BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang berjudul Analisis Eksternal Wacana Pada Iklan Kosmetik di Televisi oleh Elis Kristianti tahun 2010 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut membahas tentang analisis Eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang unsur Eksternal wacana pada iklan kosmetik ditelevisi berdasarkan implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana. Data yang digunakan yaitu tuturan pada iklan kosmetik yang muncul ditelevisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber datanya diperoleh dari enam stasiun televisi. Tahap penyediaan data penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam prakteknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik lanjutannya yaitu Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyediaan data dalam wujud laporan tertulis. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian Elis Kristianti dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada teori, data dan sumber data yang digunakan. Teori yang digunakan Elis Kristianti adalah unsur eksternal wacana yang meliputi 8

2 9 implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana, sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu unsur eksternal wacana yaitu praanggapan. Data Elis Kristianti adalah tuturan pada iklan kosmetik, sedangkan data yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang digunakan Elis Kristianti adalah enam stasiun televisi Indonesia milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, Trans 7, Global, dan Trans TV), sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar, Trans 7 dan Mnc TV). 2. Penelitian yang berjudul Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam Stasiun Televisi oleh Setia Cristiana tahun 2012 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian Setia Cristiana bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam iklan makanan pada enam stasiun televisi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans 7. Tahap penyediaan data, penelitian tersebut menggunakan metode simak. Peneliti kemudian menyidap dengan menggunakan alat secara terang-terangan. Dalam teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa teknik Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Untuk tahap analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu yaitu memilah data yang akan dianalisis atau yang menjadi penentu dalam penelitian. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu menggunakan teknik Hubung Bidang Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data dengan teori yang digunakan. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBM) yaitu mengolah data

3 10 dengan teori yang digunakan. Tahap penyimpulan hasil ialah melakukan penyimpulan keseluruhan hasil analisis yang telah dikerjakan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan penelitian Setia Cristiana dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada data dan sumber data yang digunakan. Data Setia Cristiana adalah tuturan pada iklan makanan, sedangkan data yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang digunakan Setia Cristiana adalah enam stasiun televisi Indonesia milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans 7), sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar, Trans 7 dan Mnc TV). 3. Penelitian yang berjudul Kajian Praanggapan pada Tokoh Utama dalam Film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal oleh Ervina Khoewati tahun 2013 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoewati bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal. Data dalam penelitian berupa tuturantuturan tokoh utama dalam film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal yang mengandung praanggapan. Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal. Dalam penyediaan data, penelitian tersebut menggunakan metode simak. Pada penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah teknik simak dan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Dalam analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik

4 11 dasarnya yaitu teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). Langkah selanjutnya adalah menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil analisis yang terdapat dalam tuturan-tuturan tokoh utama pada film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal yang telah diselesaikan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan penelitian Ervina Khoewati dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada data dan sumber data yang digunakan. Data Ervina Khoewati adalah tuturan-tuturan tokoh utama dalam film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal, sedangkan data yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang digunakan Ervina Khoewati adalah film Habibi dan Ainun karya Faozan Rizal, sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar, Trans 7 dan Mnc TV). B. Pragmatik 1. Pengertian Pragmatik Kasher (dalam Putrayasa, 2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut diintegrasikan ke dalam konteks. Sedangkan menurut Depdiknas (2008:1209) menyatakan bahwa pragmatik yaitu berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Menurut Yule (2014 : 3) membagi definisi pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Yang

5 12 pertama, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Yang kedua, Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Yang ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Yang keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar dalam berkomunikasi. Pada asumsi tentang tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dututurkan. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui konteks nya. Batasan-batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks dan keadaan. Konteks tersebut yakni uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan tentang makna. 2. Bentuk-bentuk Pragmatik Menurut Cummings (2011:111) Pragmatik mempunyai bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan situasi dan konteksnya dalam kalimat. Situasi tertentu akan menimbulkan penggunaan bahasa yang berbeda dengan situasi yang lain. Demikian pula konteks tertentu akan menyebabkan penggunaan bahasa yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk pragmatik terbagi menjadi enam yaitu tindak tutur, implikatur, rujukan atau referensi, prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan praanggapan. Sedangkan Dari berbagai macam bentuk pragmatik, penulis hanya mengkaji tentang praanggapan.

6 13 C. Praanggapan 1. Pengertian Praanggapan Menurut Chaer (2010:32) praanggapan atau presuposisi adalah pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu tindak tutur. Menurut Nababan menyatakan bahwa praanggapan berasal dari perdebatan dalam ilmu filsafah, khususnya tentang hakekat rujukan (apa-apa, benda/keadaan dan sebagainya) yang dirujuk oleh kata, frasa atau kalimat dan ungkapan-ungkapan rujukan (dalam Lubis, 1993:59). Praanggapan menurut Nababan (dalam Mulyana, 2005:14) istilah presuposisi adalah tuturan dari bahasa inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangkaan. Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidak benaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan mempresuposisikan tidak dapat dikatakan (Rahardi, 2005:42). Menurut Yule (2014:43) berpendapat bahwa presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur, bukan kalimat. Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain ketidakbenaran kalimatyang kedua (yang dipresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah (Wijana. 1996:37). Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan ungkapan kebahasaan khususnya dengan ketetapan dalam peniadaan (constancy under negation) tetap kebenarannya walaupun kalimatnya ditiadakan. Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa praanggapan adalah pengetahuan atau asumsi yang telah dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu tuturan.

7 14 Contoh praanggapan dalam kalimat Kuliah analisis wacana diberikan di semester V. Dari kalimat tersebut maka dapat ditarik praanggapan bahwa ada kuliah analisis wacana, dan ada semester V. Andaikata kalimat ini kita negatifkan maka akan berbunyi Kuliah analisis wacana tidak diberikan disemester V. Walaupun kalimat tersebut dinegatifkan maka praanggapannya tetap sama yaitu ada kuliah analisis wacana da nada semester V (Nababan dalam Lubis, 1993 : 60). Dalam koteks dialog, Stalnager mengatakan bahwa praanggapan adalah pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah pembicara. Artinya perkiraan pengetahuan tentang sesuatu dimulai oleh pembaca ketika pembicara tersebut mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena pembicara memperkirakan orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan diucapkan. Contoh : A : Anakmu yang bungsu sudah kelas berapa? B : Baru kelas dua SD Dalam pertuturan itu ada pengetahuan bersama yang dimiliki A dan B bahwa B memiliki anak lebih seorang maka A tidak perlu bertanya kepada si B, anak B ada berapa?. Karena tanpa bertanya pembicara sudah beranggapan (memperkirakan) bahwa orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal dan maksudnya. Juga ada pengetahuan bersama bahwa ana- anak B sudah bersekolah. Tanpa pengetahuan itu, tentu A tidak dapat mengejukan pertanyaan seperti itu, dan B tidak dapat menjawab seperti itu juga. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin akrab hubungan antara pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan semakin banyak kedua pihak berbagi pengalaman dan pengetahuan, dan semakin banyak pula praanggapan antara mereka yang tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu

8 15 penggunaan praanggapan hanya ditunjukkan kepada pendengar yang menurut pembicara, memiliki pengetahuan seperti yang dimiliki oleh pembicara. Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa presupposition yang dalam bahasa Indonesia berarti praanggapan dimaknai berbeda dari setiap ahli bahasa, tetapi para ahli menampilkan kesamaan sudut pandang. Penulis dapat menyimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan dasar (awal) pembicara secara tersirat sebagai respon awal pendengar. Praanggapan juga dapat diartikan sebgai sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Pemahaman praanggapan melibatkan dua partisipan utama, yaitu dua penutur yang membuat suatu pernyataan atau tuturan dan lawan tutur. Praanggapan belum tentu benar jika belum dikaitkan dengan partisipan, konteks situasi, dan pengetahuan bersama. 2. Bentuk-bentuk Praanggapan Cummings, dkk (2011:120) menyatakan praanggapan dibagi menjadi dua jenis, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosa katanya, sedangkan praanggapan pragmatik adalah praanggapan yag ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. a. Praanggapan Semantik Menurut Cummings, dkk (2011:120) praanggapan semantik adalah yang ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosa katanya. Contoh praanggapan semantik yaitu:

9 16 Contoh 1 Seseorang mengatakan sebagai berikut : (1) Ade tidak jadi pergi. (2) Sepeda motornya mogok. Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat kita tarik praanggapan bahwa ade mempunyai sepeda motor. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikutnya. Contoh 2 Dodo telah berhenti merokok. Dari kata-kata yang dipakai dalam pernyataan itu terkandung dua praanggapan, praanggapan yang pertama yaitu bahwa Dodo selama ini biasa merokok, sedangkan praanggapan yang kedua yaitu bahwa saat ini Dodo tidak merokok lagi. b. Praanggapan Pragmatik Praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Contoh praanggapan pragmatik yaitu pada percakapan sebagai berikut Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki kerumah Tono. Tono adalah seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilahkan tamu itu untuk masuk dan duduk diruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA. Dia bernama Santo yang sampai saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo mengatakan: Santo : Aku merasa capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh. Tidak ada kendaraan. Tono : (Segera ke belakang mengambil air minum dan ia mempersilahkan Santo meneguknya). Silahkan minum Santo. Santo : Terima kasih. Kau tahu benar aku merasa haus.

10 17 Dari percakapan diatas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses sampainya kerumah Tono, Tono berpraanggapan bahwa ada sesuatu yang diminta oleh Santo dan Santo ingin minum. Selain itu berdasarkan percakapan diatas dapat diketahui praanggapan semantik kalimat tau ialah Santo merasa capai dan kalimat tidak ada kendaraan di jalan. Dalam hal ini tampak perbedaan antara praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. 3. Jenis-jenis Praanggapan Praanggapan sudah diasosiasikan dengan pemakai sejumlah besar kata, frasa dan struktur. Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:79) mengklasifikasikan praanggapan ke dalam 6 (enam) jenis praanggapan. Enam jenis praanggapan tersebut adalah praanggapan eksistensial, praanggapan faktif, praanggapan leksikal, praanggapan non-faktif, praanggapan struktural, praanggapan konterfaktual. Keenam jenis praanggapan tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut: a. Praanggapan Eksistensial Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan ekstensial adalah praanggapan yang menunjukkan ekstensi, keberadaan dan jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definitif. Praanggapan mengasosiasikan adanya suatu keberadaan. Penyebab praanggapan ini tidak hanya di asumsikan terdapat dalam susunan posesif tetapi juga lebih umum pada frasa nomina tertentu. Penggunaan ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan. Contoh:

11 18 Perempuan itu melangkah. Praanggapan dalam tuturan diatas menyatakan keberadaan: (1) ada perempuan, (2)ada perempuan melangkah.kedua praanggapan tersebut menunjukkan keberadaan atau eksistensial. b. Praanggapan Faktif Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan faktif adalah praanggapan ketika informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari, menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira memiliki praanggapan faktif. Contoh: Dia tidak menyadari bahwa dia demam. Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) dia demam. Penggunaan kata menyadari dalam kalimat tersebut adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai sebuah fakta dalam tuturan. Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan faktif lain juga ditandai dengan adanya penggunaan kata mengakui. Berikut contoh tuturan: Kami bersedih telah mengakui kebenaran tersebut Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) kami mengakui kebenaran tersebut. Penggunaan kata tahu, menyadari, menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai sebuah fakta dalam tuturan. Walaupun dalam tuturan tidak terdapat kata-kata tersebut, kefaktualan suatu tuturan yang muncul praanggapan dapat diketahui melalui partisipan tutur, konteks situasi dan pengetahuan bersama.

12 19 c. Praanggapan Leksikal Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan ketika makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lainnya (yang tidak dinyatakan) dipahami. Merupakan praanggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Didalam kasus praanggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus praanggapan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempraanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh penutur. Contoh: Dia berhenti minum minuman beralkohol. Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) dulu dia minum-minuman beralkohol. Praanggapan tersebut muncul dengan adanya kata berhenti yang menyatakan ia pernah minum-minuman sebelumnya, namun sekarang berhenti. d. Praanggapan Non-Faktif Praanggapan non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti bermimpi, membayangkan, berpura-pura, dan lainnya. Praanggapan non-faktif ini digunakan dengan praanggapan yang mengikutinya tidak benar. Contoh: Saya berandai-andai kalau saya menikah dengan Rima. Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak menikah dengan rima. Praanggapan berandai-andai sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan

13 20 non-faktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui tuturan yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan. Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ini juga menimbulkan praanggapan non-faktif. tuturannya sebagai berikut: Kalaulah saya punya banyak perusahaan Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak punya banyak perusahaan. Praanggapan kalaulah sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan nonfaktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui tuturan yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan. e. Praanggapan Struktural Praanggapan struktural mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat Tanya, secara konvensional diinterprestasikan dengan kata Tanya (kapan dan dimana) sudah diketahui sebagai masalah. Dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian dari struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan informasi seperti yang diprasangkakan (karena dianggap benar) dan dari sini kebenarannya diterima oleh penutur. Tipe praanggapan structural ini dapat menuntun penutur untuk mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti benar, bukan sekedar praanggapan seseorang yang sedang bertanya. Pada contoh berikut digambarkan penyebab praanggapan structural yang pertanyaan tersebut bisa memperkirakan jawaban dan bisa diterima kebenarannya.

14 21 Contoh : 1. Bagaimana kamu tahu saya memiliki gaji besar? 2. Kamu tahu saya memiliki gaji besar. a) Kapan dia sadar dirinya miskin? b) Dia sadar dirinya miskin. f. Praanggapan Konterfaktual Praanggaan konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan. Contoh : Seandainya ibu kota Jawa Barat ada di Sumedang. Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) ibu kota Jawa Barat bukan di Sumedang. Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kata seandainya. Penggunaan kata tersebut membuat praanggapan yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan. Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan konterfaktual lain juga ditandai dengan adanya penggunaan kata kalau. Berikut contoh tuturan: Kalau saja lelaki dapat hamil, mungkin lelaki dapat mengetahui sakitnya. Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) lelaki tidak dapat hamil dan tidak dapat mungkin mengetahui sakitnya. Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kata seandainya. Penggunaan kata tersebut membuat praanggapan yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan. 4. Ciri-ciri Praanggapan Menurut Yule (1996: 45) mengungkapkan bahwa ciri praanggapan yang paling mendasar adalah keajegan di bawah penyangkalan. Pada dasarnya keajegan dibawah

15 22 penyangkalan berarti bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap ajeg (yakni : tetap benar) walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal (kalimat negatif). Seperti contoh berikut, mempertimbangkan situasi diamana anda tidak setuju. 1) Semua orang tahu bahwa John itu seorang gay. 2) Tidak semua orang tahu bahwa John itu seorang gay. Kalimat b merupakan bentuk negative dari kalimat a. Praanggapan dalam kalimat a adalah john seorang gay dan semua orang mengetahui itu. Dalam kalimat b ternyata praanggapan tersebut tidak berubah meski kalimat b mengandung penyangkal terhadap kalimat a, yaitu memiliki praanggapan yang sama bahwa john adalah seorang gay. D. Iklan 1. Pengertian Iklan Menurut Depdiknas (2008:521) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Klepper (dalam Mulyana, 2005:63) iklan disejajarkan dengan konsep adversiting. Kata adversiting berasal dari bahasa latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Sementara Wright menambahkan bahwa iklan merupakan proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, mmbantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang bersifat persuasif (Mulyana, 2005:63). Swasta (1999:24) mengatakan periklanan adalah komunikasi non-individu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu. Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industry modern, dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara-negara yang tengah mengalami perkembangan ekonomi secara pesat (Jefkins, 2007:2).

16 23 Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklan adalah proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah untuk membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan. Dengan adanya iklan, maka masyarakat akan mengetahui produk-produk baru. Produk-produk yang diiklankan tersebut dibuat semenarik mungkin karena agar masyarakat tidak hanya mengetahui produk tersebut tetapi juga tertarik untuk membeli atau menggunakan produk tersebut. Iklan hanya ditemukan dinegara-negara yang sudah maju atau negara modern. 2. Jenis Iklan Menurut Jefkins (2007:39) secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi enam kategori pokok, yaitu iklan konsumen, iklan antarbisnis, iklan perdagangan, iklan eceran, iklan keuangan dan iklan rekruitmen. Iklan konsumen merupakan iklan yang sengaja disuguhkan untuk masyarakat bersama jasa konsumen, semua macam barang diiklankan lewat media sesuai lapisan social tertentu yang hendak dibidik. Dipasar terdapat banyak jenis barang konsumen. Yakni barang yang penjualannya bisa berulang-ulang (merupakan kebutuhan sehari-hari) seperti makanan, minuman, bahkan konveksi dan alat-alat pembersih. Iklan antarbisnis merupakan iklan yang mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Artinya, baik pemasangan maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang antara yang harus diolah atau menjadi unsur produksi. Termasuk pengiklanan barang-barang mentah, komponen suku cadang dan asesoris-asesoris, fasilitas pabrik dan mesin, serta jasa-jasa seperti

17 24 asuransi, pasokan alat tulis kantor dn lain-lainnya. Sedangkan iklan perdagangan secara khusus ditunjukkan kepada kalangan distributor, perdagangan-perdagangan kulakan besar, para agen, eksportir/importer, dan para pedagang besar dan kecil. Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali. Media untuk iklan perdagangan biasanya menggunakan pers perdagangan. Pos langsung dimanfaatkan, teristimewa iklan yang berisi banyak informasi seperti rencana-rencana kampanye iklan konsumen yang menyertakan tanggal dan waktu kapan dan dimana iklan tersebut akan dilangsungkan, baik pers atau diradio dan Tv. Iklan eceran merupakan suatu bentuk penjualan dengan cara eceran (retailing) yaitu tanggapan langsung pemasaran atau kegiatan penjualan eceran tanpa iklan. Iklan eceran sering dilakukan untuk konsumsi secara langsung tanpa melalui distributor atau pedagang yang akan menjualnya kembali. Iklan eceran biasanya berupa barang atau produk kebutuhan sehari-hari. Produk-produk kebutuhan sehari-hari itu misalnya adalah gula pasir, minyak sayur, makanan ringan, minuman, sabun, shampoo, dan laim-lain. Sedangkan Iklan keuangan adalah iklan yang meliputi iklan-iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi. Iklan keuangan disuguhkan untuk masyarakat dengan keperluan yang berbeda-beda yaitu berupa tawaran tabungan, atau pinjaman-pinjaman yang dikenakan jatuh tempo setiap periodenya. Iklan keuagan ini bertujuan untuk mencari nasabah agar nasabah menabung atau meminjam uang. Sekarang sudah banyak bank keliling atau sering disebut dengan bank harian. Bank harian adalah bank yang menarik setoran setiap hari dari rumah ke rumah nasabah. Iklan rekruitmen merupakan iklan yang bertujuan merekrut calon pegawai (seperti anggota polisi, angkatan bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan umum lainnya) dan bentuknya antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan

18 25 pelamar atau iklan sebaran biasa. Media-media lainnya seperti radio dan televisi juga sering dimanfaatkan untuk memuat iklan-iklan lowongan. Jenis iklan rekruitmen secara garis besar terdiri dari dua jenis yakni iklan yang diisi oleh para pencari kerja dengan menyatakan identitas atau kotak pos, dan iklan yang berasal dari lembaga, perusahaan biro-biro recruitment. 3. Iklan Televisi Iklan televisi adalah iklan yang ditayangkan di media televisi. Melalui media ini pesan dapat disampaikan melalui audio, visual dan gerak. Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah di jumpai dimana saja. Karena itu, potensinya sebagai wahana iklan sangat besar karena ia mampu menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon konsumennya. Karena televisi merupakan sarana hiburan utama bagi keluarga, maka produk-produk yang diiklankan ditelevisi juga kebanyakan adalah barang-barang konsumen, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang tahan lama. (Jefkins, 2007:108). 4. Iklan Sabun Menurut Suharso (2005:175) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan pengertian sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan sabun adalah berita tentang bahan yang digunakan untuk mencuci yang bertujuan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Sabun ada berbagai jenis. Jenis-jenis nya yaitu sabun yang digunakan untuk membersihkan badan atau mandi

19 26 (sabun cair dan sabun padat), sabun yang digunakan untuk mencuci pakaian (detergen), sabun yang digunakan untuk mencuci perabotan dapur dan sabun yang digunakan untuk membersihkan wajah. E. Kerangka Berpikir Bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer 2012:32). Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menawarkan sebuah produk, iklan juga tidak terlepas dari penggunaan bahasa. Bisa dikatakan bahwa dari bahasalah letak keberhasilan sebuah iklan. Kridalaksana (2008:198) menyatakan pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Levinson mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteks nya (Rahardi 2005:48). Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepas dari struktur bahasanya. Pragmatik mempunyai beberapa bentuk, salah satu nya adalah praanggapan. Terputusnya sebuah komunikasi terjadi karena kesalahan praanggapan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur. Demikian halnya pada sebuah iklan. Tujuan iklan tersampaikan apabila praanggapan iklan tersebut diterima oleh pemirsa atau mitra tutur. Praanggapan menurut Nababan istilah presuposisi adalah tuturan dari bahasa inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangka (Mulyana 2005:14). Praanggapan menurut Kridalaksana (2008:198) adalah syarat yang diperlukan bagi benar tidaknya suatu kalimat.

20 27 Analisis Praanggapan Iklan Sabun pada Enam Stasiun Televisi Edisi April 2016 Pragmatik Iklan Pengertian Pragmatik Bentuk Praanggapan Bentuk-Bentuk Pragmatik Praanggapan Ciri Praanggapan Jenis-Jenis Praanggapan Pengertian Jenis Iklan Iklan Televisi 1. Konsumen 2. Antarbisnis 3. Perdagangan 4. Eceran 5. Keuangan 6. Rekruitmen Semantik Pragmatik 1. Praanggapan eksistensial 2. Praanggapan Faktif 3. Praanggapan Leksikal 4. Praanggapan non-faktif 5. Praanggapan Struktural 6. Praanggapan Konterfaktual Tuturan iklan sabun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Analisis Praanggapan Wacana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Analisis Praanggapan Wacana 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Praanggapan sebagai salah satu bagian dari unsur eksternal wacana sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu mengenai praanggapan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Praanggapan merupakan bagian dari pragmatik yang sangat menarik untuk diteliti. Melalui praanggapan dapat diketahui berjalan sesuai tujuan atau tidaknya

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tidak lepas dari bagaimana cara perusahaan itu mempromosikan produk tersebut. Salah satu cara memasarkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi bersifat arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi bersifat arbiter yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi bersifat arbiter yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Sebagai sebuah sistem maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 44 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sumber penelitian baik sumber data maupun data, pengumpulan data yang mencakup penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah yang tidak terhingga. Tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan bahasa. Oleh sebab itu, bahasa berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan digunakan untuk menarik perhatian masyarakat. Iklan merupakan suatu kegiatan komunikasi.

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran bahasa sebagai salah satu alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara bertahap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leoni, 1995:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Manusia mengungkapkan pikirannya melalui bahasa sehingga mitra tuturnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa itu, orang dapat menyampaikan berbagai berita batin, pikiran, dan harapan kepada sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik. Media cetak berupa koran, spanduk, dan pamflet. Sedangkan media

BAB I PENDAHULUAN. elektronik. Media cetak berupa koran, spanduk, dan pamflet. Sedangkan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuturan digunakan untuk menyampaikan informasi dari penutur kepada mitra tutur. Kalimat yang diucapkan penutur mengandung tujuan yang berbedabeda, antara lain: bertanya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan bukanlah sesuatu hal yang asing dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan penjualan dan untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk berkomunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai kaidah-kaidah yang sudah disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai acara menarik yang dimiliki oleh masing-masing channel

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai acara menarik yang dimiliki oleh masing-masing channel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan sarana informasi dan komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual atau penglihatan. Beberapa iklan dan hiburan disiarkan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam bentuk komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat bermanfaat bagi masyarakat apabila dalam perkembangannya. masyarakat adalah dengan cara memasang iklan.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat bermanfaat bagi masyarakat apabila dalam perkembangannya. masyarakat adalah dengan cara memasang iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah manusia semakin berkembang dan sejalan dengan itu berkembang pula permintaan terhadap barang dan jasa. Makin jauh perkembangan peradaban manusia, makin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka mempertahankan kelangsungan usahanya untuk dapat berkembang dan memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORETIS

BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORETIS 12 BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORETIS Dalam bab ini akan dibahas penelitian-penelitian yang telah dilakukan, yang berkaitan dengan kajian pragmatik dan juga praanggapan. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran ada dimana-mana. Formal atau informal, orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah kegiatan yang dapat disebut pemasaran. Pemasaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari. Bahasa juga diperlukan

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa tulis dalam media cetak, dalam hal ini khususnya yang berupa surat kabar atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman dan penentuan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini perkembangan terjadi begitu cepat dalam berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab I berisi alasan atau latar belakang penelitian. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media yang memiliki peran besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media yang memiliki peran besar dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media yang memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada semua lapisan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa adalah proses media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada masa sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Dalam iklan, tuturan atau kata-kata adalah paling efektif untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Dalam iklan, tuturan atau kata-kata adalah paling efektif untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Iklan merupakan salah satu contoh pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam iklan, tuturan atau kata-kata adalah paling efektif untuk menggambarkan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 104 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bab terakhir ini akan disimpulkan hasil dari penelitian. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, merupakan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam bertindak tutur manusia mempunyai banyak cara untuk menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon orang lain selaku mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekian banyak majalah remaja ternama di Indonesia, ada sebuah majalah yang cukup dikenal dan menjadi trend para anak remaja, khususnya remaja puteri. Majalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk melangsungkan hidup mereka.

Lebih terperinci