BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam bab sebelumnya telah dibahas tentang konflik antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan swasta. Berdasarkan analisis atas kasus konflik tersebut, bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut. a. Untuk kasus masyarakat dengan masyarakat, konflik yang terjadi yaitu antarkelompok petani yang saling memperebutkan sumberdaya air untuk irigasi pertanian. Penyelesaian konflik yang dilakukan dalam kategori ini adalah dengan cara mediasi yang melibatkan aparat keamanan tempat terjadinya konflik, yaitu di Kabupaten Subang dan Kabupaten Tasikmalaya. b. Untuk kasus masyarakat dengan swasta, konflik muncul karena privatisasi menyebabkan akses masyarakat terhadap sumber air menjadi terbatas dan kualitas serta kuantitas air menjadi menurun. Penyelesaian konflik yang dilakukan yaitu dengan cara mediasi dan arbitrasi yang difasilitasi oleh Kepala Daerah. Untuk lebih memperjelas kesimpulan yang telah disampaikan di atas, penulis menuangkan dalam bentuk tabel berikut ini. 105

2 Tabel 1. Permasalahan dan faktor pemicu konflik pemanfaatan sumberdaya air. Aspek Masyarakat vs Masyarakat Masyarakat vs Swasta Lokasi Pokok Sengketa Bentuk Kabupaten Subang dan Kecamatan Kabupaten Tasikmalaya. Para petani memperebutkan mata air yang digunakan untuk mengairi sawah mereka dari ancaman kekeringan di Kabupaten Subang; Diperebutkannya sumber mata air oleh masyarakat Kecamatan Sukahening dan Kecamatan Pangatikan, karena belum adanya kepastian mengenai tapal batas yang mengatur mata air yang berada di antara kedua wilayah tersebut. Horizontal, yaitu antara pihak masyarakat dengan masyarakat. Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Beroperasinya pabrik Aqua tanpa mempedulikan kesulitan warga untuk mendapatkan air. Sejak berdirinya pabrik masyarakat sulit mendapatkan air di Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur; Rencana berdirinya pabrik PT. Tirta Investama akan mengekspoitasi air di wilayah Padarincang. Selain itu kekhawatiran warga akan berkurangnya kualitas dan kuantitas air jika pabrik tersebut berdiri di Padarincang. Vertikal, yaitu antara pihak masyarakat dengan pihak swasta. Pihak yang Terlibat Masyarakat Kecamatan Pamanukan, Sukasari, dan Legon Kulon dengan Kecamatan Tambakdahan, Kabupaten Subang; Masyarakat Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya dengan Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Masyarakat Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur dengan PT. Tirta Investama; Masyarakat Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang dengan PT. Tirta Investama. 106

3 Solusi dari Masyarakat Solusi dari Swasta Para petani setempat telah membuat surat untuk Balai Besar Wilayah Sungai Citarum terkait dengan usulan penghentian proyek perbaikan jaringan irigasi hingga beberapa bulan ke depan. (kasus di Kabupaten Subang) Masyarakat meminta pemerintah agar secepatnya menentukan batas wilayah administratif antar kedua kabupaten. (kasus di Kabupaten - Masyarakat meminta pihak PT. Tirta Investama agar menghentikan produksinya terkait kemarau panjang yang melanda kawasan tersebut. Masyarakat meminta seharusnya pihak perusahaan peduli dengan kondisi masyarakat sekitar yang sedang kesulitan mendapatkan air. (kasus di Kabupaten Cianjur) Masyarakat meminta pemerintah Kabupaten Serang untuk mencabut surat izin yang diberikan pada PT. Tirta Investamadan juga menuntut PT. Tirta Investama agar membatalkan rencananya untuk membangun pabrik di wilayah Padarincang (kasus di Kabupaten Serang) Pihak swasta mengklaim bahwaberoperasinya pabrik tersebut tidak ada kaitan dengan air sungai atau dengan kemarau yang melanda kawasan itu. (kasus di Kabupaten Cianjur) Perusahaan menerapkan program CSR untuk memuluskan langkah pembangunan pabrik, serta berjanji meningkatkan intensitasnya dan menjanjikan jumlah yang besar setiap bulannya. (kasus di Kabupaten Serang) 107

4 Solusi dari Pemerintah Hambatan Penyelesaian Pasokan air untuk wilayah Kabupaten Subang telah ditambah, demi menghindari kekurangan air yang menimpa desa yang ada di wilayah tersebut. (kasus di Kabupaten Subang) Pemerintah provinsi Jawa Barat tidak dapat memutuskan secara sepihak batas antara dua wilayah tersebut. Pihak pemerintahan desa dan kecamatan dari masing-masing kabupaten yang bersengketa yang seharusnya lebih mengetahui perihal batas wilayah mereka.(kasus di Kabupaten Adanya proyek perbaikan jaringan irigasi yang dilakukan pihak BBWS Citarummembuat masyarakat semakin kesulitan dalam mendapatkan air. Terlebih lagi mereka sudah mengirimkan surat kepada pihak BBWS Citarum agar segera menghentikan proyek tersebut. Akan tetapi hal tersebut belum mendapat tanggapan dari pihak BBWS Citarum. (kasus di Kabupaten Subang) Pemerintah provinsi belum dapat turun tangan secara langsung. Dalam hal ini pemerintah provinsi Pihak pemerintah mengatakan jika rencana pembangunan pabrik ini hanya akan menimbulkan suasana tidak kondusif di tengah-tengah masyarakat, maka pihaknya bersedia mencabut surat izin tersebut, akan tetapi berharap kepada masyarakat agar memberikan kesempatan kepada pihak perusahaan untuk menyampaikan hasil kajian. (kasus di Kabupaten Serang) Tidak adanya pengawasan dalam hal penggunaan debit air yang diambil perusahaan dari dalam tanah, sehingga memunculkan persepsi yang negatif di kalangan masyarakat bahwa pihak perusahaan mengambil air dengan jumlah yang sangat besar sehingga menimbulkan kekeringan di wilayah tersebut. (kasus di Kabupaten Cianjur) Pemerintah terkesan tidak konsisten terhadap kebijakannya, terutamadalam hal pemberian izin. Pihak investor sudah mengantongi izin dari pemerintah, akan tetapi 108

5 Resolusi mengklaim hanya sebagai fasilitator bagi pihak-pihak yang berkonflik untuk menentukan batas wilayahnya masing-masing. Hal ini tentunya dapat membuat konflik menjadi semakin berlarut-larut tak berujung. (kasus di Kabupaten Dalam upaya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, kepala desa dari Tambakdahan beserta jajaran aparat keamanan mampu menenangkan warga setempat agar tidak meladeni tantangan dari ketiga desa lainnya. Apabila hal itu terjadi, tentunya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. (kasus di Kabupaten Subang) Aparat pemerintahan dari kedua belah pihak yang bertikai melakukan mediasi untuk mencegah agar permasalahan tidak melebar. (kasus di Kabupaten karena desakan yang muncul dari masyarakat, pihak pemerintah kemudian mencabut surat izin yang sudah diterbitkan. Pemerintah terkesan tidak dapat menempatkan diri pada posisi mana seharusnya mereka berada, membela masyarakat atau membiarkan swasta mengeksploitasi mata air demi pemasukan daerah. (kasus di Kabupaten Serang) Pihak warga melakukan audiensi dengan Bupati Serang guna mendapatkan solusi terkait konflik yang terjadi. Dalam pertemuan tersebut warga meminta Bupati untuk mencabut surat izin yang diberikan kepada pihak PT. Tirta Investama. Selain itu, Bupati Serang bersedia berangkat ke Perancis dengan undangan dari pihak perusahaan guna membahas lebih lanjut kelanjutan proyek pembangunan pabrik di Kabupaten Serang. (kasus di Kabupaten Serang) Bupati Serang otomatis menjadi seorang arbitrator dalam kasus ini. Sebagai seorang pemimpin daerah, bupati akan terlibat langsung dalam penyelesaian konflik yang terjadi di daerahnya. Pada awalnya bupati memberikan izin PT. Tirta Investama 109

6 untuk mendirikan pabrik, akan tetapi izin tersebut dicabut kembali karena kondisi yang tidak memungkinkan karena tekanan dari masyarakat setempat yang tidak menginginkan adanya pabrik di daerah mereka. (kasus di Kabupaten Serang) 6.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari penelitian ini, maka saran yang bisa disampaikan yaitu sebagai berikut. a. Untuk kasus masyarakat dengan masyarakat, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa air tidak dapat dimanfaatkan secara eksklusif untuk keperluan individu/kelompok tertentu. Selain itu pemerintah juga harus memastikan agar masyarakat yang berkonflik memiliki pemahaman yang sama, agar tidak terjadi konflik lanjutan di kemudian hari. Ketika konflik ini muncul, terlihat peran pemerintah hanya sekedar memberikan fasilitasi agar konflik tersebut selesai. Pemerintah seharusnya lebih bisa memantau konflik yang terjadi dan kemudian memastikan bahwa fasilitasi penyelesaian konflik tersebut benar-benar dapat menyelesaikan konflik di masyarakat. b. Untuk kasus masyarakat dengan swasta, pemerintah harus mampu menjelaskan kepada masyarakat mengenai praktek privatisasi yang dilakukan oleh perusahaan pengelolaan air minum. Kemampuan pemerintah dalam memberikan penjelasan tersebut kepada masyarakat secara tidak langsung dapat menekan economic cost dan sosial cost yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Ketidaktegasan pemerintah dalam hal pemberian izin usaha bagi perusahaan yang bergerak di 110

7 bidang pengelolaan air, menyebabkan pihak perusahaan ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam menjalankan usahanya di wilayah tersebut. Akibatnya hal ini juga berdampak terhadap economic cost dan social cost yang harus ditanggung lebih besar oleh pihak perusahaan. 111