BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran analisa bakteri Escherichia coli dan kandungan zat pewarna Rhodamin B pada jajanan di kantin dan luar sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada penjual makanan jajanan yang berada di kantin dan diluar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang memiliki beberapa Sekolah Dasar yang berada di lokasi yang berbeda-beda. 2. Murid Sekolah Dasar (SD) biasanya membeli jajan di kantin dari penjual makanan jajanan yang ada di luar pagar/sekitar sekolah. 3. Jenis makanan jajanan yang dijajakan cukup bervariasi 4. Penjual makanan jajanan menjajakan dagangannya di pinggir jalan hanya dilapisi terpal atau tikar dan didalam kantin sekolah dasar Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari

2 Objek Penelitian Sampel penelitian ini adalah makanan jajanan yang di jajakan di kantin dan diluar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Sampel diambil dari 20 orang penjual makanan jajanan yang menjajakan jajanannya di sekitar sekolah tersebut. 10 jenis sampel makanan dan minuman untuk pemeriksaan Escherichia coli yaitu 1 sampel es jagung, 1 sampel es tebu, 4 sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa, 1 sampel tahu bakar, 1 sampel bakso kojek, 1 sampel bakso bakar, 1 sampel es campur. 10 jenis sampel makanan dan minuman untuk pemeriksaan Rhodamin B yaitu 4 sampel saos yang digunakan pada makanan, 1 sampel somboi berwarna merah, 3 sampel kerupuk olahan berwarna merah, dan 2 sampel es berwarna merah. Objek yang terkait dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Katolik, Jalan Binjai Km 14,5 Diski Sunggal a. Sampel es jagung 1 dan Sampel tahu bakar 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel kerupuk olahan berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B. 2. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Negeri NO Sei Mencirim

3 45 a. Sampel es tebu 1 dan Sampel bakso kojek 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel kerupuk olahan berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B. 3. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar SWASTA VALENTINE DISKI a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa 1 dan Sampel es campur 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel es berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B. 4. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar SWASTA TAMAN SISWA a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa 1 dan Sampel bakso bakar 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel somboi berwarna merah 1 dan Sampel kerupuk olahan berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B. 5. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Negeri NO Sei Mencirim Diski a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa 2 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel saos berwarna merah 1 dan Sampel es berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B. Sehingga jumlah sampel yang terkumpul adalah 20 sampel. 10 untuk pemeriksaan keberadaan Escherichia coli dan 10 sampel untuk pemeriksaan

4 46 keberadaan Rhodamin B. Untuk minuman terdapat 7 sampel dan untuk makanan terdapat 13 sampel. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil observasi langsung ke lokasi dengan menggunakan lembar observasi terhadap penjual makanan jajanan dan melakukan wawancara langsung kepada penjual makanan jajanan serta diperoleh data dari hasil pemeriksaan sampel makanan jajanan di laboratorium. 3.5 Pelaksanaan Penelitian Bahan dan Peralatan 1. Pemeriksaan Escherichia coli A. Bahan 1) Sampel makanan jajanan 2) Alkohol 3) Brilliant Green Lactose Bile borth (BGLB) 4) Endo agar 5) Fuction 6) Gentian violet 7) Lactose Brith (LB) 8) Gentian Violet 9) Lugol 1% B. Peralatan 1) Autoclave 2) Inkubator: 37 C dan 44 C

5 47 3) Kapas alkohol 4) Kawat ose 5) Labu Enlenmeyer 6) Lampu spritus 7) Petri dish 8) Pipet streril 9) Rak tabung reaksi 10) Spidol 11) Tabung durham 12) Tabung reaksi 13) Thermometer 14) Timbangan 2. Pemeriksaan Rhodamin B A. Bahan 1) Sampel makanan jajanan 2) Asam asetat 10% 3) NH4OH 10% 4) Eluen: -5 ml NH4OH (pekat) - 2 g Tri-Natrium Citrat - 95 ml aquadest B. Peralatan 1) Beker glass

6 48 2) Chamber 3) Pemanas listrik 4) Pipet mikro Cara Pengambilan Sampel 1. Persiapkan alat tulis untuk membuat tanda atau menulis nama jenis sampel pada makanan jajanan yang akan di pesan. 2. Pesanlah makanan jajanan. 3. Sampel yang sudah dipesan dan sudah terbungkus tidak perlu di indahkan ke wadah lain lagi. 4. Sampel harus secepatnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pengiriman sampel dilakukan paling lama 3 jam setelah pemesanan sampel makanan jajanan Cara Pelaksanaan Pemeriksaan A. Pemeriksaan Escherichia coli Pemeriksaan MPN (Most Probable Number) (Depkes RI, 1991). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakn metode tabung ganda yaitu: (5 x 10 ml); (1 x 1 ml); (1 x 0,1 ml). Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari test Pendahuluan (Presumtive Test) dan test penegasan (Comfirmative Test). 1. Test Pendahuluan (Presumtive Test) Media yang biasa digunkana adalah lactose Broth. Cara pemeriksaan:

7 49 1) Siapkan 10 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lactose Broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-masing tabung diberi tanda: a. Nomor Urut b. Tanggal Pemeriksaan c. Volume 2) Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan yaitu sampel makanan jajanan lalu masukkan ke dalam: a. Tabung 1 s.d 5 masing-masing sebanyak 10 ml b. Tabung ke-6 sebanyak 1 ml c. Tabung ke-7 s.d 10 sebanyak 0,1 ml 3) Masing-masin tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen dan media bercampur. 4) Inkubasi pada suhu 37 C selama jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian lactose (pembentukan gas). Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan test (+)/positif, dan dilanjutkan dengan test penegasan. Bila hasil test negatif coliform negative dan tidak perlu dilakukan test penegasan. 2. Test penegasan Media yang digunakan: Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test pendahuluan. Cara pemeriksaan:

8 50 1) Dari tiap-tiap presumptive yang positif, dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%. Dari masing-masing tabung confirmative diinokubasikan ke dalam 2 2) tabung BGLB 2%. 3) Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu C selama jam untuk memastikan adanya coliform dan satu seri yang lain diinkubasikan pada suhu 44 C selama jam untuk memastikan adanya coliform tinja. 4) Pembacaan dilakukan setelah jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas. Test penegasan ini merupakan test yang minimal harus dikerjakan untuk pemeriksaan bakteriologi makanan dan minuman. 3. Pembacaan hasil test penegasan Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung yang diinkubasikan pada suhu 44 C, angka yang diperoleh dicocokan dengan table MPN, maka akan diperoleh indeks MPN Escherichia coli untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 44 C. B. Pemeriksaan Rhodamin B Cara pelaksanaan pemeriksaan Rhodamin B adalah: gr sampel masukkan ke dalam caran porselin 2. Tambah 10 ml asam asetat 10% dan 3 4 benang wool putih bebas lemak atau bulu domba bebas lemak.

9 51 3. Didihkan selama 10 menit. 4. Benang wool bulu domba di ambil, dicuci dengan aquadest 5. Masukkan ke dalam caran porselin yang bersih + 25 NH4OH 10% didihkan 10 menit 6. Zat warna larut masukkan ke dalam larutan basa 7. Benang wool/bulu domba dibuang 8. Larutan berwarna diuapkan di atas penangas air sampai kering 3.6 Defenisi Operasional 1. Kandungan Escherichia coli dalam makanan jajanan adalah banyaknya Escherichia Coli yang ditemukan pada makanan jajanan dari hasil pemeriksaan laboratorium yang merupakan indikator pencemaran, sesuai Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011. Memenuhi syarat apabila 0 dari 100 ml sampel (Negatif), tidak memenuhi syarat apabila >0 dalam 100 nl sampel (positif) 2. Kandungan Rhodamin B dalam makanan jajanan adalah banyaknya Rhodamin B yang ditemukan pada makanan jajanan dari hasil pemeriksaan laboratorium yang merupakan indikator pencemaran, sesuai Permenkes RI No.239/MENKES/PER/V/1985. Memenuhi syarat apabila hasil pemeriksaan laboratorium tidak ada ditemukan Rhodamin B dan tidak memenuhi syarat apabila hasil pemeriksaan laboratorium ada ditemukan Rhodamin B. 3. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap

10 52 santap untuk dijual di kantin dan luar sekolah di sekolah dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. 4. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapan makanan jajanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan dengan menerapkan enam prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman. 3.7 Aspek Pengukuran 1. Escherichia coli a. Ada, jika terdapat Bakteri Escherichia coli pada sampel makanan jajanan dan berdasarkan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 maka makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. b. Tidak ada, jika jumlah Bakteri Escherichia coli pada sampel makanan jajanan adalah 0 (nol) dan berdasarkan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 maka makanan jajanan tersebut memenuhi syarat kesehatan. 2. Rhodamin a. Ada, jika sampel makanan jajanan mengandung Rhodamin B dan berdasarkan Permenkes RI No. 239/MENKES/PER/V/1985 maka makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. b. Tidak ada, jika sampel makanan jajanan tidak mengandung Rhodamin B dan berdasarkan Permenkes RI No.

11 53 239/MENKES/PER/V/1985 maka makanan jajanan tersebut memenuhi syarat kesehatan. 3. Higiene sanitasi makanan jajanan Pengukuran variabel dilakukan dengan observasi langsung, kemudian dikategorikan berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut : a. Memenuhi syarat, jika sesuai dengan Kepmenkes RI No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi Makanan jajanan. b. Tidak memenuhi syarat, jika tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi Makanan jajanan. 3.8 Analisa Data Data telah diperoleh dari hasil observasi akan diolah dan dianalisa secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dan mengacu pada Kemenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003. Data dari hasil pemeriksaan Escherichia coli di Laboratorium akan diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 dan data hasil pemeriksaan Rhodamin B akan diolah lalu disajikan dalam bentuk tabel dengan mengacu kepada Permenkes RI No. 239/MENKES/PER/V/1985.

12 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Deli Serdang terletak diantara Lintang Utara serta pada Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km² (249,772 Ha) atau merupakan 3,34% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan), dengan jumlah penduduk jiwa. Penduduk Deli Serdang terdiri dari Suku Melayu 49,5%, Suku Batak Karo 35,5%, Suku Batak Toba 13%, Minang 1%, Tionghoa 1% Sedangkan Agama yang dianut oleh masyarakat Deli Serdang adalah Islam 66,6%, Kristen Protestan Dan Katolik 33,2%, Buddha 0,06%, Hindu 0,05%. Adapun batas-batas Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Langkat Dan Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kabupaten Karo Dan Kab Simalungun - Sebelah Barat : Kabupaten Langkat Dan Kabupaten Karo - Sebelah Timur : Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Sunggal adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kecamatan ini mempunayi penduduk sebesar jiwa. Luasnya adalah 15,44 km² dan kepadatan penduduknya adalah jiwa/km². 54

13 55 Sebagian besar penduduk ini adalah sukun pendatang seperti Tionghoa, Minang, Batak, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 40% saja. Kecamatan sunggal memiliki beberapa sarana Kesehatan yaitu 4 Rumah Sakit, 2 Puskesmas, 18 Balai Pengobatan Umum, Sarana Keagamaan yaitu 67 mesjid, 24 Gereja, 18 Keleteng, 11 Langgar, Sarana Olahraga yaitu : 5 Lapangan Sepakbola, 12 Bola Volly, 17 Bulutangkis, 2 Futsal. Kecamatan sunggal memiliki 84 ( delapan puluh empat ) Sekolah. 44 gedung Sekolah Dasar, 20 Gedung Sekolah Menengah Pertama, 25 gedung Sekolah Menengah Atas yang didalamnya terdapat penjual makanan jajanan. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Penjual Makanan Jajanan yang Berada Di Kantin dan Luar Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang di 5 sekolah dasar yang berbeda-beda. Adapun 5 (lima) sekolah dasar yang ada di kecamatan sunggal kabupaten deli serdang yaitu : 1. Sekolah Dasar Katolik, Jl.Binjai Diski Sunggal 2. Sekolah Dasar Negeri No Sei Mencirim 3. Sekolah Dasar Swasta Valentine Diski 4. Sekolah Dasar Taman Siswa Sunggal 5. Sekolah Dasar Negeri No Sei Mencirim

14 Hasil Penelitian Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli Pemeriksaan sampel makanan jajanan Di Laboratorium Mikrobiologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan. Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Medan. Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Makanan Jajanan di Kantin Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 No Sampel Jenis Makanan MPN/100 ml Keterangan Escherichia coli 1 Tahu bakar <1,8 Memenuhi syarat 2 bakso kojek <1,8 Memenuhi syarat 3 Es rasa 2 <1,1 Memenuhi syarat 4 Es rasa 3 <1,1 Memenuhi syarat Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa semua sampel (100%) makanan jajanan yang dijajakan di kantin Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang memenuhi syarat kesehatan dan tidak tercemar Bakteri Escherichia coli.

15 57 Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Makanan Jajanan di luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 No Sampel Jenis Makanan MPN/100 ml Keterangan Escherichia coli 1 Es jagung 41 Tidak memenuhi syarat 2 Es tebu <1,1 Memenuhi syarat 3 Es rasa 1 <1,1 Memenuhi syarat 4 Es campur 15 Tidak memenuhi syarat 5 Bakso bakar <1,8 Memenuhi syarat 6 Es rasa 4 <1,1 Memenuhi syarat Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa 2 dari 6 sampel makanan jajanan yang dijajakan di kantin Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan tercemar Bakteri Escherichia coli. Terdapat 4 sampel makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan dan tidak tercemar Bakteri Escherichia Coli Hasil Pemeriksaan Rhodamin B Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia / Kimia Bahan Makanan (KBM). Dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini :

16 58 Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan di Kantin Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 NoSampel JenisMakanan Rhodamin B Keterangan 1 Kerupuk berwarna merah 1 Positif Tidak Memenuhi Syarat 2 Kerupuk berwarna merah 2 Positif Tidak Memenuhi Syarat 3 Kerupuk berwarna merah 3 Positif Tidak Memenuhi Syarat 4 Saos 4 Negatif Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa 3 dari 4 sampel makanan jajanan (75%) yang dijajakan di sekitar Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan mengandung zat pewarna Rhodamin B, sesuai dengan Permenkes RI No. 293/Menkes/Per/V/1985 tentang Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan. Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan di Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 No Sampel JenisMakanan Rhodamin B Keterangan 1 Saos 1 Negatif Memenuhi Syarat 2 Saos 2 Positif Tidak Memenuhi Syarat 3 Saos 3 Positif Tidak Memenuhi Syarat 4 Es Aneka rasa warna merah 1 Negatif Memenuhi Syarat 5 Somboi Positif Tidak Memenuhi Syarat 6 Es Aneka rasa warna merah 2 Negatif,Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa 3 dari 6 sampel makanan jajanan (50%) yang dijajakan di Luar Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

17 59 Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan mengandung zat pewarna Rhodamin B, sesuai dengan Permenkes RI No. 293/Menkes/Per/V/1985 tentang Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan Karakteristik Penjual Makanan Jajanan Karakteristik penjual makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.5 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,Pendidikan Terakhir, Lama Berjualan dalam sehari (Jam), Masa Berjualan (Tahun) di Beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2017 No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki 8 40% perempuan 12 60% Total % 2. Umur (Tahun) % % % % Total % 3. Pendidikan Terakhir Tidak Tamat SD Tamat SD 1 5% Tamat SMP 5 25% Tamat SMA 14 70% Total % 4. Lama Berjualan 2 4 jam 1 5% ( Jam ) 5 7 jam 8 40% 8 10 jam 11 45% Total % 5. Masa Berjualan 1 5 tahun 8 40% 6 10 tahun 6 30% tahun 4 20% tahun 2 10% Total %

18 60 Berdasarkan Tabel 45 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik penjual makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut, jenis kelamin adalah perempuan 12 orang (60%) sedangkan penjual makanan jajanan laki-laki berjumlah 8 orang (40%).Golongan umur tahun berjumlah 6 orang (30%), golongan umur tahun berjumlah 9 orang (45%), golongan umur tahun berjumlah 1 orang (5%), golongan umur tahun berjumlah 4 orang. Pendidikan terakhir adalah tamat SMA yaitu 14 orang (70%) lalu diikuti dengan jumlah penjual makanan jajanan yang tamat SMP yaitu 5 orang (25%) dan tamat SD yaitu 1 orang (5). Lama berjualan yang paling lama adalah 8 10 jam dalam sehari yaitu 11 orang (55%) lalu diikuti dengan penjual yang berjualan selama 5 7 jam dalam sehari yaitu 8 orang (40%) sedangkan lama penjual makanan jajanan yang 2 4 jam dalam sehari hanya 1 orang (5%). Masa berjualan yang paling banyak adalah 1 5 tahun yaitu 8 orang (40%), masa berjualan penjual makanan jajanan 6 10 tahun yaitu 6 orang (30%), lalu diikuti dengan masa berjualan penjual makanan jajanan tahun yaitu 4 orang (20%), dan masa berjualan penjual makanan jajanan yang paling sedikit adalah tahun yaitu 2 orang (10%) Prinsip-Prinsip Sanitasi Dalam Pengelolaan Makanan Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada para pedagang makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang,

19 61 diketahui bahwa keenam prinsip higiena sanitasi pengolahan makanan yang dilakukan oleh para pedagang di beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat secara rinci yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. 1. Pemilihan Bahan Makanan Bahan makanan yang dipergunakan oleh semua pedagang berasal dari pasar tradisional. Pemilihan bahan makanan yang dilakukan oleh para pedagang makanan jajanan di sekolah dasar berdasarkan hasil wawancara secara rinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori Ya % Tidak % 1. Bahan makanan merupakan bahan pilihan Mengutamakan kualitas dalam memilih bahan makanan Mencuci bahan makanan sebelum diproses ke tahap selanjutnya Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 19 orang (95%) yang menggunakan bahan makanan pilihan sedangkan satu orang tidak menggunakan bahan makanan pilihan. Responden yang mengutamakan kualitas dalam memilih bahan makanan 16 orang (80%), sedangkan 4 orang (20%) yang tidak mengutamakan kualitas dalam memilih bahan makanan. Namun dalam mencuci bahan makanan sebelum di proses ke tahap selanjutnya yaitu 12 orang (60%) yang melakukannya, sedangkan 8 orang (40%) yang tidak selalu mencuci bahan makanan sebelum diproses.

20 62 2. Penyimpanan Bahan Makanan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dalam penyimpanan bahan makanan pada 20 ( dua puluh ) orang pedagang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut ini : Tabel 4.7 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori Ya % Tidak % 1. Memilih bahan khusus dalam menyimpan bahan makanan 2. Bahan makanan yang dibeli langsung dipakai Membersihkan tempat penyimpanan makanan Berdasarkan tabel 4.7, dalam penyimpanan bahan makanan bervarias. Yang memiliki tempat khusus dalam penyimpanan bahan makanan ada 14 orang (70%) dan 6 orang yang tidak memilih khusus dalam menyimpan. Tempat bahan makanan yang mentah berupa baskom plastik, toples, keranjang plastik, tupperware, dan plastik. Bahan makanan yang dibeli yang langsung dipakai ada 16 orang (80%). Untuk orang yang tidak semua memakai langsung bahan makanan biasanya mereka menyimpan bahan utamanya di toples,tupperware,plastik. Sedangkan untuk penjual yang memakai langsung semua bahan makanan tidak memerlukan tempat khusus untuk menyimpan bahan makanan. Membersihkan tempat penyimpanan makanan ada 10 orang (50%) yang membersihkan tempat penyimpanan makanan setiap hari, sedangkan 10 orang (50%) lainnya tidak membersihkan tempat penyimpanan makanan setiap hari.

21 63 3. Pengolahan Makanan Pengolahan makanan merupakan proses utama dalam pengolahan makanan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan diperoleh bahwa : Tabel 4.8 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pengolahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori 1. Mencuci tangan dengan air bersih atau sabun sebelum mengolah makanan 2. Mengunakan alat ketika menjamah makanan 3. Tidak menangani makanan saat menderita pilek, batuk dan diare 4. Tidak merokok saat menangani makanan 5. Menjaga kebersihan tangan, kuku, rambut dan pakaian setiap kali hendak menangani makanan 6. Menggunakan celemek saat menangani makanan 7. Menggunakan tempat pengolahan makanan yang kedap air atau mudah dibersihkan 8. Pencahayaan tempat pengolahan makanan tersedia dengan cukup 9. Menggunakan air bersih dalam tahap pengolahan makanan 10. Tempat makanan bebas dari serangga 11. Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan 12. Peralatan masak bebas dari pencemaran 13. Peralatan masak dicuci sebelum dan sesudah digunakan dalam tahap pengolahan 14. Peralatan yang digunakan anti karat dan mudah dibersihkan Ya % Tidak % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dalam proses pengolahan makanan hasil yang diperoleh bervariasi. Dari 20 penjual makanan jajanan, seluruhnya Menggunakan air bersih dalam tahap pengolahan makanan, Peralatan masak

22 64 bebas dari pencemaran, Peralatan masak dicuci sebelum dan sesudah digunakan dalam tahap pengolahan makanan. Peralatan yang digunakan seperti sendok goreng terbuat dari bahan staenless steel atau kayu sedangkan untuk sendok mengaduk terbuat dari staenless steelatau plastik. Wadah yang digunakan untuk tempat pengolahan makanan jajanan umumnya menggunakan baskom plastik dan baskom staenless steel. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa penjual makanan jajanan sudah mau menjaga kebersihan dari tempat pengolahan dan peralatan makanan yang digunakan walaupun merek sadar atau tidak sadar bahwa hal itu penting untuk mencegah agar makanan bebas dari pencemaran. Peralatan yang digunakan kebanyakan terbuat dari plastik dan aluminium. Dalam mencuci tangan dengan air bersih atau sabun sebelum mengolah makanan ada 9 orang (45%) yang mencuci tangan dengan air yang bersih atau menggunakan sabun sebelum mengolah makanan dan 11 orang (55%) yang tidak mencuci tangan dengan air yang bersih atau menggunakan sabun sebelum mengolah makanan. Ada 19 orang (95%) penjual makanan jajanan yang menggunakan alat ketika menjamah makanan dan 1 orang tidak mengunakan alat ketika menjamah makanan. Dalam tidak menangani makanan saat menderita pilek, batuk dan diare terdapat 18 orang penjual (90%) sedangkan ada 14 orang (70%) yang tidak merokok saat menangani makanan dan 6 orang yang merokok saat menangani makanan. Penjual makanan jajanan laki-laki yang merokok saat menangani

23 65 makanan. Menjaga kebersihan tangan, kuku, rambut dan pakaian setiap kali hendak menangani makanan ada 18 orang (90%). Dalam menggunakan celemek saat menangani makanan dan menggunakan tempat pengolahan makanan yang kedap air atau mudah dibersihkan ada 7 orang dan 13 orang (65%) yang tidak menggunakan celemek saat menanganu makanan. Pencahayaan tempat pengolahan makanan tersedia dengan cukup ada 8 orang. Pencahayaan yang digunakan merupakan lampu neon dengan besarnya pencahayaan disesuaikan dengan pencahayaan untuk belajar. Tempat makanan bebas dari serangga ada 5 orang (25%) yang tempat makanannya bebas dari serangga dan 15 orang yang tidak bebas dari serangga. Serangga disini adalah lalat dan kecoa yang cukup banyak berkeliaran. Dalam tersedianya tempat mencuci tangan dan peralatan ada 18 orang (90%), sedangkan dalam kegiatan peralatan yang digunakan anti karat dan mudah dibersihkan ada 13 orang (65%) yang peralatannya anti karat dan mudah dibersihkan dan 7 orang tidak anti karat dan mudah dibersihkan. 4. Penyimpanan Makanan Yang Sudah Masak Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada penjual makanan jajanan tentang cara penyimpanan makanan dan ada arau tidaknya tempat penyimanan makanan, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.9 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyimpanan Makanan Makanan Masak di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

24 66 Kriteria Penilaian Kategori Ya % Tidak % 1. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan yang sudah masak 2. Tempat penyimpanan ditutup dengan baik dan bebas dari serangga 3. Tempat penyimpanan selalu dibersihkan Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hampir semua penjual makanan jajanan memenuhi syarat dalam kegiatan penyimpanan makanan yang sudah masak. Dalam kegiatan tersedianya tempat khusus' untuk menyimpan makanan yang sudah masak ada 19 orang (95%). Tempat penyimpanan ditutup dengan baik dan bebas dari serangga ada 10 orang penjual makanan. Sedangkan untuk tempat penyimpanan selalu dibersihkan ada 14 orang (70%). Makanan yang sudah masak didinginkan terlebih dahulu didalam baskom sebelum dimasukkan ke dalam kemasan. Penjual makanan jajanan yang memiliki tempat penyimpanan makanan sementara yang tidak tertutup terus membiarkan makanannya terbuka setelah didinginkan sehingga tidak kecil kemungkinan dapat tercemar oleh debu-debu yang beterbangan atau serangga. 5.Pengangkutan Makanan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui pengangkutan makanan oleh penjual makanan jajanan dari rumah hingga tempat penjualan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

25 67 Tabel 4.10 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pengangkutan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori Ya % Tidak % 1. Makanan yang diangkut ditempatkan dalam wadah yang bersih 2. Makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup 3. Wadah makanan yang diangkut terpisah dengan wadah yang bahan mentah Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat penjual yang makanan yang diangkut ditempatkan dalam wadah yang bersih ada 14 orang (70%) Dalam kegiatan makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup ada 10 orang (50%) yang makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup. Sedangkan untuk kegiatan wadah makanan yang diangkut terpisah dengan wadah terpisah dengan wadah mentah ada 14 orang penjual (70%). Penjual makanan jajanan yang berjualan diluar sekolah dasar melakukan pengangkutan menggunakan kendaraan seperti becak, gerobak, sepeda motor. Makanan yang diangkut dimasukkan dalam kantong lastik besar atau wadah besar yang dalam keadaan tertutup. 6. Penyajian Makanan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa penyajian makanan dapat dilihat sebagai berikut :

26 68 Tabel 4.11 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyajian Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori 1. Makanan dikemas dalam plastik yang bersih 2. Menggunakan sarung tangan saat mengemas makanan kedalam kemasan plastik 3. Menggunakan alat seperti sendok saat memasukkan makanan kedalam kemasan 4. Makanan yang akan dijual dalam kondisi yang baik 5. Makanan yang disajikan dapat bertahan lebih dari 2 minggu Ya % Tidak % Berdasarkan table 4.11 yang menggunakan sarung tangan saat mengemas makanan kedalam kemasan plastik hanya 1 orang (5%) yang menggunakan sarung tangan saat mengemas makanan kedalam kemasan plastik. Dalam kegiatan menggunakan alat seperti sendok saat memasukkan makanan kedalam kemasan ada 11 orang (55%) yang menggunakan alat dan 9 orang tidak menggunakan alat seperti sendok saat memasukkan makanan kedalam kemasan. Makanan yang disajikan dapat bertahan lebih dari 2 minggu ada 14 orang (70%) dam 6 orang tidak untuk makanan yang disajikan dapat bertahan lebih dri 2 minggu. Kegiatan Makanan dikemas dalam plastik yang bersih dan Makanan yang akan dijual dalam kondisi yang baik semua penjual makanan jajanan. Kebanyakan pedagang hanya menggunakan sendok saat memasukkan makanan ke dalam kemasan plastik, besar kemungkinan makanan tercemar melalui tangan penjamah terutama tangan tidak selalu dibersihkan atau dicuci dengan air bersih.

27 Rekapitulasi Prinsip Prinsip Higiene Sanitasi Tabel 4.12 Distribusi Rekapitulasi Hygiene Sanitasi Penjual MakananJajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 No Prinsip Hygiene Memenuhi % Tidak Memenuhi % Sanitasi Penjual 1 Pemilihan bahan makanan Penyimpanan bahan makanan Pengolahan makanan Penyimpanan makanan Pengangkutan makanan Penyajian makanan Berdasarkan tabel 4.12 pemilihan bahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan ada 10 penjual (50%) dan 10 penjual yang tidak memenuhi syarat kesehatan, terdapat 3 (15%) penjual yang penyimpanan bahan makanan yang baik dan 17 (85%) yang tidak memenuhi syarat, penjual yang mengolah makanan yang memenuhi syarat kesehatan ada 5 (25%) dan yang tidak memenuhi syarat ada 15 (75%), terdapat 10 (50%) yang menyimpan makanan yang sudah masak pada tempat yang memenuhi syarat kesehatan, pengangkutan makanan yang memenuhi syarat terdapat 10 (50%) dan 50% lagi tidak memenuhi syarat, dalam penyimpanan terdapat 6 (30%) yang memenuhi syarat kesehatan dan 14 (70%) yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

28 Rekapitulasi Higiene Sanitasi penjual makanan jajanan Tabel 4.13 Distribusi Rekapitulasi Hygiene Sanitasi Penjual Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 No Penjual makanan Pemilihan bahan makanan Penyimpanan bahan makanan Pengolahan makanan Penyimpanan makanan masak Pengangkutan makanan Penyimpanan makanan MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS 1 Penjual 1 2 Penjual 2 3 Penjual 3 4 Penjual 4 5 Penjual 5 6 Penjual 6 7 Penjual 7 8 Penjual 8 9 Penjual 9 10 Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual Penjual 20 Berdasarkan tabel 4.13 penjual 3,penjual 5, penjual 7, penjual 9, penjual 10, penjual 11, penjual 12, penjual 14, penjual 18 paling banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu penjual makanan jajanan es tebu, es aneka

29 71 rasa 1, es aneka rasa 2, es aneka rasa 3, es aneka rasa 4, es aneka rasa 5. Saos 1, kerupuk berwarna merah 1, kerupuk berwarna merah 2, kerupuk berwarna merah 3. Es tebu merupakan makanan jajanan yang mengandung Echerichia coli dan kerupuk berwarna merah tersebut mengandung Rhodamin B. 7. Fasilitas Sanitasi Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan terhadap fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh para pedagang, dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.14 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Fasilitas Sanitasi Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 Kriteria Penilaian Kategori 1. Menggunakan air PDAM dalam menggunakan air bersih 2. Memiliki tempat penampungan air yang tertutup 3. Memiliki tempat penampungan sampah 4. Memiliki tempat penampungan sampah yang tertutup 5. Memiliki tempat pembuangan sampah 6. Memiliki tempat pembuangan limbah yang tertutup Ya % Tidak % Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa seluruh penjual makanan jajanan menggunakan air PDAM dalam menggunakan air bersih dan Memiliki tempat penampungan air yang tertutup. terdapat 15 orang (75%) penjual makanan jajanan yang memiliki temat pembuangan sampah dan hanya 5 orang yang tidak memiliki tempat penampungan sampah.

30 72 Terdapat 19 orang (95%) yang memiliki tempat pembuangan sampah dan memiliki tempat pembuangan limbah yang tertutup dan hanya 1 orang yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah dan memiliki tempat pembuangan limbah yang tertutup. Kegiatan memiliki tempat penampungan sampah yang tertutup terdapat 10 orang (50%) yang memiliki tempat penampung sampah yang tertutup dan 10 orang penjual makanan jajanan yang tidak memiliki tempat penampungan sampah yang tertutup. Dari hasil observasi dalam memiliki fasilitas sanitasi makanan jajanan banyak penjual yang sudah memenuhi syarat, namun tidak memiliki penutupnya. Kebanyakan pedagang memiliki tempat penamungan sampah yang tidak memiliki penutup, tetapi mereka telah memisahkan sampah organik dan samah non organik.

31 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kandungan Bakteri Escherichia Coli pada Makanan Jajanan Makanan jajanan dikantin dan luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, 2 sampel makanan jajanan yaitu Es jagung, Es Campur yang mengandung Bakteri Escherichia coli berkisar antara 15 sampai 41 MPN/100 ml. Penjual es jagung memiliki kuku yang panjang dan tidak bersih dan tidak selalu membersihkan tempat penyimpanan box es batu, tempat plastik untuk es jagung, sehingga sedotan dan plastik untuk wadah es hanya di gantung atau diletak begitu saja padahal lokasi berjualan tepat di pinggir jalan dan tidak terhindar dari debu. Karena sekolah SD KATOLIK terletak di pinggir jalan. Hasil observasi yang sudah dilakukan, dapur atau tempat mengolah es jagung termasuk tidak bebas dari serangga, penjual es jagung juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menjamah es jagung. Berdasarkan hasil observasi, penjual tahu bakar tidak mengutamakan kualitas dalam memilih bahan makanan yang akan dipergunakan, biasa penjual ini tetap menggunakan bumbu untuk pengolahan yang sudah mulai membusuk, penjual tidak ada tempat makanan yang bebas dari serangga saat menggolah makanan, peralatan yang digunakan membakar tahu juga sudah berkarat dan 73

32 74 jarang dibersihkan, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan saat makanan dikemas dalam plastik. Penjual es tebu tidak selalu mencuci tebu yang akan digunakan sebelum diproses ke tahap berikutnya, tebu yang sudah dikupas kulitnya dibiarkan terpajang diatas gerobak yang tidak tertutup, tebu yang digunakan juga tiak langsung dipakai, biasanya penjual membeli tebu 1 ikat dan dalam satu hari hanya menghabiskan setengah ikat, sehingga tebu tersebut masih digunakan untuk dijual besok hari. Hasil observasi yang dilakukan saat mengolah es tebu, penjual tidak menggunakan celemek, banyak lalat yang beterbangan dan hinggap di tebu yang sudah dikupas tersebut, box es batu yang digunakan juga jarang dibersihkan, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menyajikan es tebu kedalam kemasan plastik atau gelas, penjual es tebu memiliki tempat sampah, tetapi tidak tertutup dan banyak lalat berterbangan dari sampah tebu ke tebu yang sudah dikupas. Penjual bakso kojek ini tidak memiliki tangan, kuku, dan pakaian yang bersih ketika berjualan, ia juga tidak mencuci tangan ketika sehabis merokok, peralatan yang digunakan ketika mengolah makanan juga semua tidak anti karat dan tidak mudah dibersihkan, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menyajikan bakso kojek. Lokasi berjualan yang terletak di pinggir jalan dan tidak memiliki tempat membuang sampah, menyebabkan makanan tersebut tidak terhindar dari debu.

33 75 Ada empat Penjual es aneka rasa tidak memiliki tangan, kuku, dan pakaian yang bersih, penjual juga menyimpan es aneka rasa cukup banyak sehingga semua tidak langsung dipakai saat itu juga, saat mengolah es aneka rasa penjual tidak selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Salah seorang Penjual es aneka rasa tetap berjualan meskipun penjual ini sedang batuk dan pilek, penjual juga tetap merokok ketika berjualan, penjual tidak pernah menggunakan celemek ketika menjamah es, berdasarkan hasil observasi penjual tidak mempunyai tempat pengolahan es aneka rasa yang kedap air dan mudah dibersihkan, box tempat es batu juga tidak pernah dibersihkan, dan box es batu tidak memiliki penutup, es batu yang beku dipecahkan dengan cara di pukulpukul ke dinding. Penjual juga tidak memiliki tempat penyimpanan yang ditutup dengan baik dan dapat melindungi es dari pencemaran, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika berjualan, penjual juga tidak memiliki tempat penampungan sampah, sampah es aneka rasa dimasukkan kedalam plastik yan digantung di meja. Penjual es campur ini dalam tahan penyimpanan bahan makanan tidak memiliki tempat khususuntuk menyimpanbahan makanan, penjual juga meletakkan tape untuk es campur diatas piring yang tidak tertutup sehingga banyak lalat yang hinggap, box tempat es batu juga jarang dibersihkan, untuk memecahkan es batu penjual menggunakan batu yang diletakkan sembarangan sehingga banyak debu yang nempel di batu tersebut, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menyajikan es campur kedalam wadah,

34 76 penjual menyediakan tempat sampah di samping gerobaknya tetapi tempat sampah tersebut tidak tertutup sehingga banyak lalat yang berterbangan. Berdasarkan hasil observasi saat mengolah makanan, penjual bakso bakar tidak pernah mencuci tangan dan menggunakan sabun, penjual juga tidak menyediakan tempat makanan yang bebas dari serangga, untuk peralatan yang digunakan saat mengolah juga jarang dibersihkan. Saat mengangkut bakso bakar juga tidak menggunakan wadah yang tertutup, tusuk bakso juga terletak begitu saja diatas lantai, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menyajikan makanan yang akan dikemas dalam kemasan plastik. Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat menyebabkan penyakit yang ringan dan berat bahkan berakibat kematian diantaranya diakibatkan oleh belum baiknya penerapan higiene makanan dan sanitasi lingkungan. Besarnya dampak terhadap kesehatan belum diketahui karena hanya sebagian kecil dari kasus-kasus yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang diselidiki. Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan di indonesia cukup besar ini terlihat dari masih tingginya penyakit infeksi seperti typus, kolera, disentri, dan sebagainya. (Hartono, 2006) Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia Coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air dan makanan karena keberadaan bakteri Escherichia Coli dalam sumber air dan makanan merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Escherichia Coli terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat menyebabkan gejala kholera, disenri,

35 77 gastroenteritis,diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya (Nurwanto, 2007) 5.2 Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan Berdasarkan Permenkes RI No.293/Menkes/Per/V/1985, Rhodamin B merupakan salah satu zat warna yang dilarang penggunaanya. Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker (Yuliarti, 2007). Hasil metabolisme pewarna tekstil mempunyai sifat karsinogenik dan telah terbukti bahwa pewarna Rhodamin B dapat menimbulkan kanker pada hewan percobaan (Baliwati dkk, 2010). Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker (Cahyadi, 2009). Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium terhadap kandungan zat pewarna Rhodamin B pada makanan jajanan di kantin dan luar sekolah, diperoleh bahwa 6 sampel positif mengandung Rhodamin B. Hal ini berarti bahwa makanan jajanan di kantin dan luar sekolah di sekolah dasar kecamatan sunggal kabupaten deli serdang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.293/MENKES/PER/VI/1985 tentang Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan, meskipun ada sampel yang tidak bermerek dan tidak terdaftar di Departemen Kesehatan RI. Kemungkinan ada zat pewarna bahaya apa saja, karena penelitian ini khusus pada zat pewarna berbahaya Rhodamin B saja. Penggunaan Rhodamin B ini dilarang karena termasuk bahan karsinogen (penyakit kanker) yang kuat. Uji toksisitas Rhodamin B yang dilakukan terhadap

36 78 mencit dan tikus telah membuktikan adanya efek karsinogenik tersebut. Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi didalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Pada umumnya, bahaya akibat Rhodamin B akan muncul jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahu pula bahwa Rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg BB, yang merupakan dosis Toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran cerna. 5.3 Observasi Prinsip-prinsip Higiene Sanitasi dalam Pengelolaan Makanan Jajanan Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada penjual makanan jajanan yang menjajakan dagangannya di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang mengenai Prinsip-prinsi Higiene Sanitasi Makanan jajanan, secara keseluruhan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003. Bahan makanan dalam pemilihan bahan makanan yang akan diolah terutama jenis daging, tepung, susu, telur, dan sayuran harus baik, segar tidak rusak, berubah bentuk, warna atau rasa. Dianjurkan membeli bahan makanan di tempat yang telah diawasi seperti rumah potong hewan, pasar swalayan, atau supplier bahan makanan yang telah berizin.

37 79 Para pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan dalam memilih bahan makanan yang berkualitas (mutu yang baik). Hal ini terlihat dari kondisi bahan makanan yang baik dari segi fisik, karena tidak terlihat bahan makanan yang rusak, bau ataupun keriput. Terdapat seorang penjual makanan yang tidak mengutamakan bahan makananya adalah bahan pilihan karena penjual sudah tua sehingga mendapatkan bahan makanan dari penjual yang lewat setiap hari dari depan rumah mengunakan gerobak dorong, namun dalam pencucian bahan makanan tidak semua pedaganag mencuci bahan makanan sebelum tahap pengolahan makanan. Pencucian bahan makanan sebaiknya menggunakan air bersih dan mengalir sehingga kotoran-kotoran yang berasal dari bahan makanan hanyut bersama air sisa pencucian. Depkes RI (2000) mengatakan bahwa salah satu pengendalian dalam jalur makanan adalah penerimaan bahan atau memilih bahan yang baik dan bersih dan membuang yang rusak dan kotor serta pencucian bahan dengan melarutkan kotoran yang mungkin masih ada, misalnya residu pastesida. Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan agar tidak cepat rusak. Untuk rempah-rempah dan bahan yang kering lebih baik disimpan ditempat yang kering dan dalam wadah yang telah dianjurkan kelembabannya agar tidak mudah tumbuh spora ( Tarigan marlia,2005). Terdapat 16 pedagang yang langsung memakai semua bahan makanan sehingga tidak membutuhkan tempat khusus, sedangkan yang menyimpan

38 80 sebagian bahan makanannya disimpan didalam baskom plastik, toples, keranjang plastik, tupperware, dan plastik. Penjual tahu bakar dan bakso bakar biasanya menyimpan tahu dan baksonya didalam toples plastik dan toples kaca. Penjual kerupuk biasa menyimpan kerupuk di keranjang terbuka. penjual yang menggunakan saos, biasanya menyimpan saos di dalam tupperware dan dimasukan didalam kulkas. Menurut Depkes RI (2003) dalam penyimpanan bahan makanan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi syarat. b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah untuk mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi serangga atau tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk bahanbahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin. Berdasarkan tabel 4.8 prinsip pengolahan makanan yang dilakukan pedagang makanan jajanan sudah memenuhi syarat kesehatan. Terdapat 11 penjual yang tidak selalu mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun setiap kali sebelum mengolah makanan dan apabila tangannya disadari kotor. Hal ini dapat merugikan konsumen, karena bakteri atau virus berasal dari tangan penjamah makanan yang tidak higienis dapat masuk ke dalam makanan yang akhirnya menimbulkan penyakit.

39 81 Menurut BPOM (2003), semua penjual harus membersihkan tangannya dengan cara selalu mencuci tangan sebelum menangani makanan, setiap saat disadari tangannya kotor, maka perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir dan sabun. Terdapat 2 orang penjual yang tidak menjaga kebersihan tangan, kuku, rambut, dan pakaian setiap kali hendak menangani makanan. Pedagang tersebut tidak menggunakan tutup kepala pada saat tahap pengolahan makanan dan ada yang mempunyai kuku yang panjang serta ada juga yang tidak menjaga kebersihan pakaian. Dari hasil penelitian terhadap tempat makanan yang bebas dari serangga terdapat 15 orang yang tidak memiliki, mereka tidak menyadari bahwa serangga seperti kecoa, lalat dan lain-lain dapat membuat makanan terkontaminasi. Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan belum memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI, 2003). Kualitas makanan yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih pula ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai atau jenis makanan yang cocok sebagai media pertumbuhannya. Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan makanan yang baik, ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri patogen, mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan. Terdapat 10 orang penjual makanan jajanan yang tidak memiliki tempat penyimpanan tertutup dan bebas dari serangga. Hal ini akan dapat menyebabkan

40 82 makanan akan mudah dihinggapi oleh debu-debu yang berterbangan atau serangga sehingga akan terkontaminasi. Dalam penyimpanan makanan yang paling perlu diperhatikan adalah suhu dan tempat penyimpanan makanan tersebut. Tempat makanan yang mentah dengan yang sudah masak harus dipisahkan. Tempat makanan yang sudah masak juga harus memiliki tutup dan bebas dari serangga agar tidak mudah terkontaminasi oleh bakteri patogen dan harus selalu dibersihkan setelah dipakai (Purnawijayanti, 2001). Makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan memerlukan pengangkutan untuk disimpan dan disajikan. Kemungkinan pengotoran makanan terjadi selama pengangkutan makanan bila cara pengangkutannya kurang tepat dan alat angkutannya kurang baik dari segi kualitasnya. Pengangkutan makanan oleh penjual menggunakan becak atau sepeda motor. Makanan yang akan diangkut sudah dikemas dalam plastik dan disusun dalam keranjang atau plastik besar. Dalam pengangkutan makanan pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan (Depkes RI,2003). Penyajian makanan merupakan akhir dari perjalanan makanan. Makanan yang disajikan disini sudah dikemas dalam bungkus plastik dan akan dijual. Sebelum disajikan makanan dikemas dalam bungkus plastik yang bersih oleh sebab itu kebersihan plastik dan dalam pemasukan ke plastik diperhatikan juga kebersihannya.

41 83 Makanan yang sudah masak dikemas dalam kantong plastik untuk dijual. Dalam pengemasan makanan ini hanya satu penjual makanan jajanan yang menggunakan sarung tangan sedangkan yang lain tidak, hanya menggunakan sendok saja untuk memasukkan makanan ke dalam kemasan. Kemasan yang digunakan adalah plastik dalam keadaan bersih dan baik (tidak koyak). Kemungkinan makanan akan terkontaminasi melalui pengemasan ini apabila tidak dijaga kebersihan tangan, badan, kuku (Purnawijayanti,2001). Air yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan akan menjadi media perkembangbiakan kuman penyakit dan vektor-vektor penyakit serta dapat menimbulkan penyakit yang disebut water borne disease ( Sihite,2000). Penjual makanan jajanan yang memiliki tempat penampungan sampah ada 15 orang penjual dan yang tidak memiliki ada 5 orang saja, namun yang memiliki tempat tutup hanya ada 10 orang penjual makanan jajanan. Tempat sampah yang dimiliki berupa keranjang sampah yang terbuka. Mereka akan membuang sampah apabila keranjang tersebut telah penuh. Hal ini akan menimbulkan gangguan estetika dan dapat mengontaminasi makanan. Sedangkan yang tidak memiliki tempat sampah hanya mengumpulkan sampahnya ke kantong goni yang besar setelah penuh baru dibuang. Sampah di wilayah dapur harus dimasukkan ke dalam tempat sampah yang tertutup dan kedap air, dipisahkan antara sampah basah (garbage) dan sampah kering (rubbish) masing-masing mempunyai tempat sendiri, waktu pengangkutan sampah harus diperhatikan jangan sampai berceceran atau menimbulkan pengotoran ( Sihite,2000).

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di Balai Laboratorium Kesehatan Medan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah garam buffer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian survei ini bersifat Deskriptif yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur yang dijual oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut WHO yang dimaksudkan makanan adalah semua benda yang termasuk dalam diet manusia sama ada dalam bentuk asal atau sudah diolah. Makanan yang dikonsumsi hendaknya

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari keseluruhan penjual

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km 2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa. Khusus

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Lembar Observasi HIGIENE SANITASI DAN ANALISA Escherichia coli PADA MINUMAN ES KELAPA MUDA YANG DIJUAL DI TAMAN TELADAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2012 Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ANALISIS HIGIENE SANITASI, KANDUNGAN ZAT WARNA SINTETIS, PEMANIS BUATAN, DAN BAKTERI Eschericia coli PADA MINUMAN ES JERUK PERAS YANG DIJUAL PEDAGANG KELILING DI KEC. MEDAN BARU KOTA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. hubungan hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia Coli

BAB 3 METODE PENELITIAN. hubungan hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia Coli BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Lampiran 1. Summary HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Djamaludin Musa NIM. 811409137 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No 24, Medan yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan berfungsi untuk

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan HIGIENE SANITASI SERTA PEMERIKSAAN Escherichia coli dan RHODAMIN B PADA MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR (SD) KELURAHAN TIMBANG DELI KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2013 Henny Rifcha Situmorang 1, Nurmaini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS Anna Yuliana Program Studi S1Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK Lany Mulyani Malango. 811408049. 2012. Aspek Hygiene dan Sanitasi Makanan pada Rumah Makan di Terminal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN Sampel Kode sampel Tes perkiraan Tes penegasan MPN Air Bersih 290/B/AB/02/201 4 5-1-0 5-1-0 33 Lampiran 2 Flowsheet Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara jarak perpipaan distribusi air perpipaan Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIGIENE SANITASI 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi a. Higiene Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu, seperti mencuci tangan

Lebih terperinci

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering. Lampiran 1.Flowsheet Pembuatan Media Lactose Broth Double Ditimbang seksama media Lactose Broth Double sebanyak 52 gr. Dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Dimasukkan magnetic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian ini memperoleh hasil dalam uji pendugaan, uji penegasan serta perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : 1.1.1 Hasil Tabung Reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang akan menjelaskan hubungan variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bilungala Utara Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis dilaksanakan

Lebih terperinci

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 Ismiaty Abdullah Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo yang berjumlah 9 penjual jajanan bakso, yang terdiri dari 3 kantin ( kantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan sekolah merupakan syarat sekolah sehat. Upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014: 967-971 Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Rica Denis Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu kualitas makanan yang baik

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 I. Identitas Responden 1. Nama Rumah makan : 2. Alamat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

ABSTRAK. DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

ABSTRAK. DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA ABSTRAK DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA OLEH: Syarifin, Sri Amintarti, Bunda Halang Kedelai merupakan sumber protein dan lemak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan Higiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan penelitian sampel air bersih sebanyak 20 sarana sumur gali yang jarak sumur dengan jamban kurang dari 10 meter, dinding sumur kurang dari 3 meter,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA Jl. Balai Rakyat No.2 Cakung Timur Jakarta Timur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PENJUALAN DENGAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR TEBU DI BEBERAPA KECAMATAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PENJUALAN DENGAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR TEBU DI BEBERAPA KECAMATAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2015 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian HUBUNGAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PENJUALAN DENGAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR TEBU DI BEBERAPA KECAMATAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2015 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR 53 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR Nomor : Nama : Alamat : Tanggal wawancara : DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga November 2015. Lokasi pengambilan sampel penelitian berada di Sumber air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013. Sterilisasi

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 Lokasi industri : Penanggung Jawab : Jumlah Karwan : No OBJEK PENGAMATAN KATEGORI Ya Tidak Prinsip I

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci