BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tanggungjawab Sosial Perusahaan Menurut Andreas Lako (2011) CSR merupakan kewajiban asasi perusahaan yang tidak boleh dihindari. Hal ini berdasar pada teori akuntabilitas korporasi (corporate accountability theory). Menurut teori ini, perusahaan harus bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang ditimbulkannya baik sengaja maupun tidak sengaja kepada para stakeholder. Secara khusus, teori tersebut menyatakan CSR tidak hanya sekedar aktivitas kedermawan (charity) yang bersifat sukarela kepada sesama seperti yang dipahami para pebisnis selama ini, tetapi juga harus dipahami sebagai suatu kewajiban asasi yang melekat dalam sistem serta praktik bisnis. Alasannya karena CSR merupakan konsekuensi logis dari adanya hak asasi yang diberikan negara kepada perusahaan untuk hidup dan berkembang dalam suatu area lingkungan. Teori-teori lainnya juga menekankan akan pentingnya perusahaan peduli dan melaksanakan CSR secara tepat, sungguh-sungguh, dan konsisten. Setidaknya ada lima dasar teoritis yang memiliki perspektif yang sama dengan teori akuntabilitas korporasi. Teori-teori tersebut adalah : a. Teori Stakeholder. Teori ini menyetakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya suatu perusahaan sangan tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan beragam 9

2 kepentingan dari para stakeholder. Jika mampu, maka perusakaan akan meraih dukungan yang berkelanjutan dan menikmati pertumbuhan pangsa pasar, penjualan serta laba. Dalam perspektif teori stakeholder, masyarakat dan lingkungan merupakan stakeholder inti yang harus diperhatikan. b. Teori legitimasi ( legitimacy theory). Dalam perspektif teori legitimasi, perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu social contract. Teori Kontrak Sosial (social contract) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah serta parlemen yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan demikian ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi costs dan benefits untuk keberlanjutan suatu perusahaan. Karena itu CSR merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan yang tidak bersifat sukarela. c. Teori sustainabilitas korporasi ( corporate sustainability theory). Menurut teori ini, agar bisa hidup dan tumbuh secara berkelanjutan perusahaan harus mengintegrasikan tujuan bisnis dengan tujuan sosial dan ekologi secara utuh. Pembangunan bisnis harus berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu, serta tidak mengorbankan kepentingan generasi-generasi berikutnya untuk hidup dan memenuhi kebutuhannya. Dalam perspektif teori corporate sustainability, masyarakat dan lingkungan adalah pilar dasar dan utama yang menentukan 10

3 keberhasilan bisnis suatu perusahaan sehingga harus selalu diproteksi dan diberdayakan. d. Teori political economy. Menurut teori ini domain ekonomi tidak dapat diisolasikan dari lingkungan dimana transaksi-transaksi ekonomi dilakukan. Laporan keuangan (ekonomi) perusahaan merupakan dokumen sosial dan politik serta juga dokumen ekonomi. Karena tidak dapat diisolasikan dari masyarakat dan lingkungan, perusahaan wajib memperhatikan dan melaksanakan CSR. e. Teori keadilan (justice theory). Menurut teori ini dalam sistem kapitalis pasar bebas laba/rugi sangat bergantung pada the equal rewards and previleges yang terdapat dalam laba dan kompensasi. Laba/rugi mencerminkan ketidak adilan antar pihak yang dinikmati atau diderita suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus adil kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang sudah turut menanggung dampak eksternalitas perusahaan melalui program-program CSR. 1. Definisi CSR Yusuf Wibisono (2007) mengemukakan beberapa definisi pengertian CSR dari sejumlah lembaga internasional diantaranya World Business Council for Sustainable Development dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life 11

4 of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. Versi lain mengenai definisi CSR dikemukakan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini mendefinisikan CSR sebagai berikut : The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees ang their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development. Sementara itu sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri mengenai CSR. Uni Eropa ( EU Green Paper on CSR ) mengemukakan bahwa CSR is concept whereby companies integrate social and environmental concern in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basic. Dalam ISO : Guidance Standard on Social Responsibility (2010) menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari para stakeholder, sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional dan terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan 12

5 perusahaan atas dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasionalnya yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup karyawan, lingkungan dan masyarakat luas. Disamping aktivitas perusahaan untuk mengasilkan profit yang tinggi, seharusnya perusahaan juga memiliki komitmen untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya antara lain dengan menyediakan produk yang aman dikonsumsi, menjamin bahwa aktivitas produksi perusahaan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, menyediakan lingkungan kerja yang aman atau membatu penyediaan modal bagi usaha kecil di lingkungan perusahaan. 2. Ruang Lingkup CSR Di dalam ISO : Guidance Standard on Social Responsibility (2010) dijelaskan tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu : a. Tata kelola perusahaan Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak sebagai elemen dasar dari tanggungjawab sosial dan sebagai saran untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menerapkan perilaku yang bertanggungjawab sosial (socially responsible behavior) yang berkaitan dengan elemen dasar lainnya. 13

6 b. Hak Asasi Manusia Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak asasi manusia terbagi menjadi dua kategori utama, kategori pertama mangnai hak-hak sipil dan politik (civil and polotical rights) yang mencakup hak untuk hidup dan kebebasan (right to life and liberty), kesetaraan dimata hukum (equity before the law) dan hak untuk berpendapat (freedom of expression). Kategori kedua mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (economic, social and cultural rights) yang mencakup hak untuk bekerja (right to work), hak atas pangan (right to food), hak atas kesehatan (right to health), hak atas pendidikan (right to education) dan hak atas jaminan sosial ( right to social security). c. Ketenagakerjaan (labour practices) Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat di dalam prinsip dasar deklarasi ILO 1944 dan hak-hak tenaga kerjan dalam deklarasi hak asasi manusia. d. Lingkungan Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak aktivitas perusahaan, pencegahan global warming, pendayagunaan sumber alam secara efektif dan efisien, dan pengunaan sistem manajemen lingkungan yang efektif dan berkelanjutan. 14

7 e. Praktik operasional yang adil (fair operational practices) Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas sarana etik dan pengungkapan aktivitas perusahaan yang transparan, pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan sehat, penghormatan terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan stakeholder, serta perlawanan terhadap korupsi. f. Konsumen (consumer issues) Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan relevan tentang produk perusahaan kepada pelanggan, penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi pelanggan. g. Keterlibatan dan pengembangan masyarakat (community envolvement and development) Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, aktivitas sosial kemasyarakatan (philantrophy), dan melibatkan masyarakat di dalam aktivitas operasional perusahaan. 3. Prinsip-Prinsip CSR Ranah CSR mengandung dimensi yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung jawab sosial (social responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu dalam rangka memudahkan pemahaman dan 15

8 penyederhanaan, banyak ahli menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam CSR. Crowther David (2008) mengurai prinsip-prinsip CSR menjadi tiga, yaitu ; 1. Sustainability Berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa depan. 2. Accountability Merupakan upaya perusahaan untuk terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal (Crowther David, 2008). Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para stakeholder. Nor Hadi (2009) menunjukkan bahwa tingkat keluasan dan keinformasian laporan perusahaan memiliki konsekuensi sosial maupun ekonomi. Tingkat akuntabilitas dan tanggungjawab perusahaan menentukan legitimasi stakeholder eksternal, serta meningkatkan transaksi saham perusahaan. 16

9 Crowther David (2008) menyatakan akuntabilitas dan keterbukaan (disclosure) memiliki manfaat secara sosial dan ekonomi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa informasi yang disampaikan perusahaan bermanfaat bagi para stakeholder dalam mendukung pengambilan keputusan. Agar informasi dalam laporan perusahaan sebagai wujud akuntabilitas memenuhi kualifikasi, maka akuntabilitas seharusnya mencerminkan karakteristik antara lain : (1) understand ability to all paries concerned; (2) relevance to the users of the information provided; (3) reliability and terms of accuracy of measurement, representation of impact and freedom of bias; and (4) comparability, which implies consistency, both over time and between different organizations. 3. Transparency Transparansi merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan termasuk dampak terhadap pihak eksternal. Crowther David (2008) menyatakan : Transparency, as a principle, means that the external impact of the actions of the organisasion can be ascertained from that organisasion s reporting and pertinent facts are not disguised within that reporting.... the effect of the action of the of the organisation, including external impacts, should be apparent to all from using the information provided by organisation s reporting mechanism. Transparansi merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dalam lingkungan. 17

10 4. Undang Undang Mengenai CSR Dalam Buletin Akuntansi Staf Bapepam dan LK No. 8 dinyatakan bahwa tidak adaketentuan spesifik yang mengatur perlakuan akuntansi atas pengeluaran dana dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi alokasi dana tersebut dapat dianalogikan dengan pemberian sumbangan. Perlakuan akuntansi atas pengeluaran dana dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang diperlakukan sebagaimana sumbangan perlu mempertimbangkan beberapa hal. Hal yang perlu dipertimbangkan seperti dalam penjelasan : 1. ISAK No. 3 : Interprestasi Tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan (Buletin Akuntansi Staf Bapepam dan LK No. 8) Sumbangan atau bantuan diakui sebagai beban dalam penetapan laba-rugi bersih periode berjalan, kecuali apabila pemberian sumbangan atau bantuan tersebut berkaitan dengan perolehan suatu aktiva. Pada paragraph 3 dinyatakan juga bahwa Sumbangan atau bantuan diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual. Saat terjadinya pemberian suatu sumbangan atau bantuan adalah pada saat kondisi tertentu yang disyaratkan untuk pemberian sumbangan atau bantuan telah terpenuhi, atau bila kegiatan atau transaksi tertentu yang mendasarinya telah dilakukan atau pada saat dijanjikan atau dibayar. 2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 18

11 2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang melaksanakannya dilakukan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. 3) Persero yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Yusuf Wibisono (2007) menyatakan bahwa UU No. 40 pasal 27 kurang memberikan penjelasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang tertuang dalam pasal 34 menjelaskan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut : Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban : a). Menerapkan prinsip Corporate Governance yang baik. b). Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. c). Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal. d). Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal. 19

12 e). Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan. Pasal 17 Penanam Modal yang mengusahakan Sumber Daya Alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasi secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pasal 34 Badan usaha / usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa : a) Peringatan tertulis b) Pembatalan kegiatan usaha c) Pembekuan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal d) Pencabutan kegiatan usaha dan atau fasilitas penanaman modal 5. Manfaat CSR Andreas Lako (2011) mengungkapkan bahwa dari perspektif keuangan, ada lima hipotesis berkenaan dengan peran strategis dan manfaat ekonomik CSR bagi perusahaan, yaitu : 20

13 Pertama, CSR berpengaruh positif meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Hipotesis itu didasarkan pada premis bahwa perusahaan yang berinvestasi pada CSR akan mendapatkan citra positif, reputasi bagus dan goodwill sehingga akan mendapatkan banyak kemudahan dari para stakeholder dalam akses ekonomi, pasar dan bisnis dalam jangka panjang. Kedua, CSR meningkatkan nilai pasar perusahaan. Nilai pasar yang dimaksud adalah nilai pasar saham bagi perusahaan go public. Hipotesis itu didasarkan pada prediksi teori sinyal (signaling theory) dan teori pasar efisien (efficient market hypothesis/emh). Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang peduli dan mengungkapkan informasi CSR memberi sinyal positif ke pasar bahwa perusahaan itu memiliki risiko yang rendah, punya prospek yang bagus dan memiliki business life cycle yang pasti dan berkelanjutan. Sehingga pelaku pasar akan mengapresiasi harga saham dari perusahaan yang peduli CSR. Ketiga, CSR meningkatkan efisiensi, produktifitas dan efektivitas kinerja operasional bisnis. Hipotesis itu didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan yang peduli pada CSR internal akan meningkatkan rasa nyaman, rasa memiliki, kepuasan dan etos kerja bagi karyawan dan pihak-pihak yang bekerja dalam jaringan bisnis perusahaan. Peningkatan itu berdampak positif pada efisiensi biaya dan produktifitas output, kualitas produk/jasa dan efektivitas pencapaian tujuan bisnis. Pada akhirnya pencapaian itu akan menaikkan laba dan nilai ekuitas perusahaan. 21

14 Keempat, CSR menurunkan resiko dan memudahkan perusahaan mendapatkan akses pendanaan dari para kreditor dan investor. Hipotesis ini didasarkan pada premis bahwa perusahaan yang peduli CSR akan dinilai memiliki risiko finansial dan risiko bisnis yang rendah serta memiliki prospek bisnis yang bagus oleh para kreditor dan investor. Karena itu perusahaan pantas diberi pendanaan dengan tingkat suku bunga yang rendah. Para investor juga memiliki persepsi yang sama. Kelima, CSR dan pengungkapan informasinya dalam pelaporan perusahaan bisa mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan para stakeholder. Implikasinya, resistensi para stakeholder akan rendah dan risiko-risiko perusahaan bisa diminimalisir. Political costs juga dapat diminimalisir karena perusahaan diapresiasi sebagai the good corporate citizen yang patut dilindungi. 6. Pengungkapan CSR Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik mengatur bahwa : - Laporan Tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode laporan keuangan tahunan terakhir 22

15 - Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting dalam Rika Nurlela & Islahuddin (2008) adalah Pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability report harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu-isu, tantangan dan peluang. Dalam bukunya, Ismail Solihin (2009) menyatakan bahwa Sustainable Reports adalah laporan yang bersifat non finansial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan. Akan tetapi tidak semua perusahaan di Indonesia membuat sustainability reports dan banyak mengungkapkan kegiatan CSR dalam annual report. Dengan adanya ketentuan dari pemerintah bahwa perusahaan publik wajib untuk mengungkapkan kegiatan CSR maka perusahaan memasukkan item-item CSR baik bidang sosial, tenaga kerja, dan lingkungan dalam laporan tahunannya. Laporan Tahunan perusahaan (Annual Report)adalah laporan keuangan yang dibuat setiap tahun yang berisi kinerja perusahaan dilihat melalui ikhtisar keuangan dan kinerja perusahaan non financial seperti kegiatan CSR atau SDM perusahaan bahkan laporan dewan komisaris atau jajaran direksi. Laporan keuangan tahunan perusahaan 23

16 merupakan laporan yang dipublikasikan kepada publik yang mengangkat topik seputar kegiatan operasional perusahaan selama satu tahun. B. Kinerja Keuangan yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR Belum adanya standar baku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas sosial perusahaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk pengungkapan sosial perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam pengungkapan CSR sesuai dengan karakteristik perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi CSR antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, maupun profile yang dianggap sebagai variabel dalam pengungkapan CSR. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR perusahaan, maka penelitian ini akan berfokus pada tiga variabel apakah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage perusahaan akan berpengaruh terhadap CSR perusahaan. 1. Ukuran Perusahaan Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teori perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan CSR. Pengungkapan sosial yang lebih besar akan mengurangi biaya politis bagi perusahaan. Dengan mengungkapkan kepedulian sosial melalui laporan keuangan, maka dalam jangka panjang perusahaan 24

17 akan terhindar dari biaya besar sebagai akibat dari tuntutan masyarakat. Di samping itu perusahaan besar cenderung memiliki publik demand yang tinggi akan informasi dibanding dengan perusahaan kecil. Faktor lain adalah perusahaan besar memiliki sumber daya besar, sehingga perusahaan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk kepentingan internal maupun eksternal. Dengan demikian perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan CSR dengan lebih lengkap. Sebaliknya perusahaan kecil dengan sumber dayanya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki infomasi siap saji sebagaimana yang dimiliki perusahaan besar, sehingga perlu adanya tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan CSR dengan lengkap. Ukuran perusahaan dapat diproksikan dari nilai kapitalisasi pasar, total aset, total tenaga kerja, dsb (Retno, 2006). Pada penelitian ini ukuran perusahaan dinyatakan dengan jumlah aktiva perusahaan pada BUMN di Indonesia. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar jumlah aktiva perusahaan maka semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan. Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan disajikan dalam bentuk logaritma karena nilai dan sebarannya yang besar dibanding variabel lain. Pengukurannya dengan menggunakan rumus : SIZE = Total Aktiva Perusahaan SIZE = log Total Aktiva Perusahaan 25

18 2. Profitabilitas Profitabilitas dalam Sri Sulastri (2007) diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan perusahaan adalah keuntungan setelah pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen tetapi juga mendapatkan power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat peneriamaan dividen sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya. Beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan antara lain return of equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA). 26

19 ROA = Laba bersih setelah pajak Total aktiva Peneliti menggunakan ROA karena dengan rasio ROA, peneliti dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memutar seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dan penggunaan ROA dalam mengukur profitabilitas. 3. Leverage Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan (lever up) profitabilitas. Leverage merupakan tolak ukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai oleh hutang. Leverage dibagi menjadi dua, yaitu Operating Leverage dan Financial Leverage. Operating Leverage adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana denganbiaya tetap dengan harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. 27

20 Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Pengukurannya menggunakan rumus : DER = Total Kewajiban Equitas Pemegang Saham Dalam penelitian ini pengungkapan CSR merupakan variabel dependen. Pengungkapan CSR merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tujuh kategori, yaitu; lingkungan, energi, kesehatan dan 28

21 keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum (Cahya, 2010). Kemudian diberikan nilai 1 jika mengungkapkan dan nilai 0 jika tidak mengungkapkan kemudian dijumlah total pengungkapan. Masukkan total pengungkapan tiap perusahaan ke rumus CSR Indeks. CSR = Total Pengungkapan Total item indikator pengungkapan CSR (63) C. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial. Untuk menggambarkan lebih rinci mengenai penelitian sebelumnya, penulis merangkumnya dalam tabel berikut ini. 29

22 Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya mengenai pengungkapan CSR Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian Fr. Reni Retno Anggraini (2006) Yie Ke Feliana, Cornelia Susatya, dan Stevanus Hadi Darmadji (2007) Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) Variabel Independen : Persentase kepemilikan manajemen, tipe industri, ukuran perusahaan, prifitabilitas, leverage Variabel Dependen : Pengungapan informasi sosial Variabel Independen : Likuiditas perusahaan, leverage, profitabilitas, porsi saham publik, dan lama perusahaan go publik. Variabel Dependen : Kelengkapan pengungkapan (disclosure) laporan keuangan Variabel Independen : Pengaruh Corporete Social Responsibility Variabel dependen : Nilai perusahaan Kepemilikan manajemen sebagai Variabel Moderating Variabel seperti persentase kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial, sedangka ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. Tingkat kelengkapan pengungkapan informasi baik wajib dan sukarela hanya ditentukan oleh lama perusahaan go publik, sedangkan pengungkapan informasi wajib dipengaruhi oleh leverage dan porsi saham perusahaan yang dikuasai publik CSR, persentase kepemilikan manajemen serta interaksi antara corporate social responsibility dengan persentase kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. 30

23 Tabel 2.1 lanjutan Penelitian sebelumnya mengenai pengungkapan CSR Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian Anggara Fahrizqi (2010) Variabel Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris Variabel dependen : Pengungkapan CSR Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan leverage dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR Bramantya Adhi Cahya (2010) Variabel Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage Variabel dependen : Pengungkapan CSR Ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR D. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan BUMN dan mengetahui pengaruh size/ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan CSR. Size/ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil (Cahya, 2010). Dengan 31

24 mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Secara teorotis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat akan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang lebih luas. Dikaitkan dengan teori agensi, bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi biaya keagenan tersebut perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (Raharjaputra, 2009). Hubungan kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan paling baik diekspresikan dengan profitabilitas, hal ini disebabkan karena tingkat profitabilitas dapat menunjukkan seberapa baik pengelolaan manajemen perusahaan, oleh sebab itu semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka pengungkapan CSR cenderung semakin luas. Dikaitkan dengan teori agensi, perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang semakin luas. Leverage mencerminkan resiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para debtholders. Teori 32

25 keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Anggraini, 2006). Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran seperti pada gambar di bawah ini : Size/Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Leverage Gambar 2.1 Kinerja Keuangan Perusahaan yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Corporate Social Responsibility. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility Definisi dari Corporate Social Responsibility telah dikemukakan oleh banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders atau pemangku kepentingan merupakan pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan perusahaan (Freeman and McVea,

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian media. Namun, tentunya media tidak bisa meliput setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media merupakan salah satu pemangku kepentingan dalam perusahaan. Keberadaan media tentu membawa dampak bagi perusahaan, baik yang bersifat positif maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Accounting) Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial mempunyai arti suatu proses pemilihan variable-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signalling Theory Informasi merupakan unsur yang penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya, karena pada dasarnya informasi menyajikan gambaran atau keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) Menurut Marwata (2001), pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 28 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 29 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Corporate Sosial Responsibility Menurut The World Business Council

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu lingkungan yang menarik investor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun sebuah perusahaan membutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit, dimana dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri. Dana yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Terdapat beberapa perspektif teori yang digunakan untuk menjelaskan. Teori legitimasi dan teori stakeholder digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan praktek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

Etika & Tanggung Jawab Sosial

Etika & Tanggung Jawab Sosial Manajemen Bisnis Internasional Etika & Tanggung Jawab Sosial Adhiatma Nanda Wardhana Irfan Dwi Nurfianto Etika itu apa ya? Studi atas proses pembelajaran yang melibatkan pemahaman moralitas, sementara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa macam risiko perusahaan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi adalah era di mana semua hal dan segala industri di dunia akan mengikuti era globalisasi saat itu. Ini akan menimbulkan persaingan yang sangat ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era global seperti sekarang ini telah mengalami banyak kemajuan yang cukup pesat disegala bidang tak terkecuali dalam dunia usaha. Tentu kondisi ini menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai bidangnya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan, perusahaan tidak hanya berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder Ketentuan dalam perusahaan menyatakan bahwa manajemen memiliki fungsi untuk memaksimalkan laba, dengan asumsi bahwa memaksimalkan total nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-21 Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR (Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, dimana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis dimana informasi non keuangan juga perlu untuk diungkapkan. Pada awalnya bisnis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 191 BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 6.1. KESIMPULAN ATAS MASALAH PENELITIAN Kontribusi utama dalam penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa CSR bukan hanya sebagai bentuk tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu telah menguraikan secara sistematis hasil dari penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Jama an (2008), mengungkapkan Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Beberapa Penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu : a. Ni Wayan Rustiarini 2010 Penelitian ini di lakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Selain laporan informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya. Investor menanamkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Pengertian legitimasi teori dikemukakan oleh O Donovan (2002) dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: Legitimacy theory as the idea that in order

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu lingkup dimana orang melakukan kegiatan usaha demi mendatangkan keuntungan atau laba. Selain mencari keuntungan, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Murni,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia usaha. Agar perusahaan dapat lebih bersaing, maka harus lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ghozali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa dalam Stakeholder Theory Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju dan kompleksnya aktivitas operasional serta tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya BAB II LANDASAN TEORI Beberapa penelitian terdahulu telah membahas faktor-faktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu faktor debt-to equity ratio dan firm

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan. Menurut Daud dan Abrar (2008) kelompok inilah yang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan. Menurut Daud dan Abrar (2008) kelompok inilah yang menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Stakeholder Stakeholder dapat diartikan sebagai pemangku kepentingan dalam hal ini orang atau kelompok yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah isu lingkungan dan sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap 8 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab (Pratiwi, 2012). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci