BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Persiapan Alat dan Bahan III.1.1. Pengumpulan Data Data diperoleh dari instansi / kantor yang ada kaitannya dengan penelitian, antara lain : a. Badan Perencanaan Pembangunan Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo. b. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Purworejo. Data penelitian yang digunakan antara lain : a. Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Purworejo skala 1 : 25000, Peta Penggunaan Lahan tahun 2002 dan 2008 dan data jenis tanah dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purworejo. b. Data Curah Hujan tahun 2002 sampai 2013 dan batas administrasi Daerah Aliran Sungai Bogowonto Kabupaten Purworejo dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Purworejo. c. Data survey lapangan berupa koordinat dan dokumentasi Daerah Aliran Sungai Bogowonto. d. Citra Landsat 8 tahun III.1.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perangkat Keras (Hardware) : a. Satu Unit Komputer b. GPS Handheld Garmin 2. Perangkat Lunak (Software) : a. Software Arc Gis 10 b. Software Microsoft Office

2 c. ER Mapper 7. III.2. Daerah Penelitian III.2.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian dilakukan di kawasan daerah aliran sungai Bogowonto, yang secara geografis terletak pada 7 23 dan 7 54 LS dan dan BT. Terletak Di kabupaten Purworejo melintasi 6 kecamatan di Kabupaten Purworejo yaitu Kecamatan Bener, Loano, Purwodadi, Purworejo, Kaligesing, dan Begelen. Gambar 3.1. Daerah Penelitian Secara Administrasi DAS Bogowonto meliputi beberapa desa di Kecamatan Bener, Loano, Purwodadi, Purworejo, Kaligesing, dan Begelen yaitu : a. Kecamatn Bener : Desa Bener, Benowo, Bleber, Cacaban Kidul Cacaban Lor, Guntur, Jati, Kali Urip, Kaliboto, Kalijambe, Kalitapas, Kaliwader, Kamijoro, Karang Sari, Kedung, Kedung Pucang, Ketosari, 38

3 Legetan, Limbangan, Mayung Sari, Medono, Ngasinan, Nglaris, Pekacangan, Sendangsari, Sidomukti, Sukowuwuh, Wadas. b. Kecamatan Loano : Desa Banyuasin Kembaran, Banyuasin Separe, Guyangan, Jetis, Glagah, Kalikalong, Kalinongko, Kalisemo, Karangrejo, Kebongunung, Kedungpoh, Kemejing, Loano, Mudalrejo, Ngargosari, Rimun, Sedayu, Tepansari, Tridadi Trirejo. c. Kecamatan Purwodadi : Desa Banjarsari, Blendung, Bongkot, Bragolan,Brondongrejo, Bubutan, Gedangan, Geparang, Gesing, Guyangan, Jatikontal, Jatimalang, Jenar Kidul, Lor, Jenar Wetan, Jogoboyo, Karanganyar, Karangmulyo, Karangsari, Kebonsari, Keduren, Kentengrejo, Keponggok, Kesugihan, Ketangi, Nampu, Nampurejo, Plandi, Pundensari, Purwosari, Sendangsari, Sidoharjo Sukomanah, Sumberejo, Sumbersari, Tegalaren, Tlogorejo, Watukuro. d. Kecamatan Purworejo : Desa Mranti, Paduroso, Sindurjan, Doplang, Pangenjuru Tengah, Pangenrejo, Cangkrep Kidul, Cangkrep Lor, Baledono, Tambakrejo, Brenggong, Donorati, Ganggeng, Kedung Sari, Keseneng, Mudal, Pacekelan, Plipir, Semawung, Mulyo, Sidorejo, Sudimoro, Wonoroto, Wonotulus, Purworejo. e. Kecamatan Kaligesing : Desa Donorejo, Gunungwangi, Hardimulyo, Hulosobo, Jatirejo, Jelok, Kaligono, Kaliharjo, Kedunggubah, Ngadirejo, Ngaran, Pandanrejo, Pucungroto, Purbowono, Somongari, Somowono, Sudorogo, Tawangsari, Tlogo Rejo, Tlogobulu, Tlogoguwo. f. Kecamatan Begelan : Desa Bagelen, Bapangsari, Bugel, Clapar, Dadirejo, Durensari, Hargorojo, Kalirejo, Kemanukan, Krendetan, Piji, Semagung, Semono, Soko, Sokoagung, Somorejo, Tlogokotes. Sungai Bogowonto dan anak sungainya, sungai Kodil, mengalir dari lereng Gunung Sumbing yang membatasi dua wilayah sungai, yaitu Serayu dan Progo. Sungai ini mempunyai banyak meander di bagian tengah dan hilirnya, mulai dari kaki pegunungan di utara sampai muaranya di Samudera Indonesia. Rangkaian meander ini pada umumnya stabil, kecuali di sebagian kecil ruas di dekat pertemuannya dengan Sungai Lereng, biasa juga disebut Sungai Gesing, yang 39

4 mengalir masuk ke Sungai Bogowonto. Sungai Bogowonto atau Bhagawanta adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang bermuara ke Samudera Hindia. Sungai ini berhulu di dataran tinggi di daerah Kedu dan merupakan satu dari dua sungai cukup besar di Jawa Tengah yang bermuara ke pantai selatan, selain Sungai Serayu. Sungai Bogowonto merupakan batas alam bagian barat bagi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan wilayah Bagelen (sekarang Kabupaten Purworejo). Bagian hilir daerah aliran sungai ini juga sering dilanda banjir pada musim penghujan. Secara gografis sungai ini mengaliri 2 kabupaten, yaitu kabupaten Wonosobo dibagian hulu, dan kabupaten Purworejo di selatan sebagai hilir. III.2.3. Pembagian Wilayah Curah Hujan Pembagian wilayah curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode Rerata Aljabar karena posisi stasiun curah hujan merata. Stasiun Hujan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu a. Banyuasin (-7º ; 110º ) berada di Desa Kembaran Kantor Kecamatan Loano. b. Banyuurip (-7º ; 109º ) berada di Desa Kledungkradenan. c. Gunung Butak (-7º ; 110º ) berada di Dusun Sarangan Desa Krendetan. d. Purwodadi (-7º ; 109º ) berada di Desa Purwodadi. e. Katerban (-7º ; 110º ) berada di Desa Donorejo f. Bener (-7º ; 110º ) berada di Desa Kaliurip g. Kaligesing (-7º ; 110º ) berada di Desa Kaligono h. Kedung Putri (-7º ; 110º 2 10 ) berada di Dusunsejiwan Lor, Desa Trirejo. i. Ngasinan (-7º ; 110º ) berada di Desa Ngasinan, Dusun Sanggrahan. j. Maron (-7º ; 110º ) berada didesa Maron, Dusun Kedander. 40

5 k. Purworejo (-7º ; 110º ) berada di Desa Pangenjurutengah. l. Joyoboyo (-7º ; 109º ) berada di Desa Guyangan. m. Guntur (-7º ; 110º ) berada di Desa Guntur, Bendung DI. Guntur Tabel 3.1. Pembagian Wilayah Curah Hujan Kecamatan Begelan Bener Kaligesing Loano Purwodadi Purworejo Stasiun Curah Hujan Gunung Butak Bener, Guntur, Ngasinan Katerban, Kaligesing Banyuasin, Kedung Putri, Maron Joyoboyo, Purwodadi Banyuurip, Purworejo Sumber : Dinas SDA dan ESDM Kabupaten Purworejo Menurut data dari Dinas SDM dan ESDA Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, Curah hujan di tiap-tiap stasiun juga berbeda setiap tahunnya. Faktor inilah yang menyebabkan besarnya nilai debit air di DAS Bogowonto berbeda tiap tahunnya. Berikut daftar curah hujan maksimum harian rata-rata per tahun dari tahun pada ke lima belas stasiun yaitu : Tabel 3.2. Data Curah Hujan Maksimum Tahun 2002 sampai Stasiun Hujan Tahun Banyuasin Banyuurip Bener Cengkawakrejo Guntur Gunung Butak Joyoboyo Sumber : Hasil Perhitungan

6 Stasiun Hujan Tabel 3.2. Data Curah Hujan Maksimum Tahun 2002 sampai (Lanjutan) Tahun Kaligesing Katerban Kedung Putri Maron Ngasinan Ngombol Purwodadi Purworejo Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Sebagaimana tabel diatas, dapat dilihat bahwa curah hujan maksimum terbesar di DAS Bogowonto terjadi pada tahun 2007 di stasiun Kaligesing yaitu 700 mm/jam. Hal ini dapat menyebabkan faktor terjadinya banjir atau run of, jika waktu terkosentrasinya hujan cukup lama. Selanjutnya menentukan curah hujan maksimum di DAS Bogowonto dengan metode rerata aljabar pada tahun 2003 sampai 2013 dengan rumus : Keterangan : P1, P2, P3,..., Pn adalah Curah yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2, 3,..., n adalah banyaknya pos penakar hujan Tabel 3.3. Data Curah Hujan Maksimum Rata-Rata Hasil Perhitungan. Tahun Curah Hujan Maksimum Ratarata , , , , , ,453 Sumber : Hasil Perhitungan

7 Tabel 3.3. Data Curah Hujan Maksimum Rata-Rata Hasil Perhitungan. (Lanjutan) Tahun Curah Hujan Maksimum Ratarata , , , , , ,494 Sumber : Hasil Perhitungan 2014 III.3. Pengolahan Citra Dalam pengolahan data citra satelit Landsat 8, data diolah menggunakan 2 software, yaitu : software ER Mapper 7.0 dan ArcGIS 10. ER Mapper digunakan untuk menggabungkan citra dan Fusi citra. Sedangkan ArcGIS digunakan untuk digitasi manual untuk pembuatan peta. 1. Langkah-langkah menggabungkan band citra Landsat 8 tahun 2013 menggunakan ER Mapper 7.0 a. Mengeklik icon Algorithm. Kemudian akan muncul kotak Algorithm dan Layer Algorithm Not Yet Save. Gambar 3.2. Kotak Algorithm danlayer Algorithm Not Yet Save. Pada kotak Algoritme melakukan duplikat Pseudo Layer sebanyak jumlah band yang ingin di gabung dengan mengklik icon Duplicate. dan mengubah nama pada setiap layer dengan nama yang berbeda. Disarankan 43

8 agar menggunakan nama layer sesuai dengan nama band. Caranya dengan mengklik 2 kali pada layer dan mengubah namanya. Jika telah selesai, tandai layer band 1 dengan cara mengkliknya kemudian klik icon Load Dataset hingga muncul kotak Raster Dataset. Pada kotak Raster Dataset klik menu Volume dan cari data band 1 dari citra yang ingin di gabung. Kemudian klik tombol OK This Layer Only. Gambar 3.3. Proses Icon Duplicate b. Setelah selesai penggabungan kemudia di save as pilih ER Mapper Raster Dataset (.ers) kemudian klik Ok. Setelah mengklik OK pada kotak Save As.. maka akan muncul kotak Save As ER Mapper Dataset. Menentukan nilai Pixel Width dan Pixel Height sesuai keperluan analisis. Semakin kecil nilai pixel yang diberikan maka akan semakin besar kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan. Kemudian klik OK. Untuk melihat hasil penggabungan band, mengeklik icon Algorithm, klik Load Data, masukan data yang telah di gabung band nya di menu Volume, kemudian klik OK. Untuk menampilkan citra dalam tampilan RGB bisa mengklik icon RGB. Gambar 3.4. Hasil Penggabungan Citra 44

9 2. Langkah-langkah fusi/pan sharpen citra multi spectral dan Pankromatik citra Landsat 8 dengan menggunakan ER Mapper 7.0. a. Pada menu utama Er Mapper klik Toolbars, kemudian pilih ESG Color Enchange dengan cara dicentang. Pada menu utama ER Mapper pilih icon SFIM Pan Sharpen Wizard dan pilih yang pilihan A Single multi-band image file, dan klik next. Gambar 3.5. Proses Fusi Citra b. Setelah itu akan muncul kotak dialog, kemudian pada kolom multispectral image pilih Data Landsat ers. Pada Red Band diisi dengan B:3, Green Band dengan B:2, dan Blue Band dengan B:1. Pada Panchromatic image pilih Data B8_sf_b1_.ers. Pada Pan band isi dengan B:1. Kemudian klik next. PilihCreate RGB image now, lalu next selanjutnya klik Apply 99 percent stretch. Klik next. Setelah itu muncul tampilan kotak dialog-output Algorithm Type. Pilih pilihan Red Green Blue (RGB), dan klik next Kemudian muncul gambar citra Pan_Sharpen_RGB setelah direfresh Lalu klik finish. 45

10 Gambar 3.6. Hasil Fusi Citra 3. Langkah-langkah Pemotongan Citra a. Membuka software ArcGIS dan klik add data untuk membuka citra hasil fusi dalam format tif. Kemudian klik kanan pada layer Komposit3. tif tersebut, klik Propertie. Hal ini bertujuan untuk mengatur pilihan band pada RGB Lalu muncul kotak dialog Layer Properties, pada kotak dialog tersebut pilih tab Symbology. Kemudian atur pilihan band pada masingmasing channel Red, Green, Blue, dan biarkan default untuk Alpha. Pilih menu Statistics dengan From Current Display Extent. Klik OK. Kemudian add data peta shp DAS Bogowonto. Gambar 3.7. Tampilan Citra dan Peta Bertampalan 46

11 b. Untuk memotong citra sesuai Daerah Aliran Sungai Bogowonto pilih ArcToolbox kemudian pilih yang Data Management Tools dan pilih yang Raster pilih Raster Procesing dan klik Clip. Maka akan muncul seperti berikut : Gambar 3.8. Menu Clip. Untuk Input Raster masukkan data citra dalam format tif. Dan untuk Output Raster masukkan peta DAS Bogowonto dalam bentuk Shp. Output Raster Dataset untuk pengimpanan data hasil pemotongan citra. Gambar 3.9. Hasil Pemotongan Citra Landsat 8 47

12 4. Digitasi Digitasi diakukan secara manual dengan menggunakan sofrware ArcGIS 10. Proses digitasi dilakukan berdasarkan pembagian tata guna lahan dari tabel 3.4 Tabel 3.4. Generalisassi Tata Guna Lahan Hutan Konversi Pertanian Tata Guna Lahan Pertanian Lahan Kering Tegalan Taman Tanah Kosong Tambak Danau Pemukiman Perumahan Jasa Fasilitas Umum Rekreasi Campuran Industri Perdagangan Pergudangan Sumber : Analisis 2014 Tata Guna Lahan Penelitian Hutan dan Perkebunan Sawah Tegalan Tanah Kosong Tambah dan Danau Pemukiman dan Jasa Pemukiman dan Jasa Perdagangan dan Industri Proses digitasi harus dilakukan dengan didukung pada survey lapangan, sehingga apabila ada kawasan yang tidak terlihat jelas, dapat dilakukan perubahan. Langkah-langkah digitasi : a. Membuat shapfile di software ArcCatalog, untuk mulai melakukan proses digitasi. Dengan cara klik kanan pada halaman Contents, lalu pilih New, klik Shapefile. Kemudian muncul kotak dialog Create New Shapefile, isi menu Name dengan nama sesuai daerah yang akan didigitasi, lalu isi Featur Type 48

13 Type dengan Polyline untuk digitasi tipe garis. Lalu klik Edit untuk pengaturan koordinat daerah yang akan didigitasi. Maka akan muncul kotak dialog Spatial Reference System. Pada kotak dialog tersebut, klik Select untuk menentukan pilihan koordinat daerahnya, pilih WGS 1984 UTM Zona 49S. Gambar Tampilan Edit untuk Pengaturan Koordinat b. Kemudian klik menu Editor, plih Start Editing untuk melakukan proses digitasi. setelah proses digitasi selesai, klik Editor, pilih Stop Editing, lalu pilih Save Edits. Untuk merubah data polyline menjadi polygon pilih menu ArcToolbox, Data Management Tools, lalu pilih Features, dan klik dua kali pada menu Featur To Polygon. Proses digitasi dilakukan pada citra Landsat 8 tahun Sehingga dihasilkan peta penggunaan lahan untuk tahun Berikut pada gambar 3. Dapat dilihat hasil digitasi untuk lebih jelasnya, hasil peta tata guna lahan DAS Bogowonto untuk tahun 2013 dapat dilihat dalam lampiran peta DAS Bogowonto dalam laporan ini. Gambar Hasil Digitasi Tata Guna Lahan 2013 dari citra Landsat 8. 49

14 Proses digitasi ini merupakan proses yang penting untuk dilakukan sehingga menjadi hasil dasar untuk tahapan selanjutnya dalam penelitian ini. karena proses inilah yang akan menghasilkan data luas untuk perhitungan dan juga menetukan nilai run off pada DAS Bogowonto. III.4. Pengolahan Data III.4.1. Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Data Curah Hujan Curah Hujan DAS Bogowonto dengan Rerata Aljabar Distribusi Frekuensi Curah Hujan Distribusi Hujan Terpilih Hujan Rancangan dengan Metode Log- Person Type III Uji Statistik atau Smirnov Kolmogorav Uji Chi-Square α = 0,05 atau 5% Tidak Ya Intensita Hujan Harian Metode Mononebe Lengkung Intensitas Curah Hujan (Kurva IDF) Gambar 3.12 Diagram Alir Pembuatan Kurva IDF 50

15 Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan Kurva IDF: 1. metode Rerata Aljabar, dengan rumus : P = = Dengan mencari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama untuk pos hujan yang lain. Sebagai contoh perhitungan data tahun P = 2. Menentukan parameter statistik dengan mencari : a. Mean (Rerata) b. Standard Deviation (Simpangan Baku) c. Coeffisient Of Variation (Variasi) d. Coeffisient Of Skewness (Simpangan/Deviasi) 51

16 e. Coeffisient Of Kurtosis (Kurtosis) Distribusi Person, Syarat kecocokan Cs = >0 dan Ck = karena perhitungannya memenuhi syarat Distribusi Person maka digunakan rumus Distribusi Person Type III yaitu : Dimana : Penyelesaian distribusi Person Type III sebagai berikut : a) Menyusun variate-variate menurut urutan besarnya, dari besar ke kecil. b) Menghitung harga rata-rata dari variate-variate c) Menghitung harga reduced variates d) Menghitung harga harga, sebagai pemeriksaan : 52

17 e) Menghitung harga-harga dan, menghitung harga-harga dan f) Menghitung dan Kalau terdapat ambil dulu 3. Menghitung Hujan Rancangan dengan Distribusi Log-Person Type III Berikut langkah langkah penggunaan Distribusi Log-Person Type III : a. Mengubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = Log X b. Hitung harga rata-rata c. Hitung harga simpangan baku : d. Menghitung koefisien kemencengan : e. Menghitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus : 53

18 Dimana K adalah variabel standar (Standardized variable) untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G. Menghitung hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung antilog dari 4. Uji statistik dengan Uji Chi-Kuadrat (Chi-Square) Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X², yang dapat dihitung dengan rumus berikut : Tabel 3.5. Hasil Oi dan Ej Oi Ej Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Prosedur Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut : a. Mengurutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya), b. Mengelompokkan data menjadi G sub-grup yang masing-masing beranggotakan minimal 4 data pengamatan c. Menjumlahkan data pengamatan sebesar tiap-tiap sub-grub, d. Menjumlahkan data persamaan distribusi yang digunakan sebesar, 54

19 e. Pada tiap sub grub menghiitung nilai dan f. Menjumlahkan seluruh G sub-grub nilai untuk menentukan nilai chikuadrat hitung. g. Menentukan derajat kebebasan dk = G R 1 ( nilai R = 2 untuk distribusi normal dan bionormal) 5. Menghitung Intensitas hujan harian dengan metode Mononobe dengan rumus : I = Tabel 3.6. Intensitas Curah Hujan per tahun Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Tahun Durasi (menit) Sumber : Hasil Perhitungan Menghitung Intensitas Curah Hujan dengan Periode Ulang Menghitung Intensitas Curah Hujan dengan Periode Ulang dengan cara Log Person III. Masing-masing intensitas di konversi ke logaritmis, kemudian dihitung rata-rata (Log Ẋ ), simpangan baku (S), dan koefisien kemencengan (G). 55

20 Tabel 3.7. Analisa Probabilitas Hujan dengan Distribusi Log Person III Durasi X Ẋ log X log Ẋ log x -log Ẋ (log x -log Ẋ )² (log x -log Ẋ )³ Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Dengan koefisien kemencengan G = 0, 0111 maka harga K untuk periode ulang T tahun dapat diperoleh dengan interpolasi harga, yaitu : Tabel 3.8. Koefisien K Periode Ulang Koefisien K Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Selanjutnya dapat menerapkan persamaan debit banjir dengan periode ualng T. dapat di hitung 56

21 Tabel 3.9. Intensitas Curah Hujan Dalam Periode Ulang. Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Periode Durasi (menit) Ulang Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Tahun 5 Tahun 10 Tahun 25 Tahun 50 Tahun 100 Tahun Durasi (Menit) Gambar Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) III.4.2. Penentuan Koefisien Debit Air (C) Penentuan koefisien debit air suatu wilayah sangat diperlukan untuk menentukan debit air pada DAS. Angka koefisien ini merupakan suatu indikator 57

22 bahwa semakin besar nilai koefisien debit air maka semakin besar pula nilai debit air yang bisa menjadi debit banjir pada daerah tersebut. Artinya air hujan yang jatuh ke tangkapan, sebagian besar menjadi debit air yang tidak terserap tanah. Hal-hal yang menentukan besarnya nilai debit air antara lain lama waktu hujan dan intensitanya, karateristik DAS, luas DAS, jenis tanah, kemiringan lereng. Semuannya akan dikaji sehingga dapat ditentukan koefisien debit air. Penentuan koefisien debit air berdasarkan SNI yang lengkapnya dapat dilihat pada bab 2 tabel 2.1. tidak semua dinilai dalam tabel 2.1 digunakan, karena pembagian tata guna lahan sudah mengalami generalisasi. Berikut nilai koefisien debit air berdasarkan pada generalisasi tata guna lahan dalam penelitian ini. Tabel 3.10.Penentuan Nilai C yang digunakan Jenis Daerah Koefisien Limpasan Nilai C yang digunakan Daerah Pemukiman Satu Rumah Banyak Rumah, Terpisah Diambil nilai C = 0.65 karena beragam jenis rumah di daerah ini. Banyak Rumah, Padat Pemukiman Pinggiran Apartemen Lahan Pertanian Sawah Diambil nilai C = 0.35 karena jenis tanahnya paling luas adalah Latosal merah kuning dan Latosan coklat tua. Hutan Bervegetasi Diambbil nilai C = 0.20 untuk Hutan dan Perkebunan dikarenakan sebagian besar kawasan hutan dan perkebunan untuk 58

23 Sumber : Asdak dan hasil penentuan 2013 pada DAS Bogowonto Daerah Aliran Sungai. Tabel Penentuan Nilai C yang digunakan (Lanjutan) Jenis Daerah Koefisien Limpasan Nilai C yang digunakan Ladang Garapan Diambil nilai C = 45 Tanah Berat Tanpa Vegetasi Tanah Berat Bervegetasi Berpasir Bervegetasi untuk kasawan tegalan, karena daerah di tanah berat tanpa vegetasi dan Berpasir Tanpa Vegetasi diambil nilai tengah tengah karena kelerengannya beragam. Lapanga, Kuburan, dan Diambil nilai C = 0.15 sejenisnya untuk kawasan lahan kosongnya berada di kelerengan yang rata. Sumber : Asdak dan hasil penentuan 2013 pada DAS Bogowonto Tahun Sawah Tegalan Pemukiman 2002 Nilai Koefisien (c) Tabel 3.11.Perhitungan Nilai Koefisien C. Industri Dan Perdagangan Hutan dan Perkebunan LahanKosong Tambak dandanau 0,35 0,45 0,65 0 0,2 0,15 0 Luas (a) 8380, , , ,776 36, , ,720 0,3114 Luas Nilai C c X a 2933, , , ,355 5,424 0 Nilai Koefisien (c) 0,35 0,45 0,65 0 0,2 0,15 0 Luas (a) 8339, , , ,164 72, , ,720 0,3104 c X a 2918, , , ,232 10,862 0 Nilai Koefisien (c) 0,35 0,45 0,65 0 0,2 0,15 0 Luas (a) 8289, , , ,641 61, , ,720 0,3099 c X a 2901, , , ,328 9,245 0 Sumber : Hasil Perhitungan

24 Tabel 3.12.Hasil Perhitungan Nilai Koefisien C. III.4.3. Perhitungan Debit air (Q) Tahun Koefisien C , , ,3099 Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Setelah mendapatkan nilai koefisien debit air pada DAS maka langkah selanjutnya adalah menghitung debit air (Q). Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya debit air adalah dengan metode rasional. Dengan : Q = C.I.A Q = Laju aliran permukaan (debit puncak) dalam (m³/detik) I = intensitas hujan (mm/jam) A = luas daerah tangkapan (km²) C = koefisien aliran yang tergantung pada jenis permukaan lahan Data yang diperlukan agar lebih mudah dimasukkan terlebih dahulu, yaitu data koefisien debit air pada DAS yang sudah dimaksukkan pada tabel 3.14, lalu memaksukkan intensitas hujan pada tabel 3.7. hasil perhitungan. a. Tahun 2002 Q = 0, X 0,3114 X 134,9515 X 40032,720 b. Tahun 2008 = m³/detik Q = 0, X 0,3104 X 148, X 40032,720 c. Tahun 2013 = m³/detik Q = 0, X 0,3099 X X 40032,720 = m³/detik 60

25 Tabel Hasil Perhitungan Debit (Q) Debit (Q) Sumber :Hasil Perhitungan 2014 Pada DAS Bogowonto terjadi peningkatan nilai debit yaitu dari m³/dt pada tahun 2002 menjadi m³/dt pada tahun 2008 dan menjadi m³/dt pada tahun Tabel 3.15 menunjukkan kenaikan debit tahun Tabel Kenaikan Debit (Q) Kenaikan Debit (Q) Durasi (Menit) , , , , , , , , , , , , , , , ,

26 360 25, , , ,8874 Sumber : Hasil Perhitungan 2014 Pada tahun 2002 sampai 2008 mengalami peningkatan sebesar m³/dt dan dari tahun 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar m³/dt. Peningkatan nilai debit ini membuat kerawanan banjir di DAS Bogowonto menjadi lebih besar tingkat kerawanannya. Debit yang makin besar juga menandakan bahwa banjir di DAS Bogowonto semakin meluas. 62

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1. Curah Hujan IV.1.1. Hasil Perhitungan Curah Hujan dan Analisis Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan nilai curah hujan maksimum harian rata-rata.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. Tahapan dimulai dengan pengumpulan data dan alat yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS Prosedur Pengolahan Pemetaan Dengan ArcGIS Software Arcgis berperan penting dalam analisis perhitungan sedimentasi pada penelitian ini, dikarenakan data-data yang

Lebih terperinci

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Norma Puspita, ST.MT Sistem hidrologi terkadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan

Lebih terperinci

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 MODUL PELATIHAN MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 Februari 2012 Versi 2.1 DAFTAR ISI I. Mempersiapkan Data... 1 I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Sarana prasarana yang ada di Sungai Progo, yang melintasi dua Propinsi dan empat Kabupaten yaitu Kabupaten Magelang di Propinsi Jawa

Lebih terperinci

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST); Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo. Sebagian besar Sub-sub DAS KST secara administratif

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi

Lebih terperinci

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 Tinjauan Umum Dalam menganalisistinggi muka air sungai, sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan data-data. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan stabilitas

Lebih terperinci

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN PURWOREJO

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN PURWOREJO DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN PURWOREJO No Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa 417 Bruno Desa TEGALSARI 1 1 624 1 405 Bruno

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE Fasdarsyah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Rangkaian data hujan sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan normalisasi sungai, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk

Lebih terperinci

LATIHAN : DIJITASI PETA

LATIHAN : DIJITASI PETA LATIHAN : DIJITASI PETA 2-2 Membuat shapefile baru 2-2 Melihat struktur data pada shapefile 2-6 Add Data 2-7 Memulai Dijitasi Peta 2-7 Dijitasi Peta 2-8 Save Hasil Dijitasi 2-9 hal 2-1 LATIHAN : DIJITASI

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA Ai Silvia Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Majalengka Email: silviahuzaiman@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4. TINJAUAN UMUM Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai Serayu, terutama di lokasi Bangunan Pengendali Sedimen, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada

Lebih terperinci

BUKTI TATA PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PUSKESMAS DAN BUKTI PERTIMBANGAN RASIO JUMLAH PENDUDUKDAN KETERSEDIAAN LAYANAN

BUKTI TATA PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PUSKESMAS DAN BUKTI PERTIMBANGAN RASIO JUMLAH PENDUDUKDAN KETERSEDIAAN LAYANAN BUKTI TATA PERTIMBANGAN TATA RUANG DAERAH DALAM PUSKESMAS DAN BUKTI PERTIMBANGAN RASIO JUMLAH PENDUDUKDAN KETERSEDIAAN LAYANAN A. PROFIL KECAMATAN 1. Kondisi Geografis Kecamatan Bagelen merupakan salah

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KERAWANAN BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TENGGANG KOTA SEMARANG David Carlous Pintubatu 1 ) Ir. Bambang Sudarsono,MS 2 ) Arwan Putra Wijaya, ST, MT

Lebih terperinci

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Tata Letak Bangunan Terhadap Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business District Kota Semarang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Tukad Unda, Hidrgraf Satuan Sintetik (HSS), HSS Nakayasu, HSS Snyder

ABSTRAK. Kata kunci : Tukad Unda, Hidrgraf Satuan Sintetik (HSS), HSS Nakayasu, HSS Snyder ABSTRAK Tukad Unda adalah adalah sungai yang daerah aliran sungainya mencakup wilayah Kabupaten Karangasem di bagian hulunya, Kabupaten Klungkung di bagian hilirnya. Pada Tukad Unda terjadi banjir yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Hidrologi Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau Science de la Terre) yang secara khusus mempelajari tentang siklus hidrologi atau siklus air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper Tutorial ERMapper ERmapper merupakan salahsatu Softwere yang dapat digunakan dalam melakukan pengolahan data satelit. Setelah program ERMapper dijalankan akan tampak tampilan seperti berikut. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,

Lebih terperinci

1. Buka ArcCatalog dengan mengklik button pada main menu, maka akan tampil tayangan sebagai berikut:

1. Buka ArcCatalog dengan mengklik button pada main menu, maka akan tampil tayangan sebagai berikut: MATERI 7. MENYIAPKAN SHAPEFILE 7.1. Tujuan Intruksional: Tujuan Instruksional Khusus pemberian materi ini adalah setelah mendapatkan materi ini, para mahasiswa diharapkan dapat : a. Memahami pengertian

Lebih terperinci

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1) 1 ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI Elma Yulius 1) 1) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi E-mail: elmayulius@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Area Penelitian Area penelitian didasarkan pada data LiDAR, antara koordinat 7 50 22.13 LS 139 19 10.64 BT sampai dengan 7 54 55.53 LS 139 23 57.47 BT. Area penelitian

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3 INSTRUKSI KERJA PROGRAM ArcGIS 9.3 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 i Instruksi Kerja PROGRAM ArcGIS 9.3 Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 182 Vol. 2, No. 2 : 182-189, September 2015 KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) DAN DEPTH AREA DURATION (DAD) UNTUK KOTA PRAYA The Curve of Intensity Duration Frequency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana kekeringan terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah curah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana kekeringan terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana kekeringan terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah curah hujan. Penurunan curah hujan tersebut telah mengakibatkan penurunan jumlah ketersediaan air sehingga

Lebih terperinci

ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA)

ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA) JURNAL TUGAS AKHIR ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA) Oleh : LAODE MUH. IQRA D 111 10 310 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Hidrologi Hidrologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas pada permukaan dan di dalam tanah. Definisi tersebut terbatas pada hidrologi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan 3.1.1. Data Penelitian Data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data Spasial a. Citra Quickbird Terektifikasi Kota Semarang Tahun 2010 dan 2013 b.

Lebih terperinci

3. DIGITASI ON SCREEN. 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing

3. DIGITASI ON SCREEN. 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing D i g i t a s i o n S c r e e n 20 3. DIGITASI ON SCREEN A. Persiapan File 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing 2. Sebelum malakukan digitasi pada layar ArcMap,

Lebih terperinci

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Alat dan Data 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perangkat Keras (Hardware) 1) Laptop Dell Intel Core 2 Duo CPU T6600 @2.20GHz 2.20 GHz, 2.00

Lebih terperinci

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK. 16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih . Klik tombol OK. 17) Proses pembuatan TIN memakan waktu cukup lama. Berbagai macam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN Dosen Pengampu : Bambang Kun Cahyono S.T, M. Sc Dibuat oleh : Rahmat Muslih Febriyanto 12/336762/SV/01770 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA SEKOLAH VOKASI

Lebih terperinci

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, Jurnal aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 86-100 ISSN: 1410-7783 PENGARUH DEBIT LIMPASAN (SURFACE RUN OFF) TERHADAP DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAIL KOTA PEKANBARU SHERLYA DESRIANI

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE Software ENVI 4.4 Pengolalahan citra menggunakan perangkat lunak ENVI 4.4 salah satunya untuk mengidentifikasi, menginterpretasikan vegetasi hutan mangrove dan menentukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan

Lebih terperinci

No Titik JL (m) Azimuth (o) Slope(%) dst

No Titik JL (m) Azimuth (o) Slope(%) dst BAB 4 INPUT DATA 4.1. Input Data Tabular 4.1.1. Mengolah data pengukuran Data dalam bentuk digital seperti data hasil pengukuran lapang dan data dari GPS bisa dimasukkan dalam sistem SIG. Pada intinya

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 137 Vol. 2, No. 2 : 137-144, September 2015 ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK DENGAN METODE RASIONAL DI MATARAM Analysis of Characteristics

Lebih terperinci

Tutorial ArcGIS 10. BAB Digitasi On Screen

Tutorial ArcGIS 10. BAB Digitasi On Screen Tutorial ArcGIS 10 BAB Digitasi On Screen Pada Bab ini membahas mengenai Cara melakukan digitasi on screen citra atau peta raster dan pembuatan Peta penggunaan lahan ArcGIS 10 Author: Irwan, ST Kerjasama

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kota Pekalongan, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. o k lon n m m n n n n 1 9 37 1 9 19 BT. o ini l k i j lu Pantura yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa TINJAUAN PUSTAKA Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arkham Fajar Yulian (2015) dalam penelitiannya, Analisis Reduksi Limpasan Hujan Menggunakan Metode Rasional di Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra 4.1.1 Rektifikasi dan Pemotongan Citra Proses rektifikasi citra adalah proses memberikan sistem referensi citra satelit. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo. Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau,

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo. Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau, TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular di Kawasan Sumber Rejo Kawasan Sumber Rejo terletak kecamatan yakni Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten. Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang terletak pada

Lebih terperinci

III. METEDOLOGI PENELITIAN

III. METEDOLOGI PENELITIAN III. METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2011, berlokasi di DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian meliputi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut BAB IV ANALISA HIDROLOGI 4.1 Uraian Umum Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut akan diperlukan pengumpulan

Lebih terperinci

Misalnya akan dilakukan pada peta Indikasi Pemanfaatan Kawasan Hutan Kalimantan Timur 2013.

Misalnya akan dilakukan pada peta Indikasi Pemanfaatan Kawasan Hutan Kalimantan Timur 2013. Bab V. Pengolahan Data Spatial dengan ArcGIS Proses pengolahan data spatial terdiri atas beberapa fungsi, dalam manual ini akan disampaikan beberapa fungsi yang sering digunakan dalam pengerjaan GIS pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 37 BAB V ANALISA DATA Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 5.1 METODE RASIONAL 5.1.1 Analisa Curah Hujan Dalam menganalisa curah hujan, stasiun yang dipakai adalah stasiun yang

Lebih terperinci

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali  address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung ISSN 0216-8138 73 SIMULASI FUSI CITRA IKONOS-2 PANKROMATIK DENGAN LANDSAT-7 MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN METODE PAN-SHARPEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS CITRA DALAM UPAYA PEMANTAUAN KAWASAN HIJAU (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Sulawesi Utara khususnya di Gorontalo, sebuah fasilitas listrik akan dikembangkan di daerah ini. Daerah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 54 BAB IV ANALISIS HIDROLOGI 4.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan bendungan Ketro ini memerlukan data hidrologi yang meliputi data curah hujan. Data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan maupun perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA)

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Lampiran 1. Ringkasan ilmiah Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Januar Jody Ferdiansyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan

Lebih terperinci

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut BAB VI MENGEDIT DATA VEKTOR Ringkasan Modul Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut 6.1. Mengedit Data Vektor Langkah awal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka dan Way Semung, Wonosobo Kabupaten Tanggamus. DAS Sungai Way Semaka mempunyai

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER Adhitya Novianto (G24080066) Geofisika Dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Alat dan Bahan Seperangkat alat komputer Perangkat lunak ER Mapper Pada tutorial

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN LOCUS GIS Oleh : IWAN SETIAWAN FORUM FUNGSIONAL TERTENTU PROVINSI SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2016 LOCUS GIS Locus GIS adalah program GIS berbasis Android yang dibuat oleh Asamm Software, Praha, Republik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat anugerah dan rahmat- Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS DEBIT BANJIR DAS ASAM DI KOTA JAMBI

TUGAS AKHIR ANALISIS DEBIT BANJIR DAS ASAM DI KOTA JAMBI TUGAS AKHIR ANALISIS DEBIT BANJIR DAS ASAM DI KOTA JAMBI Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Sarjana Teknik Sipil oleh: Adhi Wicaksono 10.12.0021 Ardhian E. P. 10.12.0027 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS Analisis Spatial Proses analisis dengan ArcGIS adalah proses menggabungkan informasi dari beberapa layer data yang berbeda dengan menggunakan operasi spatial tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN

BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN BAB IV ANALISA DATA CURAH HUJAN 4.1 Tinjauan Umum Dalam menganalisis tinggi muka air sungai, sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan data. Data tersebut digunakan sebagai perhitungan stabilitas maupun

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D SEMINAR TUGAS AKHIR Oleh: Aninda Nurry M.F (3510100010) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D PENDAHULUAN Contoh: Bagian Tengah :Danau, Waduk Contoh: Sub DAS Brantas Landsat 7 diperlukan

Lebih terperinci

Membuat Layer dan Digitasi Peta

Membuat Layer dan Digitasi Peta TUTORIAL 2 Membuat Layer dan Digitasi Peta Subjek Matter: 1.1 LAYER PETA 1.2 DIGITASI A. Dasar Teori Model data geografi adalah gambaran abstraksi dari dunia nyata untuk satu set data agar dapat di display,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

Bab 9 Membuat Data Spasial

Bab 9 Membuat Data Spasial Bab 9 Membuat Data Spasial Sebelumnya kita telah belajar bagaimana membuat peta sederhana dengan menampilkan Data Spasial yang telah disediakan. Tetapi, kita juga harus mempelajari bagaimana membuat Data

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI

BAB V ANALISIS HIDROLOGI BAB V ANALISIS HIDROLOGI 5.1 HUJAN RERATA KAWASAN Dalam penelitian ini untuk menghitung hujan rerata kawasan digunakan tiga stasius hujan yang terdekat dari lokasi penelitian yaitu stasiun Prumpung, Brongang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW Bab IV Analisis Data dan Pembahasan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 URAIAN UMUM Jalan Melong merupakan salah satu Jalan yang berada di Kecamatan Cimahi Selatan yang berbatasan dengan Kota Bandung. Kota

Lebih terperinci