membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrien lain melalui membran menuju kedalam sel. 3.
|
|
- Hadi Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. Nomor Percobaan : VI II. Nama Percobaan : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kadar protein dalam suatu sampel berdasarkan serapan cahaya melalui uji biuret. IV. Landasan Teori Protein adalah salah satu biomolekul raksasa yang berperan sebagai komponen utama penyusun makhluk hidup. Protein membawa kode-kode genetik berupa DNA dan RNA. Beberapa makanan yang dapat menjadi sumber protein adalah: daging, telur, ikan, susu, biji-bijian, kentang, kacang, dan polongpolongan. Protein merupakan polimer alam yang tersusun dari asam-asam aminomelaluiikatan peptida, sehingga protein juga disebut sebagai polipeptida.di dalam tubuh kitaprotein berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur pertahanan, dan sebagai sumber energi setelah karbohidrat dan lemak.protein dapat digolongkan berdasarkanstrukturnya, bentuknya, dan fungsinya. Protein Menunjukkan Berbagai Fungsi Biologi Deret asam amino dari berjenis-jenis protein memungkinkan molekul ini menjalankan berbagai fungsi, antara lain : 1. Enzim Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organic didalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan didalam berbagai bentuk kehidupan. 2. Protein Transport Protein transport didalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain. Hemoglobin pada sel darah merah mengikat oksigen ketika darah melalui paru-paru, dan membawa oksigen ini ke jaringan periferi. Disini oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidas nutrien yang menghasilkan energi. Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke ogan lain. Protein tranport lain terdapat didalam
2 membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrien lain melalui membran menuju kedalam sel. 3. Protein Nutrien dan Penyimpan Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrien yang dibutuhkan untuk perumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein, protein utama susu merupakan contoh lain dari protein nutrien. Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi. 4. Protein Kontraktil atau Motil Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk berkontraksi, mengubah bentuk atau bergerak. Aktin dan miosin adalah protein filamen yang berfungsi didalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga didalam banyak sel bukan otot. Contoh lain adalah tubulin, protein pembentuk mikrotubul. Mikrotubul merupakan komponen penting dari fagela dan silia, yang dapat menggerakkan sel. 5. Protein Struktural Banyak protein sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Komponen utama dari urat dan tulang rawan adalah protein serabut kolagen, yang mempunyai daya tenggang yang amat tinggi. Hampir semua komponen kulit adalah kolagen murni. Persendian menganmdung elastin, suatu protein struktural yang mampu meregang ke dua dimensi. Rambut, kuku, dan bulu burung/ayam terdiri terutama dari protein tidak larut, yang liat, keratin. Komponen utama dari serat sutra dan jaring labahlabah adalah protein fibroin. 6. Protein Pertahanan Banyak protein mempertahankan organism dalam melawan serangan oleh spesies lain atau melindungi organisme tersebut dari luka. Imunoglobulin atau antibody pada vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat mengenali dan mengendapkan atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika system pembuluh terluka.
3 Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga tampaknya berfungsi didalam pertahanan tubuh. 7. Protein Pengatur Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atu fisiologi. Diantara jenis ini terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula, dan kekurangannya, menyebabkan penyakit diabetes, hormon pertumbuhan dari pituitary dan hormon paratiroid, yang mengatur transport Ca 2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang disebut repressor mengatur biosintesa enzim oleh sel bakteri. 8. Protein Lain Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman dari afrka mempunyai rasa yang amat manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis makanan yang tidak menggemukkan dan tidak beracun, untuk manusia. Plasma darah beberapa kan Antartika mengandung protein antibeku yang melindungi darah ikan dari pembekuan. Persendian sayap beberapa insekta dibuat dari protein resilin, yang bersifat sempurna elastis. Struktur Protein Protein merupakan polipeptida yaitu hasil dari kondensasi dua molekul asam α amino. Asam amino mengandung gugus amino (-NH 2 ) dan karboksil (- COOH). Gugus karboksil bersifat asam karena dapat melepas proton (H + ), sedangkan gugus amino bersifat basa karena dapat mengikat proton (H + ) membentuk NH + 3. Oleh karena itu, asam amino bersifat amfoter. Dalam larutan asam amino membentuk ion zwitter (bermuatan ganda). Denaturasi Protein Denaturasi protein merupakan perubahan struktur protein akibat pengaruh dari perubahan suhu, perubahan ph, radiasi, deterjen, dan perubahan jenis pelarut. Protein yang terdenaturasi hamper selalu mengalami kehilangan fungsi biologis. Hal ini paling mudah diperlihatkan oleh sifat protein. Jika larutan protein secara
4 perlahan-lahan dipanaskan sampai kira-kira 60 atau 70 o C, larutan tersebut lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi berbentuk seperti tali. Produk yang terjadi tidak akan melarut lagi dengan pendinginan dan tidak membentuk larutan jernih seperti semula sebelum dipanaskan. Pengaruh panas terjadi pada semua protein globular, tanpa memandang ukuran atau fungsi biologinya, walaupun suhu yang tepat bagi fenomena ini mungkin bervariasi. Protein dalam keadaan alamiahnya disebut protein asli (natif); setelah perubahan menjadi protein terdenaturasi. Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh panas, tetapi juga ph ekstrim; oleh beberapa pelarut organic seperti alcohol atau aseton; oleh zat terlarut tertentu seperti urea; oleh detergen; atau hanya dengan pengguncangan intensif larutan protein dan bersingungan dengan udara sehingga berbentuk busa. Protein Homolog dari Berbagai Spesies Mengandung Deret Homolog Protein homolog adalah protein yang menjalankan fungsi yang sama pada berbagai spesies; contohnya hemoglobin yang berfungsi melangsungkan transport oksigen pada berbagai jenis vertebrat. Protein homolog dari berbagai spesies biasanya mempunyai rantai polipeptida yang identik atau hamper identik panjangnya. Banyak posisi di dalam deret asam amino dari protein homolog yang ditempati oleh asam amino yang sama pada semua spesies, dan karenanya di sebut residu tetap. Pada posisi lain, terdapat variasi asam amino yang cukup besar dari spesies satu ke yang lain; asam amino ini disebut residu tak tetap. Serangkaian persamaan di dalam deret asam amino pada protein homolog seperti itu disebut homologi deret; hal ini menunjukkan bahwa hewan yang mengandung protein homolog tersebut mungkin mempunyai asal usul yang sama, tetapi mengalami perubahan pada saat spesies berkembang selama evolusi. Kesimpulan yang serupa diperoleh dari hasil penelitian spesifisitas antibody terhadap antigen dari spesies homolog. Protein Globular Dalam protein globular, rantai polipeptida berlipat menjadi suatu bentuk globular yang kompak. Konformasi globular lebih kompleks dibandingkan
5 dengan golongan protein serat, fungsi biologinya lebih beragam, dan aktivitasnya pun tidak statis, tetapi bersifat dinamis. Hampir semua dari 2000 atau lebih enzim merupakan protein globular. Protein globular yang lain berfungsi di dalam transport oksigen, sari makanan dan ion inorganic di dalam darah; beberapa protein globular bekerja sebagai antibody, yang lain merupakan hormone dan yang lain lagi sebagai komponen membrane dan ribosom. Terdapat dua bukti penting yang menunjukkan bahwa rantai polipeptida protein globular berlipat-lipat dengan erat dan bahwa konformasi yang berlipatlipat itu penting bagi fungsi biologinya, yaitu: 1. Bahwa protein natif mengalami denaturasi dengan pemanasan, di dalam lingkungan ph yang ekstrim, atau dengan penambahan urea. Jika suatu protein globular mengalami denaturasi, struktur kerangka kovalen tetap utuh, tetapi rantai polipeptidanya membuka membentuk acak, tidak teratur, dan mengalami perubahan konformasi dalam ruang. 2. Berlipatnya protein globular dating dari perbandingan panjang rantai polipeptida dengan ukuran makromolekular sebenarnya seperti diperlihatkan oleh pengukuran fisiokimia. Pada penentuan kadar protein secara biuret ini menggunakan dasar pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang ungu warnanya. Pengukuran serapan cahaya tersebut dengan menggunakan metode spektroskopi. Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau lektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang atau korpuskular. Beberapa sifat fisika cahaya paling baik diterangkan dengan sifat partikel. Jadi, cahaya dapat dikatakan bersifat ganda. Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat, adalah akibat-akibat absorbsi energi oleh senyawaan organik maupun organik. Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah suatu aspek lain dari antaraksi senyawaan organik dengan energi cahaya. Yang merupakan perhatian primer bagi ahli kimia organik ialah fakta bahwa panjang gelombang pada mana suatu senyawaan organik menyerap energi cahaya, bergantung pada struktur senyawaan itu. Oleh
6 karena itu, teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawaan yang tak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan (dari) senyawaan yang diketahui. Radiasi Elektromagnetik Radiasi elektromagnetik adalah energi yang dipancarkan menembus ruang dalam bentuk gelombang-gelombang. Energi radiasi dapat dibayangkan sebagai medanmedan listrik dan magnet yang berosilasi (bergoyang bolak-balik secara berirama) secara tegak lurus pada arah rambatan. Cahaya nampak merupakan salah satu dari beberapa jenis energi radiasi. Panjang gelombang cahaya nampak berkisar antara 400 sampai 750 nm (1nm = 10-9 m). Semua jenis energi radiasi merambat dengan kecepatan cahaya yang sama, c, sebesar 3,00 x 10 8 m/s, tetapi frekuensi dan panjang gelombangnya berlainan. Frekuensi,, didefinisikan sebagai berapa daur gelombang melewati suatu titik dalam suatu satuan waktu. Radiasi elektromagnetik dipancarkan dalam bentuk paket-paket energi yang menyerupai partikel, yang disebut foton atau kuantum. Energi suatu foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang (secara sistematis : E = hv ), dengan h = tetapan Planck). Radiasi dengan panjang gelombang lebih pendek mempunyai energi yang lebih tinggi; oleh karena itu sebuah foton cahaya ultraviolet berenergi lebih tinggi daripada sebuah foton cahaya nampak dan jauh lebih tinggi daripada sebuah foton gelombang radio. Sebaliknya, energi sebuah foton suatu radiasi berbanding lurus dengan frekuensinya. Molekul menyerap hanya radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus (spesifik untuk molekul itu). Adsorbsi cahaya ultraviolet (radiasi berenergi tinggi) mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan energi yang lebih tinggi. Sedangkan adsorbsi radiasi cahaya inframerah hanya mengakibatkan membesarnya amplitudo getaran atom-atom yang terikat satu sama lain.
7 Karena dasar dari analisis spektroskopi itu sendiri adalah interaksi radiasi dengan spesies kimia. Maka radiasi suatu sampel dibagi menjadi : adsorbsi, pemendaran, emisi, dan penghamburan yang cara interaksinya tergantung pada sifat materi tersebut. 1. Adsorbsi : yaitu suatu berkas radiasi elektromagnetik, bial dilewatkan melalui sampel kimia, sebagian akan teradsorbsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel, berarti partikel dipromosikan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu tingkat terksitasi. 2. Emisi radiasi: radiasi elektromagnetik dihasilkan bila ion, atom atau molekul terksitasi kembali ke tingkat energi lebih rendah atau energi dasar. 3. Pendar Fluor atau pendar-fosfor, merupakan salah satu jenis proses emisi. Atom atau molekul tereksitasi dengan adsorbsi radiasi elektromagnetik dan suatu emsisi terjadi jika spesies tereksitasi kembali ke keadaan dasar. 4. Penghamburan : seperti pada proses adsorbsi emisi dan pemendaran maka penghamburan radiasi elektromagnetik tidak memerlukan energi transisi. Hukum Dasar Spektroskopi Adsorbsi Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium homogen, sebagian dari cahaya datang (Po) diadsorbsi sebanyak (Pa), sebagian dapat diabaikan dipantulkan (Pr), sedangkan sisanya ditransmisikan (Pt) dengan efek intensitas murni sebesar : Po = Pa + Pt + Pr, Dimana : Po = intensitas radiasi yang masuk, Pa = intensitas cahaya yang diadsorbsi Pr = intensitas bagian cahaya yang dipantulkan Pt = intensitas cahaya yang ditransmisikan. Dalam hal ini berlaku hubungan Hukum Beer-Lambert : T = Pt Po 10 abc
8 b = jarak tempuh optik, c = konsentrasi log (T) = log Pt Po abc a = tetapan absortivitas, T = transmitansi 1 log T A = adsorbansi Po log abc A Pt - log (T) i.e. A = abc 1 1 T T A = abc opasitas (tidak tembus cahaya) A = absorpsivitas (yakni tetap) Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut : 1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengadsorbsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan menurunkan intensitas berkas. 2. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya. 3. Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila Konsentarsi zat pengadsorbsi bertambah. Hal di atas, adalah persamaan yang mendasar untuk spektroskopi adsorbsi, dikenal dengan hukum Beer s Lambert atau Hukum Beer Bougar. Karena : A = abc, A c bila ab konstan A b bila ac konstan A bc bila a konstan. Penyimpangan Dari Hukum Beer Jika hukum Beer diikuti, maka kita akan menmperoleh garis lurus. Hal ini terjadi bila, digunakan sinar yang monokromatis. Bila menggunakan sinar yang polikromatis, maka akan menyebabkan melebarnya pita radiasi sehingga akan
9 terjadi penyimpangan yang besar. Penyimpangan juga jelas teramati pada konsentrasi lebih besar pada kurva absorbansi terhadap konsentrasi. Kurva akan mulai melengkung pada konsentrasi yang tinggi. Bila kurva absorbsi yang diperoleh pada berbagai panjang gelombang yang digunakan bersifat datar, maka diharapkan Hukum Beer berlaku. Penyimpangan negatif dari hukum Beer menyebabkan kesalahan relatif yang makin membesar dari konsentrasi sebenarnya. V. Alat dan Bahan Alat alat : 1. Pipet tetes 2. Beker gelas 3. Tabung reaksi 4. Rak tabung reaksi 5. Gelas ukur 6. Spektrofotometri UV Bahan bahan : 1. Reagen Biuret 2. Larutan standar Protein 3. Aquades 4. Larutan sampel VI. Prosedur percobaan Mempipetir ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan protein yang mengandung 1 10 mg/ml. Menambahkan 4 ml reagen biuret. Mengocok dan mendiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Membaca serapannya pada 540 nm. Untuk blanko dipakai campuran 1 ml air dan 4 ml reagen biuret yang juga didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Untuk sampel adalah larutan putih telur dengan perlakuan yang sama. Hukum Lambert-Beer berlaku untuk larutan-larutan protein antara 1 10 mg/ml.
10 VII. Hasil Pengamatan Data absorban dengan spektrometer UV dengan λ = 540 nm Tabung Konsentrasi Absorban (mg/ml) , , , , , , , , ,585 Sample 0,275 VIII. Persamaan Reaksi O O - C N CH C N CH - + Cu 2+ OH O = C C = O H R H R HN NH RCH HCR Cu 2+ O = C C = O HN NH RCH HCR Kompleks Ungu
11 IX. Analisa Data Membuat Kurva Standar Konsentrasi Protein Vs Absorban Dengan : X = Konsentrasi protein (c) Y = Absorbansi (A) X Y XY X 2 1 0,026 0, ,070 0, ,093 0, ,143 0, ,158 0, ,179 1, ,225 1, ,337 2, ,537 4, ,585 5, = 55 2,353 17, n. ΣXY ΣX. ΣY 10 (17,835) 55(2,353) Slope (A) = = n. ΣX 2 (ΣX) 2 10 (385) (55) 2 = 178,35-129, = 0,059 ΣY. ΣX 2 ΣXY. ΣX 2,353 (385) 17,835 (55) Intersept (B) = = n. ΣX 2 (ΣX) 2 10 (385) (55) 2 = 905, , = -0,09
12 Persamaan Regresi Linier :Y = 0,059X - 0,09 Kurva standar : Y = 0,059X - 0,09 X Y -0,09 0,028 0,146 0,264 0,382 0,5 Konsentrasi protein yang sebenarnya dalam kasein : Konsentrasi protein pada saat 1 mg/ml Y = 0,026 0,026 = 0,059X - 0,09 X = 1,966 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 2 mg/ml Y = 0,070 0,070 = 0,059X - 0,09 X = 2,711 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 3 mg/ml Y = 0,093 mg/ml 0,093 = 0,059X - 0,09 X = 3,101 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 4 mg/ml Y = 0,143 0,143 = 0,059X - 0,09 X = 3,949 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 5 mg/ml Y = 0,158 0,158 = 0,059X - 0,09 X = 4,203 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 6 mg/ml Y = 0,179 0,179= 0,059X - 0,09 X = 4,449 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 7 mg/ml
13 Y = 0,225 0,225= 0,059X - 0,09 X = 5,338 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 8 mg/ml Y = 0,337 0,337 = 0,059X - 0,09 X = 7,237 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 9 mg/ml Y = 0,537 0,537 = 0,059X - 0,09 X = 10,62 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 10mg/ml Y = 0,585 0,585 = 0,059X - 0,09 X = 11,44 mg/ml Konsentrasi sample Y = 0,275 0,275 = 0,059X -0,09 X = 6, Kurva Konsentrasi vs Absorbansi Y-Values
14 X. Pembahasan Percobaan kali ini berjudul penentuan kadar protein secara biuret yang tujuannya untuk menentukan kadar protein dalam suatu larutan dengan menggunakan pereaksi reagen biuret. Pada percobaan ini yang digunakan sampel dan larutan standar protein. Protein yang digunakan pada percobaan ini adalah Kasein. Pada percobaan ini digunakan larutan protein dengan konsentrasi yang berbeda beda, yaitu dari 1-10mg/ml. Setelah masing-masing larutan standar dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen biuret dan larutan NaOH maka larutan-larutan ini dibiarkan selama 30 menit. Ini bertujuan agar proses pembentukan senyawa kompleks berwarna dapat berlangsung dengan benar-benar sempurna. Setelah senyawa kompleks berwarna terbentuk, baru dilakukan pengukuran dengan spektrometer UV. Senyawa kompleks ini terlihat segera setelah penambahan reagen biuret dan NaOH dengan terbentuknya warna ungu pada larutan. Warna ungu ini terbentuk akibat reaksi antara Cu 2+ dalam reagen biuret dengan ikatan peptida dari protein dalam larutan kasein tadi, tepatnya ikatan dengan NH dari protein dalam suasana basa (dengan adanya ion OH - dari NaOH) seperti dalam persamaan reaksi. Pada percobaan ini digunakan metode spektroskopi yaitu pengidentifikasi suatu objek dengan menggunakan kriteria warna. Dalam percobaan ini, kita menggunakan kriteria warna ungu dari protein. Untuk mendapat warna, maka larutan protein direaksikan dengan unsur tembaga dalam reagen Biuret dalam lingkungan alkali. Sehingga didapatkan larutan protein yang berwarna ungu pada masing-masing konsentrasi. Warna dari larutan protein berbeda-beda dari berbagai konsentrasi. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat warna yang terbentuk, dan sebaliknya. Karena kita menggunakan panjang gelombang pada daerah 540 nm, maka raddiasi sinar yang kita pakai adalah sinar UV_Visual. Di dalam spektrofotometer, larutan protein mengadsorbsi cahaya yang diberikan kepadanya. Hal ini merupakan wujud dari interaksi suatu atom dengan cahaya. Dimana energi elektromagnetiknya ditransfer ke atom atau molekul
15 sehingga partikel dalam protein dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu tingkat tereksitasi. Dari hasil pengidentifikasian pada spektrofotometer, didapatlah harga absorbansi pada masing-masing konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga harga absorbansi yang didapat semakin besar juga. Dari hasil data yang diperoleh, akan didapatkan suatu kurva antara adsorbansi larutan protein dengan konsentrasinya. Kurva tersebut membentuk suatu garis lurus yang linear. Ini dikarenakan larutan protein yang digunakan merupakan larutan encer dengan konsentrasi yang kecil. Penyimpangan Hukum Beer akan berlaku jika larutan protein yang digunakan mempunyai konsentrasi yang besar, artinya apabila konsentrasi proteinnya besar, maka garis linear akan membelok. Namun, pada saat perbandingan antara larutan sampel dengan larutan standar protein, menunjukkan perbedaan, hal ini mungkin dapat disebabkan akibat dari kesalahan pengenceran pada larutan sampelnya, atau kesalahan pada penggunaan alat spectrometer. Sample seharusnya menunjukkan konsentrasi ~8 mg/ml, tetapi pada kurva yang didapat, sample menunjukkan konsentrasi 6,186 mg/ml. XI. Kesimpulan a. Semakin tinggi konsentrasi protein yang terdapat dalam larutan maka semakin pekat pula kompleks warna ungu yang dihasilkan. b. Adsorban suatu larutan berbanding lurus dengan konsentrasinya, sehingga semakin besar konsentrasi yang digunakan, maka semakin besar pula adsorban yang digunakan. c. Jika konsentrasi larutan yang digunakan besar akan terjadi penyimpangan Hukum Beer, dimana kurva yang terbentuk tidak lagi linear.
16 XII. Daftar Pustaka Lehninger, Albert Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Wirahadikusumah, Muhammad Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung: ITB. Fessenden dan Fessenden Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
17 XIII. Gambar Alat Pipet Tetes Beker gelas Gelas Ukur
18 Tabung dan Rak Tabung Reaksi Spektrofotometri UV
19 XIV. Pertanyaan Dan Jawaban Pertanyaan: 1. Buatlah standar kurva dan tetapkan kadar protein larutan protein yang diberikan? 2. Berikan penjelasan tentang hukum lambert-beer! 3. Senyawa apa yang dapat mengganggu cara biuret seperti diatas 4. Mengapa reaksi tersebut disebut reaksi biuret? 5. Senyawa kompleks apa yang sebenarnya terjadi? 6. Apakah peptide juga memberi reaksi biuret. jika memberikan, berikalah penjelasan dan bagaimana cara menentukan kadar protein yan tercampur dengan peptide? Jawaban 1. Membuat Kurva Standar Konsentrasi Protein Vs Absorban Dengan : X = Konsentrasi protein (c) Y = Absorbansi (A) X Y XY X 2 1 0,026 0, ,070 0, ,093 0, ,143 0, ,158 0, ,179 1, ,225 1, ,337 2, ,537 4, ,585 5, = 55 2,353 17,
20 n. ΣXY ΣX. ΣY 10 (17,835) 55(2,353) Slope (A) = = n. ΣX 2 (ΣX) 2 10 (385) (55) 2 = 178,35-129, = 0,059 ΣY. ΣX 2 ΣXY. ΣX 2,353 (385) 17,835 (55) Intersept (B) = = n. ΣX 2 (ΣX) 2 10 (385) (55) 2 = 905, , = -0,09 Persamaan Regresi Linier :Y = 0,059X - 0,09 Kurva standar : Y = 0,059X - 0,09 X Y -0,09 0,028 0,146 0,264 0,382 0,5 0.6 Kurva Standar Konsentrasi Protein Vs Absorban
21 Konsentrasi protein yang sebenarnya dalam kasein : Konsentrasi protein pada saat 1 mg/ml Y = 0,026 0,026 = 0,059X - 0,09 X = 1,966 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 2 mg/ml Y = 0,070 0,070 = 0,059X - 0,09 X = 2,711 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 3 mg/ml Y = 0,093 mg/ml 0,093 = 0,059X - 0,09 X = 3,101 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 4 mg/ml Y = 0,143 0,143 = 0,059X - 0,09 X = 3,949 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 5 mg/ml Y = 0,158 0,158 = 0,059X - 0,09 X = 4,203 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 6 mg/ml Y = 0,179 0,179= 0,059X - 0,09 X = 4,449 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 7 mg/ml Y = 0,225 0,225= 0,059X - 0,09 X = 5,338 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 8 mg/ml
22 Y = 0,337 0,337 = 0,059X - 0,09 X = 7,237 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 9 mg/ml Y = 0,537 0,537 = 0,059X - 0,09 X = 10,62 mg/ml Konsentrasi protein pada saat 10mg/ml Y = 0,585 0,585 = 0,059X - 0,09 X = 11,44 mg/ml 2. Penjelasan Hukum Lambert Beer : Hukum Lambert Beer dengan mudah digabungkan menjadi pernyataan yang sesuai. Diketahui bahwa dalam mempelajari akibat perubahan konsentrasi terhadap absorbsi jarak jalan lewat larutan harus dibuat tetap. Tetapi hasil-hasil yang diukur akan tergantung pada besarnya harga tetapan. Dengan kata lain dalam hukum Beer seperti K 4 = f(b). Demikian dalam hukum Lambert K 2 = f(c). Dimana kemudian substitusi hubungan dasar ini ke dalam hukum Lambert-Beer: log Po/P = f(c) b dan log Po/P = f(b) c Kedua Hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga f (b) = f(b) c. Atau kalau dipisahkan variabelnya f(c)/c = f(b)/b Agar dua fungsi variabel tak bergantungan dapat menjadi sama, adalah bahwa keduanya sama dengan suatu tetapan. F(c) / c = f(b) b = K
23 Substitusi ke dalam pernyataan Lambert-Beer menghasilkan pendapat yang sama yaitu: log Po/P = f(c) b = K.b.c log Po/P = f(b) c = K.b.c 3. Senyawa yang dapat mengganggu yaitu senyawa yang membentuk endapan hitam atau merah pada reagen biuret yaitu garam Amonia. 4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret karena pada penentuan kadar protein ini digunakan reagen biuret yang mana biuret memberikan warna violet dengan CuSO 4. Dan pada reaksi ini terbentuk kompleks ungu yaitu antara Cu 2+ dengan NH dari rantai peptida dalam suasana basa. 5. Senyawa kompleks yang terbentuk : O O - C N CH C N CH - + Cu 2+ OH O = C C = O H R H R HN NH RCH HCR Cu 2+ O = C C = O HN NH RCH HCR 6. Peptida juga memberi reaksi biuret karena adanya NH pada ikatan pepetida sehingga dapat membentuk ion kompleks seperti di atas. Dengan menambahkan reagen Biuret pada larutan protein dan pengukuran adsorbansi larutan tersebut dan dibandingkan dengan sampel, dicari yang sama adsorbansinya maka akan diketahui berapa kadar proteinnya.
abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)
I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein
Lebih terperinciBAB I. Prinsip dan Tujuan
1.1 Prinsip Percobaan Menentukan uji positif asam amino BAB I Prinsip dan Tujuan 1.2 Tujuan Percobaan 1. Diharapkan dapat memahami metode identifikasi protein secara kualitatif. 2. Mengetahui kandungan
Lebih terperinciProtein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
Lebih terperinciI. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol.
Menentukan Kadar Protein Dengan Metode Titrasi Formol I. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol. II. Tinjauan Pustaka Protein berasal dari bahasa
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)
Lebih terperincilaporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret
laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25
Lebih terperinciA. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013
A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat
Lebih terperinciPERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA
PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET OLEH : NAMA : NURSAN STAMBUK : F1C1 13 028 KELOMPOK ASISTEN : IV : WAODE NURFIARNI SAADAH LABORATORIUM BIOKIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA REAKSI UJI PROTEIN I. Nomor Percobaan : II II. Judul Perobaan : Reaksi Uji Potein ercobaan : Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein eori : Protein, yang namanya
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias
Lebih terperinciANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )
ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan
Lebih terperinciUJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama
UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul
Lebih terperinciGb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)
Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Rumus Umum Asam Amino (Campbell, 1999: 73) H H O N C C H R OH GUGUS AMINO GUGUS KARBOKSIL Tabel 5.1 Gambaran Umum Fungsi Protein (Campbell, 1999: 74) JENIS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGAMATAN
BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590
Lebih terperinciR E A K S I U J I P R O T E I N
R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul
Lebih terperinciBIOMOLEKUL II PROTEIN
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya
Lebih terperinciPROTEIN A. Pengertian Protein B. Terbentuknya Protein (Ikatan Peptida) C. Pemutusan Ikatan Peptida D. Macam-Macam Protein
PROTEIN A. Pengertian Protein Protein berasl dari kata proteos (bahasa Yunani) yang artinya paling utama dan ditemukan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1838. Protein merupakan suatu polimer dengan
Lebih terperinciPENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS
PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS Anggota Kelompok : Azizah Puspitasari 4301412042 Rouf Khoironi 4301412050 Nur Fatimah 4301412057 Singgih Ade Triawan 4301412079 PENGERTIAN DAN PRINSIP
Lebih terperinciBerdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.
TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN
LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018
Lebih terperinci1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar
LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN
Lebih terperinciSpektrofotometer UV /VIS
Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika
Lebih terperinciJURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS
JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Lebih terperinciPROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan
PROTEIN Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan 2-2015 Contents Definition Struktur Protein Asam amino Ikatan Peptida Klasifikasi protein Sifat fisikokimia Denaturasi protein Definition Protein adalah sumber asam-asam
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciLAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN
LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : T.M. Reza Syahputra Henny Gusvina Batubara Tgl Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : 1. Mengerti prinsip-prinsip
Lebih terperinciI. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI
I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat
Lebih terperinciANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KADAR TOTAL PROTEIN
PEMERIKSAAN KADAR TOTAL PROTEIN Oleh: Nama : Nitami Sugiyati NIM : B1J014034 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Suci Indah Rahmadani LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOBIOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri
Lebih terperinciKOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI. Imam Santosa, MT
KOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI Imam Santosa, MT KOLORIMETRI Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu
Lebih terperinciSPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
SPEKTROFOTOMETRI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PENGERTIAN SPEKTROFOTOMETRI SPEKTROFOTOMETER JENIS SPEKTROFOTOMETER PRINSIP KERJA UV-Vis MENENTUPAN λ MAKSIMUM MEMBUAT KURVA STANDAR ANALISA SAMPEL
Lebih terperinciUji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak
Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Besi (Fe) dalam Air Tanah Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:
PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
Lebih terperinciLaporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula
I. JUDUL : Inversi Gula II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 14 Desember 2011 III. TUJUAN : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter IV. TINJAUAN PUSTAKA : Istilah laju atau kecepatan
Lebih terperinciMAKALAH Spektrofotometer
MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER
BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh
Lebih terperinciI. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein
I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR
Lebih terperinciJUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013
JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013 SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013 TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar protein
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciKIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)
KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik
Lebih terperinciSPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan
Lebih terperinciLaporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)
Nama : Kirana Patrolina Sihombing : Zakirullah Syafei Tanggal praktikum : 10 Maret 2015 Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer) Tujuan Praktikum
Lebih terperinciLAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciPROTEIN. Rizqie Auliana
PROTEIN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Sejarah Ditemukan pertama kali tahun 1838 oleh Jons Jakob Berzelius Diberi nama RNA dan DNA Berasal dari kata protos atau proteos: pertama atau utama Komponen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori Umum Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbedabeda,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Di dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang peranan penting sebagai
Lebih terperinci1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar
1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700824) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum
Lebih terperinciTUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas
Lebih terperinciPROTEIN. Sulistyani, M.Si
PROTEIN Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id KONSEP DASAR Kata protein berasal dari kata Yunani, proteios yang berarti pertama. Dalam kehidupan sehari-hari, protein terdapat dalam telur, kacangkacangan,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya pengabsorbansian energi cahaya
Lebih terperinciUji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis
Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinciHukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun singkong (Manihot utilísima L) Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima L) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya
Lebih terperinci: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.
II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : SERI RAYANI (78) T BARLIAN Tgl Praktikum : Oktober Tujuan Praktikum :. Memahami pengertian dan fungsi spektrofotometri.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) BINAYANTI NAINGGOLAN ( )
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA : RAHMIWITA (157008005) Tanggal Praktikum : 14 April 2016 BINAYANTI NAINGGOLAN (157008008) Tujuan Praktikum 1. Mampu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)
LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri) Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Maya Anjelir Antika Tujuan
Lebih terperinciAsam Amino dan Protein
Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret
Lebih terperinciD. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J
1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,
Lebih terperinciKIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT Karbohidrat adalah kelompok senyawa aldehid dan keton terpolihidroksilasi yang tersusun dari atom C, H, dan O. Karbohidrat
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa / 18 Mei 2010 Golongan/ Kelas : I / FKK 2010 Dosen Pembimbing : Muthi Ikawati,M,Sc.,Apt Asisten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinci2. ANALISIS PROTEIN. 1. Pendahuluan
2. ANALISIS PROTEIN 1. Pendahuluan Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Protein adalah senyawa organik besar, yang mengandung atom karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa diantaranya mengandung sulfur, fosfor, besi atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Dinno Rilando (157008006) Tanggal Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : Yuliandriani Wannur (157008004)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
Lebih terperinciBAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Parameter Fisika dan Kimia a. Suhu Berdasarkan pengamatan suhu yang dilakukan di tiga titik pengambilan sampel didapat hasil yang berbeda.
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :
Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Pepaya Pepaya (Carica Papaya) sebagai tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia mempunyai khasiat yang tidak bisa di anggap enteng, dari buah muda bisa di buat sayur, buah
Lebih terperinciAnalisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT
Analisa AAS Pada Bayam Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT AAS itu apa cih??? AAS / Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
Lebih terperinciANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS
ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS Oleh: SUSILA KRISTIANINGRUM & Siti Marwati siti_marwati@uny.ac.id Transmitansi T = P P 0 dan TRANSMITANSI DAN ABSORBANSI %T = T 100 P = kekuatan (intensitas) sinar
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )
LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Hadiyatur Rahma (147008004) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : Meutia Atika Faradilla (147008014)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umbi Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar
Lebih terperinciRangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.
Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinci