Seminar SAPPK ITB - 17 Oktober 2009
|
|
- Hartanti Leony Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar hasil penelitian dosen SAPPK tahun 2008 Kota, Lingkungan & RUANG KEHIDUPAN Sabtu 17 Oktober 2009 Ruang Seminar SAPPK ITB PENDAHULUAN: Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan fisik pada permukiman pasca tsunami, serta isu pendorong dan permasalahan perubahan tersebut. 3 karakteristik kerusakan yang terjadi akibat tsunami (1) Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang (low damage area), (2) Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran (medium damage area), dan (3) Desa Cikembulan, Kecamatan Sidamulih (highly damage area). Data kuantitatif (90 kuesioner) dan wawancara dengan narasumber dan warga masyarakat setempat. 1
2 DUSUN CANTIGI, KECAMATAN CIKEMBULAN MASA REKONSTRUKSI Rescue > Reconstruction > Recovery 2
3 PENGUMPULAN DATA EMPIRIS: Kuantitatif, 90 (sembilan puluh) kuesioner Survai kualitatif dengan wawancara Penelitian di Pantai Selatan Jawa Barat ini mengambil 3 (tiga) lokasi studi yaitu: Desa Batukaras Kecamatan Cijulang, Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran dan Desa Cikembulan Kecamatan Sidomulih Ketiganya dipilih berdasarkan tingkat kerusakan masing-masing akibat tsunami berdasarkan penelitian empiris yang sudah dilakukan sebelumnya. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI KASUS: WILAYAH STUDI KASUS PANGANDARAN, JAWA BARAT Wilayah Studi Kasus, Pangandaran Desa Batukaras Desa Pananjung Desa Cikembulan Low Damage Middle Damage High Damage 3
4 (BATUKARAS) low damage Area low damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala yang kecil Rendahnya tingkat kerusakan di kawasan ini karena perumahan dilingkupi oleh bukit dan tembok atau benteng dari villa sehingga menghalangi dan meredam arus ombak yang datang (PANANJUNG) medium damage Garis putus-putus menunjukkan batas kerusakan Bangunan yang berada pada baris pertama mengalami kerusakan berat, sedangkan bangunan yang berada pada baris ketiga hanya mengalami sedikit kerusakan struktural namun bangunan penuh oleh pasir dan puing-puing. 4
5 (PANANJUNG) Area medium damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala menengah atau tidak mengalami kerusakan penuh (CIKEMBULAN) high damage Perumahan mewah di belakang sabuk perkebunan kelapa, struktur rusak ringan, selubung bangunan rusak parah Perumahan lama, rusak 2 dusun, secara keseluruhan rusak berat, struktur hanya tinggal pondasi Deretan tiga villa, secara struktural masih bagus, sebagian besar dibangun ulang 5
6 (CIKEMBULAN) Area high damage, yaitu area yang mengalami tingkat kerusakan dalam skala tinggi atau mengalami kerusakan penuh Yakkum Emergency Unit tidak membangunkan rumah dalam bentuk rumah yang utuh atau siap huni, bentuk struktur utama bangunan dengan konstruksi yang tahan gempa. Biaya pembangunan struktur 12 juta rupiah. Pembuatan dinding luar dan dinding dalam, pintu, jendela, lantai dan atap harus dilakukan oleh penghuni dari rumah tersebut. Warga mendapat dana bantuan sebesar 15 juta dari pemerintah. Dana bantuan pemerintah sebesar 15 juta umumnya merupakan bangunan rumah 1 lantai dengan struktur kayu. Pada dusun ini, dari jumlah 45 rumah (45 KK) yang seharusnya dibangunkan oleh YEU, sebanyak 14 warga (14 KK) tidak memperoleh bantuan pembangunan struktur rumah oleh YEU dikarenakan sudah membangun rumah dari dana 15 juta bantuan pemerintah. 6
7 JENIS REHABILITASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN 7
8 8
9 PERUBAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI: Berdasarkan analisis data empiris l diketahui bahwa perubahan lingkungan perumahan terkait dengan: Perubahan kualitas lingkungan, Pengendalian perkembangan lingkungan dan Pemeliharaan lingkungan permukiman Studi kasus mempunyai proses perubahan fisik dan non fisik yang berbeda-beda Proses perubahan fisik dan non fisik dipengaruhi faktor pendorong perubahan FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN: Migrasi Kelembagaan formal dan non formal Faktor Sosio- Budaya Faktor Politis- Administratif Faktor Ekonomi Fungsi pusat pelayanan dan perencanaan pembangunan Faktor Fisik Pariwisata Peluang usaha Pasar tanah formal dan informal Relokasi Rekonstruksi 9
10 PROSES PERUBAHAN FISIK & NON FISIK: N0 Elemen Perbandingan Dusun Batu Karas, BATU KARAS Dusun Karangsari, PANANJUNG Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Jenis Kerusakan Batas dengan Pantai Jalur Evakuasi/ penyelamatan diri dari bencana Perasaan Aman dari Bencana Low Damage Bukit dan benteng, vila Akses langsung ke atas bukit yang mengelilingi dusun. Dusun dikelilingi bukit dan benteng sehingga agak tertutup dari pantai, tidak ada view/pandangan langsung ke arah laut Sedang Medium Damage Tidak ada Akses jalan lingkungan yang lebar menuju area yang lebih tinggi. Dari jalan lingkungan ini warga dapat melihat langsung ke arah laut sehingga dapat melihat bencana datang Tertinggi High Damage Di area sebelum relokasi: Tidak ada Di area setelah relokasi: Kebun Kelapa Tidak ada akses untuk menyeberangi sungai sehingga jalur evakuasi menjadi lebih jauh dan berputar Terendah N PERUBAHAN FISIK & NON FISIK: Elemen Perbandingan Status Tanah Status Bangunan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Kondisi Rumah sebelum Tsunami Kondisi Rumah setelah Tsunami Perubahan Kondisi Rumah Dusun Batu Karas, BATU KARAS Mayoritas tanah milik tidak bersertifikat (girik) Milik dan menumpang Mayoritas tanpa IMB Mayoritas bangunan permanen dan sejumlah bangunan semi permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Mayoritas bangunan permanen dan sejumlah bangunan semi permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Masih sama dengan sebelum tsunami Dusun Karangsari, PANANJUNG Mayoritas tanah milik bersertifikat Milik dan menumpang Sudah memiliki IMB Mayoritas bangunan semi permanen yang menumpang di atas tanah milik orang lain Mayoritas bangunan permanen, banyak dari mereka yang menumpang terusir dari tanah tempat mereka menumpang Rumah-rumah dibangun dengan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum tsunami dengan tujuan untuk menarik pengunjung Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Mayoritas tanah desa Mayoritas menumpang Mayoritas tanpa IMB Mayoritas bangunan semi permanen, sejajar antar satu dan lainnya, mengelompok dan antar kluster terpisahkan oleh tanah kosong Mayoritas bangunan permanen dengan struktur tahan gempa bantuan dari YEU. Setiap bangunan disusun saling berhadapan Rumah-rumah memiliki struktur yang lebih permanen dan kondisi yang lebih baik 10
11 PERUBAHAN FISIK & NON FISIK: N Elemen Perbandingan Kondisi Infrastruktur sebelum Tsunami Kondisi Infrastruktur setelah Tsunami Perubahan Kondisi Infrastruktur Dusun Batu Karas, BATU KARAS Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Drainase banyak yang tidak berujung pada drainase kota. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Drainase banyak yang tidak berujung pada drainase kota. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong Masih sama dengan sebelum tsunami Dusun Karangsari, PANANJUNG Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong Sejumlah jalan lingkungan telah mengalami pengaspalan. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong Kondisi jalan lingkungan semakin baik Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Seluruh jalan lingkungan masih berupa jalan tanah. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong. Mayoritas belum memperoleh pelayanan listrik Ada rencana untuk pengaspalan jalan. Masyarakat membuang sampah pada tanah kosong. Hampir seluruh rumah telah memperoleh pelayanan listrik Kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Masyarakat memperoleh kemudahan dalam memperoleh pelayanan listrik PERUBAHAN FISIK & NON FISIK: Elemen Perbandingan Pencaharian Pemanfaatan Halaman Rumah Dusun Batu Karas, BATU KARAS Mayoritas Nelayan Halaman rumah banyak yang digunakan untuk aktivitas yang terkait pekerjaan nelayan: menjemur jaring, menyimpan mesin motor kapal, kolam ikan, disamping kegiatan rumah tangga seperti menjemur, bertanam, beternak, warung dll. Dusun Karangsari, PANANJUNG Mayoritas di Bidang Pariwisata Halaman rumah digunakan untuk aktivitas rumah tangga seperti menjemur, bercocok tanam, beternak, warung dll. Sejumlah rumah menyediakan tempat parkir mobil di depan rumah sebagai salah satu fasilitas bagi pengunjung yang menginap Dusun Cantigi, CIKEMBULAN Mayoritas di Bidang Perkebunan Halaman rumah digunakan untuk aktivitas rumah tangga seperti menjemur, bercocok tanam, beternak dll. Fasilitasi Pemerin-tah Pemerintah memberikan bantuan berupa: Perahu Jaring Mesin kapal Pemerintah memberikan bantuan berupa: 15 juta rupiah rekonstruksi/rumah 7.5 juta rupiah untuk rekonstruksi/warung Pengaspalan jalan lingkungan Kemudahan bagi warga yang ingin memasang listrik Pemerintah memberikan bantuan berupa: 15 juta rupiah rekonstruksi/rumah 7.5 juta rupiahrekonstruksi/warung Peminjaman tanah desa untuk relokasi Pembangunan struktur tahan gempa per kk dari YEU Pembangunan unit pengolah gula kelapa Kemudahan bagi warga yang ingin memasang listrik 11
12 PERUBAHAN FISIK & NON FISIK: Perbedaa n Fisik terkait Sosial Ekonomi Pariwisata Penduduk pemilik tanah: rumah permanen (bata) Penduduk menumpang: rumah semi permanen (bilik) Rumah yang dimiliki orang asing cenderung mewah dan memiliki benteng yang tinggi Area yang dipengaruhi oleh pariwisata adalah area dekat pantai wisata, sementara itu area pantai nelayan tidak begitu dipengaruhi oleh aktivitas wisata, kecuali pada area (batas) terluar dusun nelayan dengan adanya vilavila penginapan Penduduk pemilik tanah: rumah permanen (bata) Penduduk menumpang: rumah semi permanen (bilik) Areal permukiman menyatu dengan aktivitas pariwisata seperti penginapan (kamar dan rumah sewa), warung, WC umum dll. Hampir seluruh rumah pada dusun Cantigi memiliki struktur dan jenis material rumah yang sama Rumah yang dimiliki orang asing/bukan masyarakat setempat, cenderung mewah dan memiliki benteng yang tinggi Direncanakan akan menjadi desa wisata kerajinan rakyat dengan sejumlah fasilitas yang meliputi: kios kerajinan, Masjid, balai pertemuan, lapangan, tempat parkir, area wisata agro, sungai wisata, dll. PERUBAHAN FISIK: Perubahan dan pengalihan penggunaan tanah serta bangunan, dari hunian menjadi komersial Jenis fasilitas sosial, fasilitas umum dan infrastruktur yang dibangun Cara membangun: dari informal ke formal, melibatkan pihak pembangunan ketiga yang bukan pemilik tanah atau bangunan Status kepemilikan tanah dan bangunan: dari menumpang atau milik pemerintah/desa/pribadi ke milik atau hak guna pakai 12
13 PERUBAHAN NON FISIK: Perubahan dalam jumlah dan tingkat kepadatan penduduk Perubahan kondisi sosio-ekonomi Perubahan institusi membangun KESIMPULAN: Isu yang muncul dan dianggap penting dalam telaah mengenai transformasi permukiman pasca tsunami yang telah dilakukan sebelumnya di antaranya adalah: a. Pembangunan infrastruktur sebagai pemandu kepada perkembangan yang teratur dan terencana, b. Penguatan kondisi dan hubungan sosio-ekonomi, dan perumahan sewa khususnya bagi masyarakat tidak mampu, c. Pemberdayaan komunitas setempat. 13
14 REKOMENDASI: Faktor Pendorong Transformasi a. Faktor Sosio- Budaya b.faktor Politis- Administratif Isu dan Permasalahan Transformasi Pengendalian perkembangan serta pemeliharaan lingkungan permukiman Pemberdayaan kelembagaan pembangunan dan pemeliharaan permukiman Kebijakan Pebaikan mekanisme yang sudah ada dan menjadi bagian komunitas Peningkatan kapasitas lembaga dan aktor pemeliharaan permukiman Tujuan Kebijakan/ Program Sosialisasi Penggunaan ijin bangunan Pemanfaatan sistem ijin bangunan Membangun sistem retribusi untuk keberlanjutan program pemeliharaan lingkungan permukiman Kejelasan peran aktor lokal: kepala desa, RW/RT Selain sebagai pemelihara, aktor lokal juga berwenang dalam pengendalian pembangunan Kategori Tingkat Kerusakan Low Damage Medium Damage High Damage Low Damage Medium Damage High Damage REKOMENDASI: Faktor Pendorong Transformasi Isu dan Permasalahan Transformasi Kebijakan Tujuan Kebijakan/ Program Kategori Tingkat Kerusakan c. Faktor Ekonomi Partisipasi dan pemberdayaan komunitas Peningkatan partisipasi sektor publik dan kejelasan akses untuk pemberdayaan Sosialisasi mekanisme pengajuan proposal untuk pemeliharaan dan pembangunan lingkungan permukiman Komunitas lokal sebagai perencana lingkungannya Low Damage Medium Damage High Damage d. Faktor Fisik Kepemilikan tanah dan alih fungsi rumah menjadi komersial Pengembangan perumahan sewa yang terjangkau Memberikan jaminan tinggal bagi masyarakat menengah ke bawah Memberikan jaminan tinggal bagi masyarakat luas Medium Damage High Damage 14
15 UCAPAN TERIMA KASIH: Disampaikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Teknologi Bandung, yang telah membiayai penelitian bertema permukiman dan pasca-bencana yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman, Perancangan Arsitektur, dan Teknologi Bangunan dalam lingkup Program Studi Arsitektur ITB pada tahun REFERENSI: Amin, Mirna, (2005), Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana. Asian Disaster Reduction Center (ADRC) Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana Blong, R. (2004) Residential building damage and natural perils: Australian examples and issues. Building Research & Information, 32(5), Cannon, T. (1994): Vulnerability analysis and the explanation of natural disasters. In Varley, A., editor, Disasters development and environment. Chichester: John Wiley, Chichester.Comerio, M.C. (1998) Disaster Hits Home: New Policy for Urban Housing Recovery, University of California Press, Berkeley. Freiler, Christa (2004), Why Strong Neighbourhoods Matter: Implications for Policy and Practice, Toronto. Gulkan, P. (2001). The Search for Enhanced Disaster Resistance of the Building Stock in Turkey: Recent Legislative Measures for Effective Building Code Enforcement and Mitigation Policies. Consultancy Report for The World Bank and Turkish Treasury, TEFER, Government of Turkey, Ankara. Herbowo, B.A,. (2005), Perencanaan dan Perancangan Tata Ruang Wilayah Rentan Bencana Bencana. Koerniawan M D et.al (2008) Konsiderasi untuk Teknologi Bangunan Paska-Bencana: Ketahanan Bencana dari Rumah dan Permukiman Tradisional Jawa Barat dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan. Larasati D et.al (2008) Pengembangan Model Proses Produksi Pembangunan Rumah Pasca Bencana Berbasis Kemampuan Lokal Di Indonesia dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi IV, Universitas Teknologi Yogyakarta, 5 April 2008: Penerapan Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat secara Berkelanjutan. Lempert, R. J., S.W. Popper, and S. C. Bankes. (2003). Shaping the next one hundred years: New methods for quantitative, long-term policy analysis. Santa Monica, CA: Rand. NEDO. (2006). CDM Development in Indonesia: Enabling Policies, Institution and Programmes, Issues and Challenges. s.l. : Nedo. Pratiwi, W.D., (2007): Post-disaster settlement reconstruction and the regulative mechanism: A comparative enquiry. Proceeding International Seminar on Post-Disaster Reconstruction: Assistance to Local Governments and Communities 8-10Juli 2007.ISBN Puslitbang Permukiman, Maret, (2006), Faktor-Faktor Penentu Emisi CO2 pada perumahan dan Permukiman Perkotaan. Surono,.2005, Persfektif Penataan Ruang dalam Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana. Susandi, Armi. (2007). Perubahan Iklim Indonesia dan Implikasinya. Jakarta : Program Studi Meteorologi ITB, March 02,
16 Terima kasih atas perhatiannya
PERUBAHAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN UNTUK PENATAAN KOTA DAN PERMUKIMAN
PERUBAHAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA TSUNAMI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN UNTUK PENATAAN KOTA DAN PERMUKIMAN Studi Kasus: Pantai Selatan Jawa Barat SYAHYUDESRINA WIWIK D PRATIWI SAMSIRINA KIKI Z SOLIHAH PENDAHULUAN:
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran
DAFTAR ISI Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Bab I Pendahuluan dan Metoda Penelitian 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar belakang masalah 1.1.2 Tujuan riset 1.2 Metodologi 1.2.1 Pendekatan
Lebih terperinciKKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN
Lebih terperincipenelitian 2010
Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI:
Lebih terperinciresearch 2010 PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA
PEMBELAJARAN TENTANG MIXED-METHOD PADA PENELITIAN PERUMAHAN PASCA BENCANA Studi Kasus: Penelitian di Aceh dan Pangandaran oleh Tim Riset Kelompok Keahlian Perumahan dan Permukiman, ITB Dr. Allis Nurdini,
Lebih terperinciPenataan Kota dan Permukiman
Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan
Lebih terperinciPerencanaan Partisipatif Kelompok 7
Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus
Lebih terperinciMalahayati Dusun TGK.Disayang Dusun Teuku Teungoh
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Gampong Lampulo (Per Dusun) Nama Dusun di Jumlah Luas Kepadatan Luas (Ha) Gampong Penduduk Wilayah Penduduk Lampulo (Jiwa) (Ha) (Jiwa/Ha) Dusun Teuku 1002 13,5
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta wisata budaya sejarah yang menarik bagi wisatawan. Salah satunya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah, dengan luas wilayah 2.138 kilometer persegi, yang terbagi menjadi 24 kecamatan. Selain kabupaten ini dikenal
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN FUNGSI, KLASIFIKASI, PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK
BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug
Lebih terperinciMitigasi Bencana di Permukiman Pantai dengan Rancangan Lanskap: Pembelajaran dari Jawa Barat Bagian Selatan
Mitigasi Bencana di Permukiman Pantai dengan Rancangan Lanskap: Pembelajaran dari Jawa Barat Bagian Selatan Medria Shekar Rani - Ruth T.W. Paramita - Hapsak Samii - Paramita Yanindraputri Mahasiswa Magister
Lebih terperinciHubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Hasil identifikasi kerentanan
Lebih terperinciSTUOI KEGIATAN NELAYAN PADA PERMUKIMAN Dl PANTAI KENJERAN-SURABAYA SEBAGAI. BabI (pendahiluan... BAB I PENDAHULUAN
STUOI KEGIATAN NELAYAN PADA PERMUKIMAN Dl PANTAI KENJERAN-SURABAYA SEBAGAI STUDI KEGIATAN 1-11 _tudi Kasus Permukiman ttelavgn^rj^ji^pesjijte^awanjgr ^ BabI (pendahiluan... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep
Lebih terperinciBAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG
BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan
Lebih terperinciFORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/
FORM INSPEKSI Nama Pemberi Tugas : Tujuan Penilaian : Dasar Penilaian : Tanggal Penilaian : Tanggal Inspeksi : Nama Penilai/Surveyor : DAERAH SEKITAR PROPERTI YANG DINILAI 1 DATA LINGKUNGAN a. Karakteristik
Lebih terperinciPenjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012
Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG
I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciKebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya
Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20
Bab I Pendahuluan Posisi Indonesia secara geografis merupakan daerah rawan bencana. Selain bencana yang disebabkan oleh kondisi alam, juga terjadi bencana-bencana akibat ulah manusia. Gempa bumi, tsunami,
Lebih terperinciKAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)
INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG) Furi Sari Nurwulandari *) Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia berada pada daerah pertemuan dua lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia serta dipengaruhi oleh tiga gerakan
Lebih terperinciDaftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut
Lebih terperinciBAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN
a. Property Size Bangunan Karst Research Center memiliki property size sebagaimana tertulis pada tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Property Size Karst Research Center Semi- Basement Ground Floor 1st Floor
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek wisata Pantai Batu Karas adalah penggabungan nuansa pantai Pangandaran dan alam Batu hiu dengan suasana alam yang tenang, gelombang laut yang bersahabat dan
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciSabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN
Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Pembangunan nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan pemerintah
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciDaftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29
Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada
190 BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada bangunan, terbagi menjadi tiga wujud nilai yaitu Hablumminal alam, Hablumminannas, dan Hablumminallah,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
203 BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAN REKOMENDASI Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan sebelumnya, yang selanjutnya diberikan rekomendasi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.
KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS
DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS 2012-2016 KABUPATEN TELUK WONDAMA 2012 RPDP Yopmeos 2012-2016 1 Tabel 12. Program kegiatan perencanaan pembangunan Yopmeos 2012-2016 No Program
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO
DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO 0-06 KABUPATEN TELUK WONDAMA 0 RPDP Sombokoro 0-06 Tabel. Program kegiatan perencanaan pembangunan Sombokoro 0-06 No Program Kegiatan Tujuan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciManajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana
Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
171 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing analisa adalah : 5.1.1 Simpulan Analisa Environment Secara aspek lokasi, lokasi pasar Karang Anyar yang sekarang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG
9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG
MAKALAH KELOMPOK PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG Diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Infrastrukur Pasca Bencana Disusun oleh : Irfan Faris Abdurrahman 12511313 Ilhamius Hamit 12511432 Fitra Mabrur
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap
Lebih terperinciP A N G A N D A R A N B E A C H R E S O R T H O T E L D I P A N G A N D A R A N
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA
ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciGaris Besar Paparan. Manajemen Risiko Sebagai Kata Kunci Dalam Pembangunan Berbasis Mitigasi Bencana. Profil Kebencanaan Indonesia (1)
Manajemen Risiko Sebagai Kata Kunci Dalam Pembangunan Berbasis Mitigasi Bencana Dr. Iwan Gunawan Bank Dunia - Jakarta Seminar Nasional Peran Pustakawan Dalam Mitigasi Bencana Yogyakarta, 28 Juli 2011 Garis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK
BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperinciVulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana
Vulnerability (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana Aria Gumilar Rachmat Arie Prabowo M. Kurniawan Rama Irawan Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tourist Information Center Toraja Utara ini didasarkan pada pendekatan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
Lebih terperinciMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih
Lebih terperinciRANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA
RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun
Lebih terperinciRumah Susun Di Muarareja Kota Tegal
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109
Lebih terperinciINSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL
Lebih terperinciPenjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV
Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status
Lebih terperinciMatriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah
Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci(dilatasi), sehingga memiliki perbandingan panjang dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar di Daerah Rawan Gempa merupakan judul penelitian dari Faizah, et.al. (2017) di Sekolah Dasar Kaligondang. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN
BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciKebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016
Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi
Lebih terperinciKERENTANAN (VULNERABILITY)
DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.
303 BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan sumberdaya dan potensi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masterplan Universitas Riau Universitas Riau terletak di 0 o 28 35,37 N 101 o 22 52,39 E. Misi yang diusung Universitas Riau (UNRI) adalah Towards A Research
Lebih terperinciBUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR Menimbang : a.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinci