BAB I HPP KONVENSIONAL. Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I HPP KONVENSIONAL. Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu:"

Transkripsi

1 BAB I HPP KONVENSIONAL Harga pokok produksi adalah biaya-biaya produksi yang dikumpulkan untuk periode tertentu yang ditentukan dengan cara menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi. Sedangkan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode bersangkutan. Unsur-unsur harga pokok produksi yaitu: Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu: 1) FULL COSTING Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang mempertimbangkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Dalam metode full costing biaya overhead pabrik yang bersifat tetap dan variabel tetap dibebankan. Harga pokok produksi metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku Rp XXX Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX Biaya overhead pabrik tetap Rp XXX + Harga Pokok Produksi Rp XXX 2) VARIABEL COSTING Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi tersebut terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku Rp XXX Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX + Harga Pokok Produksi Rp XXX TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

2 Berikut ini struktur atau susunan penyajian laporan rugi/laba Metode Full Costing Penjualan (Sales) HPP Persediaan Awal BBB BTKL BOP Variabel PT. X INCOME STATEMENT xxx xxx xxx BOP Tetap xxx + xxx Biaya Produksi xxx + BTUD xxx Persediaan Akhir xxx - HPP xxx - Laba Kotor Biaya Operasi: Biaya Administrasi dan Umum Variabel = xxx Tetap = xxx + Biaya Pemasaran Variabel = xxx Tetap = xxx + xxx xxx + Total Biaya Operasi xxx - Laba Bersih xxx xxx xxx TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

3 Berikut ini struktur atau susunan penyajian laporan rugi/laba Metode Variabel Costing PT. X INCOME STATEMENT Penjualan (Sales) HPP Persediaan Awal BBB BTKL xxx xxx BOP Variabel xxx + xxx Biaya Produksi xxx + BTUD xxx Persediaan Akhir xxx - HPP Biaya Adm & Um Biaya Pemasaran & Um xxx + Total Biaya Variabel xxx - Laba Kontribusi Biaya Tetap: xxx xxx BOP Tetap xxx Biaya Adm & Umum Tetap xxx Biaya Pemasaran Tetap xxx + Laba Bersih xxx xxx Total Biaya Tetap xxx - xxx TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

4 CONTOH KASUS PENENTUAN HPP KONVENSIONAL PT. MAKMUR SENTOSA adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan pada akhir periode 2016: 1. Biaya Produksi Biaya bahan baku (raw material) Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Total biaya overhead pabrik (BOP) (Variabel 75%, Tetap 25%) Total biaya administrasi dan umum (Variabel 40%, Tetap 60%) Total biaya pemasaran (Variabel 80%, Tetap 20%) 2. Harga jual produk jadi sebesar Rp53.000/unit 3. Data penjualan dan produksi Persediaan Awal unit Rp7.500/unit Rp3.500/unit Rp /th Rp /th Rp /th Produksi Penjualan Persediaan Akhir unit unit unit Diminta : 1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing! 2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing! 3. Buat analisis perbedaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

5 JAWABAN CONTOH KASUS : 1. Biaya Produksi per Unit BOP Tetap/unit = 25% x Rp = Rp1.562,5/ unit BOP Variabel/unit = 75% x Rp = Rp4.687,5/ unit BIAYA PRODUKSI / UNIT METODE FULL COSTING METODE VARIABEL COSTING BBB BTKL BOP Variabel 4.687, ,5 BOP Tetap 1.562,5 - Total Biaya Produksi ,5 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

6 2. Laporan Rugi Laba a. Full Costing PT. MAKMUR SENTOSA INCOME STATEMENT Penjualan ( x Rp53.000) Rp HPP Persediaan Awal (6.000 x Rp17.250) Rp BBB ( x Rp7.500) Rp BTKL ( x Rp3.500) Rp BOP Variabel ( x Rp4.687,5) Rp BOP Tetap ( x Rp1.562,5) Rp Biaya Produksi Rp BTUD Rp Persediaan Akhir ( x Rp17.250) Rp HPP Rp Laba Kotor Rp Biaya Operasi : Biaya Administrasi dan Umum Variabel (40% x Rp ) Rp Tetap (60% x Rp ) Rp Rp Biaya Pemasaran Variabel (80% x Rp ) Rp Tetap (20% x Rp ) Rp Rp Total Biaya Operasi Rp Laba Bersih Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

7 b. Variabel Costing PT. MAKMUR SENTOSA INCOME STATEMENT Penjualan ( x Rp53.000) Rp HPP Persediaan Awal (6.000 x Rp15.687,5) Rp BBB ( x Rp7.500) Rp BTKL ( x Rp3.500) Rp BOP Variabel ( x Rp4.687,5) Rp Biaya Produksi Rp BTUD Rp Persediaan Akhir ( x Rp15.687,5) Rp HPP Rp By Adm & Um Var (40% x Rp ) Rp By Pemasaran Var (80% x Rp ) Rp Total Biaya Variabel Rp Laba Kontribusi Rp Biaya Tetap : BOP Tetap( x Rp1.562,5) Rp Biaya Adm & Um Tetap (60% x Rp ) Rp Biaya Pemasaran Tetap (20% x Rp ) Rp Total Biaya Tetap Rp Laba Bersih Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

8 3. Analisis : Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing sebesar Rp lebih besar daripada menggunakan metode variabel costing sebesar Rp Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi/ unit sebesar Rp dan pada metode variabel costing sebesar Rp15.687,5 sehingga berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua metode tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

9 KASUS 1 PENENTUAN HPP KONVENSIONAL PT. SEJAHTERA adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang mengolah bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang diperoleh pada akhir periode per 31 Desember 2016: 4. Biaya Produksi Biaya bahan baku (raw material) Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Total biaya overhead pabrik (BOP) (Variabel 70%, Tetap 30%) Total biaya administrasi dan umum (Variabel 40%, Tetap 60%) Total biaya pemasaran (Variabel 60%, Tetap 40%) 5. Harga jual produk jadi sebesar Rp50.000/unit 6. Data penjualan dan produksi Persediaan Awal unit Rp3.600/unit Rp2.160/unit Rp /th Rp /th Rp /th Produksi Penjualan Persediaan Akhir unit unit unit Diminta : 1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing! 2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing! 3. Buat analisis perbedaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

10 KASUS 2 PENENTUAN HPP KONVENSIONAL PT. AMAN SENTOSA adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang diperoleh pada akhir periode per 2016: 1. Biaya Produksi Biaya bahan baku (raw material) Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Total biaya overhead pabrik (BOP) (Variabel 70%, Tetap 30%) Total biaya administrasi dan umum (Variabel 60%, Tetap 40%) Total biaya pemasaran (Variabel 60%, Tetap 40%) 2. Harga jual produk jadi sebesar Rp52.000/unit 3. Data penjualan dan produksi Persediaan Awal unit Rp8.000/unit Rp5.500/unit Rp /th Rp /th Rp /th Produksi Penjualan Persediaan Akhir unit unit unit Diminta : 1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing! 2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing! 3. Buat analisis perbedaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

11 FORM 1 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

12 FORM 2 FORM 3 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

13 BAB II PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Activity Based Costing adalah sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni bertindak sebagai faktor penyebab (causal factor) dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. (Islahuzzaman, Activity Based Costing teori dan aplikasi. 2011:30) Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk memproduksi produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu : a. Facility sustaining activity cost. Biaya yang berkitan dengan mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misalnya biaya depresiasi, biaya asuransi. b. Product sustaining activity cost. Biaya yang berkitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misalnya biaya pengujian produk, biaya desain prduk. c. Bacth activity cost. Biaya yang berkitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misalnya biaya setup mesin. d. Unit level activity cost. Biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja. Kelebihan dari ABC : 1. Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. 2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. 3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

14 4. Sistem ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik. 5. Memperbaiki mutu dalam mengambil keputusan oleh manajemen. Kelemahan dari ABC: 1. Data yang diperlukan dalam menerapkan sistem ABC cukup banyak dan sulit diperoleh. 2. Implementasi sistem ABC belum dikenal baik sehingga presentasi keengganan manajer untuk menerapkannya belum cukup baik. 3. Sistem ABC melaporkan biaya dengan cara pembebanan untuk satu periode penuh. 4. Sistem ABC membutuhkan banyak waktu dan biaya untuk dapat dikembangkan dan dilaksanakan dengan sukses. 5. Banyaknya aktivitas dalam menjalankan pabrik sehingga sulit untuk dimonitor. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

15 CONTOH KASUS PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PT. BAROKAH memproduksi empat jenis produk yaitu : B, A, T, U dan dengan data sebagai berikut: Keterangan B A T U Total Unit Produksi 600 unit 650 unit 900 unit 750 unit unit Biaya Material (Material Cost) Rp Rp Rp Rp Rp Jam Inspeksi (Inspection 70 jam 80 jam 130 jam 100 jam 380 jam Hours) KwH (Kilowatt Hours) 1100 kwh 1300 kwh 2300 kwh 1700 kwh 6400 kwh Jam Mesin (Machine Hours) 500 jam 600 jam jam 800 jam jam Putaran Produksi (Production Cycle) Jam Kerja Langsung (Direct Labour Hours) 80 jam 90 jam 140 jam 110 jam 420 jam Biaya tenaga kerja Rp 600 / jam Biaya Overhead Pabrik Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) Rp Biaya Listrik Rp Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost) Rp Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

16 Hitunglah harga pokok per unit : a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin! b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut : Biaya inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi Biaya listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

17 JAWABAN CONTOH KASUS : A. Metode Konvensional : Tarif BOP : / JM = Rp130/Jam Mesin Keterangan B A T U Biaya Material Rp Rp Rp Rp BTKL Rp Rp Rp Rp Biaya Utama Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp HPP Rp Rp Rp Rp Unit Produksi 600 unit 650 unit 900 unit 750 unit HPP / Unit Rp 772 Rp 818 Rp 974 Rp 893 Rumus : BTKL = Jam Kerja Langsung x Biaya Tenaga Kerja Biaya Utama = Biaya Material + BTKL BOP = Jam Mesin x Tarif BOP HPP = Biaya Utama + BOP HPP / Unit = HPP / Unit Produksi TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

18 B. Metode ABC : Tarif BOP : Biaya Inspeksi Pabrik Rp65.000/ 380 Jam = Rp171/Jam Inspeksi Biaya Listrik Rp70.000/6.400 Kwh = Rp11/KwH Biaya Perawatan mesin Rp /3.000 Jam = Rp47/Jam Mesin Biaya Persiapan Produksi Rp /250 = Rp460/putaran Keterangan B A T A Biaya Utama Rp Rp Rp Rp Biaya Inspeksi / jam Rp Rp Rp Rp Biaya KwH Rp Rp Rp Rp Biaya Perawatan / jam mesin Rp Rp Rp Rp Biaya Persiapan Produksi Rp Rp Rp Rp / putaran HPP Rp Rp Rp Rp Unit Produksi 600 unit 650 unit 900 unit 750 unit HPP / Unit Rp 781 Rp 824 Rp 967 Rp 892 C. Membandingkan hasil yang diperoleh Keterangan B A T U HPP / Unit Konvensional Rp 772 Rp 818 Rp 974 Rp 893 HPP / Unit ABC Rp 781 Rp 824 Rp 967 Rp 892 % perubahan pemakaian ABC 1,15% 0,73% 0,72% -0,11% Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah sehingga HPP/unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

19 KASUS 1 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PT. BERKAT memproduksi empat jenis produk yaitu : S, O, Y, U dan dengan data sebagai berikut: Keterangan S O Y U Total Unit Produksi 400 unit 450 unit 700 unit 550 unit unit Biaya Material (Material Cost) Rp Rp Rp Rp Rp Jam Inspeksi (Inspection 50 jam 60 jam 110 jam 80 jam 300 jam Hours) KwH (Kilowatt Hours) 900 kwh 1100 kwh 2100 kwh 1500 kwh 5600 kwh Jam Mesin (Machine Hours) 300 jam 400 jam 900 jam 600 jam jam Putaran Produksi (Production Cycle) Jam Kerja Langsung (Direct Labour Hours) 60 jam 70 jam 120 jam 90 jam 340 jam Biaya tenaga kerja Rp 400 / jam Biaya Overhead Pabrik Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) Rp Biaya Listrik Rp Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost) Rp Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

20 Hitunglah harga pokok per unit : a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin! b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut : Biaya inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi Biaya listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

21 KASUS2 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PT. SUGAR memproduksi empat jenis produk yaitu : G, U, L, A dan dengan data sebagai berikut: Keterangan G U L A Total Unit Produksi 700 unit 750 unit unit 850 unit unit Biaya Material (Material Cost) Rp Rp Rp Rp Rp Jam Inspeksi (Inspection 80 jam 90 jam 140 jam 110 jam 420 jam Hours) KwH (Kilowatt Hours) 1200 KwH 1400 KwH 2400 KwH 1800 KwH 6800 KwH Jam Mesin (Machine Hours) 600 jam 700 jam 1200 jam 900 jam jam Putaran Produksi (Production Cycle) Jam Kerja Langsung (Direct Labour Hours) 90 jam 100 jam 150 jam 120 jam 460 jam Biaya tenaga kerja Rp 700 / jam Biaya Overhead Pabrik Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) Rp Biaya Listrik Rp Biaya Perawatan Mesin (Machine Maintenance Cost) Rp Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

22 Hitunglah harga pokok per unit : a) Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin! b) Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut : Biaya inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi Biaya listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi c) Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut! FORM 1 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

23 FORM 2 FORM 3 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

24 BAB III ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah dibawah berbagai macam pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan. Berdasarkan perilakunya terhadap hubungan dengan volume kegiatan, biaya digolongkan atas : (Mulyadi,2016) Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah (konstan) terhadap perubahan volume kegiatan. Contoh : Biaya penyusutan, Biaya gaji pimpinan dsb. Biaya semi variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah tetapi tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Contoh : Biaya listrik, biaya pemeliharaan kendaraan. Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu: 1. Metode titik tertinggi dan titik terendah (High and Low Point Method) Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah Titik tertinggi adalah suatu titik dengan tingkat output dan aktivitas tertinggi sedangkan titik terendah adalah titik dengan tingkat output dan aktivitas yang terendah. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

25 Dimana : Y = a + bx Y = Total biaya b = Biaya variabel a = Biaya tetap x = Volume kegiatan Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut : a = Y1 bx1 atau a = Y2 bx2, dan b = y2 y1 x2 x1 Dimana : a = Biaya tetap b = Biaya variabel Y1 = Perubahan biaya terendah Y2 = Perubahan biaya tertinggi X1 = Perubahan aktivitas terendah X2 = Perubahan aktivitas tertinggi 2. Metode biaya berjaga (Stand by Cost Method) Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan bagian yang tetap. Dimana : Y = Total biaya a = Biaya tetap Y = a + bx Rumus perhitungan b adalah sebagai berikut : b = Biaya variabel x = Volume kegiatan Biaya yang dikeluarkan biaya tetap unit TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

26 3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-square Method) Metode ini merupakan pengukuran dari jumlah biaya yang ada untuk mengetahui rata-rata biaya tetap dan rata-rata biaya variabel. Dimana: Y = Total biaya a = Biaya tetap b = Biaya variabel satuan Y = a + b x Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut: b = n.σxy Σx.Σy n.σx 2 (Σx) 2 Dimana : a = Biaya tetap b = Biaya variabel n = Jumlah data x = Volume kegiatan a = Σy b(σx) n y = Biaya sesungguhnya x = Unit terjual n = Jumlah data TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

27 CONTOH KASUS ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA PT. KOBEE adalah sebuah perusahaan yang memproduksi lampu, yang mempunyai data barang terjual dan biaya selama satu semester (tahun 2017) sebagai berikut : BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN JANUARI Rp FEBRUARI Rp MARET Rp APRIL Rp MEI Rp JUNI Rp Pertanyaan : 1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2017 PT. KOBEE merencanakan menaikkan penjualan sebesar unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? 2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar , berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. KOBEE? 3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika perusahaan merencanakan menaikkan unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

28 JAWABAN CONTOH KASUS : 1. METODE HIGH AND LOW POINT Mencari biaya variabel (b) : b = Y 2 Y = X 2 X = Mencari biaya tetap (a) : a = Y2 bx2 = (33.500) = = Persamaan garis linear : = 50 per unit yang terjual Y = a + b X, dimana a = biaya tetap, b = biaya variabel Y = X Kenaikan unit yang terjual sebesar maka : Y = (40.000) = Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. KOBEE jika unit yang terjual dinaikkan menjadi unit adalah sebesar Rp METODE BERJAGA-JAGA Biaya yang dikeluarkan pada tingkat Rp Biaya tetap (fixed cost) Rp Selisih (variance) Rp Biaya variabel = Rp / = Rp 40 per unit yang terjual Persamaan garis linear : Y = a + b X Y = X Kenaikan unit yang terjual sebesar maka : Y = (40.000) Y = Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. KOBEE jika unit yang terjual dinaikkan menjadi unit adalah sebesar Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

29 3. METODE LEAST-SQUARE Bulan UNIT (X) Biaya Penjualan (Y) JANUARI Rp Rp Rp FEBRUARI Rp Rp Rp MARET Rp Rp Rp APRIL Rp Rp Rp MEI Rp Rp Rp JUNI Rp Rp Rp Rp Rp Rp X 2 XY Mencari biaya Variabel (b) : b = n.σxy Σx.Σy 6( ) ( )( ) n.σx 2 = (Σx) 2 6( ) ( ) 2 Mencari biaya tetap (a) : a = Σy b(σx) n = = = 45 per unit yang terjual = ( ) 6 = = = Kenaikan unit yang terjual sebesar maka : Y = (40.000) Y = Y = Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. KOBEE jika unit yang terjual dinaikkan menjadi unit adalah sebesar Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

30 KASUS 1 ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA PT. BERKAH adalah sebuah perusahaan yang memproduksi tas berkualitas tinggi, akan mengamati biaya penjualan selama 6 bulan terakhir (tahun 2017). Data biaya penjualan sebagai berikut : BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN JUNI 450 Rp ,- JULI 600 Rp ,- AGUSTUS 500 Rp ,- SEPTEMBER 400 Rp ,- OKTOBER 750 Rp ,- NOVEMBER 900 Rp ,- Pertanyaan : 1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2015 PT. BERKAH merencanakan menaikkan penjualan sebesar 2000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? 2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp ,- per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar 2000 unit yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. BERKAH? 3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika perusahaan merencanakan menaikkan 2000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

31 KASUS 2 ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA PT. GFadalah sebuah perusahaan yang memproduksi baju, yang mempunyai data barang terjual dan biaya selama satu semester (tahun 2016) sebagai berikut : BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN JANUARI Rp FEBRUARI Rp MARET Rp APRIL Rp MEI Rp JUNI Rp Pertanyaan : 1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2016 PT.GFmerencanakan menaikkan penjualan sebesar unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? 2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar , berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. GF? 3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika perusahaan merencanakan menaikkan unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

32 FORM 1 FORM 2 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

33 FORM 3 Form 4 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

34 BAB IV LAPORAN SEGMENTASI A. PELAPORAN YANG DISEGMEN Segmen dapat didefinisikan sebagai setiap bagian aktivitas organisasi yang mengakibatkan manajer perlu mencari data biaya mengenai bagian atau aktivitas organisasi tersebut. Misalnya, segmen akan meliputi daerah penjualan, divisi produksi, departemen produksi dan jenis produk. Laporan yang disegmen dapat disajikan untuk aktivitas pada berbagai tingkat yang berbeda pada organisasi dan dapat disajikan dalam bentuk yang berbeda. (Ray H. Garrison, 1998, 342) Untuk beroperasi secara efektif, manajer harus mempunyai informasi sebanyak-banyaknya yang melebihi dari informasi yang diberikan oleh laporan laba/rugi semata. Beberapa jenis produk dapat menguntungkan dan beberapa lainnya tidak dapat memberi keuntungan, beberapa daerah penjualan mungkin mempunyai komposisi penjualan yang kurang baik atau mungkin mengabaikan kesempatan penjualan atau beberapa divisi produksi mungkin tidak efektif menggunakan kapasitas dan sumber daya mereka. Untuk membuka masalah ini manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan. B. KONSEP ALOKASI DASAR Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan jenis kontribusi pada umumnya, kecuali satu hal yang tidak sama yaitu terletak pada penanggungan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi kedalam dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan Common Fixed Cost. Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan yang timbul karena adanya segmen. Sedangkan Commond Fixed Cost yaitu biaya tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena aktivitas operasi keseluruhan. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

35 Dua pedoman yang diikuti (L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M.,2012 : 80) dalam membebankan biaya ke berbagai segmen organisasi menurut pendekatan kontribusi yaitu : 1. Mengikuti pola perilaku biaya (biaya variabel dan tetap) Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk menghitung margin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam menghasilkan laba. 2. Dapat atau tidaknya suatu biaya ditelusuri hubungannya secara langsung dengan segmen dimana biaya tersebut terjadi. Dalam perusahaan yang mempunyai banyak segmen terdapat biaya yang melekat pada keberadaan segmen. Menurut Ray H. Garisson, 1998 : 342, pelaporan yang disegmen memberi kemampuan perusahaan untuk melihat sendiri dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berbeda cara untuk dapat menghasilkan data biaya dan profitabilitas meliputi: 1. Per divisi 2. Per lini produk 3. Per daerah penjualan 4. Per daerah desa 5. Per operasi dalam dan luar negeri Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen satu perusahaan guna menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah: Divisi Geografis (segmen yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan operasi domestik dan luar negeri). Divisi Lini Produk atau Industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan profitabilitas, tingkat risiko, dan peluang pertumbuhan). Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data akurat yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil). TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

36 Penyajian dalam Pelaporan Segmen a. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing-masing wilayah geografis yang dilaporkan. b. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut ini harus diungkapkan: Penjualan atau pendapatan operasi lainnya dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai presentase dari jumlah yang dikonsolidasikan. c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan. C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan informasi keuangan berdasarkan segmen yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam: Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik Menilai perusahaan secara keseluruhan lebih memadai TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

37 CONTOH KASUS LAPORAN SEGMENTASI TAZMANIA COMPANY merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri dan menjual dua produk tas yaitu Browny dan Creamy di 2 daerah penjualan, yakni Bali dan Jakarta. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah sebagai berikut: 1. Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin per saham: Browny Creamy Harga jual per satuan Rp Rp Biaya variabel per satuan Rp Rp Kontribusi margin Rp Rp Selama tahun 2015, produk browny terjual sebanyak unit dan produk creamy sebanyak unit satuan. Di daerah penjualan Bali, jumlah produk browny terjual sebanyak 80% dari total penjualannya dan sisanya untuk daerah Jakarta. Sedangkan untuk produk creamy di daerah Bali terjual sebanyak 60% dari total penjualannya dan sisanya daerah Jakarta. 3. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015: Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk: Browny Creamy Biaya produksi tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan: Bali Jakarta Biaya penjualan tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

38 Diminta: 1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Territorial Segmen)! 2. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Product Line)! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

39 JAWABAN CONTOH KASUS : 1. Berdasarkan Daerah Penjualan Penjualan Bali Jakarta Jumlah - Browny Rp Rp Rp Creamy Rp Rp Rp Total Penjualan Rp Rp Rp Biaya Variabel : - Browny Rp Rp Rp Creamy Rp Rp Rp Total Biaya Variabel (Rp ) (Rp ) (Rp ) Contribution Margin Rp Rp Rp Direct Fixed Expenses: -Biaya Penjualan (Rp ) (Rp ) (Rp ) -Biaya Administrasi (Rp ) (Rp ) (Rp ) Territorial Margin Segmen Rp Rp Rp Common Fixed Expenses: -Biaya Produksi -Biaya Administrasi (Rp ) (Rp ) Penghasilan Netto Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

40 2. Berdasarkan Lini Produk Browny Creamy Jumlah Penjualan Rp Rp Rp Biaya Variabel (Rp ) (Rp ) Rp ( ) Contribution Margin Rp Rp Rp Direct Fixed Expenses: -Biaya Produksi (Rp ) (Rp ) (Rp ) -Biaya Administrasi (Rp ) (Rp ) (Rp ) Product Line Fixed Margin Rp Rp Rp Common Fixed Expenses : -Biaya Penjualan -Biaya Administrasi (Rp ) (Rp ) Penghasilan Netto Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

41 KASUS 1 LAPORAN SEGMENTASI SECRET OF MUSIC Inc. merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri dan menjual dua produk alat musik klasik yaitu Piano dan Biola. Penjualan dilakukan di 2 daerah penjualan, yakni Bali dan Jakarta. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah sebagai berikut: 1) Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin per saham: Piano Biola Harga jual per satuan Rp Rp Biaya variabel per satuan Rp Rp Kontribusi margin Rp Rp ) Selama tahun 2015, produk piano terjual sebanyak unit dan produk biola sebanyak unit satuan. Di daerah penjualan Bandung, jumlah produk piano terjual sebanyak 60% dari total penjualannya dan sisanya untuk daerah Surabaya. Sedangkan untuk produk biola di daerah Bandung terjual sebanyak 70% dari total penjualannya dan sisanya daerah Surabaya. 3) Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015: Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk: Piano Biola Biaya produksi tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan: Bandung Surabaya Biaya penjualan tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

42 Diminta: 1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Territorial Segmen)! 2. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Product Line)! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

43 KASUS 2 LAPORAN SEGMENTASI RUN WITH ME Inc. merupakan perusahaan industri yang sedang berkembang pesat dalam menjual dua produk merk sepatu olahraga terpopuler yaitu Gold dan Silver di 2 daerah penjualan, yakni Jakarta dan Bogor. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah sebagai berikut: 1 Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin per saham: Gold Silver Harga jual per satuan Rp Rp Biaya variabel per satuan Rp Rp Kontribusi margin Rp Rp Selama tahun 2015, produk gold terjual sebanyak unit dan produk silver sebanyak unit satuan. Di daerah penjualan Jakarta, jumlah produk gold terjual sebanyak 75% dari total penjualannya dan sisanya untuk daerah Bogor. Sedangkan untuk produk gold di daerah Jakarta terjual sebanyak 65% dari total penjualannya dan sisanya daerah Bogor. 3. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015: Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk: Browny Creamy Biaya produksi tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan: Bali Jakarta Biaya penjualan tetap Rp Rp Biaya administrasi tetap Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

44 Diminta: 1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Territorial Segmen)! 2. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Product Line)! TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

45 FORM 1 FORM 2 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

46 BAB V ANALISIS CPV Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba atau Cost Profit Volume (CPV) merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual dan volume (penjualan dan produksi). ANALISIS IMPAS Titik Impas (Break Even Point)adalah suatu keadaan dimana suatu perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau menderita rugi. Kondisi ini biasa dinyatakan sebagai: Total penjualan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut Laba perusahaan sama dengan nol Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan. Mengingat dengan mengetahui titik impas perusahaan bisa merencanakan operasinya dengan baik atau bahkan untuk tidak meneruskan operasinya. Manfaat atau Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP) Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain: 1. Sebagai dasar/landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha laba tertentu dan dapat digunakan untuk perencanaan laba/profit planning. 2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu untuk alat mencocokkan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan break even point sebagai pengendalian atau controlling. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang ditargetkan. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan seorang manajer, misalnya seorang manajer akan mengambil suatu keputusan tertentu terlebih dahulu menanyakan titik break even point. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

47 Break Even Point (BEP) A. Pendekatan Persamaan Seperti pada artian titik impas bahwa: Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi Total penjualan sama dengan total biaya Laba sama dengan nol Maka persamaan titik impas bias disajikan sebagai berikut: Penjualan = Total Biaya Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Dengan demikian persamaan yang lengkap adalah: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap Dalam kondisi ini laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan bisa dijadikan: Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI *) + Biaya Tetap *) TI = Titik Impas **) Dimana laba adalah nol B. Pendekatan Margin Kontribusi Margin Kontribusi (Contribution Margin)adalah sisa hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk menutup biaya tetap dan membentuk laba. Titik impas yang dicari dengan metode margin kontribusi menetapkan seberapa besar margin kontribusi cukup untuk menutup biaya tetap. Atau titik impas dicapai ketika TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

48 jumlah margin kontribusi sama besarnya dengan jumlah biaya tetap. Dengan pendekatan ini, titik impas bisa dijadikan dalam bentuk unit atau dalam rupiah. Unit Titik impas dalam unit dicari dengan formula: Biaya Tetap Total Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit Rupiah Titik impas dalam rupiah dicari dengan formula: Biaya Tetap Total Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit *) Ratio margin kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan *100% C. Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan) Perhitungan Margin of Safety (MOS) adalah suatu angka atau nilai yang memberikan informasi sampai seberapa jauh tingkat produksi penjualan yang direncanakan dengan penjualan yang direncanakan pada BEP. Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah: 1. Margin of Safety dalam Rupiah (Rp) MOS = Penjualan Penjualan Pada Titik Impas 2. Margin of Safety dalam Persen (%) % MOS = MOS dalam rupiah Penjualan TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

49 Angka Margin of Safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjukjumlah maksimum penurunan volume yang direncanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian. 3. Tuasan Operasi (Operating Leverage) Tuasan operasi atau operating leverage adalah tingkat pengeluaran biaya tetap dalam sebuah perusahaan. Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak. Karena perbedaan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka perusahaan dengan biaya tetap yang tingi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Tuasan operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar dibandingkan dengan biaya variabelnya. Demikian sebaliknya, apabila perusahaan memiliki tuasan operasi yang terbilang tinggi, maka keuntungannya yang kecil dalam penjualan dapat mengakibatkan presentase kenaikan atau penurunan yang besar dalam keuntungan yang diraih. Faktor Tuasan Operasi Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih mendekati nol, maka semakin dekat perusahaan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan operasi secara progresif menjadi lebih kecil. Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut: FaktorTuasanOperasi = Margin Kontribusi Laba Bersih TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

50 D. Laba Sasaran Manfaat penentuan titik impas diantaranya perusahaan akan bisa memperkirakan penjualan yang dilakukan agar laba tertentu dapat diperoleh. Dengan pendekatan persamaan maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah penjualan untuk mencapai laba diinginkan dapat dicari dengan menambahkan laba pada unsur biaya tetap. Analisis biayavolume-laba dapat diterapkan untuk menentukan kuantitas barang yang harus diproduksi atau nilai penjualan yang harus diraup perusahaan supaya mencapai laba sasarannya. Dengan mengubah koneksi diantara biaya-volume-laba, manajemen dapat menghitung volume penjualan yang sesuai dengan laba yang dikehendaki. Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut: 1. Pendekatan Persamaan Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba 2. Pendekatan Margin Kontribusi Penjualan = Biaya Tetap + Laba Margin Kontribusi TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

51 CONTOH KASUS ANALISIS CPV Seorang pengusaha O merencanakan menjual tahu di Pasar. Perkiraan harga jual dan biaya atas tahu tersebut adalah: 1. Kacang kedelai per satuan tahu Rp2.000,00 2. Upah membuat tahu per satuan Rp1.000,00 3. Biaya sewa ruko per hari Rp20.000,00 4. Gaji penunggu ruko per hari Rp10.000,00 5. Harga jual per satuan Rp4.000,00 Hitunglah : 1. Pendekatan Margin Contribusi 2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi 3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit 4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha Y dengan laporan L/R sebagai berikut : Pengusaha Y Jumlah Penjualan Rp ,00 100% Biaya Variabel (Rp ,00) 25% Margin Kontribusi Rp ,00 Biaya Tetap (Rp ,00) Laba Bersih Rp ,00 (dengan asumsi Pengusaha O dan Pengusaha Y penjualannya dinaikkan sebesar 20%) 5. Laba Sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp Analisis TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

52 JAWABAN CONTOH KASUS : Secara akuntansi data tersebut bisa disajikan: Harga jual per satuan Rp4.000,00 Biaya variabel per satuan: Bahan tahu Rp2.000,00 Upah langsung Rp1.000,00 + Biaya variabel per satuan Rp3.000,00 Biaya tetap per hari : Sewa ruko Rp20.000,00 Gaji tetap penunggu ruko Rp10.000,00 + Biaya tetap per hari Rp30.000,00 1. Margin kontribusi dalam rupiah Penjualan per unit Rp4.000,00 Biaya variabel per unit Rp3.000,00 - Margin kontribusi per unit Rp1.000,00 *) Ratio margin kontribusi = = Margin Kontribusi Penjualan Rp1.000,00 Rp4.000,00 X 100% X 100% = 25% 2. Kemudian, titik impas bisa dikemukakan sebagai berikut: Titik impas dalam unit = Biaya Tetap Total Margin Kontribusi Dalam Rupiah per Unit Rp30.000,00 = = 30 unit Rp 1.000,00 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

53 Titik impas dalam rupiah = Biaya Tetap Total Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit Rp30.000,00 = 25% = Rp Margin Of Safety (MOS) Dengan anggaran penjualan yang dibuat oleh Pengusaha O, maka berapakah nilai margin of safety nya? Jumlah Persen Penjualan (Rp4.000x100 unit) Rp , Biaya Variabel (Rp3.000x100 unit) (Rp ,00) 75 Margin Kontribusi (Rp1.000x100 unit) Rp ,00 25 Biaya Tetap (Rp ,00) Laba Bersih Rp ,00 Titik Impas Rp / 25% Rp ,00 uasan Operasi MOS dalam rupiah (Penjualan Titik Impas) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 MOS dalam prosentase Rp ,00 / Rp ,00 70% TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

54 4. Tuasan Operasi Untuk lebih memahami konsepnya, lihat sajian data dari contoh soal sebelumnya dengan membandingkan dengan data pengusaha tahu lain. Pengusaha O Pengusaha Y Jumlah Persen Jumlah Persen Penjualan Rp ,00100 Rp , Biaya Variabel (Rp ,00) 75 (Rp ,00) 25 Margin Kontribusi Rp ,00 25 Rp ,00 75 Biaya Tetap (Rp ,00) (Rp ,00) Laba Bersih Rp ,00 Rp ,00 Seorang Pengusaha Y mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya variabelnya dibandingkan dengan Pengusaha O. Walaupun demikian jumlah biaya kedua pengusaha celengan tersebut sama yakni Rp ,00 pada tingkat penjualan Rp ,00. Jika penjualan masing-masing pengusaha dinaikkan sebesar 20% (dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 pada setiap pengusaha). Hal ini tercermin dalam perhitungan dibawah ini. Pengusaha O Pengusaha Y Jumlah Persen Jumlah Persen Penjualan Rp , Rp , Biaya Variabel Faktor tuasan operasi (Rp ,00) dalam perusahaan 75 dapat dikur dengan (Rp ,00) 25 Margin Kontribusi Rp ,00 25 Rp ,00 75 Biaya Tetap (Rp ,00) (Rp ,00) Laba Bersih Rp ,00 Rp ,00 Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut : Faktor Tuasan Operasi = Margin Kontribusi LabaBersih TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

55 Untuk faktor tuasan operasi Pengusaha O dan Pengusaha Y pada tingkat penjualan Rp ,00 adalah: Pengusaha A : Rp = 1,43 Rp Pengusaha B : Rp Rp = 4,29 (A) Presentase Kenaikan Penjualan (B) Faktor Tuasan Opeasi (C) Presentase Kenaikan Laba Bersih (A)X(B) Pengusaha A 20 1,43 29% Pengusaha B 20 4,29 86% Bagan diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 20% menyebabkan kenaikan laba bersih Pengusaha O dari Rp70.000,00 menjadi Rp90.300,00 (kenaikan 29%) dan laba Pengusaha Y menjulang tinggi dari Rp70.000,00 menjadi Rp (pelonjakan 86%). 5. Laba Sasaran Pengusaha yang dipakai sebagai contoh sebelumnya, menginginkan laba per hari Rp20.000,00. (perlu dikemukakan kembali bahwa biaya tetap rupiah total Rp30.000,00; biaya variabel per unit Rp3.000,00; penjualan per unit Rp4.000,00; margin kontribusi per unit Rp1.000,00 dan ratio margin kontribusi 25%). Dengan data tersebut, maka penjualan harus dilakukan agar laba Rp5.000,00 bisa dicapai adalah: a. Pendekatan Persamaan : x = x x = x = x = 50 unit atau dengan hasil penjualan Rp4.000,00 x 50 unit = Rp ,00. Pengusaha tahu tersebut akan memperoleh laba Rp20.000,00. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

56 b. Pendekatan Margin Kontribusi : 1. Dalam Unit Penjualan = Penjualan = 50 Unit Dalam Rupiah Penjualan = Penjualan = 50 unit x Rp4.000,00 = Rp ,00 Test Ulang Untuk memastikan ketepatan perhitungan, maka perlu dilakukan test ulang dengan menyajikan laporan rugi laba pada penjualan yang ditentukan oleh perhitungan seperti pada tabel berikut ini. Penjualan (50 x Rp4.000,00) Rp ,00 Biaya Variabel (50 x Rp750,00) (Rp ,00) Margin Kontribusi Biaya Tetap Rp50.000,00 (Rp30.000,00) Laba Rp20.000,00 6. ANALISIS Maka berdasarkan informasi diatas untuk mencapai titik impas, pengusaha tahu tersebut harus menjual 50 unit atau harus memperoleh hasil penjualan sebesar Rp ,00. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

57 KASUS 1 ANALISIS CPV Seorang pengusaha A merencanakan menjual layangan di Pasar. Perkiraan harga jual dan biaya atas mainan tersebut adalah: 1. Kertas dan bambu per satuan layangan Rp500,00 2. Upah membuat layangan per satuan Rp250,00 3. Biaya sewa ruko per hari Rp5.000,00 4. Gaji penunggu ruko per hari Rp2.500,00 5. Harga jual per satuan Rp1.000,00 Hitunglah : 1. Pendekatan Margin Contribusi 2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi 3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit 4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha B dengan L/R sebagai berikut : Pengusaha B Jumlah Penjualan Rp ,00 100% Biaya Variabel (Rp ,00) 25% Margin Kontribusi Rp75.000,00 Biaya Tetap (Rp62.500,00) Laba Bersih Rp12.500,00 (dengan asumsi Pengusaha A dan Pengusaha B penjualannya dinaikkan sebesar 20%) 5. Laba Sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp Analisis TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

58 KASUS 2 ANALISIS CPV Seorang pengusaha kerupuk (K) medan merencanakan menjual kerupuk di Pasar untuk oleholeh para wisatawan asing maupun lokal. Perkiraan harga jual dan biaya atas tahu tersebut adalah: 1. Kacang kedelai per satuan kerupuk Rp1.000,00 2. Upah membuat kerupuk per satuan Rp500,00 3. Biaya sewa ruko per hari Rp10.000,00 4. Gaji penunggu ruko per hari Rp5.000,00 5. Harga jual per satuan Rp2.000,00 Hitunglah : 1. Pendekatan Margin Contribusi 2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi 3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 200 unit 4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha B dengan laporan L/R sebagai berikut : FORM 1 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

59 FORM 2 FORM 3 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

60 BAB VI DECISION MAKING Pada suatu perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai macam alternatif. Dalam pengambilan keputusan tersebut, mereka menghadapi ketidakpastian dalam memilih berbagai alternatif. Informasi akuntansi sangat membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengurangi ketidakpastian atas alternatif yang dipilih. Agar pembuatan keputusan bisa tepat maka diperlukan informasi yang akurat yaitu informasi yang relevan, tepat waktu dan pendapatan melebihi biaya didalam perolehan informasi tersebut. Biaya diferensial merupakan biaya yang akan datang yang berbeda diantara berbagai macam alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya. Jadi, karakteristik biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang dan biaya yang berbeda diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif. Terdapat empat tahap dalam proses pengambilan keputusan manajemen, yaitu: 1. Pengakuan dan perumusan masalah atau peluang 2. Pencarian tindakan alternatif dan pengkuantifikasian konsekuensinya masing-masing 3. Pemilihan alternatif optimum atau alternatif yang memuaskan 4. Implementasi dan penindaklanjutan Dalam pengambilan keputusan manajemen, konsep biaya differensial sangat diperlukan terutama dalam menentukan keputusan manajemen yang bersifat khusus yang berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam hal: 1. Membuat sendiri atau membeli (make or buy decision) 2. Menerima atau menolak pesanan khusus (special order decision) 3. Menambah atau menghapus lini produk (add or delete a product) 4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk (sell or process further) TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

61 Berikut ini beberapa contoh dalam pengambilan keputusan seperti: Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Penjualan Khusus Suatu perusahaan kadangkala harus memutuskan apakah akan menerima pesanan khusus atau tidak. Karena biasanya perusahaan akan menerima pesanan khusus pada harga yang lebih murah daripada harga jual normal. Hal pokok yang perlu dilakukan oleh manajer adalah untuk tidak langsung menolak karena harga beli yang ditawarkan oleh pembeli lebih murah daripada harga jual normal yang diberlakukan oleh perusahaan. Manajer perlu mengevaluasi tawaran pesanan khusus secara lebih cermat. Beberapa kondisi/asumsi supaya pesanan khusus dapat dipertimbangkan secara serius antara lain: 1. Terdapat kelebihan kapasitas produktif, tanpa adanya alternatif penggunaan kelebihan kapasitas 2. Penjualan khusus tidak boleh menganggu penjualan reguler. Penjualan khusus harus berasal dari segmen pasar yang berbeda dengan yang biasanya dilayani oleh perusahaan 3. Penjualan khusus adalah pesanan sekali waktu dan tidak boleh menjadi bisnis yang berulang-ulang (teratur) JikaPendapatanDiferensial>BiayaDiferensial PesananDiterima JikaPendapatanDiferensial<BiayaDiferensial PesananDitolak Note: Pendapatan Diferensial Pendapatan dengan diterimanya pesanan Biaya Diferensial Biaya dengan diterimanya pesanan Keputusan Menambah atau Menghapus Lini Produk dan Segmen Lainnya Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan kombinasi produk (bauran penjualan) yang akan menghasilkan laba yang dapat diterima. Produk lama sering menjadi tidak populer lagi dan tidak menguntungkan manakala selera konsumen mengalami pergeseran, sehingga produk lama harus dihapus dari bauran penjualan. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

62 Proses pengambilan keputusan untuk menambah atau menghapus produk dapat pula diperluas ke lini produk, departemen, atau segmen bisnis lain seperti buah toko, pabrik atau cabang perusahaan. Contoh-contoh keputusan semacam itu meliputi: 1. Pembukaan atau penutupan sebuah cabang atau toko eceran 2. Penambahan atau penghapusan sebuah produk atau seluruh lini produk 3. Penambahan atau penghapusan layanan khusus di sebuah rumah sakit 4. Penggabungan departemen pembelian dalam dua unit produk Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku Produksi Keputusan membuat atau membeli (make-or-buy decision) adalah keputusan manajemen menyangkut apakah sebuah komponen (suku cadang) harus dibuat secara internal ataukah dibeli dari pemasok luar. Menyangkut membuat atau membeli, ketentuan keputusannya adalah membeli manakala biaya tunai pembelian produk atau jasa lebih rendah daripada biaya tunai pembuatan produk atau jasa tersebut, jikalau tidak buat sendiri. Oleh karena itu, salah satu pemicu timbulnya pertimbangan untuk membeli atau memproduksi sendiri adalah penawaran harga dari pemasok luar untuk suatu komponen produk yang berada dibawah biaya produksi sendiri komponen tersebut. Manajer mempertimbangkan keputusan membuat atau membeli karena berbagai macam alasan, termasuk diantaranya: 1. Memangkas biaya 2. Memanfaatkan atau membebaskan kapasitas 3. Memperbaiki mutu atau kinerja pengiriman 4. Mendorong produktivitas kegiatan internal yang lebih tinggi dengan memaksa persaingan dengan pihak luar 5. Mengadopsi teknologi baru 6. Membebaskan dana investasi langka bagi keperluan lainnya TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

63 CONTOH KASUS DECISION MAKING Menerima atau Menolak Pesanan Khusus PT. LABALA WALLET yang berlokasi di Depok adalah perusahaan yang memproduksi dompet. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi dompet sebanyak 1000 unit/bln. Ramalan penjualan untuk bulan Januari, perusahaan hanya memproduksi 800 unit dengan Harga Jual Rp /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut: Biaya Variabel Rp 5.000/unit Biaya Tetap Pabrikasi Rp /unit Biaya Penjualan dan Administratif Rp /bln Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 150 unit dengan harga Rp /unit. Namun, diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp untuk mencetak logo tertentu pada dompet pesanan khusus. Keputusan apakah yang diambil perusahaan? Menerima atau menolak pesanan khusus? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

64 JAWABAN CONTOH KASUS : Dengan Tanpa Analisis Pesanan Pesanan Diferensial Penjualan : (800 unit x Rp ) Rp Rp (150 unit x Rp ) Rp Rp Biaya Variabel : (800 unit x Rp 5.000) (Rp ) (Rp ) (150 unit x Rp 5.000) (Rp ) (Rp ) Margin Kontribusi Rp Rp Rp Biaya Tetap : Pabrikasi Reguler (Rp ) (Rp ) Pabrikasi Tambahan (Rp ) (Rp ) Penjualan & Administratif (Rp ) (Rp ) Laba Bersih Rp Rp Rp Keputusan: Pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial yaitu Rp (Rp Rp ) = Rp Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp apabila menerima pesanan khusus tersebut. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

65 CONTOH KASUS DECISION MAKING Menambah / Menghapus Lini Produk Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. UNTUNG yang bergerak dalam bisnis eceran / distribusi 3 lini produk. Keterangan Produk Obat Produk Kosmetik Produk Kimia Jumlah Penjualan Rp Rp Rp Rp Biaya Variabel (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Margin Kontribusi Rp Rp Rp Rp Biaya Tetap : Gaji Wiraniaga Rp Rp Rp Rp Periklanan Rp Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Rp Pajak PBB Rp Rp Rp Rp Penyusutan Rp Rp Rp Rp Lain-Lain Rp Rp5.000 Rp Rp Jumlah (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Laba Bersih (Rp40.000) (Rp ) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

66 JAWABAN CONTOH KASUS : Dengan Tanpa Analisis Produk Obat Produk Obat Diferensial Penjualan : Rp Rp Rp Biaya Variabel : (Rp ) (Rp ) (Rp ) Margin Kontribusi Rp Rp Rp Biaya Tetap : Terhindarkan (Gaji Wiraniaga) Rp Rp Rp Tidak Terhindarkan Rp Rp Jumlah (Rp ) (Rp ) (Rp ) Laba Bersih Rp Rp Rp Analisis : Hasil laba bersih mengalami penurunan sebesar Rp apabila lini obat dihapuskan, perusahaan merosot dari yang semula Rp dengan lini produk obat menjadi Rp Oleh sebab itu, penghapusan lini produk obat bukan merupakan tindakan bijaksana karena penurunan yang terjadi bila tanpa produk obat. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

67 CONTOH KASUS DECISION MAKING Membuat Sendiri / Membeli Bahan Baku Produksi PT. MAKMUR adalah perusahaan makanan yang berada di daerah Kelapa Dua. Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan Keripik Cokelat. Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu memproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 1 ton cokelat. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli cokelat dari perusahaan lain dengan harga Rp /kg. (1 ton = 1000 kg) Berikut ini adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat tempe satu bulan : BBB Rp BTKL Rp BTK Tidak Langsung Rp BOP Variabel Rp Biaya Listrik Rp Biaya Telepon Rp Biaya Air Rp Depresiasi Mesin Rp Total Biaya Rp Biaya tambahan jika membeli dari luar : Biaya Angkut Rp PERTANYAAN : 1. Jika mesin yang dipakai membuat cokelat menganggur (tidak dipakai dalam kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen, apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain? 2. Jika mesin yang dipakai untuk membuat cokelat disewakan kepada perusahaan lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp , alternatif manakah yang sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat sendiri? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

68 JAWABAN CONTOH KASUS : 1. Tabel Perbandingan Biaya No Jenis Biaya Membuat Membeli 1 BBB Rp BTKL Rp BTK Tidak Langsung Rp BOP Variabel Rp Biaya Listrik Rp Rp Biaya Telepon Rp Rp Biaya Air Rp Rp Harga Beli - Rp Biaya Angkut - Rp Biaya Depresiasi Mesin Rp Rp Total Rp Rp Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sendiri lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli dari luar. 2. Tabel Perbandingan Selisih Biaya Keterangan Membuat Sendiri Membeli dari Luar Diferensial Biaya Cokelat Rp Rp (Rp ) Biaya Kesempatan - Rp Rp Jumlah Biaya Rp Rp Rp Diferensial Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya tambahan biaya kesempatan sebesar Rp , jumlah biaya diferensial membeli dari luar masih lebih besar dibandingkan membuat sendiri yaitu selisihnya sebesar Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

69 KESIMPULAN : Sebaiknya PT. MAKMUR membeli dari luar untuk cokelatnya dalam pembuatan produk keripik cokelat, karena jika membuat sendiri akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

70 KASUS 1 DECISION MAKING Menerima atau Menolak Pesanan Khusus PT. JIN memproduksi karpet dalam pabrik yang berkapasitas 800 unit/bulan. Untuk bulan Juni perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual karpet sebanyak 550 unit dengan harga jual sebesar Rp /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut: Biaya Variabel Biaya Tetap Pabrikasi Biaya Penjualan dan Administratif Rp /unit Rp /bulan Rp /bulan Seorang pengusaha memberikan penawaran untuk membeli 200 unit karpet dengan harga Rp20.000/unit. Namun pengusaha tersebut meminta ditambahkan desain khusus pada karpet yang dipesannya, maka dari itu dibutuhkan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp Keputusan apakah yang diambil perusahaan? Menerima atau menolak pesanan khusus? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

71 KASUS 1 DECISION MAKING Menambah / Menghapus Lini Produk Analisisdiferensialpadalaporanpenghasilanusaha PT. BERKAH yang bergerakdalambisniseceran / distribusi 3 liniproduk. Keterangan ProdukObat ProdukKosmetik Produk Kimia Jumlah Penjualan Rp Rp Rp Rp BiayaVariabel (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Margin Kontribusi Rp Rp Rp Rp BiayaTetap : GajiWiraniaga Rp Rp Rp Rp Periklanan Rp Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Rp Pajak PBB Rp Rp Rp Rp Penyusutan Rp Rp Rp Rp Lain-Lain Rp Rp Rp Rp Jumlah LabaBersih (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

72 KASUS 1 DECISION MAKING Membuat Sendiri / Membeli Bahan Baku Produksi PT. NRY CAKE adalah perusahaan makanan yang berada di daerah Bojonggede, Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak dibidang pembuatan Brownies Strawberry. Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu memproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 3 ton strawberry. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli strawberry dari perusahaan lain dengan harga Rp 9.000/kg. (1 ton = 1000 kg) Berikutadalah data biayaproduksiperusahaandalammembuatsendiri strawberry satubulan: BBB Rp BTKL Rp BTK TidakLangsung Rp BOP Variabel Rp BiayaListrik Rp BiayaTelepon Rp Biaya Air Rp DepresiasiMesin Rp Total Biaya Rp Biayatambahanjikamembelidariluar : BiayaAngkut Rp PERTANYAAN : 1. Jikamesin yang dipakaimembuat brownies strawberry menganggur (tidakdipakaidalamkegiatanproduksiapapun) alternatifmana yang sebaiknyadipilihpihakmanajemen, apakahmemproduksisendiriataumembelidariperusahaan lain? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

73 2. Jikamesin yang dipakaiuntukmembuat brownies strawberry disewakankepadaperusahaan lain danmenghasilkanpendapatansewasebesarrp , alternatifmanakah yang sebaiknyadipiliholehmanajemen, membelidariperusahaan lain ataumembuatsendiri? KASUS 2 DECISION MAKING Menerima atau Menolak Pesanan Khusus PT. LABALABAG yang berlokasi di Serang adalah perusahaan yang memproduksi tas. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi unit/bulan. Ramalan penjualan untuk bulan Maret, perusahaan hanya memproduksi 800 unit dengan harga jual Rp /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut: Biaya Variabel Rp 6.000/unit Biaya Tetap Pabrikasi Rp /bulan Biaya Penjuaan dan Administratif Rp /bulan Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 100 unit dengan harga Rp /unit. Namundiperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp untuk mencetak logo tertentu pada tas pesanan khusus.keputusan apakah yang diambil perusahaan? Menerima atau menolak pesanan khusus? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

74 KASUS 2 DECISION MAKING Menambah / Menghapus Lini Produk Analisisdiferensialpadalaporanpenghasilanusaha PT. TELOLET yang bergerakdalambisniseceran / distribusi 3 liniproduk. Keterangan ProdukObat ProdukKosmetik Produk Kimia Jumlah Penjualan Rp Rp Rp Rp BiayaVariabel (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) Margin Kontribusi Rp Rp Rp Rp BiayaTetap : GajiWiraniaga Rp Rp Rp Rp Periklanan Rp Rp Rp Rp Asuransi Rp Rp Rp Rp Pajak PBB Rp Rp Rp Rp Penyusutan Rp Rp Rp Rp Lain-Lain Rp Rp Rp Rp Jumlah (Rp ) (Rp ) (Rp ) (Rp ) LabaBersih (Rp ) (Rp ) Rp Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

75 KASUS 2 DECISION MAKING Membuat Sendiri / Membeli Bahan Baku Produksi PT. BREAD adalah perusahaan makanan yang berada di daerah bogor. Perusahaan ini bergerak dibidang pembuatan Roti Cokelat. Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu memproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan ½ ton cokelat. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli cokelat dari perusahaan lain dengan harga Rp /kg. (1 ton = 1000 kg) Berikutadalah data biayaproduksiperusahaandalammembuatsendiricokelatsatubulan : BBB Rp BTKL Rp BTK TidakLangsung Rp BOP Variabel Rp BiayaListrik Rp BiayaTelepon Rp Biaya Air Rp DepresiasiMesin Rp Total Biaya Rp Biayatambahanjikamembelidariluar : BiayaAngkut Rp PERTANYAAN : 1. Jikamesin yang dipakaimembuat roti cokelatmenganggur (tidakdipakaidalamkegiatanproduksiapapun) alternatifmana yang sebaiknyadipilihpihakmanajemen, apakahmemproduksisendiriataumembelidariperusahaan lain? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

76 2. Jikamesin yang dipakaiuntukmembuat roti cokelatdisewakankepadaperusahaan lain danmenghasilkanpendapatansewasebesarrp , alternatifmanakah yang sebaiknyadipiliholehmanajemen, membelidariperusahaan lain ataumembuatsendiri? FORM 1 ORM 2 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

77 ORM 3 ORM 4 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

78 BAB VII TIME VALUE OF MONEY Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang adalah merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga daripada nilai uang masa yang akan datang (Simamora:287). Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu. Nilai waktu uang memegang peranan penting, uang Rp sekarang berbeda nilainya dengan Rp yang akan diterima setahun kemudian. Hal ini dikarenakan nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dll. Sebagai contoh jika seseorang diminta untuk memilih apakah uang Rp lebih baik diterima sekarang atau setahun kemudian, maka ia akan memilih menerima uang tersebut sekarang. Jika ia menerimanya sekarang, maka ia akan menanamkan uang tersebut TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

79 untuk memperoleh pendapatan bunga selama setahun. Dengan demikian setahun kemudian ia akan menerima uang Rp beserta dengan bunga setahun yang ia peroleh atas investasinya. Maka time value of money sangat penting untuk dipahami oleh kita semua, sangat berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang masa kini dan akan datang. Manfaat Time Value of Money Manfaat dari time value of money adalah untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa time value of money sangat berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang masa kini dan yang akan datang. Keterbatasan Time Value of Money Keterbatasannya yaitu akan mengakibatkan masyarakat hanya menyimpan uangnya apabila tingkat bunga bank tinggi, karena mereka menganggap jika bunga bank tinggi maka uang yang akan mereka terima dimasa yang akan datang juga tinggi. Metode yang digunakan : a. Future Value ( Nilai yang Akan Datang ) Jumlah penerimaan yang akan datang dari jumlah saat ini (Po) yang akan tumbuh selama n tahun dengan tingkat bunga sebesar r per tahun. Rumus: FV ( r, n ) = Po ( 1 + r ) n Keterangan : FV : Future Value Po : jumlah nilai sekarang r : tingkat bunga/tahun n : Jangka waktu TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

80 b. Present Value (Nilai Sekarang) Present value adalah besarnya jumlah uang pada permulaan periode atas dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah yang baru akan diterima beberapa waktu atau periode yang akan datang. Rumus: PO = FV ( r, n ) [ 1/ ( 1 + r ) n ] Keterangan : Po : jumlah nilai sekarang FV : Future Value r : tingkat bunga/tahun n : jangka waktu c. Anuitas (Annuity) Anuitas adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval waktu yang sama. Untuk mencari rumus anuitas, diasumsikan bahwa fv menunjuk ke arus kas tahunan yang diterima pada setiap akhir tahun untuk n tahun berikutnya (Simamora:293). Rumus : PV= fv[ (1+r)n 1 r(1+r) n ] FV= fv[ (1+r)n 1 ] r d. Payback Period (Periode Pengembalian) TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

81 Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menutup investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya sebelum mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian, semakin tinggi pula risikonya. Ketentuan keputusan pengembalian menyatakan bahwa proyek yang dapat diterima haruslah mempunyai periode pengembalian yang lebih singkat daripada periode yang ditetapkan oleh manajemen. Kelemahan: Mengabaikan lamanya investasi dan nilai waktu uang. Tidak memperlihatkan profitabilitas sebuah investasi. Mengabaikan imbalan investasi. Kelebihan: Metode periode pengembalian lebih mudah dihitung dan dipahami. Periode pengembalian berfungsi sebagai indicator likuiditas yang tersedia bagi perusahaan. Semakin cepat kas menutupi investasi perdana, semakin lekas pula dapat di investasikan kembali dalam aktiva produktif lain. Periode pengembalian yang singkat dapat mengurangi resiko investasi karena ketidakpastian biasanya meningkat seiring dengan berlalunya waktu. Periode pengembalian lebih mementingkan hasil segera, suatu pertimbangan bagi beberapa perusahaan. Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian: Periode Pengembalian = Investasi Perdana Arus Masuk Kas Tahunan TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

82 CONTOH KASUS TIME VALUE OF MONEY 1. Metode Future Value (Nilai yang Akan Datang) Tuan Dana mulai menginvestasikan sejumlah uang sebesar Rp pada PT Surya Kencana yang memberikan bunga 5% /tahun. Berapa jumlah uang yang akan diterima pada akhir tahun ke 3? Penyelesaian: FV (5%, 3) = Rp (1 + 0,05) 3 = Rp (1,16) = Rp Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan jika Tuan Dana berinvestasi sebesar Rp selama 3 tahun dan dengan bunga 5% per tahun maka Tuan Dana akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp dan investasinya menjadi Rp pada akhir tahun ke-3. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

83 2. Metode Present Value (Nilai Sekarang) Tentukanlah nilai sekarang dari sejumlah uang sebesar Rp yang jatuh tempo 4 tahun dengan tingkat bunga 10%! Penyelesaian: PO = Rp [ 1/ ( 1 + 0,10 ) 4 ] = Rp [0,68] = Rp Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai sekarang dari sejumlah uang sebesar Rp dengan bunga 10% dan jatuh tempo 4 tahun yaitu Rp Anuitas (Annuity) a. Nona Meysa sanggup membayar Rp per tahun selama 5 tahun. Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona Meysa pada saat ini dengan tingkat bunga 5%? Penyelesaian: PV Kesimpulan: = Rp [ (1+0,05)5 1 0,05(1+0,05) 5] = Rp [ 0,28 0,06 ] =Rp (4,67) = Rp Bank akan meminjamkan uang kepada Nona Meysa sebesar Rp dengan pembayaran yang dibayarkan sebanyak Rp selama 5 tahun. b. Tuan Dana ingin menginvestasikan Rp per tahun selama 15 tahun dengan suku bunga 5%, berapa banyak uang yang akan dimilikinya untuk keperluan pendidikan anaknya? TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

84 Penyelesaian: FV Kesimpulan: = Rp [ (1+0,05)15 1 ] 0.05 = Rp ( 1,08 0,05 ) = Rp Dengan demikian banyaknya uang yang akan dimiliki oleh Tuan Dana dari investasinya sebesar Rp per tahun selama 15 tahun dengan suku bungan 5% adalah lebih dari Rp Payback Period (Periode Pengembalian) Sebuah perusahaan ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek X memiliki nilai investasi Rp dengan masa manfaat 5 tahun, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp Sedangkan proyek Y mempunyai nilai investasi Rp dengan masa manfaat 10 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp Hitung dan tentukanlah proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan beserta analisis. Penyelesaian: Proyek X Proyek Y Investasi Rp Rp Masa manfaat (dalam tahun) 5 10 Arus kas tahunan selama masa manfaaat Periode pengembalian (dalam tahun) Rp Rp Analisis: Investasi pada proyek X mempunyai periode pengambilan 4 tahun lebih cepat setahun dari masa manfaat diawalnya, sedangkan investasi dalam proyek Y mempunyai periode pengambilan 5 tahun dan dapat mengalirkan kas selama 5 tahun TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

85 berikutnya dengan periode pengambilan. Jadi perusahaan seharusnya lebih memilih proyek Y. KASUS I TIME VALUE OF MONEY FUTURE VALUE Tn.Bram menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya dalam bentuk deposito senilai Rp pada Bank DKI. Dengan tingkat suku bunga 5% per tahun. Berapa uang yang diterima Tn.Bram pada akhir tahun ke-5? PRESENT VALUE Tentukan nilai sekarang dari uang Ny.Amel sejumlah Rp yang jatuh tempo 6 tahun dengan tingkat bunga 6%? ANNUITY Nona Tyas sanggup membayar Rp per tahun selama 15 tahun. Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona Tyas pada saat ini? Dengan tingkat bunga 7,5%. Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

86 PAYBACK PERIOD PT.FOSI ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek A memiliki nilai investasi Rp , dengan masa manfaat 8 tahun, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp Sedangkan proyek B mempunyai nilai investasi Rp , dengan masa manfaat 12 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah! KASUS 2 TIME VALUE OF MONEY FUTURE VALUE Ny.Yunita menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya dalam bentuk deposito senilai Rp pada Bank KITA. Dengan tingkat suku bunga 5% per tahun. Berapa uang yang diterima Ny.Yunita pada akhir tahun ke-6? PRESENT VALUE Tentukan nilai sekarang dari uang Tn.Bakrie sejumlah Rp yang jatuh tempo 8 tahun dengan tingkat bunga 5%? ANNUITY Frixion Company sanggup membayar Rp per tahun selama 15 tahun. Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh Frixion Company pada saat ini? Dengan tingkat bunga 7,5%. Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

87 PAYBACK PERIOD Breaver Creek Company ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek X memiliki nilai investasi Rp , dengan masa manfaat 5 tahun, dan menghasilkan arus kas sebesar Rp Sedangkan proyek Y mempunyai nilai investasi Rp , dengan masa manfaat 10 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah! FORM 1 FORM 2 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

88 BAB VIII CAPITAL BUDGETING Penganggaran adalah proses menyusun rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dalam satuan uang. Penganggaran dinyatakan suatu proses karena ada masukan (input) dan ada keluaran (output). Masukan dalam penganggaran adalah transaksi untuk masa yang akan datang, sedangkan keluarannya berupa anggaran. Penganggaran digunakan baik oleh perusahaan maupun non perusahaan. Penganggaran untuk non perusahaan disebut dengan penganggaran nirlaba (non profit budgeting).(m. Nafarin Edisi 3:15-16) Dilihat dari segi bidangnya, anggaran dibagi menjadi 2 yaitu: (M. Nafarin Edisi 3:34) 1. Anggaran Operasional (Operating Budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran rugi-laba, antara lain terdiri dari: a. Anggaran Penjualan b. Anggaran Biaya Pabrik c. Anggaran BBB, BTKL, BOP TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

89 d. Anggaran Beban Usaha e. Anggaran rugi-laba 2. Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca, antara lain terdiri dari: a. Anggaran Kas b. Anggaran Utang c. Anggaran Piutang d. Anggaran Persediaan e. Anggaran Neraca Fungsi Anggaran : Fungi Perencanaan Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai basil yang diinginkan. Fungsi Pengawasan Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

90 Anggaran Sebagai Pedoman Kerja Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya. Karakteristik Anggaran (Mulyadi Edisi 3:490) 1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun. 3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yanng berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu. 6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. Tujuan dan Manfaat Anggaran (M. Nafarin Edisi 3:23) Tujuan Anggaran : Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga mempermudah pengawasan Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

91 Manfaat Anggaran : Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan Dapat memotivasi karyawan Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu Sumber daya, seperti: tenaga kerja, peralatan dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin Alat pendidikan bagi para manajer Kelemahan Anggaran : (M. Nafarin Edisi 3:24) 1) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga mengandung unsur ketidakpastian 2) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap dan akurat 3) Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang sehingga anggaran tidak akan efektif. Untuk menentukan perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai alternatif keputusan investasi ada beberapa metode kriteria penilaian investasi, yaitu: Payback Period Method Metode ini bukan pengukur kemampuan menghasilkan laba, tapi mengukur jangka waktu pengembalian investasi. Rumus : Payback Period = I L TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

92 Ket. : I = Investasi atau aktiva diferensial yang direncanakan L = Laba tunai rata-rata pertahun atau pendapatan diferensial dikurangi biaya diferensial tunai. Kebaikan Metode ini, yaitu : 1. Sangat sederhana 2. Hanya mempertimbangkan sampai pada waktu dimana investasi bisa diterima kembali. Kelemahan Metode ini, yaitu : 1. Diabaikanya nilai waktu uang 2. Diabaikanya aliran kas setelah Payback Period Average Rate of Return (ARR) Metode ini untuk mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi jangka panjang. Rumus :Tarif Kembalian Investasi = Laba setelah pajak x 100% Rata-rata investasi Laba setelah pajak sama dengan laba tunai dikurangi dengan biaya depresiasi. Rumus : Tarif Kembalian Investasi = Rata-rata kembalian Penutup Investasi kas tahunan x 100% Rata-rata investasi Kebaikan Metode ini, yaitu : 1. Metode ini telah memperhitungkan penerimaan selama umur proyek investasi. Kelemahan Metode ini, yaitu : TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

93 1. Tidak memperhatikan nilai waktu dari pada uang 2. Dipengaruhi oleh penggunaan metode depresiasi 3. Metode ini tidak dapat diterapkan apabila investasi dilakukan dalam beberapa tahap Net Present Value (NPV) Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa mendatang. Rumus :N = 1 (1+I)^n Ket. : N = Nilai Tunai ʌ I = Tarif kembalian investasi (dalam %) n = Jangka waktu (dalam tahun) = Pangkat Kebaikan Metode ini, yaitu : 1. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang 2. Didalam present value semua aliran kas selama umur investasi diperhitungkan. Kelemahan Metode ini, yaitu : 1. Membutuhkan perhitungan yang baik dalam menentukan tingkat bunganya. 2. Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama modal yang ditanamkan didalamnya nilai dalam rupiah tidak dapat dipakai sebagai pedoman. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

94 CONTOH KASUS CAPITAL BUDGETING Rizki Andika adalah seorang pengusaha yang ingin mencoba untuk membuka usaha cafe di kawasan Bandung. Sebelum membuka cafenya terlebih dahulu Rizky Andika harus menyusun anggaran yang dibutuhkan. Dibawah ini adalah anggaran yang telah disusun Rizky Andika: a) Investasi awal Rp b) Taksiran Biaya operasional & pemeliharaan yang akan ditanggung sebagai berikut: Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp Tahun 5 Rp c) Besarnya keuntungan diperkirakan Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

95 Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp Tahun 5 Rp d) Besarnya solvage value (nilai sisa) Rp e) Tingkat bunga 14% per tahun Pertanyaan: Berapa NPV? Layak atau tidak layak cafe tersebut diterima? JAWABAN CONTOH KASUS : Tahun ( 1 ) Benefit ( 2 ) PVIF 14% ( 3 ) PV.Benefit (4) = (2) x(3) Cost ( 5 ) PVIF 14% ( 6 ) PV.Cost (7) = (5) x (6) NPV (8) = (4) - (7) , , , , , , , , , , , Ket: Pendirian cafe tersebut layak diterima karena NPV lebih dari 0. TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

96 KASUS 1 CAPITAL BUDGETING Raisa adalah seorang mahasiswi yang ingin mencoba untuk membuka usaha butik. Sebelum membuka butiknya terlebih dahulu Raisa harus menyusun anggaran yang dibutuhkan. Dibawah ini adalah anggaran yang telah disusun Raisa: a) Investasi awal Rp b) Taksiran Biaya operasional & pemeliharaan yang akan ditanggung sebagai berikut: Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp Tahun 5 Rp c) Besarnya keuntungan diperkirakan Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

97 Tahun 5 Rp d) Besarnya solvage value (nilai sisa) Rp e) Tingkat bunga 20% per tahun Pertanyaan: Berapa NPV? Layak atau tidak layak butik tersebut diterima? KASUS 2 CAPITAL BUDGETING Pak Tulus bermaksud membuka toko sepatu di dekat rumahnya. Sebelum membuka tokonya Pak Tulus harus terlebih dahulu menyusun anggaran yang dibutuhkan. Dibawah ini adalah anggaran yang telah disusun Pak Tulus: a) Investasi awal Rp b) Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sebagai berikut: Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp Tahun 5 Rp c) Besarnya keuntungan diperkirakan Tahun 1 Rp Tahun 2 Rp Tahun 3 Rp Tahun 4 Rp TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

98 Tahun 5 Rp d) Besarnya solvage value (nilai sisa) Rp e) Tingkat bunga 14% per tahun Pertanyaan: Berapa NPV? Layak atau tidak layak butik tersebut diterima? FORM 1 TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 /

BAB 1 HPP KONVENSIONAL

BAB 1 HPP KONVENSIONAL BAB 1 HPP KONVENSIONAL Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikumpulkan untuk periode tertentu yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh unsur-unsur biaya produksi. Sedangkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I HPP KONVENSIONAL. Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu :

BAB I HPP KONVENSIONAL. Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu : BAB I HPP KONVENSIONAL Harga pokok produksi adalah biaya biaya produksi yang dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk (total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut)

Lebih terperinci

BAB I HPP KONVENSIONAL

BAB I HPP KONVENSIONAL BAB I HPP KONVENSIONAL Harga pokok produksi adalah biaya biaya produksi yang dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 2 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 2 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 2 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING TUJUAN : MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI FUNGSI PENENTUAN HPP DENGAN METODE ABC MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI PERBEDAAN FULL COSTING

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 1 HPP KONVENSIONAL TUJUAN : MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI APA ITU HARGA POKOK PRODUKSI. MAHASISWA DAPAT MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR HARGA POKOK PRODUKSI MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 4 LAPORAN SEGMENTASI TUJUAN : MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI PENTINGNYA PELAPORAN YANG DI SEGMEN DAN KONSEP ALOKASI DASAR. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI PERBEDAAN DIRECT FIXED COST DAN

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 3 ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 3 ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 3 ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA TUJUAN : MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI PENGGOLONGAN BIAYA ATAS DASAR VOLUME PRODUKSI DAN VOLUME PENJUALAN. MAHASISWA DAPAT MEMAHAMI PERBEDAAN BIAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat Break

Lebih terperinci

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh: Analisis Biaya TPPHP BIAYA Uang yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi-distribusi distribusi dan merupakan pengorbanan serta mengurangi profit perusahaan. COST a resource sacrificed or foregone

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Analisa Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.1.1 Harga Jual Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY Nama : Annisa Triana NPM : 21213162 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN Salah satu tugas pokok manajer adalah membuat keputusan berdasarkan informasi akuntansi yang relevan. Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA. Oleh : Meta Bina Sabila

Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA. Oleh : Meta Bina Sabila Analisis Biaya, Volume Penjualan dan Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek pada Toko Pempek SAUDARA Oleh : Meta Bina Sabila 28211811 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap usaha yang didirikan pada

Lebih terperinci

12/05/2015. Pelaporan Keuangan. Metode yang digunakan dalam Full Cost

12/05/2015. Pelaporan Keuangan. Metode yang digunakan dalam Full Cost Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information) Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc Pengertian Informasi akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu dan masa mendatang yang meliputi seluruh aktiva,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks pula masalah yang akan dihadapi. Untuk dapat menghadapi masalah tersebut diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Margahayu Jaya Indah Plastik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kantong klip plastik. Sama seperti perusahaan komersil lainnya, tujuan utama perusahaan didirikan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen Kode/ SKS : / 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah Akuntansi Manajemen merupakan

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa datang. Perencanaan masa depan perusahaan merupakan tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. masa datang. Perencanaan masa depan perusahaan merupakan tugas dan tanggung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan umumnya ditentukan oleh kemampuan manajemen untuk melihat kemungkinan dan kesempatan yang akan terjadi pada masa datang. Perencanaan

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum adalah merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. BIAYA Aktivitas merupakan suatu tindakan-tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk merubah input dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output dan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM Nama NPM Jurusan : Siswanti : 2A214321 : Akuntansi Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Analisis Biaya Volume Laba

Analisis Biaya Volume Laba Analisis Biaya Volume Laba Pengertian Analisis BVL (cost volume profit analysis), mrp alat yg berguna utk perencanaan dan pembuatan keputusan. Menekankan pada hubungan antara biaya, volume (kuantitas penjualan),

Lebih terperinci

Department of Business Adminstration Brawijaya University

Department of Business Adminstration Brawijaya University Department of Business Adminstration Brawijaya University Analisis break even point yang sering kali juga disebut sebagai cost-volume-profit analysis Tujuan Mencari Titik Impas : Mencari tingkat aktivitas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH) BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH) 3.1 Definisi full Acounting Information Full Acounting Information adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan seluruh sumber

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan laba. Laba perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu harga jual, volume penjualan dan biaya oleh karena itu perencanaan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS PERILAKU BIAYA AKTIVITAS A. Konsep Dasar Perilaku Biaya Aktivitas Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas perusahaan. Aktivitas adalah pengorbanan waktu dan input untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016 Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11 Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016 Materi Pokok 1. Titik Impas dalam unit 2. Titik Impas dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen ( 2009 : 47 ) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PENENTU LABA PADA RUMAH TAKOYAKI. Disusun Oleh: Gilang Hardi Maulana EB34

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PENENTU LABA PADA RUMAH TAKOYAKI. Disusun Oleh: Gilang Hardi Maulana EB34 ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI PENENTU LABA PADA RUMAH TAKOYAKI Disusun Oleh: Gilang Hardi Maulana 24214548 3EB34 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan membutuhkan Perencanaan Keuntungan

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing JOB COSTING METODE PRODUKSI DAN SISTEM AKUNTANSI Accounting System Job Costing Operation Costing Process Costing Type of Production Contraction Clothing Oil refinery Movie Studios Automobiles Paper Hospitals

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 KONSEP DASAR PENGANGGARAN 1

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 KONSEP DASAR PENGANGGARAN 1 iii iv DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iii BAGIAN 1 BUDGET OPERASIONAL BAB 1 KONSEP DASAR PENGANGGARAN 1 A. Pengertian Budget & Budgeting 2 B. Proses Kegiatan yang Tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] MATERI 5 ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume Profit Analysis) Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena

Lebih terperinci

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Membandingkan perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial Menjelaskan lingkup akuntansi biaya, perbedaan biaya dan beban.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18 Analisis Penerapan Activity Based Costing Sistem Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. V. Collection Sejahtera Periode 2011 Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : 22209555 Kelas : 3 EB 18 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Analisis Cost Volume Profit (CVP), dan memaksimalkan laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Analisis Cost Volume Profit (CVP), dan memaksimalkan laba. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAK UP 2 U Factory Outlet merupakan sebuah perusahaan yang mengkhususkan bidang usahanya pada penjualan pakaian sisa ekspor. Sampai saat ini, UP 2 U Factory Outlet menjual bermacam-macam jenis produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha bisnis menjadi semakin kompleks, terutama dengan perusahaan lain yang bergerak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

Lebih terperinci

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK) FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK) Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah elemen biaya produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN II. 1. Segmentasi unit usaha Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau perusahaan (Hansen & Mowen, 2003) Laporan segmen menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

PENGENALAN VISUAL BASIC

PENGENALAN VISUAL BASIC 1 PENGENALAN VISUAL BASIC Visual Basic adalah bahasa pemograman tingkat tinggi GUI (General User Interface) dimana pengguna computer berkomunikasi dengan computer tersebut menggunakan gambar/grafik. Salah

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

Penganggaran Perusahaan

Penganggaran Perusahaan Modul ke: Penganggaran Perusahaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Dr. Aries Susanty, ST. MT Program Studi Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik Abstract Memberikan pemahaman tentang lingkup kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Cost Behaviour Analysis. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Cost Behaviour Analysis. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Biaya Modul ke: Cost Behaviour Analysis Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Akuntansi Biaya Input

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK KONVEKSI RIZKI PELITA

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK KONVEKSI RIZKI PELITA Nama : Siti Rokayah NPM : 27212086 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Mulatsih, SE., MM ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK KONVEKSI RIZKI PELITA LATAR BELAKANG 1. Penduduk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal ini terlihat dari bermunculannya perusahaan-perusahaan baru, baik perusahaan besar maupun perusahaan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN Oleh : Nama : Lamsihar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Landasan Teori 1. Akuntansi Manajemen Sistem akuntansi manajemen menghasilkan informasi untuk pengguna internal, seperti manajer, eksekutif, dan pekerja.

Lebih terperinci

Analisa Perilaku Biaya

Analisa Perilaku Biaya Modul ke: Analisa Perilaku Biaya Mengenali Prilaku biaya. Metode memisahkan biaya semivariabel atas biaya variable dan biaya tetap. Fakultas FEB Minanari, SE, M.Si Program Studi Manajemen Biaya VS Beban

Lebih terperinci