BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Zakat II.1.1. Pengertian Zakat Menurut segi bahasa, zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zakat dari istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. Menurut Qardawi (2011 : 34) yang diterjemahkan oleh Harun, pengertian zakat secara etimologi syari at: Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikelurkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Didalam Al-Qur an, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat sebanyak 82 ayat. Sedangkan menurut Azhari (2011 : 39) yang diterjemahkan oleh Harun, berkata bahwa : Zakat juga menciptakan pertumbuhan bagi orang-orang miskin. Zakat merupakan cambuk yang ampuh yang membuat zakat tidak hanya menciptakan perumbuhan material dan spiritual bagi orang-orang miskin, tetapi mengembangkan jiwa dan kekayaan orang-orang kaya. Allah telah memberi perintah didalam ayat yang telah diturunkan didalam Al-Qur an agar orang-orang miskin diperhatikan dan diberi makan, dan mengancam bila mereka dibiarkan terlunta-lunta.

2 Zakat bukan merupakan hibah atau pemberian, bukan tabarru atau sumbangan, dan bukan juga pemberian dari orang kaya kepada orang miskin, tetapi zakat merupakan penunaian atas kewajiban orang kaya sebagai muzaki atas hak orang fakir dan miskin dan beberapa mustahik lainnya. Zakat turut andil dalam meningkatkan taraf perekonomian kaum fakir dan miskin yang dapat mecetak mereka menjadi suatu kekuatan yang produktif, dan merealisasikan garis jaminan sosial terhadap mereka yang kurang mampu sehingga tidak ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin, maka dari itu zakat memiliki peranan penting dalam pembangunan tatanan sosail dan ekonomi umat Islam. II.1.2. Hukum Zakat Dalam Islam, zakat hukumnya adalah wajib ain ( fardhu ain ) bagi setiap muslim didunia ini apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syari at. Zakat adalah rukun ketiga dari lima rukun Islam, yang merupakan pilar agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. II.1.3. Fungsi dan Tujuan Zakat Zakat merupakan salah satu implemtasi atas keadilan dalam sistem ekonomi Islam yang merupakan salah satu ciri dari system ekonomi Islam. Fungsi zakat menurut Kurnia (2008:8) adalah : Sebagai alat pembersih dari harta yang dimiliki oleh muslim. Zakat merupakan salah satu bentuk bukti ketaatan manusia kepada Allah dan merupakan sebagai kewajiban manusia kepada manusia. 9

3 Sedangkan tujuan zakat menurut Kurnia (2008:9) adalah : Untuk mecapai keadlian sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin. Tujuan zakat dalam bidang moral adalah zakat dapat mengikis dari ketamakan dan keserakahan hati orang-orang kaya. Pada bidang sosial, zakat berfungsi menghapuskan kemiskinan dari masyarakat. Dan di bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan ditangan sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan zakat. II.1.4. Syarat-syarat Wajib Zakat Syarat-syarat wajib zakat yang telah ditentukan oleh syari at yang dikemukaan oleh Kurnia (2008:11) adalah : 1. Milik Sempurna. Yang dimaksud dengan milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta mentransaksikan barang miliknya tanpa campur tangan orang lain pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat. Oleh karena itu kondisi harta harus tidak berkaitan dengan hak orang lain dan si pemilik harus mampu mempergunakannya atau membelanjakannya dengan kehendak sendiri. Dengan begitu, memungkinkan pemindahan kepemilikan atau pemberian sejumlah zakat dari harta tersebut kepada orang lain. 10

4 2. Berkembang secara riil atau estimasi. Yang dimaksud pertumbuhan secara riil adalah pertambahan akibat perkembangan atau perdagangan. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan estimasi adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah, seperti emas, perak, dn mata uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan nilai dengan menjualbelikannya. Oleh sebab itu, semua jenis harta diatas mutlak dan wajib dizakati, berbeda dengan lahan yang tidak dapat berkembang, baik secara riil maupun secara estimasi, maka tidak wajib dizakati. 3. Sampai nishab. Nishab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang ditentukan secara hukum, yang mana harta yang tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Syarat ini berlaku, seperti pada uang, emas, perak, barang dagangan, hasil pertanian, dan hewan ternak. Barang yang kurang dari satu nishab, tidak termasuk barang yang wajib dizakati. Kesempurnaan nisbah dilihat pada awal dan akhir thaul, kekurangan dan kelebihan diantara awal dan akhir haul tidak mempengaruhi nishab. Harta zakat beserta penghasilannya digabungkan di akhir haul. Sedangkan, apabila terdapat hutang tunai atau kredit uang jangka pendek, maka hutang tersebut haru dipotongkan kepada harta zakat tersebut sebelum dihitung, sebagaimana kondisi dalam zakat harta perdagangan dan harta tunai emas dan perak. 11

5 4. Melebihi kebutuhan pokok. Harta yang merupakan kelebihan dari nafkah kebutuhan asasi bagi kehidupan muzaki dan orang yang berada dibawah tanggungannya, seperti istri, anak, pembantu dan asuhannya. Artinya, bahwa muzaki harus mencapai batas kecukupan hidup, maka bagi orang yang dibawah batas tersebut tdak ada kewajiban zakat bagi mereka 5. Tidak terjadi zakat ganda. Apabila suatu harta telah dibayarkan zakatnya, kemudian harta tersebut berubah bentuk seperti hasil pertanian yang telah dizakati kemudian hasil panen tersebut dijual dengan harga tertentu. Dalam hal ini, harga penjualan barang yang telah dizakati maka diakhir haul tidak wajib dizakati lagi agar tidak terjadi zakat ganda pada suatu jenis harta. 6. Cukup haul (genap satu tahun) Haul adalah perputaran harta satu nishab dalam 12 bulan Qomaryah (Hijriyah). Harta yang telah tunduk kepada zakat tersebut telah dimiliki selama satu haul secara sempurna. Namun, jika terjadi kesulitan akuntansi, karena biasanya anggaran dibuat berdasarkan tahun Syamsiah (Masehi) maka boleh dikalkulasikan berdasarkan tahun Syamsiah dengan penambahan kadar zakat yang wajib dibayar, dari 2,5% menjadi 2.575% sebagai akibat kelebihan hari bulan Syamsiah dari bulan Qomaryah. 12

6 II.1.5. Jenis-jenis Zakat Menurut Al-Qur an (QS. At-Taubah:34) yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur an, Allah bersabda : Wahai orang beriman. Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapatkan) adzab yang perih. Berdasarkan ayat diatas, menurut Qardawai yang diterjemahkan oleh Harun (2011:11), jenis zakat dibagi menjadi dua macam : 1. Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah zakat pribadi yang harus dikeluarkan setiap muslim yang bernyawa pada bulan ramadhan sampai menjelang hari raya Idul Fitri sebelum dilaksanakannya shalat Ied. 2. Zakat Mal atau Zakat Harta Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang harus dikelurkan setiap umat muslim terhadap zakat yang dimiliki, yang telah memenuhi haul, nishab dan kadarnya. Menurut BAZIS DKI Jakarta (2012:23) zakat mal dibagi menjadi : a. Zakat emas dan perak. b. Zakat binatang ternak. c. Zakat hasil bumi. d. Zakat perniagan, meliputi : perdagangan dan jasa. Dalam menjelaskan perihal zakat ini beberapa ketentuan dasar dari pembebanan zakat adalah : 1) Setiap zakat yang dikenakan harus proporsional. 13

7 2) Zakat pada dasarnya adalah zakat atas kekayaan diatas batas minimal. 3) Zakat dikenakan pada kekayaan yang bertumbuh. 4) Tidak ada zakat yang dikenakan pada alat produksi. 5) Tidak ada zakat pada laba yang digunakan untuk konsumsi pribadi. 6) Zakat dikenakan pada pendapatan, yaitu atas kekayaan yang tidak digunakan dalam produksi, zakat atas gaji, zakat atas pendapatan pendapatan yang tidak dikonsumsi, dan kenailakn nilai aset yang disebabkan oleh kegiatan investasi dan produksi. II.1.6. Pendayagunaan Zakat Pendayagunaan zakat merupakan proses penyaluran zakat yang telah diterima oleh lembaga amil untuk didayagunakan kepada 8 kelompok (ashnaf). Dalam hadis riwayat Abu Daud yang diterjemahkan oleh Kurnia (2011:140), Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah tidak berwasiat dengan hukum nabi dan juga dengan hukum lainnya sampai Dia memberikan hukum didalamnya. Maka, Allah membagi zakat kepada delapan bagian. Apabila kamu termasuk salah satu dari bagian tersebut, maka aku berikan hakmu. Berdasarkan hadis riwayat diatas, delapan kelompok (ashnaf) yang dimaksudkan adalah 1. Fakir. Fakir adalah orang yang penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok sesuai dengan kebiasaan masyarakat dan wilayah tertentu 2. Miskin Miskin adalah orang yang memerlukan, tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. 3. Amil Zakat Amil zakat merupakan pihak yang mengumpulkan, mengelola dan mendayagunakan dana zakat. 4. Muallaf. Muallaf adalah orang yang baru memeluk agama Islam kurang dari satu tahun masih memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi baru. 5. Budak (riqab). Budak adalah orang yang disuruh menebus dirinya sendiri. Mengingat golongan ini sekarang sudah tidak ada lagi, menurut pendapat mayoritas ulama fikih maka kuota zakat mereka dialihkan ke golongan mustahik lain 6. Orang yang berhutang (gharimiin). Gharimiin adalah orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi atau sosial yang tidak bisa dihindarkan dimana si penghutang sudah tidak sanggup lagi melunasi hutangnya. 14

8 7. Untuk jalan Allah (fisabilillah). Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah untuk kebenaran dan kebaikan. 8. Musafir (ibnusabil). Ibnusabil adalah orang asing yang tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya. Bersadarkan pengertian atas kedelapan kelompok (ashanf) penerima zakat, hanya yang disebutkan dalam kelompok diatas yang berhak untuk menerima dana zakat yang telah diperoleh oleh amilin. II.1.7. Persamaan dan Perbedaan antara Zakat dan Pajak Menurut Kurnia (2008:35) zakat dan pajak adalah : Zakat dan pajak adalah sesuatu yang berbeda dan diantara keduanya terdapat hal-hal khusus yang secara spesifik, sekalipun diantara keduanya memiliki persamaan. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (2011:10) pajak adalah: Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari pernyataan diatas, maka dapat disebutkan antara persamaan dan perbedaan zakat dengan pajak. Adapun persamaan zakat dan pajak adalah : 1. Bersifat wajib dan mengikat atas harta penduduk suatu negeri, apabila melalaikannya terkena sanksi. 2. Zakat dan pajak harus disetorkan kepada lembaga resmi agar tercapai efisiensi penarikan keduanya dan alokasi penyalurannya. Dalam pemerintaham Islam, zakat dan pajak dikelola oleh Negara. 3. Tidak ada ketentuan memperoleh imbalan materi tertentu didunia. 15

9 4. Dari satu sisi tujuan adalah kesamaan antara keduanya yaitu untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dan menuntaskan kemiskinan yang terdapat dimasyarakat. Namun, zakat dan pajak memiliki perbedaan. Sedangkan perbedaan zakat dengan pajak menurut Kurnia (2008:35) adalah : Zakat Dasar hukum zakat diambil dari Al- Qur an (Qs. At-Taubah:103, Al- Baqarah:43) dan As-Sunnah Zakat adalah kewajiban dan salah satu rukun Islam serta merupakan ibadah dan ketaatan kepada Allah dan rasul- Nya. Nishab dan kadar zakat ditentukan oleh Allah dan rasul-nya. Kebutuhan dan aturan zakat terus menerus sampai akhir zaman. Orang yang mendapat kewajiban zakat hanya umat Islam apabila telah memenuhi persyaratan. Objek atau pos penerimaan zakat adalah delapan kelompok sebagaimana yang telah ditentukan Al-Qur an. Harta yang tunduk kepada zakat hanyalah harta halal, baik dan produktif atau berkembang. Zakat adalah pemberian hak milik orang lain yang terdapat pada harta yang dimiliki muzaki, jadi zakat bukan pemberian dari orang kaya kepada penerima zakat. Zakat harta diwajibkan atas harta yang memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya harta merupakan kelebihan kebutuhan pokok, tidak terhutang dan harus mencapai nishab. Tabel 2.1 Perbedaan Zakat dengan Pajak Pajak Sumber : Kurnia, Hikmat (2008) Panduan Pintar Zakat, Qultum Media, Jakarta Pajak dasar hukumnya adalah undangundang Negara sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh Negara bersangkutan. Pajak adalah kewajiban yang dibuat oleh manusia dan merupakan implementasi ketaatan kepada Negara. Besar pajak tergantung ketentuan yang dibuat oleh negara yang bersangkutan. Pajak tergantung kebutuhan dan ketentuan yang dibuat Negara dan dapat dihapuskan apabila berkehendak. Pajak adalah kewajiban semua warga negara bersangkutan. Pajak dialokasikan untuk pembiayaan operasional Negara dan pembangunan. Pajak dipungut berdasarkan segala jenis harta. Pajak adalah pemotongan secara paksa dari harta pribadi, perusahaan, lembaga, dan yang sejenis yang diserahkan kepada kas Negara sesuai dengan peraturan perpajakan konvensional. Sedangkan pajak tidak diambil dengan memperhitungkan syarat-syarat tersebut, dan terkadang pajak ditarik dari orang miskin yang berada dibawah batas kecukupan dan sama saja apakah dia memiliki hutang atau tidak. 16

10 II.2. Akuntansi II.2.1. Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Sedangkan menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) yang diterjemahkan oleh Yadiati (2007:1) adalah Akuntansi adalah seni pencatatan dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umum sifatnya keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Menurut Skousen, Stice dan Stice (2007 : 8) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar adalah Akuntansi merupakan sebuah aktivitas pemberian jasa yang mengidentifikasi, mengukur, dan mengolah transaksi-transaksi serta peristiwa yang terjadi dalam satu perusahaan dan berfungsi memberikan informasi kuantitatif terutama informasi keuangan mengenai perusahaan tersebut yang akan digunakan oleh pihakpihak yang membutuhkan dalam mengambil suatu keputusan yang berhubungan dengan perusahaan. Menurut Weygandt dan Keiso (2007:4) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar dan Wasillah adalah Adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi depa para pengguna yang berkepentingan. 17

11 Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan sebagai alat ekonomi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencatat dan sebagai alat pengambilan keputusan yang terbaik diantar alternatif yang ada. II.2.2. Siklus Akuntansi Siklus akuntansi merupakan suatu proses pencatatan transaksi dari terjadinya transaksi sampai dengan disusun dalam laporan keuangan pada akhir suatu periode. Siklus-siklus akuntansi tersebut adalah : 1. Transaksi. Transaksi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah persetujuan dalam jual beli antara pihak pembeli dan penjual. Menurut Skousen dan Stice (2007:71) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar menyatakan bahwa : Transaksi merupakan suatu pertukaran barang dan jasa antara baik individu, perusahaan-perusahaan, atau organisasi yang mempengaruhi ekonomi. Menurut Kieso dan Weygandt (2007:19) yang diterjemahkan oleh yang diterjemahkan oleh Ali Akbar dan Wasillah adalah Transaksi adalah peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu perusahaan yang tercatat. Setiap transaksi harus mempunyai bukti yang dapat menyatakan bahwa transaksi yang dilakukan memang benar-benar terjadi. bukti transaksi adalah bukti fisik adanya transaksi yang terjadi. Menurut Kieso 18

12 dan Weygandt (2007:20) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar dan Wasillah bukti tersebut dapat dibagi menajadi 2 : a. Bukti Ekstern. Bukti ekstern merupakan bukti transaksi yang digunakan diluar perusahaan, baik bukti yang dibuat oleh perusahaan maupun oleh pihak luar perusahaan. Bukti ekstern terdiri atas cek, kwitansi, faktur, nota, nota debit, nota kredit. b. Bukti Intern. Bukti intern merupakan bukti transaksi yang hanya digunakan dan dibuat dalam perusahaan. 2. Pencatatan transaksi dalam Jurnal Umum. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mecatat transaksi keuangan perusahaan secara kronologis dengan menyebutkan pos akun debit dan kredit 3. Pencatatan transaksi dalam Buku Besar Pencatatan transaksi dan buku besar merupakan penggolongan atas transaksi menurut jenisnya yang telah dicatat pada jurnal umum. Buku besar yang dimiliki oleh perusahan berbeda-beda tergantung pada banyak jenis perkiraan transaksi yang akan ditimbulkan. 4. Membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menempatkan pendapatan pada periode dimana pendapatan tersebut dihasilkan dan beban dimana periode itu terjadi. 5. Membuat laporan keuangan. Laporan keuangan adalah seluruh data transaksi yang telah dibuat. 6. Membuat jurnal penutup. Jurnal penutup merupakan ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa pendapatan beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan kedalam perkiraan modal. 19

13 7. Membuat neraca saldo. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo dan menunjukan apakah sama besarnya antara total debit dengan total kredit. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi. II.3. Akuntansi Syariah II.3.1. Pengertian Akuntansi Syariah Pengertian akuntansi syariah menurut Nurhayati dan Wasilah (2009:2) Akuntansi dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Jadi dapat disimpulkan akuntansi syari ah adalah kegiatan pencatatan terhadap data-data historis yang bersifat moneter berdasarkan nilai-nilai Islam dan konsep-konsep yang diterapkan dalam Al-Qur an dan berguna untuk memberikan informasi keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh para pemakai. Dari pengertian akuntansi syari ah yang telah dijelaskan secara teoritis tidak ada bedanya dengan akuntansi konvensional atau akuntasi barat, hanya saja dalam akuntansi syari ah ditekankan pada nilai-nilai Islami yang diatur dalam bagian mu amalah dan konsep-konsep yang telah diatur dalam Al-Qur an 20

14 sebagai sumber utamanya. Sedangkan akuntansi konvensional sendiri berasaskan nilai-nilai kapitalis dan sosialis yang diadopsi dari negara-negara barat. Tujuan dari akuntansi syari ah itu sendiri dalam lembaga keuangan syari ah menurut Soemitra (2009:23)terdapat dua alasan, yaitu: 1. Lembaga keuangan syari ah dijalankan dengan kerangka syari ah, sebagai akibat dari hakekat transaksi yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional. 2. Pengguna informasi akuntansi syari ah pada lembaga keuangan syari ah adalah berbeda dengan pengguna informasi akuntansi dilembaga keuangan konvensional. II.3.2. Prinsip-prinsip Akuntansi Syari ah Akuntansi syari ah tentunya tidak lepas dari konsep dan aturan yang tertera dalam Al-Qur an. Sehingga dalam prinsipnya pun diambil dari Al-Qur an yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur an (Al- Baqarah:282) yang berbunyi : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempoh hingga ke suatu masa yang tertentu maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar) dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Oleh itu, hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakan (isi surat hutang itu dengan jelas). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutang itu. Kemudian jika orang yang berhutang itu bodoh atau lemah atau ia sendiri tidak dapat hendak merencanakan (isi itu), maka hendaklah direncanakan oleh walinya dengan adil benar); dan hendaklah kamu mengadakan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu. Kemudian kalau tidak ada saksi dua orang lelaki, maka bolehlah, seorang lelaki dan dua orang perempuan dari orang-orang yang kamu setujui menjadi saksi, supaya jika yang seorang lupa dari saksi-saksi perempuan yang berdua itu maka dapat 21

15 diingatkan oleh yang seorang lagi. Dan jangan saksi-saksi itu enggan apabila mereka dipanggil menjadi saksi. Dan janganlah kamu jemu menulis perkara hutang yang bertempoh masanya itu, sama ada kecil atau besar jumlahnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih membetulkan (menguatkan) keterangan saksi, dan juga lebih hampir kepada tidak menimbulkan keraguan kamu. Kecuali perkara itu mengenai perniagaan tunai yang kamu edarkan sesama sendiri, maka tiadalah salah jika kamu tidak menulisnya. Dan adakanlah saksi apabila kamu berjualbeli. Dan janganlah mana-mana jurutulis dan saksi itu disusahkan. Dan kalau kamu melakukan (apa yang dilarang itu), maka sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan fasik (derhaka) yang ada pada kamu. Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini) mengajar kamu; dan Allah sentiasa Mengetahui akan tiaptiap sesuatu. Berdasarkan ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga prinsip akuntansi syari ah, yaitu pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran. Ketiga prinsip ini sudah menjadi dasar dalam aplikasi akuntansi syari ah. Adapun maksud dari ketiga prinsip tersebut menurut Muhamad (2002:11) adalah sebagai berikut : 1. Pertanggungjawaban. Prinsip pertanggungjawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Banyak ayat di dalam Al-Qur an yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait. 2. Keadilan. Menurut penasiran Al-Qu an surat (Al-Baqarah:282) terkandung prinsip keadilan yang merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, dan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Pada 22

16 konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam (QS.Al-Baqarah:22), dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar. 3. Prinsip Kebenaran. Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Maka, pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syari ah dapat diterangkan. Menurut Antonio (2009:23) akuntansi Islam (syari ah) mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut adalah: 1. Prinsip Legitimasi Muamalat yaitu sasaran-sasaran, transaksi-transaksi, tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan itu sah dan benar menurut syariat. 2. Prinsip Entitas Spiritual adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi dalam aktivitas perusahaan. 3. Prinsip Kontinuitas yaitu prinsip yang keberadaanya dapat memberikan pandangan bahwa perusahaan itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan dilikuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi yang mengarah kepada kebalikannya. 23

17 II.3.3. Perbedaan Antara Akuntansi Syari ah Dan Akuntansi Konvensional Akuntansi syari ah dan akuntansi konvensional merupakan sifat akuntansi yang diakui oleh masyarakat ekonomi secara umum. Keduanya merupakan hal yang tidak terpisahkan dari masalah ekonomi dan informasi keuangan suatu perusahaan atau sejenisnya. Untuk membedakan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah dalam akuntansi syari ah dan akuntansi konvensional, menurut Kurnia dan Hidayat (2008 : 35) dapa diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.2 Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah Keaadaan entitas didasarkan pada bagi hasil. Kelangsungan usaha tergantung pada persetujuan kontrak antara kelompok yang terlibat dalam aktivitas bagi hasil. Setiap tahun dikenai zakat, kecuali untuk pertanian yang dihitung setiap panen. Menunjukkan pemenuhan hak dan kewajiban kepada Allah SWT, masyarakat dan individu. Berhubungan erat dngan konsep ketaqwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non-materi untuk memenuhi kewajiban. Berhubungan dengan pengukuran dan pemenuhan tugas atau kewajiban kepada Allah AWT, masyarakat dan individu. Pemilihan teknik akuntansi dengan memperhatikan dampak baik buruknya pada masyarakat. Sumber : Kurnia, Hikmat (2008) Panduan Pintar Zakat, Qultum Media, Jakarta Akuntansi Konvensional Keadaan entitas dipisahkan antara bisnis dan pemilik. Kelangsungan bisnis secara terus menerus, yaitu didasarkan pada realisasi aset. Periode akuntansi tidak dapat menunggu sampai akhir kehidupan perusahaan dengan mengukur keberhasilan aktivitas perusahaan. Bertujuan untuk pengambilan keputusan. Reabilitas pengurang digunakan dengan dasar pembuatan keputusan Dihubungkan dengan kepentingan relatif mengenai informasi pembuatan keputusan. Pemilihan teknik akuntansi yang sedikit berpengaruh pada pemilik. 24

18 II.4. Akuntansi Zakat II.4.1. Pengertian Akuntansi Zakat Akuntansi zakat merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sesuai dengan syari at yang telah ditentukan digunakan sebagai pencatatan zakat dan infak/sedekah yang diterima dari muzaki yang akan disalurkan kepada mustahik melalui lembaga zakat. Menurut Harahap (2011:56) akuntansi syariah adalah : Akuntansi Islam atau akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjlankan syariah Islam. Akuntansi syariah dibagi menjadi dua versi, akuntansi syariah yang secara nyata diterapkan pada era Nabi SAW, dan akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai oleh system nilai kapitasisai yang berbeda dari system nilai Islam. Lembaga zakat merupakan organisasi yang bertanggung jawab untuk menyalurkan dana zakat, dan wajib mencatat setiap setoran baik secara kuantitas maupun jenis zakat, dan kemudian melaoprkannya kepada masyarakat. II.4.1. Tujuan Akuntansi Zakat Akuntansi zakat menurut Nurhayati dan Wasilah (2009:23) mempunyai tujuan, yaitu : 1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan efektif atas zakat, infak, sodaqoh, hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga pengelola zakat. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control) untuk kepentingan internal organisasi. 25

19 2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan zakat, infak, sodaqoh, hibah, dan wakaf yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan kepada publik (masyarakat) atas hasil operasi dan penggunaan dana publik (dana ummat). Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability). II.4.3. Teknik Akuntansi Zakat Pada dasarnya terdapat 5 tekhik akuntansi yang bias diadopsi yaitu, akuntansi anggaran, komitmen, dana, kas, dan akrual. Pada dasarnya kelima tekhnik akuntansi tersebut adalah mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu tekhnik akuntansi tidak menolak penggunaan tekhnik lain. Dalam akuntansi zakat, tekhnik yang digunakan adalah tekhnik akuntansi dana dan kas. Karena pengelolaan zakat tidak melibatkan rekening utang-piutang dan persediaan sehingga penggunaan tekhnik akuntansi kas sudah cukup memadai. Serta, akuntansi dana juga sangat mungkin karena zakat pengelolaan zaka melibatkan alokasi zakat untuk pos-pos tertentu yang meliputi beberapa golongan. Pada orgnisasi pengelolaan zakat masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi dana. Akuntansi dana melihat bahwa unit pelaporan harus diperlakukan sebagai dana dan organisasi harus dilihat sebagai salah satu dana atau suatu rangkaian dana. Sedangkan pada tekhnik akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat akas diterima dan pengeluaran dicatat pada saat kas dikeluarkan. Kelebihannya adalah 26

20 sederhana dan tidak menyita banyak waktu serta mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan objektif. Namun, tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya dari suatu transaksi tersebut. II.5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan N Tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang membahas mengenai zakat terdapat pada PSAK No Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. (Par 1). Pada paragraf 1, dijelaskan bahwa PSAK 109 hanya menyatur mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi zakat dan infak/sedekah. Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. (Par 2). Pada paragraf 2, dijelaskan bahwa pernyataan yang tertuang dalam PSAK 109 berlaku hanya untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah bukan untuk lembaga keuangan syariah lainnya. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya disebut amil merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. (Par 3). Amil yang dimaksud adalah organisasi pengelola zakat dan infak sedekah yang memang tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infka/sedekah. Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, tetapi bukan kegiatan utamanya. 27

21 Entitas tersebut mengacu kepada PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah. (Par 4). Pada paragraf 4, dijelaskan bahwa pernyataan yang tertuang pada PSAK 109 tentang zakat dan infak/sedekah hanya berlaku untuk entitas syariah yang menerima atau menyalurkan zakat sebagai kegiatan utamanya. Tidak berlaku kepada entitas syariah yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah bukan sebagai kegiatan utama, karena entitas syariah tersebut mengacu kepada PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Definisi dalam PSAK 109 terdapat definisi-definisi berikut digunakan dalam pernyataan ini : 1. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimakud untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah 2. Dana amil adalah bagian dana atas dana zakat dan infak/sedekah serta dana lain yang oleh pemberi diperuntukan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil. 3. Dana infak/sedekah adalah bagian dari non amil atas penerimaan infak/sedekah. 4. Dana zakat adalah bagian non amil atas penerimaan zakat. 5. Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang diperuntukannya dibatassi ( ditentukan ) maupu tidak dibatasi. 6. Mustahik adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. 7. Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar zakat. 8. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikelurkan zakatnya. 9. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. (Par 5). Pada paragraf 5, terdapat definisi-definisi dan penjelasan dari definisi tersebut yang digunakan dalam pernyataan dari PSAK 109 tentang zakat dan infak/sedekah. Definisi serta penjelasannya dijabarkan untuk menjelaskan objek 28

22 yang dimaksudkan yang berkaitan dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah. Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahik baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. (Par 6). Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak dientukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. (Par 7). Pada paragraf 6 dan 7, dijelaskan mengenai perbedaan pengertian zakat dengan infak/sedekah. Zakat didefinisikan sebagai kewajiban atas sejumlah harta yang harus diserahkan dari muzaki kepada mustahik baik secara langsung ataupun melalui lembaga seperti BAZIS DKI Jakarta Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik. (Par 8). Pada paragraf 8, dijelaskan bahwa zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh BAZIS DKI harus dikelola sesuai dengan prinsip syariah yang diberlakukan dan dengan tata kelola yang baik agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal mustahik yang sangat memerlukan kebutuhan dasarnya, misalnya fakir miskin, sudah tidak ada lagi, dana zakat dapat diinvestasikan atau ditangguhkan untuk tidak segera disalurkan. (Par 9). Pada paragraf 9, dalam hal mustahik yang dahulu sangat memerlukan dana zakat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, dan kini dianggap telah dapat memenuhi kebutuhannya dengan sendiri maka dana zakat yang biasa disalurkan kepada mustahik tersebut dapat ditangguhkan penyalurannya atau diinvestasikan kepada mustahik lain yang lebih memerlukan. 29

23 II.5.1. Pengakuan dan Pengukuran II Zakat Pada paragraf 10 sampai 15 dijelaskan mengenai pengakuan penerimaan atas perolehan zakat oleh BAZIS DKI Jakarta Menurut PSAK 109, membahas mengenai penerimaan zakat. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. (Par 10). Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambahan dana zakat : (1) Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima. (2) Jika dalam bentuk non kas, maka sebesar nilai aset wajar non kas tersebut. (Par 11). Pada paragraf 10, dapat dijelaskan bahwa semua penerimaan atas zakat dapat dicatatat dan diakui sebagai penambahan dana zakat sesuai dengan nilai yang diterima baik kas maupun nonkas apabila zakat dalam bentuk kas atau asset nonkas yang diterima oleh BAZIS DKI Jakarta. Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan. (Par 12). Pada paragraf 12, nilai wajar atas asset nonkas yang diterima oleh BAZIS DKI Jakarta untuk zakat ditentukan menggunakan harga pasar yang tersedia, jika harga pasar tidak tersedia maka dapat ditentukan dengan menggunakan metode lainnya sesai dengan SAK yang berlaku secara relevan. Jika muzakki menentukan mustahik yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka aset yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambahan dana amil. (Par 13). Pada paragraf 13, muzaki dapat memilih sendiri mustahik yang akan menerima dana zakat, tidak harus ditentukan oleh BAZIS DKI Jakarta. Dengan 30

24 demikian amil tidak memperoleh bagian zakat yang diterima karena semua dana yang diteriam oleh BAZIS DKI Jakarta disalurkan kepada mustahik yang dipilih, melainkan memperoleh Ujrah atas kegiatan tersebut yang berasal dari muzaki yang dapt diakui sebagai penambahan dana amil namun diluar dana zakat tersebut. Jika terjadi penurunan nilai aset non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. (Par 14). Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai : (1) Pengurangan dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. (2) Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan leh kelalaian amil. (Par 15). Pada paragraf 14 dan 15, dijelaskan bahwa apabila kerugian atas penurunan nilai asset nonkas ditanggung dan diperlakukan sebagai pengurangan dana zakat jika disebabkan oleh kelalaian muzaki atau pengurangan dana amil jika disebabkan oleh kelalaian BAZIS DKI Jakarta. Pada paragraf 16 sampai 23 dijelaskan mengenai pengakuan penyaluran atas perolehan zakat oleh BAZIS DKI Jakarta Terdapat pembahasan mengenai penyaluran zakat. Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurangan dana zakat sebesar : (1) Jumlah yang diserahkan (2) Jumlah tercatat jika dalam bentuk aset non kas. (Par 16). Pada paragraf 16, menjelaskan bahwa nilai yang diakui sebagai pengurangan dana zakat baik kepada mustahik dan termasuk untuk bagian amil sebesar atas jumlah yang diserahkan dalam bentuk kas maupun jumlah yang tercatat dalam bentuk asset nonkas. Namun, pada BAZIS DKI Jakarta dana amil berasal dari APBD pemerintah DKI Jakarta maka tidak ada bagian untuk amil seperti yang ditetapkan pada Paragraf ini. 31

25 Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutupi biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip syari ah tata kelola organisasi yang baik. (Par 17). Pada paragraf 17, dijelaskan bahwa efektfitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profeionalisme BAZIS DKI Jakarta. Dalam konteks ini disebutkan bahwa amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutupi biaya operasional untuk menunjang kinerja amil dalam melaksanakan fungsinya, namun pada BAZIS DKI Jakarta tidak perlu mengambil bagian dari zakat untuk menutupi biaya operasional dalam melaksanakan fungsinya karena semua kegiatan yang dilakukan dalam penerimaan dan penyaluran zakat oleh BAZIS DKI Jakarta telah dianggarkan dalam APBD pemerintah DKI Jakarta Penentuan jumlah atau presentasebagian untuk masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah atau kebijakan amil. (Par 18). Pada paragraf 18, dijelaskan bahwa penentuan jumlah dan presentase bagian yang disalurkan kepada masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan kententuan yang berlaku pada BAZIS DKI Jakarta yaitu untuk fakir miskin disalurkan sebesar 68%, sabilillah sebesar 31% dan kepada muallaf, gharim, dan ibnu sabil sebesar 1% atas seluruh dana zakat yang diterima. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat. Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode. (Par 19). Pada paragraf 19, dijelaskan bahwa beban perhimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil, dan amil dapat meminjam dana zakat dalam 32

26 rangka menghimpun zakat dan pinjaman ini sifatnya jangka pendek tidak boleh melebihi satu periode. Pada BAZIS DKI Jakarta, seluruh beban perhimpunan dan penyaluran pada periode tahun berjalan diambil pada periode tahun berjalan yang pada akhir periode seluruh beban akan diganti oleh APBD yang telah dianggarkan. Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil. ( Par 20 ). Pada paragraf 20, dijelaskan bahwa dana zakat disalurkan untuk amil diakui sebagai penambahan dana amil. Namun, pada BAZIS DKI Jakarta tidak menerima dana untuk amil karena seluruh dana amil diperoleh dari APBD pemerintah DKI Jakarta. Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang penyaluran dan liabilitas penyalurn tersebut berkurang ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahik nonamil. (Par 21). Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untk mengembalikannya kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran zakat. (Par 22). Pada paragraf 21 dan 22, zakat yang telah diterima oleh mustahik nonamil akan dapat diakui bahwa zakat telah disalurkan oleh BAZIS DKI Jakarta, dan zakat belum diakui bahwa telah disalurkan apabila belum diterima oleh mustahik nonamil. Dana zakat disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum lainnya diakui sebagai : (1) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap 33

27 tersebut diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang dikendalikan amil. (2) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya. (Par 23). Pada paragraf 23, dijelaskan bahwa perolehan asset tetap dapat diakui sebagai penyaluran zakat seluruhnya jika diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain dan bukan amil yang mengendalikannya, serta diakui sebagai penyaluran bertahap jika diserahkan untuk dikelola pihak lain namun dikendalikan oleh amil. Penyaluran bertahap diukur sebesar penyusutan asset tetap tersebut sesuai dengan pemanfaatannya. II Infak/sedekah Pada paragraf 24 sampai 32 dijelaskan mengenai penerimaan atas perolehan Infak/Sedekah oleh BAZIS DKI Jakarta Penerimaan Infak/Sedekah terdapat pada PSAK 109, infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar : (1) Jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas. (2) Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas. (Par 24). Pada paragraf 24, dapat dijelaskan bahwa semua penerimaan atas Infak/Sedekah dapat dicatatat dan diakui sebagai penambahan dana infak/sedekah sesuai dengan nilai yang diterima baik kas maupun nonkas apabila zakat dalam bentuk kas atau nilai wajar nonkas yang diterima oleh BAZIS DKI Jakarta. Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar untuk aset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan. (Par 25). 34

28 Pada paragraf 25, nilai wajar atas asset nonkas yang diterima oleh BAZIS DKI Jakarta untuk infak/sedekah ditentukan menggunakan harga pasar yang tersedia, jika harga pasar tidak tersedia maka dapat ditentukan dengan menggunakan metode lainnya sesai dengan SAK yang berlaku secara relevan. Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas. Aset non kas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. (Par 26). Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurangan dana infak/sedekah terikat jika peggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. (Par 27). Pada paragraf 27, dijelaskan penerimaan dan pengakuan oleh BAZIS DKI Jakarta atas asset tidak lancar dicatat saat asset tersebut diterima dan diamanahkan untuk dikelola yang diukur berdasarkan nilai wajar harga pasar. Apabila pemberi sudah menentukan pengguna atau pengelola atas asset tidak lancar tersebut, maka penyusutan atas asset tersebut diakui sebagai pengurangan atas dana infak/sedekah. Amil dapat pula menerima aset non kas lancar yang dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai. (Par 28). Aset non kas lancar dinilai sebesar nilai perolehan. Sedangkan aset non kas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan. (Par 29). Pada paragraf 28 dan 29, dijelaskan bahwa BAZIS DKI dapat menerima asset nonkas atas infak/sedekah untuk segera disalurkan kepada mustahik yang dapat berupa bahan abis pakai atau asset yang memiliki umur ekonomis panjang dan nilai wajar atas asset nonkas lancar yang diterima oleh BAZIS DKI Jakarta 35

29 untuk Infak/Sedekah dinilai sebagai sebesar nilai perolehan, jika asset nonkas tidak lancar maka dapat ditentukan dengan SAK yang berlaku secara relevan. Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai : (1) Pengurangan dana infak/sedekah tidak lancar disebabkan oleh kelalaian amil. (2) Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. (Par 30). Pada paragraf 30, dijelaskan bahwa apabila penurunan nilai asset infak/sedekah tidak lancar ditanggung dan diperlakukan sebagai pengurangan dana infak/sedekah jika disebabkan oleh kelalaian muzaki atau pengurangan dana amil jika disebabkan oleh kelalaian BAZIS DKI Jakarta. Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk asset non kas tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka asset tersebut dinilai sesuai dengan SAK relevan. (Par 31). Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah. (Par 32). Pada paragraf 32, dana infak/sedekah dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai optimal yang dapat diakui sebagai penambahan dana infak. Pada paragraf 33 sampai 37 dijelaskan mengenai pengakuan penyaluran atas perolehan zakat oleh BAZIS DKI Jakarta Penyaluran infak/sedekah terdapat pada PSAK 109, penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurangan dana infak/sedekah sebesar : (1)Jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas. (2) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset non kas. (Par 33). Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambahan dana amil. (Par 34). Pada paragraf 33 dan 34, menjelaskan bahwa nilai yang diakui sebagai pengurangan dana infak/sedekah baik kepada mustahik dan termasuk untuk 36

30 penambahan dana bagian amil sebesar atas jumlah yang diserahkan dalam bentuk kas maupun jumlah yang tercatat dalam bentuk asset nonkas. Namun, pada BAZIS DKI Jakarta dana amil berasal dari APBD pemerintah DKI Jakarta maka tidak ada bagian untuk amil seperti yang ditetapkan pada Par ini. Penentuan jumlah atau prsentase bagian untuk para penerimaan infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan etika yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil. (Par 35). Pada paragraf 35 dijelaskan bahwa penentuan jumlah dan presentase bagian yang disalurkan kepada masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan kententuan yang berlaku pada BAZIS DKI Jakarta yaitu untuk kemaslahatan umat dan SDM (sumber daya manusia) sebesar 6%, bantuan sosial keagamaan sebesar 49%, dan sosialisasi bina lembaga sebesar 27% serta pembinaan mustahik dan amil sebesar 18%. Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan. (Par 36). Pada paragraf 36 dijelaskan bahwa adanya penyaluran dana infak/sedekah oleh BAZIS DKI kepada amil lain, misalkan kepada lembaga kecamatan akan mengurangi dana infak/sedekah jika BAZIS DKI Jakarta tidak menerima kembali asset infak/sedekah yang disalurkan tersebut. Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi infak/sedekah. (Par 37). Penyajian diungkapkan dalam paragraf 38. Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan. 37

31 Penyajian dituangkan kedalam paragraf 38 yang menyatakan bahwa adanya pencatatan laporan terpisah antara dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil oleh BAZIS DKI Jakarta. Pengungkapan Pengungkapan zakat terdapat pada PSAK 109. Amil mengungkapkan halhal berikut terkait dana zakat, tetapi tidak terbatas pada : (1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan mustahik nonamil. (2) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nonamil, seperti presentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan. (3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset non kas. (4) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik. (5) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan presentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya. (1) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik meliputi : (a) Sifat hubungan. (b) Jumalh dan jenis aset disalurkan (c) Presentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran zakat selama periode. (Par 39). Pada paragraf 39, dijelaskan bahwa BAZIS DKI Jakarta harus mengungkapkan hal yang terkait dengan transaksi zakat yang tidak terbatas pada point (a) sampai dengan (f) tersebut. Pengungkapan infak/sedekah terdapat pada PSAK 109, amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada : (1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran infak/sedekah dan penerimaan infak/sedekah. (2) Kebijakan penyaluran infak/sedekah untuk amil dan nonamil, seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan. 1. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset non kas. 2. Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, diungkapkan jumlah dan presentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya. 3. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan, 38

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Hasbi Ramli (2005 : 56 ), Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan

Lebih terperinci

AKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA

AKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA AKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN 2010 Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA A. DEFINISI 1. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat 4.1.1. Mekanisme Pengumpulan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat Rumah

Lebih terperinci

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN oleh: Dr. Rizal Yaya M.Sc. Ak. CA. Pengawas LAZISMU, Dosen FE UMY Brevet Akuntansi Zakat Pusat Pengembangan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Istutik (2013) meneliti mengenai penerapan standar akuntansi Zakat Infak/Sedekah (PSAK: 109) pada pertanggungjawaban keuangan atas aktivitas penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN IV.1. Proses Pencatatan, Pengukuran, dan Pelaporan tansi Zakat dan Infak/Sedekah Pada BAZIS DKI Jakarta Tujuan utama akuntansi keuangan lembaga amil zakat adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai zakat dapat dikatakan masih sangat terbatas. Adapun penelitian terdahulu yang mendasari dalam penelitian ini beserta persamaan dan perbedaannya,

Lebih terperinci

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN Disampaikan oleh: Dr. Rizal Yaya M.Sc. Ak. CA. Dosen FE UMY Rakornas LAZISMU, 7-9 April 2016 1 EVALUASI UNTUK LAZ/UNIT

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 12: Akuntansi Zakat Infak Shadaqah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA DEFINISI. JENIS Zakat Infaq Shadaqah PENGERTIAN aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis, peneliti akan mengidentifikasi bagaimana penerapan dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam melakukan analisis, peneliti akan mengidentifikasi bagaimana penerapan dari BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Dalam melakukan analisis, peneliti akan mengidentifikasi bagaimana penerapan dari PSAK 109 tentang zakat, infak/sedekah tentang mekanisme

Lebih terperinci

Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109)

Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109) Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109) Jombang, 01 April 2017 Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan mengenai landasan teori dan konsep yang mendukung penelitian, yaitu pengertian zakat, infak/sedekah, kompetensi sumber daya manusia, akuntansi zakat, PSAK 109,

Lebih terperinci

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) Ilham Maulana Saud Dlingo, 28 Agustus 2016 DASAR HUKUM PENGELOLAAN ZAKAT Dasar Hukum 1.

Lebih terperinci

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut : Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo Umat Islam adalah umat yang mulia. Umat yang dipilih Allah unuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Zakat merupakan pilar utama dalam Islam khususnya dalam perannya

Lebih terperinci

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan harta

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 008 Nomor 7 Seri E.1 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1830, 2014 KEMENAG. Zakat. Usaha Produktif. Penghitungan. Syarat. Tata Cara. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan

Lebih terperinci

Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109)

Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109) Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109) Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 23 SERI E.23 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGHITUNGAN ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH SERTA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MODEL LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT PKPU SEMARANG

BAB IV ANALISIS MODEL LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT PKPU SEMARANG BAB IV ANALISIS MODEL LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT PKPU SEMARANG A. Analisis laporan Keuangan 1. Urgensi Laporan Keuangan Bagi PKPU Semarang Laporan keuangan merupakan suatu hal yang penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat. Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya

BAB II TELAAH PUSTAKA. 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat. Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya adalah menghitung. Secara teknis,

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI, INFAK DAN SEDEKAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomian umat. Selain itu zakat termasuk rukun islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG Menimbang: a. bahwa zakat merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk besar yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, dimana dalam ajaran Islam terdapat perintah yang harus

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa penunaian Zakat merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109 ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109 Nama : Ira Ilama Yulyani NPM : 27210029 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Dra. Peni Sawitri,.

Lebih terperinci

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BIDANG BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM Zakat, merupakan salah satu rukun Islam yang harus dijalankan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 15 TAHUN 20085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa menunaikan zakat merupakan salah satu kewajiban

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa zakat merupakan kewajiban

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Guru Pembimbing Kelas : Nur Shollah, SH.I : SMK XI Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Perintah Allah tentang praktik akuntansi

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH II.1. KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN A. Tujuan Laporan Keuangan 01. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, arus kas

Lebih terperinci

Pedoman Akuntansi. Lembaga Zakat

Pedoman Akuntansi. Lembaga Zakat Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015 Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015 i Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Copyright @Dodik Siswantoro & Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesungguhnya seluruh kebutuhan manusia telah diciptakan Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu khawatir lagi tidak akan memperoleh bagian rezeki. Namun, pada

Lebih terperinci

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam jurusan Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta NAMA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 109 TAHUN 2008 TERHADAP PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 109 TAHUN 2008 TERHADAP PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 109 TAHUN 2008 TERHADAP PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN 4.1. Perlakuan Akutansi (Ed PSAK 109) 1 Perilaku akuntansi dalam pembahasan ini mengacu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU 0 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016 1 Salinan NO :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL Standar Kompetensi (Fiqih) BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar 8.1. Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat maal 8.2. Membedakan antara zakat fitrah dan zakat maal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 9 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Menurut syara zakat merupakan nama bagi

Lebih terperinci

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL LAPORAN KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 dan 2015 DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 Catatan 2016 2015 ASET Aset

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 164, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan khususnya masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 61 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

BUKU III ZAKAT DAN HIBAH

BUKU III ZAKAT DAN HIBAH 188 BUKU III ZAKAT DAN HIBAH BAB I KETENTUAN UMUM Yang dimaksud dengan: Pasal 675 1. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa sebagai daerah

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan salah satu ajaran agama yang begitu kompleks dan universal. Kompleksitas ajaran dalam agama Islam tersebut mencakup berbagai lini kehidupan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan 92 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dari paparan data di atas meberi kesimpulan bahwa : 1. Upaya Optimalisasi Zakat di BAZNAS Kabupaten Tulungagung Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa zakat sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

NU CARE LAZISNU UPZIS TRENGGALEK NERACA PERIODE : 01 OKTOBER OKTOBER 2017

NU CARE LAZISNU UPZIS TRENGGALEK NERACA PERIODE : 01 OKTOBER OKTOBER 2017 NERACA : 01 OKTOBER 2017-31 OKTOBER 2017 AKTIVA Aktiva Lancar PASIVA Kewajiban Kas di Tangan - 200.000 200.000 Hutang - - - Kas di Bank Syariah - 1.500.000 1.500.000 Kas di Bank konvensional - - - Piutang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PSAK NO. 109 PADA BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA

IMPLEMENTASI PSAK NO. 109 PADA BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA IMPLEMENTASI PSAK NO. 109 PADA BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA Henny Zurika Lubis, SE,.M.Si Irpan Sapta Nugraha Saragih, SE (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) Hennyzurika.lubis@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Lampiran E RANCANGAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGHITUNGAN ZAKAT SERTA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF MENTERI AGAMA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai keberhasilan dalam kelangsungan ke masa yang akan datang untuk menciptakan kesadaran umat. Dalam hal

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia UJIAN TENGAH SEMESTER Matakuliah : Akuntansi Syari ah Hari/tanggal : Jum at 1 Juli 2011 Waktu Sifat : 2 jam 30 menit : Closed book PILIHAN

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI, DAN BADAN AMIL ZAKAT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi dan Ruang Lingkupnya 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi erat kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan terutama dengan kehidupan kita sehari-hari maupun dunia usaha,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zakat menurut terminologi merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah disebutkan di dalam

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan (filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat merupakan kewajiban bagian dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit Umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti Sabda Nabi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Islam mengenal istilah

Lebih terperinci

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk atau hasil

Lebih terperinci