Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang"

Transkripsi

1 Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang Popi Radyuli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia popiradyuli@upiyptk.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) perbedaan hasil belajar PKN yang diajarkan dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKN yang diajar dengan model konvensional, (2) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan model konvensioanal, (3) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar visual diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual diajar dengan model konvensional, (4) perbedaan hasil belajar PKN siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diajar dengan model konvensional, (5) Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap hasil belajar. Penelitian ini adalah quasi experiment. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kelas VII.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol. Analisis data dilakukan melalui tes hasil belajar dan angket gaya belajar yang dianalisis dengan uji-t dan Anova. Hasil penelitian mengungkapkan (1) Hasil belajar PKN yang menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar yang diajar dengan model konvensional. (2) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial diajar dengan model konvensional. (3) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajar dengan model konvensional. (4) Hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PKN siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model konvensional, (5) Tidak terdapat interaksi antara model Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN, artinya model Jigsaw diterima untuk semua kalangan siswa. Kata Kunci: Pembelajaran, Gaya Belajar, Cooperative Learning, Tipe JIGSAW 1. Pendahuluan Proses pendidikan melibatkan banyak komponen antara lain guru, siswa, kurikulum, metode, strategi, media, sarana dan prasarana dan lain-lain. Seluruh aspek ini harus terintegrasi dan saling mendukung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Setiap proses pembelajaran dilakukan di sekolah, memiliki tujuan tertentu, sebagaimana yang tercantum dalam panduan KTSP bahwa tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pencapaian tujuan pendidikan ini dapat diusahakan melalui tujuan mata pelajaran yang hendak dicapai. Seorang guru memegang peranan penting dalam merancang pembelajaran untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena guru merupakan sumber pengetahuan yang akan menyajikan materi pelajaran, oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka guru diharapkan menjadi guru yang profesional baik secara akademik maupun non akademik. Guru harus menemukan alternatif yang harus diambil dalam proses belajar mengajar guna tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. 43

2 Berdasarkan observasi awal tanggal 5 Oktober 2014 yang penulis lakukan di SMPN 20 Padang, menunjukkan bahwa siswa mempunyai beberapa kesulitan dalam mempelajari PKn. Hal ini dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar PKn yang diperoleh dari hasil pengamatan awal di SMPN 20 Padang. Berikut nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PKn semester ganji kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 Tabel 1. Nilai Rata rata Ulangan Harian PKn Siswa Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelas Jumlah Tuntas Tidak tuntas Rata-rata siswa Orang % orang % VIII , ,00 73,20 VIII , ,15 71,28 VIII , ,26 70 VIII , ,00 71 jumlah , ,14 Sumber: Guru Mata Pelajaran PKn Kelas VIII Semester Ganjil Dari data di atas dapat dilihat rata-rata nilai ulangan harian PKn siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Hasil ini menggambarkan rendahnya hasil belajar PKn siswa terlihat hanya 57,66% yang tuntas, selebihnya 44,14% belum tuntas karena belum mencapai standar minimal yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan awal pada bulan Oktober 2014 yang dilakukan dengan memperhatikan RPP dan wawancara dengan murid di SMPN 20 Padang diperoleh informasi mengenai metode yang sering digunakan guru dalam pembelajaran PKn antara lain metode ceramah, pemberian tugas dan diskusi. Selama ini aktivitas belajar siswa kurang aktif, hanya beberapa siswa yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran PKn. Ketika guru mengajukan pertanyan kepada siswa, hanya beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat. Hal ini diduga karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik sehingga siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Pada saat guru mengajar, guru lebih dominan berkomunikasi kepada siswa, sehingga keterampilan siswa dalam komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sangat sedikit, siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengolah informasi yang dia peroleh dari pengalaman yang diperolehnya, siswa jarang diberikan kesempatan mengembangkan sikap kerja sama dan gotong royong dengan sesama teman dan pembelajaran yang dilakukan siswa tidak menjadi lebih bermakna karena guru lebih banyak menguasai proses pembelajaran. Begitu juga pada waktu pelaksanaan diskusi kelompok, tidak banyak siswa yang aktif meskipun mereka sudah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Pada saat pelaksanaan diskusi, apa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan diskusi tidak maksimal. Dari 4-5 orang siswa dalam satu kelompok, hanya 2-3 orang siswa yang aktif. Peran guru pada saat berlangsungnya diskusi tidak maksimal. Gaya belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan gaya berlajar yang sesuai dengan siswa dan model pembelajaran guru yang tepat di kelas dapat mempengaruhi siswa untuk lebih bersemangat belajar di kelas. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana siswa menangkap dan menyerap informasi terhadap materi belajar. Yaitu tipe belajar visual, audiotorial, dan kinestetik (Dalyono, 2010:237). Gaya belajar yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Ada yang menyukai belajar dengan cara mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatatnya di buku catatan, dan ada juga yang menyukai gaya belajar dengan cara mendengarkan dan tidak suka mencatat (gaya belajar auditorial). Selain itu ada yang lebih suka mendengarkan suara guru saat menjelaskan di depan kelas dengan menggunakan alat peraga (gaya belajar visual), tetapi ada juga belajar yang lebih senang melalui praktek langsung (gaya belajar kinestetik). Penerapan pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe Jigsaw. Dalam tipe Jigsaw ini menuntut adanya keterlibatan semua anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki keunggulan, yaitu dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap 44

3 pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun alasan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Selain itu, yang menonjol dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adanya kerja sama dalam kelompok untuk mempelajari atau memahami suatu materi atau tugas yang berbeda. Metode kooperatif tipe jigsaw ini pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi lebih bermakna, mengembangkan sikap kerjasama dan gotong royong, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di atas dan kendala yang ditemui di kelas VIII di SMP Negeri 20 Padang dalam pembelajaran PKn, maka pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini cocok diterapkan, karena pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini melatih siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi yang dipelajari dan saling bekerja sama antara yang satu dengan yang lain. Sehingga siswa akan lebih serius dalam belajar. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang beranggota 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang beragam, dan kelompok asal ini merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari anggato kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari topik tertentu dan kemudian menjelaskannya kepada kelompok asal. Nana (2002: 22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Nasrun (2002: 16) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pembelajaran yang disajikan kepada mereka. Pengertian Cooperative Learning telah banyak diartikan oleh para ahli seperti Etin (2007: 4) yang mengartikan Cooperative Learning sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Rusman (2010:203) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Silberman (2010:178) menjelaskan bahwa pembelajaran jigsaw sama dengan pertukaran antar kelompok, dengan satu perbedaan utama yaitu setiap peserta mengajarkan sesuatu. Alternatif ini menarik bila ada materi yang harus dipelajari, yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen kecil, dan tidak ada pada bagian segmen tersebut yang harus diajarkan lebih dahulu dari bagian segmen yang lain. Setiap peserta mempelajari suatu hal, yang jika dikombinasikan dengan materi yang dipelajari oleh peserta lain, maka terbentuklah pengetahuan yang saling berkaitan. Silberman (2010:178) mengatakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari : 1) Pilihlah meteri pembelajaran yang dapat dipecah menjadi beberapa segmen. Sebuah segmen boleh singkat seperti satu kalimat atau mungkin panjang beberapa halaman, 2) Hitunglah jumlah segmen pembelajaran dan jumlah peserta. Dengan cara yang sama, berikan tugas yang berbeda kepada kelompok yang berbeda pula. 3) Setelah sesi untuk mempelajari segmen materi tersebut selesai, buatlah sub kelompok pembelajaran kooperatif. Setiap sub kelompok mempunyai perwakilan dari setiap kelompok belajar di kelas. 4) Mintalah para anggota kelompok pembelajaran kooperatif untuk mengajari satu sama lain tentang segmen yang telah mereka pelajari. 5) Pastikan kembali keseluruh kelompok me-reviw dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada untuk memastikan pemahaman yang tepat. Sunyanto (2013: 130), metode ceramah digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa di kelas, dimana pada umumnya siswa hanya mengikuti secara satu arah. 45

4 Suprihatiningrum (2013: 286), metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh guru. Metode ini adalah cara menyampaikan materi secara lisan satu arah dari guru ke siswa. Pada umumnya siswa pasif menerima penjelasan dari guru. DePorter dan Hernacki (2001: 10) menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. Sharone (2012:40), Gaya belajar yang dimiliki setiap pelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1) gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca, 2) Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, dan 3) Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian Quasy Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh kelas VIII di SMP Negeri 20 Padang tahun pelajaran 2014/2015. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja dengan mempertimbangkan tertentu yaitu nilai rata-rata siswa. penggunaan model cooperative learning tipe Jigsaw yaitu kelas VIII.2 dan pengggunaan model konvensional kelas VIII.4. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deksriptif dan analisis induktif. Variabel yang dideskripsikan adalah semua variabel yang diteliti. Untuk variabel hasil belajar dideskriptifkan dengan cara menghitung mean, median, modus, nilai maksimal, nilai minimal, standar deviasi, dan koefisien varians. Untuk analisis induktif terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogentas. Kemudian dilakukan uhi hipotesis dengan Anova dua arah. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan tujuan penelitian, seperti yang telah dipaparkan pada Bab I berikut akan disajikan empat pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis Pertama, adapun tujuan uji hipotesis pertama penelitian ini untuk mengetahui pengaruh hasil belajar PKn yang diajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional. Berdasarkan hasil perhitunga hipotesis pertama diperoleh t hitung = 4,8074 dan t tabel = 2,00665 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hipotesis Kedua, hasil belajar PKn siswa yang mempunyai gaya belajar ouditorial yang diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa yang mempunyai gaya belajar ouditrorial yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan hipotesis kedua, diperoleh t hitung = 2,4037 dan t tabel = 2,03452 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar auditorial yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar auditorial yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis ketiga, hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pehitungan hipotesis ketiga, diperoleh t hitung = 2,5892 dan t tabel = 2,10982 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe 46

5 Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar visual yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis keempat, hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan hipotesis keempat, diperoleh t hitung = 3,3563 dan t tabel = 2,14479 pada Alpha 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diajar melalui model pembelajaran konvensional. Hipotesis kelima, adapun tujuan uji hipotesis kelima ini untuk mengetahui interaksi antara gaya belajar siswa dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar PKn siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang. Berdasarkan penilaian, diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditorial, gaya belajar visual maupun gaya belajar kinestetik yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw cenderung meningkat. Peningkatan nilai siswa ini menunjukkan bahwa model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Padang. Untuk memudahkan melihat hasil perhitungan ANAVA Two Way perhatikan tabel berikut Source Corrected Model Intercept Kelompok Gaya_belajar Tabel 2. Perhitungan ANAVA Two Way Type III Sum of Mean Squares Df Square F Sig. 6, ,112(a) 5 461,022, , ,433 1, , ,41 24,6 1754,419 1, ,98 424, ,334,060 8 Kelompok * Gaya_belajar Error 3268, ,064 Total , Corrected Total 5574, a R Squared =,414 (Adjusted R Squared =,350) 67, ,894,477,624 Berdasarkan tabel 18 di atas dapat disimpulkan bahwa dari analisis data tentang interaksi penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar adalah berbeda secara signifikan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji F, diperoleh F hitung 0,477 dan F tabel = 3,17 pada taraf signifikan 0,624 lebih besar dari 0,05 maka F hitung lebih kecil dari F tabel artinya tidak terjadi interaksi antara penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil berlajar. Untuk lebih jelasnya interaksi yang terjadi antara hasil belajar siswa dengan gaya belajar dapat dilihat pada gambar 6. 47

6 Estimated Marginal Means Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 2, No. 1, September 2015, Hal ISSN : Estimated Marginal Means of Hasil_Belajar Kelompok 1,00 2, oudiotorial visual Gaya_belajar kinestetik Gambar 1. Diagram interaksi Ordinal model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar 4. PEMBAHASAN Temuan dimana, dimana hasil pengujian menunjukkan hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional. Artinya, siswa yang diberi perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakukan dengan model pembelajaran konvensional. Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam belajar dapat membantu siswa dalam memahami konsep PKn yang dipelajari, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran yang inovatif ternyata salah satu model pembelajaran Lebih unggul daripada model pembelajaran yang lain dan salah satunya adalah model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Pada model Cooperative Learning tipe Jigsaw ini pembelajaran difokuskan pada siswa dan perbedaaanya dengan model konvensional adalah hanya pada penyajian kepada siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyono (1999:122) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap individu dan pengembangan keterampilan. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw seperti yang dikemukakan oleh Nur (2005: 26) kelebihan model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah (1) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, (2) siswa tidak hanya memberikan materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain sehingga pengetahuannya jadi bertambah. (3) menerima keragamanan dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar. (4) meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Berdasarkan pada yang telah dikemukakan di atas, dan dihubungkan dengan penelitian ini, dapat dimabil kesimpulan siswa yang diajarkan dengan mdoel pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang dijarkan dengan konvensional. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merangsang siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, dengan model pembelajaran ini lebih hidup dan siswa tergaya untuk berpikir dan 48

7 bekerja lebih giat agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Karakter perwatakan orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran. Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Dalam menyerap informasi umumnya orang bergaya belajar auditorial menerapkan strategi pendengaran yang kuat dengan suara dan ungkapan yang berciri pendengaran. Strategi auditorial menurunkan aktivitas berciri ungkapan suara atau pendengaran seperti membaca sebuah informasi keras-keras dengan cara dramatis. Dengan mengenal ciri-ciri siswa auditorial di kelas akan memberikan pedoman pada guru untuk memilih strategi pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat auditorial. Untuk pembelajaran fisika, guru dapat menjelaskan penerapan hukum atau prinsip hasil ilustrasi dari langkah-langkah fisika yang panjang serta merangkumnya dalam bentuk prosedur dan merekam lalu kemudian menyuarakannya. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar visual yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Menurut Hamzah (2008:181) mengemukakan Gaya belajar visual (Visual Learners), ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. pertama, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya. Kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna. Ketiga, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Keempat, memiliki kesulitan dalam dialog secara langsung. Kelima, terlalu reaktif terhadap suara. Keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan, dan ketujuh seringkali salah menginterprestasikan kata atau ucapan. Umumnya orang bergaya visual dalam menyerap informasi menerapkan strategi visual yang kuat dengan gambar dan ungkapan yang berciri visual. Strategi visual menurunkan aktivitas berciri ungkapan visual seperti menggunakan peta konsep untuk menyatakan gagasan atau menggambar sebuah sketsa, atau membuat charta, grafik, atau diagram. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar kinestetik yang diajar dengan menggunakan model konvensional. Smaldino (2012:40), gaya belajar yang dimiliki setiap pelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri. Anak yang mempunyai gaya belajar kinerstetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yng bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Uji anava yang dilakukan pada hipotesis keempat mengenai interaksi model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar ditemukan F hitung < F tabel. Ini berarti tidak terdapat interaksi antara model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan gaya belajar dalam meningkatkan hasil belajar PKN. Artinya penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw tidak bergantung pada gaya belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Gaya belajar ouditorial maupun visual tidak terlalu menentukan hasil belajarnya. Disini yang penting adalah keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan 49

8 mengikutinya dengan baik akan lebih berhasil bila dibandingkan siswa yang kurang mengikuti dan tidak mendapatkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Siswa dengan gaya ouditorial diajar dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkat hasil belajar, begitu juga dengan siswa yang bergaya visual. Hal ini menunjukkan bahwa model Cooperative Learning tipe Jigsaw cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam pembelajaran PKn berpengaruh secara sitematika terhadap hasil belajar siswa pada level gaya apapun baik gaya ouditorial maupun gaya visual. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw yang dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep PKn. 5. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dan gaya belajar siswa diperoleh kesimpulan sebagai berikut a. Hasil belajar PKn siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional. b. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditorial yang diajar dengan menggunakan model konvensional. c. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar visual yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar visual yang diajar menggunakan model konvensional. d. Hasil belajar PKn siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memliki gaya belajar kinestetik yang diajar menggunakan model konvensional. e. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar PKn. Berdasarkan pada temuan yang diperoleh selama penelitian dapat dikemukakan beberapa saran: a. Bagi guru PKn pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan serta menghindari kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bagi guru PKn maupun peneliti yang akan menerapkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw agar membuat perencanaan yang matang tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa dan memperhatikan pembagian waktu ketika melaksanakan pembelajaran. c. Kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti model pembelajaran Cooperative Learning lainnya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan hasil penelitian nantinya dapat memberikan kontribusi dalam perbaikan kualitas pembelajaran pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya melalui penerapan pembelajaran inovatif lainnya d. Kepada sekolah disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan rujukan dalam mengembangkan model pembelajaran di sekolah yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif. Referensi [1] Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie Quantum Teaching. Bandung Kaifa. [2] Dalyono Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta [3] Etin Solihatin Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. 50

9 [4] Jamil Suprihatiningrum Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Jogyakarta: Ar- Ruzz Media [5] Mulyono Abdurahman Pendidikan Bagi anak Berksesulitan Belajar. Jakarta Rineka Cipta [6] Nana Sudjana Penilaian Proses Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja: Rosda Karya. [7] Nasrun Harahap dkk Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang [8] Nur Asma Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas [9]Rusman Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers. [10] Sharone. Smadino Instructional Technology and Media for Learning. Deborah L.Lowther, James D Russell. [11] Silberman, Melvin L Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani [12] Sunyanto dan Asep Djihad Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo 51

Eli Santana Siregar. Dosen FKIP Univeristas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

Eli Santana Siregar. Dosen FKIP Univeristas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA Eli Santana

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Abstrak Leny Radili* *Mahasiswa Jurusan KTP FIP UNP Penelitian ini berawal dari fenomena

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Ary Herlina Kurniati HM

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 PALOPO PADA MATERI POKOK LARUTAN ASAM BASA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 PALOPO PADA MATERI POKOK LARUTAN ASAM BASA Jurnal Dinamika, September 2015, halaman 39-46 ISSN 2087-7889 Vol. 06. No. 2 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 PALOPO PADA MATERI POKOK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Volume 15, Nomor 1, Hal. 27-36 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS V SD NEGERI SEI ROTAN KEC

PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS V SD NEGERI SEI ROTAN KEC PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS V SD NEGERI 105288 SEI ROTAN KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG Muhammad Jailani Surel:

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Volume 15, Nomor 2, Hal. 01-10 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Aulia Sanova Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi ANALISIS HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA PEMBELAJARAN QUIZ TEAM DENGAN INFORMATION SEARCH MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL SERTA PENATAAN KELAS BERBENTUK U PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SAWIT BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya mutu pendidikan di negara tersebut. Karena melalui pendidikan suatu negara mampu menghasilkan anak bangsa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Oleh : SRI MARYANI. Oleh : SURYATI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Oleh : SRI MARYANI. Oleh : SURYATI A ANALISIS PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PAIR CHECK DENGAN THE POWER OF TWO MENGGUNAKAN MEDIA RELIA SERTA PENATAAN KELAS BERBENTUK MEJA KONFERENSI PADA SISWA KELAS VII SMP N1 KARANGPANDAN KARANGANYAR

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COMPUTER BASED INSTRUCTIONAL (CBI) DAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN (SBK)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COMPUTER BASED INSTRUCTIONAL (CBI) DAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN (SBK) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COMPUTER BASED INSTRUCTIONAL (CBI) DAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN (SBK) Agus Widiyanto 1, Yanuardi 2, Didin Saefuddin 3 Yayasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL KELASX DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG SEMESTER GENAP TA 2014/2015 Popi Radyuli, Inkha

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 TANTOM ANGKOLA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 TANTOM ANGKOLA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 TANTOM ANGKOLA Oleh: Eli Santana Siregar dan Sri Ulfa Sentosa ABSTRACT The

Lebih terperinci

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar

Kata kunci : Gaya Belajar, Siswa Kinestetik, Hasil Belajar ANALISIS GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KINESTETIK KELAS VIII.3 SMP PERTIWI 2 PADANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Irawati*, Zulfaneti**, Ratulani Juwita*** *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

Pengaruh Pemilihan Jurusan dan Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Intelektual Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015

Pengaruh Pemilihan Jurusan dan Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Intelektual Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015 Pengaruh Pemilihan Jurusan dan Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Intelektual Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015 Iin Latoiful Isyaroh, Sriyono, Nurhidayati Program Studi

Lebih terperinci

Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika, IAIM NU Metro Abstrak

Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika, IAIM NU Metro Abstrak PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA INSTITUT AGAMA ISLAM MAARIF NAHDATUL ULAMA (IAIM NU) METRO Santi Widyawati Dosen Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

PEMBELAJARAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PEMBELAJARAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES DITINJAU DARI GAYA BELAJAR VISUAL (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri Surakarta II Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus

I. PENDAHULUAN. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Marthina 1), Pentatito Gunowibowo 2), Arnelis Djalil 2) marthinajayasironi@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KONVENSIONAL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI BIOSFER KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PANCUR BATU G. Lian Y. Nababan. NIM. 06110005

Lebih terperinci

Oleh Ervina Maret Sulistiyaningrum FPMIPA IKIP PGRI Madiun

Oleh Ervina Maret Sulistiyaningrum FPMIPA IKIP PGRI Madiun EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 5 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DITINJAU

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANNIK DWI HARYUNINGSIH A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANNIK DWI HARYUNINGSIH A PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUAL REPETITION DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEDISIPLINAN SISWA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX

EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX MTs RIYADHUS SALIHIN SUNGGAL TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SYAHDI AZHARI ABSTRAK Pemodelan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL Oleh : ANCE EFRIDA NPM. 09020122 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3) EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3) This study aimed to determine: (1) the similarity of pretest between

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi sumber daya yang berkualitas,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN PKn RINGKASAN SKRIPSI Oleh : ENDAH KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 2, Oktober 2014 ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) SMP Teuku Umar Semarang Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 4 SINGARAJA I Made Bawa Mulana (Guru Matematika

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN TPS (THINK- PAIR-SHARE) DENGAN MEDIA PAPAN TEMPEL DAN ULAR TANGGA YANG DIPENGARUHI OLEH GAYA BELAJAR Alfian Nur Ubay 1, Wagino, dan Ridam Dwi Laksono 3 1,,3 Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017 12 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD BAGI SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 CILONGOK SEMESTER II TAHUN 2016/2017 Afrita Heksa Guru SMP Negeri 2 Cilongok Email: afrita_heksa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VII YANG MENERAPKAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VII YANG MENERAPKAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VII YANG MENERAPKAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN TIPE JIGSAW DI SMP NEGERI I SAWAHLUNTO HESTIA NORIZA RAMADHINI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan perlu melakukan pembaharuan dari waktu ke waktu tanpa henti dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

Salim Mulyadi Koolang, Amran Rede, Mohammad Jamhari. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Salim Mulyadi Koolang, Amran Rede, Mohammad Jamhari. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No. 2 ISSN 2354-614X Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Berbagai Peristiwa Alam di Kelas V SDN Pakanangi melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Salim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan analisis hasil penelitian, berdasarkan hasil penelitian pada bab tiga yang akan didasarkan pada teori di bab dua. Pada keempat ini penulis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII SMP DI WATAMPONE

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII SMP DI WATAMPONE PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII SMP DI WATAMPONE Patrahyuna Suhatsa Mallewai 1 1 Program Studi Pendidikan Matematika, ABSTRAK: Siswa perlu

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning Di Kelas VI SDN Inpres 5 Birobuli Buacani SD Inpres 5 Birobuli, Kota Palu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN MODEL SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY PADA SISWA KELAS X MAN 1 MODEL KOTA BENGKULU Abas Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING 0 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Nur Aisyah Harahap Dr. Wisman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK

PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG. Oleh: ABSTRACK PERBEDAAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS UNGGUL DENGAN KELAS REGULER DI SMP N 12 PADANG Oleh: Rani Okta Tiara * Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons** Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog** Mahasiswa Bimbingan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar diri dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2 Dinamika Vol. 4, No. 3, Januari 2014 ISSN 0854-2172 PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, memiliki peranan yang sangat penting ditinjau dari sudut perkembangan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai darajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai darajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika IMPLEMENTASI STRATEGI FLIPPED CLASSROOM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang)

PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang) PENGARUH GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR ( Studi Deskriptif di Kelas XI SMK Negeri 9 Padang) Reni Yuliani 1, Ismarianti 2, Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 NAMBAHREJO Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN 1 2 1 ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh ternyata hasil belajar siswa rata-rata masih rendah dan sebagian kecil siswa sudah tuntas belajarnya. Penggunaan metode demonstrasi yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGANALISA RANGKAIAN LISTRIK DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMK NEGERI 1 PADANG RANDIKA PUTRA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGANALISA RANGKAIAN LISTRIK DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMK NEGERI 1 PADANG RANDIKA PUTRA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGANALISA RANGKAIAN LISTRIK DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMK NEGERI 1 PADANG RANDIKA PUTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan Honggowiyono, Arif Budiman; Perbedaan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Expert Group Dengan Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika kualitas dari pendidikannya bermutu dan merata disetiap golongan

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika kualitas dari pendidikannya bermutu dan merata disetiap golongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dari tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD'45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan sebuah bangsa bisa terwujud jika kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan yang mendasar, yakni peningkatan kualitas pembelajaran karena sumber daya manusia diperoleh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DENGAN TIPE BAMBOO DANCING PADA MATERI EKOSISTEM KELAS VII MTs N SURAKARTA II TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 2, No. 1, Maret 2017 ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak ) SD Negeri Wanatawang 03 Songgom Brebes *Diterima September 2016, disetujui November

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian eksperimen dengan desain faktorial dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012, pada tanggal 27 Februari 2012 dilakukan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA Arjuna Bandar Lampung diketahui bahwa, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep

Lebih terperinci

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan perlu sentuhan kreativitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK PENILAIAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH TEKNIK PENILAIAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH TEKNIK PENILAIAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Rika Sukmawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang rikasukma75@yahoo.com Abstrak Penilaian dapat menghasilkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

Oleh: Nanik Tri Sumarti 05667/2008

Oleh: Nanik Tri Sumarti 05667/2008 Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat Dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Komunikasi Kelas pkap X 3 Smkn 2 Bukittinggi Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika DEVID AGUS HARTATO

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika DEVID AGUS HARTATO EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR HEURISTIK DAN EKSPOSITORI DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.3 (2016) : 147-154 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 PADANG BATUNG PADA KONSEP EKOSISTEM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran Aqidah

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 BILAH

Lebih terperinci