MEMAHAMI ARTI GENDER

Transkripsi

1 MEMAHAMI ARTI GENDER Apa gender itu? banyak yang kita mungkin belum mengerti benar ataupun malah nggak tau apa itu gender. Bahkan ada yang salah kaprah menganggap gender itu makhluk yang tidak perlu ada karena banyak merugikan pihak tertentu. Jender itu berasal dari bahasa latin GENUS yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara ssial maupun budaya. Menurut Ilmu Ssilgi dan Antrplgi, Gender itu sendiri adalah perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah diknstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan leh ssial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan leh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis, memprduksi sperma dan menghamili, sementara perempuan mengalami menstruasi, bisa mengandung dan melahirkan serta menyusui dan menpause. Bagaiman pula bentuk hubungan gender dengan seks (jenis kelamin) itu sendiri? Hubungannya adalah sebagai hubungan ssial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status ssial maupun nilai tradisi dan nrma yang dianut. Cnth; masyarakat kultur tertentu dengan masyarakat kultur lainnya, masyarakat pedesaan dengan masyarakat perktaan. ( berikan cnth knkret). Dari peran ataupun tingkah laku yang diprses pembentukannya di masyarakat itu terjadi pembentukan yang mengharuskan misalnya perempuan itu harus lemah lembut, emsinal, cantik, sabar, penyayang, sebagai pengasuh anak, pengurus rumah dll. Sedangkan laki-laki harus kuat, rasinal, wibawa, perkasa (mach), pencari nafkah dll. Maka terjadilah ketidakadilan dalam kesetaraan peran ini. Prses pembentukan yang diajarkan secara turun-temurun leh rangtua kita, masyarakat, bahkan lembaga pendidikan yang ada dengan sengaja atau tanpa sengaja memberikan peran (perilaku) yang sehingga membuat kita berpikir bahwa memang demikianlah

2 adanya peran-peran yang harus kita jalankan. Bahkan, kita menganggapnya sebagai kdrat. Kan memang kdrat gue sebagai cewek untuk lemah gemulai, mau menerima apa adanya, dan enggak bleh membantah. Sementara saudara gue yang cwk harus berani, tegas, dan bisa ngatur! Begini kita sering memahami peran jenis kelamin kita, bukan? Dari kecil kita telah diajarkan, cwk akan diberikan mainan yang memperlihatkan kedinamisan, tantangan, dan kekuatan, seperti mbil-mbilan dan pedang-pedangan. Sedangkan cewek diberikan mainan bneka, setrikaan, alat memasak, dan lainnya. Lalu, ketika mulai seklah dasar, dalam buku bacaan pelajaran juga digambarkan peranperan jenis kelamin, cnthnya, Bapak membaca kran, sementara Ibu memasak di dapur. Peran-peran hasil bentukan ssial-budaya inilah yang disebut dengan peran jender. Peran yang menghubungkan pekerjaan dengan jenis kelamin. Apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan sebagai serang cwk atau cewek. Sebenarya kndisi ini enggak ada salahnya. tetapi akan menjadi bermasalah ketika peranperan yang telah diajarkan kemudian menempatkan salah satu jenis kelamin (baik cwk maupun cewek) pada psisi yang tidak menguntungkan. Karena enggak semua cwk mampu bersikap tegas dan bisa ngatur, maka cwk yang lembut akan dicap banci. Sedangkan jika cewek lebih berani dan tegas akan dicap tmbi. Tentu saja hal ini enggak enak dan memberikan tekanan. Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi gender? Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang eknmi. Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan leh negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknlgi).

3 Subrdinasi (penmrduaan), anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nmr dua setelah laki-laki. Steretip (citra buruk) yaitu pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya. Vilence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subrdinasi maupun steretip diatas. Perksaan, pelecehan seksual atau perampkan cnth kekerasan paling banyak dialami perempuan. Beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, serang perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas. Beberapa hal yang mendukung adanya perbesdaan gender: 1. Akses terhadap kekayaan. Tidaklah mengejutkan bila perempuan diseluruh dunia tidak memiliki akses yang setara dengan akses yang dimiliki leh laki-laki terhadap tanah, dan sangat sedikit sekali perempuan yang memiliki kntrl penuh terhadap tanahnya yang berhasil diperleh atas usahanya sendiri. Di Peru,Blivia, dan Paraguay, menurut hukum Islam, waris yang diterima leh anak perempuan dibatasi setengah dari yang diterima leh anak laki-laki. 2. Seksualitas. Dalam hal seksualitas, kaum perempuan juga merasa dirinya terlalu dikendalikan. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada kaum perempuan sebagai istri karena kesewenang-wenangan suami. 3. Kekerasan terhadap perempuan. Perksaan dan pemukulan, serta pembuatan prngrafi, menimbulkan rasa malu dan mengintimidasi perempuan; ketakutan

4 akan kekerasan menghalangi banyak perempuan mengambil inisiatif dan mengatur hidup yang akan dipilihnya. Ketakutan terhadap kekerasan merupakan salah satu faktr kunci yang menghambat perempuan ikut terlibat dalam pembanguanan. 4. Tabu ritual, Tradisi dan KulturalSecara tradisinal, gagasan yang dianut tentang perilaku gender yang tepat bisa sangat mempengaruhi kehidupan perempuan, yang makin menguatkan pla-pla gender dalam masyarakat. Sebagian antrplg berpendapat bahwa gender merupakan basis sistem ssial ganda; struktur masyarakat secara keseluruhan, keyakinan dan perilaku yang bergantung kepada gagasan tentang perbedaan mendasar antar dua jenis kelamin. Di Kabylia, Aljazair, antrplg ssial Prancis, Pierre Burdieu menunjukkan bagaimana jarak ssial dan fisik terpilah sesuai dengan persepsi peran laki-laki dan perempuan rumah dibagi dua leh dinding rendah, sebagian yang tinggi untuk kegiatan kultural laki-laki, sebagian yang lebih rendah untuk kegiatan kultural keperempuanan. 5. Agama. Agama merupakan batu fndasi perbedaan gender. Walaupun ada bukti dalam sepanjang sejarah Kristen, dimana permepuan memainkan peran kepemimpinan dalam kmunitasnya, tradisi Kristen menentang gagasan tersebut. Bagi perempuan Hindu, terdapat Manu, diktum pemberi hukum sejak ayunan hingga liang lahat serang perempuan tergantung pada laki-laki: dimasa kanakkanak tergantung pada ayahnya, dimasa muda tergantung suaminya, dimasa tua kepada anak laki-lakinya.dengan menekuni persalan persalan gender,ada beberapa permasalahan tafsiran keagamaan, dalam hal ini Islam, yang dianggap strategis agar segera mendapat perhatian untuk dilakukan kajian. Pertama, yang menyangkut persalan subrdinasi kaum perempuan akibat penafsiran yang meletakkan kaum perempuan dalam kedudukan dan martabat yang tidak subrdinatif terhadap kaum laki-laki. Padahal pada dasarnya semangat hubungan laki-laki dan perempuan dalam Islam bersifat adil (equal). Oleh karena itu subrdinasi kaum perempuan merupakan suatu keyakinan yang berkembang di masyarakat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ayat Tuhan dalam al- Qur an, surat al-hujurat ayat 14 yang berbunyi :Sesungguhnya telah Aku ciptakan

5 kalian laki-laki dan perempuan dan Aku jadikan kalian berbangsa dan bersukusuku agar kalian lebih saling mengenal ; sesungguhnya yang mulia diantara kalian adalah yang paling taqwa.masih banyak lagi ayat al-qur an yang mendukung pandangan bahwa kaum perempuan tidaklah subrdinasi terhadap kaum laki-laki, seperti surat at-taubah ayat 71; an-nisa ayat 123 ; surat Ali Imran ayat 195 dan surat an-nahl ayat 97.Kedua, pemahaman mengenai bias gender selain meneguhkan subrdinasi kaum perempuan juaga membawa akibat pada persalan waris dan kesaksian, dimana nilai kaum perempuan dianggap separuh dari kaum laki-laki. Untuk membahas ini perlu dilakukan analisis knteks ssial terhadap struktur ssikultural pada saat ayat tersebut diturunkan, sehingga pemahaman masalah waris dan kesaksian tidak bertentangan dengan prinsip keadilan yang disampaikan dalam ayat-ayat tersebut di atas. Umumnya mereka yang menekuni masalah keadilan gender tidak melihat angka pembagiannya melainkan semangat keadilannya. Sehingga demi mencapai keadilan, merubah angka yang sesuai dengan sistem dan struktur ssial dewasa ini pun perlu dilakukan.ketiga, segenap ayat yang berkenaan dengan hak prduksi dan reprduksi kaum perempuan. Dalam tradisi penafsiran Islam yang tidak menggunakan perspektif gender, kaumperempuan sama sekali tidak memiliki hak berprduksi maupun bereprduksi yakni untuk mengntrl rgan reprduksi mereka. Untuk itu usaha untuk menafsirkan kembali agar terjadi keadilan gender dalam hak-hak reprduksi perlu mendapat perhatian. 6. Kultur bekerja. Diskriminasi gender dalam kultur bekerja tidak hanya berkisar pada laki-laki sebagai bs dan perempuan sebagai sekretaris. Diskriminasi gender diluar rumah tangga menyentuh hampir semua kerja prduktif eknmis yang dilakukan kaum perempuan di Selatan. Dalam sektr manufaktur, dimana mempekerjakan perempuan secara besar-besaran merupakan salah satu aspek pembagian kerja internasinal yang sedang berubah, misalnya dalam sektr infrmal seperti pariwisata dan pelacuran. 7. Sistem hukum. Sistem hukum diseluruh dunia mendukung dan memperkuat perbedaan gender. Perempuan yang hidup di negara Islam memiliki hak yang

6 berbeda dengan yang dinikmati leh laki-laki, sekalipun hukum pidana menawarkan perlakuan yang sama. 8. Pendidikan. Jumlah pendidikan yang diterima anak gadis berbeda dari satu negara dengan lainnya. Di Afrika sub-sahara,93% anak laki-laki terdaftar di tingkat seklah dasar,tetapi anak gadis hanya 77%. Berbeda dengan Amerila Latin dan Karibia dimana anak gadis hampir semuanya terdaftar di seklah dasar.pada tahun serang tkh bernama Esther Bserup mengatakan bahwa perempuan tidak hanya dibatasi leh peran reprduktifnya sebagai serang istri dan ibu, ia malahan melihat prduktivitas mereka dan menekankan peran vital perempuan dalam eknmi pertanian. Dengan adanya mdernisasi (mdel tentang bagaimana mengubah pereknmian terbelakang melalui perangkat industrialisasi, urbanisasi, transfer teknlgi, bantuan keuangan, dan penyatuan eknmi), peran prempuan lambat tapi pasti mulai diakui dan diterima sebagai kemampuan yang sebanding dengan laki-laki, bahkan ada yang melebihinya. Di zaman sekarang, meskipun masih kita jumpai adanya beberapa perbedaan peran gender, akan tetapi peran serang perempuan tidak hanya dipandang dengan sebelah mata lagi seperti zaman dahulu. Banyak sudah cnth yang berkembang dewasa ini mengenai prestasi perempuan di segala bidang termasuk bidang pembangunan. ANTOPOLGI GENDER

7 Nama : Fahrizal Gazali Nim : JURUSAN NTROPOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2010