BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Pengertian Hipertensi dan Rehipertensi Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh pembuluh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Vita Health,2006). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmhg(brunner & Sudarth, 2005). Sedangkan rehipertensi adalah pengulangan hipertensi atau kambuhnya hipertensi. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VII (Ridwan, 2011) : Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan sistolik dan diastolik (mmhg) Normal < 120 dan < 80 Prehipertensi atau Hipertensi stadium I atau Hipertensi stadium II >160 atau > 100 Rehipertensiadalah kejadian hipertensi kambuhan setelah yang bersangkutan memiliki sejarah hipertensi. Rehipertensidapat muncul secara tiba-tiba tanpa adanya gejala yang mendahului. 6

2 2.1.1 Aspek-aspek Perilaku Penelitian tentang perilaku menunjukan bahwa tindakan masyarakat dalam pencegahan hipertensi dipengaruhi oleh faktor internal (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan/penghasilan) dan faktor eksternal (peran media massa, peran keluarga dan teman), dimana kedua faktor ini mempengaruhi secara signifikan terhadap tindakan yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit hipertensi (Ginting, 2008). Notoadmojo (2003), mengembangkan perilaku dalam tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan: a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari sesuatu yang diketahui seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara garis besar, pengetahuan dibagi menjadi 5 tingkat yaitu : 1. Tahu (know) yaitu memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2. Memahami (comprehension) yaitu memahami suatu objek, tidak hanya sekedar memahami objek tersebut tetapi dapat menginterpretasikannya. 7

3 3. Aplikasi (applications) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapatkan pada situasi yang sebenarnya (real). 4. Analisis (analysis) yaitukemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur yang sama dan masih berkaitan satu dengan yang lain. 5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menerangkan atau menghubungkan secara logis bagianbagian kedalam bentuk keseluruhan yang baru Terkait dengan penyakit hipertensi, perilaku seseorang dalam melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut ditentukan berdasarkan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Adanya tingkat pengetahuan yang baik terhadap hipertensi memudahkan seseorang melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut, misalnya, apa yang dimaksud dengan hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi, cara pencegahan hipertensi, makanan yang baik untuk mencegah hipertensi, bahaya merokok dan pentingnya olahraga bagi penderita hipertensi (Ginting, 2008). Pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Suriyasa, et al. (2004), menghasilkan bahwa tingkat pendidikan kriteria SD 8

4 menurunkan risiko hipertensi sebesar 66%, sedangkan bagi yang berpendidikan SMP berkisar 72% (Eksanoto, 2011).Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin kecil risiko seseorang menderita hipertensi. b. Sikap Menurut Allport dalam Notoadmojo (2003), sikap mempunyai tiga komponen yaitu : 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan respon terhadap suatu objek atau kondisi tertentu, dapat bersifat respon positif atau negatif. Ketiga komponen diatas bersama-sama akan membentuk sikap secara utuh dan dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Dalam pencegahan hipertensi, sikap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003), yaitu : 1. Sikap terhadap sakit dan penyakit: hal ini berhubungan dengan bagaimana penilaian seseorang terhadap gejala atau 9

5 tanda-tanda penyakit yang muncul, pencegahan penyakit, penilaian terhadap layanan kesehatan, dan sebagainya. 2. Sikap dan cara pemeliharaan hidup sehat: hal ini mengenai bagaimana penilaian atau pendapat individu dalam pemeliharaan kesehatan, pemilihan pola hidup sehat seperti olahraga, makanan, gizi, dan sebagainya. Sikap yang mempengaruhi tindakan pencegahan rehipertensi merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana memilih jenis tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan penilaian individu dalam usahanya mencegah rehipertensi. Penelitian menunjukan bahwa meskipun masyarakat memiliki pengetahuan umum serta sikap yang baik terhadap penyakit hipertensi, namun dalam memahami kondisi tekanan darah belum mampu dipahami secara keseluruhan, misalnya tentang pentingnya mengetahui tingkat tekanan darah sistolik atau distolik serta mengenali kondisi status tekanan darah pada umumnya (Oliveria et al. 2005). Dengan demikian, pentingnya meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam menambah informasi kesehatan serta melakukan penilaian terhadap informasi yang diterima sehingga kesadaran akan melakukan tindakan pencegahan rehipertensipun meningkat. c. Tindakan 10

6 Tingkat-tingkat praktek (Notoadmodjo, 2005) : 1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang diambil. 2. Respon terstruktur (guided respon), yaitu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme (mechanism), jika seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar, maka secara otomatis akan merubah tindakan tersebut menjadi suatu kebiasaan. 4. Adaptasi (adaption), yaitu suatu praktek atau tindakan yang telah berkembang dengan baik dan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut. Dalam kaitannya dengan hipertensi, tindakan memiliki nilai penting dalam perilaku seseorang, karena puncak dari pengetahuan yang dimiliki serta sikap dalam menilai sebuah perilaku akan terwujud dalam tindakan. Tindakan dapat terlihat dari gaya hidup yang bervariasi, menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat tekanan darah secara langsung baik pada individu maupun dalam populasi. Perubahan gaya hidup berperan besar dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi dan penyakit jantung lainnya serta mengurangi penggunaan terapi obat antihipertensi (Beilin et al, 1999). 11

7 Beberapa tindakan pencegahan rehipertensi adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi lemak tubuh Kelebihan lemak tubuh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Kelebihan lemak tubuh ini berhubungan dengan metabolik sindrom yang melemahkan sensitivitas insulin, intoleransi glukosa dan penimbunan lemak yang berpengaruh pada tingginya tekanan darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung (Beilinet al, 1999; Pauliot et al, 1994). Mengurangi lemak tubuh dapat dilakukan dengan memodifikasi makanan yang dikonsumsi seperti mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, makanan jenis fastfood dan makanan yang diawetkan serta rutin melakukan latihan fisik seperti olahraga secara teratur untuk membantu pembakaran lemak tubuh (Adib, 2009; Pappachan et al, 2011). Dengan demikian, mengurangi lemak tubuh berhubungan juga dalam menjaga berat badan agar tetap ideal sehingga dapat mengurangi risiko hipertensi yang disebabkan berat badan berlebihan atau obesitas. 2. Meningkatkan aktivitas fisik 12

8 Meningkatkan aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah karena secara bersamaan dapat mengubah berat badan (Appel. LJ, 2003). Penelitian mengungkapkan Aktivitas fisik dapat berupa latihan fisik seperti berenang, jogging maupun melakukan kegiatan diwaktu luang seperti memancing, berburu, bermain ski dan berkebun yang dilakukan secara rutin selama 4 jam per minggu dapat menurunkan tekanan darah (Barengo et al, 2005). Aerobik juga memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan menjaga kestabilan tekanan darah pada normal tensi dimana aerobik dapat digunakan sebagai pencegahan dan penanganan terhadap tekanan darah tinggi (Whelton et al, 2002). Penurunan nilai tekanan darah berkisar antara 7 sampai 11 mmhg untuk tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi dan 3 mmhg pada orang dengan tensi normal (Faggard, 1995). Dengan demikian, aktivitas maupun latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko hipertensi. 3. Diet garam Mengurangi konsumsi garam sangat penting bagi penderita hipertensi dalam menjaga kestabilan tekanan darah. Dengan menurunkan jumlah konsumsi garam maka dapat 13

9 mengurangi kejadian hipertensi. batasan konsumsi garam perhari adalah mg (National Institutes of Health, 2002). Hasil penelitian daridietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) tentang jumlah konsumsi garam mengungkapkan bahwa dengan mengurangi konsumsi garam, kira-kira 60 mmol/d dpat menurunkan tekanan darah pada populasi hipertensi dan non hipertensi. DASH mencoba menguji pengaruh konsumsi garam dalam 2 diet berbeda dengan 3 level jumlah konsumsi garam terhadap tekanan darah. Level pertama tinggi (kira-kira 143 mmol/d, tipe konsumsi orang Amerika), level menengah (106 mmol/d, rekomendasi US) dan rendah (65 mmol/d, ukuran yang dapat menurunkan tekanan darah). Pada tipe diet orang Amerika, menurunkan konsumsi garam dari level tinggi ke menengah dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,1 mmhg. Sedangkan dari level menengah ke rendah dapat menurunkan tekanan darah sebesar 4,6 mmhg. Diet DASH dengan konsumsi garam rendah menurunkan 7,1 mmhg pada orang non hipertensi dan 11,5 mmhg pada penderita hipertensi (Sacks et al, 2001). Untuk mengurangi konsumsi garam, penderita hipertensi harus mengkonsumsi jenis makan yang rendah garam serta 14

10 mengurangi penambahan garam pada jenis makanan yang dikonsumsi (Appel. LJ, 2003). Menurutnya, Meskipun jenis makanan fast food dengan kandungan garam yang telah ditentukan sering menjadi pilihan konsumsi, diharapkan penderita hipertensi dapat mengurangi pilihan jenis makanan tersebut untuk mengurangi risiko hipertensi. 4. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran Buah-buahan dan sayuran merupakan jenis makanan yang baik dalam mengurangi risiko hipertensi jika dikonsumsi secara teratur (Adib, 2009). Penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, jenis makanan dengan kandungan kalium serta vitamin C dapat menurunkan hipertensi dengan persentase masing-masing 46%, 38%, 46% dan 43% (Utsugi et al, 2008). Meningkatnya tekanan darah juga mengakibatkan penyakit jantung sehingga disarankan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran lebih dari 3 kali atau sampai 5 kali penyajian dengan jumlah lebih banyak, dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung (He FJ., et al, 2007). Buah-buahan mengandung phytochemical atau zat kimia tanaman seperti flavonoids, sterol dan phenol. Misalnya flavonoids yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat 15

11 mengurangi kolestrol serta mencegah penggumpalan darah yang dapat meningkatkan tekanan darah dan pisang yang memiliki kandungan kalium baik untuk mengatasi hipertensi. Demikian juga dengan sayuran khususnya sayuran hijau yang mengandung banyak serat dapat membantu menurunkan tekanan darah (Adib, 2009). Dalam mencegah hipertensi disarankan penderita hipertensi mengkonsumsi buah dan sayuran lebih sering dengan porsi yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan jantung dan kestabilan tekanan darah. 5. Mengurangi konsumsi daging Penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi daging khususnya jenis daging merah (kecuali jenis unggas) dapat meningkatkan risiko hipertensi jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih (Wang et al, 2008). Lajous et al (2014) dalam penelitiannya tentang daging merah dan hipertensi pada wanita, dimana wanita yang mengkonsumsi daging yang diproses terlebih dahulu dan dikonsumsi >5 kali dalam seminggu (1 kali konsumsi = 50 gram) berisiko terkena hipertensi sebesar 17% daripada yang mengkonsumsi daging <5 kali dalam seminggu. Dengan demikian mengurangi 16

12 konsumsi daging sangat penting dalam menurunkan risiko hipertensi. 6. Mengurangi atau Berhenti mengkonsumsi alkohol Alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah. Sebuah penelitian menunjukan perbedaan konsumsi alkohol antara pria dan wanita, wanita yang mengkonsumsi alkohol 1-20 g/ hari (8 g = 10 ml) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah, sebaliknya jika mengkonsumsi lebih dari batasan tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Demikian halnya pada pria, yang mengkonsumsi sampai 40g/hari (batas konsumsi) dapat meningkatkan tekanan darah (Maheswaran et al, 1991). Pentingnya mengurangi jumlah konsumsi alkohol bahkan berhenti dapat menurunkan risiko hipertensi. Penelitian menunjukan dengan tidak mengkonsumsi alkohol selama 1 bulan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 7,2 mmhg dan 6,6 mmhg tekanan darah diastolik dalam 24 jam, ini direkomendasikan bagi peminum alkohol berat untuk mengendalikan tekanan darah agar tetap stabil (Aguilera et al, 1998). 7. Berhenti merokok 17

13 Kebisaaan merokok berpengaruh pada tekanan darah. Dalam penelitiannya Setyanda, et al (2015) menemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi yang dipengaruhi oleh lama merokok dan jenis rokok. Tekanan darah tinggi yang ditambah dengan penggunaan tembakau akan meningkatkan risiko penumpukan lemak pada arteri yang dapat menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah sekitar 10mmHg untuk sistolik dan 8 mmhg untuk diastolik ketika merokok dan sesaat setelahnya, sehingga pentingnya mengurangi konsumsi rokok stiap hari untuk menghindari risiko hipertensi yang dapat meningkat menjadi stroke dan penyakit jantung lainnya (Santoso, 2010). 8. Pengendalian Stres Efek stres biasanya hanya sementara (stres akut), namun jika berlangsung secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah. Penyebab stres biasanya karena pekerjaan, kurangnya hiburan atau liburan, kurangnya aktivitas sosial atau menigkatnya rasa cemas/marah (Santoso, 2010). Santoso menambahkan pentingnya mengontrol stres berhubungan dengan pikiran, sehingga pentingnya kegiatan 18

14 untuk mengurangi stres seperti liburan, melakukan teknik relaksasi dan kegiatan lainnya yang memberi dampak positif bagi kesehatan pikiran Perilaku Kesehatan dan Teori Perubahan Perilaku Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Maulana, 2009). Perilaku kesehatan ini berasal dari cara pandang individu dalam memahami sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang ditunjukan dalam tindakan. Perilaku kesehatan didukung adanya perubahan perilaku. menurut Rhodes dan Pfaeffli (2010) beberapa teori yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan yaitu teori transtheorical, social cognitive theory (teori kognitif sosial), theory of planned behavior (teori merencanakan perilaku), protection motivation theory (teori perlindungan motivasi), self-determination theory (teori menentukan keputusan). Teori Transtheoretical (Prochasca dan Velicer, 1997) adalah teori yang mempromosikan perubahan perilaku kesehatan yang melibatkan 6 tahap yaitu precontemplation adalah tahap dimana individu belum mengetahui konsekuensi dari perilaku mereka. Dalam hal ini individu belum mendapatkan informasi tentang promosi 19

15 kesehatan. Contemplation atau perenungan adalah tahap dimana individu sudah mulai menyadari dampak dari perilaku, biasanya mulai menyadari akan pentingnya biaya dan manfaat bagi kesehatan. Namun pada tahap ini juga individu belum mampu membuat keputusan yang tepat dalam mempertahankan perubahan perilaku. Preparation (persiapan) adalah tahap dimana individu mulai mengambil tindakan dengan mengumpulkan informasi yang membantu perubahan perilaku seperti mulai merencanakan tindakan yang akan dilakukan, bergabung dalam kelas pendidikan kesehatan dan membeli buku sebagai bantuan diri serta konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti dokter. Tahap persiapan dapat menjadi sarana untuk merencanakan program kesehatan seperti aktivitas fisik atau olahraga, berhenti merokok dan mengurangi obesitas. Tahap selanjutnya yaitu action (tindakan) adalah tahap dimana seseorang melakukan modifikasi perlaku yang lebih spesifik dengan mengkritisi tindakan yang dilakukan khususnya dalam mengurangi perilaku yang berisiko menimbulkan penyakit, misalnya berhenti mengkonsumsi rokok atau diet kalori dan mengurangi konsumsi lemak. Berikutnya tahap maintenance (pemeliharaan) adalah tahap dimana individu melakukan tindakan pencegahan kambuhnya penyakit. Kepercayaan diri merupakan bagian pada tahap ini bahwa adanya kemampuan untuk meningkatkan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang 20

16 panjang, tahap ini bertahan 6 bulan smpai 5 tahun dan setelah itu biasanya akan kembali pada perilaku sebelumnya (kambuh), misalnya berhenti merokok, sebanyak 43% kembali pada perilaku merokok setelah berhenti selama 12 bulan. Dalam hal ini, kambuh merupakan tahap terpisah yang kembali pada tahap awal perubahan perilaku menurut transtheorical (kecuali tahap precontemplation). Terakhir adalah tahap termination yaitu tahap dimana perubahan perilaku dapat dilakukan secara efektif. Individu yakin bahwa tidak akan kembali pada perilaku tidak sehat, sehingga perubahan perilaku ini menjadi koping dalam mengatasi masalah kesehatan. Bandura (2004) mengemukakan teori kognitif sosial yaitu mekanisme yang bekerja melalui pengetahuan yang diterjemahkan kedalam praktek kesehatan yakni adanya kemampuan diri seseorang dalam mengontrol kebiasaan yang berpengaruh terhadap kesehatan. Menurutnya, Pengetahuan merupakan syarat untuk dapat memiliki perubahan perilaku, mempengaruhi gaya hidup yang berdampak pada kesehatan dimana pengetahuan memunculkan keyakinan yang menjadi peran utama dalam perubahan perilaku. fokus keyakinan inilah yang menjadi dasar motivasi manusia dalam melakukan tindakan (Bandura, 1988; 2004) Theory of planned behavior adalah adanya niat atau kemauan dari individu dalam melakukan perilaku tertentu dimana niat ini 21

17 menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku untuk berupaya keras merubah perilaku, dan berusaha mengerahkan rencana tersebut dalam wujud nyata perilaku (Ajzen, 1991). Perencanaan ini didahului dengan motivasi serta upaya mengontrol keinginan sebagai aturan yang mendasari perubahan perilaku. Protection motivation theory adalah teori tentang komunikasi persuasif yang menekankan pada proses kognitif yang memfasilitasi perubahan perilaku (Rogers, 1975 dalammilneet al, 2000). Perlindungan motivasi ini adalah hasil penilaian dari ancaman atau evaluasi dari masalah kesehatan yang muncul serta sebagai variabel mediasi yang meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehat (Milneet al, 2000). Implikasi dari teori ini jika diterapkan dengan baik dapat meningkatkan status kesehatan. Adanya kemampuan mempertahankan motivasi dalam memelihara kesehatan dapat menjaga perilaku hidup sehat untuk mengurangi faktor risiko peyebab penyakit. Self-determinaton theory menggambarkan proses perubahan perilaku kesehatan sebagai tugas ganda untuk memulai dan mempertahankan perilaku kesehatan, dimana proses ini berfokus pada bagaimana seseorang memperoleh motivasi untuk memulai awal baru perilaku kesehatan yang dapat dipertahankan dari waktu ke waktu (Ryan et al, 2008). Proses perubahan perilaku menurut teori ini 22

18 menentukan kesediaan seseorang untuk mempertahan perubahan perilaku yang telah ditentukan untuk dapat dijalankan secara efektif sebagai respon pemeliharaan kesehatan kesehatan. Dalam upaya mengendalikan hipertensi, beberapa contoh upaya perilaku pencegahan dimana gaya hidup sebagai faktor utama yang dilatarbelakangi oleh kerentanan genetik, menentukan tingkat tekanan darah. Pola hidup yang tidak sehat juga menyebabkan kelebihan lemak tubuh baik melalui makanan yang dikonsumsi, alkohol maupun kurangnya aktivitas fisik sebagai faktor kedua penyebab hipertensi, sehingga dibutuhkan perilaku pencegahan hipertensi seperti mengkonsumsi tambahan kalium dan serat serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (Beilin et al, 1999). Dengan demikian dalam mengendalikan kejadian hipertensi dibutuhkan kesadaran individu dalam menciptakan pola hidup sehat melalui perilaku pencegahan penyakit hipertensi. Pentingnya ketegasan dalam menjaga perilaku kesehatan menjadi modal utama dalam mempertahankan status kesehatan. Hal ini tidak lepas dari adanya kemauan untuk merubah perilaku meskipun dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tantangan dalam mempertahankan perilaku sehat. Dengan adanya perubahan perilaku untuk mendukung kondisi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan 23

19 status kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit hipertensi dapat meningkatkan keberhasilan dalam mencegah rehipertensi. 24

20 2.2. Perspektif Teoritis Perilaku Pencegahan rehipertensi Pengetahuan : 1. Pengertian hipertensi 2. Penyebab hipertensi 3. Gejala hipertensi 4. Pencegahan rehipertensi Sikap : 1. Pandangan mengenai penyakit hipertensi (penyebab, gejala) 2. Pandangan perilaku dalam mencegah rehipertensi Tindakan Pencegahan rehipertensi : 1. Mengurangi lemak tubuh 2. Meningkatkan aktivitas fisik 3. Diet garam 4. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran 5. Mengurangi konsumsi daging 6. Mengurangi atau berhenti mengkonsumsi alkohol 7. Berhenti merokok 8. Mengurangi stres Teori Perubahan Perilaku 1. Transtheorical theory 2. Social cognitive theory 3. Theory of planned behavior 4. Protection motivation theory 5. Self-determination theory 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi merupakan penyakit umum yang terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai tanda gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

HEART ATTACK PREVENTION

HEART ATTACK PREVENTION HEART ATTACK PREVENTION AddHEALTH your company slogan SECTION PENCEGAHAN SERANGAN JANTUNG ITU MUDAH SEPERTI : MENGHINDARI MEROKOK MENJADI LEBIH AKTIF MEMILIH MAKANAN SEHAT LOGO QHSE-HEALTH SERVICES Avoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes Konsumsi obat herbal untuk diabetes dari tahun ke tahun di Negara Indonesia terus meningkat, patut kita syukuri bahwa ini menandakan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masyarakat modern, semua orang akan berhadapan dengan berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada tahap peralihan dari remaja menuju tahap perkembangan emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketiadaan penyakit atau kelemahan. Bennet (2000) membedakan kesehatan sebagai being

BAB I PENDAHULUAN. ketiadaan penyakit atau kelemahan. Bennet (2000) membedakan kesehatan sebagai being BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal penting yang diharapkan seluruh individu, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah berusia 40 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Prevalensi penyakit menular di Indonesia tinggi, dan dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami 8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami 8 Cara Menurunkan kadar gula secara alami ini dapat anda lakukan secara mandiri. Namun akan lebih baik lagi apabila anda bekerja sama dengan keluarga anda. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya hidup sehat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari perkembangan gaya hidup. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia modern di abad ke 21 ini, banyak kemajuan yang telah dicapai, baik pada bidang kedokteran, teknologi, sosial, budaya maupun ekonomi. Kemajuan-kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Umum: 1. Prevalensi SM dan semua komponen-komponennya (hipokolsterolemia HDL, hiperglikemia 2 jam PP, obesitas

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Umum: 1. Prevalensi SM dan semua komponen-komponennya (hipokolsterolemia HDL, hiperglikemia 2 jam PP, obesitas BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Umum: 1. Prevalensi SM dan semua komponen-komponennya (hipokolsterolemia HDL, hiperglikemia 2 jam PP, obesitas abdominal) kecuali hipertensi lebih tinggi pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

GERAKAN GEMAR MAKAN BUAH DAN SAYUR (GEMABYUR) DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI DI DUSUN SABRANG GIRIPURWO PUSKESMAS GIRIMULYO I 2015

GERAKAN GEMAR MAKAN BUAH DAN SAYUR (GEMABYUR) DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI DI DUSUN SABRANG GIRIPURWO PUSKESMAS GIRIMULYO I 2015 GERAKAN GEMAR MAKAN BUAH DAN SAYUR (GEMABYUR) DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI DI DUSUN SABRANG GIRIPURWO PUSKESMAS GIRIMULYO I 2015 Oleh: Dartin, AMG A. LATAR BELAKANG Pola makan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Joint National Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coklat berasal dari kata xocoatl (bahasa suku Aztec) yang memiliki arti minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instan seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat

Lebih terperinci