Andri Adrinal. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Andri Adrinal. Abstract"

Transkripsi

1 Analisa Kerusakan Bearing Swing Drive Excavator 313 D2 Caterpillar Dengan Membandingkan Dua Model Bearing Yang Berjenis Spherical Roller Andri Adrinal Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mencari penyebab kerusakan bearing yang terjadi pada swing drive excavator 313 D2 Caterpillar. Bearing pada swing drive ini berjenis spherical roller bearing buatan NTN dengan nomor seri NTN Ultage EA. Penelitian ini juga ingin membandingkan seberapa besar pengaruh perbedaan kontak permukaan antara bearing yang lama dan bearing yang baru. Bearing lama memiliki groove dan terbukti gagal pada saat pengoperasian yang singkat. Sementara bearing baru yang tidak memiliki groove memiliki daya tahan yang relative lebih lama dibanding bearing yang lama. Umur bearing menjadi lebih singkat dan tentu membuat masalah yang besar untuk unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan bearing disebabkan oleh perbedaan luas kontak permukaan yang bersentuhan antara housing Swing Drive Gp dengan bearing. Hal ini membuat umur bearing jauh lebih singkat dibanding dengan perkiraaan umur bearing. Kerusakan yang terjadi pada bearing yang memiliki groove. Kata kunci : bantalan, spherical roller, groove, outer, inner kontak permukaan yang bersentuhan. Abstract The purpose of this research is to get data how much influence the difference of surface to received pressure by spherical roller bearing. The bearing in swing drive has model spherical roller bearing made by NTN with series NTN Ultage EA. This research also want to compare how many the influence of surface area difference between former bearing and new bearing. The former bearing that has a groove and confimed failed.when the short term. Meanwhile, the new bearing that has no groove having resistant power more longer than the former bearing relatively. This case makes the lifetime of bearing is too short and surely makes a big problem to unit. The unit cannot be operated if this case occurred. The research shows that the damage of bearing is caused by the difference of contact surface between housing and swing drive bearing. Keywords : bearing, spherical roller,outer, inner, excavator, groove, contact surface.

2 1 1. PENDAHULUAN Perkembangan industri alat berat akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri lagi akan penting keberadaannya. Alat berat sebagai sarana penunjang kerja manusia hadir diberbagai sektor kehidupan. Mulai dari pembangunan perkotaan, pengembangan kehutanan dan tentunya pertambangan. Alat berat juga merupakan sebuah symbol majunya peradaban manusia. Dengan keberadaaan alat berat tersebut membuat kerja manusia menjadi jauh lebih ringan. Efektivitas kerja dari alat berat pun jauh lebih baik dibanding menggunakan tenaga manusia. 2.2 Komponen Excavator Excavator memiliki beberapa komponen utama. Berikut adalah komponen-komponen utama tersebut : 1. Engine 2. Pompa Hidrolik (Hydraulic Pump) 3. Katup Pengontrol (Control-Valve) 4. Penggerak berputar (Swing Drive) 5. Track / Roda Pada Excavator 2.3 Sistem Operasi Excavator Gambar 1.1 Excavator 313 D2 Caterpillar. Excavator adalah alat berat yang secara umum menggunakan tenaga hidrolik sebagai tenaga penggerak. Namun untuk menggerakkann pompa hidrolik tersebut digunakan motor bakar. Pompa hidrolik akan menyalurkan aliran fluida menuju katup pengontrol. Nah di katup pengontrol inilah tempat akan dibagi-bagikannya fluida tersebut. Apakah untuk menggerakkan track, untuk mengeruk, ataupun untuk berputar. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Excavator 313D2 Caterpillar Excavator 313D2 merupakan keluaran terbaru caterpillar yang dilaunching ke Indonesia di akhir Seri terbaru ini dihadirkan untuk mampu memenuhi kebutuhan pasar yang amat tinggi dalam permintaan alat berat. Pada seri sebelumnya, Caterpillar Gambar 2.1 Alur Sistem Operasi 313 D2 Caterpillar Engine Engine merupakan komponen yang paling utama dari sebuah excavator karena torsi engine lah yang dimanfaatkan untuk memutar pompa hidrolik. Engine excavator seri 313D2 ini memiliki seri C4.4. Pada seri C4.4 ini ditopang oleh 4 ruang bakar. Komponen sistem bahan bakar menggunakan sprayer berjenis nozzle. Namun pada seri 320D komponen system bahan bakar menggunakan injector. Perbedaannya terletak pada cara penyemprotan bahan bakar Katup Pengontrol (Control-Valve) Aliran oli yang diberikan oleh pompa mengalir menuju katup pengontrol. Didalam katup pengontrol banyak terdapat lubang. Lubang tersebut dibuat semakin menyempit (orifice). Ini bertujuan untuk meningkatkan hambatan pada aliran oli sehingga meningkatlah tekanan. Pada katup pengontrol inilah oli yang bertekanan tadi

3 2 akan dipisah-pisahkan sesuai kebutuhan. Apakah itu ditujukan untuk menggerakkan track, swing, boom, stick atau bucket Swing Drive Selain memiliki gerakan maju, mundur, excavator juga dapat bergerak berputar kekiri dan kekanan. Gerakan putaran tersebut dilakukan melalui gerakan swing drive. Swing drive dapat mengasilkan putaran kekiri dan kekanan, tergantung permintaan dari si operator. Gerakan Putaran ini adalah konversi gaya dari gaya hidrolis pada swing motor dirubah menjadi gaya mekanikal. Putaran tersebut juga menurunkan kecepatan putar yang dihasilkan oleh motor swing drive, menjadi peningkatan torsi di swing gear Track Track didalam excavator berfungsi untuk maju mundur. Kedua sisi dari track dilengkapi dengan pompa. Pompa tersebut bisa diatur melalui tuas yang ada pada operator. Untuk berbelok ke kiri atau kekanan, excavator memanfaatkan pompa pada track. Ketika operator memerintahkan untuk berbelok kekanan, operator hanya perlu memainkan tuas kanan pada ruang operator. Gigi (gear) pada track kiri akan engage (kontak) dan akan memaksa track kiri berputar. Sementara track kanan tidak engage. 24. Sistem Operasi Pada Swing Drive Swing Drive Group terdiri atas 2 bagian. Yang pertama adalah motor swing drive (swing drive motor), yang kedua adalah penggerak swing drive yang terdiri atas kumpulan roda gigi planetary (planetary gear set). Swing drive motor adalah berjenis piston pump. Kiriman oli dari Hidraulic pump menggerakkan motor pada swing drive. Putaran tersebut ditransmisikan menuju output shaft pada motor. Output shaft terhubung secara mekanikal dengan swing drive. Gambar 2.3 Gear Planetary Swing drive (kiri), Swing motor (kanan) Swing motor akan memutar gear planetary yang terletak pada swing drive. Putaran tinggi yang dihasilkan oleh motor kemudian direduksi setelah melewati rasio gear pada swing drive. Putaran yang dikurangi tersebut meningkatkan torsi pada output shaft swing drive. Gambar 2.4 Struktur atas (Upper Structure)

4 3 Gambar 2.5 Struktur Bawah (Lower Structure) Gambar 2.7 Swing drive dan swing gear Putaran gear kecil memutar gear akan membuat torsi meningkat. Itulah yang dibutuhkan oleh excavator untuk dapat melakukan manuver berputar agar dapat memutar berat struktur atas. 3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 2.6 Struktur atas (Upper struture) dan struktur bawah (Lower structure) Sementara itu struktur bagian atas akan berputar sementara struktur bawah tetap. Struktur bawah dipasangkan gear besar dan disekeliling gear tersebut dipasangkan bearing ball yang akan menjadi tumpuan gear tersebut untuk menopang struktur atas yang berputar terhadap struktur bawah.. Pada penelitian ini penulis meneliti tentang perbandingan bearing baru dengan bearing lama yang dipakai dalam swing drive. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil seberapa besar pengaruh perubahan bentuk kontak permukaan bearing terhadap dudukannya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua jenis bearing. Secara struktur, jenis dan bahan, bearing tersebut mempunyai sifat yang sama. Yang membedakan hanya terletak pada luas bidang kontak pada yang terletak pada outer ring. Outer ring menjadi bagian yang statis dan di pasangkan terhadap housing swing. 3.1 Prosedur penelitian

5 4 Prosedur dalam penelitian ini meliputi: studi lapangan, studi literatur, pengolahan data, analisa dan pembahasan serta kesimpulan. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan dan pengecekan pada kedua bearing. Dari hasil pengamatan diperoleh masalah tentang perbedaan gaya yang diterima 3.2 Alat dan Bahan Analisa dilakukan pada bearing swing drive yang terdapat di workshop Trakindo Pekanbaru. Rincian peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Swing Drive Gp 2. Bearing lama (memiliki groove) 3. Bearing Baru (tidak memiliki groove 4. Outside Micrometer 5. Inside Micrometer Swing Drive Group Swing Drive Gp (Group) adalah komponen yang digunakan untuk oleh excavator untuk dapat melakukan gerakan berputar, seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Bantalan yang menjadi bahan bagi peneliti untuk diangkat menjadi sebuah tugas akhir terletak pada bagian bawah dari swing drive gp. Jenis dari bantalan yang digunakan pada swing drive ini adalah bantalan roll speriks (Spherical roll bearing dan lebih rinci lagi disebut sebagai double row convex karena bagial roll nya yang tersusun dua baris. Bearing lama Bearing Baru (tidak memiliki groove) Secara spesifikasi, semua dimensi bantalan lama dan bantalan baru memiliki ukuran yang sama. Begitu juga dengan material yang digunakan dalam proses produksi pembuatan bantalan tersebut. Pembedaan yang dilakukan oleh perusahaan pembuat bantalan hanya pada jalur gemuk (grease). Gambar 3.3 Bearing Baru Outside Micrometer Sesuai dengan namanya, Outside Micrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur bagian diameter luar. Dalam hal ini, peneliti menggunakan Outside Micrometer untuk mengukur ring luar daripada bantalan, mengukur diameter shaft pinion Bearing lama (memiliki groove) Bantalan gelinding model lama memiliki bagian jalur pelumasan dibagian tengah cincin luar. Gambar 3.4 Outside micrometer Gambar Inside Micrometer

6 5 Inside Micrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter dalam sebuah benda kerja. Alat ini dipakai untuk mengukur diameter dalam inner ring. Gambar 3.6 Bearing baru (kiri), bearing lama (kanan) Analisa data dalam penelitian ini menggunakan persamaan tekanan geser. Kontak permukaan yang dibandingkan adalah permukaan cincin luar bearing yang memiliki groove dengan yang tidak memiliki groove terhadap permukaan housing bagian dalam sebagai tempat dudukan. 4. DATA DAN ANALISA Gambar 3.5 Inside micrometer 3.4 Pengukuran dan analisa data Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dua buah bearing yang diapakai pada swing drive. Langkah-langkah pengukuran dalam penelitian ini yaitu : 1. Mencari Kecepatan Swing Drive / Shaft Pinion 2. Menentukan Nilai Torsi Maksimum Pada Bearing 3. Menentukan Gaya Tangensial Pada Bearing. 4. Menentukan Besar Gaya Axial 5. Menentukan Besar Gaya Radial. 6. Menentukan Beban Dinamis Yang Terjadi Pada Bearing 7. Gaya Gesek Pada Permukaan Bearing Yang Tidak Memiliki Groove 8. Gaya Gesek Pada Permukaan Bearing Yang Memiliki Groove 9. Menentukan umur bearing 4.1. Data Penelitian Spesifikasi dari spherical roller bearing adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Dimensi Spherical roller bearing Tabel 4.1 Spesifikasi spherical roller bearing No. Symbol Dimensi 1 B 55 mm 2 r 5 mm 3 D 60 mm 4 d 75 mm 5 b 10,5 mm 6 k 5 mm 4.2 Analisa

7 6 Dalam menganalisa sebuah kerusakan dini sebuah bearing, tentu kita harus tahu berapa umur komponen bearing (life time) sebenarnya. Perhitungan umur komponen tersebut didasarkan pada beberapa aspek. Pada rumus yang dibuat oleh para analis pembuat bantalan berkesimpulan bahwa umur yang didapat dari analisa dibawah adalah umur dimana bearing masih dalam kondisi diatas 90. Jadi disini dimaksudkan adalah bearing pada kondisi beban normal atau tidak pada beban kerja yang berlebih (overloading) Mencari Kecepatan Swing Drive / Shaft Pinion Gambar 4.2 Swing drive dan gear output sebagai penggerak Gambar 4.3 Swing gear sebagai yang gear digerakkan Rumus kecepatan putaran : S1 x T1 = S2 x T2 S1 = kecepatan putaran yang menggerakkan (swing drive) =??? S2 = kecepatan putaran yang digerakkan (swing gear) = 12,2 rpm T1 = Jumlah gigi yang menggerakkan (shaft pinion) = 13 gigi T2 = Jumlah gigi yang digerakkan (swing gear) = 110 gigi S1 x T1 = S2 x T2 S1 x 13 = 12,2 x 110 S1 x 13 = 1342 S1 = S1 = 103,2 rpm Jadi kecepatan swing drive atau kecepatan shaft pinion sebagai tenaga penggerak yang terhubung langusng ke motor adalah sebanyak 103,2 rpm Menentukan Nilai Torsi Maksimum Pada Bearing Torsi yang mampu dihasilkan oleh motor swing drive menuju shaft pinion adalah sebesar 30,9 kn. Namun torsi yang dirasakan oleh bearing yang terpasang pada shaft adalah berbeda. Nilai torsi yang dirasakan oleh bearing disebut sebagai torsi maksimum.

8 7 Fa Ft Ft Ft Fr Ft Gambar 4.4 Swing motor dan output shaft swing motor Torsi yang mampu dihasilkan oleh motor swing drive menuju shaft pinion adalah sebesar 30,9 kn. Namun torsi yang dirasakan oleh bearing yang terpasang pada shaft adalah berbeda. Nilai torsi yang dirasakan oleh bearing disebut sebagai torsi maksimum. Cara menentukan torsi maksimum pada bearing tersebut adalah sebagai berikut : T = T = Torsi motor swing drive (kn.m) = 30,9 kn n T = = putaran per menit = 103,2 rpm = konstanta korelasi satuan T = 21444,36 kn.m Jadi torsi maksimum yang dirasakan oleh bearing adalah sebesar 21444,36 kn Menentukan Gaya Tangensial Pada Bearing Gambar 4.5 Arah-arah gaya Gambar 4.6 Arah gaya axial (hitam), radial (merah) dan tangensial (biru) Gaya Tangensial adalah gaya yang tejadi akibat adanya gaya radial dan arahnya tegak lurus dengan gaya radial. Rumus gaya tangensial pada bearing adalah sebagai berikut : Ft =

9 8 Ft = Gaya tangensial T = Torsi maksimum = 21444,36 kn.m r = radius shaft = 0,0375 m Ft = Menentukan Besar Gaya Radial Ft = Ft = ,6 kn Jadi gaya tangensial yang terjadi pada bearing adalah sebesar ,6 kn Menentukan Besar Gaya Axial Beban / gaya axial pada bearing dapat ditentukan langsung dengan mengukur berat shaft yang pinion yang terapasang pada pinion. Gambar 4.8 Gaya pembebanan pada spherical roller bearing Rumus gaya radial : Fr = Ft tan α Tan α = 0,00162 Fr = Ft tan α Fr = ,6 kn x 0,00162 Fr = 926,39 kn Jadi gaya radial yang terjadi pada bearing adalah sebesar 926,39 kn. Gambar 4.7 Berat shaft pinion Berat shaft pinion adalah sebesar 13 kg = 127,486 N Fa = 127,486 N Menentukan Beban Dinamis Yang Terjadi Pada Bearing ( Equivalent Dynamic Load Bearing ) Untuk menentukan beban dinamis radial, kita terlebih dahulu harus menentukan beban dinamis radial dan aksial. 1. Beban dinamis radial ( Equivalent Dynamic Radial Load ) Pr = X. Fr + Y. Fa

10 9 Pr = Beban radial dinamis (N) X = faktor beban radial= Fr = beban radial aktual (N) = 926,39 kn Y = faktor beban aksial = 2,98 Fa = beban aksial ackual (N)= 127,486 N = 0, kn Pr = X. Fr + Y. Fa Pr = ,39 kn +. 2,98. 0, kn Pr = 926,39 kn + 0, kn Pr = 926,769 kn 2. Beban Dinamis Aksial ( Equivalent Dynamic Axial Load ) b B r Pa = Fa Fr Rumus ini hanya dipakai jika Fr/Fa 0,55. Sementara nilai Fr/Fa adalah sebesar 7266,6018 kn. Jadi disimpulkan beban dinamis aksialnya tidak ada. 3. Beban dinamis radial dan aksial (Equivalent Dynamic Load Bearing) P = Pr + Y1. Pa Y1 = faktor beban dinamis (konstanta) = 2,98 Pr = beban dinamis radial = 926,769 kn Pa = beban dinamis aksial = (tidak ada) P = Pr + Y1. Pa P = 926,769 kn + 2,98 P = 929,749 kn Jadi penjumlahan beban dinamis radial dan beban dinamis aksial adalah sebesar 929,749 kn Gaya Geser Pada Permukaan Bearing Yang Memiliki Groove Gambar 4.9 Tinggi bearing yang memiliki groove Tinggi bearing yang memiliki groove adalah : B 2 r b = ,5 = 34,5 mm (Nilai B, b dan r dapat dilihat di tabel 4.1) Luas yang dihitung adalah luas penampang outer bearing yang bergesekan langsung dengan housing dikurangi dengan luas groove dan luas fillet radius : A = π x D x T = 3,14 x 160 x 34,5 = 17332,8 Tegangan gesernya yaitu : τ =

11 10 τ = τ = 53,641 N. = 53,641 MPa Jadi besar tegangan geser bearing yang memiliki groove adalah sebesar 53,641 N. atau 53,641 MPa Gaya Geser Pada Permukaan Bearing Yang Tidak Memiliki Groove Gambar 4.11 Tinggi bearing yang tidak memiliki groove Tinggi bearing yang tidak memiliki groove adalah : B 2 r = = 45 mm (Nilai B dan r dapat dilihat di tabel 4.1) Analisa perbandingan jumlah tegangan geser pada kedua jenis bearing dapat dihitung dengan menggunakan rumus : τ = τ = Tegangan geser P = Beban dinamis (N) = 929,749 kn = N A = Luas penampang (mm2) Untuk menentukan luas area bearing yang kontak dengan housing, kita dapat mencarinya dengan menggunakan persamaan : A = π x D x T A = Luas penampang ( ) D = diameter bearing = 160 mm = 0,160 m T = tinggi bearing = 45 mm = 0,045 m Dimana luas yang dihitung adalah luas penampang outer bearing yang bergesekan langsung dengan housing dikurangi dengan luas fillet radius : A = π x D x T A = π x D x T A = 3,14 x 0,160 m x 0,045 m A = 0, tegangan geseknya adalah : τ = τ = τ = 41,124 N. = 41,124 MPa Jadi besar tegangan gesek bearing yang memiliki groove adalah sebesar 41,124 N. atau 41,124 MPa Dari hasil perhitungan menggunakan tegangan geser dapat kita simpulkan bahwa bearing yang memiliki groove memiliki tegangan geser yang lebih tinggi sebesar 53,641 N.. Sementara bearing yang tidak memiliki groove, memiliki tegangan geser yang lebih rendah yaitu sebesar 41,124 N.. Ini berakibat pada bearing yang cenderung bergerak dan sementara outer bearing diharuskan untuk tetap fix. Ketahanan bearing akam berkurang karena beban yang diterima oleh bearing tersebut tidak sesuai dengan nilai standar maksimal yang ditetapkan NTN sebagai si pembuat bearing Menentukan Umur Bearing Untuk menentukan berapa umur bearing, kita bisa mendapatkan data melalui analisa jumlah putaran bearing atau dari jumlah waktu pakai bearing tersebut.. Itu adalah harga taksiran bearing yang mampu beroperasi dengan beban normal. Kemugkinan bearing tersebut untuk mampu bertahan lebih dari umur bearing yang ditentukan ataupun lebih singkat adalah sah-sah saja. Itu merupakan faktor yang mempengaruhi diluar faktor normal seperti beban dinamis, kecepatan

12 11 poros yang terhubung ke bearing Perkiraan Umur Bearing Dalam Jumlah Putaran : = C = Basic static load rating (N) = 491 KN P = Equivalent dynamic bearing load (N) = 929,749 kn n = konstanta.untuk ball bearing = 3 Untuk roller bearing = 10/3 Catatan : Nilai C (Basic static load rating) dapat dilihat di tabel katalog NTN = = = 0,528 juta putaran Jadi bearing ini memiliki usia pemakaian dengan kemampuan 90 % sebanyak 0,528 juta putaran Perkiraan Umur Bearing Dalam Satuan Waktu / Jam = x / 60N N = Jumlah putaran (rpm) = 103,2 rpm = x = x = x 4,629 = 852 jam Jadi bearing ini memiliki usia pemakaian dengan kemampuan 90 % sebanyak 852 jam kerja. 5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Dari analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perbedaan kontak permukaan mempengaruhi gaya geser yang diterima oleh bearing. Semakin besar kontak permukaan, semakin besar pula gaya geser yang diterima dab sebaliknya. 2. Luas penampang yang bergesekan mempengaruhi besarnya tekanan yang diterima oleh penampang tersebut. Luas penampang bearing yang memiliki groove mendapatkan gaya gesek sebesar 53,641 N.. Sementara bearing yang tidak memiliki groove mendapatkan gaya gesek yang lebih kecil yaitu sebesar 41,124 N.. 3. Bearing spherical cocok untuk aplikasi yang membutuhkan gaya kombinasi yang tinggi 4. Umur bearing yang diperkirakan baik dari segi waktu maupun putaran adalah umur bearing dengan kemampuan diatas 90 %. Pada aplikasi ini, umur bearing diperkirakan bertahan selama 852 jam kerja dan 0,528 juta putaran. 5. Spesifikasi bearing yang diuji harus memiliki jenis, dimensi, bahan, dan tipe data yang sama agar perbandingannya dapat dilakukan dengan benar. 5.2 Saran 1. Melakukan pengukuran spesimen yang diuji dengan baik dan benar agar ukuran tersebut dapat kita rujuk ke katalog produsen pembuat bearing untuk mendapatkan informasi yang ada pada bearing dengan tepat. 2. Mengambil semua informasi yang tercetak pada

13 12 body bearing karena itu merupakan informasi yang penting untuk kita dapat merujuk ke katalog selain melakukan pengukuran. 3. Pengujian perbandingan ini hanya dilakukan pada bearing dengan tipe yang sama yaitu spherical roller namun berbeda jenis yaitu yang memiliki groove dengan yang tidak memiliki groove. 4. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk jenis bearing dan tingkat kerusakan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA NTN Catalogue, Spherical roller bearing, NTN Corporation, USA, 2009 NTN Catalogue, Ball and Roller Bearing, NTN Corporation, USA, 2009 Emerson bearing, Nomenclature guide to common bearing, Emerson Bearing Corporation, Boston USA E. Richard Booser, Tribology Data Hand Book, CRC Press LLC, Michael M. Khonsari dan Richard Booser, Applied Tribology Bearing Design and Lubrication, John Wiley and Sons, Inc, R.S. Dweyer - Joyce, "The Effects of Lubricant Contamination on Rolling Bearing Performance", University of London PhD Thesis,1993. R.S. Dweyer - Joce dan Heyme, 1., "The Entrainment of Solid Particles into Rolling Elastohydrodynamic Contacts", Proceeding of 22nd Leeds - Lyon Symposium on Tribology, Hamrock, B.J. dan Dowson, D., "Ball bearing Lubrication, The Elastohydrodynamic of Elliptical Contacts", 1st ed, John Wiley and Sons, London, Harris, T. A, Rolling Bearing Analysis, JohnWiley & Sons, New York, USA, 2001 P. K. Goenka and J. F. Booker, Spherical bearings: static and dynamic analysis via the finite element method, Journal of Lubrication Technology, vol. 102, no. 3, pp , R. J. Kleckner and J. Pirvics, Spherical roller bearing analysis, Journal of Lubrication Technology, vol. 104, no. 1, pp , Higgins, Lindley R, Maintenance Engineering Handbook, Fifth Edition, McGraw-Hill, New York, USA, 1995 Sularso, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta, Johnson, K.L., Contact Mechanics, 1st ed, Cambridge University Press, 1985.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam perancangan alat pembuka ball bearing dengan memanfaatkan hidrolik jack (dongkrak hidrolik) ini diuraikan teori-teori dasar yang diperlukan dalam membantu proses perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN

ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN Jhonni Rahman, Afri Antona Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, Universitas

Lebih terperinci

Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin

Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin Penyusun : Mohamad Iqbal Prodi : Teknik Otomotif 1 A NIM : 0420130026 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bantalan adalah suatu alat pendukung pada suatu mesin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 36 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis akan membahas secara detail analisis dan pengujian umur pakai bantalan pada mesin pemipil jagung. Perhitungan umur

Lebih terperinci

DESAIN UMUR BANTALAN CARRIER IDLER BELT CONVEYOR PT. PELINDO II BENGKULU

DESAIN UMUR BANTALAN CARRIER IDLER BELT CONVEYOR PT. PELINDO II BENGKULU DESAIN UMUR BANTALAN CARRIER IDLER BELT CONVEYOR PT. PELINDO II BENGKULU Erinofiardi (1) (1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin, Universitas Bengkulu ABSTRACT Bearing is one of important part of

Lebih terperinci

Menentukan Regime Pelumasan Pada Ball Bearing Dengan Menggunakan Kurva Stribeck

Menentukan Regime Pelumasan Pada Ball Bearing Dengan Menggunakan Kurva Stribeck Jurnal METTEK Volume 3 No 1 (2017) pp 21 28 ISSN 2502-3829 ojs.unud.ac.id/index.php/mettek Menentukan Regime Pelumasan Pada Ball Bearing Dengan Menggunakan Kurva Stribeck Dedison Gasni 1)*, Syahrul Rahmat

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal. Tipe bantalan C C 0 Fr Fa Putaran kn

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal. Tipe bantalan C C 0 Fr Fa Putaran kn 52 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal Crusher B Dengan Keandalan 90 % Dalam perhitungan umur pakai bantalan ini digunakan data-data yang telah diperoleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BANTALAN Bearing (bantalan) adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempunyai beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS Nama :Bayu Arista NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan

Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No. 1, Mei 2002: 16 21 Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan Joni Dewanto Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Hidrolik Dalam bahasa yunani hidro artinya air sedang aulos artinya pipa. Kata hidrolik berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa inggris artinya air dalam pipa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Torqflow transmission merupakan alat pemindah tenaga yang menggunakan fluida dalam hal ini oli sebagai pengontrolnya. Torqflow transmission berfungsi untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU BAB III TURBIN UAP PADA PLTU 3.1 Turbin Uap Siklus Renkine setelah diciptakan langsung diterima sebagai standar untuk pembangkit daya yang menggunakan uap (steam ). Siklus Renkine nyata yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute Novreza Aditya Taufan dan Agus Sigit Pramono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kopling/Clutch Kopling adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada ke dua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis.fungsi kopling

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

Bahasan: Bearing. Bearing/Elemen Mesin III/ ybsi

Bahasan: Bearing. Bearing/Elemen Mesin III/ ybsi Bahasan: Bearing rachmanto @stt ybsi 1 Definisi dan Fungsi Utama Bearing Klasifikasi Bearing Konstruksi Bearing Diagram Bearing Kodifikasi Bearing Seleksi dan Kalkulasi Umur Bearing rachmanto @stt ybsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 3.1 Definisi Excavator secara umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut suatu material (tanah, batubara, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Ilmu mekanika kontak merupakan bagian dari ilmu tribologi yang membahas mengenai deformasi dan tegangan dua benda yang bersinggungan satu sama lain. Kontak yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng RANCANG BANGUN MULTIPURPOSE DRIVETRAIN UNTUK MENINGKATKAN UTILITAS ATAU KEMANFAATAN KENDARAAN MULTI GUNA PEDESAAN DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR

BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR BAB II HYDRAULIC EXCAVATOR II.1. Hydraulic Excavator Secara Umum II.1.1. Definisi Hydraulic Excavator Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut (loading and unloading)

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi TEKNIK MESIN UN PGRI Kediri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III ETODOLOGI PEELITIA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji teoritis kekuatan gear box hand tractor. 3.1 etode Penyelesaian asalah Dalam mengkaji teoritis

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker. BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini perkembangan teknologi begitu pesat yang umumnya muatan pada pelabuhan sudah dikemas dalam bentuk unitisasi sehingga penangananya dibutuhkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG Anthony Angwin Lumanto 1), Suwandi Sugondo 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2) Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236.

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN

RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENCEKAM BENDA KERJA SEMI-OTOMATIS MESIN PILIN Disusun Oleh: HARUN ARROSYID NIM : D200030217 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Maret

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

Analisis dan Penanganan Kerusakan Bantalan Gelinding pada Transmisi Cycloidal Disc Mesin Co-Extruder

Analisis dan Penanganan Kerusakan Bantalan Gelinding pada Transmisi Cycloidal Disc Mesin Co-Extruder Analisis dan Penanganan Kerusakan Bantalan Gelinding pada Transmisi Cycloidal Disc Mesin Co-Extruder Entus Abi Darda 1, Indra Tedjakumala 2, a 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL Oleh : Satya Adhi Pradhana 2108030012 Dosen Pembimbing : Ir.H.Mahirul Mursid Msc ABSTRAK Di jaman yang serba modern ini, dimana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 BANTALAN/BEARING Bearing adalah suatu elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR Dwi Cahyo Prabowo 22410181 Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan BAB II DASAR TEORI Powertrain adalah sistem penyaluran daya dari mesin ke roda penggerak kendaraan (ban). Powertrain pada kendaraan dengan roda penggerak depan memiliki komponen penyusun utama yaitu clutch,

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda

Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda Rancang Bangun dan Uji Efisiensi Sepeda Chainless Zerol Bevel Gear Dengan Memodifikasi Rangka Sepeda A762 Gilas Kurnia Taufik dan Agus Sigit Pramono Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8)

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Excavator Secara Umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut ( loading and unloading) suatu material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya).

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

Rancang Bangun Excavator Sederhana Tipe Backhoe Berpenggerak Hidrolik

Rancang Bangun Excavator Sederhana Tipe Backhoe Berpenggerak Hidrolik Rancang Bangun Excavator Sederhana Tipe Backhoe Berpenggerak Hidrolik Eko Arif Syaefudin Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur E-mail: eko.arif.syaefudin@gmail.com

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124 PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM Encu Saefudin 1, Marsono 2, Wahyu 3 1,2,3 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu 29 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Permasalahan 3.1.1. Flow yang Dihasilkan Kurang 3.1.1.1. Gambaran Masalah Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu mengangkat beban pada ketinggian yang

Lebih terperinci

DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI

DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI SMK MUHAMMADIYAH BULAKAMBA - BREBES DIFFERENTIAL KELAS XI OLEH : HARIS MAULANA MARZUKI FINAL DRIVE ( GARDAN ) Fungsi Final drive pada kendaraan adalah untuk merubah arah putaran poros propeller kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi umur pakai sebuah mesin adalah adanya gesekan satu sama lain yang terjadi bila komponen-komponen dalam permesinan saling kontak,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN DAN UMUR BEARING PADA ROLL STAND TIGA ROUGHING MILL

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN DAN UMUR BEARING PADA ROLL STAND TIGA ROUGHING MILL LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN DAN UMUR BEARING PADA ROLL STAND TIGA ROUGHING MILL Diajukan Guna Memenuhi Syarata Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK LAPORAN LAB PNEUMATIK PRAKTIKUM DAC HIDROLIK Dikerjakan oleh: Lukman Khakim (1141150019) D4 1A PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci