BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diteliti. Sebelumnya penulis akan membahas mengenai asal mula Sepu dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diteliti. Sebelumnya penulis akan membahas mengenai asal mula Sepu dan"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Asal Mula dan Kegunaan Sepu Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang berupa hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai masalah yang diteliti. Sebelumnya penulis akan membahas mengenai asal mula Sepu dan kegunaannya dalam masyarakat Toraja. Sepu dalam bahasa Indonesia berarti kantong yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang yang berukuran kecil. Agar lebih mudah di pakai dan praktis untuk dibawa kemana saja dan kapan saja, pada umumnya Sepu berukuran sekitar 30cm x 25cm. Tas tangan khas Toraja ini terbuat dari pa tannun (kain tenun) khas Toraja dengan bahan dasar serat daun nenas dan kapas, hingga saat ini masih dibuat secara manual. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai empat warna dasar yang menjadi filosofi hidup masyarakat Toraja, warna-warna tersebut juga diterapkan dalam penggunaan warna kain di tengah masyarakat khususnya dalam perayaan upacara adat Rambu tuka (sukacita) dan Rambu solo (dukacita). Dalam perayaan Rambu tuka warna yang umum digunakan ialah kuning, merah dan putih, sedangkan dalam peryaan Rambu solo ialah warna hitam, merah dan putih. Penerapan pengunaan warna tersebut tidak hanya melalui pakaian, namun juga pengunaan Sepu tersebut. Dalam masyarakat Toraja, Sepu (kantong) berfungsi untuk menyimpan barang-barang yang berukuran kecil untuk kehidupan sehari-hari, namun dalam 37

2 perayaan upacara adat, Sepu berfungsi untuk menyimpan pangan seperti, sirih, kapur, kalosi (pinang), golla-golla (permen), rokok, dan lain-lain. Barang-barang tersebut dibawa untuk disuguhkan kepada tamu yang hadir dalam perayaan, baik itu dalam upacara Rambu tuka ataupun Rambu solo. Dibeberapa daerah bagian Sa dan Toraja Utara juga menggunakan Sepu sebagai simbol ziarah bagi keturunan yang tidak ikut dalam perayaan Rambu Solo dan tidak dapat pergi ke liang atau patane dimana jenazah di kuburkan, Sepu digantung di atas tongkonan sebagai wadah untuk anak cucu meletakkan sesajian yang akan diberikan kepada nenek atau orangtua yang telah meninggal. Di daerah Tallulembangna 1 (Makale), warna-warna tersebut masih terikat pada status sosial masyarakatnya. lino dolo makpio pa tau. Ya manna den to kain di tannun manual unpake bannang pondan di dasi dadi sambuk sia bayu karung (pondan), warnanya krem putih. Sa si sidi pa tu kain tonna attu, dadi ya to unpakei yamanna to kapala-kapala lan Rambu solo sia Rambu tuka. Artinya : Pada zaman dulu, orang-orang masih menggunakan pio 2. Saat itu hanya ada kain yang ditenun secara manual menggunakan benang pondan 3 yang dijahit menjadi sarung dan baju karung pondan, dan berwarna krem putih. Karena pada saat itu kain hanya sedikit, jadi yang menggunakannya hanya para tetua-tetua adat dalam upacara Rambu solo dan Rambu tuka Dalam penjelasan di atas, Bapak Amos 4 mengungkapkan bahwa karena dulu sangat terbatas dalam memproduksi kain, dan bahan yang didapatkan hanya dari serat daun nenas yang berfungsi sebagai benang, lalu di tenun dan di jadikan kain 1 Sekarang lebih dikenal dengan Kecamatan Makale, termasuk dalam Kabupaten Tana Toraja 2 Pio = daun kering yang digunakan untuk menutupi badan 3 Pondan = Buah nenas 4 Amos Andaso Ranteallo, tetua adat di kampung adat Ke te Kesu 38

3 maka dari itu kain-kain tersebut hanya boleh di gunakan oleh orang-orang dari lapisan Tana Bulaan dan Tana Bassi sebagai tokoh agama dan kapala lembang (kepala desa). Namun sejak datangnya kaum penjajah dari negeri luar, masyarakat mulai mengenal jenis-jenis kain yang beragam. Umumnya penggunaan Sepu dipadu padankan dengan warna sambu (sarung) yang digunakan oleh seseorang. Dalam upacara Rambu tuka, umumnya orang akan menggunakan sambu dan Sepu mararang, mabusa, dan mariri ; sedangkan dalam upacara Rambu solo orang akan menggunakan sambu dan Sepu malotong, mararang, dan mabusa. Gambar 5.1 : Sepu kuno dari bahan pondan Di daerah Tallulembangna, jika keluarga dari Tana Bulaan atau Tana Bassi mengadakan upacara entah itu Rambu tuka maupun Rambu solo maka keluarga akan menggunakan warna-warna tersebut dan duduk di atas alang 5 selama upacara berlangsung. 5 Tempat yang berfungsi sebagai lumbung padi di bagian langit-langitnya, dan tempat untuk beristirahat di bagian bawahnya. Alang di bangun tepat berhadapan dengan Tongkonan. 39

4 Yake lan upacara aluk todolo, tek na ma din sitammu tu mariri sia malotong, sa inang senga sia mi ya battuananna to. Yake dolo, kenna den tu mariri sia malotong sitammu lan rambu solo atau rambu tuka langsung mo male rokko salu raka atau tama pangala metamba langan puang matua agi na tek na sengkei deata dao langi. Artinya : Jika dalam upacara aluk todolo, tidak diperkenankan warna kuning bertemu dengan warna hitam, karena pada dasarnya kedua warna tersebut memiliki makna yang berbeda. Orang-orang pada zaman dulu, jika melihat ada warna kuning dan hitam dalam satu upacara entah itu dalam Rambu solo maupun Rambu tuka, para tetua akan pergi ke tepi sungai atau ke dalam hutan berdoa kepada puang matua agar tidak mendapat hukuman dewa dari langit. Amos menjelaskan lebih lanjut, bahwa pada dasarnya dibeberapa daerah di Toraja sekarang ini mengaku bahwa tidak lagi ada pembedaan strata sosial melalui penggunaan kain baik itu dari baju adat, sambu maupun Sepu. Namun jika diteliti lebih dalam, maka akan ditemukan bahwa tiap pemangku kekuasaan dalam satu daerah masih menerapkan penggunaan warna tersebut sebagai penanda identitas sosial mereka. Tidak dipungkiri jika dalam lembang (kampung) tertentu jika pemangku kekuasaan hadir dalam perayaan adat, sekalipun dia bukan keluarga dari tuan rumah, namun untuk menunjukkan bahwa dia adalah orang yang memiliki kuasa di daerah itu, ia akan menggunakan baju, sambu maupun Sepu yang berwarna putih atau merah. Berdasarkan bentuknya, Sepu dibedakan atas dua jenis, yaitu Sepu biasa dan Sepu disusui. Hal ini dapat dilihat dari motif hiasannya, pada Sepu biasa tidak terdapat jahitan di kedua ujungnya, sedangkan pada jenis Sepu disusui terdapat jahitan lancip pada kedua ujungnya. Dalam perayaan adat, hanya orang-orang tertentu saja yang boleh duduk di atas alang, yaitu keluarga dari tuan rumah dan tamu undangan atau tetua-tetua adat. 40

5 Damaris Tangkelangi, salah seorang pengrajin Sepu di daerah Ke te Kesu yang telah menjalani profesi tersebut selama kurang lebih 40 tahun menjelaskan, perbedaan tersebut memiliki arti tersendiri, yang ditujukan kepada penggunanya. Pada Sepu biasa, ditujukan untuk digunakan oleh laki-laki, sedangkan Sepu disusui digunakan oleh perempuan. Bagian ujung yang merujuk pada payudara wanita Gambar 5.2 : Sepu disusui untuk perempuan Sumber : www. bisnistoraja.blogspot.co.id Disusui itu artinya sama dalam bahasa Indonesia, kedua ujung tas tersebut melambangkan bentuk susu perempuan (payudara). Untuk membedakan Sepu yang digunakan wanita dan laki-laki yah dengan model yang seperti itu. Sepu biasa yang ditujukan untuk digunakan oleh laki-laki umumnya tidak memiliki model tertentu atau polos, namun ada juga beberapa yang terdapat tambahan jahitan kain tenun dengan posisi horizontal di bagian atas Sepu. Sedangkan pada Sepu disusui, selain bentuk di kedua ujungnya, juga terdapat tambahan jahitan kain tenun atau manik-manik dengan posisi horizontal di bagian atas Sepu. Selain itu Damaris juga menjelaskan secara singkat, mengapa ada Sepu 41

6 yang diberikan hiasan manik-manik namun juga ada yang di jahitkan kain tenun biasa. Gambar 5.3 : Sepu untuk Laki-laki Sumber : kalau dulu itu semuanya sama saja, sama-sama pakai kain karung atau kain tenun. Sekarang ada yang pakai manik-manik itu hanya tambahan hiasan saja. Selain itu, kan salah satu penanda perhiasan perempuan itu kan adalah kandaure yang terbuat dari manik-manik. Yah dengan kata lain, manik-manik pada Sepu itu sebagai hiasan agar cantik dilihat seperti kalau perempuan toraja yang terlihat cantik menggunakan kandaure Seiring dengan berkembangnya zaman, keberadaan Sepu sebagai salah satu aksesoris adat dalam masyarakat Toraja perlahan mulai semakin diminati oleh masyarakat Toraja bahkan wisatawan dalam dan luar negeri, bahkan sekarang ini Sepu tidak hanya digunakan dalam perayaan adat, namun untuk kehidupan seharihari. Sepu secara sepintas memang bukanlah benda yang memiliki nilai sakral yang menjadi patokan kepercayaan masyarakat Toraja, namun dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa dibalik ketidak-sakralan tersebut, terdapat pesan yang 42

7 tersembunyi dan tersirat dalam aksesoris berbentuk tas ini dan belum terkuak ke permukaan. 5.2 Analisis Makna pada Sepu dengan Menggunakan Teori Roland Barthes BAGAN ROLAND BARTHES Artefak Budaya Sepu Model Warna Motif Jenis kain Aksesoris Denotasi (the first order semiological system) Konotasi (the second order semiological system) Mitos Pesan/ Makna ( Denotasi-Konotasi dan Mitos dalam Teori Semiotik Roland Barthes ) Makna dibalik model Sepu a. Makna denotasi model Sepu Model Sepu terbagi atas dua bentuk yaitu terdapat garis horizontal berwarna merah pada bagian atas Sepu dan terdapat jahitan manik-manik atau jahitan biasa di bagian bawah garis merah, sedangkan 43

8 yang kedua ialah terdapat garis horizontal pada bagian atas yang berwarna merah dan di bagian tengah juga terdapat jahitan manik-manik atau jahitan biasa, dan juga jahitan berbentuk lancip di kedua ujung Sepu. Bagian merah yang ada pada semua jenis sepu Bagian ujung yang merujuk pada payudara wanita Gambar 5.4 : model dan motif pada sepu lotong b. Makna konotasi model Sepu Model pertama biasanya disebut sebagai Sepu biasa. Sepu yang diperuntukkan untuk kaum pria ini dengan model garis horizontal pada bagian atas Sepu ini memiliki makna bahwa sebagai seorang pria yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang melindungi dan pengambil keputusan dalam keluarga intinya, dan dalam kedudukannya di tengah masyarakat memiliki posisi yang sama dengan 44

9 kaum wanita dalam hal pemilihan ketua adat, mengikuti ritual-ritual adat, dan dalam pembagian harta warisan keluarga. Sedangkan pada model kedua yang disebut juga sebagai Sepu disusui, Sepu tersebut diperuntukkan untuk kaum wanita, dengan model garis horizontal pada bagian tengahnya yang memiliki makna perempuan sebagai ibu rumah tangga yang berada dibawah kedudukan pria sebagai kepala rumah tangga namun memiliki kedudukan yang sama dalam lingkungan masyarakatnya dengan posisi kaum pria, dan melalui model lancip pada kedua ujung Sepu, yang menggambarkan payudara wanita, terdapat makna dimana perempuan memiliki tanggung jawab untuk mengurus segala keperluan rumah tangga baik itu urusan dapur, hingga kebutuhan anak yaitu menyusui. Garis merah pada model Sepu baik itu yang diperuntukkan untuk laki-laki atau perempuan, baik itu dari golongan manapun, semua manusia itu memiliki darah merah dan memiliki peran mereka masingmasing dalam tatanan kehidupan masyarakat. c. Mitos Masyarakat Toraja memiliki pandangan terhadap aspek gender yang unik dan telah diwariskan dari nenek moyang, terutama di beberapa daerah. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Toraja khususnya di daerah Tallulembangna dan Ke te Kesu memiliki pembagian peran dan area kerja yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki 45

10 peran yang bersifat maskulin dan publik sedangkan peran yang dimiliki perempuan Toraja cenderung bersifat feminim dan domestik. Namun, masyarakat Toraja juga memiliki penghormatan yang lebih terhadap salah satu gender, yaitu perempuan. Penghormatan tersebut tampak pada perlakuan terhadap jenazahnya. Jumlah hewan yang dikurbankan untuk jenazah perempuan lebih banyak dari jenazah laki-laki, hal ini berlaku dalam keluarga yang berasal dari kaum Tana Bulaan dan Tana Bassi. Dalam masyarakat Toraja juga mengenal adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam pemilihan ketua adat, mengikuti ritual-ritual adat, dan dalam pembagian harta warisan keluarga. Perempuan dilambangkan dengan payudara, karena masyarakat Toraja memandang perempuan memiliki peran sangat besar dalam kehidupan manusia, manusia lahir dari rahim perempuan dan air susu ibu adalah sumber kehidupan bagi anak baru lahir. Garis merah berada pada bagian atas menunjukkan mengenai sebuah awal kehidupan, awal sebuah tanggung jawab. Sekalipun masyarakat Toraja dalam struktur sosialnya terbagi atas empat bagian, namun mereka sadar akan peran dan tanggung jawab mereka masingmasing. Kesadaran tersebut juga membawa masyarakat Toraja akan kepercayaan bahwa semua manusia itu sama, dalam hal ini sama-sama memiliki darah merah, memiliki kehidupan di dunia ini dengan tanggung 46

11 jawab masing-masing. Jika melihat keberadaan manusia baik itu dari model, motif, maupun warna Sepu yang membedakan gender dan status sosial, namun semua Sepu memiliki model garis merah yang sama Makna dibalik Warna Sepu a. Makna denotasi warna Sepu Warna Sepu pada umumnya terdapat empat jenis warna, dan warna-warna tersebut berdasarkan pada warna dasar dalam masyarakat Toraja, yaitu mabusa (putih), mararang (merah), mariri (kuning) dan malotong (hitam). b. Makna konotasi warna Sepu Berdasarkan warna di atas, masing-masing warna mereprentasikan status sosial penggunanya dalam masyarakat. Warna mabusa (putih) yang melambangkan warna tulang sebagai simbol kehidupan manusia, yang mana warna tersebut juga dapat berarti sebagai lambang kesucian, kemurnian dan kebijaksanaan seseorang dari tutur kata dan perilakunya yang tidak bercela. Warna mararang (merah) juga melambangkan warna darah manusia sebagai simbol kehidupan. Selain itu juga dapat diartikan sebagai warna api yang membara, semangat seorang pemberani yang berapi-api. Sedangkan pada warna mariri (kuning), warna yang melambangkan kebahagiaan, sukacita, 47

12 merepresentasikan warna matahari yang bersinar, melambangkan sebuah kebebasan. Gambar 5.5 : sepu mabusa dan sepu malotong Sumber : Terakhir yaitu warna malotong (hitam), warna yang melambangkan kegelapan, kematian, kedukaan, namun juga dapat dilihat sebagai warna yang memiliki arti adanya kehidupan yang terbelenggu dan tidak merdeka atau bebas. c. Mitos Bagi masyarakat Toraja, terdapat empat jenis warna yang menjadi falsafah hidup masyarakat Toraja yaitu mabusa (putih), mararang (merah), mariri (kuning), dan malotong (hitam). Masingmasing warna tersebut merepresentasikan strata sosial yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Toraja. Warna mabusa (putih), merupakan warna yang diperuntukkan untuk kaum Tana Bulaan, Tana Bulaan, adalah lapisan bangsawan tinggi sebagai pewaris yang dapat menerima sukaran aluk atau dapat 48

13 dipercayakan mengatur aturan hidup dan memimpin agama. Dalam kepercayaan Aluk Todolo, golongan ini adalah para pandita-pandita (pendeta) yang dipercaya sebagai keturunan yang ditunjuk oleh Puang Matua sebagai orang-orang yang suci, bijaksana baik dari tutur kata dan perilakunya. Untuk menandakan kesucian dan kebijaksanaan tersebut, diberilah penanda warna putih sebagai simbol jiwa yang bersih dan tidak bercela. Warna putih juga melambangkan warna tulang manusia sebagai simbol kehidupan. Golongan Tana Bulaan sebagai keturunan yang suci, haruslah bersikap dan bertutur yang baik dan dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Warna mararang (merah) merupakan warna yang diperuntukkan untuk kaum yang berasal dari Tana Bassi, Tana Bassi adalah lapisan bangsawan menengah sebagai pewaris yang dapat menerima Maluangan Ba'tang atau ditugaskan mengatur kepemimpinan dan melakukan pencerdasan terhadap rakyat. Dalam hal ini golongan Tana Bassi dalam masyarakat berperan sebagai pengambil keputusan dalam lingkungan adat masyarat Toraja, terutama dalam pelaksanaan upacara adat Aluk Todolo, sebagai pemimpin keluarga atau kampung, golongan inilah yang diberi kepercayaan untuk memutuskan sesuatu. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang berani, dan dalam hal ini, warna merah merupakan simbol untuk jiwa yang berani dan berapi-api. Warna merah juga melambangkan warna merah darah manusia, simbol kehidupan. 49

14 Golongan Tana Bassi direpresentasikan melalui warna merah, merah yang berarti berani dan berapi-api, merah yang memiliki arti kehidupan, dimana golongan ini haruslah menjadi orang yang berada didepan dalam peperangan, pengambil keputusan yang akan menjadi penentu nasib bagi masyarakat didaerah yang ia pimpin. Golongan Tana Bassi lebih dikenal dengan sebutan Anak Patalo yang berarti anak pemenang. Gambar 5.6: sepu mararang dan sepu mariri Sumber : Mariri (kuning) merupakan warna yang diperuntukkan bagi kaum Tana Karurung, Tana Karurung adalah lapisan rakyat kebanyakan yang merdeka, tidak pernah diperintah langsung dan juga merupakan pewaris yang dapat menerima sebagai Pande, yakni tukangtukang dan orang terampil. Golongan ini merupakan golongan yang bebas dan tidak memiliki tuan bahkan hamba, golongan ini terdiri dari seniman-seniman yang memiliki jiwa dan pemikiran yang bebas. Warna 50

15 kuning merepresentasikan hidup golongan Tana Karurung, dimana warna kuning tersebut merupakan simbol dari warna matahari, warna kebebasan yang bersinar, warna yang membawa sukacita, oleh karena itu golongan yang membawa warna ini berasal dari masyarakat yang membawa hiburan bagi orang-orang disekitarnya melalui keterampilan kesenian yang mereka miliki, baik itu sebagai penyanyi, penari, pemahat, dan lain-lain. Yang terakhir ialah warna malotong (hitam), warna ini diperuntukkan bagi kaum Tana Kua-kua, Tana Kua-kua adalah lapisan rakyat yang paling bawah (hamba) yang dapat menerima tanggung jawab sebagai pengabdi atau biasa disebut Matutu Inaa. Golongan ini menjadi hamba bagi golongan Tana Bulaan dan Tana Bassi. Warna hitam dalam kepercayaan masyarakat Toraja, sebenarnya berasal dari arang belanga. Sekalipun dalam pengertian umumnya warna hitam merupakan lambang kedukaan yaitu kegelapan dan kematian, namun melihat warna hitam sebagai pengunaan dalam bentuk kain dan sebagai penanda strata sosial, warna hitam diartikan sebagai warna kegelapan, tidak mengandung kesucian, keberanian bahkan sukacita didalamnya. Warna yang melambangkan bayangan yang selalu mengikuti tuannya. Oleh karena itu, golongan Tana kua-kua yang tidak memiliki kebebasan seperti para seniman dan keberanian seperti para Anak Patalo, bahkan tidak memiliki jiwa yang suci untuk menjadi teladan, berada pada lapisan paling bawah 51

16 dalam tatanan struktur sosial masyarakat Toraja. Dimana para kaum hamba ini selalu menjadi bayangan bagi para tuannya bahkan hingga tuannya masuk kedalam liang batu Makna dibalik Motif Sepu a. Makna denotasi motif Sepu Motif Sepu dapat dilihat sebagai berikut, pada bagian sisi kanan dan kirinya terdapat jahitan tipis dengan menggunakan benang yang berwarna-warni seperti kuning, merah, dan hijau. Pada bagian sisi kanan dan kiri, garis tersebut dijahit secara vertical dan mengapit pola jajargenjang, lalu pada bagian tengah sepu, terdapat jahitan dengan benang tipis seperti pada sisi Sepu, namun jahitan tersebut mengapit pola jajargenjang dalam baris tersebut sama seperti pola pada jahitan vertikal.. b. Makna konotasi motif Sepu Motif jahitan vertikal dengan baris garis tipis yang terdiri dari beberapa warna pada sisi kanan dan kiri Sepu tersebut menggambarkan mengenai hubungan manusia dengan alam. Dalam ajaran Aluk Todolo, manusia dan alam haruslah dapat saling menjaga satu sama lain, dalam hal ini masyarakat Toraja dari golongan manapun harus menjaga hubungannya dengan alam, menjaga dan melestarikan alam, berdiri sejajar untuk menjaga bumi yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Sedangkan pola jahitan pada bagian tengah Sepu dalam bentuk baris 52

17 garis tipis horizontal dan pada bagian tengahnya terdapat pola jajargenjang, menggambarkan mengenai hubungan masyarakat meskipun terbagi dalam beberapa golongan namun hubungan yang harmonis dan sejajar dalam menjalankan peran masing-masing harus tetap terjaga satu sama lain, dan untuk menjaga keharmonisan dan ketentraman tersebut, dibutuhkan aturan yang menjadi dasar bagi masyarakat Toraja untuk menjadi teladan dalam bertutur dan berperilaku yang baik dan jujur agar tidak mendapat hukuman dari Yang Maha Kuasa. c. Mitos Motif-motif pada Sepu dalam masyarakat Toraja menggambarkan mengenai kedudukan manusia atau seseorang dalam lingkungannya baik itu dengan masyarakat atau dengan alam. Motif yang pertama barisan garis tipis vertikal pada sisi Sepu yang menyerupai motif tenun borong-borong, yang terdiri dari garis tipis warna-warni. Dalam kehidupan masyarakat Toraja, manusia yang hidup berdampingan dengan alam harus menjaga hubungan yang baik, terutama dalam kepercayaan aluk todolo, para deata-deata yang telah menata alam sedemikian rupa hingga dapat ditinggali oleh manusia, maka sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk menjaganya agar kelak deatadeata dapat memberikan kemakmuran dan kesuburan pada tanah mereka berpijak dan tidak menurunkan hukuman bagi masyarakat disitu karena 53

18 lalai dalam menjaga alam ini. Maka dari itu, semua lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga alam ini. Motif yang kedua yaitu baris garis tipis horizontal yang menyerupai ukiran pa sulan sangbua (pa sulan = sulaman, sangbua = tunggal), yang merupakan simbol kebesaran bagi golongan Tana Bulaan dan Tana Bassi. Pola jajarganjang pada bagian tengah melambangkan tentang kehidupan golongan Tana Bassi dan Tana Bulaan yang sempurna yang hanya dimiliki oleh para pemuka agama dan pemimpin adat/desa, yang memiliki peran sebagai teladan dan pengatur kehidupan masyarakat, sedangkan motif segitiga yang mengapit kesempurnaan tersebut melambangkan Motif borong-borong Motif Pa sulan Sangbua Gambar 5.7 : motif borong-borong dan pa sulan sangbua tentang kedudukan manusia dan alam, manusia hidup berdampingan dengan alam, dan para pemuka agama mengajarkan bagaimana alam 54

19 tersebut menjadi pemberian yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dan bagaimana para pemimpin desa mengajarkan kepada masyarakat bagaimana membangun kehidupan dengan memanfaatkan kekayaan alam yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa Makna dibalik Jenis Kain Sepu a. Makna denotasi jenis kain Sepu Sepu dibuat menggunakan kain tenun ikat yang berbahan serat daun buah nanas yang dicampur dengan kapas sehingga menghasilkan benang yang kuat dan lembut. Pada bagian ujung/atasnya terdapat pola tenunan yang bergaris horizontal. b. Makna konotasi jenis kain Sepu Pola horizontal yang berada pada ujung atau batas kain, dalam hal ini pada bagian atas Sepu memiliki arti kemewahan, elegan dan kesederhanaan. Namun juga dapat diartikan sebagai posisi manusia sebagai penjaga hubungan manusia dengan alam dan manusia dilingkungannya. Atau menunjukkan manusia yang memiliki keterbatasan. c. Mitos Kain tenun dalam masyarakat Toraja merupakan salah satu warisan leluhur yang memiliki arti tersendiri. Salah satunya ialah jenis kain tenun ikat paramba, kain tenun ini terbuat dari bahan yang sama dengan kain tenun lainnya, yaitu menggunakan bahan dasar serat daun 55

20 buah nenas dan kapas. Namun yang membuat tenun paramba ini berbeda ialah pola tenunannya yang berada pada ujung kain. Gambar 5.8 : Kain tenun Pamiring Sumber : Makna pola tenunan paramba ini bagi masyarakat Toraja ialah menunjukkan posisi manusia yang pada akhirnya memiliki peran yang sama untuk saling menjaga dalam lingkungan masyarakatnya, semua golongan harus menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia juga dengan lingkungan tempat mereka berpijak Makna dibalik Aksesoris Sepu a. Makna denotasi aksesoris Sepu Aksesoris pada Sepu ini menyerupai manik-manik biji yang dijahitkan mengikuti motif pada Sepu. Manik-manik tersebut umumnya terdiri dari warna hitam, merah, oranye, kuning dan putih. 56

21 b. Makna konotasi aksesoris Sepu Manik-manik biji melambangkan perhiasan yang dimiliki oleh kaum bangsawan, menunjukkan kemewahan, keanggunan, sisi yang feminim. Dengan kata lain perhiasan ini cenderung ditujukan bagi kaum perempuan dari golongan bangsawan. Gambar 5.9 : Sepu dengan hiasan manik-manik Sumber : c. Mitos Dalam masyarakat Toraja, kandaure yang terbuat dari manikmanik batu ditujukan sebagai perhiasan untuk kaum perempuan, sedangkan perhiasan untuk kaum laki-laki ialah gayang (keris toraja). Manik-manik batu ini merupakan bahan dasar yang bisa dijadikan sebagai kalung, gelang, atau anting bahkan juga untuk kandaure atau sokkong bayu (pakaian adat toraja untuk perempuan). Perhiasan tersebut memiliki makna tersendiri bagi orang toraja, khususnya untuk kaum 57

22 perempuan yang berasal dari Tana Bulaan dan Tana Bassi. Manikmanik ini merupakan representasi sisi perempuan yang anggun dan elegan, sekalipun perempuan memiliki peran untuk mengurusi urusan domestik, namun mereka juga harus menampilkan diri sebagai seorang perempuan yang cantik, anggun dan bersahaja, sebagai seorang ibu atau calon ibu yang berperan besar dalam keluarga, maka perempuan juga harus menjaga penampilannya. Kedudukan perempuan dalam masyarakat Toraja memang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena masyarakat Toraja melihat bahwa kehidupan manusia berawal bukanlah di alam ini, melainkan dalam rahim seorang perempuan. 5.3 Keragaman Makna Sepu bagi Orang Toraja di Salatiga Makna Sepu bagi Orang Toraja di Toraja Sepu sebagai salah satu warisan budaya masyarakat Toraja, memang tidak memiliki makna yang begitu sakral dalam penggunaannya, melainkan sebagai salah satu benda/artefak yang digunakan untuk mendukung kegiatan sehari-hari masyarakat Toraja. Sepu merupakan aksesoris yang umumnya hanya digunakan dalam upacara adat saja, karena memiliki fungsi sebagai kantong/tas untuk menyimpan perlengkapan pangan seperti sirih, pinang, kapur,dll yang disuguhkan kepada keluarga atau tamu yang hadir dalam upacara adat. Meskipun secara fungsi Sepu tidak mengandung nilai yang begitu sakral, namun masyarakat Toraja memandang keberadaan Sepu merupakan 58

23 salah satu benda yang sarat akan makna sehingga ada beberapa aturan tidak tertulis dalam menggunakannya. Seperti yang telah dianalisa pada point di atas, pengguna Sepu dapat dibedakan berdasarkan gender dan status sosialnya, Sepu juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya. Hingga saat ini masih banyak para orang tua di Toraja yang menggunakan Sepu hanya untuk kepentingan adat saja, dan menggunakannya sesuai dengan peran yang dimilikinya dalam masyarakat di daerah itu. Untuk lebih memahami bagaimana orang Toraja memaknai Sepu, Bapak Amos Andaso Ranteallo menjelaskan bahwa Orang Toraja yang memahami mengenai Tana pasti tau bagaimana menggunakan aksesoris dalam upacara adat. sekalipun saya ini seorang anak patalo di kampung saya, tapi saat saya masuk dalam kampung lain untuk mengikuti rambu solo atau rambu tuka, yah saya harus tahu diri menempatkan status sosial saya, saya bukan siapa-siapa dikampung itu, jadi saat itu acara rambu solo saya akan menggunakan Sepu hitam dan jika itu acara rambu tuka saya akan menggunakan Sepu berwarna kuning Bapak Amos menekankan dalam hal ini, meskipun tidak ada peraturan tertulis mengenai Tana, namun masing-masing orang harus tahu diri dalam mengambil peran dalam suatu upacara adat, baik itu di dalam kampung sendiri atau saat menghadiri upacara adat di kampung lain. Hingga saat ini, meskipun di tengah masyarakat Toraja perkembangan zaman mulai semakin mempengaruhi pola hidup masyarakat, namun pengaruh sistem Tana masih sangat kental dalam pembagian peran 59

24 masyarakat Toraja hingga saat ini. Upacara adat masih dikemas dalam bentuk kepercayaan aluk todolo, meskipun keluarga yang mengada upacara rambu solo atau rambu tuka telah memeluk agama tertentu, namun nilainilai aluk todolo dalam upacara adat masih kental dan dilaksanakan oleh masyarakat, masih ada kepercayaan bahwa jika melaksanakan ritual dengan benar maka arwah keluarga yang telah meninggal akan di hentarkan ke alam puya, sama halnya dalam upacara rambu tuka, jika ritual diadakan dengan benar, maka kemakmuran dan kesejahteraan akan menghampiri keluarga tersebut. Sama halnya dengan bagaimana masyarakat Toraja memandang aksesoris adat, hanya orang-orang tertentu yang boleh menggunakan warna dan motif tertentu karena mereka dipandang berasal dari keluarga yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat, mereka adalah sosok yang dapat mengayomi masyarakat untuk mencapai suatu kearifan lokal. Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa masyarakat Toraja melihat aksesoris yang digunakan oleh seseorang merupakan penanda identitas diri mereka, untuk menunjukkan status sosial dan peran mereka dalam lingkungan masyarakat. Lebih jelas lagi Ibu Damaris Tangkelangi menjelaskannya sebagai berikut jadi, jika dalam suatu upacara adat entah itu upacara rambu tuka atau rambu solo, anda melihat seorang perempuan menggunakan baju, atau Sepu tannun disusui berwarna merah dengan hiasan manik-manik dibagian tengah dan susunya, maka perempuan itu pasti memiliki 60

25 peran dalam keluarga besar atau kampungnya sebagai seorang yang mampu memimpin. Ibu Damaris juga menambahkan, bahwa hingga sekarang ini, masyarakat Toraja memang masih memiliki kebanggaan untuk menunjukkan identitas sosial mereka melalu pakaian dan aksesoris yang mereka kenakan. Jika sebagian masyarakat modern mengakui bahwa semenjak masyarakat Toraja mulai menerima agama-agama tidak ada lagi yang menggunakan sistem Tana, kecuali penganut Aluk Todolo, Ibu Damaris dan Bapak Amos tidak membenarkan hal tersebut, kedua tetua ini malah melihat bahwa secara kasat mata, sistem Tana yang sekarang diterapkan tidak lagi berdasarkan nilainilai yang dipercaya oleh nenek moyang, melainkan masyarakat sekarang melihat status sosial seseorang melalui harta dan kedudukan politik seseorang. yapi dikua to Tana Bulaan ke sugi i, yapi di kua Tana Bassi ke kapala lembang i, yapi dikua to karurung i ke den sia seng na tapi tangngia to sugi bang apa na tannia duka sia ia to nampui lembang, na yapi disanga to tau kua-kua tu tau tek bang dikka apa dio kalena la na pake tuo Artinya Disebut sebagai Tana Bulaan jika memiliki banyak uang, disebut sebagai Tana Bassi jika ia seorang pemegang kekuasaan, disebut sebagai Tana Karurung jika ia masih memiliki uang untuk hidup namun tidak memiliki peran dalam pemerintahan, dan disebut sebagai Tana kua-kua jika ia tidak memiliki harta apapun dan menjadikan dirinya sebagai hamba. 61

26 5.3.2 Makna Sepu bagi Orang Toraja di Salatiga Masyarakat suku Toraja sekarang ini sudah mulai tersebar di hampir seluruh pelosok tanah air, termasuk di Kota Salatiga. Peneliti sendiri merupakan salah satu mahasiswa yang merantau dari Tana Toraja untuk menjalani pendidikan di Kota Salatiga. Orang Toraja di Salatiga tidak semua berstatus sebagai mahasiwa, ada juga beberapa orang tua yang bekerja dan menetap sebagai warga Salatiga dan beranak cucu di Kota ini. Sebagian besar orang tua sudah menetap lama di Kota Salatiga adalah tokoh-tokoh yang dipercaya untuk menjadi tetua adat bagi generasi muda yang datang merantau di Kota Salatiga. Para tetua tersebut masih paham dan mengerti dengan tatanan adat dan system yang berlaku di daerah Toraja sendiri meskipun sudah bertahun-tahun tidak kembali ke tanah kelahiran mereka, namun pemahaman adat masih sangat dikuasai. Untuk melihat bagaimana makna pada Sepu bergeser, peneliti mewawancarai beberapa narasumber antara lain : 1. Om Saludung, 87 tahun, Penatua Gereja Toraja Cabang Kebaktian Semarang, Pengurus Sinode Gereja Toraja Jemaat Surabaya, Praktisi adat Suku Toraja. 2. Ibu Seno Paseru, 64 tahun, Pensiunan Dosen Fakultas Teologi UKSW, penulis Aluk Todolo Toraja, praktisi adat Suku Toraja. 3. Chevin Yegar A. Banne, 21 tahun, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2013, pengguna Sepu. 62

27 4. Rensi Nari Rantelimbong, 24 tahun, mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009, pengguna Sepu. Sepu sendiri sekarang ini telah mengalami banyak perkembangan, karena sekarang ini Sepu dijadikan sebagai oleh-oleh khas Toraja, maka insdustri seni kreatif di Toraja mulai menyasar produksi Sepu dalam ragam bentuk, seperti warna kain yang tidak hanya hitam, putih, kuning dan merah saja, tapi juga menggunakan warna lain seperti hijau, pink, ungu, biru, dll. Sama halnya dari motifnya, tidak hanya mengikuti motif ukiran pa sulan sangbua, namun juga mengikuti beberapa jenis ukiran lain untuk motif pada hiasan Sepu, tidak hanya itu, jika Sepu mulanya terbuat dari kain tenun khas, sekarang ini produksi Sepu juga menggunakan beberapa jenis kain biasa seperti katun, linen atau beludru. Gambar 5.10 : warna sepu modern Sumber : Menurut Ibu Damaris, sebagai salah seorang pengrajin Sepu, bertumbuhnya industri kreatif ini sebenarnya bukanlah sebuah ancaman terhadap pewarisan budaya Toraja melalui Sepu itu sendiri, melainkan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Toraja, asalkan, masyarakat 63

28 Toraja sendiri tidak menyalahgunakan hal ini untuk sesuatu yang malah tidak baik atau dengan kata lain, sebagai orang Toraja, maka paling tidak masyarakatnya sendiri tau jenis Sepu yang asli itu seperti apa. Bagi orang Toraja yang ada di Salatiga, mereka melihat keberadaan Sepu tidaklah lebih dari hanya sekedar aksesoris khas dari Toraja yang dapat digunakan untuk aktifitas sehari-hari toh sebenarnya, Sepu itu tidak memiliki makna dan peranan yang begitu sakral, jadi untuk sekarang ini menurut saya sah-sah saja jika Sepu digunakan tidak hanya untuk perayaan adat, tapi juga untuk kehidupan sehari-hari, tapi itu untuk penggunaan disini, diluar Toraja. Kalau menggunakan Sepu di Toraja bisa jadi lain lagi ceritanya. Dalam pernyataan tersebut, Om Saludung mengungkapkan bahwa sekarang ini Sepu tidak hanya digunakan dalam upacara adat saja, namun juga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut berlaku jika Sepu tersebut digunakan di lingkungan bukan Toraja. Dengan kata lain, Om Saludung sendiri masih mengakui bahwa di tengah masyarakat Toraja sekarang ini, masih cukup tabu untuk menggunakan aksesoris yang biasanya di pakai dalam upacara adat untuk dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan pernyataan yang diberikan oleh ibu Seno Paseru, Ibu Seno melihat keberadaan Sepu sebagai aksesoris biasa, benda yang khas Toraja, namun meskipun begitu, ia paham dengan makna simbolik yang terdapat dalam sebuah Sepu. sekarang ini kan Sepu sudah banyak ragam bentuknya, entah itu ukurannya ada yang terlalu kecil ada juga yang 64

29 besar, warnanya juga sudah menyerupai pelangi, dan buat saya itu hal yang wajar. Tapi tetap saja, kalau dalam masyarakat Toraja menggunakan Sepu berdasarkan warnanya, orang harus tau diri dengan posisinya. Kalau di Salatiga sendiri sekalipun banyak mahasiswa yang kadang saya lihat menggunakan Sepu putih, tapi kok perilakunya malah tidak menunjukkan teladan, itu kan kalau di Toraja bisa dilihat seperti itu. Bagi ibu Seno Paseru, komponen yang masih dianggap penting dari makna simbolik yang terdapat dalam Sepu ialah warna, karena warna memiliki peran dalam menunjukkan identitas sosial atau status sosial seorang pemakainya. Gambar 5.11 : Sepu modern Sumber : www. bisnistoraja.blogspot.co.id Dalam hal ini ibu Seno melihat fenomena Sepu di salatiga sebagai berikut, jika warna putih merepresentasikan status seorang bangsawan, dimana dalam masyarakat toraja golongan bangsawan tersebut berasal dari Tana Bulaan yang menjadi pandita-pandita atau pemuka agama, dan warna putih sebagai lambang kesucian, kebijaksanaan dan kelemah lembutan, maka penggunanya memiliki peran harus menjadi teladan hidup bagi masyarakatnya. Lalu hal tersebut juga berlaku untuk warna lain seperti warna merah, merah yang menjadi lambang semangat dan keberanian, yang menjadi 65

30 lambang untuk para pemberani dari Tana Bassi, warna yang pantas untuk menggambarkan jiwa pemberani para Anak Patalo. Namun berbeda dengan fenomena yang terjadi di lingkungan orang Toraja di Salatiga sekarang ini, mereka yang menggunakan Sepu berwarna putih terlepas dari status sosialnya di Toraja adalah seorang keturunan bangsawan, namun tutur dan perilakunya tidak menunjukkan kelemah lembutan seperti warna yang seharusnya ia representasikan. Atau mereka yang menggunakan Sepu berwarna merah, dimana pengguna yang seharusnya memiliki keberanian malah tidak berani untuk bertanggung jawab untuk hal-hal kecil. Keberadaan Sepu di lingkungan orang Toraja di Salatiga tidaklah memiliki arti atau makna secara khusus melainkan hanya sebagai pelengkap fashion saja. Gambar 5.12 : Sepu digunakan oleh mahasiswa asal Toraja dalam kegiatan Indonesia Internasional Culture Festival di UKSW

31 Bagi orang tua Toraja di Salatiga, Sepu tidaklah lebih dari aksesoris adat yang secara simbolik memang memiliki makna, namun bukanlah sebuah makna yang sakral, melainkan mengandung makna yang menunjukkan suatu keadaan sosial tertentu. Menggunakan Sepu untuk kehidupan sehari-hari bukanlah suatu masalah, namun menggunakan Sepu untuk keperluaan perayaan adat di Toraja, penggunanya sendiri harusnya bisa tau diri untuk menggunakan Sepu yang seperti apa dalam acara seperti apa. Lain halnya dengan Chevin dan Rensi, mereka berdua melihat Sepu sebagai suatu kerajinan tangan yang mewah dan elegan yang dibuat di Toraja, adanya perkembangan kreatif dari produksi Sepu ini bukanlah hal yang serius untuk dipermasalahkan. Chevin dan Rensi sendiri mengakui bahwa, mereka memahami adanya makna di balik warna-warna tertentu yang dimana tidak sebarang orang yang boleh memakainya. lagian juga kan kita pakainya di lingkungan kampus, selain itu alasan saya menggunakan Sepu karna terlihat lebih elegan, dan kalau ada yang bertanya itu tas apa, saya dengan bangga jawab kalau ini khas dari daerah saya Bagi Chevin, menggunakan Sepu malah memberinya perasaan bangga menjadi orang Toraja, bangga dengan kebudayaan yang dimilikinya. tapi kalau ditanya kenapa ada garis begini begitu, kenapa ada yang pakai manik-manik ada yang biasa saja, ada yang kainnya tebal ada yang tipis, kalau seperti itu yang saya tahu hanya harganya saja yang membedakan Dalam hal ini Chevin tidak begitu paham mengenai makna-makna simbolik pada Sepu itu sendiri, dia juga tidak memahami bahwa Sepu disusui itu 67

32 ditujukan kepada perempuan, namun sekarang ini banyak laki-laki yang menggunakan Sepu disusui tersebut. Sekarang ini generasi muda menggunakan Sepu tidak hanya sekedar pelengkap fashion, namun juga untuk menunjukkan identitas diri mereka sebagai orang Toraja. Secara tidak langsung, mereka menggunakan Sepu sebagai alat untuk mengkomunikasikan kepada orang disekitarnya bahwa mereka berasal dari Toraja, mereka adalah orang Toraja. saya menggunakan Sepu jujur saja, selain karena bentuknya yang unik dan elegan, saya menggunakannya karena lebih praktis dan nyaman untuk dipakai. Selain itu, saya kan besar di Palopo, bukan di Toraja, jadi saat di tanah rantau seperti ini, saya menggunakan Sepu untuk menunjukkan kalau saya orang Toraja, mana tau nanti di jalan kita ketemu sama orang Toraja trus dia bisa kenal kita karena kita pakai Sepu.. Bagi Rensi, Sepu disamping menjadi pelengkap fashion, namun juga sebagai penanda bahwa ia adalah orang Toraja. Dari pernyataan-pertanyaan tersebut, dapat dilihat bahwa orang Toraja di Salatiga melihat Sepu bukan hanya sekedar tas/kantong yang digunakan untuk menyimpan sirih untuk perayaan rambu tuka atau rambu solo, melainkan dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sepu sekarang sudah berkembang dan memiliki ragam bentuk. Karena tidak ada nilai yang sakral dalam Sepu itu sendiri. 68

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Nama : Umur : Agama : Pekerjaan : Pertanyaan Asal anda darimana? Sejak usia berapa anda mulai memahami mengenai adat Toraja? Apakah keluarga anda masih menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

Gambar Cover buku

Gambar Cover buku BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan sangat di butuhkan termasuk dalam mempromosikan dan menyebarkan informasi, begitu pula halnya untuk perhiasan khas suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan BAB IV TINJAUAN KARYA 4.1. Pembahasan Karya Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan analisis. Pengkajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah satu kebutuhan pokok

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa Kota Tangerang

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung jumlahnya. Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS OBJEK

BAB III ANALISIS OBJEK BAB III ANALISIS OBJEK 3.1 Objek atau Subjek Penelitian 3.1.1 Iklan Rokok Djarum 76 Rokok Djarum 76 merupakan merek rokok yang terkenal di Indonesia, diberi nama Djarum 76 karena diperkenalkan pada tahun

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MODE BUSANA Dipresentasikan pada Pendidikan dan Latihan Tenaga Pendidik dan Penguji Praktek Menjahit Pakaian Wanita dan Anak se Jawa Barat Tanggal 19 Juli 2005 Oleh Dra. Arifah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 105/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 105/KEP-BKIPM/2017 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 105/KEP-BKIPM/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR IDENTITAS ORGANISASI BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu hingga sekarang walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: Yekhonya F.T. Timbang 75 2011 033 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua

BAB VI KESIMPULAN. Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua BAB VI KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua dengan melakukan interpretasi terhadap simbol-simbol ritual yang digali dari tiga dimensi maknanya, maka ditemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 2 TAHUN 2006 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo merupakan salah satu di antara ratusan suku bangsa yang ada di Nusantara, sama halnya dengan suku lainnya yang memiliki kebudayaan sebagai peninggalan nenek

Lebih terperinci