BAB I LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Kebutuhan terhadap produk makanan yang sehat merupakan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Kondisi pertanian Indonesia yang semakin tidak sehat dan tidak alami memberikan dampak yang buruk terhadap produk pertanian Indonesia. Ketergantungan pertanian Indonesia terhadap penggunaan pupuk dalam waktu yang lama memberi banyak dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup khususnya terhadap biodiversitas, polusi air, dan kontaminasi rantai ekosistem. Fenomena ini menggambarkan bahwa pertanian Indonesia tidak memenuhi kriteria keberlanjutan baik secara teknologi, ekonomi, maupun ekologi. Data menunjukkan bahwa nilai impor pupuk Indonesia meningkat dari US$ 564,3 juta pada 2006 menjadi US$ 1,4 miliar pada 2010 (BPS, 2011). Nilai impor tersebut jauh lebih besar daripada nilai ekspor pupuk Indonesia. Data BPS mencatat pada periode Januari hingga September 2011 nilai ekspor pupuk mencapai US$ juta. Ketergantungan pertanian Indonesia terhadap peningkatan penggunaan pupuk impor tersebut secara langsung juga memberikan dampak buruk terhadap kondisi kesuburan tanah pertanian Indonesia. 1

2 Buruknya produk pertanian Indonesia yang tidak alami dan tidak sehat tersebut mendorong meningkatnya kesadaran akan pentingnya kebutuhan produk makanan yang sehat. Semakin hari semakin banyak orang yang beralih pada gaya hidup mengonsumsi makanan organik. Tren tersebut menandakan bahwa masyarakat mulai menyadari pentingnya hidup sehat melalui makanan organik. Makanan organik adalah makanan yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan yang tumbuh secara alami tanpa melibatkan bahan-bahan buatan seperti pupuk, obat-obatan, sinar buatan, maupun bahan buatan manusia lainnya. Makanan organik berasal dari tumbuhan organik. Tumbuhan organik adalah bahan makanan organik yang berasal dari tanaman yang ditanam secara alami, berasal dari bibit alami, dan tumbuh secara alami tanpa penyinaran nonalami, pengobatan, pemupukan non organik, atau penambahan-penambahan lain. Makanan organik memiliki banyak kelebihan di antaranya lebih kaya nutrisi daripada makanan biasa. Tetapi saat ini ketersediaan makanan organik masih sulit untuk didapatkan secara bebas. Hal ini terlihat dari belum tersedianya makanan organik dalam jumlah yang banyak di pasar tradisional dan hanya tersedia di supermarket-supermarket tententu serta belum adanya informasi yang jelas yang menjamin kualitas produk-produk organik yang terdistribusi di supermarket-supermarket. Ketersediaan makanan organik di Indonesia masih berbanding terbalik dengan permintaan dari masyarakat yang sudah mulai sadar akan pentingnya makanan organik. Keterbatasan ketersediaan makanan sehat 2

3 yang berkualitas serta tren makanan organik di masa depan tersebut merupakan peluang bagi pelaku bisnis untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ketersediaan makanan organik. Perdagangan makanan organik merupakan salah satu bentuk perdagangan di sektor industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman di Indonesia merupakan jenis industri yang terus mengalami pertumbuhan. Komoditas makanan dan minuman adalah komoditas primer dalam jangka panjang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bisnis dalam sektor industri makanan dan minuman organik merupakan suatu peluang dan untuk dapat mengembangkan serta mengambil peluang bisnis makanan dan minuman organik tersebut diperlukan pemahaman mengenai kondisi lingkungan eksternal yang terkait dengan industri makanan dan minuman Kondisi Industri dan Perekonomian Perekonomian Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif. Dalam laporan Triwulanan Perkembangan Ekonomi Indonesia edisi bulan Desember 2012, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1 persen untuk tahun 2012, sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 6,3 persen. Proyeksi ini mengasumsikan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi masih bertahan kuat dengan membaiknya pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia secara bertahap yang juga sedikit mendorong pemulihan ekspor. 3

4 Perkembangan ekonomi Indonesia yang positif tersebut merupakan faktor pendukung bagi pelaku bisnis dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan II tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar 4,27 persen terhadap triwulan I tahun 2012 (q-to-q). Pertumbuhan negatif ini terjadi karena produksi sektor pertanian dan sektor industri menurun, sedangkan sektor lainnya mengalami peningkatan. Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 36,97 persen hal ini dikarenakan produksi padi dan jagung menurun sangat signifikan akibat faktor musim masing-masing sebesar 48,41 persen dan 84,53 persen. Walaupun pertumbuhan q-to-q negatif, tetapi PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II 2012 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 5,23 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan sektor jasa yang mencapai 17,18 persen (y-on-y) karena pencairan gaji ke-13 bagi PNS dan TNI/POLRI. Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan II 2012 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 5,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang ditopang oleh sektor perdagangan tersebut juga didukung oleh peningkatan kondisi ekonomi konsumen. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan II-2012 meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4

5 (109,71) didukung optimisme masyarakat yang meningkat pula. Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Triwulan II-2012 sebesar 109,85. Membaiknya kondisi ekonomi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama didorong oleh peningkatan pendapatan konsumen, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan meningkatnya konsumsi makanan dan bukan makanan. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan III-2012 akan mengalami kenaikan. Nilai ITK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Triwulan III-2012 diperkirakan sebesar 112,59. Tingkat optimisme konsumen semakin tinggi dibandingkan Triwulan II-2012 karena momen Lebaran. Seluruh sektor pembentuk PDRB memberi andil positif terhadap perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali sektor industri pengolahan yang terkontraksi 7,86 persen. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II 2012 adalah sektor jasa sebesar 22,50 persen, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,36 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,68 persen. Selama tahun 2009 total nilai input produksi atau biaya antara untuk perusahaan industri besar dan sedang di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp 3.666,85 milyar. Besarnya nilai output dalam periode yang sama mencapai Rp 5.634,29 milyar sehingga rasio nilai input 5

6 terhadap nilai total output (rasio biaya antara) mencapai 0, 65. Rasio biaya antara menunjukkan seberapa besar kebutuhan input antara dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan satu unit output. Semakin tinggi rasio biaya antara maka semakin kurang efisien produk tersebut diproduksi dan sebaliknya semakin rendah rasio biaya antara maka semakin efisien proses produksinya. Industri makanan dan minuman menjadi golongan industri yang memiliki nilai biaya input dan output yang terbesar. Selama tahun 2009, nilai input yang digunakan industri makanan dan minuman mencapai Rp 1.554,79 milyar dan mampu menghasilkan output dengan nilai Rp 1.824,63 milyar. Rasio biaya antara industri makanan dan minuman mencapai 0,85 dan menjadi rasio yang tertinggi dibandingkan dengan golongan industri lainnya. Output terbesar selanjutnya dihasilkan oleh perusahaan pada industri pakaian jadi dengan nilai output mencapai Rp 1.005,59 milyar dan nilai input sebesar Rp 514,16 milyar Kondisi Pasar Dalam rencana pengembangan bisnis yang akan dimulai pada tahun 2014, wilayah cakupan pasar yang menjadi target utama pemasaran POPAI adalah wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Cakupan jenis pasar yang menjadi target utama adalah jenis pasar konsumen dengan target utama konsumen dengan kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Pemilihan tersebut didasarkan pada keberadaan penduduk Daerah 6

7 Istimewa Yogyakarta yang memiliki kelas sosial menengah ke atas. Penduduk dengan kelas sosial menengah ke atas tersebut akan lebih memperhatikan dan sadar pentingnya gaya hidup sehat melalui konsumsi makanan organik. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), indikator munculnya kelas sosial menengah ke atas terlihat dari meningkatnya pendapatan dan tingkat konsumsi. Pengeluaran atau konsumsi penduduk/ rumah tangga menjadi salah satu komponen permintaan terpenting yang menentukan aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Pengeluaran rumah tangga juga menjadi salah satu indikator kesejahteraan, semakin meningkat pengeluaran penduduk secara rata-rata, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Pengeluaran penduduk/ rumah tangga dibagi menjadi dua kategori, pengeluaran makanan dan non makanan. Pergeseran dalam pola pengeluaran terjadi seiring dengan peningkatan pendapatan, artinya ketika pendapatan meningkat maka porsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan akan semakin meningkat. Selama tahun 2011 pengeluaran perkapita penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebesar Rp Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp , pengeluaran perkapita tahun 2011 meningkat sebesar 12,83 persen. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk kelompok makanan sebesar 13,25 persen dan kelompok non makanan sebesar 12,50 persen. Konsep pengeluaran dihitung dalam bentuk nominal atas dasar harga pasar yang berlaku, sehingga peningkatan dalam 7

8 pengeluaran perkapita selain disebabkan oleh peningkatan kuantitas juga dipengaruhi oleh kenaikan harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga (inflasi). Secara umum pengeluaran perkapita penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran penduduk pedesaan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk perkotaan secara rata-rata lebih baik dibanding penduduk perdesaan. Pada tahun 2011 pengeluaran perkapita penduduk perkotaan mencapai Rp atau tumbuh 7,10 persen pada tahun Meskipun dari sisi nominal pengeluaran perkapita penduduk pedesaan tahun 2011 hanya sebesar Rp , namun dari sisi pertumbuhannya justru lebih tinggi yakni sebesar 27,64 persen. Tingginya pertumbuhan pengeluaran perkapita penduduk pedesaan didorong oleh peningkatan pengeluaran kelompok non makanan yang mampu tumbuh sebesar 42,40 persen terutama pengeluaran untuk pesta dan upacara. Penurunan kemiskinan yang disebabkan oleh kenaikan upah gaji juga merupakan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat di DIY. Berdasarkan data BPS selama terdapat pola penurunan dalam indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan secara rata-rata di perkotaan dan pedesaan. Penurunan ini merupakan indikator berkurangnya kemiskinan. Meskipun demikian nilai kedua indeks sempat sedikit meningkat di tahun 2009 sebagai dampak memburuknya perekonomian dunia dan laju inflasi yang cukup tinggi selama periode tersebut. Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di 8

9 suatu wilayah antara lain adalah kenaikan pendapatan atau upah, kesempatan kerja yang lebih luas dan pendapatan masyarakat yang semakin merata. Kenaikan upah buruh yang diindikasikan dengan upah minimum regional (UMR) pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan yakni 8,36 persen. Jika dibandingkan dengan laju inflasi yang sebesar 3,88 persen, kenaikan upah tersebut jauh lebih tinggi dengan asumsi bahwa penetapan UMR tersebut diikuti oleh sebagian besar perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka rata-rata pendapatan penduduk meningkat cukup signifikan. Selain membaiknya kondisi ekonomi penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hal lain yang menggambarkan kondisi pasar atas bisnis makanan dan minuman organik adalah keadaan status gizi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih belum dapat mencapai target, sehingga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih ditemukan angka balita dengan kategori gizi buruk. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, gambaran keadaan gizi masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 adalah masih tingginya tingkat prevelansi balita kurang gizi sebesar 10.28%. Prevelansi balita kurang gizi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih berada di atas 10% yang berarti masih di atas nilai ambang batas universal masalah kesehatan masyarakat sedangkan prevelansi balita dengan status gizi buruk sebesar 0,68% menurun sebesar 0.7% dari tahun

10 Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Lebih Gambar 1.1. Keadaan Gizi Masyarakat DIY Tahun 2011 Sumber: Laporan Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011 Meskipun angka gizi kurang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah jauh melampaui target nasional (presentase gizi kurang sebesar 15% di tahun 2015) namun penderita gizi buruk masih dijumpai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan ini yang melatarbelakangi perlu adanya peningkatan situasi status gizi balita. Status gizi ditentukan oleh kualitas makanan yang dikonsumsi. Saat ini sangat sulit diperoleh makanan yang sehat dan mengandung nutrisi yang lengkap, oleh karena itu keadaan pasar ini dapat menjadi peluang bagi POPAI untuk menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan kaya nutrisi bagi anak-anak usia dini. 10

11 Kondisi Pesaing Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, dimana di dalamnya terdapat ratusan produk dari berbagai perusahaan yang bersaing. Persaingan tersebut biasanya terjadi akibat perebutan pangsa pasar, loyalitas pelanggan, citra merek dan lainnya. Di Indonesia bisnis makanan dan minuman telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan teknologi yang terjadi di Indonesia khususnya dalam bidang industri televisi dan media massa telah turut serta meningkatkan brand awareness bagi masyarakat akan hadirnya produkproduk baru yang biasanya didominasi oleh produk makanan dan minuman. Peluncuran berbagai macam produk baru secara besar-besaran oleh berbagai perusahaan ke pasar telah menjadikan dan mendorong pola persaingan menjadi semakin ketat sehingga mengharuskan perusahaan untuk menciptakan keunggulan tersendiri dan lebih memfokuskan strategi pemasaran. Produk organik merupakan salah satu tren produk yang mulai diminati untuk diproduksi serta didistribusikan oleh para pelaku bisnis. Di Yogyakarta, sudah mulai banyak pelaku bisnis yang memproduksi serta memasarkan produk organik. Atas dasar perencanaan lokasi operasional yang akan beroperasi di kawasan Taman Bermain Taman Pintar, Babarsari dan beberapa sekolah di area Yogyakarta, POPAI sebagai pelaku bisnis 11

12 produk makanan dan minuman organik memiliki beberapa kompetitor antara lain: 1. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di Taman Pintar. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di Taman Pintar adalah sebagai berikut. a. Empek-empek happy b. Olive c. Zu Bento d. Huahah e. Bakso tulang muda f. Chicago potato g. Sioku fresh h. Oneal tea i. Es cendol j. Chiko vegato k. Kentang ubi red buck l. Tong ji m. Nestle 2. Penjual makanan dan minuman yang beroperasi di area Babarsari Yogyakarta. Area Babarsari Yogyakarta merupakan area yang banyak dijadikan oleh para pelaku usaha dalam menawarkan produk barang dan jasa. Hal tersebut dikarenakan area Babarsari merupakan area yang 12

13 memiliki beberapa universitas besar di Yogyakarta, dimana universitas tersebut mendatangkan banyak pelajar dari dalam maupun luar kota sehingga kedatangan para pelajar tersebut mendorong kawasan area Babarsari berkembang menjadi area yang padat penduduk dan area yang dituju oleh para pelaku usaha. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, beberapa kompetitor penjual sejenis makanan dan minuman adalah sebagai berikut. a. Juice QT Juice QT merupakan salah satu usaha bisnis yang menjual minuman yang berbahan buah segar dan diolah dalam bentuk juice dan dikemas dalam bentuk kemasan gelas plastik. Juice QT dijual menggunakan stand sederhana. Berdasarkan observasi, terdapat dua stand Juice QT, yaitu stand di area Jl.Babarsari (depan hotel Sahid Raya Yogyakarta), dan stand Juice QT di area Jl.Seturan (depan STIE YKPN Yogyakarta). b. Juice Dee-Boo Juice Dee-Boo merupakan salah satu usaha bisnis yang memiliki kesamaan usaha dengan Juice QT. Juice Dee-Boo juga menjual minuman yang berbahan buah segar yang dikemas dalam bentuk gelas plastik. Stand Juice Dee-Boo ini berada di tikungan jl. Babarsari, tepatnya di area halaman Indomaret Babarsari. 13

14 c. Mamalis Bubble Milk Tea Mamalis Bubble Milk Tea merupakan salah satu usaha bisnis berbentuk stand yang menjual produk minuman yang berbahan dasar susu sapi, dan dikemas dalam bentuk kemasan gelas plastik. Mamalis Bubble Milk Tea terletak di kawasan Jl.Babarsari, tepatnya di area halaman toko Swalayan PETRACO. 3. Kantin Sekolah. Berdasarkan segmentasi POPAI yang menyasar target pasar anakanak sekolah maka kantin sekolah merupakan salah satu kompetitor POPAI karena kantin sekolah adalah tempat usaha yang diberi kewenangan oleh suatu sekolah untuk dapat menawarkan produk makanan dan minuman. 4. Katering sekolah yang dikelola wali murid. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data bahwa beberapa sekolah memberikan kewenangan kepada para wali murid untuk mengelola katering bagi para siswa di suatu sekolah dalam upaya menyediakan produk makanan dan minuman bagi siswa di sekolah tersebut Lingkungan Internal Perusahaan Analisa lingkungan internal lebih menekankan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan. Usaha penjualan makanan dan minuman organik ini akan diberi nama POPAI. Nama POPAI dipilih dengan tujuan untuk 14

15 memunculkan brand konsumen untuk produk makanan minuman organik POPAI. POPAI adalah salah satu tokoh kartun yang gemar akan sayuran. Dalam usaha ini, POPAI akan menawarkan inovasi olahan makanan dan minuman organik yang dikombinasikan dengan buah-buahan organik, sehingga dapat secara mudah dikonsumsi dan diperoleh oleh konsumen. Berikut varian produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. 1. Susu Soya 2. Soya mix Fruit Juice 3. Organic Fruit Juice 4. Juice Apple Orchard 5. Makanan Sereal Organik Kekuatan dari POPAI ini adalah POPAI mampu memberikan produk organik yang berkualitas bagi konsumen, dan memberikan produk olahan organik tersebut kepada konsumen melalui saluran distribusi yang tepat. Kendala dari usaha POPAI ini adalah banyaknya pesaing yang menawarkan produk makanan dan minuman dengan harga yang murah dan masih adanya masyarakat yang belum memahami makanan organik, sehingga tantangan untuk usaha POPAI ini adalah bagaimana POPAI mampu memberikan produk organik dengan harga terjangkau dan mengedukasi konsumen untuk semakin menyadari pentingnya mengonsumsi produk organik. 15

16 Rencana Struktur Organisasi Perusahaan Rencana struktur organisasi POPAI adalah sebagai berikut. Gambar 1.2. Rencana Struktur Organisasi POPAI Pemilik POPAI adalah orang yang memiliki sepenuhnya usaha POPAI dan memiliki kewenangan penuh dalam mengelola POPAI. Dalam menjalankan usaha POPAI, pemilik akan dibantu oleh enam pegawai yang terdiri dari satu pengawas (supervisor), empat pegawai dan satu ahli gizi Cakupan Pasar Segmentasi pasar yang dijadikan target dalam penjualan POPAI adalah masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dengan usia balita dan remaja dewasa. Berdasarkan data kantor statistik kabupaten/ kota dalam laporan profil kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011, berikut jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dengan usia balita dan remaja dewasa. 16

17 Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Kelompok Umur No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (dalam ribuan) tahun tahun tahun tahun tahun tahun Sumber: Laporan Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011 Dari data tersebut dapat diperoleh data total jumlah penduduk dengan kategori usia balita dan anak-anak (0-14th) sejumlah jiwa, dan jumlah usia remaja dewasa (15-29th) sejumlah jiwa. Total dari keseluruhan penduduk dengan kategori usia balita sampai dewasa sejumlah jiwa Kompetensi Inti Menurut Prahalad dan Hamel (1990) dalam In The Core Competence of the Corporation, dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kompetensi inti adalah perusahaan yang dapat menggabungkan tiga hal sebagai berikut. 1. Memberikan keuntungan kepada konsumen 17

18 2. Memiliki value yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh kompetitor 3. Mampu memenuhi ekspektasi pasar secara luas Dalam bisnis penjualan makanan organik, pelayanan yang unggul dalam menyediakan produk yang unggul menjadi kompetensi utama. Kompetensi inti ini terkait dengan fokus strategi POPAI. POPAI adalah sebuah usaha yang memiliki perbedaan keunggulan dengan para pesaingnya. Dari segi produk, POPAI memiliki kualitas produk organik yang unggul dengan bahan yang bersertifikasi organik. Dari kompetensi inti yang terlihat dari keunggulan produk tersebut, maka strategi yang diputuskan adalah strategi bersaing melalui produk, peningkatan loyalitas konsumen dan menciptakan saluran distribusi yang tepat supaya produk dapat secara cepat dan efisien sampai kepada konsumen Rumusan Masalah Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan yang semakin tinggi, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari mengkonsumsi produk makanan yang menggunakan pupuk sintesis dan produk makanan bebas pestisida kimia. Hal tersebut menimbulkan perubahan pola gaya hidup bagi konsumen kelas tertentu khususnya konsumen kelas sosial menengah 18

19 ke atas yang kemudian mengubah pola konsumsi makanan dari makanan yang dibudidayakan secara tidak organik ke makanan organik. Hal ini menyebabkan daya tarik dan popularitas makanan organik menjadi tren di kalangan kelas sosial menengah ke atas. Tren tersebut telah mendorong para pelaku bisnis untuk menangkap peluang bisnis makanan organik. POPAI merupakan salah satu pelaku bisnis yang telah menangkap peluang dan merencanakan bisnis dalam menjalankan usaha penjualan produk makanan dan minuman organik. Untuk dapat terus bersaing dengan para pelaku bisnis makanan dan minuman organik dalam jangka panjang diperlukan strategi untuk terus melakukan inovasi terhadap pengembangan bisnis makanan organik. Inovasi pengembangan bisnis yang akan dikembangkan dalam rencana bisnis POPAI adalah melalui pengembangan strategi inovasi produk dan membuka saluran distribusi yang tepat, melalui pembukaan stand POPAI di lokasi yang strategis, serta menjual produk POPAI di sekolah-sekolah sehingga konsumen dapat memperoleh produk makanan atau minuman organik yang berkualitas dengan lebih mudah, cepat dan praktis. Untuk melihat dan menilai apakah inovasi model rencana bisnis POPAI dapat dilakukan, maka fokus permasalahan dari perencanaan bisnis makanan minuman organik POPAI adalah menyusun dan menentukan rencana bisnis serta langkah-langkah yang diperlukan dalam rencana bisnis makanan dan minuman organik pada usaha POPAI. 19

20 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari perencanaan bisnis ini adalah sebagai berikut. 1. Merancang rencana bisnis POPAI. 2. Mengetahui kelayakan maupun potensi kendala dalam pengembangan bisnis ini, sehingga pada akhirnya dapat diambil keputusan mengenai keberlanjutan ide bisnis ini Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari perancangan bisnis ini adalah membantu pemilik bisnis dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan bisnis Sistematika Penulisan BAB I: Latar Belakang Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang yaitu kondisi lingkungan eksternal dan kondisi internal yang menjadi faktor penunjang dalam perencanaan bisnis, rumusan masalah, tujuan studi dan manfaat dari dilakukannya studi perencanaan bisnis. BAB II: Kerangka Teori Bab ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan landasan teori yang dapat menjadi acuan dasar dalam perencanaan bisnis, teori mengenai strategi bersaing, perencanaan pemasaran, perencanaan operasional, perencanaan sumber daya manusia, dan perencanaan keuangan. 20

21 BAB III: Metode Riset Bab ini berisi metode riset yang digunakan, jenis data yang dibutuhkan, cara memperoleh data yang dibutuhkan, serta teknik yang akan digunakan untuk analisa data. BAB IV: Analisis, Strategi dan Rencana Bab ini berisikan sebagai langkah lanjutan dari bab sebelumnya yakni menentukan rencana dan strategi bisnis. Dalam bab ini akan digunakan kerangka secara fungsional yakni perencanaan bisnis yang dimulai dari pemaparan visi, misi perusahaan, kemudian perencanaan dari kegiatan pemasaran, perencanaan sumber daya manusia, operasional, keuangan dan strategi keluar dari bisnis. BAB V: Rencana Aksi Bab ini berisi mengenai rencana aksi berupa rencana kegiatan, penanggung jawab, ukuran kinerja dan waktu dari pelaksanaan rencana bisnis yang akan diterapkan sebagai panduan untuk setiap kegiatan. 21

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode 5 tahun terakhir. Berdasarkan indikator-indikator ekonomi makro yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode 5 tahun terakhir. Berdasarkan indikator-indikator ekonomi makro yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 SEBESAR 4,89 PERSEN No. 09/06/34/Th. IX, 4 Juni 2007 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1). BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA YOGYAKARTA No. 32/08/34/Th. XI, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012 No. 49/11/31/Th. XIV, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perkembangan dalam sektor perekonomian di negara Indonesia sangatlah mempengaruhi persaingan dalam dunia perdagangan. Ini menjanjikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gresik adalah sebuah daerah yang memiliki luas 1.191,25 km² di Jawa Timur. Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Penduduk Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.III, 10 Nopember 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada triwulan III-2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 No. 11/02/63/Th XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2011 tumbuh sebesar 6,12%, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasajasa sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014 No. 63/11/72/Th. XVII, 05 November PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/ Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seseorang akan melakukan sesuatu kegiatan yang disebut konsumsi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan menikmati nilai daya guna dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 No. 09/02/91/Th. VII, 05 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Ekonomi Papua Barat tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 15,84

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 No. 04/02/63/Th XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2009 meningkat sebesar 5,01 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVI, 6 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 5,79 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci