2015 di Jakarta. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 29

48 2.6 Vikaris Yudicial Mereka yang pernah menjadi Vikaris Yudisial atau Tribunal Gereja Katolik di Keuskupan Atambua adalah P. Roger J. Riese, SVD ( ); Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr ( ), dan Rm. Mateus do Rosario da Cruz, Pr ( ). Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pengadilan Gereja, Rm. Mateus dibantu oleh Rm. Yohanes Subani, Pr dan Sekretaris Rm. Kornelis Salem, Pr. 2.7 Sekretaris Uskup Selain Vikaris Jenderal dan Vicaris Yudisial, Uskup Diosesan dibantu oleh satu atau beberapa orang Sekretaris yang menangani administrasi kantor sehari-hari. Mereka yang pernah menjadi Sekretaris Uskup Atambua adalah: Masa Kegembalaan Mgr. Theodorus Sulama, SVD: P. Herman Lalawar, SVD ( ) Masa Kegembalaan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD: a. P. Roger J. Riese, SVD ( ) b. Rm. Herminus Bere, Pr ( ) c. Rm. Kornelis Salem, Pr ( ) Masa Kegembalaan Mgr. Dr. Dominikus Saku: a. P. Karl Scholly, SVD ( ) b. Rm. Kornelis Salem, Pr ( ) Selain Sekretaris utama, Mgr. Dominikus Saku juga mengangkat Sekretaris Khusus yang bertugas membantu Uskup dalam urusan-urusan khusus, yakni Rm. Marianus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

49 Knaofmone, Pr dengan tugas-tugas khusus dan Rm. Sixtus Patris Bere, Pr sebagai Sekretaris Khusus bidang Internasional. 2.8 Ekonom Keuskupan P. Niko Buku, SVD Menurut Kan. 494, Uskup mengangkat seorang Ekonom Keuskupan yang sungguh ahli di bidang ekonomi dan benar-benar jujur yang bertugas mengelola harta benda keuskupan di bawah kuasa Uskup untuk lima tahun tetapi sehabis waktu itu dapat diangkat untuk lima tahun lagi. Untuk menjalankan tugas tersebut, Keuskupan Atambua telah memiliki beberapa ekonom, yakni: Masa kegembalaan Mgr. Theodorus Sulama, SVD, berturut-turut bertugas sebagai ekonom: P. Thometzki, SVD; P. Anton Soree, SVD; P. Arnoldusvan Lishout, SVD ( ). Masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD,sebagai Ekonom Keuskupan berturut-turut: P. Arnoldus van Lishout, SVD ( ); P. Nikolaus Buku, SVD ( ); Rm. Aleks Kobesi, Pr (ex.) ( ); P. Nikolaus Buku, SVD ( ). Masa kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku: P. Nikolaus Buku, SVD kelahiran Ladja, Bajawa, 06 Desember 1942 diangkat menjadi Ekonom I Keuskupan Atambua ( ). Hampir seluruh panggilannya sebagai imam Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 31

50 didedikasikan sebagai Ekonom Keuskupan Atambua. Bapak Uskup juga mengangkat Rm. Vincensius Naben, Pr, untuk mengemban tugas sebagai Ekonom II dan Kepala Rumah Keuskupan Atambua. III. PARA IMAM - BRUDER - SUSTER 3.1. Imam-Imam Pada tahun 1980, tercatat 69 Imam dengan rincian: 36 Imam bekerja di Paroki, sedangkan 33 di lembaga nonparoki. Dibandingkan dengan jumlah umat pada waktu itu, maka satu imam yang bekerja di paroki, melayani orang Ka-tolik ( :36=7.899) atau rata-rata imam melayani orang Katolik. Tahun 1984 imam-imam yang bekerja dalam 32 paroki, sebanyak 38 imam, melayani umat Katolik sebanyak orang. Rata-rata seorang imam melayani orang, atau orang Katolik per satu imam. Jumlah umat yang semakin meningkat tidak sebanding dengan tambahan jumlah imam. Tahun 2004, jumlah imam yang berkarya di Keuskupan Atambua sebanyak 110 orang melayani umat di 3 dekenat dan 54 paroki. Dari jumlah imam ini, 27 imam SVD, 2 imam OFM, 2 imam OFMConv dan 79 imam projo Keuskupan Atambua. Sampai dengan tahun 2015 jumlah imam semakin bertambah seiring masuknya ordo atau tarekat baru seperti CMF, MSF dan Skholapios, ditambah dengan barisan Imam Projo Keuskupan Atambua. Jumlah imam projo Keuskupan Atambua ada 180 orang: 98 di antaranya bekerja di paroki sedangkan lainnya di lembaga-lembaga milik keuskupan, seperti Seminari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

51 Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang (5 orang), Seminari Tinggi TOR Loo Damian (3 orang); Seminari Menengah Lalian (6 orang); STP St. Petrus Kefa (3 orang); SMK Bitauni (3 orang); SMA Suria Atambua (3 orang); Keuskupan dan komisi-komisi (9 orang). Imam SVD ada 108 orang, 22 orang di antaranya bekerja di paroki dan lembaga keuskupan; 5 orang imam dari ordo OFMConv bekerja di Paroki Sasi; 3 orang imam OFM di Paroki Laktutus; 2 orang imam MSF di Paroki Ainan; 5 orang imam Claretian bekerja di Paroki Nurobo dan Paroki Oenopu, serta 4 orang imam Skholapios di bidang pendidikan. Dengan demikian berdasarkan data imam di atas dapatlah dibuat sebuah perbandingan dengan jumlah umat per-2015 sebanyak , maka satu imam yang bekerja di paroki/ lembaga KA melayani umat Katolik atau rata-rata seorang imam melayani orang Katolik Bruder-Bruder Pada tahun 1984 tercatat ada 14 Bruder SVD berkarya di Keuskupan Atambua. Jumlah yang kecil ini bergiat dalam melayani umat baik di paroki maupun di lembaga non-paroki dengan segenap tenaga. Penambahan jumlah Bruder SVD di biara SVD Nenuk tidak terlalu signifikan. Panggilan menjadi Bruder makin berkurang. Maka jelas terlihat bahwa dari segi jumlah, tenaga bruder-bruder ini sangat tidak seimbang dengan jumlah umat yang ada. Memasuki tahun 2010, ada sebuah tarekat bruder yang masuk dan berkarya di Keuskupan Atambua, khususnya di Paroki Sasi yakni Tarekat Bruder Budi Mulia. Selain itu ada dua tarekat yang turut mempekerjakan brudernya di Keuskupan Atambua yakni OFM dan MSF, masing-masing 2 (dua) orang bruder. Total jumlah bruder yang berkarya di Keuskupan Atambua sebanyak 20 orang. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 33

52 3.3. Suster-Suster Pada tahun 1984, baru ada dua tarekat Suster yang masuk dan bekerja dalam Keuskupan Atambua, yakni SSpS mem-punyai 87 suster dan PRR 8 suster. Jumlah semua 95 suster. Kebanyakan suster-suster ini bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan. Jumlah keseluruhan rohaniwan dan biarawan-biarawati, sebanyak 173 orang. Angin segar mulai masuk ke Keuskupan Atambua. Seiiring dengan itu jumlah kongregasi para suster semakin bertambah dari waktu ke waktu. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Sekretaris Komisi Seminari dan Panggilan Keuskupan Atambua, Sr. Klarentin FSGM, hingga tahun 2015 jumlah kongregasi/tarekat religius perempuan (suster) yang berkarya di Keuskupan Atambua telah bertambah menjadi 28 kongregasi yakni SSpS, PRR, RVM, YMY, OSF, CIJ, KYM, MASF, PI, SND, OSU, FaDM, ADM, FCJM, TMM, CM, FdCC, FSGM, MC, FSE, MC(C), PM, SMG, HSHJ, Skholapias, ALMA, FMC dan OSCCap. IV. TOKOH AWAM KATOLIK 4.1 Para Raja/Ratu dan Tua-tua Adat Gereja Katolik masuk ke Timor diterima pertama-tama oleh para Raja dan keluarga mereka, disusul oleh para tua-tua adat yang kemudian memengaruhi masyarakat luas. Ratu dari Kerajaan Mena (1641) dan Ratu dari Kerajaan Lifau (1641) merupakan dua wanita awam yang pertama-tama tercatat dalam sejarah Gereja sebagai perintis Gereja di Timor kemudian Raja Amavi, Raja Amarasi, Raja Amanuban, Raja Wehali dan Raja Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

53 Oenam pada pertengahan abad 17 termasuk dalam deretan nama-nama perintis Gereja Katolik di Timor. Peranan para raja dan ratu serta tua-tua adat di Timor masih besar sekali sampai awal abad 20. Dengan diterapkannya kepemimpinan gaya baru melalui pembentukan kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan maka berakhirlah sudah peran nyata para raja/ratu, fetor, tamukung dalam sistem pemerintahan. Walau pun demikian dalam situasi dan kondisi tertentu kehadiran dan suara mereka masih sangat dihargai. 4.2 Para Guru Agama dan Guru Sekolah Para Guru Agama yang tersebar ke dusun-dusun terpen-cil berandil besar sampai tahun 1980-an. Selain itu, guru-guru Katolik yang mengajar di sekolah-sekolah swasta Katolik dan sekolah Negeri tetap menjadi penggerak umat Katolik dalam Keuskupan Atambua. Seiring dengan semakin berkembangnya iman umat, baik dalam kuantitas maupun kualitas, dibutuhkan peran Guru Agama yang lebih berpendidikan akademis untuk menjawabi kebutuhan umat. Dengan ditabuhnya gong pemberdayaan Komunitas Basis pada SAGKI 2000, maka mulai difungsikan apa yang dinamakan Tim Pastoral KUB dan Tim Pastoral Lingkungan. Dengan demikian para guru agama kampung dileburkan dalam tugas-tugas TPL dan TPKUB. 4.3 Pejabat Pemerintah dan Tokoh-tokoh Pendidikan Sejak tahun 1971 ada sekelompok Tokoh Katolik yang dinamakan Tokoh 3 BER atas prakarsa Pater Anton Pain Ratu, SVD pada waktu itu, yang kemudian menjadi Uskup Atambua. Kelompok 3-BER ini adalah singkatan dari Berpendidikan, Berpengaruh, Berkedudukan, merupakan pemuka masyarakat Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 35

54 yang langsung hidup di tengah masyarakat. Para tokoh ini mengadakan khalwat secara berkala untuk menyadari dan memecahkan masalah kehidupan yang ada dalam masyarakat mereka sendiri, lalu menentukan tekad-tekad bersama guna membangun masyarakat secara Kristiani. Barisan awam sebagai tim pembina seperti A.A. Bere Talo, Blasius J. Manek BA, Remigius J. Kapu, Trensus Kapu, J.A.P. Silvester, Pius J. Tae, Ferdinandus Seran, Yosef Fallo, Leonardus Bere, Anton Bele, Lazarus Y. Anin dan lain-lain. Para tokoh awam Katolik di bidang pemerintahan seperti Petrus Salassa, Drs. Antonius Amaunut, Drs. Henderikus Sakunab, Drs. Gabriel Manek, M.Si, Raymundus Sau Fernandez S.Pt, Aloysius Kobes, S.Sos (TTU), dr. Servatius M. Parera, Drs. Marselinus Bere, Drs. Joachim Lopez, drg. Gregorius Mau Bili, Ludovikus Taolin BA, dan Drs. J. T. Ose Luan (Belu). Pada tahun 2014 Keuskupan Atambua telah meliputi tiga wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Malaka. Dan ketika sejarah ini ditulis, ketiga kabupaten Belu, TTU dan Malaka, baru saja menyelesaikan Pilkada Bupati dan Wakil Bupati untuk periode Willibrodus Lay, SH dan Drs. J. T. Ose Luan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Belu; Raymundus Sau Fernandez, S.Pt dan Aloysius Kobes, S.Sos sebagai Bupati dan Wakil Bupati TTU; dan dr. Stefanus Bria Seran,M.PH dan Drs. Daniel Yosef Asa sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka. Sebagian besar, lebih kurang 99% pejabat Pemerintah ketiga kabupaten ini beragama Katolik. Hal ini memudahkan koordinasi dan kerja sama kemitraan. Sebagai contoh pada masa kepemimpinan Drs. Joachim Lopez sebagai Bupati Belu dan Mgr. Dr. Dominikus Saku sebagai Uskup Atambua terjadi kerja sama yang bagus dengan terbentuknya Tim Ekonomi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

55 Kabupaten Belu yang terdiri dari para imam dan awam Katolik Keuskupan Atambua. Juga pada event-event seperti perayaan 100 tahun Misi SVD Timor, tahbisan imam baru para Bupati dan Wakil Bupati terlibat aktif menjadi ketua panitia perayaan. 4.4 Dewan Pastoral Untuk meningkatkan peranan awam, di Keuskupan Atam-bua dibentuk Dewan Pastoral yang sebagian besar terdiri dari awam-awam yang rela dan mampu. Sejak tahun 1980, ada badan yang dikenal dengan nama Dewan Pastoral, mulai di tingkat Keuskupan sampai ke tingkat Kelompok Basis. Dewan Pastoral ini di tingkat Keuskupan dinamakan Dewan Pasto-ral Keuskupan (DPK); di tingkat Dekenat disebut Dewan Pastoral Dekenat dan di tingkat paroki dikenal dengan Dewan Pastoral Paroki (DPP). Di tingkat Stasi dikenal Dewan Pastoral Stasi(DPS), ada Tim Pastoral Lingkungan (TPL), dan di tingkat Komunitas Basis, ada Tim Pastoral Komunitas Ba-sis (TPKUB). Dewan Pastoral Keuskupan Atambua masa bakti diangkat berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 07/2014 yang terdiri dari Dewan Inti dan Dewan Pleno. Dewan Pleno meliputi 15 Komisi dan 1 Urusan (lihat bagian kedua, Komisi-Komisi Pastoral). Dewan Pastoral Dekenat yang berada di tingkat Dekenat biasanya dipilih dari antara para imam dan tokoh awam yang giat di dekenat, lalu diusulkan kepada Bapak Uskup untuk mendapatkan Surat Keputusan Pengangkatan dan pelantikan oleh Vikjen Keuskupan Atambua. Jumlah anggota Dewan Pas-toral Dekenat sebanyak 18 orang. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 37

56 Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) atau yang dikenal dengan Majelis Gereja Katolik berada di tingkat Paroki. Biasanya dipilih dari antara umat paroki, dan mendapatkan Surat Keputusan Pengangkatan oleh Bapak Uskup dan selanjutnya pelantikan diatur bersama dengan setiap Deken. Jumlah anggota DPP sebanyak 37 orang sedangkan DKP sebanyak 15 Orang. Dengan demikian total DPP adalah orang sedangkan DKP sebanyak 915 orang. 4.5 Katekis Katekis tingkat menengah terdiri dari tamatan SPGA-K (Sekolah Pendidikan Guru Agama Katolik) menyebar di selu-ruh pelosok Keuskupan Atambua, malah ada cukup banyak yang bekerja di luar Keuskupan Atambua sebagai rasul awam. Mereka ini diutus ke Flores dan Timor-Timur. Di dalam Keuskupan Atambua sendiri tercatat pada tahun 1984, sebanyak 267 katekis PGA yang bekerja di sekolah dan paroki. Katekis Akademis sebanyak 46 orang, umumnya tamatan STKat Yogyakarta, STKIP Ruteng dan IPI Malang. Mereka bekerja di sekolah, paroki dan Kantor Kementerian Agama. Mereka ini bekerja di tempat tugas mereka sebagai guru atau pegawai, namun kegiatannya sebagai katekis tetap menonjol. Dengan dibukanya Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Santo Petrus Keuskupan Atambua di Kefamenanu berdasarkan SK Dirjen Bimas Katolik RI No. DJ. IV/Hk. 00.5/287/2009 tertanggal 30 Desember 2009 dan telah empat kali mewisuda para tamatannya maka jumlah tenaga katekis akademik pun bertambah. Diharapkan dengan bertambahnya jumlah para katekis juga semakin menambah mutu pelayanan pastoral baik di paroki maupun sekolah. Berdasarkan data terakhir yang dikirim ke Roma tahun 2015, total katekis Keuskupan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

57 Atambua sebanyak 900 orang berkarya di tiga kabupaten: Belu, TTU dan Malaka. V. KEADAAN UMAT 5.1. Keadaaan Wilayah dan Sosial Ekonomi Wilayah Keuskupan Atambua bergunung-gunung dan sebagian besar tidak subur. Keadaan tanah yang terdiri dari padang rumput yang luas cocok untuk usaha peternakan. Mata pencaharian yang paling utama ialah bertani. Pada tahun 2014, umat Katolik Keuskupan Atambua ber-jumlah jiwa (91,46%) dari seluruh penduduk ber-jumlah orang, menempati tiga Kabupaten yakni Belu, Malaka dan Timor Tengah Utara (selanjutnya TTU). Kabupaten Belu dan Malaka luasnya 2.445,60 Km2, dan Kabupaten TTU luasnya 3.044,30 Km2. Tiga Kabupaten inilah yang menjadi wilayah Keuskupan Atambua dengan luas keseluruhan 5.489,90 Km2. Data menunjukkan bahwa 89% umat Keus-kupan Atambua hidup dari bertani. 5.2 Tata Pemerintahan Menurut data tahun 2014, Keuskupan Atambua meliputi tiga Kabupaten yakni Belu, Malaka dan TTU. Dalam Kabupaten Belu ada 12 Kecamatan, 69 Desa dan 12 Kelurahan. Kabupaten Malaka ada 12 Kecamatan dan 127 Desa. Sedangkan Kabupaten TTU, ada 24 Kecamatan dan 193 Desa/Kelurahan. Maka wilayah Keuskupan Atambua meliputi 3 kabupaten, 48 kecamatan dan 401 desa/kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan 5.489,90 km². Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 39

58 Para pejabat Pemerintah baik di tingkat Kabupaten dan Kecamatan sampai ke tingkat Desa pada ketiga kabupaten ini, sebagian besar beragama Katolik dan umumnya mempunyai hubungan yang baik dengan pimpinan Gereja Katolik. Dalam urusan-urusan keagamaan pun mereka ikut terlibat aktif sebagai umat Katolik. 5.3 Agama-Agama Menurut Sensus Penduduk dari Pemerintah Kabupaten tahun 2013, data tentang agama-agama, dapat diuraikan sebagai berikut: Kabu- Islam Katolik Protes- Hindu Buddha Kong- Total paten tan hucu Belu Malaka TTU Total % Umat Katolik Keuskupan Atambua pada tahun 2013, ber-dasarkan Sensus Pemerintah sebanyak jiwa, sedang-kan berdasarkan Data Statistik Keuskupan Atambua 2013 jumlah umat Katolik sebanyak jiwa. Itu berarti jumlah umat Katolik berdasarkan sensus pemerintah lebih banyak jiwa. Hal itu dapat dimengerti karena dalam sensus pe-merintah semua orang dari Keluarga Katolik didaftarkan seba-gai umat Katolik. Sedangkan dalam data statistik keuskupan, yang dicatat hanyalah mereka yang sudah dibaptis dan dicatat pada buku baptis paroki. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

59 Secara umum semua paroki telah memiliki fasilitas tempat ibadat atau gedung gereja yang permanen, kecuali beberapa kapela stasi yang berupa semi permanen. Setiap tahun selalu bertambah kapela atau stasi yang baru. Kerjasama antara Agama-agama umumnya baik, meski pernah terjadi hal-hal yang kurang yang disebabkan oleh beberapa anggota yang kurang bertanggungjawab. Misalnya per-nah terjadi kasus pencemaran hosti di beberapa paroki, namun umumnya telah ditangani dengan baik. 5.4 Pendidikan Umat Dalam hal urusan pendidikan formal di Keuskupan Atambua ditangani oleh empat Yayasan Pendidikan Katolik yaitu: Yayasan As Tanara di Kabupaten Belu, Yayasan Liurai di Kabupaten Malaka, Yayasan Snuna di Kabupaten TTU, Yayasan Emaus di Lalian. Selain keempat yayasan milik keuskupan itu, ada juga yayasan pendidikan yang dikelola oleh tarekat-tarekat religius seperti Yayasan Regina Angelorum (YASRA) milik Kongregasi SSpS; Yayasan Bentara Sabda Timor milik SVD Timor; Yayasan Betlehem milik para Pastor OFMConv.; Yayasan Marsudirini milik OSF di Kefamenanu dan Yayasan Santa Angela milik para suster Ursulin Atambua. Di samping itu masih ada lagi yayasan-yayasan yang dikelola oleh para awam Katolik yang mengusahakan Sekolah-sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Tinggi serta pendidikan non for-mal lainnya. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 41

60 5.5 Kesehatan Umat Sampai dengan tahun 1980-an hanya ada suster-suster SSpS dan PRR yang melayani masyarakat/umat dengan Puskesmas, Poliklinik dan BKIA. Mula-mula para Suster SSpS membuka BKIA/Poliklinik di Halilulik, Betun dan Kefa-menanu, sedangkan PRR membuka BKIA/Poliklinik di Noemuti dan Eban. Walau dengan peralatan dan fasilitas yang terbatas, para suster berusaha melayani masyarakat/umat dengan sepenuh hati. Kini zaman semakin maju. Komunikasi dan transportasi semakin baik. Hingga akhir tahun 2014 jumlah Poliklinik Katolik makin bertambah seiring dengan bertambahnya kongregasi suster dan bruder di Keuskupan Atambua. Di Kabupaten Belu ada Rumah Sakit Katolik Marianum Halilulik yang diasuh oleh para suster SSpS Timor. Sedangkan di Kabupaten TTU ada Rumah Sakit Kusta Katolik, Mgr. Gabriel Manek Naob, Noemuti Timur milik para suster PRR. Selain kedua Rumah Sakit ini, ada juga Poliklinik dan BKIA Swasta Katolik seperti BKIA Maria Nirmala Naesleu asuhan para Suster JMJ; BKIA Santo Antonius Betun; BKIA Santo Yosef Kefa, BKIA St. Rafael Lahurus, dan BKIA Santo Vincentius a Paulo Fulur milikpara suster SSpS. Klinik Santa Familia Maubesi dan Klinik Christo Rei Lolowa asuhan para suster PI. Klinik Santa Bakita Nurobo asuhan para suster Canosian, dan Klinik Santo Agustinus Fatubenao milik para suster KYM. Baik Rumah Sakit maupun Poliklinik Katolik itu tergabung dalam sebuah perkumpulan dengan nama Persatuan Dharma Karya Kesehatan Indonesia atau yang biasa disingkat Perdhaki yaitu Perdhaki Wilayah Keuskupan Atambua.*** Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

61 VI. STRUKTUR DEWAN PASTORAL KEUSKUPAN ATAMBUA USKUP ATAMBUA DEWAN PASTORAL KEUSKUPAN DEWAN IMAM/DEWAN PENASIHAT USKUP PROVINSIAL/ PIMP. TAREKAT PUSAT PASTORALIA KA DEKEN DEWAN PAST. DEKENAT SEKRETARIAT DEKENAT PASTOR PAROKI DEWAN PAST.PAROKI SEKRETARIAT PAROKI TIM PASTORAL LINGKUNGAN TIM PASTORAL KUB Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 43

62 Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

63 BAGIAN KEDUA: PUSAT PASTORAL DAN KOMISI-KOMISI Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 45

64 I. KANTOR PUSAT PASTORAL (PUSPAS) KANTOR PUSAT PASTORAL atau lebih dikenal dengan sebutan PUSPAS merupakan Dapur Pastoral Keuskupan Atambua. Kantor ini berdiri secara resmi pada 04 Januari 1983 berdasarkan SK Uskup Atambua, Mgr. Theodorus Sulama, SVD, No. 04/1983, dengan nama Sekretariat Pastoral atau disingkat SEKPAS. Dengan berdirinya Sekpas di Atambua ini, maka Drs. Bele Antonius sebagai Ketua Panitia Kateketik yang semula berkantor di Kefamenanu dipindahkan ke Atambua. Demikian pun Drs. Lazarus Y. Anin sebagai Ketua MPK yang berkantor di Atambua bergabung bersama dan dibantu oleh dua (2) orang pegawai yakni Matias Bana dan Matias Lopo. Guna me-nambah tenaga pastoral baik di kantor Sekpas maupun sebagai guru agama di sekolah-sekolah, Mgr. Sulama, SVD mengi-rimkan calon-calon Katekis untuk mengikuti pendidikan di APK Santo Paulus Ruteng; IPI Malang dan AKI Madiun. Setelah Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, ditahbiskan menjadi Uskup Pembantu Keuskupan Atambua, pada 21 September 1982, beliau ditunjuk oleh Uskup Atambua menangani Sekretariat Pastoral. Ia bertugas untuk mengoordinasikan semua kegiatan Pastoral dan mewujudkan Gereja Lokal yang kuat, dewasa dan mandiri dalam tiga (3) hal yaitu iman Kristiani saja, ketenagaan pastoral dan finansial. Karena itu Pastoral 3 BER semakin gencar dilaksanakan dari paroki ke paroki yang beranggotakan tim dari Pusat Pastoral ini. Dengan semakin bertambahnya panitia-panitia pastoral di Keuskupan Atambua, maka Sekpas ditingkatkan menjadi Pusat Pastoral pada Januari 1985 berdasarkan SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, No.404/1985. Kepala Kantor Pusat Pastoral adalah Uskup sendiri karena dari sana-lah dikelola semua kebijakan karya pastoral Uskup. Dalam Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

65 operasional sehari-hari Kantor Puspas dipimpin oleh seorang Wakil Ketua atau Pelaksana Harian (PLH). Sedangkan segala urusan administrasi pastoral dan perkantoran ditangani oleh seorang Sekretaris Umum atau disingkat Sekum. Pada masa-masa awal berdirinya Puspas, Wakil Ketua dan Sekretaris Umum masih dirangkap oleh Katekis Senior, Drs. Bele Antonius (sekarang Dr. Bele Antonius, MSi, Anggota DPRD Propinsi NTT), dari tahun Selanjutnya Bapak Anton digantikan oleh Rm. Agustinus Bula, Pr (almarhum) dari tahun sebagai Wakil Ketua/PLH Puspas, sedang-kan Sekretaris Umum dijabat oleh Bapak Carolus Tae, BA tahun Pada tahun 1992, jabatan Sekretaris Umum Puspas beralih dari Carolus Tae, BA kepada Rm. Gerardus Hery Fernandez, Pr sekaligus sebagai Wakil Ketua Puspas hingga tahun Namun karena Rm. Hery Fernandez hendak pergi studi ke Roma, maka jabatan Wakil Ketua dan Sekretaris Umum dialihkan kepada Drs. Paulus Sako Tanouf dari tahun Pada tahun 1996 Rm. Maxi Alo Bria, Pr, Lic. kembali dari studi Pastoral Kaum Muda di Roma, maka beliau diangkat menjadi Wakil Ketua/PLH Puspas merangkap sebagai Ketua Kepemudaan ( ). Berhubung di Kefamenanu sedang berlangsung pendidikan bagi para calon Katekis Filial IPI Malang dan membutuh-kan seorang Ketua, maka Drs. Paulus Sako Tanouf dikem-balikan ke Kefamenanu untuk menangani DIII Kateketik tersebut. Sebagai gantinya Bapak Uskup mengangkat Drs. Nikolaus Tnano menjadi Sekretaris Umum sejak 1997 hingga berakhirnya masa kegembalaan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD tahun Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 47

66 Mulai tahun 2000 Rm. Dr. Agustinus Bula, Pr diangkat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua. Maka Wakil Ketua sekaligus Pelaksana Harian Puspas langsung dijabat oleh Vikjen Keuskupan Atambua. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya Vikjen sebagai Wakil Ketua Puspas Ex officio, maka sejak tahun 2000 Vikjen langsung menjadi Ketua PLH Puspas dan berkantor di Puspas. Namun baru dua tahun menjadi Vikjen, Rm. Dr. Agustinus Bula, Pr meninggal dunia pada 2 Mei Setelah P. Yustus Asa SVD diangkat sebagai Vikjen KA, beliau sekaligus sebagai PLH Puspas dari Pada masa kepemimpinan PLH P. Yustus Asa SVD periode kedua masa kegembalaan Uskup Mgr. Dominikus Saku, panitiapanitia di Puspas ditingkatkan statusnya menjadi Komisi, melalui SK No. 16 Tahun 2009 dan mengangkat Bapak Yosef M.L. Hello sebagai Sekretaris Umum Puspas menggantikan Bapak Nikolaus Tnano. Setelah Muspas KA VII, pada bulan November 2013,Uskup Atambua mengangkat P. Vincentius Wun, SVD sebagai Vikjen KA menggantikan P. Yustus Asa, SVD yang telah menyelesaikan tugasnya sebagai Vikjen selama lebih kurang 11 tahun. Melalui SK No. 07 tahun 2014 Uskup Atambua mengangkat Dewan Pastoral Keuskupan periode dengan Sekretaris Umum masih tetap dijabat oleh Bapak Yosef M.L. Hello. Masa jabatan P. Vincen Wun sebagai Vikjen tidak berlangsung lama. Karena pada bulan Mei 2014 beliau terpilih sebagai Provinsial SVD Timor, maka jabatan Vikjen KA lowong. Untuk mengisi kekosongan tersebut, Bapak Uskup Dominikus Saku, menunjuk Rm. Dr. Theodorus Asa Siri, Pr sebagai Penjabat Vikaris Jenderal (VikjenKA) sekaligus sebagai PLH Puspas KA untuk setinggi-tingginya dua tahun ( ) berdasarkan SK Uskup Atambua No. 164/2014. Ā Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ Ā ᜀ iarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

67 Para Sekretaris Umum Puspas Drs.Bele Antonius Carolus Tae, BA Rm. Gerard Hery ( ) ( ) Fernandez, Pr ( ) Drs.Paulus S. Drs.Tnano Nikolaus Yosef M.L.Hello, Tanouf ( ) ( ) SPd.,MHum ( ) Ketenagaan Pada awal berdirinya kantor Puspas, tenaga pembina pastoral yang ada baru dua orang yakni Bapak Drs. Bele Antonius dan Drs. Lazarus Y. Anin. Keduanya menyelesaikan pendidikan kateketik di STKat Yogyakarta. Untuk urusan administrasi atau tata usaha, dibantu oleh Matias Bana, Matias Lopo dan Antonius Sau. Selanjutnya berturut-turut masuk bebe-rapa katekis sebagai tenaga Pembina yakni Carolus Tae, BA; Robertus Kompisasi BA; Drs. Nikolaus Tnano; Meliana Lebo dan Maria Kunera Soi. Tahun 1997 ditambah lagi dua tenaga katekis yakni Yosef M.L. Hello, SPd. dan Herman Abatan, SPd. Dengan bertambahnya tenaga katekis di Puspas, kerja tim sebagaimana diharapkan Mgr. Anton makin terwujud. Tahun 2000, datang lagi saudara Gregorius Am isa, S.Pd menambah anggota tim pembina. Selain para Katekis ada beberapa Romo, Frater dan Suster yang pernah bertugas di kantor Puspas yakni Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 49

68 Rm. Agustinus Bula, Pr ( ); Rm. Gerard Hery Fernandez, Pr; dan Fr. Stefanus Nahak (eks tahun 1994); Sr. Maria Priscilla Balok, SSpS ( ); Sr. Rosa da Lima, PRR; Sr. Rosa de Lima, SSpS; Sr. Helmin Tapun, SSpS; Sr. Ester Nganur, SSpS ( ); Sr. Eligia Aek, SSpS; Sr. Roswita PRR; Sr. Klarentin, FSGM dan Sr. Fridolin Teme, SSpS. Kantor Puspas semakin hari semakin berkembang dan membutuhkan seorang operator komputer, maka pada tahun 2000, seiring dengan berakhirnya pelayanan kesehatan ke-pada para pengungsi Timor-Timur, saudari Juliana Klau,A.Md yang semula menangani administrasi bantuan pelayanan kesehatan kepada pengungsi diangkat menjadi tenaga tetap di Kantor Puspas KA. Sejak tahun 2013 atas kebijakan Uskup Atambua, beberapa imam muda diangkat menjadi Sekretaris Komisi dan menjalankan tugas di kantor Puspas. Dari kantor yang sederhana dan dengan tenaga yang terbatas inilah seluruh karya pastoral Keuskupan Atambua mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring hingga evaluasi dikendalikan dan dihasilkan. Gedung Kantor Sejak berdirinya, Kantor Pusat Pastoral Keuskupan Atambua telah mengalami empat kali perpindahan gedung dan alamat kantor. Mula-mula kantor Puspas menempati Kantor milik Yasukab yang beralamat di Jalan Yos Soedarso Atambua (kini menjadi Biara FAdM Atambua). Karena pertimbangan kantor Puspas adalah kantornya Bapak Uskup yang harus dekat dengan beliau, maka Kantor Yasukab dipindahkan ke depan SDK Atambua I tepatnya di Asrama Yasukab sekarang. Selanjutnya dengan bertambahnya komisi dan tenaga pastoral, maka dibangun pula sebuah gedung khusus untuk kantor Puspas Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

69 di sampingnya (kini kantor Yayasan As Tanara) yang ditempati tahun Pada tahun 1995, atas pertimbangan Bapak Uskup Atambua bahwa kelak kawasan Emaus menjadi wilayah pastoral karena sudah ada Wisma Pastoral Emaus dan Seminari Tinggi TOR Lo o Damian, maka kantor Puspas pun dipindahkan ke Emaus. Mula-mula Puspas menempati ruangan bagian depan Wisma Emaus. Namun karena dirasakan terbatasnya ruangan untuk kamar tidur penginapan dan terganggunya aktivitas kantor pada saat Wisma Emaus dipakai untuk pelatihan, maka lagi-lagi kantor Puspas pindah dan menempati beberapa kamar milik Seminari Tinggi TOR Lo o Damian. Di kantor ini kegiatan Puspas berlangsung hingga tahun Kantor Puspas yang baru dengan dua lantai mulai dibangun pada 8 Mei 2004 dan diberkati oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 19 Juni Dengan demikian aktivitas kantor mulai berpindah dari Seminari Tinggi TOR Loo Damian ke gedung yang baru hingga sekarang. Dan kini dalam kepemimpinan Mgr. Dr. Dominikus Saku, peran Puspas semakin ditingkatkan sebagai Pusat Pendidikan & Pelatihan Pastoral. Selain dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas juga menambah jumlah tenaga pastoral dari para imam dan suster untuk menjadi ketua dan sekretaris komisi yang akan melayani karya pastoral di tingkat keuskupan, dekenat dan paroki. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 51

70 II. KOMISI-KOMISI PASTORAL Perangkat Pastoral di tingkat Keuskupan dinamakan Dewan Pastoral Keuskupan (DPK) yang terdiri dari Dewan Inti dan Dewan Pleno. Salah satu perangkat dari Dewan Pleno itu adalah Panitia atau Komisi. Pada masa kegembalaan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, seluruh karya pastoral di Keuskupan Atambua yang ditangani oleh Puspas dinamakan Panitia Pastoral. Untuk memudahkan pelayanan dan koordinasi, panitiapanitia itu dikelompokkan ke dalam tiga (3) komisi besar yang dikenal dengan sebutan Komisi Pembinaan Iman (KPI), Komisi Pendidikan Umat (KPU), dan Komisi Aksi Kemasyarakatan (KAK). Setiap komisi membawahi beberapa panitia. Komisi Pembinaan Iman membawahi Panitia Liturgi, Panitia Kitab Suci, Panitia Kateketik, Panitia KKI, Panitia Karya Misioner dan Panitia Seminari/Panggilan. Komisi Pendidikan Umat membawahi Panitia Kepemudaan, Panitia Keadilan dan Per-damaian, Panitia Komsos, MPK, dan Panitia Kerasulan Awam. Sedangkan Komisi Aksi Kemasyarakatan membawahi Panitia Keluarga, Panitia PSE dan Panitia HAK. Setiap Komisi mem-punyai seorang Sekretaris Eksekutif dan dibantu oleh satu atau dua orang sekretaris lainnya sesuai kebutuhan. Misalnya Komisi Pembinaan Iman (KPI) dengan Sekretaris Eksekutifnya Carolus Tae BA ( ), Drs. Nikolaus Tnano ( ), dan Yosef M.L. Hello ( ). Komisi Pendidikan Umat (KPU) dengan Sekretaris Eksekutifnya Drs. Lazarus Y. Anin ( ), Robertus Kompisasi, BA ( ), Herman Abatan ( ). Dan Komisi Aksi Kemasyara-katan (KAK) dengan Sekretaris Eksekutifnya Rofinus Boimau, BA ( ); Drs. Stefanus Nahak ( ); Yosef M.L. Hello ( ); Rm. Yanuarius Seran, Pr ( ); dan Gregorius Am isa ( ). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

71 Pada masa kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku (2007) semua panitia ditingkatkan statusnya menjadi komisi. Sedangkan ketiga komisi besar itu menjadi bidang pastoral sehingga dikenal Bidang Pembinaan Iman, Bidang Pendidikan Umat dan Bidang Aksi Kemasyarakatan. Setiap komisi memiliki struktur kepengurusan sendiri-sendiri yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris. Ketua Komisi bisa seorang imam atau awam yang berada di luar Kantor Puspas. Sedangkan sekretaris komisi merupakan pelaksana tugas administratif seharihari, bisa seorang imam, atau suster atau awam, yang seharihari berkantor di Puspas Keuskupan Atambua, Jalan Nela Raya, No. 15 Lalian Tolu, Atambua. Berikut uraian selengkapnya mengenai Komisi-komisi pastoral itu. 2.1 Bidang Pembinaan Iman (BPI) Komisi Liturgi Komisi Liturgi Keuskupan Atambua mempunyai tugas pokok membantu Bapak Uskup dalam memajukan dan mengembangkan Liturgi Gereja di seluruh wilayah Keuskupan, dengan penjabaran tugas melakukan animasi, motivasi dan koordinasi kegiatan Liturgi; melakukan kaderisasi dan pendidikan Liturgi; membuat perencanaan, pelaksanaan, mo-nitoring dan evaluasi kegiatan Liturgi serta melakukan pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga mitra, instansi dan komisi terkait lainnya. Komisi Liturgi Keuskupan Atambua memiliki kegiatankegiatan pokok yang dilaksanakan bagi para agen pastoral demi terwujudnya pelaksanaan kegiatan liturgi yang baik dan benar, seperti Kursus Dasar Liturgi bagi para Agen Pastoral; Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 53

72 Katekese Bulan Liturgi Nasional dan Perayaan Bersama Bulan Liturgi Nasional, Seni Merayakan Ekaristi (Ars Selebrandi Eucharistia) bagi para Imam; Latihan Teknik Vocal dan Dirigen yang ditangani oleh Seksi Musik Liturgi di setiap Paroki dan Dekenat; Latihan Memimpin Doa dan Ibadat di lingkungan bagi para TPL dan TPK; pelatihan bagi para Lektor, Misdinar, pemimpin Ibadat Sabda tanpa Imam; Katekese Krisma bagi para Calon Penerima Sakramen Krisma; Persiapan Petugas Liturgi Tahbisan Kapela dan Gereja, dan Persiapan Petugas Liturgi Tahbisan Imam Baru. Kepengurusan Komisi Liturgi KA Sebelum menjadi Komisi, dikenal dengan nama Panitia. Untuk melaksanakan karya pastoral Komisi Liturgi di Keuskupan Atambua, maka Bapak Uskup mengangkat beberapa orang untuk menangani jalannya kegiatan Komisi tersebut. Mereka yang pernah menjabat sebagai Ketua dan Sekretaris Komisi Liturgi sejak kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD hingga Mgr. Dr. Dominikus Saku, adalah: Rm. Barnabas Natun, Pr (Ketua) dan Bapak Karlus Tae, BA (Sekretaris) tahun P. Tibur Denggor SVD (Ketua) dan Bapak Karlus Tae, BA (Sekretaris) tahun Rm. Gerardus Salu, Pr (Ketua) dan Bapak Yosef M.L. Hello (Sekretaris) tahun Rm. Gerardus Salu, Pr (Ketua) dan Rm. Emanuel Kiik Mau, Pr (Sekretaris), tahun Rm. Philipus Benitus Metom, Pr (Ketua) dan Rm. Eman Kiik Mau, Pr (Sekretaris) tahun Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

73 Sedangkan mereka yang pernah menangani Seksi Musik Liturgi di Keuskupan Atambua adalah P. Yuvens Sebatu, SVD (ex); Bapak Cornelis Baria; Rm. Dominikus Saku, Pr (sekarang uskup); Bapak Abraham Taek; Bapak Alo Neno ( ); Ibu Agnes F. Assy ( ); Bapak Theodorus Kiik dan Bapak Kanisius Teti. Para ketua dan sekretaris Komisi Liturgi di Keuskupan Atambua mempunyai kewajiban untuk memajukan kegiatan liturgis di bawah bimbingan Uskup.***Rm. Benso Metom, Pr & Rm. Eman Kiik Mau, Pr Komisi Kateketik Komisi Kateketik Keuskupan Atambua merupakan salah satu perangkat pastoral yang berperan sangat strategis bagi pertumbuhan dan perkembangan iman umat. Dalam sejarah Gereja di Timor, perannya mula-mula berwujud pelajaran doa dan kerygma bagi para calon baptis dan juga bagi umat beriman dalam rangka perayaan sakramen-sakramen. Pelajaran doa dan kerygma biasanya dijalankan oleh para pastor dan para guru agama kampung. Dalam perkembangan Gereja selanjutnya disadari bahwa perkembangan masyarakat semakin maju, dan seriring dengan itu dibutuhkan pelayanan katekese yang lebih luas dan mendalam baik yang menyangkut aspek pengetahuan iman maupun aspek pendalaman dan penghayatannya dalam hidup. Untuk menjawab tuntutan itu, Gereja mengambil langkah kaderisasi tenaga pewarta Injil dan pembina katekese yang lebih kompeten. Selain itu struktur organisasi pastoral pun diperbaharui sesuai perkembangan zaman. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 55

74 Guru Agama zaman misionaris awal Gereja Katolik di Timor tak dapat dipikirkan keberadaannya dan pula perkembangannya seperti sekarang ini tanpa melihat peran para Guru Agama Kampung di waktu silam. Mereka itu dipilih dan diutus oleh para imam misionaris yang datang dari Eropa. Mereka mengajarkan doa-doa resmi Gereja dan mengajarkan agama kepada umat di kampung-kampung, maka mereka disebut sebagai Guru Agama Kampung. Mereka juga mendampingi pastor saat melakukan patroli pastoral dari satu kampung ke kampung yang lain. Selain mengajarkan doa dan agama kepada umat, mereka juga berperan sebagai guru bahasa daerah bagi pastor, misalnya melatih pastor berbahasa daerah setempat (Tetun, Bunaq, Kemak dan Dawan). Guru Agama Akademis Awal tahun 1970 Uskup Atambua, Mgr. Theodorus Sulama, SVD, secara bertahap mulai mengadakan kaderisasi tenaga professional di bidang Kateketik. Anak-anak muda yang ber-minat menjadi katekis dikirim dan dibiayai oleh Keuskupan untuk studi ilmu Kateketik pada Akademi Pendidikan Katekis (APK) Ruteng, Akademi Kateketik Indonesia (AKI) Madiun, Institut Pastoral Indonesia (IPI) di Malang dan Sekolah Tinggi Kateketik (STKat) Yogyakarta. Para tamatan dari lembaga-lembaga pendidikan akademis itu memiliki keahlian dan keterampilan sebagai Guru Agama Katolik. Mereka profes-sional di bidang Pastoral dan lebih khusus di bidang Katekese. Mereka menyandang gelar Bachelor of Arts (BA) Pendidikan Guru Agama (Katekis). Barisan katekis terdahulu yang pernah mengenyam pendidikan dari lembaga-lembaga pendidikan akademis tersebut, tercatat antara lain: Yohanes Tabesi, Bernadus Bau Biote, Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

75 Anton Bele, Dominikus Kahlasi, Alfons Boik, Gaspar Lay, Petrus Nahak, Romanus Hale, Marsel Saka, Blasius Malafu, Paulus Sako Tanouf, Lazarus Y. Anin, Alex Tae, Paulinus Kause, Hubertus Riberu, Petrus Kusi, Mikhael de Rosari, Dasius Lelan Feka, Aloysius Lelo, Blasius Manek, Lusianus Talae, Leonardus Bauk, Fidelis Bau, Romualdus Pareira, Romo Wily Seran, Sr. Maria Pricilla, S.Sp.S, Nikodemus Seran, Kan-didus Seran, Sr. Rosa da Lima, SSpS, Mau Benediktus, Andreas Seran, Petrus Atok, Yosef Kapitan, Yohanes Nana Un, Fransis-kus Nahak, Alfons Klau, Gaspar Bana, Agatha Akoit, Anggelinus Seran, Robertus Kompisasi, Emanuel Tonbesi, Raymundus Berek, Blasius Seran, Nikolaus Tnano, Thomas Leltakaeb, Rofinus Boemau, Br. Clemens Balan, SVD, Sr. Fridolin Teme, SSpS, Lusianus Amaunut, Meliana Lebo, Maria Kunera Soi, Yosef M.L. Hello, Samuel Kehi, Herman Abatan, Valentina Bernadete Dalung, Yohanes Naikofi, Wilhem Bona, Desiderata Kedati, Fransiskus Neonbeni, Sr. Rosa da Lima Biabi, PRR, Marselinus Manek dan Gregorius Am isa. Kaderisasi Guru Agama berpendidikan formal Mgr. Theodorus Sulama, SVD dikenal sebagai Uskup penggagas lahirnya guru agama berpendidikan formal. Pada tahun 1970 beliau mendirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama Katolik (SPGAK) di Naisleu Kefamenanu. Sekolah tersebut dibuka karena tenaga guru tamatan Akademi Pen-didikan Katekis yang dikaderkannya sudah memenuhi syarat. Mereka yang direkrut menjadi tenaga pengajar perdana, antara lain Yohanes Tabesi, BA, Dominikus Kahlasi, BA, Alfons Boik, BA, Anton Bele, BA, kemudian menyusul lagi Alfons Bimanus, BA, Paulus Sako Tanouf, BA, dan Dasius Lelan Feka, BA. Seko-lah ini dalam perkembangannya diakui oleh pemerintah. Para tamatan diberikan ijazah pendidikan Guru Agama Katolik oleh Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 57

76 pemerintah Republik Indonesia. Dengan demikian para tamatan sekolah ini dapat diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan ditempatkan di sekolah-sekolah baik sekolah dasar mau-pun sekolah menengah pertama dengan tugas khusus sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Katolik. Atas kebijakan pemerintah, sejak tahun 1992, semua sekolah pendidikan Guru umum maupun guru agama ditutup. Komisi Kateketik dalam struktur organisasi Pastoral Keuskupan Atambua Memasuki tahun 1979 struktur organisasi pastoral dalam Keuskupan Atambua mulai ditata kembali sesuai perkem-bangan Gereja se-dunia, se-indonesia dan secara khusus sesuai kondisi kehidupan umat dan dinamika pelayanan pas-toral umat setempat. Perangkat atau struktur pastoral dibentuk mulai dari tingkat Keuskupan sampai ke tingkat umat akar rumput. Secara hirarkhi pastoral dikenal Dewan Pastoral Keuskupan (DPK), Dewan Pastoral Dekenat (DPD), Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki (DPP/DKP), Tim Pastoral Ling-kungan (TPL) dan Tim Pastoral Komunitas Umat Basis (KUB). Dewan Keuangan Paroki, dulu dikenal dengan nama Majelis Gereja. Hanya nama saja yang berubah, sedangkan fungsi dan peran yag dijalankan oleh DKP sama persis dengan fungsi dan peran Majelis Gereja. Sejak terbentuknya panitia kateketik yang kemudian berganti nama menjadi Komisi Kateketik terdapat sederetan nama orang yang pernah menjadi ketua dan sekretaris dalam kurun waktu tertentu. Barisan nama orang-orang yang pernah menjabat sebagai ketua adalah Rm. Domi Metak, Pr ( ); Drs. Paulus Sako Tanouf ( ); Pius Seran B, SAg. ( ); Drs. Nikolaus Tnano, MA (2013-sekarang). Sedangkan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

77 barisan nama para sekretaris adalah Drs. Anton Bele ( ); Carolus Tae, BA ( ); Drs. Nikolaus Tnano ( ); Yosef M.L. Hello, SPd, MHum. ( ); Drs. Nikolaus Tnano,MA ( ); Gregorius Am isa, SPd (2013 sekarang). Mereka pernah menjadi pengendali dan pelaksana karya kate-kese sesuai tugas pokok dan fungsi panitia/komisi kateketik. Peranan Komisi Kateketik dalam karya Gereja Internasional, Nasional, Regio dan Keuskupan Penting untuk dicatat bahwa Komkat Keuskupan Atambua juga ikut berpartisipasi dalam karya katekese di tingkat Internasional, seperti: Mempublikasikan dan menyiarkan karya katekese dan pastoral di Keuskupan Atambua ke seluruh dunia melalui Kantor Berita Katolik Asia yang dikenal dengan nama Union of Catholic Asian News (UCAN) dan majalah Asia Focus yang berkantor pusat di Hong Kong. Dua insan katekis yang pernah menjadi reporter dan diberi kartu wartawan UCAN adalah Dr. Anton Bele, MSi, dan Drs. Nikolaus Tnano, MA. Kedua katekis ini sangat aktif dalam dunia kerasulan pers, termasuk setia menjalankan tugastugas sebagai reporter UCAN dan wartawan Asia Focus. Menghadiri Pertemuan FABC di Kinabalu - Malaysia pada tahun Masalah pastoral yang dibahas dalam pertemuan adalah partisipasi awam Katolik dalam tata dunia. Utusan dari Keuskupan Atambua adalah Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, Rm. Alex Seran, Pr, MA (Ahli Antropologi) mewakili panitia kerasulan awam dan Dr. Anton Bele, MSi, (Ahli Katekese) mewakili panitia kateketik. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 59

78 Partisipasi Komisi Kateketik KA di Tingkat Nasional Karya penulisan buku dan artikel ilmiah populer Komkat KA termasuk aktif memberikan andilnya bagi karya katekese di tingkat nasional. Sumbangan yang amat berharga bagi umat Katolik di Indonesia antara lain, menulis buku katekese tentang Hari-hari Raya Nasional, buku-buku Pelajaran Agama Katolik untuk SMA dan untuk SD se-indo-nesia. Sekretaris Panitia Kateketik Keuskupan Atambua, Drs. Anton Bele menjadi anggota Tim Penulis Buku Pelajaran Agama Katolik Yesus Teladanku untuk SMA menurut Kuri-kulum 1984 dan menjadi anggota Tim Penulis Buku Pela-jaran Agama Katolik Menjadi Murid Kristus untuk Sekolah Dasar menurut Kurikulum Berbasis Komptensi Selain terlibat dalam penulisan buku, komisi ini banyak menyum-bang tulisan artikel yang berkaitan dengan katekese yang dipublikasikan pada majalah-majalah yang bertaraf nasional seperti Majalah Ekawarta, Mingguan Hidup, Umat Baru, BUSOS dan Seri Pastoral. Para penulis artikel adalah Dr. Anton Bele, Drs. Nikolaus Tnano, MA, dan Yosef M.L. Hello, SPd, MHum. Ketiga orang penulis tersebut pernah menduduki jabatan sekretaris Komisi Kateketik Keuskupan Atambua. Partisipasi dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se- In-donesia (PKKI) PKKI I di Wisma Syalom Sindanglaya-Jawa Barat, 29 Juni 5 Juli Dari Keuskupan Atambua hadir Rm. Domi Metak, Pr. Temanya adalah Mencari Arah Katekese dalam Gereja yang berkembang di Indonesia. PKKI II berlangsung di Wisma Samadi Klender - Jakarta Timur, 29 Juni 5 Juli Utusan Komkat Keuskupan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

79 Atambua yang hadir adalah Drs. Anton Bele. Temanya: Merumuskan Arti dan Makna Katekese Umat. PKKI III diadakan di Pacet Jawa Timur, 29 Januari 5 Februari 1984, dengan tema: Pembinaan Pembina Katekese Umat. Utusan dari Keuskupan Atambua adalah Drs. Anton Bele. PKKI IV berlangsung di Denpasar Bali, Oktober 1988 dengan tema: Iman yang terlibat dalam masyarakat. Utusan dari Komkat Keuskupan Atambua adalah Drs. Anton Bele dan Drs. Paulus Sako Tanouf. PKKI V berlangsung di Wisma Caringin Bogor, September 1992 dengan tema: Membina Iman yang terlibat dalam masyarakat. Hadir sebagai utusan Komkat Keuskupan Atambua, Drs. Anton Bele dan Drs. Paulus Sako Tanouf. PKKI VI berlangsung di Wisma Samadi Klender Jakarta Timur, 1-10 Agustus 1996 dengan tema: Menggalakkan Karya Katekese di Indonesia. Utusan dari Komkat KA adalah Drs. Paulus Sako Tanouf dan Drs. Nikolaus Tnano. PKKI VII diadakan di Wisma Sawiran Malang, Juni 2000 dengan tema: Katekese Umat dan Komunitas Basis Gerejawi. Hadir sebagai utusan Komkat Keuskupan Atambua pada PKKI VII ini adalah Drs. Paulus Sako, Pr dan Carolus Tae, BA. PKKI VIII diselenggarakan di Wisma Misericordia Malang, Pebruari 2004 dengan tema: Katekese Umat menunjang KBG yang berdimensi Kemasyarakatan. Hadir sebagai utusan Komkat Keuskupan Atambua, Drs. Paulus Sako Tanouf dan Carolus Tae, BA. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 61

80 PKKI IX diselenggarakan di Tomohon Manado, Juni 2008 dengan tema: Katekese Umat dalam Masyarakat yang tertekan. Utusan komisi Katekeketik Keuskupan Atambua adalah Drs. Paulus Sako Tanouf dan Yosef M.L. Hello, SPd., MHum. PKKI X dilaksanakan di Wisma Shalom- Bandung, 10 16September 2012, dengan tema Katekese Era Digital. Utusan Komkat Keuskupan Atambua adalah Pius Seran B, S. Ag., dan Drs. Nikolaus Tnano, MA. Peranan Komkat KA di Tingkat Regio Nusa Tenggara Sudah menjadi lazim pertemuan tahunan Komisi Kateketik (Komkat) Keuskupan-keuskupan se-regio Nusa Tenggara sejak tahun Dalam sejarah tercatat Komkat Keuskupan se-regio Nusra yang paling pertama merintis perte-muan regio di Indonesia yang kemudian diikuti oleh regio-regio lain dan pula oleh komisi-komisi pastoral lainnya. Ada 8 Komkat yang terhimpun dalam regio Nusa Tenggara yakni Komkat Keuskupan Denpasar, Ruteng, Ende, Maumere, Larantuka, Kupang, Atambua dan Weetabula. Komisi Kateketik Keuskupan Atambua termasuk komisi yang aktif mengikuti pertemuan komkat tingkat regio dan menyumbangkan pengalaman karya katekesenya sekaligus belajar dari pengalaman karya katekese di keuskupankeuskupan lain. Selain itu terlibat pula dalam berbagai kegiatan lokakarya, pendidikan dan pelatihan katekese tingkat regio. Hasil-hasil pertemuan komkat se-regio telah dijadikan oleh Komkat Keuskupan Atambua sebagai sumber inspirasi dalam membuat atau menciptakan bahan-bahan katekese bagi umat. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

81 Dapur Katekese Tugas dan fungsi Komkat sebagai dapur katekese di tingkat keuskupan adalah mengolah dan menyediakan bahanbahan pembinaan iman yang dibutuhkan umat. Banyak bahan telah dihasilkan dan dimanfaatkan oleh umat di paroki-paroki, seperti : Bahan katekese bagi anak-anak; Katekese bagi remaja dan muda-mudi; Katekese bagi orang dewasa; Katekese bagi tokoh umat 3-BER; Katekese bagi tokoh-tokoh adat; Katekese persiapan Permandian; Katekese bagi calon komuni pertama; Katekese bagi calon penerima Krisma; Katekese bagi calon pasangan suami-istri; dan Katekese bagi kelompok tani. Selain itu, Komkat juga menyusun bahan katekese umat berdasarkan masa liturgis Gereja seperti Katekese Masa Adventus, dengan tema-tema: Yesus Lahir Di Tanahku (1991); Evagelisasi baru dalam keluarga (1993); Disiplin Keluarga Kristiani (1994); Menanti Tuhan Dalam Persaudaraan Kristiani (1995); Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu : Ekaristi dan Kebebasan (1996); Tobat untuk hidup baru (1999); Natal dan Perdamaian dalam terang Yubilium Agung (2000); Kelompok Umat Basis: Membawa Damai di Tengah Konflik (2001); Katekese tentang pelayanan kasih bagi penderita paru (2003); Komunitas Umat Basis, Berjuang Bersama Mening-katkan Mutu Hidup Umat Lewat Pengembangan Sosial Ekonomi (2004); Komunitas Umat Basis: Menata diri sebagai kelompok kehidupan (2005); Membangun Keluarga Kristiani Yang Bebas Dari Kekerasan (2006); Menuju KUB Mandiri Pangan (2009); Menjadi Kabar Gembira Bagi Sesama Manusia (2010); Kita Dipanggil Untuk Menjadi Rekan Kerja Allah (2011); Dunia Orang Muda Penuh Pesona dan Harapan (2012); Menanamkan Kesadaran Gender Dalam Keluarga Dengan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 63

82 Semangat Kasih (2013); Peristiwa Malam Kudus Sumber Ibadah Umat Beriman (2014). Pastoral Integral: Kerja sama Lintas Komisi Komkat bersama komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Atambua mengolah dan mengadakan bahanbahan katekese umat untuk kegiatan pendalaman iman umat dalam masa prapaskah atau masa Aksi Puasa Pembangunan (APP). Bahan katekese yang dihasilkan bersama antara lain: Mandiri secara kristiani dalam kelompok kerja (1993); Menjadi manusia baru dalam Kristus (1997); Membangun persekutuan hidup kristiani dalam Roh Kudus (1998); Berjuang bersama Allah membangun persekutuan umat (1999); Pemberdayaan umat dalam dan melalui kelompok kerja (2000); Kelompok Umat Basis: Memulihkan citra Allah yang telah dirusak (2002); Toleransi: Bertumbuh bersama dalam kasih persaudaraan (2003); KUB: Berjuang menyukseskan PEMILU dalam Paskah dalam kasih persaudaraan (2004); Komunitas Umat Basis: Membangun budaya bebas Korupsi (2006); Komunitas Umat Basis: Menata kesejatian hidup dalam hubungan sosial (2007); Umat Keuskupan Atambua: menata kesejatian hidup dalam hubungan antar umat beriman (2009); Pemberdayaan kesejatian dalam hidup keluarga (2010); Panggilan hidup dan tanggungjawab (2012); Belajar sepanjang hidup (2014) dan Gerakan pola hidup sehat dan berkecukupan (2015). Komkat juga selalu bekerja sama dengan Komisi Kitab Suci Keukupan Atambua mengolah dan menyediakan katekese umat untuk Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap tahun dengan tema-tema yang ditentukan oleh Komisi Kitab Suci. Selain itu Komkat juga bekerja sama dengan Komisi Kerasulan Awam dalam pengadaan bahan katekese berdasarkan peris- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

83 tiwa kehidupan berbangsa, seperti KUB: Berjuang menyukseskan PEMILU dan Paska dalam kasih persaudaraan (2004) dan Partisipasi umat Katolik dalam Pilpres (2013). Narasumber dan Fasilitator Katekese Umat Komkat dalam kegiatan pelayanan pastoral ke Dekenat dan Paroki-paroki dalam wilayah Keuskupan Atambua men-jalankan tugas nara-sumber dan fasilitator. Terbentuk tim fasilitator di tingkat Keuskupan. Orang-orang yang pernah menjadi tim fasilitator keuskupan adalah Dr. Anton Bele, M.Si., Drs. Lazarus Anin, MHum., Drs. Nikolaus Tnano, MA., Sr. Flo-rentina Seran, SSpS., Sr. Maria Pricilla, S.Sp.S., Karolus Tae BA, Yudith Salassa, SAg., Theresia Noeman, SAg., Petrus Nahak, BA, Lusianus Talae, BA, Yosef M.L. Hello, SPd, MHum., Herman Abatan, SPd., MA., Gregorius Am isa, SPd., Maria Kunera Soi, SAg, Meliana Bubu Lebo, SAg, Sr.M. Klarentin, FSGM. Tim ini selalu berjalan keliling untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para fasilitator katekese di dekenat dan paroki. Administrasi Perkantoran Komkat selain menangani kegiatan pengadaan bahan katekese dan kegiatan pembinaan di lapangan pastoral, juga sehari-hari berada di kantor untuk urusan administrasi perkantoran. Umumnya urusan perkantoran ditangani langsung oleh sekretaris komisi. Orang-orang yang pernah menjadi sekretaris eksekutif adalah Dr. Anton Bele, MSi., Drs. Nikolaus Tnano, MA., Karolus Tae, BA, Yosef M. L. Hello, SPd., MHum., Gregorius Am isa, SPd., dan Sr. M. Klarentin, FSGM. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 65

84 Partisipasi Komkat dengan komisi-komisi pastoral lainnya Komkat selalu bekerja sama dengan komisi lain yakni Komisi Kitab Suci, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), Komisi Keluarga, Komisi Pendidikan, Komisi Liturgi, Komisi Teologi, Komisi Kepemudaan, Komisi Kerasulan Awam dan komisi lainnya dalam hal penyediaan bahan pembinaan dan turut serta dalam tim fasilitator kegiatan komisi. Partisipasi Komkat di Tingkat Dekenat dan Paroki Komkat umumnya memberikan kontribusi kepada semua dekenat dan paroki dalam bentuk ketersediaan bahan katekese, kesiapan tim narasumber dan fasilitator pada pen-didikan dan pelatihan tim fasilitator dekenat dan paroki sesuai kalender kerja Keuskupan. Kegiatan kaderisasi tim fasilitator dibuat secara berjenjang: tingkat keuskupan, tingkat dekenat dan tingkat paroki sesuai program dan kalender kerja dekenat dan paroki. *** Drs. Tnano Nikolaus, MA Komisi Kitab Suci Komisi Kitab Suci Keuskupan Atambua pada awalnya didirikan sebagai sebuah panitia untuk menjalankan reksa pastoral Keuskupan Atambua khususnya di bidang kerasulan Kitab Suci. Tahun 1990 Uskup Atambua mengeluarkan surat keputusan (SK) nomor 17/90 tentang Dewan Pastoral Keuskupan Atambua. Dalam Surat keputusan itu Uskup Atambua mengangkat Sr. Paulana Deeken, SSpS sebagai Ketua Panitia Kerasulan Kitab Suci dan Drs.Nikolaus Tnano sebagai sekretaris untuk masa bakti tiga tahun Pada tahun 1991 ketika Sr. Paulana Deeken, SSpS mengikuti kursus Kitab Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

85 Suci di Nemi-Roma, Drs. Nikolaus Tnano merangkap tugas sebagai ketua sekaligus sekretaris. Tahun 1992 sekembalinya Sr. Paulana Deeken, SSpS dari Nemi, beliau melanjutkan tugasnya sebagai ketua panitia kerasulan Kitab Suci hingga tahun Pada masa ini model kerasulan Kitab Suci yang digelar dan dikembangkan adalah menyediakan bahan kate-kese Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) untuk semua Paroki dan bekerja sama dengan panitia lain dalam menjalankan reksa pastoral Kitab Suci. Tahun Panitia Kerasulan Kitab Suci beralih dari Sr. Paulina, SSpS kepada Pater Alex Magu, SVD, sebagai ketua dan bapak Nikolaus Tnano tetap sebagai sekretaris. Karya kerasulan Kitab Suci yang dijalankan dan dikembang-kan pada masa ini adalah selain menyediakan bahan katekese BKSN untuk semua Paroki, juga menyelenggarakan Kursus Dasar (kurdas) dan Kursus Lanjutan (kurlan) Kitab Suci bagi Paroki- Paroki se-keuskupan Atambua serta memperkenalkan konsep evangelisasi baru kepada umat pencinta Kitab Suci. Konsep evangelisasi baru sangat populer pada masa ini. Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Kitab Suci baru mulai digelar dan menjadi warna khas masa ini. Selama enam tahun berkarya, Pater Alex Magu, SVD selalu berjalan dari Paroki ke Paroki untuk mengajarkan pengetahuan dasar Kitab Suci dan melatih umat untuk membaca dan membagi pengalaman tentang Kitab Suci atau Sharing Kitab Suci. Pada tahun 1997 bapak Drs. Nikolaus Tnano mendapat tugas baru sebagai Sekretaris Umum Puspas, maka bapak Carolus Tae, BA menggantikannya sebagai sekretaris Panitia Kerasulan Kitab Suci. Karya Pater Alex Magu, SVD di bidang kerasulan Kitab Suci berakhir pada tahun Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 67

86 Kerasulan Kitab Suci merupakan kegiatan penting yang mesti terus digiatkan dari waktu ke waktu demi pertumbuhan dan perkembangan iman umat. Maka pada tahun 1999, karya kerasulan Kitab Suci beralih ke tangan Romo Siprianus Benu, Pr dan bapak Carolus Tae, BA tetap sebagai sekretaris. Romo Siprianus Benu, Pr diangkat dengan SK Uskup Atambua No. 629/99. Beliau menjalankan tugas sebagai ketua panitia kerasulan Kitab Suci hanya dua tahun ( ) karena harus segera beralih tugas menjadi ketua panitia Pastoral Keluarga demi perkembangan dan kelancaran pelayanan pastoral keluarga. Model kerasulan Kitab Suci yang digiatkan pada masa yang singkat ini ialah melanjutkan kursus dasar dan kursus lanjutan Kitab Suci bagi semua Paroki dalam wilayah Keuskupan Atambua dan menyediakan bahan kate-kese BKSN bagi semua Paroki. Romo Siprianus Benu, Pr juga berjalan dari Paroki ke Paroki untuk mengajarkan pengeta-huan dasar Kitab Suci kepada umat dan Paroki terakhir yang sempat dikunjunginya adalah Paroki Manamas. Setelah Romo Siprianus Benu, Pr beralih tugas ke panitia Kerasulan Keluarga, karya Kerasulan Kitab Suci dilanjutkan oleh Romo Herminus Bere, Pr sebagai ketua, Pater Simon Bata, SVD sebagai wakil dan bapak Carolus Tae, BA tetap sebagai sekretaris. Romo Herminus Bere, Pr berkarya cukup lama di bidang Kerasulan Kitab Suci, tahun Selama hampir delapan tahun berkarya, pastoral Kitab Suci yang digiat-kan adalah menyediakan bahan katekese BKSN bagi Paroki-Paroki, menghadiri pertemuan Kitab Suci di tingkat Nasional dan Regio Nusra, melanjutkan kursus dasar dan kursus lanjutan Kitab Suci di Paroki-Paroki dan Sekolah-Sekolah. Dengan selesainya MUSPAS VI tahun 2008 dimulailah babak baru dalam karya pastoral Keuskupan Atambua. Panitia Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

87 Kerasulan Kitab Suci ditingkatkan menjadi Komisi Kitab Suci yang diketuai oleh Romo Leonardus Nahas, Pr, dan Katekis Drs. Nikolaus Tnano, MA sebagai sekretarisnya. Rm. Leonardus Nahas, Pr berkarya di Komisi Kerasulan Kitab Suci tahun Januari Karya kerasulan Kitab Suci yang digelar pada masa ini adalah melanjutkan apa yang sudah dirintis dan dimulai oleh para pendahulu yakni menyusun bahan katekese BKSN setiap tahun, menghadiri pertemuan Kitab Suci di tingkat Nasional dan Regio Nusra, menyelenggarakan kursus dasar dan kursus lanjutan Kitab Suci bagi semua Paroki sambil menjawab program-program Dekenat dan Paroki yang membutuhkan pendampingan Kitab Suci. Memasuki bulan Januari tahun 2014 tugas kerasulan Kitab Suci di Keuskupan Atambua beralih dari Rm. Leonardus Nahas, Pr kepada Rm. Yohanes Elfridus Pilis, Pr Lic.Theo. Bibl. sebagai ketua dan Rm. Bernardus Bria Seran, Pr sebagai sekretaris sesuai Surat Keputusan Uskup Atambua, No. 07/2014 tentang Dewan Pastoral Keuskupan Atambua. Kerasulan Kitab Suci pada masa ini menggelar kegiatan-kegiatan rutin seperti menghadiri pertemuan Delegatus Kitab Suci Regio Nusra setiap tahun, mengadakan lokakarya penyusunan bahan katekese BKSN dan mengadakan animasi bahan katekese BKSN kepada semua pastor Paroki. Sedangkan kegiatan relevan yang dijalankan seperti membentuk dan mendam-pingi kelompok Kitab Suci di setiap Dekenat. Kegiatan-kegiatan Kerasulan Kitab Suci yang dijalankan sejak Komisi Kitab Suci terbentuk adalah: Menyediakan bahan katekese Bulan Kitab Suci Nasional bagi umat dengan kategori Anak-anak (AA), Remaja dan Muda-Muda (MM), dan Orang Dewasa (OD). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 69

88 Menyelenggarakan Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan Kitab Suci di Paroki-paroki. Menghadiri pertemuan Lembaga Biblika Indonesia di tingkat Nasional Mengikuti pertemuan Delegatus Kitab Suci di tingkat Regio Nusra setiap tahun. Mengadakanlokakarya penyusunan bahan katekese BKSN di tingkat Keuskupan. Mengadakan animasi bahan BKSN kepada para Pastor dan pegiat Kitab Suci. Bekerja sama dengan Komisi Teologi dan Sentrum Kitab Suci SVD Timor menyelenggarakan Kursus Teologi dan Kitab Suci bagi para katekis se-keuskupan Atambua. Tema-tema BKSN yang digumuli sebagai bahan pendalaman iman selama Bulan Kitab Suci Nasional pada setiap bulan September sejak Komisi Kitab Suci terbentuk adalahaku ada di tengah-tengah kamu dalam kerja dan doa (1987); Perkataan Tuhan memberi hidup sejati (1988); Kamu akan menjadi saksi-ku (1989); Meneladan Paulus Rasul bangsa-bangsa (1990); Hidup Yang lebih Bermutu Berdasarkan Sabda Tuhan (1991); Menuju hidup yang lebih bermutu dalam ke-kuatan Roh Kudus (1992); Evangelisasi Baru dan Pengem-bangan Kelompok Kerja(1993); Evangelisasi: Mengakarkan nilai-nilai Kitab Suci dalam Keluarga (1994); Berjuang Ber-sama Allah Menuju Kemerdekaan, Menurut Injil Lukas (1996); Menjadi Saksi Kasih Setia Allah (1997); Kisah Yunus-Kisah kita; Arus balik menuju Masyarakat Allah (1998); Jalan Menuju Pembaharuan dan Rekonsiliasi (1999); Yubileum: Tahun Pem-bebasan dan Tahun Rahmat Tuhan (2000); Menuju Kelompok Umat Basis yang Terbuka dalam terang Injil Matius (2002); Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

89 Menuju Ketahanan Kelompok Umat Basis dalam terang Injil Yohanes (2003); Ketahanan Umat Basis di tengah himpitan tantangan hidup dalam terang kitab Tobit (2004); Memperjuangkan Persaudaraan dalam terang Peziarahan Yusuf (2005); Hentikan Kekerasan Kalahkan kejahatan dengan kasih dan pengampunan (2006); Abraham Berkat Bagi Segala Bangsa, Uskup Berkat Bagi Gereja (2007); Paulus: Rasul Yesus Kristus (2008); Yakub: Pergumulannya dengan Allah dan Manusia (2009); Memperkenalkan Kitab Suci Kepada Anak-anak Sejak Dini (2010); Mendengarkan Tuhan Bercerita (2011); Menyaksikan Mukjizat Allah (2012); Keluarga yang Beriman; berakar pada Sabda Allah dan Bersekutu dalam Sabda (2013); Keluarga yang beribadah dalam Sabda (2014); Keluarga Kristiani yang Melayani seturut Sabda Allah (2015). ***Rm. Bernardus Bria Seran, Pr Komisi Karya Misioner Sejak menerima jabatan sebagai Uskup Atambua pada 9 Mei 1984, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, selalu melaksanakan kegiatan pastoral sesuai kalender kerja yang diprogramkan. Dalam menjalankan tugas pastoralnya, Uskup tidak bekerja sendirian, melainkan memercayakan dan melibatkan para imam, suster dan awam untuk melancarkan berbagai tugas pastoral. Komisi Karya Misioner sebagai perangkat pastoral di Keuskupan Atambua memegang peranan yang penting dalam pengembangan karya pastoral. Pada periode semua komisi pastoral dikenal dengan nama panitia. Panitia-panitia pastoral itu dikelompokkan dalam tiga komisi besar yaitu Komisi Pembinaan Iman, Komisi Pendidikan Umat dan Komisi Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 71

90 Aksi Kemasyarakatan. Panitia Karya Misisoner di bawah koordinasi Komisi Pendidikan Umat (KPU). KPU membawahi beberapa panitia yakni Panitia MPK (Majelis Pendidikan Katolik), Panitia Kerawamdan Panitia Karya Misioner. Karyakarya yang dijalankan oleh Panitia Karya Misioner pada masa itu berupa dialog para tokoh adat se-dekenat Malaka tentang penggalian nilai-nilai budaya Wesei-Wehali; merintis dialog dengan agama asli guna menemukan nilai-nilai universal yang bersifat kristiani, seperti upacara syukur atas hasil panen; menjalin kerjasama dengan Panitia KKI dan Panggilan untuk menanamkan semangat misioner kepada umat melalui Kerasulan Doa, Perayaan Minggu Misi, Perayaan Minggu Panggilan; Dialog Rumah Adat; Retret 3 Ber (Ber-Pendidikan, Ber-Kedudukan dan Ber-Pengaruh); dan Retret Guru Agama Stasi/Guru Agama Kampung. Selanjutnya dalam masa kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku, kegiatan-kegiatan pastoral mulai dijalankan secara lebih terencana, terprogram dan terfokus yang tertuang dalam hasil Musyawarah Pastoral Keuskupan Atambua. Tugas Komisi ini adalah Membantu Uskup dalam mengembangkan semangat misioner umat dengan meningkatkan penghayatan iman umat di Keuskupan Atambua, serta menyadarkan umat akan panggilannya untuk bermisi demi perluasan kerajaan Allah. Berdasarkan SK Uskup Atambua No.21/2009, P. Tibur Denggor, SVD diangkat sebagai Ketua Komisi Karya Misioner Keuskupan Atambua dan dibantu oleh Ibu Maria Kunera Soi sebagai sekretaris. Berhubung P. Tibur mengalami gangguan kesehatan yang serius dan untuk itu beliau harus dipindahkan ke Kupang untuk dekat Rumah Sakit maka selama hampir dua tahun komisi ini tidak memiliki ketua. Namun kegiatan pastoral selalu berjalan sebagaimana mestinya. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

91 Setelah MUSPAS VII tahun 2013 dan perubahan kepengu-rusan DPK maka posisi Pater Tibur diganti oleh P. Salvator Towary, SVD sebagai ketua Komisi Karya Misioner KA dan Ibu Maria Kunera Soi sebagai sekretaris. Petugaspetugas pasto-ral ini selain menjalankan tugas komisi, juga menjawabi kegiatan pastoral Dekenat, Paroki, dan kelompok-kelompok kategorial. Dalam menjalankan tugas pastoral, komisi men-jalin kerjasama dengan komisi komisi terkait untuk menyuk-seskan kegiatan pastoral, demi perkembangan iman umat dalam keuskupan ini. Kegiatan-kegiatan pastoral yang telah dijalankan Komisi Karya Misioner selama ini adalah Pembekalan Tim Pendam-ping Lingkungan dan KUB; Workshop Penghubung Karya Misioner Dekenat dan Seksi Karya Misioner Paroki; Pem-bekalan untuk kelompok- kelompok Kategorial; Animasi peng-hentian Kekerasan Dalam rumah Tangga bagi Legio Maria; Rekoleksi untuk DPP/DKP, TPL, KUB menjelang Paskah; Animasi Peran Orang Tua sebagai Pembina Iman Anak dalam Keluarga; Workshop Peranan Kaum Awam Dalam Karya Misi Gereja Menurut Ad Gentes; Pendataan kelompok- kelompok Kategorial; Pendampingan remaja Misioner SMP dan SMA; dan Pembekalan untuk OMK. Karya-karya misioner yang dijalan-kan ini dengan tujuan khasnya menjalankan perintah perutusan Kristus sendiri yakni mewartakan Injil dan mena-namkan Gereja di tengah umat dari bangsa bangsa, golongan-golongan dan tempat Gereja belum berakar atau yang belum beriman akan Kristus. Para Imam, Suster dan Awam yang pernah bertugas menangani kegiatan karya misioner Keuskupan Atambua adalah Rm. Bartholomeus Bere, Pr; Sr, Priscilla Balok, SSpS ( ); Sr. Rosa da Lima, PRR; Bapak Petrus Nahak, BA ( ); Bapak Carlus Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 73

92 Tae, BA dan Sr. Rosa da Lima, SSpS. *** P. Salvator Towary, SVD dan Maria K. Soi, SAg Komisi Seminari/Panggilan Seminari menjadi pusat dan dapur bagi pendidikan calon imam sebagaimana ditegaskan dalam Dekrit tentang Pembinaan Calon Imam, No. 5 bahwa Seminari adalah jantung keuskupan. Atas dasar itu, maka sejak 1984 Gereja Lokal Keuskupan Atambua mulai membentuk Komisi Seminari/ Panggilan bersama komisi-komisi lainnya. Sepanjang sejarah perjalanannya, Komisi Seminari/Panggilan Keuskupan Atambua diketuai oleh Praeses Seminari Lalian (ex officio) dari periode ke periode. Tugas utama komisi ini adalah berjuang untuk menumbuhkembangkan panggilan menjadi imam, biarawan dan biarawati di Keuskupan Atambua. Komisi Seminari dalam kerjasama dengan komisi-komisi terkait, tarekat-tarekat yang berkarya di Keuskupan Atambua, para pastor paroki dan seksi panggilan paroki, terus-menerus mendorong dan memberikan animasi bagi keluarga-keluarga Katolik untuk ikut melaksanakan misi pendidikan Gereja, Guru dan Bunda kita untuk menyediakan panggilan bagi pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Ketua dan Sekretaris Komisi Sebelum tahun 1986, Panitia Panggilan ditangani langsung oleh Sekretaris Uskup Atambua, P. Roger J. Riesse, SVD. Beliau sangat berjasa dalam karya panggilan pada masa-masa awal. Banyak umat Keuskupan Atambua terpanggil menjadi imam, bruder dan suster berkat pendekatannya. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

93 Berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 301 Tahun 1986, Rm. Stefanus Boik, Pr diangkat sebagai Praeses dan Kepala Sekolah Seminari Lalian. Mulai saat itu, secara ex officio beliau menjadi Ketua Panitia Panggilan Keuskupan Atambua yang pertama dan sebagai sekretaris panitia diangkat bapak Carlus Tae, BA yang pada saat itu menjadi Sekretaris Komisi Pembinaan Iman (KPI) di kantor Puspas KA. Selanjutnya berdasarkan SK Uskup Atambua No. 405/ 1987 Rm. Emanuel Hane, Pr, menggantikan Rm. Stefanus Boik, Pr sebagai Praeses dan Kepala Sekolah Seminari/SMU Lalian sekaligus sebagai ketua panitia panggilan/seminari keuskupan. Sekretaris panitia tetap dijabat oleh Bapak Carolus Tae, BA. Rm. Emanuel Hane, Pr menjabat sebagai ketua hingga tahun Pada masa ini panggilan makin berkembang. Jumlah semanaris pun semakin banyak. Selanjutnya, Rm. Benyamin Seran, Pr menerima SK Uskup Atambua tertanggal 20 Juni 1994 sebagai Praeses Semi-nari dan Kepala Sekolah Seminari/SMU Lalian menggantikan Rm. Emanuel Hane Pr. Sekretaris Komisi tetap bapak Carolus Tae, BA. Estafet kepemimpinan di SMA Seminari Lalian ber-ganti terus. Setelah tujuh tahun menjadi preses Seminari dan Ketua Komisi Panggilan/seminari, Rm. Benyamin Seran, Pr digantikan oleh Rm. Rosindus Tae, Pr berdasarkan SK Uskup Atambua No. 338/2001 tertanggal 04 Juni Dengan demikian otomatis Ketua Komisi Seminari/Panggilan secara ex officio beralih kepada Rm. Rosindus, sedangkan sekretaris komisi beralih dari bapak Carolus Tae kepada bapak Yosef M.L. Hello, SPd. Selanjutnya berdasarkan SK. Uskup Atambua No. 21/2009, tertanggal 27 April 2009, tentang pengangkatan Rm. Yustus Ati Bere, Pr. sebagai Preses dan Kepala Sekolah Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 75

94 Seminari Lalian. Sebagai Sekretaris Komisi, Sr. Eligia, SSpS yang mengemban tugas hingga tahun Masa bakti Dewan Pastoral Keuskupan Atambua periode berakhir dengan dikeluarkan SK Uskup Atambua No. 07/2014 tentang pengangkatan Dewan Pastoral KA masa bakti Melalui SK Uskup itu mengangkat Rm. Yustus Ati Bere, Pr sebagai Ketua Komisi Seminari/Panggilan KA dan P. Andi Mello, SVD sebagai sekretaris komisi. Dalam per-jalanan waktu, P. Andi Mello, SVD mendapat tugas belajar di Yogyakarta, maka beliau digantikan oleh Sr. Klarentin, FSGM. Pada tahun ajaran 2014/2015 Uskup Atambua mengangkat Rm. Leonardus Edel Asuk, Pr sebagai Preses Seminari Lalian menggantikan Rm. Yustus Ati Bere Pr berdasarkan SK Uskup Atambua No. 166/2014, tertanggal 03 Juni 2014 tentang pengangkatan Preses dan Kepala Sekolah Seminari/SMU Lalian. Dengan demikian kepengurusan komisi Seminari/ panggilan KA kini ditangani oleh Rm. Leonardus Edel Asuk, Pr sebagai Ketua dan Sr. Klarentin, FSGM sebagai sekretaris. Karya-karya Komisi Seminari/Panggilan Sejak tahun 1985 hingga sekarang, kegiatan Komisi Seminari/panggilan terus berjalan, seperti melakukan Aksi Panggilan ke paroki-paroki pada hari Minggu Panggilan se- Dunia; Menggerakkan Aksi Derma pada hari Minggu Pang-gilan ke setiap paroki dan derma Minggu kelima untuk seminari; Live in dan aksi panggilan Imam, Suster, Frater dan Bruder ke dekenat-dekenat, paroki dan sekolah; Pembagian brosur & leaflet panggilan ke semua paroki; Mengirim buku panduan tridu um ke paroki-paroki, keluarga-keluarga calon imam dan biara-biara; Triduum untuk calon imam baru; Mengirim buku panduan triduum ke paroki-paroki, keluarga- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

95 keluarga calon imam dan biara-biara; Memberikan ijin kepada tarekat-tarekat yang akan mengadakan aksi panggilan di wilayah Keuskupan Atambua dan Mengadakan seminar pas-toral tupoksi ke dekenat-dekenat. Sejak kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku, tarekattarekat religius mulai mendapat perhatian khusus. Sejak tahun 2011 mulai diprogramkan pertemuan khusus para Pimpinan Tarekat bersama Bapak Uskup yang difasilitasi oleh Komisi Seminari/ Panggilan KA. Pada Mei 2015 Komisi ini berhasil meng-gelar sebuah pameran akbar hasilhasil karya tarekat religius yang diikuti oleh semua Tarekat Religius yang berkarya di Keuskupan Atambua di Emaus Pastoral Centre.*** Sr.Klarentin, FSGM Komisi Karya Kepausan Indonesia Karya Kepausan masuk di Indonesia setelah perang Dunia pertama pada tahun 1919, namun selama kurang lebih lima dasawarsa Karya Kepausan Indonesia tidak dapat berkembang dengan baik, karena saat itu sedang dalam masa penjajahan Belanda, yang kemudian dilanjutkan oleh penjajahan Jepang. Tahun 1970-an barulah dapat dikatakan Karya Kepausan Indonenesia mulai bangkit kembali dengan menggunakan nama Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia atau National Office of The Pontifical Mission Societies of Indonesia. Dalam sidang MAWI (sekarang KWI) pada 22 November - 4 Desember 1971, Karya Kepausan Indonesia resmi berdiri dan para Uskup Indonesia mengakui keberadaan Karya Kepausan yang meng-emban tugas untuk membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab Misioner di dalam hati umat Katolik Indonesia. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 77

96 Pada tahun 1980-an Karya Kepausan Indonesia mulai diperkenalkan di Keuskupan Atambua, awalnya dikenal dengan nama Serikat Kerasulan Doa. Direktur Nasional Kerasulan Doa pada waktu itu adalah Mgr. M. Coomans, MSF, sedangkan sebagai Direktur Keuskupan Atambua adalah Rm. Edmundus Nahak, Pr. Tidak mudah untuk memperkenalkan sebuah kerasulan yang masih baru, namun berkat kegigihan Rm. Edmundus Nahak bersama timnya Serikat Kerasulan Doa mulai dikenal di Keuskupan Atambua. Pada 11 September 1990, Rm. Edmundus Nahak menyerahkan tugas ini kepada P. Alex Magu, SVD sebagai Direktur Keuskupan dan sekretarisnya bapak Drs. Nikolaus Tnano. Pada masa ini KKI berperan untuk menyadarkan umat akan pentingnya Perayaan Iman (Liturgi dan Ekaristi); Pendalaman Iman (Katekese dan Sharing Kitab Suci) dan Perwujudan Iman berupa kesaksian iman melalui melaksanakantugas harian dengan baik, mempersembahkan kurban kecil-kecil untuk memperoleh rahmat bagi karya pengembangan iman dan memberikan derma untuk menunjang kegiatan misi sejagat. Untuk mempermudah dalam pengumpulan derma/aksi ini KKI Keuskupan menyiapkan kartu tiga warna yakni warna Kuning untuk anak-anak SEKAMI, warna Biru untuk Muda-Mudi, dan warna Merah untuk Keluarga-keluarga. Kartu ini diisi setiap bulan sesuai jumlah uang yang sudah disepakati bersama dan sukarela dari setiap keluarga. Uang derma yang sudah terkumpul, kemudian disetor ke Paroki dan diteruskan ke Keuskupan. Selanjutnya pada tahun 1993 P. Alex Magu, SVD menyerahkan KKI Keuskupan Atambua kepada Sr. Maria Priscilla, SSpS. Selama menjabat sebagai Direktris ( ), Suster Priscilla berjuang membangun kerjasama dengan berbagai Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

97 pihak seperti dengan Keuskupan Agung Kupang, sekolahsekolah dan komisi-komisi lainnya untuk mengadakan pelatihan dan pemberdayaan bagi para animator-animatris SEKAMI. Pada masa ini kegiatan lebih banyak diadakan di tingkat Keuskupan Atambua khususnya pada Hari Minggu Misi dan Bulan Kitab Suci Nasional, Natal, dan Paskah. Dengan sema-ngat misioner yang tak kunjung padam Suster Priscila bersama tim memperkenal KKI kepada umat khususnya untuk anak, remaja dan guru-guru Agama, sehingga KKI mulai dikenal. Di kalangan remaja Katolik dikenal SEKAR, Serikat Kerasulan Anak dan Remaja. Pada Juli 1994, Sr. Priscilla Balok, SSpS, mendapat tugas baru dari kongregasinya untuk menjadi misionaris ke Afrika Selatan, maka beliau diganti oleh Sr. Maria Rosa da Lima, PRR dan Sekretarisnya Carolus Tae, BA. Sr. Maria Rosa da Lima, PRR bertugas dari tahun 1995 hingga Pada masa itu, KKI mulai diperkenalkan ke Paroki-paroki dan Dekenat-dekenat bersama Tim KKI Keuskupan. Sebuah catatan sejarah pernah ditorehkan KKI Keuskupan Atambua pada tahun Seorang anak SEKAMI Keuskupan Atambua dari Dekenat TTU bernama Jefrianus Yap berhasil meraih juara Itingkat dunia dan juara II pada tingkat Nasional Lomba Mengarang Doa Misioner. Karena itu Jefri Yap bersama orang tuanya mendapatkan kesempatan untuk beraudiensi dengan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II di Roma. Pada bulan Juli 2004, Sr.M.Rosada Lima, PRR diganti oleh Sr. M. Roswitha, PRR. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama masa ini adalah Sosialisasi Visi-Misi KKI, SOMA (School of Missionary Animators) untuk melatih dan memotivasi para animator-animatris, Pembentukan kepribadian dan Pelatihan Anak/Remaja berjiwa Misioner melalui semangat 2D2K (Doa, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 79

98 Derma, Kurban dan Kesaksian hidup); Perayaan Ekaristi dengan model SEKAMI; Pendalaman Kitab Suci/Sharing Misioner; Camping /Kemah Seribu anak; Lomba Mengarang doa anak Misioner; Go Green: sebagai bentuk kepedulian dan rasa cinta terhadap Lingkungan hidup dan berbagai Lomba Kreativitas dan Pengembangan bakat anak dan Remaja Misioner seperti lomba Lagu rohani, Dramatisasi, puisi, menjadi pengkhotbah cilik terbaik (Tingkat Nasional Kerjasama Bimas Katolik dengan Komisi Liturgi KWI), Mengarang Doa Misioner; Temu Remaja Se-Regio Nusra tahun 2008 dan 2009, dengan tema: Menjadi Remaja yang berjiwa Misioner. Kegiatan-kegiatan Anak dan Remaja Misioner itu dengan motto: Children Helping Children (Anak Bantu Anak). Untuk itu komisi KKI menyiapkan dan melatih mental, fisik, wawasan, kesehatan, dan bakat, Remaja Misioner untuk mengikuti Jambore Nasional dalam rangka HUT KKI yang ke 170 tahun, dan Membuat Komitmen Misioner bagi anak SEKAMI. Komisi KKI Keuskupan Atambua selalu terlibat dalam kegiatan KKI Regio Nusra sebagai kesempatan untuk pembelajaran dan berbagi pengalaman misi. Selain para direktur/ direktris dan sekretaris komisi, turut berjasa bagi pengembangan KKI di Keuskupan Atambua adalah para moderator di dekenat-dekenat, yaitu Rm. Valen Funan, Pr: (Moderator KKI Dekenat Malaka ); Rm. Kanis Oki, Pr (Moderator KKI Dekenat Malaka ); Rm. Herman Nurak Hane, Pr (Moderator KKI Dekenat Belu Utara ); Rm. Donatus Tefa, Pr (Moderator KKI Dekenat Kefa ); Sr. Heribertha, OSF (Moderator KKI Dekenat Mena ); Rm. Filto Bowe, Pr (Moderator KKI Dekenat Mena, ); Rm. Jhon Paul Naben, Pr (Tim Kerja KKI Keuskupan Atambua); Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

99 Ibu Katarina Meas, SAg (Tim Kerja KKI Keuskupan Atambua); dan Ibu Maria Leba (Tim Kerja KKI Keuskupan Atambua). Sementara itu di tingkat Keuskupan Atambua, khususnya di Puspas ada anggota Tim Pembina Eksekutif yakni Rm. Yohanes Senda Laka, Pr ( ), Rm. Eman Kiik Mau, Pr; Bapak Yosef M.L. Hello, SPd., MHum; Bapak Drs. Nikolaus Tnano, MA dan Ibu Meliana Lebo, SAg.*** Oleh: Sr. M. Roswita, PRR & Maria K. Soi, S.Ag Komisi Teologi Komisi Teologi Keuskupan Atambua baru dibentuk pada masa kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku. Berdasarkan SK No. 16 Tahun 2009 tertanggal 27 April 2009 Uskup Atambua mengangkat Rm. Oktovianus Naif, Pr sebagai Ketua Komisi Teologi Keuskupan Atambua dan Bapak Yosef M.L. Hello, S.Pd., M.Hum sebagai Sekretaris. Sebelumnya Komisi ini terlebur dalam tugas-tugas Bidang Pembinaan Iman. Sesuai tupoksinya, komisi ini bertugas membantu Uskup Atambua dalam mengembangkan pemikiran teologis bagi umat se-keuskupan Atambua secara doktrinal dan kontekstual. Kehadiran Komisi Teologi dalam perangkat pastoral Keus-kupan Atambua dirasakan sebagai hal yang penting untuk membantu komisi-komisi memberikan gagasan-gagasan teologis dalam penyusunan bahan-bahan katekese atau pendalaman iman lain, seperti Katekese APP, Adventus, BKSN dan lain-lainnya. Selama kurun waktu lima tahun pertama yakni , Komisi Teologi melaksanakan dua kegiatan besar yakni memperkenalkan tugas-tugas komisi Teologi melalui semi-nar di empat dekenat dalam rangka 50 tahun Konsili Vatikan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 81

100 ( ). Dalam seminar ini Komisi Teologi Keuskupan Atambua memerkenalkan dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II dan implementasinya dalam kehidupan menggereja. Kegiatan kedua yang dilakukan adalah bekerja sama dengan Komisi Kitab Suci Keuskupan Atambua dan Sentrum Kitab Suci SVD Timor menyelenggarakan Kursus Kitab Suci dan Teologi kepada para pelayan pastoral pada 8-12 Agustus Dalam kursus Teologi dan Kitab Suci perdana ini diikuti oleh 36 orang peserta terdiri dari suster, katekis dan ibu rumah tangga. Sedangkan instrukturnya terdiri dari 5 orang imam dan 2 orang awam yang memiliki keahlian di bidang Teologi, Misiologi, Kitab Suci, Kateketik, dan Liturgi. Setiap tahun Komisi ini akan menyelenggarakan Kursus Teologi dan Kitab Suci bagi seluruh umat. Komisi Teologi Keuskupan Atambua menargetkan sampai tahun 2019, jumlah umat yang telah mengikuti Kursus KST mencapai 300 orang. Tema-tema Kursus: Roh Kudus Dalam Gereja; Meditasi Ber-sama Markus; Berkelana Bersama St. Paulus; Membolak-Balik KS PL; Doa dan Devosi Umat; Injil Lukas dan Kisah Para Rasul; Berkatekese Demi Umat Allah; Injil Matius Selayang Pandang; Seni Merayakan Liturgi Gereja; Injil Yohanes; Metode-Metode Baca Alkitab; Teologi dan Evangelisasi; Teologi Feminis dan Ajaran Sosial Gereja. Setiap tema didalami selama 2 jam dan praktek 1 jam. Komisi Teologi Keuskupan Atambua juga pada tahun 2015 menyusun sebuah buku dengan judul: Keuskupan Atambua dari Masa ke Masa yang kini diterbitkan. ***Yosef M.L. Hello. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

101 2.2 Bidang Pendidikan Umat (BPU) Komisi Kerasulan Awam Gereja lokal Keuskupan Atambua sangat berkomitmen untuk melibatkan kaum awam dalam karya pastoral. Hal ini berangkat dari pemahaman bahwa Gereja adalah umat Allah. Konsekuensinya, anggota Gereja tidak saja menuntut pela-yanan akan tetapi menjadi pelayan itu sendiri. Kesadaran membangun gereja dalam keterlibatan kaum awam sudah berlangsung dari waktu ke waktu. Pada tahun 1982 Panitia Kerawam Keuskupan Atambua diketuai oleh Rm. Bartholomeus Bere, Pr dengan sekretaris Drs. Lazarus Y. Anin. Sedangkan Bapak Remigius J. Kapu sebagai anggota Kerawam sekaligus penghubung Muda-mudi yang saat itu merupakan sebuah seksi. Bermodalkan komposisi ini, Kerawam melaksanakan tugas dan pelayanan dengan melakukan berbagai kegiatan penyadaran umat. Dalam perkembangan, berdasarkan surat kepada sekretaris Komisi Kerawam KWI No. 250/SPK/9/1984 tertanggal 9 Oktober 1984, Sekretaris Kerawam, Lazarus Y.Anin memberikan informasi bahwa komposisi kepengurusan Kerawam KA mengalami perubahan yakni Ketua Kerawam adalah Remigius Kapu merangkap penghubung seksi MM-KA. Sedangkan Rm. Bartholomeus Bere, Pr diangkat sebagai Ketua Panitia Karya Misioner KA. Pelayanan pastoral berjalan seperti biasa. Dengan struktur yang kurus ini, mereka mampu membantu bapak Uskup dalam pengembangan karya pastoral kerasulan awam. Mereka berkeliling sambil berbuat baik di seluruh wilayah Keuskupan Atambua yang saat itu meliputi dua kabupaten (Belu dan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 83

102 Timor Tengah Utara) dalam tiga Dekenat. Mereka berdialog dari hati ke hati dengan umat untuk merobah pola pikir umat yang terlanjur beranggapan bahwa segala kegiatan pastoral itu urusan pastor. Setelah melaksanakan tugas yang dahsyat itu dan melewati proses evaluasi yang mendalam, maka pada tahun 1987 Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan dewan sepakat memisahkan seksi Muda-Mudi dari Panitia Kerawam dengan sebutan Panitia Kepemudaan Keuskupan Atambua. Hal ini terungkap dalam surat ke sekretaris Komisi Kerawam KWI tertanggal 28 November 1987, yang ditandatangai oleh Remy J. Kapu sebagai ketua Panitia Kepemudaan KA. Sejak saat itu, Panitia Kerawam mendapat tugas hanya untuk berkonsentrasi dengan pendampingan pastoral politik kepada umat dan berkewajiban menjembatani Ormas Katolik untuk terus berkiprah di tengah masyarakat. Dan untuk menangani panitia ini Mgr. Anton mengangkat Drs. Antonius Amaunut sebagai ketua Kerawam dibantu Pius J. Tae, BA sebagai Wakil Ketua. Pada tahun 1989 ketika sedang menjabat ketua Kerawam, Drs. Antonius Amaunut terpilih menjadi Bupati Timor Tengah Utara. Otomatis kegiatan semakin padat dan tingkat kesibukannya semakin tinggi. Maka setelah mendengar saran usul dari berbagai pihak, Mgr. Anton melalui SK Nomor 07/ 90 tertanggal 1 Januari 1990, mengangkat Pius J. Tae, BA menggantikan Drs. Anton Amaunut sebagai Ketua Kerawam KA. Dan untuk memperlancar segala urusan kesekretariatan, Robertus Kompisasi (staf Puspas) ditunjuk sebagai Sekretaris II, untuk membantu Drs. Lazarus Y. Anin sebagai Sekretaris I. Keadaan ini berlangsung cukup lama hingga Lazarus Y. Anin pergi melanjutkan studi pasca Sarjana di Jogyakarta tahun Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

103 1994. Selanjutnya pada 14 Januari 1998, Herman Abatan di-pindahkan dari Paroki Atapupu masuk Puspas KA dengan mengemban tugas sebagai Sekretaris Komisi Pendidikan Umat (KPU-KA). Maka secara otomatis menjabat sekretaris Panitia Kerawam menggantikan dua sekretaris sebelumnya. Ia ber-tugas mengendalikan semua kegiatan Panitia Kerawam ber-sama Pius J. Tae, BA selaku ketua ( ). Selanjutnya tahun 2001 Ketua Kerawam dijabat oleh Drs. Alfonsius L. Manek dengan sekretaris Herman Abatan, SPd. Tugas mulia ini dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab hingga ber-akhirnya masa jabatan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 21 September Setahun menjadi Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku melaksanakan Muspas VI pada pada November 2008 di Aula Tahun Orientasi Rohani (TOR) Loo Damian. Salah satu butir rekomendasi Muspas VII adalah restrukturisasi dan regenerasi perangkat pastoral KA. Perangkat pastoral Keuskupan berubah dari Panitia menjadi Komisi demi kesinambungan istilah dengan KWI. Maka Drs. Vinsen B. Loe diangkat menjadi Ketua Komisi Kerawam KA menggantikan Drs. Alfons L.Manek yang menerima jabatan ketua Komisi HAK-KA. Selama kepemimpinan Vinsen Loe, umat Allah mendapat banyak sentuhan penyadaran tentang bagaimana menyadari hak dan kewajiban sebagai awam katolik. Penguatan kapasitas kader politik gencar digalakkan melalui aneka wadah organisasi. Pendampingan militansi keluarga katolik dalam pola kerja lintas komisi pun menjadi fokus perhatian. Lima tahun kemudian, tepatnya pada September 2013 bertempat di Aula St. Dominikus Emaus, berlangsung lagi Muspas VII. Sebagai tindak lanjut atas hasil Muspas VII, Mgr. Domi mengangkat Ir. Anton Tisera menggantikan Drs. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 85

104 Vinsen B.Loe. Dengan itu sang mantan ketua lebih berkonsen-trasi dengan tugas utama yakni Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Katolik As Ta Nara Atambua. Paham Gereja Gereja adalah umat Allah. Sebagai anggota Gereja, umat bertanggungjawab atas hidup matinya Gereja. Untuk itu hak dan kewajiban harus seimbang dalam hidup menggereja. Tuntutan bagi kaum awam masa kini sangat dahsyat. Dalam hidup bermasyarakat, perjuangan besar adalah bagaimana wajah Yesus, wajah Gereja menjadi kelihatan. Maka berjuang-lah terus-menerus untuk mewujudkan warta keselamatan dari Allah. Orang kebanyakan tentu berjuang untuk memegahkan diri. Tetapi awam katolik yang sejati senantiasa tidak mengelal lelah dalam pelayanannya. Sangat dibutuhkan komitmen dan keputusan batin untuk menjadi pelaku kebaikan dari saat ke saat. Giatlah dalam pekerjaan Tuhan, karena dalam perse-kutuan dengan Dia, jerih payahmu tidak akan sia-sia (1 Kor 15:58). Kesadaran ini akan melahirkan sebuah pendampingan yang terus-menerus dan berkelanjutan dari Hierarki Gereja melalui Komisi Kerawam. Tentu saja amat sulit merombak pola pastoral hierarkis kepada pola pastoral umat akar rumput. Namun ada keyakinan teguh bahwa pekerjaan besar dari Al-lah ini hanya bisa diselesaikan dalam nama- Nya. *** Herman Abatan, SPd., MA. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

105 2.2.2 Komisi Komunikasi Sosial Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) bertugas membantu Uskup dalam reksa pastoral komunikasi sosial di seluruh wilayah keuskupan. Tugas komisi ini adalah mengembangkan pastoral komunikasi dan sarana-sarana komunikasi sebagai media pewartaan Injil melalui pendidikan dan latihan bagi para agen pastoral komunikasi sosial. Karena peranannya yang penting itu, komisi ini berperan sebagai corong keuskupan. Sebelum tahun 2009, Komisi Komunikasi Sosial masih dikenal sebagai Panitia Komsos, di bawah koordinasi Komisi Pendidikan Umat (KPU). Panitia ini sudah ada sejak berdirinya Kantor Sekretariat Pastoral (Sekpas) tahun P. Antonius Riberu, SVD diangkat oleh Uskup Atambua sebagai Ketua Panitia Komsos Keuskupan Atambua yang pertama. Dalam perjalanan waktu, beliau dibantu oleh Sr. Florentina Maria Seran, SSpS sebagai sekretaris. Tahun 1989, P. Anton Riberu, SVD mendapat tugas baru di Unika Widya Mandiri Kupang maka tugas Ketua Komsos Keuskupan Atambua diserahkan kepada Rm. Agustinus Bula, Pr. Sekretaris Komsos ditangani oleh Rofinus Boimau, BA yang juga Sekretaris Komisi Aksi Kemasyarakatan (KAK), dibantu oleh Robertus Kompisasi, BA, karena Sr. Florentina Maria Seran, SSpS mendapat tugas sebagai misionaris ke Papua New Guinea. Pada masa ini Keuskupan Atambua sedang gencar mempropagandakan Program Keluarga Berencana Alamiah (KBA) sehingga peran Komsos sangat besar dalam melakukan sosialisasi dengan menggunakan film layar lebar. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 497/92 tertanggal 10 Oktober 1992, Rm. Gerardus Fernandez, Pr diangkat seba- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 87

106 gai Sekretaris Umum Pusat Pastoral KA merangkap Ketua Panitia Komsos KA menggantikan Rm. Agus Bula, Pr yang pergi studi ke luar negeri. Selama periode ini Rm. Hery memberi perhatian khusus pada latihan jurnalistik bagi para remaja dan kaum muda, selain itu terus menerbitkan Majalah Berkat sebagai corong pastoral KA. Ketika Rm. Gerard Hery Fernandez, Pr melanjutkan studi Teologi Spiritualitas di Roma, beliau digantikan oleh Rm. Herminus Bere, Pr tahun sedangkan Sekretarisnya ditangani oleh Sekretaris Komisi Pendidikan Umat (KPU) yaitu Bapak Herman Abatan ( ). Pada masa ini tugas Komsos lebih banyak memerhatikan penerbitan majalah Berkat guna memberikan berita dan informasi pastoral kepada umat Keuskupan Atambua. Sekembalinya Rm. Hery Fernandez, Pr dari Kursus Komunikasi di Maynoth-Irlandia dan studi Spiritualitas di Roma, beliau diangkat kembali sebagai Pejabat sementara Ketua Panitia Komsos KA berdasarkan SK No. 37/ 2000 tertanggal 21 Januari Restrukturisasi dan revitalisasi Dewan Pastoral KA terus dilakukan. Dengan memerhatikan amanat Muspas KA VI pada November 2008 dan statuta Dewan Pastoral Keuskupan Atambua beserta deskripsi tugas pokok dan fungsi komisi-komisi, maka pada 17 April 2009 Uskup Atambua mengeluarkan SK No. 116/2009 tentang pengangkatan Dewan Pastoral Keuskupan Atambua masa bakti Dalam SK tersebut, Uskup mengangkat Rm. Gerardus Hery Fernandez, Pr sebagai Ketua Komisi Komuni-kasi Sosial (Komsos) Keuskupan Atambua bersama dengan Rm. Emanuel Kiik Mau, Pr sebagai Sekretaris. Tahun 2014, Uskup Atambua merevitalisasi Dewan Pastoral Keuskupan melalui SK Uskup Atambua No. 07/2014 mengangkat Rm. Maksimus Sikone Pakaenoni, Pr sebagai Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

107 Ketua Komsos Keuskupan Atambua, dibantu oleh dua orang sekretaris yakni Rm. Marianus Knaofmone, Pr sebagai Sekretaris I dan Rm. Inosensius Nahak Berek, Pr sebagai Sekretaris Para pastor angkatan muda yang energik ini memusatkan karya komsos pada pelatihan jurnalistik kepada kaum muda dan remaja; animasi tupoksi Komsos kepada para seksi Komsos Paroki dan melanjutkan penerbitan majalah Berita Keuskupan Atambua atau BERKAT yang telah hadir sejak *** Yosef M.L. Hello dari berbagai sumber Komisi Pendidikan Gereja menyadari bahwa pendidikan merupakan jendela bagi umat menuju perubahan. Kesadaran itu terekspresi lewat pendampingan yang bersinambungan dan berkelanjutan ke-pada yayasan-yayasan persekolahan Katolik di bawah naungan Keuskupan Atambua. Yayasanyayasan Persekolahan itu adalah: Yayasan Persekolahan Umat Katolik Kabupaten Belu (Yasukab) yang sebelumnya bernama Yayasan Persekolahan Umat Katolik Timor (YASUKTI). Yayasan Emaus. Yayasan Regina Angelorum (Yasra) milik Tarekat SSpS Timor. Yayasan Persekolahan Snuna (Yaperna). Yayasan Bentara Sabda Timor (YBST) milik tarekat SVD Timor. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 89

108 Dalam perkembangan, Yasukab memekarkan diri menjadi dua Yayasan yakni Yayasan As Ta Nara yang melayani pendidikan di Kabupaten Belu dan Yayasan Pendidikan Liurai Malaka di Kabupaten Malaka. Nampaknya pembagian ini sungguh memermudah karya pendidikan dan proses tata kelola yayasan itu sendiri. Demi efektivitas pelayanan, maka mereka membentuk Majelis Pendidikan Katolik (MPK) yang difasilitasi oleh Keuskupan Atambua atas kesadaran bahwa Yayasan merupakan corong edukatif Gereja, dan Keuskupan merupakan penanggungjawab utama karya pendidikan Katolik. Setelah yayasan-yayasan Katolik membentuk MPK, otomatis secara organisasi dibutuhkan pengurusnya. Ketua Yasukab yang memiliki jumlah sekolah terbanyak dan berada di pusat Keuskupan Atambua dipercayakan menjadi Ketua MPK. Wadah inilah yang serentak dipercayakan membantu Bapak Uskup menangani urusan pendidikan di Keuskupan Atambua. Awalnya, fokus perhatian hanya kepada lembaga pendidikan formal yang melekat dengan domain Yayasan. Namun dalam perkembangan, urusannya meluas menjadi penanganan pendidikan umat pada umumnya. Pada tahun 1984, Rm. Edmundus Nahak, Pr diangkat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua dan merangkap tugas sebagai koordinator Bidang Pembinaan Umat (BPU) pada kantor Pusat Pastoral Keuskupan Atambua (Puspas-KA). Selain itu beliau juga menjadi Ketua Yasukab. Mengingat MPK-KA atau Panitia Pendidikan berada dalam rumpun BPU, maka secara otomatis ia kendalikan dibantu oleh Drs. Lazarus Y. Anin sebagai Sekretaris. Seiring dengan itu, evaluasi dilakukan secara teratur dan terus-menerus. Dan selanjutnya, Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada tahun 1985 mengangkat Rm. Dominikus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

109 Metak, Pr menjadi Ketua MPK-KA bersama dengan Sr. Yohana Maria Saik, SSpS sebagai Sekretaris. Sr. Yohana yang juga ketua Yasra itu, menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab dari waktu ke waktu. Dan setelah sekian lama berjalan, pada tahun 1997 Mgr. Anton mengangkat Sr. Yohana Maria Saik, SSpS menjadi Ketua MPK-KA. Dan tahun 1998, Uskup Anton mengangkat Herman Abatan sebagai seorang staf purnawaktu kantor Puspas sekaligus sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan Umat (BPK) Keuskupan Atambua dan otomatis menjabat Sekretaris MPK-KA. Dengan demikian, berbagai kegiatan harian ditangani sekretaris di kantor Puspas Emaus, sedangkan Sr. Yohana selaku ketua berkantor di kantor YASRA Atambua. Tugas sekretaris adalah melaksanakan tugas administratif di kantor dan membagi tugas kepada tim panitia pendidikan atau MPK sesuai kalender kerja tahunan. Selanjutnya, ketika Mgr. Dominikus Saku menjadi Uskup Atambua, beliau menyelenggarakan Musyawarah Pastoral VI (23-29 November 2008) dengan tema Melalui Muspas Keuskupan Atambua VI kita tingkatkan mutu pelayanan pastoral. Salah satu hasil dari Muspas VI itu adalah melakukan restrukturisasi pastoral Keuskupan Atambua. Dari situ, perangkat pastoral pendidikan yang sebelumnya disebut Panitia MPK-KA berubah nama menjadi Komisi Pendidikan Keuskupan Atambua atau Komdik-KA. Perangkat ini dilengkapi personalia dengan: Ketua, Rm. Benyamin Seran, Pr dibantu Sr. Yohana Maria Saik, SSpS sebagai wakil ketua dan Herman Abatan, S.Pd.,MA sebagai sekretaris. Setiap pengurus tekun dalam tugasnya, yakni sang Ketua, Rm. Benyamin Seran, Pr sehari-hari sebagai Kepala SMAK Suria Atambua; Wakil Ketua, Sr. Yohana Maria Saik, SSpS sebagai Kepala SMA HTM Halilulik; dan Herman Abatan selaku Sekretaris berkonsentrasi di kantor Pusat Pastoral Keuskupan Atambua (PUSPAS-KA). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 91

110 Lima tahun kemudian, Mgr. Domi menyelenggarakan lagi Muspas VII (16-20 September 2013). Tindaklanjut dari Muspas ini berupa pembenahan struktur dan peremajaan personalia Dewan Pastoral Keuskupan Atambua dan Komisikomisi. Per-ubahan itu terjadi juga dalam tubuh Komdik KA. Ketua masih Rm. Benyamin Seran, Pr dengan Sekretaris Herman Abatan. Sedangkan Sr. Yohana Maria Saik, SSpS kembali menjalani tugas tarekat. TUPOKSI Komdik KA Tugas Komdik adalah membantu Uskup dalam mengembangkan reksa pastoral pendidikan di Keuskupan Atambua. Namun untuk tidak terlalu meluas sampai membias, maka telah dirumuskan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dengan penjabarannya sebagai berikut: Pertama, animasi, motivasi, inspirasi, koordinasi dan fasilitasi pendidikan Katolik. Di sini, Komdik berusaha melaku-kan kegiatan-kegiatan edukatif yang bersifat pencerahan menuju perubahan pola pikir dan tetap mencintai nilai-nilai universal yang berdampak pada kualitas hidup seutuhnya. Selain itu, memotivasi umat untuk memiliki semangat dan ketahanan daya juang guna mencapai hidup yang lebih ber-makna sebagai insan ciptaan Allah yang sesuai gambar dan rupa-nya sendiri. Komdik melakukan koordinasi internal dan eksternal dengan berbagai pihak yang peduli pada pendidikan. Komdik juga berperan memfasilitasi umat untuk berkolaborasi dengan lembaga-lembaga kemitraaan lainnya sebagai proses saling melengkapi untuk membangun umat dan masyarakat yang berada di wilayah Keuskupan Atambua. Kedua, Pendampingan lembaga-lembaga pengelola pendidikan Katolik. Komdik bertugas untuk melakukan pendam- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

111 pingan pastoral terhadap Yayasan-yayasan Pendidikan Katolik baik kepada guru, pegawai dan terutama peserta didik. Selain itu, Komdik juga melakukan pendampingan terhadap insan pendidikan Katolik yang mengenyam pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan non Katolik. Ketiga, Sosialisasi visi dan misi pendidikan Katolik. Komdik tertugas menyusun Visi dan Misi Pendidikan Katolik di Keuskupan Atambua. Mensosialisasikannya kepada seluruh umat. Memantau pelaksanaan sekaligus mengevaluasi secara objektif untuk memastikan apakah mimpi keuskupan itu telah dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan membawa perkembangan pada umat dan masyarakat atau tidak. Keempat, Kerja sama kemitraan. Komdik membangun kerja sama dengan lembaga kemitraan yang ada untuk saling menopang dengan memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam memanusiakan manusia yang bertempat di Keuskupan Atambua. Komdik dan Panggilan Gereja Komdik hadir untuk mewujudkan kebijakan Uskup dan memberikan saran-usul serta pertimbangan kepada Uskup dalam menyempurnakan kebijakan di bidang pendidikan. Dan praktisnya Komdik berperan khusus membina kerja sama dan koordinasi reksa pastoral pendidikan dengan seksi Pen-didikan Dekenat/Paroki; Komdik KWI; Majelis Pendidikan Katolik (MPK) KA; dan ke depan ditambah Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK); Perguruan Tinggi Katolik Non APTIK; Ikatan Insan Pendidikan Katolik (IIPK) KA. Sebagai perangkat resmi Gereja Lokal Keuskupan Atambua, Komdik membantu Uskup dalam karya kerasulan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 93

112 pendidikan pada umumnya dan karya kerasulan sekolah/ Perguruan Tinggi Katolik khususnya untuk mewujudkan misi Gereja. Juga dalam fungsi animator memberikan pelayanan animasi pendidikan pada tingkat Dekenat/Paroki dan organorgan terkait lainnya. Komdik juga berfungsi sebagai inspira-tor untuk memberikan pelayanan reksa pastoral pendidikan yang bersifat verbal-tertulis lewat media Keuskupan atau me-dia komunikasi lainnya. Dan tidak kalah pentingnya sebagai fasilitator dalam pendampingan generasi muda dengan melibatkan komisi-komisi yang terkait di wilayah KA. Dan dalam konteks kemitraan Komdik selalu mewakili Keuskupan di bidang pendidikan dalam berhubungan dengan pemerintah dan elemen masyarakat lainnya. Dalam hal ini, Komdik-KA berupaya memasyarakatkan, memantau dan mengevaluasi kebijakan Keuskupan di bidang pendidikan. Jaringan pelayanannya jelas yakni Komdik KA membina dan mengembangkan komunikasi dengan: (a) Komisi Pendidikan KWI; (b) MPK-KA; (c) Perguruan Tinggi Katolik anggota APTIK; (d) Perguruan Tinggi non anggota APTIK; (e) IIPK-KA Visi, Misi dan Sasaran Komdik Pada Agustus 2011 Komdik KA menyelenggarakan sebuah Musyawarah Pendidikan Katolik (Musdikat) Keus-kupan Atambua di Emaus dengan tema: MENGEMBANGKAN PASTORAL PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS. Peserta yang hadir sebanyak 47 orang terdiri dari Bapak Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, para Dewan Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan Pendidikan Katolik, WPS, Kepala Sekolah, Seksi Pendidikan Paroki dan Dekenat serta Pemer-hati Pendidikan Katolik se- Keuskupan Atambua. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

113 Dari pertemuan yang bermartabat itu lahirlah Visi Komdik KA: yakni Lembaga Pendidikan Katolik, terlibat aktif dalam usaha pencerdasan kehidupan bangsa, unggul, mandiri dan profesional dalam pelayanan pendidikan, berpihak pada yang miskin dalam konteks pastoral Keuskupan Atambua.Untuk mencapai mercuasuar karya pendidikan Keuskupan, Musdi-kat menetapkan Misi sebagai berikut: Mengembangkan LPK sebagai media pewartaan kabar gembira yang dilandasi ajaran-ajaran Kristiani Menumbuhkan dan mengembangkan profesionalitas, etos kerja, ketaatan iman, dan komitmen terhadap misi. Mengintegrasikan iman dan ilmu, iman dan kehidupan, iman dan budaya. Membangun suasana saling menghargai dan solider. Mengembangkan warga Lembaga Pendidikan Katolik menjadi pribadi yang utuh, perperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan menghargai nilai-nilai luhur budaya bangsa. Meningkatkan kepekaan sosial keluarga-keluarga Katolik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan Katolik yang bermutu. Melakukan usaha-usaha pemberdayaan dan kemandirian LPK. Menumbuhkembangkan solidaritas dan kepekaan sosial antar warga LPK. Karya pendidikan yang maha dahsyat ini dilaksanakan dengan sasaran: Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 95

114 Lembaga Pendidikan Katolik mendapat pembinaan dan pendalaman iman secara memadai demi terciptanya komunitas iman. Lembaga pendidikan Katolik menjadikan karya kerasulan pendidikan sebagai agen perubahan sosial. Lembaga pendidikan katolik memiliki kegiatan yang berorientasi kualitas dan keunggulan komparatif dengan tetap setia mewujudkan ciri khas Katolik dan pencerdasan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan Katolik mampu mewujudkan nilainilai Kristiani, sikap inklusif,solider, dan universal. Insan pendidikan yang beragama Katolik yang berada di luar lembaga pendidikan Katolik mendapatkan pembina-an dan pengembangan menjadi kader proaktif, komuni-katif, berkualitas yang memiliki cita rasa Katolik dan paham akan ajaran Gereja serta berwawasan kebangsaan. Strategi, Program dan Komitmen Strategi Komdik-KA adalah LPK semakin professional dan terpercaya mengembangkan pastoral yang berkualitas dalam bidang pengembangan pencerdasan kehidupan bangsa; bidang pengembangan kesetiaan pada ciri khas Katolik; bidang pendidikan yang unggul; dan bidang pengembangan pendidikan yang lebih berpihak kepada yang miskin, yang dikonkretkan dalam program kerja Komdik. Komitmen Komdik tidak lain melalui kerasulan pendidikan, umat harus semakin mengalami perubahan dalam segala aspek kehidupannya (multi aspek). Manakala, menghayati hidup sebagai manusia yang bermartabat, beriman teguh pada Allah, berhati nurani, sejahtera lahir batin, setia, tulus dan tegas dalam pendirian. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

115 Hidup dalam kebebasan yang hakiki, cerdas dan terampil menata diri dalam irama perubahan zaman menuju hidup yang lebih bermutu. Dan secara khusus bersama semua Yayasan Pendidikan Katolik berjuang untuk melalui sekolah katolik dalam jenjangnya semakin mengungkapkan kesetiaan pada ciri khas Pendidikan Katolik; berorientasi pada pencerdasan kehidupan bangsa; dan memihak pada kaum miskin, Option of, for and with the Poor. *** Herman Abatan, SPd., MA Komisi Kepemudaan Pastoral OMK dikenal sejak tahun 1980-an. Kelompok orang muda ini terhimpun dalam seksi muda-mudi Dewan Pastoral Paroki. Organisasi muda-mudi ini mengalami beberapa kesulitan praktis karena konsep yang salah dari para orangtua tentang seksi muda-mudi berkaitan dengan pengalaman pahit G/30S/1965. Mayoritas orang muda yang tingggal di paroki-paroki berpendidikan SD dan SLTP. Bahkan banyak juga yang drop out di tingkat sekolah dasar. Mereka juga berasal dari latar belakang pendidikan keluarga yang beraneka ragam. Oleh karena itu proses pembentukan dan pemberdayaan terhadap kelompok kategorial ini membutuh-kan waktu yang lama. Pada tahap-tahap awal, program pembinaannya bersifat massal yakni menjelang hari Raya Natal dan Paska. Prioritas program saat itu lebih terarah pada pembentukan badan pengurus muda-mudi di setiap paroki dan penghubung seksi muda-mudi di dekenat. Semua kegiatan muda-mudi ditangani oleh seksi sosial ekonomi dan anggota Dewan Pastoral Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 97

116 Paroki (DPP) yang ditunjuk oleh Pastor Paroki sebagai pembina orang muda. Pastor Paroki atau Frater bertindak selaku pembina dan menjadi moderator bagi muda-mudi parokinya. Dalam perkembangan yang dilandasi semangat kristiani, orang muda di paroki-paroki mulai melakukan pembaharuan. Program pendampingan (dulu: pembinaan) bagi orang muda mulai berkembang, terfokus pada pengembangan persaudaraan dan kepribadian yang diterjemahkan secara nyata lewat kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani dan rekreatif seperti rekoleksi, ziarah,kunjungan antar paroki, kerja kebun paroki, rekreasi bersama dan kegiatan olahraga. Program pembinaan muda-mudi dipercayakan kepada setiap paroki sesuai situasi dan kondisi konkretnya. Pusat Pastoral Keuskupan Atambua menjadi dapur peng-olah materi pembinaan. Puspas merencanakan program-pro-gram umum tingkat Keuskupan sesuai arah dasar pastoral Keuskupanyakni Peningkatan mutu hidup umat, khususnya peningkatan mutu hidup di bidang sosial ekonomi. Program-program tersebut dikonkritkan DPP sesuai kondisi dan situasi kaum muda. Puspas juga mengadakan kunjungan untuk re-check kegiatan-kegiatan muda-mudi dan membuat evaluasi setelah acara rekoleksi. Tahun 1980-an Bapak Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, memberi perhatian besar terhadap pastoral kaum muda. Beberapa terobosan yang dilakukan Keuskupan Atam-bua adalah persiapan ret-ret Kader Pembina Muda-Mudi. Keus-kupan mengutus beberapa pastor, suster, dan kaum awam untuk mengikuti program pelatihan/kaderisasi di tingkat Nasional dan Regio Nusra. Selain itu, tahun 1984, Bapak Uskup Atambua mengikutsertakan Orang Muda pada PNUKI (Pertemuan Nasio-nal Umat Katolik Indonesia) dan Regio Nusa Tenggara. Pekan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

117 Kaderisasi di Emaus oleh Rm. Abdon Longginus, Vikjen Keuskupan Agung Ende dan team Pembina para pembina muda-mudi di Emaus. Para Pembina/Pendamping Awalnya dimulai dengan sebuah kelompok sukarela dan terbatas di Paroki Katedral Atambua dan beberapa paroki lainnya yang memiliki frater TOP. Tim pembina di tingkat parokiparoki direkrut dari anggota DPP yang memiliki pengetahuan dan terutama semangat serta perhatian terhadap orang muda, termasuk rela mengorbankan waktu dan tenaga demi orang muda. Tim pembina muda-mudi Keuskupan terbentuk sejak tahun Para pendamping/pembina tersebut mendapat kekuatan, pencerahan dari Bapak Uskup. Dalam operasionalnya para pendamping mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman lewat Sr. Auxilia, YMY yang terampil dalam proses pendampingan orang muda dan tokoh-tokoh awam sebagai orang kunci dalam kehidupan menggereja. Para pendamping tingkat Keuskupan saat itu terdiri dari Drs. Lazarus Y. Anin (Koordinator); Sr. Auxilia, YMY; Rm. Benyamin Seran, Pr; Rm. Aloysius Kosat, Pr; Drs. Petrus Bria Seran, dan Remy J. Kapu, BA. Setelah berjalan beberapa tahun, Bapak Remi J. Kapu, BA ditunjuk sebagai Ketua Panitia Kepemudaan KA. Program Pendampingan Tahun merupakan tahap awal. Perhatian para pendamping muda-mudi Keuskupan Atambua adalah pembentukan dan penataan organisasi mudika, merekrut pembina muda-mudi di dekenat dan paroki lewat rekoleksi-rekoleksi Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 99

118 dan pekan kaderisasi yang disebut KASIS (Kaderisasi Basis) dan KATAMA (Kaderisasi Pratama) dengan metode pola proses. Kegiatan ini mendapat perhatian yang cukup serius dari Bapak Uskup lewat tim pembina Keuskupan. Kegiatan kaderisasi KASIS dilaksanakan hingga tingkat paroki. Sedangkan KATAMA masih terpusat di rumah Pembinaan Emaus. Para calon peserta kaderisasi diutus oleh pastor paroki. Para calon dipilih dari orang-orang kunci kaum muda Paroki yang memenuhi kriteria khusus kaderisasi, termasuk tingkat pendidikan peserta minimal SLTA. Tahun 1990, program pendampingan muda-mudi mulai dilakukan secara teratur, terencana dan berkelanjutan. Program kaderisasi ini telah menghasilkan ratusan kader yang tersebar di seluruh Keuskupan, baik yang bekerja sebagai PNS, maupun mereka yang bekerja di LSM-LSM di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Belu. Banyak dari antara para kader ini menjadi pejabat di Kabupaten, kecamatan bahkan di tingkat desa dan kelurahan. Rm. Hery Fernandez, Pr dan timnya giat dengan KASIS di Paroki-paroki se-dekenat Belu Utara. Bidang-bidang pem-binaan Kaum Muda meliputi: Kepribadian dan persaudaraan; Pengembangan Iman (Katolisitas); Kepemimpinan Kristiani; Sosial ekonomi; Organisasi dan kemasyarakatan; dan Intelektualitas. Tahun adalah Tahun Pemberdayaan. Tujuan pendampingan kaum muda Katolik adalah berkembangnya pribadi orang muda Katolik yang bermartabat dan menjadi murid Yesus Kristus yang tangguh, tanggap dan terlibat. Maka berdasarkan program-program yang telah dilaksanakan sejak tahun 1988 dan atas pencerahan Bapak Uskup, Komisi Kepemudaan menetapkan beberapa program pendampingan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

119 menuju kepada peningkatan mutu dan pemberdayaan orang muda, yaitu Penataan tim pendamping Keuskupan dan dekenat; Reuni para pendamping dan moderator mudika seluruh Keuskupan; Pembentukan dan Pendataan BP Mudika Paroki; Pendataan anggota mudika seluruh keuskupan; Pen-dataan dan pengelompokkan permasalahan orang muda dan perencanaan program pendampingan Orang Muda Katolik; Pengembangan kepribadian dan Katolisitas; Pemberdayaan Orang Muda melalui Kelompok Kerja; dan Kaderisasi tingkat Dekenat dan Keuskupan: KATAMA. Program pendampingan ini ditetapkan berdasarkan evaluasi tahunan kegiatan pastoral tingkat Paroki, Dekenat dan Keuskupan serta harapan Para Pastor Paroki. Di samping itu terdesak oleh masalah-masalah Regional dan Nasional antara lain: Rusaknya keadaban publik, termasuk di kalangan masyarakat Orang Muda; Kurangnya daya tarik metode pendampingan OMK yang membuat OMK kurang terlibat dalam kegiatan-kegiatan; Perkembangan Iptek yang membentuk mental instant bagi kaum muda; dan minimnya perhatian dan program terhadap pendampingan OMK di Paroki-paroki. Ketua Kepemudaan Rm. Maxi Alo Bria, Pr, Sr. Helmin Tapun, SSpS sebagai Sekretaris; dibantu oleh para anggota Tim Pendamping Keuskupan yakni Drs. Petrus Bria Seran; Rm. Hery Naibobe, Pr; Dra. Yosefina M. Neonbeni, MHum; dan Lukas Anunu. Selain itu ada anggota Tim Kaderisasi Keuskupan, yakni: Drs. Manek Yosafat ( ); Jonisius Mali, SH; Yohanes Tefa ( ); Pius Seran; Rm. Moses Olin, Pr; Dian Luan; dan Pasquilina Manek. Tahun : Penggalian Potensi, Peningkatan Mutu dan Pendidikan Nilai Kaum Muda. Periode ini merupakan periode pendalaman dan pengembangan. Sesuai dengan ama- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 101

120 nat KWI dalam Pertemuan Nasional, Pertemuan Regio di Den-pasar dan Belo-Kupang maka perhatian diarahkan lagi kepada Pendidikan Nilai dan Pembaharuan Metode Pendampingan. Ketua komisi masih tetap oleh Rm. Maksi Alo Bria, Pr sedang-kan sekretaris diganti dengan Sr. Ester Nganur, SSpS melalui SK Uskup No. 340/2005 tertanggal 12 Juli Hanya seta-hun Sr. Ester menjalankan tugas sebagai Sekretaris Panitia Kepemudaan lalu meninggal dunia karena sakit. Sebagai penggantinya, Provinsial SSpS Timor menunjuk Sr. Eligia Aek Klau, SSpS hingga pergantian estafet kegembalaan Uskup Atambua. Selanjutnya berdasarkan SK Uskup Atambua No. 07 tahun 2009, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Atambua dijabat oleh P. Salvator Towary, SVD dan Sekretarisnya Sr. Eligia Aek Klau, SSpS dengan tim fasilitatornya Rm. Yohanes Senda Laka, Pr ( ), Rm. Leonardus Edel Asuk, Pr, Rm. Gregorius S. Dudy Pr, Bapak Petrus Bria Seran, Bapak Yosef M.L. Hello, Bapak Herman Abatan, Bapak Gregorius Am isa dan Rm. Maxi Alo Bria, Pr. Selama periode banyak kegiatan kepemudaan dilaksanakan antara lain penyelenggaraan TOT Fasilitator Kepemudaan Regio Nusra oleh Komisi kepemudaan KWI di Emaus, mengikuti event Nasional Indonesia Youth Day (IYD) I di Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat dan kegiatan kaderisasi lainnya di tingkat Keuskupan. Pasca Muspas VII tahun 2013, sesuai SK Uskup Atambua, No.07/2014 tertanggal 06 Januari 2014, terjadi pergantian kepengurusan dalam tubuh Dewan Pastoral Keuskupan termasuk Komisi Kepemudaan KA. Kini Ketua Komisi Kepemudaan dijabat oleh Rm. Yoris Giri, Pr dan sekretarisnya Rm. Ady Ampolo, Pr. Banyak kegiatan kepemudaan dirancang dan dilaksanakan bersama seperti Keuskupan Atambua Youth Day Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

121 2015, mengikuti Nusa Tenggara Youth Day di Weetabula dan aneka kegiatan kaderisasi kepemudaan lainnya. Berdasarkan statistik 2013, kondisi OMK yang aktif di paroki-paroki: Dekenat Belu Utara: Laki-laki: 390 orang, Perempuan: 768 orang, Total: orang. Dekenat Malaka: Laki-laki: 205 orang, Perempuan: 433 orang, Total: 433 orang. Dekenat Kefamenanu: Laki-laki: 302 orang, Perempuan: 635 orang, Total: 937 orang. Dekenat Mena: Laki-laki: 158 orang, Perempuan: 287 orang, Total: 445 orang. Total OMK Keuskupan Atambua: Orang, yang terdiri dari Laki-laki dan perempuan.*** Rm. Ady Ampolo, Pr Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Rantau Komisi Keadilan dan Perdamaian KWI secara resmi baru terbentuk pada bulan November 2000, namun jauh sebelum itu sejak tahun 1985 telah berdiri sebuah sekretariat dengan sebutan Sekretariat Keadilan dan Perdamaian-KWI (SKP-KWI). Bersamaan dengan kembalinya Rm. Dr. Benyamin Y. Bria Pr dari studi Hukum Di USA, maka dengan restu Uskup Atambua, Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr, memulai karya Keadilan dan Perdamaian di Keuskupan Atambua. Melalui SK Uskup Atambua, No. 136/ 95 tertanggal 28 Februari 1995, terbentuklah Panitia Keadilan dan Perdamaian di Keuskupan Atambua. Dalam SK Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 103

122 yang sama Uskup Atambua mengangkat dan meresmikan beberapa orang sebagai anggota Panitia Keadilan dan Perdamaian untuk pertama kalinya yakni Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr sebagai Ketua/Anggota; Simplexius Asa, SH sebagai Anggota; Martinus Sobe, SH sebagai Anggota; dan Nikolaus Uskono, SH sebagai Anggota. Lalu dengan SK Uskup Atambua, No. 428/95, tertanggal 4 Oktober 1995, ditambah seorang anggota baru sebagai Wakil Ketua. Dengan demikian formasi keanggotaan Panitia ini ada-lah Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr: Ketua/Anggota; Rm. Paulus Nahak I, Pr, SH: Wakil Ketua/Anggota yang berdomisili di Dekenat Timor Tengah Utara, Kefamenanu; Simplexius Asa, SH: Anggota; Martinus Sobe, SH: Anggota; dan Nikolaus Uskono, SH: Anggota. Setelah Rm. Dr. Benyamin Y. Bria, Pr terpilih dan ditahbiskan menjadi Uskup Denpasar pada tahun 2000, maka melalui SK Uskup Atambua, No. 48/2001, tertanggal 22 Januari 2001, Badan Pengurus Panitia Keadilan dan Perdamaian Keus-kupan Atambua mengalami perubahan, yakni Rm. Paulus Nahak I, Pr, SH: Ketua/Anggota; Rm. Barnabas Natun, Pr: Wakil Ketua/Anggota, untuk TTU; Rm. Maksi Alo Bria, Pr: Sekretaris I/Anggota; Marsel Eduk, SH: Sekretaris II/Anggota; Simplexius Asa, SH: Anggota; Martinus Sobe, SH: Anggota dan Nikolaus Uskono, SH: Anggota. Karena banyaknya tugas dan karya masing-masing anggota ini, maka sejak awal tahun 2003 hanya ada ketua dan sekretaris yang melakukan kegiatan di kantor. Dan sejak awal tahun 2008, Sekretaris Komisi ini ditangani oleh Rm. Grego-rius S. Dudy, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

123 April 2009, dalam sidang Dewan Pastoral Keuskupan Atambua, status Panitia Keadilan dan Perdamaian ditingkatkan menjadi Komisi dengan nama Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau Keuskuan Atambua. Dengan nama Komisi seperti ini, Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau berarti Komisi Pastoral Migran-Perantau telah melebur bersama Komisi Keadilan dan Perdamaian. Dulunya, Komisi Pastoral Migran- Perantau dibentuk oleh Uskup Atambua, Mgr Anton Pain Ratu, SVD pada 21 Mei 1999 sekaligus mengangkat Pater Pieter Dile Bataona, SVD sebagai ketua Komisi sedangkan sekretarisnya ditangani langsung oleh Sekretaris I Komisi Aksi Kemasyarakatan kala itu yakni Saudara Yosef M.L. Hello. Dalam perjalanan waktu, Pater Pieter mendapat tugas belajar dari Provinsi SVD Timor di luar Keuskupan Atambua, dan Sekretaris I KAK mendapat tugas belajar ke Yogyakarta, maka Uskup Atambua pada 3 Februari 2004 mengangkat Rm. Yanuarius Seran, Pr sebagai Ketua Komisi Migran dan Perantau dan Gregorius Am isa, S. Pd, sebagai Sekertaris. Kegiatan Komisi Keadilan dan Perdamaian KA Pelayanan Pastoral Keadilan dan Perdamaian mencakup 4 bidang pokok yakni: Animasi/Informasi; Pemberdayaan; Advokasi dan Pengkajian. Usai Muspas VII Keuskupan Atambua seiring lima tahun kedua masa kegembalaan Mgr. Dominikus Saku terjadi pergantian beberapa ketua dan sekretaris komisi melalui SK Uskup Atambua, No. 07/2014 tentang pengangkatan Dewan Pastoral Keuskupan Atambua, periode Berdasar-kan SK tersebut maka Komisi KP-PMP diketuai oleh Rm. Paulus Nahak I, Pr dan Sekretaris Rm. Gregorius Dudy, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 105

124 Selanjutnya pada 28 Mei 2015 berdasarkan SK Uskup Atambua No. 232/2015 menugaskan Rm. Gregorius Sainudin Dudy Pr untuk studi Hukum, maka tugasnya sebagai sekretaris Komisi KP-PMP digantikan oleh Rm. Lucius Tae Mau, Pr melalui SK Uskup Atambua No. 236/2015 tertanggal 21 Juni *** Oleh: Rm.Gorys S. Dudy, Pr Urusan Pertanahan/Perbendaharaan KA Di Keuskupan Atambua ada sebuah badan yang bertugas untuk menginventaris dan mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan kekayaan dan aset Keuskupan, terutama tanah-tanah milik Gereja. Dalam perkembangan selanjutnya, badan urusan pertanahan ini juga mengurus tanah-tanah milik tarekat-tarekat religius, termasuk urusan perpajakan. Dalam menjalankan tugasnya, badan ini selalu berurusan dengan Pertanahan Nasional di Kabupaten. Ada dua orang yang ditunjuk oleh Uskup Atambua untuk menangani tugas ini, yakni Bapak Thimoteus Bait di Kabupaten TTU dan Bapak Rony Parera, BA di Kabupaten Belu. Pada masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, urusan pertanahan bergabung bersama Panitia Keadilan dan Perdamaian KA. Sejak tahun 2005 dalam hal urusan administrasi sehar-hari, badan ini memiliki seorang sekretaris yaitu Rm. Paulus Klau, Pr yang diangkat dengan SK Uskup Atambua, No. 389/2005 tertanggal 13 September Selama kurun waktu ini, badan urusan pertanahan Keuskupan Atambua telah mengurus sertifikat-sertifikat tanah Keuskupan, Dekenat, Paroki, biara dan sekolahsekolah Kato-lik di Keuskupan Atambua. Setiap tahun badan urusan per-tanahan selalu memprogramkan urusan sertifikasi tanah-tanah paroki. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

125 Sejak tahun 2009, urusan Pertanahan Keuskupan Atam-bua berubah menjadi Urusan Pertanahan/Perbendaharaan Keuskupan Atambua, dengan ketua Rm. Hironimus Masu, Pr dan sekretaris Rm. Vinsensius Naben, Pr.*** Oleh: Yosef M.L. Hello. 2.3 Bidang Aksi Kemasyarakatan (BAK) Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Masa Kepemimpinan Mgr. Theodorus Sulama, SVD Keberadaan Komisi HAK Keuskupan Atambua lahir dari Komisi Kerasulan Awam. Dengan kata lain Komisi HAK adalah bagian kerja dari Komisi Kerawam. Spirit kerjasama antaragama dan kepercayaan sudah ada sejak kepemimpinan Mgr. Theodorus Sulama, SVD, Uskup Atambua periode Memang tidak begitu banyak arsip yang dapat dijadikan bukti, namun semangat kerja sama antara umat beragama sudah nampak. Sebagai bukti sejarah yakni pada 29 Desember 1982 Panitia Natal Bersama KORPRI dan Dharma Wanita Sub Unit Departemen Kehakiman dan Kejaksaan Negeri Atambua mengundang bapak Uskup Atambua memberikan renungan pada kesempatan tersebut. Masih dalam tahun yang sama ada perayaan Natal dan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan keluarga besar SMA Negeri Atambua. Dua kejadian ini membuktikan bahwa semangat kerja sama antarsaudara yang berbeda agama telah terbangun dengan baik pada masa itu. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 107

126 Masa Kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD Berdasarkan data yang ada, Panitia (sekarang namanya Komisi) HAK KA pada masa kepemimpinan Uskup Anton berada bersama Panitia Pengembangan Sosial Ekonomi, Panitia Keluarga, Panitia Komunikasi Sosial, dalam satu Komisi yang diberi nama Komisi Aksi Kemasyarakatan (KAK). Awal terbentuknya Panitia HAK sebagai sebuah wadah pada masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, banyak orang tidak setuju. Salah satu tokoh masyarakat/tokoh umat yang saat itu secara terang-terangan memberikan protes kepada Uskup Anton adalah Bapak Blasius Manek, BA (alm.). Alasannya sangat praktis sesuai fakta. Menurut beliau, mayoritas masyarakat yang ada di wilayah Keuskupan Atambua beragama Katolik. Bahkan orang sering memplesetkan keadaan ini dengan ungkapan batu, kayu dan binatang pun Katolik. Di balik kenyataan ini pertanyaan muncul, Panitia HAK dimaksudkan untuk menghubungkan siapa dengan siapa? Pikiran ini tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan Mgr. Anton saat itu. Tapi saya bilang, kita mesti berpikir ke depan. Misalnya, almarhum Pak Blas Manek, BA, orang itu dulu tidak setuju adanya Ekumene, tapi saya yakinkan dia dan dia saya angkat jadi ketua Panitia HAK saat itu, bahkan setelah selesai masa jabatannya, dalam suatu pertemuan resmi dia minta untuk saya perkenalkan sebagai ketua Panitia HAK KA, demikian kisah Mgr. Anton saat ditelepon di kediaman-nya di Bitauni, tempat menjalani masa pensiunnya sebagai Uskup Emeritus. Komisi HAK Keuskupan Atambua ada sebagai wadah pelayanan pastoral semenjak kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Pada awal terbentuknya wadah ini, sesuai informasi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

127 lisan yang disampaikan Mrg. Anton bahwa orang yang diangkat sebagai ketua Panitia HAK saat itu Blasius Manek, BA, dan Sekretaris Sr. M. Florentina, SSpS. Berdasarkan arsip surat yang ada, baik ketua Panitia HAK maupun sekretaris Panitia HAK tidak ditemukan SK tertulis kecuali surat keluar dari Panitia HAK yang ditandatangani oleh Ketua Blasius J. Manek, BA dan Sekretarisnya Sr. M. Florentina, SSpS. Tugas sekretariat yang diemban Sr. M. Florentina, SSpS kurang lebih tiga tahun. Tugas ini kemudian dipercayakan kepada Bapak Rofinus Boemau, BA pada tahun Sedang-kan Ketua Panitia HAK tetap diemban oleh bapak Blasius J. Manek, BA. Penting bahwa sebelum melakukan dialog dengan agama lain, harusnya dibangun dialog ke dalam. Karena itu pada tahun 1989 Uskup Anton mengutus sembilan orang untuk menghadiri Musyawarah Intern Umat Katolik yang diseleng-garakan Kanwil Depag. NTT. Mereka yang diutus itu adalah Rm. Paulus Nahak I, Pr, Sr. Margaretha, SSpS, Ibu Selestina Parera, Drs. Anton Amaunut, Rm. Domi Metak, Pr, Sr. Florida, SSpS, Drs. Lazarus Y. Anin dan Pius J. Tae, BA. Kegiatan lain yang menandai adanya keseriusan untuk penguatan iman ke dalam, misalnya Panitia HAK KA pernah mengundang Rm. Y. B. Mangunwijaya, Pr untuk memberikan ceramah bagi tokoh-tokoh Katolik. Selain Rm. Mangun, Pater Dr. Leo Kleden, SVD juga diundang pada tahun 1998 untuk sebuah kegiatan Pembinaan mental Katolik menghadapi Era Reformasi. Selain dialog yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga mitra, Keuskupan Atambua juga membangun dialog ke dalam, dan dialog budaya dengan memfokuskan diri pada dialog Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 109

128 Rumah Adat di paroki-paroki. Misalnya dialog Rumah Adat bersama tua-tua adat Insana (Hitu-Taboy, Saijao-Banusu). Empat amaf = suku besar yang ada di wilayah kecamatan Insana kabupaten TTU. Dari tangan Bapak Rofinus Boemau, tugas Sekretaris Panitia HAK dipercayakan kepada Bapak Yosef M.L. Hello. Lagi-lagi Ketua Panitia tetap Bapak Blasius J. Manek, BA. Karya Panitia HAK yang menonjol saat itu adalah membuat kajian tentang keberadaan umat Islam di wilayah KA. Dari data yang ada bahwa sampai dengan tahun 1987, jumlah orang Katolik yang menjadi Islam ada tiga orang. Motivasi mereka berpindah agama adalah alasan ekonomi. Lima Belas Tahun Kemudian Tepatnya tahun 1997, Panitia HAK KA mulai membangun Dialog dengan Gereja lain. Pada tahun ini, Keuskupan Atambua melalui Panitia HAK mengundang Pendeta Dr. A.A. Yewangoe untuk hadir memberikan ceramah. Namun kegiatannya baru terjadi pada tahun Peristiwa ini dikenal dengan Peristiwa Bersejarah Emaus. Saat itu sekretariat Panitia HAK KA dikendalikan oleh Yosef M.L. Hello, SPd. Tahun 2000 di bawah kendali Panitia HAK KA, terjadilah sebuah sejarah baru yakni dialog ekumenis. Dialog ekumenis kali ini diperluas yang diikuti utusan dari gereja-gereja denominasi yang ada dalam wilayah Keuskupan Atambua, bertempat di Aula SVD Nenuk pada 9 Juni Tema yang didengungkan saat itu adalah Ut Omnes Unum Sint. Yang menjadi nara sumber pada peristiwa ini adalah Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, Rm. Valens Boy, Pr, dan Pendeta Dr. AA Yewangoe. Hadir sebagai peserta antara lain, Ketua Klasis TTU, Ketua Klasis Belu, Pendeta Gereja Pentakosta Kefamenanu, Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

129 Pendeta Pentakosta Atambua dan Pendeta Gereja Bethel di Kefamenanu (masing-masing Gereja datang dengan utusan jemaatnya). Sejarah lain yang terjadi pada tahun ini adalah pergantian ketua Panitia HAK dari tangan Blasius J. Manek BA ke Drs. J.T. Ose Luan. Lahirnya FKPA Perjuangan Panitia HAK untuk menemukan sebuah model kerjasama antar pimpinan agama akhirnya memuncak. Atas inisiatif Mgr. Anton Pain Ratu, lahirlah sebuah wadah kerja sama yang dikenal dengan nama Forum Kerjasama Antar Pimpinan Agama (FKPA) pada 13 Januari Su-sunan kepengurusannya sebagai berikut: Ketua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, (Uskup Atambua), Wakil Ketua I Pdt. Y. Bira, SM.Th (Ketua Klasis TTU) dan Wakil Ketua II Haji Muhamad Hasan (Ketua MUI Belu). Sekretaris I: Yosef M.L. Hello, SPd dan Sekretaris II, Pdt. Joutje L. Pangemanan, S. Th (GPdI TTU). Bendahara: Pdt. Ale Kale Riwu Kaho, S. Th (GMIT Belu) dan Drs. Iskandar (MUI TTU) dan Pater Niko Buku, SVD. Sedangkan anggota pengurusnya 30 orang yang terdiri dari para Deken, Pendeta, Imam Mesjid dan awam Gereja lainnya di dua kabupaten: Belu dan TTU. Ada beberapa bentuk kegiatan yang pernah dilakukan bersama oleh FKPA, yakni: Natal dan Tahun Baru bersama di Emaus ( 13 Januari 2003); Reboisasi Hutan Wemer (06 Maret 2003); Silaturahmi (Syukur Idul Fitri 1424 H) di Masjid Agung Mujahidin- Simpang Lima Kota Atambua (9 Desember 2003); Natal dan Tahun Baru Bersama di Dekenat Malaka (13 Januari 2004); Reboisasi Lanjutan Hutan Wemer (Kamis, 05 Maret 2004); Perayaan Paskah Bersama FKPA bertempat di Gereja Emanuel Kefamenanu (15 April 2004); Perayaan Nyepi Bersama di Pura Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 111

130 Atambuananta (29 Mei 2005); Halal Bihalal di Masjid Madrasah Ibtidayah Atambua (4 Desember 2004); Halal Bihalal di Masjid Agung Nurul Falah Kefamenanu (19 Desember 2005); Aksi Damai Pembatalan eksekusi mati Tibo dan teman-teman (27 April 2006); Paskah Bersama FKPA di Katedral Atambua (23 Mei 2006). Proses Dialog yang dibangun dengan para tokoh agama dapat digambarkan sebagai berikut: Tahun 1998 Komisi HAK KA membangun dialog Ekumenis dengan GMIT. Pendeta GMIT saat itu, Pdt. Dr. AA. Yewangoe diundang sebagai pembicara. Tahun 1999, dialog melibatkan semua denominasi yang ada: GMIT, GBI, GPdI, GSJA, GKKI, GPPS dan GMAHK. Tahun 2000, dialog lebih diperluas dengan mengundang agama lain. Setiap agama diwakili pimpinannya sebagai pembicara. Dari pertemuan ini muncul pikiran untuk membentuk Forum antar Pimpinan Agama. Maka disepakati forum ter-sebut dengan nama FKPA (Forum Kerjasama Antar Pim-pinan Agama). Masa Kepemimpinan Mgr. Dominikus Saku Sejak ditahbiskan dan diangkat sebagai Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku memberi perhatian besar terhadap hubungan antaragama di antaranya adalah penguatan atas terbentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Belu dan TTU pada tahun Pada 18 Oktober 2011 di Balai Nazareth Atambua diselenggarakan sebuah seminar yang dihadiri para tokoh lintas Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

131 agama dengan tema: Pengembangan Sosial Ekonomi di Daerah Perbatasan menurut Pandangan Agama-Agama. Seminar ini dilaksanakan dengan tujuan: membangun dia-log kehidupan di antara para pimpinan agama dalam menyikapi persoalanpersoalan sosial ekonomi di daerah perbatasan, menyamakan persepsi antar pimpinan agama-agama terhadap persoalan sosial ekonomi; memberi bobot terhadap spiritualitas pengembangan sosial ekonomi dan membangun pemahaman akan tanggung jawab bersama para pimpinan umat beragama dalam mengembangkan sosial ekonomi. Hadir pada diskusi tersebut: para pelaku bisnis lintas agama, para tokoh agama, tokoh masyarakat dan utusan organisasi pemuda Gereja Katolik, Protestan, Masjid dan Hindu. Komisi HAK Keuskupan Atambua juga gencar melakukan sosialisasi terhadap Peraturan Bersama dua Menteri (PBM) di seluruh wilayah Keuskupan Atambua, khususnya yang ber-kaitan dengan izin pendirian rumah ibadat. Atas dasar itu, Komisi HAK KA mencanangkan kegiatan di Dekenat Belu Utara, Kefamenanu, Mena dan Malaka untuk mensosialisasi-kan isi PBM tersebut. Di masa kepemimpinannya, Mgr Dominikus Saku tetap dipertahankan hal baik yang telah dimulai oleh pendahulunya. Bahkan model kunjungan antar pimpinan agama diformulasikan secara baru dalam kerja sama dengan pemerintah Kabupaten Belu. Mulai tahun 2013 open house dalam rangka Natal pada 25 Desember digelar secara bersama-sama antara Uskup Atambua dan Pemerintah Kabupaten Belu secara bergilir baik di Aula Dominikus Emaus maupun rumah jabatan Bupat Belu. Sedangkan untuk hari besar Agama Islam misalnya Idul Fitri, Uskup Atambua bersama para tokoh agama Katolik melakukan silaturahmi kepada para pimpinan agama Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 113

132 Islam dan tokoh umat Islam seperti Ketua MUI, Kapolres, Dandim, Mako Yonif 744 dan Pamtas RI-RDTL yang beragama Islam.*** Gregorius Am isa, SPd Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Perjalanan pelayanan karya kemanusiaan Komisi PSE Keuskupan Atambua selalu mengalami dinamika pertumbuhan baik berupa penamaan, jenis dan struktur pelayanan serta penggerak kerasulannya yang dapat dibagi atas lima periode sebagai berikut: Periode Pertama: Ikatan Petani Pancasila ( ) Sebelum ada Panitia Sosial (Pansos) dan Komisi PSE, Pelayanan Karya kemanusiaan di Keuskupan Atambua ditangani oleh sebuah lembaga bernama Ikatan Petani Pancasila (IPP) pada tahun 1967 dipimpin oleh Pater Van List Houth, SVD, seorang misionaris SVD di Pulau Timor. Pelayanan utama IPP adalah menjawab persoalan krisis pangan yang sangat membebani hidup banyak orang. Dikisahkan bahwa pada tahun 1967 belum ada perhatian dari pihak manapun atau Lembaga Donor manapun untuk membantu masyarakat atau umat dalam mengatasi situasi krisis yang terjadi. Usaha-usaha untuk mengatasi krisis pangan dipercayakan kepada IPP dengan karya yang bersifat karitatif karena fokus pada distribusi bahan pangan seperti jagung dan kacangkacangan disamping membantu mempersiapkan lahan-lahan pertanian rakyat. Tercatat, Fransiskus Asten (karyawan pertama Seminari Lalian) bersama Hendrikus Bere (Karyawan pada IPP) diutus ke beberapa tempat diwilayah Keuskupan Atambua untuk membantu para petani memper-siapkan lahan pertanian mereka. Sedangkan Alfons Besin Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

133 menangani administrasi dan keuangan. Hanya bermodalkan sebuah traktor besar, lahan-lahan tidur diolah menjadi daerah persawahan seperti Laran-Betun, Kamanasa, Besikama, Sumur Bor, Sadi, dan Ponu. IPP juga mengembangkan peternakan sapi dan babi yang dibagikan kepada umat untuk dipelihara secara bergulir. Saat itu belum ada teknologi terbaru yang dimiliki masyarakat dalam mengelolah lahan pertanian. IPP menyiapkan beberapa lahan pertanian dan peternakan sebagai lahan percontohan dan pembelajaran bagi para petani. Pelayanan IPP berlangsung hingga tahun Periode Kedua: YASPEMA dan DELSOS ( ) Tahun 1981 IPP diubah menjadi YASPEMA (Yayasan Pengembangan Masyarakat Atambua). Yaspema dipimpin oleh P. Stanislaus Besin, SVD. Fokus karya Yaspema adalah melanjutkan karya yang sudah dilakulan oleh IPP seperti pengembangan peternakan, pertanian dan pendistribusian bahan pangan untuk menjawabi kebutuhan umat. Uskup Atambua menunjuk dan mengangkat seorang Delsos untuk menangani kerasulan sosial ekonomi dalam keuskupan dan mewakili Uskup dalam urusan yang berkaitan dengan karya sosial ekonomi. Pada tahun 1981 Romo Anton Solo, Pr (ex) ditunjuk sebagai Ketua Yaspema dan DELSOS Keuskupan Atambua sekaligus sebagai Ketua Pansos Keuskupan Atambua. Periode Ketiga: Yayasan Sosial Santo Yosef Keuskupan Atambua ( ) Tahun 1983 nama Yaspema diganti dengan Yayasan Sosial Santu Yosef Keuskupan Atambua (YASSKA). Ia hadir untuk Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 115

134 membangun kemitraan dengan lembaga donor yang mendukung karya kerasulan pengembangaan sosial ekonomi di Keuskupan Atambua. Pimpinan yang diangkat untuk mena-ngani Yasska, berturut-turut sebagai berikut: Rm. Anton Solo, Pr (1983-Oktober 1984); P. Yakobus Bura Luli, SVD (Oktober ); P. Karl Scholly, SVD ( ); Rm. Makarius Molo, Pr (Agustus 1987-Oktober 1998); Drs. Arkadius Parera (Oktober 1998-Maret 1999); Hironimus A. Karangora, Ketua dan P. Jerry Lanigen, SVD, Wakil ( Maret Januari 2002); dan Rm. Urbanus Hala, Pr (Pebruari-Oktober 2002). Lembaga-lembaga donor yang pernah bermitra dengan YASSKA untuk mendukung karya kerasulan sosial ekonomi di Keuskupan Atambua, di antaranya: LPPS KWI Jakarta, LPPS NTT Nita Maumere, YPD Semarang, KPPT Salatiga, KUPERDA Bogor, Bina Desa, Dian Desa, Bina Swadaya Jakarta, YIS Solo, BK3D Timor, BK3I, DELSOS se-indonesia, YASPEM, YPS Maumere, YASPENSEL Larantuka, YSM Mataram, LKB Lampung, YUSABA Ketapang, YKMKB Pontianak, YBSM Ende, YUSRA Ende, YSS Semarang, YSBS Cilacap, MISSEREOR, CEBEMO, CRS, CCF, AusAID, BILANCE, dan CARITAS. Untuk mendukung karya kerasulan sosial ekonomi dalam Keuskupan Atambua, kemudian diangkat sejumlah pegawai yayasan pada tahun 1984 seperti Kayetanus Timo (alm), Paulus Seran, Yosef Seran Ulu, Kornelis Lau, Alfons Besin, Hendrikus Luan, Dominikus Leolmin, Gaspar Malafu, Glorianus Hati, Gabriel Seran, Hery Tabati, dan Mikhael Salu. Periode Keempat: Panitia Pengembangan Sosial Ekonomi- KA ( ) Pada bulan Oktober 2002 berdasarkan permintaan Uskup Atambua, maka Notaris di Atambua mengeluarkan keputusan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

135 pembubaran YASSKA dengan No. 12 tahun Selanjutnya melalui SK No. 614/2002 Uskup Atambua mengumumkan pembubaran YASSKA dan membentuk PANITIA PENGEM- BANGAN SOSIAL EKONOMI KEUSKUPAN ATAMBUA (PPSE-KA), sebagai organ Keuskupan Atambua untuk mengemban Pastoral Pengembangan Sosial Ekonomi yang selama ini dijalankan oleh YASSKA. Keputusan juga telah mengangkat sejumlah orang sebagai petugas dan anggota PPSE KA di antaranya: Badan Pengurus Inti: Ketua: Maternus Bili, Bsc ( ),Wakil Ketua/Sekretaris l dan Direktur Pelaksana Harian: Rm. Urbanus Hala, Pr; Wakil Direktur/Sekretaris II adalah H. Ani Karangora; Bendahara/Pengawas Keuangan: P. Fransiskus Asisi Kou, SVD dan tiga orang anggota, yakni Rm. Paulus Nahak I, Pr SH; P. Jerry Lanigan, SVD dan Yakobus Banunaek. Sedangkan Badan Pengurus Pleno meliputi Personalia Pengurus Inti, para Deken dan 3 utusan dari dekenat yakni Trensus Kapu, Vinsen Nurak dan Paulus Nouju. Badan Pelaksana Harian: Direktur: Rm Urbanus Hala, Pr; Wakil Direktur/Sekretaris: H. Ani Karangora; Bendahara: Sr. Claudia Dalo, OSU dan anggota: P. Jerry Lanigan, SVD serta para karyawan PSE KA pemegang SK Uskup Atambua. Panitia Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Atambua (PPSE-KA) telah membangun kemitraan dengan berbagai lembaga donor, di antaranya, MISEREOR, CRS, OXFAM GB, ACF, WFP, KARINA, TIFA, ILO, ACF, AusAID, BAKTI, MAMPU, PERDHAKI. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 117

136 Periode Kelima: Komisi PSE Keuskupan Atambua ( ) Sebagai suatu lembaga pelayanan dalam jajaran Gereja, Komisi PSE diperuntukkan bagi semua orang. Setiap orang dipanggil untuk menjadi rasul dalam pelayanan sosial. Setiap umat Kristiani harus menjadi pelaku karya kasih karena dia adalah murid Kristus (Yoh13:35). Komisi PSE dan jajarannya tidak melakukan monopoli dalam karya PSE, tetapi menurut tanggungjawabnya dalam kesatuan perutusan Gereja. Komisi PSE menjadi animator utama atau penjiwa dalam menggerakkan umat kristiani untuk mewujudkan solidaritas kristiani menurut dimensi sosial ekonomi. Pastor paroki sebagai animator Kerasulan Sosial mempunyai tanggungjawab untuk menggerakkan umatnya agar kerasulan PSE terlaksana dalam seluruh kehidupan umat di Paroki. Komisi PSE memiliki orientasi karya yang meliputi: Karya Animator, yaitu memberikan animasi/penyadaran sebagai nafas Gereja, melalui advokasi, penyelamat, pemersatu, inspirator, inovator dan pencerahan terhadap masalah-masalah umat dan masyarakat umumnya yang berinspirasi pada Kitab Suci, Ajaran Sosial Gereja (ASG), dan tradisi-tradisi. Misi utama kerasulan PSE Gereja adalah menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yakni Keadilan, cinta kasih, perdamaian, persaudaraan dan kesejahteraan bersama dalam pergumulan hidup manusia, harga diri, solidaritas kristiani dan kemandirian. Dan Roh Kudusyang menjiwai kerasulan PSE dalam Gereja. Karya karitatif, yaitu pelayanan kasih untuk meringankan sesaat penderitaan sesama seperti pemberian makanan dan obat-obatan (situasi emergensi akibat bencana). Karya Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

137 ini selalu berorientasi untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia agar sikap ketergantungan hidup pada belaskasihan orang lain semakin menurun. Pendidikan Pembangunan. PSE memberikan pendidikan serta pembinaan keimanan bagi umat kristiani agar mereka semakin tumbuh dalam semangat rela berbagi dan semakin men gembangkan diri seutuhnya dalam menge-lola tata keduniaan dalam memerangi kemiskinan dan membangun kesejahteraan manusia. Peningkatan Taraf Hidup Sosial Ekonomi Umat.Komisi PSE meningkatkan taraf hidup umat melalui transformasi budaya, pendidikan ekonomi keluarga, membentuk kerja jaringan melalui peran PPSE, membangun gerakan alternatif yang memberdayakan masyarakat melalui kelompok miskin, lemah dan tertindas melalui LKM, Pertanian, industri dan berbagai kegiatan wirausaha. Gerakan APP, yaitu Aksi Puasa Pembangunanmerupakan sarana pendewasaan iman umat atau gerakan iman dan tobat bersama untuk membangun sikap rela berbagi dan berkorban menuju kekudusan hidup kristiani. Konkretisasi dari gerakan APP adalah pendalaman iman APP, bakti sosial APP, katekese sosial APP, latihan rohani selama masa App seperti: ibadat tobat, jalan salib, pen-dalaman Kitab Suci, rajin merayakan ekaristi, retret APP, rekoleksi APP, dana APP, (olah iman, olah karsa, dan olah uang/derma). Gerakan APP di Indonesia telah hadir sejak tahun 1972 dan menjadi gerakan seluruh umat Katolik di Indonesia. Gerakan HPS, yaitu Membangkitkan kesadaran umat manusia terhadap peran sebagai pribadi, keluarga dan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 119

138 masyarakat terhadap pengembangan pangan, pentingnya pangan yang cukup, sehat dan berkelanjutan, serta mendukung pengentasan kemiskinan. HPS diperingati setiap tahun pada 16 Oktober. Persoalan kemanusiaan dalam hal pangan bukanlah hanya persoalan teknis tetapi juga persoalan etis hidup manusia. Untuk itu Kehadiran gereja selalu dalam dimensi etis. Dalam kemitraan dengan lembaga non pemerintah Komisi PSE Keuskupan Atambua mendukung pengentasan kemiskinan melalui kegiatankegiatan teknis seperti bidang pertanian, peternakan, perikanan, lembaga keuangan mikro atau credit Union, wirausaha dan industri. Konkretisasi kegiatan HPS adalah Gerakan pertanian selaras alam, berorientasi organik, reboisasi, penanaman pohon kembali,hemat energi, hemat BBM, hemat sampah, budidaya dan pengolahan pangan lokal. Pengurus Komisi PSE Keuskupan Atambuaperiode adalah Rm. Urbanus Hala, Pr sebagai ketua (Pebruari ), Sr. Irmgardis Olo, SSpS sebagai bendahara (2004-saat ini); Bapak Gregorius Am isa sebagai Sekretaris ( ), dan Rm. Marianus Bere, Pr sebagai anggota ( ). Berdasarkan SK Uskup Atambua pasca Muspas VII, kepe-ngurusan Komisi PSE periode terdiri dari Ketua: Rm Urbanus Hala, Pr; Sekretaris 1: Rm Maxi Sikone, Pr dan Sekretaris 2: Rm Yohanes Meak, Pr, ditambah Team Pengem-bangan Ekonomi KA terdiri dari Koordinator: P. Vincentius Wun, SVD (Vikjen KA); Ketua : Rm. Urbanus Hala, Pr; dengan anggota-anggota: Rm. Leonardus Edel Asuk, Pr; Rm Vinsen Naben, Pr; Rm. Yohanes Meak, Pr; Rm. Hironimus Masu, Pr; Rm. Maksi Sikone, Pr dan Rm. Vincent Manek Mau, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

139 Komisi PSE diperuntukkan bagi semua orang. Setiap orang dipanggil untuk menjadi rasul dalam pelayanan sosial. Bahkan setiap orang harus melihat kerasulan PSE sebagai suatu kewajiban iman. Dalam kenyataan, kerasulan PSE belum menjadi kesadaran dan kerjasama kristiani di tingkat paroki. Pastor paroki sebagai animator kerasulan sosial belum sepenuhnya menggerakan umatnya agar kerasulan PSE terlaksana dalam seluruh kehidupan umat di Paroki, bahkan sebagian pastor paroki masih berpikir bahwa kerasulan PSE adalah tugas dan tanggungjawab Komisi PSE. Kerasulan PSE melalui Komisi PSE dan PPSE-KA dalam jaringan kerja sama internal Gereja maupun eksternal dengan pemerintah dan organisasi non pemerintah (NGO) harus ditem-patkan sebagai wujud solidaritas kristiani untuk meningkat-kan mutu kehidupan manusia dan pengembangan potensi dan sumber daya dalam masyarakat. Untuk itu kerasulan PSE sangat memperhatikan partisipasi masyarakat, disiplin pengelolaan, keterbukaan dalam tata kelola yang baik, bersih, dan sistem pertanggungjawaban yang jelas.*** Rm. Urbanus Hala, Pr Komisi Keluarga Komisi Keluarga Keuskupan Atambua mula-mula bernama LK3I yang dibentuk pada 5 Maret 1984 berdasarkan SK Uskup Atambua No. 54a/1984, tentang Pembentukan Lem-baga Kesejahteraan Keluarga Indonesia (LK3I) Keuskupan Atambua. Dalam SK itu disertai dengan susunan keanggotaan LK3I Keuskupan Atambua yang terdiri dari: Ketua Umum: P. Marsel Baonule, SVD; Ketua I: Ibu dr.m.a. Sri Wahyuningsih (Penghubung LK3I Belu); Ketua II: Ibu Maria Leba Ati (Penghubung LK3I TTU); Sekretaris: Sr. M. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 121

140 Florentina, SSpS; Bendahara: Rm. Anton Solo, Pr (ex); Anggota: Ibu Yudith Bele Salassa (Belu), Ibu Yasintha Abuk (Belu) dan Ibu C.A.T.Pareira (TTU). Lembaga ini mulai melaksanakan tugas-tugasnya dalam beberapa bidang karya, yakni mengembangkan Pendidikan kehidupan keluarga dan kependudukan; Mengembangkan kursus-kursus persiapan perkawinan; Mengembangkan pelayanan dan konsultasi kehidupan keluarga baik melalui biro-biro konsultasi maupun melalui sarana lainnya, seperti tatalaksana keluarga, ekonomi Rumah Tangga, pengaturan kelahiran (KBA); dan Pengkaderan kader gizi di paroki-paroki. Pada 30 Desember 1987 Uskup Atambua mengeluarkan SK No.574/87, tentang Pengangkatan P. Roger Alasan, SVD sebagai Ketua LK3I Keuskupan Atambua untuk periode / menggantikan ketua lama P. Marsel Bao Nule, SVD. Pada tahun 1989, melalui SK Uskup Atambua No. 111/89, tertanggal 8 Maret 1989, tentang pengangkatan dan penetapan Badan Pengurus baru LK3I Keuskupan Atambua dengan susunan: Ketua: P. Roger Alasan, SVD; Sekretaris: Rofinus Boimau, BA; Bendahara: Drs. Lazarus Y.Anin; Anggota: Ibu Yudith Bele Salassa (Dekenat Belu Utara); Ibu Yasintha Abuk (Dekenat Malaka) dan Ibu C.A.T Pareira (Dekenat TTU). SK di atas, disusul lagi dengan SK Uskup Atambua No. 243/92 tertanggal 5 Mei 1992 tentang penugasan Drs. Stefanus Nahak sebagai Sekretaris PERDHAKI Wilayah Keuskupan Atambua dan Sekretaris II KAK menggantikan Rofinus Boimau, BA. Dari berbagai bidang karya yang sudah ada, LK3I mendapat beberapa tugas baru, yakni Pembinaan Kehidupan Keluarga, terdiri dari Kursus persiapan perkawinan, Pembina-an keluarga balita, Pembinaan ibu-ibu keluarga, Pembinaan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

141 dan pertemuan pastoral keluarga, Pembinaan kader-kader panitia keluarga, dan Pembentukan kelompok kerja pendamping keluarga. Sedangkan kegiatan-kegiatan Seksi Keluarga Berencana Alamiah/Perdhaki Wilayah terdiri dari Pembenah-an Rumah Sakit Marianum Besikama, Latihan Dasar KBA Tingkat Keuskupan; Latihan Akseptor KBA; Penyegaran Pem-binaan Keluarga Berencana Alamiah; Kunjungan Supervisi KBA ke Paroki-paroki se-keuskupan Atambua dan Rekoleksi bagi para karyawan kesehatan Katolik. Setelah beberapa tahun berjalan, LK3I ditingkatkan statusnya menjadi Panitia Keluarga Keuskupan Atambua melalui SK Uskup Atambua, No. 521/96 tertanggal 16 Desember 1996 tentang pengangkatan Rm. Alex Kobesi, Pr, sebagai Ketua Pa-nitia Keluarga Keuskupan Atambua menggantikan P. Roger Alasan, SVD. Selanjutnya pada tahun 2002, Uskup Atambua mengeluarkan SK no 58/2002, tertanggal 31 Januari 2002 tentang pengangkatan Rm. Siprianus Benu, Pr, sebagai Ketua Panitia Keluarga KA, menggantikan Rm. Alex Kobesi, Pr, dan P. Policarpus Papa, SVD, sebagai Wakil Ketua, sedangkan Bapak Yosef M.L.Hello tetap sebagai Sekretaris Panitia. Pada tahun 2003 Bapak Yosef M.L. Hello mendapat tugas belajar (S2) ke Yogyakarta maka Rm. Yanuarius Seran, Pr di-angkat sebagai Sekretaris Komisi Aksi Kemasyarakatan (KAK) dan Sr. Kristofora, KKS sebagai Sekretaris Panitia Keluarga Keuskupan Atambua. Selanjutnya tahun 2006, berdasarkan SK Uskup Atambua No. 07/2006, tertanggal 9 Januari 2006, Rm. Leonardus Asuk, Pr diangkat menjadi Ketua Panitia Keluarga Keuskupan Atambua (Komisi Keluarga) mengganti-kan Rm. Siprianus Benu, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 123

142 Sejak saat itu, Komisi Keluarga Keuskupan Atambua me-lanjutkan karya-karyanya berupa Kursus Persiapan Perkawinan; Pendampingan Pasutri Balita dan Alita; Rekoleksi pasutri perangkat pastoral; Kaderisasi dan pendampingan akseptor KBA; Penyegaran Tahunan Tim Pendamping Pastoral Keluarga Keuskupan; Pendampingan gizi dan kesehatan keluarga; Kursus pengolahan bahan makanan lokal oleh Sr. Yovita Kopre SSpS ( ); Seminar/Dialog keluarga tentang pendidikan remaja, dan Seminar keluarga sadar HIV/AIDS. Pada 9 Januari 2006, Uskup Atambua mengeluarkan SK No. 4/06, tentang pengangkatan Gregorius Am isa, SPd menjadi Sekertaris I KAK menggantikan Rm. Yanuarius Seran, Pr dan mengangkat ibu Meliana Lebo menjadi Sekretaris II. Pada 27 April 2009, Uskup Atambua mengeluarkan SK No.116/2009, tentang pengangkatan kembali Rm. Leonardus Edel Asuk, Pr sebagai Ketua Komisi Keluarga KA masa bakti dan ibu Meliana Lebo sebagai Sekretarisnya. Karyakarya Komisi Keluarga selama tahun adalah Pendampingan bagi pasutri kawin campur beda gereja; Pendampingan pasutri usia pernikahan 0-5 tahun, 6-10 tahun, 11 tahun ke atas; Sosialisasi Couples For Christ (CFC) atau Pasukris oleh tim CFC dari Jakarta dan Keuskupan Agung Kupang; Pengolahan Bahan Makanan Lokal oleh Sr. Arnolda Seran, SSpS; Penyuluhan Hukum dan Teologi perkawinan; Sosialisasi sadar HIV/AIDS; Sosialisasi hasil sidang KWI tentang kesehatan; Animasi penghentian kekerasan dalam Rumah Tangga; Animasi penguatan ekonomi Rumah Tangga dan Pembaharuan Janji Nikah; Seminar tentang pendidikan nilai dan etos kerja menghadapi tantangan tapal batas, pendidikan keluarga dan perspektif Hukum Kanonik, pendidikan moral kristiani bagi OMK dan bagi keluarga; Pendidikan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

143 kesehatan dan Kitab Suci bagi keluarga dan pendidikan moral bagi para guru Katolik; Workshop keluarga sebagai basis ketahanan gereja dan pendidikan kaum muda; Pembekalan bagi Tim Pendamping keluarga bermasalah; TOT bagi para pendamping Kursus Persiapan Perkawinan se-ka, dan Menghidupkan kembali Week End Marriage Encounter sejak tahun 2012 bagi Pasutri usia perkawinan 5 tahun ke atas. Pada 06 Januari 2014 SK Uskup Atambua No. 07/2014, tentang pengangkatan Dewan Pastoral Keuskupan Atambua masa bakti , mengangkat kembali Rm. Siprianus Benu, Pr menjadi Ketua komisi Keluarga Keuskupan Atambua, dengan Rm. Syprianus Silvester Tes Mau, Pr sebagai Sekretaris satu dan Ibu Meliana Lebo, sebagai Sekretaris dua. Pada bulan Oktober 2014, Rm. Siprianus Benu, Pr meninggal dunia di Jakarta dalam perjalanan pulang dari ziarah ke Tanah Suci. Selama beberapa bulan Komisi Keluarga vacum, maka pada bulan Januari 2015 melalui SK Uskup Atambua no. 17/2015, tanggal 19 Januari 2015 mengangkat Sr. Fridolin Teme, SSpS sebagai Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Atambua. Sr. Fridolin Teme, SSpS bersama tim Komisi Keluarga menyelenggarakan banyak kegiatan pastoral keluarga seperti menganimasi Kursus Persiapan Perkawinan di paroki-paroki, mengaktifkan kembali peran Koordinator Keluarga Berencana Alamiah Keuskupan, memfasilitasi Pertemuan Komunitas Pemerhati Kerasulan Keluarga yang terdiri dari ME, Pasukris (CFC), Priskat dan Waberkat. *** Rm. Syprianus Tes Mau, Pr & Ibu Meliana Lebo Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 125

144 STRUKTUR ORGANISASI PUSPAS KEUSKUPAN ATAMBUA USKUP ATAMBUA KETUA UMUM VIKJEN KA KETUA/PLH SEKRETARIS UMUM BENDAHARA/ EKONOM KA BPI: BPU: BAK: 7 KOMISI 5 KOMISI + 1 URUSAN 3 KOMISI PENGHUBUNG DI DEKENAT SEKSI DI PAROKI Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

145 BAGIAN KETIGA: PEMBAGIAN WILAYAH DEKENAT DAN PAROKI Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 127

146 Sejak terbentuknya hierarki Gereja Katolik Indonesia pada tahun 1961 dan Vikariat Apostolik Atambua ditingkatkan menjadi Keuskupan Atambua, maka semua stasi ditingkatkan menjadi Paroki dan beberapa paroki membentuk sebuah dekenat yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan budaya yaitu Belu Utara, Belu Selatan dan Dawan. Mula-mula hanya ada tiga dekenat yaitu Dekenat Belu Utara, Dekenat Malaka (Belu Selatan) dan Dekenat Timor Tengah Utara (Dawan). Tiap dekenat dikepalai oleh seorang Deken yang memiliki peranan besar sebagai Wakil Uskup di wilayah dekenatnya. Deken juga adalah penasehat Uskup yang bertugas mewakili Uskup dalam urusan-urusan pastoral di wilayah dekenat. Dalam pelaksanaan tugas, seorang deken merangkap sebagai Pastor Paroki di pusat dekenat yakni Atambua (Katedral) sebagai pusat dekenat Belu Utara; Kefamenanu sebagai pusat Dekenat TTU, dan Betun sebagai pusat Dekenat Malaka. Seiring dengan semakin bertambahnya umat dan pemekaran wilayah-wilayah paroki, maka sejak tahun 2005 Dekenat TTU dimekarkan menjadi dua Dekenat. Dengan demikian Keuskupan Atambua telah menjadi empat dekenat, yakni Dekenat Belu Utara dengan 17 Paroki; Dekenat Malaka dengan 17 Paroki; Dekenat Kefamenanu dengan 17 Paroki dan Dekenat Mena dengan 10 Paroki. Berikut ini akan disajikan secara lengkap sejarah dan perkembangan dekenat-dekenat dan paroki-paroki di seluruh wilayah Keuskupan Atambua. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

147 I. DEKENAT BELU UTARA Dari catatan sejarah dapat terbaca bahwa P. Theodorus de Boer, SVD ditunjuk oleh Uskup Mgr. Theodorus Sulama, SVD sebagai Deken Belu Utara yang pertama dari tahun P. Theo de Boer, SVD melaksanakan tugas sebagai Deken Belu Utara selama enam tahun. Selanjutnya pada Agustus 1973-Juni 1978, P. Theo de Boer, SVD diganti oleh Rm. Alex Seran, Pr. Rm. Alex bertugas sebagai Deken Belu Utara selama lima tahun, lalu digantikan oleh P. Yustus Asa, SVD ( ). Pada tahun 1981 Pater Yustus Asa, SVD diganti oleh Rm. Edmundus Nahak, Pr ( ). Pada masa kepemimpinan Rm. Edmundus Nahak, mulai dilaksanakan perayaan bersama penutupan Bulan Kitab Suci Nasional sebagai bentuk devosi khas Dekenat Belu Utara yang dilakukan secara bergilir setiap tahun dari paroki ke paroki. Selanjutnya karena Rm. Edmundus Nahak, Pr diangkat men-jadi Vikaris Jenderal Keuskupan Atambua oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD maka beliau digantikan oleh P. Karl Scholly, SVD sebagai Deken Belu Utara September Desember Pada tahun 1989 sepulang dari studi Antropologi di Filipina, Rm. Alex Seran, Pr diangkat kembali sebagai Deken Belu Utara menggantikan P. Karl Scholly, SVD. Sebagai seorang antropolog, Rm. Alex Seran memberi perhatian khusus pada umat Suku Kemak di Sadi. Beliau terus mendampingi mereka dan memperjuangkan hingga berdirinya Paroki Sadi terpisah dari Paroki Katedral Atambua. Rm. Alex Seran, Pr menjadi Deken Belu Utara hingga akhir tahun Sejak saat itu mulai disepakati bersama, supaya perayaan BKSN dilakukan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 129

148 bersama pada setiap tahun genap. Selanjutnya Rm. Alex Seran digantikan oleh Rm. Dominikus Metak, Pr ( ). Rm. Dominikus Metak, Pr yang dikenal sebagai Deken keliling Keuskupan Atambua ini melayani selama lima tahun. Rm. Domi Metak, Pr diganti oleh P. Alex Magu, SVD ( ). Pada masa kepemimpinan Pater Alex, pusat dekenat berada di Paroki Tukuneno, sedangkan Sekretariat berada di Istana Keuskupan Lama. Selanjutnya melalui SK Uskup Atam-bua, No. 257/2005, Rm. Agustinus Berek, Pr diangkat sebagai Deken Belu Utara menggantikan P. Alex Magu, SVD. Rm. Agustinus Berek, Pr menjadi Deken sejak Rm. Agustinus Berek, Pr digantikan oleh Rm. Stefanus Boisala, Pr ( sekarang). Dekenat Belu Utara memiliki devosi khusus kepada Kitab Suci melalui perayaan bersama Bulan Kitab Suci Nasional yang dilakukan secara bergilir dari paroki ke paroki. Sejak tahun 1994 disepakati agar perayaan bersama itu dilakukan setiap dua tahun sekali terutama pata tahuntahun genap. Perayaan bersama yang pertama di Paroki Lahurus pada 28 September Sedangkan perayaan terakhir dilaksanakan di Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen pada Sep-tember Acara perayaan bersama BKSN itu biasanya berlangsung sebagai berikut: Hari pertama, pembukaan pada sore hari dengan melaku-kan perarakan dan pentakhtaan Kitab Suci dan misa pem-bukaan yang dihadiri oleh para duta dari seluruh paroki se-dekenat Belu Utara dan pada malam harinya diadakan atraksi Biblis I. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

149 Hari kedua, merupakan hari pembinaan dan pendalaman Kitab Suci berupa Syering dan Lomba Kitab Suci perkategori Anak-anak, Muda-Mudi dan Orang Dewasa. Dan hari ketiga merupakan hari evaluasi dan penutupan. Selain perayaan bersama BKSN, Dekenat Belu Utara juga memiliki ikon Ziarah Bersama OMK yang dilaksanakan setiap tahun pada 31 Mei bertujuan untuk semakin mengeratkan tali persahabatan diantara kawula muda Katolik serta mening-katkan devosi kepada Bunda Maria. Dewan Pastoral Dekenat mulai ada sejak adanya Pusat Pastoral pada tahun Hingga tahun 2014, terdapat lebih kurang empat tokoh awam tercatat sebagai Ketua I Dewan Pastoral Dekenat (DPD) yakni Bapak Abraham J. Bau; Bapak Pius J. Tae, BA; Bapak Maternus Bili, BSc., dan terakhir Bapak Drs. Vinsen B. Loe ( ). Selain Ketua I, tokoh awam yang turut berperan dalam karya pastoral dekenat adalah Sekretaris Dekenat. Sejak berdirinya dekenat Belu Utara hingga sekarang ada tiga Sekretaris tetap yang bertugas menjalankan segala urusan administrasi dekenat, yakni Bapak Hubertus Riberu ( ); Bapak Rony Parera ( ), dan Bapak Dominikus Daru Keban ( ). Setelah yang terakhir pensiun, tidak ada lagi sekretaris dekenat. Sampai dengan tahun 2015, Dekenat Belu Utara meliputi 17 paroki, yakni: Paroki Atapupu (1883); Paroki Lahurus (1886); Paroki Halilulik (1918); Paroki Katedral Atambua (1926); Paroki Nualain (1939); Paroki Nela (1971); Paroki Fulur (1975); Paroki Weluli (1980); Paroki Tukuneno (1988); Paroki Sadi (1991); Paroki Wedomu (1994); Paroki Webora (2000); Paroki Fatuketi (2002); Paroki Fatubenao (2002); Paroki Laktutus (2004); Paroki Haekesak (2006) dan Paroki Haliwen Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 131

150 (2009). Selain itu ada lima Stasi yang sedang dipersiapkan menjadi Bakal Paroki, yakni Kuneru (Katedral); Lakafehan (Atapupu); Tahon (Fulur); Motabuik (Nela); dan Labur (Halilulik). Berikut akan diuraikan secara detail sejarah dan profil paroki-paroki se-dekenat Belu Utara secara berturut-turut sebagai berikut: 1.1 Paroki Stella Maris Atapupu Menurut catatan sejarah, pada bulan Juli 1879, seorang misionaris Jesuit bernama Pastor Jacobus Kraaijvanger, SJ ditugaskan untuk menyelidiki kelayakan pendirian sebuah stasi di Atapupu. Setelah memastikan kesiapan Atapupu, beliau menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang isinya memohon untuk mendirikan Stasi Atapupu. Atas permohonan itu, Gubernur Hindia Belanda menerbitkan surat izin pendirian Stasi Atapupu pada 1 Agustus Stasi Atapupu merupakan stasi pertama di Pulau Timor dan menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Batavia dengan jumlah umat Katolik sampai dengan penyerahan misi dari SJ kepada SVD (1913) tercatat sebanyak jiwa. Dalam menjalankan tugas pelayanan pastoral di stasi yang baru ini, P. Kraaijvanger dibantu oleh P. Lammker, SJ (1885) dan P. Kuijper, SJ ( ). Setelah P. Kraaijvanger meninggal, ia diganti oleh P. Hendrick Janssen, SJ ( ). Lalu berturut-turut datang dan bertugas di Atapupu, P. Van Swietten, SJ ( ), P. Van de Velden, SJ ( ), dan P. Adrianus Matthijsen, SJ ( ). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

151 Setelah penyerahan karya misi dari SJ kepada SVD pada tahun 1913, Atapupu berstatus sebagai Stasi Transit dan menjadi bagian dari Prefektur Apostolik Sunda Kecil dengan Prefek Apostoliknya Mgr. Petrus Noyen, SVD. P. Yohanes Kreijten, SVD diangkat oleh pimpinan SVD sebagai Pastor Paroki SVD pertama untuk Paroki Atapupu. Pada 12 Maret 1920, Takta Suci di Roma menaikkan status Prefektur Apostolik Sunda Kecil menjadi Vikariat Apostolik Sunda Kecil dan Atapupu menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Sunda Kecil di bawah Vikaris Apostolik Mgr. Arnoldus Verstrallen, SVD lalu diganti oleh Mgr. Hendrick Leuven, SVD pada tahun Pada 25 Mei 1936, Timor dipisahkan dari Vikariat Apostolik Sunda Kecil menjadi Vikariat Apostolik Timor-Nederland meliputi wilayah Timor Barat, Sabu Rote dan Alor Pantar. Paroki Atapupu terus mengalami perkembangan dan per-gantian pastor paroki. P. Anton Cranssen, SVD bertugas seba-gai Pastor Paroki Atapupu dari tahun 1937 hingga tahun Beliau kemudian diganti oleh P. Nikolaus Visser, SVD tahun Selama dua tahun ( ) pendudukan Jepang, semua misionaris Belanda diasingkan, maka terjadi-lah kekosongan di Paroki Atapupu. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, misi mulai bercahaya lagi. Kini pimpinan SVD kembali menempatkan P. Nikolaus Visser, SVD sebagai Pastor Paroki Atapupu ( ). P. Anton Cranssen, SVD datang lagi menggantikan P. Visser, SVD tahun , lalu datang P. Anton Soree, SVD dan bertugas selama setahun di Paroki Atapupu. Pada tahun P. Roger J. Rissee, SVD menggantikan P. Anton Soree, SVD. Dan Pater Rissee diganti oleh P. Arnold van Lishout SVD ( ). Selanjutnya Pater van Lishout ditarik ke Keuskupan untuk menjadi Prokurator, maka beliau Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 133

152 diganti oleh P. Yohanes Deuling, SVD yang bertugas sebagai Pastor Paroki dari tahun 1960 hingga tahun Pada masa kepemimpinan P. Deuling bersama umat Atapupu mereka ber-hasil membangun sebuah gereja pada tahun Setelah ber-usia 41 tahun, gereja tersebut dibongkar dan diganti dengan gereja yang baru. Pada tahun 1976, Pater Deuling, SVD pindah ke Weoe. P. Mathias Timmermans, SVD datang menggantikan beliau seba-gai Pastor Paroki dari tahun Masa ini boleh dikata-kan sebagai masa sulit karena terjadi perang saudara di Timor Seberang Lautan atau Timor Portugis di mana wilayah Atapupu yang berbatasan langsung menjadi basis konsentrasi militer Indonesia. Pada tahun 1978, P. Albert Kellner, SVD bertugas sebagai Pastor Paroki hingga tahun Ketika P. Kellner mengambil cuti ke negerinya pada tahun 1982, Paroki Ata-pupu dipimpin langsung oleh Deken Belu Utara, Rm. Edmun-dus Nahak, Pr sampai tahun Pada tahun 1984, terjadi penyerahan estafet kepemimpinan keuskupan Atambua dari Mgr. Theodorus van Den Tillaart, SVD kepada Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Setelah kembali dari cuti, Mgr. Theodorus Sulama, SVD, Uskup Emeritus Atambua itu memilih tempat peristirahatan di paroki Atapupu, maka beliau menjadi Pastor Paroki Atapupu tahun Beliau dibantu oleh seorang imam projo Keuskupan Atambua, Rm. Paulus Nahak II, Pr hingga wafatnya. Setelah wafatnya Mgr. Theodorus Sulama, SVD terjadilah babak baru dalam kepemimpinan paroki di Atapupu. Mgr. Theodorus merupakan imam SVD terakhir yang bertugas sebagai Pastor paroki Atapupu. Selanjutnya sejak tahun 1992 hingga kini, Paroki Atapupu dipimpin oleh para imam diosesan dari Keuskupan Atambua. Imam projo KA yang pertama menjadi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

153 Pastor paroki Atapupu adalah Rm. Paulus Nahak II, Pr ( ). Pada , Paroki Atapupu digembalai oleh Rm. Yosef Meak, Pr. Sejak tahun 2001, Paroki Atapupu di bawah pimpinan Rm. Maxi Alo Bria, Pr sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Yoris Giri, Pr sebagai Pastor Rekan. Pada masa kepemimpinan kedua Pastor ini berhasil dibangun sebuah gereja baru yang dimulai tahun 2005 hingga selesai dan ditahbiskan oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku pada 1 Agustus Paroki Stella Maris Atapupu memiliki wilayah yang terbentang dari kampung Halibada, Stasi Silawan hingga Roti Klot, Lingkungan Santa Maria Bunda Allah Fuka Laran. Umumnya umat berdomisili di sepanjang pesisir pantai Atapupu, Mota Ain, Seroja hingga Teluk Gurita. Dari letaknya tersebut, bagian Utara berbatasan dengan Selat Ombai. Bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Sadi dan Haliwen. Bagian Barat berbatasan dengan Paroki Fatuoni, Dekenat Mena, dan bagian Timur berbatasan dengan Distrik Bobonaro, Negara Timor Leste. Dari data statistik tahun 2014 diketahui bahwa Paroki Atapupu mempunyai jumlah umat Katolik sebanyak jiwa yang tersebar dalam KK. Paroki tertua di Pulau Timor ini memiliki 3 stasi yakni Stasi Lakafehan; Stasi Seroja dan Stasi Silawan. Jumlah umat yang besar ini tersebar di 36 lingkungan dan 119 KUB. Sejak awal berdirinya Paroki Atapupu tidak dapat dilepas-kan dari peran kaum awam. Mereka terlibat dalam berbagai urusan gereja seperti Koster, Guru Agama dan Dewan Pasto-ral Paroki. Sebagai koster pertama di Paroki Atapupu pada masa imam-imam Jesuit adalah Mateus Mau dan pada masa para misionaris SVD adalah Kosmas Lahok. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 135

154 Selain sebagai Koster dan Guru Agama, para awam terlibat aktif sebagai Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan atau Majelis Gereja. Tahun tercatat sebagai Majelis Gereja adalah Konstantinus Mauk Riberu; Yohanes B. Mali dan Gabriel Moruk Pareira. Pada periode , Gabriel Moruk Pareira; Yohanes B. Mali dan Gerardus Meak. Periode , terpilih Gabriel Moruk Pareira, Paulus Lopez dan Gerardus Meak sebagai Majelis Gereja Paroki Atapupu. Zakarias Kapir, Yosep Asa dan Petrus Duan (Majelis Gereja Periode ). Sejak tahun 1976 struktur Gereja mulai menggunakan struktur baru Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki. Pada periode , Dewan Pastoral Paroki dijabat oleh Zakarias Kapir, Yakobus Nahak, Frans Saik Lopez berturut-turut sebagai Ketua I, II dan III, sedangkan Dewan Keuangan Paroki ditangani oleh Markus Bau, Veronika Fore, Agustinus Belmo sebagai Ketua, sekretaris dan bendahara. Periode masuk dalam jajaran DPP, Bapak Januario Moreira sebagai Ketua III, sedangkan DKP dijabat oleh Agustinus Belmo, Veronika Fore dan Marselinus Berek. Pada periode posisi ketua I, II dan III dijabat oleh Frans Saik Lopez, Hubertus Bau, dan Petrus Kapir Seran, sedangkan DKP oleh Markus Bau, Marselinus Heuk, dan Maria Biak. Selain Dewan Pastoral Paroki dan Majelis Gereja, ada sejumlah guru Katolik yang mengabdikan diri pada sekolahsekolah ang ada di seluruh wilayah Paroki Atapupu. Paroki ini memiliki: 7 TK/PAUD, 10 SDK/I, 5 SMPN/K, dan 2 SMKN.*** (Yosef M.L.Hello, sumber Yun Koi Asa, Gereja Atapupu Quo Vadis?). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

155 1.2 Paroki Santo Petrus Lahurus Paroki Santo Petrus Lahurus secara resmi berdiri pada 29 Juni 1886 (bertepatan dengan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus) dalam perayaan misa kudus yang dipimpin oleh P. A. Kuijpers SJ. Turut hadir dalam perayaan pengresmian itu Br. Yohanes Hansates, SJ serta umat Katolik yang saat itu berjumlah 200 orang lebih. Pastor A. Kuijpers, SJ merupakan Pastor pertama Stasi Lahurus- Fialaran. Sebelum paroki ini diresmikan, pelayanan rohani dilakukan oleh Pastor Henk Dijkman, SJ sejak tahun Setelah itu, selama beberapa tahun terjadi kevakuman petugas pastoral (imam). Tidak ada pelayanan pastoral. Tidak tahu apa alasannya. Pada bulan Juli 1880, pelayanan pastoral kembali dibuat oleh Pastor Kraaijvanger, SJ (Pendiri Stasi Atapupu) dan pada tahun 1884 pastor Kraaijvangers SJ mempermandikan Raja Fialaran menjadi Katolik dengan nama Fransiscus Seran. Selanjutnya paroki ini bertumbuh perlan-lahan seiring dengan pertambahan umat dan pembangunan iman umat. Secara bergantian para pastor SJ datang dengan penuh kekurangan tapi tekun dalam pelayanan. Ketahanan iman umat telah mendorong mereka untuk bertumbuh lebih dewasa dalam iman. Para perintis berdirinya Paroki Santo Petrus Lahu-rus adalah para Missionaris Jesuit yaitu P. Henk Dijkman, SJ; P. Kraaijvangers, SJ; P.A. de Kuijpers, SJ; P. Guilielmo Voogel, SJ dan P. Hendricus Janssen, SJ. Kelima pastor ini secara bergantian melayani Lahurus tahun Lalu datang P.A.Mathysen, SJ di Lahurus dari tahun dibantu oleh P.J.Vilmann, SJ (1902); P. Erftemeger, SJ ( ) dan P. V. van den Putten, SJ ( ). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 137

156 Pada tahun 1913 misi Serikat Jesus di Lahurus berakhir. Misi Fialaran diserahkan kepada para Misionaris SVD. Dan Pastor Petrus Noyen, SVD, menjadi orang pertama yang menangani Paroki Lahurus. Selama tujuh tahun beliau melayani umat Lahurus bersama para pastor dari Serikat Sabda Allah, antara lain P. Wilhelmus Baach, SVD ( ); P. F. De Lange, SVD ( ); dan P. V. d. Hemel, SVD ( ). Januari - Maret 1921, datang P. Arnoldus Verstralen, SVD, yang kemudian diangkat menjadi Vikaris Apostolik Sunda Kecil pada 12 Maret Datang pula P. H. Schmitz, SVD ( ) menjadi pastor pembantunya. Selanjutnya secara bergantian datang para pastor SVD untuk melayani umat di Lahurus, yakni P. Berschbach, SVD sebagai Pastor Paroki ( ); P.C.Kerckhof, SVD ( ) dan P. Yoh. Koberl, SVD (1925) sebagai pastor pembantunya. Pada tahun 1927 datanglah P. J Heib, SVD, menggantikan P. Berschbach, SVD, sebagai Pastor Paroki ( ) dan P. H. Schroeder, SVD menjadi pastor pembantunya ( ). Pada tahun 1931 datang juga berturut-turut P. J. Duffels, SVD (1931); P. Jakobus Pessers, SVD ( ); P. Somhorst, SVD ( ); P. A. Cranssen, SVD ( ); P. Gukhulz, SVD (1939); P. Fransiskus Beuler, SVD ( ); Scheelz, SVD ( ); P. Nelissen, SVD ( ) yang kemudian mengambil cuti pada tahun Tetapi setelah kembali dari cuti, P. Nelissen, SVD, melanjutkan karyanya di Lahurus tahun P. Martens, SVD datang mengisi kekosongan karena Pater Nelissen, SVD sedang cuti ( ). P. Ernest Barth, SVD ( ) hanya bertugas 1 tahun di Lahurus kemudian pindah ke Paroki Fulur. Selanjutnya P. Visser, SVD, bertugas selama satu tahun di Lahurus yakni pada tahun 1946, lalu diganti oleh P. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

157 Mathias Timmermans, SVD tahun Beliau mengambil cuti dan baru kembali ke Lahurus lagi pada tahun 1957 dan bertugas hingga tahun P. W.Meulendijk, SVD datang ke Lahurus pada tahun 1950; P. Gregorius Schrombges, SVD (1952); P. Anton Soree, SVD ( ); P. J.Verschuuren, SVD (1952); P. W. Kaarsten, SVD sebagai Pastor Paroki tahun P. A. van Lieshout, SVD juga pernah membantu di Lahurus pada tahun Selanjutnya P. Yohanes Deuling, SVD menjadi Pastor Paroki di Lahurus tahun Selama hampir tiga tahun terjadi kevakuman pastor paroki sampai tahun P. J. Sudolski, SVD diangkat sebagai Pastor Paroki hingga P. Thometzki, SVD datang membantu di Lahurus tahun Kemudian datang P. Yosef Bloch, SVD tahun 1970 dibantu oleh Rm. Alex Seran, Pr (1972). P. Johanes Djuang Tukan, SVD diangkat sebagai Pastor Paroki Lahurus tahun Beliau diganti oleh P. Yosef Rafael Tani, SVD sebagai Pastor Paroki tahun P. Anton Beki Kedang, SVD meng-gantikan Pater Yosef Tani sebagai Pastor Paroki dari tahun Pada tahun ini, Rm. Moses Olin, Pr datang membantu sebagai pastor pembantu selama satu tahun ( ), sedangkan P. Karl Scholly, SVD sebagai Pastor Paroki selama sepuluh tahun ( ). Beliau dibantu Rm. Edmundus Sako, Pr: dan Rm. Simon Opat, Pr: Setelah P. Karl Scholly SVD pindah terjadi babak baru bagi Paroki Lahurus yaitu dari para Imam SVD kepada Imam Praja. Rm. Edmundus Nahak, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki Lahurus tahun , dibantu oleh Rm. Stefanus Bria, Pr ( ) dan Rm. Niko Nahak Dalu, Pr ( ). Mulai Mei 2008 terjadi pergantian Pastor Paroki dari Rm. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 139

158 Edmundus Nahak, Pr kepada Rm. Emanuel Usboko, Pr hingga tahun 2014, beliau dibantu oleh Rm. Cristo Oki, Pr tahun Dalam karya pelayanan, para Pastor tidak bekerja sendirian. Ada keterlibatan kaum awam yang secara purnawaktu membaktikan diri bagi pembangunan Gereja yang utuh. Karena itu, sejak awal, para pastor telah melibatkan sejumlah besar kaum awam. Mereka adalah Atok Seran, yang dipermandikan oleh P.Kraaaijvanger, SJ dengan nama Yosef Atok Serani bertindak sebagai Juru bahasa, penujuk jalan dan pengajar agama; Yakobus Taek Parera; Agustinus Diaz; Leo Renu; Bernadinus Luan; Yohanes Bere Lesu; Z. Makalo; Stanislaus Berek; Alexander Luan; Rafael Parera; Andreas Mali; dan Hendrikus Berek. Para awam ini diberi pengajaran agama, dilatih oleh para misionaris dan diangkat menjadi guru-guru agama. Sedangkan Tanah untuk pembangunan Gereja dan Pastoran Lahurus itu diserahkan oleh Bapak Hendrikus Berek, seorang guru agama dari rumah Suku Leoklaran. Di samping itu, karena umat dibagi dalam lingkunganlingkungan untuk memudahkan pelayanan, maka turut diangkat juga kaum awam lain yang bertindak sebagai guru agama di lingkungan, seperti: Markus Meti (Motaain); Emmanuel Moruk (Halibete); Blasius Bere (Halibete); Romanus Mau (Lahurus); Yosef Berek (Lahurus 2 dan Fatubesi); Linus Mali (Weklekat); Markus Seran (Haliren); Hendrikus Besin (Bernaba); Mikhael Leto (Takarabat); Yohanes Lau (Mahein); Yakobus Bau (Fatara); Yohanes Mau dan Wilhelmus Mau (Derok); Blasius Soro, Markus Mau dan Leo Seran (Haekesak); Emanuel Kali (Bala); Vitalis Koi, Kornelis Halek, Benediktus Asa dan Wilhelmmus Mau (Wetear); Lambertus Kasa dan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

159 Gabriel Lau (Fatubeilou); Hendrikus Hale dan Gabriel Suri (Ninluli); Wilhelmus Seran dan Yosef Wadan (Wilain). Selain para misionaris Jesuit dan SVD yang bertugas di Lahurus, ada juga kelompok guru sekolah yang didatangkan dari Kweekschool di Minahasa oleh P. Petrus Noyen,SVD untuk membantu mengajar anak sekolah di Lahurus. Mereka yang sangat berjasa itu adalah Arnoldus Wanget; Yavet Tinangon; Albertus Nangung; Yosef Weweng dan Z. Makalo. Sementara itu di Lahurus sendiri, para misionaris Jesuit dan SVD telah mengajar dan melatih sejumlah besar orang awam menjadi guru agama. Mereka lalu dikirim sebagai misionaris awam ke beberapa tempat di Timor, seperti Agustinus Diaz dikirim ke Nualain; Yakobus Taek dikirim ke Fulur; Wendelinus Luan dikirim ke Henes; Pius Fahik dikirim ke Atambua; Gabriel Atok dikirim ke Bau Atok; Yohanes Atok dikirim ke Kefamenanu; Kamilus Bere dikirim ke Manumean; Leo Renu dikirim ke Kamanasa dan meninggal di sana pada 16 November 1957 sebagai Martir; Servas Atok dikirim ke Sesekoe; Mateus Suri dikirim ke Manleten; Bernadus Leki dikirim ke Weberliku; Stanislaus Be ek dikirim ke Weluli dan membuka sekolah di sana; Herman Mali dikirim ke Koa, Balibo; dan Baltasar Bere dikirim ke Wemasa. Pada tahun 1939, wilayah Lamaknen terpisah dari Paroki Lahurus dan membentuk paroki Nualain. Perubahan yang terjadi pada pola Pastoral Keuskupan Atambua pada tahun 1982, mendorong paroki ini berbenah diri dan membentuk Dewan Pastoral Paroki sejak tahun Para ketua DPP yang diangkat dari awam dan dengan tulus merelakan diri secara purnawaktu untuk turut terlibat dalam mengurus paroki ini, bergantian dari satu periode ke periode berikut hingga tahun 2014 ini, yakni: Antón Seran Wilik ( ); Robertus Yermias ( ); Lambertus Suri ( ); Robertus Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 141

160 Kin ( ); Gerardus Mauk ( ); Yosef Laak ( ); Paulus Seran (2004-Mei 2008); dan Yosefina Luk Leba, ( ). Sejarah Gereja Katolik Lahurus terus mencatat bahwa pada tahun 1995, Lingkungan Koinsikun, Asulait, Buanurak dan Fatubesi/Hasmetan terpisah dari Paroki Lahurus dan membentuk paroki Wedomu. Selanjutnya tahun 2006, stasi Raihat yang terdiri dari Lingkungan Ninluli, Fatubeilou, Bala, Haekesak, Derok, Wetear dan Wilain terpisah dari Lahurus dan membentuk sebuah paroki baru dengan nama Paroki Sto. Aloysius Gonzaga Haekesak. Dengan demikian, wilayah Paroki Lahurus saat ini meliputi 7 Desa dalam wilayah Pemerintahan Kecamatan Lasiolat. Sebelumnya, pada tahun 2000 berjumlah 11 Lingkungan, tetapi seiring dengan pertambahan umat dan Gereja Katolik Keuskupan Atambua berbenah diri, oleh Pastor paroki Rm. Edmundus Nahak, Pr dan Pastor Pembantu Rm. Stefanus Bria, Pr serta anggota Dewan Pastoral Paroki yang dikoordinasi oleh bapak Gerardus Mauk dan Yosef Laak memekarkan 11 lingkungan itu menjadi 39 Lingkungan dan 298 KUB. Di samping itu mulai mengangkat TPL dan TPK untuk mengurus lingkungan dan KUB masing-masing. Pada 30 Desember 2015 Uskup Atambua melalui SK No. 451/2015 mengangkat P. Yustus Asa, SVD sebagai Pastor Paroki St. Petrus Lahurus menggantikan Rm. Emanuel Usboko, Pr. ***DPP Lahurus. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

161 1.3 Paroki Roh Kudus Halilulik Paroki Roh Kudus Halilulik merupakan salah satu Paroki tua dalam wilayah Keuskupan Atambua. Sebagai salah satu paroki tua, Paroki ini memiliki banyak cerita karena telah berjalan melewati berbagai peristiwa dan tantangan. Paroki ini berdiri pada tahun 1918 pada masa pertengahan penjajahan Belanda. Halilulik awalnya berdiri atau dibentuk sebagai sebuah Stasi yang meli-puti seluruh wilayah Kerajaan Naitimu dan Kerajaan Mande u dengan batas-batas: Utara berbatasan dengan Desa Naekasa dan Dafala; Selatan berbatasan dengan Desa Kusa dan Alas; Timur berbatasan dengan Timor Leste; dan Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten TTU. Pada tahun 1914 melalui suatu dialog, terjadi penyerahan tanah dari pihak Kerajaan Naitimu kepada Gereja Katolik Keuskupan Atambua. Raja HaleKin (Raja Naitimu) bersama suku-suku besar di dalamnya: Suku Maktaen, Suku Makereknen, Suku Uma Malae, Suku Dudu dan Suku Tona, menyerahkan sebidang tanah untuk pembangunan kapela disaksikan Dato Mauk Maktaen dan Dato Makao Naimusi. Pembangunan Kapela pertama beratap alang-alang dan pada pembangunan kapela yang kedua, atap mulai diganti dengan seng yang didatangkan dari pelabuhan Atapupu dengan tenaga manusia. Tempatnya di Kapela Biara SSpS Halilulik sekarang. Tahun 1921 Stasi Halilulik dipimpin oleh P. Arnoldus Verstraelen, SVD yang tiba di Halilulik pada 11 Juli Wilayah Stasi Halilulik meliputi seluruh Kerajaan Naitimu dan Mandeu. Mgr. Petrus Noyen, SVD mengangkat lima (5) guru Agama untuk mengajar agama kepada umat, yaitu Thomas Pareira; Leo Beru; Leo Renu; Aegidius Pareira, dan Petrus Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 143

162 Basenti. Pada 2 Juli 1922 datang 2 orang pastor dan seorang bruder menggantikan P. A. Verstraelen, SVD yakni P. Hendri-kus Leven, SVD; P. Yosef Smith, SVD; dan Br. Lusianus Mölken, SVD. Para pastor dan Bruder ini berkarya di Halilulik hingga 1 Juli Sejak 14 Juli Februari 1931, Halilulik dilayani oleh P. Yakobus Pessers, SVD yang lalu diangkat menjadi Vikaris Apostolik pertama di Timor pada 6 Juni Sejak 13 Februari Oktober 1939 Halilulik dipimpin oleh P. Yakobus De Bruin, SVD dan dibantu oleh P. Mathias Bersbach, SVD. Ketika tentara Jepang menduduki pulau Timor pada tahun 1942 terjadi krisis ekonomi yang sangat hebat. Tetapi Roh Allah selalu berkarya. Kegiatan rohani terus digalakkan oleh para pastor dan kaum awam sehingga iman umat semakin bertumbuh dan berkembang. Pada masa ini juga terjadi perang dunia kedua, sehingga di pulau Timor terjadi perang antara Jepang dan Belanda. Mulai 26 Februari September 1947 Paroki Halilulik kembali dipimpin oleh Mgr. Jacobus Pessers, SVD dan dibantu oleh P. Yosef Duffels, SVD. Pada masa ini terjadi bencana kelaparan yang hebat. Namun hal itu tidak menyulutkan semangat misioner para misionaris untuk mewartakan iman kepada umat. Ada sejumlah awam yang terlibat dalam karya kerasulan Gereja, yakni Ermindus Berek, Leonardus Bere, Yakobus Seran, Eduardus Bria, Pius Mali dan Yakobus Fahik. Pada masa ini Halilulik menjadi pusat misi Timor. Pada September Halilulik dilayani oleh P. Piet Verhaeren, SVD dibantu oleh P. Arnoldus van Lieshout, SVD, P. Yosef Duffels, SVD dan P. Wilbrodus Meunlendijk, SVD. Pada 18 Oktober 1952, Halilulik dilayani oleh P. J. Knoor, SVD dan P. Hendrikus Somhorst, SVD. Bulan Januari 1953 hingga Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

163 Oktober 1954, Halilulik kembali dipimpin P. Piet Verhaeren, SVD, P. Arnoldus van Lieshout, SVD, P. Yosef Duffels, SVD dan P. Hendrikus Somhorst, SVD. Selanjutnya pada 15 Oktober 1954-Juli 1956 Paroki ini dilayani oleh P. M. Timmermans, SVD. Sejak Juli P. Theodorus van den Tillaart, SVD memimpin paroki ini, dibantu oleh P. Karsten, SVD; P. Hendrikus Somhorst, SVD dan P. Arnoldus van Lieshout, SVD. Waktu terus bergulir, iman umat pun semakin bertumbuh dan berkembang seiring perjalanan waktu. Dalam periode ini, Paroki Halilulik seakan memasuki suatu era baru sebab mulai tahun 1957 atas inisiatif P. Hendrikus Somhorst, SVD mulai dibangun gedung gereja Halilulik. Pada 03 Januari 1961 Vikariat Apostolik Atambua berubah statusnya menjadi Keuskupan. Pada saat itu semua Stasi dalam wilayah Keuskupan Atambua berubah statusnya menjadi Paroki. Pembangunan fisik terus berjalan, sehingga pada 08 Agustus 1963 Gereja Halilulik ditahbiskan oleh Mgr. Theodorus Sulama, SVD dengan nama pelindung Roh Kudus. Sejak saat itu Stasi Sto. Odulfus Halilulik berubah menjadi Paroki Roh Kudus Halilulik. Pelindung (reliqui) Paroki tetap Sto. Odulfus tetapi tidak dirayakan secara khusus. Pesta Gereja Paroki ini dirayakan pada hari Pentekosta yakni hari turunnya Roh Kudus atas para rasul sebagai pelindung Paroki. Gedung gereja Halilulik didirikan oleh P. Hendrikus Somhorst, SVD pada tahun Pada tahun , Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh P. M. Timmermans, SVD, P. Hendrikus Somhorst, SVD, P. Yan Bala Letor, SVD, P. Yohanes Nelisen, SVD, P. Yan Oba, SVD dan P. Wilbrodus Meulendijk, SVD. Katekis paroki pada waktu itu adalah Gaspar Lay, dengan Dewan Pastoral Paroki berjumlah tujuh belas orang, dengan Ketua Aloysius Suri, dan Sekretaris Antonius Manek. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 145

164 Pada tahun 1965 terjadi pergolakan G 30 S. Gerakan ini tidak menggoyahkan iman umat, namun semakin kokoh berkat pelayanan para misionaris Societas Verbi Devine. Setelah pergolakan ini reda P. M. Timmermans, SVD selaku Pastor Paroki mulai mendirikan Kapela Laktutus pada tahun Devosi umat kepada Allah Roh Kudus dibawah bimbingan P. M. Timmermans, SVD sangat kuat bahkan diadakan Misa khusus untuk penyembahan kepada Allah Roh Kudus pada setiap hari Senin dalam Minggu ketiga. Tahun , P. Karl Scholly, SVD dan P. Anton Beki Kedang, SVD melayani Paroki Roh Kudus Halilulik. Mulai tahun Sekolah Teknik Katolik Santo Yoseph Hali-lulik didirikan dan pada tahun 1978 sekolah ini dengan tanahnya diserahkan kepada Kongregasi SSpS Halilulik oleh Pastor Paroki Roh Kudus Halilulik waktu itu P. Karl Scholly, SVD. Dalam periode ini dilanjutkan pembangunan Gereja Santo Mikhael Webora dan Kapela Hati Kudus Yesus Laktutus. Sebelumnya tahun 1970 kapela lama Stasi Labur didirikan oleh P. Karl Scholly, SVD. Stasi Halioan-Tulatudik dipisahkan dan diserahkan ke Paroki Santo Antonius Padua Nela. Pada tahun Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh P. Yakobus Bura, SVD dan P. Yosef Duffels, SVD. Ketua Dewan Pastoral Paroki pada masa ini adalah Gaspar Lay, Sekretaris Marselinus Hale dan Majelis Keuangan, Aloysius Suri. Diakon dan Frater yang praktek pastoral pada saat ini adalah Diakon Makarius Molo, Pr, Fr. Hendrikus Ati SVD (ex) dan Fr. Marsel Feka, Pr. Kegiatan fokus pastoral pada masa ini adalah pemberantasan wanita tuna susila atau pelacuran di dusun-dusun oleh Barisan Katolik Siaga (BARKAS). Tempat penampungan khusus bagi para pelacur itu disebut Loka; tempat tidur khusus untuk wanita yang dibuat di samping rumah Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

165 penduduk. Pada masa ini juga sosialisasi kepada umat tentang Gereja mandiri atau berdikari mulai digelar. Pada tahun , umat Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh P. Niko Buku, SVD dibantu oleh Diakon Makarius Molo, Pr. Para frater yang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP): Fr. Benyamin Mali (ex) dan Fr. Edmundus Sako. Ketua Dewan Pastoral Paroki, Gaspar Lay, Sekretaris Marselinus Hale dan Majelis Keuangan Aloysius Suri. Dalam masa ini Paroki Roh Kudus Halilulik menjadi tuan rumah perayaan penutupan Bulan Kitab Suci Nasional Dekenat Belu Utara. Tahun , umat Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh P. Alex Magu, SVD sebagai Pastor Paroki dan P. John Perang Lewar, SVD sebagai Pastor Pembantu. Frater TOP pada masa ini adalah Fr. Leonardus Nahas, Pr dan Fr. Paskalis Berkmans, SVD. Dewan Pastoral Paroki terdiri dari Andreas Berek sebagai Ketua I, Andreas Moruk sebagai Ketua II dan Alex Fahik sebagai Ketua III. Katekis yang membantu adalah Emanuel Bauk. Kegiatan pastoral yang digelar pada masa ini mulai terbentuk tim pastoral. Pastor bersama team selalu turun ke Lingkungan-lingkungan untuk mengadakan pendalaman iman terutama pada masa Adventus, Prapaskah dan Bulan Kitab Suci Nasional, sedangkan pembangunan fisik adalah kapela Buitasik/Kimbana. Tugas kegembalaan umat terus dari waktu ke waktu dan dari tangan ke tangan. November , tugas kegembalaan umat Paroki Roh Kudus Halilulik dipercayakan kepada P. Roger Alasan, SVD dibantu P. Vinsen Besin, SVD. Para Frater yang menjalani Tahun Orientasi Misioner (TOM) bagi Serikat Sabda Allah: Fr. Amandus Mite, SVD, Fr, Martinus Jimung, SVD (ex saat sudah menjadi imam), dan Fr. Timotius Gampur, SVD. Ketua Dewan Pastoral Paroki Alex Fahik. Katekis yang Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 147

166 membantu di paroki ada dua orang yaitu Yosef M.L Hello tamatan STKIP Ruteng dan Emanuel Bauk. Bangunan fisik yang dikerjakan adalah pembangunan Aula Paroki, pembangunan Kapela Weklalenok dan peletakan batu pertama untuk pembangunan gereja Labur. Tahun , Paroki Roh Kudus Halilulik dipimpin oleh Rm. Johanes Subani, Pr dan dibantu oleh P. Vinsen Besin, SVD. Para Frater yang menjalani Tahun Orientasi Pastoral/ Misioner: Fr. Gabriel Kono, Pr (ex) dan Fr. Damianus Wagus, SVD. Ketua Dewan Pastoral Paroki, Alex Fahik dan Ketua Majelis Keuangan, Marselinus Hale. Bangunan fisik yang dibuat adalah gua Maria Lourdes Halilulik dan gua Maria Fatukiik. Selanjutnya, tahun , umat Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh Rm. Hendrikus Fay, Pr dan dibantu oleh P. Vinsen Besin, SVD. Ketua Dewan Pastoral Paroki Dominikus Nahak. Dalam masa ini Paroki Roh Kudus Halilulik menjadi tuan rumah kedua kalinya perayaan bersama Bulan Kitab Suci Nasional tingkat Dekenat Belu Utara. Tahun , tugas kegembalaan umat Paroki Roh Kudus Halilulik beralih ke tangan Romo Dominikus Atini, Pr (alm.) dan dibantu oleh Romo Herman Nurak Hane, Pr. Diakon yang menjalani praktek diakonat adalah Diakon Gregorius Sainudin Dudi. Kaum awam yang terlibat dalam reksa pasto-ral paroki adalah Dominikus Nahak sebagai ketua Dewan Pas-toral Paroki, dan Marselinus Hale sebagai Ketua Dewan Keuangan Paroki. Pada masa ini Stasi Webora dimekarkan menjadi Paroki dengan pelindung Santo Mikhael sedangkan Stasi Laktutus diserahkan kepada Ordo Fransiskan (OFM). Tahun umat Paroki Roh Kudus Halilulik dilayani oleh Rm. Dominikus Metak, Pr dengan pastor pembantu Rm. Yohanes Oki, Pr ( ), Rm. Paulus Bapaq Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

167 Hobamatan (2007), Rm. Fransiskus Xaverius Seran, Pr dan Rm. Oktovianus Neno, Pr. Para Frater yang menjalani Tahun Orientasi Pastoral adalah Fr. Maximus Teme, Pr (ex), Fr. Adrianus Fios, Pr (ex) dan Fr. Fransiskus Naikofi, Pr ( ). Mulai tahun 2013 hingga sejarah ini ditulis, umat Paroki Roh Kudus Halilulik digembalakan oleh Rm. Febronius Fenat, Pr, dibantu oleh Rm. Oktovianus Neno, Pr ( ) dan Rm.Bernardus Bria Seran, Pr (18 Juni 2014). Karya pas-toral yang dijalankan pada masa ini adalah pastoral pen-didikan searah denganpastoral fokus Keuskupan Atambua. Keadaan Umat Paroki Roh Kudus Halilulik Saat ini Menurut data tahun 2013, umat Paroki Roh Kudus Halilulik berjumlah jiwa yang tersebar dalam KK dan 58 Lingkungan. Dari segi etnis atau kesukuan ada dua suku besar yakni: suku Naitimu dan suku Mande u. Namun dalam perjalanan waktu dan perkembangan populasi penduduk, wilayah paroki Roh Kudus Halilulik saat ini didiami manusia dari berbagai etnis dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Ada etnis Tetun Terik, Tetun Portu, Bunaq, Kemak, Dawan, Flores, Jawa, Bugis dan Tionghoa. Sampai tahun 2015, Paroki Halilulik telah dimekarkan menjadi tiga paroki yaitu Paroki Webora (2001), Paroki Laktutus (2004), dan Paroki Halilulik sendiri. Kini Paroki Halilulik memiliki 8 (delapan) stasi, yakni Stasi Labur, Stasi Kimbana, Stasi Wehedan, Stasi Knabu, Stasi Berebot, Stasi Buburlaran, Stasi Talifehan, dan Stasi Halisikun (Translok). Paroki Hali-lulik memiliki 5 organisasi gerejani yakni Legio Mariae; Santa Anna, THS-THM, Orang Muda Katolik dan Komunitas Tritung-gal Maha Kudus (KTM). *** Rm. Bernardus Bria Seran, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 149

168 1.4 Paroki Santa Maria Immaculata Katedral Atambua dirintis menuju paroki sejak tahun Sebelumnya bergabung dengan Paroki Roh Kudus Halilulik. Tercacat dalam sejarah dan disebutkan bahwa ada 5 (lima) misionaris dari Serikat Sabda Allah yang merintis berdirinya Paroki Atambua tahun Kelima misionaris itu adalah P. Arnoldus Verstraelen, SVD; P. John Bouma, SVD; P. J.V. Bleef, SVD; P. J. Smith, SVD dan P. Anton Baun, SVD. Sebelum tahun 1970-an, Paroki Atambua meliputi wilayahwilayah yang kini telah menjadi paroki-paroki yang mandiri yakni Paroki Santo Antonius Padua, Nela; Paroki Tritunggal Maha Kudus, Sadi; Paroki Santo Petrus, Tukuneno; Paroki Santa Maria Bunda Penebus, Fatuketi; Paroki Santo Agustinus, Fatubenao dan Paroki Santo Yohanes Pemandi, Haliwen. Sejak tahun 1971 mulai terjadi pemekaran-pemekaran paroki, mulai dengan Paroki Nela (1971); diikuti oleh Paroki Tukuneno (1989), Paroki Sadi (1991); Paroki Fatuketi (2002), Paroki Fatubenao (2002) dan akhirnya Paroki Haliwen (2009). Luas wilayah Paroki Santa Maria Immaculata Katedral Atambua kurang lebih 7 km2 dengan jumlah umat Katolik sebanyak jiwa, 22 lingkungan, dan 163 KUB. Umat Paroki Santa Maria Immaculata Katedral Atambua makin hari semakin bertambah banyak yang ditandai dengan permandian anak setiap bulan yang jumlahnya paling sedikit lima orang. Inilah tanda nyata dari rahasia kehidupan dan pertumbuhan Gereja Kristus laksana biji sesawi yang jatuh ke tanah, bertumbuh dan berkembang secara mengagumkan, besar dan rindang, tempat Gereja seutuhnya merambatkan hati dan memercayakan seluruh hidup untuk memperoleh keselamatan. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

169 Paroki yang terletak di jantung kota Atambua ini memiliki dua buah Gua Santa Maria sebagai tempat doa dan ziarah umat. Gua Maria yang pertama bernama Gua Santa Maria Toro, dan yang satu lagi terletak persis di samping Gereja Katedral. Untuk meningkatkan mutu imannya, umat Katedral juga melibatkan diri dalam berbagai kegiatan kelompok kategorial gerejani, seperti Legio Mariae, Santa Anna, THS/THM, Persekutuan Doa Karismatik Katolik, Saint Egidio, dan KTM. Selain itu ada juga kelompok kategorial lainnya seperti ME, CFM, dan lain-lain. Imam yang pernah berkarya di Paroki Katedral Atambua Sejak berdiri pada tahun 1926, sudah ada banyak sekali pastor yang bertugas baik sebagai Pastor Paroki maupun Pas-tor Pembantu atau pastor kapelan. Pastor Paroki Katedral Santa Maria Immaculata Atambua yang pertama adalah P. Jacobus Pessers, SVD dibantu oleh P. C. Martens, SVD dari tahun 1926 s/d Selanjutnya ketika P. Jacobus Pessers, SVD diangkat menjadi Uskup, tugas pastor paroki diteruskan oleh P. C. Mar-tens, SVD dibantu P. N. Fissers, SVD ( ). Lalu datang P. A. Cranssen, SVD dan P. Misjen, SVD dari tahun 1939 sampai dengan Tahun , Paroki Katedral dikepalai oleh P. J. M. Timmermans, SVD. Selanjutnya berturut-turut P. J. Deuling, SVD ( ), P. Th. de Boer, SVD ( ). Pada tahun , untuk pertama kalinya Paroki ini dikepalai seorang imam projo yakni Rm. Alex Seran, Pr. Tahun , P. Yustus Asa, SVD memimpin Paroki Katedral sebagai Pastor Paroki bersama P. Rogerius Claudis Bianchetti, SVD dibantu P. Yakobus Bura, SVD dan P. Anton Riberu, SVD. Tahun , Rm. Emanuel Hane, Pr dan P. Marcellus Baonulle, SVD. Tahun : Rm. Paulus Klau, Pr Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 151

170 bersama P. Alex Magu, SVD. Tahun : Rm.Edmundus Nahak, Pr sebagai Vikjen KA merangkap Pastor Paroki Katedral bersama P. Alex Magu, SVD dibantu Rm. Makarius Molo, Pr; Rm. Benyamin Seran, Pr (1986) dan Rm. Valens Boy, Pr (1987). Tahun , Rm. Bernabas Natun, Pr diangkat men-jadi Pastor Paroki. Rm. Agustinus Bula, Pr ( ) dan Rm. Gerardus Herry Fernandez, Pr sebagai Pastor Pembantu. Selain sebagai Pastor Paroki Katedral Atambua, Rm. Barnabas Natun, Pr juga melaksanakan tugas sebagai Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Atambua. Sementara itu, Rm. Agustinus Bula, Pr dan Rm. Gerardus Herry Fernandez, Pr sebagai Ketua Komsos Keus-kupan Atambua dan Sekretaris Umum Puspas Keuskupan Atambua. Tahun , Rm. Domi Metak, Pr sebagai Pastor Paroki, dibantu oleh Rm. Hendrikus Hale, Pr; Rm. Yohanes Subani, Pr (1994) dan Rm. Agustinus Berek, Pr (1996). Tahun 1999 (Okt)-2005 (Mei), Rm. Agustinus Berek, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki Katedral dibantu oleh P. Fidelis Jemali, SVD (2000); Rm. Amandus Nahas, Pr (2002) dan Rm. Herman Nurak Hane, Pr. (2004). Pada Mei 2005-Mei 2008, Rm. Yanuarius Seran, Pr ditempatkan sebagai Pastor Paroki Katedral dibantu oleh Rm. Herman Nurak Hane, Pr dan Rm. Mikhael Maumabe, Pr. (2005). Setelah tiga tahun menjadi Pastor Paroki Katedral, Rm. Yanuarius Seran digantikan kembali oleh Rm. Agustinus Berek, Pr merangkap sebagai Deken Belu Utara dari Mei 2008 hingga Januari Rm. Agus Berek dibantu oleh Rm. Mikhael Maumabe, Pr; Rm. Emanuel Siki, Pr (2008); Rm. Stefanus Bria, Pr (2010) dan Rm. Antonius Kapitan, Pr (2014). Mulai Januari 2014, Paroki Katedral Atambua dilayani oleh Rm. Stefanus Boisala, Pr sebagai Pastor Paroki merangkap Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

171 Deken Belu Utara dan dibantu oleh Rm. Emanuel Siki, Pr dan Rm. Antonius Kapitan, Pr. Selain para imam, kaum awam pun turut berperan serta secara aktif dalam karya pastorasl sebagai DPP dan DKP. Saat ini sebagai Dewan Pastoral Paroki adalah Wenseslaus Fahik, sebagai Ketua I; Alexander Lapiasebagai Ketua II, dan Anton Tisera sebagai Ketua III. Sedangkan di DKP sebagai wakil ketua adalah Bapak Wilibrodus Lay.***Rm. Stefanus Boisala, Pr. 1.5 Paroki Santo Gerardus Nualain Sejak tahun 1917 sudah ada pelayanan berkala ke Nualain oleh pastor yang bertugas di Paroki Lahurus. Pada tahun 1935, Raja Dirun, Baltasar Manu meminta kepada pastor di Lahurus supaya dibangun sebuah gereja di Weluli, namun permintaan ini ditentang oleh Raja Nualain, Bei Lesu (Gaspar Lesu, setelah dibaptis menjadi Katolik) dengan alasan Weluli tidak terlalu pas, sebaiknya didirikan di Nualain. Maka, atas kesepakatan Pastor Paroki Lahurus, Raja Dirun dan Raja Nualain, gereja pun didirikan di Nualain. Pada tahun , umat memindahkan secara utuh gedung gereja milik Paroki Lahurus yaitu gedung pertama dari gereja Lahurus, yang saat itu, telah diganti dengan gedung yang baru untuk dijadikan sebagai gedung gereja Nualain. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 153

172 Tahun 1939, P. Frans Baule, SVD mulai menetap di Nualain. Maka secara resmi Nualain terpisah dari Lahurus dan menjadi sebuah paroki dengan nama pelindung Santo Gerardus. Pada waktu proses pendirian paroki ini ada guru agama terlatih dan guru-guru Sekolah Rakyat yang turut terlibat. Mereka adalah Dominikus Mau Fatu; Yohanes Bere Lesu; Gabriel Asy; Edmundus Luman; Petrus Saik; Thomas Tay; dan Yosef Mali. Selanjutnya untuk memudahkan pelayanan kepada umat, Paroki Nualain dibagi dalam beberapa kapela, yaitu Kapela Lakmaras di Sabul Mil; Kapela Lakuuman di Lo onuna; Kapela Loegolo di Nualain II, dan Kapela Leowalu di Leowalu. Para Pastor yang pernah melayani di Paroki Nualain sejak berdiri hingga kini adalah sebagai berikut: P. Frans Baule, SVD (1939); P. J. Schula, SVD ( ); P. Melisason, SVD ( ); P. C. Martana, SVD ( ); P. Wen Haren, SVD (1947); P. Anton Soree, SVD (1947); P. H.J. Samhorts, SVD ( ; ; ; ; ); Ernest Bart, SVD ( ; ; ); P. Knoor, SVD ( ); P. H.J.Sonbay, SVD (1961); P. Yosef Roth, SVD ( ); Rm. Biancheti, Pr ( ); Rm. Yakobus Kusi, Pr (1979); Rm. Anton Solo, Pr (Ex) ( ); P. Vinsensius Wun, SVD ( ); Rm. Dominikus Atini, Pr ( ) ( ); P. Martinus Kofi, Pr ( ) ( ); Rm. Gabriel Alos, Pr ( ); Rm. Gerardus Bani, Pr ( ) dan Rm. Maximin Amnanu, Pr ( ), dibantu oleh Rm. Inocentius Nahak Berek, Pr. Pada akhir tahun 2015 terjadi pergantian Pastor Paroki dari Rm. Maximin Amnanu, Pr kepada Pastor Paroki yang baru, Rm. Ignasius Alo Bria Neno, Pr. Sedangkan Rm. Maximus Amnanu, Pr mendapat tugas baru sebagai Pastor Paroki Fatuoni. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

173 Jumlah umat Paroki Nualain sesuai statistik tahun 2014 sebanyak jiwa, tersebar di 33 Lingkungan dan 134 Komunitas Umat Basis.***Dewan Pastoral Paroki Nualain. 1.6 Paroki Santo Antonius Padua Nela Embrio berdirinya Paroki Santo Antonius Padua Nela sudah dimulai sejak awal berdirinya Seminari Lalian pada tahun 1950, dengan tujuan untuk membantu pelayanan umat yang ada di sekitar Nenuk dan Lalian. Berdirinya Paroki Nela didasarkan pada SK Uskup Atambua, No. 118/1971 tertanggal 01 April Awal pembentukan paroki yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 195 kilometer persegi tersebut dirintis oleh P. Jan Smith, SVD. Beliau juga diangkat menjadi Pastor Paroki pertama dengan SK Uskup Atambua No.119/1971 tertanggal 21 April Karena belum mempunyai gedung gereja dan sekretariat sendiri maka Gereja Biara Santo Yosef, Nenuk dipakai sebagai pusat pelayanan pastoral yang pertama. Selanjutnya Paroki yang baru dibentuk ini diberi nama NELA yang merupakan singkatan dari Nenuk-Lalian. Pemberian nama ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa dalam pem-binaan umat dan sebagainya akan banyak mendapat dukung-an dan bantuan dari kedua lembaga ini (maksudnya Seminari Lalian dan Biara SVD Nenuk). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 155

174 Seiring perjalanan waktu dan pertumbuhan serta perkembangan umat mulai dipikirkan untuk memiliki gereja dan pusat pelayanan pastoral sendiri yang terpisah dari biara St. Yosef Nenuk agar lebih mandiri dan optimal dalam melayani umat. Karena itu Dewan Pastoral Paroki memohon kepada Bapa Uskup untuk boleh mendapatkan sebagian tanah Keus-kupan guna membangun gereja Paroki Nela. Permohonan ini disetujui dengan penyerahan tanah secara lisan. Sedangkan persetujuan resmi tentang pemberian tanah untuk Paroki Nela itu selanjutnya dituangkan dalam SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, No. 181/85 tertanggal 27 Mei Berdasarkan SK ini, maka pada 04 Mei 1985 dibuatlah sebuah persetujuan bersama antara pimpinan Seminari Lalian saat itu, Rm. Stefanus Boik, Pr dan Pastor Paroki Nela P. Josef Goopio, SVD serta disaksikan oleh Ketua I Dewan Pastoral Paroki Nela Bapak Philipus Bria, Sekretaris DPP Bpk Wempi Saffran dan Br. Niko Meko SVD tentang penyerahan tanah dan batas-batasnya untuk pembangunan gereja Paroki Nela. Tanah yang diserahkan ini merupakan tanah milik Seminari Lalian yang dihibahkan oleh Suku Umametan Naekasa dan Suku Motu atas nama Bapak Yohanes Samara dan Bapak Petrus Beti. Pada tahun 1984 dibangun sebuah gedung serba guna yang dipakai sebagai sarana ibadat. Pembangunan ini atas swadaya umat dan dibantu oleh penderma P. G. Schromgers, SVD. Namun dalam perkembangan selanjutnya gedung gereja tersebut tidak mampu lagi untuk menampung seluruh umat. Karena itu atas permohonan pastor paroki dan seluruh umat serta persetujuan Bapa Uskup, pada tahun 1988 dibangun gedung gereja paroki yang baru. Gedung gereja yang baru ini kemudian ditahbiskan pada Minggu, 28 Juni 1996 oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan dipersembahkan kepada perlin- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

175 dungan Santu Antonius dari Padua. Dengan demikian paroki ini diberi nama Paroki Santo Antonius Padua Nela. Paroki Santo Antonius Padua Nela terletak di Surik Lulik, Km. 9, Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu. Secara topografis, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: bagian Timur berbatasan dengan wilayah Paroki Santo Paulus Wedomu dan Fatubenao; bagian Barat berbatasan dengan wilayah Paroki Manumean dan Lurasik; bagian Utara berbatasan dengan wilayah Halituku, Paroki Tukuneno. Sedangkan bagian Selatan, berbatasan dengan wilayah Paroki Halilulik dan Laktutus. Semula paroki ini hanya memiliki dua stasi yakni Stasi Motabuik dan Stasi Tulatudik. Dalam perkembangan terbentuk menjadi delapan Stasi yaitu Pusat Paroki meliputi dua lingkungan yaitu Lingkungan Hati Yesus Maha Kudus Nela dan Lingkungan Santa Familia Wekabu; Stasi Wenaturah, terdiri dari Lingkungan Webusa, Lingkungan Santo Thomas Aquino Naresa, Lingkungan Santa Anna & Yoakhim Batumerah A dan Lingkungan Santo Stefanus Martir, Batumerah B; Stasi Oehali, meliputi Lingkungan Oetfo, Lingkungan Halikelen A, Lingkungan Santa Genoveva Halikelen B, Lingkungan Maria Fatima Manatutu dan Lingkungan Santo Petrus dan Paulus Baukavena; Stasi Wetubu, meliputi Lingkungan Weberliku, Tubatan, Buburlulik, Naekasa dan Welorlaran; Stasi Tulatudik, terdiri dari Lingkungan Lelowai, Hedafehan, Tulatudik dan Lookeu; Stasi Taeksoruk, meliputi Lingkungan Raiikun, Debubot, Manumutin, Taeksoruk, Oeoan dan Maukliman; Stasi Motabuik, terdiri dari Lingkungan Santa Sisilia, Santo Petrus, Nufuak, Santo Yohanes Pembaptis, Santo Arnoldus Janssen, Asuulun A dan Asuulun B. Dan Stasi Bala, terdiri dari Lingkungan Bauatok A, Bauatok B dan Lalosuk. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 157

176 Umat Paroki Nela heterogen dari segi pendidikan, mata pencaharian, suku dan budaya. Sebagian besar umat Nela bermata pencaharian sebagai petani (mayoritas), sebagian lain tukang, pegawai baik swasta maupun negeri, dan TNI/POLRI. Latarbelakang pendidikannya juga bervariasi dari tingkat pendidikan Dasar sampai Perguruan Tinggi. Berdasarkan statistik tahun 2014 jumlah umat Paroki Santo Antonius Padua Nela sebanyak jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Jumlah ini tersebar di 8 Stasi, 33 Lingkungan dan 191 KUB. Jumlah umat yang ada ini terdiri dari berbagai suku dan budaya yakni Tetun, Dawan, Bunaq, Kemak, Flores dan lain-lain. Paroki St. Antonius Padua Nela memiliki sejumlah sekolah seperti: 5 Taman Kanak-Kanak (PAUD); 14 Sekolah Dasar Swasta dan Negeri; dua SMP, dan lima SMA/K yakni SMA Seminari Lalian, SMK Santo Yosef Nenuk, SMK Kesehatan Cartintes, SMK Uyelindo dan SMA Negeri 2 Tasifeto Barat. Di samping itu ada dua Lembaga pembinaan calon imam yakni Tahun Orientasi Rohani (TOR) dan Novisiat SVD Nenuk. Sejak berdirinya tahun 1971 hingga sekarang Paroki St. Antonius Padua Nela telah dikepalai oleh 10 orang pastor selaku pastor paroki, yakni P. Yan Smith, SVD sebagai Pastor Paroki pertama ( ); P. Nikolaus Buku, SVD ( ); P. M. Timmermans, SVD ( ); P. Roger J. Risse, SVD ( ); P. Josef Goopio, SVD ( ); P. Yohanes Oba, SVD ( ); P. Pieter Dille Bataona, SVD ( ); P. Fransiskus Teme, SVD ( ); P. Timoteus Lisu, SVD ( ) dibantu oleh P. Lukas Lui Uran, SVD; P. Karl Scholly, SVD (2015) dibantu oleh P. Fidelis Jemali, SVD. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

177 Dewan Pastoral Paroki dan para Katekis Dewan Pastoral Paroki yang pernah bertugas sejak pembentukan paroki sampai sekarang sebagai Ketua I adalah Philipus Bria, BA ( ); J.A.P. Silvester, BA ( ); Ir. Ale Kayus ( ); Yosef M.L. Hello, MHum ( ); dan Ir. Ale Kayus ( ). Selain DPP dan DKP, Katekis dan para guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan menggereja. Mereka adalah ujung tombak dan perpanjangan tangan pastor di paroki, stasi dan lingkungan-lingkungan. Bapak Zakarias Bnani telah bertugas sebagai Katekis Paroki sejak tahun 1991 hingga kini (2015). Mereka yang tercatat sebagai guru agama kampung di lingkungan-lingkungan adalah: Kornelis Mau; Petrus Tes; Nikolaus Tobu; Gabriel Luan; Gaspar Seran; Yosep Kapitan; Kornelis Lau; Benediktus Tani; Emanuel Areu; Thomas Tamonob, Daniel Lelo dan Bernadus Bere. Sejak tahun 2000, kedudukan Guru Agama tidak ada lagi dalam struktur pastoral Keuskupan Atambua. Panggilan Biara Suster yang berada di Paroki Santo Antonius Padua Nela adalah RVM dan Tarekat Putri Maranatha (PM). Para suster RVM membantu di Seminari Lalian sebagai Pengajar, sedang-kan Tarekat PM adalah tarekat suster diosesan milik Keus-kupan Atambua yang menghayati spiritualitas Santa Teresa dari Kalkuta dengan rumah pusatnya di Paroki Nela. Mereka membantu pastoral dan karya sosial. Selain tarekat para suster, Paroki Nela merupakan pusat SVD Timor dan Pusat Pastoral Keuskupan Atambua, di sana ada Emaus Pastoral Cen-ter, TOR Loo Damian, Kantor Puspas, Istana Keuskupan dan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 159

178 Seminari Menengah Lalian. *** P. Lukas Lui Uran, SVD & Yosef M.L. Hello. 1.7 Paroki Santa Maria Ratu Damai Fulur Pada mulanya, Paroki Ratu Damai Fulur merupakan salah satu Stasi dari Paroki Santo Geradus Nualain. Gedung gereja stasi ini, mula-mula berbentuk sebuah pondok kecil, berdinding bambu, beratap alang-alang, beralas tanah, dan tanpa kursi yang bertempat di Barut Lolo. Melihat perkembangan umat yang semakin hari semakin bertambah dan iman yang sekian bertumbuh, maka timbullah inisiatif dan sebuah harapan untuk mendiri-kan sebuah gedung gereja yang lebih layak, sebagai tempat untuk berdoa. Pada waktu itu, promotor dan penggerak utamanya Pater Ernest Barth, SVD, seorang misionaris Jerman. Beliau peletak dasar dan pendiri Paroki Ratu Damai Fulur. Niat baik ini disampaikan secara terbuka kepada para Raja yang berkuasa pada waktu itu yakni: Ama Nai Kewar: Nai Arnoldus Boko; Ama Nai Fulur: Nai Arnoldus Mau Manek; Ama Nai Lamaksenulu: Nai Yohanes Manek Seran; Ama Nai Makir: Nai Alfons Bei Mone, dan Ama Nai Mahuitas: Nai Mathias Hale Manek. Niat baik ini diterima oleh para Nai dan Vetor. Mereka bergandengan tangan dan bersepakat untuk membangun Gereja atau sebuah gedung Gereja yang baru. Maka pemba- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

179 ngunan segera dimulai dengan sistem gotong royong. Semua pendanaan berasal dari Pastor Ernest Barth, SVD sedangkan masyarakat/umat memberikan tenaga. Pekerjaan dimulai dari tahun 1965 dan gedung gerejanya selesai pada tahun Pada 22 Agustus 1971, gedung gereja yang baru ditahbiskan dengan nama Gereja Ratu Damai Fulur oleh Mgr. Theodorus v. d. Tilaart, SVD. Bertepatan dengan pentahbisan Gereja Ratu Damai Fulur itu, ditahbiskan juga seorang Imam, putera sulung orang Bunaq/Lamaknen, Pater Yustus Asa, SVD. Mulai saat itu, Stasi Fulur berubah menjadi Paroki dengan nama Paroki Santa Maria Ratu Damai Fulur. Paroki Ratu Damai Fulur merupakan salah satu Paroki yang ada di wilayah Lamaknen, Kabupaten Belu, Dekenat Belu Utara. Paroki ini berada di beranda depan perbatasan dengan Timor Leste. Sebagai Paroki Perbatasan, sudah pasti ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipertahankan, terlebih iman, yang sering terarah kepada dualisme, juga keamanan dan ketertiban di daerah perbatasan. Maka kerja keras dan pembinaan untuk umat, menjadi sesuatu yang penting. Batas-batas wilayah paroki Fulur adalah Bagian Utara ber-batasan dengan Negara Timor Leste; Bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Santo Gradus Nualain (Desa Duarato dan Desa Lewalu); Bagian Barat berbatasan denganparoki Santo Theodorus Weluli dan Paroki Santo Aloysius Gonzaga Haekesak (Desa Aitoun); dan Bagian Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste. Jumlah umat Paroki Ratu Damai Fulur per 31 Desember 2014 sebanyak jiwa, terdiri dari Kepala Keluarga, 13 Lingkungan dan 158 KUB. Paroki Ratu Damai Fulur me-miliki 1 stasi, Stasi Santa Maria Fatima Tahon dan 2 (dua) kapela yaitu Kapela Mahuitas dan Kapela Lakus. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 161

180 Dalam dunia pendidikan, Paroki Ratu Damai Fulur mempunyai sekolah-sekolah peninggalan para Misionaris. Ada 9 (Sembilan) buah Sekolah Dasar yang terdiri dari 4 (empat) SDK dan 5 (lima) SDI. Sedangkan Sekolah Menengah Pertama, berjumlah 3 (tiga) sekolah dan semuanya berstatus Negeri. Umat Paroki Ratu Damai Fulur bermata pencaharian utama sebagai petani dan peternak. Dalam kesederhanaan, umat Paroki Ratu Damai Fulur harus berhadapan dengan keadaan alam yang menantang. Bagaimana harus mengolah tanah yang berbatu dan miring untuk menanam jagung atau padi. Butuh perjuangan, keuletan dan kelihaian dalam menghadapi keadaan tersebut. Dengan keadaan ekonomi yang paspasan, mereka mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dan itulah kebanggaan bagi keluarga. Dari sebagian itu, ada yang berprofesi sebagai guru, sopir dan tukang Karya pastoral, selalu merujuk pada pastoral akar rumput, selalu bergerak dari akar rumput untuk memulai sesuatu. Selain pastoral akat rumput, sering juga digalakkan pastoral kehadiran yang tentunya akan membawa kesan tersendiri bagi umat yang dikunjungi, baik oleh para pastor maupun oleh para suster. Mereka hadir untuk melayani sakramen, hadir untuk membagi pengalaman suka dan duka bersama umat. Dan pastoral lain yang sedang dikembangkan adalah pastor berjuang untuk mempelajaribahasa setempat dan budaya setempat. Dengan demikian, pastor akan menjadi bagian dari hidup mereka, dan mereka akan selalu mendengarkannya. Para pastor yang pernah bertugas di Paroki Ratu Damai Fulur sejak berdiri hingga saat ini adalah: P. Ernest Bart, SVD sebagai Pastor Paroki pertama tahun Beliau dibantu oleh P. Hendrikus Somhort, SVD tahun dan Rm. Yakobus Kusi, Pr ( ). Pastor Paroki berikutnya Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

181 adalah P. Yosef Roth, SVD dari tahun 1985 hingga Selanjutnya Rm. Siprianus Benu, Pr ( ) dibantu oleh Rm. Alexander Thein, Pr ( ), Rm. Pius Oematan, Pr ( ) dan Rm. Donatus Tefa, Pr (1992). Pastor Paroki berikutnya adalah Rm. Hendrikus Fay, Pr tahun Rm. Hendrik diganti oleh Rm. Gabriel Alos, Pr selama dua tahun ( ). Rm. Dominikus Metak, Pr sebagai Pastor Paroki selama empat tahun ( ). Rm. Domi Metak diganti oleh Rm. Thomas Tahu, Pr sebagai Pastor Paroki selama empat tahun ( ). Rm. Stefanus Bria, Pr menggantikan Rm. Thomas Tahu, Pr sebagai Pastor Paroki Selanjutnya Rm. Stefanus Bria, Pr digantikan oleh Rm. Primus Seran, Pr sebagai Pastor Paroki Fulur hingga sejarah ini ditulis. Beliau dibantu oleh Rm. Marianus Halek, Pr yang meninggal dunia tahun Pada zaman kegembalaan Rm. Primus Seran, Pr umat Paroki Fulur sedang membangun sebuah gedung gereja yang baru. ****Rm. Primus Seran, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 163

182 1.8 Paroki Santo Theodorus Weluli Sebelum terbentuknya Paroki Santo Theodorus Weluli, umat Desa Dirun-Weluli menjadi umat paroki Nualain. Saat itu di wilayah Lamaknen hanya terdapat dua paroki yaitu: Paroki Nualain dan Paroki Fulur. Mengingat jauhnya pelayanan pastoral umat Desa Dirun dengan pusat Paroki Nualain, maka perlu mencari suatu solusi agar tempat pelayanan pastoral lebih dekat dengan umat. Pada bulan Juni 1980 diadakan pertemuan untuk mendirikan Paroki Santo Theodorus Weluli yang diprakarsai oleh bapak A.A Bere Talo. Tokoh umat yang hadir saat itu adalah Joseph A.Loe, BA; Alo St. Leki; L.Y Laku Mali (Nai Dirun); Simon St. Loe ( Pegawai Kecamatan); Lukas Tai; Yakobus Mau; Agus Mali; Dominikus St. Lesu; Margaretha Soi; J.P. Koli; Yohanes St. Lesu; Alo Mau Loko, BA dan Gaspar G.Y Asy.Peletakan batu pertama pembangunan gereja pertama St. Theodorus Weluli pada 10 September 1980 oleh Bapak A.A Bere Talo dihadiri oleh Pastor Paroki Santo Theodorus Weluli yang pertama Rm. Yakobus Kusi, Pr, disaksikan oleh tokoh umat, tokoh masyarakat dan umat Paroki Santo Theodorus Weluli. Sebelum peletakan batu pertama diadakan upacara adat berupa Taka Gol Inil dengan kurban seekor babi ditanggung oleh Bapak Simon Bere Meak Kepala Kampung Lookun dari Suku Kia Lae. Sedangkan doa ritual oleh Leonardus Fahik (Sirigatal); Stanis Mau (Suku Kia Lae)dan Kamilus Mau (Suku Sirigatal). November 1980 umat dusun Maudemu memikul kayu balok ramuan untuk bangunan gereja dari Motaoe, Desa Manleten ke Weluli melalui Maudemu. Kondisi jalan raya melalui Motamoru tidak bisa dilalui karena rusak berat. Kegiatan ini dipimpin oleh Bapak Simon St. Loe.Pada awal Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

183 tahun 1981 gereja Weluli mulai dibangun. Pengerjaan dilakukan oleh tukang-tukang dari Fulur yang dikepalai oleh Bapak Tobias Bere dan bapak Alex Neno (umur 80 tahun) asal Paroki Fulur sampai selesai. Beberapa tokoh umat sangat antusias baik dengan swadaya tenaga maupun material dalam penyelesaian gereja pertama Weluli yaitu Bapak A.A.Bere Tallo (alm.), Bapak Yosef A. Loe ( ), dan Bapak Jakobus Badak Saka(alm). Pada 30 April 1981 diterbitkan SK No. 126/1981 oleh Uskup Atambua, Mgr. Theodorus Sulama, SVD tentang pembentukan Paroki St. Theodorus Weluli meliputi Desa Dirun, Desa Aitoun (Kec. Tastim) dan Kampung Loegolo. Pada 30 April 1981 diterbitkan SK No. 127/1981 tentang penetapan Rm. Yakobus Kusi, Pr sebagai Pastor Paroki Santo Theodorus Weluli yang pertama. Paroki baru Santo Theodorus Weluli dilengkapi dengan Dewan Pastoral Paroki (DPP) dengan ketuanya Bapak A.A Bere Tallo ( ); Sekertaris, Ibu Margaretha Soi; dan Bendahara, Jacobus Badak Saka ( ). Pada tahun-tahun awal, Paroki Weluli meliputi tiga lingkungan besar, yakni Lingkungan Weluli meliputi Weluli A, Weluli B, Lookun dan Lia Asu, dengan ketua lingkungan Bapak Simon St. Loe. Lingkungan Nuawain, meliputi Berloo, Nuawain, dan Sisi, dengan ketua lingkungan Bapak Yohanes St. Lesu; dan Lingkungan Maudemu, meliputi Balesi, Beisurik, Maudemu, dan Kaen. Pada 21 Juli 1983, Gereja Paroki Santo Theodorus Weluli ditahbiskan oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan pada Oktober 2007 gedung gereja Santo Theodorus Weluli dibongkar karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi dan angin ribut. Melihat keadaan gereja yang rusak parah, maka ketika Paroki merayakan pesta Perak Paroki, umat menghendaki adanya satu gedung gereja yang baru. Impian umat pun terpenuhi Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 165

184 dengan ditandai peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja Santo Theodorus Weluli, pada 3 November 2008 oleh Deken Belu Utara, Rm. Agustinus Berek, Pr. Pengerjaan fondasi bangunan gereja dimulai 23 Novem-ber 2008 sehari sebelum Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Pengerjaan dimulai oleh para tukang di bawah pimpinan Om Sony dan Om Blas dengan sejumlah anak buah. Panitia meminta kepada Bapak Uskup agar kegiatan pembangunan Gereja diserahkan kepada panitia, dalam hal ini Frans Lau Saka. Beliau seorang anggota Panitia pembangunan Gereja Weluli. Bapak Uskup mengabulkan permintaan ini, maka selanjutnya pembangunan ditangani oleh bapak Fransiskus Xaverius Lau Saka atau yang lebih dikenal dengan Apin. Bapak Frans menyadari bahwa tidaklah gampang memakai tenaga manusia untuk menggali fondasi gereja dengan ke-dalaman 150 cm dan lebar 70 cm, maka didatangkan alat berat. Beliau penuh keyakinan mengatakan,.dalam hidup ini kesulitan pasti ada. Tetapi kita harus bisa mengatasinya. Itu baru namanya hidup. Peluang harus kita cari dan temukan bagaimana mengatasi kesulitan itu. Pengerjaan rangka gereja menggunakan rangka baja ringan yang dipesan langsung dari Surabaya. Pengerjaan atap gereja dilakukan oleh 4 orang tukang juga dari Surabaya yaitu, Rahmat, Alvin Yulianto, Iwan Setiawan dan Kuswono. Pada 16 September 2011, gereja yang baru ditahbiskan oleh Mgr. Dr. Dominikus Saku. Menjelang pentahbisan gereja yang baru, Rm. Stefanus Boisala, Pr, Pastor Paroki Santo Theodorus Weluli mengatakan kepada Komsos Paroki yang mewawancarainya: Saya gembira dan bahagia bahwa sebagai imam dan Pastor, saya dapat kesempatan untuk boleh ikut ambil bagian dalam seluruh Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

185 proses pembangunan sebuah Rumah Tuhan. Sebuah proses panjang dengan banyak pengalaman yang mengantar saya untuk semakin percaya bahwa Tuhan sungguh turut berkarya dalam segalanya, untuk mendatangkan kebaikan pada waktunya. Pada akhirnya ketika proses ini berpuncak pada pentahbisan gereja, tiada lain yang bisa kukatakan selain kuakui dan kagumi Tuhan dan karya-nya, sungguh agung karya Tuhan. Berdasarkan data umat tahun 2014, Paroki Santo Theodorus Weluli memiliki jumlah umat jiwa; yang terdiri dari KK dan tersebar pada 21 lingkungan dan 69 KUB. Ke-21 Lingkungan itu terbagi lagi ke dalam 3 kelompok yakni, Kelompok Pusat Paroki terdiri dari Lingkungan: Santo Agustinus; Santo Antonius; Lookun; Berloo; Nuawain A; Nua-wain B; Sisi, Dirun, Liaasu, dan Besaklolo; Kelompok Belakang Gunung Lakaan, terdiri dari lingkungan: Oloboe; Balesi; Maudemu; Beisurik; Laloro, dan Kaen; Kelompok Aitoun, terdiri dari lingkungan: Asueman A; Asueman B; Kaukehi; Kirumot; Selemil dan Memoli. Paroki Santo Theodorus Weluli juga termasuk salah satu paroki di Keuskupan Atambua dengan panggilan yang subur. Dapat disebutkan imam-imam asal Paroki Weluli seperti P. Gabriel Dasi, SVD ( ); Rm. Bernadus Asa Mali, Pr ( ); Rm. Dr. Theodorus Asa Siri, Pr; P. Benediktus Bere Mali, SVD; Rm. Yohanes Meak, Pr dan Rm. Antonius Herminus Bere, Pr. Selain itu ada juga sejumlah bruder dan suster yang telah berkarya di seluruh dunia. Berikut nama-nama Pastor yang pernah bertugas di Paroki Santo Theodorus Weluli, yaitu: Rm. Yakobus Kusi, Pr; Rm. Antonius Solo, Pr (Ex); P. Yoseph Roth, SVD; P. Ernest Bart, SVD; Rm. Siprianus Benu, Pr ( ); Rm. Aleks Thein, Pr (Ex); Rm. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 167

186 Martinus Kofi, Pr ( ); Rm. Dominikus Atini, Pr ( ); Rm. Stefanus Boisala, Pr; Rm. Yosef Tae Bria, Pr; Rm. Donatus Tefa, Pr; Rm. Pius Oematan, Pr; Rm. Alfonsius Leki, Pr. Tahun 2013, Rm. Agustinus Kau Lake, Pr diangkat oleh Uskup Atambua menjadi Pastor Paroki Weluli, dan sesuai SK Uskup Atambua No. 457/ 2015, Rm. Kristoforus M.B. Oki, Pr diangkat sebagai Pastor Pembantu Paroki Weluli. *** Rm. Agustinus Kau Lake Pr. 1.9 Paroki Santo Petrus Tukuneno Proses berdirinya Paroki Tukuneno tidak terlepas dari peranserta para pemuka masyarakat dan tokoh awamnya. Ketika itu yang memerintah sebagai kepala kampung Lafaekfera atau yang dikenal dengan Mandaz Lolowa adalah Hendrikus Nuak. Meski tidak bersekolah tetapi kepemimpinannya sangat berwibawa. Ia tegas dalam pendirian dan sangat memegang prinsip. Hendrikus dibantu oleh wakilnya, Yosef Koy Bere, seorang berpendidikan Hollands Indische School. Type dan gaya kepemimpinan serta pendiriannya mirip dengan Hendrikus. Kedua orang ini dipilih oleh masyarakat setempat karena dianggap mampu memimpin masyarakat Lafaekfera sekaligus untuk mengimbangi kekuatan luar dan dalam terutama dua lingkungan yang saat itu dikatakan rawan. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

187 Melihat adanya situasi yang kurang mendukung, Yosef Koy Bere mengambil insiatif, mengemukakan pemikirannya untuk mendirikan sebuah Gereja. Inisiatif ini dikemukakan dalam sebuah kesempatan doa Rosario pada Mei Kala itu Lingkungan Lafaekfera meliputi empat kelompok basis yakni Kelompok Santa Maria Avila, Kelompok Santo Antonius, Kelompok St. Sisilia dan kelompok Santo Nikolas. Dalam setiap kesempatan doa Rosario dari rumah ke rumah, kedua tokoh ini bersama tokoh awam lainnya berbicara dengan umat seputar masalah-masalah yang ada di sekitar Lingkungan Lafaekfera dan usul menjadi sebuah paroki lepas dari Paroki Katedral Atambua. Umat sepenuhnya mendukung upaya pen-dirian paroki ini. Karena itu pada akhir Mei 1986 dibentuk sebuah tim kecil terdiri dari unsur tokoh pemerintah, tokoh agama, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat, seperti Hendrikus Nuak (Kepala Kampung Lafaekfera), Yosef Koy Bere (Wakil Kepala Kampung Lafaekfera), Leonardus Lopez (Ketua Lingkungan Lafaekfera), Aplonius Luan (Kakancam Tasifeto Barat), Dominggus da Silva (Kepala SDK Lafaekfera), Petrus Saik dan Yosef Pareira (Guru), Ezekiel Bere dan Agus Bau Luan (tokoh masyarakat). Tim kecil ini menyepakati untuk menggunakan tanah milik Hendrikus Nuak, berdasarkan kemauannya sendiri. Di tanah ini sekarang telah ada bangunan susteran PRR Lafaekfera. Setelah penentuan lokasi ini, tim kecil ini bersama dengan Pastor Paroki Katedral mengadakan survei. Namun upaya, semangat dan niat yang baik ini belum mendapat respons karena ternyata ada banyak persyaratan yang belum dipenuhi walaupun tanah yang dimaksud sudah dibeli. Karena itu dalam waktu yang cukup lama tanah itu dibiarkan kosong karena sudah menjadi milik paroki. Meski belum mendapat Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 169

188 tanggapan yang positif dari pihak Gereja tetapi tim kecil ini tidak putus asa. Mereka tetap berpikir bagaimana dan dimana harus membangun Gereja. Suatu ketika muncul pikiran dari Yosef Koy Bere tentang lokasi Gereja. Beliau mengusulkan penggunaan tanah kebun sekolah milik SDK Lafaekfera yang kini telah berdiri bangunan Gereja Tukuneno. Ada dua alasan mengapa lokasi ini dipilih, yakni hasil panen dari tanah ini setiap tahunnya tidak memuaskan, ada masyarakat tertentu yang menggunakan kesempatan untuk memindah-mindah batas tanah mereka yang bersebelahan dengan tanah ini sehingga tanah ini semakin lama semakin sempit. Ide ini diterima. Setelah mendapat kata sepakat, tim kecil mengajukan usul ke paroki Katedral dengan menyertakan berbagai alasan dan persoalan pokok mengenai status tanah lokasi tersebut. Gagasan tentang lokasi gereja tidak serta merta sekali jadi. Ada upaya dari beberapa tokoh Katolik serta masya-rakat lain yang berupaya memindahkan lokasi ini ke ling-kungan lain dengan lokasi baru tetapi ada embel-embelnya. Ada juga pihak lain yang dengan diamdiam telah mengangkut material bangunan seperti batu dan pasir ke tanah yang mereka inginkan sendiri. Meski demikian usaha ini gagal lantaran tanah yang dimaksud tidak memenuhi syarat. Bahkan ada pihak yang dengan sangat keras menantang dan berusaha memboikot usaha ini. Melihat situasi yang mungkin akan berkepanjangan dan tidak akan selesai maka tim tetap bersikukuh untuk tetap pada tanah kebun SDK Lafaekfera sebagai persiapan lokasi bangunan gereja. Meski ada berbagai tantangan namun ternyata pihakpihak yang awalnya tidak menyetujui rencana lokasi bangunan Gereja akhirnya sepakat dengan lokasi ini. Roh Tuhan hadir dan berkarya menggerakkan hati mereka yang Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

189 keras dan akhirnya tanah ini menjadi keputusan final lokasi bangunan gereja Paroki Santo Petrus Tukuneno. Menuju Paroki Definitif Misa pertama kali di gedung SDK Lafaekfera diadakan pada hari Minggu Biasa IV pada 1 Februari Derma hari Minggu itu sebesar Rp Sebelum perayaan misa dimulai terlebih dahulu diadakan pembinaan iman. Umat yang mene-rima Sakramen Pengakuan saat itu berjumlah 3 orang, sedang-kan yang menerima komuni kudus sebanyak 135 orang. Sesudah misa hari Minggu itu, pada 15 Februari 1987 diada-kan pertemuan pembentukan panitia pembangunan gedung gereja Paroki Tukuneno yang dipimpin oleh Rm. Makarius Molo, Pr. Kemudian pada 5 Juli 1987 panitia pembangunan gereja mengadakan pertemuan untuk peletakan batu pertama. Pada 6 Juli 1987 diadakan peletakan batu pertama oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Pembangunan gedung gereja berlang-sung dua tahun hingga akhirnya pada 29 Oktober 1989, gereja Paroki Tukuneno resmi diberkati di bawah perlindungan Santo Petrus Rasul. Para pastor yang pernah bertugas di Paroki St. Petrus Tukuneno adalah Rm. Makarius Molo, Pr sebagai Pastor Paroki ( ); Rm. Dominikus Atini, Pr ( ) sebagai Pastor Pembantu ( ); P. Alex Magu, SVD sebagai Pastor Paroki ( ); P. Bernard Ado Asan, SVD (ex), sebagai Pastor Pembantu ( ); P. Servulus Kampul, SVD (ex), sebagai Pastor Pembantu ( ); P. Paulus P. Kerans, SVD, Pastor Pembantu (Juli-Desember 1999); Rm. Herminus Bere, Pr, Pastor Pembantu (Maret-Desember 2002); Rm. Vinsensius Babu Kolo, Pr, Pastor Pembantu (7 Juni ); Rm. Urbanus Hala, Pr, sebagai Pastor Paroki (5 Juni saat Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 171

190 sejarah ini ditulis); Rm. Adianto A. Ampolo, Pr, Pastor Pembantu (1 November saat sejarah ini ditulis); dan Rm. Isfridus T. Tnopo, Pr, Pastor Pembantu ( ). Dewan Pastoral Paroki: Tahun : Ibu Irmida Manek Seran Tahun : Drs. Marcus J. Mau Tahun : Benediktus Ulu Leki Tahun : Drs. Marcus J. Mau Tahun : Drs. Petrus Bria Seran, MM Tahun : Drs. Petrus Bria Seran, MM Dewan Keuangan Paroki: Tahun : Fransiskus Bouk Tahun : Arnold Masan * Tahun : Drs. Mikhael Seran * Tahun : Paulus Theodorus Nahak, BA Sampai 2015, ada 5 pastor yang berasal dari Paroki Tukuneno yakni P. Wilfridus Parera, SVD; P. John Bere, SVD; Rm. Marianus Halek, Pr; Rm. Yohanes Seran Nahak, Pr dan Rm. Marten Nahak,Pr. Sedangkan suster-suster terdiri dari Sr. Maria Bere; Sr. Ancilla, PRR; Sr. Ria Mau (Ordo Fransiskan); Sr. Ika Luan Bau (Ordo Fransiskan) dan Sr. Diana (Ordo Fransiskan). ***Rm. Urbanus Hala, Pr; Rm. Ady Ampolo, Pr & Rm. Isfridus Tnopo, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

191 1.10 Paroki Tritunggal Maha Kudus Sadi Asal usul Bangsa Kemaq Sadi Umat Paroki Tritunggal Maha Kudus Sadi adalah suku Kemak berasal dari Timor Lorosae. Pada tahun 1911 migrasi pertama suku Kemak ini datang dari Leime, Ermera- Timor Leste. Tujuan kedatangan mereka pada masa itu, untuk melarikan diri dari penindasan Portugis dan bencana kelaparan sehingga mereka migrasi mencari wilayah baru dengan tujuan berkebun, bertanam dan membangun kehidupan mereka. Tujuan awal kedatangan mereka ke daerah Harneno/Ponu karena terkenal akan kesuburan dan kelimpahan hasil panenannya berupa padi, ubi dan sagu. Mereka datang melewati daerah Haekesak dan melanjutkan perjalanan menuju Harneno. Tetapi di dae-rah Besakren, Umaklaran mereka ditahan oleh Raja Umaklaran agar mereka menetap di sana. Tujuan perjalanan mereka ke Harneno dibatalkan dan tetap tinggal di wilayah Umaklaran di kampung Sadi. Inilah kelompok pertama yang datang pada awal perpindahan mereka dari Timor Lorosae. Lalu disusul oleh perpindahan tahap-tahap berikutnya pada tahun 1960-an, tahun 1975 dan yang terbanyak pada tahun Kelompok pertama ini beragama Kafir/Kepercayaan tradisional. Sejarah perkembangan dan pewartaan Injil pada Suku Kemaq Sejak tahun 1940 masyarakat ini dikunjungi oleh pas-torpastor dari Atapupu yang disebut oleh orang tua-tua seba-gai pastor Martens dan pastor Viser tetapi pada tahun 1913 misi Timor sudah diserahkan kepada Kongregasi misi SVD. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 173

192 Namun yang pasti dan cukup dikenal ialah P.A. Krasen SVD, yang sejak tahun 1940-an mulai berpatroli dari Atambua ke wilayah Sadi untuk mewartakan injil dan melayani sakramen. Ia secara rutin mengunjungi masyarakat di sana dari pusat paroki Atambua. Pada awal ia merekrut/mengambil guru agama dari paroki Lahurus untuk membantu dia dalam mengajar agama dan mempersiapkan umat untuk kunjungan pastor. Guru-guru agama pertama tersebut adalah Yakobus Fahik dan Pius Fahik. Dalam kunjungan patrolinya ia menjaring orang pertama untuk menjadi Katolik ialah Bapak Hilarius Laka Bere dan Bapak Lasarus Mau Kuru, keduanya masih kafir. Mereka ini dibawanya ke Atambua dan di sana mereka dipermandikan menjadi Katolik. Inilah benih iman pertama yang tertanam di wilayah Umaklaran umumnya dan kampung Sadi khusunya. Mereka ini dikembalikan ke Sadi dan mulai mengembangkan iman kristiani dan agama di Sadi. Pelayanan dan pewartaan Injil berkelanjutan di wilayah Umaklaran dan kampung Sadi terus dilayani dari Atambua, antara lain oleh P. Th.de Boer, SVD tahun 1960-an. P. Yan Deuling, SVD tahun 1962 dan seterusnya. Sebagai sarana dan media pewartaan Injil telah berdiri sebuah sekolah rakyat yakni SR Sadi pada tahun Lewat lembaga ini benih iman kemudian ditanamkan pada anak-anak didik untuk perkem-bangan Gereja selanjutnya. Pada tahun 1962 Pater Yan Deuling, SVD membangun sebuah kapela permanen untuk perayaan Ekaristi, pengajaran agama dan pelayanan sakramen lainnya yang sebelumnya menggunakan kapela darurat beratapkan daun gewang dan dinding bebak.wilayah patroli pun diperluas meliputi tiga stasi yakni Fulanmonu, Asulait dan Salore. Sejak tahun 1973 kunjungan patroli dilanjutkan oleh Rm. Alex Seran, Pr juga dari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

193 paroki Atambua sampai tahun 1977 ketika beliau ditugaskan studi di Filipina. Patroli-patroli selanjutnya diambil alih oleh pastor-pastor paroki dan pastor pembantu Katedral Atambua antara lain P. Yakobus Bura, SVD; P. Anton Riberu, SVD; Rm. Paulus Klau, Pr; P. Alex Magu, SVD; Rm. Valens Boy, Pr, dll. Pada tahun 1985 setelah Rm. Alex Seran, Pr kembali dari studi, ketika itu menjadi pastor paroki Katedral Atambua dan Deken Belu Utara,ia mengambil alih pelayanan pastoral dengan kunjungan rutin ke Sadi. Sejak saat itu Sadi dijadikan quasi paroki untuk melayani secara rutin dan intensif dengan administrasi paroki (buku permandian, perkawinan, sambut baru, dll) terdiri lepas dari paroki Katedral Atambua. Berdirinya Paroki Sadi Pada 25 Mei 1991, Uskup Atambua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD melalui SK No. 23/1991 menetapkan Sadi menjadi Paroki dengan pelindung Tritunggal Mahakudus dan Pastor Paroki pertama Rm. Alex Seran, Pr. Berturut-turut pengangkatan pastor paroki oleh Uskup Atambua untuk mengembalakan umat paroki Sadi. Pastor paroki kedua P. Fransiskus Kou, SVD tahun dengan pastor pembantu Rm. Lambert Nahak, Pr ( ). Tahun Rm. Hendrik Fay, Pr ditetapkan sebagai pastor pembantu menggantikan Rm. Lambert Nahak, Pr. Rm. Hendrik Fay, Pr menggantikan P. Fransiskus Kou, SVD sebagai pastor paroki periode Sejak November 2012, P. Fransiskus Asisi Kou, SVD sekali lagi diangkat oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, sebagai pastor Paroki keempat sampai saat ini. Sejak Desember 2013 Uskup Atambua menempatkan pastor pembantu atas nama P. Yeremias Amsikan, SVD. Tahun 2015 P. Yeremias Amsikan, SVD diganti oleh Rm. Mikhael Maumabe, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 175

194 Pada periode-periode awal sebelum berdirinya paroki, sudah ada beberapa guru agama yang bertugas membina umat seperti Yakobus Fahik dari Lahurus (tahun 1940) dan Pius Fahik dari Lahurus (tahun 1940); Edmundus Mau Leto (Sadi); Petrus Bere (Fatubesi); Petrus Leto (Fulanmonu); Kornelis Bere (Salore), Veronika Sose Mali (1991); dan Helena Parasi (1995). Pelayanan dan pengabdian mereka sangat luar biasa. Selanjutnya demi menunjang pelayanan dan perayaan Ekaristi di tempat yang layak dan aman, maka pada tahun 2002 telah berdiri sebuah Gereja permanen seluas 600 m² di pusat Paroki Sadi. Gereja ini ditahbiskan dan dipersembahkan kepada Santo Fransiskus Xaverius sebagai pelindungnya oleh Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 28 Juli Sarana ini dilengkapi dengan berdirinya sebuah pastoran yang permanen pada tahun Untuk pelayanan misa dan Sakramen di stasi telah berdiri pula sebuah kapela permanen di Fulanmonu pada tahun 2005 yang dipersembahkan kepada perlindungan Santo Vincentius a Paulo. Gereja stasi ini dimanfaatkan dengan pelayanan tetap perayaan misa pada tiap hari Minggu dan hari raya Natal dan Paska serta perayaan sakramen lainnya. Dewan Pastoral Paroki dan pelayanan pastoral lainnya Sejak Paroki Sadi berdiri sudah beberapa kali pergantian Dewan Pastoral Paroki (DPP) yakni Periode (Ketua Edmundus Mau Leto); (Ketua I: Emanuel Naibuti); (Ketua I: Dominikus Bele); (Ketua I: Hendrikus Nahak); (Ketua I: Laurens Y. Mura). Sedangkan Dewan Keuangan Paroki (DKP), sejak berdiri hingga saat ini baru dua orang/periode yakni Yohanes Lopes Nai Buti ( ) dan Dominikus Leki ( ). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

195 Jumlah umat Paroki Sadi berdasarkan statistik tahun 2013 sebanyak jiwa, yang tersebar di 13 Lingkungan dan 70 Komunitas Umat Basis. Masih terdapat sekitar 233 orang yang menganut agama tradisional. Di Paroki Sadi terdapat sebuah Presidium Legio Maria dengan nama Presidium Mempelai Allah Roh Kudus. OMK (Orang Muda Katolik) sebanyak orang. Lembaga pendidikan: ada 3 PAUD; 5 Sekolah Dasar, satu SMP dan satu SMA, yakni: PAUD Sadilaun (2010); PAUD Anggrek Tulakadi, Salore (2009) dan PAUD Generasi Bangsa Banleten (2011); SDK Sadi (1937); SDK Fulanmonu (1966); SDI Salore (1982); SDI Asulait (1982); SDN Sirani (2003); SMPN Sadi (2007) dan SMAN Sadi (2013).*** P. Frans Asisi Kou, SVD Paroki Santo Paulus Wedomu Sebelum menjadi Paroki, Wedomu adalah salah satu stasi dari Paroki Katedral Atambua. Pada tahun 1991 Stasi Wedomu menjadi bakal Paroki. Pada 15 Agustus 1994 diting-katkan statusnya menjadi Paroki dengan nama pelindung Santo Paulus. Tanah tempat pembangunan gedung gereja sekarang ini diserahkan oleh Bapak Herman Fahik ( ), mantan Kepala Desa Manleten. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 177

196 Kini paroki Santo Paulus Wedomu berdasarkan statistik tahun 2013 memiliki jumlah umat: jiwa. Dengan jumlah stasi 1 (satu) buah yaitu Stasi Dafala dan jumlah kapela 6 (enam) buah. Paroki Wedomu terdiri dari 19 Lingkungan dan 108 Komunitas Umat Basis (KUB). Batas-batas paroki Santo Paulus Wedomu adalah Utara berbatasan dengan paroki Santo Petrus Lahurus dan Paroki Tritunggal Mahakudus Sadi; Selatan berbatasan dengan Paroki Santo Antonius Padua Nela; Timur berbatasan dengan Paroki Santo Theodorus Weluli; dan Barat berbatasan dengan Paroki Santo Agustinus Fatubenao. Para Pastor yang pernah bertugas untuk melayani umat di Paroki Santo Paulus Wedomu, adalah P. Roger J.Risse, SVD, pastor perintis sekaligus Pastor Paroki pertama tahun Pada tahun 1998-November 2000, Rm. Bernardus Asa Mali, Pr bertugas sebagai Pastor Pembantu. Lalu P. Stefanus Werang, SVD ditempatkan sebagai Pastor Pembantu tahun dan menjadi Pastor Paroki dari Februari Juni Setelah Pater Stef Werang, datang Rm. Valens Funan, Pr sebagai Pastor Paroki dari 26 Juni Januari Karena Rm. Valens Funan mendapat penempatan yang baru, maka Rm. Marianus Bere, Pr diangkat sebagai Pjs. Pas-tor Paroki Wedomu dari 29 Januari Maret Untuk mengisi kekosongan, Rm. Elfridus Nahak Seran, Pr diangkat menjadi Administrator Paroki dan secara definitif menjadi Pastor Paroki dari April Januari Selanjutnya Rm. Thomas Tahu, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki menggantikan Rm. Elfridus dari 22 Januari Setelah kurang lebih tiga tahun menjalankan tugas sebagai Pastor Paroki Wedomu, Rm. Thomas Tahu dipindahkan ke Paroki Wekfau dan sebagai penggantinya diangkat Rm. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

197 Fransiskus Seran, Pr sebagai Pastor Paroki tahun Beliau dibantu oleh Rm. Ignatius Kabosu, Pr hingga akhir Desember 2015, Rm. Ignas pindah ke Paroki Fatubenao digan-tikan oleh Rm. Oktovianus Taek, Pr. Katekis dan Guru Agama Sejak tahun 1994, hanya ada 1 katekis di paroki yaitu: Marselinus Yoseph Manek. Selain katekis, tercatat sejumlah Guru Agama yang berperan sangat besar baik sebelum berdirinya paroki hingga sekarang. Para guru agama itu adalah Stanislaus Berek, Lusianus Mauk, Benediktus Berek, Hendrikus Laka, Yohanes Leki, Yohanes Taek, Petrus Funan, Kornelis Meak, Alfredo Soares, dan Gaspar Mauk.Sedangkan Dewan Pastoral Paroki, tercatat Fransiskus Musu, Andreas Y. Beas dan Benyamin Y. Kedati sebagai perintis dari tahun Fransiskus Musu ( ), Yohanes Bau dan Benyamin Y. Kedati ( ), periode kedua tahun Selanjutnya Mateus J. Mau Leto; Yohanes Bere Aton dan Gregorius Pires pada tahun *** Rm. Fransiskus Seran, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 179

198 1.12 Paroki Santo Agustinus Fatubenao Fatubenao mulanya terdiri dari kampungkampung kecil yang letaknya terpisah-pisah. Kampung yang pertama terletak kira-kira seratus lima puluh meter di bagian kanan dari jembatan besar Fatubenao, masuk dari pasar lama kota Atambua. Kampung kedua terletak di sekitar pertigaan jalan turun dari SDK Fatubenao yang dihuni oleh beberapa orang Cina. Dan kampung kecil ketiga terletak di depan susteran KYM sekarang ini yang dihuni oleh beberapa orang Kemak, yang berasal dari Leolima, Balibo. Pada awalnya ketiga kampung kecil ini diberi nama kampung Fatubenao, yang terdiri dari tiga kata yakni Fatu Be dan Hanawa. Fatu berarti Batu, Be berarti Nenek, dan Hanawa berarti Istirahat. Fatubenao berarti batu tempat nenek biasa beristirahat. Dalam perkembangan selanjutnya Fatu-benao menjadi tempat istirahat sementara bagi orang-orang yang datang dari pegunungan dan dari mana saja yang ingin masuk ke kota Atambua. Mereka datang dan beristirahat, makan dan tidur mengumpulkan tenaga beberapa hari lalu masuk ke kota Atambua. Sejak saat itu Fatubenao dikenal sebagai tempat istirahat, sekaligus pintu masuk untuk segala urusan di kota Atambua. Mereka yang datang biasanya berasal dari Loro Sae dan Loro Monu, datang dari Tasi Mane dan Tasi Feto, mereka bergerak dari mana-mana, dengan aneka suku dan bahasa, dengan banyak budaya dan kebiasaan. Mereka bergerak datang karena Sinar Matahari Sejati, karena Sang Sabda. Dan di Fatubenao inilah mereka semua berkumpul dan beristirahat. Mereka tinggal menetap, mencari hidup dan membentuk masyarakat di Fatubenao selanjutnya. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

199 Paroki St. Agustinus Fatubenao awalnya adalah satu wilayah lingkungan atau bagian dari paroki Katedral Atambua. Namun sejak tahun 1994, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi stasi dan pada 24 Februari 2002 diresmikan menjadi satu paroki. Pada 17 September 1993, Gereja Stasi Fatubenao resmi diberkati oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Sejak saat itu umat Fatubenao sangat bersemangat dan bergembira karena mereka telah memiliki satu gereja Stasi yang perma-nent untuk segala kegiatan rohani dan perayaan misa pada setiap hari minggu. Segala urusan pastoral, seperti kursus perkawinan, urusan permandian, persiapan Komuni Kudus, pembinaanpembinaan rohani, perayaan-perayaan pesta Na-tal dan Paskah serta pesta-besar gereja lainnya selalu diraya-kan di Stasi Fatubenao. Ada perkembangan yang pesat ketika umat stasi Fatubenao bersama Rm. Agustinus Bula, Pr ( ) bekerja keras, membenahi semua urusan administrasi kantor Stasi, pemekaran lingkungan dan Komunitas Umat Basis, termasuk membentuk dan melantik Badan Pengurus Stasi. Namun situasi ini tak berjalan lama karena Rm. Agustinus Bula, Pr mendapat tugas melanjutkan studi di Kota Roma. Tahun 1993, Rm. Hendrikus Hale, Pr menggantikan Rm. Agustinus Bula, Pr untuk melanjutkan dan menangani segala urusan pastoral di Fatubenao ( ). Lalu pada Juni datang Rm. Aleks Kobesi, Pr melanjutkan tugas Pastoral di Fatubenao. Sejak kepemimpinan Rm. Aleks Kobesi, Pr, keadaan stasi Fatubenao mengalami dua dinamika yakni: pertama, adanya penambahan jumlah umat Katolik karena eksodus warga Timor Leste sejak September 1999 pasca referendum di wilayah itu. Pada masa itu perhatian pelayanan pastoral mulai meluas karena menjangkau pula warga baru yang berdomisili di pusat Stasi dan sekitarnya. Pelayanan Pastoral tidak saja di bidang sakramental tetapi memberikan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 181

200 pelayanan sosial kemanusiaan kepada warga eks Timor Leste yang mengungsi ke Fatubenao. Selain sebagai pastor stasi, Rm. Aleks Kobesi, Pr juga sebagai Ketua Perdhaki Wilayah Keuskupan Atambua yang bertugas dalam menangani masa-lah pengungsi Timor Leste. Di sela-sela kesibukan mengurus pengungsi dan rekonsialiasi, Rm. Aleks Kobesi, Pr juga bekerja keras bersama umat mencari dana dan membangun sebuah rumah pastoran baru dalam rangka persiapan Stasi Fatubenao menjadi Paroki. Atas usaha dan kerja keras maka gedung Pastoran selesai. Kemudian Rm. Aleks Kobesi, Pr ditugaskan untuk mengikuti Kursus Penyegaran Rohani di Roncali-Salatiga-Jawa selama tiga bulan oleh Bapak Uskup Atambua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Selanjutnya untuk mengisi kekosongan ini maka Bapak Uskup Atambua menugaskan Rm. Urbanus Hala, Pr untuk membenahi segala urusan pastoral dalam rangka memersiapkan stasi Fatubenao menjadi paroki. Patut dicatat bahwa dalam rangka persiapan menjadi paroki ada beberapa tokoh umat yang berpengaruh mengatur semua ini. Mereka itu adalah. J.T.Ose Luan, Bona Bowe, Bere Paskalis, Herman Koli, Gabriel Suni, Gabriel Manek, Gabriel Tes Mau, Rofinus Raga, Serafina Lese, Theresia Ikun, Theresia Andrada, Marianus Antoni, Mateus Seran ( ), Hironimus Koli Siarai, dan Marianus Luan. Para tokoh umat ini yang memersiapkan segala fasilitas menyangkut segala kebutuhan stasi dan segala urusan administrasi kantor Stasi Fatubenao. Atas usaha dan kerja sama yang baik ini maka pada 11 Februari 2002 Stasi Fatubenao diresmikan menjadi paroki oleh P. Aleks Magu, SVD, Deken Belu Utara. Sebagai pastor paroki yang pertama adalah Rm. Urbanus Hala, Pr, dengan pastor rekannya Rm. Kanisius Oki, Pr dan Rm. Mikhael Meumabe, Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

201 Pr. Sejalan dengan itu dibentuk dan dilantik Badan Inti Peng-urus DPP dan DPK dan Dewan Pleno Paroki Santo Agustinus Fatubenao periode demi memperkuat team pasto-ral sekaligus membangun iman umat. Organisasi gerejani seperti Legio Mariae, Kharismatik, Pemuda Katolik, mulai dibentuk dan dilantik demi memperlancar semua urusan rohani di pusat Paroki baru. Secara administratif Paroki ini berada dalam Kabupaten Belu, tepatnya di Kelurahan Fatubenao - Kecamatan Kota Atambua. Dan secara geografis Paroki Santo Agustinus Fatubenao terletak di pinggiran Kota Atambua di sebelah Kali Talau, jurusan Wedomu dan Lahurus. Wilayah Paroki Fatubenao berbatasan sebelah Utara dengan Tritunggal Mahakudus Sadi, sebelah Selatan berbatasan dengan Paroki Santo Antonius Padua Nela, sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Santo Paulus Wedomu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Paroki Katedral Atambua. Pada umumnya umat Paroki Santo Agustinus Fatubenao berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya dan karakter yang berbeda-beda. Kebanyakan umat dalam Paroki ini dihuni dan didominasi oleh Suku Bunak dan Kemak, dan Suku Tetum sebagai penduduk asli. Sedangkan yang lain adalah pendatang yang berasal dari daerah Dawan (Manulea, Biboki, Insana, Miomafo, Soe, Amarasi) Flores, Alor, Kalimantan,Irian Jaya, Jawa dan Sumatera serta Timor Leste yang mengungsi pada tahun 1938, 1942, 1958, 1975 dan yang terakhir pada September Menurut data Statistik Paroki tahun 2014, jumlah penduduk Paroki Fatubenao sebanyak jiwa. Dari jumlah ini umat Katolik ada jiwa, dengan jumlah KK Katolik sebesar 1.687, sedangkan jumlah umat non Katolik sebanyak 30 jiwa. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 183

202 Paroki Fatubenao terdiri dari 15 Lingkungan dan 73 KUB (Ko-munitas Umat Basis), yakni Lingkungan Santa Maria: enam buah KUB; Lingungan Santa Elisabeth: empat buah KUB; Ling-kungan Santo Yosef: tiga buah KUB; Lingkugan Stanta Theresia: enam buah KUB; Lingkungan Santo Yohanes: enam buah KUB; Lingkungan Santa Sesilia: lima buah KUB; Ling-kungan Santo Fransiskus Xaverius: lima buah KUB; Ling-kungan Santo Leonardus: enam buah KUB; Lingungan Santo Paulus dengan lima buah KUB; Lingkungan Santo Mikhael: enam buah KUB; Lingkungan Santo Petrus: empat buah KUB; Lingkungan Santo Pius: lima buah KUB; Lingkungan Santo Emanuel: enam buah KUB; Lingkungan Santo Isodorus: tiga buah KUB; dan Lingkungan Santa Maria Magdalena: empat buah KUB. Umat dalam wilayah paroki ini yang berprofesi sebagai Petani 45%, yang berjualan di pasar 40%, TNI/Polri 8% dan sisanya adalah Pegawai Negeri Sipil (Guru dan Pegawai), Pengusaha, Tukang, Sopir, dan aneka profesi swasta lainnya. Paroki Santo Agustinus Fatubenao memiliki sebuah gedung gereja yang mulai dibangun dengan peletakkan batu pertama pada 4 Oktober 2007 pada masa kepemimpinan P. Andreas Hane, SVD sebagai Pastor Paroki dan ditahbiskan pada 17 September 2009 oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku. Paroki Fatubenao memiliki sebuah Gua Maria Paroki yang terletak di Kotaren, dikerjakan sejak tahun 1986 dengan bentuk yang sangat sederhana. Pada tahun 2002 atas dukungan dana dari Bapak J.T. Ose Luan, gua ini direhabilitasi sebagai tempat ziarah rohani umat Katolik. Gua ini terletak sekitar setengah kilometer arah selatan dari Paroki Fatubenao dan langsung berada tepat pada satu bukit kecil yang bernama Bukit Kotaren. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

203 Di wilayah Paroki Fatubenao ada satu SMA swasta, namanya SMA Taruna Mandiri. Ada dua SMP yakni SMP Citra Mandiri dan SMP Negeri Hailiulun. Ada lima Sekolah Dasar (SD) yakni SDK Fatubenao, SDI Kotaren, SDI Haliulun, SDN Matitis, dan SDN Haekriit. Ada sebuah TK yang dikelola oleh para Suster KYM di bawah Yayasan St. Vinsensius de Paulo. Pada 21 Juni 2015 berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 238/2015 Rm. Lorenzo A. Tae Lake, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki Santo Agustinus Fatubenao menggantikan P. Andreas Hane, Pr yang dipindahkan ke Paroki Kamanasa. Rm. Lorenzo A. Tae Lake, Pr sebelumnya adalah Pengajar/Pembina Seminari Lalian. Selanjutnya Rm. Ignasius Kabosu, Pr dipindahkan dari Wedomu ke Paroki Fatubenao sebagai Pastor Pembantu menggantikan Rm. Krisantus Fallo, Pr yang pindah ke Paroki Katedral Atambua. ***DPP Fatubenao Paroki Santa Maria Bunda Penebus Manen-Fatuketi Pertumbuhan dan perkembangan iman umat Katolik dari waktu ke waktu sangat pesat sebagai sebuah gereja lokal. Fenomena ini dialami juga oleh umat Katolik Stasi Fatuketi pada waktu itu. Selain hal-hal positif dari perkembangan iman itu, ada pula gejala negatif yang tumbuh sebagai sebuah hambatan/tantangan dari pertumbuhan gereja tersebut. Merosotnya nilai-nilai iman/moral yang dialami oleh umat Stasi Fatuketi saat itu ditandai dengan pelbagai Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 185

204 kenyataan sosial yang bernuansa negatif seperti masih maraknya tempat-tempat prostitusi, perjudian, kawin campur, kumpul kebo dan lain-lain. Selain hal-hal tersebut, kesadaran umat dalam hidup menggereja masih menjadi persoalan utama. Umat belum merasa bahwa kebutuhan hidup rohani menjadi kebutuhan utama sehingga kegiatankegiatan gerejawi tidak/kurang mendapat perhatian dan dilaksanakan sebagai seorang Katolik sejati. Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dibangun sebuah stasi di wilayah Fatuketi untuk menjawab persoalan iman/moral melalui pendekatan pastoral yang lebih tepat sasar dan lebih berdaya guna. Maka pada tahun 1974 tercetuslah ide untuk mendirikan Stasi Fatuketi oleh beberapa imam/ pastor seperti: Pater De Boer, SVD ( ), P. Lalawar SVD ( ), Rm. Alex Seran, Pr, (, P. Yustus Asa, SVD, P. Anton Riberu, SVD, P. Yakobus Bura, SVD, Rm. Paulus Klau, Pr, P. Alex Magu, SVD, P. Roger Risse, SVD dan P. Niko Buku, SVD. Atas praskarsa P. Roger Risse, SVD maka bantuan dana untuk membangun Gereja Stasi Fatuketi diperoleh dari seorang Janda dari Jerman (donatur) untuk mendirikan kapela/ gereja. Setelah mendapat sumbangan dana, beberapa tokoh umat membentuk panitia pelaksana pembangunan Gereja Stasi Fatuketi yang diketuai Bpk. Goris Pareira dan Ketua Penasehat Bpk. Yosef Hale Bone ( ). Ide pendirian Gereja Stasi Fatuketi mendapat apresiasi dari seluruh umat di Umanen-Fatuketi. Sebagai bukti nyata, umat Stasi Umanen-Fatuketi dan umat Tuntuni menyerahkan tanah seluas m² melalui Bpk. Yoseph Hale Bone ( ) selaku sesepuh adat pada waktu itu bersama para ketua adat lainnya. Pada 5 Mei 1987 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan Gereja Stasi Fatuketi oleh Uskup Atambua dan se- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

205 lanjutnya pembangunan gereja oleh panitia yang diketuai Bpk. Gregorius Pareira dan pengawas bidang teknisnya Br. Gebhard, SVD. Tahun 1989 Gereja Stasi Fatuketi selesai dibangun dan P. Niko Buku, SVD ditunjuk oleh Uskup Atam-bua sebagai Pastor Stasi Fatuketi. Gereja Stasi Fatuketi dikons-truksi di atas 12 tiang yang melambangkan 12 suku di wilayah Umanen- Fatuketi, yaitu Suku Lawalu; Suku Makluli Fahi; Suku Amareo; Suku Bauwai; Suku Matabesi; Suku Mahein Lulik; Suku Klokes; Suku Bai Halek; Suku Mane Walu; Suku Makluli Manu; Suku Bua ahan; dan Suku Mota ulun. Pada awal berdirinya, Stasi Fatuketi memiliki 3 lingkungan yakni Lingkungan Tuntuni, Lingkungan Sesekoe dan Lingkungan Wekatimun. Stasi Fatuketi memiliki tiga masa/ periode Dewan Pastoral Stasi (DPS) yang dapat diurutkan sebagai berikut: tahun ( ) diketuai oleh Bpk. Frans Manek ( ), tahun ( ) diketuai oleh Bpk. Goris Pareira dan tahun ( ) diketuai oleh Bpk. Blasius Manek. Pada saat P. Niko Buku, SVD menjabat sebagai pastor stasi, telah diadakan beberapa kegiatan sosial gerejawi yang menon-jol dan mendapat perhatian yang serius seperti di bidang peter-nakan yakni Paronisasi (Penggemukan Sapi) yang diberikan kepada keluarga-keluarga kurang mampu untuk membantu biaya pendidikan sekolah bagi anak-anak mereka. Selain itu ada pula kegiatan di bidang pembinaan iman berupa Kursus Rumah Tangga di Betun dan Lahurus dengan mengirimkan beberapa utusan dari Stasi Umanen. Pada 18 September 1990 Uskup Atambua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD memberkati Gereja/Kapela Fatuketi dengan berpelindungkan Santa Maria Bunda Penebus. Pemberkatan dirayakan dalam sebuah perayaan ekaristi bersama para Uskup se-nusra dan sejumlah besar umat Stasi Fatuketi. Nama Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 187

206 pelindung ini pemberian nama dari donaturnya yakni seorang Ibu Janda dari Jerman. Tahap demi tahap dalam proses perjalanan menjadi sebuah gereja berdikari/mandiri sudah dilalui. Perjalanan itu masih diwarnai adanya gejolak-gejolak yang muncul sebagai tantangan/hambatan. Namun umat Umanen-Fatuketi menganggap itu sebagai suatu proses pendewasaan untuk menjadi paroki yang mandiri. Masalah-masalah sosial yang menjadi sorotan utama Keuskupan Atambua dapat menjadi fokus perhatian dan pembinaan iman umat di Stasi Fatuketi. Sesekoe yang dulu dikenal sebagai lembah yang kelam mulai ber-benah diri menjadi Sesekoe yang membawa sejuta harapan di tengahtengah kegersangan iman. Di lain pihak mobilisasi umat (Pertambahan penduduk/umat Katolik) dari waktu ke waktu cukup signifikan sehingga menjadi parameter dalam membangun sebuah paroki. Di sisi lain, kedewasaan iman dan kemandirian umat dalam hidup menggereja menjadi nilai tambah untuk diperhitungkan menjadi sebuah paroki. Maka atas dasar alasanalasan inilah, umat Stasi Umanen-Fatuketi merasa pantas dan layak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah paroki. Dengan semboyan 3 M : Mandiri Iman, Mandiri Kerja dan Mandiri Uang maka pada 9 Juni 2002, Stasi Santa Maria Bunda Penebus Fatuketi diresmikan menjadi Paroki Santa Maria Bunda Penebus Umanen-Fatuketi dengan Rm. Mateus Do Rosario Da Cruz, Pr sebagai Pastor Paroki I (9 Juni Juni 2006). Beliau dibantu oleh Rm. Theodorus Asa Siri, Pr (kini Vikjen KA) sebagai Pastor Pembantu ( ). Setelah dikirim studi, dia diganti oleh Rm. Emanuel Usboko, Pr ( ). Jumlah lingkungan pada awalnya 8 lingkungan yakni: Lingkungan Santo Petrus Wekatimun dengan ketua Wande- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

207 linus Man; Lingkungan Santo Yohanes Pemandi Weserani dengan ketua Anselmus Kolo; Lingkungan Santa Theresia Welorolaran dengan ketua Viktus Bao Kolo; Lingkungan Santo Yosef Aumanu dengan ketua Welem Lengkeru; Lingkungan Santo Fransiskus Xaverius Besakahu dengan ketua Yosef Maku; Lingkungan Santo Yakobus Sesekoe dengan ketua Simon Samon Paron; Lingkungan Santa Lusia Obenani dengan ketua Ludovikus Pareira; dan Lingkungan Santa Maria Fatima Tuntuni dengan ketua Raymundus Bouk. Pada 11 Juni 2006 terjadi pergantian Pastor Paroki dari Rm. Mateus Do Rosario Da Cruz, Pr kepada Rm. Crisantus Lake, Pr. Dalam menjalankan tugas pelayanan, Rm. Cris dibantu Rm. Emanuel Usboko, Pr sebagai Pastor Pembantu (2006-Mei 2008). Lalu Rm. Emanuel Fkun, Pr sebagai Pastor Pembantu (28 Agustus 2010-Juni 2014) dan Rm. Paulus Luan, Pr (2014). Pada Desember 2015, Rm. Alfonsus Leki, Pr dipindahkan dari Paroki Weluli dan menjadi Pastor Pembantu Paroki Umanen/ Fatuketi. Seiring dengan berjalannya waktu, Paroki Santa Maria Bunda Penebus Umanen Fatuketi mulai berbenah diri menjadi sebuah paroki yang Mandiri/Berdikari dalam segala bidang demi terwujudnya sebuah kerajaan Allah di Paroki Umanen- Fatuketi. Hingga tahun 2014 Paroki Umanen-Fatuketi telah dimekarkan menjadi 13 Lingkungan dengan 74 Komunitas Umat Basis (KUB), yakni Lingkungan Santa Maria Fatima Tuntuni dengan ketuaa Edmundus Nan; Lingkungan Sta. Lucia Obenani dengan ketua Lazarus Damar; Lingkungan Santo Agustinus Aubetun dengan ketua Gregorius Pareira; Lingkungan Santo Stefanus Wesamara dengan ketua Odilia Abuk; Lingkungan Santo Yakobus Sesekoe dengan ketua Yakobus Bau Bere; Lingkungan Santo Fransiskus Xaverius Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 189

208 Besakahu dengan ketua Yeni Manek; Lingkungan Santa Ursula Wemayor dengan ketua Simon S. Paron; Lingklungan Santo Yosef Aumanu dengan ketua Margaretha Hoar; Ling-kunagn Santo Arnoldus Yansen Mas meu, ketuanya Ibu Maria Kolo; Lingkungan Santo Antonius Uma au dengan ketua An-tonio Aparacio; Lingkungan Santo Petrus Wekatimun dengan ketua Marsel Klau; Lingkungan Santo Yohanes Pemandi Wesarani dengan ketua Kornelis Sila; dan Lingkungan Santa Theresia Welorolaran dengan ketua Yashintus Ukat. Sejak Paroki Umanen berdiri telah berlangsung empat periode Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki, yakni: Periode : Ketua I DPP: Robertus Bere, SKM., M.Kes; Ketua II DPP: Benediktus Hale SH; Ketua III DPP: Dra. Yohaneta Mesak; dan Ketua DKP: Drs. Kornelis Besin. Periode : Ketua I DPP: Robertus Bere, SKM., M.Kes; Ketua II DPP: Benediktus Hale SH; Ketua III DPP: Dra. Yohaneta Mesak; dan Ketua DKP: Drs. Kornelis Besin. Periode : Ketua I DPP: Robertus Bere, SKM., M.Kes; Ketua II DPP: Benediktus Hale, SH; Ketua III DPP: Abdon Manek; dan Wakil Ketua DKP: Yoseph Maku. Periode 2012 sekarang: Ketua I DPP: Robertus Bere, SKM., M.Kes; Ketua II DPP: Amandus Linci, S.Pt; Ketua III DPP: Benedictus J. Hale, SH; dan Wakil Ketua DKP: Dra. Yohaneta Mesakh, MM. Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah umat Paroki Bunda Penebus Umanen sebanyak jiwa, yang terdiri dari kepala keluarga. Adapun Batas-batas wila-yah paroki Umanen/Fatuketi sebagai berikut: Utara berbatasan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

209 dengan Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen; Selatan berbatasan dengan Paroki Santo Petrus Tukuneno; Timur berbatasan dengan Paroki Katedral Atambua; dan Barat berbatasan dengan Paroki Stella Maris Atapupu. Kini di Paroki Umanen sudah ada sebuah tarekat suster yakni FCJM yang masuk dan tinggal di wilayah paroki sejak Maret Karya-karyanya adalah Pendidikan, Pusat Rehabilitasi Hidup Baru (Cacat Fisik) dan Pastoral. Sekolahsekolah yang ada dalam wilayah Paroki Santa Maria Bunda Penebus, Umanen berupa: Taman Kanak-Kanak, 1 buah (TK Asisi, milik Kongregasi FCJM); Sekolah Dasar, tiga buah yakni SDK Sesekoe, SDI Wekatimun dan SDN Onoboi. Ada sebuah SMP Negeri yakni SMPN Umanen dan SMA Kamelin milik Yayasan Pendidikan Kalimor. ***Rm. Crisantus Lake, Pr dan DPP Paroki Santo Mikhael Webora Paroki Santo Mikhael Webora didirikan dengan SK Uskup Atambua No. 515/ 2001, ter-tanggal 06 September 2001 dan diresmikan pada 09 Desember 2001 oleh Deken Belu Utara, P. Alex Magu, SVD. Pada kesempatan peresmian, P. Karl Scholly, SVD diangkat dan dilantik menjadi Pastor Paroki Webora pertama. Paroki ini dibentuk dari tiga stasi yang dilayani dari Paroki Roh Kudus Halilulik, yakni Stasi Webora, Stasi Welilan, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 191

210 dan Stasi Renrua. Sebenarnya pada waktu itu, Stasi Bekotaruik dari Paroki Kristus Raja Seon juga dimasukkan menjadi bagian dari Paroki baru, tetapi karena ulah beberapa pihak, rencana ini dihambat. Bekotaruik baru bergabung dan menjadi bagian dari Paroki Webora pada 02 Juli 2003, berdasarkan SK Uskup Atambua Nomor 337/2003. Dalam sejarah tercatat bahwa Paroki Roh Kudus Halilulik terdiri dari dua kerajaan, yakni Naitimu dan Mandeu. Untuk mewartakan Kabar Gembira dan mendekatkan pelayanan agama pada katekumen yang mau menjadi Katolik, wilayah Paroki dibagi dalam stasi-stasi, yang pada waktu itu sering disebut kapela-kapela.untuk pelayanan Gereja, Kerajaan Mandeu dibagi dua: Kapela Labur untuk Mandeu Dataran Rendah dan Kapela Webora untuk Mandeu pegunungan. Awalnya Bekotaruik termasuk dalam wilayah pelayanan Paroki Roh Kudus Halilulik. Namun, Pastor pendiri Paroki Seon, P. Adrianus van der Hogen, SVD menuntut supaya Bekotaruik masuk ke dalam Paroki Seon karena penduduknya bukan orang Mandeu, tetapi pendatang dari Dirma yang termasuk dalam Paroki Seon. Di balik alasan ini mungkin memengaruhi juga kenyataan bahwa agama diterima dengan lebih gampang di Bekotaruik, dan di bawah pimpinan Nai Kukun Abraham Meta Seran berkembang lebih subur daripada di bagian Mandeu yang lain. (Waktu pendudukan Jepang, orang Bekotaruik menyembunyikan dan menyelamatkan buku-buku dan alat-alat ibadat Paroki Seon). Berdasarkan buku permandian, pada 18 April 1923, Pastor Paroki Halilulik, P. Hendrikus Leven, SVD (kemudian menjadi Vikaris Apostolik Ende yang meliputi Kepulauan Sunda Kecil/NTT) mempermandikan kelompok serani pertama di Webora sebanyak 17 orang. Dalam tahun 1927, dibukalah SDK Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

211 Webora. Di samping mendidik anak-anak, para guru sekolah juga merasul dengan memersiapkan katekumen yang kemudian dipermandikan dalam kelompok yang cukup besar. Mulai tahun ada seorang misionaris muda asal Belanda, P. Jacobus de Bruin, SVD (dijuluki Tuan Ain Klubuk karena kakinya cacat sebelah) yang menaruh perhatian besar pada wilayah Mandeu. Menurut cerita orang-orang tua, beliau ingin tinggal tetap di Webora dan mendirikan Paroki Mandeu terpisah dari Paroki Halilulik. Kebenaran cerita ini tidak dapat dibuktikan karena P. de Bruin, SVD bersama semua misionaris Belanda lain ditawan Jepang di Sulawesi dan di sana ia me-ninggal dunia karena disentri. P. de Bruin, SVD yang masih muda merelakan hidupnya agar agama dapat berkembang subur di Mandeu. Sesudah Perang Dunia II, para pastor tawanan Jepang pulang ke Timor dan dengan bantuan para guru agama jumlah umat berkembang banyak. Umat Kapela Webora dibagi dua yaitu Webora dan Welilan. Dalam tahun 1956 juga dibuka SDK Welilan. Dalam kesempatan menerimakan Sakramen Krisma di Webora (1968), Bapak Uskup Atambua Mgr. Theodorus van den Tillaart, SVD mengatakan kepada umat bahwa wilayah Man-deu dapat diangkat menjadi paroki, kalau umat membangun sebuah gedung Gereja, mengingat umat Paroki Halilulik sudah mencapai jumlah sekitar jiwa. Ketika itu, Pastor Paroki Halilulik, P. Mathias Timmermans, SVD meminta bantuan dari Generalat SVD di Roma dan mendapat DM (Detusch Mark) Dalam tahun 1971, P. Timmermans pindah ke Lahurus dan diganti oleh P. Josef Duffels, SVD yang sudah tua. Beliau Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 193

212 tinggal menetap di Pusat Paroki Halilulik saja. Oleh karena itu, Pastor Pembantu Paroki Halilulik, P. Karl Scholly, SVD waktu itu, mulai mematangkan rencana pembangunan gereja Webora. Umat bersedia memotong batu kapur (fatukaen), mengumpulkan pasir, menyiapkan kayu, menyumbangkan bahan makanan berupa jagung, beras, kacang-kacangan, labu, dan lainnya untuk para tukang, dan setiap hari selalu bergiliran membantu menimba air. Pastor Pembantu Halilulik bersedia membantu semen, seng dan gaji tukang. Di samping sumbangan dari Generalat SVD, dana diambil dari hadiahhadiah tahbisan imamat P. Karl Scholly, SVD. Berdasarkan kesepakatan demikian, dalam tahun 1973, sekelompok tukang dari KPRK Atambua di bawah pimpinan Timoteus Bauk mulai membangun sebuah gereja dengan tiga bilik dan kamar mandi di belakang yang diawasi oleh Br. Albert Erasimy, SVD. Mengumpulkan pasir merupakan kesulitan besar karena pasir bersih tidak terdapat di dalam kali-kali yang dekat dengan lokasi. Pengangkutan dengan mobil belum memungkinkan sehingga umat terpaksa harus memikul pasir dari Kali Maukumu di dekat Halilulik. Dengan teladan dari Ama Nai Mandeu, Hendrikus Tefa Seran sebagai orang pertama yang memikul pasir, maka umat yang nota bene rakyatnya tergerak dan bersemangat memikul pasir. Kesulitan pasir baru menjadi ringan ketika Br. Beatus Schöndorf, SVD menemukan bahwa tanah putih yang ada di sekitar gereja dapat digunakan sebagai pengganti pasir yang bermutu. Dalam proses pembangunan, kadang terjadi kekeliruan ataupun keterlambatan dalam tanggungan umat. Seorang katekis Paroki Halilulik yang sangat berjasa ketika itu adalah Gaspar Lay. Dalam tahun 1974, gereja selesai dibangun dan pada 13 Agustus 1980, gereja ditahbiskan demi kehormatan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

213 Malaikat Agung Santo Mikhael oleh Bapak Uskup Theodorus van den Tillaart, SVD. Beberapa bulan sesudah pentahbisan gereja, P. Karl Scholly, SVD Pastor Pembantu Paroki Halilulik yang dalam tahun 1975 diangkat menjadi Pastor Paroki Halilulik pindah ke Besikama. Dalam tahun 1980, dibuka lagi sebuah SDK di Renrua dengan nama SDK Renrua. Sejak gereja Webora ditahbiskan, umat berharap agar dalam waktu dekat Webora dapat diangkat menjadi paroki. Sesudah menanti selama 20 tahun, dalam tahun 2000, Bakal Paroki Webora mendapat seorang imam yang tinggal menetap di Webora dan bertugas sebagai Pastor Bakal Paroki Webora. Beliau adalah P. Karl Scholly, SVD yang akhirnya menjadi Pastor Paroki pertama St. Mikhael Webora ketika Webora diangkat menjadi sebuah paroki berdasarkan SK Uskup Atambua nomor 515/2001 tertanggal 16 September Dalam tahun 1997 dibuka SDI Bekotaruik. Dan tahun 2003 dibuka SMPN Rai Manuk, seiring dengan terbentuknya Kecamatan Rai Manuk yang beribukota kecamatan di Webora, maka perlahan-lahan keterisolasian mulai dibuka. Dalam tahun 2001, dibangunlah sebuah rumah Pastoran dengan sumbangan batu kapur (fatukaen), pasir dan uang tunai dari umat serta dana yang dicari Pastor Paroki. Paroki Santo Mikhael Weobora mulai berkembang dengan membagi wilayahnya menjadi 57 KUB dalam 21 lingkungan. Gedung gereja dahulu dibangun hanya untuk Stasi Webora sehingga setelah Webora menjadi sebuah paroki, rasanya gedung gereja ini tidak mampu lagi menampung umat dari Webora, Welilan, Renrua dan Bekotaruik. Oleh karena itu, perluasan gedung gereja mulai direncanakan. Selama beberapa tahun, rencana ini hanya dibahas, tidak Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 195

214 sampai pada aksi nyata. Tak lama kemudian, mengingat bukan hanya gedung gereja yang terlalu kecil, tetapi juga karena kayu-kayunya sudah termakan usia, maka dalam tahun 2005 Pastor Paroki mendesak agar persiapan segera dimulai. Umat mulai mengumpulkan swadaya berupa uang tunai sebesar Rp Setiap stasi memotong buah batu kapur (fatukaen), menyiapkan batu kali/batu gunung untuk fondasi, dan menggali tanah putih sebagai pengganti pasir. Ketika dana dan bahan sudah memadai, maka dalam bulan Juli 2007, pembangunan perluasan gedung Gereja dimulai dengan menggali lubang fondasi oleh umat. Dengan swadaya umat, dan sumbangan dari Bapak Bupati Belu, Drs. Joachim Lopes, Keluarga Raja Mandeu dan dana yang dicari oleh Pastor Paroki, maka perluasan gedung Gereja dapat diselesaikan sebelum Pesta Natal Akhirnya, pada tanggal 29 September 2009, Hari Pesta Pelindung St. Mikhael, gedung gereja ditahbiskan dengan menyimpan relikwi Beata Maria Helena Stollenwerk, Co-Pendiri Tarekat Suster Abdi Roh Ku-dus (SSpS) oleh Bapak Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku. Sementara dalam proses perluasan gedung gereja, P. Karl Scholly, SVD diangkat menjadi Sekretaris Uskup Atambua dengan SK Uskup Atambua, No. 426/2007 tertanggal 19 Oktober Rm. Agustinus O. P. Nabu, Pr menggantinya sebagai Pastor Administrator Paroki Webora. Meskipun demikian, pastor paroki lama diharapkan membantu menyelesaikan perluasan gedung gereja dan mendampingi baik pastor administrator maupun umat, khususnya pada hari Sabtu dan Minggu. Pembinaan KUB dan OMK dilanjutkan di bawah tanggungjawab Pastor Administrator Paroki Webora, Rm. Agustinus Nabu, Pr. Setelah pastoran dan gedung gereja Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

215 selesai dibangun, umat bisa memusatkan perhatian pada usaha pemberdikarian paroki dan kemajuan rohani. ***Rm. Agustinus O.P Nabu, Pr Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Laktutus Sebelum menjadi paroki, Laktutus merupakan Stasi dari Paroki Roh Kudus Halilulik yang waktu itu dilayani oleh para misionaris SVD. Sedangkan wilayah Weklalenok dan Wekmutis belum menjadi stasi. Kedua wilayah tersebut hanya disebut Kapela Wekla- lenok dan Kapela Wekmutis. Pada hari-hari raya besar seperti Paskah dan Natal, umat Katolik Laktutus harus menempuh jarak kurang lebih 18 km untuk mengikuti misa di gereja Paroki Halilulik. Sedangkan kegiatan doa dan ibadat sabda setiap hari Minggu diadakan di kapela Laktutus yang sederhana. Kapela sederhana ini dibangun pada tahun1968 di atas tanah yang diserahkan dengan sukarela oleh Emanuel Leki dan Lambertus Tobu. Lalu pada 1980 kapela itu dirombak dan dibangun gedung kapela yang permanen. Para katekis atau guru agama dalam kurun waktu memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan beriman umat Katolik Laktutus. Ada tiga katekis yang selalu terkenang dalam memori umat Katolik Laktutus, yakni Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 197

216 Emanuel Leki, Yoseph Atok dan Alfonsus Bere. Mereka dipersiapkan di Halilulik oleh para misionaris SVD untuk mengajar dan mewartakan Injil di wilayah Laktutus. Setiap hari Minggu, jika imam tidak berkunjung ke Laktutus, para katekis inilah yang memimpin ibadat sabda dan memberikan renungan serta pengajaran iman Katolik dalam bahasa Tetun. Pada tahun 2002, Stasi Laktutus, Kapela Weklalenok dan Kapela Wekmutis digabungkan menjadi satu wilayah per-siapan paroki atau bakal paroki. Pada 21 Juli 2004, bakal pa-roki Laktutus diresmikan menjadi paroki oleh Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan menyerahkan reksa pastoral paroki yang mengambil nama pelindung Hati Kudus Yesus itu kepada Tarekat OFM. Keadaan Umat Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus memiliki Kepala Keluarga dengan jumlah umat sebesar jiwa. Umat Katolik Laktutus tersebar di tiga stasi, yakni Stasi Laktutus, Stasi Weklalenok dan Stasi Wekmutis. Stasi Laktutus mem-punyai tujuh lingkungan dan 23 KUB; Stasi Wekmutis memi-liki tiga lingkungan dan delapan KUB; sedangkan Stasi Weklalenok memiliki tiga lingkungan dan 11 KUB. Dalam masyarakat Nanaet-Duabesi, angka tiga memiliki arti tersendiri. Ada tiga bukit kokoh yang menjulang megah di wilayah ini, yakni bukit Laktutus, bukit Nanaet dan bukit Duabesi. Ketiga bukit ini merupakan padang rumput yang diselingi oleh hutan (stepa) yang menampilkan fenomena alam dan pesona keindahan khas pegunungan. Keberadaan ketiga bukit tersebut sangat penting bagi masyarakat setempat. Nama ketiga bukit itu bukan saja melekat pada identitas mereka, yakni masyarakat Nanaet-Duabesi dan umat Katolik Paroki Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

217 Hati Kudus Yesus Laktutus, tetapi juga menjadi sumber spiritual sekaligus sumber kehidupan. Pada masa lalu, sebelum agama Katolik masuk, bertumbuh dan berkembang di tanah Laktutus, ketiga bukit tersebut merupakan tempat ibadat tradisional berupa kurban dan sesajian para leluhur masyarakat Laktutus, sehingga di sana masih ditemukan altar persembahan dan sisa-sisa tulang hewan kurban. Sumber air minum mereka pun mengalir dari sana. Padang rumput yang mendominasi topografi ketiga bukit ini menjadi tempat yang cocok untuk memelihara sapi, yang menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat Laktutus. Selain itu, dalam terminologi masyarakat Laktutus, untuk menyebut relasi mutualis dan tak terpisahkan antara Lembaga Gereja, Adat dan Pemerintah dipakai istilah Tiga Tungku (Lalian Tolu) yaitu Gereja, Adat dan Pemerintah. Tiga Batu Tungku (Lalian Tolu) merupakan term umum yang digunakan di tanah Timor untuk menggambarkan relasi yang tak terpi-sahkan antara lembaga Gereja, Adat dan Pemerintah. Dalam kepercayaan mereka, ketiga tungku itu tidak dapat dipisahkan dalam seluruh aspek hidup bermasyarakat.ketiganya harus Neon Ida Laran Ida;La o Hamutuk. Lembaga adat bertugas menjaga dan mewariskan tradisi sehat dari leluhur. Gereja bertugas menjaga, mewariskan dan mewartakan iman akan Injil tentang Yesus Kristus serta soko guru moral dan etika. Sedangkan Pemerintah bertugas menjamin penegakan hukum dan moral serta kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data kependudukan tahun 2012, 97,4% dari penduduk yang berjumlah jiwa adalah suku bangsa Tetun, sehingga bahasa pergaulan mereka sehari-hari adalah bahasa Tetun Terik. Secara historis wilayah Laktutus adalah bagian dari wilayah Kerajaan Naitimu. Menurut penuturan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 199

218 beberapa orang tua, masyarakat Laktutus terdiri dari dua kelompok suku besar, yakni Naitimu dan Koba Lima. Kelompok yang pertama adalah suku-suku asli yang sudah menetap di tanah Laktutus sebelum tahun Sedangkan kelompok yang kedua adalah suku-suku yang berpindah dari kampung Kewar, Lakmaras, Fatumea dan Dakolo (sekarang masuk wilayah Negara Timor Leste) ke Laktutus pada tahun Kegiatan ekonomi masyarakat Laktutus pada umumnya bertani dan berternak sapi. Berdasarkan data tahun 2012, 42,7% dari penduduk Laktutus yang berusia 15 tahun ke atas berjumlah adalah petani atau peternak. Guru (1,4%), pengusaha (0,3%), bidan/perawat/mantri (0,3%), tukang (0,6%) dan pekerja terampil lainnya (0,1%). Karena itu aktivitas hidup mereka bergerak sesuai musim. Pada musim hujan banyak di antara mereka yang berkebun dan mulai membajak sawah. Pada musim kemarau mereka mulai menyiapkan kebun untuk ditanami berbagai ubi-ubian dan tanaman lainnya pada musim hujan. Selain itu, orang-orang Laktutus terkenal juga sebagai masyarakat perantau. Dari jiwa jumlah penduduk Laktutus, sebanyak 260 jiwa mencari pekerjaan di luar Laktutus, termasuk merantau ke luar daerah, seperti Kalimantan atau Malaysia. Sebelum Gereja Katolik masuk di wilayah Laktutus, mayarakat Laktutus memiliki keyakinan tradisional. Mereka adalah masyarakat Animisme yang percaya bahwa arwah leluhur mempunyai kekuatan yang menentukan nasib baik dan buruk dari keturunan atau anak-cucu yang masih hidup. Mereka juga percaya akan adanya satu kekuatan yang mahakuasa dan mahatinggi yang memiliki pengaruh dalam menentukan tujuan hidup seseorang yang sering mereka ungkapkan dalam kalimat Nai manas waik Nai Lulik waik. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

219 Pada tahun 1918 Gereja Katolik masuk ke wilayah Halilulik dan sekitarnya, termasuk wilayah Laktutus. Atas jasa para misionaris SVD dan para katekis awam, Gereja Katolik berkembang pesat di wilayah ini. Walaupun demikian, kepercayaan tradisional masih memengaruhi alam pemikiran umat Katolik Laktutus. Atau dengan kata lain mereka memiliki kepercayaan yang dualistis. Di satu sisi mereka masih percaya bahwa arwah-arwah dari orang-orang yang telah meninggal memiliki kekuatan super dibandingkan dengan manusia yang masih hidup. Di sisi lain mereka percaya bahwa arwah-arwah itu membutuhkan doa dari para kerabat yang masih hidup agar selamat dan masuk Surga. Selain itu ada beberapa tokoh adat yang menafsirkan bahwa Nai manas Waik Nai Lulik Waik adalah sebutan untuk Allah yang Mahaesa (Nai Maromak) atau Allah Tritunggal dalam ajaran iman Katolik. Karena itu, pekerjaan rumah yang harus menjadi prioritas bagi para Fransiskan (OFM) yang berkarya di Laktutus ke depan adalah pemurniaan iman umat. Berkaitan dengan itu, rambu-rambu inkulturasi yang telah disetujui oleh Gereja dalam Konsili Vatikan II harus menjadi tolok ukur dalam pewartaan iman yang inkulturatif. Keadaan Paroki Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Nanaet Dubesi. Dengan kata lain, wilayah Paroki Laktutus seluas wilayah Kecamatan Nanaet Duabesi yang mencakup empat Desa yakni Desa Fohoeka, Desa Nanaenoe, Desa Duabesi dan Desa Nanaet. Menurut data dari Badan Pertanahan Kab. Belu tahun 2009, luas wilayah Kec. Nanaet Duabesi adalah 60,25 Km2 dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 201

220 Batas-batas wilayah Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus adalah bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Alas, Desa Alas Utara (Kecamatan Koba Lima) dan Faturika (Kecamatan Raimanuk); bagian Utara berbatasan dengan Paroki Nela, Desa Lookeu dan Derokfaturene, Kecamatan Tasifeto Barat; bagian Timur berbatasan dengan wilayah Negara Timor Leste (RDTL) dan bagian Barat berbatasan dengan Paroki Halilulik, Desa Bakustulama dan Naitimu (Kecamatan Tasifeto Barat). Pada tahun 2011, Paroki Hati Kudus Yesus Laktus menjadi paroki yang mandiri, dalam hal keuangan dan tenaga pasto-ral. Sumber keuangan paroki berasal dari kolekte, derma-derma dan sedang diusahakan ke depan agar paroki memiliki sumber keuangan lain yang berasal dari kebun dan ternak. Paroki Laktutus memiliki sebuah pastoran; sebuah Gua Santa Maria bernama Gua Bersejarah Fatu Ki ik dan sebuah tempat khusus untuk Ibadat Jalan Salib yang diberi nama Bukit Kalvari Laktutus. Berdasarkan buku registrasi permandian Paroki Halilulik dan Paroki Laktutus serta dokumen Sejarah Gereja Paroki Halilulik, mulai dari tahun para misionaris SVD berperan sangat penting dalam proses penyebaran dan perkembangan iman Katolik di wilayah Laktutus. Para imam SVD itu dapat disebutkan antara lain: P. Arnoldus Vestralen, SVD; P. Hendrikus Leven, SVD; P. Yosef Smith, SVD; P. Yakobus Pessers, SVD; P. Yakobus Deburoin, SVD; P. Matias Darsbach, SVD; P. Piet Verhaeren, SVD; P. Arnoldus van Lieshout, SVD; P. Yosef Duffles, SVD; P. Wilibrodus Meunlendiyek, SVD; P. J. Knoor, SVD; P. Hendrikus Samhorst, SVD; P. Theodorus van den Tilaart, SVD; P. Karsten, SVD; P. Yan Bala Letor, SVD; P. Nelisen, SVD; P. Yanuarius Oba, SVD; P. Karl Scholly, SVD; P. Anton Beki Kedang, SVD; P. Yakobus Bura, SVD; P. Niko Buku, Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

221 SVD; P. Alex Magu, SVD; P. Fransiskus Ceunfin, SVD; P. Yohanes Perang Lewar, SVD; P. Roger Alasan, SVD; dan P. Vincent Besin, SVD. Mulai tahun reksa pastoral Paroki Halilulik diserahkan kepada para imam Diosesan. Para imam diosesan yang pernah membantu di Stasi Laktutus adalah Rm. Makarius Molo, Pr; Rm. Yohanes Subani, Pr; Rm. Hendrik Fay, Pr; Rm. Dominikus Atini, Pr; dan Rm. Herman Nurak Hane, Pr. Sejak 21 Juli 2004 Stasi Laktutus menjadi paroki, dan seluruh reksa pastoral dipercayakan kepada para misionaris dari OFM, yakni berturut-turut P. Andreas Hamma, OFM ( ) sebagai Pastor Paroki dibantu P. Dionisius Kelen, OFM; P. Antonius Sahat Manurung, OFM ( ) sebagai pas-tor Paroki dibantu oleh P. Saverinus Adir, OFM dan P. Lazarus Subagi, OFM; P. Markus Gunadi, OFM ( ) sebagai Pastor Paroki dibantu Br. Marianus Cua, OFM, P. Leonardus Hambur OFM; dan P. Yohanes K. Tara, OFM (2014) sebagai Pastor Paroki. Jumlah umat sampai dengan akhir tahun 2013 tercatat jiwa; dengan jumlah KK1.025 KK,tersebar dalam 3 (tiga) stasi; 13 Lingkungan dan 42 KUB.***P. Yohanes K. Tara, OFM. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 203

222 1.16 Paroki Santo Aloysius Gonzaga Haekesak Sebelum menjadi paroki, Haekesak adalah bagian dari Paroki Santu Petrus Lahurus. Pada tahun mulai dirancang menjadi stasi Haekesak. Sebelum berpusat di Haekesak seperti sekarang, pernah dirancang untuk di Asumanu. Mulai juga ada rencana pemersatuan dari lingkungan-lingkungan yang berdekatan yakni Haekesak, Turiskain, Asumanu. Setiap perayaan Natal dan Paska dipusatkan di Kapela Asumanu sampai tahun Mulai tahun 2001 perayaan Natal dan Paska dipusatkan di Haekesak, walaupun belum ada kapela. Umat merayakan Na-tal dan Paska di bawah tenda di lapangan Haekesak sampai bulan Mei Tahun 2002 Haekesak menjadi sebuah stasi dalam Paroki Santu Petrus Lahurus. Umat dari Haekesak, Turiskain, Asumanu, masuk dalam stasi ini sedangkan kapela Wetear dan Wilain masih tergabung dengan paroki pusat. Tahun 2003 umat kapela Wilain dan Wetear menggabungkan diri lagi ke dalam stasi Haekesak sehingga setiap kali perayaan Natal dan Paska, mereka ke Haekesak. Tahun adalah tahun-tahun gembira bagi umat stasi Haekesak karena mulai dirancang dan membentuk sebuah stasi yang akan menjadi bakal Paroki. Rm. Nikolaus Nahak Dalu, Pr sebagai pastor muda waktu itu ditugaskan untuk merancangnya dan merintis sebuah tempat baru untuk menjadi satu paroki defenitif. Derita dan gembira menjadi hiasan indah yang selalu bergerak bersama-sama. Sampai pada satu kesempatan rekoleksi bersama di Paroki Lahurus sebagai pusat paroki, Rm. Nikolaus Nahak Dalu, Pr sebagai pastor pembantu yang merintis Haekesak mencoba berbicara Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

223 dengan Bapak Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan Deken Belu Utara, P. Alex Magu, SVD tentang bagaimana supaya Haekesak bisa menjadi satu paroki dalam Keuskupan Atambua. Beberapa alasan ditunjukkan kepada Uskup sebagai pemilik Gereja Lokal dalam Keuskupan Atambua. Setelah mempertimbangkan segala maksud baik untuk mendirikan paroki baru ini, Bapak Uskup Atambua, menyam-paikan sebuah berita gembira yakni memerintahkan supaya mulai membuat pendataan dan menetapkan kapela dan lingkungan yang akan membentuk bakal paroki Haekesak. Pendataan pun dilakukan, Kapela Haekesak, Kapela Asumanu, Kapela Wilain, Kapela Wetear dan Kapela Turiskain digabung-kan menjadi bakal paroki. Melalui SK Uskup Atambua status Stasi Haekesak dinaikkan menjadi Bakal Paroki Haekesak. Sejak saat itulah secara perlahan Haekesak mulai merancang dirinya menuju sebuah paroki. Umat Haekesak tidak hanya bangga dengan statusnya, tetapi terus berjuang untuk menjadi paroki. Dari hari ke hari dalam bimbingan Rm. Nikolaus Nahak Dalu, Pr sebagai Pastor Pembantu Paroki Lahurus, umat bakal Paroki Haekesak mulai merancang diri menjadi paroki mandiri di kemudian hari. Banyak hal dibuat sebagai persiapan menanti berita gembira menjadi paroki ketika dianggap layak dan pantas. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 133/2006 tertanggal 17 Maret 2006 status Bakal Paroki Haekesak secara resmi menjadi Paroki Santo Aloysius Gonzaga Haekesak. Pada 21 Juni 2006, Bapak Uskup melalui misa kudus pada hari itu meresmikan dan mengumumkan bahwa Paroki Haekesak menjadi paroki mandiri terpisah dari Paroki induk Lahurus dalam Keuskupan Atambua. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 205

224 Bertepatan dengan hari pengresmian paroki itu, Bapak Uskup Atambua melantik Rm. Nikolaus Nahak Dalu, Pr menjadi Pastor Administrator Paroki Haekesak, dengan SK Uskup Atambua No. 134/2006 tertanggal 17 Maret Bersama umat 38 lingkungan, Paroki Haekesak maju menata diri dari hari ke hari. Program pastoral mulai dikemas sebagai kekuatan yang mengantar Haekesak menuju ke depan, yaitu Pendidikan Iman. Sebagai paroki yang baru dengan umat dari dua Negara dengan bahasa yang berbeda dan tingkat pendidikan yang rendah, umat paroki berjuang supaya pendidikan iman semakin meningkat. Untuk itu Dewan Pastoral Paroki membuat program pembinaan iman di lingkungan dan KUB. Setelah satu pelita mulai ada tanda-tanda yang menggembirakan dengan hadirnya beberapa sarjana. Kami tetap pada komitmen bersama umat untuk menjadikan Pendidikan sebagai program abadi paroki. Memasuki tahun 2007, Paroki Haekesak mulai membuat program pengembangan pertanian. Para ahli dihadirkan untuk mendampingi petani untuk mengolah sawah yang baik dan pemupukan yang benar dan tepat dengan mendatangkan bantuan modal dari beberapa lembaga keuangan seperti Bank Indonesia dan Bank Arta Graha Jakarta. Tahun mulai dengan pengembangan peternakan dengan pendamping dari Dinas Perternakan Kabupaten Belu. Untuk mendukung dua program besar yakni pendidikan dan pertanian-peternakan, kemudian didirikanlah SMK Pertanian dan Peternakan di daerah perbatasan pada tahun Pada tahun 2008 juga berdiri sebuah SMP Negeri. Kami bahagia dengan kehadiran lembaga pendidikan ini, karena daerah ini boleh dikatakan menjadi titik perhatian semua orang, bukan hanya karena perbatasan dengan Negara Timor Leste, tetapi juga karena memiliki potensi yang kalau Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

225 secara serius dikelola dengan ilmu yang memadai bisa membawa wajah Indonesia di dunia internasional. Oleh hubungan yang baik dengan Pemerintah Daerah Belu melalui Dinas Pendidikan dan Olahraga maka tahun 2004 telah dibangun lagi satu SMP Negeri di Paroki Haekesak. Paroki Haekesak memiliki dua stasi yakni Stasi Bonaventura Wilain dengan delapan lingkungan dan Stasi Santa Anna Asumanu dengan tujuh lingkungan. Kedua stasi ini sejak tahun 2006 telah merayakan Ekaristi secara terpisah untuk semakin mendekatkan pelayanan kepada umat. Setiap hari Minggu Ekaristi dirayakan di Wilain dan Asumanu. Demi-kian pun perayaan Natal dan Paska. Saat ini yang menjadi perhatian paroki adalah Stasi Bonaventura Wilain. Umat sudah membuat pastoran dan kapela permanen, Buku Permandian sementara ditulis dari buku paroki sehingga lebih mudah untuk dilayani. Demikian pun Stasi Asumanu sedang mem-bangun pastoran yang permanen, mengingat setiap hari Minggu dan hari besar gerejani Ekaristi dirayakan di stasi-stasi ini.*** Rm. Niko Nahak Dalu, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 207

226 1.17 Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen Pada tahun 1950-an, Haliwen menjadi bagian dari Paroki Stella Maris Atapupu yang kala itu Pastor Parokinya P. Kransen, SVD. Pada tahun 1970 dibangun sebuah Kapela darurat di Wehor oleh P. Yohanes Deuling, SVD. Pelayanan dibuat hanya sebatas ketika pastor melakukan patroli ke lingkungan itu. Akan tetapi mulai tahun 1970, pelayanan untuk umat Stasi Haliwen diserahkan kepada Paroki Katedral Atambua. Dan sejak saat itu ada be-berapa pastor yang bertugas melayani umat Stasi Haliwen, antara lain Rm. Yakobus Nahak, Pr ( ); Rm. Alek-sander Seran, Pr (1978); P. Yakobus Bura Luli, SVD; P. Alex Magu, SVD; Rm. Mikhael Valens Boy, Pr; Rm. Edmundus Nahak, Pr; Rm. Gerardus Hery Fernandes, Pr; Rm. Barnabas Natun,Pr; Rm. Dominikus Saku, Pr (Uskup Atambua sekarang); dan Rm. Makarius Molo, Pr. Pada tahun 1990, Pastor Paroki Katedral Atambua dan Dewan Pastoral Paroki berpikir agar perlu adanya pelayanan khusus bagi umat yang berada di wilayah Haliwen. Karena itu, dimulailah penjajakan dengan mengadakan perayaan Ekaristi setiap hari Minggu di Haliwen. Tempat perayaan Ekaristi adalah Kabuna, samping Kantor Desa Kabuna. Setelah dirasa bahwa umat sudah siap, maka Haliwen dijadikan sebagai sebuah Stasi dari Paroki Katedral Atambua. Selanjutnya pada tahun 1993, pelayanan perayaan Ekaristi kepada umat Haliwen diserahkan kepada Rm. Makarius Molo, Pr, sebagai Pastor Kapelan. Saat itu Rm. Makarius Molo, Pr menjabat sebagai Delsos/Direktur YASSKA atau sekarang disebut Komisi PSE Keuskupan Atambua) sampai dengan tahun Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

227 Mengingat lokasi kapela lama tidak memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut, maka ada kesepakatan antara Rm. Makarius Molo, Pr dan Pastor Paroki Katedral Atambua, Rm. Dominikus Metak, Pr bersama para tokoh umat, tokoh masyarakat untuk mencari lokasi yang lebih baik dan luas. Tempat yang disepakati adalah Bukit Bubur Badarai (dalam bahasa Tetun) atau Pue Badarai (dalam bahasa Kemaq), tempat masyarakat setempat secara alamiah dapat membaca tandatanda alam. Lokasi ini berada di Dusun Wesasuit-Desa Kabuna- Kecamatan Kakuluk Mesak. Penyerahan tanah resmi ditandatangani di atas kertas meterai bersegel. Bertindak sebagai pihak pertama, para ketua suku dan pihak kedua, Rm. Dominikus Metak, Pr sebagai Pastor Paroki Katedral Atambua. Proses penyerahan tanah ini terjadi pada 15 Februari Tokoh-tokoh umat yang berjasa menantangani penyerahan tanah paroki Haliwen kala itu adalah Gabriel R.Mali ( ), Kepala Desa; David Mau Pulen, Kepala Dusun Wesasuit; Yohanes Tasik, Ketua Suku Koli Atin Welau; Yohanes Mau, Ketua Suku Dato Alin, dan Buru Bara ( ), Ketua Suku Kaku. Menindaklanjuti penyerahan tanah itu, Rm.Makarius Molo, Pr bersama seluruh umat Stasi Haliwen membangun sebuah kapela yang baru pada tahun 1997 di tempat itu. Pembangunan yang dibuat itu hanya dalam tempo 3 hari. Secara bergantian, Rm.Makarius Molo, Pr dan Rm. Dominikus Metak, Pr melakukan pelayanan rohani bagi umat di Stasi ini. Tahun 1999, P. Yakobus Soro Loe, SVD, diminta oleh Pastor Paroki Katedral untuk melayani Ekaristi bagi umat Haliwen. P. Yakobus membantu hingga tahun Selanjutnya pada tahun , pelayanan bagi umatdilakukan oleh Rm. Agustinus Berek, Pr, Pastor Paroki Katedral Atambua kala itu. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 209

228 Tahun 2004 terjadi pergantian pimpinan di Paroki Katedral. Rm. Yanuarius Seran, Pr sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm.Herman Nurak Hane, Pr dan Rm. Mikhael Maumabe, Pr. Secara bergantian ketiga pastor ini memberikan pelayanan kepada umat di Stasi Haliwen. Selanjutnya pada tahun 2007, Bapak Uskup Atambua dan dewan memandang perlu untuk meningkatkan status Stasi Haliwen menjadi sebuah Bakal Paroki. Karena itu, keluarlah SK Uskup Atambua No. 353 A/2007 tentang pendirian Bakal Paroki Haliwen dengan nama pelindung Santo Yohanes Pemandi. Bersamaan dengan itu dikeluarkan SK Uskup Atambua No. 354/2007 tentang pengangkatan Rm. Herman Nurak Hane, Pr sebagai Pastor Administrator Bakal Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen. Misa pengresmian Bakal Paroki Haliwen dipimpin oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, pada 15 Agustus Sejak saat itu, Rm. Herman Nurak Hane, Pr menetap di Haliwen dan melayani umat secara purnawaktu hingga kini. Melalui SK Uskup Atambua, No. 13 Tahun 2009, mening-katkan status Bakal Paroki Haliwen menjadi Paroki definitif. Rm. Herman Nurak Hane, Pr sekali lagi diangkat menjadi Pas-tor Paroki Haliwen. Deken Belu Utara, Rm. Agustinus Berek, Pr meresmikan paroki ini dan sekaligus melantik Rm.Herman Nurak Hane,Pr sebagai Pastor Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen pada 24 Juni DPP dan DKP Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 320/2008, diangkatlah DPP dan DKP untuk membantu Pastor paroki dalam melayani umat untuk masa bakti yakni Dewan Pasto- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

229 ral Paroki: Ladislaus Moen, SM (Ketua I); Drs.Yohanes Kun (Ketua II); Vinsent Joni Leto Mali (Ketua III); Abel Yohanes Dasi (Sekretaris I); Melkianus Y. Bere, SIP (Sekretaris II); Sr.Yoslinda, CIJ (Bendahara I); Alexander Oceano Victorius (Bendahara II). Sedangkan Dewan Keuangan Paroki: Devi Hermin Ndolu (Ketua I); dr. Lau Fabianus (Ketua II); Jantje Taek, SE (Sekretaris I) dan Ir. Yeremias K.Taek (Sekretaris II). Selain Dewan Pastoral Paroki, patut dicatat dua orang Guru Agama yang telah giat baik sebelum maupun sesudah Haliwen menjadi Paroki, yakni Daniel Mauk dan Hendrikus Moruk ( ). *** Rm. Herman Nurak Hane, Pr Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 211

230 II. DEKENAT KEFAMENANU Dekenat ini mula-mula bernama Dekenat Timor Tengah Utara (TTU) karena meliputi seluruh wilayah Kabupaten TTU yang didirikan berdasarkan SK Uskup Atambua pada 26 Juli Sebelumnya sudah ada cetusan ide terbentuknya Kefamenanu menjadi sebuah dekenat oleh Uskup Atambua masa itu, Mgr. Jacobus Passers, SVD, dengan dua alasan mendasar yakni: Pertama, di TTU telah ada beberapa paroki yakni Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti, Paroki Santa Maria Omnium Gratianum Kiupukan dan Paroki Santa Theresia Kefamenanu. Ketiga paroki ini, pada masa sebelum tahun 1956 dikoordinasi langsung oleh keuskupan. Namun jarak yang begitu jauh dan sarana transportasi yang tidak memadai maka untuk meningkatkan koordinasi yang lebih baik, Uskup Atambua membentuk sebuah dekenat dengan nama Dekenat Timor Tengah Utara (TTU). Kedua, umat katolik wilayah TTU yang tersebar dari Timur sampai ke Barat (dari Lurasik sampai Naekake) dan dari Utara sampai Selatan (dari Mena dan Haumeni hingga Noemuti) makin bertambah banyak. Maka pemekaran paroki-paroki akan bertambah dalam wilayah dekenat Kefamenanu ini. Ketiga, alasan yang paling mendasar dan utama yakni pendekatan pelayanan pastoral kepada umat Allah di seluruh Kabupaten TTU. Pada waktu itu, pelayanan pastoral umat berpusat di Atambua sehingga butuh waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak, karena sering terjadi pelayanan yang dilakukan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

231 Pemilihan Tempat Ide terbentuknya Kefamenanu sebagai pusat Dekenat, mendapat dukungan dan sambutan dari Dewan Keuskupan bersama umat TTU. Tetapi ide ini mendapat kendala soal pemilihan tempat berdirinya pusat dekenat. Sebab pada waktu itu ada yang menghendaki agar dekenat didirikan di paroki tertua yakni Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti. Namun dilihat dari letaknya tidak strategis karena Paroki Noemuti berada di pinggiran, jika dilihat dari pemetaan wilayah TTU secara keseluruhan dan agak sulit dalam hal komunikasi. Dengan alasan-alasan itu, maka dipilihlah Kefamenanu sebagai pusat Dekenat TTU karena lebih strategis dan berada di pusat kota Kabupaten TTU sehingga mudah dijangkau oleh paroki yang tersebar di dalamnya baik dari Utara dan Selatan maupun Timur dan Barat TTU dan bahkan juga mudah dalam membangun komunikasi. Dengan terpilihnya Kefamenanu sebagai pusat dekenat, maka pada 26 Juli 1954 Uskup Atambua, Mgr. Jacobus Pessers, SVD mengesahkan berdirinya Dekenat TTU dengan SK Uskup bahwa di wilayah TTU telah berdiri satu dekenat dengan nama Dekenat TTU sekaligus mengangkat P. Theodorus van den Tilaart, SVD yang saat itu sedang menjabat sebagai Pastor Paroki Santa Theresia Kefamenanu dan Rektor SVD Wilayah TTU menjadi Deken TTU. Para Deken TTU dan Kefamenanu Dekenat sebagai satu lingkup wilayah dikuasikan oleh pemimpin tertinggi Gereja Lokal yakni Uskup untuk mempermudah pelaksanaan kebijakan karya pastoral keuskupan bagi Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 213

232 paroki-paroki yang diasuhnya itu membutuhkan pemimpin yang bijak, tegas, terampil dan memiliki kualifikasi yang dituntut. Pemimpin dekenat dalam lingkup gereja dikenal dengan sebutan Deken. Deken pertama Dekenat TTU adalah P. Theodorus van den Tilaart, SVD tahun Dalam melaksanakan karya pastoral, Deken dibantu oleh beberapa tokoh awam perintis yakni Yohanes Sala Nggadas, Mateus Leba, Leonardus Gelu, Yoseph Tan Sun Fat, Petrus A. Son dan Yosep Lake. Deken kedua Dekenat TTU adalah P. Wilco Wortelboer, SVD. Beliau menjabat sebagai Deken TTU tahun Deken ketiga adalah P. Hieronimus Djouk Sonbay, SVD. Beliau diangkat sebagai Deken TTU pada bulan Oktober 1973 berdasarkan SK Uskup Atambua Nomor 229/1973 menggan-tikan Pater de Boer, SVD. Pater Djouk Sonbay menjadi Deken TTU hingga tahun Deken keempat adalah Rm. Edmundus Nahak, Pr. Beliau diangkat menjadi Deken TTU pada 8 Juni 1975 menggantikan P. H.J. Sonbay, SVD. Rm. Edmundus Nahak,Pr menjalankan tugas sebagai Deken TTU hingga akhir tahun Deken kelima adalah Rm. Dominikus Metak, Pr. Berdasarkan SK Uskup No. 371/1978, Rm. Edmundus Nahak, Pr digantikan oleh Rm. Dominikus Metak, Pr pada 31 Desember Selama menjadi deken TTU, Rm. Domi Metak, Pr sekaligus menjalankan tugas sebagai pengajar pada PGA Warta Bakti Kefamenanu di Naesleu. Rm. Dominikus Metak, Pr menjabat Deken TTU hingga bulan Juli Deken keenam adalah P. Yakobus Bura, SVD. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 97/1983 tertanggal 6 Juli 1983, P. Yakobus Bura, SVD diangkat menjadi Deken TTU menggan- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

233 tikan Rm. Dominikus Metak, Pr. Setelah menjalankan tugas sebagai Deken dan Pastor Paroki Santa Theresia Kefamenanu selama kurang lebih tujuh tahun, pada tahun 1990, P. Yakobus Bura SVD mengikuti Tersiat di Nemi selama 6 bulan. Untuk mengisi kekosongan itu Uskup Atambua mengangkat Rm. Paulus Nahak I, Pr sebagai Penjabat Sementara Deken TTU dan Pastor Paroki Sta. Theresia Kefamenanu dengan SK 154/ 1990 tertanggal 17 April Setelah P. Yakobus Bura, SVD kembali dari Nemi, tugas kepemimpinan Deken TTU diemban kembali olehnya sampai tahun P.Yakobus Bura, SVD bertugas sebagai Deken TTU selama hampir 15 tahun. Deken ketujuh adalah Rm. Aloysius Kosat, Pr. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 37/1998 P. Yakobus Bura SVD diganti oleh Rm. Aloysius Kosat, Pr pada Pada masa kepe-mimpinan Rm. Aloysius Kosat Pr, Dekenat TTU dimekarkan menjadi dua dekenat yakni Dekenat Kefamenanu dan Deke-nat Mena. Dengan demikian Rm. Aloysius Kosat Pr menjadi Deken terakhir Dekenat TTU dan selanjutnya memulai babak baru bagi Dekenat Kefamenanu. Rm. Aloysius Kosat, Pr menjadi Deken Pertama Dekenat Kefamenanu hingga tahun Selanjutnya berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 232/2013, tertanggal 21 November 2013 Rm. Gerardus Salu, Pr diangkat menjadi Deken Kefamenanu, menggantikan Rm. Aloysius Kosat, Pr. Pemekaran Dekenat TTU menjadi dua Dekenat Melihat perkembangan umat dan luasnya wilayah pasto-ral dipikirkan untuk pemekaran wilayah Dekenat. Maka sete-lah dalam perjalanan waktu kurang lebih 53 tahun, dari , pada 15 Januari 2007, Dekenat TTU dimekarkan men- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 215

234 jadi dua dekenat yakni Dekenat Kefamenanu berpusat di Kefamenanu dengan dekennya Rm. Aloysius Kosat, Pr dan Dekenat Mena berpusat di Mena dengan deken pertamanya P. Kornelis Dosi, SVD. Dekenat Kefamenanu sejak berdirinya meliputi wilayah pemerintahan Kabupaten TTS dan TTU seluruhnya. Ketetapan ini didasarkan pada SK tertanggal 26 Juli 1954 dengan nama Dekenat TTU. Namun pada 13 April 1967, Kupang berdiri sendiri sebagai satu Keuskupan. Ketika itu pula TTS tidak lagi menjadi bagian wilayah Dekenat TTU. Lalu pada 15 Januari 2007 Dekenat TTU dimekarkan menjadi dua Dekenat, yakni Dekenat Kefamenanu yang meliputi seluruh wilayah Miomaffo, Noemuti dan Insana, dan Dekenat Mena meliputi seluruh wilayah Biboki dan sebagai wilayah Insana dan Naibenu. Batas-batas wilayah Dekenat Kefamenanu adalah: bagian Timur berbatasan dengan Dekenat Malaka; bagian Barat berbatasan Paroki Naikliu (KAK) dan Oekusi-Timor Leste; bagian Utara berbatasan dengan Dekenat Mena; dan bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Niki-niki dan Paroki Oe Ekam (KAK). Sampai dengan tahun 2015, wilayah Dekenat Kefame-nanu meliputi 17 Paroki yakni Paroki Noemuti (1925); Paroki Kiupukan (1929); Paroki Kefamenanu (1934); Paroki Maubesi (1937); Paroki Eban (1949); Paroki Oeolo (1962); Paroki Bijaepasu (1969); Paroki Tunbaba (1975); Paroki Mamsena (1975); Paroki Haumeni (1984); Paroki Naekake (1984); Paroki Naes-leu (1994); Paroki Maubam (2003); Paroki Sasi (2003); Paroki Jak (2009); Bakal Paroki Ainan dan Bakal Paroki Oenopu. *** Rm. Gerardus Salu, Pr dan DPD Kefamenanu. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

235 2.1 Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti termasuk salah satu paroki tua di Keuskupan Atambua. Paroki ini menjadi paroki induk untuk semua paroki yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara. Pada mulanya misi agama berjalan bersama penjajah. Penjajah Portugis menyertakan para misionaris dalam perjalanan misinya ke Timor. Pada tahun 1662, ketika itu di Lisboa terjadi suatu persetujuan antara orang Belanda dan Portugis mengenai pembagian wilayah pulau Timor sebagai daerah jajahan. Kepada Belanda (VOC) diberikan kuasa atas daerah Timor Barat kecuali Noemuti dan Ambeno. Sedangkan Portugis diberi kuasa atas Timor Timur, termasuk Noemuti dan Ambeno di bagian Barat. VOC mengumumkan bahwa semua orang yang tetap beragama Katolik harus pindah ke daerah Portugis. Sedangkan di daerah VOC semua yang beragama Katolik harus dihapus dan diganti dengan agama Protestan-Calvinis. Sejarah mencatat bahwa pada 31 Desember 1679, ada 16 orang misionaris Dominikan yang bekerja di misi Pulau Timor di antaranya seorang misionaris bernama Frei Manuel de Santo Yasinto yang bertugas di Noemuti, kemudian oleh Takhta Suci di Roma beliau diangkat menjadi Uskup Malaka dan ditahbiskan menjadi Uskup di Makao pada Tahun 1718 Uskup Malaka datang ke Timor dan menetap di Lifao. Pada tahun 1755 Frei Gerardo de Santo Jose ditahbis-kan menjadi Uskup. Kemudian beliau datang ke Lifao dan menjadikan Gereja Lifao sebagai Katedral dan tinggal di situ sampai meninggal dunia tahun Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 217

236 Sejarah juga mencatat bahwa pada 12 Maret 1920, Prefektur Apostolik Sunda Kecil ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik oleh Takhta Suci. Maka pada 20 April 1920, Mgr. Josefus, Uskup Malaka menyerahkan daerah Noemuti yang sejak tahun 1917 masuk pemerintahan Belanda secara yuridis masuk ke dalam Vikariat Apostolik Kepulauan Sunda Kecil. Mgr. Arnoldus Vestralen, SVD mengambil alih pelayanan di Stasi Noemuti. Dengan ini Stasi Noemuti melepaskan diri dari Lifao-Ambeno Keuskupan Malaka. Pada 27 Mei 1925, Pater Anton Baun, SVD dan Pater Jan Smith, SVD membuka kembali Stasi di Noemuti untuk pelayanan umat di seluruh wilayah TTU. Pater Baun, SVD dilantik sebagai Pastor Paroki TTU pada 08 Agustus Catatan lain mengungkapkan bahwa pada Oktober 1929 pembangunan gereja Noemuti selesai dan selanjutnya pada November 1929, pemberkatan gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti oleh Mgr. Arnoldus Vestralen, SVD, Vikaris Apostolik Kepulauan Sunda Kecil saat itu. Pater I. van Harren, SVD yang baru tiba membantu Pater Baun, SVD di Noemuti, sedangkan Pater Smith, SVD pada tahun yang sama melayani di Kiupukan. Ada sejumlah nama tokoh awam yang menjadi perintis berdirinya Paroki Noemuti, yakni Richardus Luis Sonbay (Raja Kerajaan Oenam di Noemuti) bersama para permaisurinya: Bi Fku Kune (Istri I) dan Margaretha da Costa (Istri II); Gaspar Koko Salem (Fetor Noemuti), Don Matheus da Costa dan Meol Crus. Wilayah Paroki Noemuti sekarang memiliki batas-batas sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Paroki Sasi dan Paroki Oeolo; Selatan berbatasan dengan Paroki Aryos Niki- Niki, Keuskupan Agung Kupang; Timur dengan Paroki Maubam; dan Barat berbatasan dengan Paroki Bijaepasu. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

237 Paroki Noemuti memiliki sarana-sarana pendukung seperti gedung gereja satu buah yaitu gereja pusat paroki dan 17 buah kapela permanen. Ada sebuah pastoran dengan kapasitas 10 kamar; sebuah gedung paroki; dua buah asrama Putera dan Puteri, dan dua buah Gua Maria yakni Gua Santa Maria Fatima Kote dan Gua Santa Maria Lourdes Haurakin di Oeperigi. Di Paroki Noemuti juga sejak tahun 1970 telah berkarya para Suster Puteri Renya Rosari (PRR) dalam bidang pastoral pendidikan, pastoral kesehatan, pastoral asrama dan pastoral paroki. Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki sangat aktif berperan dalam karya pastoral paroki dari periode ke periode. Pada periode & , sebagai Ketua I DPP adalah bapak Agustinus Musu; Ketua II, bapak Yulius Haumetan dan Ketua III, bapak Fransiskus Taimenas. Sedangkan di DKP sebagai Wakil Ketua adalah bapak Stefanus Kosat dibantu oleh bapak Fransiskus Rusae sebagai Sekretaris dan bapak Yosef Kefi sebagai bendahara. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 219/2015, Dewan Pastoral Paroki periode adalah Ketua I, Yulius Haumetan; Ketua II, Fransiskus Taimenas, dan Ketua III, Emanuel Sapay; Sekretaris I, Yosef O. Bnani dan Sekretaris II, Maria Bernadetha Sa u. Sedangkan Dewan Keuangan Paroki terdiri dari Wakil Ketua, Fransiskus Rusae; Sekretaris, Maximus Tuke, dan bendahara, Yoseph Kefi. Organisasi-organisasi gerejawi yang ada dalam paroki adalah Legio Maria terdiri dari 1 (satu) kuria dan 4 (empat) presidium; Kelompok Persekutuan Doa Karismatik Katolik terdiri dari 5 (lima) PDK dengan koordinator Sdr. Siprianus Kosat; Kelompok Orang tua para Imam, Bruder, Suster dan Seminaris, dengan ketuanya Bapak Fransiskus Taimenas; Kelompok THS- THM dengan koordinatornya sdr. Yohanes Arik; Persa-tuan Katekis Paroki dengan ketuanya Bapak Stefanus Kosat, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 219

238 S.Ag; dan sejumlah besar Orang Muda Katolik yang diketuai oleh sdr. Oktovianus Koa. Berikut nama Pastor, Tahun Tugas dan jabatan di Paroki Noemuti: P. A. Baun, SVD, , Paroki TTU. P. J. Smith, SVD, P. Verharren, SVD, P. Nick van Ammers, SVD,1934; , 2 kali Pastor Paroki. P. Th. Lavrijsen, SVD, , Pastor Paroki. P. C. Martens, SVD, , Pastor Paroki. P. V. Lechovic, SVD, , Pastor Paroki. P. H. Pfeffer, SVD, , Pastor Paroki. P. Paul Goote SVD ; , 2 kali Pastor Paroki. P. Roger J. Riese SVD, ; ; kali Pastor Paroki. P. R. S. Daschbach, SVD ; kali Pas-tor Paroki. P. J. Lanigan, SVD, , Pastor Paroki. P. Noel Carrol, SVD, , Pastor Paroki. Rm. Hironimus Kore, Pr, , Pastor Paroki. Rm.Yonathas Nahak, Pr , Pastor Paroki. Rm. Thomas Tahu, Pr , Co-pastor paroki. Rm. Pius Nahak, Pr, , Pastor Paroki. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

239 18 Rm. Barnabas Natun, Pr, Pastor Paroki. Rm. Maksi Amnanu, Pr, , Pastor Adminstrator. Rm. Yoris S. Giri, Pr, , Pastor Pembantu. Rm. Gerardus Salu, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Okto Taek, Pr , Pastor Pembantu. Rm.Yohanes P.Naben, Pr, , Pastor Pembantu. Rm. Arnoldus Lema, Pr, Pastor Pembantu. Rm. Agustinus Berek, Pr Pastor Paroki. Jumlah umat secara keseluruhan sesuai data tahun 2014 sebanyak jiwa yang tersebar dalam Kepala Keluarga, 26 Lingkungan dan 201 KUB. Ada 8 (delapan) SDK; 12 SDN; 1 (satu) SMPK; 5 (lima) SMPN dan 3 (tiga) SMA/K. Dalam pelayanan Ekaristi Hari Minggu dan Hari Raya, umat dilayani di tiga tempat yakni: Kote (Pusat Paroki), Kapela Naiola dan Kapela Oemeu. Kini Paroki Noemuti terus membenahi diri, di bawah Pastor Paroki Rm. Agustinus Berek, Pr sedang berupaya membangun gedung gereja dan pastoran yang baru dengan dua lantai.***rm. Agustinus Berek, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 221

240 2.2 Paroki Santa Maria Penyelenggara Segala Rahmat Kiupukan Sejarah berdirinya Paroki Kiupukan diawali dengan kunjungan pastoral para pastor dari wilayah Tubaki, Atapupu dan Halilulik. Para pastor misionaris itu mengadakan patroli pastoral ke wilayah Insana dan Paroki Kiupukan adalah pintu masuk pertama kali memulai karya pelayanan. Wilayah pelayanan/patroli pastoral meliputi daerah Kiupukan, Subun, Maubesi, Fafinesu sampai Oekolo di wilayah Biboki. Untuk itu sejarah paroki ini akan lebih menarik bila dibagi dalam beberapa periode berikut: Tahun Pater de Lange, SVD dan P. Noyen, SVD, mengadakan pat-roli pastoral pertama kali ke wilayah Insana dan tiba di Kapela Oelolok. Mereka mempermandikan 80 orang pertama men-jadi orang Katolik pada 23 Agustus 1916 dan pada hari kedua mempermandikan 95 orang pada 24 Agustus Wilayah Insana saat itu dipimpin oleh Raja Klementino Calmento Kahlasi Taolin. Kedua misionaris ini didampingi oleh 4 orang awam yaitu Petrus Geno, Aegedius, Dominikus, dan Mikhael. Keempat orang ini bukan dari wilayah Insana. Tahun Pastor-pastor asistensi seperti Pater Van den Hemel, SVD; Pater Arnoldus Vestralen, SVD; Pater Kercklof, SVD dan Pater Hendrikcus Leven, SVD, bergantian melayani umat di wilayah Insana yang meliputi Kiupukan, (Oelolok dan Ainan) Maubesi, Subun dan Fafinesu. Pater A. Vestralen, SVD membaptis 20 orang di Sufa dan Pater H. Leven, SVD membaptis 6 orang Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

241 pertama di Manufui. Dengan demikian mereka mulai merintis wilayah Biboki. Tahun /29 Pater Jan Smith SVD mulai menetap di Oelolok dan meng-koordinasi pastor-pastor asistensi untuk melayani wilayah Insana dan Biboki. Tahun Tahun 1929 Pater Jan Smith, SVD melayani seluruh Insana yang meliputi Oelolok, Ainan, Maubesi, Subun dan Fafinesu. Ada beberapa pastor yang membantu P. Jan Smith, SVD, yaitu Pater C. Martens, SVD pada tahun melayani wilayah Subun, Maubesi, Fafinesu sampai Oekolo/ Pantai Utara. P. Theodorus Van den Tillaart, SVD pada 1 April Oktober 1939, lalu digantikan oleh Pater C. Martens, SVD untuk melayani Maubesi, Fafinesu, dan Subun. Selanjutnya datang P. Van Wising, SVD, pada 30 November Februari Sedangkan Pater Konings, SVD, datang pada 22 Maret 1939-Desember Pater M. Mataskov SVD, men-jadi pastor pembantu Kiupukan pada Gedung gereja Paroki Kiupukan mulai dibangun sejak tahun 1932 dan selesai tahun Selama pembangunan gedung Gereja belum selesai P. Jan Smith, SVD tinggal di Kapela Oelolok sampai selesai. Pada saat gereja diresmikan saat itu pula P.J. Smith resmi menjadi Pastor Paroki Insana (Kiupukan). Pada tahun yang sama 1929, mulai pemisahan administrasi Kiupukan dengan Manufui wilayah Biboki. Dalam pelayanan pastoral P.J. Smith dibantu oleh awamawam pertama sebagai guru agama dari semua lingkungan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 223

242 antara lain sebagai perintis adalah Clemens Calmento Kahlasi Taolin, wilayah Insana (Raja); Servasius Kobes untuk wilayah Ainan; Dominikus Fanu untuk wilayah Ekafalo; Arnoldus Tafin untuk wilayah Oelolok; Dominikus Un Taolin untuk wilayah Insana (Raja); Silvester Leu Ta neo untuk wilayah Kiupukan (guru); Arnoldus Sanlain Olin untuk wilayah Nesam, Haufo o, Fatoin, dan Besnaen; Laurensius Arnoldus Nabas Taolin untuk wilayah Insana (Raja); Gaspar Neno Naibina untuk wilayah Nuntefa; Paulus Siki untuk wilayah Unab; Ema-nuel Siki untuk wilayah Nesan dan Unab; Yohanes Leu untuk wilayah Noenebu dan Oeliurai; Theodorus Taolin untuk wilayah Oelolok (Fetor); Thomas Neno untuk wilayah Kuafe u; Polykarpus Be wilayah Haufo o; Arnoldus Timo untuk wilayah Fatoin; dan Yohanes Skera untuk wilayah Kiupukan. Para guru agama kampung ini bekerja membantu Pastor J. Smith SVD mulai dari tahun 1929 sampai dengan terbentuknya Majelis Gereja/Dewan Gereja pada tahun Tahun 1982 sampai sekarang Tahun 1982, mulai terbentuk Dewan Pastoral Paroki (DPP/Majelis Gereja). Kini (2015) jumlah umat Katolik Paroki Kiupukan sebanyak jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak KK yang terbagi dalam 36 Lingkungan dan 268 Komunitas Umat Basis. Bagian Utara berbatasan dengan Paroki Manufui, bagian Selatan dengan Paroki Biudukfoho dan Maubam; bagian Barat dengan Paroki Mamsena dan Maubesi; dan bagian Timur dengan Paroki Nurobo dan Kotafoun. Di Paroki Kiupukan ada sebuah Tarekat SSpS, yang telah berkarya sejak tahun Karyanya berupa Rumah Sakit/ Poliklinik dan Pastoral. Sejak tahun 2008 telah ada Kongre- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

243 gasi MSF yang berkarya di Paroki Kiupukan sambil memersiapkan Bakal Paroki Ainan. Ada sebuah TK milik Pemerintah, 20 buah SD (9 milik Yayasan Gereja, 11 milik Pemerintah); 6 buah SMP (1 milik Yayasan Gereja, dan 5 milik Pemerintah); ada sebuah SMK milik Yayasan Gereja dengan SMK Bitauni dan sebuah SMAN milik Pemerintah. Nama para Pastor yang pernah melayani sejak berdirinya Paroki ( ): P. Johanes Smith, SVD ( ): Sejak tahun 1023 ia sudah menetap di Oelolok, menjadi koordinator Pastoral Insana-Biboki dan Pastor Paroki Pertama. Beliau dibantu oleh P. Cornelis Mertens, SVD ( ) yang mela-yani di Ubun, Maubesi, dan Fafinesu. Lalu datang lagi P. Theodorus Van Tilaart, SVD ( ) sebagai Pastor Pembantu yang melayani umat di Maubesi, Subun, dan Fafinesu. P. Van Wising, SVD ( ) sebagai Pastor Pembantu di wilayah Oelolok dan Ainan. Pater Koning, SVD (Maret-Desember 1939) membantu melayani umat di wilayah Oelolok, Ainan dan Maubesi. Kemudian berturut-turut datang beberapa pastor dengan status sebagai pastor pembantu untuk sementara waktu yaitu P. Matias Mataskov, SVD ( ); P. Pfefer, SVD ( ). P. Bernard Kock, SVD ( ) sebagai Pastor Paroki. Beliau dibantu oleh Rm. Paulus Klau, Pr ( ). P. Petrus Verharren, SVD ( ) sebagai Pastor Paroki. Beliau dibantu oleh Rm. Emanuel Hane, Pr ( ), kemudian Rm. Wilibrodus Seran, Pr ( ) dan Rm. Bartholomeus Bere, Pr ( ) sebagai Pas-tor Pembantu Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 225

244 P. Marselus Bao Nule, SVD ( ) sebagai Pastor Paroki. P. Andreas Matutina, SVD ( ) sebagai Pastor Paroki. Beliau dibantu oleh P. Kornelis Dosi, SVD ( ), P. Edmundus Kaya Lajar SVD ( ) dan Rm. Urbanus Bau, Pr ( ), serta P. Adam Satu, SVD ( ) sebagai Pastor Pembantu Rm. Moses Olin, Pr ( ) sebagai Pastor Paroki P. Paul Gootee, SVD ( ) sebagai Pastor Paroki dibantu oleh P. Hironimus Aron, SVD ( ); Rm. Yoseph Nahak II, Pr ( ); Rm. Dominggu Kabosu, Pr ( ); dan Rm. Erwin Asa, Pr ( ). Rm. Yoseph Nahak II, Pr ( ) sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Kristoforus Ukat, Pr ( ) dan Rm. Syprianus Tes Mau, Pr ( ) sebagai Pastor Pembantu Rm. Donatus Tefa, Pr ( ) sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Severino Affat, Pr ( ) dan Rm. Yopi Luan Nahak, Pr ( ). Struktur Dewan Pastoral sejak masa peralihan dari guru agama kampung ke struktur yang baru sampai sekarang. DPP Periode : Ketua I: Benyamin Y. Djuki; Ketua II: Sebastian Maximus; Ketua III: Yohanes Seo, BA; Sekretaris: Yoseph Bano, Laurensius Sali, Yoseph Banusu Mafo; Bendahara: Paulus Kusi, Yohanes Fatin, Aloysius Neno dan anggotanya 20 orang. DPP Periode : Ketua I: Benyamin Y. Djuki; Ketua II: Paulus Kusi; Ketua III: Barnabas Funan; Sekretaris: Yohanes Fatin, Yoseph Banusu Mafo, Laurensius Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

245 Sally; Bendahara: Aloysius Neno, Elisabeth Kase, Maria Boik dan anggotanya 25 orang. DPP Periode ; Ketua I: Benyamin Y. Djuki; Ketua II: Felix Afoan; Ketua III: Yohanes Fatin; Sekretaris: Yoseph Banusu Mafo, Nikolas Neonnub, Laurensius Sally; Ketua DKP: Aloysius Neno, Petrus Boik, Petrus Y. Hane dan anggotanya 30 orang. DPP Periode : Ketua I : Lambert Leu, SM; Ketua II: Paulus Fetu; Ketua III: Yohanes Seo; Sekretaris: Lauren-sius Sally, Yoseph Banusu Mafo, Alfonsus Afoan; Ketua DKP: Petrus Boik, Aloysius Neno, Maria Boik dan ang-gotanya 23 orang. DPP/DKP Periode : Ketua I: Lambertus Leu, SM; Ketua II: Karolus Mance, S.Sos; Ketua III: Ambrosius Senu; Sekretaris: Yoseph Banusu Mafo, Alfonsus Afoan, Egidius Djuan; DKP: Sebastianus Bastian, Elisabeth Kase, Maria Boik dan 30 orang anggota. DPP/DKP Periode : Ketua I DPP: Lambertus Leu, SM; Ketua II: Yohanes Fatin; Ketua III: Lukas Tafuli; Sekretaris: Yoseph Banusu Mafo, Alfonsus Afoan, Adrianus Usfinit; Bendahara: ElisabethKase, Lambertus Sau, Mikhael Manlea; Ketua DKP: Petrus Hane; Sekretaris: Sebastian Bastian; Bendahara: Elisabeth Kase dan anggota 50 orang. DPP/DKP Periode : Ketua I DPP: Lambertus Leu, SM (alm); Ketua II: Yoseph Banusu Mafo; Ketua III: Agustinus Leu Heli; Sekretaris: Yoseph Kainio, Antonius Sanan, Herman Wun; Ketua DKP: Yohanes Fatin dan Yosefina Banusu Amasanan dan anggotanya 30 orang. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 227

246 DPP/DKP Periode : Ketua I DPP: Yosef Banusu Mafo; Ketua II: Yosef Silab dan Ketua III: Benediktus Seo. Sekretaris: Agustinus Leu Heli dan Bendahara, Maria Wilfrida Noetnana. Sedangkan Ketua DKP adalah Nikolaus Neonub dengan Sekretarisnya Antonius Sanan. Selain DPP/DKP ada juga Katekis yang pernah bertugas di Paroki Kiupukan, yakni: Paulus Sako Tanouf ( ), Dominikus Atini ( , kemudian menjadi imam ( ), Sebastianus Amasan ( ), Yoseph Banusu Mafo ( ), Hendrik Win( ).***Rm. Donatus Tefa, Pr. 2.3 Paroki Santa Theresia Dari Kanak-Kanak Yesus Kefamenanu Paroki Santa Theresia Kefamenanu berdiri pada tahun Sebelumnya masuk Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti. Umat Paroki Noemuti mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga demi pendekatan pelayanan, para pemimpin Gereja mengadakan kesepakatan dengan para tokoh umat untuk mengadakan pemekaran. Pilihan tanah jatuh pada wilayah kekuasaan kerajaan Bikomi yang terdiri dari 4 Swapraja yakni: Atok-Bana, Lake-Sanak. Tanah yang diserahkan, yang kini menjadi tempat berdirinya Paroki Santa Theresia Kefamenanu, kala itu dianggap lebih sentral bagi keempat swapraja tersebut. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

247 Perintis berdirinya Paroki ini adalah P. Antonius Van Haren, SVD bersama beberapa Awam perintis lainnya seperti Ignasius Kitu (Guru Sekolah), Yosep Tan Sun Fat (Guru Sekolah), Albertus Djung Kie (Pejabat Pemerintah), Petrus Anunu Son (Guru Sekolah), Baltasar Bana (Usi Bana Tua Adat). Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus dipilih sebagai pelindung paroki baru ini, karena menurut para tokoh umat, ketika itu mulai dari proses pembangunan gereja hingga pentahbisannya, Santa Theresia dijadikan pelindung dan pendoa bagi keseluruhan proses pembangunan gereja. Keadaan Paroki Paroki Santa Theresia memiliki beberapa bidang tanah yang diperoleh dari Raja Bikomi, yang terdiri dari 4 Swapraja, yakni: Atok Bana, Lake Sanak yang statusnya bersertifikat, No. 7, Tahun 1988, Hak Milik: No. 52, Gereja PSTK. Batas-Batas Paroki: Utara berbatasan dengan Paroki Santo Andreas Tunbaba; Selatan berbatasan dengan paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu; Timur dengan Paroki Santo Yoha-nes Maria Vianey Maubesi; dan Barat berbatasan dengan Paroki Santa Maria Ratu Oeolo. Tercatat banyak sekali Pastor yang pernah melayani umat paroki sejak berdirinya, baik sebagai Pastor Paroki maupun sebagai pastor pembantu atau pastor tamu berdasarkan Buku Induk Permandian dan kronik paroki Santa Theresia. Dapat disebutkan antara lain sebagai Pastor Paroki pertama Pater A.V. Haren, SVD yang mulai bertugas sejak Pada tahun 1937, beliau digantikan oleh P. J. Pessers, SVD. Lalu P. W. Wortelboer, SVD tahun Pater Th. De Boer, SVD dan P. E. Sieben SVD tahun Pater Roger J. Risse, SVD, P. Anton Sigoama, SVD dan P. Daniel Siga, SVD bertugas di Paroki Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 229

248 Santa Theresia hingga tahun Ada juga P. Anton Pain Ratu, SVD tercatat bertugas di Paroki Santa Theresia pada 22 Agustus Pater Anton Frey, SVD bertugas pada 24 September Pater H. Djouk Sonbay, SVD pada 13 April Rm. Dominikus Metak, Prbertugas sebagai Pastor Paroki Santa Theresia dari ). Rm. Domi Metak digantikan oleh Rm. Edmundus Nahak, Pr tahun Yakobus Bura, SVD dari dan ; Rm. Paulus Nahak I, Pr (08 Januari ). Rm. Aloysius Kosat, Pr (27 Januari 1998-Desember 2013) dan Rm. Gerardus Salu, Pr mulai bertugas sebagai pastor paroki sejak tahun Selain Pastor Paroki, tercatat awam-awam tangguh yang bertugas sebagai Dewan Pastoral Paroki, sebagai berikut Yohanes Tabesi, BA ( ); Drs. Paulus Sako Tanouf ( ); Fransiskus Nahak, BA, S.Ip ( ); Yohanes Naben ( ) dan pada periode tercatat Timo-theus Tjeunfin sebagai Ketua I; Fransiskus Tas au sebagai Ketua II dan Yoseph Kuabib sebagai Ketua III; sedangkan Wakil Ketua Dewan Keuangan Paroki adalah Bapak Welfrid Go di-bantu oleh Bapak Dominikus Suni sebagai Sekretaris serta Bapak Marselinus Snoe sebagai Bendahara I dan Kondradus Ale sebagai Bendahara II. Ada sebuah tarekat religius yang telah berkarya di wilayah paroki ini sejak tahun 1954 yaitu para Suster Kongregasi Abdi Roh Kudus (SSpS) dengan karya-karya kerasulannya di bidang pendidikan mengelolah SMPK Xaverius Putri dan TK Santa Theresia. Sedang di bidang Kesehatan, ada Poliklinik Santo Yosep. Selain itu para suster SSpS juga terlibat dalam kera-sulan sosial. Sekolah-sekolah yang ada di wilayah Paroki Santa The- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

249 resia adalah TK: 1 buah, Milik Yayasan Regina Angelorum; SD: 4 buah, milik Yayasan Pendidikan SNUNA; SMP: 2 buah, yakni SMP Xaverius Putri, milik Yayasan Regina Angelorum dan SMP Xaverius Putra, milik Yayasan Pendidikan SNUNA; dan SMK: 1 buah, SMEA Santo Pius X, milik Yayasan Pendidikan SNUNA. Ada organisasi-organisasi Gerejani, seperti Legio Mariae, jumlah anggota 150 orang; Pemuda Katolik, 56 Orang; Persa-tuan Katekis, jumlah 58 orang; Sanct Egidio, 10 orang; THS THM, 40 orang; Serikat Sosial Vinsensius (SSV), 45 orang; WKRI, 76 orang dan Karismatik, 750 orang. Dari segi panggilan, para imam/biarawan-biarawati asal paroki Santa Theresia terdiri dari: Imam 16 orang; Suster 37 orang; dan Bruder 2 orang. Berdasarkan statistik tahun 2014, jumlah umat Paroki Santa Theresia Kefamenanu sebanyak jiwa, terdiri dari 357 KK, 4 Kapela, 19 Lingkungan dan 149 KUB. ***Rm. Gerardus Salu, Pr bersama DPP. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 231

250 2.4 Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Maubesi Paroki Santo Yohanes Maria Vianney Maubesi, berdiri pada tahun Sebelumnya umat Maubesi dilayani oleh para pastor dari Kefamenanu. Para perintis berdirinya Paroki Maubesi adalah P.V.D.Hemel, SVD ( ); P.Y. Smith, SVD ( ); P.H. Leven, SVD ( ) dan P. Nic. Visser, SVD ( ). Pastor Paroki pertama saat paroki diresmikan pada tahun 1938 adalah P.Theodorus Vanden Tillaart, SVD (kelak menjadi Uskup Atambua). Berikut para Pastor Paroki dan Pastor Pembantu di Paroki Maubesi sejak tahun 1938-sekarang adalah: P.Theodorus Van den Tillaart, SVD ( ); P.Koening, SVD ( ); P. Lichathart, SVD ( ); P. Roger J.Risse, SVD ( ; ; ); P. Vinsen Lechovic, SVD ( ); P. Theo de Boer, SVD ( ); P. Paulus Gootee, SVD ( ; ; ; ; ); P. Yohanes Oba, SVD ( ; ); P. R. Dashbach, SVD ( ); P. J. Lanigen, SVD ( ); P. Stanis Besin, SVD ( ); P. Yosef Goopio, SVD ( ); Rm. Paulus Klau, Pr ( ); P. Dagobertus Sota Ringgi, SVD ( ); Rm. Leo Bria, Pr ( ); Rm. Maxi Alo Bria, Pr ( ); Rm. Alo Kosat, Pr ( ); Rm. Donatus Tefa, Pr ( ); P. Fidelis Jemali, SVD ( ); Rm. Febronius Fenat, Pr ( ); dan Rm. Servasius Naben, Pr (2013-sekarang). Selain barisan para imam, tidak ketinggalan para awam Katolik yang turut berperan dalam karya pastoral sejak paroki Maubesi berdiri hingga sekarang. Barisan para awam itu Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

251 antara lain: Fransiskus Lesu; Simon Feto; Martines Olla; Gabriel Bata; Bernardus Fenat; Cosmas Elan; Yohanes Atakas; Pius Kono dan Yosef Manek. Ada barisan Katekis yang pernah bertugas melayani umat di Paroki Maubesi yang dapat disebutkan seperti Yosef Ukat ( ); Petrus Kusi, BA ( ); Blasius Malafu, BA ( ), Emmanuel Tonbesi,BA ( ); Yohanes Fina ( ); Simon Leok ( ), Herman Abatan ( ); Willem Bona ( ); Paulinus Lelan ( ); Aloysius Neonbenu ( ) dan Yoakina Kaauni ( ). Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Maubesi periode tercatat: Ketua I: Yohanes Naitili; Ketua II: Gregorius Klau dan Ketua Yohanes Saku, sedangkan sebagai Wakil Ketua Dewan Keuangan Paroki adalah Petrus Desanto dan Paulinus Lelan sebagai sekretaris. Sejak tahun 1982 hingga sekarang, terjadi pergantian struktur pastoral dengan dibentuknya lingkungan dan KUB, tenaga pastoral di lingkungan dan KUB pun berubah menjadi TPL dan TPK. Para guru agama pun perlahan-lahan diganti. Saat ini, Paroki Maubesi memiliki 25 Lingkungan dan 156 KUB. ***Rm. Servasius Naben, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 233

252 2.5 Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga Eban Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga Eban diresmikan sebagai sebuah paroki pada 23 Maret 1952 oleh Vikariat Apostolik Atambua- Timor. Sebelum diresmikan menjadi Paroki otonom, Paroki Eban merupakan salah satu stasi pelayanan dari paroki Noemuti. P. Theodorus Lavrijsen, SVD adalah misionaris yang setia melayani umat di Eban. Pada tahun 1938, P. Lavrijsen melaksanakan patroli secara teratur dan malah menetap di Eban sampai paroki ini ditetapkan sebagai paroki otonom. Karena itulah sampai sekarang orang mengenal P. Theodorus Lavrijsen, SVD sebagai perintis Paroki Eban. Cikal bakal terbentuknya Paroki Eban sebenarnya sudah muncul sejak lama. Tahun , sebuah gedung SR dipakai sebagai Kapela untuk misa bersama setiap kali ada Pastor yang berpatroli ke Eban. Guru yang pertama mengabdi di SR itu adalah Gaspar Fios Bumi dari Noemuti. Dia adalah awam sekaligus pewarta yang menyebarkan agama Katolik di Eban. Beberapa Pastor yang sering patroli dan merayakan misa bersama umat adalah P. Anton Baun, SVD; P. Y. Smith, SVD; P. P. Van Haren, SVD; P. Nich van Amers, SVD. Tahun 1947 kapela pertama dibangun, akan tetapi pada tahun 1948 kapela itu terbakar. Umat lalu mendirikan sebuah kapela darurat dan selesai pada tahun Selama 21 tahun umat memuji dan bersyukur kepada Tuhan di dalam kapela itu sampai berdirinya gereja permanen yang tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Pada 8 Agustus 1966, Br. Bona membangun gereja, bulan November 1966 pengerjaan fundasi gereja selesai. Setelah itu pengerjaan gereja berhenti selama satu tahun. Atas partisipasi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

253 dan kerja keras umat paroki Eban, pada Mei 1968, pengerjaan gereja dilanjutkan hingga selesai pada tahun Pada 1 Oktober 1970, gereja paroki yang baru dibangun itu ditahbiskan oleh Uskup Atambua, Mgr. Theodorus van den Tillart, SVD. Pastor-Pastor yang Berkarya di Paroki Eban Adapun pastor-pastor yang pernah berkarya di paroki Eban sebagai berikut: P. Theodorus Lavrijsen, SVD sebagai Pastor Paroki pertama ( ). Beliau menjabat sebagai pastor paroki sejak tahun (29 tahun). Selama melaksana-kan tugas sebagai Pastor Paroki, beliau dibantu oleh pastor lain yang datang silih berganti seperti: P. V. Lechovic, SVD; P. H. J. Sonbai, SVD; P. Feffer, SVD; P. Theo de Boer, SVD; P. W. Woltelboer, SVD; P. Sigoama, SVD; P. Daniel Siga, SVD; P. Anton Pain Ratu, SVD ( ); P. Paul Gootee, SVD; P. Stanis Bessin, SVD ( ); P. Kock, SVD ( ); Rm. Ebed, Pr. ( ); Rm. Arnold Bau Morset, Pr (1979), dan P. Wolfgang Jeron, SVD ( ). Pastor Paroki kedua: P. Wolfgang Jeron, SVD ( ). Setelah bekerja sebagai pastor pembantu selama 1 tahun, pada tahun 1981, P. Jeron, SVD menjadi Pastor paroki menggantikan P. Lavrijsen, SVD. Selama menjalankan tugasnya sebagai pastor paroki kurang lebih 19 tahun, P. Jeron juga dibantu oleh imam-imam lain yang datang silih berganti, entah dari biarawan SVD maupun dari imam diosesan. Mereka itu adalah Vinsen Wun, SVD ( ), Rm. Marianus Bere, Pr ( ), P. Anton Janssen, SVD (1986), Rm. Yonathas Nahak, Pr (1987), Rm. Yosef Ukat, Pr (1988), Rm. Bartholomeus Bere, Pr (1990), Rm. Lambertus Nahak, Pr ( ), Rm. Yosef Tae Bria, Pr ( ), dan Rm. Heribertus Naibobe, Pr ( ). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 235

254 Pastor Paroki ketiga: P. Kornelis Dosi, SVD ( ). Pater Kornelis menggantikan P. Jeron yang pindah ke Naekake pada tahun Beliau menjabat sebagai pastor paroki selama 5 tahun. Selama menjalankan tugasnya, beliau di-bantu oleh Imam lain dan frater TOP. Imam yang pernah membantu P. Kornelis adalah P. Marselinus I Nyoman Suarna, SVD. Pada tahun 2005, P. Kornelis dan P. Nyoman sama-sama pindah ke Paroki Mena. Pastor Paroki keempat: P. Stefanus Werang, SVD ( ). Setelah P. Kornelis pindah, jabatan Pastor paroki Eban diganti oleh P. Stefanus Werang, SVD. Selama melaksanakan tugas sebagai Pastor paroki, P. Stef juga dibantu oleh Imam lain seperti P. Konstantinus K. Talung, SVD yang tiba di Eban dan mulai menjalankan tugas sebagai pastor pembantu pada 27 Februari Februari P. Konstantinus K. Talung kemudian diganti oleh P. Karnisius Doman, SVD pada 20 Februari Februari Selain itu, dia juga dibantu oleh beberapa Frater TOP dari Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero yang datang silih berganti setiap tahun. Pastor Paroki kelima: Rm. Stefanus Sila, Pr ( ). Pada 03 Maret 2013 terjadi mutasi antara P. Stefanus Werang SVD dan Rm. Stefanus Sila, Pr (Paroki Alas dan Paroki Eban). Rm. Stef dibantu oleh P. Karnisius Doman, SVD sampai 4 Februari 2014, kemudian Pater Karni diganti oleh P. Yosef Keluli Purab, SVD 5 Februari April Pada 26 Juli 2014 Pater Yosef ditarik kembali masuk Biara Nenuk. Maka hingga data ini dibuat paroki Eban masih dipimpin oleh Rm. Stefanus Sila, Pr sebagai Pastor Paroki. Selama kurun waktu 59 tahun sejak berdirinya Paroki Eban sampai dengan tahun 2011, hanya terjadi 4 kali pergantian Pastor Paroki. Ada 5 Pastor yang pernah menjabat sebagai Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

255 Pastor Paroki Eban yaitu P. Lavrijsen, SVD (29 tahun); P. Wolfgang Jeron, SVD (19 tahun); P. Kornelis Dosi, SVD (5 tahun); P. Stefanus Werang, SVD (7 tahun 8 bulan); dan Rm. Stefanus Sila, Pr. Dalam sejarah pembentukan dan perkembangan sebagai paroki otonom, ada banyak awam yang juga turut terlibat dalam membantu meringankan tugas para pastor yang pernah bekerja di Paroki Eban. Mereka adalah para guru agama kampung/ lingkungan yang bermodalkan ijasah Sekolah Rakyat tetapi sangat membantu dalam mengembangkan iman umat seperti membantu pastor mempersiapkan permandian atau komuni pertama, mendampingi pastor ketika berpatroli ke stasi-stasi. Peran para guru agama kampung yang berpendidikan rendah tapi berdedikasi tinggi itu kini diganti oleh para katekis/kate-kista yang berpendidikan tinggi. Di paroki ada pegawai/katekis paroki yang bertugas demi kelancaran administrasi dan semua kegiatan di paroki, yakni: Lambertus Oni ( ); Lazarus Y. Anin( ); Gaspar Kono ( ); Thomas Leltakaeb ( ); Leonardus Tefa ( ), dan Yohanes Tefa ( ). Selain para Katekis, ada juga sejumlah guru Katolik yang sangat berperan di sekolahsekolah. Ada 3 buah Sekolah Taman Kanak-Kanak; 8 SDK dan 6 SDI/SDN; 1 buah SMPK, 1 buah SMPN dan 1 buah SMPS; 1 buah SMAN dan 1 buah SMKN. Ada juga Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki. Berdasarkan SK Uskup Atambua No. 269/2015, Dewan Pastoral Paroki Eban periode terdiri dari Ketua I, Yakobus Ola; Ketua II, Egidius Tefa dan Ketua III, Leonardus Kefi, sedangkan di barisan DKP sebagai Wakil Ketua adalah Thomas Leltakaeb dibantu oleh Sekretaris Benyamin Tefa dan Bendahara Yohanes Tefa. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 237

256 Dalam paroki terdapat satu biara susteran yang membantu pelayanan pastoral dari Tarekat Putri Reinha Rosari (PRR). Jumlah anggota komunitas ada 2 orang. Biara ini juga menangani secara khusus klinik dan asrama putri paroki. Keadaan Umat Pertama kali Gereja ini berdiri dimulai dari Naikliu (sekarang paroki Naikliu) dengan dibabtisnya 29 umat pada tahun Dari tahun ke tahun umat bertambah hingga pada tahun terakhir data ini diambil total umat berjumlah jiwa. Dari jumlah yang ada paroki Eban boleh optimis bahwa iman akan Kristus Yang wafat dan bangkit akan terus bertumbuh dengan adanya kelahiran dan terus berkembang dengan adanya tenaga-tenaga handal di masa yang akan datang. Umat Paroki Eban tahun 2014 berjumlah jiwa. Umat yang tinggal dan menetap di wilayah Paroki Eban berjumlah jiwa dan sisanya jiwa menetap di luar wilayah Paroki Eban. Dari jumlah umat yang menetap di Eban (9.707), laki-laki berjumlah orang dan perempuan 4. Dari data yang ada komposisi laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Jumlah perempuan yang cukup banyak adalah kekuatan Gereja pada waktu mendatang karena umumnya kaum perempuan cukup setia dan aktif dalam kehidupan menggereja. Umat Paroki Eban adalah umat yang heterogen. Dari data yang ada suku Dawan berjumlah jiwa; NTT 256 jiwa; Tetun 28 jiwa; Jawa 17 jiwa; Timor Portu 13 jiwa; Tionghoa 7 jiwa; Kemak 4; Papua 3; Bunag dan Sum-Mal masing-masing 2 jiwa; Sum-Kal 1 jiwa. Dengan demikian umat Paroki Eban mayoritas suku Dawan.***Rm. Stefanus Sila, Pr bersama DPP. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

257 2.6 Paroki Santa Maria Ratu Oeolo Sejak abad 18 tepatnya. 21 April 1883 Gereja Katolik Timor lahir, yang ditandai pembangunan Stasi Atapupu oleh P. Jacob Kraijvanger, SJ. Pada waktu itu, Stasi Atapupu menjadi pusat pelayanan gereja Katolik di Timor. Seperti lazimnya daerah-daerah lain di Belu dan TTU sebelum menjadi paroki, wilayah Oeolo juga mendapat pelayanan rohani dari Atapupu. Pada Desember 1886 stasi Lahurus dibuka oleh Pater Agusto De Krijoer bersama Bruder Yohanes, SJ. Dengan demikian Oeolo menjadi bagian pelayanan dari Stasi Lahurus. Keseluruhan daerah TTU memisahkan diri dari pusat pelayanan imam di daerah Belu baik dari Atapupu maupun Lahurus pada tahun 1925 yaitu ketika Pater Antonius Baun, SVD dan Pater Yohanes Smith, SVD membuka Stasi Hati Kudus Tuhan Yesus Noemuti. Stasi Maria Diangkat ke Surga di Eban didirikan oleh Pater Theodorus Lavrysen, SVD pada tahun Pater Anto-nius Pain Ratu, SVD datang membantu di Eban. Karena wila-yah Paroki Oeolo berbatasan dengan Stasi Eban maka semua pelayanan rohani dari Pastor-pastor yang di Stasi Eban. Daerah pelayanan untuk Stasi Eban sangat luas dan berbukit-bukit. Oleh karena itu Pater Theodorus Lavrysen SVD, sebagai pas-tor Paroki Eban saat itu bersama Pater Antonius Pain Ratu, SVD sebagai pastor pembantu membagi tempat tugas pelayanan pastoral. Pater Theodorus Lavrysen, SVD menjalankan tugas kegembalaan untuk wilayah barat Stasi Eban sampai Oepoli, sedangkan Pater Anton Pain Ratu, SVD menjalankan tugas kegembalaan di wilayah Timur dari Stasi Eban, termasuk Oeolo sampai Haumeni. Pada saat itu wilayah Oeolo juga meliputi Haumeni (sekarang Paroki Kristus Raja Haumeni). Berdasar- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 239

258 kan struktur adat, Stasi Oeolo meliputi 3 kefetoran yakni Kefe-toran Naktimun, Noetoko dan Bikomi-Nilulat. Karena luasnya wilayah pelayanan di Oeolo, maka P. Anton Pain Ratu, SVD bekerja serius untuk membangun iman umat. Untuk itu ia berdomisili di Oeolo dan memberdayakan umat untuk meningkatkan mutu imannya. Pelayanan iman umat hanya bertumbuh berkembang dan berkualitas meng-andaikan adanya suatu gedung gereja sebagai pusat pelayanan iman umat dan pusat palayanan kepada umat. Salah satu kebutuhan umat yang sangat mendesak pada waktu itu adalah keinginan untuk memiliki sebuah gedung gereja. Dengan penuh kesadaran umat mendesak dan berinisiatif untuk membangun sebuah gedung gereja untuk Stasi Oeolo. Atas inisiatif umat sendiri mereka menyampaikannya kepada P. Anton Pain Ratu, SVD lalu mereka berembuk ber-sama di Lopo Ni Fanu, Ume Ni Fanu, untuk menyatukan pikiran dan perasaan bersama. Mereka bersepakat untuk mendirikan sebuah gedung gereja. Paroki Santa Maria Ratu Oeolo berdiri pada 2 Juni 1963, dirintis oleh P. Antonius Pain Ratu, SVD (sekarang Uskup Emeritus Keuskupan Atambua), bersama guru-guru Agama/Awam dari Oeolo (1930-an), Batnes, Nilulat, Obekilo, Tubu, Oetulu, Noetoko, Oelneke, Sunkaen, Nainaban, Inbate, Kuanek, Oelbubuk, Balu, Ainan, Kuafatu, Nimasi, Oenino dan Aijaoka. Pada tahun 1960 P. Antonius Pain Ratu, SVD membentuk 8 orang anggota Majelis Gereja yang mewakili 8 Amaf di 3 Kefetoran dalam wilayah Oeolo. Kedelapan Amaf itu adalah Amaf Oeolo, Amaf Nilulat, Amaf Noetoko, Lapa, Nainaban, Nimasi, Bisaki, Oetulu dan Oelneke. Sedangkan ketiga Kefetoran itu adalah Naktimun, Noetoko dan Nilulat. Nama-nama Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

259 kedelapan orang anggota majelis gereja yang dibentuk pada tahun 1960 adalah: Alfonsius Sila (Oeolo), Kaytanus Bait Lake (Nilulat), Gregorius Lelan (Noetoko), Benediktus Lake (Lapa), Stefanus Rego (Nimasi), Yosep Bait Oki (Bisaki), Arnoldus Manu Oki (Oetulu) dan Gabriel Tjanai (Oelneke). Tanda kehadiran dan peranan ke delapan Amaf itu adalah sebuah reksa pastoral didirikan Lopo NiFanu, Ume Ni Fanu, (artinya lumbung bertiang delapan, rumah bertiang delapan). Lopo berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul bersama, menyatukan pikiran dan perasaan dalam membahas dan menyelesaikan setiap masalah yang ada. Dan yang paling utama Lopo berfungsi sebagai tempat untuk merajut dan menumbuhkembangkan persaudaraan dan kekeluargaan. Karena itu Lopo Stasi Oeolo pada 50-an tahun silam itu menjadi sarana pemersatu semua aggota gereja Katolik di Wilayah Oeolo. Hanya di dalam Lopo inilah dapat terjadi Tol Tabua, Fun Mui Nekaf Mese Ansaof Mese artinya berhimpun bersama karena ada sehati seperasaan. Pada akhirnya pembagian wilayah Oeolo bersasarkan 8 Lingkungan. Pastor-pastor yang pernah bertugas di Paroki Oeolo: P. Anton Pain Ratu, SVD., & , Pastor Paroki P. Richardus Dascbach, SVD, & , Pastor Paroki P. Zenon Stezycki, SVD, , Pastor Paroki P. Gabriel Cardenas, SVD, , Pastor Paroki Rm. Emanuel Hane, Pr, , Pastor Paroki P. Tiburtius Denggor, SVD, , Pastor Paroki Rm.Paulus Nahak I, Pr, , Pastor Paroki Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 241

260 Rm. Pius Nahak, Pr, , Pastor Paroki Rm. Urbanus Bau, Pr (ex), , Pastor Paroki Rm. Yosef Ukat, Pr, , Pastor Paroki Rm. Heribertus Naibobe,Pr, , Pastor Paroki Rm. Cyrilus Timo, Pr, , Pastor Pembantu Rm. Yansen Faentaono, Pr, , Pastor Paroki Wilayah Paroki Oeolo cukup luas meliputi 6 kecamatan 20 Desa dan kini terbagi menjadi 34 Lingkungan dengan alam yang berbukit-bukit, letak lingkungan yang jauh dari pusat paroki dan terpisah-pisah, terselip di area paroki lain dan kondisi jalan yang rusak, medan yang berbukit-bukit mem-butuhkan agen pastoral yang rajin, pekerja keras dan rela berkorban. Sejak tahun 2010 Paroki Oeolo digembalai oleh Romo Yansen Faentaono, Pr dibantu oleh Rm. Cyrilus Timo, Pr. Bersama Dewan Pastoral Parokinya: Ketua I, Petrus Nino, S.Ag.; Ketua II, Yosef Kofi; Ketua III, Edmundus Oki. Sedangkan Dewan Keuangan Paroki, Alfred Mano dan Krisantus Ndiwa serta sekretaris parokinya Fransiskus Asuat. Umat Katolik Paroki Oeolo saat ini (2014) berjumlah jiwa tersebar dalam 4 Stasi, 32 Lingkungan dan 207 KUB. Dalam 207 KUB ini terdapat Kepala Keluarga dan Sekolah-sekolah dengan perincian: PAUD 19 unit; SDK 10 unit; SDN 12 unit; SMPN 4 unit; SMUN 1 unit dan SMKN 1 unit. ***Rm. Yansen Faentaono, Pr dan DPP. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

261 2.7 Paroki Santo Andreas Tunbaba Paroki Santo Andreas Tunbaba dirintis pada tahun 1962 oleh P. Anton Frey, SVD. Perintisan ini didukung oleh tokoh-tokoh adat dan tokoh umat lainnya, seperti Temukung I Oesena, Lazarus Sakunab; Tamukung II Oesena, Thomas Binsasi dan Kepala Kecamatan Miomaffo Timur, Petrus Son; Dominikus Bani, yang mengatasnamai Ketua Majelis Lukas Sakunab sebagai Guru Agama Kuatnana; Lazarus Sakunab sebagai tuan tanah; Agustinus Binsasi dan Damianus Mamoh sebagai guru sekolah. Sebelumnya paroki ini, masuk wilayah Paroki Santa Theresia Kefamenanu. Pada awalnya, para pastor misionaris yang berdomisili di Paroki St. Theresia Kefamenanu, sering melayani umat di wilayah Tunbaba dengan merayakan ekaristi setiap hari Jumat pertama dalam bulan. Umat begitu antusias dengan pelayanan tersebut. Sarana atau tempat peribadatan yang digunakan oleh umat pada waktu itu masih darurat dan sederhana. Mereka menggunakan ruangan Sekolah Dasar atau Lopo-lopo, sebagai tempat merayakan ekaristi dan pelayanan rohani lainnya. Pelayanan ini sangat membantu umat demi pertumbuhan dan perkembangan iman umat Tunbaba. Maka wilayah Tunbaba dijadikan sebagai salah satu pusat pelayanan pastoral Paroki Santa Theresia Kefamenanu, dan didukung dengan berbagai sarana peribadatan lainnya. Tanah untuk pembangunan gereja diperoleh dari beberapa pemilik tanah antara lain: Lazarus Salu sebagai tua adat; Simon Nusin sebagai tua adat; Lukas Talan sebagai tua adat; Anselmus Talan sebagai tua adat yang disetujui oleh H.J. Sakunab sebagai Fetor Muda Tunbaba dan Lazarus Sakunab sebagai tuan tanah. Penyerahan tanah disaksikan oleh Lukas Sakunab sebagai Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 243

262 guru agama dan Thomas Binsasi sebagai Tamukung II Oesena. Penyerahan tanah diterima oleh Leo Gelu sebagai Ketua Majelis Gereja Katolik Kefamenanu. Berita Acara Serah Terima terjadi pada 1 Juli 1967 di Kuatnana. Pelayanan pastoral di wilayah Tunbaba mulai terfokus dan mendapat perhatian khusus dari Pusat Paroki, misalnya pembangunan gedung gereja/kapela yang lebih permanen. Gedung gereja untuk pertama kalinya dibangun di Kaenbaun, lalu kedua di Jak. Kemudian dibangun lagi sebuah kapela kecil di Kuatnana dengan pelindungnya Santo Yohanes Pemandi. Kapela ini dibangun sebagai salah satu tempat per-singgahan para Pastor yang hendak mengadakan pelayanan di wilayah Tunbaba. Namun mengingat jumlah umat semakin bertambah, maka Kapela Kuatnana dianggap sebagai tempat yang strategis untuk karya pelayanan pastoral di Tunbaba. Tahap demi tahap pusat pelayanan pastoral di Tunbaba dinyatakan sebagai Bakal Paroki. Akhirnya atas dasar pertimbangan karya pelayanan pastoral, Kapela Kuatnana diresmikan sebagai Pusat Paroki Tunbaba pada 6 Juli 1964 oleh Mgr. Theodorus Sulama, SVD dengan pelindungnya Santo Andreas Rasul. P. Anton Frey, SVD merupakan Pastor Perintis berdirinya Paroki Tunbaba dan pada saat pengresmiannya sebagai Paroki, beliau diangkat sebagai Pastor Paroki pertama ( ). Rm. Milikior Lake, Pr ditempatkan di Kuatnana sebagai Pastor Paroki ( ). Selama hampir empat tahun paroki ini kevakuman Pastor Paroki sehingga dilayani dari pusat dekenat. Tahun 1988, Rm. Hiero Kore, Pr dipindahkan dari Noemuti untuk menjadi Pastor Paroki Tunbaba ( ), dan berturut-turut: P. Paul Gootee, SVD. ( ); Rm. Paulus Nahak II, Pr. ( ); Rm. Servasius Naben, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

263 (Oktober ). Beliau dibantu oleh Rm. Agustinus Pehan, Pr. Tahun 2010, Rm. Yohanes Paulus Naben, Pr diangkat sebagai Pastor Paroki Tunbaba ( ). Beliau dibantu oleh Rm. Agustinus Seran, Pr yang sehari-harinya menjalankan tugas sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Snuna TTU. Selain para pastor paroki, ada juga kaum awam yang turut terlibat dalam karya pastoral dalam kedudukan sebagai Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki sejak paroki berdiri yaitu: Bapak Fransiskus Fina; Bapak Dominikus Giri; Bapak Fransiskus Binsasi, dan Bapak Nikodemus Nino. Jumlah stasi dalam Paroki Tunbaba ada 3 (tiga) yakni Stasi Kuatnana terdiri dari 9 Lingkungan yakni Lingkungan Amol A, Amol B, Bonak, Kuatnana I, Kuatnana II, Kuatnana III, Faenono, Nunpene dan Airbak-Kusi, dengan jumlah 55 KUB dan 612 KK; Stasi Taekas terdiri dari 7 Lingkungan, yaknist. Paulus, Rasul Taekas; St. Fransiskus Asisi Tuamese; St. Maria Fatima Baen; St. Yosef Fatusene A; St. Yosef Fatusene B; St. Lukas Femnasi A dan St. Lukas Femnasi B, dengan jumlah 46 KUB dan 562 KK; dan Stasi Bitefa terdiri dari 7 Lingkunan, yakni: Lingkungan St. Petrus Bokon; St. Yohanes Pemandi Kaenbaun; Gerardus Mayela Kaenbaun; St. Bonefasius-Elneno Bitefa; Sta. Maria Fatima Bitefa; St. Gregorius Agung Bitefa, dan Sta. Sisilia Bitefa, dengan jumlah 42 KUB dan 576 KK. Paroki Santo Andreas Tunbaba, memiliki batas-batas wilayah: Utara berbatasan dengan Paroki Kristus Raja Haumeni dan Paroki Bakitolas; Selatan berbatasan dengan Paroki St. Theresia Kefamenanu; Timur berbatasan dengan Paroki Santo Arnoldus Yansen Jak dan Paroki Fafinesu; dan Barat berbatasan dengan wilayah Paroki Sta. Theresia Kefamenanu. Rm. Yohanes P. Naben, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 245

264 2.8 Paroki Santo Nikolaus Bijaepasu Sebelumnya, Paroki Santo Nikolaus Bijaepasu merupakan bagian dari Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti. Karena wilayah paroki Noemuti sangat luas, maka untuk mendekatkan pelayanan pastoral kepada umat dirasa perlu untuk memekarkan Paroki Noemuti. Atas dasar kesepakatan para tokoh adat, maka mulai tahun 1968, P. Nikolas van Ammers, SVD merintis berdirinya Paroki Bijaepasu. Tahun 1969 resmi berdiri sebagai satu paroki terpisah dari Paroki Noemuti. Gedung gerejanya diresmikan pada 6 Desember 1972 di bawah perlindungan Santo Nikolaus. P. Nikolas van Ammers, SVD sebagai peletak dasarnya menjadi pastor paroki sampai meninggalnya. Beliau sungguh jatuh cinta pada umat Bijaepasu. Selain P.Nich van Ammers, SVD, ada juga sejumlah tokoh awam Katolik turut merintis ber-dirinya paroki, yakni Bapak Paulinus Kenjam ( ); Bapak Hendrikus Banase dan Bapak Paulinus Oki ( ). Tanah tempat berdirinya gereja paroki Bijaepasu dihibahkan oleh Bapak Gaspar Puni Fallo dan sejumlah suku adat, yakni Suku Banase, Opat; Sokbanael; Olin; Bifel; Loin; Toinjaas; Taek; Nahas, Heli, dan Lolomsait. Ada pun batas-batas wilayah Paroki Bijaepasu adalah sebagai berikut: Bagian Utara berbatasan dengan Paroki Oeolo; Bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Noemuti; Bagian Timur berbatasan dengan Paroki Sasi; dann bagian barat berbatasan dengan Paroki Eban. Pastor Paroki pertama adalah P. Nikolas van Ammers, SVD dari tahun Selama lebih dari duapuluh tahun, Pater van Ammers melayani umat Bijaepasu hingga meninggal dunia. Beliau dikenal dan dikenang oleh seluruh umat Paroki Bijaepasu sebagai Bapak mereka. Setelah Pater Nikc van Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

265 Ammers, SVD, beliau digantikan oleh para imam projo Keuskupan Atambua. Rm. Stefanus Bria, Pr diangkat menjadi pastor paroki Bijaepasu menggantikan Pater van Ammers pada tahun Selama dua tahun Rm. Stefanus melayani umat Bijaepasu. Pada tahun 1990, Rm. Stefanus Bria digantikan oleh Rm. Yosef Meak, Pr dari tahun 1990 hingga Setelah Rm. Yosef Meak, Pr menjadi pastor paroki Bijaepasu selama hampir empat tahun, lalu datang Rm. Wilibrodus Seran, Pr menggantikannya pada tahun Dengan gaya dan pola pastoralnya, Rm. Wily melayani umat Bijaepasu hingga tahun Rm. Wily Seran kemudian dipindahkan ke Paroki Bunda Allah Ponu, maka untuk menggantikan posisinya sebagai pastor paroki Bijaepasu, datang Rm. Donatus Tefa, Pr. Selama hampir delapan tahun, Rm. Don Tefa menjadi pastor paroki Bijaepasu. Banyak kegiatan pastoral dilaksana-kan di bawah kepemimpinan Rm. Don bersama Dewan Pasto-ral Paroki. Selanjutnya tahun 2010, Rm. Donatus Tefa diganti-kan oleh Rm. Yosef Nahak II, Pr sebagai Pastor Paroki Bijaepasu. Dan berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 452/2015 Rm. Emanuel Natalis Usboko, Pr diangkat sebagai Pastor Paroki Bijaepasu menggantikan Rm. Yosef Nahak II, Pr yang mendapat penempatan baru sebagai Pastor Paroki Manufui. Sesuai statistik tahun 2014, jumlah umat Katolik dalam Paroki Bijaepasu sebanyak jiwa, yang terdiri dari kepala keluarga. Paroki Bijaepasu mempunyai 4 kapela, terbagi dalam 16 Lingkungan dan 90 Komunitas Umat Basis. Dalam wilayah paroki Bijaepasu turut berkarya para Suster dari Tarekat SMG, yang menangani pastoral pendidikan dan pas-toral kategorial. Di wilayah Paroki Bijaepasu ada 1 TK milik Pemerintah; 9 buah Sekolah Dasar: 4 buah milik Yayasan Pendidikan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 247

266 Snuna dan 5 milik Pemerintah. Ada 2 (dua) SMK milik yayasan dan sebuah SMA milik Pemerintah. Ada seorang Katekis yang berkarya purnawaktu sekaligus sebagai pegawai paroki ber-nama Anselmus Saunoah, SAg. Sejak berdirinya Paroki Bijaepasu, tercatat ada lima awam sebagai Ketua I DPP dan sejumlah besar lainnya. Kelima Ketua I DPP itu adalah Yohanes Naif ( ), Stefanus Selan ( ), Yakobus Hun, Benyamin Anin, dan Wilibrodus Loin. Panggilan di paroki Bijaepasu termasuk cukup subur. Ada 4 orang imam, 9 Suster, dan 2 bruder berasal dari paroki Bijaepasu. Keempat imam itu yakni Rm. Moses Olin, Pr; Rm. Leonardus Nahas, Pr; P. Yohanes Loin, SVD; dan Rm. Zebedeus Nahas, Pr. Atas kerja keras dan kerja sama antara pastor paroki dan kaum awamnya, paroki Bijaepasu semakin menampakkan wajahnya sebagai paroki yang berdikari.***dpp Bijaepasu. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

267 2.9 Paroki Santo Fransiskus Asisi Mamsena Paroki ini lahir dari rahim Paroki Induk Maubesi yang didirikan pada 1918 oleh Misionaris SVD. Sebelum menjadi paroki berstatus sebagai Stasi Mamsena. Secara teritorial, keberadaan Mamsena sebagai salah satu stasi di bawah asuhan Paroki Maubesi menunjukkan bahwa di satu sisi Paroki Maubesi dapat dikategorikan sebagai paroki yang sangat luas, dan karena itu membutuhkan pelayanan pasto-ral yang ekstra. Di sisi lain, dengan keadaan wilayah paroki yang demikian luas plus minimnya jumlah imam/pelayan pas-toral, sering kali membuat proses pelayanan pastoral menjadi kurang efektif dan kurang efisien. Atas dasar inilah, maka dalam perjalanan selanjutnya muncul wacana untuk meningkatkan status Mamsena dari stasi menjadi bakal paroki (paroki persiapan). Dalam statusnya sebagai bakal paroki, dilakukan berbagai macam upaya pembenahan, baik di bidang infrastruktur maupun bidang kerohanian sebagai persiapan menjadi Paroki. Upaya ini mendapat dukungan baik dari Pastor Paroki Mau-besi dan dewan bersama umat. Proses pembenahan ini dilaku-kan secara bertahap hingga akhirnya pada 1975, Uskup Mgr. Theodorus van den Tillaart, SVD mengeluarkan SK pendirian Paroki Mamsena, dan menyatakan secara resmi Mamsena sebagai Paroki dengan nama Paroki St. Raymundus Nonatus. Pastor Paroki yang pertama bertugas menggembalai umat di paroki baru ini adalah P. Paul Gootee, SVD. Ia sekaligus menjadi pastor perintis berdirinya Paroki Mamsena. Di paroki baru ini P. Paul Gootee, SVD merayakan Kurban Ekaristi (Misa) di Kapela yang sebelumnya menjadi kapela Stasi Mamsena. Rumah ibadat (kapela) ini juga digunakan untuk perayaan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 249

268 Misa/ibadat oleh imam-imam selanjutnya yang menggantikan P. Paul Gootee, SVD dan sesudahnya, hingga berakhir di masa tugas Rm. Maxi Alo Bria, Pr. Pastor paroki yang terakhir ini (Rm. MaxiAlo Bria, Pr.) lalu digantikan oleh P. Kornelis Dosi, SVD, sebagai pastor administrator, dan pada tahun 1993 resmi menjadi pastor paroki. Seiring perjalanan waktu, Paroki Mamsena mengalami pertambahan jumlah penduduk (umat Katolik) yang semakin pesat. Bersamaan dengan itu terjadi pula sebuah perkembangan dalam bidang kehidupan rohani yakni jumlah umat yang mengikuti Misa/ibadat semakin bertambah. Kondisi ini kemudian berdampak pada ketidakseimbangan antara jumlah umat yang hadir Misa/Ibadat dan minimnya kapasitas rumah ibadat yang disediakan untuk proses pelayanan pastoral (Misa/Ibadat). Kapasitas Kapela Mamsena (peninggalan Stasi Mamsena) yang kemudian beralih statusnya menjadi Gereja tidak cukup lagi untuk menampung semua umat Insana Barat yang datang menghadiri perayaan Misa/Ibadat dan kondisi bangunan yang rapuh dan jumlah umat Paroki Mamsena sudah melebihi kapasitas rumah ibadat. Oleh karena itu Pas-tor Paroki (P. Kornelis Dosi, SVD) bersama Dewan Pastoral Paroki Mamsena berniat dan berinisiatif untuk membangun gedung gereja yang baru, permanen, luas dan memadai. Upaya pembanguna gedung gereja yang baru ini dimulai pada 1994 dan mencapai puncak perampungannya pada Gedung gereja baru ini ditahbiskan pada 18 Oktober 1996 oleh Bapak Uskup Atambau, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Pada saat yang sama juga terjadi pergantian nama pelindung paroki dari Paroki Santo Raymundus Nonatus menjadi Paroki St. Fran-siskus Asisi. Nama Santo Fransiskus Asisi ini kemudian juga menjadi nama pelindung Gereja Mamsena. Sejak saat itu, Mamsena menjadi stasi pusat dan pusat pelayanan umat. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

269 Perayaan Ekaristi pada Hari Minggu dan Hari Raya/Pesta berpusat di gereja Paroki Mamsena. Namun tetap melayani Misa/Ibadat di stasi-stasi, terutama Stasi Fatualam, Stasi Usapinonot dan Stasi Sekon. Pembangunan infrastruktur paroki ini tidak saja terbatas pada pembangunan gedung gereja, tetapi juga mencakup pembangunan gedung pastoran. Selain itu dilakukan pembenahan dalam beberapa bidang kehidupan, terlebih kesadaran umat akan kemandirian paroki dan administrasi paroki sebagai bagian integral dari keber-adaan sebuah paroki. Keberhasilan pembangunan gedung gereja dan infrastruktur lainnya ini terjadi berkat dukungan dan partisipasi aktif seluruh umat Mamsena yang kini tersebar di 32 Lingkungan dan 102 KUB, serta uluran tangan bapak, ibu, penderma yang telah memberikan sumbangan, baik berupa sumbangan finansial, material maupun tenaga. Karya pelayanan seorang pastor paroki dan pastor rekan sangat berhubungan erat dengan visi, misi, kebijakan pemimpin gereja lokal di wilayah Keuskupan Atambua. Berpijak pada visi dan misi keuskupan Atambua, maka pastor paroki bergandengan tangan dengan pemuka umat, anggota Dewan Pastoral Paroki, tim pastoral lingkungan, kelompok umat ba-sis, serta aneka organisasi internal dan eksternal gereja menindaklanjuti visi dan misi Keuskupan Atambua. Dalam perjalanan karya pastoral di paroki Mamsena tercatat banyak imam yang bertugas silih berganti baik pastor paroki maupun pastor pembantu. Para misionaris SVD dan imam projo yang berkarya antara lain: P.V.D. Hamel, SVD dan P. Jan Smith, SVD ( ); P. Theodorus Vanden Tillaart, SVD dan P. Ko Ning, SVD ( ); P. Lichaart, SVD; P. Roger J. Risse, SVD; P. Th De Boer, SVD dan P. Paul Gootee, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 251

270 SVD ( ); P. R. J. Risse, SVD ( ); P. Yohanes Oba, SVD ( ); P. R. Dashbach, SVD; P. J. Lanigen, SVD dan P. Stanis Besin, SVD ( ); P. Paul Gootee, SVD ( ) merintis berdirinya Paroki Mamsena). Sejak tahun 1975 Stasi Mamsena berubah status menjadi Paroki dengan nama Paroki Santo Raimundus Nonatus Mamsena. Adapun para pastor yang pernah berkarya antara lain: P. Paul Gootee, SVD ( ); P. Hironimus Dj. Sonbay (1978- April 1987); P. Yakobus BuraLuli, SVD (April Agustus 1987); Rm. Vinsen Naben, Pr (Agustus 1987-Oktober 1987); Rm. Maxi Alo Bria, Pr (Oktober ); P. Kornelis Dosi, SVD ( ); P. Hendrikus Saku Bouk, SVD (Februari Desember 2000); P. Hironimus Aron, SVD (Januari Januari 2009); P. Yoseph Keluli Purab, SVD ( ); P. Fidelis Jemali, SVD (2009-Januari 2012); P. Yoseph Keluli Purab, SVD (Januari 2012-Desember 2014); P. Yeremias Amsikan, SVD (Juni 2012-Desember 2014); P. Kornelis Dosi, SVD (Januari 2014 Sekarang). Keadaan Demografi Hal mendasar yang mendorong umat Mamsena untuk pisah dari paroki induk dan berusaha berdiri sendiri sebagai paroki adalah pertambahan umat di Mamsena yang kian pesat. Terdorong oleh hal inilah maka para pastor bersama umat berusaha dan berinisiatif untuk membentuk satu paroki baru. Keadaan umat pada awal tahun 1975 diperkirakan ± jiwa. Dalam perkembangan selanjutnya dan sesuai dengan hasil pendataan umat mulai mengalami peningkatan hingga sekarang menjadi ± umat yang terdiri dari 32 Lingkungan dan 102 KUB. Jumlah umat Paroki Mamsena tahun 2014 sebanyak jiwa. Umat paroki Mamsena semakin hari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

271 semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.***p. Kornelis Dosi, SVD Paroki Kristus Raja Haumeni Sebelum tahun 1950, Haumeni menjadi bagian dari wilayah Paroki Santa Theresia Kefamenanu. Setelah wilayah Oeolo terbentuk menjadi satu paroki pada tahun 1963, wilayah Haumeni menjadi salah satu stasi dari Paroki Santa Maria Ratu Oeolo, dengan nama Stasi Oeolo B. Akan tetapi, karena wilayah Paroki Santa Maria Ratu Oeolo yang terlalu luas dengan medan yang sulit, maka muncul inisiatif dari P. Anton Pain Ratu, SVD, Pastor Paroki Oeolo waktu itu, bersama Dewan Pastoral Paroki Oeolo dan Dewan Stasi Oeolo B, untuk membentuk wilayah Oeolo B menjadi satu paroki supaya pelayanan kepada umat lebih baik. Hal tersebut ditandai dengan penentuan lokasi bagi gereja baru yang direncanakan untuk dibangun di Stasi Oeolo B. Lokasi yang ditunjuk oleh P. Anton Pain Ratu, SVD awalnya di Maunusin di Stasi Tes (kampung lama). Setelah mendengar berbagai masukan dari umat, maka lokasi yang disepakati yakni Haumeni. Pada waktu itu Haumeni merupakan pusat kebudayaan, karena di Haumeni berdiam Usi Lake, Raja Haumeni. Usaha P. Anton Pain Ratu, SVD bersama Dewan Stasi dan umat Oeolo B membuahkan hasil yang sangat baik yakni pada tahun 1984, Stasi Oeolo B resmi berdiri menjadi Paroki Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 253

272 Kristus Raja Semesta Alam Haumeni. Gedung gerejanya ditah-biskan tiga tahun kemudian oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 28 Juni Sejak berdiri sebagai paroki pada tahun 1984, umat Paroki Haumeni digembalai oleh P. Anton Frey, SVD. Masa pelayanan pastor berkebangsaan Swiss ini berlangsung hingga tahun P. Anton Frey, SVD seorang pekerja keras. Selama ber-tugas di Paroki Haumeni, beliau berhasil membangun tujuh kapela permanen, yakni: Kapela Santo Antonius Padua Tes/ Napan; Kapela Hati Yesus Yang Maha Kudus Sainoni; Kapela Kunjungan Santa Maria kepada Elisabeth Faenake; Kapela Santo Theodorus Banain; Kapela Santo Yohanes Pemandi Fatunaenu; Kapela Santo Arnoldus Yansen Oelbonak; dan Kapela Santa Maria Anunsiate Buk. Pada tahun 1999, P. Anton Frey, SVD memutuskan untuk kembali ke negerinya di Swiss karena faktor kesehatannya yang mulai menurun. Selama menjadi pastor paroki, banyak kegiatan pastoral yang dilakukan beliau, di antaranya Khalwat 3 BER yang hampir dilakukan setiap tahun untuk penyadaran umat akan hidup menggereja. Beliau sangat perhatian terha-dap musik Liturgi. Rm. Martinus Kofi, Pr menggantikan P. Anton Frey, SVD sebagai Pastor Paroki Haumeni dari tahun Masa tugas dan pelayanan Rm. Martinus Kofi tidak berlangsung lama karena meninggal dunia pada 28 September Rm. Martinus digantikan oleh P. Yohanes Napan, SVD. Tugas pelayanan P. John Napan berlangsung sampai dengan tahun Pada awal tahun 2010, P. John Napan, SVD digantikan oleh Rm. Heribertus Naibobe, Pr yang melayani umat Haumeni sampai dengan tahun Selanjutnya, Rm. Heribertus Naibobe digantikan oleh Rm. Stefanus Bria, Pr.. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

273 Selain para pastor paroki, sejumlah tokoh awam ikut berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan Paroki Haumeni yakni bapak Aleksander Ale dan bapak Agustinus Eli di Napan, Tes dan Sainoni; bapak Elias Fuka di Banain; bapak Gabriel Kab Nino di Buk dan bapak Ignasius Neno di Haumeni. Paroki Kristus Raja Haumeni terbagi atas 3 rayon wilayah yaitu Rayon 1 di pusat paroki; Rayon 2 meliputi Napan, Tes dan Sainoni; dan Rayon 3 meliputi Banain A, B dan C. Paroki Kristus Raja Haumeni terdiri dari 7 stasi, 25 lingkungan dan 133 KUB. Pada tahun 2015 jumlah umat sebanyak jiwa. Paroki Haumeni meliputi seluruh wilayah kerajaan Haumeni, Usi Lake dengan batas-batasnya: Timur berbatasan dengan wilayah Timor Leste; Barat berbatasan dengan Paroki Oeolo; Utara berbatasan dengan wilayah Timor Leste, dan Selatan berbatasan dengan Paroki Santa Theresia Kefamenanu. Dewan Pastoral Paroki Haumeni sejak berdiri dijabat oleh bapak Baltasar Lake. Berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 73 tahun 2014, Dewan Pastoral Paroki Haumeni terdiri dari: Ketua I: Bapak Yohanes Teo; Ketua II: Bapak Stanislaus Leo; dan Ketua III: Bapak Jorovikus Lake. Wakil Ketua Dewan Keuangan Paroki: Bapak Hilarius Lake dibantu oleh Gerardus Siki sebagai Sekretaris dan Balthasar Unab sebagai Bendahara.*** Rm. Stefanus Bria, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 255

274 2.11 Paroki Santo Bernardus Naekake Sebelumnya Naekake adalah sebuah stasi dari Paroki Eban. P. Wolfgang Jeron, SVD (alm.), yang merintis Stasi Naekake menjadi paroki. Dengan tanah yang dihibahkan oleh umat, gereja paroki Naekake mulai dirintis pada tahun 1984 hingga berdiri sebagai paroki mandiri. Sejak berdirinya hingga tahun 2015, ada sejumlah pastor yang pernah berkarya di Paroki Naekake sebagai pastor paroki, yakni: P. Wolfgang Jeron, SVD. Ia juga merangkap sebagai Pastor Paroki Eban tahun 1984-April Pada April 1989, P. Paulus Gootee, SVD menjadi Pastor Paroki Naekake sampai dengan Februari Lalu Rm. Pius Oematan, Pr yang pada waktu itu sebagai Pastor Pembantu, diangkat menjadi Pastor Paroki selama satu tahun lebih yakni Februari Mei Rm. Donatus Tefa, Pr menggantikan Rm. Pius Oematan, Pr pada Mei 1996 dan melayani hingga Maret Rm. Amandus Nahas, Pr juga pernah tercatat sebagai Pastor Paroki Naekake dari Maret 1998 hingga Oktober Lalu beliau digantikan lagi oleh P. Wolfgang Jeron, SVD sejak bulan Oktober 1999-September P. Jeron sungguh mencintai umat Naekake. Beliau tetap bertahan sebagai Pastor paroki namun karena kesehatan yang makin menurun, ia terpaksa melepaskan umat Naekake dan digantikan oleh Rm. Gerardus Bani, Pr yang mulai menjadi pastor Paroki dari September saat penulisan sejarah ini. Selain para pastor paroki ada juga beberapa imam yang diangkat sebagai pastor pembantu yang pernah berkarya di Paroki Naekake, yakni Rm. Balthasar Seran,Pr (Oktober 1992 Juli 1993); Rm. Pius Oematan, Pr (Agustus 1993 Februari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

275 1995); P. Agustinus Hironimus Dae Soro, SVD (Mei 2007 Juni 2008); dan Rm. Gabriel Bouk, Pr (2013- sekarang). Kaum awam pun ikut berperan penting dalam pelayanan pastoral kepada umat baik sebagai Dewan Pastoral Paroki maupun sebagai Dewan Keuangan Paroki.Tercatat sebagai Dewan Pastoral Paroki adalah Milikheor Elu (Juli 1989 Nov 1995); Rikhardus Sene (Desember 1995 Desember 1999); Ferdinandus Taubnadj (Januari ) dan Fidelis Kuil ( ). Paroki Naekake merupakan paroki terjauh dari pusat Keuskupan Atambua yang berbatasan langsung dengan wilayah Negara Republik Demokratik Timor Leste, Distrik Oecuse. Di Paroki Naekake juga berkarya seorang Katekis bernama Samuel Kehi yang ditempatkan oleh Bapak Uskup Atambua sebagai Katekis Purnawaktu sejak tahun 1991 hingga sekarang ini.***rm. Gerardus Bani, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 257

276 2.12 Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu Tanah Keramat Naesleu, Lahan Subur bagi Kebun Anggur Tuhan Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu tidak bisa dilepaskan dari berdirinya SPGAK Warta Bakti Kefamenanu. Langkah pertama untuk membangun sekolah ialah memilih tanah. Gereja mencari tanah yang strategis untuk itu. Rencana itu didengar oleh Usi Sanak, Tuan/Pemilik Tanah keramat Naesleu. Terjadilah pendekatan antara pihak Gereja yakni Bapak B.I. Bala Ledjepen dan Bimas Katolik Kantor Agama yakni Bapak Domi Bani dan Usi Sanak. Atas restu Tuhan, Usi Sanak, dengan persetujuan para bangsawan, Usi Lake, Usi Ato dan Usi Bana, bersama tua-tua adat Bikomi, bersedia menye-rahkan tanah keramat Naesleu kepada Gereja agar dimanfaat-kan bagi kepentingan orang banyak. Pada bulan November 1971 secara resmi terjadilah penyerahan tanah oleh Usi Sanak atas dukungan Usi Ato, Usi Lake dan Usi Bana, serta tua-tua adat Bikomi. Pada saat penyerahan hadir juga para pemilik lahan (kebun) di sekitar tanah keramat Naesleu. Bapak B.I. Bala Ledjepen, mewakili Gereja dan Bapak Domi Bani mewakili Kantor Agama. Upacara penyerahan dilaksanakan secara adat, yang dibuka dengan ungkapan tutur adat dan diteguhkan dalam doa secara adat pula oleh tua adat. Lalu Usi Sanak bersama para pemilik tanah lahan secara resmi menyerahkan kepada gereja tanah keramat Naesleu dan lahanlahan masyarakat. Acara penyerahan itu dihadiri oleh Usi Ato, Usi Lake, Usi Bana, dan tua-tua adat Bikomi serta tokoh-tokoh masyarakat. Turut hadir Mgr. Theodorus Sulama, SVD, Uskup Atambua dan P. Wilco Wolterboer, SVD, Deken TTU. Setelah lokasi beres, maka dibangunlah gedung SPGAK Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

277 sesuai rencana. Mgr. Theodorus Sulama, SVD, Uskup Atambua meresmikan berdirinya SPGAK pada 01 Januari 1971, ber-pelindung Santo Yohanes Pemandi. Kehadiran lembaga SPGAK mengundang pendatang baru untuk menghuni Naesleu. Karena umat di Naesleu dan sekitarnya semakin bertambah, maka Pater Herman Lalawar, SVD memberanikan diri merayakan Tri hari Suci Paska pada tahun 1973 bersama umat Naesleu dan sekitarnya di ruang tengah/ aula PGAK yang terbuka. Sejak itu perayaan Ekaristi setiap hari Minggu dan hari-hari raya selalu dilaksanakan di aula, walaupun tanpa bangku atau kursi. Sedangkan pelayanan umat di bagian Selatan sebelum tahun 1971/1972, dilaksanakan bersama guru-guru agama di kampung-kampung, yakni: Fatuteke (Filomena Timo) yangkemudian diganti oleh suami-nya Yakobus Nautu;Benpasi dan Leob (Benediktus Bana); Tubuhue/Nefomtasa (Blandina Toti); Maslete (Yohanes Funan) dan Oelnitep (Alexander Besa). Keadaan Naesleu pada tahun 1972 dan sebelumnya sudah jauh berubah. Umat membutuhkan suatu tempat ibadat/ kebaktian yang memadai. Karena itu kapela yang semula direncanakan untuk kebutuhan khusus kegiatan belajar-meng-ajar SPGAK Warta Bakti Kefamenanu berubah fungsi menjadi gereja tempat kebaktian umat Katolik Stasi Naesleu. Untuk itu dibentuklah sebuah panitia pembangunan gereja yang terdiri dari: Ketua, Yohanes Seran; Wakil, Martinus Sonbay; Sekretaris, Yakobus Bani; dengan anggota-anggota: Aleks Hakim Manalu; Gabriel Meko; Yohanes Tabesi; Gabriel Neno Akoit; Fransiskus Fanu, serta para guru agama wilayah Kefa Selatan. Para Pastor yang terlibat langsung menangani pembangunan tempat ibadat ini adalah Rm. Edmundus Nahak, Pr (Pastor Paroki Santa Theresia Kefamenanu dan Deken TTU) Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 259

278 dan Rm. Dominikus Metak, Pr. Pelaksana teknis pemba-ngunan dikoordinasi oleh Frans Poing dan Pieter Poing ber-sama staf. Seluruh umat wilayah Kefamenanu Selatan digerak-kan ikut bergotong-royong dalam pembangungan itu. Aula SPGAK tak mampu lagi menampung umat yang hadir, terlebih pada musim hujan. Maka, pada Mei 1977, P. W. Jeron, SVD mulai merayakan misa kudus bersama umat di dalam gereja untuk pertama kalinya walaupun masih romol atau kotor keadaan di dalamnya. Stasi Naesleu meliputi wilayah yang luas yaitu semua wilayah Kefa Selatan, Tunbakun, Fatuteke, Benpasi, Ainjani, Tubuhue, Maslete, Oelnitep, Sasi, Tublopo dan Taloep. Pastor paroki bersama DPP Santa Theresia Kefamenanu mulai memikirkan Stasi Naeleu menjadi bakal Paroki. Pemikiran itu dilanjutkan dengan membentuk Dewan Pastoral Stasi (DPS) dengan ketuanya Drs. Eusabius Binsasi (Kini Dirjen Bimas Katolik RI) yang akan menangani karya pastoral di Stasi Naesleu. Selain membangun gereja, umat juga berhasil membangun rumah pastoran atas prakarsa dan inisiatif Marianus Lay dan Yakobus Bani. Rm. Edmundus Nahak, Pr sebagai Pastor Paroki Santa Theresia/Deken TTU) dan Rm. Domi Metak, Pr memberikan perhatian penuh atas pembangunan pastoran itu. Bapak Uskup Atambua Mgr. Anton Pain Ratu, SVD pada 13 Agustus 1992, secara resmi menetapkan Stasi Naesleu menjadi paroki yang sah dengan nama Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu. Untuk memimpin paroki ini, Rm. Herminus Bere, Pr diangkat oleh Bapak Uskup menjadi Pastor Paroki Perdana. Gereja Naesleu ditahbiskan pada 31 Juli 1994 oleh Uskup Atambua sekaligus menerimakan Sakramen Penguatan bagi ratusan umat paroki. Temporia muntantur et nos muntamur in illis, kata pepatah Latin. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

279 Gereja Naesleu yang pada awalnya direncanakan sebagai kapela sarana penunjang kegiatan belajar mengajar PGAK Warta Bakti Kefamenanu, akhirnya menjadi gereja. Pada mulanya gereja itu nampaknya cukup besar dan luas untuk menampung umat wilayah Kefa Selatan, namun lama-kelamaan dengan bertambahnya umat Katolik terutama membanjirnya para pelajar dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, gereja itu menjadi kecil dan sempit, tidak mampu lagi memuat umat sekian banyak. Akibatnya dibangunlah tenda-tenda di depan dan di samping kiri-kanan gereja. Keadaan itu sungguhsungguh mengganggu pandangan mata, apalagi terletak pada jalan sumbu Kefamenanu-Atambua. Pembangunan sebuah gereja baru mulai dipikirkan bersama oleh umat. Bapak Uskup Atambua menyetujui permohonan Dewan Pastora Paroki Naesleu atas nama seluruh umat paroki. Adapun potensi sebagai daya dan kekuatan membangun gereja baru Naesleu adalah adanya pemikiran, pertimbangan, dan usul saran yang positif dari Bapak Uskup Atambua, para pastor dan para ahli pembangunan dari pemerindah dan tokoh umat. Kekuatan umat Paroki sebanyak jiwa, 18 Lingkungan dan 116 KUB. Adanya ahli-ahli teknis pembangunan, para tukang (batu-kayu) di dalam paroki sendiri yang didukung oleh dana swadaya umat paroki sebagai kewajiban untuk membangun rumah Allah. Selain itu ada sumbangan sukarela dari banyak pihak yang berkehendak baik dari jauh dan dekat. Namun modal yang paling utama dan besar tetaplah iman dan harapan bahwa semuanya sematamata demi kemuliaan-nya, Ad Maiorem Dei Gloriam dengan prinsip ora et labora. Dengan potensi tersebut sebagai modal Panitia Pembangunan dengan Ketua Umumnya Drs. Yosef Akoit bersama dengan para ketua yang lain dan seluruh Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 261

280 anggota, para ketua lingkungan, kelompok, dan seluruh umat memulai pembangunan. Pastor Paroki, P. Vincent Wun, SVD, mulai merencanakan dan menyiapkan segala-galanya. Karya raksasa pembangunan dimulai dengan membuat patokan pada 26 April 2004, penggalian fundasi pada 7 Mei 2004 dan peletakkan batu pertama pada 27 Juni Pengerjaan sehari-hari diawasi dan dikontrol oleh tim kecil yang terdiri dari Yakobus Bani, Frans Fanu, dan Yosef Ninu. Selama kurang lebih 3 tahun (April-Juni 2007) bangunan rumah Allah Naesleu selesai. Segala suka duka, kecemasan dan keringat menghasilkan bangunan yang indah, megah menjulang tinggi dengan candi bermahkotakan Salib Yesus Kristus. Salib itu berpijar cemerlang di malam hari, sebagai hasil ide dan idaman Pastor Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu, P. Vincent Wun, SVD. Gereja Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu selesai dibangun tepat pada hari Pesta Santo Yohanes Pemandi Pelin-dung Paroki 24 Juni 2007.Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ber-kenan mentahbiskannya pada 26 Juni 2007 dalam upacara Liturgi mulia dan meriah disemaraki oleh paduan suara pimpinan Drs. Jhon Amsikan, SFil., MHum. Panitia pentah-bisan gereja terdiri dari Ketua umum, Drs. Aster da Cunha bersama Drs. Martinus Toleu (Ketua I), Drs. Yosef Tasi (Ketua II), dan Drs. Yosef Akoit (Ketua III). Selain para imam, bruder dan suster, ada beberapa tokoh awam yang berperan sebagai perintis baik dalam urusan tanah Naesleu, SPGAK Warta Bakti Kefa, maupun Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu, yakni B.I. Bala Ledjepen; Laurens D. Ogom (Alm.); Domi Bani; Willy Laka; Paulinus Baliak ( ); Yan Bau Saik ( ); Usi Mikhael Bana; Martinus Sonbay ( ); Yohanes Seran (Jaksa Yan Seran); A.H. Manalu ( ); Yakobus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

281 Bani; Stefanus Nalle; Gabriel Meko, dan Yohanes Tabesi, BA ( ). Pada usianya yang kedua puluh satu tahun, Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu dipimpin oleh Pastor Paroki Rm. Heribertus Naibobe, Pr, dibantu oleh R. Gerardus Hery Fernandez, Pr dan Rm. Fridus Talan, Pr. ***Rm. Heribertus Naibobe, Pr Paroki Santo Paulus Maubam Paroki Santo Paulus Maubam sebelumnya merupakan salah satu stasi dari Paroki Hati Yesus Yang Mahakudus Noemuti yang dirin-tis oleh P. Paul Gootee, SVD sejak tahun Beberapa tahun kemudian Stasi ini menjadi Bakal Paroki Santo Paulus Maubam yang dipimpin oleh Rm. Thomas Tahu, Pr. Setelah melalui pertimbangan Bapak Uskup, maka pada tahun 2003 Bakal Paroki Maubam statusnya menjadi paroki definitif melalui SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD, No. 493/2003 sekaligus mengangkat Rm. Yeremias Seran, Pr sebagai Administrator Paroki berdasarkan SK Uskup Atambua, No. 494/2003. Paroki Santo Paulus Maubam berpusat di Maubam, Desa Haekto, Kecamatan Noemuti Timur, Kabupaten TTU dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Paroki Sasi dan Paroki Mamsena; Selatan berbatasan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 263

282 dengan Oe Ekam, Keuskupan Agung Kupang; Timur berbatasan dengan paroki Biudukfoho; dan Barat berbatasan dengan Paroki Noemuti. Sampai tahun 2014, Paroki Santo Paulus Maubam memi-liki jumlah umat sebanyak 2,920 jiwa yang tersebar di 10 Ling-kungan dan 54 KUB dan 724 Kepala Keluarga. Umat Paroki Santo Paulus Maubam sebagian besar hidup sebagai petani sawah dengan penghasilan utama padi yang pas-pasan. Sebagian kecil yang pegawai negeri dan guru. Selain memiliki sebuah gedung gereja yang dibangun oleh P. Paul Goote, SVD tahun 1983 dan sebuah pastoran, Paroki Santo Paulus Maubam juga memiliki sebuah Gua Santa Maria yang dibangun secara swadaya oleh umat pada 2012 di Banatun. Di paroki ini ada sebuah SMA Negeri, sebuah SMP Negeri dan 6 Sekolah Dasar, yakni SDK Haekto, SDK Maurisu, SDN Maubam, SDN Naob, SDN Baanfaun. Karya pastoral di Paroki Santo Paulus Maubam dibagi dalam tiga kategori yakni Pastoral Rutin berupa pelayanan sakramen-sakramen Gereja; karya pastoral relevan yaitu kegiatan-kegiatan pastoral yang tidak sesuai dengan fokus pastoral tahun berjalan namun berguna bagi perkembangan iman umat, dan karya pastoral fokus yaitu kegiatan-kegiatan pastoral sesuai dengan fokus pastoral Keuskupan Atambua tahun berjalan. Para pastor yang pernah bertugas baik sebagai pastor paroki maupun sebagai pastor pembantu sejak berdirinya Paroki Santo Paulus Maubam, yaitu: Rm. Yeremias Seran, Pr (Pastor Paroki: ). Rm. Maxi Amnanu, Pr (Pastor Paroki: ). Rm. Yoris Giri, Pr (Pastor Pembantu: ). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

283 Rm. Oktovianus Taek, Pr (Pastor Pembantu: ). Rm. Fransiskus Sales Teku, Pr (Pastor Paroki: ). Rm. Servasius Balok, Pr (Pastor Pembantu: ). Rm. Elfridus Nahak, Pr (Pastor Pembantu: 2015). Rm. Frans Teku, Pr dan DPP Maubam Paroki Santo Antonius Padua Sasi Pada Agustus 2001 Kustos Provinsial Ordo Saudara Dina Konventual/Fransiskan Konventual (OFMConv) Indonesia mengutus 2 anggotanya ke Timor untuk melayani di Keuskupan Atambua. Kedua Pastor tersebut adalah P. Antonio Razzoli, OFMConv. dan P. Laurentius Yustinus Sihaloho, OFMConv. Pengutusan mereka berdasarkan keputusan Kapitel OFMConv Indonesia untuk mengembangkan misi di daerah Timor-Nusa Tenggara Timur. Keuskupan Atambua dipilih oleh OFMConv menjadi daerah pelayanan setelah sebelumnya terjadi kesepakatan antara Kustos Provinsial OFMConv dan Uskup Keuskupan Atambua. Setelah menghadap Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu SVD, kedua pastor tersebut ditempatkan di Paroki Santa Theresia Kefamenanu selama 2 bulan. Lalu Uskup menugaskan dan menempatkan mereka di Paroki Santo Yohanes Pem- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 265

284 baptis Naesleu Kefamenanu. Pada 16 September 2001 Uskup Keuskupan Atambua menerbitkan SK pengangkatan P. Antonio Razzoli, OFMConv dan P. Laurentius Yustinus Sihaloho, OFMConv sebagai Pastor Rekan di Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu mendampingi Pastor Kepala Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu (P.Vincentius Wun, SVD) dengan tugas khusus merintis calon paroki baru di Sasi. Setelah beberapa bulan tinggal di Pastoran Naesleu, pada bulan Juni 2002 kedua pastor tersebut mulai bertempat tinggal di Sasi. Atas persetujuan Pastor Kepala Paroki Naesleu, Lingkungan Sasi dan Lingkungan Maubeli digabung menjadi satu stasi yaitu Stasi Sasi. Pembentukan Stasi Sasi dan pelantikan Dewan Pastoral Stasi Sasi dilaksanakan pada 14 Februari 2003 oleh P. Vincentius Wun SVD selaku Pastor Kepala Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu. Kedua pastor Fransiskan Konventual tersebut memersiapkan pendirian Paroki Sasi. Nama Santo Antonius Padua dipilih sebagai pelindung paroki. Proses pendirian Paroki Sasi dilaksanakan dengan penggabungan Stasi Sasi dan Stasi Tublopo menjadi Paroki Santo Antonius Padua Sasi di Dekenat Kefamenanu pada 15 Agustus 2003 melalui SK. Uskup Atambua, sekaligus mengangkat P. Antonio Razzoli, OFMConv sebagai Pastor Kepala Paroki Santo Antonius Padua Sasi dan P. Laurentius Yustinus Sihaloho, OFMConv sebagai Pastor Pembantu. Peresmian Paroki Santo Antonius Padua Sasi dan pelantikan kedua Pastor tersebut dilaksanakan pada 26 Oktober 2003 oleh Deken Dekenat Kefamenanu (Rm. Aloysius Kosat Pr). Kedua pastor tersebut dan seluruh umat bersepakat mendirikan sebuah gereja paroki. Pendirian gereja paroki diawali dengan peletakan batu perdana pada 14 Februari Umat se-paroki Sasi dikomandoi P. Antonio Razzoli, OFMConv ber- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

285 swadaya dan bergotongroyong membangun gereja paroki. Gereja dibangun dengan menggunakan bahan-bahan lokal setempat yaitu batu alam merah dan kayu-kayu pilihan. Tenaga pastoral paroki diperkuat dengan kehadiran P. Andreas Budianto, OFMConv. Pada 13 Juni 2007 bertepatan dengan Pesta Santo Antonius Padua, Uskup Atambua (Mgr. Anton Pain Ratu, SVD) me-resmikan dan memberkati Gereja Katolik Paroki Santo Antonius Padua Sasi tersebut dalam sebuah perayaan meriah. Petugas pastoral di Paroki ini semakin diperkuat dengan kehadiran P. Eduardus Yohanes Padiyana, OFMConv dan P. Antonius Saragih, OFMConv. Pada Oktober 2009 P. Antonio Razzoli, OFMConv dan P. Laurentius Yustinus Sihaloho, OFMConv pindah dari Paroki Sasi ke Sumatera Utara. P. Antonio Razzoli, OFMConv terpilih sebagai Kustos Provinsial OFMConv Indonesia. P. Laurentius Yustinus Sihaloho, OFMConv dan P. Antonius Saragih, OFMConv pindah ke Delitua Medan. Sebagai pengganti P. Antonio Razzoli, OFMConv, maka P. Yakub Janami Barus, OFM-Conv diutus ke Paroki Sasi. Selanjutnya Uskup Atambua (Mgr. Dominikus Saku) mengangkat P. Yakub Janami Barus, OFM-Conv sebagai Pastor Kepala Paroki Sasi bersama dua pastor lainnya yaitu P. Gonzales Petrus Zonggar, OFMConv dan P. Eduardus Yohanes Padiyana, OFMConv. Karena Keputusan Kapitel OFMConv tahun 2012 terjadi mutasi dan rotasi petugas pastoral. Pada bulan Oktober, ketiga pastor tersebut pindah dari Paroki Sasi. P. Yakub Janami Barus, OFMConv dan P. Gonzales Petrus Zonggar, OFMConv pindah ke Jakarta dan P. Eduardus Yohanes Padiyana, OFMConv pindah ke Delitua, Medan. Sebagai pengganti, 5 pastor diutus melayani paroki ini yaitu P. Titus Khian Limngardi,OFMConv; Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 267

286 P. Florentinus Nongo Sembiring, OFMConv; P. Paskalis Pedoritman Surbakti, OFMConv; P. Jose Alexander Fatu Nitsae, OFMConv dan P. Lucio Adrianus Engkar, OFMConv. Uskup Keuskupan Atambua (Mgr. Dominikus Saku Pr) mengangkat P. Titus Khian Limngardi, OFMConv sebagai Pastor Kepala Paroki, sedangkan P. Florentinus Nongo Sembiring, OFMConv; P. Paskalis Pedoritman Surbakti, OFMConv; P. Jose Alexander Fatu Nitsae, OFMConv dan P. Lucio Adrianus Engkar, OFM-Conv sebagai pastor rekan. Demikianlah para pastor Fransiskan Konventual yang diutus untuk melayani Paroki Santo Antonius Padua Sasi. Sejumlah frater turut berkarya di Paroki ini sejak dimulainya Komunitas dan Paroki Sasi yaitu Fr. Nikolas Sukana, OFM- Conv; Fr. Jakub Janami Barus, OFMConv; Fr. Bonaventura Henrikus Gultom, OFMConv; Fr. David Barus, OFMConv; Fr. Robertus Eko Erywibowo, OFMConv; Fr. Yulianus Atu Nuhan, OFMConv; Fr. Atanasius Thomas Tamal, OFMConv; Fr. Paulus Miki Berhasil Surbakti, OFMConv; Fr. Dominikus Jebarus, OFMConv; Fr. Kornelis Sanam, OFMConv; Fr. Andi Tarigan, OFMConv; Fr. Ignatius Andreas Corsini Susilo Yakobus, OFMConv; Fr. Silverius Gilbert Hutauruk, OFMConv. Sebagian besar para frater tersebut sudah ditahbiskan menjadi imam. Saat ini kelima imam didampingi oleh Frater Augusto Nunes OFMConv, Frater Hyasintus Zulsan Efendi Simatupang OFMConv, Frater Salvatore Frederikus Nono OFMConv, dan Frater Lucianus Benediktus Suni OFMConv dalam karya pas-toral di Paroki Sasi dan mengemban karya komunitas OFM-Conv di Kefamenanu. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

287 Letak Geografis Paroki dan Keadaan Umat Paroki Santo Antonius Padua Sasi terletak di antara paroki-paroki berikut ini, yaitu di sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Santo Fransiskus Assisi Mamsena; di sebelah Barat berbatasan dengan Paroki Santa Maria Ratu Oeolo; di sebelah Utara berbatasan dengan Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu Kefamenanu; dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Paroki Hati Yesus Mahakudus Noemuti dan Paroki Santo Paulus Maubam. Paroki ini meliputi Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Bikomi Selatan yang melingkupi seluruh Kelurahan Sasi, sebagian Kelurahan Maubeli, sebagian Kelurahan Oelami, seluruh Kelurahan Tublopo, sebagian Desa Maurisu, seluruh Desa Maurisu Utara, seluruh Desa Maurisu Selatan, sebagian Desa Naiola. Jumlah umat sekitar orang tersebar di 25 Lingkungan dan 139 Kelompok Umat Basis (12 Lingkungan dan 47 Kelompok Umat Basis di dalam kota; 13 Lingkungan dan 92 Kelompok Umat Basis di luar kota/stasi Santo Yosef Tublopo). Keadaan geografi dan topografi Paroki ini 80% berbukit khususnya di luar kota dengan ketinggian dari permukaan laut kurang lebih meter dan luas wilayah ± 14 km². Para Pastor dan Frater Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv) diperkuat dengan kehadiran dan karya sejumlah Tarekat Religius di Paroki Sasi. Tarekat-tarekat tersebut antara lain: Kongregasi Bruder Santa Maria Dari Lourdes/BM (Bruder BM), Kongregasi Suster Santa Bunda Allah/Notre Dame (Suster SND), Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth (Suster FSE), dan Ordo Santa Klara/Klaris Kapusines Kontemplatif (OSCCap). Pada tahun 2013, umat Paroki Sasi merayakan dasawarsa (10 tahun) Paroki Santo Antonius Padua Sasi. Perayaan syukur Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 269

288 tersebut dirayakan dalam misa syukur, tredicina Santo Antonius Padua, novena Santo Antonius Padua, rekoleksi, kerjabakti dan aneka perlombaan. Misa Syukur Dasawarsa Paroki Santo Antonius Padua Sasi dipimpin oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku. Usia 10 tahun ini menjadi momentum berharga bagi Paroki Sasi untuk semakin bertumbuh dan maju di masa mendatang. Kini Paroki Santo Antonius Padua Sasi terus berbenah diri melengkapi fasilitas dan sarana pelayanan untuk semakin berkualitas dalam hidup beriman, menegara dan menggereja.*** RP. Titus Khian Limngardi, OFMConv Paroki Santo Arnoldus Yansen Jak Jak sebelumnya sebuah stasi dari Paroki Santo Andreas Tunbaba. Pelayanan pastoral sebagai sebuah stasi mulai dirintis sejak tahun Hal yang dibuat oleh para Pastor Paroki Tunbaba kala itu adalah menjadikan Jak sebagai tempat asistensi tetap pada perayaan Natal dan Paskah. Konsentrasi perayaan seperti Natal dan Paskah serta kunjungan pastoral yang rutin atau berkala inilah yang kemudian mendorong tumbuhnya iman umat yang perlahanlahan menuntun mereka menuju pendirian sebuah paroki. Pada tahun 2005, setelah dinilai layak dan dipandang memenuhi syarat, Stasi Jak ditingkatkan statusnya menjadi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

289 Bakal Paroki melalui SK Uskup Atambua, No. 395/2005. Umat menyambut gembira berita ini. Dalam semangat iman dan kesadaran berparoki yang tinggi, umat bersama Pastor Paroki Tunbaba saat itu, Rm. Servas Naben Pr, mulai menata segala hal yang perlu menuju pendirian sebuah paroki secara definitif. Pada tahun 2009, setelah melalui persiapan yang panjang dan dinilai memenuhi syarat minimal, Uskup Atambua menerbitkan SK No. 12/2009 tertanggal 19 Januari 2009 tentang Pendirian Paroki Jak dengan pelindungnya Santo Arnoldus Yanssen. Harapan umat untuk berdiri sendiri menjadi sebuah paroki terwujud sudah. Bersamaan dengan itu, Rm. Valen-tinus Funan, Pr diangkat sebagai Pastor Paroki pertama untuk menggembalakan umat di Paroki Jak. Selanjutnya pada 22 Juli 2009, Paroki Jak diresmikan berdirinya sekaligus pelantikan Pastor Paroki oleh Deken Kefamenanu, Rm. Aloysius Kosat, Pr saat itu dalam sebuah perayaan Ekaristi kudus yang meriah dan hikmat. Paroki Santo Arnoldus Yanssen Jak berada di arah Timur wilayah Tunbaba, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Dekenat Kefamenanu. Wilayahnya berbukit-bukit, banyak batu besar dan airnya melimpah. Wilayah Timur berbatasan dengan Paroki Fafinesu dan Maubesi. Utara, berbatasan dengan Paroki Manamas. Selatan berbatasan dengan Paroki Tunbaba, dan Barat berbatasan dengan Paroki Bakitolas. Luas wilayah Paroki Jak terbilang kecil terlihat dari jarak tempuh yang hanya 6 km perjalanan. Jumlah umat Paroki Santo Arnoldus Yanssen Jak sebanyak jiwa, terdiri dari 569 kepala keluarga, yang tersebar di 3 wilayah pemerintahan desa, 7 Lingkungan dan 35 Komunitas Umat Basis. Semuanya adalah umat Katolik. Ada 3 (tiga) Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 271

290 buah Sekolah Dasar dan sebuah Sekolah Menengah Pertama yang menunjang dunia pendidikan di Paroki Jak. Wilayah pertanian Jak berbukit-bukit, namun sangat subur dan selalu mendatangkan panenan yang melimpah. Hanya ada sedikit tanah rata yang dijadikan persawahan, airnya melimpah sepanjang tahun, sehingga menjadi sandaran bagi para petani sawah. Kehidupan ekonomi umat cukup memadai karena umat Paroki Jak umumnya adalah tipe pekerja keras dan tekun mencari pasar. ***Rm. Valentinus Funan, Pr (Bakal) Paroki Keluarga Kudus Ainan Pantas Dikenang, Menolak Lupa Peran Awam Servasus Kobes, Putera Ainan kelahiran 1912, memiliki peranan besar dalam merintis berdirinya Gereja di wilayah Ainan. Sekitar tahun 1935, Servasus dipanggil oleh Pater Yan Zmith, SVD untuk menjadi guru agama. Beliau belajar agama secara autodidak dari Pater Zmith, SVD. Menurut kesaksian, Servasus mampu menghafal seluruh isi Katekis-mus dan mengajarkannya kepada setiap orang. Selain sebagai guru agama, beliau juga bertugas mengawasi pembangunan gereja di Kiupukan. Sebagai guru agama, ia berkeliling dari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

291 satu kampung ke kampung yang lain dengan naik kuda atau jalan kaki meski harus menempuh jarak yang cukup jauh. Beliau tak kenal lelah mengajaragama dan mempersiapkan umat untuk Komuni dan Krisma. Hal yang menarik adalah bahwa setiap orang yang dijumpainya baik di jalan maupun di kebun, dipanggilnya untuk diajari agama meskipun itu terjadi di bawah pohon. Satu catatan sejarah yang pantas dikenang dan menjadi awal berdirinya Stasi hingga menjadi Paroki Ainan adalah dengan mendirikan gereja di kampung Nuntefa sekitar tahun 1942, menjadi tempat ibadah bagi umat di kampung Sipi, Oemanikin (Beskem), Nuetobe, Sekon dan Hoineon. Melihat perkembangan umat yang begitu pesat berkat peran guru agama Servasus yang juga turut mengkaderkan umat menjadi guru agama, maka sebuah bangunan gereja yang baru didiri-kan pula di kampung Oepaha sekitar tahun 1950-an dengan bantuan Paulinus Mau. Bersama Paulinus Mau, Servasus Kobes terus mencari dan mengajari umat sehingga perkembangan umat yang pesat memungkinkan untuk pembangunan gereja baru di kampung Nautus pada tahun Pembangunan gereja di Nautus juga tidak terlepas dari peran Antonius Taneak dan Yohanes Leu yang bekerja sama dengan pemerintah desa setempat yaitu Gaspar Neno dan Romanus Tuames. Melihat kondisi gereja di Nautus tidak memungkinkan lagi untuk menampung umat yang begitu banyak dan tempat yang cukup jauh untuk dijangkau, maka gereja di Nautus dipindahkan ke wilayah Boni, agar bisa dijangkau oleh umat di sekitar Nautus dan Boni. Pembangunan gereja di Boni dilaksanakan sekitar tahun 1968 berkat peran Bernadus Kobes. Pada saat itulah dibentuk dan ditetapkan Dewan Pastoral Stasi (DPS) Ainan. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 273

292 Para tokoh yang dipilih sebagai DPS Ainan saat itu adalah Bernadus Kobes; Sebastianus Tuames; Bernabas Funan dan Yohanes Seo Tuames. Pantas dicatat pula peran para Misionaris SVD dan Imam Diosesan Keuskupan Atambua yang dalam sebulan sekali atau lebih melakukan tourne untuk melayani umat di stasi Ainan, antara lain: P. Yan Zmith, SVD; P. Kock, SVD; P. Pieter Verharren, SVD; RD. Paulus Klau; RD. Willy Seran; RD. Bartholomeus Bere; RP. Paul Gootee, SVD; RP. Ande Matutina, SVD; RD. Yoseph Nahak, dan RD. Kristo Ukat. Berdasarkan kesaksian umat bahwa Stasi Ainan pada akhirnya dimekarkan menjadi Paroki Ainan, tidak terlepas dari peran dan konsentrasi pelayanan P. Paul Gootee, SVD dan P. Ande Matutina, SVD yang melakukan pelayanan secara rutin di stasi Ainan. Di samping itu peran umat bersama salah satu tokoh umat sekaligus guru Agama, Bapak Ignasus yang sekitar tahun selalu mengajak, mengumpulkan umat di Nautus dan Boni serta memimpin ibadat di gereja stasi Ainan ketika tidak ada imam yang melakukan tourne. Bapak Nasus memiliki peran yang besar dengan memimpin ibadat setiap hari Minggu yang dihadiri sekitar 60-an umat dari Nautus dan Boni. Konsentrasi pelayanan yang diberikan oleh P. Gootee, SVD dan P. Ande Matutina, SVD didukung oleh ke-aktifan umat yang hadir setiap Minggu dalam ibadat ataupun misa yang mencapai 200-an umat. Jumlah umat stasi Ainan yang meliputi Boni, Nautus, Oekato, Oepaha, Kiutoko, Nansean, Sipi, Oeekam dan Bokis semakin bertambah men-capai sekitar umat. Karena luas wilayah pelayanan yang cukup jauh dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain maka dipikirkan perlu pemekaran wilayah karya pastoral Paroki Kiupukan. Akhirnya stasi Ainan secara resmi dimekar- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

293 kan sebagai Bakal Paroki Ainan pada 16 Mei 2010 dan dipercayakan kepada MSF Propinsi Kalimantan. Karya Awal Pengembangan dan pelaksanaan karya pastoral di wilayah Bakal Paroki Ainan tetap mengacu pada Visi dan Misi Keus-kupan Atambua hasil Musyawarah Pastoral (MUSPAS) VII ( ). Sejak menginjakkan kaki di tanah misi Atambua dan kemudian dipercaya untuk melaksanakan reksa pasto-ral secara penuh di Bakal Paroki Ainan, P. Kasmir Agung, MSF dan Br. Stanis Naben, MSF di samping melakukan pelayanan sakramental dan katekese, juga melakukan pelayanan di bidang Pembangunan, Pengembangan dan Pemberdayaan ekonomi umat melalui peternakan babi, ayam dan ikan, pertanian dan CU yang membawa efek dan pengaruh yang cukup baik bagi ekonomi keluarga sehingga menjadi contoh pengembangan dan pemberdayaan ekonomi keluarga bagi paroki dan masyarakat lain. Sebuah penghargaan pantas diapresiasikan kepada Misionaris pertama MSF Propinsi Kalimantan ini. Ketika Bakal Paroki Ainan dipercayakan kepada tarekat MSF Propinsi Kalimantan, pengembangan dan pemberdayaan ekonomi termasukpembinaan bagi kelompok-kelompok tani terus dilakukan sejalan dengan amanat Visi dan Misi Keuskupan Atambua. Di samping itu pembenahan dan penertiban administrasi paroki sebagaimana yang diamanatkan oleh Bapak Uskup terus dilakukan. Pengembangan Karya Kera-sulan Keluarga melalui Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga dan pembinaan keluarga balita juga mulai dilakukan sebagai upaya meletakan dasar dan menegaskan pengembangan kekhasan karya kerasulan tarekat. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 275

294 Peristiwa penting dan bersejarah yang bisa dicatat dari Paroki Ainan adalah sebagai berikut: 28 Februari 2008: Misionaris Pertama MSF Propinsi Kalimantan (RP. Kasmir Agung MSF dan Br. Stanislaus Naben MSF) tiba di Keuskupan Atambua tepatnya di Paroki St. Maria M.O.G Kiupukan. 16 Mei 2010: Pemekaran stasi Ainan menjadi Bakal Paroki Ainan dan sekaligus dipercayakan kepada MSF Propinsi Kalimantan sebagai wilayah karya dan pelayanan pastoral. Januari 2012: Br. Stansilaus Naben MSF pindah ke Paroki Kristus Raja Barong Tongkok-Kutai Barat dan digantikan oleh Br. Urbanus Belawa Teluma MSF 21 September 2014: Serah terima Pastor Kepala Bakal Paroki Ainan yang lama (P. Kasmir Agung, MSF) kepada yang baru (P. Yohanes Kopong Tuan, MSF) sekaligus pelantikan Pastor Yohanes Kopong Tuan, MSF (P. Hanz MSF) menjadi Pastor Kepala Bakal Paroki Ainan yang baru dan P. Pius Geroda Issohone, MSF (Pater Pio) sebagai Pastor Rekan serta Br. Dominikus Danan Susilo MSF sebagai Petugas Pastoral dan Katekese. Serah terima dan pelantikan dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Deken Kefamenanu: RD. Gerardus Salu dan dihadiri oleh seluruh umat Bakal Paroki Ainan. 16 Oktober 2014: Misa mengenang wafatnya Pater Pendiri MSF: Pater Berthier MSF bersama umat se-bakal Paroki Ainan. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

295 Paroki Ainan berada di empat desa, yakni Desa Susulaku A, Desa Susulaku B, Desa Nansean Timur dan Desa Nansean Induk, yang berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Insana dan Kerajaan Oelolok, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).Dari sisi Kerajaan Oelolok, maka Paroki Ainan masuk di dalam wilayah Kevetoran Ainan yang dipimpin oleh 6 suku besar yaitu: Tuames, Haumein, Ama sanan, Tobe-Saunoah, Naibobe dan Amtonis.Wilayah Paroki Ainan memiliki batasbatas:bagian Timur berbatasan dengan Paroki Kotafoun; bagian Barat berbatasan dengan Paroki Mamsena; bagian Utara berbatasan dengan Paroki Kiupukan; dan bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Biuduk Foho. Masyarakat Ainan mayoritas beragama Katolik sekitar 99,99 % terdiri dari warga Timor Leste dan masyarakat Ainan sendiri dengan total umat jiwa tersebar di 4 desa dan 10 lingkungan, 42 KUB dan 648 kepala keluarga. Pembagian tapal batas berdasarkan sistem Kerajaan Oelolok dalam bentuk kevetoran (kerajaan kecil) dan dibawahi oleh 6 suku besar. Mata pencaharian umat Paroki Ainan adalah petani dan peternak, hanya sebagian kecil adalah Guru, PNS, Wiraswasta dan Pensiunan. Hampir di semua lingkungan terdapat Kelom-pok Tani. Untuk kerajinan tenun dan anyam tidak menjadi mata pencaharian pokok, tetapi hanya oleh sebagian kecil para ibu untuk membantu ekonomi keluarga namun bersifat musiman atau sesuai dengan pesanan. Setelah kepindahan P. Kasmir Agung, MSF bersama Br. Urbanus Belawa Teluma, MSF dan diganti oleh P. Yohanes Kopong Tuan, MSF; P. Pius Geroda Issohone, MSF dan Br. Danan Susilo, MSF, mencoba melanjutkan karya yang telah dirintis, namun dalam pola dan bentuk berbeda dengan satu prinsip membangun iman melalui kearifan lokal berdasarkan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 277

296 harapan dan permintaan umat yang diungkapkan dalam Rapat Dewan Pastoral Bakal Paroki Ainan pada 12 Okotber Hasil dari rapat pleno itu adalah Ekonomi kami bisa berkembang, kalau iman kami sudah berkembang untuk mengubah mentalitas dan semangat hidup kami. Hal lain yang menjadi alasan dasar adalah pertanyaan seorang umat waktu kunjungan pastoral ke Lingkungan Theodorus II Kiu-toko pada 20 Oktober 2014, Apa yang bisa diberikan oleh Tarekat MSF untuk perkembangan iman kami terutama untuk menyelesaikan persoalan keluarga-keluarga? Atas dasar itu, Bakal Paroki Ainan menetapkan karya unggulan pastoral pembinaan iman umat melalui Pastoral Lingkungan, Pasto-ral Sekolah dan Lopo Belajar. Sejak akhir tahun 2015, Bakal Paroki Ainan dikepalai oleh P. Felix S, MSF. *** Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

297 2.17 (Bakal ) Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu Oenopu mula-mula stasi dari Paroki Santa Maria Fatima Nurobo, Dekenat Malaka. Pada Oktober 2005 sesuai SK Uskup Atambua, Paroki Santa Maria Fatima Nurobo, termasuk Stasi Santo Petrus Oenopu diserahterimakan dari Imam Projo Keuskupan Atambua, dalam hal ini Rm. Servasius Naben, Pr kepada Kongregasi Misionaris Claretian (CMF). Setelah para Imam Claretian mulai berkarya di Paroki Nurobo, mereka memberi perhatian serius kepada Stasi Santo Petrus Oenopu yang meliputi lingkungan-lingkungan Oenoah-Fatuleu A,B-TaluikA,B,C Translok Kuafeu-Oerinbesi A,B-Oekopa A,B,C, Usapinaek A dan B. Pada 23 Oktober 2013 di Kapela Stasi Oenopu berlangsung penerimaan Sakramen Krisma bagi 659 umat oleh Mgr. Dominikus Saku, Uskup Keuskupan Atambua. Peristiwa ini merupakan peristiwa bersejarah bagi Stasi Oenopu karena untuk kedua kalinya terjadi penerimaan Krisma di Oenopu. Peristiwa pertama berlangsung tahun 1958 oleh Mgr. Yakobus Pesser, SVD. Pada keesokan harinya bertepatan dengan pentahbisan Gereja Stasi Santo Antonius Maria Claret Oenopu oleh Yang Mulia Mgr. Dominikus Saku, Stasi Oenopu ditingkatkan menjadi Bakal Paroki. Sebagai pastor Bakal Paroki pertama adalah P. Damianus Eko, CMF. Sukacita umat Oenopu menjadi makin penuh dengan ditahbiskannya Antonius Kapitan, Pr menjadi Imam Projo putera pertama Bakal Paroki Oenopu pada 21 November 2013 di Nenuk. Setelah berjalan dua tahun sebagai Bakal Paroki, P. Dami Eko, CMF digantikan oleh P. Adrianus Manek Rusan, CMF dan dibantu oleh P. Florianus Ahoinnai, CMF. Pembangunan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 279

298 pastoral umat terus mengalami kemajuan, maka pada akhir Desember 2015 terdengar adanya rencana peningkatan status menjadi Paroki yang resmi terpisah dari paroki induknya di Nurobo dan sekaligus terpisah dari Dekenat Malaka. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

299 DEKENAT MALAKA Berdirinya Dekenat Malaka di Belu Selatan dimulai dengan penunjukan P. Willibrodus Meulendijk, SVD sebagai Deken Malaka oleh Uskup Atambua, Mgr. Theodorus Sulama, SVD pada tahun Berikut para deken yang pernah bertugas dan karya-karya mereka. P. Willibrodus Meulendijk, SVD ( ) Pater Meulendijk, dikenal sebagai Deken yang disiplin, keras dan tegas tapi penuh kebapaan. Pada masanya Gereja hadir di tengah masyarakat yang primitif, buta huruf, miskin dan banyak kafir. Beliau merintis pendidikan untuk kaderi-sasi tenaga pastoral. Para guru agama ditempatkan di setiap kampung untuk menemani para pastor dari kampung ke kampung mewartakan Injil melalui katekese, doa kelompok, misa dan kunjungan pastoral keluarga. Penaburan benih sabda dan tumbuhnya iman umat ditantang sekaligus diuji ketahanannya oleh munculnya sebuah aliran komunis dan aliran kafir yang dikenal dengan nama: Mak Dok (Dukun). Mak Dok sebenarnya adalah Orang yang berperan sebagai dokter/juru rawat yang bisa menyembuhkan orang dari gejala penyakit dan sekaligus membawa sesajian di pohon-pohon besar. Cara pengobatannya adalah dengan berdoa kepada rohroh nenek moyang dengan menggunakan Fuik Buah (Sirih Pinang) mengoleskan pada dahi dengan lambang tanda salib. Menghadapi masalah-masalah itu, gereja Dekenat Malaka mulai beraksi karena menyadari eksistensinya sebagai suatu persekutuan Umat Allah yang tidak boleh dicerai-beraikan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 281

300 oleh arus apapun. Gereja Malaka harus berkembang maju sesuai pesan injil. Karena itu para pemuka/tokoh umat Malaka yang disponsori para pastor Malaka di bawah pimpinan Deken Meulendijk, bersama-sama mencari solusi atas masalah itu. Hasilnya disepakati untuk menyelenggarakan sebuah perarakan besar Patung Bunda Maria dan Salib Tuhan Yesus diiringi doa, lagu, tarian, hasehawaka dan lain-lain untuk menghormati Bunda Maria. Perayaan ini kemudian menjadi perayaan khas Malaka dan tetap yang dimulai sejak tahun 1958 sampai sekarang. P. Yan Oba, SVD ( ) Selama P. Yan Oba SVD menjadi Deken Malaka, ada beberapa hal yang menjadi perhatian beliau, yakni Peningkatan tenaga inti Gereja dengan penekanan pada kaderisasi iman dengan memanfaatkan guru agama/katekis dan guru sekolah yang tamatan SPGA, SPG, dan Seminari untuk karya kerasulan; Terbentuknya struktur pastoral untuk pelayanan umat DPD, DPP, TPL dan TPK.Kunjungan pastoral ke Paroki-paroki dalam wilayah dekenat Malaka; Merayakan perarakan besar Santa Maria setiap dua tahun genap di Gua Lourdes Tubaki dan memperhatikan bengkel besi dan kayu di pusat Dekenat. P. Niko Buku, SVD ( ) Beliau sebagai Deken Ketiga Malaka hanya selama lebih kurang tiga tahun. Selama tiga tahun ini beliau melakukan beberapa hal yakni mengupayakan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan prioritas pada bidang pendidikan; bersama Bruder Hendrik Ulan, SVD membuka Sekolah Pertukangan Dasar (SPD) yang terdiri dari pertu- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

301 kangan kayu dan pertukangan besi; melakukan kunjungan pastoral ke paroki-paroki; dan perarakan Patung Bunda Maria dari Paroki ke Paroki. Rm. Dominikus Metak, Pr ( ) Beliau seorang pemimpin yang berwibawa, disiplin, tegas dan penuh kebapaan. Selama menjadi Deken banyak hal yang menjadi perhatiannya, yakni sosialisasi hasil Sinode Pastoral Keuskupan Atambua; fokus perhatian pada pastoral pengembangan iman, pendidikan umat dan pastoral ekonomi; perhatian pada pengorganisasian tenaga pastoral dan penataan struktur pastoral; mensosialisasikan arah baru karya pastoral Keuskupan Atambua lima tahunan ( ) yakni Peningkatan Mutu Hidup/Masyarakat dengan tekanan khusus pada Peningkatan Taraf Hidup Sosial Ekonomi; merayakan paskah bersama para penderita kusta se-dekenat Malaka; mengadakan rekoleksi kategorial persiapan Paskah dan Natal; mensosialisasikan Khalwat 3 BER; mengadakan pertemuan persaudaraan para imam, frater se-dekenat Malaka setiap 3 (tiga) bulan; mengadakan prosesi patung Santa Maria dan Salib Tuhan Yesus dari paroki-paroki setiap 2 (dua) tahun genap; mensosialisasikan arah pastoral untuk periode 5 tahun ( ) yakni Menuju Hidup Yang Lebih Bermutu dengan mengacu pada Visi dan Misi yang ditetapkan saat itu; dan Mengadakan evaluasi dan perencanaan kegiatan pastoral setiap tahun. Dalam era ini, beliau berhasil menambah paroki dari 10 menjadi 11 paroki. Rm. Urbanus Hala, Pr ( ) Beliau tercatat sebagai Deken termuda. Selama menjadi Deken, beliau melakukan banyak kegiatan pastoral seperti Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 283

302 sosialisasi hasil Sinode Pastoral Keuskupan Atambua IV 1997 dengan fokus perhatian pastoral adalah peningkatan mutu hidup umat dan pemberdayaan KUB yakni Pemberdayaan tenaga pelayan pastoral (Imam dan awam); peningkatan mutu para agen pastoral sosial ekonomi; pembenahan dan pember-dayaan struktur pastoral pada semua tingkat dan pember-dayaan ekonomi umat dan masyarakat dalam dan melalui aneka kelompok kerja. Pada masa kepemimpinannya, beliau melakukan rehabilitasi gedung pertemuan dekenat dan gedung penginapan; merenovasi Gua Lourdes Tubaki; melanjutkan Pertemuan Persaudaraan para Imam, Frater TOP, Diakon, dan Ketua I DPP dan Wakil Ketua DKP; melanjutkan Perarakan Besar Santa Maria Lourdes Tubaki Betun setiap dua tahun pada tahun genap; mengadakan rekoleksi kategorial persiapan Paskah dan Natal setiap tahun; mengadakan rekoleksi persiapan per-arakan besar Santa Maria Lourdes Tubaki Betun; melaksana-kan Evalusasi dan Perencanaan kegiatan pastoral di tingkat dekenat setiap tahun; menumbuhkembangkan kelompok-kelompok kategorial Mudika, Pemuda Katolik, Santa Anna, Legio Maria, THS/THM, WKRI dan ME; dan melanjutkan Khalwat 3 BER: Ber-Pendidikan, Ber-Kedudukan (berkuasa), Ber-Pengaruh). Rm. Leonardus Nahas, Pr ( ) Bersama DPD Malaka, mereka melakukan berbagai kegiatan pastoral seperti pemekaran dan pemberdayaan KUB yang inklusif (terbuka) di seluruh dekenat; pengembangan paroki mandiri (imam, tenaga dan finansial); pemberdayaan KUB menuju Gereja berdikari; Merintis berdirinya Yayasan Pendidikan Liurai Malaka mekar dari Yayasan Persekolahan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

303 Umat Katolik Belu (YASUKAB); melanjutkn pertemuan persaudaraan para imam, Frater TOP, Diakon dan DPP/DKP; melanjutkan Perarakan Besar Santa Maria Lourdes Tubaki Betun setiap dua tahun pada tahun genap; melanjutkan rekoleksi kategorial persiapan Paskah dan Natal setiap tahun; mengadakan rekoleksi persiapan Perarakan Besar Malaka setiap dua tahun; melaksanakan evaluasi dan perencanaan kegiatan pastoral setiap tahun, dan dimasa kepemimpinannya, beliau berhasil memekarkan lagi 4 paroki sehingga menjadi 15 paroki dalam wilayah Dekenat Malaka. Rm. Siprianus Benu, Pr ( ) Selama masa kepemimpinan beliau mengembangkan beberapa karya pastoral antara lain: pemberdayaan KUB dengan sasaran utama pada pemberdayaan potensi orang muda; pengumatan/sosialisasi Visi/Misi, strategi pastoral yang telah digariskan MUSPAS 2008; melakukan pembenahan struktur dan sistem kerja pastoral termasuk di dalamnya revitalisasi petugas dan data base pastoral; membuat profil paroki dan dekenat; pada tahun 2010 kegiatan pastoral difokuskan pada pemberdayaan agen pastoral; tahun 2011 Fokus pastoral Keuskupan Atambua terarah kepada pastoral kategorial yakni: Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki, Pendidikan dengan fokus pada pemberdayaan Yayasanyayasan demi tugas koordinasi sekolah-sekolah, animasi pertanian dan pemberdayaan ekonomi seperti pengadaan proyek contoh pertanian, peternakan kerjasama dengan pemerintah dan LSM; memberi perhatian dan pendampingan kepada kelompok-kelompok kategorial yang ada seperti: WKRI, Pemuda Katolik, THS/THM, Legio Maria, ME dan Santa Anna; mengadakan pertemuan persaudaraan Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 285

304 para Imam, Frater, Diakon, DPP/DKP; melaksanakan evaluasi dan perencanaan kegiatan pastoral dekenat dan paroki-paroki setiap tahun; dan di era kepemimpinannya beliau berhasil menambah 2 paroki sehingga jumlah paroki di wilayah Dekenat Malaka menjadi 17 paroki hingga sekarang. Beliau juga memiliki karisma penyembuhan sehingga setiap hari Jumat dijadwalkan untuk melayani umat yang sakit; dan merintis Dana Solidaritas antar paroki-paroki se- Dekenat Malaka dengan Surat Keputusan Deken Malaka No. II/DM/II/2007. Rm. Edmundus Sako, Pr (22 Desember ) Beliau pemimpin yang disiplin, bekerja keras, cerdas, bertanggung jawab, dan secara ikhlas berjuang terus untuk menghantar umat Dekenat Malaka keluar dari keprihatinan pastoral yang dihadapi antara lain: belenggu pendidikankebodohan, belenggu kemiskinan-produktivitas rendah, struktur yang menindas: politik, sosial, budaya dan mentalitas/cara berpikir. Umat dimotivasi untuk terus menerus meningkatkan mutu hidupnya dalam semua aspek: Iman, budaya, politik, intelektual, sosial dan ekonomi. Dalam pelaksanaannya, semua aspek ini dicoba dibangun melalui suatu rencana terarah, terfokus dan terpadu.melaksanakan program relevan dan rutin yang dituangkan dalam kelender kerja Keuskupan dan Dekenat Malaka Tahun Melanjutkan Dana Solida-ritas antara paroki-paroki se-dekenat Malaka. Beliau juga berusaha merehabilitasi ruang-ruang Dekenat Malaka dan penginapan. Beliau juga memiliki kharisma khusus penyem-buhan dan melayani umat yang sakit pada hari jumat. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

305 Keadaan Dekenat Malaka Wilayah Dekenat Malaka sangat potensial, karena sumber daya alam dan sumber daya manusia berlimpah. Jumlah umat dari 17 Paroki sebanyak jiwa dengan Kepala Keluarga. Ada banyak rahmat tetapi juga ada banyak masalah dan tantangannya. Yang perlu dibantu adalah kepala keluarga dan tenaga tidak terampil dan persoalan ekonomi ( jiwa 30,12%). Persoalan yang dihadapi dalam bidang pendidikan ( jiwa = 48,56%) adalah rendahnya tingkat pendidikan, banyak angka putus sekolah dan buta aksara. Sedangkan persoalan keterlibatan umat menyatu dalam fenomena sikap apatis banyak umat dalam kehidupan menggereja. Persoalanpersoalan yang perlu juga mendapat perhatian dalam Dekenat Malaka adalah pelayanan sakramental seperti pembabtisan dan pernikahan. Akar persoalan yang dihadapi adalah rendahnya sumber daya manusia. Berdasarkan pemetaan masalah dalam MUSPAS KA VII di Emaus, September 2013 peserta bersama umat Dekenat Malaka bermufakat untuk menjadikan masalah pendidikan, ekonomi dan keluarga sebagai core issue untuk ditindak-lanjuti secara serius dan berkelanjutan dalam perencanaan karya Pastoral selanjutnya. Saat ini Dekenat Malaka terdiri dari 17 Paroki, yaitu Paroki Betun (1924); Paroki Besikama (1928); Paroki Seon (1939); Paroki Kotafoun (1939); Paroki Biudukfoho (1959); Paroki Kada (1959); Paroki Bolan (1966); Paroki Webriamata (1966); Paroki Alas (1975); Paroki Nurobo (1976); Paroki Weoe (1984); Paroki Kleseleon (2002); Paroki Wekfau (2002); Paroki Kaputu (2003); Paroki Wemasa (2004); Paroki Rafau (2004) dan Paroki Kamanasa (2005). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 287

306 Berikut disajikan sejarah dan profil paroki se-dekenat Malaka selengkapnya. 3.1 Paroki Santa Maria Fatima Betun Paroki Santa Maria Fatima Betun mula-mula bernama Paroki Tubaki. Tahap awal pewartaan Injil Tuhan di Rai Malaka dimulai dari datangnya seorang Imam Belanda ke Tubaki bernama P. Frans de Lange, SVD pada tahun Pastor de Lange mengawali pewartaannya melalui pendekatan kepada para raja sebagai penguasa wilayah kampung-kampung karena masyarakat yang masih buta huruf dan mudah dikomando. Bangunan gereja di Tubaki masih sangat darurat. Transportasi ke seluruh wilayah Malaka menggunakan kuda sebagai sarana utama selain berjalan kaki. Tantangan utama yang dihadapi adalah dasyatnya pengaruh animisme dan dinamisme yang kuat di tengah umat. Ibarat Paulus menanam, Apolos menyiram, Pater De Lange meninggalkan Tubaki pada 22 Desember 1916 diganti dua orang imam asal Jerman yakni P. Yan Schmit, SVD dan P. Bersbach, SVD. Seperti pendahulu mereka, keduanya pun mesti bekerja keras menghadapi kuatnya pengaruh takhyul yang melilit hati umat untuk percaya pada Yesus Kristus. Pada tahun 1932, datang lagi P. Van Der Hogen, SVD. Lalu pada tahun 1938, P. Brumelhuis, SVD datang menggantikan Van Der Hogen SVD di Paroki Betun. Pecahnya Perang Dunia II ( ) menyebabkan gereja dan bangunan pastoran Tubaki dibom dan dihancurkan oleh para tentara Jepang. Para Pastor Belanda dibuang ke Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Dengan demikian pelayanan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

307 pastoral kepada umat ditangani oleh para awam yang terbilang sebagai guru agama. Mereka itu adalah Hendrikus Kornelis, Leo Renu, Ignasius Bere, Baltasar Bere dan Petrus Mali. Sepulang dari pembuangan di Pare-Pare, Pater Wolter Boer SVD mendekati Raja Wehali waktu itu, Nai Edmundus Bria Taek (ayahanda P. Benediktus Bria, SVD) untuk membangun gereja dan pastoran yang baru. Atas kesepakatan kedua belah pihak, maka kemudian dibangunlah gereja baru di Betun, di depan bangunan SMPK Sabar Subur sekarang ini, sedangkan pastoran di sebelah pinggiran Wedik, pada tahun Sesudah masa gelap itu, datanglah P. Wilibrodus Meulen-dijk, SVD meneruskan karya pastoral di Paroki Betun dengan dua tugas sekaligus yakni Pastor Paroki Betun dan Deken Malaka. Karena bangunan gereja dan pastoran itu terbuat dari bahan lokal seperti batang kelapa dan alangalang yang mudah rusak dan termakan waktu, maka pada tahun 1968 dibangunlah gereja dan pastoran baru di lokasi yang baru seperti sekarang ini. Pembangunan gereja dan pastoran baru ini ditangani oleh tukang-tukang dari Sekolah Pertukangan Misi Betun dan Nenuk, menghabiskan dana sebesar dua juta rupiah yang diperoleh dari para donatur dan derma umat Paroki Betun kala itu. Gereja Paroki Santa Maria Fatima Betun diresmikan pada 8 September 1973 oleh Uskup Atambua, Mgr. Theodorus Sulama, SVD. Masa ini ditandai dengan kedatangan para pedagang Bugis dan Jawa di Betun dan sekitarnya dengan ajaran Islam. Pengaruh para pedagang ini cukup kuat sehingga memengaruhi sekelompok umat Katolik di Kletek menjadi Islam dan berkembang hingga sekarang. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 289

308 Paroki Betun memiliki batas-batas wilayah: Utara berbatasan dengan Paroki Seon dan Paroki Rafau; Selatan berba-tasan dengan Paroki Bolan dan Paroki Besikama; Timur berbatasan dengan Paroki Kamanasa dan Paroki Kada; dan Barat berbatasan dengan Paroki Wekfau, Paroki Biudukfoho dan Paroki Kleseleon. Pastor demi pastor berkarya di Paroki Betun. Pada saat sejarah ini ditulis, yang sedang menjalankan tugas sebagai Pastor Paroki Santa Maria Fatima Betun adalah Rm. Edmundus Sako, Pr dibantu oleh dua pastor muda yakni Rm. Zebedeus Nahas, Pr dan Rm. Melkhior Meak, Pr. Berdasarkan statistik tahun 2014, jumlah umat Paroki Betun sebanyak jiwa yang tersebar di 32 lingkungan, 221 Komunitas Umat Basis dan kepala keluarga. Paroki Betun memiliki 20 SDK/SDN, 8 SMPK/SMPN, 6 SMA/SMK dan 1 Perguruan Tinggi.*** Rm. Drs. Edmundus Sako, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

309 3.2 Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama Sejak 12 November 1913, P. Petrus Noyen, SVD dan P. Arnoldus Verstaelen, SVD membuat sebuah perjalanan misi melintasi Pulau Timor menggunakan kuda sebagai ken-daraan tradisional pada masa itu. Modal transportasi yang diandalkan adalah kuda. Mereka bergerak dari Lahurus sebagai pusat misi Pulau Timor saat itu menuju ke Atapupu menyinggahi Sadi dan Wehor. Dari Atapupu, mereka melanjutkan perjalanan ke Atambua, Naitimu, terus ke Sufa (Manufui). Dari Manufui mereka melanjutkan perjalanan menuju Maubesi dan kembali ke Oelolok. Keduanya terus bergerak ke bagian selatan Pulau Timor yakni ke Tubaki (Kerajaan Wehali) dan terus ke Besikama (Pusat Kerajaan Wewiku). Dari bagian Selatan kedua pastor tersebut kembali lagi ke Lahurus. Di setiap tempat persinggahan, keduanya tidak kenal lelah memerkenalkan iman Katolik kepada setiap orang yang ditemui. Agama Katolik masuk ke Besikama diperkirakan pada tahun Orang-orang yang dipermandikan pertama di Besikama adalah Maria Seuk Kati dari Kabukalaran pada usia 56 Tahun, pada 14 September 1916 oleh P. Fransiskus De Lange, SVD. Sebulan kemudian P. De Lange, SVD mempermandikan lagi 3 orang anak pada 17 Oktober 1916, Mauritus Klau Baran (usia 6 tahun) dan dua orang kakak beradik: Alfonsius Kase Asa (5 tahun) dan Simon Seran (2 tahun) dari Lawain. Menurut catatan sejarah Gereja Keuskupan Atambua, Paroki Besikama resmi berdiri sebagai paroki pada tahun1934. Sejak waktu itu, Besikama sebagai paroki terpisah dari Paroki Tubaki (sekarang Paroki Betun). 4 tahun kemudian tepatnya Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 291

310 tahun 1938, P. Fransiskus De Lange, SVD mulai menetap di Besikama sebagai Pastor Paroki pertama di Paroki Besikama. Untuk merayakan ekaristi kudus, umat mendirikan sebuah bangunan di bagian barat gereja sekarang (bekas gedung gereja dikenal sebagai gedung paroki). Hingga saat ini, gedung tersebut hanyalah menjadi bahan cerita karena puing-puing reruntuhannya pun sudah diterjang banjir Benenai. Saat itu, wilayah Paroki Besikama meliputi seluruh Wilayah Biudukfoho (sekarang Paroki St. Mikhael Biudokfoho), Webriamata (Paroki St. Yohanes Rasul Webriamata), Weoe (sekarang paroki Salib Suci Weoe), dan Wilayah Ulun (sekarang Paroki Kleseleon). Wilayah layanan Paroki Besikama sangat luas karena Besikama merupakan pusat Kerajaan Wewiku dan kebiasaan misi bahwa dimana ada pusat kerajaan, disitu misi menetap. Untuk melayani umat dengan jangkauan wilayah yang begitu luas, peranan kaum awam sangatlah penting. Dari informasi lisan yang diperoleh, ada beberapa awam yang sangat berperan membantu para pastor melayani umat Allah yakni Albertus Seran (sering dikenal dengan nama Ambe Kuru Hoarama), Aloysus Klau (Umatoos) dan Albertus Teti. Mereka adalah pioner iman Katolik di wilayah Kenaian Wewiku, yang selalu setia memperkenalkan Kristus kepada umat yang masih menganut agama asli. Roh Allah terus ber-hembus dan berkarya melalui para guru agama untuk menye-barkan iman Katolik bagi umat Besikama. Para guru agama tidak kenal lelah memberikan katekese dari lingkungan ke lingkungan dengan modal transportasi kuda bahkan berjalan kaki, tujuannya hanya satu yakni memerkenalkan iman Katolik dan mengantar mereka untuk dipermandikan. Menurut penuturan lisan yang pernah dituturkan oleh Alm. Wilibrodus Bria, (putera dari Albertus Seran), lagu yang Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

311 selalu digemakan ditengah umat untuk mengantar umat mengenal Kristus adalah Lagu Kroman Kristus. Ambei Kuru Hoar Ama berkarya melayani Paroki Besikama hingga 13 Januari 1987 menghembuskan nafas terakhir. Selain menye-barkan iman Katolik, para imam dan Guru Agama pun men-dirikan sekolah-sekolah Katolik yakni SD dan SMP. Sejak permandian pertama pada 14 September 1916 sampai dengan tahun 1919 umat yang dibaptis sebanyak 840 orang. Gedung gereja pertama berdiri diatas pondasi dan tiangnya dari batang kelapa bulat dengan atap alang-alang dan dibangun oleh seorang bruder dan para tukang dari Atambua, pada tahun Pada tahun 1964 atas inisiatif dari P. J. Brummelhuis, SVD, membuka sekolah pertukangan di Paroki Besikama dan mendatangkan Br. Hendrick Ulan, SVD dari Atambua untuk mendirikan gedung Gereja secara parmanen (yang sekarang masih dipakai). Untuk mendekatkan dan demi efektivitas pelayanan pas-toral kepada umat, maka terus menerus diupayakan peme-karan paroki. Paroki-paroki yang dimekarkan dari Paroki Santo Yohanes Baptista antara lain Paroki Santo Mikhael Biudokfoho (1959); Paroki St. Yohanes Rasul Webriamata (1966); Paroki Salib Suci Weoe (1985); dan Paroki Santo Anto-nius Padua Kleseleon (2003). Keadaan Paroki Jumlah umat Paroki Besikama per 31 Desember 2014 adalah jiwa, yang terdiri dari KK, tersebar di 110 KUB, 34 Lingkungan dan 2 Stasi. Tanah untuk pembangunan gereja dan pastoran diperoleh dari Raja Leunhas dengan sta-tus hak milik paroki. Batas-batas paroki: Utara berbatasan dengan Paroki Kleseleon; Selatan berbatasan dengan Laut Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 293

312 Timor; Timur berbatasan dengan Paroki Bolan; dan Barat berbatasan dengan Paroki Webriamata. Misi Gereja Katolik, selain menyebarkan iman Katolik, para misionaris dengan kaum awam mendirikan sekolahsekolah Katolik yang sangat berkualitas di Kabupaten Malaka. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak SDM yang berkualitas adalah jebolan sekolah misi tersebut. SD ada 10 Buah yakni SDK Sukabilulik, SDK Sikun, SDK Fafoe, SDK Umatoos, SDK Besikama I, SDK Besikama II, SDK Loomota, SDK Rabasa, SDK Maroerai dan SDK Bateti; sedangkan SMP ada 1 Buah yakni SMPK St. Isidorus Besikama. Luas lahan yang bisa dimanfaatkan jika dikelola menjadi kebun paroki. Namun setiap tahun bencana banjir menghayutkan semua tanaman, kecuali pisang dan kelapa yang sekarang masih dipetik hasilnya untuk kebutuhan paroki. Sekarang baru meremajakan dan menanam kembali dengan pohon jati. Sejak berdiri hingga saat ini, tercatat ada 13 Pastor Paroki. Tercatat Pastor Fransiskus De Lange, SVD adalah pastor yang pertama melayani Paroki Besikama. Selanjutnya berturut-turut: P. Hubert Smith, SVD; P. Nikolas Both, SVD; P. J. Brummelhuis, SVD (22 Mei 1958-Mei 1979); P. Roger Alasan, SVD (20 Mei November 1981); Rm. Arnold Bau Morset, Pr (6 November 1981-Mei 1984); Rm. Bartholomeus Bere, Pr (20 Mei 1984-Mei 1987); Rm. Aloysius Kosat, Pr ( ); Rm. Moses Olin, Pr (25 September 1997-Februari 1999); Rm. Kornelis Salem, Pr (6 Februari ); Rm. Stefanus Boisala, Pr ( ); dan Rm. Pius Nahak, Pr sejak 2001 hingga kini. Selain sebagai pastor paroki ada juga pastor lain yang pernah berkarya melayani umat paroki Besikama, antara lain, P. C.V.D Hemel, SVD; P. C. Noyen, SVD; P. Kerchof, SVD; P. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

313 Berschback, SVD; P. Y. Pessers, SVD; P. A.V.D. Hogen, SVD; P. S. Keller, SVD; P. H. Sieben, SVD; P. Anton Soree, SVD; P. A. Kelner, SVD; P. H.Thometzki, SVD; P. A.Bergermans, SVD; P. Willi Yakob, SVD; P. Yoseph Block, SVD; Rm. Marsel Seran,Pr ; P. N. Carrol, SVD (ex); Rm. Marianus Bere, Pr ; Rm. Gerardus Salu, Pr; Rm. Alex Kobesi, Pr (ex); Rm. Crisantus Lake, Pr; Rm. Amandus Nahas, Pr (ex); Rm. Gerardus Bani, Pr dan Rm. Fransiskus Naikofi, Pr. Selain para pastor, tercatat juga sejumlah besar awam Katolik yang tergabung dalam DPP dan DKP. Hingga tahun 2014, Paroki Besikama memiliki 28 Lingkungan yakni Lingkungan Besikama A; Besikama B; Umatoos A; Umatoos B; Umatoos C; Umamolin;Umalor; Lasaen-Umakitar; Beikolo- Beisuri; Kakeunlaran-Tooskreis; Laleten; Rabasa; Loomota Besin; Lomota Lalawar; Fafoe; Katara; Sikun; Sukabilulik; Bateti Loofoun; Bateti; Berasi; Wemean-Tubaslaran; Ikumuan-Makfatin; Lawain; Beilout; Kampung Pegawai; Lawalu dan Leorae. ***Rm. Pius Nahak, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 295

314 3.3 Paroki Kristus Raja Seon Sebelum berdirinya Paroki Seon, mula-mula umat masih mengikuti perayaan misa di Gereja Tubaki/Betun, baik pada hari Minggu, pesta Natal maupun Paskah. Para misionaris yang bertugas di gereja Tubaki waktu itu, terdiri dari beberapa pastor Belanda, termasuk Pater Adrianus van der Hogen, SVD. Melihat perkembangan jumlah umat, Pater Adrianus vander Hogen, SVD mendirikan sebuah paroki baru yang berpusat di Seon. Setibanya di Seon beliau mendirikan kapela, di kampung Nularan. Beliau belum bisa tinggal di Nularan. Ia tetap tinggal di Tubaki dan dengan menunggang kuda atau berjalan kaki, beliau datang ke Nularan. Pada waktu itu umat yang masuk di wilayah paroki Seon mulai dari Alas, Rafau, Uabau dan Nurobo. Berdirinya Gereja Paroki Seon Karena keadaan di kampung Nularan sangat tidak memungkinkan, beliau memindahkan kapela ke kampung Kota Badut. Di sinilah beliau mendirikan gereja besar dan bagus yang digandeng dengan pastoran, yang sekarang telah dibangun biara JMJ. Setelah bangunan ini selesai dikerjakan, beliau mendirikan sebuah kapela darurat yang ada menara kecil untuk tempat lonceng di lingkungan Bekotaruik pada tahun Inilah kapela pertama yang didirikan oleh P. Adrianus Vander Hogen, SVD. Tahun 1945 kapela itu rusak, maka didirikan kembali sebuah kapela semi permanen di Besak Manutetu. Tetapi kapela tidak bertahan lama karena ditiup jatuh oleh angin keras. Akhirnya umat Bekotaruik swadaya mendirikan sebuah kapela darurat yang kecil untuk berdoa, Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

315 termasuk kapela yang ketiga. Lalu kapela yang keempat permanen dalam usaha swadaya umat dan bantuan P. Yoseph Roth, SVD, sewaktu masih Pastor Paroki Seon tahun Peristiwa Yang Terjadi di Paroki Seon Ada sebuah peristiwa penting yang selalu dikenang oleh umat Paroki Seon hingga saat ini. Peristiwa itu terjadi ketika pendudukan Jepang. Atas perintah Tentara Jepang, semua penduduk Belanda yang masih ada, baik awam maupun imam harus kembali ke Belanda. Mendengar perintah itu tokoh tokoh umat dari lingkungan Bekotaruik datang menjemput Pater Vander Hogen untuk menyembunyikannya di atas gunung Asdiruma Naruk Diruma (Mandeu) dalam sebuah gua namanya Gua Nikiuman di atas gunung itu. Tua-Tua Adat dan Guru Agama yang menjemput Pater itu adalah Bapak Abraham Meta Seran (Ama Naikukun), Bapak Balthasar Asa (guru sekolah), Bapak Ferdinandus Moruk (guru Agama), Bapak Thobias Lotu (Tokoh adat makoan), Bapak Germanus Bau (tokoh masyarakat) dan Bapak Bartolomeus Besin (Tokoh Masyarakat). Ketika mereka sampai di Seon, Pater Van Der Hogen menyuruh mereka untuk membawa barang-barangnya lebih dahulu yaitu alat-alat misa yang ada di dalam gereja berupa pakaian misa, tempat hostia, tempat anggur dengan anggur dan hostia yang ada. Dan untuk mengambilnya, Pater menyerahkan kunci gereja dan kunci tabernakelnya kepada bapak Balthasar Asa bersama beberapa tokoh itu untuk membuka dan mengambilnya sendiri, kemudian dibagikan kepada setiap orang untuk membawa dan menyimpannya sendirisendiri di Bekotaruik. Mereka kembali lagi ke Seon untuk menjemput Pater. Tetapi permintaan mereka ditolak karena sudah ada surat perintah dari Bapak Uskup Atambua Mgr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 297

316 Yacobus Pessers, SVD bahwa para Pastor Belanda yang ada di Timor harus berkumpul di Istana Keuskupan. Maka dengan sedih hati mereka melepaskan Pater pergi sendirian tanpa dikawal oleh seorang umat pun. Badai pun berakhir. Para Pastor Belanda kembali bertugas di paroki masing-masing. Pastor Paroki Seon kembali bertugas lagi di Seon. Beliau dapat bertemu kembali dengan umatnya. Bangunan Gereja dan pastoran paroki telah dihancurkan oleh penjajah Jepang. P. Adrianus Van Der Hogen, SVD mulai merencanakan untuk membangun kembali gereja yang lebih bagus lagi. Untuk itu sebagai persiapan, beliau menyuruh umat Bekotaruik supaya memotong tiang kayu yang besar, untuk membangun kembali sebuah gereja semi permanen dekat kampung Kotahas yang sekarang terdapat susteran JMJ. Sesudah gereja semi permanen itu dibangun, Pater ke Bekotaruik untuk mengumpulkan kembali alat-alat misa yang pernah dititipkan itu. Alat misa yang dikumpulkan itu semuanya dalam keadaan utuh tidak ada yang hilang dan tidak ada yang rusak, lalu beliau mengembalikan alat-alat misa itu ke pusat paroki. Setelah bertugas kembali di Paroki Seon, beliau dibantu oleh beberapa pastor diantaranya, Pater Canten, SVD; Rm. Paulus Oba, Pr; P. Hendrikus Molan Tokan, SVD; dan P. Aloysius Berchmans, SVD; P. Adrianus vander Hogen, SVD meninggal dunia di Surabaya pada 5 Oktober Beliau berturut-turut digantikan oleh P. Hendrik Molan Tokan, SVD; Rm Paulus Oba, Pr; dan P.Willybrodus Meulendijk, SVD. Di tangan P. Wilibrodus Meulendijk SVD, inilah gereja sekarang dengan pastorannya didirikan pada tahun 1975 dan selesai tahun P. Wilibrodus Meulendijk SVD meninggal dunia pada tahun 1979 di pendopo pastoran Seon. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

317 Mereka yang bertugas di Paroki Seon: P. Aloysius Berchmans, SVD; P. Tadeusz Bartkowiak, SVD; Rm. Yosep Kapitan, Pr; P. Willy Jacob, SVD; P. Yoseph Roth, SVD; P. Karlus Samley SVD; P. Roger Alasan,SVD; P. Pieter Dile Bataona,SVD; P. Lambert Kopong, SVD; Rm. Yacobus Nahak, Pr; Rm. Edmun-dus Nahak, Pr; Rm. Gerardus Salu, Pr; P. Karl Scholly, SVD; Rm. Yosep Nahak, Pr; Rm. Stefanus Bria, Pr; Rm. Chrisantus Lake, Pr; Rm. Simon Opat, Pr; Rm. Kanisius Oki, Pr; Rm. Beatus Salu, Pr; Rm. Primus Seran, Pr; Rm. Cornelis Bau Subani, Pr. Sejak Desember 2013, Rm. Aloysius Kosat, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki Kristus Raja Seon menggantikan Rm. Kanisius Oki, Pr yang diangkat menjadi Deken Mena dan Pas-tor paroki Mena. Rm. Alo Kosat dibantu oleh Rm. Melchior Meak, Pr dan Rm. Orlando Afoan, Pr. Gereja Paroki Kristus Raja Seon bertumbuh dan berkem-bang hingga saat ini dengan memekarkan beberapa Paroki (Nurobo, Alas, Rafau). Berdasarkan statistik tahun 2015, umat paroki Seon berjumlah jiwa yang terdiri dari kepala keluarga. ***Rm. Melchior Meak, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 299

318 3.4 Paroki Santa Sesilia Kotafoun Sebelum tahun 1939 Kotafoun merupakan sebuah Stasi dari paroki Santa Maria Fatima Betun yang saat itu berpusat di Tubaki. Stasi ini didirikan karena jarak yang cukup jauh (berjalan kaki ) ke pusat paroki. Saat itu partisipasi umat dari Stasi Kotafoun sangat tinggi. Untuk berpatroli di Stasi Kotafoun, seorang imam harus berkeliling satu bulan penuh baru kembali lagi ke pusat paroki di Tubaki. Hal ini mendorong Pastor Paroki Tubaki saat itu, P. Brumelhuis, SVD untuk mendirikan sebuah Paroki di Kotafoun. Proses berdirinya Paroki Santa Sesilia Kotafoun ini merupakan hasil kerja sama Pater Brumelhuis, SVD dengan Raja Liurai Sasitamean saat itu Lambertus Tae Nekin (Usi Tae Nekin) serta para tokoh awam gereja saat itu. Menurut rencana gedung gereja Paroki Sta. Sesilia Kotafoun ini akan diibangun di Fatubesi-Kaputu. Namun karena situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan, maka Usi Lambertus Tae Nekin (Raja Liurai Sasitamea) memanggil tua adat Sausabui. Setelah bernegosiasi, mereka sepakat untuk mendirikan Gereja Kotafoun di tanah Sausubui yang bertempat di Kotafoun. Maka pada tahun 1939 berdirilah gedung gereja di Kotafoun dengan Paroki Tritunggal Mahakudus Kotafoun. Batu pertama yang diletakkan di altar dibawa dengan cara digendong oleh mama Leonarda Tay dengan berjalan kaki dari Tubaki menuju Kotafoun. Pastor pertama (Pastor paroki) saat itu adalah Pater Brumelhuis, SVD. Gedung gereja yang dibangun saat itu masih beratapkan alangalang. Tapi karena partisipasi dan kerja keras umat saat itu maka pada tahun 1941 dibangunlah sebuah gereja permanen dengan ukuran 10x27m². Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

319 Seiring perjalanan waktu maka pada tahun 1984, gedung geraja Kotafoun ini rusak dan pada tahun itu pula dibangun gereja yang baru. Saat itu P. Roger Alasan, SVD sebagai pastor paroki Kotafoun. Nama pelindung paroki diganti dari Tritung-gal Maha Kudus menjadi Santa Sesilia. Paroki Santa Sesilia Kotafoun sangat luas. Maka sejak berdirinya paroki ini dibagi menjadi tiga stasi yaitu Stasi Santo Lukas di Wekfau, Stasi Santo Yohanes di Kaputu dan Stasi Santo Markus di Efudini. Seiring perkembangan zaman, umat pun makin bertambah banyak. Wilayah paroki yang luas dirasa sangat berat bila dilayani seorang pastor. Untuk mengatasi kesulitan ini, Rm. Gerardus Salu, Pr bersama DPP, tokoh umat, tokoh adat dan pemerintah setempat berusaha meningkatkan Stasi Santo Lukas Wekfau menjadi sebuah paroki. Mimpi ini terwujud pada tahun 2001 ketika Stasi Santo Lukas Wekfau menjadi paroki. Meski demikian Paroki Santa Sesilia Kotafoun masih tetap luas. Maka pada tahun 2003, Stasi Santo Yohanes Kaputu menjadi Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu. Letak Geografis Secara administratif, Paroki Kotafoun berada dalam wila-yah Kabupaten Malaka, Kecamatan Io Kufeu, Dusun Kotafoun, Desa Biau. Batas-batas wilayah Paroki Santa Sesilia Kotafoun sebagai berikut: Utara dengan Paroki Rafau (Klatun), Selatan berbatasan dengan Paroki Biudukfoho, Timur berbatasan dengan Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu (Bikane), dan Barat berbatasan dengan Paroki Kiupukan (Kuafeu) Kabupaten Timor Tengah Utara. Umat paroki Kotafoun berasal dari berbagai latar belakang budaya dan daerah. Berdasarkan statistik paroki Santa Sesilia Kotafoun tahun 2012, mayoritas umat Paroki Kotafoun didomi- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 301

320 nasi suku Dawan sebanyak jiwa (93,3%). Selain suku Dawan ada juga beberapa etnis lain, seperti Tetum 460 jiwa (5,6%), Kemak 6 jiwa (0,1%), Bunaq 2 jiwa (0,0%), Flores 20 jiwa (0,2%), Sumatra, Kalimantan 3 jiwa (0,0%), Sulawesi, Maluku 3 jiwa (0,0%) dan Papua 1 jiwa (0,0%). Adanya bebe-rapa etnis ini karena hubungan perkawinan dan pekerjaan. Jumlah ini tersebar dalam seluruh wilayah Paroki Santa Sesilia Kotafoun, yakni Stasi Santo Markus Efudini terdiri dari 6 lingkungan, Kapela Santo Benyamin Fatuoa terdiri dari 6 Ling-kungan dan Pusat Paroki terdiri dari 7 lingkungan. Dari segi mata pencaharian, 90% umat hidup dari bertani dan beternak. Paroki Santa Sesilia Kotafoun mempunyai sebuah gedung gereja, yang dibangun pada masa P. Roger Alasan, SVD pada tahun Bangunan gerejanya sudah termakan usia dan beberapa bagian gedung mengalami kerusakan dan seng pun sudah lubang. Sekarang sedang persiapan untuk membangun sebuah gereja yang baru. Paroki Santa Sesilia Kotafoun me-miliki 2 buah Kapela besar yaitu Kapela Stasi Santo Markus Efudini dan Kapela Santo Benyamin Fatuao. Ada dua Sekolah Menengah Atas yang ada wilayah Paroki Santa Sesilia Kotafoun yakni SMK Negeri Sasitamean dan SMA Negeri Io Kufeu, dengan mayoritas siswanya beragama Katolik. Karena itu mereka sering dilibatkan dalam kegiatan rohani rutin seperti koor, ajuda/misdinar, rekoleksi Paskah dan Na-tal. Ada juga 6 buah Sekolah Menengah Pertama yakni 3 buah SMP berada di Stasi Markus (SMP Fatuknutuk, SMP Satap OetFo, dan SMP Satap Raymean). Sedangkan 2 buah SMP lagi berada di Kapela Santo Benyamin Fatuao yakni SMP Satap Baunakan, SMP Satu Atap Bubun. Selain itu ada 1 SMP di pusat Paroki Kotafoun yakni SMP Negeri As Manulea. Keenam sekolah ini menjafi penopang kegiatan keagamaan di paroki. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

321 Ada empat belas Sekolah Dasar (SD) yang ada dalam wila-yah Paroki Kotafoun yakni enam buah sekolah berada di Stasi Markus seperti SDI Raymea, SDK Tunuahu, SDI Oetfo, SDI Efudi, SD Kecil Bibokor dan SDK Fatuknutuk. Ada empat SD di Kapela Santo Benyamin Fatuao yakni SDI Baunakan, SDK Fatuao, SDI Haeneno dan SDI Bubun. Sedangkan di pusat paroki ada empat SD yakni SDK Kotafoun, SDK Naibone, SDN As Manulea dan SDI Sasonet. Ada satu buah TK Negeri Sasita-mean di Kotafoun. Dewan Pastoral Paroki saat ini adalah Gabriel Mali Luan, SAg (Ketua I), Hubertus Berek (Ketua II) dan Petrus Olin (Ketua III), dibantu oleh dua sekretaris dan seorang bendahara. Sedangkan Dewan Keuangan Paroki terdiri dari Wakil Ketua: Wandelinus Taolin, Sekretaris: Yanuarius Nahak dan Bendahara: Theodorus Tae. Sejak awal berdirinya paroki Santa Sesilia Kotafoun telah mengadakan berbagai kegiatan yang pada intinya demi pelayanan dan mendekatkan umat pada Allah. Jumlah Orang Muda Katolik yang besar serta tingkat partisipasi yang tinggi membuat Paroki Kotafoun menjadi paroki yang selalu diperhitungkan baik di tingkat Dekenat Malaka maupun di tingkat Keuskupan Atambua. Dalam rentang waktu pelayanan hingga saat ini patut dicatat bahwa ada banyak petugas pastoral yang telah membaktikan diri baik tertahbis maupun non tertahbis. Sejak tahun 1939 sudah 20 pastor melayani di paroki ini, 13 orang imam projo dan 7 lainnya imam SVD. Kedua puluh pastor itu adalah sebagai berikut: P.Y. Smith, SVD (Pastor Patroli); P. Brumelhuis, SVD (Pastor Paroki pertama); P. Simon Schaper, SVD (Pastor Paroki); P. Antonius Soore, SVD (Pastor Paroki); P. Yoseph Roth, SVD (Pastor Paroki); P. Yustus Asa, SVD (Pastor Paroki); Rm. Simon Luan, Pr (Pastor Paroki,ex); P. Roger Alassan, SVD (Pas- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 303

322 tor Paroki); Rm. Urbanus Hala, Pr (Pastor Paroki); Rm. Moses Olin, Pr (Pastor Paroki); Rm. Leonardus Nahas, Pr (Pastor Paroki); Rm. Leonardus Asuk, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Paulus Luan, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Gerardus Salu, Pr (Pastor Paroki); Rm. Simon Opat, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Gerardus Bani, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Elfridus Nahak, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Paulus Bapaq, Pr (Pastor Pembantu); Rm. Balthasar Seran, Pr (Pastor Paroki) dan Rm. Oktovianus Taek, Pr (Pastor Pembantu).***Rm.Balthasar Seran, Pr. 3.5 Paroki Santo Mikhael Biudukfoho Paroki ini dirintis oleh P. Yohanes Smith, SVD pada tahun 1957 bersama dua orang awam yaitu Hilarius Nesi Seran dari Fatukleten dan Mikhael Klau dari Banheni. Sebe-lumnya merupakan stasi dari Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama. Bangunan gereja pertama yang beratapkan alang-alang didirikan oleh P. John Smith, SVD yang saat itu menetap di Tubaki (Betun) dan membuka karya pelayanan di Biudukfoho. Beberapa tahun kemudian P. Van Lishouth, SVD mulai memugar bangunan Gereja yang beratap alang-alang itu menjadi bangunan permanen. Bangunan tersebut lalu diselesaikan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

323 oleh P. Jhon Smith, SVD. Bangunan Gereja itu digunakan oleh umat Paroki Biudukfoho hingga tahun Pada bulan Juni 2000 terjadi bencana longsor di sekitar gereja dan pastoran, maka atas pertimbangan itu, Pastor Paroki Rm. Paulus Luan, Pr dan DPP Paroki St. Mikhael Biudukfoho melakukan pertemuan untuk mencari jalan keluarnya. Dari pertemuan itu disepakati bahwa gedung gereja dan pastoran akan dipindahkan ke Makenbala. Oleh karena itu, pada tahun 2001 gedung gereja dan pastoran baru dibangun di Makenbala dan ditahbiskan pada 31 Desember Sejak saat itu kegiatan pastoral berpusat di Makenbala. Paroki Santo Mikhael Biudukfoho memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut. Utara berbatasan dengan Paroki Kotafoun dan Paroki Kiupukan; Selatan berbatasan dengan Paroki Put ain (Keuskupan Agung Kupang) dan Paroki Weoe; Timur berbatasan dengan Paroki Betun dan Paroki Kleseleon; dan Barat berbatasan dengan Paroki Maubam dan Paroki Oe ekam (TTS). Keadaan Umat Umat Paroki St. Mikhael Biudukfoho berdasarkan statistik tahun 2014 berjumlah jiwa terdiri dari Kepala Keluarga yang tersebar di 47 Lingkungan dan 263 Komunitas Umat Basis (KUB). Wilayah paroki ini meliputi 3 kecamatan, yakni Rinhat, Weliman dan Malaka Tengah. Wilayah Paroki Santo Mikhael Biudukfoho saat ini digembalai oleh 2 orang Imam Praja, yakni Rm. Thadeus Baki Thaal, Pr (Pastor Paroki) dan Rm. Silverius Bery Primus Meak, Pr (Pastor Pembantu). Keadaan topografi wilayah paroki ini berbentuk pegunungan yang terdiri dari gugusan bukit-bukit, kekurangan air bersih tetapi tanahnya cukup subur. Cuacanya dingin. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 305

324 Paroki Santo Mikhael Biudukfoho berjarak 3 kilometer dari ibukota Kecamatan Rinhat. Paroki ini dihuni oleh beberapa etnis budaya, yaitu suku Tetum dan Dawan. Budaya kneter no ktaek (saling menghargai) itu yang merukunkan keberadaan umat paroki ini. Umat Paroki Biudukfoho, hidup sebagai petani dan buruh, dengan pendapatan pas-pasan. Sebagian lagi hidup sebagai pedagang, pegawai dan profesi lainnya dengan penghasilan yang boleh dibilang lebih besar dan lebih sejahtera. Sejak tahun 1957, karya pastoral ditangani oleh para Imam SVD seperti P. Yohanes Smith, SVD; P. Kaller, SVD; P. Sudolsky, SVD; P. Brummelhuis, SVD; P. Willy Jacobs, SVD dan P. Yan Oba, SVD. Lalu sejak tahun 1990, mulai ditangani oleh Imam Projo Keuskupan Atambua. Mereka yang pernah bertugas adalah Rm. Kornelis Salem, Pr; Rm. Barnabas Natun, Pr; Rm. Gabriel Alos, Pr; Rm. Siprianus Benu, Pr; Rm. Sevasius Naben, Pr; Rm. Pius Nahak, Pr; Rm. Paulus Luan, Pr; Rm. Maxi-mus Sikone Pakaenoni, Pr; Rm. Gregorius Saynudin Dudy, Pr; Rm. Agustinus Oktovianus Primus Nabu, Pr; Rm. Edmundus Sako, Pr; Rm. Thadeus Baki Thaal, Pr dan Rm. Silverius Bery Primus Meak, Pr. Karya pastoral ini dibantu oleh para Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki sejak paroki ini berdiri. Pada barisan DPP: David Berek; Emanuel Seran; Petrus Luan; Nizentius Sila; Nikolas Nesi; dan di barisan DKP adalah Lambertus Kiibo.Darisegi pendidikan, ada 9 buah SDK, 15 buah SDI, 2 buah SMPK dan 2 buah SMPN, serta sebuah SMA Negeri. Dari segi panggilan, Paroki ini memiliki beberapa imam dan biarawan/biarawati antara lain Rm. Yakobus Nahak, Pr; Rm. Benyamin Seran, Pr; Rm. Yonathas Nahak, Pr; P. Petrus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

325 Seran Klau, SVD; Rm. Maximus Amfotis, Pr; Sr. Margaretha Abuk, SSpS; Sr. Hildegardis Hoar, SSpS; Sr. Herlina Dahu, PRR; Sr. Blandina Bano, SSpS; Sr. Hendriani Luruk, SMJJ; Sr. Hilde-gardis Mau, JMJ; Sr. Clotilde Tae, FCSJ; Sr. Veronika Sain, CSSS; Sr. Yulita Luruk, ALMA; Sr. Wilfrida Telik, JMJ; Sr. Rosalia Bui Klau, CM; Sr. Maria Anjelina Bui, SSpS; Sr. Marselina Fios, CSSS; Sr. Dianna Luruk, SSpS dan Fr. Yasintus Seran, CMM. Di Paroki Biudukfoho, kini berkarya juga para Suster dari Kongregasi SSpS yang masuk pada bulan November Karyanya di paroki adalah di bidang pastoral, khususnya memberi latihan-latihan keterampilan kepada orang muda dan keluarga-keluarga. Potensi yang dimiliki paroki, diantaranya peternakan yaitu berupa sapi, babi, ayam dan kambing. Potensi lain adalah adanya tanaman umur panjang berupa kelapa, kemiri dan asam. Selain itu ada juga pisang, ubi-ubian dan kacang-kacangan.***rm. Bery Primus Meak, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 307

326 3.6 Paroki Santo Mikhael Kada Paroki Kada letaknya berada sepanjang hamparan garis pantai selatan pulau Timor. Sebagai paroki yang berada di jalur lintas negara, Paroki Kada berada di antara dua paroki tetangga yaitu paroki St. Laurensius Wemasa (hasil pemekaran dari Paroki Kada) dan Paroki Kristus Raja Kamanasa (yang merupakan hasil pemekaran Paroki Sta Maria Fatima Betun). Paroki Santo Mikhael ini memiliki wilayah yang luas dan umat yang banyak. Resmi berdiri sebagai paroki pada tahun 1959 dengan pastor paroki pertama P. Yosef Tanus, SVD. Sebelumnya mendapat pelayanan tetap oleh para pastor secara bergantian mulai dari tahun Pada tahun oleh P.H.Smith, SVD dan P. Vander Hogen, SVD; tahun (Vakum), tahun oleh P. Wolterboer, SVD; tahun oleh P. Simon Schaper, SVD; tahun oleh P.E. Sicben, SVD, dan tahun Dari segi budaya, umat Paroki Kada terdiri dari suku Tetun dan Bunaq. Suku Tetum merupakan orang asli Lakekun, Keca-matan Kobalima. Suku Bunaq selain orang asli Lakekun juga pendatang/warga eks Timor-Timur. Baik orang asli dan pendatang punya hak dan kewajiban yang sama atas kekayaan dan warisan leluhur. Dari segi pendidikan, Paroki Kada memiliki umat yang sebagian besar hanya mengenyam pendidikan dasar/setingkat SD/SMP dan hanya sekelompok kecil umat yang bisa berkesempatan mengenyam pendidikan menengah/tingkat atas. Artinya usia sekolah tidak sebanding dengan jumlah umat paroki secara keseluruhan. Paroki Kada hingga kini memiliki Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

327 satu SMA, satu SMPK Sulama dan enam SD (tiga SDK & tiga SDI). Dalam bidang kesehatan, untuk wilayah Paroki Kada, sarana dan prasarana yang bisa menunjang pelayanan kesehatan terbatas, hanya ada tiga Polindes dengan tenaga medis yang terbatas. Keterbatasan sarana dan prasarana membuat umat lebih sering memilih untuk berobat dan memeriksa kesehatan di wilayah paroki tetangga seperti Wemasa dan Kamanasa atau Betun. Dari segi iman, mayoritas umat beragama Katolik. Hanya sekelompok kecil orang non Katolik yang berdomisili di Kada karena tugas/pekerjaan. Tidak ada diskriminasi terhadap minoritas. Umat Paroki Kada memiliki satu gereja yang sudah termakan usia dan butuh renovasi. Untuk kelangsungan hidup menggereja, ada beberapa organisasi gerejawi yang turut mendukung seperti: Legio Maria, THS-THM, OMK dan Kharismatik. Jumlah umat yang semakin bertambah dan tenaga pasto-ral tertahbis & terbaptis yang memadai dengan wilayah yang cukup luas, maka pada tahun 2003, Paroki Kada dimekarkan. Stasi Wemasa yang merupakan bagian dari wilayah Paroki Kada, dinaikkan statusnya menjadi Paroki dengan nama Santo Laurensius Wemasa. Dari segi populasi penduduk, dengan mekarnya Paroki Kada menjadi dua, maka jumlah umat dan batas wilayah paroki secara definitif terbagi menjadi dua. Sehingga Paroki Kada kini (2015) memiliki jumlah umat sebanyak jiwa yang terbagi dalam KK, 22 Lingkungan dan 84 KUB. Paroki Kada terbentang dengan hamparan dataran yang luas dan terdiri atas tiga desa yaitu Desa Lakekun Tengah/ Induk (Aihun), Lakekun Utara (Welaus), dan Lakekun Barat Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 309

328 (Solo). Mata pencaharian umat umumnya petani sawah dan petani ladang, juga ada yang beternak secara tradisional. Jenis tanah di wilayah Kada umumnya subur sehingga setiap jenis tanaman bisa hidup dengan baik. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, Paroki Kada cukup mapan, baik dari segi iman, finansial/derma maupun tenaga pelayan pastoral. Hal ini terbukti lewat antusiasme umat yang semakin terlibat dalam kehidupan menggereja. Ada dua misionaris awal yang selalu disebut-sebut umat sebagai perintis dari tahun yaitu P. H. Smith, SVD dan P. Adrianus Van der Hogen, SVD. Setelah itu tidak ada kunjungan imam hingga sesudah kemerdekaan, datang P. Wortelboer, SVD sampai tahun P. Simon Schapper, SVD ( ); P. E. Sicben, SVD ( ); P. Yosef Tanus, SVD ( ); P. Linderburg, SVD, dan P. Aloysius Berchmans, SVD ( ); P. Thadeus Gruça, SVD dan P. Fransiskus Kou, SVD ( ); P. Yoseph Block, SVD ( ); P. Dagobertus Sota, SVD ( ); P. Willy Yacob, SVD ( ); P. Karl Sholly, SVD ( ); Rm.Paulus Klau, Pr ( ); Rm. Marianus Bere, Pr ( ); Rm. Kornelis Salem, Pr ( ); Rm. Siprianus Benu, Pr ( ); Rm. Gabriel Alos, Pr ( ); dan pada akhir tahun 2015, Rm. Erwinus Yohanes Asa Pr. Di Paroki Kada berkarya juga para Suster RVM sejak tahun Ketika sejarah ini ditulis ada empat Suster yang sedang berkarya di Kada yakni Sr.Maria Paskalia Ratuwalu RVM, Sr. Marselina Beti, RVM, Sr. Lidgardis Martha Oranye, RVM dan Sr.Oktaviana Sopu, RVM. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

329 Selain imam dan suster, ada tokoh umat (awam) yang berperan dalam kehidupan menggereja di Paroki Kada sejak berdirinya hingga sekarang yakni Baltasar Bere, Zakarias Nahak, Baltasar Klau, Viktor Asa, Viktor Leki, Blasius Bere ( ), Philipus Nahak ( ), Paulus Klau, Patrisius Nahak, Yakobus Lelo, Ambrosius Rureng, Hendrikus Mau, Paulus Bere, Paulus Luan, Baltasar Bere Asa, Tobias Seran, Elias Mau, Yoseph Nahak Saka, Yosep Nahak, Ludovikus Ulu, Sili Bere, Anton Mali, dan Fransiskus Bau. Dari segi panggilan, Paroki Kada termasuk paroki yang subur. Hal ini terlihat dari banyaknya Imam dan Suster asal Paroki Kada, yakni Rm.Urbanus Bau, Pr (ex); Rm. Yoseph Berek, Pr ( ); P. Dominggus Bouk, SVD; Rm. Daniel Manek Makbalin, Pr; Rm.Vinsensius Manek Mau, Pr; Rm.Yunus Sirilus Bouk,Pr; Sr. Flaviana Seu Mau, FDCC; Sr. Agustina Sirakawe, RVM; Sr. Martina Telik Bere, RVM; Sr. Modesta Hoar, SDV; Sr Maria Oktaviana Bere, SDV; Sr. Demetriana Leki,SDV; dan Sr.Maria Delfiana Solana Bouk, RVM. ***Rm. Erwin Asa, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 311

330 3.7 Paroki Santo Fransiskus Xaverius Bolan Cikal bakal lahirnya Paroki Bolan sudah ada pada masa Pater Yoseph Tanus, SVD. Namun resmi berdiri sebagai sebuah paroki baru pada 3 Desember 1966 oleh Pater Simon Schaper, SVD seorang misionaris asal Belanda. Bolan wilayah Aintasi sebelum tahun 1966 merupakan Stasi dari paroki Santa Maria Fatima Betun. Jumlah umat pada waktu itu sekitar 200 jiwa. Situasi krusial yang mengharuskan berdirinya sebuah paroki di Bolan Aintasi adalah merasuknya paham komunis di Bolan khususnya wilayah Fahiluka. Banyak orang terseret masuk di dalamnya. Fahiluka bahkan menjadi pusat penganut paham komunis untuk wilayah Selatan Malaka. Demi mem-bendung meluasnya paham dan penganut partai komunis tersebut, maka Pater Simon Schaper, SVD berinisiatif men-dirikan Paroki Bolan. Selain para imam misionaris, ada sejumlah besar awam yang berperan pada masa-masa awal pembangunan Gereja Paroki Bolan seperti Alexander Luan. Ia seorang awam dari Paroki Bolan dilantik khusus menjadi Akolit untuk membantu pastor dalam ibadat, penerimaan komuni dan pengajaran umat (katekese). Selain ada Michael Teti, Paulus Nahak dan Lukas Klau; Lukama Klaudari Fahiluka; Laurens Nahak (Uma Kluak); Gabriel Taek; Yonathas Atok/Bei Atok (Manekin); Bei Seran Halilulik (Loosina); dan Paulus Tou (Laen Au); Alex Seran (Kotafoun); Bei Bete Suster (Manumuti); Seuk Kiik (Kotafoun); Petrus Mali (Nailera); Salomon Tahu (Uma Kluak); Yosef Nahak Suse (Manumuti); Herman Seran (Manumuti); Bei Iku Luan (Manumuti); Aleks Luan (Guru Agama); Domi Leki Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

331 (Nataraen A); Romanus Fahik (Nataraen A); Benyamin Seran (Fahiluka); Bei Suri (Badare); dan Arnold Bria (Lo osina). Paroki Santo Fransiskus Xaverius Bolan memiliki satu stasi yakni Stasi Kotafoun dan dua Kapela. Paroki Bolan membagi umat ke dalam 16 Lingkungan dan 124 KUB, yaitu Lingkungan Bolan terdiri dari 12 KUB; Lingkungan Pelita terdiri dari 10 KUB; Lingkungan Fahiluka, 12 KUB; Lingkungan Tetibani, 13 KUB; Lingkungan Santa Sesilia Manumuti Brubit, 8 KUB; Lingkungan Tahak, 14 KUB; Lingkungan Santa Khatarina, 7 KUB; Lingkungan Sta. Theresia Nataraen, 6 KUB; Lingkungan Santo Rafael Laen Au, 9 KUB; Lingkungan Santo Ignasius Wemamea, 6 KUB; Lingkungan Salib Suci Nailera,7 KUB; Lingkungan Santo Aloysius Kotafoun, 9 KUB; Ling-kungan Kotun, 4 KUB; Lingkungan Motadikin, 3 KUB; Ling-kungan Motaain, 4 KUB, dan Lingkungan Tualaran, 4 KUB. Secara administratif, Paroki Bolan berada dalam wilayah Pemerintahan Dusun Manekin, Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Wilayah Paroki Bolan berada di ujung Timur Dekenat Malaka dan berbatas langsung dengan Paroki Santa Maria Fatima Betun; dari Barat dan Selatan dengan Paroki Santo Yohanes Pemandi Besikama, sedangkan dari Utara dibatasi langsung dengan Laut Timor yang berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia. Berdasarkan Statistik paroki Bolan tahun 2014, jumlah umat 8,420 jiwa, yang didominasi oleh suku Tetun Fehan (Tetun Terik) jiwa (93,3%). Beberapa etnis lain seperti Marae (Bunaq) 460 jiwa (5,6%), Jawa 12 jiwa (0,2%), Dawan 20 jiwa (0,2%), Lain-lain 7 jiwa (0,01%). Adanya beberapa etnis ini karena hubungan perkawinan dan ikatan pekerjaan. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 313

332 Dari kategori pekerjaan tercatat bahwa ± 80% umat bermata pencaharian sebagai petani, 10% peternak dan nelayan. Sedangkan sisanya umat yang tergolong ahli dari berbagai kehidupan seperti tenaga Pendidik, Teknik, Kesehatan, sosial, eksakta, ekonomi dan administrasi. Paroki Santo Fransiskus Xaverius Bolan memiliki sebuah gedung gereja yang kini sudah termakan usia. Gedung gereja dengan gaya klasik sesuai dengan rumah umat (Uma Taka Balun) ini dibangun atas prakarsa Pater Simon Schaper, SVD pada tahun Kondisi dan keadaan gedung gereja yang demikian menuntut sebuah proses berpikir yang ekstra dari pastor Paroki Rm. Yosef Meak, Pr dan Pastor Rekan Rm. Ya-sintus Dedi, Nesi, Pr bersama DPP dan seluruh umat untuk bisa berpikir dan merencanakan pemugaran atau pemba-ngunan gedung gereja yang baru. Ada tiga sekolah tingkat menengah atas yang ada di Paroki Bolan yakni SMAK Santo Ignasius Fahiluka Bolan; SMA Negeri Kelas Jauh Fahiluka dan SMK Kesehatan. Mayoritas siswasiswinya beragama Katolik. Karena itu mereka sering dilibatkan dalam kegiatan Rohani rutin, seperti Koor, Ajuda, dan Rekoleksi Paskah dan Natal. Ada tiga Sekolah Menengah Pertama yakni SMP Santo Ignasius Bolan; SMP Negeri Kelas Jauh Fahiluka dan SMPK Santo Yohanes Naimana. Tingkat Sekolah Dasar, ada sebelas Sekolah yakni 5 SDK dan 6 SDI. Para Pastor Paroki dan Dewan Pastoral Paroki (DPP) P. Yoseph Tanus, SVD adalah pastor paroki pertama Paroki Bolan hingga tahun P. Simon Schaper, SVD, pastor paroki kedua tahun Karena alasan kesehatan, P. Schaper, SVD, terpaksa pulang ke Belanda untuk berobat. Lalu Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

333 sesuai dengan SK Uskup Atambua, tertanggal 5 Maret 1975, P. Yustus Asa, SVD diangkat sebagai Pastor Paroki Bolan ketiga tahun P. Anton Beki Kedang, SVD sebagai Pastor Paroki keempat tahun P. Yohanes Brummelhuis, SVD menjadi pastor paroki kelima tahun Rm. Hendrik Fay, Pr menjadi pastor paroki keenam dari tahun Rm. Yosef Ukat, Pr pastor paroki ketujuh tahun ). Rm. Servas Naben, Pr sebagai pastor paroki kedelapan ( ). Rm. Yonathas Nahak, Pr pastor paroki kesembilan ( ). Rm. Bernardus Asa Mali, Pr sebagai pastor paroki kesepuluh ( ). Selanjutnya Rm. Yosef Meak, Pr sebagai pastor paroki kesebelas tahun 2008-sekarang. Pada saat sejarah ini ditulis, Rm. Yosef Meak, Pr sebagai Pastor Paroki Bolan dibantu oleh Rm. Yasintus Dedianus Nesi, Pr dan saudara Gregorius Nahak sebagai sekretaris paroki. Adapun struktur Dewan Pastoral Paroki St. Fransiskus Xaverius Bolan saat ini terdiri dari Ketua I: Gregorius Boko, SAg; Ketua II: Elias Nahak, SPd.; dan Ketua III: Antonius Atok, SPd. Sekretaris I: Melianus Servinus Leki, SFil; Sekretaris II: Yohanes Berchmans Bria, SFil; dan Bendahara: Karlus Seran, SPd; dibantu oleh seksi-seksi. SedangkanWakil Ketua DKP: Karlus Seran, SPd; Sekretaris: Kristina Dahu; dan Bendahara: Maria Yasintha Hoar, SAg Di Paroki Bolan ada 3 Presidium Legio Maria yang aktif dan menjadi tulang punggung kegiatan pastoral paroki. Ada juga 2 sub ranting THS/THM; Kelompok Doa Kongregasi dengan ketuanya Ibu Kristina Hoar; dan Persekutuan Doa Karismatik Katolik dipimpin oleh Filipus Marsel Nahak yang cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan pastoral. ***Rm. Yasintus Dedy Nesi, Pr Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 315

334 3.8 Paroki Santo Yohanes Rasul Webriamata Pada tahun 1947 tanah di tempat gereja Paroki Santo Yohanes Rasul Webriamata berdiri, diserahkan oleh umat kepada pihak Gereja Katolik (Keuskupan Atambua) dan dikelola oleh Paroki Besikama. Saat itu, Webriamata merupakan sebuah stasi dari Paroki Besikama. P. Antonius Soore, SVD yang merintis dan memulai pembangunan di stasi itu agar kelak menjadi sebuah paroki. Pada tahun 1948, P. Antonius Soore, SVD memulai pembangunan gereja pertama. Dalam berkarya dan merintis stasi itu, P. Antonius Soore, SVD dibantu oleh beberapa awam yakni: Albertus Teti (Guru Agama); Kosmas Leki (Katuas); Pius Seran (Fukun); Simon Luan (Guru Agama); Herman Seran ( Fukun); Yohanes Klau Broun (Ajudan); Marselinus Klau (Fukun); dan Amatus Klau (Katuas). Ketika tahun 1962, P. Kellner, SVD datang menggantikan P. Antonius Soore, SVD ia memulai pembangunan pastoran pertama. Setelah melewati berbagai persiapan, tahun 1966 Paroki Webriamata didirikan dengan nama pelindung Santo Yohanes Rasul dan P. Albertus Kellner, SVD, sebagai Pastor Paroki pertama. Dalam perkembangan selanjutnya, karena usia gereja yang telah tua dan pertambahan umat yang banyak, maka pada tahun 1986, Rm. Kornelis Salem, Pr bersama umat membangun lagi gereja kedua untuk menggantikan gereja pertama. Pada tahun 1994 pada masa Rm. Chrisantus Lake, Pr dibangun pastoran kedua yang dikerjakan oleh Agustinus Bitin Berek dari Kabukalaran. Sedangkan SMP diambil alih dari Yayasan Labati dan diberi label Katolik pada tahun Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

335 Tahun 1995 dibangun sebuah gua paroki di bawah pohon be-ringin di bagian kiri depan pastoran, namun dibongkar kembali oleh Rm. Valens Funan, Pr. Selanjutnya pada tahun , altar direhab dan diganti dengan keramik, gedung gereja diper-luas ke arah selatan dan dibangun menara di bagian Timur setinggi 15 meter. Tahun 1998 panggung multifungsi dibangun di bagian Timur gereja (depan Pastoran) yang dikerjakan secara swadaya oleh umat. Para pastor yang pernah berkarya di Webriamata: P. Anton Soore, SVD; P. Yohanes Verschuuren, SVD ( ); P. Egidius Boven, SVD ( ); P. Albertus Kellner, SVD: Pas-tor Paroki pertama ( ); P. Aloysius Berchmans, SVD: Pastor Paroki ( ); P. Yohanes Deuling, SVD: Pastor Paroki ( ); P. Nikolaus Buku, SVD: Pastor Paroki ( ); P. Yosef Rafael Tani, SVD: Pastor Paroki ( ); P. Yoseph Block, SVD: Pastor Paroki ( ); P. Aleks Magu, SVD: Pastor Pembantu ( ); Rm. Kornelis Salem, Pr: Pastor Paroki ( ); Rm. Moses Olin, Pr: Pastor Paroki ( ); Rm. Chrisantus Lake, Pr: Pastor Paroki ( ); Rm. Valentinus Funan, Pr: Pastor Administrator Paroki ( ); Rm. Gregorius Dudy, Pr: Pastor Pembantu ( ); Rm. Willybrodus Seran, Pr: Pastor Pembantu (2007-sekarang); Rm. Beatus Salu, Pr: Pastor Paroki ( ), dan P. Hironimus Kore, Pr ( ). Selain para pastor, tidak boleh dilupakan peran para Guru Agama yang pernah bertugas di Webriamata yakni: Albertus Teti ( ) tahun di Webriamata, Lorosae, Immaculata dan Halibikase; Lambertus Seran ( ) tahun di Webriamata; Simon Luan ( ) tahun di Kabukalaran, Kmilaran, Bestaek dan Umalorotoos. Selanjutnya guru agama Gabriel Serán Luan, Alfons Teti dan Marsel Seran Lakak, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 317

336 ketiganya berkarya di Lo o Laenfahi dan Klisuk dari tahun 1962 hingga tahun 2000; Bapak Andreas Bria ( ) di Laensukabi, Wehas dan Tuatolu; Romanus Nahak, Edmundus Klau, Albertus Klau dan Paulus Nahak di Sukaermaten, Biris dan Laensukaer. Fransiskus Tahu Lo u, Daniel Seran Teti, Rafael Kati masing-masing berkarya di Loofoun, Kotabone dan Kabukalaran. Selain itu ada juga Karlus Niti, Nikolas Bere, Albertus Bria Leki, Salomon Nahak, Paulinus Seran dan Nikolaus Manek. Sejak tahun , mereka yang membantu pastor dalam melayani umat disebut Majelis Gereja, yaitu Yohanes Klo a; Yohanes Klau dan Polykarpus Nahak ( ). Selanjutnya sejak tahun 1982 mulai dipakai Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki, yakni Paulus Kehi dan Yosef Klau ( ); Yosef Klau dan Dominikus Y. Bere ( ); Simon Luan dan Dominikus Y. Bere ( ); Gabriel Seran dan Philipus Padayam ( ); Gabriel Seran dan Paulus Tahu ( ); Natu Tarsisius dan Nikolas Manek ( ). ***Rm. Hironimus Kore, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

337 3.9 Paroki Salib Suci Alas Sebelum menjadi paroki yang otonom, Alas merupakan Stasi dari Paroki Seon. Dalam perjalanan waktu, ketika Paroki Kada telah berdiri, Stasi Alas menjadi bagian dari Paroki Kada. Tahun 1971, Stasi Alas mulai terpisah dari Paroki Kada, namun baru menjadi Paroki yang definitif pada tahun Dalam hal ini P. Thadeus Gruca, SVD selalu dikenang sebagai perintis terbentuknya Paroki Alas, yang mula-mula dengan nama Paroki Gembala Baik Alas. Patut dicatat tokoh awam yang turut berperan bersama Pater Thadeus kala itu adalah Ama Nai Alas, Ignasius Berek Leki. Bapak Ignasius saat itu sebagai koordinator merangkap panitia pembentukan paroki baru. Sejarah berdirinya Paroki Alas tidak bisa terlepas dari jasa baik para tokoh awam yang dengan ikhlas menyerahkan tanahnya untuk pembangunan gereja. Mereka itu antara lain: Ignasius Bere Leki, Herman Yoseph Kehi dan Yulius Mauk Nahak. Ada juga sejumlah besar guru-guru agama kampung yang sangat berperan baik pada awal pendirian paroki maupun hingga sekarang yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun pasti tercatat dalam buku kronik paroki, di antara Saudara Guido Asa yang telah bertugas sebagai Katekis Paroki sejak tahun 1978 hingga Dalam sejarah paroki ini tercatat, pada 12 Oktober 1982 pada masa P. Karl Scholy, SVD sebagai Pastor Paroki, Gereja Alas ditahbiskan oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD yang pada saat itu menjadi Uskup Pembantu Keuskupan Atambua. Reliqui yang ditanam pada altar gereja Alas adalah reliqui Santo Bartolomeus Rasul, maka sejak saat itu nama Paroki Gembala Baik Alas diubah menjadi Paroki Salib Suci Alas. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 319

338 Patut dicatat bahwa pada masa kepemimpinan P. Yosef Roth, SVD banyak terjadi pembangunan antara lain Kapela Metamauk dan Kapela Tamankakaluk pada tahun Pembangunan aula paroki di komplek SMPK Alas tahun Renovasi Gereja didahului dengan sertifikasi tanah gereja tahun Pembangunan kantor paroki yang diberi nama Balai Maranata dan gedung UB Paroki tahun Pastor yang pernah bertugas di Paroki Salib Suci Alas dilengkapi dengan tahun bertugas dan tugasnya: P. Thadeus Gruca SVD, & , Pastor Perintis, Pastor Paroki P. Yosef Bloch SVD, & , Kapelan, Pastor Paroki P.Thadeus Bartcowiak SVD, , Pastor Paroki P. Willy Jacobs SVD, & , Pastor Paroki P. Karl Scholy SVD, , Pastor Paroki Rm. Paulus Klau Pr, , Pastor Paroki P. Yosef Roth SVD, , Pastor Paroki P. Yoseph Ruma SVD, , Pastor Pembantu P. Rony Api Ledu SVD, , Pastor Pembantu P. Rony Guntur SVD , Pastor Pembantu Rm. Stefanus Bria Pr, , Pastor Pembantu Rm. Stefanus Sila Pr , Pastor Pembantu, Pastor Paroki P. Stefanus Werang SVD, 2013-sekarang, Pastor Paroki Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

339 Dewan Pastoral Sejarah pelayanan pastoral Paroki Salib Suci Alas tidak bisa terlepas dari peran para awam yang terlibat aktif sebagai Dewan Pastoral Paroki, Dewan Keuangan Paroki/Majelis Gereja dan Guru Agama yang mengabdikan diri di 22 Ling-kungan hingga sekarang ini. Berikut nama dan tahun mereka bertugas: 1. Gabriel Nahak, , DPP; 2. Petrus Otto, , DPP; 3. Efraim Nahak, , DPP; 4. Gabriel Nahak, , DPP; 5. Martinus Berek, , DPP; 6. Gregorius Hale, , DPP; 7. Guido Asa, , DKP; 8. Basilius Naikofi, , DKP. Secara geografis, paroki Alas merupakan salah satu paroki di Keuskupan Atambua yang berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (NRDTL). Paroki Alas terletak di dataran tinggi atau daerah perbukitan, memiliki struktur tanah yang subur dengan hasil bumi yang melimpah berkat adanya beberapa sumber mata air yang mendukung kehidupan pertanian umat. Wilayah bagian selatan berbatasan dengan Paroki Wemasa; bagian timur dengan Suai-Timor Leste; bagian utara berbatasan dengan Paroki Laktutus, dan bagian barat dengan paroki Seon. Luas wilayah paroki sama dengan luas wilayah kecamatan Kobalima Timur yang terdiri dari empat kedesaan yakni Alas, Alas Utara, Alas Selatan, dan Kotabiru. Paroki Salib Suci Alas terdiri dari dua (2) stasi, 22 Lingkungan, dan 167 KUB, dengan jumlah umat berdasarkan statistik 2013 sebanyak jiwa. Kehidupan umat dan masyarakat di sini masih jauh dari jangkauan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. P. Stefanus Werang, SVD. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 321

340 3.10 Paroki Santa Maria Fatima Nurobo Pada tahun 1975 ada upaya untuk mendiri-kan sebuah paroki baru. Upaya ini mendapat tanggapan yang positif dari pastor Paroki Seon saat itu yakni P.W. Meulendjik, SVD dan Uskup Atambua Mgr. Theodorus Sulama, SVD. Pada tahun 1976, berdirilah Paroki Nurobo dengan pastor paroki pertamanya P. Yosef Roth, SVD. Saat itu wilayah pelayanan pastoral yang cukup luas, karena meliputi juga wilayah pastoral yang sekarang menjadi Paroki Lurasik. Dengan rencana berdirinya paroki, ada beberapa pendapat tentang pusat paroki. Ada yang menghendaki pusat paroki di Oenopu, wilayah Kabupaten TTU. Ada yang menginginkan lain yakni pusatnya di Lurasik dan ada yang lebih setuju pusatnya di Nurobo sekarang ini. Paroki baru ini diberi pelindung Santa Maria Fatima dengan pastor parokinya berturut-turut sebagai berikut: P. Yosef Roth, SVD; P. Paul Gootee, SVD; P. Yohanes Oba, SVD. Selanjut-nya dikembalikan kepada para imam diosesan yang diawali dengan pastor parokinya Rm. Febronius Fenat, Pr; Rm. Moses Olin, Pr; dan diganti oleh Rm. Servasius Naben, Pr sebagai pas-tor paroki yang dibantu oleh Rm. Agustinus Kau Lake, Pr. Pada Oktober 2005 sesuai SK Uskup Atambua, maka Paroki Santa Maria Fatima Nurobo, diserahterimakan dari Imam Projo yakni, Rm. Servasius Naben, Pr (Pastor Paroki) kepada imam-imam dari Kongregasi Misionaris Claretian (CMF). Para pastor Claretian yang bertugas di sini adalah: P. Titus Germanus Tae, CMF ( ), dan Pastor Rekan P. Gabriel Yosef Nammaolla Bahan, CMF (04 Agustus Januari 2006); P. Jose Miquel Celma Puiq, CMF (Januari ); P. Petrus Taneo, CMF (Pastor Paroki Desember 2012); Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

341 P. Beneditus Nuwa, CMF ( Desember 2011); P. Damianus Eko, CMF (29 Desember ); P.Gabriel Yosef Nammaolla Bahan CMF (Pastor Paroki, 04 Agustus 2012-sekarang), Diakon Anselmus Chevas Sengga, CMF (20 Maret Oktober 2013), P. Marselinus Bedin, CMF (05 September sekarang), Diakon Florianus Ahoinnai, CMF (04 Juni 2014). Berdasarkan wilayah pemerintahan, paroki ini berada di wilayah dua kabupaten TTU meliputi kecamatan Biboki Tanpah dengan kedesaan Oekopa, Oerinbesi, T eba dan Tebe Timur dan kabupaten Belu melingkupi dua kecamatan yakni Keca-matan Laen Manen terdiri dari desa Tniumanu, Kapitan Meo, Tesa, Meotroi; dan Kecamatan Rai Manuk yang terdiri dari Desa Te un, Leun Tolu dan Tasain. Berdasarkan statistik tahun 2015, umat paroki Nurobo berjumlah jiwa, yang terdiri dari 38 lingkungan, 228 Komunitas Umat Basis (KUB) dan kepala keluarga. Wilayah Geografis Secara geografis, Paroki Nurobo berbatasan langsung dengan beberapa paroki, Utara berbatasan dengan Paroki Lurasik, Barat berbatasan dengan Paroki Kiupukan, Timur berbatasan dengan Paroki Seon, dan Selatan berbatasan dengan Paroki Rafau dan Paroki Kotafoun. Pada umumnya umat Paroki Santa Maria Fatima Nurobo mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani karena memiliki lahan kering dan lahan basah yang cukup luas. Sebagian juga hidup merangkap sebagai peternak, sebagai pengusaha kecil, guru dan beberapa bekerja di kantor pemerintah. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 323

342 Sosial Budaya Dari segi budaya, Paroki Santa Maria Fatima Nurobo memiliki umat yang majemuk karena terdiri dari berbagai suku dan budaya yang berbeda. Ada 5 (lima) suku besar yang ada di Paroki Nurobo, yakni Suku Dawan L; Suku Dawan R; Suku Tetun Terik; Suku Tetun Dili; dan Suku Bunaq. Ada juga beberapa suku kecil seperti Sumba; Rote; Sabu; Ende dan Ngada. Dari segi sosial religius, wilayah ini memiliki keanekaragaman agama yang berbeda. Bila dilihat dari persentase jumlah dapat dikatakan bahwa umat Katolik berjumlah: ± 94%; umat Protestan (GMIT): ± 4%; umat Protestan Pentekosta: ± 1%; umat Protestan Betel: ± 1,5% dan umat Islam: ± 0,5%. Walau memi-liki keberagaman agama namun hidup bersama sebagai umat beragama sangat baik. Tidak ada yang saling mengkotakkan satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari kerja sama dan per-saudaraan antara para pemimpin agamanya dan juga anggota umat Allahnya. Organisasi internal Gereja Katolik Paroki Santa Maria Fatima Nurobo merupakan paroki yang memiliki keanggotaan PDKK terbanyak di Keuskupan Atambua yakni 204 orang, tersebar di 6 (enam) sel yaitu Sel Pusat Paroki, Sel Santa Theresia Teun, Sel Pelangi Kasih Eokpuran, Sel Translog Eokpuran, Sel Oekopa dan Sel Oenopu. Selain PDKK, Paroki Sta Maria Fatima Nurobo juga memiliki 1 (satu) Kuria Legio Maria yakni Kuria Puteri Kerahiman Nurobo dengan anggota 138 orang, yang membawahi 6 Presidium yakni Presidium Maria Berbelas kasih Bibin, Presidium Santa Maria Ratu Surga Sukabitetek, Presidium Maria Pintu Surga Bora I, Presidium Maria Ratu para Malaikat Bora II, Presidium Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

343 Maria Bunda Penolong Orang Berdosa Rantete I, dan Presidium Perawan Yang Setia Rantete II. Ada juga THS/THM dengan 6 ranting yakni Ranting Pusat Paroki, Ranting Wehae, Ranting Eokpuran, Ranting Takas, Ranting Sukabitetek, dan Ranting Aubulak. OMK di Paroki Nurobo sangat hidup, terbagi dalam empat wilayah, yakni Pusat Paroki, Teun, Sukabitetek dan Wehae. Pada bulan September 2013 silam, OMK Paroki Nurobo bersama dengan DPP berhasil mementaskan budaya Timor di Pulau Bali yang bertujuan untuk mencari dana bagi pembangunan kapela-kapela di wilayah paroki Nurobo. OMK juga memiliki kegiatan rutin tiap tahun, yakni pekan persaudaraan OMK yang dilaksanakan setiap bulan November menjelang pesta Kristus Raja Semesta Alam. OMK Nurobo juga sangat terlibat aktif dalam upaya pembangunan kapela-kapela di tiap-tiap lingkungan. ***P. Gabriel Bahan, CMF dan Tim. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 325

344 3.11 Paroki Salib Suci Weoe Semula Weoe merupakan salah satu stasi dari Paroki Santo Yohanes Rasul Webriamata. Stasi Weoe berdiri sejak tahun 1953 bersamaan dengan Sekolah Rakyat (SR 3 tahun) di Weoe. Setelah 10 tahun, pada tahun 1963 ketika P. Albert Kellner, SVD bertugas di Paroki St. Yohanes Rasul Webriamata, pelayanan Sakramen untuk umat Weoe dan sekitarnya berlangsung di Gedung Sekolah Rakyat (SR) Weoe. Pada tahun 1973 oleh P. Albert Kellner, SVD dibangunlah sebuah kapela di samping gereja sekarang dengan ukuran 16x8 meter, untuk melayani umat Weoe, Weulun, Wanibesak, Hanemasin dan Alkani. Pada 2 Februari 1977 bertempat di Gereja Webriamata, DPP Webriamata bersidang untuk membentuk panitia pembangunan gereja Weoe. Sidang ini dipimpin langsung oleh P. Yohanes Deuling, SVD, Pastor Paroki Webriamata saat itu. Sidang berhasil menetapkan panitia pembangunan gereja Weoe sebagai berikut: Ketua Umum, Yohanes Klau Taek; Ketua I Pelaksana, Zakarias Bria; Ketua II, Yoseph Klau; Sekretaris I, Yonathas Gerans; Sekretaris II, Wilibrodus Klau; Bendahara I, Hendrikus Leki; Bendahara II, Yakobus Bria; dan Anggotaanggota terdiri dari para Fukun, para Kepala Desa, dan para Kepala Sekolah di seluruh Paroki Webriamata. Berdirinya Gereja dan Paroki Salib Suci Weoe Pada 22 Agustus 1977, peletakkan batu pertama oleh P. Yohanes Deuling, SVD dan P. Brumelhois, SVD, Camat Malaka Barat (Titus Moruk, BA ), panitia bersama kepala Desa Weoe dan para Fukun-Katuas Weoe, Weulun dan Wanibesak. Tokoh Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

345 awam sebagai perintis Paroki Weoe adalah Yakobus Bria, Yahanes Klau Taek dan Zakarias Bria. Stasi Weoe resmi berdiri sebagai Paroki dengan pelindungnya Salib Suci pada 14 September Pemberian nama pelindung Paroki Salib Suci untuk mengenang gambar Salib Tuhan Yesus yang dipasang dengan kaca warna-warni oleh P. Yohanes Deuling, SVD pada tembok luar belakang altar sekarang. Namun pemasangan Salib Tuhan Yesus belum selesai, P. Deuling telah dipanggil oleh Tuhan pada 17 No-vember 1980 di Atambua. Bangunan Gereja Weoe dan pastoran Weoe yang berlantai dua dibangun tanpa gambar dari Dinas PU. Gereja dan pas-toran digambar sendiri oleh P. Deuling dengan biaya gereja 31 juta dan swadaya umat, pastoran 15 juta dan swadaya umat. Tanah untuk lokasi Gereja seluas 4 hektar. Tanah ini diberikan cuma-cuma oleh Fukun-Katuas Weoe, dan tokoh masyarakat Weoe. Para Pelayan Pastoral Pastor pertama yang bertugas adalah P. Yohanes Deuling, SVD di pusat Paroki Webriamata dan P. Niko Buku, SVD di Stasi Weoe. Selanjutnya P. Niko Buku, SVD ( ); P. Yoseph Bloch, SVD ( ); P. Yoseph Tani, SVD ( ); P. Yuvens Sebatu, SVD ( ); Rm. Thomas Tahu, Pr ( ); Rm. Bartho Bere, Pr ( ); Rm. Hendrik Fay, Pr ( ); Rm. Paulus Klau, Pr ( ); Rm. Yonathas Nahak, Pr ( ); Rm. Urbanus Hala, Pr ( ); Rm. Leonardus Nahas, Pr ( ); P. Pieter D. Bataona, SVD ( ); Rm. Laurensius Kofi, Pr( ); Rm. Agustinus Klau, Pr ( ); Rm. Apolinaris Bouk, Pr (Pastor Paroki: ); Rm. Yulius Selsius Nesi, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 327

346 Pr (Pastor Pembantu: ) dan Rm. Kornelis Subani, Pr (Pastor Pembantu: ). Selain para imam, terdapat juga barisan para awam sebagai Dewan Pastoral Paroki, antara lain: Zakarias Bria (DPP Webriamata: ), selanjutnya DPP Paroki Salib Suci Weoe; Yohanes Klau Taek: ; Daniel Bria Taek: ; Hilarius Fahik, BA: ; Paulus Nahak: ; Yeremias Seran: ; Edmundus Tae: ). Ada juga sejumlah Guru Agama yang pernah bertugas yakni: Zakarias Bria; Yakobus Bria Taek; Lazarus Seran; Paulus Leki; Yeremias Seran; Daniel Bria Taek; Paulus Seran; Berna-detha Luruk; Marselinus Seran; Yoseph Ape; Kornelis Nahak; Aloysius Seran; Nikolas Nahak; Paulus Teti; Dominikus Tahu; Yakobus Bria Muti; Quido Bere Muti; Baltasar Seran; Albertus Nahak; Alfons Leki; dan Arnoldus Nahak. ***Rm. Apolonaris Bouk, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

347 3.12 Paroki Santo Lukas Wekfau Paroki Wekfau mulanya merupakan salah satu stasi dari Paroki Santa Sesilia Kotafoun, dengan nama Stasi Lukas. Sekitar tahun 2000 mulai dipersiapkan menjadi paroki oleh Rm. Simon Opat, Pr yang mulai menetap di pusat Stasi Lukas yaitu di Wekfau. Pada Maret 2002, Stasi Lukas Wekfau ditingkatkan menjadi Paroki terpisah dari Paroki Santa Sesilia Kotafoun, melalui SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Keadaan geografisnya berbukit-bukit yang dilalui oleh 2 sungai besar yakni Benenai di bagian Barat dan Baen di bagian Timur. Seluruh wilayah Paroki masih berupa jalan tanah sehingga agak sulit dilalui pada musim hujan. Belum ada transportasi umum yang melewati wilayah Paroki, kecuali motor ojek. Selain itu transportasi pada setiap hari pasar Senin ke Betun ibukota kabupaten dan hari Rabu ke Kaputu pusat kecamatan berupa mobil kijang ojek. Ada pun batas-batas wilayah paroki Santo Lukas Wekfau dapat digambarkan sebagai berikut: Timur berbatasan dengan Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu, Barat berbatasan dengan Paroki Santo Mikhael Biudukfoho, Utara berbatasan dengan Paroki Santa Sesilia Kotafoun; dan Selatan berbatasan dengan Paroki Santa Maria Fatima Betun. Para Pastor yang Bertugas Sejak berdiri Maret , Paroki Santo Lukas Wekfau digembalakan oleh Rm. Edmundus Sako, Pr. Rm. Laurensius Kofi, Pr menggantikan Rm. Mundus sebagai Pastor Paroki tahun 2007-Agustus Selanjutnya Rm. Renzo Kofi digan- Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 329

348 tikan oleh Rm. Hendrikus Fay, Pr pada 25 November 2012 hingga saat ini. Jumlah umat Paroki Santo Lukas Wekfau per-31 Desember 2014 sebanyak jiwa, terdiri dari 679 kepala keluarga yang tersebar dalam 18 Lingkungan dan 60 KUB, meliputi Desa Fatuaruin; Desa Builaran dan Desa Manumuti Silole. Karena penyebaran penduduk yang tidak merata maka jumlah umat menurut lingkungan dan KUB pun tidak merata. Ada lingkungan yang sebenarnya tidak memungkinkan untuk menjadi sebuah lingkungan, terpaksa dijadikan lingkungan karena letak kampung yang saling berjauhan. Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan pas-toral paroki. Banyak orang muda dan keluarga-keluarga pro-duktif yang mencari nafkah di luar paroki sehingga semakin menghambat pengembangan karya pastoral paroki.***rm. Hendrikus Fay, Pr dan DPP. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

349 3.13 Paroki Santo Antonius Padua Kleseleon Paroki Kleseleon sebelumnya bagian dari Paroki Besikama. Berdiri pada hari Selasa, 17 Desember 2002, berdasarkan SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD No. 538/ 2002 tertanggal 05 Oktober Gereja yang berpelindungkan Santo Antonius Padua ini diberkati oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dalam misa yang di-hadiri oleh ribuan umat dan para undangan lainnya. Paroki Santo Antonius Padua dimekarkan dari Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama sesuai Surat Rekomendasi Pastor Paroki Besikama Rm. Pius Nahak, Pr. Lingkungan-lingkungan yang dipisahkan dari Paroki Santo Yohanes Bap-tista Besikama meliputi lingkungan Maktihan, Motaulun, Kleseleoan dan Uma Au. Paroki Santo Antonius Padua Kleseleon dimekarkan juga dari paroki Santo Yohanes Rasul Webriamata sesuai rekomendasi pastor paroki Rm. Valentinus Funan, Pr. Lingkungan yang dipisahkan dari paroki Santo Yohanes Rasul Webriamata adalah lingkungan Beirika, Kmilaran, Haitimuk. Lingkungan Beianok dikembalikan kepada paroki Biudukfoho. Pastor Perintis pendirian Paroki Santo Antonius Klese-leon yaitu Deken Malaka, Rm. Dominikus Metak, Pr; Rm. Aloysius Kosat, Pr; Rm. Moses Olin, Pr; Diakon Stefanus Boisala, Pr dan Frater Hery Naibobe. Para Pastor Penerusnya adalah Deken Malaka, Rm. Urbanus Hala, Pr dan Deken Malaka, Rm. Leonardus Nahas, Pr; Rm. Crisantus Lake, Pr; Rm. Gerardus Bani, Pr; Diakon Valentinus Funan, Pr; Rm. Kornelis Salem, Pr; Diakon Theodorus Asa Siri, Pr; Rm. Theodorus Silab, Pr; Rm. Marianus Bere, Pr dan Fr. Philipus Benitius Metom. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 331

350 Para awam perintis, seperti Thobias Kehi, Hendrikus Klau, Yakobus Seran Bau, Fransiskus Klau, Cornelis Bria, Paulus Dini, Gabriel Tae, Fabianus Neno, Hendrikus Nahak, Benediktus Tae, Zakarias Tahu, Yakobus Leki, Pius Watun, Sony Stanislaus da Costa, Dakus Tupen, Wilhelmus Seran, Wilhelmus Leki, Wilibrodus Bria, Gabriel Bria, Raimundus Bria, Hendrikus Seran, Karlus Klaran, Paulus Laka, Amandus Laka, Fransiskus Mu, Herman Laka, Bendiktus Mu, Albertus Bria, Alfonsius Taolin, Ignasius Haen dan Zakarias Tae. Pada tahun 1979, Pastor Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama P. Jan Brumelhouis, SVD membangun tiga kapela darurat di lingkungan Maktihan, Motaulun, dan Kleseleon. Sampai dengan saat berdirinya paroki tahun 2002, kapela Maktihan dan Motaulun mubasir dan tanah kapela juga sudah diambil kembali oleh pemilik tanah. Kapela Kleseleon tetap bertahan sampai dengan saat ini. Namun asset tanah Kapela Kleseleon lama telah diambil kembali oleh pemilik tanah yaitu guru agama Gaspar Klau. Kapela Kleseleon lama tidak luas tanahnya. Sementara umat Katolik semakin bertambah banyak sampai tidak bisa ditampung oleh ruangan Kapela lama. Maka para tokoh awam perintis mulai mencari lokasi yang lebih luas. Pada tahun 1991, Pastor Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama, Rm. Aloysius Kosat, Pr bersama para tokoh awam perintis mulai mencari dan mengusahakan lokasi yang lebih luas serta strategis untuk dibangun gedung Kapela baru yang lebih layak bisa menampung banyak umat, yang kemudian berkembang menjadi Stasi. Mereka mencari dan menemukan sebidang tanah yang luas + 1 Ha. (107x96 m). Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

351 Pemilik tanah adalah orang-orang dari suku Sulit Anametan Tualaran. Tanah itu digarap oleh salah satu Ketua Suku bernama Salomon Leki Kain. Dalam perkembangan selanjutnya, tanah itu dijual dan dibeli oleh Yohanes Klau Bisik, pada tahun 1980-an dengan harga Rp ,- (empat puluh ribu rupiah). Setelah melalui pendekatan dan kompromi yang mantap antara para awam perintis dengan sang pemilik tanah Yohanes Klau Bisik (Ambei Tube e) maka sang pemilik tanah menghibahkan tanah itu bersama beberapa pemilik tanah lain: Silverius Tahu Katuas dan Paulus Nahak Bria Batak. Meski tanah berstatus hibah, namun secara adat diberikan uang sirih pinang berupa Rp (Satu juta delapan ratus ribu rupiah) oleh pihak Gereja kepada para pemilik tanah sesuai luasnya tanah yaitu Uang sejumlah Rp diberi kepada Bapak Yohanes Klau Bisik, dan Uang sejumlah Rp kepada Bapak Silverius Tahu Katuas dan Bapak Paulus Nahak Bria Batak (Tanah suku). Di atas tanah seluas 107 X 96 m dibangunlah satu gedung kapela baru berukuran 23 X 10 m. Gedung kapela baru ini dibangun secara swadaya penuh oleh umat, lengkap dengan pastoran. Tahun 1994, kaum awam perintis yang sangat militan di bawah koordinator Bapak Yakobus Seran Bau (alm) dan Bapak Hendrikus Klau (Ama Nai Dato Makdean) mem-bentuk panitia pembangunan kapela Kleseleoan. Pada tahun ini, Kapela Kleseleon ini juga meningkat statusnya menjadi stasi dengan nama Stasi Santo Antonius Padua Ulun. Pada September 1994, Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD diundang oleh Pastor Paroki Besikama bersama umat untuk menerimakan Sakramen Krisma di Stasi Ulun. Inilah saat berahmat, karena Bapak Uskup juga berkenan meletakkan batu pertama untuk pembangunan gedung gereja bakal paroki. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 333

352 Disemangati oleh peletakan batu pertama ini, maka umat, panitia dan pastor paroki semakin bekerja keras dan bekerja bersama-sama membangun gedung bakal paroki. Pada tahun 1995, gedung kapela permanen selesai. Umat, panitia, pastor paroki mulai memusatkan perhatian pada gedung bakal paroki. Pusat perhatian digerakkan oleh dasar pemikiran bahwa jumlah umat Katolik saat itu semakin banyak, sementara lingkungan-lingkungan dalam wilayah Stasi Ulun jauh jaraknya dari pusat paroki, ditambah dengan masuknya agama lain semakin banyak dan marak dari saat ke saat. Dasar pemikiran lainnya adalah umat dalam wilayah Stasi Ulun mampu dan siap untuk mendirikan satu gedung Gereja yang permanen yang didukung oleh kondisi dan ke-adaan alam wilayah Stasi Ulun yang memungkinkan dengan adanya percetakan tanah sawah dan adanya pendirian 3 SD dan satu SMP. ***Rm. Hendrikus Hale, Pr dan DPP. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

353 3.14 Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu Pada tahun 1986 waktu P. Roger Alasan, SVD sebagai Pastor Paroki Santa Sesilia Kotafoun, wilayahnya dimekarkan menjadi empat stasi yaitu Stasi Mateus, Stasi Markus, Stasi Lukas dan Stasi Yohanes. Stasi Mateus meliputi Kapela Santo Fransiskus, Kapela Sausabui, Kapela Naisau, Kapela Kakase, Kapela As Manulea, Kapela Naibone, Kapela Baunakan, Kapela Fatuao, Kapela Haeneno dan Kapela Bubun Nones. Stasi Markus meliputikapela Fatuknutuk, Kapela Oetfo, Kapela Tunuahu, dan Kapela Efudini. Stasi Lukas, meliputi Kapela Harekain, Kapela Builaran, Kapela Wekfau, Kapela Koka, Kapela Nunbei dan Kapela Nabo. Dan Stasi Yohanes meliputi Kapela Kaputu, Kapela Looneke, Kapela Bene-Bene, Kapela Bikane, Kapela Nusimanu, Kapela Fatukro, dan Kapela Fatunesuk. Ketua Stasinya adalah Bapak Policarpus Tae. Mulai tahun 1992, Stasi Yohanes mendapat pelayanan khusus untuk hari Minggu kedua dan keempat dalam bulan oleh Rm. Urbanus Hala, Pr dan dibantu oleh Rm. Leonardus Nahas, Pr. Tahun 1994 Stasi Yohanes mendapat pelayanan hari Minggu pertama dan ketiga dalam bulan. Selanjutnya Stasi Yohanes diperkenankan mencari pastor asistensi untuk perayaan ekaristi. Pastor yang melayani Stasi Kaputu adalah Rm. Leonardus Nahas, Pr. Tahun 1995 Stasi Yohanes Kaputu mendapat pelayanan tetap untuk hari Minggu pertama dan Minggu ketiga oleh Rm. Herman Oeleke, Pr. Sedangkan pada hari Minggu kedua dan keempat dilayani oleh Rm. Leonardus Nahas, Pr dan Rm. Paulus Luan, Pr. Tahun 1996 dibentuk Panitia Pembangunan Gereja Kaputu yang dipimpin oleh Rm. Leonardus Nahas, Pr sebagai Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 335

354 Pastor Paroki Santa Sesilia Kotafoun dibantu oleh Rm. Paulus Luan, Pr. Terpilih Bapak Andreas Tae sebagai ketua panitia pembangunan gereja. Tahun 1999 Pastor Paroki Santa Sesilia Rm. Leonardus Nahas Pr digantikan oleh Rm. Gerardus Salu, Pr dan dibantu oleh Rm. Simon Opat, Pr. Memasuki tahun 2000, Kaputu resmi menjadi bakal Paroki dengan Pastor Perintisnya Rm. Gerardus Salu, Pr dan dibantu oleh Rm. Gerardus Bani, Pr. Kaputu Resmi Menjadi Paroki Pada 20 Juni 2003 Stasi Kaputu resmi menjadi Paroki St. Yohanes Pemandi Kaputu. Rm. Gerardus Salu Pr, Pastor Paroki Santa Sesilia Kotafoun merangkap sebagai Pastor Paroki St. Yohanes Pemandi Kaputu dibantu oleh Rm. Gerardus Bani, Pr, Rm. Daniel Manek Makbalin, Pr dan Rm. Elfridus Nahak Seran, Pr. Tahun 2005 Rm. Gerardus Salu, Pr dibantu oleh Rm. Gerardus Bani, Pr dan Rm. Paulus Bapaq Hobamatan, Pr. Tahun 2007, Rm. Agustinus Kau Lake, Pr diangkat menjadi Pastor Adaministrator Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu. Selanjutnya tahun 2013 hingga sekarang (2015) Pas-tor Paroki Santo Yohanes Pemandi Kaputu adalah Rm. Yona-thas Nahak, Pr. Peranserta Kaum Awam Tak bisa dipungkiri bahwa ada begitu banyak kaum awam yang ikut berperan sejak persiapan hingga berdirinya paroki Kaputu. Mereka itu adalah Bapak Policarpus Tae, Bapak Gabriel Bere (Ketua Stasi); Bapak Andreas Tae (Ketua Panitia Pembangunan Gereja); Bapak Ludovikus Taolin (Panitia Pembangunan Gereja); Dominikus Lutan (Sekretaris Panitia); Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

355 Ambrosius Pey (Bendahara Panitia); Bapak Yohanes Assit Tae (Ketua DPP Pertama); Bapak Anton Nahak (Ketua DPP kedua sampai 2014); dan Bapak Hironimus Tae (Katekis). Paroki Kaputu saat ini memiliki 7 buah kapela dengan jumlah umat jiwa, yang terbagi dalam 12 lingkungan dan 73 KUB. Ada dua buah SMP terdiri dari sebuah SMPK dan SMPN; 8 buah Sekolah Dasar, 2 SDK dan 6 SDI; serta 1 TKK. Para Pastor asal Paroki Kaputu dapat disebutkan sebagai berikut: P. Andreas Hane, SVD; P. Johanes Napan, SVD; Rm. Rosindus Tae, Pr; Rm. Philipus Benitius Metom, Pr; Rm. Emanuel Kiik Mau, Pr; P. Yeremias Nana, CMF; P. Siprianus Asa, CMF; P. Demon, SVD; dan Rm. Fransiskus de Sales Mea Teku, Pr. Sedangkan para susternya adalah Sr. Konsolata, PRR; Sr. Selviana Mea, RVM; Sr. Petronela, MASF dan Sr. Shinta, MASF. ***Rm. Yonathas Nahak, Pr, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 337

356 3.15 Paroki Santo Yohanes Rasul Rafau Sebelum menjadi Paroki, Rafau merupakan Stasi dari Paroki Kristus Raja Seon. Pada waktu itu Pastor Paroki Seon adalah Rm. Crisantus Lake, Pr. Rencana pemekaran sudah ada sejak P. Willy Yakobs, SVD namun pada waktu P. Yoseph Roth, SVD sebagai Pastor Paroki mulai semakin dikonkretkan lagi. Ketika Rm. Geradus Salu, Pr, menjadi pastor paroki Seon, Rafau mulai mendapat pelayanan yang tetap setiap Paskah dan Natal. Paroki Rafau didirikan karena jarak yang jauh, sarana transportasi yang sulit, adanya banjir Motabaen serta beda budaya Dawan dan Tetun di kedua paroki itu. Pendirian didukung oleh semangat iman dan kebersamaan umat yang tinggi, serta adanya dukungan dari stasi-stasi tetangga. Pada 11 April 1997 terjadi pembentukan panitia pendirian Kapela Stasi Rafau. Pada 3 Mei 1997 rapat awal panitia dengan agenda utama pembahasan pendirian Kapela Stasi Rafau. Pada 3 Desember 1997 peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Rafau oleh Pastor Paroki Seon, Rm. Crisantus Lake, Pr bersama pemerintah setempat. Tanah pendirian kapela hingga sekarang berasal dari ruma hadat Sonaf Poni/Kebun Raja, yang dalam bahasa Adat disebut: Poa Nahen. Pada 25 November 2004 Peresmian Paroki Rafau yang berpelindung-kan Santo Yohanes Rasul oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Selain para imam, patut disebutkan para tokoh awam Ka-tolik yang turut berperan dalam pendirian paroki Rafau, seperti Anselmus Yos. Kabosu Asa ( ), Tokoh Adat; Daniel Bria ( ); Guru Agama Rafau; Kristoforus Halek; Guru Agama Sonaf, Jonathas Bria ( ), Guru Agama Abatbot; Blasius Manek; Tokoh Masya- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

357 rakat, Yohanes Nana Bian ( ); Tokoh Masyarakat Baunuba, Kornelis Yos. Asa Tae ( ), Ketua Lingkungan,Petrus Taran ( ), Tokoh Adat, Petrus Nana Napan, Tokoh Adat; Fransiska Lotu Asa; Silvester Boko, ( ); Amtheus Un Muti; Aloysius Fouk (Baunuba); Yoseph Bouk; Karolina Bubu, ( ); dan Klara Kole; serta dukungan para ketua suku dari Kesatuan Adat Numponi dan anak-anak yang ada di luar paroki. Pada tahun 1987 sebanyak Jiwa terdiri dari 233 KK, 1 stasi, 6 lingkungan, sedangkan KUB belum ada. Pada tahun 2004, jumlah umat telah bertambah menjadi jiwa, KK, 5 stasi, 31 lingkungandan 116 KUB. Dan pada tahun 2014 terjadi penambahan umat yang signifikan menjadi jiwa. Batas-batas Paroki: Utara berbatasan dengan Desa Nauke Kusa; Selatan berbatasan dengan Desa Kereana; Timur berbatasan dengan Desa Sanleo, dan Barat berbatasan dengan Desa Babotin. Sekolah-sekolah yang ada di paroki Rafau: 6 Sekolah Dasar (3 SDK dan 3 SDI); 1 SMP Kelas Jauh dari SMPN Laen Manen di Rafau. Ada 6 Desa defenitif yakni Bonibais, Numponi, Nauke Kusa, Uabau, Oenaek, dan Bisesmus. Dewan Pastoral Paroki sekarang ini terdiri dari Ketua I: Blasius Manek; Ketua II: Paulus Luan; Ketua III: Fransiskus Asan; Sekretaris: Yoseph Nana; Bendahara I: Kwintinus Yos. Taolin dan Bendahara II: Baltasar Tae, ditambah 16 Sie DPP. Sedangkan Dewan Keuangan Paroki terdiri dari Ketua I: Lambertus Tae; Ketua II: Aloysius Asa; Ketua III: Emanuel Berek; Ketua IV: Petrus Fouk; Sekretaris: Kristianus Asa; dan Bendahara: Yohanes Nana Hane. Selain DPP dan DKP, ada sejumlah tokoh yang diangkat sebagai Penasehat Dewan Pastoral, yakni Yeremias A. Taolin ( ) Raja Numponi; Alex Pareira : Raja Uabau; Leander Y. Taolin: Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 339

358 Raja Numponi dan Yohanes Bria: Tokoh Masyarakat Rafau. ***Rm. Simon Opat, Pr Paroki Santo Laurensius Wemasa Sejak 1959, Wemasa merupakan stasi dari Paroki Santo Mikhael Kada. Pelayanan kehidupan rohani umat berpusat di Wemasa dan sekitarnya. Setelah sekian puluh tahun berjalan, ketika Rm. Siprianus Benu, Pr ( ) sebagai Pastor Paroki Kada, dirasa perlu agar Wemasa diusahakan untuk menjadi sebuah Paroki. Karena itu, dipersiapkan semua persyaratan administrasi yang mendukung berdirinya sebuah paroki. Rm. Siprianus Benu, Pr dan Rm. Yohanes Oki, Pr bersama seluruh umat membenahi dan mendandani Wemasa dan lingkungan sekitar agar kelak menjadi sebuah paroki. Pada 29 Desember 2004, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD menetapkan berdirinya Paroki Wemasa dengan pelindung Santo Laurensius. Dalam perjuangan untuk membawa Wemasa menjadi sebuah Paroki, Rm. Siprianus dan Rm. Yohanes Oki, Pr, dibantu oleh beberapa tokoh umat antara lain: Bapak Aloysius Lau ( ); Bapak Emanuel Daok; Bapak Yohanes Luan Seran; Bapak Yohanes Tobu; dan Ibu Meliana Muti. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

359 Dalam perjalanan waktu, Rm. Siprianus Benu, Pr diangkat menjadi Deken Malaka, menggantikan Rm. Leonardus Nahas Pr. Rm.Yohanes Oki, Pr dipindahkan ke Halilulik. Rm. Paulus Luan, Pr, menjadi Pastor Paroki Wemasa menggantikan Rm. Siprianus Benu Pr dan dibantu oleh Rm. Beatus Salu, Pr. Ketika Rm. Paulus mengalami kecelakaan, datang Rm. Leonardus Nahas, Pr (Mantan Deken Malaka) membantu hingga Rm. Paulus sembuh. Rm. Leonardus Nahas, Pr pindah ke Manamas sebagai Pastor Paroki, sedangkan Rm. Beatus Salu, Pr menjadi Pastor Paroki Webriamata. Untuk kedua kalinya Rm. Paulus mengalami kecelakaan. Untuk sementara pelayanan dibantu dari pusat dekenat Malaka. Secara bergantian, para pastor datang melayani kehi-dupan rohani (Perayaan Ekaristi) umat. Setelah sembuh Rm. Paulus kembali melanjutkan tugasnya sebagai pastor paroki Wemasa sampai pertengahan tahun 2014, beliau diganti oleh Rm. Dominggus Kabosu, Pr. Paroki Santo Laurensius Wemasa pada akhir tahun 2014 memiliki jumlah umat jiwa terdiri dari kepala keluarga, yang tersebar pada 23 lingkungan dan 103 komu-nitas umat basis (KUB). ***Rm. Dominggus Kabosu, Pr Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 341

360 3.17 Paroki Kristus Raja Kamanasa Sekitar tahun 1914, P. De Lange, SVD datang dan tinggal di Sukabi Hanawa dan mendirikan sebuah Kapela. Beliau membawa dua orang guru agama terlatih dari Lahurus yaitu Leo Renu yang menjadi guru agama pertama di Kamanasa dan Yosef Mali sebagai pemasak di Pastoran, yang juga diangkat menjadi guru agama. Pada waktu itu P. De Lange, SVD, bertugas mengurus seluruh wila-yah Malaka. Berdasarkan buku Permandian, orang Kamanasa pertama yang dibaptis adalah Agnes Hoar Biak pada 4 April 1914 oleh guru agama Yosef Mali. Pada tahun 1916, kapela dipindahkan dari Sukabi Hanawa ke Tubaki bawah. Dan pada saat itu, P.C. Kerckoof, SVD dan Br. Sales, SVD tiba di Tubaki, lalu Br. Sales membuka kebun kelapa di Kamanasa. Tahun 1927, kapela dipindahkan lagi dari Tubaki bawah ke Tubaki atas (sekarang gua Lourdes Tubaki), yang dihancur-kan oleh tentara Nipón Jepang tahun Di sini juga ada sekelompok orang Kamanasa yang berjuang matimatian me-mertahankan gereja dari tangan penjajah. Mereka ini oleh umat Malaka disebut sebagai para martir. Tahun 1946, Gereja kembali didirikan di Kamanasa, dengan status sebagai stasi dari Paroki Maria Fatima Betun. Seiring perjalanan waktu serta pertambahan umat, Gereja Katolik Keuskupan Atambua memekarkan Paroki Maria Fatima Betun. Pastor Leonardus Nahas Pr, waktu itu Deken Malaka sekaligus sebagai Pastor Paroki Betun, mulai merintis pekerjaan itu. Pada 27 Mei 2005, Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu SVD, mengeluarkan SK No. 246/2005 tentang Pen- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

361 dirian Paroki Kamanasa dengan pelindung Kristus Raja. Pada hari itu juga diadakan sidang pembentukan Panitia yang bertugas membantu pastor paroki Betun. Adapun panitianya sebagai berikut: Ketua Umum: Bapak Candidus Seran, BA; Ketua Bapak Paulus Nou Udju; Ketua II: Ibu Paskalia Soi; Ketua III: Bapak Arnoldus Siku; Sekretaris: Bapak Petrus Nahak Fahik; dan Bendahara: Sr. Kastasima Kleden, MASF. Pada 30 September 2005, Uskup Atambua, mengangkat Rm. Leonardus Nahas, Pr, Deken Malaka sekaligus Pastor Pa-roki Betun, merangkap sebagai Pastor Paroki Kamanasa, dibantu oleh Rm. Yosef Meak, Pr dan Rm. Agustinus Kau Lake, Pr. Mereka menetap di Betun untuk melayani umat di Paroki Betun dan Paroki Kamanasa. Pada 1 Desember 2005, Rm. Siprianus Benu, Pr, diangkat menjadi Deken Malaka sekaligus menjadi Pastor Paroki Betun dan Kamanasa. Karena dipandang perlu untuk memisahkan tugas rangkap seorang deken yang kala itu juga sebagai pas-tor paroki, Uskup Atambua dan Dewannya, menetapkan untuk pemisahan tugas itu. Maka pada 8 Maret 2006, Rm. Siprianus Benu, Pr digantikan oleh Rm. Yosef Meak, Pr menjadi Pastor Paroki Betun merangkap Paroki Kamanasa. Pada 9 Juli 2006, keluarlah SK Uskup Atambua No.132/ 2006 tentang pengangkatan Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki Kamanasa, untuk periode Mereka yang menjadi DPP/DKP pertama adalah: Candi-dus Seran, BA (Ketua I), Petrus Bere (Ketua II), dan Marsel Lebok Nahak (Ketua III), sedangkan Dewan Keuangan Paroki terdiri dari Paulus Noudju sebagai Ketua I dan Guido Yohanes Nahak Manek sebagai Ketua II. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 343

362 Uskup Atambua juga mengangkat P.Yakobus Bura, SVD menjadi Pastor Paroki Kristus Raja Kamanasa dan dilantik oleh Deken Malaka, Rm. Siprianus Benu, Pr pada 10 Maret Secara bergantian Pastor Yakobus Bura, SVD dibantu oleh para Frater SVD yang menjalani TOP silih berganti yakni Fr. Fran-siskus Artasman, SVD ( ), Fr. Edilirinus Agun, SVD ( ), dan Fr. Kristoforus Dampung, SVD ( ). Pada akhir Desember 2015, Uskup Atambua menempatkan lagi P. Andreas Hane, SVD untuk membantu pelayanan pastoral di Paroki Kristu Raja Kamanasa. ***P. Yakobus Bura, SVD dan DPP. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

363 IV. DEKENAT MENA Cikal bakal berdirinya Dekenat Mena, bermula dari sebuah perbincangan santai pada sebuah pertemuan persaudaraan para imam se-dekenat Timor Tengah Utara di Kiupukan pada tahun Dalam bincang-bincang santai itu, Deken TTU, Rm Aloysius Kosat, Pr mengusulkan untuk memekarkan Dekenat TTU menjadi dua dekenat, karena wilayah kerja Dekenat TTU yang begitu luas, yaitu mencakup 25 paroki. Pada pertemuan persaudaraan berikutnya pada tahun 2002 di Fafinesu, gagasan tentang pemekaran wilayah Deke-nat didengungkan kembali dan mulai dibicarakan secara serius. Setelah mencapai kata sepakat tentang pemekaran wilayah dekenat, maka pada pertemuan persaudaraan selan-jutnya di Manamas tahun 2004, disepakati bahwa Paroki Mena menjadi pusat Dekenat baru dengan nama Dekenat Pantura. Dalam perkembangan selanjutnya, pada 10 Agustus 2005 diangkatlah P. Kornelis Dosi, SVD sebagai Pastor Perintis Dekenat Mena. Pengangkatan pastor perintis ini bermaksud untuk memersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tata aturan dan kewajiban dekenat. Kemudian, pada bulan Agustus tahun yang sama, terjadi pertemuan akbar para tokoh adat dengan agenda pokok pembicaraan adalah pem-berian nama Dekenat. Pertemuan ini terjadi di Paroki Sta. Filomena Mena dan disepakati nama Dekenat Mena. Pada 09 Agustus 2006 keluarlah SK Uskup Atambua No. 361/2006 tentang Pendirian Dekenat Mena yang berpusat di Paroki Sta Filomena Mena. Sejak itu, Dekenat Mena resmi Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 345

364 terbentuk sebagai dekenat bungsu di wilayah Keuskupan Atambua, yang merupakan pemekaran dari Dekenat TTU. Misa peresmian berdirinya Dekenat Mena pada 15 Januari 2007 oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Wilayah jangkauan-nya mencakup 10 paroki yaitu paroki Mena yang merupakan pusat Dekenat, Paroki Ponu, Paroki Fatuoni, Paroki Manu-mean, Paroki Lurasik, Paroki Manufui, Paroki Fafinesu, Paroki Bakitolas, Paroki Manamas, dan Paroki Wini, dengan Deken pertama adalah P. Kornelis Dosi, SVD. Setelah kurang lebih tujuh tahun menjalankan tugas sebagai Deken Perintis Dekenat Mena, maka November 2013 terjadi pergantian Deken Mena, dari P. Kornelis Dosi, SVD ke-pada Rm. Kanisius Oki, Pr. Dengan demikian komposisi Dewan Inti Dekenat Mena adalah Deken, Rm.Kanisius Oki, Pr; Ketua DPD, Yosimus Harefa; Sekretaris Dekenat, Oktovianus Tulasi dan Bendahara Dekenat, Gabriel Soares. Dari segi budaya, Dekenat Mena merupakan dekenat yang multikultur. Ada berbagai suku bangsa yaitu Dawan, Tetun, Bunaq, Kemak, Flores, Tionghoa, Sabu-Rote dan lainlain, dengan suku Dawan sebagai suku asli (mayoritas). Sejumlah potensi yang sedang dan selalu menjadi penghasilan pokok umat adalah kelautan, persawahan, peternakan, perkebunan dan usaha menengah ke bawah. Dari aspek kehidupan sosial, umat Dekenat Mena menjunjung tinggi persaudaraan dan kekeluargaan. Meski ber-beda tetapi hubungan antarpribadi dan suku berjalan lebih harmonis, yang tampak dalam tutur kata, sikap saling menghargai dan arang terjadi konflik horizontal beraroma primodial. Di bidang ekonomi, umat Dekenat Mena pada umumnya hidup pas-pasan bahkan ada yang sangat sederhana. Keseder- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

365 hanaan ini terlihat jelas lewat fasilitas hidup yang mereka miliki dan gunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Di bidang pendidikan, di wilayah dekenat Mena terdapat beberapa lembaga pendidikan, mulai dari tingkat TKK sampai tingkat SLTA. Semuanya tersebar di paroki-paroki. Dalam kehidupan keagamaan, umat dekenat Mena pada umumnya beragama Katolik (mayoritas), selain itu ada juga penganut Protestan dan Muslim, namun dalam jumlah sedikit. Meskipun mayoritas beragama Katolik, sikap toleransi terhadap kelompok lain tetap terpelihara dengan baik. Tidak ada sikap diskriminasi terhadap kaum minoritas. Dalam kelom-pok kategorial yang selalu menopang kehidupan mengereja, ada beberapa organisasi gerejawi di setiap paroki, seperti Legio Maria, THS-THM, Kharismatik dan Paguyuban Para Orang Tua Rohaniwan/Religius-Seminaris. Berdasarkan data tahun 2013, jumlah umat Dekenat Mena sebanyak jiwa dengan jumlah KK sebanyak KK. Rata-rata masyarakat beragama Katolik, yaitu jiwa, sedangkan non-katolik hanya berjumlah 48 jiwa. Jumlah umat pada umumnya berdomisili di dalam wilayah paroki masingmasing, yaitu mencapai jiwa dari total seluruh umat yang berjumlah jiwa. Dekenat Mena meliputi 10 paroki, yakni Paroki Manufui (1936); Paroki Manumean (1952); Paroki Manamas (1964); Paroki Ponu (1975); Paroki Lurasik (1985); Paroki Mena (1994); Paroki Fafinesu (2000); Paroki Bakitolas (2003), Paroki Fatuoni (2003); dan Paroki Wini (2009). ***Oktovianus Tulasi, SE. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 347

366 4.1 Paroki Santo Petrus Kanisius Manufui Jejak Langkah Paroki Manufui Kampung terpencil Manufui, dengan peradaban yang seadanya, mayoritas dihuni oleh atoin meto, sederhana, masih terbelakang, dan terisolasi oleh keadaan zaman. Kala itu, setiap orang mencari hidup untuk bisa bertahan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan rohani. Entahlah, di mana mereka dapat memenuhi kerinduan jiwa mereka akan Tuhan yang selalu menyejukkan hati dengan embun penyejuk bagi jiwa gersang seperti keadaan kampung halaman mereka. Dari dokumen Paroki Manufui ditemukan bahwa berdasarkan data yang ada pada Buku Induk Permandian sejak tahun 1919, umat Manufui telah merasakan pelayanan yang diberikan oleh para pastor. Pastor-pastor yang pernah bertugas melayani umat Manufui, yang melingkupi seluruh wilayah Kekaisaran Biboki ini, datang dan pergi serta tidak menetap karena Manufui belum berstatus sebagai paroki. Berawal dari Paroki Noemuti dan Kiupukan, Manufui dibentuk menjadi sebuah stasi. Para pastor masih sebatas datang bergantian untuk melayani umat Manufui. Akan tetapi, pelayanan iman Kristiani sebagai umat Katolik mulai dirasakan oleh umat Manufui. Adapun nama-nama pastor yang pernah berkarya di Manufui sejak tahun 1919 sampai dengan terbentuknya Paroki Manufui adalah P. Arnoldus Verstraelen, SVD (November 1919-Februari 1923 & November 1925 Januari 1926); P. Heinrich Leven, SVD (Februari Mei 1923; September November 1925 & April 1926 November 1929); P. Jan Smith, SVD (Mei 1923 September 1925 & No-vember 1929 Febr. 1930); P. Jacobus Pessers, SVD (Januari Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

367 1926 Februari 1927); P. Antonius van Haren, SVD (Febr Juni 1932); P. C. Mertens, SVD (Juni 1932 Mei 1935 & September Oktober 1937); P. Theodorus van den Tillaart, SVD (Mei 1935 September 1937); dan P. Henry van Wissing, SVD (Oktober 1937 Maret 1949). Pada tahun 1938, P. Henry van Wissing, SVD memersiapkan Stasi Manufui menjadi bakal paroki setelah Kiupukan lebih dahulu menjadi paroki. Tahun 1939, cita-cita menjadi paroki terwujud dengan nama Paroki Manufui, yang meliputi seluruh wilayah Kekaisaran Biboki. Pada tahun 1951, P. Kornelis W. Koy, SVD sebagai pastor Paroki Manufui, dipindahkan ke Manumean untuk memersiapkan Manumean menjadi bakal paroki dan kemudian menjadi paroki definitif. Pastor-Pastor yang pernah Berkarya di Paroki Manufui Sejak dikukuhkan menjadi paroki definitif pada tahun 1939 hingga sekarang, ada sejumlah Pastor yang telah berkarya sebagai pastor paroki atau pastor pembantu di Paroki Manufui. Nama-nama Pastor yang pernah bertugas dan tahun mereka berkarya: P. Henry van Wissing SVD, Feb Maret 1949, Pastor Paroki I. P. William Koy, SVD, April April 1951, Pastor Paroki. P. Henry van Wissing SVD, April 1951-Agustus 1957, Pas-tor Paroki. P. Dan Siga SVD, P. Roger Riese SVD, P. Theodorus de Boer SVD, P. Hiro Jouk Sonbay SVD, P. Yohanes Pfeffer, SVD, Agustus 1957-Des. 1958, (mereka bertugas secara bergantian karena kevakuman pastor paroki). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 349

368 P. Chiebenz, SVD, Januari 1959-Desember 1962, Pastor Paroki. P. Paul Podos Pal, SVD dibantu oleh P. Yan Bala Letor, SVD, Desember 1962-Mei 1968, Pastor Paroki. Rm. Paulus Oba, Pr, Mei 1968-Desember 1971, Pastor Paroki. Rm. Anton Solo, Pr, dibantu oleh P. Jerry Lanigen, SVD dan P. Henrik Rua, SVD, Desember 1971-Agustus 1977, Pastor Paroki. P. Stanis Besin, SVD; Rm. Paulus Klau, Pr; P. Cosmas Fernandez, SVD, Agustus 1977-Desember 1979, (ari Seminari Lalian karena vakum pastor paroki). P. Andreas Matutina, SVD, dibantu oleh P. Kornelis Dosi, SVD, Desember1979- Februari 1989, Pastor Paroki. Rm. Thomas Tahu, Pr, Maret 1989-Juni 1995, Pastor Paroki. Rm. Febronius Fenat, Pr, dibantu oleh P. Yohanes Oba, SVD, Juni 1995-April 2005, Pastor Paroki. Rm. Yohanes J. Faentaono, Pr dibantu oleh P. Yohanes Oba, SVD, April 2005-Agust 2010, Pastor Paroki. Rm. Paulus Nahak II, Pr, dibantu oleh P. Yohanes Oba, SVD, Agustus 2010-Desember 2012, Pastor Paroki. Rm. Paulus Nahak II Pr, dibantu oleh P. Marselinus I Nyoman Suarma, SVD, Februari , Pastor Paroki Rm. Yosef Nahak II, Pr Juni , Pastor Paroki. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

369 Pembangunan Gedung Gereja Gedung gereja pertama dibangun oleh umat bersama P. Henry van Wissing, SVD menggunakan material lokal. Gereja sederhana itu diberkati oleh Uskup Dili yang berkedudukan di Timor Timur. P. Henry van Wissing, SVD juga membangun pastoran di rumah jabatan Camat Biboki Selatan sekarang. Bangunan itu dijual karena terlalu jauh dari gereja. Pastoran itu dibeli oleh pemerintah Swapraja Biboki karena baru dipindahkan dari Sufa ke Manufui, sehingga belum memiliki kantor. Hasil penjualan digunakan untuk membangun pastoran baru yang letaknya di halaman bagian Utara gereja sekarang. Bangunan gereja pertama tidak bertahan lama karena rusak. Lalu P. Chiebenz, SVD membangun gereja kedua ber-atapkan alang-alang dan bertembok tanah liat. Pada tahun 1969, Rm. Anton Solo, Pr, dan Pastor Pembantu P. Jerry Lanigen, SVD bersama umat Paroki Manufui secara bergotong royong membangun gereja ketiga yang berpelindungkan Santo Yoha-nes Pemandi. Letak gereja ini bergeser ke Selatan dan sebagian bangunannya masih ada sampai sekarang. Bangunan gereja ini hanya diberkati. Tahun 1990, Rm. Thomas Tahu, Pr bersama umat bergotong royong membangun pastoran baru yang letak-nya di sudut gereja lama. Pada tahun 1991 Rm. Thomas Tahu, Pr bersama umat membangun Gua Maria Naija luu. Tahun 1995, Rm. Febronius Fenat, Pr, bersama umat membangun aula paroki yang terletak di samping Utara pastoran. Pada Oktober 2004, Rm. Febronius Fenat, Pr bersama umat membangun gedung gereja yang digunakan sampai sekarang. Bangunan gereja ini dibangun dalam waktu 10 bulan dan ditahbiskan pada 01 Juli 2005 oleh Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD. Bangunan gereja ini diberi nama pelindung Santo Fran-siskus Xaverius, sedangkan Paroki Manufui ini diberi nama Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 351

370 pelindung Santo Petrus Kanisius. Selain gedung gereja di pusat paroki, ada beberapa kapela yang tersebar di sejumlah tempat, yaitu Kapela Banulu, Kapela Sufa, Kapela Tokbesi, Kapela Oenaem, Kapela Opo, Kapela Pantae, dan Kapela Tamkesi. Menjelang perayaan 75 tahun Paroki Manufui ini, pada awal tahun 2014, oleh Pastor Paroki Rm. Paulus Nahak II, Pr bersama Pastor Pembantu P. Marselinus I Nyoman Suarma, SVD, bersama umat dan didukung oleh Sr. Fridoline OSF dan Sr. Eveline, OSF membangun tenda permanen di Utara gereja baru ini. Selain itu, dilakukan rehab Gereja Santo Fransiskus Xaverius. Juni 2015 terjadi pergantian Pastor Paroki, Rm. Pau-lus Nahak II, Pr berkesempatan untuk mengikuti penyegaran imamat di Jawa. Beliau diganti oleh Rm. Yosef Nahak II, Pr. Sedangkan P. Nyoman diserahkan kembali ke SVD untuk mendapat penempatan yang baru. Perkembangan Misi di Paroki Manufui Pada tahun 2014, Pastor Paroki Manufui bersama DPP dan umat memekarkan beberapa lingkungan dan mengukuhkan Stasi Santo Yoseph Sufa. Dengan dukungan penuh Rm. Valens Boy, Pr dan beberapa pihak, bersama umat Stasi Sufa juga telah dibangun Kapela Sufa. Pada 25 Maret 1992, Tarekat OSF hadir di Paroki Manufui untuk membantu karya pastoral dan karya sosial Gereja. Pada waktu itu, Sr. Theresa, OSF sebagai provinsial OSF ditemani oleh Sr. Redempta, OSF dan Sr. Assumpta, OSF mengantar Sr. Rafaela Ni Wayan Cenik, OSF dan Sr. Elfrida Tanga, OSF memulai pelayanan Tarekat OSF di Manufui. Mereka disambut meriah dengan konvoi sepeda motor, pasukan berkuda, kelompok penari adat dan para umat. Para suster diarak ke Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

371 Lopo Adat Upfaon, dikalungi selendang adat dan diserahi sirih pinang sebagai tanda resmi penerimaan masyarakat setempat secara tulus. Masyarakat sangat bergembira menyambut para suster dengan misi pelayanan yang mereka bawa. Komunitas suster OSF ini pun langsung diresmikan dengan pelindung Ibu Magdalena Daemen. Inilah berkat istimewa bagi Ke-uskupan Atambua dan umat Paroki Manufui yang telah lama menantikan kehadiran para suster di tengah-tengah mereka. Dalam perkembangan selanjutnya, wajah Manufui pun mengalami perubahan dengan sentuhan tangan dan karya para suster OSF. Pergantian tugas diantara para suster terus terjadi, ada yang datang dan ada yang pergi. Selain Sr. Rafaela, OSF dan Sr. Elfrida, OSF, ada suster-suster lain yang pernah berkarya di Manufui, yaitu Sr. Frederik, OSF, Sr. Louisa, OSF, Sr. Victorika, OSF, Sr. Margriet, OSF, Sr. Yofina, OSF, Sr. Heriberta, OSF, Sr. Emiliana, OSF, Sr. Rosalia, OSF, Sr. Magdala, OSF, Sr. Imelda, OSF dan Sr. Lidya, OSF. Pada saat ini, umat Manufui masih didampingi oleh 2 orang suster, yaitu Sr. M. Fridoline, OSF dan Sr. M. Eveline, OSF. ***Rm. Paulus Nahak II, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 353

372 4.2 Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Manumean Paroki Manumean sebelumnya merupakan bagian dari Paroki Manufui. Paroki Manumean dimekarkan dari Paroki Manufui dengan nama Pelindung Paroki Santo Her-man Yosef pada tahun Setelah gereja dibangun lalu ditahbiskan dengan pelindung Santa Rosa da Lima. Sejak kurun waktu , sudah banyak pastor yang pernah berkarya di Paroki Manumean, antara lain P. Y. Pfeffer, SVD ( ); P. H. Dj. Sonbai, SVD ( ). Pada tahun di Manumean berkarya beberapa orang imam sekaligus yakni P. Siebent SVD; P. Y. Verschuren, SVD dan P. Yosef Sievers, SVD. Selanjutnya , P. H. Dj. Sonbai, SVD, P. Zenon Stezycki, SVD, dan P. Karl Scholly, SVD. Tahun , P. Paul Gootee, SVD. Tahun , P. Roger Alasan, SVD dan P. A. Soree, SVD. Tahun , Andreas Matutina, SVD; Tahun , P. Herman Lalawar, SVD.Tahun , P. Jerry Lanigen, SVD dan Rm. Yosef Ukat, Pr. Tahun , Rm. Moses Olin, Pr. ditempatkan lagi sebagai Pastor Paroki Manumean. Rm. Moses Olin, Pr melayani umat Manumean hingga Dalam perjalanan reksa pastoral, status Paroki Manumean pernah dialihkan menjadi salah satu stasi dari Paroki Santo Petrus dan Paulus Lurasik. Baru pada tahun 2003, sesuai SK Uskup Atambua, tertanggal 14 Agustus 2003, status Stasi Manumean ditingkatkan kembali menjadi Paroki dengan perubahan nama pelindung menjadi Hati Kudus Yesus. Tahun 2004, Rm. Dominggus Kabosu, Pr diangkat menjadi Pastor Paroki Manumean menggantikan Rm. Moses Olin, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

373 Kemudian Rm. Barnabas Natun, Pr diangkat sebagai Pastor Pembantu Manumean. Setelah sepuluh tahun berkarya sebagai Pastor Paroki Manumean, tahun 2014 Rm. Dominggus Kabosu, Pr diganti oleh Rm. Emanuel Fkun, Pr sebagai Pastor Paroki Manumean. Hingga sejarah ini diturunkan di Paroki Manumean berkarya dua imam projo Keuskupan Atambua, Rm. Emanuel Fkun sebagai Pastor Paroki dan Rm. Barnabas Natun, Pr sebagai Pastor pembantu. Jumlah umat Paroki Manumean sesuai data statistik tahun 2014 sebanyak jiwa, dengan 14 Lingkungan dan 59 Komunitas Umat Basis. Dari segi perhubungan, komu-nikasi dan transportasi, paroki ini termasuk masih sangat sulit.*** Rm. Emanuel Fkun, Pr Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 355

374 4.3 Paroki Santo Yosef Manamas Sebelum tahun 1916 sudah ada misionaris yang berpatroli ke wilayah Manamas sehingga pada 1 Oktober 1916 didirikan sebuah Sekolah Dasar Katolik di Manamas dengan nama SDK Manamas. Pada 19 Mei 1919 Pastor Vestralen SVD mempermandikan 18 orang pertama di Manamas. Mereka adalah kepala-kepala suku yang ada di wilayah kevetoran Manamas yaitu Manamas, Benus, Bakitolas, Nelu dan Sunsea. Dari tahun wilayah Manamas ini dilayani oleh beberapa pastor asistensi yaitu P. Arnoldus Verstralen, SVD; P. M. Seucu, SVD; P. Y. Smith, SVD dan P.A. Baun, SVD. Dari tahun pastor datang patroli ke wilayah ini setahun sekali. Sedangkan mulai pelayanan ditingkatkan menjadi setahun 2 atau 3 kali. Pada bulan Oktober 1930 Ma-namas sudah menjadi sebuah stasi dari Paroki Maubesi yang secara tetap dilayani oleh Pastor A. Van Haren, SVD sampai dengan Oktober Pada Oktober Juni 1940 Pastor W. Wolterboer, SVD menggantikan Pastor A.V. Haren, SVD, dan November Mei 1949 oleh P. P. Koning SVD. Juni November 1954 oleh P. Lichhart, SVD. Desember Maret 1956, P. Th. De Boer, SVD. April Juni 1957 datang P. R. J. Risse SVD. Juli Mei 1963 P. Paul Gootee, SVD menggantikan, dan Juni Juli 1964 oleh P. Antonius Frey, SVD. Pada 1 Oktober 1964 Stasi Manamas menjadi paroki dengan pelindung Santo Yosef, Suami Maria. Wilayahnya meliputi Manamas, Benus, Bakitolas, Belu, Sunsea, Fatumtasa, Manufonu, Wini dan Oekolo. Lingkungan Mausak/Fatupapan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

375 baru bergabung pada tahun Pastor paroki pertama adalah P. S. Karel, SVD. Pada 3 Maret 1968 pastoran Manamas yang masih seder-hana terbakar hangus sementara P. S. Karel SVD berpatroli ke Nelu. Pelayan pastor, bapak Frans Borgias Fallo berupaya selamatkan buku-buku induk permandian, sementara dokumen-dokumen perkawinan (nomor 1-654), buku Krisma (tanggal 3, 15, 17, 19 Oktober 1966 di Manamas, Mena, Wini dan Liatoti) ludes dimakan api. Pada 26 Agustus 1970 gedung gereja pertama ditahbiskan oleh Mgr. Theodorus Van den Tilaart, SVD dengan dokumen tahbisannya: Dioses Atambua Timor Indonesia. Lecturi Salutem in Domino. Gereja Manamas ini telah ditahbiskan. A.n. Pelindung St. Yosef dan demi kehormatan para martir yang religuinya sudah kami kuburkan bersama ini. Manamas Theodorus Episcopus Atambua Juni 1972 P. S. Kaller, SVD diganti oleh P. Dashbach SVD. Pater Dashbach bertugas hingga Desember Beliau dikenal sebagai pastor pencinta lingkungan hidup. Ia menanam banyak pohon beringin di sekitar gereja. Januari 1979 Rm. Emanuel Bere Damian, Pr alias Rm. Ebed menggantikan Pas-tor Dashbach, SVD. Rm. Ebed berhasil mendirikan SMPK St. Gregorius Agung Manamas. Agustus 1988, P. Paul Gootee, SVD menggantikan Rm. Ebed. Pater Gootee dibantu Rm. Leonardus Bria, Pr yang kemudian meninggalkan imamat. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 357

376 Mulai Juni 1988-Maret 1989 paroki ini dilayani semen-tara oleh Penjabat Deken TTU, Rm. Paulus Nahak I, Pr yang dibantu oleh Rm. Maksi Alo Bria, Pr dan Rm. Pius Nahak, Pr. April 1989 Rm. Paulus Klau, Pr menjadi pastor paroki Manamas, namun karena sakit mata maka kemudian ditarik kembali ke Keuskupan, sehingga paroki ini dilayani oleh Rm. Paulus Nahak I, Pr, Rm. Maxi Alo Bria, Pr, Rm. Pius Nahak, Pr dan Fr. Baltasar Seran, Pr (kini Rm. Baltasar Seran Pr) secara bergantian. Pada 3 Mei Desember 1997, Rm. Stefanus Bria, Pr mulai bertugas di Manamas, dibantu oleh Diakon Hendrikus Hale, Pr yang kemudian setelah ditahbiskan, ditempatkan lagi sebagai pastor pembantu di paroki Manamas. Pada Desember 1997 sampai Oktober 1999, P. Ignatius Olin, SVD menjadi Pastor Paroki Manamas dan dibantu oleh Rm. Yeremias Seran, Pr. Oktober Oktober 2003 Rm. Yeremias Seran, Pr diang-kat sebagai pastor administrator paroki ini. Selama bertugas Rm. Yerem berhasil membuka dua buah tambak ikan untuk paroki ini di Temkuna dan Sisali di wilayah paroki Wini saat ini. Selain itu Rm. Yeremias juga berhasil membangun gedung gereja paroki Manamas yang ditahbiskan oleh Mgr. Anton Pain Ratu SVD pada 20 September Pada Oktober 2003, Rm. Maksimus Sikone Pakaenoni, Pr diangkat sebagai Pastor Administrator menggantikan Rm. Yeremias. Pada saat yang sama Rm. Yohanes Faentaono, Pr diangkat sebagai pastor pembantu paroki ini hingga Oktober Ia lalu digantikan oleh Rm. Fransiskus D. Sales Mea Teku Pr, dengan Frater TOPnya adalah Fr. Yulius Celsus Nesi (kini Rm. Yulius Celsus Nesi, Pr). Rm. Maksimus Sikone bertugas di paroki Manamas sampai dengan Mei Pada 6 Juni 2006 Rm. Leonardus Nahas, Pr menjadi pastor paroki menggantikan Rm. Maksi Sikone, Pr. Rm. Leo dibantu Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

377 oleh Rm. Fransiskus D. Sales Mea Teku, Pr sampai dengan April 2007 dipindahkan ke Maubam sebagai pastor administrator. Fr. TOP waktu itu adalah Fr. Robi Hale (ex).pada Desember Januari 2009 P. Meinolfus Mite, SVD menjadi Pastor Administrator menggantikan Rm. Leonardus Nahas, Pr yang ditugaskan untuk kursus pastoral Kitab Suci di Nemi Roma Italia. Dan Rm. Alfonsius Leki, Pr diangkat sebagai pastor pembantu. Pada 10 Januari 2009, Rm. Leonardus Nahas, Pr diangkat kembali sebagai pastor paroki setelah kembali dari Nemi-Roma- Italia, menggantikan P. Meinolfus Mite SVD dan pastor pembantu masih Rm. Alfonsus Leki, Pr hingga Maret 2009 dipindahkan ke Betun. Frater TOPnya adalah Fr. Marianus Halek yang sudah menjadi imam (Alm). Keadaan Paroki berdasarkan statistik tahun 2013, jumlah umat sebanyak jiwa, yang terdiri dari 822 KK, 4 stasi, 19 Lingkungan dan 63 Komunitas Umat Basis. Tanah paroki diperoleh dari suku-suku: Sasi Leni, Bana Taeki, Emanuel Hunu, Ferdinandus Bene, Andreas Falo dan Suku Bana. Status tanah bersertifikat dengan batas-batas paroki: Bagian Utaradengan paroki Wini; Bagian Selatan, dengan paroki Fafinesu; bagian Timurdengan Mena; Bagian Baratdengan paroki Bakitolas. Pada Juni 2003 para suster SND tiba dan berkarya di paroki Manamas. Mereka membantu di bidang pendidikan dan kesehatan. Sekolah-sekolah yang ada di Paroki Manamas antara lain 3 PAUD: 1 milik SND dan 2 lainnya milik masyarakat; 4 buah Sekolah Dasar (SD): 3 milik Yaperna dan 1 Negeri; ada 2 SMP, 1 Yaperna dan 1 Negeri; dan 1 SLTA Negeri. Para pastor yang pernah melayani di paroki Manamas adalah: P. S. Kaler, SVD; P. Dashbach, SVD; P. Gootee, SVD; Rm. Emanuel Bere Damian, Pr; Rm. Paulus Klau, Pr; Rm. Maksi Alo Bria, Pr; Rm. Paulus Nahak I, Pr; Rm. Stefanus Bria, Pr; Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 359

378 Rm. Leonardus Bria, Pr; Rm. Hendrikus Hale, Pr; P. Ignatius Olin, SVD; Rm. Yeremias Seran, Pr; Rm. Maksimus Sikone Pakaenoni Pr; Rm. Yohanes Faentaono, Pr; Rm. Fransiskus D. Sales Mea Teku, Pr; P. Meinolfus Mite, SVD; Rm. Alfonsius Leki, Pr dan Rm. Yohanes Meak, Pr. Kini Pastor Paroki Santo Yosef Manamas adalah Rm. Leonardus Nahas, Pr dan dibantu Rm. Martinus Nahak, Pr. DPP/DKP dan Panggilan Sejak berdirinya Paroki Manamas, mereka yang telah ber-tugas sebagai DPP dan DKP adalah Yohanes Lelan Meko; Petrus Tae Kolo; Antonius Taol Meko; Marselinus Tebi; Yoseph Meko; Fransiskus Siku; Alexander Kau; Antonius Lasi dan Dominikus Tasaeb, SPd. Para Imam dan biarawan-biarawati asal Paroki Manamas yang telah berkarya antara lain: Br. Nikolas Meko, SVD; P. Fridus Meko, SVD; P. Yoseph Taçain, SVD; P. Yonatas Hunu, SVD; P. Tomy Lasi, SVD; Rm. Kristoforus Oki, Pr; Sr. Maria Yosefa, SSpS; Sr. Yohana Elu, SSpS; Sr. Yohana Teme, SSpS; Sr. Agnes Loasana RVM; Sr. Emirenciana Elu PRR; Sr. Marcelina Teme OSU; Sr. Gradiana Koa SFSc; Sr. Yovita Kolo, PSM; Sr. Maria Suni Teme, Lambung Kudus; Sr. Bernadeta Meko SSpS; Sr. Venidora Sau Tonbesi, SND; Sr. Matilda Teme, PM; Sr. Florensia Keno OSU; Sr. Agusta Desantos Sani Teme, Lambung Kudus; Sr. Yohana Kolo, Alma; Sr. Yovita Teme, Alma; dan Sr. Yovita Koa, SFC.***Rm. Leonardus Nahas, Pr. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

379 4.4 Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu Paroki Ponu letaknya persis di tengah bentangan garis Pantai Utara Biboki Kabupaten TTU. Letaknya yang sangat strategis, paroki Ponu berbatasan langsung dengan Paroki Fatuoni, Paroki Manumean dan Paroki Mena. Paroki yang berpelindung di bawah naungan Santa Maria Bunda Allah ini secara definitif berdiri sebagai sebuah paroki pada 1 Januari Paroki yang telah melewati usia perak ini, memiliki berbagai kekhasan seperti yang dimiliki paroki-paroki lain di Keuskupan Atambua. Kekhasan ini meliputi budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kehidupan beragama. Dari segi budaya, umat paroki Ponu terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu Dawan, Tetum, Bunaq, Kemak, Sabu dan Rote. Setiap suku memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Suku yang paling dominan adalah Dawan dan Tetun. Orangorang suku Dawan umumnya adalah orang-orang asli Biboki dan pendatang dari Miomafo Timur. Sedangkan orang-orang suku Tetun adalah orang-orang pendatang dari Belu dan Timor Leste. Baik orang asli maupun pendatang punya hak dan kewajiban yang sama. Hak atas kepunyaan atau kekayaan sebagai hasil usaha dan warisan dari para orangtua/leluhur. Mereka juga punya kewajiban untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada. Paroki Ponu yang luas wilayahnya kurang lebih 8 km² itu memiliki sejumlah kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup, meliputi perikanan/kelautan, persawahan (irigasi dan tadahan), peternakan, kehutanan dan pertambangan (mangan). Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 361

380 Dari aspek sosial, umat paroki Ponu yang majemuk memiliki sikap dan kharakter karena perbedaan suku, budaya dan bahasa itu, tidak sedikit pun mengurangi rasa kebersamaan dan persaudaraan di antara mereka. Sekalipun berbeda tetapi hubungan antara pribadi dan suku umumnya berjalan baik dan harmonis. Keharmonisan ini nampak lewat tutur kata dan sikap saling menghargai satu sama lain sehingga jarang sekali terjadi perkelahian antar suku dan konflik lainnya. Secara ekonomi, umat paroki Ponu umumnya hidup paspasan bahkan ada yang sangat sederhana. Kesederhanaan ini terlihat jelas lewat fasilitas hidup yang mereka miliki dan gunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Hal ini dialami karena umumnya orang Ponu kurang punya semangat bersaing untuk memiliki lebih. Ada satu mental; menerima keadaan hidup apa adanya sehingga tidak maximal mengolah kekayaan alam yang ada. Karena mental ini, orang Ponu juga umumnya bekerja hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari. Hanya sedikit orang yang bekerja secara ekonomis (sebagian hasil kerja dipasarkan/dijual). Untuk wilayah paroki Ponu, salah satu fasilitas perdagangan yang bisa menunjang ke-giatan ekonomi umat adalah pasar tradisional ( yang dibuka seminggu sekali ) dan sedikit saja pedagang kaki lima. Selain budaya, sosial dan ekonomi, pendidikan juga menjadi salah satu hal penting dalam meningkatkan taraf hidup umat paroki Ponu. Pendidikan paling kurang membuat orang menjadi pribadi yang cerdas dan bebas dari buta aksara. Untuk paroki Ponu, sarana pendidikan yang ada sangatlah terbatas. Sarana pendidikan formal berupa sekolah-sekolah, diantaranya, Sekolah Dasar (6 buah: 4 Sekolah Negeri dan 2 Sekolah Swasta Katolik). SMP (2 buah: 1 sekolah swasta Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

381 Katolik, 1 Sekolah Negeri) dan SMA (1 buah Sekolah Negeri ). Setiap sekolah umumnya memiliki jumlah murid dan guru yang terbatas. Sebagian besar anak-anak usia sekolah, umum-nya putus sekolah/tidak lanjutkan pendidikan. Banyak yang tamat sambut baru langsung berhenti sekolah. Ada yang me-milih sekolah di luar paroki/ke kota dan ada yang memilih putus sekolah untuk bantu orangtua di rumah. Dari segi kesehatan, untuk wilayah Paroki Ponu, sarana dan prasarana yang bisa menunjang pelayanan kesehatan umat sangatlah terbatas. Hanya ada satu Puskesmas dan dua Puskesmas Pembantu (PUSTU) dengan tenaga medis yang terbatas dan sedikit kurang profesional dalam bidangnya. Keterbatasan sarana dan prasarana ini membuat sebagian besar umat lebih suka memilih untuk berobat dan memeriksa kesehatannya di Rumah Sakit Umum Atambua daripada di Puskesmas. Sedangkan dari segi iman terlebih kehidupan beragama, mayoritas umat Ponu beragama Katolik. Menyusul sesudah itu Protestan dan sedikit Muslim. Meskipun mayoritas orang Ponu beragama Katolik, toleransinya terhadap yang minoritas sangat terasa. Tidak ada sikap diskriminasi terhadap kaum minoritas. Kepedulian dan penghargaan terhadap kaum mino-ritas justru sangat dijunjung tinggi, demikian pun sebaliknya. Sebagai kelompok mayoritas, paroki Ponu memiliki sarana rumah ibadat yang memungkinkan bagi umat untuk berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan. Sarana ibadat itu berupa 1 gereja dan 3 kapela. Untuk mendukung kehidupan menggereja, ada beberapa organisasi gerejawi sebagai pendukung antara lain: Legio Maria, THS-THM, Kharismatik dan paguyuban para orangtua rohaniwan/biarawan/biarawati. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 363

382 Pengembangan Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu Mengingat wilayah yang luas dan umat yang banyak, tenaga pastoral tertahbis memadai dan kesangggupan umat maka tahun 1994 paroki Ponu dimekarkan menjadi Paroki Mena, dengan pastor paroki pertama Rm. Edmundus Sako, Pr. Mena sekarang menjadi pusat Dekenat Pantura-Timor Tengah Utara. Dengan adanya peristiwa sosial politik Timor Timur tahun 1999, hal itu sangat berimbas untuk paroki Ponu. Ada banyak pengungsi Timtim masuk wilayah paroki Ponu. Ada Satuan Pemukiman I (SP1) dan Satuan Pemukiman II (SPII) tahun 2000 waktu itu sebagai wilayah transmigrasi local. Tiap satuan pemukiman ada 300 KK (kepala keluarga) berarti ada penambahan 600 KK tidak terhitung anak2 kecil. Jelas umat Ponu bertambah banyak dari berbagai suku, ras dan bahasa di Timor, Flores, Sumba, bahkan dari luar NTT. Atas kesediaan Uskup Atambua dan tenaga tertahbis serta umat yang memadai maka pada tahun 2003 Paroki Ponu dimekarkan lagi, Paroki Santo Fransiskus Xaverius Fatuoni dengan pastor parokinya Rm. Makarius Molo, Pr. Oleh karena itu batas wilayah paroki semakin dipersempit namun jumlah umatnya yang padat. Batas wilayah mengalami perubahan sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Laut Timor; Selatan berbatasan dengan paroki Manumean; Timur berbatasan dengan paroki Fatuoni/ Maukita; dan Barat berbatasan dengan paroki Mena. Ponu sendiri merupakan ibukota kecamatan Biboki Anleu. Dalam wilayah paroki Ponu ada 1 (satu) kelurahan (kelurahan Ponu) dan ada 2 (dua) desa (Oemanu dan Nifutasi). Mata pencaharian penduduk umumnya petani sawah tadah dan petani ladang. Banyak juga umat beternak sapi, kerbau, kambing, babi, dan lain-lain, yang dipelihara secara alamiah. Karena itu menjadi Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

383 masalah yang unik di Ponu dari tahun ke tahun. Sirkulasi ekonomi, pasar seminggu sekali tiap hari Kamis, hingga sekarang sudah ada 3 4 kios melayani kebutuhan pokok masyarakat. Tentang pendidikan: ada 1 SMAN, 2 SMP (Satap Oetfo dan Swasta Maria Bintang Laut), 6 SD (2 SDK dn 4 SDN), 1 TKK dan 4 PAUD. Untuk pelayanan kesehatan, ada 1 Puskesmas dan 3 Pusban (Puskesmas pembantu). Tanah wilayah Ponu mengandung banyak bahan mangan mendapat incaran banyak penambang mangan (pernah tercatat ada 4 investor asing). Pemerintah RI dengan rencana kerja besar KTM (Kota Terpadu Mandiri) sejak tahun 2008 hingga sekarang walaupun banyak pro dan kontra. Jalur jalan Ponu juga dianggap jalur internasional menghubungkan Negara RI dan RDTL. Percepatan pembangunan fisik wilayah perbatasan dipacu tapi kurang persiapan mental umat (masyarakat) menghadapi hal ini. Semua ini berimbas kepada umat dan juga kepada Gereja. Tenaga-tenaga Pastoral tertahbis yang berkarya di Ponu beserta tahun dan jabatan mereka. P. Paul Gootte SVD, , Pastor Paroki. Rm. Willy Seran, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Edmundus Sako, Pr, , Pastor Paroki. Rm Yan Seran Pr, , Pastor Rekan. Rm. Barnabas Natun, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Lambert Nahak, Pr, 1996, Pastor Rekan. Rm. Makarius Molo, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Joseph Tae Bria, Pr, a, Pastor rekan. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 365

384 Rm. Joseph Tae Bria, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Paul Nahak II, Pr, , Pastor Paroki. Rm. Emanuel Fkun, Pr, , Pastor Rekan. P. John Napan, SVD, 2010 sekarangpastor Paroki. Rm. Erwin Asa, Pr, , Pastor Rekan. Selain imam ada para suster dan awam yang berperan dalam paroki Ponu sejak berdirinya hingga sekarang. Mereka itu adalah Sr. Klementia ADM dan Sr. Emanuela ADM; Bapak Fransiskus Tlali ( ), Joseph Kolo, Matias Dudi, Philipus Manek, Benediktus Us Abatan ( ), Marselinus Haki ( ), Balthasar Nule, Maximin Aluman, Blasius Neno, Aleks Monemnasi, Lambertus Nesi, dan Mikhael Oenunu, Camat Biboki Anleu saat ini.***p. Yohanes Napan, SVD. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

385 4.5 Paroki Santo Petrus dan Paulus Lurasik Paroki Lurasik sebelum tahun 1985 masih disebut sebagai Paroki Manumean yang berdiri tahun 1955, memisahkan diri dari Paroki Manufui dengan pastor Paroki P. C. W. Kooy, SVD. Dalam perkembangan Paroki Manumean yang wilayah pastoralnya meliputi wilayah Kefetoran Harneno, wilayah Kefetoran Taitoh dan wilayah Kefetoran Bukifan secara tahap demi tahap berdirilah Paroki Ponu. Lalu tahun 1978 wilayah Kefetoran Bukifan yang bergabung dengan beberapa kampung di Kabupaten Belu dan beberapa Desa di Kecamatan Biboki Selatan membentuk paroki baru bernama Paroki Oeruki dengan pusatnya di Nurobo, sedang wilayah Kefetoran Taitoh tetap dengan Paroki Manumean. P. Jerry Lanigan, SVD yang menjadi pastor paroki Manumean tidak puas dengan wilayahnya hanya terbatas pada Taitoh yang memiliki 5 Desa. Beliau berusaha dan berbicara dengan bapak Uskup Atambua untuk menggabungkan kem-bali wilayah Kefetoran Bukifan ke Paroki Manumean. Namun, umat Bukifan tetap menuntut untuk berdiri sendiri, karena jumlah mereka lebih banyak. Hal ini dilihat pada pesta-pesta atau hari raya Gereja seperti Natal dan Paskah. Umat Bukifan tidak mau menghadiri perayaan di pusat-pusat paroki entah bergabung dengan Paroki Oeruki maupun dengan Paroki Manumean. Mereka lebih suka berdoa di Stasi Lurasik. Berdasarkan kenyataan ini, maka mulai tahun 1980 pada setiap hari raya besar Gereja, Bapak Uskup Atambua mengutus pastor-pastor dari Seminari Lalian membantu melayani umat Bukifan di Kapela Lurasik. Dan pada pertengahan tahun 1980 Provinsial SVD Timor yang kemudian menjadi Uskup Atambua Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 367

386 (Mgr. Anton Pain Ratu SVD), meninjau ke wilayah Bukifan untuk mendapatkan data bagi berdirinya sebuah paroki di Bukifan. Hal ini kemudian menjadi kenyataan dengan keluarnya SK Uskup Atambua No. 228/1983 tertanggal 13 Desember 1983 yang menetapkan pembentukan paroki baru dengan nama Paroki Biboki Utara. Lalu setelah penetapan Lokasi pembangunan gedung gereja Paroki, nama sementara Paroki Biboki Utara diubah dan ditetapkan namanya menjadi Paroki Lurasik dengan SK Uskup Atambua No. 72 tertanggal 25 Februari Paroki ini meliputi wilayah Taitoh dan Bukifan dengan pusat Parokinya di Lurasik. Paroki Lurasik saat ini memiliki umat Katolik sebanyak jiwa dari penduduk Kecamatan Biboki Utara sebanyak jiwa yang tersebar di 11 (sebelas) Desa. Paroki Lurasik dalam estafet kepemimpinan sejak ditetap-kan sebagai paroki pada tahun 1983, yakni P. Jerry Lanigen, SVD ( ); Rm. Yoseph Ukat, Pr ( );Rm. Hendrikus Hale, Pr ( ); Rm. Yakobus Kusi, Pr ( ); Rm. Stefanus Sila, Pr ( ). Selama hampir satu tahun , vakum hingga Rm. Yohanes Oki, Pr ( ). Wilayah Paroki St. Petrus dan Paulus Lurasik meliputi seluruh wilayah eks-kefetoran Bukifan, membentang dari Lokomea sampai Sapaen dan Tualene. Terdiri dari enam desa dan satu kelurahan. Umat Paroki Lurasik sangat beragam, terdiri atas suku-suku dengan ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat seturut wilayah tempat tinggal. Karena itu perlu pendekatan pastoral yang harus disesuaikan dengan kondisi kelompok, di samping upaya-upaya lain dalam rangka keterbukaan terhadap orang lain di luar kelompok. Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

387 Kehidupan sosial ekonomi umat paroki Lurasik, dari tahun ke tahun terus menunjukkan perubahan, sejalan dengan makin sadarnya umat, tentang potensi-potensi alam yang dapat menunjang keberlangsungan hidup. Karena itu dalam pelayanan pastoral senantiasa diupayakan tepat sasaran dan didukung oleh agen pastoral yang tangguh dalam iman dan moral. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas disadari telah memberikan pengaruh yang positif terutama dalam hal keterbukaan terhadap hal-hal yang baru. Di saat yang sama tidak dapat dipungkiri juga pengaruh-pengaruh negatif khususnya dalam pendidikan dan pendampingan anak dalam keluarga. Karena itu, karya pastoral diarahkan pada pendidikan nilai kristiani yang berkesinambungan dalam keluarga-keluarga, juga lembagalembaga pendidikan yang ada di wilayah paroki ini. DPP/DKP adalah agen pastoral yang menjadi ujung tombak dalam karya pastoral paroki, walaupun dalam perjalanan-nya terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat dibenahi, diasah dan diasuh. Umat Katolik Paroki Santo Petrus dan Paulus Lurasik ber-dasarkan statistik tahun 2014 berjumlah jiwa yang ter-sebar dalam 2 Stasi, 6 Kapela dan 24 Lingkungan dan 120 KUB. Kini di Paroki Lurasik ada 1 unit TK Dharma Wanita, ada lima buah SD Katolik; lima SD Negeri; empat SMP Negeri dan sebuah SMA Negeri. ***Rm. Yohanes Oki, Pr dan Rm. Stefanus D aquinaldo Seran, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 369

388 4.6 Paroki Santa Filomena Mena Pada mulanya Paroki Santa Filomena Mena hanya terdiri dari beberapa lingkungan yang merupakan bagian dari beberapa paroki. Lingkungan Kaubele dan sekitarnya merupakan bagian dari Paroki Bunda Allah Ponu; Lingkungan Unina, Matabesi dan Taesnines merupakan bagian dari Paroki Santo Petrus Kanisius Manufui; sedangkan Lingkungan Tainsala I, II, Lingkungan Oekolo I, II, dan Lingkungan Sumnali merupakan bagian dari Paroki Santo Yosef Manamas. Karena dilihat dari jarak dengan paroki induknya begitu jauh, maka oleh Pater Paulus Gootte, SVD dibangun tiga buah kapela yakni Kapela Kaubele untuk umat Kaubele dan sekitarnya, Kapela Santo Fransiskus Xaverius Oekolo untuk umat di Oekolo dan Oesoko; serta Kapela Santo Leonardus Tainsala untuk umat di Tainsala. Kapela-kapela ini dimanfaatkan oleh umat sebagai tempat untuk berdoa dan beribadat pada setiap hari Minggu bila Pastor tidak mengunjungi umatnya. Pemimpin doa dan ibadat hari Minggu di kapela-kapela itu biasanya Guru Agama kampung yang ditunjuk oleh Pastor Paroki. Sedangkan pada Hari Raya seperti Natal, Paskah dan pelayanan sakramen-sakramen, misalnya Permandian, Komuni Pertama, Pengakuan dan Sakramen Perkawinan semuanya berpusat di Paroki induk. Pada Oktober 1990, atas inisiatif beberapa tokoh umat menyampaikan keluhan umat kepada Pastor Paroki Santo Yosef Manamas, Rm. Stefanus Bria, Pr agar umat di Lingkungan Oekolo, Oesoko dan Tainsala mendapat pelayanan khusus pada hari raya (Natal dan Paskah) di Kapela Santo Fransiskus Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

389 Xaverius Oekolo. Para tokoh umat itu adalah Bapak Hendrikus Bedu (Kepala Desa Humusu B); Bapak Paulus Tabenu (Kepala Desa Tainsala); Bapak Emanuel Seran (Kepala SDN Oesoko); Bapak Yosef Nitbani (Kepala SDK Oekolo); Bapak Cyprianus Leu (Kepala SDK Haenfeka); Bapak Thomas Kusi (Kepala SDN Mausak) dan Bapak Asterius Taku (Ketua Lingkungan Oekolo). Mereka bersama Rm. Stefanus Bria, Pr menghadap Deken Timor Tengah Utara, P. Yakobus Bura Luli, SVD untuk meminta agar merayakan Natal dan Paskah di Oekolo. Perjuangan itu mendapatkan jawaban positif dari Pater Deken Timor Tengah Utara. Pada 25 Desember 1990 terjadilah perayaan Natal pertama kali di Kapela Santo Fransiskus Xaverius Oekolo dipimpin oleh Pastor Pembantu Paroki Santo Yosef Manamas, Rm. Hendrikus Hale, Pr. Pada tahun 1991 perayaan Paskah masih tetap dirayakan oleh umat Oekolo dan sekitarnya, maka umat dari lingkungan Kaubele dan Mena yang menjadi bagian dari paroki Santo Bunda Allah Ponu yang seharusnya merayakan Paskah di Ponu berbalik dan bergabung dengan umat Oekolo. Demikian pun pada perayaan Natal 1991 oleh Rm. Hendrikus Hale, Pr. Pada perayaan Paskah 1992, pelayanan tersebut harus dikembalikan ke paroki asal. Stasi Oekolo harus merayakan pesta Paskah di Manamas dan umat Oepuah harus merayakan Paskah di Ponu. Maka muncullah inisiatif beberapa tokoh umat dari Oekolo dan Tainsala termasuk utusan dari Oepuah untuk menghadap P. Yakobus Bura, SVD selaku Deken TTU, selanjutnya menuju Atambua untuk meminta persetujuan Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD untuk mendapatkan pelayanan tetap di Kapela Oekolo pada setiap hari raya. Tahun 1992, melalui sidang Dewan Imam Keuskupan Atambua memutuskan Stasi Oekolo, bagian dari paroki Santo Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 371

390 Yosef Manamas dan umat Kaubele, bagian dari paroki Santa Bunda Allah Ponu serta umat lingkungan Unina Matabesi dan Taesnenis, bagian dari paroki Santo Petrus Kanisius Manufui untuk merayakan Natal bersama di Kapela Kaubele. Perayaan Natal ini dipimpin oleh Romo Edmundus Sako, Pr selaku Pastor Administrator Paroki Santa Bunda Allah Ponu. Bertitik tolak dari perayaan Natal tahun 1992 itu maka lahirlah persiapan untuk bakal paroki Mena. Ketetapan sebagai bakal paroki Mena merujuk pada SK Uskup Atambua, Mgr. Anton Pain Ratu, SVD No. 27 tertanggal 19 Januari Dalam SK itu menunjuk Rm. Edmundus Sako, Pr selaku Pastor Administrator Paroki Bunda Allah Ponu merangkap bakal Paroki Mena dan Romo Yanuarius Seran, Pr sebagai Pastor Pembantunya dalam menggembalakan umat Allah, baik di Paroki Bunda Allah Ponu maupun di bakal Paroki Mena. Perjuangan menjadi bakal paroki sangatlah tidak mudah dan tidak segampang apa yang dipikirkan, apalagi harus terpisah untuk menjadi sebuah paroki yang baru. Setelah terbentuk menjadi bakal paroki Mena, Rm. Edmundus Sako, Pr bersama beberapa tokoh umat melanjutkan perjuangan agar kelak bakal paroki Mena menjadi paroki tetap di wilayah Mena. Tokoh-tokoh umat itu adalah Johanes Taolin (Tokoh Umat Kaubele); Yosef Laku (Kepala Desa Oepuah); Thomas Tahaf (Kepala SDK Inane); Kanisius Naiba (Kepala Desa Humusu B); Paulus Tabenu (Kepala Desa Tainsala); Cyprianus Leu (Kepala SDK Haenfeka); Herman Haen (Tokoh umat Tainsala); dan Timotheus Tnesi (Kepala Desa Luniup). Ada beberapa pertimbangan dasar dan alasan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh tersebut kepada Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Pertama, Mena adalah sebuah wilayah yang letaknya sangat strategis di Utara Pulau Timor yang menjadi pintu Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

391 masuknya agama Nasrani di Kabupaten Timor Tengah Utara melalui para Misionaris Portugis di Sumnali, tempat yang dikenal sampai saat ini. Kedua, wilayah Mena merupakan jalur strategis antara Negara Timor Leste dan Indonesia. Ketiga, Mena adalah wilayah yang sangat kaya akan kekayaan alamnya, baik daratan maupun lautan. Kekayaan alam ini dapat membuka peluang bagi aliran agama lain untuk boleh berkembang di wilayah Mena. Keempat, penduduk di wilayah Mena mayoritas beragama Katolik. Kelima, umat di wilayah Mena sangat jauh dari paroki induknya sehingga sering sulit dalam pelayanan Sakramen-Sakramen termasuk perayaan hari besar agama yakni perayaan Natal dan Paskah. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka sidang Dewan Imam di Keuskupan Atambua memutuskan Bakal Paroki Mena berubah Status menjadi Paroki melalui SK Uskup Atambua No. 527 tertanggal 14 Desember 1994 dengan nama Paroki Santa Filomena Mena. Romo Edmundus Sako, Pr, menjadi pastor perintis sekaligus pastor paroki pertama di Paroki Santa Filomena Mena dan Romo Yanuarius Seran, Pr sebagai pastor pembantu. Hari Ulang Tahun Paroki Santa Filomena Mena dirayakan setiap 11 Agustus. Letak Geografis Paroki Santa Filomena Mena terletak antara: Timur berbatasan dengan Paroki Bunda Allah Ponu; Barat berbatasan dengan Paroki St. Yosef Manamas; Utara berbatasan dengan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Wini; dan Selatan berbatasan dengan Paroki Santo Petrus Kanisius Manufui dan Paroki Santo Antonius Padua Fafinesu. Paroki Santa Filomena Mena juga termasuk salah satu tempat bersejarah di wilayah Keuskupan Atambua karena Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 373

392 Agama Katolik masuk pertama melalui Mena dan orang yang mendapat baptisan pertama bernama Filomena da Cruz. Paroki Santa Filomena juga berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pada tahun 2001, P. Andreas Hane, SVD menggantikan Rm. Edmundus Sako, Pr sebagai pastor Paroki Mena sampai dengan tahun Ketika Paroki Mena dipersiapkan menjadi pusat Dekenat Mena, maka P. Kornelis Dosi, SVD diangkat sebagai Pastor Paroki menggantikan P. Andreas Hane, SVD. P. Kornelis dibantu oleh P. Marsel I Nyoman Suarma, SVD sebagai Pastor Pembantu. Pada tahun 2012, Rm. Yunus Sirilus Bouk, Pr diperbantukan lagi pada Paroki Mena. Sedangkan P. Nyoman dipindahkan ke Paroki Manufui. Tahun 2013 Rm. Feliks O. Bowe, Pr datang lagi membantu di Paroki Mena, hingga pergantian Deken Mena dari P. Kornelis Dosi, SVD kepada Rm. Kanisius Oki Pr merangkap sebagai Pastor Paroki Mena.***Oktovianus Tulasi, SE Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

393 4.7 Paroki Santo Antonius Padua Fafinesu Paroki Santo Antonius Padua Fafinesu sebelumnya merupakan Stasi Fatuhao, bagian dari wilayah pelayanan pastoral Paroki Santo Yohanes Maria Vianey Maubesi. Setiap hari Minggu, pesta, Natal dan Paskah, lingkunganlingkungan dalam wilayah stasi Fatuhao mendapat pelayanan dari paroki induk yaitu Paroki Maubesi. Dalam perkembangan, umat semakin bertambah, maka dipertimbangkan untuk mendirikan sebuah kapela pada tahun Sebagai perintis kapela saat itu adalah P. Paul Gootee, SVD, yang dibantu oleh beberapa Guru Agama yakni Silvester Sno e dari Unan; Robertus Alen dari Oenaek; Viktor Leok dari Fatuhao; Quido Pala dari Loel; Paulus Saku dari Nefosene; dan Hilarius Nome dari Usapibaki. Pada masa Rm. Maksi Aloysius Bria, Pr sebagai Pastor Paroki Maubesi, beliau memersiapkan menjadi bakal stasi dan menjadi stasi definitif bersama dengan Diakon Stefanus Boisala, Pr dan Fr. Emanuel Seran (ex.). Kemudian ditahbiskan sebuah kapela di Fatuhao dengan nama Fafinesu, pada hari Selasa, 28 Mei 1985 oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Pada tahun 1998, Rm. Hieronimus Kore, Pr ditugaskan oleh Rm. Aloysius Kosat, Pr sebagai Pastor Paroki Maubesi, untuk menetap di Fatuhao dan memersiapkan menjadi bakal paroki sampai menjadi paroki. Atas pertimbangan bahwa umat Stasi Fatuhao makin bertambah setiap tahunnya dan memungkinkan untuk layaknya berdiri sendiri menjadi satu paroki, maka pada hari Selasa, 23 Juni 2003 Uskup Atambua menerbitkan SK tentang Pembentukan dan peresmian Paroki Santo Antonius Padua Fafinesu yang definitif. Sejak saat itu Paroki Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 375

394 St. Antonius Padua Fafinesu resmi berdiri dengan Pastor Paroki pertama adalah Rm. Hironimus Kore, Pr yang bertugas dari 10 Febuari Juni Pada tahun 2005, Rm. Hiro Kore dibantu oleh Rm. Fidelis Sanbein, Pr sampai Pastor Paroki kedua adalah Rm. Beatus Salu, Pr dari 25 Juni saat sejarah ini ditulis tahun 2015, bersama Frater TOPER, Yohanes Emanuel Bria (Agustus Juli 2013) dan Frater TOPER berikutnya, Fr, Yohanes Marianus Tallo dari 10 Agustus Saat sejarah ini ditulis, Rm. Flavianus Kuftalan, Pr bertugas sebagai Pastor Pembantu di Paroki Fafinesu. Jumlah umat Paroki Fafinesu berdasarkan statistik tahun 2013, sebanyak orang yang terdiri dari 867 KK, 14 Lingkungan dan 48 KUB. Tanah untuk pembangunan gereja paroki diperoleh dari umat Paroki Santo Antonius Padua Fafinesu dengan status hibah dari umat kepada Gereja dan menjadi milik Gereja. Batas-Batas wilayah Paroki Fafinesu: Utara berbatasan dengan Paroki Manamas; Selatan berbatasan dengan Paroki Maubesi; Timur berbatasan dengan Paroki Mena dan Maubesi; dan Barat berbatasan dengan Paroki Jak. Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki sangat berperan dari periodeke periode. Periode DPP: Fransiskus Bnao, BA dan DKP: Gabriel Ukat. Periode DPP: Elias Tae, SAg dan DKP: Dominikus Tae. Periode : DPP: Agustinus Saku dan DKP: Dominikus Tae. Periode DPP: Elias Tae, SAg dan DKP: Thimoteus Keke. Dari segi panggilan, ada banyak anak paroki yang telah menjadi imam dan suster, antara lain: Rm. Yulius Efi, Pr; P. Fransiskus Funan, SVD; Sr. Rensi Nese, PSM; Sr. Elisabeth Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

395 Akoit, ALMA; Sr. Melania Aban, PM dan sejumlah calon imam lain yang sedang menempuh studi di seminari tinggi dan seminari menengah. Selain itu ada sejumlah Katekis yang selalu menjadi ujung tombak pastoral paroki yakni Elias Tae, SAg; Balthasar Seo, SAg; Stefanus Kan, SAg; Yulius Pineul, S. Ag; Amandus Sene, SAg; Melania Safe, SAg dan Beatriks Kolo, SAg.*** Rm. Beatus Salu, Pr & DPP š œ 4.8 Paroki Santo Yohanes Pemandi Bakitolas Paroki Santo Yohanes Pemandi Bakitolas merupakan sebuah paroki kecil dalam Keuskupan Atambua di Dekenat Mena. Paroki ini mulanya adalah sebuah stasi dari Paroki Santo Yoseph Manamas, dan secara resmi berdiri sendiri sebagai paroki pada tahun 2003 atas persetujuan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Beberapa tokoh baik imam maupun awam berandil besar dalam proses berdirinya paroki Bakitolas ini yang patut disebutkan antara lain: Rm. Aloysius Kosat, Pr, Bapak Yohanes Lelan, Bapak Dominikus Elu, Bapak Yoseph Tasi, Bapak Arnoldus Taeki, dan Bapak Konstantinus Fotis. Meskipun perjuangan ini telah berhasil dan mendapat restu dari Mgr. Anton Pain Ratu, SVD untuk diresmikan sebagai paroki pada tahun 2003, namun Pastor Parokinya masih Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 377

396 merangkap tugas untuk Paroki Manamas dan Bakitolas yang berkedudukan di Paroki Manamas. Keadaan ini berlangsung hingga tahun Baru pada tahun 2005 Rm. Fransiskus D.S Teku, Pr mulai menetap di Paroki Santo Yohanes Pemandi Bakitolas sebagai Pastor Administrator Paroki. Dalam sejarah perjalanan Paroki Bakitolas, paroki ini digembalai oleh para pastor berturut-turut sebagai berikut: Rm. Maksi Sikone, Pr, Rm. Yeremias Seran, Pr dengan Pastor rekan Rm. Yohanes Faentaono, Pr; Rm. Fransiskus D.S Teku, Pr; Rm. Leonardus Nahas, Pr dengan pastor rekan, P. Meinolfus Mite, SVD serta Rm. Alfons Leki, Pr. Sejak awal Maret 2010 hingga sejarah paroki ditulis digembalai oleh Rm. Paulus B. Hobamatan, Pr. Demografi dan Topografi Paroki Bakitolas terdiri dari 7 Lingkungan dan 47 KUB dengan jumlah umat sesuai data per Desember 2012 sebanyak jiwa. Pelayanan rutin khusus misa hari Minggu diada-kan di empat tempat yakni di Pusat Paroki; Kapela Santo Yosef Freinademetz Sunbaki; Kapela Santo Antonius Liatoti dan Kapela Santo Petrus Nelu. Secara topografis paroki ini didominasi wilayah perbu-kitan yang berbatasan langsung dengan wilayah Negara Republik Demokratik Timor Leste (Distric Oekusi). Bagian Timur berbatasan dengan Paroki St. Yoseph Manamas, bagian Barat berbatasan dengan Stasi Bitefa Paroki Santo Andreas Tunbaba, dan bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Jak. Dari data demografis ini dapat mempertegas pernyataan bahwa dilihat dari segi aset umat Paroki St. Yohanes Pemandi Bakitolas menjadi nomor akhir dari paroki-paroki lain di Ke- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

397 uskupan Atambua. Namun, sekalipun demikian, faktor topografi dengan kondisi alam yang tidak terlalu menjanjikan memacu umat yang 90% petani untuk bekerja keras membangun hidup mereka dan membangun parokinya. Kesadaran akan hidup iman memang belum memadai. Salah satu faktornya adalah latar belakang pendidikan. Faktor ini menjadi perkara serius manakala Gereja menawarkan aneka metode untuk maksud perubahan hidup maupun kema-juan iman umat. Analisis sosial memberi signal bahwa faktor topografi juga membentuk watak manusia. Bila tingkat pemahaman umat 65% berada di bawah rata-rata dengan ideologi mapan, maka segala cara pendekatan perlu disiasati untuk perlahan-lahan mengakarkan apa yang dimaksud dengan pemberdikarian Gereja. Sosio Kultural Keseluruhan umat Paroki Santo Yohanes Pemandi Bakito-las merupakan gabungan dua (2) suku besar yaitu: Suku BOBOS dan MEKOS. Suku Bobos mendiami wilayah Bakitolas dan Sunsea sedangkan suku Mekos mendiami wilayah Sun-baki dan Nelu. Perbedaan suku ini sebenarnya dibagi atas dasar sistem kerajaan pada zaman Portugis, akan tetapi secara kultur semuanya menganut kultur Ambeno. Dalam situasi dan kondisi ini, Gereja Paroki Bakitolas selalu menyerukan luhurnya persaudaraan Kristiani dengan menghilangkan segala bentuk perbedaan. Namun secara terselubung unsur etnis-primordial telah tertanam begitu kental, sehingga di dalam kehidupan sosial masih nampak jelas adanya jarak pergaulan di antara umat dari kedua suku tersebut.*** Rm. Paulus Bapaq, Pr. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 379

398 4.9 Paroaki Santo Fransiskus Xaverius Fatuoni Sejak Paroki Ponu berdiri, wilayah Harneno Timur menjadi salah satu stasinya yang diberi nama Stasi Santu Fransiskus Xaverius Fatuoni. Gereja stasi ditempatkan di Fatuoni yang dulunya merupakan pusat Kefetoran Harneno. Fatuoni suatu tempat yang terletak di Nonotbatan yang dalam tutur bahasa adat dikenal dengan nama Nonot Serereu Batan Serereu. Fatuoni dalam Bahasa Dawan artinya batu lebah (fatu = batu; oni = lebah) karena di wilayah itu dan sekitarnya terdapat deretan gunung batu, gua alam dan pohon-pohon besar di tengah hutan belukar yang biasa menjadi pilihan komunitas lebah untuk bersarang dan menghasilkan madu. Karakteristik alam dan manusia di wilayah ini, menjadi dasar yang kuat untuk didirikan gedung gereja dengan lokasi-nya di Fatuoni. Para pemuka umatdi wilayah ini berkeyakinan bahwa di Fatuoni, Gereja akan berkembang dengan subur; Gereja akan memiliki iman yang kuat bagaikan batu karang; Gereja akan semakin subur menampilkan diri sebagai komu-nitas pewarta dan pelayan Sabda Tuhan bagaikan komunitas lebah di alam yang subur. Atas dasar keyakinan itulah gereja stasi Fatuoni didirikan dan dianugerahi nama, Stasi Fransiskus Xaverius Fatuoni. Dalam adat Biboki, wilayah Harneno merupakan pusat pemersatu masyarakat dengan pemangku adatnya adalah Harneno Tuan di bawah kuasa Kekaiseran Biboki yang berkedudukan di Tamkesi yang lazimnya dalam tutur bahasa adat disapa dengan nama kehormatan Neno Biboki Funan Biboki es sonaf Tamkesi. Meskipun masyarakat Harneno berlatar- Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

399 belakang aneka suku yang di kala itu tercatat 42 suku, namun semuanya hidup bersatu karena berada dalam satu kesatuan wilayah dan budaya dengan penguasanya adalah Kaiser Biboki. Dipandang dari sisi wilayah penduduk dan hukum adat masyarakat setempat, sangatlah tepat Fatuoni diplih dan dijadikan pusat Gereja Stasi Santu Fransiskus Xaverius. Gereja stasi ini didirikan setelah melihat potensi-potensi yang dimiliki umat antara lain: Jumlah Keluarga Katolik KK, jumlah seluruh umat stasi sebanyak jiwa, dengan rincian umat Orang Dewasa (OD) jiwa; umat Muda-Mudi (MM) 712 jiwa; dan umat Anak-Anak (AA) jiwa. Ekonomi umat cukup baik dan terus dikembangkan dengan bertani dan berternak di lahan yang subur, juga dengan menambak ikan dan dengan menangkap ikan di laut dan kepiting di kolam alam. Kesadaran umat untuk berorganisasi dalam Gereja mulai bertumbuh melalui Komunitas Umat Basis (KUB), Lingkungan, Dewan Pastoral Stasi dan Dewan Pastoral Paroki. Umat menghayati imannya secara nyata dengan melibatkan diri dalam urusan-urusan kemasyarakatan dan pemerintahan. Umat berada di kampung-kampung dalam enam (6) wilayah kedesaan yakni kedesaan Motadik, Nonotbatan, Sifaniha, Mauk-abatan, Webikan-Kotafoun dan kedesaan Tuamese. Para pemimpin di desa didomi-nasi oleh tokoh masyarakat yang beragama katolik. Di sana mereka menjadi saksi Kristus dan pewarta Injil dalam berbagai urusan tata dunia yang kontekstual. Umat Katolik mengembangkan pendidikan katolik selain melalui institusi keluarga, KUB, Paroki, juga terutama Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 381

400 melalui sekolah sebagai lembaga pengemban pendidikan formal. Di setiap desa dalam wilayah Harneno Timur terdapat Sekolah Dasar yaitu SDK Tatuoni, SDN Nonotbatan, SDK Oenitas, SDK Nun Ekat, SDN Kotafoun dan SDN Anggur. Pendidikan Agama Katolik bagi anak-anak dita-namkan secara teratur oleh para guru katolik di sekolah-sekolah. Gereja menyadari bahwa umat Katolik sedang bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang telah lama terpola hidupnya oleh budaya warisan leluhur dan falsafah masyarakat tani. Alamnya berbukit batu dan berkelok-kelok indah lembahnya. Di kaki bukit terbentang dataran luas nun jauh sampai ke pantai laut biru. Keindahan alam yang sungguh menawan hati itu ternyata menjadi habitat yang paling nya-man bagi sekalian hewan ternak dan margasatwa. Para petani pun riang gembira mencari nafkah dengan membuka lahan pertanian dan mengolahnya menjadi sumber rejeki. Selain mencari nafkah dengan bertani, juga banyak orang mencari nafkah dengan melaut sebagai nelayan. Perkembangan penduduk semakin meningkat dan jumlah umat Katolik pun semakin bertambah. Akan tetapi tingkat kesejahteraan umat dan masyarakat masih harus dipacu terus. Kehidupan rohani umat harus disirimi terus menerus dengan benih-benih Firman agar iman yang sudah bertumbuh itu semakin mengakar hanya pada Kristus. Patut disadari bahwa Gereja dalam perkembangannyatak pernah luput dari keanekaan tantangan dan kesulitan yang terus menguji kemurnian iman. Kita menyaksikan bahwa mayoritas masyarakat di kawasan pantai utara Kabupaten TTU adalah penganut agama Katolik. Betapa bangganya umat dan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

401 masyarakat Katolik ketika tahun 1975 berdirilah paroki baru yang diberi nama Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu di Ponu. Umat Katolik Stasi Fatuoni pun tidak ketinggalan kebanggaannya menjadi stasi dari Paroki baru tersebut. Akan tetapi kebanggaan itu sesewaktu dapat menurun sampai ke titik bosan dan malas tatkala kebanyakan umat dari kampung-kampung harus berjalan kaki pergi-pulang ke ponu untuk urusan-urusan rohani.bayangkan saja, umat dari stasi Fatuoni ke ke Ponu harus menempuh jarak 15 km (PP 30 Km) dengan berjalan kaki. Ini cukup jauh dan melelahkan. Tentu jarak dari masing-masing kampung dalam wilayah stasi Fatuoni ke pusat paroki, ada yang lebih dari 15 km ada pula yang kurang. Bisa dibayangkan betapa menderitanya orang-orang berjalan kaki di bawa teriknya mata hari sepanjang musim kemarau, atau pula orang-orang berjalan kaki seberangi banjir sambil menahan guyuran hujan di waktu musim hujan. Catatan, sampai dengan tahun 2000 keterse-diaan sarana transportasi angkutan umum (bus dan minibus) untuk wilayah Pantai Utara masih sangat terbatas dan sulit, tidak seperti tahun-tahun berikutnya hingga sekarang. Naik peringkat stasi bakal Paroki Berawal dari kekecewaan umat Katolik wilayah Harneno Timur karena gagal mengikuti perayaan Natal 1999 di pusat paroki. Di kala itu umat sudah siap di pinggir jalan raya. Mereka menanti kendaraan angkutan umum untuk ke Ponu. Karena keterbatasan kendaraan angkutan umum itu, maka banyak umat tidak dapat diberangkatkan. Mereka kesal dan kecewa karena gagal menghadiri perayaan Misa Natal. Kekecewaan manusia karena gagal mencapai tujuan aktivitasnya tidak dipandang sebagai alasan timbulnya keputusasaan, Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 383

402 tetapi sebagai tantangan yang mendewasakan iman. Di balik kekecewaan ada harapan akan terbit terang manakala umat beriman merindukan dan menyediakan tempat untuk mendirikan gereja stasi. Pastor Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu, Rm. Makarius Molo, Pr sangat tanggap dengan kesulitan dan kerinduan umat stasi Fatuoni. Di awal tahun 2000 beliau mengeluarkan kebijakan baru bahwa pada setiap perayaan Natal dan Paskah, imam akan merayakan misa bersama umat se-wilayah Harneno Timur di Fatuoni. Dan seluruh pelayanan pastoral umat mulai dipusatkan di Fatuoni. Kebijakan ini disambut gembira oleh para ketua suku, pemuka adat dan umat kristiani. Mereka yakin bahwa Gereja akan semakin berkembang di wilayah Harneno Timur. Karena itulah para ketua suku, tokoh adat, pemuka umat dan para pejabat pemerintah sepakat menyerahkan tanah suku seluas 6,5 HA kepada pihak Gereja. Penyerahan itu dibuat dalam suatu acara pertemuan di Fatuoni, 23 Juli 2000 yang dibuktikan dengan Surat pernyataan penyerahan tanah suku kepada Gereja ditandatangani oleh pihak pertama: Yang melepaskan hak atas tanah yakni para tua adat dari Nona Seleleu-Batan Seleleu yakni suku Sonamnasi (Frans Seu), suku Sonamnanu (Agustinus Ane), suku Amseru (Benediktus Asten), suku Sintubas (Daniel Duati), suku Manlimas (Aloysius Kehi), suku Amanatun (Edmundus Fahik), suku Amreun (Blasius Manek), suku Uskono (Hendrikus Manek), suku Naet (Agustinus Hale), suku Nabit ( Yonatas Salu) dan suku Usfahik (Salomon Manek), kepada pihak kedua: Yang menerima pelepasan hak atas tanah, Dewan Pastoral Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu (Matias Dudi). Surat penyerahan dan penerimahan hak atas tanah ditandatangani juga dengan para saksi penyerahan tanah yakni Kepala Desa Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

403 Nonotbatan (Ferdi Kiik), Ketua III DPP Ponu (Yosef Kolo), Pas-tor Paroki Santa Maria Bunda Allah Ponu (Rm. Makarius Molo, Pr). Yang turut menandatangani adalah pihak yang turut mengetahui yakni Camat Pembantu Biboki (P. D. Afeanpah, S. IP), Kapolsek Ponu, Kecamatan Pembantu Biboki Utara (F. Yopy Lekalompessy) dan Danpos Ramil Kecamatan Biboki Utara (Bonavasius Hale). Tanah seluas itu diperuntukan pembangunan Gereja Fatuoni seluas 2,5 HA, dan untuk lahan pertanian gereja yang terletak di Kekehilaran seluas 4 HA. Kerinduan hati umat bersinar tatkala Misa Natal Yubilium Agung 2000 dirayakan di Stasi Fatuoni, dan pada awal tahun 2001 kegiatan pelayanan pastoral dan administrasinya mulai dipisahkan dari paroki induk. Sebagai konsekuensi dari kebijakan pastoral itu, maka pada 7 April 2001 pastor Makarius Molo, Pr dalam kapasitasnya sebagai pastor Paroki Santa Maria Bunda Allah mulai menetap di Stasi Fatuoni sebagai persiapan menuju bakal paroki dan akan lahir paroki baru. Sejak itu pula pelayanan pastoral di pusat paroki dikuasakan kepada pastor pembantu, Rm. Yosef Tae Bria, Pr. Menetapnya Rm. Makarius Molo Pr di Fatuoni, memerlihatkan keseriusan penyiapan segala sesuatu berkaitan dengan lahirnya paroki baru. Dalam kurun waktu tiga tahun, perkembangan umat dalam hal kemandirian di bidang iman, di bidang pendidikan dan di bidang sosial ekonomi dan partisipasi serta tanggungjawab umat dalam karya pastoral mengalami kemajuan yang signifikan.oleh melihat kemajuan itu, maka status stasi naik peringkat menjadi bakal paroki, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai bakal paroki. Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 385

404 Resmi Berdiri Paroki Santu Fransiskus Xaverius Fatuoni Setelah berjalan 1 tahun sebagai stasi bakal paroki akhir-nya ditetapkan menjadi Paroki Santo Fransiskus Xaverius Fatuoni oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD dan diresmikan pada hari Minggu, 3 Oktober 2004 dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Deken Timor Tengah Utara Rm. Aloysius Kosat, Pr, bersama Pastor Paroki Fatuoni pertama, Rm. Makarius Molo, Pr dan umat setempat. Bersama tongkat penggembalaan umat paroki baru yang dipegang oleh Rm. Makarius Molo, Pr terus digalakkan semangat kemandirian umat dalam membangun Gereja. Upaya pembangunan kerohanian, mental spiritual dan iman umat serta penghayatannya menjadi prioritas karya pastoral. Prioritas itu dibingkai dalam tiga bidang pastoral yakni bidang pendidikan iman, bidang pendidikan umat dan bidang aksi kemasyarakatan. Sejak awal berdirinya paroki ini, sang gembala mengutamakan kesadaran umat dan kemandiriannya dalam hidup menggereja. Ia sadar bahwa gedung Gereja dan gedung pastoran masih merupakan bangunan darurat bertiang kayu dan beratap daun gewang. Ini suatu bangunan yang mungkin dianggap orang banyak, sudah ketinggalan zaman, bahkan kerapkali ia menahan perasaan oleh bahasa sindirian orang lain bahwa di zaman yang semakin modern ini masih terdapat gedung Gereja yang beratap daun gewang. Walau demikian, Rm. Makarius Molo, Pr yang sudah berpengalaman dalam hal merintis dan meretas paroki baru (Paroki Tukuneno dan Paroki Haliwen) tak gentar. Ia tetap pegang prinsipnya yaitu menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada umat untuk hidup mandiri. Ia tidak mendahulukan pemba-ngunan fisik gereja dengan cara mencari dana dari luar atau dari umat lain. Ia malah terhibur sebab nyatanya imam dan Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

405 umat merasa senang merayakan Ekaristi dan beraktivitas pas-toral di tempat itu dalam kondisi yang demikian.ia juga merasa terhibur karena dalam kondisi itu, justru kesadaran untuk membangun fisik Gereja datangnya dari umat sendiri. Dalam hal ini kesadaran umat untuk membangun paroki mandiri semakin meningkat. Dengan bermodalkan kekuatan umat separoki,maka ia pun telah berhasilmembangun tiga unit rumah pastoran yang permanen di puncak bukit Fatuoni dan akan menyusul pembangunan gedung Gereja pada lokasi yang sudah tersedia. Kurang lebih 15 tahun Rm. Makarius Molo, Pr, menjadi pastor stasi dan pastor paroki Santo Fransiskus Xaverius Fatuoini. Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Atambua memandang perlu diadakan penyegaran pelayanan, maka melalui SK Uskup Atambua No. 231/2015 tertanggal 28 Mei 2015, Rm. Makarius Molo, Pr dibebastugaskan dari tugas dan tang-gungjawabnya sebagai Pastor Paroki Santo Fransiskus Xave-rius Fatuoni dan mengangkat Rm. Maxi Amnanu, Pr sebagai Pastor Paroki yang baru. Meskipun terjadi pergantian pastor paroki, semangat umat tetap menggebu untuk membangun gedung gerejanya. Kini gereja paroki Santo Fransiskus Xaverius Fatuoni dalam penggembalaan Rm. Maxi Amnanu, Pr, dengan dibantu oleh Dewan Pastoral Paroki, TPL, KUB dan para katekis melanjutkan segala program kerja pastoral sambil melakukan perubahan-perubahan yang lebih memacu pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Pembangunan gedung Gereja pun sudah dimulai oleh Pastor Paroki yang baru ini. Pada awal Februari 2016 terbit SK Pastor Paroki Santo Fransiskus Xave-rius Fatuoni No. 01/P.F/II/2016 tentang pengangkatan Pa-nitia Pembangunan Gereja Santu Fransiskus Xaverius Fatuoni Yosef ML. Hello, SPd., MHum (Penyusun dan Editor) 387

406 masa bakti tahun 2016 sampai dengan petahbisan Gereja baru. Dengan hadirnya panitia pembangunan tersebut, maka langkah-langkah pembangunan mulai ditapaki. Awal April 2016, gambar bangunan sudah siap dan disetujui. Selanjutnya pemantapan rencana pengerjaan. Kini di awal April 2016 penggalian fondasi bangunan sudah dimulai dan sedang berlangsung. *** Drs. Tnano Nikolaus, MA Paroki Santo Fransiskus Xaverius Wini Tidak diketahui sejak kapan keberadaan umat Katolik di Wini. Tetapi dapat dipastikan bahwa 90% penduduk Wini berasal dari Ambenu. Ketika terjadi perang saudara di Ambenu tahun , , ada migrasi besar-besaran ke Wini, Manamas dan Bakitolas. Secara Kerajaan dan pemerintahan, Wini adalah bagian dari Kerajaan Insana atau sejak kerajaan berafialiasi ke Peme-rintahan sekarang, Wini adalah bagian dari kecamatan Insana Utara. Tetapi penduduknya berasal dari dan berbudaya Ambeno yang berbahasa Dawan dialek, Ambeno. Pelayanan di Kapela Wini dibuat oleh Imam-Imam SVD yang datang dari Paroki Maubesi atau dari Paroki Manamas setelah paroki itu berdiri. Pelayanan sifatnya musiman entah Ziarah Pastoral Keuskupan Atambua Dari Masa Ke Masa

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Gereja merupakan fasilitas pendukung kebutuhan manusia dalam mendekatkan diri dan beribadah kepada Tuhan. Gereja menjadi komunitas, wadah, dan sarana yang

Lebih terperinci

BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA. menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya

BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA. menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya BAB III WILAYAH KERJA MISI DI INDONESIA A. Wilayah Kerja Misi Indonesia sebagai salah satu wilayah misi Katolik yang luas sangat menguras tenaga dan pikiran para Misionaris Serikat Yesuit yang sudah berkarya

Lebih terperinci

DAFTAR PAROKI-PAROKI YANG SUDAH MENGADAKAN INVENTARISASI MAUPUN BELUM MENGADAKAN INVENTARISASI ASET DI KEUSKUPAN ATAMBUA

DAFTAR PAROKI-PAROKI YANG SUDAH MENGADAKAN INVENTARISASI MAUPUN BELUM MENGADAKAN INVENTARISASI ASET DI KEUSKUPAN ATAMBUA LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1 DAFTAR PAROKI-PAROKI YANG SUDAH MENGADAKAN INVENTARISASI MAUPUN BELUM MENGADAKAN INVENTARISASI ASET DI KEUSKUPAN ATAMBUA No Dekenat Belu Utara Ket No Dekenat Malaka Ket No Dekenat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan itu ada dua

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan itu ada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dipanggil untuk mencapai kesempurnaan hidup seperti Kristus. Panggilan untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. Yohanes Bosco, yang merupakan bagian dari Paroki Katedral Hati Kudus Yesus.

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. Yohanes Bosco, yang merupakan bagian dari Paroki Katedral Hati Kudus Yesus. BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Gereja Katolik Redemptor Mundi awalnya dikenal sebagai Wilayah V Yohanes Bosco, yang merupakan bagian dari Paroki Katedral Hati Kudus Yesus.

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen dalam Gereja. Melalui sakramen-sakramen dalam Gereja Tuhan hendak mencurahkan daya

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar belakang penelitian Gereja dalam ajaran agama Katolik memiliki dua pengertian, yang pertama, gereja adalah bangunan untuk melaksanakan ibadah bagi umat

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ LATAR BELAKANG Sesuai Arah Dasar Pastoral KAJ dan Pedoman Reksa Pastoral Komisi Liturgi 2011-2015,maka semua umat

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Singkat Seminari Menengah Santo Paulus Palembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Singkat Seminari Menengah Santo Paulus Palembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Singkat Seminari Menengah Santo Paulus Palembang Keberadaan Seminari Menengah Santo Paulus diawali oleh empat anak yang setelah lulus Sekolah Rakyat berkeinginan untuk menjadi

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI

NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI NOVENA PENTAKOSTA 2015 ROH KUDUS MEBANGKITKAN SIKAP SYUKUR DAN PEDULI *HATI YANG BERSYUKUR TERARAH PADA ALLAH *BERSYUKURLAH SENANTIASA SEBAB ALLAH PEDULI *ROH ALLAH MENGUDUSKAN KITA DALAM KEBENARAN *ROH

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner atau yang lebih dikenal dengan SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat ini didirikan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada berbagai macam pengertian tentang sistem. Menurut Eka Iswandy, sistem merupakan kumpulan unsur yang saling melengkapi dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran (Iswandy,

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

MENDENGARKAN HATI NURANI

MENDENGARKAN HATI NURANI Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Pulau Bali dengan keindahan menjadi sebuah pulau tujuan wisata dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Tidak sedikit dari

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL AKHIR & REKOMENDASI PERTEMUAN KOMISI KATEKETIK REGIO NUSRA WISMA NELE, 26 s.d. 30 Agustus 2013

RUMUSAN HASIL AKHIR & REKOMENDASI PERTEMUAN KOMISI KATEKETIK REGIO NUSRA WISMA NELE, 26 s.d. 30 Agustus 2013 RUMUSAN HASIL AKHIR & REKOMENDASI PERTEMUAN KOMISI KATEKETIK REGIO NUSRA WISMA NELE, 26 s.d. 30 Agustus 2013 Menjadi Fasilitator Katekese Umat Yang Handal Di Era Digital Komisi Kateketik Regio Nusa Tenggara

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

BAB IV HIERARKI DAN AWAM

BAB IV HIERARKI DAN AWAM 1 BAB IV HIERARKI DAN AWAM STANDAR KOMPETENSI Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan ber-gereja sesuai

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Generalat/ Rumah Induk Roma Natal, 2014 Para Suster yang terkasih, Sabda telah menjadi manusia dan berdiam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 1 Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10 Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Padang gurun dan padang kering akan bergirang,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Jubileum 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai, NTT, 19 Oktober 2012 Jumat, 19 Oktober 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Jubileum 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai, NTT, 19 Oktober 2012 Jumat, 19 Oktober 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Jubileum 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai, NTT, 19 Oktober 2012 Jumat, 19 Oktober 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN JUBILEUM 100 TAHUN GEREJA

Lebih terperinci

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA Santo Ignatius Loyola Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA SANTO IGNATIUS LOYOLA Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Adven III

Th A Hari Minggu Adven III 1 Th A Hari Minggu Adven Antifon Pembuka Flp. 4 : 4-5 Pengantar Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.. Warta gembira akan tahun rahmat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI

LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI LEMBAR KERJA SISWA AGAMA KATOLIK 2 ROMBONGAN KELAS XI 2 DI SUSUN OLEH: PETRUS FABER.S.S.Pd Untuk Kalangan sendiri SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 78 JAKARTA Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun dalam PELAYANAN PENDIDIKAN

Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun dalam PELAYANAN PENDIDIKAN Peluang Implementasi Arah Dasar Pastoral KAJ Tahun 2011-2015 dalam PELAYANAN PENDIDIKAN Oleh: Rm. B.S. Mardiaatmadja, SJ Jika kita membaca statistik sepintas lalu saja, segera dapat diketahui betapa banyak

Lebih terperinci

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya:

Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: 1 Tahun A Hari Minggu Adven I LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 2 : 1-5 Tuhan menghimpun semua bangsa dalam Kerajaan Allah yang damai abadi. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Inilah Firman yang dinyatakan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam buku Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati bersama Mgr Ignatius Suharyo, editor E. Martasudjita menuliskan, Perjanjian Baru selalu berbicara

Lebih terperinci

PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS. Jakarta, Agustus-September 2010

PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS. Jakarta, Agustus-September 2010 PEMBEKALAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI ST. YAKOBUS KELAPA GADING Jakarta, Agustus-September 2010 AGENDA Renungan Sabda Tuhan dan Pengarahan Pastor Moderator Arah Pastoral Keuangan Lingkungan Tanya Jawab

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang berhasil dirangkum oleh penulis berdasarkan hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: 1. Penyebaran agama Katolik di

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

VISI DASAR PASTORAL KEUSKUPAN TANJUNGKARANG

VISI DASAR PASTORAL KEUSKUPAN TANJUNGKARANG 1 Visi Dasar Pastoral Keuskupan Tanjungkarang VISI DASAR PASTORAL KEUSKUPAN TANJUNGKARANG PENDAHULUAN Sebagai Uskup yang diserahi tanggungjawab atas domba-domba Kristus, khususnya yang berada di Lampung

Lebih terperinci

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang Tahun 2009 Dewan Paroki Santo Yusup - Gedangan Jl. Ronggowarsito 11 Semarang - 50127 Telp. 3552252,

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI PERSIAPAN Saat Teduh/Doa Pribadi Latihan Lagu & Pembacaan Warta Lisan Saat Hening Pnt. : Jemaat, marilah kita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang BIDANG KESAKSIAN 1. Kegiatan Umum PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL - 2017 Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang MAR. - NOV. minggu ke III Menyamakan persepsi dalam pelaksanaan program yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis BAHAN RENUNGAN (untuk kalangan sendiri) Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis semakin beriman, semakin bersaudara dan berbela rasa Kata Pengantar Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Lebih terperinci

Skripsi. Penataan Sistem Pada Inventarisasi, Pengelolaan Dan Pemanfaatan Aset Tetap Di Keuskupan Atambua Timor

Skripsi. Penataan Sistem Pada Inventarisasi, Pengelolaan Dan Pemanfaatan Aset Tetap Di Keuskupan Atambua Timor Skripsi Penataan Sistem Pada Inventarisasi, Pengelolaan Dan Pemanfaatan Aset Tetap Di Keuskupan Atambua Timor Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan,

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan, seorang manusia tidak dapat berada. Manusia mengalami keberadaannya sebagai kerinduan

Lebih terperinci