BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut (Alyanto, 2016) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Algoritma AES : Rijndael dalam Pengenkripsian Data Rahasia, melakukan implementasi algoritma AES dengan beberapa opsi panjang kunci ke dalam aplikasi desktop. Panjang kunci yang digunakan adalah 128 bit, 192 bit dan 256 bit. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa perubahan panjang kunci yang dipakai tidak banyak mempengaruhi durasi enkripsi maupun dekripsi. Selain itu, hasil enkripsi selalu sama dengan dekripsi walapun teks dimasukkan dengan berbagai kombinasi karakter (huruf, angka, simbol). Menurut (Silva, et al., 2013) dalam penelitiannya yang berjudul Aplikasi Enkripsi dan Dekripsi File dengan Menggunakan AES (Advanced Encryption Standard) Algoritma Rijndael pada Sistem Operasi Android melakukan implementasi algoritma AES/Rijndael ini ke dalam aplikasi android. Aplikasi ini memungkinkan pengguna smartphone untuk mengamankan berkas yang ada di dalamnya. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa makin panjang plaintext yang dimasukkan maka semakin lama proses enkripsi, sedangkan enkripsi dengan panjang kunci yang berbeda tidak berpengaruh banyak terhadap lamanya proses enkripsi maupun proses dekripsi. Menurut (Ibrahim, 2012) dalam penelitiannya yang berjudul Kriptografi Algoritma DES, AES/Rijndael, Blowfish untuk Keamanan Citra Digital dengan Menggunakan Metode Discrete Wavelet, membandingkan unjuk kerja ketiga algoritma tersebut untuk melakukan enkripsi dan dekripsi terhadap citra digital dengan disertakan proses transformasi wavelet diskrit untuk mempercepat proses tansformasi citra digital. Menurut (Khusnul, 2012) dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Keamanan Pengiriman Pesan Suara dengan Enkripsi dan Deskripsi Menggunakan Algoritma Twofish, melakukan implementasi algoritma twofish 3

2 4 untuk mengamankan pengiriman pesan suara dalam suatu jaringan lokal. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa algoritma twofish mampu bekerja dengan cukup baik, dan suara asli dengan suara yang telah didekripsi tetap memiliki kualitas suara yang baik. Menurut (Kritoforus & Aditya, 2012) dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Algoritma Rijndael untuk Enkripsi dan Deskripsi pada Citra Digital melakukan implementasi enkripsi dan dekripsi menggunakan algoritma Rijndael ke dalam citra digital dengan kedalaman warna 24 bit. Selain itu dilakukan juga pengujian waktu yang diperlukan untuk melakukan proses enkripsi dan dekripsi dengan menggunakan kunci 128 bit, 192 bit, dan 256 bit. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa kecepatan enkripsi semakin lama prosesnya ketika kunci yang digunakan semakin panjang. Proses enkripsi dengan panjang kunci 192 bit mengalami peningkatan waktu rata-rata sebesar 16,59% lebih lama dibandingkan dengan panjang kunci 128 bit, sedangkan proses enkripsi dengan panjang kunci 256 bit mengalami peningkatan waktu rata-rata sebesar 33,41% lebih lama dibandingkan dengan panjang kunci 128 bit. Proses dekripsi dengan panjang kunci 192 bit mengalami peningkatan waktu rata-rata sebesar 16,71% lebih lama dibandingkan dengan panjang kunci 128 bit, sedangkan proses dekripsi dengan panjang kunci 256 bit mengalami peningkatan waktu rata-rata sebesar 32,23% lebih lama dibandingkan dengan panjang kunci 128 bit Landasan Teori Pesan Suara Pesan suara atau voice mail adalah pesan dalam bentuk suara yang dikirim dalam komunikasi tidak langsung dan berguna sebagai pengganti sambungan pembicara ketika terjadi hang up telepon penerima yang tidak diangkat atau sambungan sibuk. Pesan suara yang direkam oleh penelpon akan tersimpan di server dalam format WAV, AMR, maupun GSM. Pada sistem IP PBX, format audio GSM dan WAV umumnya digunakan untuk merekam percakapan maupun pesan suara (voice mail).

3 WAV WAV merupakan salah satu format berkas audio yang dikembangkan oleh IBM dan Microsoft pada tahun WAV merupakan merupakan singkatan dari istilah waveform audio format. Format WAV banyak digunakan oleh handphone, sehingga popularitas bisa menyamai file MP3 (Binanto, 2010). WAV merupakan standar format container yang digunakan oleh Windows. WAV umumnya digunakan untuk menyimpan audio tak termampatkan, file suara berkualitas CD, yang berukuran besar (sekitar 10 MB per menit). File.wav juga dapat berisi data terkodekan dengan beraneka ragam codec untuk mengurangi ukuran file (Binanto, 2010). File WAV dapat menampung audio dalam bentuk terkompresi, namun umumnya file WAV menyimpan audio yang tidak terkompresi. Format penyimpanan audio tidak terkompresi ini menggunakan pengkodean PCM. PCM merupakan kependekan dari Pulse Code Modulation, yang merupakan representasi digital dari suatu sinyal analog (Binanto, 2010). Struktur file WAV PCM ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Format Berkas WAV PCM

4 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu ataupun seni yang mempelajari bagaimana membuat suatu pesan yang dikirim oleh pengirim dapat disampaikan kepada penerima dengan aman (Schneier, 1996). Kriptografi bertujuan menjaga kerahasiaan informasi yang terkandung dalam data sehingga informasi tersebut tidak dapat diketahui oleh pihak yang tidak sah (Setyaningsih, 2015). Sistem kriptografi bekerja dengan cara menyandikan suatu pesan menjadi kode rahasia yang dimengerti oleh pelaku informasi. Mekanisme kerja semacam ini pada dasarnya telah dikenal sejak zaman dahulu. Kriptografi klasik umumnya merupakan teknik penyandian dengan kunci simetrik dan menyembunyikan pesan yang memiliki arti dengan metode substitusi (pergantian huruf) dan atau transposisi (pertukaran tempat) (Sadikin, 2012). Kriptografi klasik merupakan suatu algoritma yang menggunakan satu kunci untuk mengamankan data. Dua teknik dasar yang biasa digunakan pada algoritma jenis ini adalah: 1. Teknik Subsitusi Teknik ini bekerja dengan menukar satu karakter dengan karakter yang lain. Langkah pertama adalah membuat sebuah tabel subsitusi. Tidak ada aturan khusus dalam membuat tabel subsitusi, dapat dibuat sesuai keinginan, dengan catatan bahwa penerima pesan memiliki tabel yang sama untuk keperluan dekripsi. Salah satu contoh teknik subsitusi adalah teknik yang digunakan Julius Caesar atau dikenal dengan Caesar Cipher. 2. Teknik Transposisi (Permutasi) Teknik ini memindahkan atau merotasikan karakter dengan aturan tertentu. Prinsipnya adalah berlawan dengan teknik subsitusi. Dalam teknik subsitusi, karakter berada pada posisi yang tetap tetapi identitasnya yang diacak. Pada permutasi, identitasnya karakternya tetap, namun posisinya yang diacak sebelum dilakukan permutasi. Sebagai contoh, ada enam kunci yang digunakan untuk melakukan permutasi cipher yaitu:

5 7 Posisi Plaintext Posisi Ciphertext Untuk mendekripsikan digunakan juga 6 kunci inverse cipher yaitu : Posisi Ciphertext Posisi Plaintext Sehingga sebuah pesan Plainteks : K R I P T O G R A F I Terlebih dahulu kalimat tersebut dibagi menjadi 6 blok dan apabila terjadi kekurangan pada blok bisa ditambahkan dengan huruf yang disepakati bersama, misalnya : X. Posisi Plaintext K R I P T O G R A F I X Chipertext I O K T R P A X G I R F Untuk mendekripsikan ciphertext, maka harus melakukan hal yang sama seperti cipher-nya dengan menggunakan kunci inverse cipher dari permutasi tersebut. Banyak teknik permutasi lain seperti zig-zag, segitiga, spiral, dan diagonal. Dari kombinasi teknik-teknik inilah yang menjadi dasar dari pembentukan algoritma kriptografi yang dikenal dengan kriptografi modern (Ariyus, 2006). Pada kriptografi modern menggunakan perhitungan komputasi atau program dalam pengoperasinnya. Kriptografi sesungguhnya merupakan studi terhadap teknik matematis yang terkait dengan aspek keamanan suatu sistem informasi seperti kerahasiaan, integritas data, autentikasi, dan ketiadaan penyangkalan. Keempat aspek tersebut merupakan tujuan fundamental dari suatu sistem kriptografi (Schneier, 1996).

6 8 a. Kerahasiaan (confidentiality) Kerahasiaan adalah layanan yang digunakan untuk menjaga informasi dari setiap pihak yang tidak berwenang untuk mengaksesnya. Informasi ini tentunya hanya dapat diakses oleh pihak-pihak yang berhak (Setyaningsih, 2015). b. Integritas data (data integrity) Integritas data adalah layanan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pengubahan informasi oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Integritas data harus dipastikan agar sistem informasi mampu mendeteksi terjadinya manipulasi data. Manipulasi data yang dimaksud di sini meliputi penyisipan, penghapusan, ataupun penggantian data (Setyaningsih, 2015). c. Autentikasi (authentication) Autentikasi adalah layanan yang terkait dengan identifikasi terhadap pihak pihak yang ingin mengakses sistem informasi (authentication) ataupun keaslian data dari sistem informasi itu sendiri (data origin authentication) (Setyaningsih, 2015). d. Ketiadaan penyangkalan (non repudiation) Ketiadaan penyangkalan adalah layanan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penyangkalan terhadap suatu aksi yang dilakukan oleh pelaku sistem informasi (Setyaningsih, 2015). Pada era teknologi informasi sekarang ini, sistem kriptografi modern merupakan sebuah algoritma kriptografi yang ditambah dengan semua kemungkinan plaintext, ciphertext, dan kunci untuk mengonversikan plaintext ke ciphertext, dan sebaliknya, serta dirancang untuk mengamankan suatu sistem informasi. Kriptografi modern berorientasi bit bukan pada karakter. Sebab kriptografi modern menggunakan media komputer untuk mengolah pesan Advanced Encryption Standard AES (Advanced Encryption Standard) menggunakan algoritma Rijndael yang telah memenangkan sayembara terbuka yang dilakukan oleh NIST (National

7 9 Institute of Standard and Technology). Sayembara ini dilakukan untuk menemukan algoritma baru untuk menggantikan algoritma DES (Data Encryption Standard) yang dirasa sudah tidak aman lagi (Munir, 2006). NIST memberikan spesifikasi AES yaitu harus memiliki panjang blok 128 bit dan mampu mendukung panjang kunci 128, 192, dan 256. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, akhirnya NIST memilih sistem penyandian Rijndael yang dikembangkan oleh Joan Daemen dan Vincent Rijment sebagai sistem penyandian AES pada tahun Pemilihan Rijndael sebagai pemenang sayembara tersebut berdasarkan pada kriteria berikut ini: 1. Keamanan. Sistem penyandian harus tahan terhadap serangan analisis sandi selain serangan secara brute force. 2. Biaya. Sistem penyandian harus memiliki biaya komputasi dan memori yang efisien sehingga dapat diimplementasikan secara perangkat keras maupun perangkat lunak. 3. Karakteristik algoritma dan implementasi. Sistem penyandian harus bersifat terbuka, fleksibel, dan sederhana. Pada tahun 2001 akhirnya NIS memublikasikan AES sebagai standar pemrosesan dokumen pada dokumen FIPS-PUB 197 (NIST, 2001). AES merupakan algoritma chiper blok yang menggunakan teknik substitusi, permutasi dan sejumlah putaran pada setiap blok yang akan dienkripsi. Sistem permutasi dan substitusi (S-box) yang digunakan pada AES tidak menggunakan jaringan Feistel sebagaimana chiper blok pada umumnya (Setyaningsih, 2015). Penyandian AES menggunakan proses yang berulang yang disebut dengan ronde. Jumlah ronde yang digunakan oleh AES tergantung dengan panjang kunci yang digunakan. Setiap ronde membutuhkan kunci ronde dan masukan dari ronde berikutnya. Kunci ronde dibangkitkan berdasarkan kunci yang diberikan. Relasi antara jumlah ronde dan panjang kunci diberikan oleh Tabel 2.1.

8 10 Tabel 2.1 Perbandingan jumlah kunci dan ronde AES (Sadikin, 2012) Panjang Kunci AES (bit) Jumlah Ronde (Nr) Algoritma Rijndael mempunyai tiga parameter yaitu: 1. Plainteks, array yang berukuran 16 byte, yang berisi data masukan. 2. Cipherteks, array yang berukuran 16 byte, yang berisi hasil enkripsi. 3. Kunci, array yang berukuran 16 byte, yang berisi kunci cipher. AES memiliki panjang blok 128 bit. Kunci AES dapat memiliki panjang kunci bit 128, 192, dan 256 bit. Selain itu AES menggunakan 5 unit ukuran data : bit, byte, word, blok, dan state. Bit merupakan satuan data terkecil, yaitu nilai digit sistem biner. Sedangkan byte berukuran 8 bit, word berukuran 4 byte (32 bit), blok berukuran 16 byte (128 bit). Sedangkan state adalah blok yang ditata sebagai matriks byte berukuran 4x4 (Sadikin, 2012). Unit data AES dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Unit Data AES (Sadikin, 2012) Blok cipher memiliki sifat bahwa setiap blok harus memiliki panjang yang sama (misalnya 128 bit). Apabila pada suatu blok AES memiliki panjang blok yang

9 11 tidak sama, maka diperlukan mekanisme padding. Padding adalah penambahan bitbit dummies untuk menggenapi menjadi panjang blok yang sesuai. Padding biasanya dilakukan pada blok terakhir plaintext. Padding bada blok terakhir bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dengan penambahan bit-bit tertentu. Salah satu contoh penerapan padding dengan cara menambahkan jumlah total padding sebagai byte terakhir pada blok terakhir plaintext. Misalnya panjang blok adalah 128 bit (16 byte) dan pada blok terakhir terdiri dari 88 bit (11 byte) sehingga jumlah padding yang diperlukan adalah 5 byte, yaitu dengan menambahkan angka nol sebanyak 4 byte, kemudian menambahkan angka 5 sebanyak satu byte. Cara lain dapat juga menggunakan penambahan karakter end-of-file pada byte terakhir lalu diberi padding setelahnya. Proses awal enkripsi AES dimulai dengan mengorganisir teks asli yang sudah diubah menjadi bilangan heksadesimal di dalam blok (128 bit) terlebih dahulu sebagai state yang berupa matriks (array) berukuran 4x4. Chiper key juga diorganisir menjadi matriks berukuran 4x4. Garis besar Algoritma AES yang beroperasi pada blok 128 bit dengan kunci 128 bit (di luar proses pembangkitan kunci AES) adalah sebagai berikut. a. AddRoundKey Melakukan XOR antara state awal dengan chiper key seperti yang terdapat pada Gambar 2.3. Tahap ini disebut juga dengan initial round b 28 ab e ae f7 cf XOR d2 15 4f a6 88 3c Gambar 2.3 Transformasi AddRoundKey b. SubBytes AES menggunakan substitusi nonlinear pada ukuran byte yang disebut dengan SubBytes. SubBytes mensubstitusikan satu state pada tabel tabel substitusi (S-Box) yang telah ditentukan nilainya. Tabel substitusi untuk SubBytes diberikan oleh Tabel 2.2.

10 12 Tabel 2.2 Tabel substitusi untuk transformasi SubBytes (S-Box) a b c d e f c 77 7b f2 6b 6f c b fe d7 ab 76 1 ca 82 c9 7d fa f0 ad d4 a2 af 9c a4 72 c0 2 b7 fd f f7 cc 34 a5 e5 f1 71 d c7 23 c a e2 eb 27 b c 1a 1b 6e 5a a0 52 3b d6 b3 29 e3 2f d1 0 ed 20 fc b1 5b 6a cb be 39 4a 4c 58 cf 6 d0 ef aa fb 43 4d f9 2 7f 50 3c 9f a a3 40 8f 92 9d 38 f5 bc b6 da ff f3 d2 8 cd 0c 13 ec 5f c4 a7 7e 3d 64 5d f dc 22 2a ee b8 14 de 5e 0b db a e0 32 3a 0a c c2 d3 ac e4 79 b e7 c8 37 6d 8d d5 4e a9 6c 56 f4 ea 65 7a ae 8 c ba e 1c a6 b4 c6 e8 dd 74 1f 4b bd 8b 8a d 70 3e b f6 0e b9 86 c1 1d 9e e e1 f d9 8e 94 9b 1e 87 e9 ce df f 8c a1 89 0d bf e d 0f b0 54 bb 16 Misal untuk menggantikan nilai 88 pada state, maka yang bersesuaian dengan S-Box terletak pada baris 8 dan kolom ke 8, dan seterusnya dengan proses yang sama sampai 16 blok seperti Gambar 2.4. Gambar 2.4 Ilustrasi SubBytes

11 13 c. ShiftRows AES menggunakan permutasi untuk mengganti nilai pada elemen state. Permutasi ini hanya mengubah posisi elemen pada state tanpa mengubah nilainya. Transformasi permutasi pada state disebut dengan transformasi ShiftRows. ShiftRows dilakukan dengan cara memutar elemen matriks hasil proses transformasi SubByte pada baris 1, 2, dan 3 ke kiri dengan jumlah perputaran yang berbeda-beda. Baris pertama akan diputar sebanyak 1 kali, baris kedua sebanyak 2 kali, dam baris ke 3 akan diputar sebanyak 3 kali. Sedangkan baris ke 0 tidak diputar. Transformasi ShiftRows terlihat sederhana jika dilihat melalui representasi state. Namun menjadi rumit jika dilihat dari sudut pandang blok dikarenakan state merupakan representasi blok dengan orientasi per kolom. d. MixColumns MixColumns merupakan transformasi dengan cara mengalikan empat angka kolom state dalam GF (Galois Field) milik Rijndael (2 8 ). Gambar 2.5 Transformasi MixColumns e. AddRoundKey Setelah proses transformasi MixColumns, maka terdapat proses AddRoundKey dengan cara yang sama seperti sebelumnya, namun proses XOR nya dengan sub-kunci yang bersesuaian tiap iterasi. Algoritma dekripsi AES secara ringkas merupakan kebalikan dari algoritma enkripsi AES. Algoritma dekripsi AES menggunakan transformasi invers

12 14 semua transformasi dasar yang digunakan pada algoritma enkripsi AES. Setiap transformasi dasar AES memiliki transformasi invers, yaitu: 1. InvShiftRows InvShiftRows adalah transformasi byte yang berkebalikan dengan transformasi ShiftRows. Pada proses transformasi InvShiftRows dilakukan penggeseran bit ke kanan, sedangkan pada ShiftRows dilakukan penggeseran bit ke kiri. Pada baris kedua penggeseran bit dilakukan tiga kali, sedangkan pada baris ketiga dan baris keempat, dilakukan penggeseran bit sua kali dan satu kali (Setyaningsih, 2015). Proses InvShiftRows dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.6 Transformasi InvShiftRows (Setyaningsih, 2015) 2. InvSubBytes InvSubBytes juga merupakan transformasi byte yang berkebalikan dengan transformasi SubBytes. Proses InvSubBytes dilakukan dengan cara setiap elemen pada state dipetakan dengan menggunakan tabel inverse S-box. Tabel ini berbeda dengan tabel S-box karena hasil yang didapat dari tabel ini adalah hasil dari dua proses yang berbeda urutannya, yaitu transformasi afin terlebih dahulu, kemudian perkalian inverse dalam GF(2 8 ). Inverse S-box dapat dilihat pada Tabel 2.1.

13 15 Tabel 2.3 Inverse S-box (Munir, 2006) a b c d e f a d a5 38 bf 40 a3 9e 81 f3 d7 fb 1 7c e b 2f ff e c4 de e9 cb b a6 c2 23 3d ee 4c 95 0b 42 fa c3 4e 3 8 2e a d9 24 b2 76 5b a2 49 6d 8b d f8 f d4 a4 5c cc 5d 65 b c fd ed b9 da 5e a7 8d 9d d8 ab 0 8c bc d3 0a f7 e b8 b d0 2c 1e 8f ca 3f 0f 2 c1 af bd a 6b 8 3a f 67 dc ea 97 f2 cf ce f0 b4 e ac e7 ad e2 f9 37 e8 1c 75 df 6e a 47 f1 1a 71 1d 29 c5 89 6f b7 62 0e aa 18 be 1b b fc 56 3e 4b c6 d a db c0 fe 78 cd 5a f4 c 1f dd a c7 31 b ec 5f d f a9 19 b5 4a 0d 2d e5 7a 9f 93 c9 9c ef e a0 e0 3b 4d ae 2a f5 b0 c8 eb bb 3c f 17 2b 4 7e ba 77 d6 26 e c 7d 3. InvMixColumns Setiap kolom dalam state dikalikan dengan matriks perkalian dalam AES. Perkalian dalam matriks dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.7 InvMixColumns (Setyaningsih, 2015) 4. Inverse AddRoundKey Transformasi ini merupakan transformasi yang bersifat self-invers dengan syarat menggunakan kunci yang sama (Sadikin, 2012).

14 16 Sandi AES sampai saat ini masih dianggap aman untuk digunakan. Keamanan sistem sandi AES salah satunya disebabkan oleh penggunaan kunci yang besar (128 bit, 192 bit, dan 256 bit) apabila dibandingkan dengan sistem sandi DES yang hanya menggunakan 64 bit. Jadi bruce attack terhadap sistem sandi AES 256 bit memiliki ruang kunci yang merupakan nilai yang sangat besar (Sadikin, 2012).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dibahas mengenai dasar teori yang digunakan dalam pembuatan sistem yang akan dirancang dalam skripsi ini. 2.1. Enkripsi dan Dekripsi Proses menyandikan plaintext

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone

Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone Rancang Bangun Aplikasi Keamanan Data Menggunakan Metode AES Pada Smartphone Amir Mahmud Hasibuan STMIK Budi Darma, Jl. Sisingamangaraja No.338 Medan, Sumatera Utara, Indonesia http : //www.stmik-budidarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bagian ini merupakan pembahasan mengenai pengujian sistem dimana hasil pengujian yang akan dilakukan oleh sistem nantinya akan dibandingkan dengan perhitungan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi 2 2 Penelitian ini berfokus pada poin a, yaitu pengembangan sistem mobile serta melakukan perlindungan komunikasi data. 3 Spesifikasi sistem dibuat berdasarkan pada alur proses penilangan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Analisis merupakan kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi bagian-bagian atau komponen sehingga dapat diketahui cirri atau tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu

Lebih terperinci

Algoritma Cipher Block EZPZ

Algoritma Cipher Block EZPZ Algoritma Cipher Block EZPZ easy to code hard to break Muhammad Visat Sutarno (13513037) Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha IF 6 A.

Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha IF 6 A. Latar Belakang Advanced Encryption Standard (AES) Rifqi Azhar Nugraha 1137050186 IF 6 A DES dianggap sudah tidak aman. rifqi.an@student.uinsgd.ac.id Perlu diusulkan standard algoritma baru sebagai pengganti

Lebih terperinci

OZ: Algoritma Cipher Blok Kombinasi Lai-Massey dengan Fungsi Hash MD5

OZ: Algoritma Cipher Blok Kombinasi Lai-Massey dengan Fungsi Hash MD5 OZ: Algoritma Cipher Blok Kombinasi Lai-Massey dengan Fungsi Hash MD5 Fahziar Riesad Wutono Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia fahziar@gmail.com Ahmad Zaky Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Proses Analisa sistem merupakan langkah kedua pada pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk memahami informasi-informasi yang didapat

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Telah dilakukan penelitian tentang permasalahan keamanan data di basis data yaitu akses ilegal ke sistem basis data. Akses ilegal yang dimaksud adalah pencurian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, keamanan dalam berteknologi merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara mengamankan

Lebih terperinci

Blox: Algoritma Block Cipher

Blox: Algoritma Block Cipher Blox: Algoritma Block Cipher Fikri Aulia(13513050) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, 13513050@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

Penggunaan Timing Attack Sebagai Salah Satu Jenis Serangan pada Kriptografi

Penggunaan Timing Attack Sebagai Salah Satu Jenis Serangan pada Kriptografi Penggunaan Timing Attack Sebagai Salah Satu Jenis Serangan pada Kriptografi Widhi Ariandoko - 13508109 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI FILE MENGGUNAKAN METODE AES DUAL PASSWORD. Imron Abdul Ilyas 1 Suryarini Widodo 2. Abstrak

KRIPTOGRAFI FILE MENGGUNAKAN METODE AES DUAL PASSWORD. Imron Abdul Ilyas 1 Suryarini Widodo 2. Abstrak KRIPTOGRAFI FILE MENGGUNAKAN METODE AES DUAL PASSWORD Imron Abdul Ilyas 1 Suryarini Widodo 2 1 Jurusan Teknik Informatika, FTI, Universitas Gunadarma. 2 Jurusan Sistem Informasi, FIKTI, Universitas Gunadarma.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tol Tol adalah biaya yang ditarik oleh pihak yang berwenang kepada orang yang melewati suatu daerah/jalan di mana pendapatan tersebut digunakan untuk biaya pemeliharaan jalan/daerah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Dalam era teknologi yang semakin pesat saat ini, keamanan merupakan suatu prioritas utama. Banyak tindakan-tindakan kejahatan yang sudah marak dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES)

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA DENGAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) Fricles Ariwisanto Sianturi (0911457) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA SIMETRI BLOWFISH DAN ADVANCED ENCRYPTION STANDARD Mohammad Riftadi NIM : 13505029 Program Studi Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung E-mail :

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF)

PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF) PERANCANGAN APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS DENGAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES) DAN METODE END OF FILE (EOF) Agus Hamonangan Pangaribuan (12110076) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kriptografi kriptografi adalah seni atau ilmu yang digunakan untuk menjaga keamanan informasi atau pesan dengan mengubahnya menjadi suatu yang tidak memiliki arti.

Lebih terperinci

Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut

Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut Algoritma Enkripsi Baku Tingkat Lanjut Anggrahita Bayu Sasmita 13507021 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung e-mail: if17021@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara masyarakat baik itu perusahaan militer dan swasta dalam berkomunikasi. Dengan adanya internet, pertukaran

Lebih terperinci

MENGENAL PROSES PERHITUNGAN ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI ADVANCE ENCRYPTION STANDARD(AES) RIJDNAEL

MENGENAL PROSES PERHITUNGAN ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI ADVANCE ENCRYPTION STANDARD(AES) RIJDNAEL 32 INFOKAM Nomor I / Th. X/ Maret / 14 MENGENAL PROSES PERHITUNGAN ENKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI ADVANCE ENCRYPTION STANDARD(AES) RIJDNAEL SUGENG MURDOWO Dosen AMIK JTC Semarang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Andreas Dwi Nugroho (13511051) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 32 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori dan konsep yang menjadi landasan materi dari sistem yang akan dibuat. Beberapa teori dan konsep yang akan dibahas seperti konsep dasar kriptografi, konsep

Lebih terperinci

Modifikasi Blok Cipher

Modifikasi Blok Cipher Modifikasi Blok Cipher TriTOLE Cipher Ivan Andrianto Teknik Informatika / Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia andrianto.ivan@gmail.com Wilhelmus Andrian

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Kriptografi Advanced Encryption Standard (AES) Untuk Penyandian File Dokumen Cryptography Advanced Encryption Standard (AES) for File Document Encryption 1 Aditia Rahmat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Metode penulisan rahasia diketahui telah ada sejak 2500 tahun yang lalu. David Kahn, penulis buku The Code Breakers mengatakan bahwa kriptografi muncul secara spontan

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR

KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR KRIPTOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN ALGORITMA RIJNDAEL DAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT HAAR Bagus Satrio Waluyo Poetro, Aris Sugiharto dan Sukmawati Nur Endah Program Studi Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

Algoritma AES (Advanced Encryption Standard) dan Penggunaannya dalam Penyandian Pengompresian Data

Algoritma AES (Advanced Encryption Standard) dan Penggunaannya dalam Penyandian Pengompresian Data Algoritma AES (Advanced Encryption Standard) dan Penggunaannya dalam Penyandian Pengompresian Data Bernardino Madaharsa Dito Adiwidya NIM: 135070789 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0 STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL UNTUK ENKRIPSI SMS PADA TELEPON GENGGAM YANG BERBASIS WINDOWS MOBILE 5.0 Herdyanto Soeryowardhana NIM : 13505095 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991), keamanan adalah bebas dari bahaya dengan demikian keamanan adalah suatu kondisi yang sangat sulit dicapai, dan dapat kita

Lebih terperinci

ANALISA PROSES ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DENGAN METODE DES

ANALISA PROSES ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DENGAN METODE DES INFOKAM Nomor I / Th. VII/ Maret / 11 39.. ANALISA PROSES ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DENGAN METODE DES Muhamad Danuri Dosen Jurusan Manajemen Informatika, AMIK JTC Semarang ABSTRAKSI Makalah ini membahas tentang

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI939 IMPLEMENTASI ALGORITMA RIJNDAEL DENGAN MENGGUNAKAN KUNCI ENKRIPSI YANG BERUKURAN MELEBIHI 256 BIT (Kata kunci: Advanced Encryption Standard, Algoritma Rijndael, cipher key,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL

APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL APLIKASI PENGAMANAN DOKUMEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KRIPTOGRAFI ALGORITMA AES-RINJDAEL Ari Teknik Informatika STMIK ATMA LUHUR PANGKALPINANG Jl.Jend. Sudirman Selindung Lama Pangkalpinang Kepulauan Babel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi komputer dan jaringan komputer, khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Algoritma AES Suatu file dalam media penyimpanan merupakan sebuah data yang tersusun atas bit stream. Agar dapat di enkripsi file tersebut harus diubah dalam

Lebih terperinci

Pengkajian Metode dan Implementasi AES

Pengkajian Metode dan Implementasi AES Pengkajian Metode dan Implementasi AES Hans Agastyra 13509062 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu sekaligus seni untuk menjaga kerahasiaan pesan dengan cara menyandikannya ke dalam bentuk yang tidak dapat dimengerti lagi maknanya(rinaldi,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sub bab ini berisikan tentang analisa sistem yang akan dibangun. Sub bab ini membahas teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi

Lebih terperinci

Advanced Encryption Standard (AES)

Advanced Encryption Standard (AES) Bahan Kuliah ke-13 IF5054 Kriptografi Advanced Encryption Standard (AES) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 13. Advanced Encryption Standard

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kriptografi Penjagaan sebuah informasi sangatlah diperlukan agar tidak jatuh ke tangan orangorang yang tidak berhak untuk mengaksesnya. Teknik kriptografi telah banyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pengantar Metodologi penelitian merupakan sekumpulan proses terstruktur mengenai peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Teknologi Quick Response Code (QR-Code) adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan metode kriptografi. Saat ini metode kriptografi pun mulai berubah menuju ke

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1 Analisa Masalah Dalam melakukan pengamanan data SMS kita harus mengerti tentang masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop

Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop Ratno Prasetyo Magister Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur, Jakarta, 12260 Telp : (021) 5853753

Lebih terperinci

Algoritma AES sebagai Metode Enkripsi dalam Password Management

Algoritma AES sebagai Metode Enkripsi dalam Password Management Algoritma AES sebagai Metode Enkripsi dalam Password Management Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keamanan Jaringan Disusun Oleh: Yeni Wahyuningsih (0710960013) Septavia Prativi Sekar Sari (0710960047)

Lebih terperinci

STUDI, IMPLEMENTASI DAN PERBANDINGAN ALGORITMA KUNCI SIMETRI TRIPLE DATA ENCRYPTION STANDARD DAN TWOFISH

STUDI, IMPLEMENTASI DAN PERBANDINGAN ALGORITMA KUNCI SIMETRI TRIPLE DATA ENCRYPTION STANDARD DAN TWOFISH STUDI, IMPLEMENTASI DAN PERBANDINGAN ALGORITMA KUNCI SIMETRI TRIPLE DATA ENCRYPTION STANDARD DAN TWOFISH Abstraksi Revi Fajar Marta NIM : 3503005 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD MENGAMANKAN BASIS DATA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ADVANCED ENCRYPTION STANDARD Vina Novianty 1, Rd. Erwin Gunadhi Ir.MT 2 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia yang sering dilakukan. Bentuk komunikasi yang terjadi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani : cryptos artinya secret (rahasia), sedangankan graphein artinya writing (tulisan). Jadi, kriptografi berarti

Lebih terperinci

Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman

Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman Optimasi Enkripsi Teks Menggunakan AES dengan Algoritma Kompresi Huffman Edmund Ophie - 13512095 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

Studi dan Implementasi HMAC dengan Fungsi Hash Grøstl dan Perbandingannya dengan CMAC dengan Algoritma Cipher Blok AES

Studi dan Implementasi HMAC dengan Fungsi Hash Grøstl dan Perbandingannya dengan CMAC dengan Algoritma Cipher Blok AES Studi dan Implementasi dengan Fungsi Hash Grøstl dan Perbandingannya dengan CMAC dengan Algoritma Cipher Blok AES M. Albadr Lutan Nasution and 13508011 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya, yang berjudul Pembelajaran Berbantu komputer Algoritma Word Auto Key Encryption (WAKE). Didalamnya memuat mengenai langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek penting dari suatu sistem informasi. Dalam hal ini, sangat terkait dengan betapa pentingnya informasi

Lebih terperinci

Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5)

Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5) Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5) Muhammad Izzuddin Mahali, M.Cs. Izzudin@uny.ac.id / m.izzuddin.m@gmail.com Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika

Lebih terperinci

APLIKASI KRIPTOGRAFI ENKRIPSI DEKRIPSI FILE TEKS MENGGUNAKAN METODE MCRYPT BLOWFISH

APLIKASI KRIPTOGRAFI ENKRIPSI DEKRIPSI FILE TEKS MENGGUNAKAN METODE MCRYPT BLOWFISH APLIKASI KRIPTOGRAFI ENKRIPSI DEKRIPSI FILE TEKS MENGGUNAKAN METODE MCRYPT BLOWFISH Achmad Shoim 1), Ahmad Ali Irfan 2), Debby Virgiawan Eko Pranoto 3) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini berjudul Perancangan dan Implementasi Kriptosistem Pada Aplikasi Chat Menggunakan Tiny Encryption

Lebih terperinci

Algoritma Cipher Block RG-1

Algoritma Cipher Block RG-1 Algoritma Cipher Block RG-1 Feryandi Nurdiantoro (13513042) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia feryandi@gmail.com

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom KRIPTOGRAFI Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Data Keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sebuah sistem informasi. Masalah keamanan sering kurang mendapat perhatian dari para perancang dan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Keamanan Sistem

Modul Praktikum Keamanan Sistem 2017 Modul Praktikum Keamanan Sistem LABORATORIUM SECURITY SYSTEM Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Teknik Elektro KK KEAMANAN SISTEM FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM DAFTAR PENYUSUN

Lebih terperinci

Algoritma Spiral shifting

Algoritma Spiral shifting Algoritma Spiral shifting Algoritma Gabungan Feistel Network dan Rijndael dengan Transformasi Spiral shifting dan Dependent SubBytes Muhammad Harits Shalahuddin Adil Haqqi Elfahmi Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keamanan data dipasang untuk mencegah pencurian, kerusakan dan penyalahgunaan data yang disimpan melalui smartphone. Dalam praktek, pencurian data berwujud pembacaan

Lebih terperinci

Data Encryption Standard (DES)

Data Encryption Standard (DES) Bahan Kuliah ke-12 IF5054 Kriptografi Data Encryption Standard (DES) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 12. Data Encryption Standard (DES)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDAR (AES) UNTUK PENGAMANAN DATA TEKS

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDAR (AES) UNTUK PENGAMANAN DATA TEKS IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDAR (AES) UNTUK PENGAMANAN DATA TEKS Agustan Latif e-mail: agustan.latif@gmail.com Jurusan Sistim Informasi, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN ALGORITMA RIJNDAEL BERBASIS JAVA SE

RANCANG BANGUN APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN ALGORITMA RIJNDAEL BERBASIS JAVA SE RANCANG BANGUN APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN ALGORITMA RIJNDAEL BERBASIS JAVA SE Yoga Aprianto (yogalionel888168@gmail.com) Rico Kurniawan (rico.kurniawan13@gmail.com) Renni

Lebih terperinci

Proses Enkripsi dan Dekripsi menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES)

Proses Enkripsi dan Dekripsi  menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Proses Enkripsi dan Dekripsi Email menggunakan Algoritma Advanced Encryption Standard (AES) Ricky Antonius Leohani 1, Imaludin Agus 2 1 Program

Lebih terperinci

Algoritma Block Cipher Mini-Box

Algoritma Block Cipher Mini-Box Algoritma Block Cipher Mini-Box Zulva Fachrina Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13513010@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Uji Coba Proses uji coba dari aplikasi ini adalah dengan melakukan pengujian langsung dengan memasukkan teks yang nantinya akan di enkrip dan di dekrip dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab kedua berisi penjelasan tentang dasar teori yang berkaitan dan mendukung dalam pelaksanaan tugas akhir ini. Dalam bab ini akan dibahas gambaran umum kriptografi berikut algoritma-algoritma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam bentuknya yang konvensional di atas kertas. Dokumen-dokumen kini sudah disimpan sebagai

Lebih terperinci

II Bab II Dasar Teori

II Bab II Dasar Teori II Bab II Dasar Teori II.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan [SCH96]. Terdapat berbagai macam definisi mengenai kriptografi, namun pada intinya kriptografi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi komputer terbukti telah membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan dari hal hal yang sederhana sampai kepada masalah masalah yang cukup rumit.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Aplikasi Pengamanan E-Mail Menggunakan Metode AES (Advanced Encryption Standard) yang meliputi analisa sistem dan desain sistem. III.1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi (cryprography) berasal dari bahasa Yunani : cryptos artinya secret (rahasia), sedangkan graphein artinya writing (tulisan). Jadi, kriptografi berarti

Lebih terperinci

+ Basic Cryptography

+ Basic Cryptography + Basic Cryptography + Terminologi n Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Crypto berarti secret (rahasia) dan graphy berarti writing (tulisan). n Para pelaku

Lebih terperinci

Pengenalan Kriptografi

Pengenalan Kriptografi Pengenalan Kriptografi (Week 1) Aisyatul Karima www.themegallery.com Standar kompetensi Pada akhir semester, mahasiswa menguasai pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang teknik-teknik kriptografi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dibahas landasan teori mengenai teori-teori yang digunakan dan konsep yang mendukung pembahasan, serta penjelasan mengenai metode yang digunakan. 2.1. Pengenalan

Lebih terperinci

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Muhammad Aodyra Khaidir (13513063) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Cipher Blok JAFT. Ahmad ( ) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika.

Cipher Blok JAFT. Ahmad ( ) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Cipher Blok JAFT Mario Tressa Juzar (13512016) Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia mariotj.tj@gmail.com Rama Febriyan (13511067) Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi Gentisya Tri Mardiani, S.Kom KRIPTOGRAFI Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Para pelaku atau

Lebih terperinci

DATA ENCRYPTION STANDARD (DES) STANDAR ENKRIPSI DATA. Algoritma Kriptografi Modern

DATA ENCRYPTION STANDARD (DES) STANDAR ENKRIPSI DATA. Algoritma Kriptografi Modern DATA ENCRYPTION STANDARD (DES) STANDAR ENKRIPSI DATA Algoritma Kriptografi Modern SEJARAH DES 1960-1971; Proyek Lucifer IBM dipimpin Horst Feistel untuk kriptografi modern. Lucifer dikenal sbg blok kode

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA AES : RIJNDAEL DALAM PENGENKRIPSIAN DATA RAHASIA

PENERAPAN ALGORITMA AES : RIJNDAEL DALAM PENGENKRIPSIAN DATA RAHASIA PENERAPAN ALGORITMA AES : RIJNDAEL DALAM PENGENKRIPSIAN DATA RAHASIA SKRIPSI Oleh: DEDI ALYANTO NIM.1244123 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK TIME

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Keamanan File Menggunakan Algoritma Blowfish pada Jaringan LAN

Implementasi Sistem Keamanan File Menggunakan Algoritma Blowfish pada Jaringan LAN Implementasi Sistem Keamanan File Menggunakan Algoritma Blowfish pada Jaringan LAN Anggi Purwanto Program Studi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom Jl.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA AES PADA ENKRIPSI TEKS

IMPLEMENTASI ALGORITMA AES PADA ENKRIPSI TEKS IMPLEMENTASI ALGORITMA AES PADA ENKRIPSI TEKS A. Latar Belakang Algoritma AES (Advanced Encryption Standard) muncul akibat penggunaan standart enkripsi kriptografi simetri terdahulu (DES) yang dianggap

Lebih terperinci

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI Ozzi Oriza Sardjito NIM 13503050 Program Studi Teknik Informatika, STEI Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Kriptografi adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi merupakan salah satu ilmu pengkodean pesan memiliki definisi dan memilki teknik-tekniknya tersendiri. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut: 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN ATM DENGAN MENGGUNAKAN ENKRIPSI AES PADA KARTU ATM.

SISTEM KEAMANAN ATM DENGAN MENGGUNAKAN ENKRIPSI AES PADA KARTU ATM. SISTEM KEAMANAN ATM DENGAN MENGGUNAKAN ENKRIPSI AES PADA KARTU ATM. Arief Agung Gumelar 1), Latief Adam Busyairi 2), Muhammad Fajrian Noor 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl Ring

Lebih terperinci

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM:

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM: STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA Arief Latu Suseno NIM: 13505019 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Algoritma Kriptografi Modern (Bagian 2)

Algoritma Kriptografi Modern (Bagian 2) Algoritma Kriptografi Modern (Bagian 2) 1 Mode Operasi Cipher Blok Mode operasi: berkaitan dengan cara blok dioperasikan Ada 4 mode operasi cipher blok: 1. Electronic Code Book (ECB) 2. Cipher Block Chaining

Lebih terperinci

LAMPIRAN A ALGORITMA AES 128

LAMPIRAN A ALGORITMA AES 128 LAMPIRAN A ALGORITMA AES 128 AES (Advanced Encryption Standard) Algoritma AES diperoleh melalui kompetisi yang dilakukan pada tahun 1997 oleh NIST (National Institute of Standard and Technology) untuk

Lebih terperinci

ALGORITMA LOGICAL CIPHER

ALGORITMA LOGICAL CIPHER ALGORITMA LOGICAL CIPHER Latar Belakang Kerahasiaan dan keamanan saat melakukan pertukaran data adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi data, baik untuk tujuan keamanan bersama, maupun untuk privasi

Lebih terperinci

ANALISA ALGORITMA BLOCK CIPHER DALAM PENYANDIAN DES DAN PENGEMBANGANNYA

ANALISA ALGORITMA BLOCK CIPHER DALAM PENYANDIAN DES DAN PENGEMBANGANNYA ANALISA ALGORITMA BLOCK CIPHER DALAM PENYANDIAN DES DAN PENGEMBANGANNYA Stefanus Astrianto N NIM : 13504107 Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Perkembangan dari teknologi informasi dan komunikasi semakin merambah pada berbagai sisi kehidupan. Kemajuan informasi banyak sekali memberikan keuntungan dalam

Lebih terperinci