BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi pribadi, keluarga bangsawan atau institusi seni. Barang yang dipamerkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. koleksi pribadi, keluarga bangsawan atau institusi seni. Barang yang dipamerkan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Museum tradisional di Eropa pada awalnya merupakan tempat pameran koleksi pribadi, keluarga bangsawan atau institusi seni. Barang yang dipamerkan berupa benda yang dianggap antik, aneh dan unik. Benda-benda tersebut kemudian dipamerkan sesuai keinginan atau selera pemilik dengan nama wonder rooms atau cabinets of curiosities (Jonker, 2008: 13-14). Pameran ini bertujuan untuk menaikkan citra pemiliknya dan dengan sendirinya museum hanya dinikmati oleh kalangan mereka sendiri. Museum yang awalnya hanya terbuka bagi kalangan tertentu yaitu kalangan pemilik, namun pada perkembangannya museum terbuka untuk umum (Magetsari, 2011: 17). Museum modern muncul dari kebutuhan masyarakat sebagai warga negara baru akan identitas, dalam hal ini identitas budaya. Museum tradisional hanya berfungsi membuka koleksinya kepada publik, namun museum modern memberi makna baru dalam membangun hubungan dengan publiknya. Hubungan ini muncul dari fungsi museum yang menjadi ikon budaya dengan misi khusus membekali masyarakat dengan identitas, mensejahterakan mereka melalui stabilitas budaya. Misi ini dapat tercapai dari koleksinya yang otentik dan permamen sehingga dapat diinterpretasikan menjadi narasi budaya maupun 1

2 sejarah bangsa, yang kemudian disajikan sebagai nilai simbolik (Magetsari, 2011: 19-20). Museum mengalami perkembangan baik fungsi maupun peranannya. Dilihat dari pengertian museum menurut ICOM (International Council of Museum, 2006: 14). A museum is a non-profit making permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment. Dalam konteks komunikasi, museum memiliki dua fungsi yaitu museum sebagai presentasi dari hasil penelitian koleksi yang dilakukan kurator ke dalam katalog, artikel, konferensi, dan pameran. Museum sebagai penyedia informasi tentang objek dalam koleksi berupa pameran permanen dan informasi yang berhubungan dengan pameran. Penafsiran ini melihat pameran baik sebagai bagian integral dari proses penelitian dan sebagai unsur dalam sistem komunikasi yang lebih umum termasuk misalnya, publikasi ilmiah. Reinwardt Academie di Amsterdam, menyebutkan tiga fungsi museum yaitu: pelestarian (termasuk akuisisi, konservasi dan pengelolaan koleksi), penelitian dan komunikasi. Komunikasi itu sendiri meliputi pendidikan dan pameran (Desvallées, 2010: 20). Menurut Akbar (2010: 2), pengertian museum adalah sebagai tempat menyimpan koleksi baik alam maupun budaya dan aktivitas yang bertujuan untuk dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat umum. Lebih lanjut Akbar (2010) menjelaskan bahwa museum dapat berupa ruangan, anjungan keraton, 2

3 istana, benteng, kompleks makam, rumah adat, rumah pribadi, tempat bersejarah, monument, laboratorium pusat atau unit atau tempat apapun sepanjang pengelolanya menyebutnya sebagai museum. Tempat tempat tersebut dapat saja berbadan hukum ataupun tidak dan dapat saja dikelola oleh pemerintah, ataupun perusahaan, perorangan, organisasi resmi, perkumpulan mandiri, dan lainnya (Akbar, 2010: 2). Perngertian museum juga dikemukakan oleh Gail dan Bary Lord menyatakan bahwa museums are means of communication. They communicate the meanings of nature and humanity past and present to their visitors today and tomorrow. Comprised of the three-dimensional objects housed in Lrge buildings, they seem very different from all the other communication media, but in fact they have been and remain very successful participants in the communications revolution (Lord, 2012: xxvii) Pengertian di atas menunjukkan bahwa museum merupakan media komunikasi antara kehidupan manusia masa lalu dan masa sekarang untuk pengunjung saat ini dan yang akan datang. Museum terus menerus mengalami perubahan dan koleksi terus bertambah, sehingga perlu renovasi berupa perluasan ruang konstruksi dan fasilitas baru. Museum bukan lagi hanya menjadi peserta dalam revolusi komunikasi tetapi juga harus memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi seperti pameran online dan penggunaan media sosial. Jadi museum sebuah "meta-komunikasi" menengah, mengkomunikasikan warisan alam dan budaya dan seni kontemporer dengan bantuan media komunikasi yang paling maju saat ini. (Lord, 2012: xxvii). 3

4 Lord dan Lord (2001 dalam Tanudirjo, 2008), menyatakan bahwa fungsi museum yaitu mengumpulkan benda-benda yang bernilai, melestarikan dan melindunginya, lalu meneliti koleksi tersebut, dan akhirnya menjadi sarana pendidikan. Dari fungsi museum tersebut koleksi yang dikumpulkan dan dilestarikan, bertujuan sebagai sarana pendidikan atau sumber informasi bagi pengunjung museum. Untuk memberikan informasi mengenai koleksi museum maka museum membuat pameran yang bertujuan untuk mengkomunikasikan koleksi museum kepada masyarakat atau pengunjung museum. Pameran dibuat dan dipersiapkan oleh tim kurator museum. Kurator adalah seorang ahli yang bertanggung jawab mengelola koleksi museum. Tugas seorang kurator adalah membantu lembaga tempatnya bekerja untuk mendapatkan, mengurus, merawat, menjaga, mencatat, mengatalogkan, mensahihkan dan menafsirkan benda-benda koleksi. Dalam melakukan tugasnya, seorang kurator harus mampu menelusuri dan melakukan penelitian yang mendalam atas asal-usul dan otensitas benda-benda yang akan menjadi koleksi. Selain itu, dia juga harus mampu memberikan saran-saran mengenai nilai barang, cara pengepakan dan pengangkutan, cara penyimpanan dan perawatan, serta cara penyajian, penempatan, dan pemajangan benda-benda koleksi tersebut. Seorang kurator harus mampu menyebarluaskan pengetahuan mengenai benda-benda koleksi yang ditanganinya kepada khalayak umum maupun khusus melalui pameran dan penerbitan karya-karya tulis yang relevan dengan bidang yang ditanganinya (Tim Penulis, 1995). 4

5 Melalui museum, pesan dan makna yang dikandung oleh koleksi yang dipamerkan dapat disampaikan kepada masyarakat. Karya manusia yang menjadi koleksi museum dapat memberikan pengetahuan dan bayangan tentang berbagai aktivitas yang terkait dengan koleksi yang pada akhirnya dapat memberikan dorongan munculnya kesadaran untuk menghargai karya budaya manusia serta memberi inspirasi yang berguna bagi pengunjung serta memberi dampak yang besar bagi suatu perkembangan masyarakat. Kajian pengunjung museum terhadap museum asal Belanda penting untuk dilakukan untuk mengetahui bagaimana museum tersebut dalam memberikan informasi mengeani Indonesia (bekas negara jajahan Belanda). Kajian mempunyai makna mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan pengunjung, yang berkenaan dengan motivasi, persepsi, karakteristik, perilaku dan nilai yang dimilikinya. Tujuan dari kajian pengunjung ini adalah untuk mendapat informasi, pesan, kesan, dan pengalaman yang diperoleh pengunjung, setelah mendatangi suatu museum, baik dalam rangka mengisi waktu luang keluarga, rekreasi atau hiburan maupun dalam rangka pendidikan dan penelitian (Nasution, 2011). Penelitian tentang kajian pengunjung museum berkenaan dengan latar belakang pemilihan koleksi dan pesan yang ingin disampaikan museum kepada pengunjung museum, akan lebih tepat jika dilakukan pada museum di Belanda salah satunya adalah di Tropenmuseum. Pemilihan Tropenmuseum sebagai tempat penelitian, dengan tujuan melihat bagaimana koleksi asal Indonesia yang pada awalnya merupakan negara jajahan Belanda dipamerkan dan disuguhkan kepada 5

6 pengunjung museum. Tropenmuseum adalah museum etnografi pertama di Eropa dan merupakan museum Kolonial tertua di Belanda. Tropenmuseum mengangkat tema sejarah penting dalam konteks globalisasi kontemporer dan penajaman perdebatan tentang identitas nasional. Tropenmuseum adalah salah satu museum Eropa yang memiliki koleksi asal Indonesia dalam jumlah yang sangat banyak. Pada awalnya, yaitu pada tahun 1926 terdapat objek etnografi, kemudian mengalami perkembangan menjadi buah. Koleksi Indonesia masih yang terbesar dan original, masih menempati posisi penting (Van Brakel, 1996: 25). Koleksi Tropenmuseum saat ini berisi lebih dari koleksi, terdiri dari koleksi budaya material, adalah koleksi Fotografi antara lain foto, album, slide, negatif film, dan koleksi lainnya berupa citra misalnya gambar, lukisan, dokumen. 1 Tropenmuseum mengomunikasikan koleksi mereka dalam bentuk pameran permanen maupun pameran temporer. Dari koleksi yang dimiliki Tropenmuseum, ribuan koleksi diantaranya dipamerkan dalam pameran permanen (Schovink, 2005). Salah satu tema pameran permanen tersebut berjudul Southeast Asia: The Spiritual Culture. Dalam tema pemeran ini banyak ditampilkan koleksi yang berasal dari Indonesia

7 B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang maka timbul beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi pemilihan koleksi yang dipamerkan di tema pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture? 2. Apa pesan yang ingin disampaikan Tropenmuseum kepada pengunjung melalui koleksi Indonesia yang dipamerkan dengan tema Southeast Asia: The Spiritual Culture? 3. Apakah pesan yang ingin disampaikan Tropenmuseum sampai kepada pengunjung museum? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui latar belakang Tropenmuseum dalam proses memilih koleksi yang mereka tampilkan dalam pameran. Metode dan proses yang dilakukan kurator dalam pemilihan koleksi dapat diketahui dari penelitian ini. Hasil penelitian dapat memberikan pertimbangan bagi museum lain dalam pemilihan koleksi yang akan ditampilkan. 2. Mengetahui metode Tropenmuseum dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung. Metode dan cara yang dilakukan Tropenmuseum akan memberikan pandangan baru dalam pemilihan cerita yang terkait pameran, labeling, dan sistem publikasi. 7

8 3. Mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh Tropenmuseum sampai kepada pengunjung museum atau tidak. Hasil penelitian akan menujukkan bagaimana kelebihan dan kekurangan metode atau cara penyampaian pesan yang telah dilakukan oleh Tropenmuseum terhadap pengunjung museum. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kalangan pendidikan dengan minat utama Museologi sebagai pandangan baru dalam kaitannya dengan cara museum mengkomunikasikan pameran museum kepada pengunjung. 2. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak pengelola museum sebagai bahan masukan dalam melaksanakan pengeloaan dan tatapamer koleksi, berbagai metode komunikasi kepada masyarakat atau pengunjung museum. Hasil penelitian akan memberikan lebih banyak pilihan metode yang terbaik yang bisa diterapkan dalam pengelolaan dan pengkajian koleksi museum. E. Batasan Penelitian Tropenmuseum memiliki banyak sekali koleksi yang ditampilkan baik itu pada pameran permanen maupun pameran temporer, banyaknya koleksi yang 8

9 ditampilkan maka fokus penelitian yang akan dilakukan berpusat pada koleksi Tropenmuseum pada pameran permanen yaitu bagian Southeast Asia: The Spiritual Culture. Pemilihan tema pameran ini karena pada pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture banyak menampilkan koleksi yang berasal dari Indonesia. Koleksi yang ditampilkan cenderung lebih menampilkan Indonesia dan hanya sebagian kecil koleksi yang berasal dari wilayah negara Asia Tenggara. Koleksi yang diteliti dalam penelitian ini merupakan koleksi pada pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture yang berasal dari Indonesia. F. Landasan Teori Maria Piacente dan Barry Lord (2012: 91-99) menyampaikan berbagai tahapan perencanaan pameran yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Penelitian; penelitian adalah aktifitas yang sangat mendasar dalam perencanaan sebuah pameran, karena tanpa adanya penelitian tidak akan ada komunikasi pameran yang berarti. 2. Proposal pameran; ide atau gagasan untuk membuat pameran dapat dituangkan ke dalam proposal pameran. Ide proposal pameran dapat muncul dari: a. mengidentifikasi dari hasil penelitian ke dalam koleksi b. keinginan lembaga untuk merespon kebutuhan dan kepentingan pemirsa baru dan spesifik c. sebuah inisiatif oleh institusi untuk memenuhi misinya atau mandat 9

10 Setelah proposal disetujui maka tahap selanjutnya dalam perencanaan pameran, ada lima tahapan yaitu: 1) Penjelasan ringkas dari kurator untuk mengidentifikasi koleksi yang akan dipamerkan. 2) Perencanaan interpretatif yaitu merencanakan metode komunikasi dengan pengunjung museum. Dalam perencanaan interpretatif ini mendeskripsikan bagaimana pengunjung dapat melihat, mendengar dan mendapatkan pengalaman saat berada di museum. Perencanaan ini juga termasuk: a) kerangka tematik b) tujuan komunikasi c) pemilihan koleksi dan sumber daya d) mode penafsiran e) "wow!" atau pengalaman jangkar f) gaya belajar pengunjung (visitor learning style) g) ringkasan dari pengalaman pengunjung 3. Perencanaan pameran dan desain 4. Evaluasi 5. Produksi (pembuatan dan instalasi pameran) 6. Operasional pameran (konservasi, program untuk publik, monitoring secara reguler) 10

11 Maria Piacente dan Barry Lord (2012: 90) juga menyatakan beberapa kriteria dasar untuk menentukan pameran permanen, temporer, atau virtual. Pameran-pameran tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Pertama, pameran memiliki makna: dalam pameran dibuat dengan maksud tertentu, direncanakan dan dipasang untuk mengekspresikan suatu ide. Kedua, pameran adalah sebuah prinsip dari museum atau institusi untuk berkuminikasi dengan publik. Pengunjung museum selalu mencari tahu tentang misi dan mandat dari museum, jenis penelitian dan pelayanan koleksi museum. Pameran adalah salah satu cara yang paling penting bagi museum untuk membangun hubungan mereka dengan komunitas yang berbeda. Bary lord (2012: 212) mengemukakan perencanaan pendisplayan koleksi pameran meliputi 1) tujuan apa yang ingin disampaikan oleh museum (communication objective) 2) kepada siapa sasaran yang dituju museum untuk menyampaikan tujuan museum (a target market analysis) 3) cara menyampaikan yang disukai di suatu area (the optimal means of expression). 11

12 Joy Bailey (2012: 69) menyampaikan bahwa peran museum ada beberapa yaitu: 1. mengkomunikasikan misi dan visinya kepada publik 2. meningkatkan visibilitas dari institusi 3. mengelola harapan publik dari institusi 4 menarik jangkauan individu dan kelompok Secara bersamaan, museum dapat mencari masukan dari komunitas untuk: 1. menemukan kebutuhan masyarakat 2. memahami kesadaran, minat, dan / atau harapan institusi 3. mengukur tingkat minat terhadap alur cerita, tema, dan program 4. mengidentifikasi partnerships, kolaborasi, aktivitas dan program 5. menginformasikan proses perencanaan dengan motivasi pengunjung dan psikografis, Cara pengumpulan informasi terhadap pengunjung museum adalah: 1. keterlibatan digital, partisipan pengunjung via media elektronik 2. wawancara individual; wawancara individual akan lebih banyak memberikan informasi tentang harapan pengunjung terhadap museum 3. survei; survei adalah bentuk yang paling umum digunakan untuk mendapat umpan balik pengujung, survei juga dapat memberikan potensi yang luas pada partisipan dari berbagai tipe pengunjung museum 4. observasi dengan mempertimbangkan persepsi staf museum tentang masyarakat 12

13 5. bentuk lain dalam pengumpulan informasi adalah dengan cara percakapan yaitu mencari umpanbalik dari masyarakat tentang hubungan museum dengan masyarakat. Amy Kaufman (2012: 632) menyatakan informasi penting tentang pengunjung museum 1. motivasi datang ke museum 2. tempat tinggal 3. umur 4. jenis kelamin 5. suku 6. pendapatan 7. datang sendiri, dengan teman atau dengan keluaraga Falk dan Dierking (2000: ) menyatakan Model Pembelajaran Kontekstual di museum dipengaruhi delapan faktor penting. Kedelapan faktor tersebut dibagi kedalam tiga konteks, yaitu konteks personal, konteks sosiokultural dan konteks fisik. 1. Konteks personal a. Motivasi dan Ekspektasi; bahwa pengunjung museum telah memiliki motivasi dan ekspektasi tertentu untuk datang ke museum. 13

14 b. Pengetahuan awal, minat dan keyakinan; bahwa pengetahuan awal, minat dan keyakinan pengunjung yang menentukan kunjungan ke museum. c. Pilihan dan kontrol; bahwa pengunjung dapat memperoleh proses belajar yang ideal ketika mereka dapat memilih dan mengontrol apa dan bagaimana mereka belajar di museum. 2. Konteks Sosiokultural a. Mediasi di dalam kelompok sosiokultural; bahwa sebagian pengunjung datang ke museum sebagai bagian dari kelompok sosial. Setiap kelompok saling membantu dalam menyerap dan mengumpulkan informasi, penciptaan makna, dan menguatkan kepercayaan bersama. b. Mediasi yang difasilitasi oleh orang lain; bahwa interaksi sosial dengan orang asing di luar kelompok sosial pengunjung juga berpengaruh dalam proses belajar. 3. Konteks fisik a. Pengaturan dan Orientasi; bahwa pengunjung dapat belajar lebih baik jika mereka merasa nyaman dengan lingkungannya dan mengetahui apa yang mereka harapkan. b. Desain; bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh desain. Pameran yang memiliki desain yang baik akan menjadi media pembelajaran terbaik dalam proses pemahaman terhadap dunia sekitar. 14

15 c. Kegiatan dan pengalaman di luar museum; bahwa pengunjung juga membutuhkan kegiatan pembelajaran di luar museum, sehingga melengkapi kunjungan mereka secara utuh. G. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pesan dan latar belakang pemilihan koleksi di Tropenmuseum pada pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Terdapat banyak tulisan yang membahas mengenai Tropenmuseum, namun belum ada yang terkait langsung dengan pemilihan koleksi dan pesan yang akan disampaikan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Pada tahun 1987, J.H Van Brakel melakukan pembahasan mengenai peradaban Jawa Kuno berdasarkan koleksi etnografi dari Indonesia yang dipamerkan pada Pameran Budaya Indonesia di Tropenmuseum. Van Brakel membahas tentang pengaruh India yang membentuk peradaban di Jawa Kuno dengan melihat koleksi etnografi dari Indonesia yang terdapat pada pameran Budaya Indonesia. Dengan mendeskripsikan koleksi etnografi yang terpengaruh peradaban India, Van Brakel ingin mendapatkan gambaran mengenai asal-usul peradaban Jawa Kuno (Van Brakel, 1987: 44-55). Tahun yang sama, Wilhelmina Kal mendeskripsikan koleksi etnografi dari Indonesia yang berakulturasi dengan kebudayaan barat pada pameran Budaya Indonesia. Kal melihat akulturasi yang sudah melekat pada masyarakat 15

16 di Indonesia dipaksakan diubah dengan memasukkan kebudayaan barat melalui kekuatan militer. Dengan mendeskripsikan koleksi etnografi pada pameran Budaya Indonesia, Kal mengemukakan akulturasi barat terhadap kerajinan dari Indonesia seperti meja, kursi, perhiasan, gelang, kalung, dan giwang (Kal, 1987: 66-77). Pada tahun 2008, Pauline Lunsingh Scheurleer melakukan penelitian dengan judul The Well-Known Javanese Statue in the Tropenmuseum, Amsterdam, and Its Place In Javanese Sculpture. Scheurleer meneliti ulang mengenai figur arca yang diidentifikasikan sebagai Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari, atau dikenal juga sebagai Anusanãtha ( ), wujudnya didewakan sebagai Dewa Siwa. Arca ini juga diyakini berasal dari Candi Kidal, Jawa Timur. Scheurleer memberikan berbagai bukti mengenai tanggal dan indentifikasi baru terhadap arca tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh adalah dalam urutan kronologis, arca tersebut lebih mendekati masa Kerajaan Majapahit awal. Arca ini didentifikasi sebagai pendewaan raja, ratu, atau pengawal Panataran, arca koleksi Tropenmuseum itu kemungkinan dibuat antara tahun (Scheurleer, 2008: ). Pada tahun 2010, Susan Legene dan Jenneke Van Dijk mengulas representasi pada pameran Hindia Belanda Timur: Masa Lalu Kolonial (Netherland East Indies: a Colonial Past). Berdasarkan objek koleksi yang berupa patung, foto, perabotan, lukisan, dan peralatan perkebunan dari masa kolonial, 16

17 mereka membahas aspek kolonialisme Belanda yang tercermin dari koleksi etnografi dalam konteks sejarah, budaya, dan peninggalan kolonialisme (Legene, 2010: 7). Tahun 2014, Sudarmadi juga membahas koleksi etnogafis etnik Ngadha dan Manggarai yang dimiliki oleh Tropenmuseum. Hasil pembahasannya menunjukkan bahwa cara perolehan dan pemajangan koleksi etnografi dari kedua etnik tersebut yang berasal dari tahun 1900 hingga 1988 sangat dipengaruhi oleh perspektif kolonialisme. Melalui penelitian ini diketahui bahwa dalam perspektif kolonial warisan budaya dari Ngadha dan Manggarai dianggap berasal dari masyarakat yang terbelakang atau primitif (Sudarmadi, 2014: ). Penelitian pameran Asia Tenggara: Kebudayaan Spiritual, Tropenmuseum sudah pernah dilakukan oleh Sandy Suseno pada tahun Suseno melakukan penelitian mengenai penyebab perbedaan pemaknaan koleksi dari Indonesia di Pameran Asia Tenggara: Kebudayaan Spiritual, Tropenmuseum, Amsterdam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pemaknaan terhadap koleksi di Tropenmuseum disebabkan oleh tiga hal, yaitu: (1) Proses pengumpulan koleksi yang dilakukan dengan cara melepaskan objek dari konteks sosial budaya objek tersebut berasal, (2) Koleksi yang dipamerkan dimaknai sesuai dengan minat dan keahlian dari kurator, (3) Koleksi yang dimaknai oleh kurator sesuai dengan paradigma keilmuan yang berkembang (Suseno, 2016: ). Fokus pelitian yang dilakukan penulis adalah kajian pengunjung museum terhadap koleksi asal Indonesia yang ditampilkan pada tema pameran Southeast 17

18 Asia: The Spiritual Culture. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui pesan apa saja yang ingin disampaikan Tropenmuseum dalam pameran tersebut dan apakah pesan yang ingin disampaikan sudah tersampaikan kepada pengunjung museum atau belum. G. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan diarahkan pada latar yang utuh, sehingga tidak mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan. Penggunaan metode penelitian kualitatif pada penelitian ini didasari pertimbangan atas kualitas data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang diperlukan adalah data yang sifatnya mendalam, bukan data yang hanya dilihat pada unsur kuantitas atau jumlahnya saja. Hal demikian dikarenakan penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara mendalam, sehingga memerlukan data yang sedalam-dalamnya pula (Krisyantono, 2009: 56). Oleh sebab itu, metode penelitian kualitatif dipilih sebagai metode dalam penelitian ini. 18

19 1. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan lebih jelasnya adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi yang dilakukan adalah dengan cara menyusuri alur pameran dan melakukan pengamatan secara langsung dan tiap-tiap penyajian pameran, pengambilan foto koleksi, label dan keseluruhan penyajian pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture. Dari pengamatan ini akan diketahui lebih jelas koleksi asal Indonesia yang dipamerkan, penulisan label dan penempatan koleksi yang dipamerkan. Observasi juga dilakukan terhadap pengunjung museum, untuk memilih pengunjung yang diberi kusioner. Untuk mengeksplor pengalaman pengunjung digunakan metode spatial tracking study yang menyatakan bahwa pengunjung mengikuti jalur individual tertentu. Spatial tracking study digunakan karena metode ini dapat memberi tahu kita tentang jalur pengunjung yang sesungguhnya dan durasi waktu yang mereka habiskan di museum tersebut (Hein, 1998: 106). Selain itu juga bisa mengetahui pendapat pengunjung mengenai isi pameran dan metode penyampaiannya dalam kaitannya pembelajaran di museum. b. Angket Penyebaran angket pada sejumlah pengunjung yang termasuk sebagai subjek penelitian. Pengunjung museum dapat memberikan 19

20 gambaran yang jelas mengenai pesan yang mereka dapatkan setelah melihat koleksi yang dipamerkan di Tropenmuseum. Selain itu juga bisa mengetahui pendapat pengunjung mengenai isi pameran dan metode penyampaiannya dalam kaitannya pembelajaran di museum. Ketentuan pengunjung yang diberikan kuisioner adalah pengunjung remaja dan dewasa yaitu berusia di atas 17 tahun, pengunjung yang melihat koleksi yang ditampilkan di pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture secara seksama yaitu dengan waktu diatas lima belas menit. Penyebaran angket ini untuk lebih mengetahui keterangan tentang pengunjung museum dan untuk mengetahui karakteristik pembelajaran pengunjung di Tropenmuseum. Hasil kuisioner berperan sebagai data untuk menjawab pesan Tropenmuseum yang sampai kepada pengunjung museum. Pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner dapat dilihat di lampiran. c. Wawancara Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur kepada kurator Tropenmuseum khususnya dengan kurator Southeast Asia. Kurator dipilih karena kurator yang memiliki pengetahuan penuh atas semua kegiatan tata pamer, menjalankan riset terhadap koleksi museum termasuk penyelenggaraan koleksi yang dipamerkan di Tropenmuseum. Hasil wawancara dapat memberikan data yang akurat mengenai latar belakang pemilihan koleksi yang dipamerkan di 20

21 Tropenmuseum dan pesan apa yang akan di sampaikan Tropenmuseum dari pameran tersebut. d. Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 240). Dokumen dalam penelitian ini didapatkan dari buku yang menunjang penelitian dan database komputer, yaitu The Museum System (TMS), TMS merupakan sistem database Tropenmuseum. Di dalam TMS ini terdapat informasi yang berkaitan mengenai koleksi dari Tropenmuseum seperti nama koleksi, asal koleksi, tempat penyimpanan, dan keterangan lainya. 2. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Data yang telah diperoleh selanjutnya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok data berdasarkan katagori tertentu, dijabarkan, kemudian disusun pada suatu pola tertentu. Data tersebut selanjutnya dipilih mana yang penting dan tidak untuk digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan. Proses tersebut dilakukan untuk membuat kesimpulan penelitian yang mudah dipahami, baik oleh diri peneliti sendiri maupun bagi orang lain (Sugiyono, 2012: 244). 21

22 Kesimpulan pada penelitian kualitatif merupakan temuan baru. Temuan tersebut berbentuk suatu deskripsi atau gambaran objek yang masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas (Sugiyono, 2012: 99). Berikut ini adalah tahapan teknik analisis data yang dilakukan penulis untuk menjawab Latar belakang pemilihan koleksi Indonesia pada tema pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture di Tropenmuseum. Tahap analisis yang dilakukan untuk mengetahui latar belakang pemilihan koleksi adalah sebagai berikut: a. melakukan analisis dari hasil wawancara dengan hasil observasi, kemudian membandingkan hasilnya dengan keadaan koleksi yang sama dari TMS (The Museum System). Penggunaan TMS ini karena penulis tidak diperkenankan untuk memasuki gudang museum, dan penggunaan TMS dirasa lebih efektif dan informasi tentang koleksi lebih akurat. Hasil analisis ini akan menjawab alasan pemilihan koleksi yang dipamerkan pada tema pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture. b. untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan Tropenmuseum kepada pengunjung museum adalah dengan membandingkan hasil wawancara dengan kurator mengenai storyline, pesan yang ingin disampaikan tentang Indonesia dengan koleksi yang ditampilkan dalam tema pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture. c. melakukan analisis pesan yang disampaikan Tropenmuseum kepada pengunjung museum sampai atau tidak dengan cara membagikan kuisioner 22

23 kepada pengunjung museum. Hasil kuisioner kemudian di analisis untuk menjawab pertanyaan pesan kepada pengunjung museum sudah sampai kepada pengunjung museum atau belum. 5. Kesimpulan Pada bagian ini, hasil penelitian berupa latar belakang pemilihan koleksi Indonesia dalam tema pameran Southeast Asia: The Spiritual Culture, pesan yang ingin disampaikan Tropenmuseum dan pesan yang sampai kepada pengunjung museum akan digunakan untuk merumuskan saran. 23

BAB I PENDAHULUAN. budaya, ideologi, ekonomi, dan politis. Keputusan dalam penyajian pameran

BAB I PENDAHULUAN. budaya, ideologi, ekonomi, dan politis. Keputusan dalam penyajian pameran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyajian pameran di museum selalu dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, ideologi, ekonomi, dan politis. Keputusan dalam penyajian pameran ditentukan dengan melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap museum mempunyai tanggung jawab pelayanan edukasi terhadap masyarakatnya. Ambrose dan Paine (2007:48) menyatakan bahwa secara umum museum mempunyai tiga peranan

Lebih terperinci

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY. Pendekatan Contextual dalam Pembelajaran Sejarah: Pemanfaatan Museum 1 Oleh: Ririn Darini 2 Beberapa Persoalan dalam Pengajaran Sejarah Sejarah merupakan bidang ilmu yang sesungguhnya memiliki nilai penting

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh.

BAB V PENUTUP. makna koleksi tersebut dalam konteks budaya tempat koleksi berasal. Perbedaan. koleksi epigrafi Jawa Kuno, dan koleksi etnik Aceh. BAB V PENUTUP Setelah dilakukan penelitian secara cermat dan mendalam dapat diketahui bahwa pemaknaan koleksi di Pameran Asia Tenggara memiliki perbedaan dengan makna koleksi tersebut dalam konteks budaya

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1. Batasan Pengertian 1.1.1. Pengertian Museum Gamelan Jawa a. Museum Ada beberapa pengertian museum, namun menurut esensinya secara umum museum adalah gedung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat hiburan khusus tempat tongkrongan anak- anak lesbi. Peneliti mengambil lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar sebagai media seni rupa. Peninggalan manusia sejak masa prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu

Lebih terperinci

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

BAB 5. Kesimpulan dan Saran BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Pedagogi di museum melibatkan penciptaan narasi di museum dan bagaimana museum menyampaikan narasinya tersebut kepada pengunjung. Tidak adanya pedagogi di museum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang semakin pesat membuat masyarakat modern bertambah jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang dikerjakanya. Masyarakat mulai melupakan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Judul Penelitian ini tentang Analisis Patung Figur Manusia Karya Nyoman Nuarta di Galeri NuArtSculpture Park. Pengambilan judul penelitian ini didasari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas Akhir Rancang bangun Aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia telah mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut sebagai gudang tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) mengundang Anda untuk berpartisipasi pada acara Sejarah Sumber Terbuka:

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana cara untuk mempelajari, menyelidiki ataupun melaksanakan suatu kegiatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-20 memberikan dampak besar bagi museum-museum di Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-20 memberikan dampak besar bagi museum-museum di Eropa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi Rusia, Perang Dunia ke-2 dan kemunduran ekonomi yang terjadi pada awal abad ke-20 memberikan dampak besar bagi museum-museum di Eropa. Selama perang berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba 58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian naturalistik kualitatif. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak melalui permainan tradisional ini dilakukan di Kampoeng Dolanan Nusantara. Kampoeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Rekontekstualisasi koleksi..., Gunawan Wahyu Widodo, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Rekontekstualisasi koleksi..., Gunawan Wahyu Widodo, FIB UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan museum di Indonesia pada dasarnya cukup meningkat. Perhatian masyarakat pada lembaga museum adalah fenomena perkembangan yang cukup manarik untuk kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Museum dalam Sejarahnya Museum dikenal sebagai ruang atau tempat yang menampung segala hal yang berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan, merawat, dan menyajikan

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan. Agar mudah tergambarkan alur penelitiannya, maka berikut ini penulis menjelaskan metode penelitian, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif denganmetode studi kasus. Nasution (2003: 5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut ICOM ( International Council Of Museums ) museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, yang melayani masyarakat beserta perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini menekankan pada proses perolehan data untuk memperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur

Lebih terperinci

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia dan Yogyakarta Kaya akan Budaya Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang

Lebih terperinci

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

2015 STUD I TENTANG KOMPETENSI PENGELOLAAN INFORMASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

2015 STUD I TENTANG KOMPETENSI PENGELOLAAN INFORMASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan SMA Negeri 6 Bandung merupakan salah satu perpustakaan yang cukup lengkap akan sarana dan prasarana yang ada, terbukti dengan terdapatnya beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Batasan Pengertian Judul Museum :Gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup akan menjadi semakin sehat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE PENYAJIAN KOLEKSI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA

2015 PENGARUH METODE PENYAJIAN KOLEKSI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin maraknya tempat wisata yang bertemakan alam, nyatanya keberadaan museum masih diminati oleh sebagian masyarakat untuk memanfaatkan waktu luangnya meskipun museum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2) Metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian, metode digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 76 Dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 76 Dengan menggunakan 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 76 Dengan menggunakan metode dan prosedur penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Sejarah Cafe Lawangwangi Cafe Lawangwangi Creative Space merupakan salah satu tempat dimana para seniman dapat memamerkan sekaligus menjual hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2015, hlm. 2) mengatakan, Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Council of Museum (ICOM) mendefinisikan museum

BAB I PENDAHULUAN. International Council of Museum (ICOM) mendefinisikan museum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Council of Museum (ICOM) mendefinisikan museum sebagai institusi permanen yang bersifat non profit, bertujuan untuk melakukan pelayanan terhadap publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki warisan dari nenek moyang berupa keanekaragaman seni dan budaya yang harus dilestarikan. Hal ini karena keanekaragaman seni dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBELAJARAN DAN PELESTARIAN TENUN DI MUSEUM

BAB 5 PEMBELAJARAN DAN PELESTARIAN TENUN DI MUSEUM 102 BAB 5 PEMBELAJARAN DAN PELESTARIAN TENUN DI MUSEUM 5.1 Museum dan Pembelajaran Tenun NTT Saat ini museum mulai berkembang dari hanya memamerkan koleksi hingga dapat memberikan kesempatan pengunjung

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Morse (dalam Daymon dan Holloway, 2008:368) penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud untuk memahami dan menggali lebih dalam mengenai fenomena penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kualitatif, Menurut Ardianto (2011:60), Metode deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Kualitatif, Menurut Ardianto (2011:60), Metode deskriptif kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, Menurut Ardianto (2011:60), Metode deskriptif kualitatif berguna untuk melahirkan

Lebih terperinci

MUSEUM. Antara edukasi dan rekreasi. Kresno Yulianto

MUSEUM. Antara edukasi dan rekreasi. Kresno Yulianto MUSEUM Antara edukasi dan rekreasi Kresno Yulianto kresno.yulianto@ui.edu International Council of Museum (ICOMOS) mendefinisikan bahwa museum adalah lembaga permanen yang tidak untuk mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Suatu penelitian ilmiah dilakukan secara objektif, sistematis, dan menggunakan prosedur atau metode penelitian yang tepat untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Latar belakang Sejarah pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Tarakan berawal dari lingkungan pulau terpencil yang tidak memiliki peran penting bagi Belanda hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Lebih terperinci