BAB II TINJAUAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa. dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010, p.11). Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010, p.12). b. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2003, p.122) membagi 6 (enam) tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) 1 8

2 2 Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis (analysis) Analisis yaitu kemampuan untuk menyatakan atau menjabarkan suatu materi atau obyek ke dalam keadaan komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan satu sama lain. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation)

3 3 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. c. Proses Perilaku TAHU Perilaku menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003, p.121) yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati dari pihak luar. Akan terjadi proses yang berurutan sebelum mengadopsi perilaku yang baru dalam diri seseorang, yakni : 1) Kesadaran (awareness) Di mana seseorang telah menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek. 2) Merasa Tertarik (interest) Di mana seseorang mulai menaruh perhatian dan tertarik pada obyek. 3) Menimbang-nimbang (evaluation) Seseorang akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap obyek tersebut, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik 4) Mencoba (trial) Di mana individu mulai mencoba perilaku baru. 5) Adaptation, dan sikapnya terhadap obyek. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku

4 4 tersebut akan bersifat langgeng, namun sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah : 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003). b) Pekerjaan Pekerjaan menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang

5 5 membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya yaitu kegiatan yang menyita waktu. c) Umur Usia yang dikutip Nursalam (2003) menurut Elisabeth Bh yaitu umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Usia reproduksi wanita di golongkan menjadi dua yaitu usia reproduksi sehat dan usia reproduksi tidak sehat. Usia reproduksi tidak sehat yaitu mulai dari umur 20 tahun sampai 35 tahun. Sedangkan usia reproduksi tidak sehat yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Manuaba, 1998, p.14) 2) Faktor eksternal a) Lingkungan Menurut Ann Mariner yang dikutip Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial-budaya

6 6 Sistem sosial-budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi yang didapat. Menurut Lawrence Green (1991, pp ), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ada tiga, yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors) Yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai kebutuhan dan kemampuan yang diyakini, berkaitan dengan motivasi dari individu atau kelompok untuk bertindak. Mereka termasuk dalam dimensi kognitif dan afektif dari mengetahui, merasakan, meyakini, menilai, dan mempunyai kepercayaan diri atau rasa kemujuran. a. Pengetahuan Peningkatan pengetahuan saja tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, tetapi pergaulan positif diantara perubahanperubahan perilaku juga sangat diperlukan. Suatu tahap awal dari pengetahuan mungkin memerlukan beberapa tindakan, seperti mengenali sebuah gejala sebagai keanehan, sebelum seseorang akan melakukan pemeriksaan kesehatan tetapi setelah tahap pengetahuan tersebut tercapai, informasi tambahan tidak diperlukan untuk meningkatkan tambahan perubahan perilaku. 1) Kepercayaan, nilai dan sikap

7 7 Kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan gagasan bebas, tetapi perbedaan diantara mereka sering jelas dan kompleks. a) Kepercayaan Merupakan suatu keyakinan bahwa kejadian atau benda adalah benar atau nyata. Agama, keyakinan, dan kebenaran merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan atau menyatakan kepercayaan. b) Nilai Merupakan pandangan budaya, antargenerasi dalam hal mencerminkan nilai yang dipegang seseorang. Nilai-nilai cenderung dikelompokkan dalam kelompok suku bangsa dan antargenerasi oleh orang-orang yang mempunyai persamaan sejarah dan ciri-ciri geografi. Menurut mantan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Kanada, Sebagian besar orang Kanada jauh lebih memilih sehat dari pada sakit, dan panjang umur dari pada pendek umur tetapi, sementara orang-orang siap mengorbankan sejumlah kesenangan sesaat tertentu untuk tetap sehat, mereka tidak siap untuk tak lagi melakukan semua kesenangan pribadi ataupun untuk sabar menghadapi semua ketidaknyamanan di dalam kepentingan pencegahan penyakit. Nurwijaya (2010, pp.61-62) menyatakan sebuah penelitian dilakukan untuk melihat sejauh mana budaya dan pengaruh

8 8 lainya memberikan kontribusi kanker serviks pada kelompok masyarakat yang berbeda dalam praktek sunat. Penelitian yang dilakukan di India dan Pakistan, seks sebelum nikah jarang terjadi di berbagai kelompok agama di kedua negara ini dan sekitarnya, umat islam disunat pada umumnya dan Hindu tidak disunat. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kanker serviks sangat rendah terjadi pada wanita muslim, jika dibandingkan dengan Hindu dan Kristen yang menderita sangat banyak, dan tidak terlihat sama sekali pada laki-laki Muslim. c) Sikap Sesuatu yang paling tidak jelas tetapi merupakan kata-kata yang paling sering digunakan dan disalahgunakan dalam istilah ilmu pengetahuan sosial yaitu sikap. Mucchielli menggambarkan sikap sebagai suatu kecenderungan dari pikiran atau perasaan yang relatif tetap pada kategori tertentu dari benda, orang ataupun situasi. Kirscht memandang sikap sebagai suatu kumpulan dari kepercayaan yang selalu meliputi suatu aspek evaluasi yaitu sikap dapat selalu dinilai dalam hal positif dan negatif. Mereka berbeda dari nilai dalam kaitan dengan benda, orang dan situasi tertentu dan menjadi dasar dari satu atau lebih dari suatu nilai. 2 Faktor pendukung (enabling factors)

9 9 Faktor pendukung atau faktor kemungkinan, sering disebut kondisi lingkungan yang memudahkan perbuatan dari individu atau organisasi, termasuk ketersediaan, aksesibilitas, dan kemampuan dari perlindungan kesehatan dan penghasilan masyarakat. Termasuk juga kondisi kehidupan yang berperan sebagai penghambat tindakan, seperti ketersediaan transportasi atau perlindungan anak untuk melepas seorang ibu dari tanggung jawab cukup panjang untuk ikut dalam program kesehatan. Faktor kemungkinan juga termasuk keterampilan baru yang diperlukan seseorang, organisasi atau masyarakat untuk mengadakan perubahan perilaku ataupun lingkungan. Faktor kemungkinan akan menjadi target terdekat dari organisasi masyarakat dan peran latihan pada program anda. Mereka terdiri atas kemampuan dan kebutuhan keterampilan baru untuk menunjukkan tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang dibutuhkan untuk mengubah lingkungan. Kemampuan termasuk organisasi dan aksesibilitas dari fasilitas perlindungan kesehatan, petugas, sekolah, klinik kesehatan atau kemampuan serupa apapun. Keterampilan kesehatan pribadi, seperti didiskusikan dalam literatur perawatan pribadi dan pendidikan kesehatan sekolah, dapat memungkinkan tindakan kesehatan tertentu. Keterampilan dalam mempengaruhi masyarakat, seperti melalui kegiatan sosial ataupun perubahan

10 10 organisasi, dapat memicu kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi lingkungan fisik ataupun perlindungan kesehatan. Untuk merencanakan campur tangan yang ditujukan pada perubahan faktor kemungkinan, perencana peningkatan kesehatan menilai kehadiran atau ketidakhadiran dari faktor kemungkinan dalam masyarakat yang berkepentingan. Hal ini disebut dengan diagnosa organisasi dari kemampuan dan diagnosa pendidikan dari ketrampilan yang dibutuhkan. a. Faktor pendorong (reinforcing factors) Faktor pendorong atau faktor penguat merupakan tindakan yang menentukan apakah pelaku menerima pengaruh positif (atau negatif) dan didukung masyarakat. Faktor penguat termasuk dorongan sosial, pengaruh kelompok dan nasehat, serta timbal balik dari penyedia perlindungan kesehatan. Faktor penguat juga termasuk konsekuensi fisik dari perilaku, yang mungkin dipisahkan dari konteks sosial. Keuntungan sosial (seperti pengenalan), keuntungan fisik (seperti kesenangan, kenyamanan, pengurangan kegelisahan atau sakit), penghargaan nyata (seperti keuntungan ekonomi atau penghindaran biaya, dan penghargaan imajinasi atau tiruan (seperti peningkatan penampilan, kehormatan diri, atau hubungan dengan orang yang dikagumi yang melakukannya) semua menguatkan perilaku. Faktor penguat juga termasuk konsekuensi yang

11 11 berlawanan dari perlaku, atau hukuman yang dapat menuju pada penghilangan perilaku positif. Penguatan negatif merupakan penghargaan pilihan, perilaku salah. Untuk perorangan, hal ini mungkin termasuk tinggi yang diterima peminum, keringanan tensi yang dialami perokok, atau pelindung emosi yang menuju pada dorongan makan. Untuk organisasi, hal ini mungkin termasuk keuntungan yang bertambah dari peningkatan produk berbahaya yang bertambah dari penggunaan bahan sisa proses produksi. Sumber dari penguatan, secara pasti beragam tergantung pada tujuan dan jenis program, dan juga pada keadaan. Pada program peningkatan kesehatan kerja, sebagai contoh, penguatan bisa diberikan oleh rekan kerja, pengawas, pemimpin kerja, dan anggota keluarga. Pada situasi pendidikan pasien, penguatan dapat berasal dari para perawat, dokter, kerabat pasien, dan juga anggota keluarga. Dukungan sosial keluarga khususnya suami merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing factors) yang dapat mempengaruhi perilaku istri untuk membawa anaknya ketempat pelayanan kesehatan untuk melakukan imunisasi. 2. Imunisasi Dasar a. Pengertian Imunisasi

12 12 Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang keluarnya antibodi sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu (Proverawati, 2010, p.8). Imunisasi merupakan suatu system imun yang didapatkan melalui pemberian imunisasi,pada system pertahanan tubuh (Hanum, p.109) Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008, p.10). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang sehingga tubuh resisten terhadap suatu penyakit. b. Tujuan Pemberian Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan kepada bayi serta anak agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati, 2010, p.5). c. Syarat Pemberian Imunisasi Menurut Depkes RI (2007) dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu: 1) Diberikan pada bayi atau anak yang sehat 2) Vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari es

13 13 3) Pemberian imunisasi harus dengan teknik yang benar 4) Mengetahui jadwal pemberian imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima 5) Meneliti jenis vaksin yang diberikan 6) Memberi dosis yang akan diberikan d. Penyimpanan Vaksin Imunisasi 1) Semua vaksin disimpan pada suhu +2 0 C C. 2) Bagian bawah lemari es diletakan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kesetabilan suhu 3) Penempatan vaksin BCG, Campak, Polio diletakkan dekat evaporator 4) Penempatan vaksin DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT/HB diletakkan lebih jauh dari evaporator 5) Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik 6) Letakan sebuah termometer Muller di bagian tengah lemari es dan letakkan sebuah freeze tag di antara vaksin Hepatitis B dan DPT 7) Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar ultra violet 8) Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak boleh beku e. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi 1) Sakit berat dan mendadak demam tinggi

14 14 2) Memiliki reaksi alergi yang berat 3) Memiliki gangguan sistem imun yang berat f. Macam-macam Imunisasi Imunisasi ada 2 macam, yaitu : 1) Imunisasi aktif Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu antigen. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan imunisasi campak. 2) Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses berasal dari infeksi, dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang. 3. Jenis Imunisasi Dasar Wajib Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi terhadap 7 (tujuh) penyakit utama, yaitu vaksin BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B harus menjadi perhatian dan kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan kepada anaknya mendapat imunisasi lengkap, sehingga sasaran pemerintah agar setiap anak mendapat imunisasi dasar terhadap 7 (tujuh) penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi : a. Imunisasi BCG

15 15 Imunisasi BCG dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan yang berfungsi untuk mencegah penularan TBC (Tuberkulosis). Vaksin BCG mengandung kuman Bacillus Calmette- Guerin. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilan diragukan. Vaksin diberikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Proverawati, 2010, p.38). Efek samping imunisasi BCG yaitu setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), kemudian akan pecah menjadi luka terbuka (ulkus). Luka ini akan sembuh dengan meninggalkan jaringan parut disebut reaksi lokal. Kadang terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak atau leher. Tidak ada nyeri tekan maupun demam dalam waktu 3-6 bulan yang disebut reaksi regional (Proverawati, 2010, p.41-42). Komplikasi yang dapat timbul yaitu abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan jarum) bukan disayat.

16 16 Kontraindikasi untuk pemberian vaksin BCG yaitu penderita penyakit kulit yang berat atau menahun, penderita TBC, penderita infeksi HIV, penderita gizi buruk, dan pada penderita demam tinggi. b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis. dan Tetanus) Vaksin ini mengandung bakteri Corynebacterium diptheriae dan Clostridium tetani yang dilemahkan serta bakteri Bordetella pertussis yang dimatikan yang bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri, pertusis, tetanus (Proverawati, 2010, p.42-47). Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian. Pertusis adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebarannya melalui tetesan kecil dari batuk atau bersin. Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.

17 17 Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi yang dapat menimbulakan kematian. Imunisasi DPT diberikan dengan cara injeksi intramuskular. Suntikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu (Proverawati, 2010, p.48-49). Efek samping dari DPT yaitu bayi akan mengalami demam, nyeri dan timbul pembengkakan pada daerah suntikan selama 1-2 minggu (Atikah, 2010, p.49). Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat kejang komplek, pada anak dengan batuk rejan, pada anak dengan penyakit gangguan kekebalan. c. Imunisasi Polio Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit Poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Polio adalah penyakit susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1,2,3. Secara

18 18 klinis penyakit polio menyerang anak di bawah umur 15 tahun sehingga menderita lumpuh kayu akut. Penyebarannya melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani. Terdapat 2 macam vaksin polio : 1) Inactivated Polio Vaccine (Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan. 2) Oral Polio Vaccine (Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan (Proverawati, 2010, p.54). Imunisasi dasar polio diberikan 4 (empat) kali dengan interval tidak kurang dari 4 minggu, diberikan 2 tetes (0,5 ml). Vaksin ini diberikan langsung ke mulut anak atau dengan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru (Proverawati, 2010, p.57). Hampir tidak ada efek samping imunisasi Polio. Bila ada mungkin berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin yang sangat jarang terjadi. Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada penderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sakit. Pada anak-anak dengan diare berat dapat terjadi diare yang lebih parah. Namun, jika ada keraguan misalnya

19 19 sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. d. Imunisasi Campak Vaksin campak bertujuan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Penyebarannya melalui droplet bersin dan batuk dari penderita. Gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia). Imunisasi campak diberikan 1 (satu) kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian, dengan dosis 0,5 cc. Sebelumnya vaksin campak dilarutkan dengan pelarut, kemudian disuntikan pada lengan kiri atas secara subkutan (Proverawati, 2010, p.53). Efek samping dari pemberian imunisasi campak yaitu hingga 15% pasien mengalami demam ringan, ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi dan diare (Proverawati, 2010, p.54).

20 20 Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada penderita imunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010, p.54). e. Imunisasi Hepatitis B (HB) Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus yang dapat menyebabkan kanker hati atau kerusakan pada hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati dan menimbulkan kematian. Dosis pertama pada vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah lahir atau jika ibunya memiliki HbsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dapat diberkan 3 (tiga) kali pada umur 0-11 bulan dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HB I dengan HB II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HB II dengan HB III. Vaksin diberikan sebanyak 0,5 ml dan disuntikan pada saat otot paha secara intramuskular.

21 21 Efek samping dari vaksin HB adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir. f. Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Vaksin Pemberian Interval Umur BCG 1x bulan DPT 3x 4 minggu 2-11 bulan Polio 3x 4 minggu 0-11 bulan Campak 1x bulan Hepatitis B 3x 4 minggu 0-11 bulan Sumber : Depkes RI, 2007 g. Akibat Pemberian Imunisasi Yang tidak Tepat Waktu Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu.

22 22 B. Kerangka Teori Berdasarkan uraian teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut : FAKTOR INTERNAL Pendidikan Pekerjaan Umur PENGETAHUAN FAKTOR EKSTERNAL Lingkungan Sosial-Budaya Sumber : Wawan, 2010 Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

23 23 C. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Karakteristik Ibu a. Umur b. Pendidikan Pengetahuan tentang Pemberian Imunisasi Dasar Gambar 2.2 Kerangka Konsep D.Hipotesis Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010 p.84). Ha (hipotesis alternatif) 1 : Ada hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Demak. Ha (hipotesis alternatif) 2 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Demak.

24 24

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Dasar a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk mencegah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasai 1. Pengertian Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA bulan. 7 Kekebalan manusia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kekebalan bawaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Imunisasi a. Definisi Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indiarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku 1. Definisi Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya? Apa sih manfaat imunisasi? Dan kapan harus diberikan? Agar ibu tidak salah kaprah, silahkan simak tanya jawab seputar imunisasi dibawah ini. Mengapa anak perlu imunisasi? Karena usia anak-anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Imunisasi 2.1.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga jika nanti terjangkit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Imunisasi Tetanus Toksoid Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

Lebih terperinci

IMUNISASI. 1. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

IMUNISASI. 1. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) IMUNISASI Adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI DESA BULUMARGI KECAMATAN BABAT LAMONGAN Dian Nurafifah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Tetanus Toksoid a. Pengertian Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu.sedangkan pengertian imunisasi Tetanus Toksoid adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37). Vaksin mutakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Dasar Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Apa itu imunisasi dan bagaimana kerja nya? 1. Apa tujuan dari

Lebih terperinci

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini Konsep dan Aplikasi Imunisasi dr. Riska Yulinta Viandini Pengertian Imunisasi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang ahli perilaku mengatakan bahwa perilaku merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang ahli perilaku mengatakan bahwa perilaku merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian Menurut Skinner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2003, p.114) seorang ahli perilaku mengatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Defenisi Imunisasi Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

Lebih terperinci

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017 IMUNISASI Dr. dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA SWIM 2017 FK UII (Simposium & Workshop Imunisasi) Sabtu, 14 Oktober 2017 Di Hotel Eastparc Jl. Laksda Adisucipto Km. 6,5, Yogyakarta IMUNISASI Cara meningkatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI Topik Sub pokok bahasan Sasaran Target : Imunisasi : Langkah awal menyehatkan anak : Ibu ibu yang mempunyai anak bayi dan balita di Dusun Ngadirejo : Ibu yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Antropometri adalah : 7 Tabel 1.1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Keadaan gizi bayi ditentukan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. KEGIATAN : IMUNISASI 1. Imunisasi Bayi : HB0, BCG,DPT,POLIO,Campak

Lebih terperinci

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DPT SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DPT Topik SATUAN ACARA PENYULUHAN DI PUSKESMAS X : Imunisasi D P T Waktu Pertemuan : 1 X 25 Menit Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita Tempat : Puskesmas X Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis. Hepatitis B atau yang sering disebut penyakit kuning adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cakupan Program Imunisasi Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh penyakit di Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis (TB) 2.1.1. Pengertian TB TB adalah penyakit infeksi yang menular, di mana sebagian besar infeksi terjadi pada paru (Koplewich, 2005). 2.1.2. Penyebab TB Penyakit

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA Devi Rosita 1, dan Yayuk Norazizah 2 INTISARI Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila

Lebih terperinci

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI DASAR (Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun)

GAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI DASAR (Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun) GAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI DASAR (Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun) Kairul, Ari Udiyono, Lintang Dian Saraswati Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faktor faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Green dalam buku Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional

Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional BCG (bacille calmette-guerin).: Vaksin hidup dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil tak virulen tapi masih mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. 1.1. Imunisasi Imunisasi merupakan aplikasi prinsip imunilogi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. (Achmadi 2006: hal.38). Imunisasi berasal dari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI BAYI DI GAMPONG UJONG TANOH DARAT KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh NURVIKA 07C10104128 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1. Definisi imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 9 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Imunisasi a. Pengertian Menurut Permenkes RI Nomor 42 Tahun 2013, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN PESURUNGAN KIDUL KOTA TEGAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN PESURUNGAN KIDUL KOTA TEGAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN PESURUNGAN KIDUL KOTA TEGAL Ulfatul Latifah D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

Lebih terperinci

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked Authors : Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Universal Child Immunization Pendahuluan Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tetanus maternal dan neonatal merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu dan neonatal akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak bersih. Tetanus Neonatorum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium

Lebih terperinci

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya 5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya masbidin.net /imunisasi-dasar-lengkap/ masbidin harnas.co Imunisasi Dasar Lengkap Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. WHO 2010 mencatat

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 No. Responden : (Diisi oleh peneliti) A. Data Karakteristik Responden Petunjuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia disuatu negara dijabarkan secara international dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah menurunkan angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Universal Child Immunization 2.1.1 Imunisasi Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip immunologi yang paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

Lebih terperinci

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Fakta tentang penyakit Anak Sementara vaksin telah membuat beberapa penyakit masa kanak-kanak yang langka, yang lain masih banyak fakta

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

MAKALAH PCD IMUNISASI

MAKALAH PCD IMUNISASI MAKALAH PCD IMUNISASI DISUSUN OLEH: Nama NIM Erni Setyawati 1720333697 Farell Anugrah 1720333698 Haris Indra Jaya 1720333699 Khoiril Liana 1720333700 PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXIII UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan

Lebih terperinci

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan 1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan kelumpuhan yang lemas karena kekurangan sel-sel syaraf baik dalam sum sum tulang punggung maupun otak.

Lebih terperinci

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B KUESIONER Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi terhadap imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Ciumbuleuit Kota Bandung. Identitas responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4.

Lebih terperinci