BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Soekanto,1990:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Soekanto,1990:"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Soekanto,1990: 106). Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten (Soekanto dan Sri Mumadji, 2001:1). Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala tertentu dengan cara menganalisisnya. Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu Jenis Penelitian Penelitian mengenai peranan penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam terhadap institusi Masjid di Kota Medan, merupakan penelitian studi empiris yang bersifat deskriptif analitis, maksudnya memaparkan data-data yang ditemukan dan menganalisisnya untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 44). Penelitian ini didasarkan pada penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer dan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder.

2 3.3. Jenis dan Sumber Data Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian empiris dikenal data primer dan data skunder. Kedua hal tersebut menjadi pola acuan dalam melakukan penelitian ilmiah. a) Data primer Data primer dalam penelitian ini adalah data- data yang diperoleh langsung dari pengurus Masjid di Kota Medan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan. Pengambilan kuesioner dan daftar pertanyaan tersebut diacak melalui pemilihan sampel yang dianggap memenuhi persyaratan. b) Data Sekunder Data sekunder adalah data diperoleh dari buku literature, internet, jurnal, tesis serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian dan berbagai sumber. Data-data yang berhubungan dengan penelitian ini digunakan hanya sebagai pembantu terhadap data primer Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini akan dilakukan terhadap sejumlah Masjid yang berada di Kota Medan dengan memilih Masjid dibeberapa lokasi sebagai sampel. Pemilihan sampel lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, tujuannya untuk menjaring sampel yang benar-benar representatif dengan apa yang disajikan (Soekanto dan Sri Mamuji :33).

3 Dikarenakan Karakter sampel penelitian sangat banyak dan demi mempermudah penelitian maka kriteria pemilihan sampel adalah pemilihan secara acak dari 1040 Masjid di Kota Medan. Berdasarkan rumus Slovin (Sevilla dkk. 1960:182), sebagai berikut: dimana n: jumlah sampel N: jumlah populasi e:batas toleransi kesalahan (error tolerance) Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan. Dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas toleransi kesalahan 15,5%,maka: n = N / (1 + Ne²) 1040 / ( %²) = 40,03 = 40 Masjid Berdasarkan rumus tersebut maka diambil 40 sampel Masjid secara acak dari 1040 Masjid di Kota Medan.

4 3.5. Metode Pengumpulan Data Metode atau teknik menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, pengamatan, ujian, dokumen dan lainnya ( Riduwan, 2004: 97). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan yaitu dengan menanyakan dan mengamati objek secara langsung, dan mengumpulkan sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, seperti buku-buku lembaga keuangan Syariah, buku tentang Masjid, majalah bisnis, artikel-artikel, pendapat para sarjana dan bahan lainnya. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Wawancara langsung dengan responden dilakukan dengan daftar pertanyaan guna memperoleh informasi tentang masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian (Soekanto: 115) Analisis Data Analisa data didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisi dengan cara tabulasi data sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari variebel yang diteliti, kemudian dilakukan juga dalam bentuk analisis lain seperti : tabulasi silang (cross tab), tabel dan frequensi, agar diperoleh gambaran informasi sehingga dapat menarik kesimpulan.

5 3.7. Defenisi Operasional 1. BKM (Badan Kenajiran Masjid) Adalah sekelompok orang/ masyarakat yang bertugas untuk menjaga dan mengurusi keperluan Masjid. 2. Harta Masjid adalah sejumlah harta yang dimiliki dan dikelola Masjid baik berupa uang tunai, benda berharga, tanah, dll, baik itu yang berasal dari sedekah, infaq, hibah masyarakat. 3. Syariah merupakan dasar hukum dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Qur an dan hadist. 4. Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-Qur an dan hadist sedangkan ekonomi konvensional didasarkan pada akal pikiran manusia.

6 4.1 Gambaran Umum Kota Medan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat. Kota Medan memiliki luas Ha (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30' 3 43' Lintang Utara dan 98 35' ' Bujur Timur. Bentuk topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Luas lahan untuk pemukiman Ha dan Ha untuk sektor jasa dan 740 Ha untuk cadangan bagi penetapan lokasi industri. Selebihnya Ha merupakan areal non-urban, serta Ha akan dipergunakan untuk lahan pengembangan sektor pertanian tanaman pangan (pemkomedan.go.id). Secara administratif, batas wilayahnya adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera. 2. Sebelah Selatan berabatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Madya Binjai. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

7 Medan merupakan daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, letak posisinya yang stategis menjadikannya sebagai gerbang perdagangan berupa barang dan jasa, terutama perdagangan domestik juga luar negeri (ekspor-impor). Letaknya yang strategis inilah yang mendorong Kota Medan berkembang terutama daerah Belawan dan pusat Kota Medan. Menurut data kependudukan pada tahun 2005, jumlah penduduk Kota Medan berkisar jiwa, dimana jumlah wanita lebih besar dari pria, ( jiwa > jiwa). Penduduk tersebut merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap mencapai lebih dari jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah penduduk Kota Medan yaitu jiwa. Penduduk Medan terdiri atas laki-laki dan perempuan (BPS Kota Medan). 4.2 Gambaran Umum Masjid di Kota Medan Setelah para pedagang dari Arab masuk ke wilayah Indonesia terutama di Sumaterara seperti dari Barus dan Aceh, penyebaran agama Islam diyakini terus berkembang, hingga akhirnya penyebarannya sampai ke Kota Medan yang telah melewati berbagai macam jalur. Perkembangan Islam di Kota Medan tidak terlepas dari peran Kesultanan Deli yang menganut agama Islam sehingga banyak masyarakat pengikutnya juga memilih agama Islam. Bahkan pada saat itu, hampir seluruh masyarakat Melayu beragama Islam. Pembangunan Masjid Al-Osmani didekat pelabuhan yang merupakan awal mula perkembangan Islam yang dibawa oleh Kesultanan Deli di Kota Medan. Ketika perdagangan mulai berlangsung

8 dipusat Kota Medan, para pedagang dari berbagai daerah bahkan mancanegara mulai berinteraksi di pusat Kota Medan tepatnya pada daerah Kesawan. Interaksi antar agama pun terjadi tanpa terkecuali agama Islam itu sendiri. Dari interaksi inilah mulai dibangunnya beberapa rumah ibadah di daerah Kesawan tersebut, termasuk Masjid yang merupakan rumah ibadah umat Muslim. Tercatat dalam sejarah, tokoh penyebar Islam di Medan adalah KH Said Bakrin pada Abad 16. Ia berasal dari suku Melayu. Selain Said Bakrin, tercatat pula ulama-ulama pengembang ajaran Islam yang lain, seperti Abu Bakar Yakub dan Annas Tanjung. Mereka dilatih untuk menyebarkan ajaran Islam di Medan (pemkomedan.go.id). Perkembangan Masjid di Kota Medan saat ini sangatlah pesat, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah masyarakat yang beragama Islam di Kota Medan. Pertumbuhan jumlah Masjid terus berkembang. Hal ini juga dikarenakan Pemerintah Kota Medan terus mendukung program yang berkenaan dengan pembinaan mental dan spiritual warga Kota Medan. Sampai saat ini tercatat sekitar 1040 bangunan Masjid dan Mushallah berdiri di Kota Medan. Jumlah tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya antusias orang Muslim di Kota Medan untuk beribadah kepada Allah SWT. Untuk itu seharusnya peran Masjid yang banyak tersebut bisa dimanfaatkan orang Islam secara maksimal untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

9 4.3 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 nazir Masjid di Kota Medan yang menjadi responden dalam penelitian ini, maka didapatkan data para nazir Masjid sebagai berikut. Tabel 4.1 Data 40 Nazir yang Menjadi Responden No Umur (Thn) Pendidikan Pekerjaan Lama Jadi Nazir Kecamatan 1 42 D1 Wiraswasta 18 Tahun Medan Selayang 2 27 S1 Guru 1,5 Tahun Medan Selayang 3 29 D3 Guru 3 Tahun Medan Selayang 4 45 D1 Wiraswasta 8 Tahun Medan Selayang 5 25 D3 Pegawai Negeri 9 Bulan Medan Selayang 6 33 SMA Guru 5 Tahun Medan Selayang 7 52 SMP Wiraswasta 12 Tahun Medan Selayang 8 26 S1 Guru 2 Tahun Medan Selayang 9 29 SMA Wiraswasta 4 Tahun Medan Area SMA Pegawai Negeri 3 Tahun Medan Area S1 Pegawai Negeri 5 Tahun Medan Area D3 Wiraswasta 8 Tahun Medan Area SMA Wiraswasta 2,5 Tahun Medan Barat SMA Wiraswasta 11 Tahun Medan Barat SMA Pegawai Negeri 15 Tahun Medan Barat D1 Wiraswasta 9 Tahun Medan Belawan

10 17 31 S1 Guru 2 Tahun Medan Belawan SMA Wiraswasta 15 Tahun Medan Belawan D3 Pegawai Swasta 1 Tahun Medan Deli S1 Pegawai Swasta 5 Tahun Medan Deli SMA Wiraswasta 3 Tahun Medan Helvetia D3 Wiraswasta 5 Tahun Medan Helvetia D3 Pegawai Swasta 10 Bulan Medan Helvetia SMA Wiraswasta 8 Tahun Medan Helvetia S1 Guru 6 Tahun Medan Helvetia S2 Dosen 12 Tahun Medan Johor D1 Wiraswasta 7 Tahun Medan Johor S1 Guru 13 Tahun Medan Johor SMA Pegawai Swasta 4 Tahun Medan Johor SMA Wiraswasta 1 Tahun Medan Labuhan S1 Guru 7,5 Tahun Medan Labuhan S1 Pegawai Swasta 2 Tahun Medan Petisah S1 Guru 4 Tahun Medan Petisah S2 Dosen 8 Tahun Medan Polonia D3 Wiraswasta 11 Tahun Medan Polonia SMA Wiraswasta 3,5 Tahun Medan Sunggal SMA Wiraswasta 3 Tahun Medan Sunggal S1 Pegawai Swasta 8 Bulan Medan Sunggal

11 39 27 SMA Wiraswasta 2,5 Tahun Medan Sunggal SMA Wiraswasta 14 Tahun Medan Sunggal Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian 4.4 Pembahasan Agar mudah dianalisis data dari 40 responden tersebut di atas dikelompokkan kedalam beberapa kriteria. Setelah dikelompok-kelompokkan maka kemudian data tersebut dianalisis seperti berikut: Tabel 4.2 Pengelompokan Berdasarkan Umur Nazir Umur (tahun) Jumlah < > > > > 7 Total 40 Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian Berdasarkan analisis data tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada nazir yang berumur di bawah 16 tahun, dimana umur 16 tahun tersebut sering dianggap sebagai umur dewasa seseorang. Hal ini berarti bahwa seluruh nazir Masjid di Kota Medan adalah orang yang telah dewasa dan dianggap mampu melaksanakan pengelolaan Masjid. Dapat dilihat juga bahwa ada 11 orang yang berumur antara dan 10 orang yang berusia antara tahun, bisa dikatakan bahwa lebih dari setengah

12 nazir ini dimasukkan kedalam golongan muda. Kelebihan dari para kelompok muda ini yakni mereka memiliki semangat dan ide-ide baru sehingga mereka lebih kreatif dan aktif dalam mengelola Masjid dibandingkan kelompok tua. Kekurangannya yaitu beberapa masyarakat belum terlalu yakin akan kemampuan mereka karena umurnya yang dianggap masih muda. Untuk nazir yang berumur di atas 40 tahun jumlahnya bila digabungkan sebanyak 19 orang. Ini menunjukkan bahwa masyarakat masih mempercayai mereka untuk mengelola Masjid, dan kelebihannya yaitu masyarakat sangat menghormati mereka. Kekurangannya yaitu karena umurnya yang bisa dibilang tua semangat mereka tidak seperti golongan muda, lebih sering sakit dan daya pikirnya juga mulai berkurang. Tabel 4.3 Pengelompokan Berdasarkan Pendidikan Nazir Pendidikan Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian Jumlah SMP 1 SMA 15 D1-D3 11 S1 12 S2 2 Total 40 Dari tabel 4.3 terlihat data tentang pendidikan para nazir, dimana hanya terdapat 1 orang nazir yang berpendidikan SMP, sedangkan 39 orang nazir lainnya berpendidikan SMA keatas. Hal ini menunjukkan bahwa para nazir di Kota Medan merupakan orang-orang yang berpendidikan karena telah mengikuti

13 anjuran pemerintah wajib belajar 12 tahun. Terdapat 12 nazir diantaranya berpendidikan cukup tinggi yakni S1, bahkan terdapat 2 nazir yang berpendidikan S2. Hal ini cukup menggembirakan karena para nazir Masjid di Kota Medan sebagian merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tabel 4.4 Pengelompokan Berdasarkan Lama Menjadi Nazir Masjid Lama jadi Jumlah nazir (tahun) <2,1 9 Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian 2,1>3 6 3,1>4 4 4,1>5 4 5> 17 Total 40 Dari hasil pengelompokan data di atas dapat dilihat ada 9 responden yang telah menjadi nazir di bawah 2,1 tahun, kebanyakan dari mereka merupakan nazir yang berumur dibawah 30 tahun. Untuk responden yang telah menjadi nazir melebihi 5 tahun berjumlah 17, dan hampir keseluruhannya adalah responden yang telah berumur di atas 30 tahun. Bahkan didapati juga responden yang telah menjadi nazir melebihi 18 tahun, hal ini cukup menggembirakan karena ini menunjukkan bahwa nazir-nazir di Kota Medan merupakan orang-orang yang cukup bisa dipercaya masyarakat.

14 Tabel 4.5 Pengelompokan Berdasarkan Pekerjaan Nazir Pekerjaan Jumlah Wiraswasta 19 Pegawai Negeri 5 Pegawai Swasta 5 Guru 9 Dosen 2 Total 40 Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 19 nazir atau hampir sebagian dari responden yang berprofesi sebagai wiraswasta, contohnya pedagang, pemilik kontrakan, dll. Hampir seluruhnya juga bertempat tinggal didekat Masjid, sehingga mereka lebih sering dan lebih aktif dalam mengelola Masjid dibandingkan pegawai Negeri, pegawai swasta, guru dan dosen, dimana waktu mereka lebih sedikit karna tuntutan waktu untuk bekerja lebih banyak. Dari data terlihat juga bahwa terdapat 9 nazir yang berprofesi sebagai guru dan 2 nazir sebagai dosen. Hal ini menunjukkan bahwa nazir Masjid di Kota Medan sebagian diisi oleh orang-orang yang cukup berpendidikan.

15 Tabel 4.6 Crosstab Antara Umur dan Pendidikan Umur Pendidikan Total SMP SMA D1-D3 S1 S Jumlah Jumlah yang diharapkan 0,3 4, , Jumlah Jumlah yang diharapkan 0,3 3,8 2,8 2,8 0, Jumlah Jumlah yang diharapkan 0,3 4,5 3,3 3,3 0, > Jumlah Jumlah yang diharapkan 0,2 2,6 1,9 1,9 0,4 7 Total Jumlah Jumlah yang diharapkan Dengan komposisi data di atas, maka dapat dilihat bahwa umur nazir berpengaruh terhadap jenjang pendidikan para nazir tapi tidak terlalu banyak pengaruhnya. Hal ini dapat dilihat dari makin tinggi umur nazir pendidikannya juga makin baik. Terlihat pada nazir yang berumur tahun yang berpendidikan S1 ada 4 nazir sedangkan yang berumur tahun lebih banyak ada 5 orang. Selanjutnya yaitu untuk yang berpendidikan S2 ada 2 nazir yang berumur di atas 50 tahun, sedangkan dibawah 50 tahun tidak ada. Hali ini menunjukkan bahwa umur nazir cukup berpengaruh terhadap tingkat pendidikan para nazir.

16 Tabel 4.7 Crosstab Antara Umur Terhadap Lama Menjadi Nazir Umur Pendidikan Total <2,1 2,1-3 3,1-4 4,1-5 5> Jumlah Jumlah yang 2,5 1,9 0,8 1,1 4,7 11 diharapkan Jumlah Jumlah yang 2,3 1,8 0,8 1 4,3 10 diharapkan Jumlah Jumlah yang 2,7 2,1 0,9 1,2 5,1 12 diharapkan 50> Jumlah Jumlah yang 1,6 1,2 0,5 0,7 3 7 diharapkan Total Jumlah Jumlah yang diharapkan Dengan komposisi data di atas terlihat bahwa umur nazir cukup berpengaruh terhadap lama seseorang menjadi nazir. Bisa dilihat bahwa untuk nazir yang berumur antara tahun kebanyakan lama mereka menjadi nazir Masjid yaitu di bawah 3 tahun yang berjumlah 10 dari 11 orang nazir. Sedangkan untuk yang menjadi nazir di atas 5 tahun tidak ada, padahal jumlah yang diharapkan sekitar sekitar 4-5 orang. Untuk nazir yang berumur diatas 40 tahun banyak yang sudah menjadi nazir Masjid melebihi 5 tahun bahkan melebihi jumlah yang diharapkan, seperti yang terlihat untuk nazir yang berumur 50 lebih diharapkan hanya 3 ternyata terdapat 7 orang. Ini menandakan umur nazir cukup berpengaruh terhadap lama jadi nazir.

17 Tabel 4.8 Crosstab Antara Pekerjaan Terhadap Lama Menjadi Nazir Pekerjaan Pendidikan Total <2,1 2,1-3 3,1-4 4,1-5 5> Wiraswasta Jumlah Pegawai Swasta Pegawai Negeri Jumlah yang 4,3 3,3 1,4 1,9 8,1 19 diharapkan Jumlah Jumlah yang 1,4 1,1 0,5 0,6 2,6 6 diharapkan Jumlah Jumlah yang 0,9 0,7 0,3 0,4 1,7 4 diharapkan Guru Jumlah Jumlah yang 2 1,6 0,7 0,9 3,8 9 diharapkan Dosen Jumlah Jumlah yang 0,5 0,4 0,2 0,2 0,9 2 diharapkan Total Jumlah Jumlah yang diharapkan Dengan komposisi data di atas terlihat bahwa pekerjaan juga cukup berpengaruh terhadap lama seseorang menjadi nazir Masjid. Dapat dilihat yang telah menjadi nazir melebihi 5 tahun kebanyakan adalah wiraswasta dan dosen yang jumlahnya melebihi jumlah yang diharapkan. Contohnya wiraswasta jumlah yang diharapkan hanya 8 orang tetapi terdapat 11 orang. Salah satu penyebabnya adalah jam kerja mereka yang tidak terikat sehingga mereka lebih bisa meluangkan waktu untuk mengurus Masjid.

18 Analisis Penerapan 9 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam di Institusi Masjid Muslim yang Rajin dan Aktif Semua orang Muslim dituntut agar menjadi manusia yang rajin dan aktif. Allah sangat membenci orang-orang yang malas dan menunda-nunda pekerjaannya. Apalagi dalam mengelola Masjid yang merupakan rumah Allah (Baitullah) maka sudah seharusnya dikelola dengan baik oleh masyarakat terutama para nazir Masjid, baik dalam kegiatan Masjid yaitu pengelolaan kas Masjid yang baik, kebersihan, kegiatan-kegiatan sosial ekonomi serta pengembangan perpustakaan. Oleh karena bekerja rajin dan aktif merupakan satu prinsip yang dituntut dalam pengelolaan Masjid dari aset Islam, maka patutlah hal ini dipertanyakan kepada nazir Masjid sebagai pengelola. Hasil penelitian terhadap keaktifan keanggotaan kenaziran Masjid didapatkan hasil sebagai berikut Ya 38 Tidak 2 Gambar 4.1 Jawaban Responden Tentang Aktif/ Tidak Dalam Mengelola Masjid

19 Berdasarkan Gambar 4.1 Dari 40 responden didapatkan 38 (95%) kenaziran Masjid yang aktif, sedangkan 2 (5%) nazir lainnya masih kurang aktif. Ini berarti pengelolaan Masjid di Kota Medan sudah aktif dalam pengelolaannya. Berdasarkan penelitian ini juga didapati bahwa seluruh responden atau nazir Masjid telah berumur diatas 16 tahun, sehingga mereka diyakini cukup dewasa dalam melaksanakan seluruh tindakan pengelolaan Dilarang Memakan Harta Hasil Riba Riba adalah penambahan yang disertakan terhadap barang pada saat pengembalian barang tersebut ketika diadakannya akad yang menyebabkan salah satu pihak rugi. Umat Islam dilarang keras mengambil dan memakan harta hasil riba. Rasulullah SAW bersabda, diriwayatkan dari Jabir r.a.: Rasulullah SAW mengutuk pemakan riba, orang yang memberi makan (keluarganya) dengan harta riba, penulis riba, dan kedua saksi riba. Beliau bersabda, Semua itu (hukumnya) sama. Di institusi Masjid hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan kas Masjid, yaitu ketika melakukan penyimpanan kas. Apakah kas itu disimpan di bank konvensional yang menggunakan sistem bunga (riba) atau bank Syariah dengan sistem bagi hasil (diperbolehkan oleh syara ), maka jawaban responden ketika diadakan penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut.

20 Menyimpan Di Bank Syariah Menyimpan Di Bank Konvensional Gambar 4.2 Bank Tempat Penyimpanan Kas Masjid Dari gambar 4.2 terdapat 35 nazir (87,5%) yang menyimpan uang kasnya di bank Syariah baik itu Bank Muamalat, Bank Mandiri Syariah, Bank Sumut Syariah, sedangkan 5 nazir lainnya dengan persentase (12,5%) masih menyimpan uang kasnya di bank konvensional seperti Bank BNI, Bank BRI, dan Bank MANDIRI. Dua nazir beralasan hal ini dikarenakan nazir-nazir terdahulu sudah menyimpan kas Masjid dibank konvensional dan 3 lagi dikarenakan lokasi Bank Syariah terlalu jauh sedangkan yang dekat hanya bank konvensional. Dari presentase di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Masjid di Kota Medan telah berusaha menghindari lembaganya terlibat unsur riba dengan cara menggunakan fasilitas bank Syariah dan menolak fasilitas bank konvensional Dapat Dipertanggungjawabkan (Pernah Diaudit Akuntan Publik). Dalam Islam semua orang Muslim diwajibkan mampu mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya, terutama diinstitusi Masjid para nazir harus mampu mempertanggung jawabkan pengelolaan harta Masjid dengan baik agar

21 terhindar dari kecurigaan masyarakat. Untuk itu salah satu cara yang bisa dilakukan para nazir yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan harta keuangan Masjid dengan bantuan jasa Akuntan Publik. Dari hasil penelitian terhadap Masjid apakah telah pernah diaudit Akuntan Publik atau tidak, maka didapatkan hasil sebagai berikut. Pernah Di Audit Tidak Pernah Di Audit 5% 95% Gambar 4.3 Masjid yang Pernah Diaudit Akuntan Publik dan yang Belum Pernah Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 40 Masjid yang ada di Kota Medan 38 (95%) belum pernah diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga keuangan swasta, sedangkan terdapat 2 Masjid (5%) lainnya yang telah pernah diaudit oleh Akuntan Publik yaitu Masjid Al-Musaddin yang berada di kompleks perumahan Taman Setia Budi Indah (Tasbih) dan Masjid Al-Jihad Jln. Abdul Lubis. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid yang berada di Kota Medan belum banyak yang melakukan audit terhadap harta Masjid. Hal ini juga dikarenakan

22 para nazir merasa belum perlu diadakannya audit keuangan terhadap kas Masjid karena jumlah kas Masjid tidaklah terlalu banyak, sebab lainnya yaitu pencatatan yang mereka lakukan dianggap sudah cukup sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada masyarakat. Jika dalam beberapa prinsip-prinsip lainnya didapati hasil penelitian yang relatif memuaskan, namun dalam hal audit, hasil penelitian ini relatif tidak memuaskan Keterbukaan Salah satu prinsip Ekonomi Islam yaitu keterbukaan, prinsip ini dapat dilihat dari bagaimana para nazir Masjid menunjukkan hasil pengelolaan harta Masjid kepada masyarakat secara terbuka. Biasanya dengan memaparkan catatan pengelolan kas Masjid setiap minggunya dipapan catatan kas Masjid disetiap Masjid di Kota Medan. Dari hasil penelitian maka didapatkan hasil sebagai gambar berikut Terbuka Tertutup Gambar 4.4 Masjid yang Memiliki Papan Pencatatan Kas

23 Dari gambar 4.4 di atas diketahui bahwa 40 (100%) Masjid di Kota Medan memiliki papan pengumuman tentang pencatatan kas. Ini berarti Masjid-Masjid di Kota Medan telah menerapkan sistem keterbukaan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilihat pada pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas Masjid terutama infaq masyarakat tiap hari Jum at selalu dicatat dalam papan pencatatan keuangan Masjid. Baik itu digunakan untuk pembayaran honor khatib, pembelian peralatan dan perlengkapan Masjid, biaya pengajian, serta biaya lainnya Pengembangan Harta Secara Ekonomis dan Sosial Harta Masjid selain digunakan untuk pembiayaan sehari-hari Masjid seperti kebersihan, honor Khatib, biaya air, listrik semestinya harta Masjid tersebut dipergunakan untuk hal-hal lain yang berguna untuk kepentingan Masjid dan masyarakat dari pada hanya disimpan. Harta tersebut merupakan harta seluruh umat Islam maka alangkah baiknya apabila bisa digunakan untuk hal-hal yang bersifat ekonomis dan sosial yang dapat mendatangkan manfaat kepada Masjid dan masyarakat sekitar dengan tidak menyalahi aturan syariat Islam. Contoh penggunaanya seperti pendirian koperasi, puskesmas, kegiatan- kemasyarakatan, sunatan massal, Tk, bahkan sekolah dan universitas. Oleh karena itu, dipandang sesuai untuk menanyakan hal ini kepada para responden sehingga dapat diketahui kondisi harta Masjid secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

24 12% 88% Dikembangkan Secara Ekonomis dan Sosial Tidak Dikembangkan Gambar 4.5 Pengembangan Harta Masjid Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat 35 (87,5%) Masjid di Kota Medan tidak mengembangkan hartanya. Artinya uang yang diperoleh Masjid tersebut tidak digunakan untuk sesuatu usaha yang bersifat produktif dan sosial hanya digunakan untuk pembiayaan Masjid dan selebihnya hanya disimpan di bank saja. Tetapi terdapat 5 Masjid (12,5%) yang telah mengembangkan hartanya terutama dibidang sosial, seperti Masjid Al-Musaddin yang telah memiliki sekolah TK, SD, SMP, Polimas, dan kegiatan sosial, seperti kitanan massal, pemberian makan anak yatim, subsidi terhadap LP, desa binaan, dan memberikan gaji terhadap guru-guru di desa. Masjid Agung juga mengembangkan hartanya untuk pendidikan anak-anak dengan mendirikan sekolah TK dan perpustakaan yang dibuka untuk umum.

25 4.4.6 Konsumsi Makanan dan Minuman yang Halal dan Baik Dalam Islam semua orang-orang Muslim diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan yang baik untuk kesehatan. Dalam hal konsumsi, para pengurus Masjid telah terlebih dahulu memastikan pembelian barang yang digunakan untuk Masjid terutama ketika diadakannya kegiatan seperti ketika ceramah agama, perayaan hari raya, pembelian hewan qurban, pengajian bulan Ramadhan dan buka puasa bersama di bulan Ramadhan, pengurus Masjid telah memastikan bahwa yang dibeli merupakan barang yang halal, baik transaksinya maupun cara memperolehnya. Dari hasil penelitian terhadap 40 nazir Masjid maka ditemukan hasil sebagai berikut. Dapat Dipastikan Kehalalannya Belum Dipastikan Kehalalannya 0% 100% Gambar 4.6 Jawaban Nazir Tentang Kondisi Konsumsi Dari hasil penelitian pada Gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa 40 (100%) Masjid yang telah diteliti seluruhnya telah membelanjakan hartanya pada barang yang halal dan dapat dipastikan kehalalannya.

26 4.4.7 Tolong Menolong Sesama Muslim Umat Islam dianjurkan untuk mengutamakan tolong-menolong sesama Muslim. Salah satu cara untuk menolong sesama umat Islam yaitu membantu perekonomian orang-orang Muslim dengan cara mengutamakan membelanjakan harta Masjid seperti pembelian peralatan serta perlengkapan Masjid di toko orangorang Muslim dibandingkan toko orang-orang non-muslim agar perekonomian orang-orang Muslim dapat tumbuh dan berkembang. Hasil penelitian terhadap nazir menunjukkan data dan informasi sebagai berikut: Toko Orang Muslim 5 Toko Orang Non-muslim Gambar 4.7 Tempat Para Nazir Belanja Dari hasil penelitian Gambar 4.7 diketahui bahwa 35 Masjid (87,5%) telah melaksanakan prinsip ekonomi Islam yaitu mendahulukan tolong-menolong sesama Muslim. Memang masih ada 5 Nazir (12,5%) yang belum mengutamakan berbelanja di toko orang-orang Islam, hal ini dikarenkan: a. Jumlah kas Masjid yang masih terbatas. Hal ini menyebabkan para nazir Masjid agar membelanjakan harta Masjid dengan sehemat mungkin, dimana

27 beberapa toko orang non-muslim sering memberikan harga lebih murah dan potongan harga dibanding toko orang Muslim. b. Jarak dan lokasi toko. Toko orang-orang non-muslim cenderung jauh lebih banyak dan tersebar dimana-mana, sedang toko milik orang Islam tidaklah terlalu banyak menyebabkan mereka kesulitan untuk menjangkaunya. c. Kelengkapan. Beberapa peralatan dan keperluan pembangunan Masjid tidak didapati di toko orang Muslim. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 87,5 % Masjid di Kota Medan telah cukup berperan dalam membantu perekonomian orang Muslim Pembangunan Orang-orang Muslim dituntut untuk melakukan hal-hal yang baik dimuka bumi ini, manusia juga di tuntut untuk melakukan pembangunan demi kehidupan yang baik, bukan melakukan hal-hal yang dapat merusak. Untuk itu Masjid juga perlu diadakan pembangunan dan renovasi dari tahun ke tahun seperti halnya melakukan pemugaran, pengecatan, pembelian peralatan yang baru agar Masjid tampak indah dan keberadaan Masjid tetap terjaga serta masyarakat lebih tertarik untuk beribadah di Masjid dengan tenang dan senang. Dari hasil penelitian didapati jawaban sebagai berikut.

28 40 0 Pernah Melakukan Pembangunan Tidak Pernah Diadakan Pembangunan Gambar 4.8 Masjid yang Pernah Melakukan Pembangunan dan yang Belum Pernah Dari penelitian dapat dilihat dari Gambar 4.8 di atas bahwa 40 (100%) Masjid di Kota Medan telah pernah mengalami pembangunan fisik, baik itu berupa pembangunan yang besar maupun baru sekedar renovasi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Medan sangat antusias dalam membantu pembangunan Masjid-Masjid di Kota Medan Melakukan Pembukuan Harta Masjid dengan Baik. Islam sangat mendorong agar masyarakat Muslim menuntut ilmu setinggitingginya demi kehidupan yang lebih baik, bahkan Nabi Muhammad SAW menyuruh menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahab. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnnya ilmu bagi umat Islam. Untuk para nazir Masjid sendiri diharapkan merupakan orang-orang yang visioner dan memiliki ilmu agar mampu mengelola dan mengembangkan harta Masjid. Mereka juga harus mampu melakukan proses pembukuan keuangan dengan baik agar proses keterbukaan dan pertanggung jawaban keuangan Masjid juga dapat dilaksanakan dengan baik. Hal

29 ini telah dipertanyakan kepada para nazir Masjid dengan hasil seperti gambar di bawah ini. 5% 95% Mampu Melakukan Pembukuan dengan Baik Belum Mampu Melakukan Pembukuan dengan Baik Gambar 4.9 Kemampuan Nazir Dalam Hal Pembukuan Harta Masjid. Dari gambar 4.9 dapat diketahui bahwa dalam proses pembukuan harta Masjid terdapat 38 (95%) nazir yang mampu melakukan proses pembukuan secara baik dan dapat dipertanggung jawabkan sedangkan masih terdapat 2 nazir yang belum mencatat dengan baik. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa orangorang yang menjadi nazir Masjid di Kota Medan termasuk orang-orang yang berilmu.

30 . Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Penerapan 9 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam di Institusi Masjid di Kota Medan Berdasarkan seluruh hasil data yang diperoleh dari para nazir Masjid tentang penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam maka diperoleh hasil seperti berikut. No Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam 1 Muslim yang Rajin dan Aktif 2 Dilarang Memakan Harta Hasil Riba 3 Harta Dapat Dipertanggungjawabkan (Pernah Diaudit Akuntan Publik) 4 Keterbukaan Pencatatan Kas 5 Pengembangan Harta Secara Ekonomis dan Sosial 6 Konsumsi Makanan dan Minuman yang Halal dan Baik 7 Tolong Menolong Sesama Muslim 8 Pembangunan/ Renovasi Masjid 9 Mampu Melakukan Proses Pembukuan Harta Masjid dengan Baik Jumlah Yang Telah Diterapkan Jumlah Yang Belum Diterapkan % Yang Telah Diterapkan % Yang Belum Diterapkan % 5% % 12% % 95% % 0% % 88% % 0% % 12% % 0% % 5% % 24% Jumlah %

31 Setelah 9 prinsip-prinsip ekonomi Islam tersebut dianalisis maka akan terlihat seperti gambar 4.10 di bawah ini. 100% 90% 5% 12% 0% 0% 12% 0% 5% 80% 70% 60% 50% 40% 95% 88% 95% 100% 88% 100% 88% 100% 95% 30% 20% 10% 0% 5% 12% Muslim yang Rajin dan Aktif Dilarang Memakan Harta Hasil Riba Dapat Dipertanggungjawabkan (Pernah Diaudit Akuntan Publik) Keterbukaan Pencatatan Kas Pengembangan Harta Secara Ekonomis dan Sosial Konsumsi Makanan dan Minuman yang Halal dan Baik Tolong Menolong Sesama Muslim Pembangunan/ Renovasi Masjid Mampu Melakukan Proses Pembukuan Harta Masjid dengan Baik Yang Telah Diterapkan Yang Belum Diterapkan Gambar 4.10 Analisis Penerapan 9 Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam di Institusi Masjid di Kota Medan.

32 1. Dari diagram diatas dapat dilihat sejauh mana penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang telah diterapkan di institusi Masjid di Kota Medan. Dari 9 poin prinsip-prinsip ekonomi Islam yang telah diteliti dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam yang belum banyak diterapkan yaitu: a. Pertanggung jawaban kepada masyarakat (pernah di audit oleh Akuntan Publik). Dapat dilihat dari data bahwa masih sedikit Masjid yang berada di Kota Medan yang pernah diaudit (dalam hal ini Akuntan Publik). Hal ini dikarenkan jumlah harta yang dimiliki Masjid tidak terlalu banyak, sehingga para nazir masih bisa mengelola sendiri. Selain itu, masyarakat juga masih percaya kapada para nazir dalam mengelola harta Masjid tersebut. Hanya beberapa Masjid yang memiliki harta yang cukup besar yang pernah di audit oleh Akuntan Publik. Contohnya Masjid Al-Musaddin yang setiap tahunnya melakukan audit terhadap harta Masjid. Hal ini menunjukkan pengelolan harta Masjid yang baik dan professional serta dapat dipertanggung jawabkan di hadapan masyarakat. b. Pengembangan harta untuk hal yang bersifat ekonomis dan sosial. Hal ini juga dapat dilihat dari masih minimnya Masjid yang mengembangkan harta Masjid untuk sesuatu yang bersifat ekonomis dan sosial. Artinya uang yang diperoleh Masjid tersebut tidak digunakan untuk sesuatu usaha yang produktif maupun bersifat sosial.

33 Apabila data digabung antara jumlah persentase prinsip yang telah diterapkan dan yang belum diterapkan maka akan terlihat seperti gambar berikut ini. Yang Sudah Diterapkan Yang Belum Diterapkan 24% 76% Gambar 4.11 Persentase Jumlah Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam yang Telah Diterapkan dan yang Belum Diterapkan di Institusi Masjid di Kota Medan. Dari hasil pengelolahan seluruh data maka dapat disimpulkan seperti gambar di atas bahwa penerapan 9 prinsip-prinsip ekonomi Islam di institusi Masjid di Kota Medan yang sudah diterapkan sekitar 76 % sedangkan yang belum diterapkan adalah sekitar 24 %. Hal ini menunjukkan bahwa para BKM Masjid di Kota Medan telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan cukup baik. 4.5 Hambatan-Hambatan Dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Jarak dan Lokasi Bank Salah satu yang menghambat dalam menerapkan prinsip ekonomi Islam terutama pada prinsip Dilarang memakan harta hasil riba yang dalam hal ini dikaitkan dengan penyimpanan kas Masjid diantara bank konvensional atau bank

34 Syariah. Hal yang menjadi masalah dalam hal ini adalah jarak dan lokasi bank msyariah terhadap Masjid-Masjid di Kota Medan. Apakah para nazir Masjid merasa bahwa jarak dan lokasi bank Syariah tersebut menghambat mereka dalam menyimpan kas Masjid di bank Syariah tersebut. Hal ini telah dipertanyakan kepada 40 nazir Masjid di Kota Medan dan hasil jawaban mereka adalah sebagai berikut Menyatakan Menghambat 5 Menyatakan Tidak Menghambat Gambar 4.12 Jawaban Nazir tentang Jarak dan Lokasi Bank Dilihat dari data gambar 4.12 bahwa jarak dan lokasi bank syariah tidaklah terlalu menghambat para nazir untuk menabung di bank syariah, karena 5(12,5%) nazir yang merasa tidak terlalu menghambat. Selebihnya 35 (87,5%) nazir menjawab tidak menghambat, sebab di Kota Medan sarana transportasi sudah cukup memadai dan jumlah bank-bank syariah juga sudah mulai banyak dan menyebar, maka akan cukup mudah dijangkau apabila ingin menabung di bankbank syariah.

35 4.5.2 Perbedaan Harga Barang Kebutuhan Masjid Pada Toko Pemilik Muslim dan Non-Muslim. Hal selanjutnya yang menjadi hambatan dalam menerapkan prinsip ekonomi Islam terutama pada prinsip saling tolong menolong sesama Muslim yaitu perbedaan harga antara harga barang-barang di toko orang-orang Muslim dan toko orang-orang non-muslim. Apakah perbedaan harga tersebut mempengaruhi para nazir dalam menerapkan prinsip ekonomi Islam saling tolong-menolong sesama Muslim. Hal ini telah dipertanyakan kepada 40 nazir Masjid di Kota Medan dengan hasil jawaban sebagai berikut Menghambat Tidak Menghambat Gambar 4.13 Pengaruh Perbedaan Harga Antara Toko Orang Muslim dan Toko Orang Non-muslim Terhadap Pilihan Nazir Dari gambar 4.13 diatas dapat dilihat bahwa dalam keputusan pembelian bahan-bahan baku dan peralatan Masjid terdapat 35 (87,5%) nazir yang menyatakan tidak mempengaruhi, mereka lebih mengutamakan membeli di toko orang-orang Islam meskipun harganya sedikit lebih mahal sebab tolong menolong sesama Muslim lebih utama dari harga. Adapun untuk 5(12,5%) nazir yang menyatakan mempengaruhi dan ini dikarenakan harta dan kas Masjid mereka

36 yang kurang. untuk itu terpaksa mereka mendahulukan harga yang relatif murah meskipun harus membeli di toko orang non-muslim Kurangnya Kesadaran Terhadap Pentingnya Bantuan Akuntan Publik Dalam Membantu Proses Audit Keuangan Masjid. Hal berikutnya yang menjadi hambatan dalam menerapkan prinsip ekonomi Islam terutama pada prinsip Dapat dipertanggung jawabkan yang dalam hal ini dikaitkan dengan pernah atau tidaknya keuangan Masjid diaudit oleh Akuntan Publik. Untuk itu telah dipertanyakan kepada para nazir Masjid akan hal perlu atau tidaknya bantuan Akuntan Publik dalam mengaudit harta Masjid, maka diperoleh hasil jawaban sebagai berikut Kurang Perlu Perlu Gambar 4.14 Jawaban Nazir Masjid Tentang Perlu atau Tidaknya Harta Masjid Diaudit Oleh Akuntan Publik. Dari gambar 4.14 dapat dilihat bahwa terdapat hanya 6 (15%) nazir yang merasa hal ini diperlukan, sedangkan 34 (85%) nazir lainnya merasa belum perlu adanya bantuan Akuntan Publik dalam mengaudit harta Masjid, sebab mereka merasa jumlah harta Masjid belumlah terlalu banyak dan mereka merasa bahwa

37 mereka masih mampu dalam mengelolanya dengan baik dan masyarakat masih percaya terhadap hasil pembukuan yang mereka lakukan Kekurangan Dana Hal lain yang menghambat penerapan prinsip ekonomi Islam dalam hal pengembangan harta secara ekonomis dan sosial yaitu masih kurangnya harta yang dimiliki oleh beberapa Masjid terutama Masjid yang masih berukuran kecil yang berada agak jauh dari jalan raya serta masyarakat sekitar Masjid yang masih berpendapatan menengah kebawah. Adapun sejumlah infaq dan sedekah masyarakat hanya cukup untuk biaya keperluan Masjid. Untuk itu telah dipertanyakan kepada para nazir Masjid apakah kekurangan dana menghambat prinsip pengembangan harta secara ekonomis dan sosial, maka diperoleh hasil jawaban sebagai berikut Menghambat Tidak Menghambat Gambar 4.15 Nazir Yang Mengatakan Dana Merupakan Penghambat Utama Dalam Pengembangan Harta Secara Ekonomis dan Sosial Dari gambar 4.15 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 33 (82,5%) Masjid yang mengatakan dana merupakan penghambat utama dalam pengembangan harta secara ekonomis dan sosial, sebab untuk melaksanakan kegiatan tersebut

38 dibutuhkan jumlah dana yang tidaklah sedikit. Sebaliknya 7 (17,5%) Masjid yang cukup besar bangunan dan hartanya yang cenderung berada ditengah Kota dan dekat dengan pusat-pusat kegiatan masyarakat, telah berusaha mengembangkan harta secara ekonomis dan membantu keperluan sosial masyarakat sekitar serta untuk kegiatan-kegiatan keagamaan demi meningkatkan ketaqwaan masyaraka Muslim kepada Allah SWT. Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Hambatan Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam No Hambatan Menghambat Tidak Menghambat 1 Lokasi dan jarak bank. 5 (12,5%) 35 (87,5%) 2 Perbedaan harga barang kebutuhan 7 (17,5%) 33 (82,5%) Masjid Pada toko pemilik Muslim dan non-muslim. Kesadaran terhadap pentingnya bantuan 34 (85%) 6 (15%) 3 Akuntan Publik dalam membantu proses audit keuangan Masjid 4 Kekurangan dana. 33 (82,5%) 7 (17,5%) Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian

39 Setelah data-data digabung maka akan terlihat seperti gambar 4.17 dibawah ini. Dimana akan terlihat persentase dari 4 hambatan tersebut. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Menyatakan Menghambat Menyatakan Tidak Menghambat Gambar 4.16 Empat Hal yang Menghambat Dalam Menerapkan Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam. Apabila dipersentasekan akan terlihat seperti gambar berikut. Kekurangan Dana 42% Kesadaran Akan Pentingnya Bantuan Akuntan Publik 43% Jarak dan Lokasi Bank 6% Perbedaan Harga Antara Toko Orang Mulim dan Nonmuslim 9% Gambar 4.17 Analisis 4 Hal yang Menghambat Penerapan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

40 Dari hasil gambar 4.17 dapat disimpulan bahwa yang paling menghambat dalam proses penerapan prisnsip-prinsip ekonomi Islam di Kota Medan yaitu: 1. Kesadaran terhadap pentingnya bantuan Akuntan Publik dalam membantu proses audit keuangan Masjid 43%. 2. Kekurangan dana sebanyak 42 %. 3. Perbedaan harga barang kebutuhan Masjid pada toko pemilik Muslim dan non-muslim sebanyak 9%. 4. Lokasi dan jarak bank sebanyak 6%.

41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dari hasil seluruh pengelolahan data maka dapat disimpulkan bahwa penerapan 9 prinsip-prinsip ekonomi Islam di Institusi Masjid di Kota Medan yang telah diterapkan sekitar 79 %, sedangkan yang masih belum diterapkan adalah sekitar 21 %. Hal ini menunjukkan bahwa para BKM Masjid di Kota Medan telah berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam relative lebih baik. 2. Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang termasuk menghambat dalam proses penerapan prisnsip-prinsip ekonomi Islam di institusi Masjid adalah sebagai berikut: a. Kesadaran terhadap pentingnya bantuan Akuntan Publik dalam membantu proses audit keuangan Masjid 43%. b. Kekurangan dana sebanyak 42 %. c. Perbedaan harga barang kebutuhan Masjid pada toko pemilik Muslim dan non-muslim sebanyak 9%. d. Lokasi dan jarak bank sebanyak 6%. 3. Dari 40 responden yang diteliti terdapat 1 Masjid yang telah mampu menerapkan 9 prinsip ekonomi Islam yang disebutkan dalam skripsi ini yaitu Masjid Al-Musaddin di komplek TASBIH. Masjid ini bahkan mampu membantu masyarakat sekitar dengan mendirikan beberapa sekolah seperti TK, SD, SMP bahkan berencana untuk membangun universitas juga. Selain

42 itu mereka juga sering memberikan bantuan sosial berupa santunan terhadap anak yatim, desa binaan, kitanan massal, pembayaran gaji guru dibeberapa desa, Polimas, dan mobil pick up yang diperuntukkan membantu masyarakat sekitar. 5.2 Saran 1. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 9 Prinsip-Prinsip ekonomi Islam ditemukan 2 poin yang masih belum banyak diterapkan di institusi Masjid, yaitu: 1) Pertanggungjawaban harta Masjid kepada masyarakat dengan cara diaudit oleh Akuntan Publik. Untuk itu perlu adanya perhatian pemerintah lebih serius dalam membantu mengelola harta Masjid dan perlu adanya kerjasama dengan Akuntan Publik, agar para nazir Masjid sadar bahwa harta Masjid juga perlu diaudit agar bentuk pertanggungjawabannya lebih dipercayai masyarakat, khususnya masyarakat Kota Medan. 2) Pengembangan harta secara ekonomis dan social. Dalam hal ini pemerintah seharusnya lebih mendorong masyarakat untuk lebih giat dalam menginfaqkan dan mensedekahkan sebagian hartanya di Masjid agar dapat dipergunakan untuk perkembangan Masjid dan agama Islam, serta agar dapat dikembangkan untuk kemaslahatan, terutama masyarakat sekitar Masjid. Pemerintah juga seharusnya bekerjasama dengan para ekonom Islam dan para Ulama

43 untuk menemukan cara ataupun produk-produk yang sesuai dalam mengembangkan harta Masjid agar para nazir Masjid lebih baik dalam mengembangkan harta Masjid, karna harta Masjid adalah harta seluruh orang Islam. 2. Pemerintah seharusnya bekerjasama dengan para Ulama dan para ekonom Islam untuk membentuk sebuah badan yang mengurus harta dan keuangan Masjid di Kota Medan, serta menciptakan produk-produk ekonomi yang sesuai dengan ekonomi Islam agar harta Masjid dapat dikelola dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat menyatukan keuangan Masjid. Selanjutnya harta Masjid ini dapat dipergunakan untuk kepentingan umat Islam, baik itu secara ekonomis dan secara sosial. 3. Seharusnya Pemerintah dan masyarakat mampu mengelola Masjid terutama untuk hal yang bisa mendatangkan keuntungan kepada Masjid dan masyarakat, dengan cara mengembangkan suatu usaha berbasis syariah yang produktif, apabila berhasil maka akan didapati Masjid yang mandiri, yang mampu membantu mensejahterakan masyarakat.

SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI MASJID DI KOTA MEDAN OLEH: MHD TAGOR SALEH HRP

SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI MASJID DI KOTA MEDAN OLEH: MHD TAGOR SALEH HRP SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI MASJID DI KOTA MEDAN OLEH: MHD TAGOR SALEH HRP 090501120 DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian manusia diatur dalam prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wakaf berasal dari kata waqfa yang mempunyai arti menahan, berhenti, diam di tempat atau tetap berdiri. Pengertian menahan atau berhenti atau diam ditempat dalam pengertian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 68 `BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Medan. Zaman dahulu kota Medan dikenal dengan Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih 4 ha. Beberapa sungai melintasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sekilas tentang Sepanjang 1. Letak Geografis Sepanjang adalah nama suatu daerah yang terletak di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sepanjang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity yang tergolong paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Dalam konsep aerocity, bandara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GEOGRAFI 1. Letak Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, sekaligus sebagai pusat perdagangan dan jasa terbesar di propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketinggian 13 meter di atas permukaan tanah. Luas wilayah Kecamatan. Panceng adalah 6.259,10 ha yang terdiri dari:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketinggian 13 meter di atas permukaan tanah. Luas wilayah Kecamatan. Panceng adalah 6.259,10 ha yang terdiri dari: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Kecamatan Panceng merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Gresik. Keadaan alam Kecamatan Panceng berada

Lebih terperinci

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II PASAR AIR TIRIS

BAB II PASAR AIR TIRIS BAB II PASAR AIR TIRIS A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Air Tiris Air Tiris merupakan ibu kota dari Kecamatan Kampar, Kecamatan Kampar merupakan satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN A. Letak Geografis Desa Parakan Desa Parakan adalah desa yang terletak di Kabupaten Trengagalek Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 2 57-3

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Nusa Tenggara Barat 1. Kondisi Geografis Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang berada dalam gugusan Sunda Kecil dan termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim 69 BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim Dengan berdirinya komplek Perumahan Villa Citra Bandar Lampung, terbentuklah PKK

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA YANG MENONJOL DI POLRESTA MEDAN. Polresta Medan memiliki wilayah tugas di Kota Medan dan sebagian

BAB II TINDAK PIDANA YANG MENONJOL DI POLRESTA MEDAN. Polresta Medan memiliki wilayah tugas di Kota Medan dan sebagian BAB II TINDAK PIDANA YANG MENONJOL DI POLRESTA MEDAN Situasi Wilayah Tugas Polresta Medan Polresta Medan memiliki wilayah tugas di Kota Medan dan sebagian kecil wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1 Deskripsi Kecamatan Medan Helvetia II. 1. 1 Keadaan Geografis Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslim dihadapkan pada sutu pilihan, yaitu penyimpanan dananya di bank

BAB I PENDAHULUAN. muslim dihadapkan pada sutu pilihan, yaitu penyimpanan dananya di bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peranan perbankan dalam perekonomian rakyat saat ini sangat penting untuk memudahkan dan melancarkan berbagai sektor ekonomi di Indonesia. Selain turut serta dalam usaha

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 7. Jabatan : Kabag/Kasubag Keuangan Non Kabag/Kasubag Keuangan

DAFTAR PERTANYAAN. 7. Jabatan : Kabag/Kasubag Keuangan Non Kabag/Kasubag Keuangan Lampiran 1 Kuesioner Penelitian dan Daftar Responden DAFTAR PERTANYAAN A. Demografi Responden 1. Nama Instansi : 2. Nama Responden : 3. Jenis Kelamin : Pria Wanita 4. Usia : 25-30 Tahun : 31 40 Tahun Jen

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan 228 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan 1. Bunga Bank Konvensional pada zaman sekarang adalah halal, tidak termasuk kategori Riba/haram seperti yang dimaksud dalam Alquran, dengan pertimbangan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Masalah Telah menjadi sunnatullah bahwa manusia harus bermasyarakat, tolong menolong, atau saling membantu antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara-

BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT DESA GEDANGAN. Arteri Sekunder (jalan provinsi) yang cukup startegis membujur arah Utara- BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI MASYARAKAT A. Tapak Kilas Desa Gedangan DESA GEDANGAN Desa Gedangan adalah desa yang terletak di Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Secara geografis Desa Gedangan berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kota Medan Kotamadya Medan adalah salah satu ibukota provinsi yang terbesar penduduknya di Indonesia. Letak Kota Medan berada di bagian timur Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT. Yaitu mengenai pencatatan dalam transaksi jual-beli dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT. Yaitu mengenai pencatatan dalam transaksi jual-beli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan risalah yang diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Berbagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kantor kelurahan Air Tiris didirikan pada tahun 1974,sistem

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kantor kelurahan Air Tiris didirikan pada tahun 1974,sistem BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Di Kelurahan Air Tiris Kantor kelurahan Air Tiris didirikan pada tahun 1974,sistem pemerintahan dikelurahan Air Tiris pada awalnya berbentuk desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 7 telah disebutkan bahwa harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn Abbas r.a dalam Laroche

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang bisa memberikan rahmat kepada manusia di dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang hakiki.

Lebih terperinci

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) Ilham Maulana Saud Dlingo, 28 Agustus 2016 DASAR HUKUM PENGELOLAAN ZAKAT Dasar Hukum 1.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH Always Listening, Always Understanding 10 PENGENALAN SYARIAH Syariah Syariah = Undang-undang Islam Definisi : Jalan yang lurus Sumber : Al Quran (45:18) ~ kemudian

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Dalam bab ini akan diuraikan tentang profil Kota Medan, profil Bappeda Kota Medan, serta uraian isi dari Peraturan daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. 2.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Selayang

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. 2.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Selayang BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Selayang Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamtan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan memiliki

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan masyarakat, seringkali dijadikan indikator pertumbuhan perekonomian dalam negeri untuk tetap stabil, bahkan meningkat. Beberapa sektor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi terasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi terasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan ekonomi terasa semakin meningkat dan komplek, bentuk-bentuk surat berharga juga turut mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sekilas Tentang Kecamatan Rowosari 1. Letak Geografis Kecamatan Rowosari Kecamatan Rowosari merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jalur utama Pantai

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kota Tarutung yang merupakan ibu kota kabupaten Tapanuli Utara. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

II. ANALISIS MASALAH

II. ANALISIS MASALAH 6 II. ANALISIS MASALAH A. Prinsip Analisis 1. Tujuan Tujuan analisis adalah : 1. Mengidentifikasi kebutuhan dasar bagi usaha mikro 2. Mengidentifikasi dan menganalisis seberapa besar pengaruh LKMS BMT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang 1. Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang sekarang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

Lampiran.1 Kuesioner Universitas Sumatera Utara

Lampiran.1 Kuesioner Universitas Sumatera Utara Lampiran.1 Kuesioner NO Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan 1 Pria 50-59 Tahun SMU DLL Rp 1,1-3 Juta 2 Pria 50-59 Tahun D3 BUMN Rp 3,1-5 Juta 3 Wanita 20-29 Tahun D3 PNS Rp 1,1-3 Juta 4

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci