TUGAS AKHIR MATA KULIAH PRAGMATIK NILAI KESANTUNAN PADA TUTURAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS BERDASARKAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR MATA KULIAH PRAGMATIK NILAI KESANTUNAN PADA TUTURAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS BERDASARKAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR MATA KULIAH PRAGMATIK NILAI KESANTUNAN PADA TUTURAN DALAM NOVEL PERAHU KERTAS BERDASARKAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH Oleh : Niken Kusumaningtyas PBSI 2 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novel sebagai sebuah karya sastra ditulis untuk dinikmati pembacanya. Dalam cerpen, dapat dijumpai berbagai bentuk percakapan selain narasi, perian tokoh, latar, dan alur cerita. Walaupun hanya merupakan hasil rekayasa pengarang semata, percakapan antartokoh itu dapat benar-benar mewakili tindak tutur yang lazim dilakukan oleh para pemakai bahasa yang sesungguhnya untuk berkomunikasi dalam sebuah interaksi di kehidupan sehari-hari. Dalam komunikasi, kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur dan menjaga hubungan sosial peserta tutur agar tetap harmonis. Menurut Grice (dalam Rustono, 1999:81) kesantunan dalam berkomunikasi itu berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan moral di dalam bertindak tutur. Konsep kesantunan banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Leech (1983). Prinsip kesantunan menurut Leech didasarkan pada kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah itu tidak lain adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasihat yang harus dipatuhi agar tuturan penutup memenuhi prinsip kesantunan. Secara lengkap Leech (dalam Rustono, 1999:65) mengemukakan prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal (maksim) beserta subbidalnya, yaitu 1) bidal ketimbangrasaan, 2) bidal kemurahhatian, 3) bidal keperkenaan, 4) bidal kerendahan, 5) bidal kesetujuan, dan 6) bidal kesimpatian. Karena pentingnya kesantunan dalam berkomunikasi, peneliti dalam hal ini akan mengangkat mengenai nilai kesantunan dialog tokoh yang tertulis dalam sebuah novel. Novel yang dipilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah salah satu novel penulis terkenal Indonesia, Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan nama pena Dee, dengan judul novel Perahu Kertas yang diterbitkan pada tahun 2009 hingga diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film pada tahun 2012 lalu. Seperti yang banyak orang tahu, Dee selalu sukses menuliskan setiap karyanya dengan gaya bahasa dan diksi yang dapat dibilang apik. Karena itulah, peneliti ini diberi judul Nilai Kesantunan Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech dalam Novel Perahu Kertas.

3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tindak tutur (dialog tokoh) yang muncul dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari jika dianalisis dengan maksim-maksim prinsip kesantunan? 2. Bagaimanakah nilai kesantunan tuturan (dialog tokoh) yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? C. Tujuan Tujuan penelitian ini menjawab rumusan masalah di atas. Tujuan yang ingin dicapai dinyatakan berikut ini. 1. Mendeskripsikan tindak tutur (dialog tokoh) sesuai dengan maksim-maksim prinsip kesantunan yang muncul dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 2. Mendeskripsikan nilai kesantunan tindak tutur (dialog tokoh) sesuai dengan maksimmaksim prinsip kesantunan yang muncul dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. D. Manfaat Dengan adanya penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis 1. Memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu bahasa yang berkenaan tentang prinsip kesopanan dari suatu ujaran. 2. Menambah wawasan pembaca dan peneliti tentang prinsip kesopanan yang digambarkan di dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. 3. Hasil temuan penelitian ini diharapkan pula dapat menambah perbendaharaan penelitian dalam bidang pragmatik. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca terutama sebagai acuan dalam penelitian mengenai prinsip kesopanan di dalam novel yang berhubungan dengan teori pragmatik. Manfaat praktis 1. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian mengenai kajian prakmatik khususnya mengenai prinsip kesopanan.

4 BAB 2 KAJIAN TEORI A. Hakikat Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada sekitar dua dasawarsa yang silam ilmu ini jarang atau hamper tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya linguis bahwa upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik (wijana, 1996:4). Definisi pragmatik yang paling tua dikemukakan oleh Moris (1938), menurut beliau, pragmatik adalah cabang semiotik yang memperlajari relasi tanda dan penafsirannya (Levisson 1983:1). Jadi, pragmatik merupakan bagian ilmu tanda atau semiotik. Kekhususan bidang ini adalah penafsiran atas tanda atau bahasa.

5 Batasan pragmatik yang menonjol baru dikemukakan oleh Leech (1983), dalam bukunya yang berjudul Principles of Pragmatics, ia mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu. Leech (1983) juga menuliskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna di dalam hubungannya dengan situasi ujar. Tampak bahwa kedua batasan itu mengeksplisitkan makna, yang kemudian di dalam pragmatik itu disebut maksud. Selanjutnya, keberadaan maksud itu amat bergantung kepada situasi ujar (Rustono 1999:1). Jadi dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dan penafsirannya yang berkaitan dengan konteks yang berorientasi pada tujuan atau maksud. B. Tindak Tutur Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Pentingnya dan sentralnya itu tampak di dalam peranannya bagi analisis topik pragmatik lain. Chaer dan Agustina (2010: 50) mendefinisikan tindak tutur sebagai gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur ini lebih menitikberatkan pada makna atau arti tindak dalam suatu tuturan. Tindak tutur dapat berwujud suatu pertanyaan, perintah, maupun pernyataan. Menurut Hymes (via Chaer, 2010:48) ada delapan komponen yang harus dipenuhi dalam peristiwa tindak tutur yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1. S = Setting and scene Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. 2. P = Participants Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bias pembicara atau pendengar, penyapa atau pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). 3. E = Ends : purpose and goal Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. 4. A = Act sequences

6 Act sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. 5. K = Key : tone or spirit of act Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh atau isyarat. 6. I = Instrumentalities Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. 7. N = Norm of interaction and interpretation Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. 8. G = Genre Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. Alasan ditampilkannya istilah tindak tutur adalah bahwa di dalam mengucapkan suatu ekspresi, pembicara tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan mengucapkan ekspresi itu. Dalam pengucapan ekspresi itu ia juga menindakkan sesuatu (Purwo 1990:19). Dengan mengacu kepada pendapat Austin (1962), Gunawan (1994:43) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Demikianlah, aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur (speech act). Atas dasar sejumlah kriteria, ada beberapa jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur konstatif, performatif, lokusi, ilokusi, perlokusi, representatif, direktif, ekspresif atau evaluatif, komisif, deklarasi atau establisif atau isbati, langsung, tidak langsung, langsung harfiah, langsung tidak harfiah, tidak langsung harfiah, dan tidak langsung tidak harfiah (Rustono 1999:31). C. Konsep Kesopanan

7 Konsep kesantunan dikemukakan oleh banyak ahli. Dasar pendapat para ahli tentang konsep kesantunan itu berbeda-beda. Ada konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk kaidah, ada pula yang diformulasi di dalam bentuk strategi. Konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk kaidah membentuk prinsip kesantunan. Sementara itu, konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk strategi membentuk teori kesantunan. Jadi konsep kesantunan dimanifestasikan di dalam dua wujud, yaitu prinsip kesantunan dan teori kesantunan (Rustono, 1999:61). Prinsip kesantunan (politeness principile) itu berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifar sosial, estetis, dan moral di dalam bertindak tutur (Grice, 1991:308). Alasan dicetuskannya prinsip kesantunan adalah bahwa di dalam tuturan penutur tidak cukup hanya dengan mematuhi prinsip kerjasama. Di samping untuk menyampaikan amanat, kebutuhan (dan tugas) penutur adalah menjaga dan memelihara hubungan sosial penutur-pendengar (walaupun ada peristiwa-peristiwa tuturan tertentu yang tidak menuntut pemeliharaan hubungan itu). Sedangkan mengenai konsep kesantunan, pandangan Lakolf (1972) dan Leech (1983) tentang konsep kesantunan dirumuskan di dalam prinsip kesantunan. Sementara itu, Fraser (1978) dan Brown dan Levinson (1978) merumuskan konsep kesantunannya itu dalam teori kesantunan. Yang menarik dari pendapat para ahli itu adalah bahwa teori atau prinsip kesantunan yang diajukannya di latarbelakangi oleh pelanggaran prinsip kerja sama Grice. D. Prinsip Kesopanan Menurut Leech Prinsip kesantunan Leech didasarkan pada kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah itu tidak lain adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasihat yang harus dipatuhi agar tuturan penutup memenuhi prinsip kesantunan. Secara lengkap Leech (dalam Rustono, 1999:65) mengemukakan prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal (maksim) beserta subbidalnya sebagai berikut. 1) Maksim ketimbangrasaan (tact maxim) (a) Minimalkan kerugian orang lain. (b) Maksimalkan keuntungan orang lain. 2) Maksim kemurahhatian (generosity maxim)

8 (a) Minimalkan keuntungan diri sendiri. (b) Maksimalkan kerugian diri sendiri. 3) Maksim keperkenaan (approbation maxim) (a) Minimalkan penjelekan kepada orang lain. (b) Maksimalkan perkenaan kepada orang lain. 4) Maksim kerendahhatian (modesty maxim) (a) Minimalkan pujian kepada diri sendiri. (b) Maksimalkan penjelekan kepada diri sendiri. 5) Maksim kesetujuan (agreement maxim) (a) Minimalkan ketidaksetujuan diri sendiri dengan pihak lain. (b) Maksimalkan kesetujuan diri sendiri dengan pihak lain. 6) Maksim kesimpatian (sympathy maxim) (a) Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan pihak lain. (b) Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan pihak lain. Berikut uraian setiap maksim kesopanan itu. 1) Maksim ketimbangrasaan Maksim ketimbangrasaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. Maksim ini dilaksanakan dengan bentuk tuturan impositif dan komisif. Tuturan impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran, dll. Berkaitan dengan itu, Leech (1993: 168) mencontohkan beberapa tuturan di bawah ini secara berurutan berdasarkan tingkat kesantunannya. (20) Answer the phone. kurang santun Angkat telepon. (21) I want you to answer the phone. Saya ingin kamu angkat telepon? (22) Will you answer the phone? Maukah Anda mengangkat telepon? (23) Can you answer the phone? Dapatkah Anda mengangkat telepon? (24) Would you mind answering the phone? Apakah Anda keberatan mengangkat telepon? (25) Could you possibly answer the phone? Apa mungkin Anda mengangkat telepon? lebih santun Keenam tuturan itu digunakan untuk memerintah mitra tutur mengangkat telepon. Namun, tuturan (25) memiliki kadar kesantunan tertinggi daripada kelima tuturan lainnya. Penutur telah meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain melalui pemilihan tuturan tersebut.

9 2) Maksim Kemurahhatian Maksim kemurahhatian mengharuskan penutur untuk meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Maksim ini diutarakan dengan tuturan impositif dan komisif. Sebagai ilustrasi atas pernyataan itu, Leech (1993: 210) memberikan contoh tuturan berikut. (26) Could I borrow this electric drill? Dapatkah saya pinjam bor listrik ini? (27) Could you lend me this electric drill? Dapatkah kamu meminjamkan bor listrikmu kepada saya? Tuturan (26) lebih santun daripada tuturan (27). Tuturan (26) secara halus telah menghilangkan acuan pada kerugian mitra tutur dengan menggunakan kata saya daripada kata kamu. Hal itu disebabkan oleh berpusatnya maksim ini kepada konsep diri atau penutur. 3) Maksim Keperkenaan Maksim keperkenaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi harus memaksimalkan pujian kepada orang lain itu. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Sebagai ilustrasi, Leech (1993: 212) memberikan contoh tuturan di bawah ini. (28) What a marvellous meal you cooked. Masakanmu enak sekali. (29) What an owful meal you cooked. Masakanmu sama sekali tidak enak. Tuturan (28) dianggap lebih sopan daripada tuturan (29). Tuturan (28) mengungkapkan sebuah pujian, sedangkan tuturan (29) mengecam kepada mitra tuturnya. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan melalui tuturan (30). Tuturan ini diungkapkan seorang istri kepada suaminya yang telah membantu untuk memasak. (30) Bapak memang tidak hanya pandai mengasuh anak-anak, tetapi juga pandai membantu ibu di dapur. 4) Maksim Kerendahhatian Maksim kerendahhatian mengharuskan penutur untuk meminimalkan pujian kepada dirinya, tetapi harus mengecam diri sendiri sebanyak mungkin. Seperti halnya maksim pujian, maksim ini juga diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Untuk itu, Leech (1993: 214) mencontohkan dengan tuturan berikut. (31) Please accept this small as a token of our esteem. Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami.

10 Tuturan (31) sesuai dengan maksim ini karena penutur telah meminimalkan pujian atau kemurahan hati diri sendiri. Hal ini dapat dibandingkan dengan contoh dalam bahasa Indonesia berikut. (32) Maaf Pak, semoga Bapak sudi menerima kenang-kenangan yang tidak berharga dari kami semua yang merasa berhutang budi atas kebaikan Bapak membimbing kami selama ini. Tuturan (32) dituturkan seorang kepala desa kepada wakil dari rombongan penyuluh pertanian. Peristiwa itu terjadi saat rombongan penyuluh akan meninggalkan desa tempat mereka berpraktik. 5) Maksim Kesepakatan Maksim kesepakan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan dengan orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif. Leech (1993: 217) memberikan contoh (33) sebagai ilustrasi maksim ini. (33) A : It was an interesting exhibition, wasn t it? Pamerannya menarik, bukan? B : No, it was very uninteristing. Tidak, pamerannya sangat tidak menarik. Jawaban (B) terasa kurang santun karena melanggar maksim kesepakatan yang menggariskan agar memaksimalkan kesepakatan dengan orang lain. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan contoh berikut. (34) A : Ujiannya tadi sulit sekali, ya? B : Betul, kepalaku sampai pusing. Jawaban (B) telah mematuhi maksim ini dengan cara memaksimalkan kesepakatan dengan (A). 6) Maksim Kesimpatian Maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi yang dicapai atau musibah yang melanda orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif. Leech (1993: 219) mencontohkan ucapan selamat berikut untuk menunjukkan kepatuhan terhadap maksim simpati. (35) I m delighted to hear about your cat. Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu. Penutur mengucapkan selamat atas kemenangan kucing temannya yang menjuarai kontes kucing. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan tuturan berikut.

11 (36) Sabar dan tawakal, ya. Kami yakin pada ujian tahun depan kamu akan dapat menyusul kami. Tuturan (36) merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah seorang temannya yang gagal ujian masuk perguruan tinggi. Secara umum, pendapat Leech di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Dalam bentuk negatif Kurangilah tuturan-tuturan yang tidak santun atau gunakanlah sesedikit mungkin tuturan-tuturan yang mengungkapkan pendapat yang tidak santun menjadi sesantun mungkin. 2. Dalam bentuk positif Perbanyak atau gunakanlah sebanyak-banyaknya tuturan-tuturan yang mengungkapkan pendapat-pendapat yang santun. Baik dalam bentuk positif maupun negatif, tuturan-tuturan yang santun menguntungkan petutur, sedangkan tuturan-tuturan yang tidak santun merugikan penutur atau pihak ketiga (Yeni Mulyani Supriatin, 2007: 55). Hal ini sejalan dengan awal mula konsepnya bahwa kesantunan berbahasa lebih terpusat pada lain atau mitra tutur. E. Hakikat Novel Pengertian Novel Salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa narasi adalah novel selain roman dan cerita pendek. Secara etimologi, kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang secara harfiah berrati sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002: 9). Kata ini kemudian diserap oleh bahasa Inggris menjadi novel. Dari bahasa Inggris inilah, kata novel dalam bahasa Indonesia dimunculkan. Rene Wellek dan Austin Warren (1977: 216) mengemukakan bahwa the novel is a picture of real life and manners, and of the time in which it is written. And the romance, in lofty and elevated language, described what never happened nor is likely to happen novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman saat novel itu ditulis. Romansa yang ditulis dalam bahasa yang agung dan diperindah, menggambarkan apa yang pernah ditulis dan apa yang pernah terjadi. Lebih lanjut, Melani Budianta, (ed.), 2002: 77) mengatakan bahwa karya sastra ini berbentuk sederetan kisah atau peristiwa.

12 Pengarang membangun kisahan ini melalui narasi panjang dengan didukung oleh unsur dari dalam novel ini yang lazim disebut unsur intrinsik, seperti alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Kisahan yang dibangun ini bersifat imajinatif semata. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh. Diawali dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Bahasa Novel Sebuah novel umumnya dikembangkan dalam dua bentuk penuturan: narasi dan dialog (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 310). Kedua bentuk itu hadir secara bergantian sehingga cerita yang ditampilkan menjadi tidak bersifat monoton, terasa variatif, dan segar. Pengungkapan dengan gaya narasi memiliki pengertian semua pertuturan yang bukan bentuk percakapan yang sering dapat menyampaikan sesuatu secara lebih singkat dan langsung. Artinya, pengarang mengisahkan cerita secara langsung atau pengungkapannya bersifat menceritakan. Jika dilihat dari segi hubungan antara tokoh cerita dengan pembaca, komunikasi yang dilakukan menjadi bersifat taklangsung. Pembaca seolah takmendengar sendiri kata-kata dan percakapan antara para tokoh sebab percakapan itu telah ditaklangsungkan oleh pengarang. Pengungkapan dalam bentuk dialog atau percakapan seolah-olah pengarang membiarkan pembaca untuk melihat dan mendengar sendiri kata-kata seorang tokoh, percakapan antartokoh, bagaimana wujud kata-katanya dan apa isi percakapannya. Gaya ini dapat memberikan kesan realistis, sungguh-sungguh dan memberi penekanan terhadap cerita atau kejadian yang dituturkan dengan gaya narasi. Percakapan dalam novel baru akan efektif jika telah jelas konteks berlangsungnya sebuah pertuturan. Sebuah percakapan yang hadir dalam kalimatpertama sebuah novel tidak akan begitu saja dapat dipahami pembaca sebelum mereka mengetahui konteks situasinya. Dengan mengetahui konteks pertuturan, baik konteks lingual maupun konteks nonlingual, pembaca dapat mengetahui maksud sebuah tuturan seorang tokoh dalam novel (D. Edi Subroto dalam Dwi Purnanto (ed.), 2009: 80). Hal ini lebih dipertegas lagi dengan teori

13 tindak tutur yang menggarisbawahi bahwa orang yang bertutur tidak sekadar bertutur, tetapi juga melakukan tindakan. BAB 3 METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya, serta peristilahan (Kirk dan Miller dalam T. Fatimah Djadjasudarma, 1993: 10). Secara khusus, penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif. Penelitian semata-mata hanya didasarkan pada penggunaan bahasa secara komunikatif. 2. Populasi dan Sampel Sudaryanto (1990: 36) mendefinisikan populasi sebagai jumlah keseluruhan pemakaian bahasa tertentu yang tidak diketahui batas-batasnya akibat dari banyaknya orang yang memakai (dari ribuan sampai jutaan), lamanya pemakaian (di sepanjang

14 hidup penutur-penuturnya), dan luasnya daerah serta lingkungan pemakaian. Ringkasnya, populasi pemakaian bahasa sama dengan jumlah keseluruhan pemakaian bahasa, baik yang akan dipilih maupun tidak dipilih untuk dianalisis. Populasi penelitian ini mencakup beberapa tuturan yang terdapat di dalam novel Perahu Kertas. Sebagian tuturan yang diambil dari populasi merupakan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan pada sumber data yang dianggap memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sampel penelitian ini mencakup tuturan langsung yang berdiri tanda petik (.. ) baik monolog maupun dialog. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif. 3. Sumber Data Data sebagai bahan penelitian bukan bahan mentah atau calon data, melainkan bahan jadi yang siap untuk dianalisis (Sudaryanto, 1990: 3). Data penelitian ini mencakup semua tuturan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Data tersebut berwujud dialog maupun monolog yang ditandai munculnya tanda petik (.. ) dari tokoh yang ada dalam novel. Dengan sumber data tertulis pada penelitian ini yang berwujud novel berjudul Perahu Kertas karya Dewi Lestari yang diterbitkan oleh penerbit PT Bentang Pustaka, Yogyakarta tahun Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik simak, dan teknik catat. Penggunaan teknik simak dalam pengumpulan data disebabkan peneliti harus menyimak dan membaca tuturan berupa dialog tokoh pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini untuk mendapatkan data yang dapat mendukung penelitian ini. Sedangkan dengan teknik catat digunakan untuk mendukung teknik simak, peneliti mencatat data berupa dialog tokoh yang dapat dijadikan data pendukung penelitian ini dari hasil membaca (menyimak) novel yang dijadikan sumber data penelitian ini. 5. Teknik Pengolahan Data Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, metode analisis deskriptif merupakan usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut (Winarno Surachman 1990:139). Penggunaan analisis deskriptif pada penelitian ini disebabkan

15 karena penerapan metode kualitatif pada penelitian ini dan data yang dikumpulkan berupa tuturan dialog tokoh (kata-kata) pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Laporan penelitian nantinya akan berisi kutipan-kutipan data dan pengolahan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. BAB 4 PEMBAHASAN 1. Analisis dialog berdasarkan Maksim prinsip kesantunan A. Maksim Ketimbangrasaan (1a) Minggu depan, pokoknya ngak mau tahu, lu harus udah sampai di Bandung. Mobil Eko udah gua suruh masuk bengkel dulu biar ngak mogok pas njemput lu ke stasiun. Habis itu kita langsung keliling buat belanja kebutuhan lu. Kamar lu udah gua sapu-sapu dari kemarin. Pokoknya tahu beres deh. (1b) Tapi lu juga lebih rajin dari tiga pembantu gua dijadiin satu. Tuturan (1a) menunjukkan penuturnya meminimalkan biaya kepada pihak dan memaksimalkan keuntungan untuk pihak penutur (1b). Sebenarnya menurut maksim ketimbangrasaan prinsip kesopanan Leech, tuturan di atas memiliki ketimbangrasaan yang cukup tinggi, tetapi dari segi penggunaan bahasa dinilai kurang santun. Namun demikian, tuturan di atas memiliki konteks percakapan yang dilakukan oleh dua orang sahabat yang sudah terbiasa menggunakan bahasa nonformal.

16 (2a) Semua salah Papa, Nan, Adri mengucap lirih, Papa yang nggak berusaha memahami kamu, berusaha mengurung kamu, dan nggak pernah member kamu kebebasan menjadi diri kamu sendiri. Sementara kamu, kamu sudah berani mengorbankan impian kamu, demi bias kembali ke sini, mengurus keluarga ini. (2b) Selamanya, saya akan tetap melakukan hal yang sama. Dengan situasi Papa waktu itu, pulang ke sini bukanlah pilihan bagi saya, buka juga pengorbanan, sergah Keenan, tapi sekarang, saya ingin kembali memilih. Adri tersenyum. Di mata Papa, semua itu terbalik, Nan. Kamu nggak perlu memilih untuk melukis. Itulah diri kamu. Selamanya. Tuturan (2a) menunjukkan penuturnya meminimalkan biaya kepada pihak dan memaksimalkan keuntungan untuk pihak penutur (2b). Menurut maksim ketimbangrasaan prinsip kesopanan Leech, tuturan di atas memiliki ketimbangrasaan yang cukup tinggi, penggunaan bahasanya dengan konteks percakapan yang dilakukan antara anak kepada ayahnya (orang tua) di atas, dinilai sudah santun. B. Maksim Kemurahhatian (1a) Oma jadi masak? (1b) Bruinebonen soep dan kaas brodje. Sesuai pesananmu. Oma kan tidak bisa lupa, vent. Oma selalu pegang janji. Tuturan di atas menunjukkan penutur (1b) memaksimalkan keuntungan untuk pihak penutur (1a), dengan begitu tuturan di atas dapat dinilai santun karena memiliki nilai maksim kemurahan hati yang positif (tinggi). C. Maksim Keperkenaan (1a) Kapan mulai beres-beres, Gy? Buku-buku lu yang banyak banget itu dipaketin aja ke Bandung, ngak usah bawa sendiri. Bagasi mobilnya Eko kan kecil, nanti ngak bakal muat. Lu bawa baju-baju aja, ya? Tiket kereta api udah pesan, belum? Lagi penuh lho. Ntar terpaksa beli di calo. Sayang duit. (1b) Non, lu tuh lebih cerewet dari tiga nyokap gua dijadiin satu. Serius.

17 Tuturan di atas menunjukkan penutur (1b) memuji pihak penutur (1a) dengan nilai kesantunan yang rendah, karena bahasa yang digunakan untuk memujinya dianggap kurang memiliki nilai positif. (2a) Nama kamu yang paling unik, ya. (2b) Tepatnya, yang paling aneh, Kugy tergelak, kayaknya waktu itu orangtuaku habis bahan. Masih untung ngak jadi Karbol. (2a) Tapi kamu yang paling cantik. Tuturan di atas menunjukkan penutur (2a) memuji pihak penutur (2b) dengan nilai kesantunan yang tinggi, karena bahasa yang digunakan untuk memujinya memiliki nilai positif. D. Maksim Kerendahhatian (1a) Gimana sih, gua. Payah banget. (1b) Noni tiba-tiba tertawa. Kok lu jadi marahin diri lu sendiri! (1a) Iya, ya? kugy ikut tertawa. Supaya menghemat energy lu, Non. Kan lu udah capek bantuin gua. Udah capek ngurusin si Eko dan Fuad-nya yang ngadat melulu itu Tuturan di atas menunjukkan penutur (1a) memaksimalkan penjelekan terhadap dirinya sendiri dengan bahasa yang negarif dan dinilai kurang baik (rendah). (2a) Jadi, cuma gara-gara penilaian satu galeri, dan sekelompok orang yang entah siapa, kamu mengorbankan semua mimpi kamu. Gitu? Nada bicara Kugy kian meruncing. (2b) Wake up, Gy, Keenan melengos, Warsita bukan sekedar galeri. Dan orangorang itu adalah kolektor lukisan yang berpengalaman. Kamu dan Eko bisa aja bilang lukisan saya bagus karena kalian teman-teman saya. Tapi orang-orang itu lebih tahu. Tuturan di atas menunjukkan penutur (2b) memaksimalkan penjelekan terhadap dirinya sendiri dengan bahasa yang dinilai masih positif (baik). E. Maksim Kesetujuan

18 (1a) Ma, aku bolos sehari, deh. Aku juga mau ke Bandung. Ketemu Mas Eko, rengek Jeroen. (1b) Sayang, ibunya tetap menggeleng. Nggak bisa, Roen. Kamu harus sekolah. Tuturan di atas menunjukkan penutur (1b) minimalkan kesetujuan antara dirinya dengan penutur (1a) dengan bahasa yang dinilai masih positif, karena konteks percakapannya terjadi antara ibu dan anak. (2a) Jadi saya boleh-? (2b) Kapan pun kamu siap, kamu bisa "berhenti, Adri berkata lembut, jangan khawatir tentang apa-apa. Papa pasti bisa cari jalan lain. Papa yakin. Tuturan di atas menunjukkan penutur (2b) maksimalkan kesetujuan antara dirinya dengan penutur (2a) dengan bahasa yang dinilai masih positif, karena konteks percakapannya terjadi antara ayah dan anak. F. Maksim Kesimpatian (1a) Boleh tahu kapan kamu melukis? (1b) Waktu tahu saya lolos UMPTN. (1a) Kamu sebetulnya terpaksa kuliah di sini, ya? ucap Kugy hati-hati Tuturan di atas, penutur (1a) dalam tuturannya yang terakhir maksimalkan menunjukkan simpati kepada penutur (1b) dengan bahasa yang dinilai masih baik (positif). (2a) Ah. Such a shame, Wanda tersenyum tipis, kamu sangat, sangat berbakat. (2b) Oh, ya? Alis Keenan mengangkat. Menurut kamu lukisan-lukisan ini cukup layak masuk galeri? (2a) Layak? kali ini Wanda mendongak menatap Keenan, tegak halus, harusnya kamu cari nafkah dari melukis. Tuturan di atas, penutur (2a) dalam tuturannya yang terakhir maksimalkan menunjukkan simpati kepada penutur (2b) dengan bahasa yang dinilai masih baik (positif).

19 BAB 5 PENUTUP A. Simpulan Prinsip kesantunan Leech didasarkan pada kaidah-kaidah. Kaidah-kaidah itu tidak lain adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasihat yang harus dipatuhi agar tuturan penutup memenuhi prinsip kesantunan. Secara lengkap Leech (dalam Rustono, 1999:65) mengemukakan prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal (maksim) beserta subbidalnya sebagai berikut. 1) Maksim ketimbangrasaan (tact maxim) (a) Minimalkan kerugian orang lain. (b) Maksimalkan keuntungan orang lain. 2) Maksim kemurahhatian (generosity maxim) (a) Minimalkan keuntungan diri sendiri. (b) Maksimalkan kerugian diri sendiri. 3) Maksim keperkenaan (approbation maxim) (a) Minimalkan penjelekan kepada orang lain. (b) Maksimalkan perkenaan kepada orang lain. 4) Maksim kerendahhatian (modesty maxim) (a) Minimalkan pujian kepada diri sendiri. (b) Maksimalkan penjelekan kepada diri sendiri. 5) Maksim kesetujuan (agreement maxim) (a) Minimalkan ketidaksetujuan diri sendiri dengan pihak lain. (b) Maksimalkan kesetujuan diri sendiri dengan pihak lain. 6) Maksim kesimpatian (sympathy maxim) (a) Minimalkan antipati antara diri sendiri dengan pihak lain. (b) Maksimalkan simpati antara diri sendiri dengan pihak lain Analisis tindak tutur yang berwujud dialog tokoh pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari berdasarkan maksim-maksim prinsip kesantunan menurut Leech di atas menimbulkan nilai positif (kesantunan yang tinggi) dan nilai negatif (kesantunan

20 yang rendah), hal ini dikarenakan penggunaan bahasa yang digunakan tokoh dalam berdialog disesuaikan dengan konteks dan dengan siapa tokoh melakukan dialog tuturan dalam novel Perahu Kertas tersebut. B. Saran Penelitian mengenai nilai kesantunan pada tuturan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian mengenai hal yang sama berikutnya, hal ini supaya apa yang masih kurang dan belum dianalisis secara mendalam pada penelitian ini mendapat tindak lanjut sehingga pembaca pada umumnya nanti akan mendapatkan informasi yang belum tersampaikan sebagai wawasan dan pengetahuan mengenai kajian pragmatik khusunya mengenai prinsip kesantunan yang penting untuk diterapkan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Karena dengan wawasan dan pengetahuan mengenai prinsip kesantunan, nantinya penutur dengan mitra tuturnya suatu bahasa (bahasa Indonesia) dapat bertutur yang baik baik dari segi estetis maupun moral dalam berbahasa. DAFTAR PUSTAKA

21 Rustono Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lestari, Dewi Perahu Kertas. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF DALAM DIALOG FILM PUNK IN LOVE KARYA ODY C HARAHAP NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF DALAM DIALOG FILM PUNK IN LOVE KARYA ODY C HARAHAP NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF DALAM DIALOG FILM PUNK IN LOVE KARYA ODY C HARAHAP NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dwi kurniasari (2013). Anita Nurjanah yang meneliti tentang Prinsip Kesopanan

BAB II LANDASAN TEORI. Dwi kurniasari (2013). Anita Nurjanah yang meneliti tentang Prinsip Kesopanan 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan pragmatik sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Khususnya prinsip kesopanan berbahasa. Peneliti bahasa yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Aditya Nugraha NIM

SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Aditya Nugraha NIM ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SURONEGARAN DAN PASAR KONGSI PURWOREJO SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KEMAMPUAN NEGOSIASI DI KELAS X SMK SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Dari sekian banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM RUBRIK URUN REMBUK DI SURAT KABAR RADAR JOGJA JAWA POS. Skripsi

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM RUBRIK URUN REMBUK DI SURAT KABAR RADAR JOGJA JAWA POS. Skripsi KESANTUNAN BERBAHASA DALAM RUBRIK URUN REMBUK DI SURAT KABAR RADAR JOGJA JAWA POS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB 2 ACUAN TEORI. Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari.

BAB 2 ACUAN TEORI. Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari. BAB 2 ACUAN TEORI 2. 1 Kesantunan Berbahasa Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari. Salah satunya adalah kesopansantunan dalam berkomunikasi atau biasa disebut kesantunan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK 0 ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM 209210020 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan tindak tutur lokusi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR SANTUN SEBAGAI STRATEGI PEMILIHAN BAHASA UNTUK KOMUNIKASI KONSELOR YANG EFEKTIF

TINDAK TUTUR SANTUN SEBAGAI STRATEGI PEMILIHAN BAHASA UNTUK KOMUNIKASI KONSELOR YANG EFEKTIF TINDAK TUTUR SANTUN SEBAGAI STRATEGI PEMILIHAN BAHASA UNTUK KOMUNIKASI KONSELOR YANG EFEKTIF Ristiyani Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus e-mail: ristiyani@umk.ac.id Info Artikel Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana oleh Untung Yuwono (Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia; e-mail: untung.yuwono@ui.edu) Disampaikan dalam Pelatihan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Pelanggaran Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Pesbukers di Stasiun Televisi ANTV oleh Dwi Kurniasih. Skripsi tersebut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu 9 II. LANDASAN TEORI 2.1 Implikatur Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Secara etimologis, to imply berarti membungkus atau menyembunyikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A310 090 180 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

ETNOGRAFI KOMUNIKASI ETNOGRAFI KOMUNIKASI Etnografi kom merupakan pengembangan dr antropologi linguistik yg dipahami dlm konteks kom. Dikenalkan Dell Hymes th 1962, sbg kritik kpd ilmu linguistik yg tll memfokuskan pada fisik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir manusia sistematis dalam menggapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIS WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIS WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIS WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Oleh Nama : Dian Rachmawati NIM : 2150405022

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan

Lebih terperinci