DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2016 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2016 ISSN :"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2016 ISSN : UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN Luluk Sulistiyo Budi & Ma ruf P.N. PENINGKATAN HASIL SAYURAN LOKAL KABUPATEN LUMAJANG DI LAHAN TERBATAS Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni NALISIS PRODUKTIFITAS PETANI PADI PENANGKAR BENIH DENGAN PETANI KONSUMSI Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah ALAND HUSBANDRY : APLIKASI BIOCHAR JERAMI PADI DI BUDIDAYA WIJEN (SESAMUM INDICUM L.) UNTUK PENINGKATAN KUALITAS TANAH Eny Dyah Yuniwati ESTIMASI KANDUNGAN KARBON POHON MAHONI(Swietinea macrophylla, King) PENYUSUN HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT SVLK (SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ) (Studi Kasus di PPHR Lawu Lestari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan) Djoko Setyo Martono & Sri Rahayu KAJIAN POTENSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL TANAMAN Padi (Oryza sativa L.) BERBASIS VIABILITAS Sri Rahayu, Praptiningsih Gamawati Adi Nurani & Maya Ayu Pranata POTENSI PRODUKSI TANAMAN PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) DI KELOMPOK TANI MPSDH WONO LESTARI DESA PADAS KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN. Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani Puspitawati & Martin Lukito

2

3 UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN Luluk Sulistiyo Budi 1, Ma ruf P.N. 2 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun 2) Mahasiswa Sekolah pascasarjana prodi Teknologi Industri pertanian IPB Bogor Abstract Increased production of rice can be reached with planting prospective models are Jajar Legowo models. The research objective was to test the productivity of the land with the Jajar Legowo Model in Madiun. Method of the research was used a random block design in lowland Banjarejo village Taman Madiun In the season first planting in The treatment models Jajar Legowo used 2: 1, 4: 1 with control (22cmx22cm). Results of the test showed not significant difference in height plant parameters, number of productive tiller, fresh and dry weight stover. But showed significant differences in the parameters of dry unhusked, the average value of the highest achieved models Legowo row 2 : 1 of 7.4 tons / ha. KeyWords : production, Planting Model, jajar legowo, field paddy PENDAHULUAN Kebutuhan akan pangan di suatu negara adalah sangat mutlak. Hal ini sangat berkaitan erat dengan stabilitas keamanan, ketentraman suatu negara. Bahan pangan di Indonesia sangat didominasi oleh pangan utama beras, maka pemerintah berupaya untuk menyiapkan segala upaya agar produksi padi dapat meningkat, bahkan dapat mencapai swasembada beras. Telah banyak upaya yang dilakukan guna peningkatan produksi padi mulai dari pemilihan bibit yang bersertifikat, penggunaan pupuk yang berimbang, model dan teknik pengolahan tanah, model pengairan dan pengendalian hama dan penyakit. Namun demikian masing-masing upaya tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu tempat dimana tanaman padi tersebut di budidayakan, oleh karenanya penerapan teknologi antar wilayah sangatlah berbeda. Demikian juga intensifikasi tanaman padi di Kota Madiun yang tentu saja akan berbeda dengan daerah lain. Dimana di Kota Madiun tahun 2013 mempunyai luas areal sekitar 906 Ha, dengan lokasi yang sangat beragam ada yang beririgasi teknis, dan setengah teknis (Deptan, 2014), dan hingga saat ini teknik budidaya padi jajar legowo belum menjadi pilihan dalam usaha taninya. Kenyataan dilapang menunjukkan bahwa produktifitas lahan sawah rata-rata 6,55 ton/ha (BPS 2015) sehingga masih sangat memerlukan sentuhan teknologi yaitu melakukan pola intensifikasi baik penggunaan benih yang unggul, formulasi pemupukan, pengolahan tanah dan atau AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN :

4 Luluk Sulistiyo Budi & Ma ruf P.N. pengendalian hama dan penyakit. Disamping itu model tanam atau sistem tanam juga akan berpengaruh baik terhadap kelangsungan lingkungan dan produksi. Salah satu model sistem tanam adalah menggunakan jajar legowo. Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang di selingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam Jajar Legowo 2:1 atau 4:1. Berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22% (Bobihoe, 2013). Sistem tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian (Badan Litbang Pertanian, 2007) Legowo 4:1 menghasilkan produksi gabah tertinggi, tetapi untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih lebih baik jika digunakan legowo 2:1. Legowo 2:1 mampu mengurangi kehampaan akibat efek tanaman pinggir. Hasil penelitian Abdulrachman et al (2011) menunjukkan bahwa pada pertanaman Legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) cm mampu meningkatkan hasil antara 9,63-15,44% dibanding model tegel. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan sawah teknis kelurahan Banjarejo Taman Madiun Pada Bulan Agustus-Nopember Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi Benih padi Rojo Lele bersertifikat, pupuk UREA, Pupuk SP 36 dan KCL, Pupuk Organik, Pupuk Pelengkap Cair, Insektisida dan Herbisida. Adapun alat yang digunakan hand traktor, cangkul, Sabit, Treser, Terpal, Kertas label dan koran, karung, Tali, mistar, timbangan, dan oven Metode Penelitian Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal, yaitu model tanam tegel 22 X 22 (kontrol), Jajar legowo 2:1 (JL 2:1) dan jajar legowo 4:1 (JL 4:1), masingmasing perlakuan di ulang 3 kali. Parameter pengamatan di lakukan pada parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat basah brangkasan, berat kering brangkasan, bobot 1000 butir gabah, berat kering sawah dan berat kering giling. Analisis dilakukan dengan uji statistik BNJ 0,5% Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan meliputi tahapan-tahapan kegiatan yaitu pembuatan persemaian seluas 10% dari luas areal penelitian Persiapan lahan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya agar tidak mengganggu proses pengerjaan lahan dan lahan di airi/diberi air. Menambahkan pupuk organik/bokasi sesuai rekomendasi 3 ton/ha secara merata. Pengolahan lahan/tanah dilakukan menggunakan hand traktor dengan alat singkal dan garu sisir agar rata Setelah pengolahan tanah lahan digenangi sampai 7 hari agar biji-biji gulma tidak tumbuh serta lahan lebih berlumpur dan lebih baik untuk media tumbuh. Sementara itu melakukan perawatan pada persemaian agar bebas dari serangga hama dengan pengendalian terpadu. Persiapan penanaman dimulai dengan Mencabut bibit pada dari persemaian yang telah berumur 17 hari. Penanaman dilakukan dengan model 2 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

5 Uji Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) tegel 22 x 22 cm, dengan jajar legowo 2:1 dan jajar legowo 4:1, masing-masing di tanam 2 bibit pertananan. Melakukan pemupukan pertama dengan NPK yang 0,5 rekomendasi yaitu Urea 200 kg/ha, SP kg/ha dan KCL 100 kg/ha (Bobihoe, 2013) Pemupukan diberikan dalam baris antar tanaman untuk jajar legowo sedang model tegel/kontrol disebar secara merata. Penyiangan gulma sekaligus membuat parit-parit antar baris tanaman dan pengendalian hama terpadu Melakukan pengamatan secara periodik terhadap parameter pertumbuhan dan produksi, pengamatan dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengamatan pertumbuhan dilakukan menggunakaninstrumen yang telah di tentukan sebelumnya. Parameter tinggi tanaman diukur mulai atas tanah sampai dengan ujung daun bendera. Parameter jumlah anakan dihitung jumlah anakan seluruhnya Parameter jumlah anakan produktif dihitung pada semua anakan yang keluar malai. Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan bulir menguning mencapai 80 %. Pengamatan parameter produksi dilakukan pada saat panen meliputi jumlag anakan produktif, berat basah brangkasan, berat kering brangkasan, prosentase gabah berisi, dan prosentase gabah hampa. Jumlah butir permalai, berat kering sawah dan berat kering giling. sawah Kota Madiun terhadap parameter tinggi tanaman pada berbagai umur tidak berbeda nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan tinggi tanaman berbagai umur selengkapnya disajikan pada Gambar1. Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman Terlihat pada Gambar 1, bahwa nilai ratarata tinggi tanaman tertinggi di capi oleh model tegel (kontrol), meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan JL 2:1 mauoun JL 4:1. Muyasir (2012) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman ini disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima menjadi menurun. Semakin rapat jarak tanam yang dipakai maka pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin cepat karena tanaman saling berusaha mencari sinar matahari yang lebih banyak. Hasil analisis terhadap jumlah anakan menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan jumlah anakan disajikan sebagaimana Gambar 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan model tanam jajar legowo di lahan Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 3

6 Luluk Sulistiyo Budi & Ma ruf P.N. Sauki et al. (2014), jumlah anakan maksimum akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif dan berkorelasi terhadap hasil. Hasil analisis terhadap parameter berat basah dan kering brangkasan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan berat basah dan kering brangkasan disajikan pada Gambar 4. Gambar 2. Kurva jumlah anakan beberapa umur pengamatan. Terlihat pada gambar 2 di tunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi di peroleh model jajar legowo 2:1 sebesar 18,3 dan berbeda nyata dengan model tegel/kontrol, namun tidak berbeda dengan model jajar legowo 4:1. Hasil analisis terhadap parameter jumlah anakan produkstif menunjukkan perbedaan yang nyata, dimana rata-rata jumlah anakan produktif tertinggi di capai oleh model jajar legowo 2:1 dengan nilai mencapai 14,6 meskipun tidak berbeda nyata dengan model jajar legowo 4:1 sebesar 13,8 dan keduannya berbeda nyata dengan model tegel atau kontrol. Nilai rata-rata hasil pengamatan jumkah anakan produktif sebagaimana di tunjukkan pada Gambar 3. Gambar 4. Histogram berat kering dan basah brangkasan. Berat basah dan berat kering brangkasan ini terkait dengan ketersedian hara dalam tanah, dan menunjukkan kondisi yang homogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Distan (2011) bahwa ketersediaan hara bagi tanaman dipengaruhi oleh kemampuan tanah menyediakan hara seperti, Oksigen dalam tanah, suhu tanah, ketersediaan air dan kandungan bahan organik tanah Selanjutnya hasil analisis terhadap parameter gabah berisi dan gabah hampa menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan gabah berisi dan gabah hampa disajikan selengkapnya pada Gambar 5. Gambar 3. Histogram jumlah anakan produkstif. Model jajar legowo 2:1 memiliki ruang tumbuh yang lebih lebar karena semua menjadi tanaman pinggir dan akan berpengaruh besar terhadap produksi. Hal ini sesuai pendapat 4 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

7 Uji Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) Gambar 5. Histogram Gabah berisi dan Gabah Hampa. Terlihat pada gambar 5. Menunjukkan nilai rata-rata gabah berisi di atas 80% berarti bahwa pengisian biji masih cukup bangus, namun pengaruh model jajar legowo tidak nyata. Namun demikian nilai tertinggi di capai model jajar legowo 2:1 sebesar 86,2%, dan terendah model tegel/kontrol sebesar 85,9%. Hasil analisis terhadap bobot 1000 biji menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, dimana nilai rata-rata bobot 1000 tertinggi di capai oleh model jajar legowo 2:1 sebesar 28,9 g. Nilai rata-rata bobot 1000 biji selengkapnya disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut. Gambar 6 Histogram bobot 1000 biji. Bobot 1000 biji adalah merupakan hasil akumulasi proses fotosintesa yang dilakukan daun selama proses pengisian biji atau kemampuan untuk memanfaatkan nutrisi yang tersedia (cahaya matahari, hara, air dll) (Warjido et.al dalam Ikhwani et al. 2013) yang disebut dengan bahan kering. Namun demikian faktor utama bobot 1000 biji tergantung pada bentuk dan ukuran biji varietas, sebagaimana yang disampaikan oleh Rahimi, et al (2011), jika hal ini tidak terjadi perbedaan maka faktor utama yang berperan adalah faktor genetik dan juga di tentukan oleh varietas (Chatura, 2013). Hasil analisis terhadap produksi gabah kering sawah dan gabah kering giling menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata hasil pengamatan gabah kering sawah dan gabah kering giling selengkapnya disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Histogram produksi Gabah kering sawah dan gabah kering giling Terlihat pada Gambar 7, dimana model jajar legowo 2:1 mencapai produksi tertinggi baik gabah kering sawah maupun gabah kering giling yaitu berturut-turut 8,9 Ton dan 7,4 Ton, namun demikian tidak berbeda nyata dengan model jajar legowo 4:1. Hal ini diduga bahwa model jajar legowo merupakan Penerapan peningkatkan populasi pertanaman, tetapi terjaga kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik (Abdulrachman et.al, 2013). Disamping itu Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa: 1. Model jajar legowo di lahan sawah teknis kelurahan banjarejo taman madiun berpengaruh terhadap peningkatan produksi persatuan luas 2. Model jajar legowo 2:1 memberikan alternatif pilihan terbaik di bandingkan dengan jajar legowo 4:1 dan juga model tegel. 3. Bahwa penerapan model jajar legowo akan memberikan hasil yang optimal Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 5

8 Luluk Sulistiyo Budi & Ma ruf P.N. jika terpenuhi persaratan teknis yang dipersyaratkan. Saran Dari hasil penelitian ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan uji daya hasil model jajar legowo 2:1 atau jajar legowo 4:1 dengan berbagai varietas yang biasa di budidayakan di Kelurahan Banjarejo Taman Madiun DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman, S., N. Agustiani, L.M. Zarwazi, dan I. Syarifah Peningkatan efisiensi penggunaan air pada padi sawah (>20%) melalui sistem aerobik. Laporan Hasil penelitian. Balai besar penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian Petunjuk teknis lapang pengelolaan tanaman terpadu(ptt) padi sawah irigasi. Departemen pertanian. Jakarta. 40 p Badan Pusat Statistik(BPS) bps.go.id/subjek/view/id diakses tanggal 29 April 2016 Deptan Statistik Lahan Pertanian Tahun , Pusat data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian Bobihoe.J, 2013 Sistem Tanam Padi Jajar Legowo, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jambi Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Distan Kebijakan pembangunan pertanian tanaman pangan provinsi Bali. Denpasar, dinas pertanian tanaman pangan provinsi Bali Ikhwani, Pratiwi. G.R, Paturrohman.E. Dan Makarim. Ak Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo, Iptek Tanaman Pangan Vol. 8 No Muyassir, 2012, Efek Jarak Tanam, Umur Dan Jumlah Bibit Erhadap Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, Volume 1, Nomor 2, Desember 2012: Hal Rahimi, Z. Zuhry, E. Nurbaiti Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Batang Piaman dengan Metode System of Rice Intensification (SRI) di Padang Marpoyan Pekanbaru. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Hal 7. Sauki. A, Nugroho. A dan Soelistyono. E, Pengaruh Jarak Tanam Dan Waktu Penggenangan Pada Metode Sri (System Of Rice Intensification) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa.l.). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, Nomor 2, Maret 2014, hlm Wahyuni, S.U.S. Nugraha dan Soejadi Karakteristik Dormansi Dan Metode Efektif Untuk Pematahan Dormansi Benih Plasmanutfah Padi. Jurnal Peneltian Tanaman Pangan. Hal AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

9 PENINGKATAN HASIL SAYURAN LOKAL KABUPATEN LUMAJANG DI LAHAN TERBATAS Nanik Furoidah 1), Endang Sri Wahyuni 2) 1),2) Dosen Fakultas Pertanian Prodi Agroteknologi Universitas Islam Jember Abstract The purpose long-term research is to provide information to the public about nutrition concentration ready-made efficient for optimal growth on different varieties of lettuce in particular and as a solution to the community Lumajang in utilizing the space around their home for growing hydroponically, in particular vegetable plants as efforts to improve the lives and well-being through nutrition families. The study began with the seeding of lettuce on rockwool, and then seedlings have emerged at least three leaves grown in netpot and placed on the shelf hydroponics with fertigation techniques, where the results can be harvested 45 days after planting (DAP). Lettuce vegetable farming with hydroponics technique is a kind of research and development in terms of cultivation techniques. Analysis of the data in this study using a completely randomized design (CRD) with factorial pattern 3x3 consisting of the first factor, namely the treatment nutrient concentrations AB mix of 350 ppm, 450 ppm and 550 ppm, and the second factor is the treatment sorts of varieties of lettuce consists of varieties of Butterhead, Grand Rapid and General. The growth parameters were observed: plant height, leaf number, root length, fresh weight and dry weight of plants. The results showed that the treatment concentration of 550 ppm provides the best growth response in plants lettuce, especially General varieties and followed Grand Rapid and Butterhead varieties Keywords: hydroponics, nutrient AB mix concentrations, lettuce varieties PENDAHULUAN Pentingnya tanaman sayuran bagi kesehatan memicu peningkatan produksi sayuran. Untuk menghasilkan sayuran segar, sehat dan bermutu tinggi, diperlukan penanganan yang baik mulai tahap pemilihan lokasi, benih, hingga cara bertanam dan pemupukannya. Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Permintaan akan sayuran ini mengalami trend kenaikan yang signifikan setiap tahun. Kebutuhan akan komoditi selada semakin meningkat sejalan dengan perkembangan usaha tata boga, perhotelan serta tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi keluarga. Selada banyak digunakan sebagai salad, garnish / penghias makanan, campuran kebab, hamburger dan hidangan lain sebagai penggugah selera. Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat pembangun tubuh, dengan kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak dan baik untuk kesehatan masyarakat. AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN :

10 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni Kandungan vitamin pada selada antara lain vitamin A, B, C, E, K, B1 dan B6 serta mineral yang lengkap, seperti iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, potasium dan serat pangan (diatery fiber) serta antioksidan. Menurut Rukmana (2007), manfaat daun selada bagi kesehatan tubuh adalah membantu menurunkan resiko gangguan jantung, stroke, kanker, katarak, serta spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan pada tulang belakang), membantu kerja pencernaan dan kesehatan organ hati, mengurangi gangguan anemia serta membantu meringankan insomnia (sulit tidur) karena ketegangan syaraf. Kandungannya yang lengkap menjadikan sayuran ini kaya manfaat dan sangat baik dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh. Memperhatikan kegunaannya yang beragam di dalam kehidupan sehari-hari, maka selada sangat mudah dipasarkan, dan jika dibudidayakan dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar. Potensi hortikultura Lumajang awalnya berkembang melimpah dengan target bisa memenuhi pasar di Jawa Timur, kini bisa memenuhi target pasar nasional dan bahkan ke regional di Negara-Negara ASEAN. Ini dibuktikan dengan kunjungan Menteri Pertanian (Mentan) RI beberapa waktu lalu yang menyatakan, potensi hortikultura Lumajang ini sangat layak untuk pasar Internasional dengan pembinaan yang lebih baik lagi (Anonymous, 2012). Propinsi Jawa Timur (Jatim) yang terdiri dari 38 kabupaten/ kota telah dikenal sebagai salah satu sentra potensial bagi produksi tanaman hortikultura. Ironisnya saat ini ketersediaan lahan untuk budidaya sayuran semakin berkurang, mengingat perkembangan wilayah di Kabupaten Lumajang yang begitu pesat akhir-akhir ini untuk tempat usaha, industri, pendidikan, perumahan serta perkantoran, menjadikan banyak lahan pertanian beralih fungsi. Padahal potensi dan prospek dari tanaman sayuran sangat bagus, terutama selada dengan nilai jual di atas rata-rata. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara bertanam secara hidroponik, dengan demikian peluang untuk mencukupi kebutuhan sayuran masyarakat Lumajang tidak ada kendala. Sistem budidaya sayuran secara hidroponik merupakan solusi karena tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama, selain itu dapat memberikan lingkungan pertumbuhan yang terkontrol dan tidak mengenal musim tanam. Kesadaran masyarakat yang tinggi dewasa ini akan kualitas hidup dan kesehatan, menjadikan produk sayuran hidroponik sebagai jawaban realistis yang patut diapresiasi karena kualitas tanaman hidroponik lebih bagus yaitu bersih, sehat dan bebas pestisida serta ramah lingkungan karena tidak membutuhkan air sebanyak berkebun secara konvensional, dan yang terpenting dapat mengakomodir para pekebun maupun hobiis tanaman untuk bercocok tanam dengan lahan terbatas. Usaha peningkatan produksi selada serta perbaikan kualitas produksi dilakukan dengan cara hidroponik (Silvina dan Syafrinal, 2008). Keberhasilan budidaya sayuran secara hidroponik ditentukan oleh larutan nutrisi yang diberikan, oleh karena itu semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Menurut Yusuf dan Mas ud (2007), pertumbuhan sawi akan lebih baik jika sistem hidroponik yang digunakan menggunakan pasir dengan nutrisi AB mix atau nutrisi buatan sendiri. Menanam selada maupun sawi hidroponik pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan menanam sayuran lain, yang perlu diperhatikan terutama adalah 8 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

11 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang kepekatan larutan nutrisinya. Hal ini karena tiap jenis sayuran memerlukan kepekatan dan kebutuhan nutrisi yang berbeda - beda, untuk itu perlu dilakukan penelitian pengujian konsentrasi pupuk siap pakai AB mix yang tepat dan efisien pada beberapa varietas selada. Selada (Lactuca sativa L.), dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama lettuce. merupakan sayuran semusim dan merupakan tumbuhan asli lembah dari bagian timur Laut Tengah. Klasifikasi selada adalah sebagai berikut: Divisio:Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Asterales, Famili: Asteraceae / Compositae, Genus: Lactuca dan Spesies: Lactuca sativa L. (Lingga, 2006). Pada dasarnya suhu optimal bagi budidaya selada kriting berkisar antara C dengan ketinggian 900 meter hingga meter dari permukaan laut. Jenis tanah yang disukai selada kriting adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus, dengan ph tanah antara 5-6,5. Meskipun demikian, selada keriting masih toleran terhadap tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai (Haryanto dkk, 2007). Lingga (2006), hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut Dirtless gardening / Berkebun tanpa kotoran. Khamidah dan Rachma (2012), teknologi hidroponik sistem terapung (THST) atau rakit apung cocok untuk tanaman sayuran selada (Lactuca sativa L.) var. Panorama, Grand rapids, Red lettuce, dan Minetto, begitu juga pada tanaman sayuran daun lainnya, seperti sawi dan seledri. Selanjutnya Lingga, 2006 keuntungan bertanam secara hidroponik yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. Selain itu, keuntungan lainnya yaitu: a. Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol. b. Pemakaian pupuk lebih efisien. c. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman baru. d. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan yang bersih. e. Tidak membutuhkan banyak tenaga. f. Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding penanaman di tanah. g. Harga jual produk hidroponik lebih tinggi. h. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan atau ketergantungan pada kondisi alam. i. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas. Pada sistem budidaya hidroponik unsur hara esensial yang diperlukan tanaman disediakan dalam bentuk larutan/nutrisi. Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garamgaram pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara (Anonymous, 2008). Salah satu kesulitan didalam penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya dosis unsur hara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang terlalu rendah pengaruh larutan hara tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat. Terdapat beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik diantaranya adalah : Menggunakan garam yang mudah larut dalam air. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 9

12 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni Meminimalisir kandungan sodium, khlorida, amonium dan nitrogen organik unsur unsur yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Menggunakan komposisi garam yang tidak bersifat antagonis satu dengan yang lainnya. Unsur hara makro seperti N, P, K, dan Mn harus dijaga pada konsentrasi rendah dalam larutan. Konsentrasi yang tinggi dalam larutan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hara. N untuk larutan hidroponik disuplai dalam bentuk nitrat. N dalam bentuk ammonium nitrat mengurangi serapan K, Ca, Mg, dan unsur mikro. Kandungan amonium nitrat harus di bawah 10 % dari total kandungan nitrogen pada larutan nutrisi untuk mempertahankan keseimbangan pertumbuhan dan menghindari penyakit fisiologi yang berhubungan dengan keracunan amonia. Konsentrasi fosfor yang tinggi menimbulkan defisiensi Fe dan Zn, sedangkan K yang tinggi dapat mengganggu serapan Ca dan Mg (Rosliani dan Nani, 2005). Rosliani dan Nani (2005) menyatakan bahwa unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fungsi unsur mikro adalah untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit atau hama. Kekurangan Mn menyebabkan tanaman mudah terinfeksi oleh cendawan Pythium. Tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat menekan pertumbuhan mikrobia, tetapi pada konsentrasi lebih tinggi menjadi racun bagi tanaman. Formula nutrisi yang berbeda mempunyai ph yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Garam-garam seperti monokalium fosfat, memiliki tingkat kemasaman yang lebih lebih rendah dibandingkan dengan kalsium nitrat. Pengontrolan larutan nutrisi yang diberikan pada sistem hidroponik dilakukan melalui electro conductivity (EC) menggunakan alat EC meter. Electro conductivity diperlukan untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman. Semakin tinggi garam dalam air, electro conductivity akan semakin tinggi. Konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan nutrisi dan air. Setiap jenis dan umur tanaman membutuhkan larutan dengan electro conductivity yang berbeda-beda. Kebutuhan electro conductivity berbanding lurus dengan fase pertumbuhan tanaman. Kebutuhan EC dipengaruhi oleh kondisi cuaca, seperti suhu, kelembaban, dan penguapan. Jika cuaca terlalu panas, sebaiknya digunakan EC rendah. Kabupaten Lumajang juga memiliki sentra produksi seperti di Kecamatan Senduro sebagai penghasil pisang, kentang, kubis, sawi, dan daun bawang, Kecamatan Pasirian terkenal dengan produk kacang panjang, cabe besar, tomat, terong, dan ketimun, sedangkan Kecamatan Kunir terkenal dengan produksi melon dan cabe rawit. Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di kabupaten Lumajang sebanyak dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 17 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum ( DPP ) dan sebanyak 3 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan tidak berbadan hukum (NRT). Kecamatan Pasirian, Randuagung dan Tempeh merupakan tiga Kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing rumah tangga, rumah tangga, dan rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Lumajang merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah 10 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

13 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak rumah tangga. Sementara itu Kecamatan Sumbersuko menguntit berikutnya dengan jumlah rumah tangga pertanian dan berikutnya Kecamatan Sukodono dengan jumlah rumah tangga pertanian. Tiga kecamatan terakhir yang paling sedikit jumlah rumah tangga pertaniannya tidak terlepas dari alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau pemukiman baru. Yang jelas tiga kecamatan ini sebagai daerah penyangga perluasan kota Lumajang, yang secara geografis berbatasan dengan Kota Lumajang (BPS, 2013). Menurut Lingga (2006), hidroponik dalam bentuk sederhana adalah mengembangkan tanaman dengan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman yang diberikan dalam pasokan airnya, bukan melalui tanah yang juga sering disebut Dirtless gardening / Berkebun tanpa kotoran. Menurut Khamidah dan Rachma (2012), teknologi hidroponik sistem terapung (THST) atau rakit apung cocok untuk tanaman sayuran selada (Lactuca sativa L.) var. Panorama, Grand rapids, Red lettuce, dan Minetto, begitu juga pada tanaman sayuran daun lainnya, seperti sawi dan seledri. Larutan nutrisi tanaman hidroponik dewasa ini sudah banyak dijumpai di kios saprodi (sarana produksi) di berbagai kota maupun bisa dibuat sendiri di laboratorium maupun di rumah untuk skala rumah tangga maupun komersial. Nutrisi tanaman merupakan unsur-unsur penting yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dengan media apapun termasuk media air (hidroponik). Tanaman hidroponik akan menyerap unsur-unsur dalam media larutan nutrisi tersebut dalam konsentrasi yang tepat dan tidak meracuni. Kekurangan nutrisi tersebut akan menyebabkan pertumbuhan tanaman secara vegetative maupun generative terganggu, dalam hal ini dibutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus dalam meramu larutan nutrisi hidroponik. Menurut Wasonowati, dkk (2013), pemberian nutrisi Hydrogoup pada tanaman selada lebih baik dibandingkan nutrisi Greentonik (pupuk cair daun). Hydogroup merupakan salah satu merek dagang dari nutrisi hidroponik AB mix (1 set pupuk A dan pupuk B) siap pakai di pasaran. Adapun Greentonik merupakan pupuk daun cair seperti halnya Gandasil D atau Growmore, dimana dalam pemakaiannya masih harus dicampur dengan unsur hara makro maupun mikro secara manual. Dari kisaran harga pupuk AB mix relative lebih mahal daripada buatan sendiri, tetapi formulasi unsur hara makro dan mikronya dapat memenuhi kebutuhan tanaman dan sudah popular digunakan oleh penggiat tanaman hidroponik (Anonim, 2008) Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi larutan nutrisi AB mix siap pakai yang efisien dan paling sesuai untuk pertumbuhan yang optimal dari beberapa varietas selada. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Islam Jember Jl. Kyai Mojo 101, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, sejak bulan April sampai dengan Mei Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih selada varietas General, Butterhead dan Grand Raphid, pupuk nutrisi AB mix, rockwool, air. Alat yang digunakan antara lain: netpot diameter 4,5 cm, baki khusus semai benih (tray), gunting, timbangan digital, alat pengaduk, ember / drum, sprayer, oven, mistar / roll meter, hollow saw, gergaji, spidol. Penelitian dilakukan secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 11

14 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni 3 x 3 yang terdiri dari 2 faktor, masing-masing faktor terdiri 3 level dengan 3 kali ulangan. Faktor I: perlakuan Konsentrasi Larutan Nutrisi AB mix (K) yaitu: 350 ppm (K1), 450 ppm (K2) dan 550 ppm (K3) dan Faktor II: perlakuan Macam Varietas Selada (S) yaitu: Butterhead (S1), Grand Rapid (S2) dan General (S3). Data yang diperoleh dianalisa menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan bilamana terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan pengujian lanjutan dengan uji Duncan (DMRT) taraf 5%. Pengamatan dilakukan pada semua sampel tanaman pada umur panen yaitu 45 HST. Adapun parameter yang diamati meliputi: 1. Tinggi tanaman (cm), dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang pada saat tanaman berumur 45 HST (Hari Setelah Tanam) 2. Jumlah daun adalah daun yang terbentuk sempurna dihitung pada saat tanaman berumur 45 HST. 3. Panjang akar (cm), diukur dari pangkal akar hingga akar terpanjang pada saat panen (umur 45 HST). 4. Berat basah tanaman (gr), dilakukan pada akhir pengamatan dengan memanen seluruh tanaman kemudian ditimbang secara keseluruhan(umur 45 HST). 5. Berat kering tanaman (gr), tanaman selada yang telah ditimbang, selanjutnya dikeringkan selama 60 jam pada oven listrik dengan suhu 70 0 C, kemudian ditimbang kembali berat keringnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter pengamatan dari per tumbuhan selada setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan hasil F-hitung sebagai berikut (Tabel 1): Tabel 1. Hasil F-hitung dari Analisis Ragam Semua Parameter yang Diamati Parameter Nilai F-Hitung Faktor K Faktor S Faktor KxS 1. Tinggi tanaman (cm) 15.69** 52.89** 11.21** 2. Jumlah daun (helai) 2.48ns 1.29ns 2.48ns 3. Panjang akar (cm) 0.06ns 0.01ns 0.06ns 4. Berat basah tanaman (cm) 9.32** 23.81** 6.45** 5. Berat kering tanaman (cm) 3.92** 14.68** 3.63** Keterangan: ** = berbeda sangat nyata; * = berbeda nyata; ns berbeda tidak nyata Nilai F-Hitung tiap parameter pengamatan yang berbeda sangat nyata dilakukan uji lanjutan Uji Duncan 5%, baik terhadap faktor perlakuan konsentrasi nutrisi, macam varietas selada maupun interaksi kedua faktor (Tabel 2 sd 6). Berdasarkan Tabel 1, Faktor konsentrasi nutrisi AB mix (K), faktor varietas selada (S) dan interaksi faktor konsentrasi nutrisi dan varietas (KxS) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada parameter tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman selada, tetapi pada parameter jumlah daun dan panjang akar memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Tabel 2.Hasil uji Duncan 5% pengaruh perlakuan konsentrasi nutrisi terhadap ratarata tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman selada pada umur 45 HST Perlakuan konsentrasi nutrisi (ppm) Tinggi tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Panjang Akar (cm) Berat Basah (gr) Berat Kering (cm) b 24 a a b 3.47 b a 21 a a a 4.26 b a 31 a a a 5.40 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata 12 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

15 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang Berdasarkan Tabel 2, kenaikan konsentrasi AB mix dari 350 ppm sampai 550 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Pemberian konsentrasi nutrisi AB mix 550 ppm (K3) menunjukkan nilai ratarata tertinggi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering selada, masing-masing cm, 31 helai, gr dan 5.40 gr, yang kemudian diikuti oleh konsentrasi AB mix 450 ppm (K2) dan 350 ppm (K1). Sedangkan pemberian konsentrasi AB mix 550 ppm (K3) menghasilkan panjang akar terpendek yaitu cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K1 (27.79 cm) dan K2 (44.42 cm). Tabel 3. Hasil uji Duncan 5% pengaruh perlakuan varietas selada terhadap rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman selada pada umur 45 HST Perlakuan macam varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Panjang Akar (cm) Berat Basah (gr) Berat Kering (cm) Butterhead c 24 a a b 2.90 b Grand Rapid b 25 a a b 3.74 b General a 27 a a a 6.50 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata Berdasarkan Tabel 3, perlakuan macam varietas selada, untuk varietas General (S3) secara umum memberikan respon pertumbuhan terbaik pada tinggi tanaman cm, jumlah daun 27 helai, berat basah gr dan berat kering 6.50 gr, disusul oleh varietas Grand Rapid (S2) dan Butterhead (S3). Pada pengamatan panjang akar, varietas Grand Rapid (S2) mempunyai panjang akar terpanjang yaitu cm dan berbeda tidak nyata terhadap varietas General (S3) dan Butterhead (S1). Tabel 4. Hasil Uji Duncan (α 0.05) Pengaruh Interaksi terhadap Tinggi Tanaman (cm) Konsentrasi Nutrisi Varietas Selada (ppm) Butterhead Grand rapid General 350 ppm b B a A a A 450 ppm a B b B a A 550 ppm c C b B a A Keterangan: Huruf kapital membandingkan macam varietas selada pada konsentrasi yang sama Huruf kecil membandingkan konsentrasi nutrisi pada varietas yang sama Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan terdapat pengaruh interaksi yang berbeda nyata antara konsentrasi nutrisi AB mix yang diberikan pada tiga macam varietas selada terhadap pengamatan tinggi tanaman umur 45 HST. Interaksi terbaik terdapat pada selada varietas General dengan pemberian nutrisi AB mix pada konsentrasi 350 ppm (K2S3) dengan hasil rata-rata tinggi tanaman cm, namun pemberian nutrisi AB mix pada konsentrasi yang berbeda yaitu 350 ppm (K1S3) dan 550 ppm (K3S3) pada varietas General menunjukkan pengaruh interaksi yang berbeda tidak nyata, masing-masing cm dan cm. Tabel 5. Hasil Uji Duncan (α 0.05) Pengaruh Interaksi terhadap Berat Basah Tanaman (gr) Konsentrasi Nutrisi (ppm) 350 ppm 450 ppm 550 ppm Varietas Selada Butterhead Grand rapid General b a b C B A c b c B A A a c a B C A Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 13

16 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni Keterangan: Huruf kapital membandingkan macam varietas selada pada konsentrasi yang sama Huruf kecil membandingkan konsentrasi nutrisi pada varietas yang sama Hasil penelitian (Tabel 5) menunjukkan terdapat pengaruh interaksi yang berbeda nyata antara konsentrasi AB mix yang diberikan pada tiga macam varietas selada terhadap pengamatan berat basah tanaman umur 45 HST. Interaksi terbaik terdapat pada varietas General dengan pemberian konsentrasi AB mix 550 ppm (K3S3) yang menunjukkan hasil rata-rata berat basah tanaman gr. Pada varietas Grand Rapid berat basah tertinggi dengan rata-rata gr pada pemberian konsentrasi AB mix 350 ppm (K1S2) sedangkan pada varietas Butterhead perlakuan konsentrasi AB mix 550 ppm (K3S1) memberikan berat basah tertinggi dengan rata-rata gr. Hal ini menunjukkan bahwa respon kebutuhan nutrisi setiap varietas selada terhadap berat basah tidak sama dan cenderung berfluktuasi, diduga Tabel 6. Hasil Uji Duncan (α 0.05) pengaruh perlakuan konsentrasi nutrisi AB mix dan macam varietas selada terhadap parameter berat kering tanaman (gr) Konsentrasi Nutrisi (ppm) 350 ppm 2.84 c B 450 ppm 3.92 c A 550 ppm 4.45 c B Varietas Selada Butterhead Grand rapid General 3.19 b B 2.82 b A 2.68 b C 6.74 a A 3.67 b A 9.08 a A Keterangan: Huruf kapital membandingkan macam varietas selada pada konsentrasi yang sama Huruf kecil membandingkan konsentrasi nutrisi pada varietas yang Sama Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan terdapat pengaruh interaksi yang berbeda nyata antara konsentrasi AB mix yang diberikan pada tiga macam varietas selada terhadap pengamatan berat kering tanaman umur 45 HST. Interaksi terbaik terdapat pada varietas General dengan pemberian konsentrasi AB mix 550 ppm (K3S3) yang menunjukkan hasil rata-rata berat kering tanaman 9.08 gr. PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasar Tabel 1, interaksi faktor konsentrasi pemberian nutrisi AB mix pada tiga macam varietas selada memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman. Pada konsentrasi nutrisi yang sama, ketiga varietas selada baik Butterhead, Grand Rapid dan General memberikan respon pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman selada merupakan hasil interaksi antara faktor genetis serta faktor ketersediaan nutrisi yang merangsang petumbuhan. Kemampuan masing-masing varietas selada dalam menyerap larutan nutrisi berbedabeda. Tinggi tanaman (cm) ppm 450 ppm 550 ppm Konsentrasi nutrisi AB mix Butterhead Grand rapid General Gambar 1. Pengaruh konsentrasi AB mix dan macam varietas selada terhadap tinggi tanaman Pada Gambar 1, selada varietas General menunjukkan respon pertumbuhan tinggi tanaman yang terbaik dari Grand Rapid 14 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

17 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang dan Butterhead pada konsentrasi nutrisi yang berbeda, artinya bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh nutrisi. Pertumbuhan tinggi tanaman selada dengan pemberian larutan nutrisi AB mix yang berbeda konsentrasi, menunjukkan perbedaan. Pemberiaan nutrisi AB mix pada konsentrasi 550 ppm menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman selada yang lebih cepat, kemudian diikuti konsentrasi 450 dan 350 ppm (Tabel 2). Peningkatan konsentrasi larutan nutrisi yang diberikan mampu menstimulasi pertumbuhan tinggi tanaman selada. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi larutan nutrisi, semakin banyak unsur hara yang terkandung di dalamnya sehingga kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berkembang terpenuhi khususnya pada fase vegetatif. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dan phospat dalam formula larutan nutrisi yang diberikan. Nutrisi AB mix sayuran merupakan nutrisi hidroponik yang diformulasikan kandungan unsur hara makro dan mikronya sesuai standard pertumbuhan tanaman dan komposisi unsur nitrogennya lebih tinggi dari unsur makro lainnya. Ketersediaan Nitrogen bagi tanaman berperan merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun karena nitrogen berfungsi sebagai bahan dasar untuk sintesis asam amino, enzim amino, asam nukleid, klorofil, dan protein. Selain itu unsur nitrogen digunakan untuk pembentukan sel jaringan, dan organ tanaman serta sebagai pengatur pertumbuhan tanaman keseluruhan (Sutiyoso, 2008). Ketersediaan phosphor juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman, karena phospor berfungsi antara lain membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), merangsang pembelahan sel, dan membantu proses asimilasi dan respirasi. Kandungan nitrogen dan phospor dalam larutan nutrisi yang digunakan sangat mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu nitrogen (N) sebesar 8% dan phospor (P 2 O 5 ) sebesar 10% (Novizan, 2008). Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO 3- (nitrat) dan NH 4+ (ammonium). Fungsi ammonium ini akan menyebabkan tanaman tumbuh dengan pesat, sel-sel cepat membesar, dan tahan penyakit. Nutrisi AB mix ini mengandung unsur N yang tinggi dibandingkan dan berfungsi untuk memacu pertumbuhan pada fase vegetative terutama daun dan batang tanaman selada. Pertumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal atau iklim yang meliputi: intensitas cahaya, suhu, CO 2 dan kelembaban yang diterima oleh tanaman. Jumlah Daun Berdasarkan Tabel 1, interaksi faktor konsentrasi nutrisi dan macam varietas selada memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun. Faktor konsentrasi nutisi diduga pada media larutan hidroponik mencukupi kebutuhan pertumbuhan daun pada selada. Faktor varietas lebih banyak disebabkan faktor genetis (keturunan) dari ketiga varietas tersebut, dimana selada General mempunyai jumlah daun lebih banyak dari Grand Rapid dan Butterhead. Jumlah daun (helai) a 21 a 31 a 350 ppm 450 ppm 550 ppm Konsentrasi AB mix Gambar 2. Pengaruh konsentrasi AB mix terhadap jumlah daun (helai) Pada Gambar 2, menunjukkan pemberian nutrisi pada konsentrasi yang berbeda Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 15

18 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata pada pembentukan jumlah daun, hal ini diduga pada konsentrasi 350 ppm, 450 ppm dan 550 ppm dengan interval yang tidak terlalu tinggi tidak mempengaruhi ketersediaan kebutuhan nutrisi pada ketiga varietas selada tersebut. Pemberian unsur hara yang cukup dan berimbang menyebabkan tanaman akan lebih cepat membentuk daun. Pembentukan daun dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen yang terkandung di dalam larutan nutrisi, karena nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting didalam pembentukan daun tanaman. Hasil utama tanaman selada adalah daun, dengan penanaman secara hidroponik harapan konsumen akan kualitas hasil selada dapat dipenuhi yaitu daun yang berukuran normal, tidak terserang hama dan penyakit tanaman, dan memiliki warna hijau (kualitas luar) dan kualitas dalam yang diharapkan adalah memiliki kadar nitrat standart atau tidak terlalu tinggi (Scharf dalam Kinasihati, 2008). Jumlah daun berpengaruh terhadap kandungan klorofil dalam daun, dimana klorofil dalam daun berperan sebagai penyerapan cahaya untuk melangsungkan proses fotosintesis. Apabila kandungan klorofil dalam daun cukup tersedia maka fotosintesis yang dihasilkan semakin meningkat. Jumlah daun yang tinggi disebabkan oleh unsur hara nitrogen yang terkandung di dalam larutan nutrisi, karena nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting didalam pembentukan daun tanaman. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. (Novizan, 2008). Pembentukan daun ini dapat berlangsung baik pada suhu dan intensitas cahaya yang konstan. Gambar 3. Pengaruh varietas terhadap jumlah daun (helai) Pada Gambar 3, jumlah daun tertinggi yaitu 27 helai ditunjukkan oleh varietas General tetapi berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun varietas Grand Rapid (25 helai) dan Butterhead (24 helai). Adanya perbedaan jumlah daun dari ketiga varietas tersebut, diduga disebabkan oleh perbedaan sifat (morfologi maupun genetik) atau keunggulan dari masing-masing varietas yang memberikan ciri khusus. Panjang Akar Pada Tabel 1, interaksi faktor konsentrasi nutrisi dan varietas memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap panjang akar. Faktor konsentrasi nutrisi diduga pada media hidroponik selada ini menggunakan media larutan nutrisi, dimana volume air dan konsentrasi nutrisi yang diberikan tersedia dengan baik dan mencukupi kebutuhan serta mudah bagi perakaran untuk menyerapnya. Faktor varietas selada lebih banyak dipengaruhi sifat genetik 16 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

19 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang Gambar 4. Pengaruh konsentrasi AB mix terhadap panjang akar (cm) Pada Gambar 4, perlakuan konsentrasi AB mix yang diberikan berbeda tidak nyata pada panjang akar. Hal ini disebabkan kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Media larutan pada sistem hidroponik memungkinkan kelarutan hara nutrisi sangat bagus, sehingga perakarannya dapat berkembang karena mendapati asupan nutrisi dari larutan tersebut. Keberadaan air akan mendorong selsel akar lebih cepat membelah diri untuk dapat menyerap air dan nutrisi unsur hara dalam media. Sebaliknya menurut Nahum et al (2006), rendahnya kadar air pada media tanam akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi maupun diameter akar akibat terhambatnya pembentukan auksin. tanaman itu sendiri. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman diantaranya adalah ketersediaan air, unsur hara, iklim dan adanya hama dan penyakit (Gardner et al., 1991). Berat Basah Tanaman Selada Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi akibat perlakuan pemberian konsentrasi nutrisi AB mix dan macam varietas selada terhadap berat segar tanaman selada berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan Uji lanjutan Duncan 5% (Tabel 5), pemberian nutrisi AB mix pada konsentrasi yang sama pada semua varietas menunjukkan respon berat segar varietas General lebih tinggi dari varietas Grand Rapid dan Butterhead, dan setiap varietas selada memberikan respon pertambahan berat segar yang fluktuatif terhadap penambahan konsentrasi AB mix. Gambar 5. Pengaruh varietas terhadap panjang akar (cm) Perlakuan varietas pada pengamatan panjang akar menunjukkan berbeda tidak nyata, tetapi varietas Grand Rapid mempunyai ukuran akar terpanjang dibanding General dan Butterhead (Gambar 5). Hal ini diduga sifat tiap varietas lebih banyak dipengaruhi faktor genetik atau keturunan dari tetuanya, dimana pertumbuhan panjang akar varietas Grand Rapid lebih cepat secara alami dari kedua varietas yang lain. Pertumbuhan tanaman yang baik me nurut Sitompul dan Guritno (1995) dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar Gambar 6. Pengaruh konsentrasi AB mix dan macam varietas selada terhadap berat basah (gr) Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian AB mix pada tanaman selada sistim hidroponik dapat meningkatkan pertumbuhan. Pertumbuhan dapat diketahui dari ukuran panjang, lebar atau luas, pertambahan massa atau berat (Bidwell, 1979). Sedangkan menurut Noggle dan Fritz (1983) pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun, serta berat kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah; jumlah Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 17

20 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ. Laju pertambahan berat segar tanaman selada bersifat fluktuatif dengan pemberian nutrisi AB mix yang meningkat (Gambar 6). Kemampuan penyerapan nutrisi oleh ketiga varietas selada tersebut diduga dipengaruhi oleh sifat genetik masing-masing varietas dan ketersediaan nutrisi pada media hidroponik. Pemberian nutrisi berupa larutan pada sistem hidroponik pengaruhnya lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan cara konvensional karena pada sistem hidroponik sumber utama hara berasal dari larutan yang diberikan Hal ini didukung pula oleh pendapat Marschner (1986) dan Mengel and Kirby, (1979) bahwa hara yang diberikan dalam bentuk larutan lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan dengan hara yang diberikan secara padat. Pertumbuhan dapat diketahui dari ukuran panjang, lebar atau luas, pertambahan massa atau berat (Bidwell, 1979). Sedangkan menurut Noggle dan Fritz (1983) pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun, serta berat kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah; jumlah sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ. Berat Kering Tanaman Bobot kering tanaman sangat dipengaruhi oleh partisi asimilat pada kecambah yang tumbuh. Akumulasi bahan kering sesungguhnya merupakan kemampuan suatu tanaman untuk membentuk / menyimpan asimilat pada organ tanaman. Jika unsur hara tersedia cukup pada tanaman maka laju pertumbuhannya akan berjalan optimal yang pada akhirnya menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi. Terbentuknya daun membutuhkan energi yang cukup berupa ATP yang diperoleh melalui proses respirasi dengan memecah asimilat hasil fotosintesis. Gambar 6. Pengaruh konsentrasi dan macam varietas tehadap berat kering tanaman (gr) Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang paling cepat memberikan respon terhadap ketersediaan hara dan air dalam tanah (Salisbury dan Roos, 1991). Jika hara dan air tersedia cukup, maka pembentukan daun akan berlangsung lebih cepat, sebaliknya jika ketersediaan hara dan air terbatas maka pembentukan daun lebih lambat. Lambatnya pembentukan daun apabila kekurangan unsur hara disebabkan karena terjadi parsaingan diantara daun dengan organ tanaman lainnya dalam memperoleh suplai fotosintat. Pemberian unsur hara yang cukup dan berimbang menyebabkan tanaman akan lebih cepat membentuk daun karena pembentukan daun membutuhkan unsur hara. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3 dan 6, ada korelasi positif antara konsentrasi nutrisi yang diberikan dengan pertumbuhan jumlah daun serta berat kering tanaman. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi bahan kering pada bagianbagian tanaman seperti akar, batang, daun 18 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

21 Peningkatan Hasil Sayuran Lokal Kabupaten Lumajang dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman. KESIMPULAN Terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi AB mix dan macam varietas selada untuk pengamatan tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman tetapi tidak pada parameter jumlah daun dan panjang akar. Pemberian AB mix pada konsentrasi 550 ppm mampu memberikan pertumbuhan yang sangat baik pada varietas General terutama pada jumlah daun, berat basah dan kering dengan rata-rata 27 helai, gr dan 9.08 gr. Respon pertumbuhan yang berbeda pada tiap varietas selada baik General, Grand Rapid dan Butterhead dipengaruhi oleh faktor genetik dan konsentrasi nutrisi yang diberikan. SARAN Pemberian nutrisi AB mix 550 ppm pada selada varietas General (banyak disukai konsumen) lebih efisien untuk diberikan karena lebih irit dari yang direkomendasikan oleh produsen maupun praktisi hidroponik. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, Pengaruh Dosis Kompos Ayam sebagai Tambahan pada larutan Fertimix dalam Sistem Hidroponik terhadap Pertumbuhan Budidaya Selada (Lactuca sativa L.). Skripsi. blogspot.com/2009_03_01_archive.html. Anonymous, Pacu Potensi Hortikultura Jatim dengan Pendekatan Kawasan. com/2012/04/23/pacu-potensihortikultura-jatim-dengan-pendekatankawasan/. Diakses tgl 5 Januari 2015 BPS, Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Lumajang.. st2013esya/booklet/st3508.pdf. Diakses tgl 4 Januari 2015 Dinas Pertanian, go.id/pertanian.php. Diakses tgl 5 Januari 2015 Fried, George H. & George J. Hademenos Scahum s Outlines BIOLOGI, Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.I Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan oleh Herawati Susilo). UI Press, Jakarta. Gunawan, AW., Hidroponik Sayuran. Gramedia Pustaka, Jakarta. Karsono, F., Exploring Classroom Hydroponic, Parung Farm, Bogor. Khamidah dan Rachma, Budidaya Selada dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). budidaya-selada-dengan-teknologi_13. html. Diakses tgl 17 Desember 2014 Lingga, P., 2006, Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Sawadaya, Jakarta. Lonardy, MV., Respon Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) Terhadap Suplai Senyawa Nitrogen dari Sumber Berbeda pada Sistem Hidroponik Skripsi. Universitas Tadulako, Palu Marschner, Mineral Nutrition of Higher Plant. Academic Press. London Orlando San Diego Noew York Aus Mengel and Kirkby, Principle of Plant Nutrition. International Potash Institut. Worblaufen-Bern/Switzerland. Moerhasrianto, Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran Berbagai Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik. repository. unej.ac.id. Diakses tgl 6 Pebruari Noggle, G.R and Frits, G.J Introduction Plant Physiology, Second Edition. NewJersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 19

22 Nanik Furoidah & Endang Sri Wahyuni Perwatasari, Belia, dkk Pengaruh Media Tanam Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi Brassica juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Terdapat pada Diakses pada 14 September Rosliani dan Nani, Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balitsa, Bandung. Rukmana, R, Bertanam Selada dan Sawi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Salisbury dan Ross, Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Herawati. Institut Teknologi Bandung. Silvina dan Syafrinal, Penggunaan Berbagai Mediun Tanah dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Jepang. Jurnal Korespondensi, Universitas Riau, Pekanbaru Sitompul dan Guritno Analisa Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wasonowati, dkk., Respon Dua Varitas Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) terhadap Macam Nutrisi pada Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor, Vol 6 No 1, Maret ISSN Wijayani, Penggunaan Teknologi Hidroponik untuk Menghasilkan Tanaman Sawi Bebas Pestisida, Laporan Hasil Penelitian Dosen Muda DIKTI. Balai Penelitian Universitas Tadulako, Palu. Zuhaida, dkk., Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca Sativa L.) Hidroponik Diperkaya Fe. UGM, Yogyakarta. 20 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

23 ANALISIS PRODUKTIFITAS PETANI PADI PENANGKAR BENIH DENGAN PETANI KONSUMSI Ratna Mustika Wardhani 1), Riza Ardi Ansyah 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Alumni Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun ratnamustikawardhani@yahoo.co.id Abstract : Differences in the use of the source of origin of rice seeds affect the outcome, production, revenue and income among farmers and farmers seed paddy rice consumption. This study aims to determine perdedaan production, farmers income and receipt of seed paddy and rice farmers consumption. The study was conducted in the village of Slambur, District Geger, Madiun district in the village where there are two different groups of farmers are rice farmers and rice farmers breeder consumption began November 2015 to January The analysis method used is multiple linear regression and a different test method average - average, The results showed that the cost of inputs and labor costs affect the production of seed paddy farmers 99.7% and 99.1% of consumption of rice farmers. There are differences in the average - average production, revenue and income between farmers and seed paddy to rice farmers kosumsi with the same land area of 0.32 ha, with the production of farmers seed of kg of rice and rice farmers in consumption of kg, while for reception to farmer seed padirp. 10,702,125, the consumption of rice farmers Rp million and for seed paddy farmers income of Rp million, rice farmers Rp consumption. Keywords: Seed, the cost of inputs, labor costs, production PENDAHULUAN Di Indonesia, pengertian tentang benih tanaman tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umun Pasal 1 ayat 4 sebagai berikut: benih tanaman yang selnjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakan tanaman. Pada Undang Undang tersebut Bab III, bagian kedua tentang Perbenihan Pasal 13 menyatakan bahwa benih dari varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah merupakan benih bina. Benih bina yang akan diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standart mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Benih bina yang lulus sertifikasi apabila akan diedarkan wajib diberi label. Pemerintah mengatur mengenai syarat-syarat dan tata cara sertifikasi dan pelabelan serta melakukan pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran benih bina. Benih bermutu mempunya pengertian AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN :

24 Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah bahwa varietasnya benar dan murni, mempunyai mutu genetis, mutu fiologi, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu pada kelasnya. (Qadir. 2013) Kebutuhan padi setiap tahun terus meningkat dan menyebabkan kebutuhan akan benih padi yang bermutu juga meningkat. Didalam usaha peningkatan produksi padi dilakukan dengan cara penggunaan benih unggul yang bersertifikat. Termasuk mendorong penggunaan teknologi baru seperti varietas unggul, pemupukan yang tepat, perbaikan bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengairan yang teratur, penanganan pasca panen serta pemasaran hasil panen. Penggunaan benih unggul bermutu tinggi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam produktivitas usaha tani padi khususnya. Oleh karena itu, ketersediaan benih unggul bagi petani dalam melakukan kegiatan usahatani merupakan faktor penting dalam peningkatan hasil dan kualitas produksi (Hanafi, 1998). Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dar proses perkembangan dan kemasan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyiapan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995). Benih yang memiliki mutu baik diperlukan oleh petani maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakan, maka anjuran menggunakan benih sertifikat sangatlah penting. Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, penetapannya sebagi berikut: (a) Benih penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber perbanyakan Benih Dasar. Benih ini masih murni dan berlabel kuning. (b) Benih Dasar (Foundation sseed = SS) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih. (c) Benih Pokok (Stock Seed = SS) adalah keturunan dari Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang di tetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. (d). Benih Sebar (Extention Seed = ES) merupakan keturunan dari Benih Pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah bahwa benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus yang memang akan dijadikan semaian pertanaman yang kemudian disertifikasi oleh BPSP, sedangkan benih biasa merupak benih yang dihasilkan petani dari hasil panen sendiri dan tidak mendapat sertifikasi dari BPSP, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dengan 22 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

25 Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih menggunakan benih padi unggul diharapkan petani dapt meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil produksi pertanian khususnya di tanaman padi. Menurut Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikasi disbanding dengan benih biasa diantaranya adalah : 1. Penghematan penggunaan benih, misal untuk padi dari rata rata kg/ha menjadi kg/ha 2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakn buah, sehingga dapat dipanen sekaligus. 3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. 4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan hasil panen 5% - 15% perhektar Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan berbagai komoditas pertanian pertanian tersebut, pengadaan atau produksi benih sebagai bahan komoditas pertanian tersebut, pengadaan atau produksi benih sebagi bahan pertanaman harus dilakukan. Lini pengadaan bertugas memproduksi benih dengan orientasi dan target menghasilkan benih bermutu. Mutu benih yang dimaksud mencakup tiga yang tidak terpisahkan yaitu fisik, mutu fisiologi dan mutu genetik (Sadjad, 1993). Sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Geger ditanami padi. Pada tahun 2014 jumlah luas lahan panen tanaman padi adalah 4583 ha, dengan hasil produksinya sebesar ,10 ton dengan rata-rata produktivitas 6,70 ton/ha. Namun tidak semua benihnya berasal dari pemerintah, begitu pula pada Desa Slambur yang mayoritas petaninya menanam padi, benih padi yang mereka gunakan berasal dari beberapa sumber diantara penangkar langsung dan toko. Penangkaran benih padi merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi standar perbenihan. Sebagai suatu usaha, penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk untuk meningkatkan usaha dibidang ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian berkualitas yang dapat menunjang usaha tani, mendapat keuntungan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran swasta dalam industri perbenihan. Ketersediaan dan kebutuhan akan benih yang diperlukan petani tidak sepenuhnya berasal dari pemerintah. Petani juga mendapatkan benih padi yang berasal dari penangkar langsung dan benih padi yang dijual ditoko maupun benih hasil buatan sendiri. Hal tersebut dikarenakan stok benih padi yang terbatas dari pemerintah dan hanya sementara. Dari keadaan tersebut diatas maka perlunya diketahui tentang analisis produktifitas petani padi penangkar benih dengan petani konsumsi. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis perbedaan hasil produktifitas, pendapatan dan penerimaan usahatani petani penangkar benih padi dengan usahatani petani padi konsumsi. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di desa Segulung kecamatan dagangan kabupaten madiun dengan pertimbangan berdasarkan hasil data dari badan pusat staistik (BPS) tahun 2010 produksi kakao terbesar di kabupaten Madiun terletak di kecamatn Dagangan dan desa Segulung merupakan desa dengan jumlah populasi tanaman kakao terbesar. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 23

26 Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Metode Pengambilan Sampel Dalam pengambilan sampel ini menggunakan metode survei, dimana dalam hal ini peneliti menggunakan random sampling untuk menentukan jumlah petani yang akan diwawancarai. Dalam penelitian ini, pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan rumus slovin (Umar,2005). N n = 1 + Ne 2 Dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 12% Dalam penalitian ini terdapat dua jenis petani yaitu petani penangkar padi dan petani padi konsumsi. Masing masing jenis petani memiliki jumlah 100 orang, dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran 12%, maka dengan menggunakan rumus slovin akan diperoleh sampel sebesar : n = (100)(0.12) = 40,9 jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini dari petani yang penangkar padi dan petani padi konsumsi sebanyak 40 orang dengan asumsi jumlah tersebut dapat mewakili seluruh populasi di daerah penelitian dan luas lahan berkisar 0,14 ha sampai 0,42 ha. Jumlah ini dipilih karena petani didaerah penelitian paling banyak petani memiliki luas lahan dengan kisaran luas tersebut. Cara Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan petani untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan jawaban jawaban langsung dari petani. b. Teknik Pencatatan Pencatatan adalah cara memperoleh data dengan mencatat data dari berbagai instansi atau dinas atau lembaga dari tingkat kabupaten ataupun provinsi sampai tingkat desa yang didasarkan atas laporan serta catatan yang ada, dan hasilnya merupakan data sekunder. c. Teknik Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data tanpa mengajukan pertanyaanpertanyaan tetapi dengan jalan mengamati obyek yang diteliti. Observasi di sini bertujuan mencocokkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keadaan sebenarnya dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang ada. Sumber data a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau petani. Alat bantu yang digunakan adalah kuisioner atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. b. Data sekunder yaitu data terdokumentasi yang relevan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa. Metode Analisis Data Untuk menghitung hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda (Gujarati dan Porter,2011). Dengan rumus sebagai berikut: Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + μ Dimana : Y = Penerimaan petani padi penangkar (Rp) x 1 = biaya saprodipetani padi penangkar (Rp) x 2 = biaya tenaga kerja petani padi penangkar (Rp) 24 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

27 Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih b 1, b 2 = koefisiensi regresi untuk masang - masing variable μ = Kesalahan penggganggu Dimana : Y = a + b 1 x 11 + b 2 x 22 + μ Y = Penerimaan petani padi konsumsi (Rp) x 1 = biaya saprodi petani padi konsumsi (Rp) x 2 = biaya tenaga kerja petani padi konsumsi (Rp) b 11, b 22 = koefisiensi regresi untuk masang - masing variable μ = Kesalahan penggganggu Uji Kesesuaian Agar memperoleh hasil regresi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator )menurut Gujarati dan Porter (2011) terdapat kriteria yang harus dipenuhi: 1. Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) Dalam uji linier berganda, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh serentak variable variable terhadap variable terikat. Semakin banyak variable bebas digunakan maka semakin tinggui pula koefisien determinasinya. 2. Uji Serempak (uji F) Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variable bebas yang di masukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variable terikat. Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variable dependen atau tidak dengan menggunakan rumus : Dimana : R 2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variable bebas atau independen n = Jumlah sampel Kesimpulan Statistik : Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel : Jika nilai F hitung >F tabel maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS : Jika nilai Sig.< 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai Sig.> 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 3. Uji Parsial (Uji t) Uji parsial atau Uji t pada dasarnya menunjukan bagaimana pengaruh masingmasing variabel bebas atau indenpenden secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat atau dependen. Rumus uji t adalaha : Dimana : bi = Koefisien Regresi se = Simpangan Baku Kesimpulan Bila nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable bebas secara nyata berpengaruh terhadap variable terikat. Bila nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya variable bebas secara nyata tidak berpengaruh terhadap variable terikat. 4. Metode Uji Beda Rata - rata (T test) Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : H 0 : μ 1 < μ 2 terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara petani penangkar pada dengan petani padi konsumsi. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 25

28 Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah H 1 : μ 1 = μ 2 tidak terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara antara petani penangkar pada dengan petani padi konsumsi. Dimana : μ 1 = variable 1 (petani penangkar padi) μ 2 = variable 2 (petani padi konsumsi) Dimana : t 1 : Produksi x 1 : Rata-rata produktifitas petani penangkar padi x 2 : Rata-rata produktifitas petani padi konsumsi S 1 : Standart devisiasi petani penangkar padi S 2 : Standart devisiasi petani padi konsumsi n 1 : Jumlah sampel petani penangkar padi n 2 : Jumlah sampel petani padi konsumsi Kriteria uji : t-hitung t-tabel atau nilai signifikansi 0,05 maka hipotesis H 0 diterima t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis H 1 diterima Hipotesis : H 0 : Tidak ada perbedaan produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. H 1 : Adanya perbedaan produksi antara produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. Dimana : t 2 : Pendapatan x 1 : Rata-rata pendapatan petani penangkar padi x 2 : Rata-rata pendapatan petani padi konsumsi S 1 : Standart devisiasi petani penangkar padi S 2 : Standart devisiasi petani padi konsumsi n 1 : Jumlah sampel petani penangkar padi n 2 : Jumlah sampel petani padi konsumsi Kriteria uji : t-hitung t-tabel atau nilai signifikansi 0,05 maka hipotesis H 0 diterima. t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis H 1 diterima. Hipotesis : H 0 : Tidak ada perbedaan pendapatan antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. H 1 : Adanya perbedaan pendapatan antara produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tingkat Usia Berdasarkan usia responden pada usaha tani padi penangkar dan padi konsumsi rata-rata usia petani adalah 53,9 tahun. Data mengenai usia petani responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Tingkat Usia Petani Responden Usia (tahun) Jumlah petani konsumsi Presentase (%) Jumlah petani Penangkar Presentase (%) AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

29 Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih > Jumlah Sumber : data primer Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa paling banyak petani sample adalah petani yang masuk pada usia tahun. Untuk petani konsumsi kisaraan umur responden terbanyak adalah petani dengan kisaran usia tahun dengan presentase 45%, sementara untuk petani penangkar kisaran responden terbanyak adalah usia dengan presentase 50%. Lahan Usahatani Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis dengan jumlah total petani responden sebanyak 40 orang diketahui bahwa luas ratarata lahan sawah petani adalah 0,2975 ha. Data mengenai luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan Yang Dimiliki Oleh Petani Responden Luas Lahan (ha) 0,10-0,20 0,21-0,40 0,41-0,50 Jumlah (orang) Presentase (%) Jumlah Sumber : data primer Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan sebanyak 0,41-0,50 ha sebanyak 20 orang dengan presentase 50% sedangkan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 0,10-0,20 ha hanya 8 orang atau 20%. Analisis Produktifitas Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi Tabel 3.Hasil Koefisinsi Determinasi Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Variabel R R Square Penerimaan Petani Penangkar benih padi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi Penerimaan Petani Konsumsi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi Sumber : data primer Berdasarkan tabel diatas diperoleh R 2 (R square) penerimaan petani penangkar benih padi sebesar 0,997 atau 99,7 %. Hal ini menunjukan bahwa variable bebas (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) secara bersama sama mempunyai pengaruh sebesar 99,7% terhadap variable terikat (penerimaan petani penangkar benih padi) dan sisanya sebesar 0,3% dipengaruhi oleh variable lain. Sementara (R square) untuk petani padi konsumsi sebesar 0,991 atau 99,1 %. artinya ini menunjukan bahwa variable bebas (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) secara bersama sama mempunyai pengaruh sebesar 99,1% terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi) dan sisanya sebesar 0,9% dipengaruhi oleh variable lain. Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Secara Serempak (Uji F) Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 27

30 Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Variabel dependent Variabel independent F Sig. Penerimaan Petani Penangkar benih padi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi b Penerimaan Petani Konsumsi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi b Sumber : data primer Berdasarkan uji F tersebut maka diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 Maka H0 ditolak artinya bahwa semua variable independent (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) yang dimasukkan dalam model secara bersama sama mempengaruhi variable dependent(penerimaanpetani Penangkar benih padi). Sedangkan untuk petani padi konsumsi Berdasarkan uji F tersebut maka diperoleh nilai signifikansi yang sama yaitu sebesar 0,000 < 0,005 Maka H0 ditolak artinya bahwa semua variable independent (biaya tenaga kerja dan biaya saprodi) yang dimasukkan dalam model secara bersama sama mempengaruhi variable dependent (penerimaan petani konsumsi). Tabel 5. Hasil Uji Signifikansi Individu (Uji t) Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Penerimaan Petani Penangkar benih padi Penerimaan Petani Konsumsi variabel B t Sig. (Constant) Biaya Saprodi Biaya Tenaga Kerja (Constant) Biaya Saprodi Biaya Tenaga Kerja Sumber : data primer Dari hasil uji t pada tabel 5 diatas dapat dilihat variable biaya saprodi nilai signifikannya 0,043 < 0,05 maka H0 ditolak artinya variabel biaya saprodi berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan). Untuk variable biaya tenaga kerja nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable biaya tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan). Sementar untuk petani padi konsumsi Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat variable biaya saprodi nilai signifikannya 0,796 > 0,05 maka H0 diterima artinya variabel biaya saprodi tidak berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi). Untuk variable biaya tenaga kerja nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable biaya tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi). Hasil Persamaan Regresi Usaha Tani Petani Penangkar Benih Padi Dari data yang diolah menggunakan SPSS, maka akan didapat hasil pada Persamaan regresi yang didapat adalah : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Y = X X 2 Keterangan: Y = Penerimaan petani penangkar benih padi (Rp) X1 = Biaya saprodi petani penangkar benih padi (Rp) X2 = Biaya tenaga kerja petani penangkar benih padi (Rp) Dari persamaan diatas didapat kesimpulan sebagai berikut: Koefisien regresi variabel biaya saprodi (X 1 ) sebesar 1.309; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya saprodi (X 1 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani penangkar benih padi (Y) akan mengalami peningkatan 28 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

31 Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih sebesar Rp 1.309,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya saprodi dengan penerimaan petani penangkar benih padi, semakin naik biaya saprodi maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Koefisien regresi variabel biaya tenaga kerja (X 2 ) sebesar 3.753; artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan biaya tenaga kerja (X 2 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani penangkar benih padi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.753,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya tenaga kerja dengan penerimaan petani penangkar benih padi, semakin naik biaya tenaga kerja maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Hasil Persamaan Regresi Usaha Tani Petani Padi Konsumsi Dari data yang diolah menggunakan SPSS, maka akan didapat hasil pada Persamaan regresi yang didapat adalah : Y = a + b 1 X 11 + b 2 X 22 Y = X X 22 Keterangan: Y = Penerimaan petani padi konsumsi (Rp) X 11 = Biaya saprodi petani padi konsumsi (Rp) X 22 = Biaya tenaga kerja petani padi konsumsi (Rp) Dari persamaan diatas didapat kesimpulan sebagai berikut: Koefisien regresi variabel biaya saprodi (X 11 ) sebesar 133; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya saprodi (X 11 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani padi konsumsi padi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 133,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya saprodi dengan penerimaan petani padi konsumsi, semakin naik biaya saprodi maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Koefisien regresi variabel biaya tenaga kerja (X 22 ) sebesar 3.971; artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan biaya tenaga kerja (X 22 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani padi konsumsi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.971,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya tenaga kerja dengan penerimaan petani padi konsumsi, semakin naik biaya tenaga kaerja maka semakin meningkat penerimaan petani padi konsumsi. Analisis komparasi Usahatani Padi Penangakar Benih Padi Dan Usahatani Petani Padi Konsumsi Dari hasil data yang didapat selama penelitian, maka rata rata luas lahan, produksi, penerimaan dan pendapatan petani penangkar benih padi dan petani padi konsumsi dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Rata rata Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dan Pendapat Petani Responden Satuan Petani Penangkar Benih Padi Petani Padi Konsumsi Luas Lahan Ha 0, Produksi Kg Penerimaan Rp Pendapatan Rp Sumber : data primer diolah Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 29

32 Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa Produksi, penerimaan dan pendapatan petani penangkar benih padi lebih tinggi dibanding petani padi konsumsi. Uji Beda Rata Rata Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih dan Petani Padi Konsumsi Sebelum melakukan uji beda rata rata nilai dari kedua variable harus di urutkan dari nilai terkecil ke terbesar. Tabel 7. Hasil Rata Rata T test Paired Sample Statistics Variabel Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Produksi Petani penangkar Produksi Petani Konsumsi Pendapatan Petani Penangkar Pendapatan Petani Konsumsi Sumber : data primer Pada tabel 7 Menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani penangkar dari 20 responden adalah dan petani konsumsi dengan 20 responden adalah untuk ratarata pendapatan petani penangkar dari 20 responden adalah dan petani konsumsi juga dengan 20 responden adalah Tabel 8. Hasil T test Paired Samples Correlations Variabel N Correlation Sig. Produksi Petani Penangkar & Produksi Petani Konsumsi Pendapatan petani penangkar & pendapatan petani konsumsi Dari tabel 8 menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel Produksi Petani Pe nangkar dan Produksi Petani Konsumsi adalah sebesar atau 99,9% dengan sig sebesar < Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata produksi petani penangkar dan petani konsumsi adalah kuat dan signifikan. Sementara untuk pendapatan menunjukkan bahwa variabel pendapatanpetanipenangkar dan pendapatanpetanikonsumsi adalah sebesar atau 99,6% dengan sig sebesar < Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata pendapatan petani penangkar dan pendapatan petani konsumsi adalah kuat dan signifikan. Tabel 9. Hasil T test Paired Samples Test Variabel Mean Std. Deviation Produksi petani penangkar produksi petani konsumsi Pendapatan petani penangkar pendapatan petani konsumsi Sumber : Uji Statistik Std. Error Mean t df Sig. (2-tailed) AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

33 Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih Berdasarkan data dari tabel 9 tersebut di dapat nilai signifikansinya untuk produksi petani penangkar dan produksi petani konsumsi adalah 0.00, yang lebih kecil dari 0,05 atau 0.00 < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya terdapat perbedaan rata rata produksi antara petani penangkar benih padi dan produksi petani padi konsumsi. Sementara nilai signifikansinya untuk pendapatan petani penangkar dan pendapatan petani konsumsi adalah 0.00, yang lebih kecil dari 0,05 atau 0.00 < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya terdapat perbedaan rata rata produksi antara petani penangkar. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Biaya saprodi dan biaya tenaga kerja berpengaruh segnifikan terhadap produksi petani penangkar benih padi 99,7% dan petani padi konsumsi 99,1%. 2. Terdapat perbedaan rata rata produksi, penerimaan dan pendapatan antara petani penangkar benih padi dengan petani padi kosumsi dengan luas lahan yang sama 0,32 ha, dengan hasil produksi petani penangkar benih padi sebesar 2378,25 kg dan petani padi konsumsi sebesar 2327,5 kg, sementara untuk penerimaan untuk petani penangkar benih padi Rp , petani padi konsumsi sebesar Rp dan untuk pendapatan petani penangkar benih padi sebesar Rp , petani padi konsumsi Rp dengan demikian usahatani petani penangkar benih padi lebih menguntungkan daripada usahatani petani padi konsumsi. Saran 1. Kepada petani padi konsumsi sebaiknya lebih memperhatikan dan memperbaiki cara budidaya tanaman padi. 2. Perlu adanya penyuluhan lebih lanjut agar hasil panen petani bisa terus meningkat. 3. Gunakan sumber benih yang baik dan terjamin. DAFTAR PUSTAKA AAK Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jogjakarta Arsanti, I Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Badan Pusat Statistik Online madiunkab.bps.go.id diakses pada tanggal 13 Desember 2015 Departemen Pertanian Analisa Produksi dan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bermutu Padi. Jakarta. Qadir Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Penerbit IPB Pers. Bogor. Gujarati, D.N dan Porter, D.C Dasar Dasar Ekonometrika buku 1 jilid 5. Salemba Empat. Jakarta. Hanafi, Muhammad Analisis Pemasaran di PT. Sang Hyang Seri Cabang Khusus Jawa Barat untuk Produk Benih Padi Bersertifikat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sadjad, Syamsul Dari Benih Kepada Benih.PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Soetopo, Lita Teknologi Benih Rajawali Pers. Jakarta Umar, Husein Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 31

34 LAND HUSBANDRY : APLIKASI BIOCHAR JERAMI PADI DI BUDIDAYA WIJEN (SESAMUM INDICUM L.) UNTUK PENINGKATAN KUALITAS TANAH Eny Dyah Yuniwati 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Wisnuwardhana Malang nieyuniwati@gmail.com Abstract Land Husbandry is one soil conservation technology using rice straw as a soil amendment material in the form of biochar, which serves as a source of organic material plays an important role in improving soil physical and chemical properties. The purpose of this study is the improvement of soil quality in the cultivation of sesame (sesamum indicum.l.) To improve soil quality in conservation technology and land husbandry. This research method using Random Design Group (RAK) with 3 repetitions. The experiment was conducted in Nganjuk, East Java, Indonesia from April to November The Treatmeny used (P1) single rows 50 cm x 25 cm (control group), (P2) single rows 60 cm x 25 cm + biochar 5 t / ha, (P3) double row 40/80 cm x 25 cm + biochar 5 t / ha, (P4) double row 50/80 cm x 25 cm biochar 7.5 t / ha, (P5) double row 40/100 cm x 25 cm + biochar 5 t / ha and (6 ) double row 50/100 cm x 25 cm + biochar 7.5 t / ha. The result showed that the use of biochar can improve the physical properties of soil, including soil bulk density, porosity, water holding ability (water retention) and the permeability of the soil. The addition of biochar with a dose of 5 tons / ha has been able to increase the soil bulk density of 1.20 g / cm 3, and lead the ability to hold water to increases to 38.20%. Application ofbiochar also raised the ph, and macro nutrients (N, P, K, Ca, Mg) and KTK. The addition of biochar at a dose of 7.5 tons / ha increased the ph of 5.55 and KTK15.29 cmol / kg and macro nutrient uptake increased significantly Keywords: Biochar Applicatioan, sesame cultivation, soil quality PENDAHULUAN Kondisi lahan sawah terdegradasi umumnya ditandai dengan struktur tanah yang jelek, kandungan C organik sangat rendah, dan kemampuan meretensi air rendah. Agar lahan terdegradasi tersebut mampu berproduksi secara normal maka perlu diawali dengan upaya rehabilitasi lahan, misalnya dengan pemberian pembenah tanah. Pemakaian jerami, kompos, pupuk kandang dan biomass tanaman sebagai bahan pembenah tanah. Meskipun bahanbahan tersebut sudah banyak digunakan oleh petani, namun seringkali dibutuhkan jumlah yang sangat banyak sehingga menyulitkan dalam penyediaannya (Yuniwati et al, 2012). Pemakaian teknologi konservasi tanah belum tentu berhasil, tetapi dengan mengajak petani sebagai subyek dalam penerapan teknologi baru, akan membawa perubahan yang besar AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN :

35 Land Husbandry: Aplikasi Biochar Jerami Padi dalam transfer teknologi menuju pertanian yang berkelanjutan. (Yuniwati et al, 2015). Bahan pembenah tanah alami yang mulai digunakan pada beberapa tahun terakhir adalah arang (biochar) yang berasal dari residu atau limbah pertanian seperti kayu-kayuan, tempurung kelapa, sekam dan lain-lain. Efektivitas biochar dalam meningkatkan kualitas tanah sangat tergantung pada sifat kimia dan fisik biochar yang ditentukan oleh jenis bahan baku (kayu lunak, kayu keras, sekam padi, dan lain-lain.) dan metode karbonisasi (tipe alat pembakaran, temperatur), dan bentuk biochar (padat, serbuk, karbon aktif). Perbedaan bentuk biochar akan berpengaruh terhadap kualitas pembenah tanah dan kemampuannya dalam memperbaiki kualitas tanah, khususnya dalam : (1) ketersediaan hara, (2) retensi hara, dan (3) retensi air. Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai bentuk formula pembenah tanah berbahan baku biochar dalam memperbaiki kualitas lahan kering masam terdegradasi dan mendapatkan kemasan (bentuk) pembenah tanah biochar yang paling tepat untuk masing-masing bahan baku biochar yang berbeda (Nurida et al, 2008) METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia pada bulan April hingga November 2015 dengan bahan biochar jerami padi dan penanaman wijen berupa benih Winas-1, pupuk organik, pupuk anorganik (Phonska dan Urea), dan pestisida. Perlakukan disusun secara Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Adapun perlakuannya, yaitu (P1) tata tanam baris tunggal), yaitu 50 cm x 25 cm, (P2) tata tanam baris tunggal + biochar 5 ton/ha (B1), 60 cm x 25 cm (P3), tata tanam baris ganda + biochar 5 ton/ha (B1) 40/80 cm x 25 cm (P4) tata tanam baris ganda + biochar 7.5 ton/ha (B2) 50/80 cm x 25 cm (P5) tata tanam baris ganda + biochar 5 ton/ha (B1) 40/100 cm x 25 cm (P6) tata tanam baris ganda + biochar 7.5 ton/ha (B2) 50/100 cm x 25 cm Ukuran plot yang digunakan pada setiap perlakuan dalam satu ulangan adalah 8 m x 6 m. Tanam dilakukan secara tugal dan setelah tanaman tumbuh dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 tanaman per lubang tanam. Dosis pupuk anorganik yang digunakan adalah 60 N + 30 P 2 O K 2 O per ha yang bersumber pada pupuk Urea dan pupuk majemuk NPK. Pupuk urea berkadar N sekitar 45% dan pupuk majemuk NPK berkomposisi 15 : 15 : 15. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Tanah Aplikasi biochar pada budidaya tanaman wijen di lahan sawah sesudah padi pada berbagai perlakuan menunjukkan perubahan yang nyata (tabel 1). Perubahan yang signifikan pada paremeter berat isi tanah (BI) dan retensi air, hal ini disebabkan aplikasi biochar menyebabkan naiknya berat isi yang dikuti meningkatnya serapan kandungan bahan organic tanah. Peningkatan bahan organic mampu memperbaiki porositas tanah dan retensi kandungan air, yang berpengaruh terhadap permeabilitas tanah. Jika di bandingkan dengan control, semua perlakuan dengan aplikasi biochar dengan dosis 5-7,5 ton/ha menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi biochar bertahan lebih lama dalam satu musim tanam, sehingga dapat bereaksi sebagai amandemen tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Pada perlakuan Berat isi tanah, Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 33

36 Eny Dyah Yuniwati pemberian biochar dengan dosis 7.5 ton/ha pada perlakuan P5 dengan pola tata tanam (50/100 x 25+B2) lebih tinggi di bandingkan dengan dengan perlakuan P4 dengan pola tanam 40/100 x 25+B1 dengan dosis biochar 5 ton/ha. Bahan organic dari biochar jerami padi, mampu terdekomposisi dengan baik dalam satu musim, sehingga retensi air pada perlakuan P5 lebih banyak daripada perlakuan lainnya (Sukartono & Utomo, 2012). Dengan demikian permeabilitas juga meningkat menjadi 4.89 cm/jam. Tabel 1. Sifat fisik tanah Berat Isi Tanah (BI), ruang pori tanah (porositas), kemampuan menahan air (retensi air) dan permeabilitas tanah setelah aplikasi biochar pada budidaya wijen di lahan sawah sesudah padi pada berbagai pola tata tanam Perlakuan BI gr/cm3 Porositas Retensi air (%) Permeabilitas (cm/jam) P1 =50x25 kontrol 1.17 c 50,03 b b 2.44 b P2 = 60 x 25+ B b ab ab 2.94 b P3 = 40/80 x 25+B b ab ab 4,42 a P4=50/80 x 25+B ab a a 4.66 a P5=40/100 x 25+B ab a a 4.85 a P6=50/100 x 25+B a a a 4.89 a BNT 5% Aplikasi biochar menyebabkan sedikit perubahan retensi air tanah, adanya perubahan retensi air tanah pada kapasitas lapang (pf 2,5) berimplikasi terhadap perbaikan kapasitas air tersedia. Sifat Kimia Tanah Selain bahan organic dalam biochar jerami padi, juga menyebabkan perbaikan sifat tanah lainnya (Tabel 2). Meningkatnya ph setelah aplikasi biochar pada berbagai pola tanam berkaitan erat dengan sifat alkalin dalam biochar. Lebih tinggi konsentrasi hara pada berbagai petak perlakuan biochar, memberikan kontribusi yang positif pembenah organic terhadap perbaikan ketersediaan hara dalam tanah. Meskipun demikian, untuk mempertahankan pengaruh positif pembenah organic tanah, aplikasi biochar harus tetap di lakukan pada setiap awal musim tanam agar dapat memelihara unsur hara tersedia dalam jangka waktu yang panjang (Masulili, A et al, 2010) Gambar 1 : Sebaran hara makro akibat aplikasi biochar pada perbagai perlakuan Aplikasi biochar sebanyak 7,5 t/ha pada perlakuan P6 menunjukkan peningkatan C/N ratio akibat dari pertambahan C organic dalam jumlah yang tersedia dan slow release, seiring dengan pertambahan C organic total sehingga menunjukkan perbedaan yang nyata. 34 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

37 Land Husbandry: Aplikasi Biochar Jerami Padi Gambar 2 : Grafik C/N ratio dan C organic akibat aplikasi biochar pada perbagai perlakuan KESIMPULAN Aplikasi biochar menyebabkan perubahan berat isi tanah, porosita, retensi air tanah dan permeabilitas. Perubahan ini terjadi karena tambahan dari C-organik yang terakumulasi menjadi bahan organic, yang menyebabkan perubahan terhadap porositas tanah yang melebar dan kandungan air tanah sebesar 30 % dan kelembaban tanah sebesar 4,89 cm/jam. Penggunaan biochar selama 3 tahun berturut-turut menyebabkan status kelembaban tanah lama dan meningkatmya kesuburan tanah. Perubahan sifat kimia tanah akibat dari aplikasi biochar secara nyata meningkatkan retensi hara (N,P,K, Ca, Mg) ph dan KTK tanah. Perubahan ini berkorelasi positif terhadap serapan hara makro oleh tanaman juga meningkat sebesar 0.77 %, mg/kg, 0.71 mh/kg, 2.57 cmol/kg, 1.57 cmol/kg dengan ph 5.55 dan KTK cmol/kg. Ucapan Terima Kasih Kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi yang telah membiayai kegiatan penelitian ini sebagai luaran skim Hibah Strategi Nasional Tahun Demikian pula kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Wisnuwardana Tak lupa kami juga mengucapkan terrima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Masulili, A., Utomo, W.H. & Syekhfani, Ms Rice Husk Biochar for Rice Based Cropping System in Acid Soil 1. The Characteristics of Rice Husk Biochar and Its Influence on the Properties of Acid Sulfate Soils and Rice Growth in West Kalimantan, Indonesia.J. Agric. Sci. (Canada), 3: Nurida, NL, Dariah, A dan Rachman A, Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pembenah Tanah Berupa iochar Untuk Rehabilitasi Lahan. balittanah.litbang.pertanian.go.id/ eng/dokumentasi/prosiding2008pdf/ neneng_biochar.pdf. hal Research Journal of Agricultural and Environmental Management 2(5), Sukartono & W.H. Utomo, The role of Biochar as a soil managemen on masize in sandy loam soil semiarid tropis Lombok Utara. Buana Sains Vol 12 No.1: Tambunan, D.P. Br; Hanum H, Rauf,A Journal online agroteknologi, Vol 3, No Yuniwati, E.D., N. Basuki, E.W. Wisnubroto, and W.H. Utomo Combating land degradation in cassava field by crop yield improvement. Basic. Appl. Sci. Res., 2: , Yuniwati E.D., W.H. Utomo, and R.H. Howeler Farmers Based Technology Development for Sustainable Cassava Production System. International Journal Agriculture Research. ISSN Vol 10 (No 02): php?issn= &issueno=84 Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 35

38 ESTIMASI KANDUNGAN KARBON POHON MAHONI (Swietinea macrophylla, King) PENYUSUN HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT SVLK (SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ) (Studi Kasus di PPHR Lawu Lestari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan) Djoko Setyo Martono 1) Sri Rahayu 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun 2) Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun Abstract The community forest plays an important role to reduce greenhouse gas emissions because forests can absorb carbon dioxide in the air which is then storing in the tree. Measurement of the amount of C stored in the body plant life (biomass) in a community forest can describe the amount of CO in the atmosphere is absorbed by plants. Research activities aimed to estimate how much carbon stocks in mahoni trees in public forests certified SVLK (Timber Legality Verification System). The method used is the manufacture destruction allometric equations with the method of mahoni tree species. The location of research conducted in the area of community forests managed by the Forest People s Association business (PPHR) Lawu Lestari, district Panekan, Magetan. With an area of hectares and spread over three (3) villages namely Ngiliran, Jabung and Bedagung and already getting sertivikat SVLK Certification Body PT SGS Indonesia on December 4, The amount of the percentage of biomass per tree parts from the greatest is the rod 54.07%, 22.02% Branches and twigs, roots 13.21% 10.70% last leaf. Model equation for estimating the amount of carbon content mahogany Y = 48,389 d 2,443. Keywords: carbon content; mahoni; community forest; wood Legality Latar Belakang Hutan rakyat berperan penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca karena hutan dapat menyerap karbon dioksida di udara yang kemudian disimpan dalam pohon.. Pengukuran jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu hutan rakyat dapat menggambarkan banyaknya CO di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran cadangan yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan CO yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran. Jumlah antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keanekaragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan karbon pada suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, karena biomasa AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN :

39 Estimasi Kandungan Karbon Pohon Mahoni pohon meningkat, atau dengan kata lain di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya bahan organik tanah di dalam tanah. Untuk itu pengukuran banyaknya karbon yang disimpan dalam setiap pohon penyusun hutan rakyat perlu dilakukan. Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan yang pemilikannya berada pada rakyat. Menurut SK Menteri Kehutanan No.49/ Kpts-II/1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % dan atau tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar. Menurut Simon 1998 dalam Martono D 2013, masalah yang dihadapi dalam pembangunan hutan adalah rendahnya produktifitas kawasan hutan dan adanya kemiskinan, karena kelebihan tenaga kerja di sub sistem sosial. Atas dasar masalah tersebut maka landasan filosofi yang menjadi pedoman untuk merumuskan pengolahan hutan di Jawa adalah meningkatkan produktifitas kawasan hutan ditinjau dari aspek hasil kayu untuk perum perhutani dan hasil non kayu untuk masyarakat di sekitar hutan maupun untuk menjaga kelestarian dan perlindungan alam serta lingkungan hidup. Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya yang digalakkan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar hutan. Simon 1998 dalam Martono D 2013, menyatakan bahwa hutan rakyat akan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar hutan dan di dalam hutan. Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran. SVLK merupakan upaya Indonesia dalam memberikan jaminan legalitas bahwa kayu dan produk kayu yang berasal dari Indonesia adalah bersumber dari bahan baku legal dan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari, maka untuk setiap produk kayu dimana bahan bakunya berasal dari impor juga harus berasal dari sumber yang legal dan diproduksi dengan tidak melanggar hukum di negara tempat asal pohon produk dipanen. info/svlk diunduh tanggal 2 mei 2016 jam WIB.SILK (Sistem Informasi Legalitas Kayu) Sistematika dari pohon mahoni adalah klasifikasi-mahoni-swietenia.html Kingdom : Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Swietenia Spesies : Swietenia macrophylla King. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abuabu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 37

40 Djoko Setyo Martono & Sri Rahayu mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. [3] Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daundaunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air. blogspot.co.id/2014/02/klasifikasi-mahoniswietenia.html Diunduh tanggal 16 April 2016 jam WIB Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur cadangan karbon dari pohon mahoni dengan melakukan perusakan (metode destruktif) yang dilanjutkan dengan pembuatan rumus allometrik penyusun hutan rakyat pada hutan rakyat bersertifikat SVLK, khususnya di daerah penelitian. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngiliran, Bedagung dan Jabung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Penelitian lapangan dilakukan selama 2 (dua) bulan. Bahan dari penelitian ini adalah lahan milik rakyat yang merupakan anggota dari PPHR Lawu Lestari di Desa Ngiliran, Bedagung dan Jabung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Sedangkan Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah : Chainsaw, Cangkul, Pecok, Golok, Timbangan gantung, Timbangan OHaus, Pita meter, Tali plastik, Open, Kertas Pembungkus, Kamera dan Alat tulis. Pembuatan persamaan allometrik dilakukan dengan cara destructive yaitu melakukan penebangan pada pohonpohon sampel terpilih dari 3 (tiga) desa yang merupakan desa dimana terdapat petanipetani hutan rakyat yang merupakan anggota dari PPHR Lawu Lestari. Sedangkan pohon yang ditebang adalah pohon mahoni dimana masing-masing jenis ditebang sebanyak 10 (sepuluh) pohon, pelaksanaannya dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat basah maupun keringnya lalu dicari biomassanya. Menurut Brown, 1997; Ketterings dalam Yuniawati 2011 menyebutkan bahwa massa karbon dianggap sama dengan 50% biomassa atau faktor konversinya = 0,5 dalam menduga potensi massa karbon suatu tegakan tanpa memperhatikan jenis biomassa dan umur tegakan. Alur pelaksanaan penelitiannya seperti pada alur di bawah ini : Gambar 1. Alur Penelitian metode destructive. Kadar karbon = Biomasa total x 0,5 Data kandungan karbon yang sudah didapatkan kemudian dibuat dalam suatu persamaan allometrik dengan model regresi. 38 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

41 Estimasi Kandungan Karbon Pohon Mahoni Pembuatan model regresi bertujuan untuk memperkirakan atau menaksir besarnya efek kuantitatif dari satu parameter yang lain. Secara umum model regresi mempunyai bentuk persamaan regresi dan transformasinya disajikan pada tabel 1 sebagai berikut (Sulaiman, 2004) Tabel 1. Tabel Persamaan Regresi dan Transformasinya : Bentuk Persamaan Bentuk Linier Linear Y = a + bx Y = a + bx Qudratic Y = a + bx + cx2 Y = a + bx + cx2 Cubic Y = a + bx + cx2 + dx3 Y = a + bx + cx2 + dx3 Logarithm Y = a + b ln X Y = a + b ln X Inverse Y = a + b/x Y = a + b/x Compound Y = abx ln Y = ln a + X ln b Power Y = a Xb ln Y = ln a b ln X Sigmoid Y = e a + b/t ln Y = a + b/t Growth Y = e a + bx ln Y = a + bx Eksponensial Y = a (ebx ) ln Y = ln a + bx Logistic Y = ( 1/u + ab2 )-1 ln (1/Y 1/u) = ln a + ln b Pemilihan model regresi didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R 2 ), tertinggi serta jumlah kuadrat eror (residual sum of square) yang terkecil. Elain itu juga dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan uji varian (Anova) untuk mengetahui taraf signifikansi dari masing-masing persamaan yang dihasilkan. Pengolahan data menggunakan SPSS Statistics 17. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penghitungan Biomassa Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon mahoni per bagian pohonnya seperti pada tabel 2. Dibawah ini : Tabel 2. Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon mahoni per bagian pohon No Pohon Biomassa bagian Daun Cabang dan Ranting Akar Batang Total gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen 1. Mahoni 30335,9 10, ,9 22, ,1 13, ,5 54, ,3 100,00 Sumber : pengolahan data lapangan Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 39

42 Djoko Setyo Martono & Sri Rahayu Sedangkan sebaran biomassa per bagian pohon seperti pada diagram di bawah ini : Gambar 2. Sebaran Biomassa per Bagian Pohon Berdasarkan gambar 2 diatas, terlihat bahwa bagian batang merupakan bagian yang mempunyai nilai prosentase biomassa paling tinggi (54,07 %), hal ini sesuai dengan penelitian dari Haygreen dan Bowyer (1989) bahwa bagian batang pohon utama umumnya memiliki zat penyusun kayu (jaringan xylem) lebih banyak dibandingkan bagian pohon lainnya (cabang dan ranting, tingginya kadar karbon pada batang disebabkan karbon merupakan unsur yang dominan dalam kayu. Kayu tersusun dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif yang sebagian besar tersusun dari unsur karbon. Urutan kedua bagian Cabang dan ranting (22,02 %), baru akar (13,21 %) dan terakhir daun (10,70 %) rendahnya kadar karbon pada daun disebabkan pada daun banyak terdapat jaringan bersifat parenkhim yang berdinding tipis dan penyusun dinding jaringan tersebut bukan hanya terdiri dari selulosa saja, tetapi juga bahan pektin dan lignin hampir tak ada. Lagi pula produk fotosintesis pada daun segera ditranslokasikan ke seluruh bagian pohon guna menjalani proses metabolisme lebih lanjut (asimilasi, biosintesis, dan sebagainya). Sedangkan pada akar, selain terdapat jaringan xylem (kayu), juga banyak terdapat jaringan phloem dan parenkim. Baik jaringan phloem maupun parenkim tersebut memiliki dinding tipis dan lignin hampir tak ada (Holman and Robbin, 1973 Pendugaan Kandungan Karbon Hasil perhitungan biomassa dari masingmasing jenis pohon kemudian diduga berapa besar kandungan karbonnya menurut Brown, 1997; Ketterings dalam Yuniawati 2011 yang menyebutkan bahwa massa karbon dianggap sama dengan 50% biomassa atau faktor konversinya = 0,5 dalam menduga potensi massa karbon suatu tegakan tanpa memperhatikan jenis biomassa dan umur tegakan. Hasil dari pendugaan karbonnya dibuat model persamaan allometrik dengan memakai SPSS statistics 17 dan dipilih model persamaan yang tepat didasarkan pada nilai R 2 terbesar dan jumlah kuadrat error (residual sum of square) paling kecil serta signifikan berdasarkan analisis varians (anova), maka model yang paling tepat untuk pohon mahoni adalah Y = 48,389 d 2,443. Hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) dengan kandungan karbon pohon mahoni dengan model persamaan Y = 48,389 d 2,443 disajikan pada gambar 3 di bawah ini: Gambar 3. Hubungan Diameter setinggi dada (dbh) dengan kandungan karbon pohon mahoni dengan model persamaan allometrik Y = 48,389 d 2, AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN

UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN UJI DAYA HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. L) MODEL JAJAR LEGOWO DI KOTA MADIUN Luluk Sulistiyo Budi 1, Ma ruf P.N. 2 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun 2) Mahasiswa Sekolah pascasarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang cukup digemari oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan mentah dan dijadikan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL SAYURAN LOKAL KABUPATEN LUMAJANG DI LAHAN TERBATAS

PENINGKATAN HASIL SAYURAN LOKAL KABUPATEN LUMAJANG DI LAHAN TERBATAS PENINGKTN HSIL SYURN LOKL KUPTEN LUMJNG DI LHN TERTS Nanik Furoidah 1), Endang Sri Wahyuni 2) 1),2) Dosen Fakultas Pertanian Prodi groteknologi Universitas Islam Jember bstract The purpose long-term research

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Salah satu jenis mentimun yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dicari ialah mentimun Jepang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena tekstur dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DENGAN KOMBINASI DOSIS PUPUK PHONSKA DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 Rizan Harun 1), Nelson Pomalingo 2), Fauzan

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) THE EFFECT OF COW MANURE DOSAGE AND NITROGEN FERTILIZER ON GROWTH AND

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada tanaman sawi. 4.1 Tinggi Tanaman Hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran bagi manusia sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah dingin maupun tropis. Kebutuhan selada meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Awal Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik

Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Awal Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Awal Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik Dwi Asmarawati Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, 1500 si vitamin A, 0,6 mg vitamin B, 40 mg vitamin C, 5 mg

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, 1500 si vitamin A, 0,6 mg vitamin B, 40 mg vitamin C, 5 mg 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan sayuran populer di Indonesia. Tomat mengandung komponen nutrisi terutama kaya akan vitamin dan mineral. Dalam satu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L. Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA L.) Erlita

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci