TUGAS AKHIR RE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR RE"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR RE PERBANDINGAN DESAIN IPAL FIXED-MEDIUM SYSTEMS ANAEROBIC FILTER DENGAN MOVED- MEDIUM SYSTEMS AEROBIC ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK PUSAT PERTOKOAN DI SURABAYA AHMAD RAHMAT HABIBI BILAL NRP Dosen Pembimbing Ir. M. RAZIF, MM. NIP JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

2 FINAL PROJECT RE THE COMPARISON WWTP DESIGN BETWEEN FIXED-MEDIUM SYSTEMS ANAEROBIC FILTER WITH MOVED-MEDIUM SYSTEMS AEROBIC ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR FOR SHOPPING CENTRE IN SURABAYA AHMAD RAHMAT HABIBI BILAL NRP Supervisor Ir. M. RAZIF, MM. NIP DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL ENGINEERING FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

3

4 PERBANDINGAN DESAIN IPAL FIXED-MEDIUM SYSTEMS ANAEROBIC FILTER DENGAN MOVED- MEDIUM SYSTEMS AEROBIC ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK PUSAT PERTOKOAN DI SURABAYA Nama : Ahmad Rahmat Habibi Bilal NRP : Jurusan : Teknik Lingkungan FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. M. Razif, MM. Abstrak Perencanaan ini dilakukan dengan menggunakan metode yang sistematis dimulai dari pengumpulan data-data primer dan sekunder, kemudian dilanjut dengan studi literatur, baru dilakukan perhitungan Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta penggambaran masingmasing unit IPAL, setelah itu dilakukan pembahasan untuk memperoleh kesimpulan dan saran yang relevan dengan tujuan perencanaan ini. Dari perhitungan DED didapat dimensi Bak Ekualisasi 6,12m x 6,12m x 3,3m; Septic Tank 4,64m x 2,32m x 3m; Anaerobic Filter 1,05m x 0,53m x 3m; Rotating Biological Contactor 4,12m x 2,82m x 1,09m; Filter Press 5,15m x 2,95m x 2,38m. Sedangkan RAB yang dibutuhkan untuk alternatif IPAL I sebesar Rp dan untuk alternatif IPAL II sebesar Rp Untuk kelebihan alternatif I adalah luas lahan lebih kecil, menghasilkan biogas 14,3 m 3 /hari, Operasional dan Perawatan (OP) lebih kecil; tapi kekurangannya adalah td-nya yang lebih lama yaitu 24 jam. Sedangkan untuk kelebihan alternatif II adalah td singkat 1,5 jam, produksi lumpur kecil 38,13 kg/hari; tapi kekurangannya keperluan lahan lebih luas, OP juga lebih besar. Kata kunci : IPAL pusat pertokoan, Proses Attached Growth, Anaerobik Filter, Fixed-medium Systems, Rotating Biological Contactor, Moving-medium Systems i

5 THE COMPARISON WWTP DESIGN BETWEEN FIXED- MEDIUM SYSTEMS ANAEROBIC FILTER WITH MOVED-MEDIUM SYSTEMS AEROBIC ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR FOR SHOPPING CENTRE IN SURABAYA Name : Ahmad Rahmat Habibi Bilal NRP : Major : Environmental Engineering FTSP-ITS Supervisor : Ir. M. Razif, MM. Abstract This Planning is done by using systemathic method that begin from collecting some primary-secondary data, than follows with collecting some literature, than performed calculation of DED, RAB and depiction of every IPAL units, after that will made discussion to get some conclusions and suggestions which relevant with the purpose of this planning. From calculation of DED has been obtained the dimention of Equalization Tank 6,12m x 6,12m x 3,3m; Septic Tank 4,64m x 2,32m x 3m; Anaerobic Filter 1,05m x 0,53m x 3m; Rotating Biological Contactor 4,12m x 2,82m x 1,09m; Filter Press 5,15m x 2,95m x 2,38m. Whereas the RAB that needed for first Waste Water Treatment Plant (WWTP) alternative reached IDR and for second WWTP alternative reached IDR For the advantages of first alternative have smaller land area, produce biogas 14,3 m 3 /day, smaller Operational and Maintenance (OM) cost; but the disadvantages have long td until 24 hours. Whereas the advantages of second alternative have shorter td only 1,5 hours, produce little sludge only 38,13 kg/day; but the disadvantages have lerger land area and have high OM cost. Keywords: WWTP shopping center, Attached Growth Processes, Anaerobic Filter, Fixed-medium Systems, Rotating Biological Contactor, medium-moving Systems iii

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, serta Hidayah- Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulisan Tugas Akhir ini mengambil judul Perbandingan Desain IPAL Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dengan Moved-medium Systems Aerobic Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya. Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ir. M. Razif, MM selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini, 2. Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc dan Ir. Eddy Setiadi Soedjono, MSc., PhD serta Ir. Didik Bambang, MT selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan tugas akhir ini, 3. Dr. Ali Masduqi, ST., MT selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan, 4. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung : Ikhwan, Firdi, Chaydir, Tonang, Uje, Heri, Dedy, Angie, Arya, Nanda, dan teman-teman angkatan 2010 Pada penulisan tugas akhir ini juga tak lupa ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua serta keluarga penulis yang selalu mendukung dari segi finansial, do a, dan semuanya yang tidak akan cukup disampaikan hanya melalui kata-kata seperti ini. Penulisan Tugas Akhir ini telah diusahakan semaksimal mungkin, namun tentunya masih terdapat kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Terimakasih. Surabaya, 12 Agustus 2014 Penulis v

7 DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I : PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Tujuan Manfaat... 4 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Pusat Pertokoan (Mal) di Kota Surabaya Parameter yang Mempengaruhi Karakteristik Air Limbah Peran Kualitas dan Kuantitas Air Limbah dalam Desain IPAL Parameter yang Berpengaruh Dalam Proses Pengolahan Biologi IPAL Baku Mutu Air Limbah yang Digunakan Proses Pengolahan Air Limbah Suspended Growth Attached Growth Sistem Pengolahan yang Direncanakan Unit IPAL Sesuai Sistem yang Direncanakan Bak Ekualisasi Septic Tank Rotating Biological Contactor (RBC) Anaerobic Filter Filter Press vii

8 2.9 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Penelitian Terdahulu BAB III : METODOLOGI Umum Alur Perencanaan Judul Tugas Akhir Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data Perhitungan DED Unit IPAL Penggambaran Unit IPAL Perhitungan BOQ dan RAB Pembahasan Kesimpulan dan Saran BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Debit Air Limbah Pusat Pertokoan Karakteristik Air Limbah Pusat Pertokoan Alternatif Unit IPAL Perhitungan DED Alternatif IPAL Bak Ekualisasi Septic Tank Rotating Biological Contactor (RBC) Anaerobic Filter (AF) Filter Press Gambar DED Alternatif Unit IPAL Bill of Qoantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Operational and Maintenance Operational Cost Maintenance Cost Lay Out Profil Hidrolis Kelebihan dan Kekurangan Kedua Alternatif IPAL Alternatif IPAL I Alternatif IPAL II viii

9 4.11 Perencanaan dengan Variasi Debit BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran A : Pergub Jatim 72/2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Lampiran B : Harga Satuan Pokok Kegiatan Lampiran C : Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan Kota Surabaya Tahun Anggaran Lampiran D : Pompa Lampiran E : Rotordisk Lampiran F : Filter Press BIODATA PENULIS ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Media Sarang Tawon (Fixed-medium Systems) Gambar 2.2 Anaerobic Filter (Fixed-medium Systems) Gambar 2.3 Media RBC (Moving-medium Systems) Gambar 2.4 Tangki Septik Potongan Vertikal Gambar 2.5 Septic Tank + Anaerobic Filter Gambar 2.6 Grafik Prosentase Removal COD Berdasarkan Waktu Tinggal pada Septic Tank Gambar 2.7 Grafik Volume Lumpur yang Dihasilkan Berdasarkan Bulan pada Septic Tank Gambar 2.8 Grafik Rasio Efisiensi Removal BOD/COD Gambar 2.9 Proses Penguraian Materi Organik oleh Mikro-organisme pada RBC Gambar 2.10 Macam-macam Tipe Anaerobic Filter Gambar 2.11 Bagian-bagian Filter Press Gambar 2.12 Unit Filter Press Gambar 3.1 Alur Perencanaan Gambar 4.1 Hubungan Debit Air Bersih dan Air Limbah Gambar 4.2 Hasil Analisa COD, BOD 5, TSS Gambar 4.3 Grafik Prosentase Removal COD Berdasarkan Waktu Tinggal pada Septic Tank Gambar 4.4 Grafik Rasio Efisiensi Removal BOD/COD Gambar 4.5 Kurva Organik Loading v Total BOD 5 untuk Rotordisk Gambar 4.6 Mass Balance RBC xiii

11 Gambar 4.7 Grafik Faktor Temperatur Gambar 4.8 Grafik faktor strength Gambar 4.9 Grafik faktor permukaan filter Gambar 4.10 Grafik faktor waktu tinggal Gambar 4.11 Grafik Faktor Ratio BOD/COD Gambar 4.12 Mass Balance AF Gambar 4.13 Denah Bak Ekualisasi Gambar 4.14 Potongan A-A Bak Ekualisasi Gambar 4.15 Potongan B-B Bak Ekualisasi Gambar 4.16 Potongan C-C Bak Ekualisasi Gambar 4.17 Denah Septic Tank Gambar 4.18 Potongan A-A Septic Tank Gambar 4.19 Potongan B-B Septic Tank Gambar 4.20 Potongan C-C Septic Tank Gambar 4.21 Denah Anaerobic Filter Gambar 4.22 Potongan A-A Anaerobic Filter Gambar 4.23 Potongan B-B Anaerobic Filter Gambar 4.24 Potongan C-C Anaerobic Filter Gambar 4.25 Denah Rotating Biological Contactor Gambar 4.26 Potongan A-A Rotating Biological Contactor Gambar 4.27 Potongan B-B Rotating Biological Contactor Gambar 4.28 Denah Filter Press Gambar 4.29 Potongan A-A Filter Press Gambar 4.30 Grafik Trend RAB Sesuai Variasi Debit Gambar 4.31 Grafik Trend Luas Lahan Sesuai Variasi Debit Gambar 4.32 Lay Out IPAL I Gambar 4.33 Lay Out IPAL II Gambar 4.34 Profil Hidrolis IPAL I Gambar 4.35 Profil Hidrolis IPAL II xiv

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Anaerobic Filter Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Tabel 2.4 Hubungan antara konsentrasi dan beban BOD Tabel 2.5 Hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan BOD untuk air limbah domestik Tabel 4.1 Debit Air Limbah Tiap Jam Tabel 4.2 Karakteristik Air Limbah Hasil Uji Laboratorium Tabel 4.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik Tabel 4.4 Perhitungan Volume BE Tabel 4.5 Operational Cost Tabel 4.6 Maintenance Cost Tabel 4.7 Hasil RAB Sesuai Variasi Debit Tabel 4.8 Luas Lahan Sesuai Variasi Debit Tabel 4.9 BOQ RAB Bak Ekualisasi Tabel 4.10 BOQ RAB Septic Tank Tabel 4.11 BOQ RAB Rotating Biological Contactor Tabel 4.12 BOQ RAB Anaerobic Filter Tabel 4.13 BOQ RAB Filter Press xi

13 Halaman ini Sengaja Dikosongkan xii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern ini pusat pertokoan atau yang biasa disebut mal semakin menjamur keberadaannya, terutama di kotakota metropolitan seperti Surabaya. Di tahun 2012 saja pusat pertokoan (mal) di Surabaya telah mencapai 34 mal yang masingmasing aktif beroperasi dan dikunjungi tidak kurang dari 2000 orang per mal per hari. (Anonim, 2013). Tentu hal itu positif karena dapat menunjang kebutuhan masyarakat di era modern ini, tapi juga terdapat dampak negatif dari dioperasikannya mal-mal tersebut yaitu meningkatnya limbah mal tersebut yang apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat maka akan dapat mencemari lingkungan sekitar lokasi mal-mal itu sendiri. Pada kondisi realita, belum banyak pengelola mal yang mengerti akan pentingnya menjaga lingkungan sehingga belum banyak diterapkan sistem IPAL di beberapa mal untuk mengolah limbahnya, ada juga yang sudah memiliki IPAL tapi tidak dioperasikan karena biaya operasi yang mahal, padahal kondisi seharusnya menurut UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap kegiatan komersial wajib menjaga kelestarian lingkungan dengan cara mengolah limbahnya. Limbah dari pusat pertokoan (mal) berasal dari berbagai macam kegiatan seperti kegiatan ruang saniter yang menghasilkan limbah berupa grey water dan black water, kegiatan dari food court yang juga menghasilkan jenis limbah yang sama, dan kegiatan-kegiatan lain yang ada di mal itu sendiri. Sehingga untuk mempermudah, dapat diperkirakan bahwa jumlah air limbah sama dengan 80% dari jumlah kebutuhan air minum per hari. (Tchobanoglous, 1998). Untuk menangani limbah yang timbul tersebut bisa dengan cara pengolahan melalui bangunan instalasi pengolahan 1

15 2 air limbah (IPAL), barulah kemudian dibuang ke badan air penerima. Pada IPAL sendiri terdapat beberapa proses yang bisa dijadikan sebagai alternatif pengolahan yaitu secara aerobik, anaerobik, dan kombinasi antara aerobik dengan anaerobik, yang mana ketiga-tiganya dapat diterapkan untuk mengolah limbah yang berasal dari mal, namun memiliki tingkat efisiensi yang berbeda-beda. Pada penelitian sebelumnya yang membandingkan tingkat keefektifan dari ketiga proses tersebut didapat bahwa proses secara anaerobik merupakan proses terbaik untuk mengolah limbah pusat pertokoan karena sistem pengolahannya yang praktis, prosentase removal tinggi, dan menghasilkan energi biogas, (Praditya, 2013), namun itu masih terbatas pada unit biofilter dengan proses attached growth saja. Untuk itu, dalam upaya memperdalam penelitian sebelumnya, pada tugas akhir kali ini akan dibandingkan tingkat keefektifan pengolahan secara anaerobik dan aerobik yang memakai proses attached growth namun menggunakan sistem yang berbeda yaitu fixed-medium systems dan moved-medium systems. Untuk fixed-medium systems dipilih unit IPAL seperti pada penelitian sebelumnya yaitu anaerobic filter, sedangkan untuk pembandingnya yaitu movedmedium systems unit IPAL yang dipilih adalah rotating biological contactor. Pada tugas akhir kali ini akan direncanakan bagaimana mendesain unit-unit IPAL yang meliputi anaerobic filter serta rotating biological contactor melalui perhitungan DED sampai pada gambar-gambar unit IPAL tersebut, juga akan dihitung berapa rencana anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan untuk merealisasikan masing-masing unit IPAL tersebut, sehingga diharapkan akan dapat diketahui masing-masing kelebihan, kekurangan, keefektifan tingkat pengolahan dari masing-masing unit IPAL tersebut, serta efisiensi dari segi pendanaan yang dibutuhkan.

16 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam perencanaan ini adalah : 1. Bagaimana mendesain bangunan IPAL dengan Fixedmedium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya? 2. Bagaimana Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari pembangunan dan biaya OM bangunan IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Movedmedium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya? 3. Bagaimana mengetahui kelebihan dan kekurangan bangunan IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya? 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam perencanaan ini meliputi : 1. Debit dan karakteristik air limbah dari pusat pertokoan (mal) yang terpilih di Kota Surabaya, dikumpulkan melalui data sekunder, 2. Perencanaan Detail Engineering Design (DED) bangunan IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya, berupa gambar denah, potongan, dan perhitungan dimensi, 3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari pembangunan bangunan IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya dengan pendekatan volume kegiatan (BOQ) dan harga satuan pekerjaan konstruksi (SNI).

17 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari dilakukannya perencanaan ini adalah : 1. Menghitung dan menggambar DED bangunan IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk Pusat Pertokoan di Surabaya, 2. Menghitung RAB dan OM IPAL dengan Anaerobic Filter dan Rotating Biological Contactor dari gambar DED yang direncanakan untuk pusat pertokoan (mal) yang terpilih di Kota Surabaya, 3. Mengkaji dan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari Unit IPAL Anaerobic Filter dan Rotating Biological Contactor yang direncanakan untuk pusat pertokoan (mal) yang terpilih di Kota Surabaya dari aspek efisiensi removal dan dari segi pendanaan Manfaat Dalam penyusunannya, perencanaan ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain : 1. Bagi calon manajemen pusat pertokoan di Kota Surabaya : Memberikan hasil perhitungan Detail Engineering Design (DED) dan gambar-gambar alternatif unit-unit IPAL yang digunakan serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan ditambah dengan perhitungan perkiraan biaya OM, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk pemilihan IPAL, 2. Bagi penduduk Kota Surabaya : Dengan alternatif pengolahan yang sesuai untuk pengolahan limbah pusat pertokoan, diharapkan IPAL yang dibangun dapat beroperasi secara maksimal agar efluent yang dibuang sesuai baku mutu effluent IPAL sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif

18 kepada badan air penerima yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. 3. Bagi BLH Kota Surabaya : Sebagai rujukan dalam kegiatan sosialisasi IPAL kepada pusat pertokoan baru, supaya memperoleh gambaran pentingnya membangun IPAL untuk mengolah limbah yang ditimbulkan dan juga memberikan gambaran tentang unit-unit IPAL yang sesuai untuk mengolah air limbah karakteristik pusat pertokoan. 4. Bagi Konsultan dan Perancang IPAL Memberikan alternatif unit IPAL yang dapat diperhitungkan untuk dijadikan studi literatur bagi konsultan dan perancang IPAL dalam merencanakan IPAL untuk pusat pertokoan baru. 5

19 6 Halaman ini sengaja dikosongkan

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Pusat Pertokoan (Mal) di Kota Surabaya Toko adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha dan digunakan untuk menjual suatu barang yang dimiliki oleh satu penjual. Sedangkan pusat pertokoan atau yang lebih sering disebut mal adalah sebuah bangunan yang jauh lebih besar, berbentuk vertikal ataupun horizontal sebagai tempat usaha yang di dalamnya menampung beberapa toko dengan beberapa penjual yang menjual barang maupun jasa. (Anonim, 2010) Dalam realitanya, untuk pendirian suatu pusat pertokoan atau yang lebih sering disebut mal diwajibkan untuk memiliki izin usaha dari Kepala Daerah yang bersangkutan. Karena dalam pendirian pusat pertokoan wajib memperhatikan beberapa hal penting seperti (Anonim, 2010) : 1. Rencana tata ruang wilayah kota, 2. Rencana detail tata ruang wilayah kota, termasuk zonasinya, 3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan, 4. Jarak antara Pusat Perbelanjaan yang akan didirikan dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya. Di Kota Surabaya sendiri terdapat 34 mal yang aktif beroperasi dan dikunjungi tidak kurang dari 2000 orang per mal per hari. Berikut merupakan daftar nama mal-mal tersebut (Anonim, 2013) : 1. BG Junction 2. City of Tomorrow (CITO) 3. Darmo Trade Centre (DTC) 4. Central Point Mall 5. Empire Palace 6. Galaxy Mall 7

21 8 7. Golden City Mall 8. Hi-Tech Mall 9. ITC Mega Grosir 10. Jembatan Merah Plaza 11. Maspion Square 12. Pakuwon Indah Supermall (SPI) 13. Pakuwon Trade Centre(PTC) 14. Pasar Atum 15. Pasar Atum Mall 16. Pasar Turi 17. Plaza Marina 18. Plaza Surabaya (Delta Plaza) 19. Pusat Grosir Surabaya (PGS) 20. Royal Plaza 21. Surabaya Town Square (SUTOS) 22. Tunjungan Plaza (TP) 23. World Trade Center Surabaya (WTC Surabaya) 24. JS Plaza 25. Dupak Grosir 26. Grand City Surabaya 27. Ciputra World Surabaya 28. Kapas Krampung Plaza (KAZA) 29. Lenmarc 30. East Coast Center 31. Tunjungan Electronic Center 32. Mangga Dua Center 33. Tunjungan City 34. ICBC Center 2.2 Parameter yang Mempengaruhi Karakteristik Air Limbah Pada dasarnya karakteristik dari setiap air limbah berbeda-beda, karena karakteristik air limbah selalu dipengaruhi oleh materi-materi organik yang terkandung di dalam air limbah itu sendiri. (Anonim, 2005). Untuk limbah mal, air limbah yang

22 ada merupakan hasil dari kegiatan sanitasi, food court, air pembersih, dan sebaginya, sehingga karakteristik dari campuran air limbahnya tidak jauh berbeda dengan karakteristik limbah domestik. Parameter yang dijadikan acuan dalam air limbah ini menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 Tentang baku Mutu Air Limbah Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur adalah ph air limbah, kandungan COD dan BODnya, kemudian suspended solidnya. Lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut : ph ph atau potential hydrogen adalah suatu indeks tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dalam hal ini air limbah. Air limbah dikatakan asam apabila memiliki nilai ph 0-5, sedangkan dikatakan basa bila nilai ph nya (Nicolella, 2000).Untuk range ph normal yang dapat ditoleransi menurut Pergub Jatim no.72 Tahun 2013 adalah 6-9, COD COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materimateri organik yang terkandung di dalam air melalui proses secara kimiawi. Tingginya nilai COD ini menjadi indikasi bahwa jumlah oksigen O 2 yang terkandung dalam air jumlahnya menurun, akibatnya air menjadi tercemar. (Moelants, 2008). Menurut Pergub Jatim no.72 Tahun 2013, jumlah maksimal COD yang terlarut dalam badan air adalah 50 mg/l, BOD BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materimateri organik yang terkandung di dalam air melalui proses secara biologi yaitu melalui peran mikroorganisme yang ada di dalam air. Materi organik merupakan makanan bagi mikro-organisme tersebut, sedangkan untuk proses metabolismenya mikro- 9

23 10 organisme membutuhkan oksigen. Menurut Pergub Jatim no.72 Tahun 2013, jumlah maksimal BOD yang terlarut dalam badan air adalah 30 mg/l, Suspended Solid Suspended solid atau padatan tersuspensi adalah suatu materi organik yang terkandung di dalam air yang mana pengendapannya membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga dapat mengakibatkan warna air menjadi keruh dan menurunkan sinar matahari yang masuk ke badan air, kemudian mengganggu siklus oksigen yang ada di dalam air, dan hasilnya oksigen terlarut dalam air jumlahnya menurun. Menurut Pergub Jatim no.72 Tahun 2013, jumlah maksimal SS yang terlarut dalam badan air adalah 50 mg/l. 2.3 Peran Kualitas dan Kuantitas Air Limbah dalam Desain IPAL Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air limbah, salah satu hal penting adalah terlebih dahulu harus mengetahui kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah. Kualitas air limbah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik air limbah itu sehingga bisa dirumuskan sistem pengolahan yang sesuai. Sedangkan kuantitas air limbah dibutuhkan untuk mengetahui debit air limbah yang akan diolah dalam satuan L/hari, L/jam, atau L/detik, sehingga dapat dihitung berapa jumlah besaran dari tiap-tiap unit IPAL yang digunakan dalam sistem pengolahan air limbah tersebut. (Yang and Lou, 2000). 2.4 Parameter yang Berpengaruh Dalam Proses Pengolahan Biologi IPAL Pengolahan air limbah tahap kedua (secondary treatment) yaitu pengolahan biologi prinsip kerjanya adalah menggunakan peran mikro-organisme untuk mengoksidasi materi-materi organik yang terkandung di dalam air limbah baik secara aerobik ataupun anaerobik. Dalam kondisi aerobik mikro-

24 11 organisme yang digunakan juga mikro-organisme aerobik begitu juga dengan kondisi anaerobik, menggunakan mikro-organisme anaerobik. Pada pengolahan biologi secara aerobik outputnya berupa air effluen, banyak lumpur, dan gas CO 2 hasil respirasi mikro-organisme. Sedangkan pada pengolahan biologi secara anaerobik outputnya adalah air effluen, sedikit lumpur, dan gas methane CH 4. (Yang and Lou, 2000). Untuk parameter yang mempengaruhi pengolahan biologi IPAL secara aerobik dan aerobik adalah sebagai berikut : Temperatur Temperatur sangat berpengaruh pada pengolahan biologis baik secara aerobik maupun anaerobik, karena berhubungan dengan ketahanan hidup mikroorganisme yang digunakan untuk mengoksidasi materi-materi organik yang terkandung dalam limbah. Pada proses anaerobik, gas methane dapat diproduksi pada temperatur 0 0 C C, bakteri metan psychrophilic hidup pada suhu C, mesophilic C, dan thermoplilic 45 diatas 90 0 C. Pada umumnya bakteri lebih banyak yang bersifat mesophilic terdapat dalam pengolahan air limbah. ph ph juga sangat mempengaruhi pengolahan biologis baik secara aerobik maupun anaerobik. Proses aerobik akan berjalan maksimal pada larutan dengan ph kisaran 6,5 8,5. Sedangkan pada proses anaerobik yang menggunakan peran bakteri methanogen, akan lebih maksimal bila bekerja pada larutan dengan ph 6,5 7,5. Hal ini disebabkan bakteri methanogen tersebut merupakan bakteri yang sangat sensitif terhadap perubahan ph. Beban hidrolik dan Beban organik Beban hidrolik merupakan jumlah air limbah yang dapat diolah per satuan luas permukaan media yang digunakan dalam kurun waktu satu hari. Beban hidrolik

25 12 ini sangat berpengaruh pada mikroorganisme yang digunakan, karena bila beban hidrolik ini terlalu besar maka akan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme sehingga mikroorganisme yang melekat pada permukaan media akan lebih mudah terkelupas. Beban hidrolik (Hl) dapat dihitung dengan rumus : Hl = (Q/A) x 1000 (liter/m 2.hari) Sedangkan beban organik merupakan jumlah bahan organik (BOD) yang terkandung dalam 1 liter air limbah. Semakin tinggi beban organik maka akan berpengaruh juga pada pertumbuhan mikroorganisme dalam air limbah, semakin tinggi beban organik maka mikroorganismenya juga akan semakin banyak. Nutrien Nutrien merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk melakukan metabolisme, nutrien berperan sebagai makanan mikroorganisme yang mana kebutuhannya berbanding lurus dengan luas permukaan media yang dijadikan tempat menempel mikroorganisme 2.5 Baku Mutu Air Limbah yang Digunakan Baku mutu air limbah merupakan suatu patokan/standar yang digunakan untuk mengukur kadar maksimum jumlah beberapa parameter tertentu yang terkandung dalam air limbah sebelum dibuang ke badan penerima, agar tetap masuk dalam daya tampung badan penerima sehingga dinilai tidak mencemari badan penerima tersebut. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu limbah domestik, karena untuk limbah pusat pertokoan (mal) dapat dikategorikan dalam limbah sejenis domestik menurut baku mutunya, karena berasal dari kegiatan yang kebanyakan serupa seperti kegiatan saniter pusat pertokoan, food court, dan lain-lain. Berikut merupakan baku mutu air limbah yang digunakan. (Anonim, 2013)

26 13 Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik Parameter Satuan Kadar Maksimum BOD 5 Mg/L 30 COD Mg/L 50 TSS Mg/L 50 Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun Proses Pengolahan Air Limbah Proses pengolahan air limbah yang dilakukan disesuaikan dengan jenis limbahnya, karena setiap jenis limbah dengan karakteristik yang bermacam-macam, tentunya diperlukan proses pengolahan yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya sistem pengolahan air limbah dapat diklasifikasikan menjadi tiga proses yaitu primary treatment (pengolahan secara fisik), secondary treatment (pengolahan secara biologi), dan tertiary treatment (pengolahan secara kimia). (Reynolds and Richards, 1996). Pada tahap secondary treatment atau pengolahan kedua dilakukan pengolahan secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan peran mikro-organisme untuk mendegradasi dan mengeliminasi materi-materi organik dalam air limbah. Pada proses pengolahan tahap ini terdapat banyak alternatif unit IPAL yang dapat digunakan, setiap unit memiliki prinsip kerja yang berbeda-beda, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga prinsip kerja yaitu suspended growth, attached growth, dan lagoon atau kolam. (Tchobanoglous, 1998) Suspended Growth Teknologi pengolahan air limbah dengan proses suspended growth atau yang biasa disebut biakan tersuspensi pada dasarnya dilakukan dengan cara mengontakkan mikroorganisme dengan air limbah untuk menghilangkan materimateri organik yang terkandung di dalam air limbah tersebut. Pada proses ini mikro-organisme sengaja dibiakkan secara tersuspensi di dalam suatu reaktor dan dikontakkan dengan

27 14 air limbah, sehingga pertumbuhan mikro-organisme akan berkembang seiring jumlah materi organik yang terkandung dalam air limbah sebagai makanannya. Mikro-organisme yang bertumbuh semakin banyak tersebut akan terendapkan dengan sendirinya menjadi lumpur, sehingga effluen yang keluar dari proses ini kadar organiknya sudah menurun. Beberapa unit IPAL yang menerapkan proses suspended growth ini seperti activated sludge, extended aeration, oxidation ditch. (Droste, 1997) Attached Growth Teknologi pengolahan air limbah dengan proses Attached Growth prinsip kerjanya yaitu dengan menggunakan peran mikro-organisme untuk menghilangkan materi-materi organik dari air limbah. Mikro-organisme ini bekerja secara aerobik, artinya mereka membutuhkan oksigen untuk hidup pada media-media seperti kerikil, pasir, dan lain-lain. (Jeppsson, 1996). Dalam beberapa kasus, attached growth digunakan pada tahap pengolahan secara biologi yaitu pengolahan kedua atau secondary treatment. 2.7 Sistem Pengolahan yang Direncanakan Pada tugas akhir ini akan dibandingkan alternatif desain pengolahan secara attach growth dengan proses fixed-medium systems dan moved-medium systems. Fixed-medium Systems Fixed-medium Systems adalah suatu proses pengolahan secara attached growth yang menerapkan sistem media tetap, maksudnya adalah media yang digunakan untuk tumbuh melekatnya mikro-organisme sifatnya tetap atau tidak bergerak. Sistem ini bisa bekerja secara aerobik maupun anaerobik. Untuk prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan cara mengontakkan air limbah dengan mikro-organisme yang tumbuh pada suatu media yang

28 15 tidak bergerak. Pada tugas akhir ini unit dengan sistem media tetap dipilih anaerobic filter. (Droste, 1997) Gambar 2.1 Media Sarang Tawon (Fixed-medium Systems) (Sumber : Anonim, 2006) Gambar 2.2 Anaerobic Filter (Fixed-medium Systems) (Sumber : Anonim, 2002)

29 16 Moved-medium Systems Sedangkan untuk moved-medium systems adalah suatu pengolahan secara attached growth dengan sistem media bergerak. Jadi pada sistem ini berlaku kebalikan dari sistem media tetap yaitu media yang digunakan untuk tumbuh melekatnya mikro-organisme sifatnya tidak tetap atau bergerak. Prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan cara mengontakkan air limbah dengan mikro-organisme yang melekat pada media yang bergerak (berputar). Pada tugas akhir ini unit yang dipilih untuk mewakili sistem media bergerak yaitu rotating biological contactor (RBC). (Reynolds and Richards, 1996) Gambar 2.3 Media RBC (Moved-medium Systems) (Sumber : Anonim, 2009) 2.8 Unit IPAL Sesuai Sistem yang Direncanakan Sistem pengolahan yang direncanakan adalah fixedmedium systems dan moved-medium systems, untuk itu pada tugas akhir ini direncanakan IPAL dengan dua alternatif pengolahan sebagai berikut :

30 17 Alternatif Pengolahan I Bak Ekualisasi Septic Tank Anaerobic Filter (Fixed-medium Systems) Filter Press Alternatif Pengolahan II Bak Ekualisasi Septic Tank Rotating Biological Contactor (Moved-medium Systems) Filter Press Bak Ekualisasi Bak ekualisasi merupakan unit IPAL yang sifatnya pre-treatment, karena pada bak ekualisasi tidak dilakukan pengolahan apapun, baik itu secara fisik, biologi, ataupun kimia, pada bak ekualisasi hanya dilakukan perlakuan untuk menghomogenkan air limbah yang masuk dalam hal karakteristiknya dan untuk menjaga kuantitas debit air limbah yang dialirkan agar tidak fluktuatif (Mashahiro, 2002). Bak ekualisasi ini akan digunakan pada kedua sistem. Rumus-rumus yang digunakan dalam proses perhitungan untuk memperoleh dimensi dari unit IPAL pretreatment bak ekualisasi adalah sebagai berikut : Kriteria desain bak ekualisasi : Kecepatan aliran = 1-2 m/dt Hydraulic Retention Time = 4-8 jam Perhitungan diameter pipa inlet dan headloss : Diameter pipa inlet (D) = [ 4.AA ππ ]1 2 Headloss yang terjadi : QQ Hf Mayor = [ 0,00155.CC.DD 2,63]1,85 xx LL Hf Minor = [ KK.vv2 ] 2.gg Perhitungan dimensi bak ekualisasi : Volume bak ekualisasi (Vol bak ) = (HRT/24) x Q Perhitungan pompa yang digunakan : Head pompa = Head statis + Head sistem Head statis = jarak dari muka air sampai pada pipa tertinggi Head sistem = Hf Mayor + Hf Minor + v 2 /2.g

31 Septic Tank Septic tank atau tangki septik merupakan salah satu unit bangunan pengolahan air limbah yang dibuat dari bahan yang kedap air, sehingga air limbah yang masuk tidak bisa meresap keluar unit. Pada unit tangki septik ini terdapat proses pengendapan partikel-partikel diskrit yang terkandung dalam air limbah, sedangkan untuk partikel-partikel tersuspensi ikut terbawa effluen unit tangki septik dan kemudian masuk pada unit IPAL selanjutnya. Septic tank ini juga akan digunakan pada kedua sistem. Gambar 2.4 Tangki Septik Potongan Vertikal (Sumber : Sasse, 1998) Keunggulan dari penggunaan tangki septik ini adalah bangunan kuat dan kedap air sehingga tidak mencemari lingkungan, kemudian dari segi pembangunannya membutuhkan dana yang relatif murah. Sedangkan untuk kerugian dari penggunaan tangki septik ini adalah membutuhkan perawatan untuk menghindari penyumbatan saluran influen, dan memerlukan lahan yang cukup luas, sesuai dengan debit limbah yang dihasilkan. Pada tugas akhir kali ini, tangki septik akan didesain jadi satu dengan anaerobic filter karena memiliki tipe bangunan yang hampir mirip sehingga diharapkan lebih efisien dari segi pendanaan dan ruang, seperti yang tertera pada gambar berikut :

32 19 Gambar 2.5 Septic Tank + Anaerobic Filter (Sumber : Sasse, 1998) Namun untuk perhitungan dimensinya tetap dipisahkan dengan unit anaerobik filter. Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung dimensi tangki septik adalah sebagai berikut : Volume tangki septik = Q in x td A surface = Volume / tinggi Untuk prosentase removal dari unit tangki septik ini dapa dilihat dari gambar di bawah ini : Gambar 2.6 Grafik Prosentase Removal COD Berdasarkan Waktu Tinggal pada Septic Tank (Sumber : Sasse, 1998)

33 20 Gambar 2.7 Grafik Volume Lumpur yang Dihasilkan Berdasarkan Bulan pada Septic Tank (Sumber : Sasse, 1998) Gambar 2.8 Grafik Rasio Efisiensi Removal BOD/COD (Sumber : Sasse, 1998)

34 Rotating Biological Contactor (RBC) Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan unit IPAL yang bekerja dengan prinsip secara biologis dengan menggunakan proses attached growth atau biakan melekat, sehingga operasinya melibatkan unsur-unsur biologis yaitu mikro-organisme seperti bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya yang digunakan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah. (Ghawi, 2009). Prinsip kerja unit IPAL RBC ini adalah secara aerobik dengan Moved-medium Systems yaitu dengan cara melakukan kontak antara limbah yang mengandung polutan organik dengan lapisan mikroorganisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media. Media berbentuk piring (disk) dengan diameter 1-4 meter dan ketebalan 0,8 milimeter yang dipasang berjajar pada suatu poros yang berbahan dasar baja dengan panjang mencapai 8 meter, kemudian diputar menggunakan reaktor pemutar. Pemasangan disk pada poros baja tersebut masingmasing berjarak milimeter. (Winkler, 1981) Dalam penggunaannya, media diputar dengan kecepatan 1-2 RPM, dengan 40% dari media tersebut tercelup ke dalam air limbah untuk mengontakkan mikroorganisme dengan air limbah, dan 60% lainnya dikontakkan dengan udara untuk proses metabolisme mikro-organisme. Kemudian dari proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan terbentuk biofilm dengan ketebalan rata-rata mencapai 2-4 milimeter, tergantung dari jumlah kandungan organik yang ada dalam air limbah, semakin lama biofilm tersebut akan semakin tebal dan karena gaya grafitasinya maka akan mengelupas dengan sendirinya dan terbawa aliran air keluar, selanjutnya mikro-organisme akan tumbuh lagi membentuk biofilm yang baru mengikuti dengan jumlah bahan organik yang terkandung di dalam air limbah. (Anonim, 2005)

35 22 Gambar 2.9 Proses Penguraian Materi Organik oleh Mikroorganisme pada RBC (Sumber : Anonim, 2012) Beberapa keunggulan dari penggunaan Rotating Biological Contactor (RBC) adalah mudahnya proses konstruksi, udara yang dibutuhkan relatif kecil, tidak membutuhkan banyak energi dalam proses pengoperasiannya, lumpur yag dihasilkan juga relatif sedikit, serta proses pengolahannya tidak menghasilkan buih. Sedangkan untuk kekurangan dari penggunaan unit IPAL Rotating Biological Contactor (RBC) ini adalah sangat rentan atau bisa dikatakan sensitif terhadap adanya perubahan suhu sekitar, selain itu juga untuk proses pengontrolan jumlah mikro-organisme sendiri sulit dilakukan. (Randall, 1980) Berikut merupakan kriteria perencanaan untuk unit IPAL Rotating Biological Contactor (RBC) pada umumnya : BOD Loading = 240,2 320,4 g/d/m 3 Hydraulic Loading = 0,012 0,024 m 3 /d/m 2 Waktu Tinggal (T) = (debit air limbah / volume reaktor) x 24 jam Diameter = 1 4 meter Kecepatan Putar = 1 2 RPM

36 23 Suhu = o C Prosentase Removal = BOD 5 = % SS = % P = % N = 95 % Sedangkan untuk rumus-rumus yang akan digunakan dalam proses perhitungan unit rotating biological contactor seperti berikut ini : Rasio volume reaktor terhadap luas permukaan media (G) G = (V/A) x 10 3 (liter/m 2 ) Beban BOD COD Loading = L A = (Q x C o ) / A (gr/m 2.hari) Beban Hidrolik H L = (Q / A) x 1000 (liter/m 2.hari) Waktu tinggal rata-rata T = (Q / V) x 24 (jam) T = x (V / A) x (1 / H L ) Anaerobic Filter Anaerobic filter digunakan pada tahap pengolahan kedua yaitu pengolahan secara biologi dalam proses pengolahan air limbah. Unit anaerobic filter ini menerapkan proses attached growth dengan prinsip kerja Fixed-medium Systems yaitu dengan cara melewatkan air limbah pada media-media tempat tumbuh melekatnya mikro-organisme yang digunakan untuk menghilangkan kandungan materi organik pada air limbah. Penerapan anaerobic filter ini dapat dilakukan melalui dua macam proses yaitu up-flow (aliran ke atas) dan down-flow (aliran ke bawah). (Rittmann and McCarty, 2001)

37 24 Gambar 2.10 Macam-macam Tipe Anaerobic Filter (Sumber : Rittmann and McCarty, 2001) Kelebihan dan kekurangan dari anaerobic filter dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Anaerobic Filter Kelebihan 1. Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit, 2. Energi listrik yang dibutuhkan dalam proses pengopersian rendah, 3. Tidak menimbulkan bau yang menyengat 4. Bisa dibangun secara vertikal (tower) disesuaikan dengan keadaan lahan yang digunakan. Kekurangan 1. Hanya sesuai untuk pengolahan limbah dengan konsentrasi SS yang rendah 2. Memerlukan feeding air limbah yang konstan 3. Penyisihan patogen dan nutrien relatif rendah Berikut merupakan kriteria perencanaan untuk unit IPAL Anaerobic Filter pada umumnya : Hydraulic Retention time = jam ph = 6,5 7,5 Alkalinitas = /L CaCO 3 Suhu = termofilik o C, mesofilik o C Filter Press Filter press atau saringan tekan adalah suatu unit IPAL lumpur. Prinsip kerja dari saringan tekan ini adalah dengan memisahkan air dan lumpur menggunakan plate

38 25 yang didorong dengan tekanan yang tinggi. Kelebihan dari saringan tekan ini adalah konsentrasi lumpur kering yang didapatkan tinggi, air saringan yang dihasilkan jernih, jumlah solid yang tertangkap banyak. Sedangkan kerugian dari saringan tekan adalah mesinnya yang komplek sehingga untuk perawatannya membutuhkan perhatian yang lebih. (Tchobanoglous, 1998). Tekanan yang digunakan dalam saringan tekan ini berkisar antara psi ( kpa). Proses penekanan terhadap lumpur sendiri memakan waktu maksimal 1 jam. (Reynolds and Richards, 1996) Gambar 2.11 Bagian-bagian Filter Press (Sumber : Anonim, 2002) Gambar 2.12 Unit Filter Press (Sumber : Anonim, 2002)

39 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan salah satu output dari perencanaan instalasi air limbah, di dalamnya ditampilkan seluruh perhitungan mengenai jumlah dana yang dibutuhkan untuk proses pembangunan instalasi secara rinci, seperti : Biaya Pekerjaan Galian Biaya Pekerjaan Lantai Biaya Pekerjaan Dinding Biaya Pekerjaan Atap Biaya Pekerjaan Inlet, penguras, dan Overflow Biaya di atas untuk pembangunan tiap-tiap unit instalasi. Rencana anggaran biaya ini didasarkan pada bill of quantity (BOQ) atau volume kegiatan yang memperinci semua material, bahan, sampai jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk membangun instalasi. Untuk perhitungan RAB ini, data-data yang diperlukan diperoleh dari HSPK (Harga Satuan Pekerja Konstruksi) Kota Surabaya Penelitian Terdahulu Pada tugas akhir ini akan ditinjau beberapa hasil dari penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai referensi, penelitian terdahulu yang diambil merupakan penelitian yang ada kaitannya dengan tugas akhir ini. Penelitian terdahulu ini didapat dari hasil kajian pustaka melalui studi literatur, jurnal, dan hasil tugas akhir terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang akan ditinjau adalah sebagai berikut : 1. Rakhmadany (2013) menulis Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya yang telah menyimpulkan sebagai berikut : a. Pada pengolahan biologi unit yang digunakan adalah Biofilter dengan tiga alternatif yaitu biofilter aerobik, biofilter anaerobik, dan biofilter aerobik + anaerobik,

40 27 b. Sementara untuk unit IPAL yang lain disamakan yaitu : bak ekualisasi tangki septik (alternatif) desinfeksi, c. Setelah dibandingkan didapat kesimpulan : Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Parameter Aerobik Anaerobik Kombinasi Kelebihan Kebutuhan lahan kecil, td singkat, biaya konstruksi rendah Kekurangan Nilai removal rendah, biaya operasi tinggi untuk blower Nilai removal tinggi, biaya operasi rendah karena tidak memakai listrik Menghasilkan gas, dan td lama (Sumber : Rakhmadany, 2013) Nilai removal paling tinggi karena 2x pengolahan biologis Kebutuhan lahan besar, biaya konstruksi dan operasi tinggi 2. Praditya (2013) menulis Dasain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya yang telah menyimpulkan sebagai berikut : Unit-unit IPAL yang digunakan yaitu : bak ekualisasi tangki septik biofilter aerobik biofilter anaerobik biofilter aerobik + anaerobik Unit biofilter anaerobik : Kelebihan : removal BOD mencapai 96%; biaya OM rendah

41 28 Kekurangan : td hingga 24 jam; biaya konstruksi mencapai 2,6 M; Kebutuhan lahan hingga 54,8 m 2 untuk satu unit Unit biofilter aerobik : Kelebihan : td lebih cepat yaitu 20 jam; biaya konstruksi 1,8 M; Kebutuhan lahan 41,8 m 2 Kekurangan : removal BOD 85%; biaya operasional lebih mahal karena memakai blower Kombinasi : Kelebihan : removal BOD 94%; biaya konstruksi 2,6 M Kekurangan : luas lahan 58,8 m 2 ; td hingga 36 jam; biaya OM mahal karena memakai blower 3. Ramdhani (2013) menulis Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Apartemen dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya yang telah menyimpulkan sebagai berikut : Proses Anaerobik Kelebihan : hemat listrik Kekurangan : BOD removal 89,82% Proses Aerobik Kelebihan : biaya konstruksi murah Kekurangan : BOD removal 89,80% Proses Kombinasi Kelebihan : BOD removal 95,46% Kekurangan : volume media besar 163,3 m diakses pada Maret 20014, menyimpulkan bahwa : Penelitian untuk mengatasi masalah pencemaran air di wilayah DKI Jakarta, untuk unit-unit IPAL yang digunakan adalah bak pemisah pasi bak pengendap

42 29 awal bak kontrol aliran RBC bak pengendap akhir bak khlorinasi bak pemekat lumpur. Untuk unit RBC, didapat hubungan antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD untuk mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90% sebagai berikut : Tabel 2.4 Hubungan antara konsentrasi dan beban BOD Konsentrasi BOD inlet (mg/l) Beban BOD, L A (gr/m 2.hari) (Sumber : Anonim, 2012) Juga didapat hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan BOD untuk air limbah domestik sebagai berikut : Tabel 2.5 Hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan BOD untuk air limbah domestik Beban BOD, L A Efisiensi Penghilangan (gr/m 2.hari) BOD (%) (Sumber : Anonim, 2012) Dari beberapa perencanaan terdahulu tentang sistem pengolahan air limbah untuk pusat pertokoan didapatkan kesimpulan bahwa proses anaerobiklah yang paling efektif untuk

43 30 digunakan, selain prosentase removalnya yang tinggi juga terbilang efisien dari segi waktunya. Namun pada perencanaan terdahulu tersebut data yang digunakan masih bersifat asumsi, untuk itu pada perencanaan kali ini akan diperdalam dengan menggunakan data yang sesuai realita dan dibandingkan kembali antara proses aerobik dan anaerobik namun dititik beratkan pada tingkat efektifitas media yang digunakan dalam pengolahan biologisnya, yaitu media tetap dengan media bergerak.

44 BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada tugas akhir kali ini, diperlukan suatu metode perencanaan yang praktis dan sistematis guna mempermudah proses perencanaan yang dilakukan, dalam hal ini yaitu perencanaan desain IPAL dengan Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk pusat pertokoan di Surabaya. 3.2 Alur Perencanaan Pada tugas akhir kali ini dibutuhkan alur perencanaan untuk mempermudah proses perencanaan yang dilakukan agar langkah-langkah menjadi jelas sehingga tujuan perencanaan dapat tercapai dengan baik. Untuk lebih jelasnya alur perencanaan pada tugas akhir kali ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut : Judul Tugas Akhir Judul pada perencanaan kali ini yaitu Perbandingan desain IPAL Fixed-medium Systems Anaerobic Filter dengan Moved-medium Systems Rotating Biological Contactor untuk pusat pertokoan di Surabaya. Judul ini diambil untuk membandingkan tingkat keefektifan dan keefisiensian antara sistem pengolahan pada penelitian sebelumnya yaitu fixed-medium systems anaerobic filter dengan alternatif baru yaitu moved-medium systems rotating biological contactor yang mana kedua unit ini sama-sama menerapkan proses attached growth atau biakan melekat. Parameter yang akan dibandingkan dari kedua unit tersebut adalah kualitas effluent, rencana anggaran biaya pembangunan dan OM-nya, serta kelebihan dan kekurangan dari keduanya. 31

45 Tinjauan Pustaka Untuk mendapatkan teori-teori pendukung yang relevan, dalam proses perencanaan tugas akhir ini dilakukanlah studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara pencarian dalam beberapa sumber seperti Text Book, jurnal-jurnal penelitian, artikel, tugas akhir, thesis, internet, dan lain-lain. Beberapa teori pendukung yang diperlukan, dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Definisi pusat pertokoan 2. Karakteristik air limbah pusat pertokoan di Surabaya 3. Baku mutu air limbah pusat pertokoan di Surabaya 4. Proses pengolahan air limbah 5. Unit IPAL air limbah yang dibutuhkan Studi literatur ini dilakukan secara kontinyu selama proses perencanaan berlangsung, sehingga diharapkan memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan karena semua proses perencanaan didasarkan pada data-data yang relevan dari sumber-sumber yang diakui Pengumpulan Data Pada tugas akhir ini, diperlukan data-data pendukung yang relevan dan realistis, agar perencanaan dapat dilakukan dengan baik dan bermanfaat sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Data-data yang dibutuhkan berupa data sekunder, meliputi : a. Karakteristik air limbah yang akan diolah dari sumber pusat pertokoan yang terpilih di Surabaya. Karakteristik air limbah yang dicari yaitu COD, BOD, dan TSS, b. Data fluktuasi pemakaian air bersih pusat pertokoan untuk perhitungan kuantitas / debit air limbah, c. Lokasi dan kelas badan air penerima, d. Harga satuan pekerjaan konstruksi di Surabaya,

46 Gambar 3.1 Alur Perencanaan 33 33

47 34 Halaman ini Sengaja Dikosongkan 34

48 Perhitungan DED Unit IPAL Setelah didapat data-data pendukung yang relevan, tahapan berikutnya yaitu perhitungan unit IPAL air limbah yang akan digunakan. Untuk proses perhitungan ini, sebelumnya dilakukan studi literatur untuk memperoleh gambaran-gambaran serta rumus-rumus yang digunakan dalam proses perhitungan unit IPAL tersebut. Setelah itu dapat dirumuskan kriteria perencanaan untuk setiap unit IPAL yang akan digunakan Penggambaran Unit IPAL Setelah didapat dimensi dari tiap-tiap unit IPAL, tahapan selanjutnya adalah menggambar tiap unit IPAL tersebut untuk lebih memperjelas dimensi-dimensinya dan memudahkan proses pengerjakan (konstruksi) nantinya. Penggambaran unit IPAL ini dilakukan menggunakan software autocad dengan skala yang disesuaikan dengan ukuran aslinya Perhitungan BOQ dan RAB Setelah dihitung DED dari masing-masing unit IPAL, tahapan berikutnya adalah menghitung Bill of Quantity (BOQ) dari masing-masing unit IPAL, yang mana hasil perhitungan BOQ ini digunakan untuk menghitung rencana anggaran biaya (RAB) yang diperlukan untuk pembangunan IPAL yang direncanakan. Perhitungan RAB ini disesuaikan dengan harga satuan pekerjaan konstruksi di Surabaya. Hasil dari perhitungan RAB ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi manajemen pusat pertokoan untuk merealisasikan pembangunan IPAL yang telah direncanakan Pembahasan Tahapan selanjutnya dari perencanaan ini adalah pembahasan terhadap perhitungan-perhitungan yang telah

49 36 dilakukan sebelumnya. Secara garis besar pembahasan dilakukan dalam beberapa poin penting yaitu : 1. Debit air limbah yang akan diolah, didapat dari sampling di lapangan 2. Karakteristik air limbah yang akan diolah, didapat dari hasil analisa laboratorium 3. Alternatif unit IPAL yang direncanakan yaitu dengan anaerobic filter dan rotating biological contactor 4. Perhitungan DED alternatif unit IPAL 5. Gambar DED alternatif unit IPAL 6. BOQ dan RAB rencana IPAL 7. Perhitungan OM 8. Lay out yang direncanakan 9. Profil Hidrolis 10. Kelebihan dan Kekurangan dari masing-masing alternatif unit IPAL 11. Perencanaan dengan variabel debit Pembagian pembahasan menjadi beberapa poin tersebut dilakukan untuk mempermudah penyelarasan antara tujuan perencanaan dengan kesimpulan yang ingin dicapai Hasil Perhitungan Hasil perhitungan merupakan tahapan akhir dari perencanaan ini, hasil ini merupakan kesimpulan sehingga harus selaras dengan tujuan perencanaan dan harus sesuai dengan pembahasan yang telah dilakukan. Kemudian dibutuhkan juga sebuah saran yang ditujukan kepada perencana berikutnya agar kekurangan-kekurangan pada tugas kali ini dapat diperbaiki. Secara garis besar hasil perhitungan ini dibagi menjadi beberapa poin yang minimal di dalamnya harus memuat beberapa hal sebagai berikut :

50 37 1. Mengenai dimensi dan gambar DED unit IPAL, 2. Mengenai BOQ-RAB dan OM yang dibutuhkan, 3. Mengenai kelebihan dan kekurangan kedua alternatif.

51 38 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tugas akhir ini, dilakukan perencanaan instalasi pengolahan air limbah untuk limbah pusat pertokoan dengan menggunakan dua alternatif unit IPAL yaitu anaerobic filter dan rotating biological contactor. Penentuan alternatif unit ini dititik beratkan pada pembandingan tingkat keefektifan media yang digunakan pada masing-masing unit IPAL yaitu media tetap (fixed-medium systems) pada unit anaerobic filter dan media bergerak (moved-medium systems) pada unit rotating biological contactor. 4.1 Perhitungan Debit Air Limbah Pusat Pertokoan Sebelum melakukan perhitungan Detail Engineering Design (DED) untuk setiap unit IPAL yang direncanakan, terlebih dahulu dihitung jumlah debit air limbah yang dihasilkan dari pusat pertokoan itu sendiri. Debit air limbah dapat diperkirakan mencapai 80% kebutuhan air minum pada pusat pertokoan tersebut. (Thcobanoglous, 2003). Berikut merupakan hasil pengambilan data primer di lapangan tentang debit air limbah yang dihitung dari 80% pemakaian air bersih tiap jamnya. Tabel 4.1 Debit Air Limbah Tiap Jam Debit Air Debit Air Selisih Waktu bersih Limbah (m3/jam) (m3/jam) (m3/jam) , , ,

53 40 Waktu Debit Air bersih (m3/jam) Selisih (m3/jam) Debit Air Limbah (m3/jam) , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2 Sumber : Data hasil sampling di lapangan

54 Air Bersih Air Limbah Gambar 4.1 Hubungan Debit Air Bersih dan Air Limbah Dari data di atas, dapat dihitung debit rata-rata (Q ave ) air limbah yang dihasilkan tiap harinya sebesar 258,4 m 3 /hari. 4.2 Karakteristik Air Limbah Pusat Pertokoan Pada tugas akhir ini, untuk mengetahui karakteristik air limbah yang dihasilkan dilakukan dengan cara sampling air limbah kemudian dianalisa di Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Berikut merupakan hasil analisa laboratorium yang telah dilakukan : Tabel 4.2 Karakteristik Air Limbah Hasil Uji Laboratorium Waktu (jam) COD BOD 5 TSS

55 42 Waktu (jam) COD BOD 5 TSS Sumber : Hasil uji laboratorium jurusan Teknik Lingkungan ITS

56 Gambar 4.2 Hasil Analisa COD, BOD 5, TSS COD BOD5 TSS Dari data di atas dapat dihitung nilai COD, BOD 5, dan TSS ratarata per hari sebesar : COD = 350, 46 mg/l BOD 5 = 208,92 mg/l TSS = 420,08 mg/l Hasil analisa laboratorium tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu air limbah yaitu Pergub Jatim no. 32 t ahun 2013 sebagai berikut : Tabel 4.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik Parameter Satuan Kadar Maksimum BOD 5 Mg/L 30 COD Mg/L 50 TSS Mg/L 50 Sumber : Peraturan Gubernur Jawa Timur no.72 Tahun 2013 Dari pembandingan kedua data di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik air limbah yang dihasilkan nilainya melebihi ambang batas yang diperbolehkan pada baku mutu air limbah, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terhadap air limbah terlebih dahulu agar effluennya tidak mencemari lingkungan.

57 Alternatif Unit IPAL Pada tugas akhir ini, dipilih dua alternatif unit IPAL yang akan saling dibandingkan kelebihan dan kekurangannya. Alternatif tersebut sebagai berikut : Alternatif unit IPAL I : Bak Ekualisasi Septic Tank Anaerobic Filter Filter Press Alternatif unit IPAL II : Bak Ekualisasi Septic Tank Filter Press Rotating Biological Contactor Pemilihan unit-unit dari kedua alternatif IPAL tersebut didasarkan atas beberapa hal yaitu: 1. Pada pengolahan pendahuluan : dipilih unit bak ekualisasi karena untuk mengatasi fluktuasi debit dan karakteristik air limbah, selain itu juga untuk proses aerasi (suplai oksigen) air limbah karena adanya proses sirkulasi pada bak ekualisasi ini 2. Pada pengolahan fisik : dipilih unit saptic tank sebagai bak pengendap, mengingat limbah berasal dari pusat pertokoan jadi debitnya tidak terlalu besar, sehingga tidak digunakan unit seperti pra-sedimentasi 3. Pada pengolahan biologis : dipilih unit RBC dan AF, karena untuk dibandingkan tingkat keefektifan dari kedua unit tersebut, karena

58 45 kedua unit tersebut bekerja dengan proses attached growth namun dengan sistem media yang berbeda yaitu moved-medium dan fixed-medium 4. Pada pengolahan lumpur : pada perencanaan ini dipilih unit filter press untuk mengolah lumpur, karena diperkirakan lumpur yang dihasilkan jumlahnya sedikit sehingga lebih efektif digunakan filter press, juga mengingat bahwa IPAL ini dirancang untuk mengolah limbah pusat pertokoan yang memiliki ruang/lahan yang terbatas, maka akan lebih efisien bila digunakan filter press karena hanya membutuhkan ruang yang relatif kecil 4.4 Perhitungan DED Alternatif IPAL Berikut merupakan perhitungan DED kedua alternatif IPAL yang digunakan : Bak Ekualisasi Diketahui : Q hm = 258,4 m3/hari = 0,003 m3/dt Direncanakan : Jumlah bak = 1 unit Waktu detensi = 10 jam Kedalaman (h) = 3 m Rasio P : L = 1 : 1 Perhitungan : A. Penentuan Volume Bak Ekualisasi : Untuk menemukan volume bak ekualisasi yang dibutuhkan untuk proses pengolahan, dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :

59 46 Waktu [1] Tabel 4.4 Perhitungan Volume BE Q tiap jam (%) [2] Q pengaliran (%) [3] Selisih % [4] Volume Bak Ekualisasi % [5] ,167 4,167 4, ,167 4,167 8, ,167 4,167 12, ,167 4,167 3,000 15, ,167-0,833 14, ,94 4,167-1,773 12, ,5 4,167 0,667 13, ,5 4,167 1,667 15, ,167 4,167 3,000 18, ,5 4,167 2,667 20, ,167-0,833 20, ,167-5,833 14, ,167-17,833-3, ,167-13,833-17, ,94 4,167-1,773-19, ,94 4,167-1,773-20, ,167-0,833-21, ,167-0,833-22, ,167 4,167 3,000-19, ,167 4,167 3,000-16, ,167 4,167-12, ,167 4,167-8, ,167 4,167-4, ,167 4,167 0,012

60 47 Keterangan : Kolom 1 : Durasi jam dalam 1 hari Kolom 2 : Persentase pemakaian air pada tiap jam Kolom 3 : Persentase Q pengaliran pada tiap jam Kolom 4 : Selisih [3] - [2] Kolom 5 : Akumulasi kolom [4] V bak ekualisasi = Q desain x (% positif terbesar % negatif terbesar) = 258,4 m 3 /hari x (20,893%-(-22,654%)) = 112,52 m 3 Kedalaman = 3 m V bak ekualisasi = A x h 112,5 = A x 3 m A = 37,508 m 2 Rasio P : L = 1 : 1 P = L 2 A = L 2 37,5 = L 2 L = 6,12 m P = 6,12 m fb = 0,3 m Kedalaman total = 3,3 m td cek = volume / Q = 78,38 m 3 / 180 m 3 /hari = 0,43 hari = 10,45 jam B. Penentuan Dimensi Pipa Influen : Q = v asumsi x A

61 48 A = Q / v asumsi = 0,003 / 1,5 = 0,002 m 2 D = ((4 x A)/3,14) 0,5 = 0,0504 m 5,04 cm Panjang pipa = 1 m Mayor losses : Hf = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (5,04 2,63 ))) 1,85 ).1 = 0,065 m C. Penentuan Pompa : pompa untuk mengalirkan air limbah dari bak ekualisasi ke septic tank pompa yang digunakan bertipe submersible / terendam di dalam air limbah. Lampiran D (Anonim, 2000) Q pompa = Q ave = 0,003 m 3 /dt = 3 l/dt v asumsi = 1 m/dt Efisiensi pompa = 90% A = Q / v asumsi = 0,003 / 1 = 0,003 m 2 D = ((4 xa)/3,14) 0,5 = 0,0436 m = 4,3 cm Head pompa = Hstatik + hf mayor + hf minor + k.(v 2 /2g) Hstatik = 3 m hf mayor : L suction = 0 m L discharge = 4 m hf discharge = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (4,37 2,63 ))) 1,85 ).4 = 0,2493 m hf mayor = 0 + 0,9953

62 49 hf mayor = 0,2493 m hf minor = 3x belokan 90 o + k check valve + (v^2/2g) = ((3 x 0,294) + 1,44) + ((0,88 2 )/(2x9,8)) = 2,3615 m Head pompa = 3 + 0, ,36 + ((2 2 )/2.9,8) = 10,308 m Septic Tank Diketahui : Q ave = 2,99 L/dt = 0,003 m 3 /dt Q peak = Q ave x f peak = 10,77 x 2,5 = 26,92 m 3 /jam COD influent = 350,46 mg/l BOD 5 influent = 208,92 mg/l TSS influent = 420,08 mg/l SS/COD ratio = 0,4 (0,35-0,45) Kadar air dalam lumpur = 90,87 % Kadar solid dalam lumpur = 9,12 % Spesific gravity = 0,998 Suhu air limbah = 28 o C Direncanakan : HRT = 3 jam COD removal = ((SS/COD ratio)/0,6) x faktor faktor = 0,38 (Gambar 4.3) COD removal = (0,4/0,6) x 0,38 = 0,25 = 25,3 % BOD 5 removal = faktor x %COD

63 50 faktor = 1,06 (Gambar 4.4) BOD 5 removal = 1,06 x 25,3% = 26,85 % TSS removal = 53,71 % (2 x BOD 5 removal) Gambar 4.3 Grafik Prosentase Removal COD Berdasarkan Waktu Tinggal pada Septic Tank (Sumber : Sasse, 1998) Gambar 4.4 Grafik Rasio Efisiensi Removal BOD/COD (Sumber : Sasse, 1998)

64 51 Perhitungan : A. Kualitas effluent : COD influent = 350,46 mg/l COD removal = 25 % COD effluent = COD influent - (COD influent x COD removal) = 350,46 mg/l - (350,46 mg/l x 25%) = 261,68 mg/l BOD 5 influent = 208,92 mg/l BOD 5 removal = 26,85 % BOD 5 effluent = BOD influent - (BOD influent x BOD removal) = 350,46 mg/l - (350,46 mg/l x 26,85%) = 152,82 mg/l TSS influent = 420,1 mg/l TSS removal = 53,71 % TSS effluent = TSS influent - (TSS influent x TSS removal) = 420,1 mg/l - (420,1 mg/l x 53,71%) = 194,47 mg/l B. Produksi lumpur : TSS removal = 53,71 % Sg solid = 1,4 Kadar solid dalam lumpur = 9,12 % Sg air = 0,99 gr/cm 3 996,26 kg/m 3 Kadar air dalam lumpur = 90,88 % TSS yang terendapkan = TSS removal x TSS influent = 53,71% x 420,1 mg/l

65 52 TSS yang terendapkan = 225,61 mg/l = 225,6 mg/l x Q ave = 225,6 mg/l x L/hari = mg/hari =58,29 kg/hari Sg lumpur (1/Sgl) = %solid/sgs + %air/sga 1/Sgl = 9,12%/1,4 + 90,8%/0,99 Sgl = 1,02 Volume lumpur = TSS / (%solid x Sgl x Sga) = 58,3 kg/hari / (9,12% x 1,023 x 996,26 kg/m 3 ) = 0,63 m 3 /hari C. Dimensi pipa influent : Q = v asumsi x A A = Q / v asumsi = 0,003 / 2 = 0,0014 m 2 D = ((4 x A)/3,14) = ((4 x 0,001)/3,14) 0,5 = 0,04 m = 4,36 cm panjang pipa = 0,5 m Mayor losses : hf Minor losses : Akibat 1 gate valve = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (4,4 2,63 ))) 1,85 ).0,5 = 0,065 m = (k.v^2)/2g = (0,13.2^2)/2.9,8 = 0,026 m Headloss total = 0, ,026 Headloss total = 0,092 m

66 53 D. Dimensi septic tank : td = 3 jam volume septictank = Q x td = 10,8 m 3 /jamx3jam = 32,3 m 3 kedalaman = 3 m A surface = volume / kedalaman = 32,3 m3 / 3 m = 10,7 m 2 panjang : lebar = 2 : 1 lebar = (A surface / 2) 0,5 panjang cek td = (10,8 / 2) 0,5 = 2,32 m = 2 x lebar = 4,64 m = (p x l x t) / Q = (4,6 x 2,3 x 3)/10,8 = 3 jam OK! E. Dimensi pipa effluent : Q = v asumsi x A A = Q / v asumsi = 0,003 / 2 = 0,0014 m 2 D = ((4 x A)/3,14) = ((4 x 0,001)/3,14)^0,5 = 0,044 m = 4,36 cm panjang pipa = 0,5 m Mayor losses : hf = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L

67 54 hf = ((2/(0, (4,4 2,63 ))) 1,85 ).0,5 = 0,065 m Minor losses : Akibat 1 gate valve = (k.v 2 )/2g = (0, )/2.9,8 = 0,026 m Headloss total = 0, ,026 = 0,092 m Rotating Biological Contactor (RBC) Kriteria Desain : Organic Loading = kurva rotordisk (Gambar 4.5) HRT = 0,7-1,5 jam Effluen BOD5 = < 30 mg/l Rotasi media = 1--3 rpm Diketahui : Q ave = 258,4 m 3 /hari Kualitas influen : TBOD 5 = 152,82 mg/l COD = 261,68 mg/l TSS = 194,47 mg/l TSS mengandung 65% bahan organik biodegradable BOD 5 = 68 % BOD L Kd = 0,05 Direncanakan : TBOD 5 effluen = <30 mg/l td = 1,5 jam h RBC = 40 % dari luas media

68 55 Perhitungan : A. Konsentrasi bahan organik terlarut (SBOD 5 ) biodegradable TSS = 65% x TSS influent = 65% x 194,5 mg/l = 126,40 mg/l BODL dari biodegradable TSS : BODL = biodegradable TSS x 1,42 = 126,4 mg/l x 1,42 = 179,49 mg/l BOD 5 dari BODL biodegradable TSS : BOD 5 = 68% x BODL = 68% x 179,5 mg/l = 122,06 mg/l TBOD5 - BOD5 dari BODL soluble BOD 5 = biodegradable TSS = 152,82 mg/l - 122,1 mg/l = 30,76 mg/l B. Penentuan luas permukaan media nilai organic loading yang terkandung pada target BOD effluent yaitu 30 mg/l didapat dari kurva organic loading vs TBOD (Gambar 4.5) Organic Loading Influent = (COD+TBOD5) x Q = (261,68 gr/m ,82 gr/m 3 ) x 258,4 m 3 /hari = = ,8 gr/hari 107,12 kg/hari Target Organic Loading = 0,02 kg/hari BOD loading = TBOD5 x Qave = 152,82 gr/m 3 x 258,4 m 3 /hari = 39487,54 gr/hari

69 56 = 39,48 kg/hari Gambar 4.5 Kurva Organik Loading v Total BOD 5 untuk Rotordisk COD loading = COD x Qave = 261,68 gr/m 3 x 258,4 m 3 /hari = 67616,96 gr/hari = 67,62 kg/hari luas permukaan media yang dibutuhkan : As = BOD loading / organik loading = 39,49 kg/hari / 0,02 kg/m 2.hari = 1974,37 m 2 C. Penentuan tipe RBC tipe RBC ditentukan berdasarkan luasan media yang dibutuhkan. Lampiran E (Anonim, 2002) didapat tipe M-200, dengan spesifikasi : maks luasan media sqft = 2184 m 2 /shaft diameter 2,72 m kapasitas maks 343 m 3 /hari

70 57 kebutuhan power 2,2 kw ketebalan media 1 cm D. Penentuan Kebutuhan Media panjang shaft maksimum = 8,23 m kebutuhan shaft = As / luas permukaan tipe M-200 = 1974,38 m2 / 2184 m 2 /shaft = 1 shaft jari-jari disk media = 1/2 x diameter = 1/2 x 2,72 m = 1,36 m jari-jari yang tercelup = 40% x jari-jari total = 40% x 1,4 m = 0,544 m jari-jari yang tidak tercelup = 1,36 m - 0,54 m = 0,816 m As tiap disk (2 sisi) : As (/disk) = 2 x (1/4 x 3,14 x D 2 ) = 2 x (1/4 x 3,14 x 2,72 2 ) = 11,62 m 2 jumlah disk yang dibutuhkan : disk = luas tipe M-200 / luas setiap disk = 2184 m 2 / 11,62 m 2 disk = 189 disk As efektif (yang tercelup) = 2 x N x 3,14 x (r2) N = jumlah disk r = jari-jari tercelup As efektif = 2 x 189 x 3,14 x ((1,36 2 )-(0,816 2 )) = 1405 m 2

71 58 hidrolik loading dari desain luas RBC : HLR = Q/A = 258,4 m 3 /hari / 351,3 m 2 = 0,184 m 3 /m 2.hari E. Penentuan Dimensi RBC spesifikasi rotordisk dari lampiran : ketebalan media = 1 cm jarak antar media = 1 cm jarak disk terluar dengan bagian panjang dinding bak 5 cm jarak antar stage = 10 cm jarak antar media dengan bagian lebar dinding bak 5 cm Panjang RBC : Shaft terdiri dari 189 d isk, sehingga panjang shaft adalah ketebalan media ditambah jarak antar disk ketebalan media total = 189 cm jarak antar media total = N - 1 = = 188 cm tebal dinding sekat = 3 x 0,1 m = 0,3 m P total = (tebal media) + (jarak antar media) + (jarak stage dengan bak) = 189 cm cm + 5 cm + 30 cm = 412 cm Lebar RBC : lebar RBC merupakan panjang diameter media ditambah jarak media dengan dinding jarak antara media dengan dinding = 2 x 5 cm = 10 cm

72 59 lebar total RBC = (diameter media + jarak media dengan dinding) = (272 cm + 10 cm) = 282 cm Kedalaman bak RBC : kedalaman bak RBC 40% dari luasan media yang tercelup air limbah jari-jari media (H) = 1,36 m kedalaman RBC = (40% x H) = (40% x 136 cm) = 54,4 cm ruang untuk lumpur = 55 cm dari media kedalaman total = 54,4 cm + 55 cm = 109,4 cm F. Mass Balance RBC Gambar 4.6 Mass Balance RBC perhitungan massa lumpur TBOD 5 : M = (fhko(s) x As efektif)) / (Km+S) = ((0,006 L/mg)(0,001 m)(0,2 mg/l.dt)(152,82 mg/l)(1405 m 2 )) / 10 mg/l + 152,82 mg/l = 0,0015

73 60 M = 15,82 kg/m 3.hari perhitungan removal substrat netto : M' = M - Kd (So-S) = 3,96-0,05 (152,82-30) = 9,68 kg/m 3.hari nilai Yobs : Yobs = M'/M = 9,684 kg/m 3.hari 15,82 kg/m 3.hari = 0,61 perhitungan biomassa yang dibuang : 0,61 x 258,4 m3/hari x Px = Yobs.Q.(So-S) = (152,82 gr/m 3-30 gr/m 3 ) = 19420,46 gr/hari massa lumpur dari biodegradable TSS : massa TSS influen = 194,5 mg/l x L/hari = ,3 mg/hari biodegradable TSS = massa TSS x 65% x 1,42 x 68% = 50,25 x 65% x 1,42 x 68% = 31,54 kg/hari Lumpur TSS inert = MTSS influen - Biodegradable TSS = 50,25 kg/hari - 31,54 kg/hari = 18,71 kg/hari total lumpur yang dibuang : total lumpur = Px + Lumpur TSS inert = 19,4 kg/hari + 18,7 kg/hari total lumpur = 38,13 kg/hari

74 61 G. Kualitas Efluent RBC kualitas efluent bahan organik (TBOD 5 ) : massa TBOD 5 influent = 152,82 gr/m 3 x 258,4 m 3 /hari = 39,5 kg/hari total lumpur = 38,13 kg/hari massa efluent BOD5 = M TBOD5 influent - M biomassa = 39,49-38,13 = 1,36 kg/hari konsentrasi BOD 5 efluent = (1,36 kg/hari x 1000 g/kg) / 258,4 = 5,2 mg/l ratio DOD 5 /COD sebesar 0,5, maka: COD efluent = 5,246 mg/l / 0,5 = 10,5 mg/l TSS efluent : massa TSS efluent = MTSS influen - MTSS biodegradable = 50,25 kg/hari - 31,54 kg/hari = 18,7 kg/hari kadar TSS efluent = 18,7 kg/hari / 258,4 m 3 /hari = 7,2E-06 kg/l = 7,2 mg/l efisiensi pengolahan RBC : efisiensi pengolahan RBC total = = ((BOD5 inf - BOD5 eff)/bod5 inf) x 100 ((152,82-5,24)/152,82) x 100 = 96,57 % S1 = (-)1+((1+4x0,00974x(1405 / 258,4) x 30,76) 2x0,00974x(1405 / 258,4) = 61,52 mg/l

75 62 efisiensi pengolahan SBOD 5 ((152,82 mg/l - 61,52 = mg/l)/152,82 mg/l)*100 = 59,7 % H. Rasio F/M merupakan perbandingan jumlah food (materi organik) dengan jumlah mikroorganisme dalam suatu reaktor F/M = (Q (So - S))/MLSS x V (258,4 m 3 /hari (0,153 kg/m 3-0,005 kg/m 3 )) / = (0,003 kg/m 3 x 12,7 m 3 ) = 1,01 kg BOD/kgMLSS/hari I. Profil Hodrolis RBC inlet : merupakan outlet septic tank, headloss = 0,09 m outlet : Q = v asumsi x A A = Q / v asumsi = 0,003 / 2 = 0,09 m 2 D = ((4 x A)/3,14) = ((4 x 0,001)/3,14) 0,5 = 0,34 m = 34,2 cm panjang pipa = 0,5 m Mayor losses : hf Minor losses : Akibat 1 gate valve = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (4,4 2,63 ))) 1,85 ).0,5 = 1,3E-06 m = (k.v 2 )/2g = (0, )/2.9,8

76 63 Akibat 1 gate valve = 0,02 m Headloss total = 0, ,026 = 0,02 m Anaerobic Filter (AF) Diketahui : Q ave = 1,5 L/dt 0,002 m 3 /dt = 5,4 m 3 /jam 5383,3 L/jam Temperatur = 28 o C HRT (td) = 24 jam Direncanakan : Jumlah anaerobic filter = 6 unit Perhitungan : A. Dimensi pipa influent : Q = v asumsi x A A = Q / v asumsi = 0,003 / 1,5 = 0,001 m 2 D = ((4 x A)/3,14) 0,5 = ((4 x 0,0019)/3,14)^0,5 = 0,04 m 3,6 cm panjang pipa = 0,3 m Mayor losses : hf = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2,9/(0, (5,03 2,63 ))) 1,85 ).0,3 = 0,03 m Minor losses : akibat 2 belokan 90 o (k=0,5) hf = 2.((k.(v 2 ))/(2.g)) = 2.((0,5.(1,5 2 ))/(2.9,8))

77 64 hf = 0,11 m akibat 1 gate valve (k = 0,13) hf = ((k.(v 2 ))/(2.g)) = ((0,13.(1,5 2 ))/(2.9,8)) = 0,015 m total hf minor = 0, ,015 = 0,13 m total headloss = mayor losses + minor losses = 0, ,13 = 0,16 m B. Dimensi anaerobic filter : COD influent = 261,7 mg/l 0,0003 kg/l BOD5 influent = 152,8 mg/l 0,0002 kg/l TSS influent = 194,5 mg/l 0,0002 kg/l Spesifik permukaan media filter = 150 m 2 /m 3 Pori media filter = 98 % HRT (td) = 24 jam Faktor temperatur = 1,08 Gambar 4.7 Grafik Faktor Temperatur

78 65 Faktor strength = 0,9 Gambar 4.8 Grafik Faktor Strength Faktor permukaan = 1,03 Gambar 4.9 Grafik Faktor Permukaan Filter

79 66 Faktor td = 0,68 Gambar 4.10 Grafik Faktor Waktu Tinggal COD removal = F.temp x F. Stre x F. Perm x F. Td x (1+(jumlah filter x 0,04)) COD removal = 1,08x0,9x1,03x0,68x(1+(6x0,04)) = 0,8 = 84,4 % COD effluent = COD influent - (COD influent x COD removal) = (288 x 81,7%) = 40,8 mg/l BOD5 / COD removal ratio = 1,15 BOD 5 removal = COD removal x BOD / COD removal ratio = 81,7 % x 1,15 = 97,1 %

80 67 Gambar 4.11 Grafik Faktor Ratio BOD/COD BOD 5 effluent = BOD influent - (BOD influent x BOD removal) = 253,152 - (253,152 x 97,1%) = 4,5 mg/l = 0,004 kg/m 3 TSS removal = 97,1 % TSS effluent = TSS influent - (TSS influent x TSS removal) TSS effluent = 194,5 - (194,5 x 97,1%) = 5,7 mg/l OLR = 5 kg COD/m 3.hari (5-10 kg COD/m 3.hari) HLR = 1 m3/m2.jam (<2m3/m2.jam) Porositas media filter = 98 % (media filter sarang tawon) Volume media = Qave x COD / OLR = ( L/hari) x 0, kg/l / 5 kg COD/m 3.hari = 13,5 m 3 Volume rongga = porositas media filter x volume media Volume rongga = 98% x 13,52 = 13,3 m 3 Asurface = Vrongga x HLR

81 68 Asurface = 13,25 / 24 x 1 = 0,6 m 2 total tinggi media = volume rongga / A surface = 13,25 / 0,55 = 24 m tinggi 1 media = 2 m (ketentuan) jumlah media = total tinggi media / tinggi 1media jumlah media = 12 buah panjang : lebar = 2 : 1 lebar = (A surface / 2) 0,5 = (0,55/2) 0,5 = 0,5 m panjang = 2 x lebar = 1,1 m cek td = volume rongga / (HLR x A surface) = 13,25 / (1 x 0,46) = 24 jam OK! cek HLR = volume rongga / Asurface x td = 13,25 / (0,46 x 24) = 1 m 3 /m 2.jam OK! cek OLR = kg COD x Q ave / volume rongga = 0, kg/l x L/hari 13,25 = 5,1 kg COD/m 3.hari OK! Jadi, dimensi anaerobic filter : Panjang = 1,1 m Lebar = 0,5 m tinggi media filter = 2 m Tinggi reaktor = 3 m

82 69 C. Rasio F/M merupakan perbandingan jumlah food (materi organik) dengan jumlah mikroorganisme dalam suatu reaktor F/M = (Q (So - S))/MLSS x V = (258,4 m3/hari (0,153 kg/m3-0,004 kg/m3)) / (0,003 kg/m3 x 13,25 m3) = 0,97 kg BOD/kgMLSS/hari D. Dimensi Pipa Effluent : Q = v asumsi x A A = Q / v asumsi = 0,003 / 1,5 = 0,002 m 2 D = ((4 x A)/3,14) 0,5 = ((4 x 0,0019)/3,14) 0,5 = 0,05 m = 5,03 cm panjang pipa = 0,3 m Mayor losses : hf = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2,9/(0, (8,9 2,63 ))) 1,85 ).0,3 = 0,02 m Minor losses : akibat 2 belokan 90o (k=0,5) hf = 2.((k.(v 2 ))/(2.g)) = 2.((0,5.(1,5 2 ))/(2.9,8)) = 0,1 m akibat 1 gate valve (k=0,13) hf = ((k.(v 2 ))/(2.g)) = ((0,13.(1,5 2 ))/(2.9,8)) hf = 0,01 m total hf minor = 0, ,015

83 70 total hf minor = 0,1 m total headloss = mayor losses + minor losses = 0, ,13 = 0,15 m E. Produk AF : Produksi biogas = (COD influent - COD effluent) x Q ave x 0,35 / 1000 / 0,7 x 0,5 = (217,3 mg/l - 39,8 mg/l) x 258,4 x 0,35 / 1000 / 0,7 x 0,5 Produksi biogas = 14,3 m 3 /hari Gambar 4.12 Mass Balance AF Unit Filter Press Kriteria Desain : Jenis Filter Press yang digunakan Kapasitas unit untuk mengolah = Hydroulic chamber Lampiran F (Anonim, 2000) = 25 m 3 /jam

84 71 Dimensi unit : Panjang total = 5150 mm Lebar total = 2950 mm Tinggi total = 2380 mm Panjang pondasi = 5000 mm Lebar pondasi = 2700 mm Tinggi pondasi = 300 mm Lebar belt = 2200 mm Belt area : Gravity belt zone = 6 m 2 Wedge zone = 4 m 2 Pressure zone = 12 m 2 Direncanakan filter press untuk mengolah 2 alternatif IPAL, yang pertama lumpur dari unit septic tank, dan yang kedua lumpur dari unit septic tank + rotating biological contactor. A. Dari Septic tank Direncanakan : Jumlah lumpur yang akan diolah : dari unit septic tank = 58,3 kg/hari jumlah = 58,3 kg/hari Perhitungan: lumpur hasil olahan filter press : Sg solid = 1,4 Kadar solid dalam lumpur = 9,12 % Sg air = 0,99 gr/cm 3 = 996,2 kg/m 3 Kadar air dalam lumpur = 90,8 % Sg lumpur (1/Sgl) = %solid/sgs + %air/sga

85 72 1/Sgl = 9,12%/1,4 + 90,8%/0,99 Sgl = 1,02 Volume lumpur = jumlah lumpur / (%solid x Sgl x Sga) = 58,3 kg/hari / (9,12% x 1,023 x 996,26 kg/m 3 ) = 0,63 m 3 /hari Bak Penampung awal : 1 m 3 air beratnya 1 ton / 1000 kg (ketentuan) lumpur yang terkumpul sebelum masuk filter press sebanyak 107,082 kg/hari kadar air dalam lumpur sebesar 90,9% 90,9% x 107,082 = 97,3 kg/hari adalah air 1000 kg air = 1 m 3 97,3 kg air = x m 3 x = (97,3 kg air x 1 m 3 ) / 1000 kg air x = 0,053 m 3 dalam 58,3 kg/hari lumpur yang akan diolah di filter press, air membutuhkan ruang sebesar 0,053 m 3 /hari, sedangkan lumpur membutuhkan 0,63 m 3 /hari, sehingga volume bak penampung lumpur awal yang dibutuhkan : Vol bak awal = 0, ,63 = 0,67 m 3 0,7 m 3 dimensi bak penampung lumpur awal : (P) = 0,7 m (L) = 1 m (h) = 1 m (V) = 0,7 m 3

86 73 Pompa penyalur dari bak penampung lumpur awal menuju filter press : Pompa submersible. Lampiran D (Anonim, 2000) : Qave = 0,003 m 3 /dt v asumsi = 2 m/dt A = Q / vasumsi = 0,003 / 2 = 0,0015 m 2 D = ((4 xa)/3,14) 0,5 = 0,04 m 4,36 cm Hstatik + hf mayor + hf minor + = k.(v 2 /2g) Head pompa Hstatik = 1 m hf mayor : L suction = 0 m L discharge = 1,5 m hf discharge = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (4,37 2,63 ))) 1,85 ).1,5 = 0,19 m hf mayor = 0 + 0,197 = 0,19 m hf minor = Head pompa 3x belokan 90 o + k check valve + (v 2 /2g) ((3 x 0,294) + 1,44) + = ((0,88 2 )/(2x9,8)) = 2,36 m = 1 m + 0,197 m + 2,36 m = 3,56 m

87 74 B. Dari Septic tank + Rotating biological contactor Direncanakan : Jumlah lumpur yang akan diolah : dari unit septic tank = 58,3 kg/hari dari unit RBC = 38,1 kg/hari jumlah = 96,4 kg/hari Perhitungan: lumpur hasil olahan filter press : Sg solid = 1,4 Kadar solid dalam lumpur = 9,12 % Sg air = 0,996 gr/cm 3 = 996,3 kg/m 3 Kadar air dalam lumpur = 90,8 % Sg lumpur (1/Sgl) = %solid/sgs + %air/sga 1/Sgl = 9,12%/1,4 + 90,8%/0,99 Sgl = 1,02 Volume lumpur = jumlah lumpur / (%solid x Sgl x Sga) = 96,43 kg/hari / (9,12% x 1,023 x 996,26 kg/m 3 ) = 1,04 m 3 /hari Bak Penampung awal : 1 m 3 air beratnya 1 ton / 1000 kg (ketentuan) lumpur yang terkumpul sebelum masuk filter press sebanyak 96,43 kg/hari kadar air dalam lumpur sebesar 90,9% 90,9% x 96,43 = 87,6 kg/hari adalah air 1000 kg air = 1 m 3 87,6 kg air = x m 3 x = (87,6 kg air x 1 m 3 ) / 1000 kg air

88 75 x = 0,08 m 3 dalam 96,43 kg/hari lumpur yang akan diolah di filter press, air membutuhkan ruang sebesar 0,09 m 3 /hari, sedangkan lumpur membutuhkan 1,04 m 3 /hari, sehingga volume bak penampung lumpur awal yang dibutuhkan : Vol bak awal = 0,09 + 1,04 = 1,13 m 3 = 1,2 m 3 dimensi bak penampung lumpur awal : (P) = 1,2 m (L) = 1 m (h) = 1 m (V) = 1,2 m 3 Pompa penyalur dari bak penampung lumpur awal menuju filter press : Pompa submersible Lampiran D (Anonim, 2000) : Qave = 0,003 m 3 /dt v asumsi = 2 m/dt A = Q / vasumsi = 0,003 / 2 = 0, m2 D = ((4 xa)/3,14) 0,5 = 0,04 m = 4,4 cm Head pompa = Hstatik = 1 m hf mayor : L suction = 0 m L discharge = 1,5 m hf discharge Hstatik + hf mayor + hf minor + k.(v 2 /2g) = ((Q/(0,00155.c.(D 2,63 ))) 1,85 ).L = ((2/(0, (4,37 2,63 ))) 1,85 ).1,5

89 76 hf discharge = 0,2 m hf mayor = 0 + 0,2 = 0,2 m hf minor = 3x belokan 90o + k check valve + (v 2 /2g) = ((3 x 0,294) + 1,44) + (0,88 2 )/(2x9,8)) = 2,4 m Head pompa = 1 m + 0,197 m + 2,36 m = 3,6 m Dari semua perhitungan yang telah dilakukan didapatkan effluent dari masing-masing alternatif IPAL sebagai berikut : Alternatif IPAL I (Anaerobic Filter) Kualitas effluent : COD = 40,8 mg/l BOD 5 = 4,46 mg/l Alternatif IPAL II (Rotating Biological Contactor) Kualitas effluent : COD = 10,5 mg/l BOD 5 = 5,25 mg/l Hasil tersebut sudah memenuhi standar baku mutu air limbah yang digunakan sebagai acuan, yang mensyaratkan nilai COD = 50 mg/l dan nilai BOD 5 = 30 mg/l. 4.5 Gambar DED Alternatif Unit IPAL Setelah dilakukan perhitungan untuk memperoleh dimensi-dimensi unit yang akan digunakan pada tiap-tiap alternatif IPAL, langkah selanjutnya yaitu memvisualisasikan unit-unit tersebut dalam gambar, agar lebih mudah dipahami. Gambar-gambar tiap unit IPAL yang direncanakan dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 4.13 sampai Gambar 4.29.

90 77

91 78

92 79

93 80

94 81

95 82

96 83

97 84

98 85

99 86

100 87

101 88

102 89

103 90

104 91

105 92

106 93

107 94 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

108 Bill of Qoantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Bill of quantity (BOQ) dilakukan untuk menghitung besarnya volume kegiatan yang diperlukan dalam pembangunan kedua alternatif IPAL yang direncanakan. Perhitungan ini meliputi pekerjaan galian, pengurugan tanah, hingga pembuatan fisik unit bangunan IPAL. Berikut beberapa rumus yang digunakan dalam menghitung volume kegiatan yang dimaksud : 1 Perhitungan Galian Tanah V = h x A dimana : V = volume tanah h = tinggi galian A = luas galian 2 Perhitungan Urugan Tanah V tanah urug = V galian V bangunan 3 Perhitungan Pondasi Beton tebal lantai = 30 cm tebal urugan pasir = 20 cm 4 Perhitungan Dinding Beton V dinding = (PxLxh)luar (PxLxh)dalam Dari rumus tersebut digunakan untuk menghitung volume kegiatan yang diperlukan untuk tiap-tiap unit, yang selanjutnya dihitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan untuk proses pembangunan. Perhitungan RAB ini didasarkan pada Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK). Sedangkan untuk harga upah dan bahan dapat dilihat pada Lampiran C (Anonim, 2012). Hasil perhitungan BOQ dan RAB untuk tiaptiap unit yang direncanakan dapat dilihat pada Tabel 4.5 sampai Tabel 4.9.

109 Operational and Maintenance Setelah dilakukan perhitungan rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan atau pembangunan kedua alternatif IPAL, selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk menentukan biaya operasional (operational) dan perawatan (maintenance) yang diperlukan untuk masing-masing unit pada kedua alternatif IPAL. Perhitungan ini penting dilakukan untuk memperkuat hasil pembandingan kedua alternatif IPAL dari segi pendanaan Operational Cost Operational cost atau biaya operasi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan seluruh unit pada kedua alternatif IPAL. Besaran biaya ini juga akan dibandingkan untuk menunjang kesimpulan alternatif IPAL mana yang lebih efisien dari segi pendanaan ketika dioperasikan. Besarnya biaya operasi ini tergantung pada jenis kebutuhan atau jenis kegiatan operasi apa saja yang dibutuhkan pada tiap-tiap unit IPAL. Berikut merupakan biaya operasi dari tiap-tiap unit IPAL : Unit Bak Ekualisasi Septic Tank Anaerobic Filter Filter Press Jenis Keb. Tabel 4.5 Operational Cost Alternatif I AF Keb Satu -an Harga / Satuan Harga Total (/bulan) Listrik untuk pompa 87 kwh 0,15 Rp Listrik untuk pompa lumpur 87 kwh 0,15 Rp Listrik untuk pompa lumpur 87 kwh 0,15 Rp Listrik untuk pompa lumpur 87 kwh 0,15 Rp Listrik untuk Filter Press 16,5 kwh 0,15 Rp Total Rp

110 97 Unit Jenis Keb. Alternatif II RBC Keb Satu an Harga / Satuan Harga Total (/bulan) Bak Listrik untuk Ekualisasi pompa 87 kwh 0,15 Rp Septic Listrik untuk Tank pompa lumpur 87 kwh 0,15 Rp Listrik untuk 87 kwh 0,15 Rp pompa lumpur Rotating Listrik untuk Biological Contactor motor 37,5 kwh 0,15 Rp pemutar media Listrik untuk Filter pompa lumpur 87 kwh 0,15 Rp Press Listrik untuk Filter Press 16,5 kwh 0,15 Rp Total Rp *1 = Rp , Maintenance Cost Maintenance cost atau biaya perawatan tiap unit juga penting dihitung untuk memperkirakan kegiatan apa saja yang dibutuhkan dalam perawatan unit dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan tiap-tiap kegiatan tersebut. Jumlah biaya perawatan ini juga akan dijadikan acuan untuk menunjang kesimpulan IPAL mana yang lebih efisien dari segi pendanaan ketika perawatan. Berikut merupakan biaya perawatan yang dibutuhkan dari tiap-tiap unit IPAL : Unit Bak Ekualisasi Jenis Keb. Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa / 6 bulan Tabel 4.6 Maintenance Cost Keb Satuan Harga / Satuan Harga Total (/tahun) 1 org/h Rp org/h Rp

111 98 Unit Septic Tank Anaerobic Filter Filter Press Jenis Keb. Pembersihan sedimen / 12 bulan Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa lumpur / 6 bulan Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa lumpur / 6 bulan Pembersihan media / 2 bulan Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa lumpur / 6 bulan Perawatan Filter Press / 3 bulan Pengurasan bak penampung lumpur akhir / 39 hari Keb Satuan Harga / Satuan Harga Total (/tahun) 1 org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp Total Rp Unit Bak Ekualisasi Septic Tank Jenis Keb. Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa / 6 bulan Pembersihan sedimen / 12 bulan Pengecekan saluran / 3 bulan Perawatan pompa lumpur / 6 bulan Keb Satuan Harga / Satuan Harga Total (/tahun) 1 org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp org/h Rp

112 99 Unit Rotating Biological Contactor Filter Press Jenis Keb. Keb Satuan Harga / Satuan Harga Total (/tahun) Pengecekan saluran / 3 bulan 1 org/h Rp Perawatan pompa lumpur / 6 bulan 1 org/h Rp Pembersihan media / 2 bulan 10 org/h Rp Pengecekan saluran / 3 bulan 1 org/h Rp Perawatan pompa lumpur / 6 bulan 1 org/h Rp Perawatan Filter Press / 3 bulan 2 org/h Rp Pengurasan bak penampung lumpur akhir / 45 2 org/h Rp hari Total Rp Lay Out Lay out merupakan rencana penempatan dari satu sistem IPAL yang di dalamnya terdiri dari beberapa unit IPAL. Pembuatan lay out ini disesuaikan dengan luas lahan yang disediakan. Untuk lay out perencanaan kali ini dapat dilihat pada Gambar 4.30 dan Gambar Profil Hidrolis Profil hidrolis digunakan untuk menunjukkan perbedaan elevasi dari masing-masing unit IPAL. Elevasi ini berpengaruh pada ketinggian muka air dalam unit IPAL, sehingga dengan direncanakannya profil hidrolis ini diharapkan air dalam unit IPAL dapat mengalir secara gravitasi. Gambar profil hidrolis untuk kedua alternatif IPAL dapat dilihat pada Gambar 4.32 dan Gambar 4.33 IPAL I (Anaerobic Filter) Bak Ekualisasi Septic Tank AF Filter Press

113 100 1 Muka air sungai = + 0 m (perkiraan awal) 2 Anaerobic Filter : hf outlet = 0,15 m elevasi outlet = + 0,15 m hf inlet = 0,15 m elevasi inlet = + 0,30 m 3 Septic Tank : hf outlet = 0,09 m elevasi outlet = + 0,39 m hf inlet = 0,09 m elevasi inlet = + 0,48 m 4 Bak Ekualisasi : hf outlet = 0,05 m elevasi outlet = + 0,53 m hf inlet = 0,07 m elevasi inlet = + 0,59 m IPAL II (Rotating Biological Contactor) Bak Ekualisasi Septic Tank RBC Filter Press 1 Muka air sungai = + 0 m (perkiraan awal) 2 Rotating Biological Contactor : hf outlet = 0,03 m elevasi outlet = + 0,03 m hf inlet = 0,09 m elevasi inlet = + 0,12 m 3 Septic Tank : hf outlet = 0,09 m elevasi outlet = + 0,21 m hf inlet = 0,09 m elevasi inlet = + 0,30 m

114 101 4 Bak Ekualisasi : hf outlet = 0,05 m elevasi outlet = + 0,35 m hf inlet = 0,07 m elevasi inlet = + 0,41 m 4.10 Kelebihan dan Kekurangan Kedua Alternatif IPAL Setelah dilakukan perhitungan DED masing-masing unit IPAL, penggambaran, perhitungan BOQ RAB nya, serta perkiraan biaya OM dari tiap-tiap unit IPAL, langkah berikutnya yaitu dilakukan pengamatan terhadap tentang kelebihan dan kekurangan dari kedua alternatif IPAL tersebut. Kedua alternatif IPAL memiliki alur pengolahan unit yang sama, berikut dengan unit-unit yang digunakan, hanya dibedakan pada pengolahan biologisnya saja, yang mana pada alternatif IPAL pertama digunakan unit anaerobic filter, sementara alternatif IPAL kedua digunakan unit rotating biological contactor Alternatif IPAL I Unit yang digunakan yaitu anaerobic filter yang menerapkan proses attached growth dengan sistem media tetap. Kelebihan : Dari gambar denah dapat diketahui bahwa lahan yang dibutuhkan untuk anaerobic filter lebih kecil, Menghasilkan biogas sebesar 14,3 m 3 /hari yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif energi untuk pembakaran, dll, Dari hasil perhitungan RAB diketahui bahwa untuk pembangunan alternatif IPAL I dengan unit anaerobic filter diperlukan dana yang lebih kecil, Unit anaerobic filter yang digunakan memerlukan suplai tenaga listrik yang lebih kecil karena hanya untuk keperluan pengurasan lumpur, itupun setelah

115 102 pengecekan bila pengolahan berjalan maksimal maka tidak akan menghasilkan lumpur, sehingga bisa menekan biaya operasi mencapai Rp per bulan, Biaya perawatan sebesar Rp per tahun. Kekurangan : Dari segi pengolahan, alternatif IPAL I dengan unit anaerobic filter memerlukan waktu tinggal yang lebih lama yaitu 24 jam Alternatif IPAL II Unit yang digunakan yaitu rotating biological contactor yang menerapkan proses attached growth dengan sistem media bergerak. Kelebihan : Dari segi pengolahan, alternatif IPAL II dengan unit rotating biological contactor memerlukan waktu tinggal yang relatif lebih singkat yaitu 1,5 jam, Lumpur yang dihasilkan sedikit 38,13 kg/hari. Kekurangan : Dari gambar denah dapat diketahui bahwa lahan yang dibutuhkan untuk rotating biological contactor lebih luas, Dari perhitungan RAB dapat diketahui bahwa untuk pembangunan alternatif IPAL II dengan unit rotating biological contactor diperlukan dana yang lebih besar, Unit rotating biological contactor yang digunakan memerlukan suplai tenaga listrik yang lebih besar karena selain untuk pengurasan lumpur juga untuk menggerakkan media yang berbentuk disk dengan kecepatan putar 1-3 rpm, sehingga dapat menambah biaya operasi yang dibutuhkan mencapai Rp per bulan, Biaya perawatan sebesar Rp per tahun.

116 Perencanaan dengan Variasi Debit Perencanaan kali ini memiliki salah satu manfaat yaitu agar dapat dijadikan referensi bagi konsultan dan perancang IPAL yang akan merencanakan IPAL untuk pusat pertokoan lain. Oleh karena itu pada perencanaan ini ditambahkan perhitungan dengan menggunakan variasi debit yaitu 0,5Q dan 2Q dari debit rata-rata yang digunakan dalam perencanaan ini, tujuannya untuk mendapatkan tren pada beberapa parameter seperti luas lahan dan RAB pembangunan. Sehingga apabila ada pusat pertokoan lain dengan debit air limbah yang masuk dalam tren ini bisa langsung menerapkan hasil perhitungan IPAL pada perencanaan ini. Berikut merupakan hasil perhitungan variasi debit untuk kedua parameter di atas : Tabel 4.7 Hasil RAB Sesuai Variasi Debit Alternatif I AF 0,5Q Q 2Q Rp Rp Rp Alternatif II RBC 0,5Q Q 2Q Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp- Alternatif I - AF Alternatif II - RBC 0,5Q Q 2Q Gambar 4.30 Grafik Trend RAB Sesuai Variasi Debit

117 104 Tabel 4.8 Luas Lahan Sesuai Variasi Debit Alternatif I AF 0,5Q Q 2Q BE ST RBC FP BE ST RBC FP BE ST RBC FP 18,7 5,4 1,7 30,9 37,5 10,8 3,3 30, ,5 6,6 31,6 Total 56,69 Total 83,28 Total 135,87 Alternatif II RBC 0,5Q Q 2Q BE ST RBC FP BE ST RBC FP BE ST RBC FP 18,8 5,4 3,4 30,7 37,5 10,8 11,6 31, ,5 43,9 32,7 Total 58,10 Total 91,29 Total 173,23 200,00 150,00 100,00 50,00 AF RBC 0,00 0,5Q Q 2Q Gambar 4.31 Grafik Trend Luas Lahan Sesuai Variasi Debit

118 105 Tabel 4.9 BOQ RAB Bak Ekualisasi Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Pekerjaan Tanah Untuk pekerjaan tanah 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Galian tanah : Pekerja : Tukang gali tanah orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pekerjaan tanah Penggalian tanah m3 119, ,792 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan tanah bak ekualisasi ,792 Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang Untuk pondasi 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Besi Beton Polos Kg 157, Paku Biasa ½ -5 Kg 1, Kayu Bekisting M3-0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 5, Tukang Batu orang/hari 1, Kepala Tukang Batu orang/hari 1, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pondasi Pondasi yang dibutuhkan m3 11, ,31 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan pondasi bak ekualisasi ,31

119 106 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Harga / Satuan Harga Total Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien (Rp) (Rp) Pekerjaan Beton Untuk beton 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 1, Tukang Batu orang/hari 0, Kepala Tukang Batu orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 beton Beton lantai yang dibutuhkan m3 12, ,273 Beton dinding yang dibutuhkan m3 11, ,06 Beton atap yang dibutuhkan m3 8, ,849 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan beton bak ekualisasi ,18 Pekerjaan Besi Pipa Galvanis Besi Galvanish Med A 2 M - 1, , Inlet D=50 mm M Discharge D=50 mm M Outlet D=50 mm M Recirculation pipe D=50 mm M Jumlah harga keseluruhan pekerjaan perpipaan bak ekualisasi

120 107 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Lain-lain Pengadaan pompa submersible buah Pemasangan pompa buah Pengadaan manhole buah Jumlah harga keseluruhan pekerjaan lain-lain bak ekualisasi Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pengadaan Bak Ekualisasi Rp Tabel 4.10 BOQ RAB Septic Tank Bill of Quantity (BOQ) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Rencana Anggaran Biaya (RAB) Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Pekerjaan Tanah Untuk pekerjaan tanah 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Galian tanah : Pekerja : Tukang gali tanah orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pekerjaan tanah Penggalian tanah m3 34, ,664 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan tanah septic tank Rp Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang Untuk pondasi 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3-0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0,

121 108 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Besi Beton Polos Kg 157, Paku Biasa ½ -5 Kg 1, Kayu Bekisting M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 5, Tukang Batu orang/hari 1, Kepala Tukang Batu orang/hari 1, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pondasi Pondasi yang dibutuhkan m3 2, ,024 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan pondasi septic tank ,024 Pekerjaan Beton Untuk beton 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 1, Tukang Batu orang/hari 0, Kepala Tukang Batu orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 beton Beton lantai m3 2, ,442 Beton dinding m3 4, ,505 Beton dinding pemisah m3 0, ,408

122 109 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Beton atap m3 2, ,08 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan beton septic tank ,44 Pekerjaan Besi Pipa Galvanis Besi Galvanish Med A 2 M - 1, Inlet D=50 mm M 0, ,5 - Outlet D=50 mm M 0, ,5 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan perpipaan septic tank 9945 Lain-lain Pengadaan manhole buah Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan lain-lain septic tank Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pengadaan Septic Tank ,13 Tabel 4.11 BOQ RAB Rotating Biological Contactor Bill of Quantity (BOQ) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Rencana Anggaran Biaya (RAB) Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Pekerjaan Tanah Untuk pekerjaan tanah 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Galian tanah : Pekerja Tukang gali tanah orang/hari 0, : - Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pekerjaan tanah Penggalian tanah m3 12, ,9344 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan tanah rotating biological contactor ,9344

123 110 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang Untuk pondasi 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Besi Beton Polos Kg 157, Paku Biasa ½ -5 Kg 1, Kayu Bekisting M3-0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 5, Tukang Batu orang/hari 1, Kepala Tukang Batu orang/hari 1, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pondasi Pondasi yang dibutuhkan m3 1, ,346 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan pondasi rotating biological contactor ,346 Pekerjaan Beton Untuk beton 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 1, Tukang Batu orang/hari 0, Kepala Tukang Batu orang/hari 0,

124 111 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 beton Beton lantai m3 1, ,2664 Beton dinding m3 1, ,709 - Beton dinding pemisah m3 0, ,5294 Beton atap m3 1, ,2664 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan beton rotating biological contactor ,771 Pekerjaan Besi Pipa Galvanis Besi Galvanish Med A 2 m3-1, Inlet D=50 mm m3 0, ,5 - Outlet D=50 mm m3 0, ,5 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan perpipaan rotating biological contactor Rotating Biological Contactor Pengadaan RBC buah Pengadaan Horsepower Driving Motor buah Pemasangan RBC buah Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pembelian dan pemasangan rotating biological contactor Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pengadaan Rotating Biological Contactor ,1 Tabel 4.12 BOQ RAB Anaerobic Filter Bill of Quantity (BOQ) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Untuk pekerjaan tanah 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Pekerjaan Tanah Rencana Anggaran Biaya (RAB) Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp)

125 112 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Galian tanah : Pekerja : Tukang gali tanah orang/hari Rencana Anggaran Biaya (RAB) Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) 0, Mandor orang/hari - 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pekerjaan tanah Penggalian tanah m3 10, ,52 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan tanah anaerobic filter ,52 Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang Untuk pondasi 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Besi Beton Polos Kg 157, Paku Biasa ½ -5 Kg 1, Kayu Bekisting M3-0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 5, Tukang Batu orang/hari 1, Kepala Tukang Batu orang/hari 1, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pondasi Pondasi yang dibutuhkan m3 0, ,2225 Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan pondasi anaerobic filter ,2225 Pekerjaan Beton Untuk beton 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak - 6,

126 113 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan Harga Total (Rp) (Rp) Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 1, Tukang Batu orang/hari 0, Kepala Tukang Batu orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 beton Beton lantai m3 0, ,919 Beton dinding m3 3, ,04 Beton dinding pemisah m3 0, ,753 Beton atap m3 0, ,919 Media sarang tawon m Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan beton anaerobic filter ,63 Pekerjaan Besi Pipa Galvanis Besi Galvanish Med A m3-1, Inlet D=50 mm m3 1, Outlet D=50 mm m3 1, Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan perpipaan anaerobic filter Lain-lain Pengadaan manhole buah Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan lain-lain anaerobic filter Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pengadaan Anaerobic Filter ,37

127 114 Tabel 4.13 BOQ RAB Filter Press Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan (Rp) Harga Total (Rp) Bak Penampung Lumpur Awal Pekerjaan Tanah Untuk pekerjaan tanah 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Galian tanah : Pekerja : Tukang gali tanah orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pekerjaan tanah Penggalian tanah m3 1, Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan tanah bak penampung lumpur awal filter press Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang Untuk pondasi 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Besi Beton Polos Kg 157, Paku Biasa ½ -5 Kg 1, Kayu Bekisting M3-0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 5, Tukang Batu orang/hari 1, Kepala Tukang Batu orang/hari 1, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 pondasi Pondasi yang dibutuhkan m3 0, ,25

128 115 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan (Rp) Harga Total (Rp) Jumlah harga untuk keseluruhan pekerjaan pondasi bak penampung lumpur awal filter press ,25 Pekerjaan Beton Untuk beton 1 m3 kebutuhannya sebagai berikut : Bahan : Semen Portland Tipe Andalas sak 6, Pasir Beton M3 0, Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M3 0, Air Ltr Pekerja : Pekerja orang/hari 1, Tukang Batu orang/hari 0, Kepala Tukang Batu orang/hari 0, Mandor orang/hari 0, Jumlah harga untuk 1 m3 beton Beton lantai m3 0, ,5 Beton dinding m3 0, ,6 Beton atap m3 0, ,5 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan beton bak penampung lumpur awal filter press ,6 Pekerjaan Besi Pipa Galvanis Besi Galvanish Med A 2 m3-1, Outlet D=50 mm /6m 0, ,25 Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan perpipaan bak penampung lumpur awal filter press 2486,25 Lain-lain Pengadaan pompa submersible buah Pemasangan pompa buah Pengadaan manhole buah Jumlah harga keseluruhan untuk pekerjaan lain-lain bak penampung lumpur awal filter press Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pengadaan Bak Penampung Lumpur Awal Filter Press ,1

129 116 Lanjutan Tabel Bill of Quantity (BOQ) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Uraian Pekerjaan Satuan Kuantitas Koefisien Harga / Satuan (Rp) Harga Total (Rp) Filter Press Pengadaan filter press buah Pemasangan filter press buah Jumlah harga yang dibutuhkan untuk pembelian dan pemasangan paket filter press Jadi Harga keseluruhan untuk pengadaan Filter Press + Bak Penampung Lumpur ,1

130 IPAL Anaerobic Filter 117

131 118 IPAL Rotating Biological Contactor

132 IPAL Anaerobic Filter 119

133 120 IPAL Rotating Biological Contactor

134 121 Dari data-data hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 sampai Tabel 4.13 didapat kesimpulan untuk pembangunan alternatif IPAL I dibutuhkan dana sebesar Rp dibulatkan menjadi Rp , sedangkan untuk pembangunan alternatif IPAL II dibutuhkan dana sebesar Rp dibulatkan menjadi Rp

135 122 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

136 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1 Dari perhitungan DED, didapat dimensi Bak Ekualisasi (6,12m x 6,12m x 3,3m); Septic Tank (4,64m x 2,32m x 3m); Anaerobic Filter (1,05m x 0,53m x 3m); Rotating Biological Contactor (4,12m x 2,82m x 1,09m); Filter Press (5,15m x 2,95m x 2,38m). 2 Rencana anggaran biaya membangun IPAL Anaerobic Filter sebesar Rp , sementara untuk IPAL Rotating Biological Contactor sebesar Rp Kelebihan dari Anaerobic Filter adalah luas lahan lebih kecil, energi alternatif biogas 14,3 m 3 /hari, RAB lebih kecil, biaya OM juga lebih kecil; sedangkan kekurangannya waktu tinggal yang diperlukan lebih lama yaitu 24 jam. 4 Kelebihan dari Rotating Biological Contactor adalah waktu tinggalnya lebih singkat yaitu 1,5 jam, lumpur yang dihasilkan lebih kecil yaitu 38,13 kg/hari; sedangkan untuk kekurangannya lahan yang dibutuhkan lebih luas, RAB lebih besar, OM-nya pun juga lebih besar. 5.2 Saran 1 Diperlukan perencanaan pemanfaatan energi alternatif biogas yang dihasilkan dari proses biologis unit anaerobic filter. 2 Biogas akan berdampak positif bila dimanfaatkan dengan benar namun berdampak negatif bila dibiarkan saja. 123

137 124 Halaman ini sengaja dikosongkan

138 DAFTAR PUSTAKA Anonim Filter Press. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Submersible Pump. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Gambar Anaerobic Filter. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Gambar Filter Press. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Rotordisk. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 21st Edition. APHA, AWWA, WPCF. Washington (accessed March 15, 2014) Anonim Gambar Media Sarang Tawon. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Gambar Modul RBC. [online] available from: (accessed March 15, 2014) 125

139 126 Anonim Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. [online] available from: pdf (accessed March 15, 2014) Anonim Peraturan Daerah Kota Surabaya no.1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha di Bidang Perdagangan dan Perindustrian. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Peraturan Walikota Kota Surabaya no.35 Tahun 2010 tentang Pelayanan di Bidang Perdagangan dan Perindustrian. [online] available from: (accessed March 15, 2014). Anonim Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan Kota Surabaya Tahun Anggaran [online] available from: (accessed March 15, 2014). Anonim Pengolahan Air Limbah dengan Reaktor Biologis Putar. [online] available from: (accessed March 15, 2014). Anonim Harga Satuan Pokok Kegiatan. [online] available from: (accessed March 15, 2014) Anonim Pergub Jatim Nomor. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur, 2013, [online] available from: Tentang-Baku-Mutu-Limbah-Cair-2013.pdf (accessed March 15, 2014)

140 127 Anonim Jumlah dan Nama Pusat Perbelanjaan di Surabaya Terbaru, [online] available from (accessed March 15, 2014) Conradin., and Kara Anaerobic Filter Reactor. Olympia: Environmental Energy Company. Droste Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. John Wiley. New York. Eckenfelder, W Water Pollution Control. 3 rd Singapore. McGraw-Hill Inc. edition. Ghawi, A. H., and Kris, J Use of Rotating Biological Contactor for Appropriate Technology Wastewater Treatment. Prentice Hall, New York, USA. Henze., and Harremoes Wastewater Treatment-Biological and chemical processes. 3rd edition. Springer-Verlag. Jeppsson Modelling Aspects of Wastewater Treatment Processes. Dissertation. Lund Institute of Technology. Stockholm. Mashahiro, F Biological Treatment. Hand out of JICA Training. JICA. Kitakyushu. Moelants Field performance assessment of onsite individual wastewater treatment systems. Water Science and Technology 58. Nicolella, C wastewater treatment with particulate biofilm reactors. Journal of biotechnology.

141 128 Praditya, A Dasain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Surabaya. Rakhmadany, A Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Surabaya. Ramdhani, R Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Apartemen dengan Proses Aerobik, Anaerobik, dan Kombinasi Aerobik dan Anaerobik di Kota Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Surabaya. Randall, C. W Biological Process Design for Wastewater Treatment. Wiley-liss. New York. Rittmann, B. E., and McCarty, P. L. 2001, Environmental Biotechnology : Principles And Applications. McGraw-Hill. ISBN: New York. The United States of America. Reynolds, T. D., and Richards, P. A Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. 2nd ed. PWS Publishing Company. Boston. Sasse, L Decentralised Wastewater Treatment in Developing Countries. Bremen. Bremen Overseas Research and Development Association BORDA. Tchobanoglous, G Small and Decentralized Wastewater Management Systems. WCB McGraw-Hill. Teixeira Biological Treatments. Training Industrial Wastewater Treatment. Sinclair Knight Merz. Sydney. Australia.

142 129 Winkler, M. A Biological Treatment of Wastewater. The Saybrook Press. Inc., USA. Yang, Y. H., and Lou, H. H Synthesis of an optimal wastewater reuse work. Waste Management. Australia.

143 130 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

144 LAMPIRAN A : PERGUB JATIM 72/

145 132 LANJUTAN LAMPIRAN A : PERGUB JATIM 72/2013

146 LAMPIRAN B : 133

147 134 LANJUTAN LAMPIRAN B :

148 137 LANJUTAN LAMPIRAN B : 135

149 136 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

150 LAMPIRAN C : DAFTAR HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2012 NO URAIAN SATUAN I UPAH HARGA SATUAN (Rp.) 1 Pekerja Hari ,00 2 Mandor Hari ,00 3 Kepala Tukang Kayu Hari ,00 4 Kepala Tukang Batu Hari ,00 5 Kepala Tukang Cat Hari ,00 6 Kepala Tukang Besi Hari ,00 7 Tukang Kayu Hari ,00 8 Tukang Batu Hari ,00 9 Tukang Cat Hari ,00 10 Tukang Listrik Hari ,00 11 Tukang Besi Hari ,00 12 Tukang gali tanah Hari ,00 13 Tukang Tebas Hari ,00 14 Penjaga Malam Hari ,00 15 Sopir Hari ,00 Alat 1 Mesin Molen Hari ,00 2 Mesin genset ( dinamo 6 kg ) Hari ,00 3 Operator Terlatih Hari ,00 4 Mekanik Hari ,00 137

151 138 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN II A BAHAN BAHAN BATU KALI BELAH / BATU PECAH HARGA SATUAN (Rp.) 1 Batu Belah 15/20 / Batu Gunung M ,00 2 Batu Pecah 1-2 cm (mesin) M ,00 3 Batu Pecah cm (mesin) M ,00 4 Batu Pecah 2/3 cm (manual) M ,00 5 Batu Pecah 3/4 cm (manual) M ,00 6 Batu Pecah 5/7 cm (manual) M ,00 7 Batu Pecah 5/10 cm (manual) M ,00 B BAHAN KERIKIL / KORAL 1 Kerikil Beton M ,00 2 Split M ,00 3 Cadas M ,00 4 sirtu M ,00 C BAHAN PASIR 1 Pasir Pasang M ,00 2 Pasir Beton M ,00 3 Pasir Urug M ,00 4 Pasir Saring (Abu Batu) M ,00 D BAHAN DINDING 1 Bata Merah Type 1 Bh 800,00 2 Roster/Terawang (bata) Bh 5.000,00 3 Batako Bh 2.000,00

152 139 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) E BAHAN SEMEN 1 Semen Portland Tipe Andalas Sak ,00 2 Semen PCC 50 Kg Kg 1.150,00 3 Semen Warna Kg 9.000,00 4 Kapur Sirih Kg 6.500,00 5 Semen Nat Kg 9.000,00 6 Semen Abu-abu Kg 8.500,00 F BAHAN KAYU 1 Kayu Papan Klas I M ,00 2 Kayu Balok Klas I M ,00 3 Kayu Papan Klas II M ,00 4 Kayu Balok Klas II M ,00 5 Kayu Papan Klas III M ,00 6 Kayu Balok Klas III M ,00 7 Kayu Bekisting M ,00 8 Papan Lamberizering Lbr ,00 9 Les Kayu Profil D1 M' ,00 10 Kayu Tiang Pancang (dia > 10 cm) M ,00 11 Dolken Kayu Galam dia. 8-10/4 m Btg , Kg unit ,00 G BAHAN PAKU 1 Paku Biasa 1/2"-5" Kg ,00 2 Paku Triplek Kg ,00

153 140 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) 3 Paku Seng Kg ,00 4 Paku Atap Anti Karat Kg ,00 5 Sekrup Kotak 8.000,00 6 Lem Kayu Kg ,00 H BAHAN PIPA BAHAN PIPA PVC STANDAR SNI (Merk Paralon) 1 Besi Galvanish Med A 1/2" M' 3.750,00 2 Besi Galvanish Med A 3/4" M' 5.000,00 3 Besi Galvanish Med A 1" M' 7.000,00 4 Besi Galvanish Med A 2" M' 9.750,00 5 Besi Galvanish Med A 3" M' ,00 6 Besi Galvanish Med A 4" M' ,00 7 Pipa GI 3/4" BOS Btg ,00 8 Pipa GI 1/2" BOS Btg ,00 9 Pipa GI 1" BOS Btg ,00 10 W. Moor 3/4" Bh ,00 11 W. Moor 1/2" Bh ,00 12 W. Moor 1" Bh ,00 13 Socket GI 1/2" Bh 5.000,00 14 Socket GI 3/4" Bh 7.500,00 15 D. Nipol 1/2" Bh 5.000,00 16 D. Nipol 3/4" Bh 7.500,00 17 D. Nipol 1 " Bh 9.750,00 18 Stop Kran 1/2" ONDA Bh ,00

154 141 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) 19 Stop Kran 3/4" ONDA Bh ,00 20 Kenie 1/2" GI Bh 5.500,00 21 Kenie 3/4" GI Bh 8.000,00 22 Kenie 1" GI Bh ,00 23 Kenie PVC 1/2" Bh 2.250,00 24 Kenie PVC 3/4" Bh 2.750,00 25 Kenie PVC 1" Bh 3.500,00 26 Kenie PVC 1 1/2" Bh 6.250,00 27 Kran 1/2" Bh ,00 28 Kran 3/4" Bh ,00 29 TBA Bh 2.000,00 30 V. Tee 1" x 1/2" GI Bh ,00 31 V. Socket 3/4" x 1/2" GI Bh 8.000,00 32 V. Socket 1/2" PVC Bh 3.000,00 33 V. Socket 3/4" PVC Bh 5.000,00 34 Lem PVC Plus Bh 6.000,00 35 Plugh dia. 3/4" Bh 7.500,00 36 Plugh dia. 1/2" Bh 5.000,00 I BAHAN PLAFOND 1 Triplek Tebal 4 mm Lbr ,00 2 Triplek Tebal 3 mm Lbr ,00 3 Plywood tebal 9 mm Lbr ,00 4 Triplek Jati Lbr ,00 5 Triplek Sungkai Lbr ,00 6 Gypsum Board tebal 9 mm Lbr ,00

155 142 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) 7 Formika Lbr ,00 8 GRC Board tebal 6 mm Lbr ,00 9 List Profil Gypsum M' ,00 10 Compound Gypsum Kg ,00 11 Compound GRC Kg ,00 12 Furing Channel M' ,00 13 Hollow 4x4 cm Btg ,00 14 Hollow 2x4 cm Btg ,00 15 Rangka Atap Baja Ringan M ,00 J BAHAN BESI DAN KAWAT 1 Kawat Beton Kg ,00 2 Besi Beton Polos Kg 5.000,00 3 Besi Beton Ulir Kg 9.000,00 4 Baja Ringan C M' ,00 5 Baja Ringan C M' ,00 6 Reng/Topspan M' ,00 7 Baut/Screw Bh 500,00 8 Dynabolt Bh 3.000,00 K BAHAN ATAP 1 SENG BJLS Lbr ,00 2 Genteng Metal Double Tebal 0,3 mm (Sakuraroof) Lbr ,00 3 Seng Plat tb. 0,40 m Lbr ,00 4 Perabung Atap Genteng Metal Single (sakuraroof) Lbr ,00 5 Bola-bola Atap Genteng Metal (sakuraroof) Bh ,00

156 143 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN L BAHAN PELAPIS LANTAI DAN DINDING HARGA SATUAN (Rp.) 1 Keramik Polos uk. 40 x 40 cm Kotak ,00 2 Keramik Bermotif uk. 40 x 40 cm Kotak ,00 3 Keramik Polos uk. 30 x 30 cm Kotak ,00 4 Keramik Bermotif uk. 30 x 30 cm Kotak ,00 5 Keramik Polos uk. 20 x 20 cm Kotak ,00 6 Keramik Bermotif uk. 20 x 20 cm Kotak ,00 7 Keramik Dinding Polos uk. 20 x 25 cm Kotak ,00 8 Keramik Dinding Bermotif uk. 20 x 25 cm Kotak ,00 9 Bon-bon 10 cm Bh 7.000,00 10 Les Tillo Keramik Bh 8.000,00 11 Plint Keramik Artistik 10 x 20 cm Bh 5.000,00 12 Plint Keramik Artistik 10 x 10 cm Bh ,00 13 Granit uk. 30 x 30 cm Bh ,00 14 Granit uk. 40 x 40 cm (Granito) Bh ,00 15 Batu Alam Andesit M ,00 16 Batu Alam Candi M ,00 17 Batu Alam RTM M ,00 18 Paving Blok Tebal 6 Bh 1.800,00 19 Paving Blok Tebal 8 Bh 3.000,00 20 Ijuk Kg 6.500,00 M BAHAN KACA 1 Kaca Polos ( biru ) Tebal 5 mm M ,00 2 Rayben Tebal 3 mm M ,00 3 Rayben Tebal 5 mm M ,00

157 144 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) N BAHAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI 1 Grendel Jendela Bh ,00 2 Tangan-Tangan Jendela Bh ,00 3 Engsel Nylon (Pintu) Bh ,00 4 Engsel Jendela Bh ,00 5 Kunci Merk SES Asli Bh ,00 6 Kunci Tanam Biasa Bh ,00 O BAHAN CAT 1 Cat Dasar Kayu Kg ,00 2 Plamir Kayu Kg ,00 3 Cat Kayu Kg ,00 4 Cat Besi Kg ,00 5 Menie Besi Kg ,00 6 Cat Dasar Tembok Kg ,00 7 Cat Tembok mowilek Kg ,00 8 Alkali Kg ,00 9 Cat Tembok Warna (mowilek) Kg ,00 10 Cat Ultra Plitur Kg ,00 11 Cat Melanin (Cear) Kg ,00 12 Dempul/Plamir Tembok Kg 9.500,00 13 Dempul Kg ,00 14 Vernis Ltr ,00 15 Thinner Ltr ,00 16 Minyak Bekisting Kg ,00

158 145 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) 17 Residu / Ter Ltr ,00 18 Amplas Lbr 3.500,00 19 Kuas 4 inc. Crocodail Bh ,00 20 Kuas 3 inc. Crocodail Bh ,00 21 Kuas 2 inc. Crocodail Bh 9.000,00 P BAHAN MINYAK DAN PELUMAS 1 Minyak Bakar Ltr ,00 2 Solar Ltr 4.500,00 3 Air Ltr 100,00 Q BAHAN SANITAIR 1 Kloset Jongkok Keramik ( merek TOTO ) Bh ,00 2 Kloset Duduk pakai tangki siram (Merek TOTO) Set ,00 3 Urinoir Keramik Bh ,00 4 Wastafel Gantung Keramik Bh ,00 5 Bak Mandi Fibreglass 70x70x66 cm Bh ,00 6 Tangki Air Fibre Kap L Bh ,00 7 Pelampung Otomatis 1/2 Bh ,00 8 Pompa Air Bh ,00 9 Kran Air Bh ,00 T BAHAN DAN PERLENGKAPAN LISTRIK 1 Cabel Eterna 2.5 mm Bh ,00 2 Pipa pvc 1/2 inc Bh 8.000,00 3 Elbo Pipa Bh 700,00

159 146 LANJUTAN LAMPIRAN C : NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN (Rp.) 4 Isolasiban Bh ,00 5 Tedos Bh 6.000,00 6 Box saklar. Panasonic. Bh 5.000,00 7 Box Stop kontak. Panasonic. Bh 5.000,00 8 Cover saklar. Panasonic. Bh 9.000,00 9 Cover Stop kontak. Panasonic. Bh 9.000,00 10 Saklar. Panasonic. Bh ,00 11 Stop kontak. Panasonic. Bh ,00 12 lampu TL Philips Bh ,00 13 Lampu pijar Philips Bh ,00 14 Lampu Hias philips Bh ,00 15 Piting lampu Bh ,00 16 kipas Philips Bh ,00 17 Anti Petir + ground Bh ,00

160 LAMPIRAN D : POMPA 147

161 148 LANJUTAN LAMPIRAN D : POMPA

162 LANJUTAN LAMPIRAN D : POMPA 149

163 150 LANJUTAN LAMPIRAN D : POMPA

164 LAMPIRAN E : ROTORDISK 151

165 152 LANJUTAN LAMPIRAN E : ROTORDISK

166 LAMPIRAN F : FILTER PRESS 153

167 154 Halaman ini Sengaja Dikosongkan

168 BIODATA PENULIS Penulis, Ahmad Rahmat Habibi Bilal atau yang akrab dipanggil Habibi ini lahir di Kota Jombang pada 11 April 1992 merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikannya di TK Pertiwi Peterongan, SDN Mancar 1 Peterongan, SMPN 3 DU Jombang, SMAN 2 DU Jombang, dan sekarang sedang menempuh masa perkuliahan di Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS masuk Tahun 2010 dengan Nomor Registrasi Mahasiswa Dalam masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai macam kegiatan kemahasiswaan antara lain Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan sebagai Staff Danus, LDJ Al- Kaun sebagai Staff WU, dan juga beberapa kegiatan UKM di ITS. Pada semester 7 penulis sempat melakukan Kerja Praktek di PT.PJB.UP.Paiton Probolinggo selama 1 Bulan untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan. Kemudian di awal semester 8, selain mengerjakan Tugas Akhir, penulis juga bekerja di Konsultan Amdal sebagai Asisten Tenaga Ahli di bawah arahan Dosen Pembimbing Tugas Akhir. Sebagai penutup, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca guna memperbaiki perhitunganperhitungan sejenis yang dilakukan berikutnya. Penulis dapat dihubungi via di alamat habibi_shawn11@yahoo.com 155

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya. Jl. Mayjen Haryono, Malang 1) 2)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya. Jl. Mayjen Haryono, Malang   1) 2) PERBANDINGAN DESAIN IPAL FIXED-MEDIUM SYSTEMS ANAEROBIC FILTER DENGAN MOVED-MEDIUM SYSTEMS AEROBIC ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK PUSAT PERTOKOAN DI SURABAYA THE COMPARISON WWTP DESIGN BETWEEN FIXED-MEDIUM

Lebih terperinci

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Oleh : Ananta Praditya 3309100042 Pembimbing: Ir. M Razif, MM. NIP.

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PUSAT PERTOKOAN DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Ananta Praditya dan Mohammad Razif Jurusan Teknik

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 66 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyebab Penyimpangan Baku Mutu Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Parkmenggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC.RBC didesain untuk

Lebih terperinci

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

Perbandingan Desain Ipal Anaerobic Biofilter dengan Rotating Biological Contactor untuk Limbah Cair Tekstil di Surabaya

Perbandingan Desain Ipal Anaerobic Biofilter dengan Rotating Biological Contactor untuk Limbah Cair Tekstil di Surabaya Perbandingan Desain Ipal Anaerobic Biofilter dengan Rotating Biological Contactor untuk Limbah Cair Tekstil di Surabaya Yogie Restu Firmansyah, dan Dr. Ir. Mohammad Razif, M.M. Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah

Lebih terperinci

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL)

INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) Proses Pengelolaan Air Limbah secara Biologis (Biofilm): Trickling Filter dan Rotating Biological Contactor (RBC) Afid Nurkholis 1, Amalya Suci W 1, Ardian Abdillah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) Oleh : Zulisnaini Sokhifah 3306 100 105 Dosen Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan hidup tidak terlepas dari adanya tindak lanjut sarana dan prasarana pengolahan lingkungan, Dampak

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA)

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA) PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA) Arga Santoso 1), Nieke Karnaningroem 2) dan Didik Bambang Supriyadi

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc. UJIAN LISAN TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PAKET PENGOLAHAN GREY WATER MODEL KOMBINASI ABR-ANAEROBIC FILTER Efficiency Study of ABR-Anaerobic Filter Combine Model As Grey Water Treatment Package DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (RE091322) Semester Ganjil 2010-2011 MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Kampus Sukolilo, Surabaya 60111 Email: hermana@its.ac.id

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA AFRY RAKHMADANY 3309 100 020

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation 1. UU No 32 thn 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Gambar 1. Pencemaran air sungai Pasal

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF

PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF Oleh: Annisa Ramdhaniati 3307 100 083 1 Dosen Pembimbing: Ir.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Limbah Cair Hotel Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya A321 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya Dini Novitrianingsih dan Harmin Sulistiyaning Titah Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter

Perancangan Ulang Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter D74 Perancangan Ulang Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter Habib P. Adi 1, Mohammad Razif 2, Atiek Moesriati 3 1,2,3 Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Kuantitas Air Limbah Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 TIPIKAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SERI BIOFILTER MELALUI PROSES PENGENDAPAN (STUDI KASUS : PERUMAHAN DIAN REGENCY SUKOLILO SURABAYA) Siburian, Jimmi P 1, *), Karnaningroem, Nieke

Lebih terperinci

Pengolahan AIR BUANGAN

Pengolahan AIR BUANGAN Pengolahan AIR BUANGAN (WASTE WATER TREATMENT) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Self purification Dahulu, alam memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah secara

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) 90 5.1 Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis (Biofilm) Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

[Type text] BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah cair merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tata kota. Mengingat limbah mengandung banyak zatzat pencemar yang merugikan bahkan

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu D98 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu Rahani Yunanda Kusumadewi dan Arseto Yekti Bagastyo Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Omzet ritel modern pada 2011, secara total diprediksi mencapai Rp 115 triliun- Rp 120 triliun atau naik 15-20 persen dibandingkan 2010. Hal ini

Lebih terperinci

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya D25 Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya Zella Nissa Andriani dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Hamimal Mustafa R 1), Nurina Fitriani 2) dan Nieke Karnaningroem 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik 4 1.2. Karakteristik Air Limbah Domestik 8 1.3. Potensi Limbah Cair di DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. Materi #6 Sumber Air 2 Air Tanah Lebih sedikit bakteri. Kemungkinan terdapat banyak larutan padat. Air Permukaan Lebih banyak bakteri. Lebih banyak padatan tersuspensi dan ganggang. 6623 - Taufiqur Rachman

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG Sudarno, Dian Ekawati ABSTRACT Domestic wastewater treatment was needed for every towns. This domestic wastewater such as black water

Lebih terperinci

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR) UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (STUDI KASUS: PERUMAHAN ROYAL SUMATRA, MEDAN)

PERENCANAAN PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (STUDI KASUS: PERUMAHAN ROYAL SUMATRA, MEDAN) PERENCANAAN PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (STUDI KASUS: PERUMAHAN ROYAL SUMATRA, MEDAN) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan menggunakan Fluidized Bed Reaktor secara aerobik dengan media styrofoam ini dimulai dengan melakukan strarter bakteri yaitu dengan penambahan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Marry Fusfita (2309105001), Umi Rofiqah (2309105012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PENURUNAN KADAR BOD, COD DAN NH 3 PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR

STUDI EFEKTIFITAS PENURUNAN KADAR BOD, COD DAN NH 3 PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR STUDI EFEKTIFITAS PENURUNAN KADAR BOD, COD DAN NH 3 PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR Rini Wahyu Sayekti, Riyanto Haribowo, Yohana Vivit, Agung Prabowo Jurusan Teknik Pengairan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi Pendahuluan Dengan keluarnya PERMEN LHK No. P. 68 tahun 2016, tentang Baku Air Limbah Domestik maka air limbah domestik atau sewer harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1 PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1 Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) SKRIPSI O l e h : AINA AZZAH ALI 0952010009 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sampingan akibat proses produksi/ kegiatan manusia yang berbentuk cair, gas dan padat. Limbah domestik/ rumah tangga adalah air yang telah dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada pengelolaan air limbah secara individu, air limbah greywater belum menjadi perhatian utama. Air limbah greywater secara konvensional masuk ke dalam saluran drainase

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya D13 Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya Gaby Dian dan Welly Herumurti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D176 Evaluasi dan Desain Ulang Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tekstil di Kota Surabaya Menggunakan Biofilter Tercelup Anaerobik-Aerobik Achmad Muzakky, Nieke Karnaningroem, dan Mohammad

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER Oleh : OKTY PARISA 0352010037 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING Oleh : DODDY OCTNIAWAN NPM : 0752010015 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari limbah cair

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI Pendahuluan PENCEMARAN AIR masuknya atau dimasukkannya

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) oleh : DODDY OCTNIAWAN NPM 0752010015 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya D4 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya Ragil Tri Setiawati dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci