RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)"

Transkripsi

1 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2012

2 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat- Nya, Alhamdulillah Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 dengan tema PENGUATAN INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR WILAYAH GUNA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DAN PARIWISATA telah tersusun sesuai jadwal yang ditetapkan. Adapun substansi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ini, meliputi hasil evaluasi pencapaian kinerja, proyeksi anggaran pendapatan tahun 2013, prioritas pembangunan, rencana kerja beserta pagu indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2013 disusun berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun serta dalam penyusunannya telah melalui tahapan dan tata cara sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 yang selanjutnya akan dibahas secara demokratis, partisipatif dan dialogis bersama stakeholders pada musrenbang RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Semoga RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 ini setelah disempurnakan dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi semua pihak dalam melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Pandeglang, Mei 2012 BUPATI PANDEGLANG, H. ERWAN KURTUBI v

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Dokumen RKPD... I Maksud dan Tujuan... I - 6 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... II Gambaran Umum Kondisi Daerah... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan II 37 dan Realisasi RPJMD Permasalahan Pembangunan Daerah... II - 42 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH... III Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... III Arah Kebijakan Keuangan Daerah... III - 9 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH... IV Tujuan dan Sasaran Pembangunan...IV Prioritas dan Pembangunan... IV - 16 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH... V - 1 BAB VI PENUTUP... VI-1 v

4 DAFTAR TABEL Tabel Penggunaan Lahan... II - 2 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun II - 3 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 5 Tabel PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 7 Tabel Indeks Implisit dan inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun II - 9 Tabel Persentasi Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II - 10 Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II 11 Tabel Angka Melek Huruf di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 11 Tabel Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II 12 Tabel Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 13 Tabel Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 14 Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Harapan Hidup di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 16 Tabel Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat II - 17 Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Penduduk II - 17 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel APM dan APK Kabupaten Pandeglang Menurut Jenjang II - 18 Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid-Guru Menurut II - 18 Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lamanya Sakit Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang II - 20 Tahun Tabel Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di II - 24 Kabupaten Pandeglang Tahun v

5 Tabel Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan dan II - 27 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri II - 31 di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Aspek Daya Saing Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah... II - 34 Tabel Nilai Capaian Per Misi Per Sasaran Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Identifikasi Keterkaitan Isu dan Masalah Mendesak Pembangunan Tahun II - 47 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan usaha Tahun 2010 dan Proyeksi Tahun III - 5 Tabel PDRB adhk dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dan proyeksi Tahun III - 6 Tabel Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun III - 7 Tabel Prioritas Pembangunan, Agenda Pokok dan Sasaran... IV - 5 Tabel Pemetaan Prioritas ke dalam Urusan dan SKPD Penanggungjawab beserta Pagu Indikatifnya Tahun IV - 10 Tabel Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan... IV - 13 Tabel Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 16 Tabel Penjelasan Program Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 19 v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Grafik Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005, `II - 5 Gambar 2.2. Grafik Perkembangan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Secara Sektoral Tahun II - 6 Gambar 2.3. Grafik PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 8 v

7 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat- Nya, Alhamdulillah Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 dengan tema PENGUATAN INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR WILAYAH GUNA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DAN PARIWISATA telah tersusun sesuai jadwal yang ditetapkan. Adapun substansi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ini, meliputi hasil evaluasi pencapaian kinerja, proyeksi anggaran pendapatan tahun 2013, prioritas pembangunan, rencana kerja beserta pagu indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2013 disusun berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun serta dalam penyusunannya telah melalui tahapan dan tata cara sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 yang selanjutnya akan dibahas secara demokratis, partisipatif dan dialogis bersama stakeholders pada musrenbang RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Semoga RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 ini setelah disempurnakan dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi semua pihak dalam melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Pandeglang, Mei 2012 BUPATI PANDEGLANG, H. ERWAN KURTUBI v

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Dokumen RKPD... I Maksud dan Tujuan... I - 6 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... II Gambaran Umum Kondisi Daerah... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan II 37 dan Realisasi RPJMD Permasalahan Pembangunan Daerah... II - 42 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH... III Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... III Arah Kebijakan Keuangan Daerah... III - 9 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH... IV Tujuan dan Sasaran Pembangunan...IV Prioritas dan Pembangunan... IV - 16 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH... V - 1 BAB VI PENUTUP... VI-1 v

9 DAFTAR TABEL Tabel Penggunaan Lahan... II - 2 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun II - 3 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 5 Tabel PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 7 Tabel Indeks Implisit dan inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun II - 9 Tabel Persentasi Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II - 10 Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II 11 Tabel Angka Melek Huruf di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 11 Tabel Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II 12 Tabel Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 13 Tabel Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 14 Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Harapan Hidup di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 16 Tabel Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat II - 17 Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Penduduk II - 17 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel APM dan APK Kabupaten Pandeglang Menurut Jenjang II - 18 Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid-Guru Menurut II - 18 Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lamanya Sakit Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang II - 20 Tahun Tabel Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di II - 24 Kabupaten Pandeglang Tahun v

10 Tabel Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan dan II - 27 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri II - 31 di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Aspek Daya Saing Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah... II - 34 Tabel Nilai Capaian Per Misi Per Sasaran Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Identifikasi Keterkaitan Isu dan Masalah Mendesak Pembangunan Tahun II - 47 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan usaha Tahun 2010 dan Proyeksi Tahun III - 5 Tabel PDRB adhk dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dan proyeksi Tahun III - 6 Tabel Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun III - 7 Tabel Prioritas Pembangunan, Agenda Pokok dan Sasaran... IV - 5 Tabel Pemetaan Prioritas ke dalam Urusan dan SKPD Penanggungjawab beserta Pagu Indikatifnya Tahun IV - 10 Tabel Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan... IV - 13 Tabel Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 16 Tabel Penjelasan Program Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 19 v

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Grafik Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005, `II - 5 Gambar 2.2. Grafik Perkembangan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Secara Sektoral Tahun II - 6 Gambar 2.3. Grafik PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 8 v

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008, mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ketiga dokumen perencanaan tersebut satu sama lain saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Terkait dengan amanat tersebut, Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 dan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tersebut dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaanya dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 merupakan penjabaran tahun Ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun , dengan memperhatikan hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya. Fenomena yang ada dan isu strategis yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan RKPD, mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan antar wilayah serta penjaringan aspirasi secara bertahap melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang secara partisipatif dilakukan mulai dari Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten yang selanjutnya diformulasikan melalui Forum SKPD, Forum Gabungan SKPD dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. I-1

13 Pagu indikatif yang menjadi substansi penting pada RKPD ini merupakan gambaran investasi Pemerintah yang dalam penjabarannya diinteraksikan dengan komponen sumberdaya yang lain, seperti dekonsentrasi maupun tugas pembantuan. Terhadap kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dokumen RKPD ini merupakan sub sistem penting sebagai input dalam penyusunan program dan penganggaran SKPD. Dokumen RKPD ini merupakan dokumen publik, sehingga pelibatan semua stakeholders dalam proses penyusunan rencana program dan kegiatan menjadi pengarusutamaan (mainstreaming) dalam proses penyusunan dokumen RKPD. Dengan prinsip tersebut, diharapkan dokumen RKPD ini dapat diakses oleh semua stakeholders baik dalam tahap pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Landasan Hukum Penyusunan RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 mengacu pada sejumlah peraturan yang digunakan sebagai rujukan, antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; I-2

14 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tatalaksana Pemerintahan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008, Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun ; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun ; 21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013; 22. Peraturan Gubernur Banten Nomor 8 Tahun 2012 Tentang RKPD Provinsi Banten Tahun 2013; 23. Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang RKPD dan Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja SKPD. I-3

15 1.3. Hubungan Antar Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang 2013 memiliki hubungan dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya, yakni disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Selain itu juga mempertimbangkan asas kesinambungan dari penjabaran program-program pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Pandeglang (Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011) juga mempertimbangkan arah pembangunan kewilayahan yang telah dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang, serta mempertimbangkan pula hasil kajian dan konsepsi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pandeglang (Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010). Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang 2013 yang berisi sasaran, arah kebijakan, program, dan prioritas kegiatan, menjadi rujukan sekaligus landasan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), dan Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) kepala daerah, sekaligus menjadi tolok ukur kinerja kepala daerah. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa RKPD merupakan rencana pembangunan tahunan dari RPJMD Kabupaten yang selanjutnya akan menjadi pedoman penyusunan RKUA dan RPPAS yang dijadikan dasar penyusunan RAPBD dan APBD Kabupaten. Sedangkan Renja SKPD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyusunan RKPD yang dalam penyusunannya harus mengacu pada RKPD Sistematika Dokumen RKPD RKPD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini memuat tentang latar belakang penyusunan dokumen RKPD, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan dokumen RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Latar Belakang Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD, kedudukan RKPD tahun 2012 dalam periode dokumen RPJMD, keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD. I-4

16 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional, maupun lokal Hubungan Antar Dokumen Bagian ini menjelaskan hubungan RKPD dengan dokumen lain yang relevan beserta penjelasannya Sistematika Dokumen RKPD Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD serta garis besar isi setiap bab didalamnya Maksud dan Tujuan Memberikan uraian ringkas tentang tujuan penyusunan dokumen RKPD dan sasaran penyusunan dokumen RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan. Capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang Gambaran Umum Kondisi Daerah Bagian ini menjelaskan dan menyajikan gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2011 dan Realisasi RPJMD Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah berisi uraian rumusan umum permasalahan pembangunan daerah Permasalahan Daerah Yang berhubungan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah I-5

17 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan 2011 dan Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2012 dan Tahun Arah Kebijakan Keuangan Daerah Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kebijakan Belanja Daerah Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH.TAHUN 2013 Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2. Prioritas Pembangunan Daerah BAB V RENCANA KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. BAB VI PENUTUP Menguraikan tentang pedoman pelaksanaan dan kaidah pelaksanaannya Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan RKPD ini untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta I-6

18 mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah. Tujuan dari penyusunan RKPD ini sebagai pedoman dalam penyusunan perencanaan pembangunan tahunan daerah Kabupaten Pandeglang yang bersumber dari dana APBD maupun dana non APBD, dan merupakan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan bagi : 1. Penyusunan Renja SKPD, RKUA dan RPPAS, serta RAPBD; 2. Memfasilitasi berbagai potensi sumber daya masyarakat/ swasta/ institusi non pemerintah dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pandeglang Tahun I-7

19 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013, disusun berdasarkan Evaluasi hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2011 dan Perkiraan Capaian Pelaksanaan RKPD Tahun Kegiatan evaluasi kinerja pada dasarnya dapat dipandang dari dua fungsi utamanya yakni: (1) bagi keperluan eksternal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana pertanggungjawaban pemerintah atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama ini. Esensi capaian kinerja tersebut merujuk kepada sampai sejauhmana visi, misi, tujuan dan sasaran strategis telah dicapai. (2) bagi keperluan internal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana monitoring pencapaian kinerja oleh manajemen pemerintah bagi upaya-upaya perbaikan kinerja dimasa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen pemerintah dapat merumuskan strategi pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja pemerintah dapat ditingkatkan dimasa mendatang secara berkelanjutan Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa, memiliki luas wilayah Km 2 ( ,91 ha) atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara geografis terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan batas wilayah: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang; 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda; 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak Sumberdaya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan, untuk itu pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam haruslah bijaksana dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Wilayah Kabupaten Pandeglang memiliki potensi sumberdaya alam yang mendukung pembangunan pertanian, kehutanan, pertambangan, perikanan dan kelautan, serta pariwisata. Penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 didominasi sektor pertanian. Hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari hektar luas Pandeglang, hektar (87,44 persen) diantaranya digunakan untuk usaha pertanian seperti persawahan, ladang, kebun, empang, kolam tambak, kolam/tebat/empang, lahan II-1

20 untuk tanaman, hutan rakyat dan negara. Sedangkan sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan, untuk bangunan dan halaman sekitarnya, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya gambaran penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat sebagaimana Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Irigasi Non Irigasi Ladang/Huma Tegal/Kebun Kolam/Tabat/Empang Tambak Pengembalaan/Padang Rumput Perkebunan Besar Hutan Rakyat Lain-lain Bangunan dan Halaman Sementara Tidak Diusahakan Hutan Negara Rawa Tidak Ditanami Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang Sementara itu pengembangan sumberdaya hutan didukung oleh keberadaan hutan rakyat dan hutan negara yang relatif luas diantaranya Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kawasan AKARSARI (Gunung Aseupan, Gunung Karang, Gunung Pulosari) serta beberapa Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Pandeglang guna pemanfaatan hasil hutan. Kabupaten Pandeglang juga memiliki potensi kawasan pertambangan yang cukup besar, baik dari jenis, maupun kandungannya. Jenis bahan galian yang ada di Kabupaten Pandeglang seperti lempung, bentonit, kaolin, zeolit, tosekifeldspar, batu pasir kuarsa, batu gamping, kalsit-marmer, batu sempur, tras, batu belah, sirtu, opal, batu pasir, batubara, emas dan perak. Pengelolaan sumberdaya alam juga dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata melalui pengembangan Kawasan Pariwisata Gunung Karang, Kawasan Pariwisata Cikedal, Kawasan Pariwisata Carita, Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung, Kawasan Pariwisata Taman Nasional Ujung Kulon, dan Kawasan Pariwisata Pantai Selatan. II-2

21 Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total sekitar 835 km. Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam 2 Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Ciujung dan SWS Ciliman. Sementara itu Kabupaten Pandeglang terbagi menjadi 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri DAS Cibaliung, DAS Cibungur, DAS Cidanau, DAS Ciliman, DAS Ciujung dan DAS Ujung Kulon. Keberadaan SWS dan DAS tersebut selain memiliki fungsi pelestarian lingkungan hidup khususnya pelestarian sumberdaya air sekaligus berfungsi sebagai penyedia air bersih bagi masyarakat maupun untuk pengairan. Keberadaan SWS dan DAS tersebut juga memberikan berkah untuk pengembangan sektor perikanan air tawar. Di lain pihak, sektor kelautan dan perikanan juga ditopang oleh panjang pantai yang mencapai 307 km, yang memungkinkan penggalian potensi perikanan air laut. Di perairan yang cukup luas ini hidup beraneka ragam sumberdaya hayati yang berpotensi sebagai lahan budidaya ikan juga terdapat potensi hutan mangrove dengan jenis bakau, serta jenis lainnya yang sangat potensial untuk menjaga kondisi pantai dari erosi air laut. Jumlah penduduk di Kabupaten Pandeglang sampai dengan tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 tercatat sebanyak orang Adapun rincian jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun , dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun No Kecamatan Sumur 21,354 21,696 21,813 22,173 22,747 22,754 2 Cimanggu 36,243 36,923 37,121 37,496 36,745 36,634 3 Cibaliung 25,486 25,894 26,033 26,342 28,876 28,781 4 Cikeusik 48,604 49,382 49,647 50,199 51,223 51,012 5 Cibitung 19,484 19,796 19,903 20,163 21,227 21,180 6 Cigeulis 37,987 38,595 27,724 33,722 33,922 33,856 7 Panimbang 77,227 78,463 46,686 47,283 49,024 48,910 8 Sobang 37,735 38,117 35,125 35,034 9 Munjul 22,355 22,713 22,836 23,182 22,187 22, Angsana 26,562 26,987 27,124 27,522 25,633 25, Sindangresmi 21,073 21,410 21,527 21,863 21,402 21, Picung 33,305 33,838 34,023 34,513 35,214 35, Bojong 33,094 33,623 33,804 34,209 33,785 33, Saketi 39,614 40,248 40,465 41,056 43,057 42, Cisata 31,007 31,503 22,150 22,481 23,403 23, Pagelaran 33,169 33,700 33,882 34,409 33,997 33,943 II-3

22 No Kecamatan Patia 27,033 27,466 27,612 28,136 27,358 27, Sukaresmi 32,969 33,496 33,674 34,181 33,865 33, Labuan 50,814 51,627 51,903 52,786 54,534 53, Carita 31,408 31,911 32,086 32,412 32,103 32, Jiput 32,765 33,289 29,795 30,186 28,472 28, Cikedal 30,076 30,557 30,721 30,997 30,522 30, Menes 48,065 48,834 35,692 36,084 35,423 35, Pulosari 26,599 26,960 27,593 27, Mandalawangi 43,968 44,671 44,910 45,343 45,851 46, Cimanuk 36,951 37,542 37,745 38,235 38,309 38, Cipeucang 27,517 27,957 28,107 28,387 27,955 28, Banjar 29,831 30,308 30,463 30,927 29,855 29, Kaduhejo 33,169 33,700 33,880 34,505 34,626 34, Mekarjaya 20,334 20,659 20,769 21,492 18,958 19, Pandeglang 85,197 86,560 38,590 39,291 39,759 41, Majasari 42,153 42,379 44,714 46, Cadasari 32,775 33,300 30,936 31,377 31,413 31, Karangtanjung 37,253 37,849 29,799 30,285 32,419 32, Koroncong 17,069 17,374 17,768 17,643 Jumlah 1,106, ,130,514 1,146,067 1,149, Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan hasil sensus penduduk tahun sebesar 2,71 persen, periode sebesar 2,15 persen, periode sebesar 2,14 persen, dan periode sebesar 1,64 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 sampai dengan 2010 mencapai 1,30 persen. Semakin menurunnya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pandeglang dari periode tahun 60-an sampai dengan sekarang tahun 2010 menunjukkan wujud keberhasilan dalam menjalankan program Keluarga Berencana (KB) Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Perekonomian Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dapat dilihat pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Pandeglang merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses produksi atau jasa di wilayah Kabupaten Pandeglang pada Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang atas dasar harga berlaku Tahun 2010 sebesar 8,424 triliun rupiah (atau senilai juta rupiah), nilai ini meningkat sebesar 72,36 persen dari PDRB adhb pada Tahun 2005 yang nilainya II-4

23 4,887 triliun rupiah. Sektor dominan yang memberi andil dalam perkembangan nilai PDRB adhb Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 berturut-turut adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran, serta Sektor Jasa-jasa (seperti terlihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.1). Tabel 2.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku & Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha, Tahun LAPANGAN USAHA PDRB ADHB (Jutaan Rupiah) Kontribusi (%) Rata-rata Pertumbuhan Th (%) Pertanian ,54 30,32 8,01 Pertambangan & Penggalian ,11 0,07 3,03 Industri Pengolahan ,39 10,47 9,64 Listrik, Gas dan Air Bersih ,81 2,66 41,30 Bangunan ,32 4,83 14,02 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi dan Bank & Lembaga Keuangan lainnya ,89 23,49 12, ,29 7,90 16, ,32 5,81 18,31 Jasa-jasa ,32 14,45 11,71 KABUPATEN ,00 100,00 11,50 BANTEN ,78 5,65 11,98 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Gambar 2.1 Grafik Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005, 2010 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-5

24 Dari Grafik tersebut, tergambar bahwa perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 didominasi oleh Sektor Pertanian dengan kontribusi 30,32 persen (atau menyumbang sebesar 2,55 triliun rupiah) yang berarti bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan dalam menggerakan perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi menonjol bagi perekonomian daerah adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,49 persen serta Sektor Jasa-jasa sebesar 14,45 persen. Sembilan kelompok sektor PDRB adhb menurut lapangan usaha seperti tersebut di atas, menggambarkan struktur perekonomian di suatu wilayah. Struktur perekonomian tersebut dikelompokan ke dalam tiga sektoral, yaitu Sektor Primer (meliputi Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian), Sektor Sekunder (meliputi Sektor Industri Pengolahan, Listrik Gas dan Air, serta Sektor Bangunan), dan Sektor Tersier (meliputi Sektor Perdagangan, hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan komunikasi, Sektor Keuangan, serta Sektor Jasa-jasa). Apabila dilihat ke dalam tiga kelompok tersebut, terlihat bahwa Sektor Tersier memberikan andil terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang dalam kurun waktu Tahun , disusul oleh Sektor Primer dan Sektor Sekunder (Gambar 2.2). Gambar 2.2 Grafik Perkembangan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Secara Sektoral, Tahun Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Sementara dalam periode tahun , jika dilihat berdasarkan ratarata laju pertumbuhan sektor PDRB adhb, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih II-6

25 mempunyai laju pertumbuhan terbesar yaitu 41,30 persen per tahun, kemudian diikuti oleh Bank & Lembaga Keuangan lainnya sebesar 18,31 persen per tahun, Pengangkutan dan Komunikasi 16,69 persen per tahun, Bangunan 14,02 persen per tahun, Perdagangan Hotel dan Restoran sebesar 12,08 persen per tahun serta jasa-jasa sebesar Rp. 11,71 persen per tahun. Dengan demikian laju pertumbuhan total PDRB adhb Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu sebesar 11,50 persen per tahun dengan nilai PDRB adhb tahun 2010 sebesar Rp.8,42 Trilyun. Produk domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar Rp. 3,40 trilyun dan pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 0,86 trilyun. Kontribusi PDRB adhk terbesar disumbang oleh sektor pertanian yaitu sebesar 36,07 persen pada tahun 2005 dan 32,18 persen pada tahun 2010, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan industri pengolahan. Gambaran PDRB adhk lebih lanjut dalam Tabel 2.4 dan Gambar 2.3. Tabel 2.4 PDRB adhk & Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha, Tahun LAPANGAN USAHA PDRB adhk (Jutaan Rupiah) Kontribusi (%) Rata-rata Pertumbuhan Th (%) Pertanian ,07 32,18 2,24 Pertambangan & Penggalian ,11 0,08 (3,12) Industri Pengolahan ,73 11,12 3,48 Listrik, Gas dan Air Bersih ,70 2,51 35,19 Bangunan ,43 4,95 6,95 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,19 24,79 Pengangkutan dan Komunikasi ,55 6,32 Bank & Lembaga Keuangan lainnya ,79 5,29 5,12 7,34 6,69 Jasa-jasa ,43 12,77 5,17 KABUPATEN ,00 100,00 4,60 BANTEN ,85 5,58 5,56 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-7

26 Gambar 2.3 Grafik PDRB adhk & Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Sementara dalam periode tahun , jika dilihat berdasarkan ratarata laju pertumbuhan PDRB adhk, Listrik, Gas dan Air Bersih mempunyai laju pertumbuhan terbesar yaitu 35,19 persen per tahun, kemudian diikuti oleh Pengangkutan dan Komunikasi 7,34 persen per tahun, Bangunan sebesar 6,95 persen per tahun, Bank & Lembaga Keuangan lainnya 6,69 persen per tahun, serta Jasa-jasa sebesar 5,17 persen per tahun. Laju pertumbuhan PDRB adhk Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu sebesar 4,60 persen per tahun dengan nilai PDRB adhk tahun 2010 sebesar Rp.4,26 Trilyun. B. Laju Inflasi Inflasi merupakan ukuran yang menunjukkan kenaikan harga. Inflasi merupakan hal penting karena terkait dengan tingkat daya beli masyarakat yang berimplikasi langsung terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi semakin berkurang daya beli masyarakat sehingga akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat inflasi di suatu wilayah pada suatu tahun selain dihitung dengan metode IHK (Indeks Harga Konsumen), dapat juga dilihat dari besarnya perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Inflasi ini merupakan perubahan harga yang terjadi dari sudut produsen atau yang lebih dikenal dengan Inflasi Sektoral. Inflasi tersebut digambarkan oleh masing-masing sektor dan bersumber dari perbandingan antara PDRB adhb dengan PDRB adhk. Indeks harga yang diturunkan dari perhitungan PDRB disebut sebagai PDRB Deflator atau yang dikenal dengan Indeks Implisit (Indeks Harga Produsen). II-8

27 Seberapa jauh terjadinya perubahan harga secara makro dari masingmasing sektor dapat digambarkan melalui besaran Inflasi Sektoral. Dengan menggunakan berbagai jenis input disertai harga yang berbeda pada suatu sektor, maka harga tertimbangnya digambarkan oleh perubahan indeks implisit setiap tahunnya. Tabel 2.5 Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun Sektor Rata-rata laju pertumbuhan (%) PDRB adhb (Milyar Rp) PDRB (Milyar) adhk Indeks Implisit/Deflator PDRB Inflasi Tingkat Produsen di , ,60 143,81 159,35 166,94 181,43 187,49 197,95 6,60 8,20 10,81 4,77 8,68 3,34 5,58-7,40 Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang dan Hasil Analisis Pada Tabel 2.5 di atas terlihat bahwa inflasi sektoral berfluktuasi. Inflasi sektoral tahun 2005 sebesar 8,20 persen, dan tahun 2007 menjadi 4,77 persen sedangkan pada tahun 2008 menjadi 8,68 persen. Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya harga BBM yang berpengaruh terhadap kenaikan harga barang lainnya. Sementara pada tahun 2009, dan 2010 mengalami penurunaan kembali masing-masing sebesar 3,34 persen dan 5,58 persen. Sementara rata-rata laju petumbuhan inflasi sektoral tahun sebesar minus -7,40 persen per tahun. C. Angka Kemiskinan Perkembangan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin juga dalam angka kemiskinan yang merupakan salah satu persoalan serius dan tidak diharapkan oleh semua orang. Ukuran kemiskinan dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin atau prosentase penduduk miskin/angka garis kemiskinan. Selama kurun waktu tahun prosentase penduduk miskin di Kabupaten Pandeglang cenderung mengalami penurunan, hal ini menunjukkan ada keberhasilan pemerintah dalam penanganan kemiskinan. Pada tahun 2005 persentasi penduduk miskin sebesar 13,89 persen dan pada tahun 2010 menjadi II-9

28 11,14 persen atau secara persentasi berkurang 2,75 persen. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kemiskinan di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. No Uraian Tabel 2.6 Persentasi Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 2 Jumlah Rumah Tangga (KK) 3 Angka Kemiskinan (%) 13,89 15,82 15,64 14,49 12,01 11,14 4 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Sumber : Hasil Analisis dan Susenas II-10

29 Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang No Uraian Laju Pertumbuhan Rata-rata Pertumbuhan Th Jumlah Penduduk (Jiwa) 1,60 0,54 1,38 0,26 0,55 0,76 2 Jumlah Rumah Tangga (KK) 1,6 0,44 0,91-1,44-9,45-1,67 3 Jumlah Penduduk Miskin (%) 15,72-0,61-6,54-16,48-7,39-3,63 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Fokus Kesejahteraan Sosial A. Angka Melek Huruf Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis. Angka melek huruf Partiipasi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 95,50 persen dan pada tahun 2010 menjadi 96,35 persen atau meningkat sebesar 0,18 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,85 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka melek huruf di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.8. Tabel 2.8 Angka Melek Huruf di Kabupaten Pandeglang Tahun N O URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Melek Huruf (%) Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-11

30 B. Angka rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 6,40 tahun dan pada tahun 2010 menjadi 6,47 tahun atau meningkat sebesar 0,07 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,22 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai rata-rata lama sekolah di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.9. Tabel 2.9 Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka rata-rata lama sekolah (tahun) 6,40 6,80 6,50 6,40 6,44 6,47 0,22 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang C. Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar adalah persentase penduduk yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia pendidikan tertentu. Angka partisipasi kasar tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 103,75 persen dan pada tahun 2010 sebesar 109,37 persen atau meningkat sebesar 5,62% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1,06 persen per tahun. Angka partisipasi kasar tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 51,56 persen dan pada tahun 2010 sebesar 63,28 persen atau meningkat sebesar 11,72 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,18 persen per tahun. Sementara angka partisipasi kasar tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 22,20 persen dan pada tahun 2010 sebesar 53,27 persen atau meningkat sebesar 23,07 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 19,13 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi kasar di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-12

31 Tabel 2.10 Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Kasar (%) : a.sd Sederajat 103,75 109,01 112,54 114,71 114,96 109,37 1,06 b.smp Sederajat 51,56 66,83 68,43 54,64 57,07 63,28 4,18 c.smu Sederajat 22,20 28,89 28,80 29,86 33,04 53,27 19,13 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang D. Angka Partisipasi Murni (APM) APM merupakan persentase penduduk usia sekolah tertentu yang bersekolah pada jenjang sekolah tersebut terhadap jumlah penduduk usia sekolah dimaksud. Angka partisipasi murni tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 91,48 persen dan pada tahun 2010 sebesar 93,18 persen atau meningkat sebesar 1,70% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,37 persen per tahun. Angka partisipasi murni tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 42,51 persen dan pada tahun 2010 sebesar 53,51 persen atau meningkat sebesar 11,00 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,71 persen per tahun. Sementara angka partisipasi murni tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 19,90 persen dan pada tahun 2010 sebesar 34,02 persen atau meningkat sebesar 14,12 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11,32 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi murni di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-13

32 Tabel 2.11 Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Murni (%) : a.sd Sederajat 91,48 96,12 95,61 97,10 97,21 93,18 0,37 b.smp Sederajat 42,51 55,00 58,55 46,08 48,49 53,51 4,71 c.smu Sederajat 19,90 25,90 25,94 21,55 24,93 34,02 11,32 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang E. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah Angka. Partiipasi sekolah tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 92,13 persen dan pada tahun 2010 sebesar 96,42 persen atau meningkat sebesar 4,29% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,91 persen per tahun. Angka partisipasi sekolah tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 61,89 persen dan pada tahun 2010 sebesar 70,54 persen atau meningkat sebesar 8,65 persen. Semetara angka partisipasi sekolah tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 26,85 persen dan pada tahun 2010 sebesar 31,34 persen atau meningkat sebesar 14,49 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 9,01 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi sekolah di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-14

33 Tabel 2.12 Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Sekolah (%) a.sd Sederajat 92,13 96,80 98,00 97,95 98,36 96,42 0,91 b.smp Sederajat 61,89 80,07 74,78 74,94 77,72 70,54 2,65 c.smu Sederajat 26,85 36,34 33,74 32,28 37,49 41,34 9,01 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang F. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka kelangsungan hidup bayi adalah adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun, dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 942 orang per 1000 Kelahiran Hidup dan pada tahun 2010 menjadi 948 orang per 1000 Kelahiran Hidup atau meningkat sebesar 0,01 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,13 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel Tabel 2.13 Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (1000KH) ,13 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-15

34 G. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah adalah peluang lama hidup atau umur seseorang pada waktu dilahirkan. Angka harapan hidup di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 62,7 tahun dan pada tahun 2010 menjadi 63,77 tahun atau meningkat sebesar 1,07 tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,34 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka harapan hidup di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel Tabel 2.14 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Harapan Hidup (tahun) 62,70 62,80 62,90 63,30 63,52 63,77 0,34 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum merupakan kondisi yang sangat penting untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik melalui program dan kegiatan yang dijalankan. Program kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah terbagi kedalam urusan wajib dan pilihan dimana masing-masing urusan mempresentasikan sejauh mana keberhasilan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap masyarakat Pendidikan Untuk mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun di Kabupaten Pandeglang diperlukan kerja keras, konsistensi, kemauan yang tulus (political will) serta sinergi yang baik antar stake holder dalam menjalankan berbagai kebijakan yang terkait dengan program Wajar Dikdas 9 tahun. Program ini dikatakan berhasil apabila angka partisipasi sekolah anak usia 7 15 tahun mencapai 100 persen. Atau dengan kata lain seluruh anak usia SD dan SMP di Pandeglang dalam keadaan bersekolah. Melihat perkembangan tahun tahun sebelumnya, untuk mencapai rata rata lama sekolah 9 tahun akan memerlukan waktu yang cukup panjang. II-16

35 Pada intinya kebijakan yang dibutuhkan adalah bagaimana mempermudah akses masyarakat ke sarana pendidikan setingkat SMP, baik dari segi lokasi geografis maupun biaya pendidikan. Sarana pendidikan perlu dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan, yaitu dengan memperhatikan banyaknya penduduk usia sekolah di suatu wilayah. Hal lain yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat di wilayah pedesaan bahwa pemerintah membebaskan biaya pendidikan dasar seperti dijamin dalam UUD 1945, sekaligus menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya pendidikan dalam rangka memutus rantai kemiskinan sehingga mereka termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berikut disajikan tabel capaian pelayanan umum di bidang pendidikan yang telah di capai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang : Tabel Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Laki laki Perempuan Total Tidak/Belum Tamat 28,1 30,4 29,3 SD/MI/Sederajat SD/MI/Sederajat 39,6 43,4 41,5 SMP/Sederajat 15,8 14,5 15,1 SMA/SMK/Sederajat 12,8 9,1 11,0 Universitas 3,7 2,6 3,2 J U M L A H 100,00 100,00 100,00 Tabel Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Kelompok Umur Usia 7 12 tahun Laki laki 98,48 95,82 95,99 Perempuan 97,36 96,95 96,95 Laki laki + Perempuan 97,95 96,36 96,42 Usia tahun Laki laki 70,65 71,02 68,89 Perempuan 79,16 73,22 71,17 Laki laki + Perempuan 74,94 72,09 70,54 Usia tahun Laki laki 34,79 46,49 36,93 Perempuan 28,42 47,62 47,12 Laki laki + Perempuan 32,28 46,96 41,34 II-17

36 Tabel APM dan APK Kabupaten Pandeglang menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis KelaminTahun Kelompok Umur APM APK APM APK SD/MI/Sederajat Laki laki 92,01 103,91 93,79 108,92 Perempuan 90,96 108,93 92,41 109,92 Laki laki + Perempuan 91,51 106,28 93,18 109,37 SMP/Sederajat Laki laki 59,25 75,45 53,88 63,47 Perempuan 60,14 79,97 53,15 63,1 Laki laki + Perempuan 59,68 77,65 53,51 63,28 SMA/SMK/Sederajat Laki laki 31,46 41,29 28,81 42,95 Perempuan 32,98 52,41 41,26 66,77 Laki laki + Perempuan 32,09 45,91 34,20 53,27 Tabel 2.18 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 Jenjang Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Murid Guru Rasio Murid Sekolah SD/MI/Sederajat , SMP/Sederajat , SMA/SMK/Sederajat , Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial. Masalah kesehatan merupakan persoalan penduduk selama hidup, oleh karenanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah penting. Bahkan pemerintah telah mengarahkan agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) lebih diprioritaskan ke sektor kesehatan selain pendidikan dasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan II-18

37 masyarakat antara lain tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang terkait. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka harapan hidup (AHH). Selain itu aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan, yang antara lain diukur melalui angka kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan. Tabel 2.19 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Indikator Derajat Kesehatan Angka Kematian Bayi 55,4 53,8 52,8 Angka Harapan Hidup (tahun) 63,3 63,5 63,77 Tabel 2.20 Angka Kesakitan dan Rata rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Indikator Kesehatan L P Total L P Total Angka Kesakitan (%) 20,69 24,82 22,74 46,26 49,95 48,06 Rata rata Lamanya Sakit 6,25 7,38 6,86 5,09 4,95 5,02 (hari) Ketenagakerjaan Pembangunan bidang ketenagakerjaan memegang peranan penting dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sesuai dengan yang apa yang dicita citakan oleh pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan. Masalah ketenagakerjaan di Pandeglang masih cukup memprihatinkan, ditandai antara lain dengan jumlah pengangguran yang cukup besar dan pendapatan pekerja yang relatif rendah. Tingkat pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya. Selain itu, potensi yang ada akan menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan dan dapat mendorong pada peningkatan keresahan sosial dan kriminal. Hal tersebut pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang digambarkan melalui beberapa indikator karakteristik ketenagakerjaan. Indikator ketenagakerjaan tersebut diantaranya adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat II-19

38 kesempatan kerja (TKK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Indikator ketenagakerjaan tersebut merupakan gambaran kegiatan penduduk yang termasuk sebagai penduduk usia kerja (PUK) dalam bekerja memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2010, penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk kategori usia kerja sebanyak jiwa. Angka ini meningkat 9,17 persen dibandingkan tahun Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja akan mempengaruhi karakteristik ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang. Diharapkan dari setiap penambahan penduduk usia kerja akan diikuti juga dengan peningkatan partisipasinya untuk masuk dalam angkatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), pada tahun 2010 persentase penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk dalam usia kerja dan aktif dalam bekerja dan mencari pekerjaan (TPAK) tercatat sebesar 63,76 persen atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 65,44 persen. Angka tersebut sekaligus memberikan gambaran bahwa hanya sekitar 63,76 persen dari penduduk usia kerja di Kabupaten Pandeglang yang berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan, walaupun di dalamnya masih termasuk mereka yang mencari pekerjaan. Tabel 2.21 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun Karakteristik 2008*) 2009*) Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja : a. Sekolah b. Mengurus RT c. Lainnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,44 63,52 63,76 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 11,13 10,98 11,34 6. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 88,87 89,02 88,66 Sumber : Bappeda dan Biro Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-20

39 Perumahan Salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang adalah papan atau hunian tempat tinggal. Selain sebagai tempat berlindung dan mempertahankan diri dari kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial, rumah juga dapat menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang berbanding lurus dengan kualitas/kondisi rumahnya. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan perumahanpun meningkat. Namun keterbatasan lahan untuk pemukiman dan penawaran perumahan yang hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membangun perumahan yang layak huni, sementara tingkat pendapatan penduduk masih relatif rendah. Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2010 sebagian besar rumah tangga di Pandeglang menempati rumah milik sendiri/orang tua/ saudara (97,21 persen). Sedangkan sisanya sebesar 2,79 persen rumah tangga masih menempati rumah sewa/ kontrak ataupun rumah dinas/bebas sewa. Kriteria rumah yang layak dan sehat untuk dijadikan tempat tinggal adalah apabila rumah tersebut memiliki dinding terluas yang terbuat dari tembok atau kayu, atap terluas berupa beton atau genteng serta luas lantai terluas bukan berupa tanah. Selain itu menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai per orang minimal 10m 2. Menurut Pedoman Rumah Sederhana Sehat, kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktifitas dasar manusia di dalam rumah yang meliputi tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, masak, dan ruang gerak lainnya. Dan menurut Kementerian Kesehatan, salah satu persyaratan rumah sehat adalah jika penguasaan luas lantai per kapitanya minimal 8m 2.Jika melihat hasil kajian, maka kebutuhan ruang per orang adalah 9m 2 dengan perhitungan rata-rata ketinggian langit-langit adalah 2,80 m. Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2010 tidak terdapat rumah tangga di Pandeglang yang penguasaan luas lantai rumah perkapitanya kurang dari 10 m2. II-21

40 Tabel 2.22 Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang, Tahun (Persen) Indikator Fasilitas Perumahan Rumah milik sendiri/ Orang tua/ Saudara 97,77 97,21 Lantai terluas bukan tanah 78,42 88,89 Luas lantai rumah perkapita < 10 m2 29,4 - Atap rumah dari beton dan genteng 85,57 85,41 Dinding rumah berupa tembok 47,08 49,14 Mengkonsumsi air minum kemasan dan air ledeng 10,41 8,12 Bahan bakar memasak: Gas Minyak tanah Kayu bakar Lainnya 22,49 1,79 75,06 0,66 21,46 1,24 76,46 0,84 Menggunakan fasilitas buang air besar 52,48 54,48 Menggunakan Listrik PLN dan non PLN 93,09 92, Kependudukan dan KB Kependudukan Dalam proses pembangunan, disamping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti peningkatan kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kualitas sumber daya manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu dimanage dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Karakteristik penduduk menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan dan perencanaan pembangunan. Begitu juga untuk bahan evaluasi, data mengenai kependudukan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan dampak dari kebijakankebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam penentuan kebijakan bidang kependudukan. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak jiwa. Selama periode tahun rata rata laju II-22

41 pertumbuhan penduduk (LPP) menunjukkan angka sekitar 2,14 persen per tahun, sedangkan pada periode tahun rata rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,30 persen. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk periode tahun lebih lambat dibandingkan periode tahun Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka laju pertumbuhan penduduk diantaranya adalah keberhasilan program keluarga berencana, pendewasaan usia perkawinan dan banyaknya penduduk Kabupaten Pandeglang yang migrasi ke Kota/Kabupaten lain. Meningkatnya jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai masalah kependudukan yang sangat kompleks. Oleh karena itu sasaran pembangunan bidang kependudukan disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan, juga harus mampu menekan angka laju pertumbuhan penduduk tetap pada batas normal. Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km2 dan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka pada tahun 2010 setiap km 2 wilayah di Kabupaten Pandeglang rata rata ditempati oleh 419 jiwa. Seperti disajikan Tabel 2.2, penyebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih belum merata. Kepadatan penduduk berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah masing masing. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling besar adalah Kecamatan Labuan, yaitu jiwa per km 2. Angka ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar jiwa per km2. Sedangkan kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sumur, yaitu 88 jiwa per km 2. Kecamatan kecamatan sekitar ibukota kabupaten lebih padat dibandingkan kecamatan kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Pandeglang. Berbagai kebijakan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Pandeglang unutk mengatasi penyebaran penduduk yang tidak merata, yang paling terkenal adalah dengan melakukan pemekaran kecamatan. Pemekaran kecamatan dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pemekaran merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pemerataan program dan hasil hasil pembangunan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk akan berpengaruh pada usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan perumahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah yang tinggi tingkat kepadatannya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat, sehingga tingkat pengganguran penduduk dapat ditekan serendah mungkin untuk menghindari dampak sosial negatif yang mungkin muncul. Keluarga Berencana Persentase akseptor KB selama dua tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah akseptor KB aktif naik menjadi pasangan usia subur (PUS) atau 67,90 persen dari PUS menjadi akseptor II-23

42 KB aktif, sedangkan pada tahun 2010 jumlah akseptor KB aktif naik menjadi PUS atau 69,89 persen dari PUS. Diantara banyak cara/alat kontrasepsi, ternyata suntik dan pil merupakan pilihan terbanyak para akseptor KB. Lebih 60 persen akseptor KB menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebayak 22,23 persen menggunakan pil. Selebihnya akseptor menggunakan alat kontrasepsi IUD, MOP/MOW, IMPLANT dan KONDOM. Tabel 2.23 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang. Tahun Cara/Alat Kontrasepsi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pil , ,23 AKDR/IUD , ,85 Suntik , ,18 Susuk KB/Norplant , ,44 Tubektomi , ,44 Vasektomi , ,05 Kondom 179 0, ,80 Tradisional/Lainnya 0 0,00 0 0,00 T o t a l ,00 Jumlah PUS % Akseptor KB Aktif 67,90 69, Perhubungan Prasarana dan sarana transportasi memiliki peran penting dalam mendukung mobilitas manusia dan memperlancar arus lalu lintas dan distribusi barang. Prasarana dan sarana transportasi tersebut diantaranya adalah infrastruktur jalan, terminal dan angkutan umum. Sistem transportasi di Kabupaten Pandeglang didominasi oleh transportasi darat, untuk itu infrastruktur jalan, jembatan dan terminal menjadi infrastruktur yang memiliki peran strategis dalam upaya percepatan pembangunan. Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur jalan yang baik di Kabupaten Pandeglang terutama berperan untuk mengangkut komoditas hasil pertanian dari pedesaan ataupun sentra produksi pertanian ke perkotaan. Keberadaan jalan tersebut juga berperan sebagai moda transportasi umum, dimana masyarakat umum memanfaatkan beberapa moda transportasi darat untuk mobilitasnya. Beberapa pilihan moda transportasi darat tersebut adalah kendaraan bis Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang melayani rute Labuan-Jakarta-Cirebon, kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) berjenis minibus dan mikrobus yang melayani rute tujuan Cilegon dan Serang sekaligus rute beberapa kecamatan di wilayah selatan Pandeglang, seperti Cibaliung, Cikeusik, Munjul dan Panimbang. Moda II-24

43 transportasi lainnya yang tersedia adalah kendaraan angkutan kota dan angkutan pedesaan, serta keberadaan taksi walaupun masih dalam jumlah terbatas. Mobilitas kendaraan angkutan umum tersebut didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana terminal angkutan. Pengembangan terminal angkutan di Kabupaten Pandeglang terdiri dari terminal regional dan sub regional. Terminal regional berada di Kecamatan Labuan sedangkan sub regional berada di Kecamatan Saketi, Panimbang, Cibaliung dan Pandeglang. Prasarana dan sarana perhubungan laut di Kabupaten Pandeglang berupa keberadaan infrastruktur pelabuhan laut yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai pelabuhan penangkapan ikan oleh para nelayan. Pelabuhan laut tersebut terdapat di Kecamatan Cikeusik, Sumur, Panimbang, Labuan dan Carita yang kesemuanya merupakan sentra produksi perikanan laut Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 terdiri atas 35 Kecamatan dengan 13 Kelurahan dan 322 Desa. Pemekaran kecamatan terakhir terjadi pada bulan Juli Proses pemekaran diharapkan membawa dampak yang positif terhadap pelaksanaan program pembangunan maupun pemerataan hasilhasilnya. Sejumlah desa di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 meningkat klasifikasinya dari desa Swakarya menjadi desa Swasembada. Jika pada tahun 2008 Kabupaten Pandeglang terdiri atas 149 Desa swakarya dan 189 desa swasembada, maka pada tahun 2010 terdiri atas 136 Desa swakarya dan 199 desa swasembada. Pemerintahan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 didukung oleh orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Apabila dilihat dari pendidikan, maka 140 orang berpendidikan sarjana strata 2/3 (S2/S3), orang berpendidikan sarjana strata 1 (SI), orang berpendidikan sarjana muda (D-I/II/III), orang berpendidikan SLTA, 244 orang berpendidikan SLTP dan 124 orang berpendidikan SD. APBD Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih seperti tahun sebelumnya dimana penerimaan daerah masih mengandalkan transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat, yaitu mencapai 92 persen dari seluruh penerimaan daerah. Adapun realisasi penerimaan daerah tercatat sebesar 821,8 miliar rupiah, yang terdiri dari pandapatan asli daerah (PAD) sebesar 31,921 miliar rupiah dan transfer sebesar 789,879 miliar rupiah. Sementara untuk realisasi pengeluaran pada tahun 2010 tercatat sebesar 726,665 miliar rupiah, dengan pengeluaran terbesar untuk belanja pegawai sebesar 517,567 miliar rupiah. II-25

44 Lingkungan Hidup Pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Pandeglang masih belum sepenuhnya berkelanjutan ataupun belum sepenuhnya memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup, hal ini harus diantisipasi agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Beberapa kondisi yang menggambarkan keberadaan tersebut diantaranya adalah kondisi sumber daya hutan saat ini perlu perhatian lebih serius walaupun belum pada tahap sangat mengkhawatirkan akibat meningkatnya praktik pembalakan liar (illegal logging) dan penyelundupan kayu, meningkatnya tuntutan atas lahan dan sumber daya hutan yang tidak pada tempatnya; beberapa sungai berada pada kondisi yang menunjukkan kualitas yang menurun dengan parameter terjadinya pendangkalan sungai dan penurunan kualitas air sungai yang diakibatkan pencemaran dan sedimentasi sungai; kondisi ini juga ditambah dengan indikasi terjadinya kerusakan DAS yang salah satunya dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta kelembagaannya yang masih lemah. Salah satu dampak atas kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan frekuensi banjir dimana beberapa kecamatan termasuk rawan terhadap banjir, yaitu Kecamatan Patia, Sukaresmi, Pagelaran dan Cikeusik Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Akan tetapi, semua potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga sampai tahun 2010 masih terdapat penduduk miskin di Kabupaten Pandeglang. Dari 326 desa dan 13 kelurahan yang ada, sebanyak 141 desa/kelurahan (42,09%) merupakan desa/kelurahan tertinggal dan 198 desa/kelurahan (57,91%) merupakan desa/kelurahan maju. Penentuan desa/kelurahan tertinggal ini berdasarkan Surat dari Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Nomor : B.038/M-PDT/IV/2006 Tanggal 17 April 2006 Perihal Penentuan Desa Tertinggal Seluruh Indonesia, yang menggunakan acuan data potensi Desa Tahun 2005 dan telah dilakukan verifikasi oleh Pemda Kabupaten Pandeglang. Kriteria yang digunakan dalam menentukan Kategori Desa Maju dan Tertinggal yaitu : (1) Perekonomian Masyarakat; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Infrastruktur, dan (4) Aksesibilitas Kebudayaan Kabupaten Pandeglang memiliki karakteristik budaya yang religius atau agamis. Hal ini tidak terlepas dari sejarah panjang Pandeglang sebagai bagian tak terpisahkan dari Kesultanan Banten yang menjadi salah satu corong II-26

45 penyebaran agama Islam di wilayah barat pulau jawa. Dengan latar belakang tersebut maka tidak heran apabila akar budaya Islam mengakar kuat dalam hampir semua produk budaya masyarakat Pandeglang. Akulturasi budaya yang terjadi antara nilai-nilai budaya Islam dan budaya asli masyarakat lokal juga menciptakan satu keunikan tersendiri dalam setiap produk budaya seperti rampak bedug, debus, dan tari saman sehingga menambah khasanah dan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Selain budaya bercorak Islam, Pandeglang juga memiliki beberapa peninggalan benda cagar budaya yang berasal dari zaman pra Islam, mulai dari menhir, situs-situs purba, bahkan arca yang terbuat dari batu Pekerjaan Umum Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 mencapai 1.043,48 kilometer. Panjang jalan yang berada di bawah wewenang Negara 169,27 kilometer dan di bawah wewenang Pemerintah Provinsi Banten 151,18 kilometer. Sedangkan sisanya sepanjang 723,03 kilometer di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan tahun 2008 yang hanya 434,6 km. Penambahan ini disebabkan oleh adanya peningkatan status jalan yang menghubungi antar kecamatan maupun antar desa di Kabupaten Pandeglang sepanjang tahun Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemkab. Pandeglang, berupa aspal 526,63 kilometer, batu/kerikil 128,6 kilometer dan tanah 9,38 kilometer. Sedangkan berdasarkan kondisinya, hanya 11,16 persen dalam kondisi baik, 37,17 persen dalam kondisi sedang, sementara selebihnya dalam keadaan rusak dan rusak berat. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat sebagaimana Tabel 2.24 No Tabel 2.24 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Kecamatan Jenis Permukaan Batu Diaspal Kerikil Tanah Jumlah 1 Sumur 10,00 2,00 12,70 24,70 2 Cimanggu 18,10 4,00 14,00 36,10 3 Cibaliung 11,50-7,00 18,50 4 Cibitung 4,90 14,10-19,00 5 Cikeusik 9,20 13,10 4,60 26,90 6 Cigeulis 9,70 7,70-17,40 7 Panimbang 18,40-15,00 33,40 8 Sobang 6, ,00 9 Munjul 8,20 13,50 6,00 28,20 II-27

46 No Kecamatan Jenis Permukaan Batu Diaspal Kerikil Tanah Jumlah 10 Angsana 4,40 6,70-11,10 11 Sindangresmi 6,30 11,60-17,90 12 Picung 19, ,50 13 Bojong 6,58 1,00-7,58 14 Saketi 19,70 12,70-32,40 15 Cisata 17,30 5,20-22,50 16 Pagelaran 30, ,50 17 Patia 0,60-6,40 7,00 18 Sukaresmi 9,90 14,40-24,30 19 Labuan 5, ,90 20 Carita 18, ,55 21 Jiput 22, ,10 22 Cikedal 19, ,50 23 Menes 17, ,70 24 Pulosari 15,90 0,30-16,20 25 Mandalawangi 30,30 30,80 3,80 34,60 26 Cimanuk 22, ,70 27 Cipeucang 6,00 5,00-11,00 28 Banjar 23,05 0,50-23,55 29 Kaduhejo 31,00 5,50-36,50 30 Mekarjaya 18, ,55 31 Pandeglang 19, ,40 32 Majasari 20, ,30 33 Cadasari 20, ,50 34 Karangtanjung 28,50 28, Koroncong 4, , ,23 121,10 65,70 723,03 JUMLAH ,63 128,60 67,80 723,03 Sumber : Dinas PU Bidang Bina Marga Kabupaten Pandeglang Prasarana dan sarana pengairan berupa sistem prasarana dan sarana pengairan untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan air baku bagi kegiatan permukiman dan kegiatan produksi seperti infrastruktur irigasi, keberadaan situ/waduk maupun Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Irigasi (DI) yang terdapat di wilayah Kabupaten Pandeglang terbagi kedalam tiga daerah kewenangan yaitu kewenangan kabupaten (DI < 1000 Ha), kewenangan provinsi (DI Ha), dan kewenangan pusat (DI > 3000 Ha). Jumlah daerah irigasi di bawah kewenangan provinsi terdapat 3 daerah irigasi, yaitu DI Cilemer, DI Cisata/Syphon, dan DI Pasir Eurih, sedangkan di bawah kewenanganan pusat terdapat 2 daerah irigasi yaitu DI II-28

47 Ciliman dan DI Cibaliung. Keseluruhan daerah irigasi di wilayah Kabupaten Pandeglang terdiri dari jaringan primer sepanjang km dan jaringan sekunder sepanjang km yang mengairi sawah seluas Ha. Prasarana dan sarana pengairan penting lainnya adalah keberadaan situ/waduk yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya serta penyediaan air bersih. Di wilayah Kabupaten Pandeglang terdapat 20 situ dan 2 waduk, dari jumlah tersebut Waduk Cikuranten yang berada di Desa Pagerbatu kecamatan Pandeglang memiliki volume tampungan paling besar yaitu sekitar m 3 yang bersumber dari Sungai Cikuranten. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat sebagaimana Tabel Pertanian Pertanian Dalam struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling dominan. Hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari hektar luas Pandeglang, hektar (87,27 persen) diantaranya digunakan untuk usaha pertanian seperti persawahan, ladang, kebun, empang, kolam tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman, hutan rakyat dan negara.. Sedangkan sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan, untuk bangunan dan halaman sekitarnya, padang rumput, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya. Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbiu-mbian dan kacang-kacangan. Data tanaman pangan dirinci menurut luas panen, produktifitas dan produksi. Pada tahun 2010, luas panen dan produksi komoditas padi dan palawija secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun Untuk padi (padi sawah dan padi ladang), luas panen meningkat 1,95 persen menjadi hektar yang diikuti dengan peningkatan produksi sebesar 4,22 persen, yaitu menjadi ton. Perkebunan Sub sektor perkebunan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan sektor pertanian. Salah satu tujuan pembangunan sub sektor perkebunan perkebunan. Kegiatan sub sektor perkebunan di Kabupaten Pandeglang dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan besar, baik swasta maupun milik Negara dan perkebunan rakyat. Komoditi tanaman perkebunan yang potensial adalah kelapa, cengkeh, kopi, kelapa sawit dan karet. Menurut catatan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang, selain tanaman lada, luas tanaman perkebunan rakyat umumnya tidak mengalami banyak perubahan dari tahun 2008 ke Luas areal tanaman II-29

48 lada menurun drastis dari hektar pada tahun 2008 menjadi sekitar 233,20 hektar pada tahun Peternakan Pembangunan sektor peternakan ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak/unggas dalam rangka meningkatkan pendapatan petani ternak, khususnya di daerah pedesaan. Jenis ternak/unggas yang diusahakan di Kabupaten Pandeglang terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam buras,ayam pedaging dan itik). Populasi ternak terbanyak tahun 2010 adalah ayam buras dengan jumlah ekor, sedangkan yang paling sedikit adalah kuda dengan jumlah 51 ekor. Dibandingkan tahun 2008 populasi ternak relatif mengalami peningkatan pada semua jenis ternak kecuali ternak kuda dan ayam buras. Produksi daging ternak pada tahun 2010 secara umum meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan produksi daging ternak tertinggi sebesar 5,24 persen untuk ternak domba. Sementara itu produksi peningkatan produksi daging unggas tertinggi sebesar 1,85 persen untuk ternak itik. Produksi kulit ternak pada tahun 2010 secara umum juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya Kehutanan Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi (hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam). Tabel menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2010, luas hutan konservasi di Kabupaten Pandeglang seluas hektar atau meliputi 66,15 persen dari luas hutan keseluruhan. Perkembangan produksi kehutanan Kabupaten Pandeglang selama tahun 2010 berdasarkan data BKPH Kecamatan Sobang dan Cikeusik tercatat sebanyak , 4 m3 kayu. Produksi kayu mangium tercatat sebanyak ,420 m3 atau sekitar 57,6 persen dari total produksi. Sedangkan produksi hutan rakyat pada tahun 2010 tercatat sebanyak m3 kayu yang terdiri atas ,17 m3 kayu bulat dan ,78 m3 kayu olahan Kelautan dan Perikanan Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, tahun 2010 produksi budidaya perikanan air tawar mencapai 875,315 ton atau senilai 13,08 milyar rupiah dengan produksi tertinggi berupa budidaya ikan mas, yaitu sebesar 435 ton. Sedangkan produksi budidaya perikanan air payau mencapai 108,085 ton atau senilai 2,718 milyar rupiah dengan produksi tertinggi II-30

49 berupa udang Vannamae, yaitu sebesar 81.9 ton. Sementara itu budidaya perikanan air laut mencapai 346,5 ton atau senilai 3,5 milyar rupiah Perindustrian Sektor Industri merupakan sektor penyumbang terbesar nomor empat dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pandeglang selama sembilan tahun terakhir. Di Indonesia, industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar (lebih dari 100 tenaga kerja), industri sedang/menengah (20-99 tenaga kerja), industri kecil (5-19 tenaga kerja) dan industri mikro (1-4 tenaga kerja). Pengelompokkan ini didasarkan pada Jumlah pekerja yang terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan penggunaan mesin industri yang digunakan ataupun modal yang ditanamkan. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan industri di Pandeglang mencapai perusahaan atau bertambah sebanyak 416 perusahaan dibanding tahun Peningkatan jumlah perusahan diikuti dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan nilai produksi. Pada tahun 2010, pekerja yang terlibat di perusahaan industri meningkat 3,9 persen menjadi orang. Sementara nilai produksi dan bahan baku juga meningkat masing-masing sebesar 31,15 persen dan 24,56 persen menjadi 133,09 milyar rupiah dan 79,45 milyar rupiah. Tabel 2.25 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Jumlah Jumlah Subsektor Industri Perusahaan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman Industri pakaian jadi, tekstil dan barang dari kulit Industri kayu, barang dari kayu dan perabot rumah tangga Industri kertas, barang dari kertas, percetakan dan penjilidan Industri kimia, minyak bumi, 1 16 batu bara, karet dan plastik Industri barang galian bukan logam Industri logam dasar - - Industri barang dari logam Industri pengolahan lainnya Industri jasa pengerjaan logam Jumlah Total II-31

50 Energi dan Sumber Daya Mineral Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Pandeglang dipenuhi oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Namun demikian belum semua wilayah pedesaan telah tersambung oleh jaringan PLN. Hingga tahun 2010, diperkirakan tidak sampai 50 persen dari jumlah desa di Pandeglang yang sudah dialiri listrik PLN Pada tahun 2010 jumlah pelanggan PLN di Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak pelanggan, atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah pelanggan. Namu demikian, jumlah daya listrik terjual meningkat pesat dari , 6 MWH pada tahun 2008 menjadi , 4 MWH pada tahun Ketersediaan air bersih sangat dibutuhkan masyarakat. Jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 tercatat sebanyak pelanggan, atau meningkat dibanding tahun 2008 yang tercatat sebanyak pelanggan. Jumlah pelanggan terbanyak masih didominasi oleh rumah tangga biasa/ tempat tinggal, yaitu sebanyak pelanggan pada tahun Sektor penggalian merupakan sektor dengan kontribusi terkecil terhadap perekonomian Pandeglang. Sektor ini sempat tumbuh sangat fantastis pada tahun 2008 yang ditandai dengan meningkatnya produksi batu untuk memenuhi kebutuhan pembangunan PLTU Labuan. Pada tahun 2010 produksi sektor penggalian hanya berupa batu andesit sebanyak ,92 M3 atau menurun drastis dibandingkan tahun 2008 yang mampu mencatatkan produksi batu andesit sebanyak ,69 M Perdagangan Kegiatan Perdagangan merupakan usaha yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen yang dalam teori ekonomi mempunyai fungsi Time and Place Utility. Keuntungan kegiatan perdagangan selain memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain juga mengangkut barang ke tempat yang mempunyai nilai lebih tinggi. Dalam perekonomian Pandeglang, sektor perdagangan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian. Peranan sektor ini dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan semakin menurunnya peranan sektor pertanian. Dengan kata lain, perekonomian pandeglang sedang mengalami transformasi dari ekonomi berbasis pertanian menuju ekonomi berbasis jasa, dimana perdagangan menjadi sektor pendukung utama. Sebagai salah satu indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan sektor perdagangan, penerbitan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Kabupaten Pandeglang selama periode tahun II-32

51 Grafik 2.1 Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Tanda Daftar Gudang, & Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009 dan PT CV Perseorangan Pariwisata Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan tujuan meningkatkan penerimaan devisa dan pendapatan masyarakat. Upaya pemerintah daerah dalam melakukan pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan daerah selama ini masih terkendala dengan buruknya infrastruktur jalan yang menjadi akses ke daerah tujuan wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Banten, kegiatan pariwisata di Kabupaten Pandeglang cukup potensial untuk menunjang pembangunan daerah. Perkembangan sektor pariwisata diantaranya dapat dilihat melalui jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata dan jumlah tamu yang menginap pada tempat penyedia jasa akomodasi yang ada di Kabupaten Pandeglang Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Pandeglang selama tahun 2010 sebanyak orang. Sedangkan yang menginap pada tempat penyedia jasa akomodasi sebanyak orang Aspek Daya Saing Daerah Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. II-33

52 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteran masyarakat manakala pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kabupaten Pandeglang. LAPANGAN USAHA Produktivitas Daerah Setiap Sektor Tabel Aspek Daya Saing bidang Kemampuan Ekonomi Daerah PDRB ADHB (jutaan rupiah) Pertanian 1,842,783 1,958,332 2,240,855 2,300, ,81 Pertambangan & Penggalian 6,098 6,742 7,494 8,685 6,84 Industri Pengolahan 638, , , , ,86 Listrik, Gas dan Air Bersih 40,376 41,122 48,849 55, ,33 Bangunan 262, , , , ,59 Perdagangan, hotel dan restoran 1,307,263 1,418,943 1,586, , ,45 Pengangkutan dan komunikasi 411, , , , ,58 Bank & Lembaga Keuangan Lainnya 248, , , , ,75 Jasa-jasa 818, , , , ,47 Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang adalah sektor Pertanian, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Jasa-jasa serta sektor usaha Industri pengolahan. Pada tahun 2010 kontribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Pertanian sebesar 30,81 %, Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,77 %, sektor Jasa-jasa sebesar 14,4 % dan industri pengolahan sebesar 10,96 %. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Pandeglang didominasi oleh sektor Pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian dan perdagangan dan jasa inilah yang akan kembangkan sebagai aktivitas utama warga masyarakat. 2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan barang antar daerah dan antara kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas transporlasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas II-34

53 komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu daerah. a. Aksesibilitas Daerah Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang terletak di sebelah selatan, berjarak 20 Km dari ibu kota provinsi dan 100 Km dari ibu kota negara. Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki potensi disektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan memiliki potensi yang sangat besar disektor pariwisata. Sebagai daerah tujuan pariwisata dan agribisnis maka eksistensi jalan yang layak dan memadai sangat dibutuhkan untuk memudahkan akses pemasaran, kunjungan wisatawan, sampai kepada investasi. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2001 yang mencapai km selanjutnya bertambah mencapai 1.043,48 km pada tahun Dari panjang jalan tersebut, panjang jalan yang berada di bawah wewenang Negara/Pemerintah Pusat 169,27 km, di bawah wewenang Pemerintah Provinsi Banten sepanjang 151,18 km dan 723,03 km di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan jenis permukaannya, jalan dengan permukaan aspal sepanjang 526,63 km, batu/kerikil 128,6 km dan tanah 9,38 km. Berdasarkan kondisi jalan, hanya 11,16 % dalam kondisi baik, 37,17 % dalam kondisi sedang, sementara selebihnya dalam keadaan rusak dan rusak berat yang dapat ditemui di beberapa wilayah selatan Kabupaten Pandeglang. a. Penataan Wilayah Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah yang terstruktur dan sistematis, serta sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah, maka ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Pandeglang. Adapun Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Pandeglang diantaranya: a. Kebijakan Wilayah Pengembangan Pandeglang Utara antara lain : Menetapkan Kecamatan Pandeglang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Pandeglang; Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah skala kabupaten; b. Kebijakan Wilayah Pengembangan Pandeglang Tengah antara lain : Menetapkan Kecamatan Labuan sebagai Pusat Kegiatan skala Wilayah (PKW); Menetapkan Kecamatan Carita, Labuan, Sukaresmi, Panimbang, dan Cigeulis, sebagai kawasan pesisir dan pengembangan pelabuhan, kawasan industri prospektif, pengembangan energi, pariwisata, perikanan laut dan budidaya kelautan; II-35

54 Pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil di Selat Sunda; Pengembangan Bandara Banten Selatan di Kecamatan Panimbang dan Sobang; c. Kebijakan Wilayah Pengembangan Pandeglang Selatan antara lain : Menetapkan Kecamatan Cibaliung sebagai Pusat Kegiatan skala Wilayah (PKW); Menetapkan Kecamatan Sumur, Cimanggu, Cibitung, Cibaling dan Cikeusik sebagai kawasan pesisir dan pengembangan pariwisata, perikanan laut dan budidaya kelautan; Mengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil di Selat Sunda dan Samudera Hindia; Mengembangan Pelabuhan Samudera Banten Selatan di Kecamatan Cikeusik; 3. Fasilitas Iklim Berinvestasi Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan, dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. a. Keamanan dan Ketertiban Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun 2010 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. b. Kemudahan Perijinan Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop Services), melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Pandeglang. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan merupakan kinerja utama pelayanan investasi. II-36

55 Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pertanian dan Pariwisata RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Secara umum, Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah. Sebanyak 27 sasaran yang akan dicapai selama tahun 2011 telah dilaksanakan seluruhnya, dan secara umum telah tercapai dengan sangat baik, dengan rata-rata pencapaian sasaran berdasarkan misi Kabupaten Pandeglang adalah sebesar 84,97 %. Rincian analisis capaian masing-masing sasaran dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel Nilai Capaian Per Misi Per Sasaran Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 Misi- 1 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai Capaian Capaian Akuntabilitas Berdasarkan Misi 1 Meningkatnya investasi dan perekonomian daerah berbasis pertanian dan Pariwisata 2 Tersedianya pengklasteran pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan dan Meningkatnya ketahanan pangan yang berbasis pemberdayaan masyarakat 4 Tertanggulanginya kemiskinan dan pengangguran yang diprioritaskan pada kantongkantong kemiskinan dengan memprioritaskan II-37

56 Memberdayakan UMKM dan Koperasi dalam bidang pertanian dan jasa pariwisata serta usaha pendukungnya RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 Misi- 1 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai Capaian Capaian Akuntabilitas Berdasarkan Misi pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan Millenium Development Goal s 5 Tersedianya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah 6 Terlaksananya Intensifikasi, eksplorasi dan pendayagunaan potensi-potensi Sumber Daya Alam dan pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan keberlanjutan serta kelestarian lingkungan hidup Misi ke-2 Sasaran Target Realisasi Nilai Capaian Capaian Misi - Meningkatnya pemberdayaan Koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah II-38

57 Meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan masyarakat Meningkatkan kualitas SDM yang agamis, cerdas, kreatif dan inovatif RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 Misi ke-3 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai capaian Capaian Misi 1 Meningkatnya implementasi norma agama, ilmu pengetahuan, dan kewirausahaan berwawasan kebangsaan 2 Meningkatnya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Meningkatnya etos kerja dan produktivitas masyarakat Misi ke-4 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai Capaian Capaian Misi 1 Meningkatnya aksesibilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat Meningkatnya kapasitas pemuda berprestasi dan sarana olahraga 3 Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas kesehatan bagi seluruh masyarakat 4 Mengendalikan angka kelahiran dengan meningkatkan kualitas II-39

58 Meningkatkan pembangunan infrastruktur khususnya perdesaan RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 Misi ke-4 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai Capaian Capaian Misi reproduksi Misi ke-5 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai capaian Capaian Misi 1 Terlaksananya Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana khususnya jalan menuju kawasan agribisnis, destinasi pariwisata dan pusat pemerintahan kecamatan Terlaksananya pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi 3 Berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi lokal di perdesaan dan kawasankawasan strategis 4 Tertatanya kawasan permukiman perkotaan pada Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat II-40

59 Misi ke-5 Sasaran Target Realisasi Capaian Bobot Nilai capaian Capaian Misi Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 5 Meningkatkan rasio elektrifikasi di perdesaan, meningkatkan sarana dan prasarana serta teknologi informasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi 6 Terwujudnya jaringan transportasi regional dan internasional 7 Terlaksananya optimalisasi fungsi kawasan, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pelestarian lingkungan hidup II-41

60 Meningkatkan Tata Kelola Kepemerintahan Daerah RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 Misi ke-6 Sasaran Target Realisasi 1 Terwujudnya Good Governance dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif 2 Terkembangkannya database potensi daerah untuk mewujudkan pembangunan yang berbasiskan teknologi informasi 3 Meningkatnya kapasitas fiskal daerah 4 Terciptanya masyarakat yang demokratis 5 Terciptanya Supremasi hukum 6 Menurunnya ancaman dan gangguan bencana Nilai Capaian Bobot Nilai capaian Capaian Misi Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan Daerah yang Berhubungan Dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Permasalahan dasar yang muncul selama proses pembangunan daerah selama ini, berimplikasi pada masa depan. Jika permasalahan dasar itu belum dapat di atasi sehingga mengakibatkan keberlanjutan secara terus menerus konsekuensinya akan terjadi proses komplikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Keseluruhan upaya untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang sejahtera akan berdiri di atas pondasi yang rapuh, sehingga akan menimbulkan ketidakadilan dan peluruhan martabat warga masyarakat. Beberapa permasalahan Kabupaten Pandeglang dapat diidentifikasikan di antaranya: 1. Masih banyak desa tertinggal dimana sampai tahun 2010 terdapat sekitar 42,09% dari total desa. 2. Tingkat kemiskinan cukup tinggi (tahun 2010) sekitar 11,14 % dari total penduduk atau berjumlah jiwa. II-42

61 3. Masih tingginya tingkat pengangguran mencapai 11,34% dari total angkatan kerja atau sebesar jiwa. 4. Masih banyaknya daerah rawan pangan (tahun 2010) di antaranya tiga kecamatan yang patut diwaspadai lantaran berpotensi rawan pangan yaitu Kecamatan Pandeglang, Majasari, dan Labuan. Kecamatan Pandeglang dengan jumlah populasi jiwa total produksi pangannya mencapai ton. Kecamatan Majasari yang berpopulasi jiwa memiliki produksi pangan mencapai ton, dan Kecamatan Labuan yang berpopulasi jiwa jumlah produksi pangannya sebesar ton. 5. Rendahnya kualitas SDM (tahun 2010), hal ini tercermin dari kurangnya penyerapan tenaga kerja di sektor yang membutuhkan keterampilan seperti jasa-jasa atau hanya sebesar jiwa atau sebesar 9,57% dari total jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pada sektor pertanian sebesar jiwa atau sebesar 46,72% dari total jumlah penduduk yang bekerja. 6. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat (tahun 2010), hal ini tercermin dari tingkat pendidikan jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang yang berusia 10 tahun ke atas. Tingkat pendidikan universitas/perguruan tinggi sebesar 3,16% dari total jumlah penduduk usia 10 Tahun, SLTA sebesar 10,99% dari total jumlah penduduk usia 10 Tahun dan yang belum tamat SD/MI sebesar 29,22% dari total jumlah penduduk usia 10 Tahun. Sementara angka rata-rata sekolah penduduk Kabupaten Pandeglang mencapai 6,47 tahun. 7. Masih belum memadainya layanan kesehatan masyarakat (tahun 2010), hal ini tercermin dari persentasi jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Jumlah dokter sebesar 0,008%, paramedis/perawat sebesar 0,038% dan tenaga kesehatan masyarakat sebesar 0,001%. 8. Investasi belum kondusif bagi peningkatan perekomian daerah, hal ini terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB merupakan besarnya investasi fisik yang sudah direalisasikan pada suatu waktu tertentu. PMTB Kabupaten pandeglang pada tahun 2010 sebesar 706,22 milyar. 9. Belum optimalnya nilai tambah sektor primer, sekunder dan tersier Kabupaten Pandeglang terhadap Provinsi Banten (tahun 2010). Sektor primer sebesar 22,60 %, sekunder 2,00% dan tersier 6,79%. Sektor primer (2010): pertanian 22,92 % dan pertambangan-penggalian 3,28%. Sektor sekunder : industri pengolahan 1,40%, listrik, gas dan air bersih 3,25% dan bangunan 8,92%. Sektor tersier (2010): perdagangan, hotel dan restoran 6,48%, pengangkutan dan komunikasi 3,48%, bank dan lembaga keuangan lain 7,47% dan jasa-jasa lain 14,28%. 10. Tingginya konversi lahan pertanian (dalam tiga tahun terakhir sekitar ha ladang / huma, 214 ha perkebunan besar, 675 ha hutan II-43

62 rakyat dan 770 ha hutan negara telah berubah fungsi menjadi lahan perumahan dan lainnya). 11. Sumberdaya air belum termanfaatkan bagi pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (18 aliran sungai dengan panjang total sekitar 835 km). 12. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya kelautan (perikanan tangkap baru dimanfaatkan sektiar 50% dari potensi lestarinya, potensi budidaya rumput laut di pantai barat dan potensi lahan tambak baru dimanfaatkan 60%). 13. Belum berkembangnya potensi pariwisata berbasis sejarah, pantai, tirta, dan alam. Destinasi Pariwisata (214 objek/kawasan wisata yang terdiri dari wisata pantai 11 objek/kawasan, wisata tirta 19 objek/kawasan, sejarah 183 objek, wisata alam 1 kawasan), namun yang banyak dikunjungi wisatawan hanya 18 objek/kawasan wisata. 14. Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan Akarsari bagi pelestarian lingkungan dan pemanfaatnnya bagi kesejahteraan masyarakat (forest for society). 15. Masih belum memadainya sarana dan prasarana dasar yang belum mendukung percepatan pembangunan (jalan, jembatan,terminal, irigasi, drainase, instalasi air bersih, listrik, komunikasi, tanggap darurat bencana). 16. Belum memadainya sarana dan prasarana bagi peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan masyarakat. 17. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan ketatalaksanaan perangkat daerah (sarana dan prasarana perkantoran, mobilitas, pelayanan publik, regulasi). 18. Belum memadainya kuantitas dan kualitas SDM aparatur (tahun 2010) sekitar 27,68% berpendidikan strata 1 (S-1) serta strata 2/ strata3 (S2/S3) sebesar 1,09%. 19. Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan daerah. 20. Belum optimalnya fungsi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah meliputi kawasan strategis, kawasan cepat tumbuh, kawasan tertinggal, kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, kawasan perbatasan dan Pandeglang sebagai kawasan pendidikan, pariwisata dan budidaya pertanian serta kegiatan pendukungnya. Dari seluruh masalah yang telah diidentifikasi, permasalahan pokoknya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi daerah belum menunjukkan tingkat perkembangan yang signifikan, permasalahan ini terkait dengan belum optimalnya iklim investasi yang prospektif dan kondusif, belum berkembangnya jiwa II-44

63 kewirausahaan di daerah perdesaan serta belum optimalnya pemanfaatan dan pengembangan pertanian, pariwisata dan potensi sumberdaya alam. 2. Kualitas SDM masih rendah, permasalahan ini terkait dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan kurangnya berdayanya masyarakat pedesaan. 3. Penataan ruang dan kawasan / kewilayahan Kabupaten Pandeglang masih belum optimal, hal ini terkait dengan belum adanya tata guna lahan yang terintegrasi dan sinergis dengan pembangunan yang diprioritaskan sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada. Selain itu permasalahan tersebut terkait dengan belum optimalnya fungsi kawasan dan tata ruang wilayah. 4. Sarana dan prasarana dasar belum memadai, permasalahan ini terkait dengan kurang optimalnya sarana dan prasarana publik khususnya sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. 5. Tata kelola dan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah masih lemah, permasalahan ini terkait dengan masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan kualitas aparatur pemerintahan daerah. Dengan memperhatikan hasil analisa terhadap kondisi umum di Kabupaten Pandeglang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pembangunan yang perlu menjadi perhatian dan fokus pembangunan sebagai berikut: (1) Pertumbuhan perekonomian daerah (2) Ketertinggalan, kemiskinan, ketahanan pangan, tingkat pendidikan masyarakat (3) Penataan ruang, pengelolaan sumberdaya dan pelestarian lingkungan (4) Tata kelola pemerintahan daerah Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Seiring dengan perjalanan dan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, ada beberapa hal mendasar yang merupakan isu dan permasalahan mendesak pemerintahan dalam pembangunan yang dihadapi secara umum di Kabupaten Pandeglang yang dipengaruhi oleh lingkungan strategis baik di lingkungan intern maupun ekstern. Untuk itu secara garis besar isu dan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Kemiskinan dan kesenjangan sosial, beberapa permasalahan mendasar yang dapat diidentifikasi pada isu strategis ini yaitu: Masih tingginya angka/jumlah penduduk miskin, dimana data jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pandeglang berdasarkan Susenas tahun 2010 sebanyak (11,14 %) dengan Garis Kemiskinan Rp (Rp/kapita/bulan); II-45

64 Rendahnya kemampuan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan dasar; Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2010 sebesar 11,34%; Naiknya harga berbagai kebutuhan hidup, mengakibatkan semakin rendahnya daya beli masyarakat; Masih banyaknya jumlah desa tertinggal di Kabupaten Pandeglang, dimana data jumlah desa tertinggal sampai dengan tahun 2010 sebanyak 141 desa (42,09%), sedangkan desa/kelurahan maju sebanyak 194 desa/kelurahan (57,91%). 2) Belum optimalnya pengembangan ekonomi daerah dan masyarakat, beberapa permasalahan mendasar yang dapat diidentifikasi pada isu strategis ini yaitu: Masih rendahnya investasi yang mendayagunakan potensi dan sumber daya daerah; Rendahnya daya saing dan akses pemasaran produk unggulan daerah; Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya lokal; Masih rendahnya nilai tambah dan daya saing produk pertanian sebagai core bussines pembangunan di Kabupaten Pandeglang; Masih rendahnya pendayagunaan potensi objek-objek wisata dalam mendukung pencapaian visi Kabupaten Pandeglang; Dampak krisis ekonomi global yang mempengaruhi perekonomian nasional dan regional yang berakibat pada penurunan permintaan komoditas akibat penurunan daya beli dan tingkat kesejahteraan. 3) Pendidikan dan kesehatan, beberapa permasalahan mendasar yang dapat diidentifikasi pada isu strategis ini yaitu: Terbatasnya kualitas dan kuantitas prasana dan sarana pendidikan dan kesehatan. Kualitas SDM dapat tergambar dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 sebesar 69,14 yang lebih rendah dari IPM Banten 71,19 (Tahun 2010); Belum memadainya akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan; Belum memadainya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan; Belum optimalnya manajemen pelayanan kesehatan; Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan; Tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan; Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan dan masyarakat berkenaan dengan perilaku hidup sehat dan bersih. II-46

65 4) Keterbatasan infrastruktur dan degradasi kualitas lingkungan hidup, beberapa permasalahan mendasar yang dapat diidentifikasi pada isu strategis ini yaitu: Keterbatasan infrastruktur (kualitas maupun kuantitas) pelayanan dasar (seperti cakupan air bersih dan sanitasi) serta infrastruktur penggerak roda perekonomian); Meningkatnya kerusakan hutan akibat perambahan dan illegal loging; Belum memadainya pengendalian banjir dan kekeringan serta belum optimalnya penanganan lahan kritis; Terjadinya kerusakan kualitas lingkungan laut dan pesisir; Masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup; Belum terpadunya pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). 5) Tata pemerintahan yang baik dan bersih, dengan permasalahan dan isu strategis: Belum optimalnya beberapa pelayanan publik, di lain pihak tingkat pengharapan masyarakat terhadap aparatur pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bersih semakin meningkat. Harapan masyarakat tersebut didasarkan guna mendukung peningkatan kompetensi masyarakat serta peningkatan investasi melalui peran swasta dalam keikutsertaan pembangunan daerah. Selain itu, dalam rangka sinergitas, sinkronisasi dan integrasi antara pembangunan daerah dan pembangunan nasional maka diperlukan keterpaduan isu strategis dan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten maupun Nasional pada Tahun 2013 sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun Tabel 2.28 Identifikasi Keterkaitan Isu dan Masalah Mendesak Pembangunan Tahun 2013 Keterkaitan Isu dan Masalah Mendesak Prioritas No. Isu dan Permasalahan Nasional Provinsi Banten Kabupaten Pandeglang Pemb. Kab. Pandeglang 1. Penyediaan Infrastruktur Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Prioritas 1 & 2 3. Tercapainya Wajib Prioritas 5 Belajar 9 (Sembilan) Tahun II-47

66 4. Tercapainya Prioritas 6 Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas 5. Meningkatnya Prioritas 8 Kualitas LH dan Keseimbangan Pemanfaatan Ruang 6. Penguatan Ekonomi Prioritas 1 &2 Daerah 7. Pemantapan Reformasi Birokrasi Prioritas 7 dan Hukum Penjelasan dari identifikasi isu dan masalah pembangunan Tahun 2013 diatas adalah : 1. Isu dan permasalahan Penyediaan Infrastruktur Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Wilayah dimaksudkan pada upaya tercapainya percepatan pembangunan wilayah melalui penyediaan dan koordinasi infrastruktur sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi baik di perkotaan maupun perdesaan meliputi pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan serta infrastruktur ekonomi lainnya seperti pariwisata dan perdagangan. Selain itu, pemerintah juga dituntut menyediakan infrastruktur pelayanan dasar bagi masyarakat meliputi pemukiman yang layak, penyediaan cakupan air bersih dan sanitasi dan fasilitas umum lainnya. 2. Isu dan Permasalahan Tercapainya Wajib Belajar 9 (Sembilan) Tahun dimaksudkan pada upaya peningkatan penyediaan dan pemenuhuan kecukupan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, dalam rangka optimalisasi pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). 3. Isu dan Permasalahan Tercapainya Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dimaksudkan pada upaya peningkatan kualitas dan kecukupan sarana dan prasarana pelayanan kesehanan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu, termasuk peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. 4. Isu dan Permasalahan Meningkatnya Kualitas LH dan Keseimbangan Pemanfaatan Ruang, dan Upaya Pencegahan Perusakan LH dan SDA dimaksudkan pada upaya mencegah perusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, perusasakan sumberdaya alam serta memperhatikan keterkaitan hulu dan hilir secara kewilayahan melalui sinkronisasi penataan ruang. 5. Isu dan Permasalahan Penguatan Ekonomi Daerah, serta Pelayanan Pasar Tradisional dan Penataan Pedagang kaki lima dimaksudkan melalui upaya peningkatan produktivitas dan aksesbilitas pemanfaatan potensi sumberdaya unggulan daerah, serta aksesbilitas pemasaran komoditas pada pasar II-48

67 tradisional dan penataan kaki lima sebagai penciptaan lapangan kerja produktif baik formal maupun non formal. 6. Isu dan Permasalahan Optimalisasi Pelayanan Air Bersih dimaksudkan pada upaya pelayanan air bersih pada perumahan dan pemukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 7. Isu dan Permasalahan Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum dimaksudkan pada upaya penyelenggaraan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih. II-49

68 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Pembangunan ekonomi merupakan salah satu aspek vital bagi suatu daerah dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Agenda pembangunan yang diusung oleh berbagai daerah pada akhirnya adalah kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat. Kinerja di bidang ekonomi merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan seberapa besar capaian ekonomi yang akan di raih oleh sebuah daerah. Oleh karena itu sangat penting bagi daerah Kabupaten Pandeglang untuk memiliki kebijakan ekonomi daerah yang tepat menuju masyarakat yang adil dan sejahtera Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Dalam rangka penciptaan peningkatan kesejahteraan masyarakat, arah kebijakan ekonomi Kabupaten Pandeglang tahun 2013 berupaya seoptimal mungkin untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, pemerataan ekonomi bagi seluruh masyarakat dan stabilitas ekonomi daerah sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten untuk tahun A. Pertumbuhan Ekonomi Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan elemen yang sangat vital. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menggambarkan terjadinya peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi suatu daerah. Peningkatan tersebut akan mendorong pada terbukanya kesempatan kerja baru bagi rakyat. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang positif memungkinkan suatu daerah untuk meningkatkan akumulasi modal (baik fisik maupun sumber daya manusia) yang kemudian akan berdampak positif pada produktifitas. Terbukanya lapangan kerja baru dan peningkatan produktivitas pada akhirnya berimplikasi positif pada penghasilan yang diterima masyarakat dengan demikian kesejahteraan rakyat pun akan mengalami peningkatan. Guna mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu diambil langkah-langkah tepat sasaran, diantaranya : 1. Peningkatan investasi. Investasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Terciptanya akumulasi modal dapat meningkatkan produktivitas seiring dengan tingkat investasi yang tinggi. Karena kebutuhan investasi masih belum mampu dipenuhi dari dalam daerah maka perlu diupayakan adanya investasi dari luar yaitu dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif. III-1

69 2. Peningkatan pemasaran produk daerah. Pemasaran produk daerah merupakan sumber yang tidak kalah pentingnya bagi pertumbuhan ekonomi. Meskipun secara statistik pemasaran produk lokal mengalami peningkatan terutama di sektor pertanian dan pariwisata namun harus diakui bahwa nilai tersebut belum sepadan dibandingkan dengan potensi yang tersedia. Untuk itu diperlukan peningkatan daya saing produk daerah dengan meningkatkan ketersediaan infrastruktur, mengeliminasi pungutan liar dan simplifikasi terhadap prosedur perizinan sehingga biaya ekonomi tinggi dapat ditekan. 3. Peningkatan daya beli masyarakat. Kebijakan menjaga daya beli masyarakat merupakan hal yang sangat pokok agar masyarakat dapat membeli barang sehari-hari atau kebutuhan pokok dengan sangat mudah dan disisi lain pendapatan terus mengalami peningkatan. Untuk itu pemerintah daerah berupaya menjaga tingkat inflasi terutama yang berkaitan dengan proses distribusi dan pergerakan harga dipasar. B. Pemerataan Ekonomi Pemerataan pembangunan ekonomi adalah pembangunan yang memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam proses pertumbuhan ekonomi dengan status yang setara. Dengan demikian pemerataan ekonomi menciptakan kesempatan bagi semua dan memastikan akses yang sama terhadap kesempatan tersebut. Pembangunan pemerataan ekonomi didukung oleh kebijakan pada sektor tenaga kerja, kemiskinan dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kebijakan tenaga kerja meliputi pelatihan, pembekalan dan pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK). Sementara itu kebijakan pengurangan kemiskinan diarahkan kepada pemberian akses yang sama pada kesempatan kerja dan pemberian bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar (kesehatan dan pendidikan). Kebijakan pengembangan UMKM sangat diperlukan untuk pemerataan pembangunan ekonomi karena sektor formal untuk menampung tenaga kerja sangat terbatas. Oleh karena itu pengembangan sektor informal melalui UKM sangat penting untuk dilakukan. C. Stabilitas Ekonomi Daerah Terciptanya stabilitas ekonomi makro merupakan kondisi yang tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi. Perekonomian daerah hanya akan memberikan kinerja yang baik apabila didukung kestabilan ekonomi yang kokoh. Fluktuasi pada harga barang, tingkat pertumbuhan ekonomi atau utang pemerintah dapat memberikan gangguan pada perekonomian terutama sektor swasta yang III-2

70 membutuhkan kepastian dalam menjalankan usahanya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi yang kokoh maka stabilitas harga harus dapat dijaga. Gejolak harga yang tinggi selain mengurangi daya beli masyarakat juga akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha. Disamping hal tersebut Pemerintah Daerah juga berupaya menjaga stabilitas ekonomi daerah dengan meyediakan ketersediaan pangan yang memadai agar tidak terjadi gejolak dimasyarakat. Berdasarkan hal tersebut diatas maka arah fokus kebijakan ekonomi Kabupaten Pandeglang tahun 2013 diarahkan pada : 1. Peningkatan dan pengembangan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik dan berorientasi ekspor, serta pengembangan kewirausahaan untuk mendorong daya saing; 2. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif dengan memberikan kemudahan dalam perizinan dan regulasi yang memberikan ruang lebih bagi para investor. 3. Peningkatan dan pengembangan potensi dan produk unggulan daerah yang berorientasi ekspor dan memiliki daya saing tinggi; 4. Peningkatan dan pengembangan pemasaran produk unggulan daerah; 5. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan cadangan pangan masyarakat, daerah, dan perbaikan distribusi pangan; Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun Seperti diketahui, ekonomi Pandeglang selama ini bertumpu pada sektor pertanian. Pada tahun 2010 sektor pertanian mampu menyumbang 30,32 persen dari total penciptaan nilai tambah dan menyerap 43,94 persen tenaga kerja di Pandeglang. Ketahanan sektor pertanian terhadap tekanan perekonomian antara lain disebabkan oleh elastisitas yang tinggi dalam substitusi input dan penyesuaian terhadap target pasar yang sangat luas mengingat komoditas hasil pertanian merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, sektor ini juga memiliki basis yang kuat di dalam negeri, memiliki kelenturan dalam hal teknologi dan pembiayaan. Ekonomi Pandeglang yang merupakan bagian dari sistem ekonomi regional tidak dapat berdiri sendiri, melainkan ikut dipengaruhi perkembangan situasi perekonomian wilayah sekitar. Sebagai wilayah agraris dengan share ekonomi yang kecil (5,26 persen dari PDRB Banten 2010), dampak krisis ekonomi yang dirasakan di Pandeglang diantaranya terlihat dari melambatnya pertumbuhan beberapa sektor yang terkait dengan bidang finansial seperti perdagangan eceran dan bank. Meningkatnya harga barang yang diproduksi oleh industri di luar Pandeglang akibat melemahnya kurs rupiah menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Disamping itu, ketatnya kondisi likuiditas menyebabkan perbankan semakin selektif dalam menyalurkan kredit sehingga sedikit menghambat pergerakan sektor riil. III-3

71 Beberapa peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2010 seperti Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) yang berlangsung hingga 2 kali mampu mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri yang sebagian besar merupakan industri kecil, terutama industri bahan cetakan dan tekstil. Peristiwa lain yang akan berdampak secara ekonomi adalah beroperasinya PLTU Labuan tahap 2 dan 2 secara penuh dengan kapasitas masing-masing 300 MW yang secara otomatis mendongkrat nilai tambah pada sektor listrik di Kabupaten Pandeglang. Dengan beroperasinya PLTU tersebut, diperkirakan nilai tambah yang tercipta pada subsektor listrik di tahun 2010 akan meningkat drastis karena proses penciptaan nilai tambah tidak hanya terjadi pada proses pendistribusian, tetapi juga terjadi pada proses pembangkitan listrik. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi positif terjadi pada semua sektor ekonomi di Pandeglang kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Akselerasi pertumbuhan pada beberapa sektor andalan seperti sektor pertanian, listrik, gas dan air bersih; perdagangan dan jasa-jasa menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Pandeglang tumbuh jauh lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Satu hal yang melegakan adalah tetap terjaganya pertumbuhan sektor pertanian sebagai pilar ekonomi Pandeglang. Pertumbuhan ekonomi Pandeglang selama ini dikenal sangat elastis terhadap sektor pertanian. Penurunan di sektor pertanian akan menyebabkan perlambatan roda perekonomian mengingat kontribusi sektor ini yang dominan terhadap pembentukan PDRB. Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Perekonomian Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 dapat dilihat pada perkembangan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang yang merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses produksi atau jasa di wilayah Kabupaten Pandeglang pada Tahun Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang atas dasar harga berlaku Tahun 2013 diperkirakan sebesar 12,651 triliun rupiah (atau senilai juta rupiah), meningkat dari PDRB adhb pada Tahun 2010 yang senilai 8,424 triliun rupiah. Sektor dominan yang memberi andil dalam perkembangan nilai PDRB adhb Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 berturut-turut adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Jasa-jasa, serta industri pengolahan (seperti terlihat pada Tabel 3.1). III-4

72 Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku & Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 dan Proyeksi Tahun 2013 LAPANGAN USAHA Capaian 2010 PDRB ADHB (jutaan rupiah) Proyeksi 2013 KONTRIBUSI (%) Capaian 2010 Proyeksi Pertanian ,32 30,19 2. Pertambangan & Penggalian ,07 0,11 3. Industri Pengolahan ,47 11,16 4. Listrik, Gas dan Air Bersih ,66 0,63 5. Bangunan ,83 5,75 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Bank & Lembaga Keuangan lainnya ,49 23, ,90 10, ,81 7,03 9. Jasa-jasa ,45 11,34 JUMLAH ,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang dan Hasil Analisis Dari tabel di atas, tergambar bahwa perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2013 didominasi oleh Sektor Pertanian dengan kontribusi 30,32 % (atau menyumbang sebesar 3,819 triliun rupiah) yang berarti bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan dalam menggerakan perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi menonjol bagi perekonomian daerah adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,29 % serta Sektor Jasa-jasa sebesar 11,34 %. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan menunjukan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di suatu wilayah. LPE Kabupaten Pandeglang pada Tahun 2010 sebesar 6,77%, pada tahun 2013 diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 5,10%. Hal ini dengan asumsi terjadinya kenaikan pertumbuhan pada beberapa sektor yaitu sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas III-5

73 dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta Bank & Lembaga Keuangan Lainnya tetapi pertumbuhannya tidak sebesar tahun Meningkatnya laju pertumbuhan Sektor Pertanian harus didukung dengan peningkatan produksi hasil pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan dengan meningkatnya produksi dan produktivitas hasil panen yang didorong dengan meningkatnya program dan kegiatan pemerintah di Sektor Pertanian. Sedangkan peningkatan laju pertumbuhan di Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih menunjukkan peningkatan produksi di sektor tersebut seiring dengan penambahan pelanggan dan penggunaan listrik, gas dan air bersih. Demikian juga dengan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun - tahun berikutnya akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya hasil pertambangan yang didorong melalui peningkatan kegiatan pertambangan dan penggalian khususnya pertambangan emas yang ada di Cimanggu yang dikelola oleh PT. Cibaliung Sumber Daya. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pandeglang, secara lengkapnya dapat dilihat pada Table 3.2. Tabel 3.2. PDRB adhk dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dan Proyeksi Tahun 2013 PDRB ADHK 2000 (jutaan rupiah) LPE (%) LAPANGAN USAHA Capaian 2010 Proyeksi 2013 Capaian 2010 Pro yek si Pertanian Pertambangan & Penggalian 3.272, Industri Pengolahan , Listrik, Gas dan Air Bersih , Bangunan , Perdagangan, Hotel dan Restoran ,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi , Bank & Lembaga Keuangan lainnya , Jasa-jasa , JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang dan Hasil Analisis III-6

74 Laju Inflasi Sektoral Inflasi merupakan ukuran yang menunjukkan kenaikan harga. Inflasi merupakan hal penting karena terkait dengan tingkat daya beli masyarakat yang berimplikasi langsung terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi semakin berkurang daya beli masyarakat sehingga akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat inflasi di suatu wilayah pada suatu tahun selain dihitung dengan metode IHK (Indeks Harga Konsumen), dapat juga dilihat dari besarnya perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Inflasi ini merupakan perubahan harga yang terjadi dari sudut produsen atau yang lebih dikenal dengan Inflasi Sektoral. Inflasi tersebut digambarkan oleh masing-masing sektor dan bersumber dari perbandingan antara PDRB adhb dengan PDRB adhk. Indeks harga yang diturunkan dari perhitungan PDRB disebut sebagai PDRB Deflator atau yang dikenal dengan Indeks Implisit (Indeks Harga Produsen). Seberapa jauh terjadinya perubahan harga secara makro dari masingmasing sektor dapat digambarkan melalui besaran Inflasi Sektoral. Dengan menggunakan berbagai jenis input disertai harga yang berbeda pada suatu sektor, maka harga tertimbangnya digambarkan oleh perubahan indeks implisit setiap tahunnya. Tabel 3.3 Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun SEKTOR PDRB adhb (Milyar Rp.) PDRB adhk (Milyar Rp.) Indeks Implisit/Deflator PDRB Inflasi di Tingkat Produsen/Sektoral (%) TAHUN * 2012* 6,939, , ,905, ,824, , ,439, , Pada Tabel di atas terlihat bahwa inflasi berfluktuasi tetapi masih berada pada level 1 digit. Inflasi sektoral tahun 2010 sebesar 5,58 persen meningkat dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 3,34 persen dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum harga komoditas barang dan jasa penyusun PDRB sebagai dampak kenaikan BBM dan krisis ekonomi global. Pada tahun 2009 inflasi sektoral mengalami penurunan menjadi 3,47 seiring dengan semakin stabilnya perekonomian nasional Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 meningkat 5,58% dibandingkan tahun sebelumnya. III-7

75 Pendapatan Perkapita PDRB per kapita penduduk Kabupaten Pandeglang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Tahun 2010, PDRB per kapita penduduk Kabupaten Pandeglang sebesar 11,51% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp.6,57 juta menjadi Rp.7,33 juta. Bila diteliti lebih lanjut ternyata peningkatan angka PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tidak menggambarkan peningkatan pendapatan secara riil, tetapi lebih disebabkan adanya pengaruh kenaikan harga (inflasi). Nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Bila dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 akan diketahui pertumbuhan PDRB perkapita secara riil. Pada tahun 2010 PDRB perkapita ADHK pandeglang meningkat sebesar 5,62 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp.3,50 juta menjadi sebesar Rp.3,70 juta Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2012 dan Tahun Prediksi perekonomian Kabupaten Pandeglang tahun 2013 diharapkan akan lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan optimisme pemerintah pusat yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-8 persen dan inflasi terjaga pada posisi 4-6 persen dalam kurun waktu Namun disisi lain ketidakpastian cuaca sampai dengan tahun 2011 dan diperkirakan akan terus berlanjut merupakan kondisi tersendiri yang memerlukan penanganan khusus. Selama ini Kabupaten Pandeglang memiliki sektor andalan yang sangat tergantung kepada cuaca yaitu pertanian, kelautan dan perikanan serta pariwisata. Curah hujan yang tinggi rawan akan bencana banjir dan menggenangi lahan pertanian. Demikian pula anomali cuaca yang terjadi diperkirakan menurunkan kunjungan wisatawan terutama ke daerah pantai dan juga berpengaruh terhadap produktivitas nelayan akibat gelombang besar. Meskipun pemerintah pusat optimis dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun pemerintah daerah harus tetap waspada terhadap terhadap situasi perekonomian global yang fluktuatif dan harga minyak yang belum stabil yang secara langsung maupun tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Apalagi dengan dikeluarkannya wacana kenaikan tariff BBM pada tahun 2012 ini akan berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian daerah. Di sisi lain, makin intensifnya pasar bebas/globalisasi menuntut peningkatan kualitas produk barang dan jasa secara lebih kompetitif. Untuk itu dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal di pasar regional ataupun global, tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada Standar Mutu Nasional maupun Standar Mutu Internasional serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). III-8

76 Disamping hal tersebut diatas, tantangan berikutnya bagi perekonomian Kabupaten Pandeglang adalah bagaimana memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas dan memiliki aspek keadilan bagi seluruh masyarakat, mampu mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat secara umum. Untuk itu, pertumbuhan ekonomi diarahkan pada sektor pertanian dalam pengertian luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan), UMKM yang tangguh dan sinergis dengan usaha skala besar, serta pada sektor pariwisata yang berbasis pada masyarakat (community based tourism), dimana ketiga sektor tersebut merupakan sektor andalan di Kabupaten Pandeglang dan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan lebih jauh ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Pendapatan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (13) merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Pendapatan Daerah menurut PP No. 55 Tahun 2005 dikelompokkan atas : a. PAD, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang Sah; b. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus; c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya. Kebijakan Keuangan Daerah tahun anggaran 2013 yang merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan Kabupaten Pandeglang sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah : 1. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; 2. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; 3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Propinsi Banten.; 4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah; III-9

77 5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah; 6. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan. 7. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah. 8. Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut : a. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), dan PPh Pasal 21; b. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan; Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan Dana Perimbangan. III-10

78 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2012 s.d 2013 KODE Pendapatan TA Selisih URAIAN Pendapatan TA REK Proyeksi Lebih/(Kurang) PENDAPATAN ASLI DAERAH 65,052,550, ,465,755, ,413,204, HASIL PAJAK DAERAH 7,342,512, ,969,037, ,626,525, HASIL RETRIBUSI DAERAH 19,001,610, ,755,805, ,754,195, HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 6,439,742, ,750,912, ,170, LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH , ,00 ( ,00) 4 2 DANA PERIMBANGAN , ,00 ( ,00) BAGI HASIL PAJAK/ BAGI HASIL BUKAN PAJAK , ,00 ( ,00) DANA ALOKASI UMUM , ,00 0, DANA ALOKASI KHUSUS ,00 0,00 ( ,00) 4 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH , ,00 ( ,00) PENDAPATAN HIBAH ,00 0,00 ( ,00) DANA BAGI HASIL PAJAK DARI PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH , , ,00 LAINNYA DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS BANTUAN KEUANGAN DARI PROVINSI ATAU PEMERINTAH DAERAH LAINNYA ,00 0,00 ( ,00) JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 1,178,213,844, ,041,145,293, (137,068,550,363.00) Sumber : Data Olahan III-11

79 Arah Kebijakan Belanja Daerah Belanja daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah untuk keduakalinya dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, menyatakan bahwa belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2013 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2013 tetap diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas pembangunan, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian prioritas pembangunan. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian visi dan misi Bupati diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, pariwisata, pertanian, infrastruktur, dan suprastruktur. Kebijakan belanja daerah tahun 2013 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain melalui : 1. Esensi utama penggunaan dana APBD adalah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu akan terus dilakukan peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat dan berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah tepat waktu dengan mendorong proses penetapan Perda APBD secara tepat waktu pula. 2. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan tematik pembangunan yang disertai system pelaporan yang makin akuntabel. 3. Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan minimal sebesar 20% dari total belanja daerah tahun Meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan, menjadi 10% sesuai perintah UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan guna peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat. III-12

80 5. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu: a. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor (biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil); b. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi SKPD; c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung programprogram pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan SKPD, program/kegiatan prioritas yang telah menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Pandeglang (committed budget), untuk dilaksanakan pada TA Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kepada Pemerintah Desa, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya. 7. Penggunaan anggaran berbasis pada prioritas pembangunan yaitu Common Goals dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Pandeglang, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur. 8. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah Kabupaten Pandeglang akan merintis skema pelaksanaan program/kegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan. 9. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada Pemerintah Desa. Proporsi belanja tahun 2013 berdasarkan urusan terbagi menjadi 26 urusan wajib dan 9 urusan pilihan, yang berdasarkan peraturan perundang-undangan fungsi pendidikan sebesar 20% (PMK Nomor 84/PMK.07/2009 Tahun 2009 yang menjelaskan bahwa dana fungsi pendidikan meliputi dana kegiatan fungsi pendidikan formal, non formal dan informal beserta gaji dan tunjangan seluruh penyelenggara pendidikan), fungsi kesehatan diupayakan sebesar 10% (merujuk Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 yang masih menunggu Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur pendanaan fungsi kesehatan). Selanjutnya bidang-bidang lainnya disesuaikan dengan prioritas dan kebijakan Bupati terpilih merujuk kepada RPJMD Tahun , serta kebutuhan pembangunan sesuai dengan perkembangan kebutuhan aktual. III-13

81 KODE REK Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2012 s.d 2013 URAIAN Belanja TA Belanja TA Proyeksi Selisih Lebih/(Kurang) BELANJA TIDAK LANGSUNG 803,621,525, ,033,907, ,412,382, BELANJA PEGAWAI 756,427,299, ,780,344, ,353,045, BELANJA HIBAH 12,460,500, ,306,063, ,845,563, BELANJA BANTUAN SOSIAL 2,000,848, ,000, (1,500,848,000.00) BELANJA BAGI HASIL KEPADA PEMERINTAH DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA 6,383,025, ,383,025, ,564,475, ,064,475, (4,500,000,000.00) BELANJA TIDAK TERDUGA 3,785,377, ,000,000, ,214,622, BELANJA LANGSUNG 442,147,868, ,111,385, (231,036,483,077.00) BELANJA PEGAWAI 49,050,094, ,419,842, (25,630,251,927.67) BELANJA BARANG DAN JASA 178,588,534, ,270,281, (93,318,253,741.27) BELANJA MODAL 214,509,239, ,421,262, (112,087,977,408.06) JUMLAH BELANJA DAERAH 1,245,769,394, ,041,145,293, (204,624,100,237.00) Sumber : Data Olahan III-14

82 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan yang timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan (DCD), penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Penerimaan pembiayaan selama ini hanya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA). Besaran SiLPA yang relatif besar ini, terutama disebabkan over target pendapatan dan efisiensi penggunaan anggaran. Besaran SiLPA menunjukkan tren menurun, yang dapat diartikan bahwa, disparitas antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaannya yang semakin mengecil menunjukkan bahwa proses perencanaan dilaksanakan dengan lebih cermat sehingga akan lebih baik pada tingkat pelaksanaannya. Pengeluaran pembiayaan merupakan kewajiban pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam bentuk penyertaan Modal kepada BUMD/PDAM dan BPR/LPK yang menurut Perda sampai dengan TA III-15

83 Proyeksi Pembiayaan Kabupaten Pandeglang Tahun 2012 s.d tahun 2013 KODE REK URAIAN Pembiayaan TA Pembiayaan TA Proyeksi Selisih Lebih/(Kurang) PEMBIAYAAN DAERAH ,00 0,00 ( ,00) 6 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH ,00 0,00 ( ,00) SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAERAH TAHUN SEBELUMNYA (SiLPA) ,00 0,00 ( ,00) 6 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH ,00 0,00 ( ,00) PENYERTAAN MODAL ,00 0,00 ( ,00) PEMBIAYAAN NETTO ,00 0,00 ( ,00) 6 3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SiLPA) ,00 0,00 ( ,00) Sumber : Data Olahan III-16

84 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2013 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setelah pada tahun sebelumnya (2012) RKPD diarahkan pada penataan pondasi pembangunan yaitu reformasi birokrasi dan pembangunan infrastruktur secara umum. Maka untuk tahun 2013 rencana kerja pemerintah daerah lebih difokuskan kepada apa yang menjadi visi dan misi RPJMD sehingga diharapkan pada tahun akhir RPJMD, visi Kabupaten Pandeglang yaitu Kabupaten Pandeglang sebagai daerah mandiri dan berkembang di bidang agribisnis dan pariwisata berbasis pembangunan perdesaan dapat tercapai dengan baik. Seperti yang dijabarkan dalam RPJMD Kabupaten Pandeglang tahun bahwa visi dan misi Kabupaten Pandeglang diarahkan pada upaya peningkatan pembangunan pada dua sektor unggulan utama yaitu sektor pariwisata dan pertanian dimana kedua sektor tersebut memang merupakan sektor-sektor yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang untuk dikembangkan. Dan hal ini pula sejalan dengan tujuan utama Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pandeglang yaitu mewujudkan ruang wilayah kabupaten sebagai pusat agroindustri dan pariwisata di Provinsi Banten yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Namun demikian harus diakui bahwa pembangunan sektor pariwisata dan pertanian di Kabupaten Pandeglang dirasakan belum maksimal dibandingkan dengan potensi yang tersedia, terutama infrastruktur yang diharapkan dapat menunjang perkembangan pariwisata dan pertanian di Pandeglang. Oleh karena itu penanganan secara intensif terhadap kedua sektor tersebut (terutama infrastruktur) perlu dioptimalkan dan fokus pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian dan kunjungan wisatawan secara signifikan. Dengan meningkatnya kapasitas produksi pertanian dan pariwisata diharapkan akan memiliki multiplier effect terhadap sektor-sektor yang lainnya misalnya pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat secara umum. Tema dan Prioritas Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 Pemerintah menetapkan Tema Pembangunan Nasional yang dituangkan dalam Rancangan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Tahun 2013 adalah : Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat. Untuk menjalankan agenda pembangunan nasional tersebut, maka ditetapkan 14 (empat belas) prioritas pembangunan yaitu diantaranya : IV-1

85 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Penanggulangan Kemiskinan; 5. Ketahanan Pangan; 6. Infrastruktur; 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha; 8. Energi; 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana; 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik; 11. Kebudayaan, Kreatifitas dan Inovasi Teknologi; 12. Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 13. Bidang Perekonomian; 14. Bidang Kesejahteraan Rakyat. Tema dan Prioritas Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Memperhatikan dan mencermati isue-isue strategis ditingkat Global dan Nasional serta mengacu pada permasalahan pembangunan di wilayah Provinsi Banten, maka ditetapkan Tema dan Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2013 sebagaimana berikut : Bersinergi Mewujudkan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat dengan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Kawasan dan Wilayah Selanjutnya dalam rangka perwujudan tema tersebut, maka ditempuh melalui pelaksanaan 7 (tujuh) Prioritas Pembangunan Daerah sesuai dengan RPJMD Provinsi Banten Tahun , adalah sebagai berikut: a) Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah; b) Ketahanan Pangan, Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; c) Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih; d) Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia; e) Pemantapan Kualitas Pertumbuhan dan Pemerataan Perekonomian; f) Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; dan g) Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan. Tema dan Prioritas Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang tahun 2013 harus sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah daerah. Prioritas pembangunan dirumuskan melalui penelaahan evaluasi pelaksanaan pembangunan sebelumnya dengan menganalisis kondisi lingkungan internal IV-2

86 maupun eksternal, memperhatikan isu strategis dan permasalahan mendesak yang terjadi serta prospek pembangunan yang dihadapi ke depan. Perumusan prioritas pembangunan pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota perlu saling menyesuaikan dan terintegrasi sehingga tercapai sinergitas pembangunan. Prioritas pembangunan daerah tahun 2013 seperti yang telah diutarakan, diarahkan pada pembangunan infrastruktur kedaerah-daerah pariwisata dan pertanian sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian dan pariwisata. Selama ini kontribusi sektor unggulan di Kabupaten Pandeglang (Pertanian dan Pariwisata) meskipun secara kuantitas memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang, namun hal tersebut belum sebanding dengan potensi yang dimiliki. Sebagai perbandingan dapat diberikan gambaran bahwa produksi padi Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 sebanyak ton (sumber : Pandeglang Dalam Angka) atau sekitar 1,03 % dari total produksi padi nasional yang mencapai jumlah ton (sumber : Kementrian Pertanian RI). Demikian pula pada sektor pariwisata Kabupaten Pandeglang hanya menyerap 0,9 % dari total jumlah wisatawan nusantara secara nasional yaitu orang (sumber : Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI), sedangkan jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pandeglang hanya berjumlah orang (sumber : Pandeglang Dalam Angka). Dari uraian diatas dapat dikemukakan beberapa isu strategis pembangunan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2013 yaitu diantaranya: 1. Masih tingginya angka kemiskinan; 2. Masih banyaknya desa tertinggal; 3. Rendahnya sarana dan prasarana infrastruktur terutama di kawasan pertanian dan pariwisata; 4. Masih rendahnya investasi pada sektor pertanian dan pariwisata; 5. Masih rendahnya capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM); 6. Kurangnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan dan kesehatan; 7. Belum optimalnya kapasitas aparatur dan tata kelola pemerintahan daerah. 8. Belum optimalnya penataan ruang dan Pengembangan kawasan / kewilayahan; Tema pembangunan Kabupaten Pandeglang untuk tahun 2013 sejalan dengan RKP dan RKPD Provinsi berdasarkan isu strategis dan permasalahan yang mengitarinya yaitu PENGUATAN INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR WILAYAH GUNA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DAN PARIWISATA. dengan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Pandeglang sebagai berikut : 1. Pengentasan desa tertinggal; 2. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur dan suprastruktur sektor pertanian dan pariwisata; 3. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pola kemitraan dengan melibatkan investor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah; IV-3

87 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak; 5. Peningkatan aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin/tidak mampu; 6. Peningkatan Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah; 7. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah; 8. Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penyelerasannya dengan penataan ruang daerah; Dari keseluruhan aspek prioritas pembangunan daerah untuk tahun 2013 diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan, menanggulangi ketertinggalan daerah yang dihadapi Kabupaten Pandeglang, serta secara umum dapat memajukan kesejahteraan masyarakat Pandeglang. IV-4

88 Tabel 4.1 Prioritas Pembangunan, Agenda Pokok dan Sasaran NO PRIORITAS PEMBANGUNAN AGENDA POKOK SASARAN YANG HENDAK DICAPAI 1 Pengentasan desa tertinggal Pengentasan desa tertinggal Berkurangnya desa tertinggal di Kabupaten Pandeglang. 2 Pembangunan dan peningkatan infrastruktur dan suprastruktur sektor pertanian dan pariwisata Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana khusunya jalan menuju kawasan destinasi pariwisata. Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi. Pembangunan jalan poros desa terutama yang dapat menghubungkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi lokal. Pembangunan dan pengembangan jaringan listrik dan teknologi informasi di perdesaan yang merupakan sentra pertumbuhan ekonomi. Penyusunan regulasi dan penguatan kelembagaan sektor Pertanian dan Pariwisata Berkembangnya potensi dan produk unggulan daerah (pariwisata, pertanian, perkebunan, kehutanan dan kelautan) serta tersedianya infrastruktur yang memadai guna menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Tersedianya regulasi dan menguatnya kelembagaan sektor pertanian dan pariwisata IV-5

89 NO PRIORITAS PEMBANGUNAN AGENDA POKOK SASARAN YANG HENDAK DICAPAI 3 Pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pola kemitraan dengan melibatkan investor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah Diversifikasi dan intensifikasi UKM, koperasi, industri kecil dan rumah tangga. Diversifikasi dan intensifikasi produksi dan pemasaran hasil pertanian, peternakan, perkebunan, kelautan dan perikanan. Pengelolaan dan peningkatan hasil hutan, tambang dan sumber daya mineral dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan ketahanan pangan masyarakat. Pengembangan e-business guna menunjang pemasaran produk unggulan daerah. Peningkatan investasi dalam pengembangan potensi sumber daya alam dan industri prospektif. Mendorong peran perbankan dalam penyaluran kredit usaha rakyat. Terciptanya lapangan kerja baru. Meningkatnya taraf kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. IV-6

90 NO PRIORITAS PEMBANGUNAN AGENDA POKOK SASARAN YANG HENDAK DICAPAI 4 Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak. Peningkatan penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan daya saing hasil produksi lokal. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 9 Tahun. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Peningkatan aksesbilitas pendidikan bagi masyarakat tak mampu dan masyarakat perdesaan. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidik. Pembinaan masyarakat yang agamis. Pembinaan dan peningkatan peran serta pemuda dalam pembangunan. Pemberian beasiswa bagi pelajar berprestasi dari keluarga tidak mampu. Pemberantasan buta huruf bagi usia produktif. Peningkatan minat baca dimasyarakat. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. IV-7

91 NO PRIORITAS PEMBANGUNAN AGENDA POKOK SASARAN YANG HENDAK DICAPAI 5 Peningkatan aksebilitas dan mutu pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin/tidak mampu. 6 Peningkatan Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah 7 Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah; Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat tak mampu, ibu hamil dan melahirkan serta balita. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan/medis serta kader kesehatan desa. Pemenuhan gizi masyarakat terutama anak-anak. Peningkatan pelayanan KB. Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Peningkatan program pemerintah yang bersifat padat karya. Peningkatan partisipasi perempuan dan kelompok masyarakat rentan termarginalkan dalam pembangunan. Restrukturisasi kelembagaan pemerintah daerah Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan indikator kesehatan, diantaranya: meningkatnya Angka Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu serta meningkatnya Status Gizi Balita. Meningkatnya keluarga sehat dan sejahtera. Terciptanya masyarakat yang mandiri dan berdaya guna. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah IV-8

92 NO PRIORITAS PEMBANGUNAN AGENDA POKOK SASARAN YANG HENDAK DICAPAI hidup secara lestari. Revitalisasi SKPD terutama yang menangani sektor unggulan 8 Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penyelerasannya dengan penataan ruang daerah. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara lestari. Mitigasi bencana alam. Penanganan degradasi kualitas lingkungan. Penanganan illegal loging. Pengelolaan persampahan yang terintegrasi. Peningkatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Meningkatnya pemanfaatan SDA & LH serta pengelolaan tata ruang wilayah secara berkesinambungan. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian SDA. Meningkatnya upaya konservasi dan rehabilitasi hutan sejalan dengan upaya pemanfaatan potensi kehutanan. IV-9

93 Prioritas Pembangunan Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 tersebut diatas juga menjadi pedoman dalam menentukan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perangkat daerah dalam hal ini oleh satuan kerja perangkat daerah lingkup Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Program dan kegiatan indikatif dimaksud melekat pada urusan pemerintah daerah, untuk itu berikut disajikan pemetaan prioritas pembangunan ke dalam urusan dan SKPD penanggungjawab. Tabel 4.2 Pemetaan Prioritas ke dalam Urusan dan SKPD Penanggungjawab beserta Pagu Indikatifnya Tahun 2013 No. Prioritas Pembangunan Daerah Nama Urusan Pagu Indikatif (Rp) SKPD Penanggungjawab 1 Pengentasan Desa Tertinggal Urusan Bersama Bappeda 2 Pembangunan dan peningkatan infrastruktur dan suprastruktur sektor pertanian dan pariwisata Pekerjaan Umum 26,384,860,500 Dinas Pekerjaan Umum 1,006,000,000 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Perumahan 27,264,000,000 Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan 1,068,800,350 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Komunikasi Informatika dan 100,000,000 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 3 Pemberdayaan ekonom kerakyatan melalui pola kemitraan dengan melibatkan investor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 1,715,886,000 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Penanaman Modal Bappeda Pariwisata 2,324,171,750 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Perdagangan 300,000,000 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Perindustrian 690,000,000 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Sumber Daya Energi dan Mineral 2,374,210,000 Dinas Pertambangan dan Energi Pertanian 2,008,160,315 Dinas Pertanian dan Perkebunan 1,262,306,318 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan IV-10

94 No. Prioritas Pembangunan Daerah Nama Urusan Pagu Indikatif (Rp) SKPD Penanggungjawab Kehutanan 1,046,312,400 Dinas Kehutanan Kelautan perikanan dan 1,912,340,000 Dinas Kelautan dan Perikanan Tenaga Kerja 925,300,000 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ketransmigrasian 125,000,000 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ketahanan Pangan 1,145,000,000 Kantor Ketahanan Pangan 1,470,679,950 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan 4 Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak; 5 Peningkatan aksebilitas dan mutu pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin/tidak mampu; Pendidikan 18,272,550,800 Dinas Pendidikan Kebudayaan 325,000,000 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kepemudaan Olahraga dan 1,222,040,000 Dinas Pemuda dan Olahraga Perpustakaan 350,000,000 Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kesehatan 17,668,389,750 Dinas Kesehatan Keluarga Berencana & Keluarga Sejahtera 22,918,833,500 RSUD 690,000,000 Badan Pemberdayaan Perempuan,Perlindungan Anak dan KB 6 Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 4,085,291,500 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 1,264,100,000 Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB Sosial 1,802,921,000 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi IV-11

95 No. Prioritas Pembangunan Daerah Nama Urusan Pagu Indikatif (Rp) SKPD Penanggungjawab Kependudukan Catatan Sipil & 1,612,200,000 Dinas Kependudukan & Catatan Sipil 7 Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah; Perencanaan Pembangunan Kesatuan Bangsa & Politik Dalam Negeri Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian 4,070,000,000 Bappeda Satuan Pol PP 1,309,006,400 Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas 14,020,785,500 Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD 9,178,219,544 Dinas Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset 3,495,000,000 Badan Kepegawaian Daerah Inspektorat 1,093,165,000 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) 17,990,671, Kecamatan 2,265,742, Kelurahan Statistik Bappeda 30,000,000 Kantor Perpustakaan dan Arsip 30,000,000 Dinas Pertambangan dan Energi Kearsipan 420,980,000 Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi 8 Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penyelerasannya dengan penataan ruang daerah. Penataan Ruang 1,263,182,000 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Lingkungan Hidup 975,078,750 Kantor Lingkungan Hidup IV-12

96 4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Tujuan dan sasaran pembangunan daerah Menjelaskan tentang hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD sebagaimana dijelaskan dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan No Visi/Misi Tujuan Sasaran 1. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pertanian dan Pariwisata Meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat a. Meningkatnya investasi dan perekonomian daerah berbasis pertanian dan Pariwisata. b. Tersedianya pengklasteran pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan c. Meningkatnya ketahanan pangan yang berbasis pemberdayaan masyarakat d. Tertanggulanginya kemiskinan dan pengangguran yang diprioritaskan pada kantong-kantong kemiskinan dengan memprioritaskan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan Millenium Development Goal s e. Tersedianya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah. f. Terlaksananya Intensifikasi, eksplorasi dan pendayagunaan potensi-potensi Sumber Daya Alam dan pemanfaatan sumber energi dengan IV-13

97 2 Memberdayakan UMKM dan koperasi dalam usaha pertanian dan jasa pariwisata serta usaha pendukungnya 3 Meningkatkan kualitas SDM yang agamis, cerdas, kreatif dan inovatif 4 Meningkatkan layanan pendidikan dan kesehatan masyarakat 5 Meningkatkan pembangunan infrastruktur khususnya perdesaan Meningkatkan peranan koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) Membangun sumberdaya manusia Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas 1. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di sektor agribisnis dan memperhatikan keberlanjutan serta kelestarian lingkungan hidup meningkatnya pemberdayaan Koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah a. Meningkatnya implementasi norma agama, ilmu pengetahuan, dan kewirausahaan berwawasan kebangsaan b. Meningkatnya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak c. Meningkatnya etos kerja dan produktivitas masyarakat a. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat b. Meningkatnya kapasitas pemuda berprestasi dan sarana olahraga c. Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas kesehatan bagi seluruh masyarakat d. Mengendalikan angka kelahiran dengan meningkatkan kualitas reproduksi a. Mengendalikan angka kelahiran dengan meningkatkan kualitas reproduksi b. Terlaksananya IV-14

98 6 Meningkatkan tata kelola kepemerintahan daerah pariwisata serta meningkatkan aksesibilitas infrastruktur terutama di perdesaan 2. Mempercepat pembangunan permukiman yang sehat berkualitas dan layak huni 3. Membangun sistem energi listrik perdesaan, meningkatnya sarana dan prasarana serta teknologi informasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi 4. Mengoptimalkan penataan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan 1. Menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih dalam melakukan pelayanan publik 2. Meningkatnya kapasitas keuangan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi c. Berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi lokal di perdesaan dan kawasan-kawasan Strategis d. Tertatanya kawasan permukiman perkotaan pada Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) e. Meningkatkan rasio elektrifikasi di perdesaan, meningkatkan sarana dan prasarana serta teknologi informasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi f. Terwujudnya jaringan transportasi regional dan internasional g. Terlaksananya optimalisasi fungsi kawasan, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pelestarian lingkungan hidup a. Terwujudnya Good Governance dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif b. Terkembangkannya database potensi daerah untuk mewujudkan IV-15

99 dan pembiayaan pembangunan daerah 3. Meningkatnya kualitas kehidupan demokrasi 4. Menciptakan ketaatan hukum 5. Meningkatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana pembangunan yang berbasiskan teknologi informasi c. Meningkatnya kapasitas fiskal daerah d. Terciptanya masyarakat yang demokratis e. Terciptanya Supremasi hokum f. Menurunnya ancaman dan gangguan bencana 4.2. Prioritas dan Pembangunan Suatu prioritas pembangunan daerah pada dasarnya adalah gambaran prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana. Keterhubungannya dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Prioritas Pembangunan Daerah No Program Prioritas Tahun Rencana (RPJMD) Prioritas Pembanguan daerah (RKPD) 1 Program Peningkatan Produk Pertanian Unggulan Program Perluasan Jaringan Bisnis dan Pasar Produk Pertanian Program Peningkatan Peran dan Fungsi Kelembagaan Agribisnis (hulu-hilir) Program Pembangunan/Pengembangan Industri di Bidang Agribisnis Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Holtikultura Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah Pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pola kemitraan dengan melibatkan investor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah IV-16

100 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Program Pengelolaan, Pemasaran dan Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Program Peningkatan Produk Pariwisata Unggulan Program Pengembangan Informasi dan Regulasi Pariwisata Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Pariwisata Program Pengelolaan Kekayaan dan Keragaman Budaya Program Pengembangan Usaha Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Program Perlindungan Konsumen dan dan Pengamanan Perdagangan Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir dan Pemasaran Hasil Pertanian Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, Air payau dan Air Tawar Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 2 Program Pengembangan Perpustakaan dan Budaya Baca Masyarakat Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Program Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak. IV-17

101 3 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 4 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan 5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah Program peningkatan kualitas pelayanan public 6 Program Pembangunan/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Program Pengentasan Desa Tertinggal Peningkatan aksebilitas dan mutu pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin/tidak mampu. Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penyelerasannya dengan penataan ruang daerah. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah; Pembangunan dan peningkatan infrastruktur sektor pertanian dan pariwisata Pengentasan desa tertinggal Masing-masing prioritas pembangunan daerah sebagaimana dijelaskan dalam table 4.4 lebih lanjut dijelaskan dalam program dan kegiatan prioritas terkait, sebagai berikut : IV-18

102 Tabel 4.5. Penjelasan Program Prioritas Pembangunan Daerah No Prioritas pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SKPD 1 Pengentasan Desa Tertinggal Pembangunan dan peningkatan infrastruktur sektor pertanian dan pariwisata. Program Pengentasan Desa Tertinggal Jumlah Jalan lingkungan, drainase dan gorong-gorong yang dibangun dan ditingkatkan Jumlah Air bersih yang disediakan Jumlah Sumur Resapan yang disediakan Jumlah Sanitasi bagi masyarakat Meningkatnya rasio elektrifikasi desa tertinggal Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Jumlah sarana dan prasarana pendidikan 16 Desa DPU Distamben DTRKP Kantor LH Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan IV-19

103 No Prioritas pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SKPD Program Pembangunan/Pemeliharaan dan Jembatan Jalan Jumlah Panjang Jalan ke daerah Pariwisata & Pertanian yang dibangun 20 KM DPU Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Penunjang PNPM Perkotaan/Perdesaan Penunjang P2WKSS Peningkatan Infrastruktur Permukiman 339 Desa/Kelurahan 2 Desa DPU 2 Pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pola kemitraan dengan melibatkan investor guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan daerah Program Peningkatan Produk Pertanian Unggulan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Peningkatan produktiifitas, efisiensi dan nilai tambah produk pertanian unggulan dan limbahnya Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman perkebunan berkelanjutan Ton Dinas Pertanian dan Perkebunan 70 % Dinas Pertanian dan Perkebunan Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Jumlah produksi ternak sapi Jumlah produksi ternak kerbau Jumlah produksi ternak kecil Jumlah produksi 297 Ekor Disnakeswan IV-20

104 No Prioritas pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SKPD ternak unggas Program Peningkatan Produk Pariwisata Unggulan Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, Air payau dan Air Tawar Tersedianya sarana fasilias wisata unggulan Jumlah peningkatan mutu pengelola lembaga ekonomi pariwisata Luas lahan yang dibeli untuk pengembangan wisata cisolong dan situs citaman Luas lahan budidaya kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar 3300 M2 Disbudpar 4 lembaga Disbudpar 5800 M2 Disbudpar 70 % DKP/BP4K Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Peningkatan SDM sektor usaha kecil menengah Peningkatan jumlah Koperasi dan UMKM sektor pertanian dan pariwisata 6 kegiatan 5 desa 120 Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM 3 Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses bagi masyarakat Program Pengembangan Perpustakaan dan Budaya Baca Masyarakat Pengadaan buku bacaan Jumlah lokasi kegiatan layanan perpustakaan keliling dan 5000 exp 8 lokasi KPAD IV-21

105 No Prioritas pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SKPD miskin untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak. perpustakaan umum Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja jumlah pencari kerja 400 Orang Dinsosnakerttans Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Terwujudnya Pendidikan Sembilan Tahun SPM Dasar orang Dinas Pendidikan Program Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Peningkatan jumlah dan distribusi tenaga pendidik dan kependidikan 2950 orang Dinas Pendidikan 4 Peningkatan aksebilitas dan mutu pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin/tidak mampu. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Peningkatan Kualtas Lingkungan dan Pengawasan Obat, Makanan serta Minuman sesuai Standar Kesehatan 338 desa/kelurahan Dinas Kesehatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Mengurangi angka kematian Ibu, Bayi dan angka kesakitan serta menurunkan Baita BGM 210 orang Dinas Kesehatan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Mengurangi angka kematian Ibu, Bayi dan angka kesakitan serta menurunkan Balita 80 % Dinas Kesehatan IV-22

106 No Prioritas pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SKPD dibawah Garis Merah (BGM) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita 36 puskesmas Dinas Kesehatan 5 Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah daerah; Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah Meningkatnya kompetensi pegawai dalam melaksanakan tugas 70 orang BKD/ SETDA/ KPAD/ BPMPD/ BAPPEDA Program peningkatan kualitas pelayanan publik Prosentase tingkat kepuasan masyarakat dalam pelayanan publik 80% INSPEKTORAT 6 Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penyelerasannya dengan penataan ruang daerah. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Prosentase kualitas dan akses informasi SDA dan lingkungan 60 % Kantor Lingkungan Hidup IV-23

107 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk Menjabarkan Misi RJMD Kabupaten Pandeglang Tahun , berbagai program dan kegiatan disusun oleh SKPD dalam bentuk program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan pada Tahun Program dan Kegiatan tiap SKPD terdapat pada lampiran. V-1

108 BAB VI PENUTUP Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 merupakan dokumen yang menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (RKUA) dan Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (RPPAS) Tahun Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan : 1. RKPD ini disusun dengan pendekatan dalam penganggaran keuangan daerah, yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah disempurnakan untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun RKPD Tahun 2013 tidak hanya memuat kegiatan-kegiatan dalam kerangka investasi pemerintah dan pelayanan publik, tetapi juga memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah dan seluruh stakeholders pembangunan termasuk masyarakat luas dan dunia usaha berkewajiban memberikan masukan terhadap program-program RKPD Tahun 2013 dengan sebaikbaiknya. 4. Agar dapat dicapai sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan setiap program dan kegiatan baik yang bersumber dari APBD maupun dari APBN, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah agar menyusun rencana kerja Tahun 2013 dengan mengacu pada RKPD Tahun Guna tercipta efisiensi dan efektivitas pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah berkewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap penjabaran dan sinergitas RKPD tahun 2013 ke dalam Rencana Kerja SKPD dan Kebijakan Umum Anggaran APBD tahun 2013 serta Prioritas dan Plafon Anggaran Tahun Keberhasilan pembangunan daerah selain ditentukan oleh kualitas produk perencanaan, juga sangat ditentukan oleh sikap, mental, tekad, semangat, kejujuran dan disiplin para pelaku pembangunan (stakeholders) dalam mengimplementasikan rencana. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan diharapkan mampu menjawab dan mengurangi permasalahan yang ada, dan memanfaatkan serta mengelola potensi sumberdaya yang dimiliki, yang semuanya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. BUPATI PANDEGLANG H. ERWAN KURTUBI, MM VI-1

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat- Nya, Alhamdulillah Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 27/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN CIBALIUNG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang U ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TINGKAT KECAMATAN DI LINGKUNGAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan lima tahunan yang akan

Lebih terperinci

NO URUT JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH KEPALA KELUARGA

NO URUT JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH KEPALA KELUARGA NO URUT KECAMATAN DESA/KEL REKAPITULASI HASIL PENDATAAN TINGKAT KABUPATEN TAHUN 2013 1. KABUPATEN : PANDEGLANG 3. TAHUN ANGGARAN : 2013 2. PROVINSI : BANTEN 4. NO. KODE KABUPATEN : 01 5. NO. KODE PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2011-2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Kabupaten Pandeglang. Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG

Kabupaten Pandeglang. Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG Kabupaten Pandeglang Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2011-2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 Pemerintah Kabupaten Pandeglang I - 1 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008 Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional dan provinsi yang disusun dengan memperhitungkan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, rencana pembangunan tahunan memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai penjabaran dari rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, dimana hasil dari proses perencanaan ini dapat dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Kabupaten (RKPK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Proses perumusan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : MEI 2017 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI IV.1 Kabupaten Serang IV.1.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Serang terletak di ujung barat wilayah Propinsi Banten dan posisi 105º7 106º 22 Bujur Timur serta 5º 50

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan Pemerintahan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak Geografis, Topografi, Curah Hujan, dan Jenis Tanah Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak diantara 5 50' - 6 21' Lintang Selatan dan 105 7' 106

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perkenan- Nya penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Lamandau Tahun 2014 akhirnya dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015 SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1 Lampiran : Peraturan Bupati OKU Selatan Nomor : Tahun 2015 Tentang : Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untaian

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci