RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas, hal ini dapat dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran di darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun masa depan. Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat pemanfaatan alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah dimanfaatkan merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah secara mendalam mengenai kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi tersebut. Metode ini dikenal juga dengan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Environmental impact assessment atau analisa mengenai dampak lingkungan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27 tahun1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 1

2 Pembangunan sector pertanian sangat penting, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Peran sektor pertanian, khususnya sub sector perkebunan, sangat strategis bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu komuditas penting sub sektor perkebunan nasional adalah kelapa sawit. Hal ini karena kontribusi produk turunan kelapa sawit bagi pertumbuhan ekonomi sangat signifikan, sebab itu menjadikan produk turunan kelapa sawit sebagai komuditas ekspor unggulan nasional. Indonesia sebagai Negara eksportir CPO kedua setelah Malaysia dalam perdagangan dunia, pada tahun 2007 volume ekspor CPO dan produk turunannya Indonesia mencapai 11,88juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 7,87 miliar. Rata-rata volume ekspornya sebesar 5,54 juta ton/tahun. Dalam rangka mendukung terlaksananya program pemerintah memperkuat program peningkatan pendapatan devisa Negara melalui usaha perdagangan sub sector perkebunan, maka sangat perlu dilakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang di rencanakan di Distrik Arso Timur Kabupaten Keerom Provinsi Papua seluas Ha dengan kapasitas 65 ton TBS/hari. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Adapun maksud dari penulisan tugas ini adalah: 1) Sebagai proses pelatihan dan pengaplikasian teori yang diperoleh di bangku kuliah serta meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai perkebunan kelapa sawit. 2) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai permasalahan dampak lingkungan yang terjadi Tujuan Adapun tujuan dari penulisan tugas ini dalah: 1) Mengetahui tahap-tahap yang dilakukan dalam hal pembangunan perkebunan kelapa sawit. 2) Mengetahui dampak-dampak penting lingkungan yang terjadi akibat perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. 2

3 1.3 RUANG LINGKUP Lingkup Wilayah Wilayah yang dijadikan objek pengamatan usaha perkebunan kelapa sawit dengan luasan wilayah ± hektar dengan kapasitas 65 ton TBS/hari berada di distrik arso timur, kabupaten keerom provinsi papua Lingkup Materi Lingkup materi yang dibahas dalam laporan ini adalah mengenai rencana kegiatan dan usaha perkebunan kelapa sawit serta dampak-dampak dan perilaku yang ditunjukan oleh masyarakat sekitar areal kerja/proyek. 1.4 BATASAN MASALAH Agar materi penulisan laporan ini tidak meluas, maka penyajian data atau informasi hanya dibatasi pada : 1) Tahapan Tahapan rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. 2) Dampak Dampak yang timbul akibat rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. 1.5 MANFAAT Manfaat Bagi Pemrakarsa 1) Menjaga keberlangsungan roda ekonomi perusahaan secara keseluruhan. 2) Mengisi kesempatan dan memperluas peluang ekspor industri hasil perkebunan kelapa sawit. 3) Ikut berperan serta dalam pengembangan sektor pertanian pada umumnya dan khususnya sub sektor perkebunan. 3

4 1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat 1) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. 2) Memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam. 3) Meningkatkan aksebilitas wilayah yang semula terpencil melalui pengembangan jaringan jalan, sehingga merangsang peningkatan intensitas perekonomian lokal Manfaat Bagi Pemerintah 1) Sebagai mitra pemerintah dalam upaya pembangunan regional dan nasional. 2) Turut memberikan konstribusi dalam menekan tingkat pengangguran yaitu dengan menyediakan lapangan kerja. 3) Turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penerimaan pajak dan iuran-iuran. 4) Turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui investible surplus yang diperoleh. 4

5 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 2.1 KONDISI UMUM AREAL KERJA Secara administratife lokasi areal rencana perkebunan dan pabrik kelapa sawit dengan luas Ha, dan kapasitas 65 ton TBS/hari terletak di Distrik Arso Timur Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Areal proyek ini di lewati oleh dua aliran sungai, yaitu Sungai Tami di sebelah barat dan Sungai Bewani di sebelah tengah areal.secara makro bentuk lahannya datar dengan ketinggian relatif sama. Ketinggian (elevasi) terdapat dibagian timur areal, yaitu mencapai 125 m dpl, sedangkan daerah sekitar aliran sungai berkisar antara 25 sampai 50 m dpl. Adapun batas lokasi kerja perkebunan dan pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan kota jayapura 2) Sebelah timur berbatasan dengan Negara papua new guine 3) Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten pegunungan bintang 4) Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten jayapura Amdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang dikaji dalam proses Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. 5

6 Kegiatan perkebunan ini dapat dimulai dari kota jayapura menuju kebupaten keerom melalui akses darat. Secara umum kondisi jalan tanah yang kurang ditimbun pasir dan batu. Sehingga susah dillewati kendaraan dan banjir pada waktu hujan. Adapun Kondisi fisik lokasi kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit ini adalah sebagai berikut : 1. Iklim Lokasi areal kerja mempunyai suhu rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan areal hutan primer suhunya adalah 31,0 0 C. kelembaban udara di areal studi ratarata berkisar antara 86% sampai 90%, dengan pelaksanaan pengukuran pada siang hari. kelembaban tertinggi berada pada areal hutan primer. Dengan demikian dapat ditunjukan bahwa kelembaban udara di lokasi kegiatan cukup tinggi. 2. Tanah Secara fisik jenis tanah di areal proyek merupakan lempung liat berdebu. Kelerengannya sebesar 0% - 25% dengan bentuk wilayah datar sampai agak curam (berbukit). Topografi di areal kerja hampir mencapai meter dpl. Sehingga perlu di lakukannya pengujian laboratorium mengenai kualitas tanah tersebut. 3. Geologi Menurut peta geologi keerom/areal proyek terletak pada formasi aluvian yerbentuk dari bahan endapan berupa kerikil, pasir, dan lumpur seluas Ha (95,2%) dan formasi gunung api Jamur seluas 881 Ha (4,8%). 4. Erosi Tanah Kegiatan perkebunan kelapa sawit akan menimbulkan dampak penting pada parameter erosi tanah yang dipengaruhi oleh enam factor utama, yaitu curah hujan, erodibiilitas tanah, panjang kemiringan, gradiean kemiringan, factor penutupan tanah, dan praktek konservasi tanah. 5. Hidrologi dan kualitas air Lokasi wilayah kerja dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi vegetasi sebagai penutup lahan yang akan memberikan pengaruh besar bagi hidrologi dan kualitas air. Hal ini dikarenakan wilayah studi merupakan tipe iklim A dengan curah hujan merata sepanjang tahun. 6

7 6. Sedimentasi Sedimentasi adalah jumlah material tanah berupa kadar lumpur dalam air oleh aliran air sungai yang berasal dari hasil proses erosi di hulu, yang diendapkan pada suatu tempat di hilir dimana kecepatan pengendapan butir-butir material suspense telah lebih kecil dari kecepatan angkutannya. Dari proses sedimentasi, hanya sebagian material aliran sedimen di sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedangkan yang lainnya mengendap di lokasi tertentu selama menempuh perjalanan di sungai. Indicator terjadinya sedimentasi dapat dilihat dari besarnya kadar lumpur di dalam air yang terangkut oleh aliran air sungai. Makin besar kadar sedimen yang terbawa aliran berarti kondisi DAS semakin tidak sehat. 7. Biota perairan Biota perairan terdiri dari plankton, benthos, dan nekton. Plankton merupakan organism renik (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya melayang-layang secara pasif dalam tubuh air, sementara benthos merupakan organism dasar yang dapat terlambat/menempel di permukaan substrak atau relative menetap di dasar perairan. Komposisi jenis-jenis renik dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia perairan (kualitas air). Dengan memperhatikan semua kondisi fisik wilayah rencana kerja atau proyek perkebunan kelapa sawit, Maka kita dapat menyimpulkan bahwa daerah ini bisa dan cocok untuk dilakukan usaha perkebunan kelapa sawit dengan memperhatikan komponen-komponen lingkungannya dan upaya pengelolaan terhadap dampak yang akan terjadi. 7

8 BAB III PEMBAHASAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT SELUAS Ha DENGAN KAPASITAS 65 TON/TBS/HARI 3.1 RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit berdasarkan pertahapannya, sebagai berikut : Tahap Pra-Kontruksi Tahap pra kegiatan terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut : a) Kegiatan Sosialisasi Pada tahap ini dilakukan kegiatan awal yaitu berupa sosialisasi yang merupakan suatu kegiatan yang memberikan penjelasan kepada masyarakat yang berada disekitar wilayah proyek mengenai gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan serta dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut dengan melibatkan instansi teknis terkait. Pada kegiatan ini juga disampaikan tentang pola kemitraan yang akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa melalui pendekatan-pendekatan kepada masyarakat seiring dengan kegiatan awal perkebunan kelapa sawit dan selanjutnya akan dilaksanakan dalam bentuk program pengembangan masyarakat.sosialisasi diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa : 1) Sikap dan persepsi masyarakat, dan 2) Konflik social. Kegiatan ini akan memberikan respon dari masyarakat kepada pemrakarsa, apakah positif atau negatif. Dampak negative dari sosialisasi ini, diantaranya adalah konflik social yang biasa terjadi, yaitu masalah kepemilikan lahan yang digarap oleh masyarakat. b) Penerimaan Tenaga Kerja Dalam pelaksanaan setiap tahap kegiatan perkebunan kelapa sawit mengenai tenaga kerjanya langsung dari penduduk setempat dan dibutuhkan pekerja ± pekerja. Dengan demikian terbuka lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat setempat. 8

9 Terbukanya lapangan pekerjaan akan menimbulkan dampak turunan berupa perubahan tingkat penfapatan dan taraf hidup masyarakat yang diterima (bekerja), pola konsumsi, aktivitas perekonomian, serta adanya pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar areal proyek. Penerimaan tenaga kerja dalam kegiatan ini akan berdampak pada parameter :1) Peluang kerja dan usaha, 2)Mata pencaharian penduduk. 3)Tingkat pendapatan dan taraf hidup, 4) Pertumbuhan perekonomian, dan 5) Sikap dan persepsi masyarakat. c) Mobilisasi Peralatan Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan alat-alat berat maupun kendaraan operasional proyek. Pada pelaksanaan kegiatannya direncanakan akan menggunakan jalur darat dengan menggunakan mobil pengangkut khusus. Kegiatan ini diprakirakan dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalulintas umum sebagai dampak primer jika jalur yang digunakan adalah jalan umum yang selanjutnya berpotensi mengancam keselamatan masyarakat akibat terjadinya kecelakaan dan juga penurunan kualitas udara Tahap Konsruksi Pada tahap konstruksi yang diprakirakan mempunyai dampak potensial yaitu : a) Survey Lahan Dan Penataan Areal Kerja Penataan batas terutama penataan batas luar akan menghasilkan batas hak penggunaan lahan bagi kegiatan perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengurangi kebebasan masyarakat disekitarnya untuk menggunakan lahan tersebut. Diprakirakan kegiatan ini akan menimbulkan dampak potensial, antara lain :1) Sikap dan persepsi masyarakat, 2) Pola kepemilikan lahan, dan 3) Konflik lahan, yang dapat berujung pada konflik social. b) Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkunga, yaitu antara lain :1) Land clearing, 2) Pembuatan teras, 4) Pembuatan (parit), dan 5) Pembuatan jaringan jalan. 9

10 Kegiatan-kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap :1)Komponen daya dukung lingkungan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah, 2) Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia air dan biota air, 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan masyarakat Hilangnya vegetasi akibat land clearing menimbulkan dampak terhadap satwa liar dilindung, vegetasi dilindungi, suhu dan kelembaban udara (iklim mikro) peningkatan laju erosi. Dampak peningkatan laju erosi berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan sedimentasi, penurunan kualitas air (peningkatan TSS) dan biota perairan. Kegiatan pembangunan jalan akan meningkatkan aksebilitas desa-desa atau pemukiman di sekitar areal kerja dan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, baik antar desa maupun pemukiman dan kota maupun pusat-pusat kegiatan perekonomian yang bersangkutan. Kegiatan pembangunan jalan, merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur masyarakat suatu wilayah, sebagai cerminan adanya proses pembangunan ekonomi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat wilayah sekitar areal perkebunan kelapa sawit. Dengan adanya perubahan taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan peningkatan pendapatan dan adanya pembangunan infrastruktur dapat berdampak kepada tingkat pendidikan dan kualitas kesehatan masyarakat. Secara langsung dapat memberikan kemudahan pencapaiannya (peningkatan aksebilitas) bagi masyarakat maupun secara tidak langsung yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan tersebut. Kegiatan land clearing merupakan peluang usaha bagi masyarakat yang berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan pendapatan masyarakat. c) Pembibitan Kegiatan ini yang diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain :1) Pengisian tanah pada polybag, 2) Penanaman kecambah, 3) Transplanting, 4) Penyiraman, 5) Pengendalian HPT bibit,6) Peupukan bibit, 7) Pengendalian gulma, dan 8) Penyeleksian bibit. 10

11 Kegiatan-kegiatan dalam pembibitan dapat memberikan dampak terhadap peluang usaha dan pendapatan masyarakat. Terbukanya peluang usaha masyarakat berpotensi menimbulkan dampak turunan terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang terlibat serta pola konsumsi masyarakat. Selain itu, kegiatan ini terutama menyangkut penggunaan pestisida dan pupuk kimia, juga berpotensi memberikan dampak terhadap kualitas daya dukung lahan, kualitas air dan kondisi flora serta fauna di wilayah proyek. d) Penanaman Kegiatan penanaman yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) penanaman LCC, 2) pemancangan, 3) pembuatan lubang tanam, 4) pemupukan pada lubang tanam, 5) pengangkutan dan pelangsiran bibit, 6) penanaman bibit kelapa sawit, dan 7) pemagaran. Kegiatan penanaman berpotensi menimbulkan dampak terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat berupa upah borong pengangkutan dan penanaman bibit. Hal ini berkontribusi pada terbukanya lapangan usaha yang berdamapak pada tingkat pendapatan dan taraf hidupmasyarakat yang terlibat. Kegiatan pengangkutan dan bibit dari lokasi pembibitan menuju lahan kerja. e) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan 1 s/d TM 1 Pada kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) Penyisipan tanaman, 2) Pengendalian gulma dipiringan secara manual, 3) Pengendalian gulma di jalan panen secara kimia, 4) Pengendalian gulma selektif secara manual, 5) Ablasi, 6) Pemupukan, 7) Sensus tanaman, Penandaan blok tanaman, 8) Pemantauan dan pengendalian HPT, 9) Pemeliharaan jalan, dan 10) Pemeliharaan saluran drainase Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap :1)Komponen daya dukung lahan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah, 2) Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia dan biologi air. 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan masyarakat. 11

12 f) Pembangunan Infrastruktur Sarana dan Prasarana Tahapan kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup adalah pembersihan lahan vegetasi penutup tanah, pematangan lahan dan pendirian bangunan. Pembersihan lahan berpotensi menimbulkan dampak terhadap vegetasi, habitat satwa liar, laju erosi, sedimentasi dan kualitas air permukaan. g) Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit Pendirian bengunan berpotensi menimbulkan dampak terciptanya peluang usaha, pendapatan masyarakat dan adanya resiko kecelakaan kerja. Hilangnya vegetasi penutup tanah akibat pembersihan lahan menimbulkan dampak turunan berupa migrasi satwa liar dan peningkatan laju erosi. Sementara itu, dampak peningkatan laju erosi menimbulkan dampak turunan berupa peningkatan sedimentasi dan penurunan kualitas air permukaan Tahap Operasional Pada tahap ini komponen kegiatan yang akan menimbulkan dampak potensial adalah : a) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan TM Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu antara lain : 1) Pembersihan piringan, TPH, 2) Kalibrasi alat semprot, 3) Pemeliharaan alat semprot, 4) Pengendalian gulma secara manual, 5) Pemupukan dan pruning, 6) Sensus tanaman, dan 7) Pemantauan dan pengendalian HPT. Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap : 1)Komponen daya dukung lahan, mencakup sifat kimia, fisika dan biologi tanah. 2)Komponen agroklimat, 3) Kualitas air, mencakup sifat fisika, kimia dan biologi air, 4) Komponen biologi, mencakup komunitas flora dan fauna, 5) Komponen sosekbud, dan 6) Kesehatan mesyarakat. b) Pemanenan TBS Kegiatan pemanenan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkunga, yaitu antara lain :1) Pemanenan TBS, dan 2) Pengangkutan TBS. 12

13 Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat.selain itu juga, kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Kegiatan pengangkutan TBS juga memberikan dampak terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat, kesehatan dan keselamatan kerja, serta kualitas udara. Dampak terhadap kualitas udara adalah terjadinya peningkatan kadar debu akibat proses pengangkutan TBS dari lokasi panen menuju PKS. c) Pemeliharaan Infrastruktur Sarana Prasarana Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan kerjadan kualitas hidrologi. d) Pengolahan TBS (CPO) dan Limbah PKS Kegiatan ini di perkirakan berpotensi menimbulkan dampak antara lain :1) Terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat, 2) mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, 3) berdampak pada kualitas hidrologi, 4) berpengaruh pada kualitas udara, dan 5) berdampak pada kualitas daya dukung lahan. e) Pengendalian Limbah PKS ( IPAL ) Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak, antara lain : 1)Terciptanya lapangan usaha bagi masyarakat, 2) Mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, 3) berdampak pada kualitas hidrologi, 4) berpengaruh pada kualitas udara, dan 5) berdampak pada kualitas daya dukung lahan. f) Pengamana Areal Proyek Kegiatan penyuluhan, pembuatan papan informasi/ pencegahan/ peringatan beserta fasilitasnya di perkirakan dapat memperbaiki sikap serta dapat menurunkan tekanan masyarakat terhadap keamanan areal proyek dan lingkungan hidup. 13

14 g) Pembinaan dan Pengembangan Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada komponen social ekonomi mayarakat, yaitu peluan bekerja dan peluang berusaha, peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidup, peningkatan pendidikan, pertumbuhan perekonomian, sikap dan presepsi mayarakat. Pada komponen kesehatan berdampak pada komponen sanitasi dan status gisi Tahap Pasca Operasi Pada akhirnaya perkebunan kelapa sawit akan berujung pada akhir kegiaatan yaitu : a) Revegetasi Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak potensial berupa :1)Pemulihan erosi, 2) sedimentasi, 3) kesuburan lahan, 4) meningkatnya potensi vegetasi, dan 5) meningkatnya potensi satwa liar. b) Pemutusan Hubungan Kerja Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak potensial berupa :1) Kesempatan bekerja dan berusaha.2) Sikap dan presepsi mayarakat, dampak ini bersifat langsung ( primer ) c) Demobilisasi Peralatan Kegiatan ini di perkirakan dapat menimbulkan dampak potensial berupa :1) Peluang bekerja dan berusaha.2) Ganguan lalulintas umum sebagai dampak primer jika jalur yang di gunakan adalah jalan umum.dapat mengancam keselamatan masyarakat, dan 3) Sikap dan presepsi mayarakat. d) Pengembalian Areal Kerja. Pada kegiatan ini di perkirakan berpotensi menimbulkan dampak berupa sikap dan presepsi mayarakat, bersifat positif karena dapat memanfaatkan jaringan jalan perkebunan kelapa sawit sebagai jalan umum masyarakat. 14

15 KETERANGAN : MATRIKS KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK KELAPA SAWIT SELUAS Ha DENGAN KAPASITAS 65 TON/TBS/HARI I) TAHAP PRAKONTRUKSI 1. Sosialisasi Kegiatan 2. Penerimaan Tenaga Kerja 3. Mobilisasi Peralatan II) TAHAP KONTRUKSI 4. Penataan Areal Kerja 5. Penyiapan Lahan 6. Pembibitan 7. Penanaman 8. Pemeliharaan, TBM-TM 1 9. Pembangunan Infrastruktur Sarana - Prasarana 10. Pembangunan PKS + IPAL III) TAHAP OPERASI 11. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan 12. Pemanenan 13. Pemeliharaan Infrastruktur 14. Pengolahan Kelapa Sawit 15. Pengendalian Limbah PKS 16. Pengamanan Areal Perkebunan PKS 17. Pembinaan Dan Pengembangan Masyarakat IV) PASCA OPERASI 18. Revegetasi 19. Pemutusan Hubungan Kerja 20. Demobilisasi Peralatan 21. Pengembalian Areal Kerja 15

16 3.3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING KEGIAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Prakiraan dampak rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit, meliputi : Tahap Pra Konstruksi Dampak yang akan dipantau akibat kegiatan pada tahap pra konstruksi, yaitu dantaranya : 1. Sosialisasi Rencana Kegiatan a) Sikap dan Presepsi Masyarakat Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan perkebunan dan pabrk kelapa sawit akan berdampak pada presepsi masyarakat, bahwa masyarakat setuju dan mengharapkan agar perkebunan dan pabrik kelapa sawit dapat memenuhi aspirasi dan keinginan mereka serta adanya penerimaan tenaga kerja dari warga sekitar areal kegiatan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap sikap dan presepsi positif masyarakat adalah sosialisasi rencana kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja a) Peluang Bekerja dan Berusaha Kegiatan ini berdampak terhadap penerimaan tenaga kerja, yaitu tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan dapat membuka lapangan usaha lain. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap tersedianya lapangan pekerjaan dan usaha bagi masyarakat adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit. b) Tingkat Pendapatan dan Taraf Hidup Kegiatan ini berdampak dengan diterimanya masyarakat bekerja dan mendapatkan kemudahan peluang berusaha, maka tingkatan pendapatan penduduk akan bertambah dan berdampak pada peningkatan taraf kehidupan 16

17 masyarakat. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit. c) Pertumbuhan Pusat Perekonomian Kegiatan ini berdampak terhadap pertumbuhan pusat perekonomian yang merupakan dampak turunan dari dampak-dampak yang telah terjkadi sebelumnya. Diharapkan desa-desa disekitar areal kerja perkebunan dan pabrik kelapa sawit akan dapat melengkapi kebutuhan pokoknya melalui pertumbuhan kios-kios yang ada didalam desa, karena perputaran uang akan meningkat dengan masuknya rencana kegiatan terkait. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap tingkat pendapatan dan taraf hidup adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk operasional perkebunan dan pabrik kelapa sawit. 3. Mobilisasi Kegiatan a) Ganguan Lalu Lintas Kegiatan ini berdampak pada gangguan lalu lintas pada ruas-ruas jalan yang dirasakan masyarakat yang berada disekitar lokasi rencana kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit dan juga sungai disekitar lokasi kegiatan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap munculnya gangguan lalu lintas umum adalah pergerakan alat-alat berat yang diperlukan dalam pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. b) Keselamatan Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada keselamatan masyarakat akibat mobilisasi alat-alat yang digunakan selama tahapan persiapan tahapan konstruksi pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit dan juga kepada masyarakat umum pengguna sarana prasarana umum dan operator alat-alat itu sendiri. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap keselamatan masyarakat adalah transportasi alat-alat yang digunakan dalam 17

18 proses pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang dapat meningkatkan kemungkinan kecelakaan lalu lintas Tahap Konstruksi 1. Penataan Areal Proyek a) Konflik Lahan Kegiatan ini berdampak pada konflik lahan yang bersifat negatif, masyarakat akan bereaksi pada saat ladang atau kebun miliknya dipatok pada kegiatan penataan batas areal kerja perkebunan pabrik kelapa sawit dan pemerintah terkait dengan tata batas areal. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap konflik lahan masyarakat adalah kegiatan penataan batas areal kerja perkebunan kelapa sawit. b) Sikap dan Presepsi Masyarakat Kegiatan ini berdampak pada presepsi masyarakat menyatakan setuju dan berharap agar aspirasi dan keinginannya dapat dipenuhi. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap Sikap dan presepsi masyarakat adalah kegiatan penataan batas areal kerja rencana kegiatan. 2. Penyiapan Lahan a) Laju Erosi Kegiatan ini berdampak terhadap terjadinya peningkatan laju erosi pada saat penyiapan lahan di areal kerja perkebunan pabrik kelapa sawit yang negative. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap peningkatan laju erosi tanah adalah kegiatan penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi dan lapisan penutup tanah. b) Laju Sedimentasi Kegiatan ini berdampak terhadap laju sedimentasi, yaitu berupa peningkatan beban sedimen pada badan perairan di sekitar lokasi penyiapan lahan. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap laju sedimentasi adalah kegiatan penyiapan lahan perkebunan pabrik kelapa sawit. 18

19 c) Perusakan Hutan dan Lahan Dampak penting perusakan hutan dan lahan adalah hilangnya flora dan fauna, menurunkan kualitas udara dan menyebabkan konflik social. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan pembakaran kayu/ranting dalam proses penyiapan lahan dan/atau pembuangan bahan-bahan mudah terbakar sembarangan pada areal kerja. d) Tata Guna Air (Hidrologi) Dampak penting terhadap tata guna air adalah terjadinya penurunan kuantitas air yang melewati areal perkebunan pabrik kelapa sawit. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak peda terjadinya erosi serta hilangnya suumber air yang mengakibatkan penurunan debit air sungai. e) Kualitas Air Dampak penting kualitas air adalah terjadinya penurunan kualitas air pada badan perairan di sekitar lokasi penyiapan lahan perkebunan pabrik kelapa sawit. Sumber dampak penting berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi serta sedimentasi. f) Biota Perairan Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap biota perairan berasal dari kegiatan penyiapan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi, sedimentasi hidrologi dan kualitas air. g) Iklim Mikro Dampak penting Iklim mikro adalah terjadinya perubahan iklim mikro akibat pembersihan lahan pada kegiatan penyiapan lahan. Dengan masuknya cahaya matahari akibat pembersihan lahan ke dalam lantai kebun akan meningkatkan suhu, mengurangi kelembaban di dalam perkebunan kelapa sawit. Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap iklim mikro adalah kegiatan penyiapan lahan, khususnya pembersihan lahan. h) Satwa Liar Dilindungi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap penurunan jenis dan populasi satwa liar dilindungi adalah kegiatan 19

20 penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi sebagai habitat satwa liar dilindungi. i) Aksebilitas Dampak penting dari kegiatan aksebilitas adalah kemudahan aksebilitas bagi masyarakat setempat berupa pembangunan jalan poros saja tetapi juga akibat aktifnya lalu lintas di sekitar areal kerja. j) Peluang Bekerja dan Berusaha Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja dan berusaha adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat sekitar areal kerja untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja dan berusaha. k) Mobilitas dan Persebaran Penduduk Dampak penting dari kegiatan ini adalah terbukanya kesempatan untuk meningkatkan perekonomian melalui Mobilitas dan persebaran penduduk perkebunan kelapa sawit. 3. Pembibitan a) Populasi hama penyakit tanaman Dampak penting dari kegiatan ini adalah meningkatnya populasi hama penyakit tanaman yang dapat mengganggu kelestarian tanaman lainnya. b) Sikap dan presepsi masyarakat Dampak ini adalah dampak turunan dari dampak populasi hama penyakit tanaman. Agar dapat mengelola tanaman dengan baik dan benar. 4. Penanaman a) Laju Erosi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhadap peningkatan laju erosi tanah adalah kegiatan pembuatan lubang untuk bibit kelapa sawit yang menghasilkan tanah hasil galian dan penanaman. b) Laju Sedimentasi 20

21 Dampak laju sedimentasi merupakan dampak lanjutan dari dampak erosi, akibat kegiatan penanaman cenderung bersifat negatif yaitu terjadinya peningkatan sedimentasi pada badan sungai yang berhulu atau melewati lokasi kegiatan perkebunan. Sehingga mempengaruhi kualitas hidrologi, kualitas air dan kualitas kesuburan lahan. Dengan melakukan pengelolaan yang baik maka laju sedimentasi dapat diminimalisir bahkan dapat dihindari. c) Iklim Mikro Dampak positif iklim mikro adalah terjadinya perubahan iklim mikro akibat penanaman. Juga akan mempengaruhi suhu dan kelembaban areal perkebunan kelapa sawit d) Kualitas Air Dampak kualitas air merupakan dampak lanjutan dari dampak erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh erosi tanah selama kegiatan penanaman yang bersifat negatif yaitu terjadinya penurunan kualitas air sungai yang melewati areal kerja. e) Biota Perairan Dampak biota perairan merupakan dampak lanjutan dari dampak kualitas air, sedimentasi dan erosi yang disebabkan oleh kegiatan penanaman yang bersifat negatif yaitu terjadi penurunan kualitas biota perairan yang melewati areal kerja. 5. Pembangunan Bangunan Perusahaan dan PKS a) Peluang bekerja dan Berusaha Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja dan berusaha adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat sekitar areal kerja untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja dan berusaha. b) Tingkat Pendidikan 21

22 Dampak penting dari parameter pendidikan dalam kegiatan pembangunan bangunan dan PKS adalah peningkatan bangunan dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. 6. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) a) Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (ph) tanah. b) Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO Tahap Operasi 1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan a) Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (ph) tanah. b) Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO 4. c) Satwa Liar Dilindungi Komponen kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terhdap penurunan jenis dan populasi satwa liar dilindungi adalah kegiatan penyiapan lahan yang menghilangkan vegetasi sebagai habitat satwa liar dilindungi. d) Biota Perairan Dampak biota perairan merupakan dampak lanjutan dari dampak kualitas air dan pemupukan yang disebabkan oleh kegiatan peliharaan TM yang bersifat negatif yaitu terjadi penurunan kualitas biota perairan yang melewati areal kerja. 22

23 2. Pemanenan a) Peluang Bekerja Dampak penting dari kegiatan peluang bekerja adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat sekitar areal kerja untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya melalui peluang bekerja. 3. Pengolahan TBS (CPO) dan Limbah PKS a) Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (ph) tanah. b) Kualitas Kimia Air Sungai Dampak penting dari kegiatan ini adalah kandungan oksigen terlarut (DO), BOD,Fe, dan PO Pembinaan Kebun Plasma a) Kesuburan Tanah Dampak penting dari kegiatan ini pada sifat kimia tanah yaitu keseimbangan N-tanah, Pospor, dan Kalium yang tersedia dan tingkat keasaman (ph) tanah Tahap Pasca Operasi 1. Pemutusan Hubungan Kerja Sama a) Peluang Bekerja Dampak penting dari tahap ini adalah hilangnya kesempatan kerja untuk meningkatkan perekonomiannya pada perkebunan pabrik kelapa sawit. b) Sikap dan Presepsi Masyarakat Dampak penting dari tahap ini adalah kekecewaan masyarakat akibat kehilangan pekerjaan karena pengembalian areal kerja. 2. Demolitas Peralatan a) Gangguan Lalu Lintas 23

24 Kegiatan ini akan berdampak kepada gangguan lalu lintas pada ruas jalan yang ada di sekitar lokasi rencana kegiatan perkebunan pabrik kelapa sawit. b) Keselamatan Masyarakat 3. Pengembalian Areal PKS a) Sikap dan Presepsi Dampak penting dari tahap ini adalah kekecewaan masyarakat akibat kehilangan pekerjaan karena pengembalian areal kerja. BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut : 1) Dalam melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit harus diperhatikan AMDALnya menyangkut tahapan-tahapan pekerjaan pembangunan, seperti : Tahap Pra Kontruksi, Tahap Kontruksi, Tahap Operasi dan Tahap Pasca Operasi. Karena tahapan-tahapan ini saling mempengaruhi/saling mendukung dalam hal pembangunan suatu usaha/kegiatan yang akan berlangsung. 2) Perkebunan kelapa sawit selain memberikan dampak-dampak positif juga memberikan dampak-dampak negatif, seperti adanya penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air, penurunan kualitas/kesuburan tanah, peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan potensi vegetasi serta kebisingan, kecelakaan kerja dan sebagainya. 4.2 SARAN Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut : 1) Bagi pemrakarsa, dan pemerintah diharapkan agar dapat melakukan kegiatan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat di lokasi kerja agar tidak terjadi kesalahan pahaman yang berarti. 2) Bagi masyarakat diharapkan dapat menerima adanya kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut agar dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup serta adanya kemajuan dalam sector perkebunan terkait. 24

25 DAFTAR PUSTAKA Canter, L.W., and L.G. Hill Handbook of Variable for Environmental Impact assessment. An Arbor Science, Publishing Inc.Michigan. Soeratmo, Gunawan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sastroutomo, M.M., Suwandi dan Panjaitan, A Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Kumpulan Makalah Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pekanbaru. Barber, S.A Soil Nutrient Biovailability: A Mechanistic Approach, Second ed. 414p. New York: Jhon Wileydan Sons. Dokumen AMDAL BAPESDALH, Provinsi Papua, Upaya Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit. 25

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

Prosedur Pelaksanaan ANDAL Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) OLEH: KELOMPOK I HERI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan

Lebih terperinci

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) PENGERTIAN, MANFAAT DAN PROSES Dr. Elida Novita, S.TP, M.T Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA PT. ALNO AGRO UTAMA/PMA NAMA DOKUMEN Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Kebun Sumindo di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian secara tradisional dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber utama pangan dan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) SARI Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah yang

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki potensi pertambangan yang sangat potensial. Secara geologist Indonesia berada pada tumbukan dua lempeng besar yaitu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG A. Kondisi Lahan Bekas Tambang Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai Negara yang berkembang, terus berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan pembangunan disegala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN

Lebih terperinci

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun (Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun AMDAL mrp alat utk merencanakan tindakan preventif thd kerusakan lingk yg akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR ISBN 978-602-9092-54-7 P3AI UNLAM P 3 A I Penulis : Editor : Dr. rer. nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, MP Cetakan ke 1, Desember 2012 Peringatan Dilarang memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya alam tambang di kawasan hutan telah lama dilakukan dan kegiatan pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Namun demikian, air akan berdampak negatif apabila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. kabupaten Temanggung secara

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan Kebun Kumai di bangun tahun 1982 sesuai dengan SK Gubernur Kalimantan Tengah No DA/22/D.IV.III/III/1982 tanggal 29 maret 1982 tentang pencadangan areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah 1 LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Analisis Menengenai Dampak Lingkungan OLEH : ARDANA KURNIAJI

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2 Lampiran 1a. Matriks Rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Rencana Institusi 1. KUALITAS UDARA Penurunan kualitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan pada FIELD TRIP THE FOREST DIALOGUE KE PT. WINDU NABATINDO LESTARI PUNDU, 17 MARET 2014 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, selain beberapa desa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 267, 2000 LINGKUNGAN HIDUP.TANAH.Pengendalian Biomasa. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul ini akan berisi prtunjuk tentang bagaimana cara menganalisa dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi akibat dari proses bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci