Assessment of Patients (AOP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Assessment of Patients (AOP)"

Transkripsi

1 Assessment of Patients (AOP) AOP 1 STANDAR TUJUAN ELEMEN TERUKUR LIHAT JUGA Semua kebutuhan pasien Pasien yang menjalani pengobatan di 1. Kebijakan dan Standar ACC 1 yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap perlu Prosedur Operasional Prosedur perawatan di rumah dinilai secara lengkap mengenai Rumah Sakit yang menjelaskan sakit perlu diidentifikasi alasan pasien berobat. informasi yang perlu diperoleh melalui proses penilaian Informasi yang diberikan serta untuk penilaian pasien rawat yang ditetapkan oleh prosedur yang dijalankan adalah inap. suatu kebijakan. adalah tergantung kebutuhan pasien 2. Kebijakan dan Standar dan tempat pelayanan (rawat Prosedur Operasional Rumah inap/rawat jalan). Sakit yang menjelaskan Rumah sakit memiliki kebijakan dan informasi yang perlu diperoleh standar prosedur operasional yang untuk penilaian pasien rawat menentukan informasi yang jalan. diperlukan untuk penilaian pasien 3. Kebijakan Rumah Sakit yang serta didokumentasikan. menentukan informasi yang perlu didokumentasikan untuk penilaian pasien. KOMPONEN YANG HARUS DIMILIKI Kebijakan Rumah Sakit mengenai proses penilaian pasien rawat inap dan rawat jalan. Kebijakan RS mengenai dokumentasi atas informasi yang diperoleh untuk proses penilaian pasien (rekam medis) Kebijakan RS mengenai administrasi pasien rawat inap dan rawat jalan. S.A. Timeline 1/36

2 1.1 Rumah Sakit menetapkan isi minimal penilaian pasien berdasarkan UU/Peraturan yang berlaku dan standar profesional Untuk penilaian kebutuhan pasien secara konsisten maka rumah sakit harus menentukan isi minimum penilaian pasien yang dilakukan oleh dokter, perawat dan bidang klinis lainnya. Penilaian yang dilaksanakan adalah sesuai dengan ruang lingkup praktik, UU/Peraturan, sertifikasi. Hanya individu yang memenuhi kualifikasi yang melakukan penilaian. Setiap format penilaian yang digunakan mencerminkan kebijakan yang dibuat. Rumah sakit menetapkan kegiatan penilaian untuk rawat inap/rawat jalan. Rumah sakit menetapkan elemenelemen umum suatu penilaian dan perbedaan penilaian medis umum dan spesialistik. Semua isi penilaian harus tersedia saat pengobatan dimulai. 1. Isi minimum penilaian untuk setiap bidang yang melakukan penilaian dan yang perlu ada dalam anamnesa dan pemeriksaan fisik. 2. Hanya individu yg memiliki ijazah yang diakui oleh hukum yang berlaku atau sertifikat yang dapat melakukan penilaian pasien. 3. Isi minimum penilaian yang harus dilakukan untuk pasien rawat inap diatur dalam kebijakan. 4. Isi minimum penilaian yang harus dilakukan untuk pasien rawat jalan diatur dalam kebijakan. ASC3 ME3 ASC4 AOP1.2- ME 1 Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit. Standar Pelayanan Medik Departemen. Previledge Dokter. Kompetensi tenaga medik yang melakukan penilaian pasien. Kompetensi tenaga medik yang melakukan tindakan anestesi. 2/36

3 1.2 Pada penilaian awal pasien terdapat evaluasi fisik, psikologis, sosialekonomi, riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik. Penilaian awal pasien sangat penting, karena memuat informasi untuk: Mengerti kebutuhan pasien. Menentukan jenis perawatan yang terbaik. Menentukan diagnosis awal. Mengetahui respons pasien terhadap perawatan sebelumnya Penilaian awal meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik., psikologis, sosial-ekonomi (informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya dan keluarga dapat mempengaruhi respons terhadap penyakit dan pengobatan. Faktor yang paling penting adalah penilaian tersebut lengkap dan tersedia. (MCI7,ME2) untuk individu yang merawat pasien (AOP1.7, mengenai penilaian nyeri) 1. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap memiliki penilaian awal yang mencakup riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam kebijakan rumah sakit. 2. Setiap pasien dinilai status psikologis awal. 3. Setiap pasien dinilai status sosial dan ekonomi awal. 4. Penilaian awal menghasilkan diagnosis awal. AOP1.1 ME 3 Kebijakan mengenai isi penilaian awal pasien di rawat jalan dan rawat inap. Formulir Penilaian Awal Pasien yang lengkap. (anamnesa, status psikologis, status sosialekonomi, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, diagnosa awal) 3/36

4 1.3 Kebutuhan medis dan keperawatan pasien teridentifikasi dalam penilaian awal dan dicatat dalam rekam medis. Penilaian awal pasien terutama bertujuan untuk mengerti kebutuhan medis dan keperawatan pasien sehingga perawatan dan pengobatan dapat dimulai. Untuk mencapai hal ini maka rumah sakit menentukan isi minimum penilaian medis dan keperawatan awal serta penilaian lainnya (AOP 1.1), kurun waktu penilaian harus diselesaikan (AOP 1.4) dan dokumentasi yang dibutuhkan untuk penilaian (AOP 1.5). Meskipun penilaian medis dan keperawatan paling penting untuk memulai perawatan, penilaian tambahan lain mungkin diperlukan, seperti penilaian khusus (AOP 1.8), dan penilaian nyeri (AOP 1.7). Penilaian ini harus terintegrasi (AOP 4) dan teridentifikasi kebutuhan perawatan yang paling mendesak (AOP.1) 1. Identifikasi dan dokumentasi kebutuhan medis pasien dalam penilaian awal yang mencakup riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan penilaian lainnya berdasarkan kebutuhan pasien. 2. Identifikasi dan dokumentasi kebutuhan keperawatan pasien berdasarkan kebutuhan pasien. 3. Kebutuhan medis pasien tercatat dalam rekam medis. 4. Kebutuhan keperawatan pasien tercatat dalam rekam medis. 5. SPO/Kebijakan disusun agar semua hal dijalankan secara konsisten. Kebijakan mengenai isi penilaian awal medis dn keperawatan. Kebijakan RS mengenai dokumentasi atas informasi untuk proses penilaian medis dan keperawatan (rekam medis) Formulir penilaian/pengkajian awal dokter. Formulir penilaian/pengkajian awal perawat. AOP Penilaian awal medis dan keperawatan terhadap pasien gawat darurat adalah berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien. Dalam keadaan gawat darurat, jika pencatatan riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka untuk pasien yang memerlukan tindakan operasi dibuat 1. Penilaian medis pasien gawat darurat adalah berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien. 2. Penilaian keperawatan pasien gawat darurat adalah berdasarkan kebutuhan dan Kebijakan penilaian awal medis dan keperawatan pasien di unit gawat darurat. Formulir penilaian awal 4/36

5 catatan singkat dan diagnosis preoperasi. kondisi pasien. 3. Jika perlu operasi, setidaknya terdapat catatan singkat dan diagnosa pre-operasi yang tercatat sebelum operasi. dokter di unit gawat darurat. Formulir penilaian awal perawat di unit gawat darurat. Informed consent. 5/36

6 1.4 AOP Penilaian pasien diselesaikan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh rumah sakit. Penilaian awal medis dan keperawatan dilengkapi dalam waktu 24 jam setelah pasien Untuk memulai pengobatan yang tepat dan cepat maka penilaian awal harus cepat diselesaikan. RS menentukan kerangka waktu untuk melengkapi penilaian medis dan keperawatan dan dapat berbeda untuk area/layanan yang berbeda, bergantung pada jenis pasien yang dirawat, kompleksitas, lama, dan kondisi perawatan. Apabila penilaian dilakukan sebagian/seluruhnya di luar RS maka hasil ditinjau ulang pada saat penerimaan rawat inap, sesuai dengan jeda waktu antara penilaian diluar dan saat penerimaan pasien (AOP 1.4.1), bagaimana kondisi, kompleksitas, serta perawatan & pengobatan yang direncanakan. (pastikan kejelasan diagnosa, prosedur & pengobatan yang direncanakan; pemeriksaan radiologi pre-operasi yang diperlukan; adanya perubahan kondisi pasien seperti kontrol gula darah serta pemeriksaan laboratorium yang penting & perlu diulang. Penilaian awal medis dan keperawatan dilengkapi dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit atau lebih awal jika 1. Menetapkan kerangka waktu yang tepat untuk melakukan penilaian untuk semua jenis perawatan dan layanan. 2. Penilaian ini diselesaikan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh RS. 3. Semua penilaian yang dilakukan di luar RS,ditinjau dan/atau diverifikasi pada saat penerimaan pasien rawat inap. 1. Penilaian awal medis diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap atau lebih awal, AOP MCI.6, AOP 4 Kebijakan mengenai : Kerangka waktu pasien diperiksa oleh dokter jaga di unit gawat darurat. Kerangka waktu pasien diperiksa oleh dokter konsultan di unit gawat darurat. Kerangka waktu pasien diobservasi di unit gawat darurat. Kerangka waktu pasien diperiksa/dinilai oleh dokter di ruang rawat inap. Kerangka waktu pasien dinilai ulang oleh dokter di ruang perawatan setelah pasien dipindahkan dari unit perawatan intensive ke unit perawatan biasa. Kerangka waktu pasien mendapatkan hasil lab. Kerangka waktu pasien mendapatkan hasil radiologi. Penerimaan rujukan pasien dari luar RS. Kerangka waktu penilaian awal medis dan keperawatan - harus diselesaikan 6/36

7 masuk rawat inap atau lebih awal, tergantung pada kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit. pasien memerlukan penilaian diselesaikan lebih awal. Untuk itu maka pasien gawat darurat dinilai sesegera mungkin. Kebijakan dapat menentukan kelompok mana yang dinilai dalam kerangka waktu kurang dari 24 jam. Jika penilaian awal medis yang dilakukan di luar rumah sakit (rawat jalan/rawat inap) sudah lebih dari 30 hari dari saat pasien hendak dirawat,maka penilaian awal (riwayat medis dan pemeriksaan fisik)harus diulang. Perubahan signifikan yang didapatkan sejak 30 hari sebelum penerimaan sebagai pasien rawat inap harus dicatat. Pemeriksaan ulang ini dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang memiliki kualifikasi (AOP 4, pernyataan tujuan) tergantung kondisi pasien atau kebijakan RS 2. Penilaian awal keperawatan dilakukan dalam waktu 24 jam pertama setelah pasien masuk rawat inap atau lebih awal, tergantung kondisi pasien atau kebijakan RS 3. Hasil penilaian awal medis yang dilakukan sebelum pasien masuk rawat inap atau sebelum prosedur rawat jalan di rumah sakit adalah tidak lebih dari 30 hari. Jika lebih maka riwayat kesehatan harus diperbaharui dan pemeriksaan fisik diulang. 4. Untuk penilaian yang kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang signifikan sejak pasien mulai dirawat harus tercatat dalam rekam medis. dalam waktu 24 setelah pasien masuk rawat inap - Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik harus diulang jika penilaian awal sebelum pasien dirawat telah lebih dari 30 hari dan perubahan signifikan selama 30 hari perawatan sebelumnya harus tercatat dalam rekam medik. 7/36

8 1.5 Temuan penilaian didokumentasikan dalam rekam medis dan tersedia bagi mereka yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien. Temuan penilaian selama perawatan digunakan untuk mengevaluasi perkembangan & memahami kebutuhan penilaian ulang. Oleh karena itu penting didokumentasikan dengan baik, dan dengan cepat dan mudah dapat dimintakan ke bagian rekam medik jika diperlukan. Penilaian medis dan keperawatan pasien didokumentasikan dalam rekam medis dalam kurun waktu 24 pertama setelah pasien masuk rawat inap 1. Temuan penilaian didokumentasikan dalam rekam medis. 2. Semua yang merawat pasien dapat menemukan dan mengambil penilaian pasien yang diperlukan dari rekam medis atau standar lokasi lain yang mudah diakses. 3. Penilaian medis terdokumentasi dalam rekam medis tidak lebih dari 24 jam sejak pasien dirawat. 4. Penilaian keperawatan terdokumentasi dalam rekam medis tidak lebih dari 24 jam sejak pasien dirawat. MCI 1.9 ME 1 MCI 7, ME 2 Kebijakan mengenai isi rekam medik. Kebijakan mengenai isi dan kelengkapan rekam medik. Kelengkapan pencatatan penilaian medis dan keperawatan. AOP Penilaian awal medis didokumentasikan sebelum tindakan anestesi dan operasi. Hasil penilaian medis dan semua uji diagnostik yang ada dicatat dalam rekam medis sebelum tindakan anestesi atau operasi. 1. Dilakukan penilaian medis awal sebelum operasi. 2. Penilaian medis terdokumentasi sebelum pasien dioperasi. ASC 7 ME 1&2 Kebijakan mengenai informed consent. Kebijakan mengenai time out. Kebijakan mengenai persiapan operasi. Formulir penilaian awal anestesi. Dokumentasi pelaksanaan time out. 8/36

9 1.6 Pasien diskrining status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk penilaian dan pengobatan lebih lanjut jika diperlukan. Dari informasi yang didapat pada saat melakukan penilaian awal medis dan keperawatan dapat diperoleh gambaran mengenai status gizi atau status fungsional pasien, termasuk risiko jatuh. Sehingga dapat ditentukan apakah pasien memerlukan intervensi gizi dan layanan rehabilitasi medis/layanan lain. Cara paling efektif adalah melalui kriteria skrining. Misalnya pada penilaian awal keperawatan ditetapkan kriteria risiko gizi, penata diet (dietitian) yang akan menyediakan intervensi diet yang direkomendasikan dan ahli gizi (nutritionist) yang mengintegrasikan kebutuhan gizi dengan kebutuhan lain pasien (COP 5) 1. Kualifikasi petugas untuk menentukan kriteria pasien yang membutuhkan penilaian gizi lebih lanjut. 2. Pada penilaian awal, pasien diperiksa untuk risiko gizi. 3. Pasien yang berisiko memiliki masalah gizi menurut kriteria tersebut akan dinilai status gizinya. 4. Kualifikasi individu untuk melakukan penilaian fungsional lebih jauh. 5. Skrining kebutuhan fungsional pasien adalah bagian dari penilaian awal. 6. Yang membutuhkan penilaian fungsional menurut kriteria tersebut dirujuk untuk penilaian. IPSG.6 (risiko jatuh) IPSG.6 ME 2 Penilaian awal keperawatan yang memuat skrining risiko gizi, penilaian fungsional pasien termasuk skrining risiko jatuh. Kompetensi perawat. Kebijakan mengenai pelayanan gizi di rawat inap. Kebijakan mengenai monitoring dan evaluasi gizi di rawat inap Kompetensi dietitian dan ahli gizi. Kebijakan mengenai pelayanan rehabilitasi medik di rawat inap. 9/36

10 1.7 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan mendapat skrining dan pengkajian nyeri. Pada penilaian awal dan penilaian ulang, setiap pasien dengan rasa nyeri dilakukan skrining dan pengkajian nyeri. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan usia pasien serta mengukur intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter,frekuensi, lokasi, lama nyeri. Penilaian ini dicatat kemudian dilakukan penilaian ulang, dibuat tindak lanjut sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien. 1. Pasien diperiksa untuk rasa nyeri. 2. Jika nyeri teridentifikasi pada pemeriksaan maka pasien dirujuk atau rumah sakit melakukan penilaian komprehensif sesuai dengan usia pasien dan mengukur intensitas dan kualitas nyeri, seperti sifat,frekuensi, lokasi dan lama nyeri. 3. Penilaian ini dicatat, ada penilaian ulang, dan tindak lanjut sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien. COP6 Kebijakan mengenai penatalaksanaan nyeri. Kriteria penilaian nyeri. Kerangka waktu penilaian ulang dan tindak lanjut pada pasien yang mengalami nyeri. 10/36

11 1.8 AOP 1.9 Rumah sakit melakukan penilaian awal secara individual terhadap populasi khusus. Penilaian dan penilaian ulang terhadap pasien Secara khusus, jika RS melayani satu atau lebih pasien dengan kebutuhan khusus seperti di bawah ini, rumah sakit melakukan penilaian yang ditujukan khusus untuk individual berikut: Anak-anak Remaja Orang tua yang lemah Pasien dengan sakit terminal/std.akhir. Pasien dengan nyeri hebat/kronis. Wanita bersalin Wanita yang mengalami terminasi kehamilan Pasien dengan gangguan emosi atau kejiwaan. Pasien yg dicurigai memiliki ketergantungan obat &/ alkohol Korban penganiayaan dan penelantaran. Pasien dengan penyakit menular atau yang dapat berjangkit. Pasien yang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi. Pasien yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Penilaian dan penilaian ulang harus mengevaluasi, seperti : 1. Rumah sakit menetapkan kriteria yang mengidentifikasikan kapan diperlukan penilaian yang lebih khusus dan mendalam secara tertulis. 2. Proses penilaian untuk pasien dengan kebutuhan khusus dimodifikasi secara tepat untuk mencerminkan/ sesuai dengan kebutuhan mereka. 1. Pasien yang akan meninggal dan keluarga dinilai dan dinilai Kebijakan yang menetapkan pasien yang memerlukan penilaian khusus secara tertulis. Penilaian awal untuk pasien dengan kebutuhan khusus (populasi khusus). Penilaian terhadap pasien yang akan 11/36

12 1.10 yang akan meninggal dan keluarganya berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing. Penilaian awal termasuk penentuan dibutuhkan atau tidaknya penilaian khusus tambahan. a. Gejala seperti mual dan kesulitan bernapas. b. Faktor yang meringankan atau memperburuk gejala fisik. c. Pengelolalaan gejala saat ini dan respons pasien. d. Pengarahan spiritual pasien dan keluarganya dan keterlibatan dalam suatu kelompok keagamaan sebagaimana diperlukan. e. Kebutuhan spiritual pasien dan keluarganya seperti putus asa,rasa bersalah, tersiksa atau pengampunan. f. Status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga, reaksi pasien/keluarga terhadap penyakit. g. Kebutuhan untuk dukungan atau peristirahatan bagi pasien, keluarga atau pengasuh lainnya. h. Kebutuhan alternatif. i. Faktor resiko pihak yang ditinggalkan, spt mekanisme keluarga dalam mengatasi kesedihan. Penilaian awal dapat mengidentifikasi kebutuhan akan penilaian lain seperti gigi, THT, mata,dsb. RS merujuk pasien untuk penilaianpenilaian semacam ini jika tersedia dalam RS/masyarakat. ulang untuk elemen a s/d i. 2. Temuan penilaian menjadi panduan perawatan dan layanan yang disediakan. 3. Temuan penilaian didokumentasikan dalam rekam medis. 1. Jika diperlukan penilaian khusus tambahan maka pasien dapat dirujuk internal atau external rumah sakit. 2. Penilaian khusus yang dilakukan terdokumentasi dalam rekam medis. AOP2 ME2 ACC 3, ME 1 meninggal. Dokumentasi terhadap penilaian pasien yang akan meninggal dalam rekam medis. Formulir penilaian mata. Formulir penilaian gigi. Formulir penilaian THT. AOP Penilaian awal termasuk Kelanjutan perawatan memerlukan 1. Ada proses yang ACC3 ME2 Penilaian awal medis 12/36

13 1.11 penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan. persiapan dan pertimbangan khusus untuk beberapa pasien. RS menyusun mekanisme seperti kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan perencanaan pulang karena usia, hambatan mobilitas, kebutuhan medis dan perawatan yang terusmenerus atau memerlukan bantuan untuk kegiatan sehari-hari. Karena pengaturan/persiapan untuk pemulangan memerlukan waktu maka proses penilaian dan perencanaan dimulai secepat mungkin setelah pasien masuk rawat inap. mengidentifikasi rencana pulang pasien. 2. Rencana pemulangan pasien dibuat sejak awal pasien masuk rawat inap. ACC3 ME4 yang memuat rencana pulang pasien. Penilaian keperawatan mengenai persiapan pemulangan pasien. 13/36

14 2 AOP 3 Semua pasien dinilai ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatannya utk memastikan respon pengobatan serta merencanakan pengobatan selanjutnya atau dipulangkan. Kualifikasi individu dalam melaksanakan penilaian dan penilaian Penilaian ulang penting untuk mengetahui apakah pengobatan sesuai dan efektif. Penilaian ulang berdasarkan kebutuhan dan perencanaan perawatan sebagaimana ditetapkan oleh kebijakan dan prosedur RS. Penilaian ulang dicantumkan dalam rekam medis sebagai informasi untuk digunakanoleh semua yang merawat pasien tersebut. (MCI 19.1, ME5) Dokter menilai pasien dalam kondisi akut setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan dan ketika kondisi pasien berubah signifikan. Penilaian ulang dilakukan dan hasilnya dituliskan pd rekam medis : Pd interval waktu yg teratur (misalnya pencatatan tanda vital oleh perawat) Setiap hari oleh dokter seperti yang diatur oleh kebijakan RS. Bila ada perubahan signifikan pada kondisi pasien. Diagnosa pasien berubah dan perawatan yang diperlukan berubah. Untuk mengetahui keberhasilan pengobatan atau prosedur dan pasien dapat dipulangkan. Penilaian dilakukan oleh mereka yang memiliki kualifikasi dan tanggung jawab secara tertulis, 1. Penilaian ulang untuk menentukan respons pengobatan. 2. Penilaian ulang untuk menentukan kelanjutan pengobatan maupun perencanaan pemulangan pasien. 3. Interval penilaian ulang disesuaikan dengan perubahan signifikan kondisi pasien, rencana perawatan dan kebutuhan individual berdasarkan kebijakan dan prosedur RS. 4. Dokter menilai ulang pasien setidaknya setiap hari termasuk selama akhir pekan selama fase akut perawatan dan pengobatan. 5. Untuk pasien non-akut, rumah sakit membuat kebijakan dalam kondisi apa pasien diperbolehkan dinilai oleh dokter kurang dari sekali sehari dan menetapkan minimal interval penilaian untuk pasien tersebut. 6. Penilaian ulang didokumentasikan dalam rekam medis. 1. Individu yg memenuhi persyaratan utk melakukan penilaian dan penilaian ulang ASC 5.3 ME 1&2 ASC 7.3 &2 COP 5 ME 3 MMU 7 ME 1 ACC 3 ME 2&3 COP 7.1 ME 2 ASC 5.3 ME 1&2 AOP 1.9 ME 2 ASC 3 ME 1 ASC 5.3 ME 1 Ijazah tenaga medis. Sertifikat tenaga medis. Kompetensi tenaga 14/36

15 ulang. dalam ruang lingkup praktik, lisensi, undang-undang dan peraturan yang berlaku serta tersertifikasi. pasien ditentukan oleh RS. 2. Hanya individu yang mempunyai lisensi, diijinkan oleh UU & peraturan yang berlaku / sertifikasi yang melakukan penilaian. 3. Penilaian darurat dilakukan oleh individu yang memiliki kompetensi. 4. Penilaian keperawatan dilakukan oleh individu yang memiliki kompetensi. 5. Mereka yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penilaian dan penilaian ulang mempunyai tanggung jawab yang ditetapkan secara tertulis, SQE 1.1 &2. SQE.10 medis. Uraian tugas tenaga medis. Previledge dokter. 15/36

16 4 AOP 4.1 Dokter,perawat serta semua yang terlibat dalam perawatan pasien bekerja sama untuk menganalisa dan mengintegrasikan penilaian pasien Teridentifikasinya kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting. Pasien dapat menjalani berbagai penilaian di luar dan di dalam RS oleh berbagai departemen. Sehingga kemungkinan dalam rekam medik terdapat berbagai informasi, hasil uji, dan data (AOP 1.4.1) Adalah bermanfaat jika seluruh staf yang bertanggung jawab atas pasien bekerjasama menganalisa hasil temuan penilaian dan menggabungkan informasi tersebut menjadi satu gambaran menyeluruh mengenai kondisi pasien. Integrasi hasil temuan akan memfasilitasi koordinasi penyediaan perawatan (COP 2) AOP.4 1. Data dan informasi penilaian pasien dianalisa dan terintegrasi. 2. Semua yang bertanggung jawab atas perawatan pasien berpartisipasi dalam proses. AOP Kebutuhan pasien diprioritaskan sesuai dengan hasil penilaian. 2. Pasien dan/ keluarganya terinformasi mengenai hasil proses penilaian & diagnosa ketika dikonfirmasi. 3. Pasien dan/ keluarganya terinformasi mengenai perawatan dan rencana pengobatan serta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang prioritas kebutuhan yg harus dipenuhi. COP.1 PFR2.1 PFR2.1 ME2&4. ACC1.2 ME5 Penilaian pasien yang terintegrasi. 16/36

17 LABORATORIUM AOP 5 Pelayanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mengacu pada standar lokal, nasional, peraturan dan UU yang berlaku. Rumah sakit memiliki sistem untuk mendukung pelayanan laboratorium termasuk layanan patologi klinik yang dibutuhkan oleh populasi pasien, dokter dan layanan klinis yang disediakan. Layanan laboratorium termasuk yang diperlukan untuk keadaan darurat disediakan RS atau RS lain atau keduanya dan tersedia setelah jam kerja. Untuk pelayanan yang dirujuk keluar harus mudah dicapai. Penilaian lab rujukan berdasarkan rekomendasi direktur atau orang lain yang bertanggung jawab terhadap pelayanan lab. Lab tersebut harus memenuhi peraturan dan UU yang berlaku serta laporan yang akurat dan tepat waktu. Pasien diinformasikan jika lab rujukan tersebut dimiliki oleh dokter yang merujuk. 1. Standar lokal dan nasional (Depkes), peraturan dan undang undang nasional yang berlaku (UU No 23, Th 1992) 2. Pelayanan laboratorium memadai, teratur,dan nyaman. 3. Pelayanan laboratorium emergensi tersedia 24 jam. 4. Laboratorium rujukan dipilih berdasarkan rekomendasi direktur dan memiliki riwayat kinerja yang baik serta terdaftar di Depkes. 5. Pasien diinformasikan jika ada pemeriksaan yang dirujuk dan hubungan laboratorium tersebut dengan dokter yang merujuk. GLD 6.1 Standar pelayanan laboratorium Denah ruangan dan alat. Alur pelayanan. Jadwal dinas dan buku pelayanan Kriteria pemilihan laboratorium rujukan dan hasil QC lab tersebut. Formulir khusus pemberitahuan ke pasien. 17/36

18 5.1 Adanya program K3 laboratorium yang dilaksanakan dan didokumentasikan. Laboratorium memiliki program keamanan disesuaikan dengan resiko dan bahan berbahaya yang ada di laboratorium. Program ini membahas praktek keselamatan dan pencegahan (misalnya stasiun cuci mata, alat untuk mengatasi tumpahan dan semacamnya) kepada petugas lab, karyawan lain dan pasien. Program K3 laboratorium terkoordinasi dengan program K3 rumah sakit. Program ini mencakup : Kebijakan dan prosedur tertulis untuk menunjang kebutuhan terhadap standar dan peraturan yang berlaku. Kebijakan dan prosedur tertulis untuk penanganan bahan infeksius dan berbahaya. Tersedianya peralatan K3 yang sesuai dengan praktek laboratorium dan jenis bahan berbahaya. Semua petugas lab sudah mengikuti orientasi mengenai prosedur dan praktek K3. 1. Adanya program K3 laboratorium sesuai resiko yang mungkin terjadi di lab dan sekitar lab. 2. Program tersebut terkoordinasi dengan program K3 rumah sakit. 3. Prosedur penanganan bahan berbahaya dan menular serta pembuangan limbah. 4. Tersedia peralatan K3 di laboratorium. 5. Petugas laboratorium sudah mengikuti orientasi dan mendapat pelatihan. 6. Petugas laboratorium mendapatkan orientasi bila ada prosedur baru dan bahan berbahaya baru. FMS.4 FMS.5 FMS.4 ME2 FMS.5 ME2 FMS.5 ME5 FMS.11 GLD 5.4 &2 GLD 6.1 ME 1 SQE.8 ME3&4 Pedoman K3 di laboratorium. Program K3 RS. Pembuangan dan kontrol limbah cair RS. Penanganan sampah medis tajam. Penanganan limbah laboratorium. Daftar inventaris peralatan. Program orientasi petugas lab disertai bukti orientasi. 18/36

19 5.2 Pemeriksaan dan interprestasi hasil dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi dan pengalaman. Rumah sakit menetapkan mana petugas yang melakukan pemeriksaan dan petugas yang melakukan pengawasan langsung. Supervisor dan teknikal laboratorium tersebut sudah memiliki keterampilan, pelatihan dan sudah mendapatkan orientasi sesuai dengan bidang tugasnya. Teknisi diberi tugas sesuai dengan Pelatihan dan pengalaman mereka. Selain itu terdapat jumlah petugas yang cukup agar pemeriksaan dapat dilakukan segera selama jam operasional dan untuk keadaan darurat. 1. Petugas yang melakukan pemeriksaan dan mengawasi pemeriksaan diidentifikasi. 2. Petugas yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang melakukan pemeriksaan. 3. Petugas yang memiliki kualifikasi yang melakukan interpretasi hasil. 4. Jumlah petugas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. 5. Supervisor memiliki kualifikasi dan pengalaman. 6. Petugas teknis memiliki kualifikasi dan pengalaman. SQE4 SQE4 Uraian tugas supervisor dan teknikal staf. Uraian tugas administrasi. Uraian tugas dokter spesialis patologi klinik Analisa beban kerja. Kompetensi petugas lab. 19/36

20 5.3 AOP AOP 5.4 Hasil lab selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adanya proses utk melaporkan hasil kritis critical result pemeriksaan laboratorium. Semua peralatan laboratorium memiliki jadwal kalibrasi, Rumah sakit menetapkan kerangka waktu untuk pelaporan hasil laboratorium. Penetapan waktu selesainya hasil pemeriksaan lab berdasarkan kebutuhan pasien, jenis pelayanan dan kebutuhan klinis. Termasuk pelayanan gawat darurat dan hari libur. Bila pemeriksaan dirujuk ke luar maka hasil pemeriksaan dilaporkan sesuai dengan perjanjian atau kebijakan rumah sakit atau kontrak kerja. (AOP 5.3.1) Pelaporan hasil kritis (hasil di luar nilai normal berisiko tinggi dan mengancam jiwa) menyangkut keselamatan pasien. Rumah sakit menyusun sistim pelaporan yang jelas sehingga petugas lab, perawat waspada terhadap hasil kritis dan menentukan bagaimana petugas harus mendokumentasikan komunikasi tersebut. Proses ini menjadi pedoman bagi dokter untuk meminta dan menerima hasil lab yang emergensi atau CITO. Termasuk oleh & kepada siapa hasil kritis dilaporkan, metode untuk memonitor kepatuhan. Petugas laboratorium harus memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik dan aman 1. Rumah sakit telah menetapkan waktu pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium. 2. Ketetapan waktu pelaporan pemeriksaan darurat diukur. 3. Hasil laboratorium dilaporkan sesuai dengan kerangka waktu yang sudah dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasien. 1. Metode kolaborasi digunakan untuk membuat proses pelaporan hasil kritis. 2. Proses menetapkan batasan nilai yang menunjukkan hasil kritis untuk tiap pemeriksaan laboratorium. 3. Proses menetapkan oleh siapa dan kepada siapa hasil kritis dilaporkan dan didokumentasikan di rekam medis pasien. 4. Proses dimonitor untuk kepatuhan dan dimodifikasi sesuai dgn hasil monitor. 1. Ada program manajemen peralatan laboratorium. 2. Termasuk pemilihan alat dan ASC7 IPSG2 ME2&4 AOP 5.3 FMS.8 ME 1 Buku panduan pemeriksaan laboratorium. Kerangka waktu hasil pemeriksaan laboratorium. Sasaran mutu Penetapan program manajemen peralatan yang didalamnya 20/36

21 pengawasan, pemeliharaan dan dokumentasi kegiatan tersebut. bagi operator. Program pemeliharaan alat mencakup : 1. Pemilihan, penetapan dan pembelian alat. 2. Identifikasi dan inventarisasi alat. 3. Penilaian penggunaan alat melalui pengawasan, pengujian, kalibrasi dan pemeliharaan berkala. 4. Memonitor dan menindak lanjuti adanya tanda bahaya dari alat, penarikan kembali, insiden, masalah dan kegagalan yang dilaporkan. 5. Dokumentasi program manajemen. Frekuensi kalibrasi, pemeliharan dan uji coba disesuaikan dengan penggunaan alat dan riwayat service yang lalu. penetapan peralatan. 3. Termasuk inventarisasi peralatan. 4. Termasuk pengawasan dan pengujian peralatan. 5. Termasuk kalibrasi dan pemeliharaan alat. 6. Termasuk monitor dan follow up 7. Semua pengujian, pemeliharaan, kalibrasi peralatan didokumentasi dengan baik. FMS 8 ME 2 FMS 8 ME 3 FMS 8 ME 4 FMS 8 ME 5 FMS 8.1 mencakup : Pemilihan dan penetapan alat. Daftar inventaris peralatan. Pencatatan suhu ruangan Pengawasan dan uji coba peralatan. Jadwal kalibrasi alat, Hasil kalibrasi, Hasil evaluasi. 21/36

22 5.5 Semua reagen dan kebutuhan lainnya tersedia dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan presisi hasil. Rumah sakit mengidentifikasi reagen dan kebutuhan lainnya untuk memberikan pelayanan laboratorium kepada pasien. Ada proses untuk pemesanan/ pengamanan reagen tersebut. Semua reagen disimpan dan diberikan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi berkala terhadap semua reagen untuk memastikan akurasi dan ketepatan hasil. Reagensia dan larutan harus dilengkapi dengan petunjuk tertulis, diberikan label yang jelas serta dipastikan akurasi dan ketepatan semua hasil. 1. Identifikasi reagen dan kebutuhan lainnya secara teratur. 2. Reagen dan bahan penting lainnya tersedia dan ada proses untuk mengatasi kondisi bila reagen tidak tersedia 3. Penyimpanan reagen sesuai dengan petunjuk dari produsen atau instruksi kemasan. 4. Adanya program tertulis dan dilaksanakan untuk evaluasi semua reagen agar akurasi dan ketepatan hasil terjamin. 5. Semua reagen dan cairan diberikan label yang jelas dan benar. FMS 5 ME 1 FMS 5 ME 2 FMS 5 ME 7 Kebijakan mengenai permintaan, penyimpanan, dan evaluasi reagen. Daftar stok reagen. Label yang jelas dan benar. Hasil evaluasi reagen. 22/36

23 5.6 Prosedur pengumpulan, identifikasi, penanganan, transportasi secara aman, dan pembuangan spesimen Prosedur dibuat dan dilakukan untuk : 1. Permintaan pemeriksaan lab. 2. Pengumpulan dan identifikasi spesimen. 3. Transportasi, penyimpanan dan pengawetan spesimen. 4. Peneriman, pencatatan dan pelacakan spesimen. 5. Prosedur ini diawasi untuk spesimen yang dikirim ke laboratorium rujukan. 1. Prosedur permintaan pemeriksaan laboratorium. 2. Prosedur pengumpulan dan identifikasi spesimen. 3. Prosedur transportasi, penyimpanan dan pengawetan spesimen 4. Prosedur penerimaan, pencatatan dan pelacakan spesimen. 5. Prosedur diterapkan. 6. Pengawasan terhadap prosedur pengiriman spesimen ke lab rujukan. IPSG1 ME3 SPO permintaan pemeriksaan lab rujukan. SPO permintaan pemeriksaan lab. SPO persiapan bahan pemeriksaan laboratorium. Transportasi dan penyimpanan spesimen. SPO registrasi spesimen. Prosedur pengiriman spesimen rujukan. 23/36

24 5.7 Ada nilai referensi yang digunakan untuk interpretasi dan melaporkan hasil laboratorium. Laboratorium menetapkan rentang referensi atau nilai normal untuk setiap jenis pemeriksaan yang dilakukan. Rentang ini disertakan dalam rekam medis, baik sebagai bagian dari report atau termasuk dalam nilai yang telah disetujui oleh penanggung jawab laboratorium. Rentang akan disediakan bila pemeriksaan dirujuk ke lab rujukan. Rentang referensi tersebut sesuai dengan populasi dimana pasien berada dan diperbaharui serta ditinjau kembali jika ada perubahan metode. 1. Laboratorium menentukan rentang referensi untuk setiap pemeriksaan yang dilakukan. 2. Rentang tercantum dalam rekam medis/pencatatan klinis pada saat hasil dilaporkan. 3. Rentang disediakan jika pemeriksaan dirujuk ke lab rujukan. 4. Rentang sesuai dengan populasi (demografis dan geografis) pasien 5. Rentang ditinjau kembali dan diperbaharui jika diperlukan. Rentang referensi untuk setiap pemeriksaan. Arsip hasil pemeriksaan lab rujukan. 24/36

25 5.8 Pelayanan laboratorium klinis dan patologis dipimpin oleh seorang yang memenuhi kualifikasi. Pelayanan lab klinis di bawah pimpinan seorang yang kualifikasinya telah mengikuti pelatihan, pengalaman dan konsisten sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Bertanggung jawab secara profesional terhadap fasilitas dan pelayanan yang ada di lab. Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan yang dilaksanakan di luar lab termasuk pemeriksaan point-of-care. Pengawasan lab rujukan mencakup memastikan konsistensi atas kebijakan di tingkat rumah sakit misalnya pelatihan dan penyediaan. Bila akan memberi konsultasi klinik / pendapat medis maka dia haruslah dokter, lebih baik lagi seorang ahli patologi. Pelayanan lab spesialistik dan subspesialistik di bawah pelaksanaan individu yang berkualifikasi. Tangggung jawab seorang penanggung jawab laboratorium adalah : - Menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur. - Pengawasan administrasi. - Menjalankan program QC - Merekomendasikan pelayanan laboratorium rujukan. - Memantau dan meninjau semua pelayanan laboratorium. 1. Lab klinik dibawah pimpinan seorang atau lebih orang yang memenuhi kualifikasi. 2. Bertanggung jawab untuk menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur. 3. Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi laboratorium. 4. Bertanggung jawab terhadap pemantauan mutu. 5. Bertanggung jawab terhadap pemilihan laboratorium rujukan. 6. Bertanggung jawab memonitoring dan meninjau ulang semua pelayanan laboratorium di dalam atau di luar (lab rujukan). GLD 5 ME 1 GLD3.3 ME4 GLD ME2 GLD3.3 GLD Uraian Tugas Penanggung Jawab Laboratorium Klinik. 25/36

26 5.9 AOP Prosedur pemantauan mutu, dijalankan serta didokumentasikan. Adanya proses uji kelayakan (proficiency testing) Sistem pemantauan mutu penting bagi pelayanan laboratorium klinis dan patologis yang berkualitas. Prosedur pemantauan mutu meliputi : 1. Validasi metode pemeriksaan untuk akurasi, ketepatan dan rentang yang dilaporkan. 2. Pengawasan hasil setiap hari oleh petugas lab yang memenuhi kualifikasi. 3. Tindakan koreksi yang cepat terhadap kelalaian. 4. Uji coba reagen. 5. Dokumentasi hasil dan tindakan koreksi. Uji kelayakan menetapkan bagaimana hasil laboratorium seseorang dibandingkan bila pemeriksaan tersebut dilakukan di lab lain dengan metode yang sama. Uji coba ini dapat mengidentifikasikan bila terdapat masalah yang tidak terdeteksi oleh mekanisme internal. Oleh karena itu jika ada program uji kelayakan maka laboratorium harus mengikuti program tersebut. Atau sebagai alternatif, jika program tersebut tidak ada maka lab saling menukar sampel dengan lab lain dengan tujuan untuk verifikasi. Hasil kumulatif uji kelayakan ini harus disimpan dan ditindak lanjut. Semua program baik yang spesialistik maupun subspesialistik diikut sertakan dalam program uji kelayakan ini. 1. Ada program pemantauan mutu. 2. Terdapat validasi metode pemeriksaan. 3. Terdapat surveilans hasil pemeriksaan. 4. Terdapat tindakan koreksi bila terjadi kesalahan. 5. Pengarsipan hasil dan tindakan koreksi 6. Program diimplementasikan. 1. Laboratorium berpartisipasi dalam uji kelayakan. 2. Ada catatan kumulatif kepesertaan. 3. Program ini mencakup semua layanan dan pemeriksaan. AOP 5.5 Kebijakan mengenai pemantauan mutu laboratorium. Kebijakan mengenai pemusnahan berkas arsip laboratorium. Pelaporan hasil pemantauan mutu internal. Pencatatan dan tindakan koreksi terhadap kesalahan/kelalaian yang terjadi. Kebijakan mengenai pemantauan mutu laboratorium. Sertifikat dan pelaporan hasil pemantauan mutu eksternal. 26/36

27 5.10 AOP 5.11 Hasil pemantauan mutu laboratorium rujukan ditinjau ulang secara reguler. Rumah sakit memiliki akses dengan ahli di bidang diagnostik yang spesiaistik bila diperlukan. Bila rumah sakit menggunakan laboratorium jasa, laboratorium rujukan maka mereka harus mengirimkan laporan pemantauan mutu (QC) secara teratur dan ditinjau ulang oleh petugas yang memenuhi kualifikasi. Rumah sakit dapat mengidentifikasi dan menghubungi ahli lain seperti parasitologis, virologis, atau toksikologis bila diperlukan dan rumah sakit memiliki daftar ahli-ahli tersebut. 1. Hasil pemantauan mutu (QC) laboratorium rujukan ditinjau ulang secara berkala. 2. Hasil QC tersebut ditinjau ulang oleh individu yang memenuhi kualifikasi. 3. Individu tersebut melakukan tindak lanjut terhadap hasil QC tersebut. 4. Setiap tahun hasil penilaian tersebut dilaporkan kepada manajemen untuk ditinjau kembali dalam hal kerjasama. 1. Daftar nama ahli di bidang diagnostik khusus. 2. Para ahli tersebut dapat dihubungi bila diperlukan. Hasil pemantauan mutu laboratorium rujukan. Hasil peninjauan ulang. Kompetensi petugas yang melakukan peninjauan ulang. Bukti pelaporan hasil pemantauan mutu laboratorium rujukan ke manajemen. Daftar nama serta no telpon dan alamat parasitologist, virologist, atau toksikologist. Previledge dokter. 27/36

28 RADIOLOGY AOP 6 Pelayanan radiologi tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien dan semua pelayanan mengacu pada hukum dan peraturan yang berlaku. Rumah sakit mempunyai sistem untuk menyediakan layanan radiologi yang dibutuhkan pasien, memenuhi standar hukum dan peraturan yang berlaku. Layanan radilogi termasuk yang diperlukan untuk keadaan darurat disediakan rumah sakit atau rumah sakit lain atau keduanya dan tersedia setelah kerja. 1. Layanan radiologi memenuhi standar hukum dan peraturan yang berlaku. 2. Layanan radiologi yang memadai, teratur dan mudah tersedia. 3. Layanan radiologi tersedia untuk keadaan darurat dan tersedia setelah jam kerja. Standar Pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Depkes. Denah ruangan dan alat. Alur pelayanan. Jadwal dinas. Surat ijin pemakaian alat. Surat ijin dari BPTN. Penatalaksanaan pelayanan setelah jam kerja. AOP 6.1 Pelayanan Radiologi disediakan oleh rumah sakit atau tersedia melalui perjanjian dengan pihak luar. Untuk pelayanan yang dirujuk keluar harus mudah dicapai. Penilaian radiologi rujukan berdasarkan rekomendasi direktur atau orang lain yang bertanggung jawab terhadap pelayanan lab. Radiloagi tersebut harus memenuhi peraturan dan UU yang berlaku serta laporan yang akurat dan tepat waktu. Pasien diinformasikan jika radiologi rujukan dimiliki oleh dokter yang merujuk. 1. Radiologi rujukan dipilih berdasarkan rekomendasi direktur serta riwayat kinerja yang baik dan terdaftar di Depkes. 2. Pasien diinformasikan mengenai hubungan radiologi rujukan tersebut dengan dokter yang merujuk. GLD 6.1 Kriteria pemilihan radiologi rujukan. Perjanjian kerjasama dengan radiologi rujukan (jika ada) Hasil pemantauan mutu radiologi rujukan. 28/36

29 6.2 Program proteksi radiasi tersedia, dilaksanakan dan didokumentasikan. Rumah sakit memiliki program proteksi/keamanan radiasi yang meliputi seluruh komponen pelayanan radiologi termasuk laboratorium onkologi radiasi dan kateterisasi jantung. Program tersebut membahas keamanan dan tindakan pencegahan bagi petugas radiologi, petugas lain dan pasien. Program K3 radiologi mencakup : a. Kebijakan dan prosedur sesuai standar dan UU yang berlaku. b. Kebijakan dan prosedur penanganan bahan berbahaya dan menular. c. Tersedianya alat pelindung / proteksi radiasi. d. Pelatihan terhadap petugas radiologi mengenai proteksi radiasi dan aplikasinya. e. Petugas radiologi mendapatkan pelatihan jika terdapat prosedur baru dan bahan berbahaya baru. 1. Adanya program proteksi radiologi sesuai risiko yang mungkin terjadi di radiologi dan sekitar radiologi. 2. Program tersebut terkoordinasi dengan program K3 rumah sakit. 3. Kebijakan dan prosedur tertulis yang mengacu kepada standar,ketentuan dan UU yang berlaku. 4. Prosedur penanganan dan pembuangan bahan menular dan berbahaya. 5. Alat proteksi radiasi (seperti baju pelindung radiasi berlapis timah/lead apron, alat pengukur dosis paparan radiasi atau badges, dan semacamnya). 6. Petugas radiologi sudah mengikuti orientasi dan mendapat pelatihan. 7. Petugas radiologi mendapatkan orientasi bila ada prosedur baru dan bahan berbahaya baru. FMS 4 FMS 5 FMS 4 ME2 FMS 5 ME2,4 FMS 5 ME5 FMS 11 GLD 5.4 ME 1,2 SQE 8 ME3&4 Standar Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Radiologi. Adanya organisasi proteksi radiasi dan petugas memiliki surat izin sebagai petugas radiasi. Daftar peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan, pemantauan daerah kerja yang berfungsi baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. Pendidikan dan pelatihan petugas terhadap radiasi. Kalibrasi alat ukur radiasi berkala, minimal 1 tahun sekali. Pengelolaan limbah radioaktif. Penanganan kecelakaan radiasi. 29/36

30 6.3 Pemeriksaan dan interprestasi hasil dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi dan pengalaman. Rumah sakit menetapkan petugas yang melakukan pemeriksaan radiologi, petugas yang melakukan pemeriksaan point of care, petugas yang memiliki kualifikasi untuk melakukan verifikasi serta melaporkan hasil dan petugas yang melakukan pengawasan langsung. Supervisor dan teknikal radiologi sudah memiliki keterampilan, pelatihan dan sudah mendapatkan orientasi sesuai dengan bidang tugasnya. Teknisi diberi tugas sesuai dengan pelatihan dan pengalaman mereka. Selain itu terdapat jumlah petugas yang cukup agar pemeriksaan dapat dilakukan segera selama jam operasional dan untuk keadaan darurat. 1. Petugas yang melakukan pemeriksaan dan mengawasi pemeriksaan diidentifikasi. 2. Petugas yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang melakukan pemeriksaan. 3. Dokter dengan kualifikasi dan pengalaman yang menginterpretasikan hasil. 4. Petugas yang memenuhi kualifikasi yang melakukan verifikasi dan melaporkan hasil. 5. Jumlah petugas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. 6. Supervisor memiliki kualifikasi dan pengalaman. SQE 4 SQE 4 GLD 5.2 ME3 SQE 6 ME3 Uraian tugas radiografer Uraian tugas administrasi. Uraian tugas supervisor. Penilaian kinerja Sertifikat pelatihan Kompetensi radiografer Previledge dokter radiologist. Analisa beban kerja. 30/36

31 6.4 Hasil radiologi dapat diperoleh tepat waktu sesuai dengan ketetapan rumah sakit. Rumah sakit menetapkan kerangka waktu untuk pelaporan hasil radiologi. Penetapan waktu selesainya hasil radiologi berdasarkan kebutuhan pasien, jenis pelayanan dan kebutuhan pasien. Termasuk pelayanan gawat darurat dan hari libur. Untuk hasil radiologi yang dibutuhkan mendesak dari gawat darurat, kamar operasi dan unit perawatan intensif perlu perhatian khusus pada proses. Bila pemeriksaan dirujuk ke luar maka hasil pemeriksaan dilaporkan sesuai dengan perjanjian atau kebijakan rumah sakit atau kontrak kerja. 1. Rumah sakit menetapkan waktu pelaporan hasil. 2. Waktu pelaporan hasil yang tepat dalam situasi darurat/mendesak. 3. Hasil radiologi dilaporkan dalam kerangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan pasien. ASC.7 Kerangka waktu pemeriksaan dan pemberian hasil radiologi. Prosedur pemberian hasil radiologi. Indikator kinerja Sasaran mutu 31/36

32 6.5 Semua peralatan radiologi memiliki jadwal kalibrasi, pengawasan, pemeliharaan dan dokumentasi kegiatan tersebut. Petugas radiologi harus memastikan bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik dan aman bagi operator. Program pemeliharaan alat mencakup : 1. Pemilihan dan pembelian alat. 2. Identifikasi dan inventarisasi alat. 3. Penilaian penggunaan alat melalui pengawasan, pengujian, kalibrasi dan pemeliharaan berkala. 4. Memonitor dan menindak lanjuti adanya tanda bahaya dari alat, penarikan kembali, insiden, masalah dan kegagalan yang dilaporkan. 5. Dokumentasi program manajemen. Frekuensi kalibrasi, pemeliharan dan uji coba disesuaikan dengan penggunaan alat dan riwayat service yang lalu. (FMS 8, pernyataan tujuan) 1. Memiliki program manajemen untuk alat-alat radiologi 2. Program manajemen tersebut meliputi pemilihan dan pembelian alat 3. Program manajemen tersebut termasuk inventarisasi alatalat. 4. Program manajemen tersebut termasuk inspeksi dan testing alat. 5. Program tersebut meliputi kalibrasi dan perawatan alat. 6. Program tersebut termasuk monitoring dan follow-up. 7. Memiliki dokumentasi yang memadai untuk keseluruhan testing, perawatan, dan kalibrasi dari alat-alat. FMS 8 FMS8 ME2 FMS8 ME3 FMS8 ME4 FMS8 ME5 FMS8.1 Alur dan standar pembelian alat. Jadwal pemeliharaan alat. Pencatatan suhu ruangan. Surat ijin pemakaian alat Pencatatan kondisi alat Kontrak servis alat Prosedur jika terjadi kerusakan dan malfungsi peralatan. Kalibrasi dan uji hasil kalibrasi. Kalibrasi Bapeten Inventarisasi alat 32/36

33 6.6 Film X-Ray dan kebutuhan-kebutuhan lainnya tersedia secara teratur. Rumah sakit menetapkan film dan perlengkapan yang diperlukan untuk pelayanan radiologi. Proses pemesanan dan pengamanan film, reagen dan perlengkapan lainnya berfungsi baik. Semua perlengkapan disimpan dan dikeluarkan sesuai prosedur dan rekomendasi produsen. Evaluasi berkala dilakukan untuk menjamin akurasi hasil. 1. Film x ray dan perlengkapan lainnya diidentifikasikan. 2. Film x ray dan perlengkapan penting tersedia. 3. Semua kebutuhan radiologi disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan pedoman. 4. Semua kebutuhan/ perlengkapan radiologi dievaluasi berkala keakuratan dan hasilnya. 5. Semua perlengkapan diberi label dengan lengkap dan akurat. FMS 5 FMS 5 ME2 FMS 5 ME7 Kebijakan mengenai penyediaan, penyimpanan dan pengeluaran kebutuhan radiologi. Daftar stok x ray film dan kebutuhan lainnya. Label yang jelas dan benar. Hasil evaluasi. 33/36

34 6.7 Individu yang memenuhi kualifikasi bertanggungjawab dalam pengelolaan pelayanan radiologi. Pelayanan radiologi dipimpin oleh seorang yang kualifikasinya telah mengikuti pelatihan, pengalaman dan konsisten sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku. Bertanggung jawab secara profesional terhadap fasilitas dan pelayanan yang ada. Bila akan memberi konsultasi klinik / pendapat medis maka dia haruslah dokter, lebih baik lagi seorang ahli radiologi. Tangggung jawab seorang penanggung jawab radiologi adalah : - Menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur. - Pengawasan administrasi. - Menjalankan program pemantauan mutu - Merekomendasikan pelayanan laboratorium rujukan. - Memantau dan meninjau semua pelayanan radiologi. 1. Pelayanan radiologi dipimpin oleh satu atau lebih individu yang kompeten. 2. Bertanggung jawab untuk menyusun, menerapkan dan menegakkan kebijakan dan prosedur. 3. Bertanggung jawab terhadap pengawasan administrasi radiologi. 4. Bertanggung jawab terhadap pemantauan mutu. 5. Bertanggung jawab terhadap pemilihan radiologi rujukan. 6. Bertanggung jawab memonitoring dan meninjau ulang semua pelayanan radiologi di dalam atau di luar (rujukan). GLD 5 GLD 3.3 ME 4 GLD 3.3 Uraian tugas penanggung jawab departemen radiologi. 34/36

35 6.8 Terdapat prosedur pemantauan mutu mutu yang dilaksanakan dan didokumentasikan. Pemantauan mutu adalah penting dalam menyediakan pelayanan radiologi diagnostik yang baik. Prosedur pemantauan mutu meliputi : 1. Validasi metode pemeriksaan untuk keakuratan dan ketepatan hasil. 2. Pengawasan harian terhadap hasil pemeriksaan radiologi oleh individu yang memenuhi kualifikasi. 3. Tindakan korektif yang segera terhadap kekurangan yang teridentifikasi. 4. Pengujian reagen dan cairan (AOP 6.6) 5. Dokumentasi hasil dan tindakan koreksi 1. Ada program pemantauan mutu pelayanan radiologi diagnostik dan implementasinya. 2. Pemantauan mutu yang meliputi validasi metode pemeriksaan. 3. Pemantauan mutu meliputi pengawasan harian terhadap hasil pemeriksaan radiologi. 4. Pemantauan mutu meliputi tindakan korektif segera terhadap kekurangan yang teridentifikasi. 5. Pemantauan mutu meliputi pengujian reagen dan cairan. 6. Pemantauan mutu meliputi dokumentasi hasil dan tindakan koreksi. Kebijakan mengenai pemantauan mutu departemen radiologi. Pencatatan dan tindakan koreksi terhadap kesalahan/kelalaian yang terjadi. Pelaporan mengenai kerusakan film. Pelaporan mengenai komplain pasien dan tindak lanjut. 35/36

36 6.9 AOP 6.10 Rumah sakit secara berkala meninjau ulang hasil pemantauan mutu radiologi rujukan. Rumah sakit memiliki akses dengan ahli di bidang diagnostik yang spesiaistik bila diperlukan. Bila rumah sakit mempunyai kerjasama dengan radiologi rujukan (outsource) maka secara berkala harus meninjau ulang hasil dan pemantauan mutunya. Individu yang memenuhi kualifikasi yang meninjau ulang hasil pemantauan mutu. Jika sulit memperoleh hasil pemantauan mutu tersebut, maka direktur rumah sakit menyusun alternatif lain untuk pemantauan mutu. Rumah sakit dapat mengidentifikasi dan menghubungi ahli lain seperti radiologi onkologi, radiologi fisika atau kedokteran nuklir, bila diperlukan dan rumah sakit memiliki daftar ahli-ahli tersebut. 1. Frekuensi dan jenis pemantauan mutu dari pihak outsource ditetapkan rumah sakit. 2. Individu yang memenuhi kualifikasi yang meninjau ulang hasil pemantauan mutu tsb. 3. Individu yang memenuhi kualifikasi dan bertanggung jawab mengambil tindakan berdasarkan hasil pemantauan mutu. 4. Laporan tahunan pemantauan mutu pihak outsource dilaporkan ke pimpinan rumah sakit untuk pengaturan kontrak dan perpanjangan kontrak. 1. Daftar nama ahli di bidang diagnostik khusus. 2. Para ahli tersebut dapat dihubungi bila diperlukan. Hasil pemantauan mutu radiologi rujukan. Hasil peninjauan ulang. Kompetensi petugas yang melakukan peninjauan ulang. Bukti pelaporan hasil pemantauan mutu radiologi rujukan ke manajemen. Daftar nama serta no telpon dan alamat ahli radiologi onkologi, radiologi fisika atau kedokteran nuklir Previledge dokter 36/36

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) NO MATERI DOKUMEN NILAI KETERANGAN Elemen Penilaian AP.1 1 Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien

Lebih terperinci

TELUSUR. Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien rawat inap

TELUSUR. Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien rawat inap STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN Standar AP.1 ASESMEN PASIEN(AP) >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

TELUSUR. Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien rawat inap

TELUSUR. Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien rawat inap STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN Standar AP.1 ASESMEN PASIEN(AP) >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Menimbang : TENTANG KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis BAB VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Pelayanan Laboratorium Standar 8.1. Pelayanan Laboratorium Tersedia Tepat Waktu untuk Memenuhi Kebutuhan Pengkajian Pasien, serta Mematuhi Standar, Hukum dan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG - 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis

Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis Pelayanan Laboratorium Standar: 8.1. Pelayanan laboratorium tersedia tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan pengkajian pasien, serta mematuhi standar, hukum dan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang SK AKREDITA BAB I EP NAMA DOKUMEN TDK 1.1.1.1 SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang disediakan. Brosur, flyer, papan pemberitahuan, poster. 1.1.5.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator prioritas

Lebih terperinci

Elemen Penilaian BAB VIII

Elemen Penilaian BAB VIII Elemen Penilaian BAB VIII 8. 1. 1 EP 1 SK Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium SOP Pemeriksaan Laboratorium Brosur Pelayanan Laboratorium Panduan Pemeriksaan Laboratorium 8. 1. 1 EP 2 Pola Ketenagaan Persyaratan

Lebih terperinci

TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN)

TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN) TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN) Standar / No Elemen Penilaian PAP 1 1 Rumah Sakit menetapkan regulasi bagi pimpinan unit pelayanan untuk bekerja sama memeberikan proses asuhan yang seragam

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

SOP PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL LAB SOP PELAYANAN LABORATURIUM DILUAR JAM KERJA SK DAN SOP PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA

SOP PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL LAB SOP PELAYANAN LABORATURIUM DILUAR JAM KERJA SK DAN SOP PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA CHECK LIST DOKUMEN AKREDITASI BAB 8 KRITERIA EP JENIS DOKUMEN Kriteria 8.1.1 EP 8.1.1 SK TENTANG JENISJENIS PEMERIKSAAN LAB YG TERSEDIA Kriteria 8.1.1 EP 8.1.1 SOP PEMERIKSAAN LAB Kriteria 8.1.1 EP 8.1.1

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG Menimbang : a. Bahwa semua pasien yang dilayani di RSIA Kemang harus diidentifikasi

Lebih terperinci

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia

1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia BAB VIII KRITERIA SK SOP DOKUMEN LAINNYA 8.1.1 1. SK jenis-jenis pemeriksaan lab yang 1. SOP pemeriksaan lab 1. Brosur pelayanan lab 2. Panduan pemeriksaan lab (ext) tersedia 3. Pola ketenagaan 4. Persyaratan

Lebih terperinci

PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI. ( dr. Syukri, SpJP, Ns.Martalena,Skep, Ns.Syahlinda,Skep )

PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI. ( dr. Syukri, SpJP, Ns.Martalena,Skep, Ns.Syahlinda,Skep ) PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI. ( dr. Syukri, SpJP, Ns.Martalena,Skep, Ns.Syahlinda,Skep ) Standar PP.3 Kebijakan dan prosedur mengarahkan asuhan pasien risiko tinggi

Lebih terperinci

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS RUMAH SAKIT Tk. II Dr. R. HARDJANTO BALIKPAPAN NO STANDAR/ LANGKAH METODE INDIKATOR WAKTU PENANGGUN KETERANGA ELEMEN PEMENUHAN EP PERBAIKAN PENCAPAIAN G N. PP. EP.. PP.

Lebih terperinci

ACC.1.1 ACC ACC tertulis mendukung proses masuk rawat inap dan pendaftaran rawat jalan, meliputi: Pendaftaran rawat jalan Masuk raw

ACC.1.1 ACC ACC tertulis mendukung proses masuk rawat inap dan pendaftaran rawat jalan, meliputi: Pendaftaran rawat jalan Masuk raw DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG DISYARATKAN JCI STANDARD IPSG MEASURABLE ELEMENT(S) 5. mendukung praktek yang konsisten dalam semua situasi dan lokasi. (Lihat ME 1 sampai ME 4 untuk yang tercakup dalam

Lebih terperinci

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1. APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) GAMBARAN UMUM Informasi diperlukan untuk memberikan, mengordinasikan, dan juga mengintegrasikan pelayanan rumah sakit. Hal ini meliputi ilmu pengasuhan

Lebih terperinci

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS PATIENT CENTERED STANDARDS IPSG ACC PFR AOP COP ASC MMU PFE International Patient Safety Goals Access to Care and Continuity of Care Patient and Family Rights Assessment

Lebih terperinci

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan POKJA PETUGAS SUB KRITERIA DOK 7.. Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan 5 6 7.. Informasi tentang pendaftaran tersedia dan terdokumentasi

Lebih terperinci

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) Bab VII Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Bab IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Bab VII

Lebih terperinci

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial I. PENDAHULUAN KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion dan energi non pengion untuk melakukan diagnostik

Lebih terperinci

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) No Elemen Penilaian 1 Standar KKS 1 1 Ada penetapan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit yang berdasar atas perencanaan strategis dan perencanaan

Lebih terperinci

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan BA B VII STANDAR 1. Proses Pendaftaran Pasien. Proses pendaftaran pasien memenuhi kebutuhan pelanggan dan didukung oleh sarana dan lingkungan yang memadai. KRITE RIA JUMLA H EP 1 7 1. SOP pendaftaran 2.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK, Menimbang : a. bahwa pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT INSTRUMEN AKREDITASI RUMAH SAKIT STANDAR AKREDITASI VERSI 212 Edisi 1, tahun 212 Bab PP BAB 4. PELAYANAN PASIEN STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN >8% Terpenuhi

Lebih terperinci

TELAAH & PEMERIKSAAN DOKUMEN

TELAAH & PEMERIKSAAN DOKUMEN 1 TELAAH & PEMERIKSAAN DOKUMEN PEMERIKSAAN ACC (Access to Care and Continuity of Care) / APK (Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan) EP DOKUMEN +/- KETERANGAN APK1 Regulasi RS : Kebijakan/ panduan/

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP BAB I DEFINISI Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien utkmendapatkan pelayanan kesehatan yg dibutuhkan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014)

Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014) Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014) Joint Commission International (JCI) International Patient Safety Goals (IPSG) Care of Patients ( COP ) Prevention & Control of Infections (PCI) Facility

Lebih terperinci

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto 1 Nomor : 050/SK/DIR/VI/2016 Tanggal : 10 Juni 2016 Perihal : Kebijakan Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

Regulasi RS: Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

Regulasi RS: Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap ASESMEN PASIEN: 1. Acuan: PMK 269/Menkes/Per/III/2008 Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Hasil asesmen pada rekam medis 2. Acuan: PMK 269/Menkes/Per/III/2008

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban

Lebih terperinci

Standar Akreditasi Puskesmas Pendahuluan

Standar Akreditasi Puskesmas Pendahuluan Standar Akreditasi Puskesmas Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1 AP (ASESMEN PASIEN) AP.1 Acuan: PMK 269/Menkes/Per/III/2008 EP.1 Kebijakan asesmen pasien rawat inap (memuat informasi minimal yang harus tersedia untuk pasien rawat inap) Panduan/Pedoman asesmen pasien

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN DAFTAR APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN APK.1 APK.1.1 APK.1.1.1 APK.1.1.2 APK.1.1.3 KEBIJAKAN SKRINING PASIEN PANDUAN SKRINING PASIEN RAWAT JALAN SPO SKRINING RAWAT JALAN SPO ALUR SKRINING RAWAT JALAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

CHECKLIST PENGERJAAN SOP KEPERAWATAN PERIODE MARET-APRIL 2016 DAFTAR SOP

CHECKLIST PENGERJAAN SOP KEPERAWATAN PERIODE MARET-APRIL 2016 DAFTAR SOP CHECKLIST PENGERJAAN SOP KEPERAWATAN DAFTAR SOP 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1. SPO Pengkajian awal klinis 2. SPO Pelayanan medis 3. SPO asuhan keperawatan 4.

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS KEPERAWATAN

URAIAN TUGAS KEPERAWATAN URAIAN TUGAS KEPERAWATAN Nama Jabatan : Bidan / perawatan Pengertian : Seorang bidan/perawat professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) MANAJEMEN INFORMASI Standar MIRM 1 Penyelenggaraan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) harus mengacu peraturan perundang-undangan. Elemen Penilaian

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013 SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI 2012 HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta 24-25 April 2013 DASAR HUKUM Keputusan Direktur Jenderal Bina upaya Kesehatan nomor

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi

Lebih terperinci

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan PEMAHAMAN POKJA SNARS 2018 NO STANDART ELEMEN PENILAIAN YANG DIBUTUHKAN KETERANGAN Rumah sakit menyediakan 1. regulasi pelayanan anestesi, serta sedasi moderat dan REGULASI 1 pelayanan anestesi (termasuk

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA Laboratorium Rs Royal Progress Page 1 1. PENDAHULUAN Citra rumah sakit yang

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS Luwiharsih Komisi Akreditasi RS STANDAR EP TELUS UR PASIEN TELUSUR STAF/PIM P T ELUSUR DOK. TELUS UR LINK Kepemimpinan dan MFK 1; 2; 3; 3.1 perencanaan Keselamatan dan keamanan MFK 4; 4.1; 4.2 Bahan berbahaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS) KOMPETENSI AN KEENANGAN STAF (KKS) PEENCANAAN Standar KKS 1 Pimpinan rumah sakit menetapkan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit. Maksud dan Tujuan KKS 1 : Lihat SNAS 1 Elemen Penilaian KKS 1 Telusur

Lebih terperinci

20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit

20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit 20 STANDAR, 70 ELEMEN PENILAIAN dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes Komisi Akreditasi Rumah Sakit Bab. 5 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) No Standar EP 1 PAB.1 3 2 PAB.2 4 3 PAB.2.1 6 4 PAB.3 4 5

Lebih terperinci

PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan meny

PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan meny Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB) PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan menyeluruh Perencanaan

Lebih terperinci

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Lampiran PEDOMAN WAWANCARA Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Berikut ini merupakan pedoman wawancara

Lebih terperinci

- SOP tentang monitoring pelaksanaan kegiatan UKP dan UKM - SK dan SOP tentang pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan UKM dan UKP - Bukti

- SOP tentang monitoring pelaksanaan kegiatan UKP dan UKM - SK dan SOP tentang pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan UKM dan UKP - Bukti POKJA I BAB I 1.1.1 Di Puskesmas ditetapkan jenis pelayanan yang disediakan - SK Kepala Puskesmas tentang jenis pelayanan yang disediakan - Brosur - Flyer - Papan pemberitahuan - Jadwal pelayanan dalam

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

DOKUMEN DAN REKAMAN BAB. VII.

DOKUMEN DAN REKAMAN BAB. VII. DOKUMEN DAN REKAMAN BAB. VII. Kriteria.7.1.1. EP 1. SOP Pendaftaran Bagan Alur Pendaftaran Bukti petugas mengetahui dan mengikuti prosedur Bukti pelanggan mengetahui dan mengikuti alur yang ditetapkan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN

STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUD TARAKAN DIREKTUR KOMITE RUMAH SAKIT SATUAN PENGAWASAN INTERN WAKIL DIREKTUR KEUANGAN DAN UMUM WAKIL DIREKTUR PELAYANAN MEDIK BAGIAN BAGIAN BAGIAN BIDANG BIDANG BIDANG

Lebih terperinci

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan Nama Puskesmas : Alamat : Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan 1 SK Ka Puskesmas Tentang Jenis Pelayanan 2 SK Ka Puskesmas

Lebih terperinci

BAB 3 ASESMEN PASIEN (AP)

BAB 3 ASESMEN PASIEN (AP) BAB 3 ASESMEN PASIEN (AP) GAMBARAN UMUM Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan berkelanjutan

Lebih terperinci

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016 Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA Kirana, 9 Agustus 2016 Semester I Tahun 2016 Tingkat Kepuasan Pasien Triwulan 1 dan 2, Tahun 2016 100,00% 98,55% 98,19% 95,00% 90,00% 85,00% 80,00% 75,00% TW I Capaian

Lebih terperinci

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) Djoti Atmodjo

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) Djoti Atmodjo MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) Djoti Atmodjo 2 Regulasi Nasional/ Referensi Regulasi RS: Kebijakan Pedoman/ Panduan SPO 3 Regulasi Nasional/ Referensi Regulasi RS: Kebijakan Pedoman/ Panduan

Lebih terperinci

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) Gambaran Umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan 1)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS QPS PCI GLD FMS SQE MCI Quality Improvement & Patient Safety Prevention & Control Of Infection Governance,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

90 Januari Februari Maret Target Capaian

90 Januari Februari Maret Target Capaian Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien Sebelum Dilakukan Kateterisasi Jantung 98 96 94 92 9 Target Capaian 98.5.. Penyampaian Nilai Kritis Hasil Laboratorium Tepat Waktu 3 Menit 95 9 85 8 Target

Lebih terperinci

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip I.Pengertian Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu

Lebih terperinci

Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II

Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II Hari Menuju Survei Verifikasi KARS II Tanggal 14 15 Agustus 2017 Dr. Hervita Diatri, Sp.KJ(K) Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja Dr. Djoti Atmodjo, Sp.A Dr. Liliek Marliana, MM Dr. C. Prabani, Sp.B

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

LAPORAN EVALUASI PROGRAM LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP) PELAYANAN AN ASUHAN PASIEN (PAP) PEMBEIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN Standar PAP 1 umah sakit menetapkan regulasi untuk pemberian asuhan yang seragam kepada pasien. Maksud dan Tujuan PAP 1 : Lihat SNAS

Lebih terperinci

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Halaman Judul Panduan. i Daftar isi. ii Keputusan Karumkital Marinir Cilandak... iii Lampiran

Lebih terperinci

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1 D NO 1 2 3 4 STANDAR PPI 1 PPI 1.1 5 6 PPI 2 7 8 9 PPI 3 10 11 12 PPI 4 13 14 15 PPI 5 16 17 18 19 20 PPI 6 21 22 23 PPI 6.1 24 25 26 PPI 6.2 27 28 29 PPI 7 30 31 32 33 PPI 7.1 34 35 36 37 38 PPI 7.2 39

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) BAB I PENGERTIAN Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan, pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PELAYANAAN PUSKESMAS (PPP)

PENYELENGGARAAN PELAYANAAN PUSKESMAS (PPP) LAMPIRAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS Lampiran dokumen yang kami sediakan masih dalam bentuk format dan draft yang nanti bisa disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan dokumen puskesmas anda BAB I. PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) MANAJEMEN INFMASI AN EKAM MEIK (MIM) Standar MIM 1 Penyelenggaraan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMS) harus mengacu peraturan perundangundangan. Maksud dan Tujuan MIM 1 : Lihat SNAS 1 Elemen

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN I. DEFINISI Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit yang dirawat di Rumah

Lebih terperinci

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.673, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Perawat Anestesi. Penyelenggaraan. Pekerjaan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012 Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes

Lebih terperinci

MEMPERSIAPKAN AKAREDITASI VERSI 2012 DESAIN FORMULIR MENUNJANG TELUSUR DOKUMEN REKAM MEDIS

MEMPERSIAPKAN AKAREDITASI VERSI 2012 DESAIN FORMULIR MENUNJANG TELUSUR DOKUMEN REKAM MEDIS MEMPERSIAPKAN AKAREDITASI VERSI 2012 DESAIN FORMULIR MENUNJANG TELUSUR DOKUMEN REKAM MEDIS STANDAR AKREDITASI VERSI 2007 & STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 ( JCI ) VERSI 2007 BERFOKUS PADA PROVIDER KUAT PADA

Lebih terperinci

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 EMAN SULAEMAN, SKM DPP PORMIKI (Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) TUJUAN AKREDITASI (PMK NO.12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

PENERAPAN KUALITAS DATA

PENERAPAN KUALITAS DATA PENERAPAN KUALITAS DATA Deskripsi: Sistem pelayanan kesehatan semakin meningkat menggunakan metrik kualitas untuk mengukur dan menilai kualitas layanan, dan menginformasikan inisiatif perbaikan. Pengelolaan

Lebih terperinci