BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV / AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang sangat kecil dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV berbentuk seperti binatang laut tepatnya bulu babi, dan sangat cantik berbulu tegak dan tajam 11. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yang artinya kumpulan dari gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Seseorang menderita AIDS bukan karena keturunan dari penderita AIDS, melainkan terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. Oleh karena itu AIDS dapat juga diartikan sebagai kumpulan tanda gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Jika sistem kekebalan tubuhnya dirusak oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasa dan tidak bahaya pu bisa menyebabkan meninggal. Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus, tapi oleh penyakit lain yang bisa ditolak seandainya daya tahan tubuhnya tidak dirusak oleh virus AIDS. AIDS merupakan fase terakhir dari HIV Perilaku Berisiko Tinggi terkena HIV / AIDS a. Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan hubungan seksual, dan pasangannya. b. Perempuan dan laki-laki tuna susila 9

2 c. Penggunaan narkotika dengan suntikan, dan menggunakan jarum suntiknya secara bergantian d. Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, misalnya pada Homoseksual dan Biseksual. 2. Hal-hal yang Menularkan HIV / AIDS Penularan akan terjadi bila ada kontak atau percampuran dengan cairan dalam tubuh yang menggandung HIV, yaitu: a. Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV Hubungan seksual ini bisa homoseksual ataupun heteroseksual b. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV secara langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah si penerima c. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya(jarum akupuntur, tindik atau tato) yang tercemar oleh virus HIV. Maka dari itu pemakaian jarum suntik secara bersamaan oleh para pecandu narkotika akan lebih mudah menularkan HIV d. Penularan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya. 3. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV / AIDS a. Berjabat tangan b. Bersenggama dengan pengidap AIDS c. Penderita AIDS bersin atau batuk di depan kita d. Berenang bersama dengan orang HIV e. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya f. Penggunaan jamban bersama pengidap HIV

3 B. Pencegahan HIV / AIDS Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaimana penularan HIV bisa terjadi. Infeksi HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu, pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman: 1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum terjadi pernikahan 2. Bila sudah menikah, selalu melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sendiri 3. Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan harus menggunakan kondom dengan benar dan konsisten 4. Mempertebal iman dan ketaqwaan agar tidak mudah terjerumus ke dalam hubungan seksual diluar nikah C. Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral mupun anal 13. Macam-macam penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah: a. Gonorhoe b. Infeksi Genital Nonspesifik c. Sifilis (Raja Singa)

4 d. Herpes Genetalis e. HIV dan AIDS 1. Gejala Infeksi Menular Seksual (IMS): Infeksi Menular Seksual (IMS) sering tidak menunjukkan gejala, terutama pada wanita. Tapi ada pula yang menunjukkan gejalagejala sebagai berikut: a) Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya. Pada perempuan, keputihan yang keluar semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan, kehijauan atau disertai dengan bercak darah. b) Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau sering kencing. c) Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Sifat lukanya bisa nyeri, bisa juga tidak. d) Terdapatnya jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan. e) Gatal-gatal di daerah alat kelamin. f) Bengkak di lipatan paha. g) Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri. h) Sakit perut pada bagian bawah. i) Keluar darah sehabis berhubungan seksual. j) Secara umum merasa tidak enak badan atau demam Deteksi Infeksi Menular Seksual (IMS) Cara untuk mengetahui bahwa kita terkena Infeski Menular Seksual adalah bila mengalami atau menunjukkan tanda-tanda

5 yang seperti gejala yang tidak biasa pada saat kita kencing, atau berhubungan seksual Hubungan antara Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan HIV/AIDS HIV digolongkan sebagai Infeksi Menular Seksual (IMS) karena keduanya mempunyai keterkaitan, yaitu sama-sama dapat ditularkan melalui hubungan seksual, keduanya juga berisiko menyerang orang-orang yang berperilaku berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom. Luka basah yang ditemukan padaorang yang terkena IMS menjadi pintu masuk HIV langsung ke pembuluh darah, sehingga tertular IMS berarti memperbesar risiko tertular HIV 14. D. Pengertian Homoseksual Homoseksual adalah relasi seksual dengan sesama jenis, atau rasa ketertarikan dan mencintai jenis seks yang sama. Untuk perempuan kita kenal sebagai lesbian dan untuk pria lebih dikenal dengan sebutan gay Penyebab Homoseksual Menurut teori dari dr. Wimpie Pangkahila, ada empat faktor yang menyebabkan seseorang menjadi Homoseksual 15. a. Faktor Biologis Yaitu adanya kelainan di otak/ genetik

6 b. Faktor Psikodinamis Yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak. c. Faktor Sosiokultural Yaitu adat-istiadat yang memberlakukan hubungan seksual dengan alasan tertentu d. Faktor Lingkungan Yaitu keadaan dimana lingkungan yang mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat. 2. Penggolongan Homoseksual Menurut Coleman, Butcher dan Carson, Homoseksual digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu: 16 a. Homoseksual Tulen Homoseksual ini menggambarkan stereotipik, yang lebih sering populer tentang lelaki yang bergaya perempuan, atau sebaliknya perempuan yang bergaya laki-laki. Termasuk juga orang-orang yang berhubungan dengan dunia entertaint yakni orang yang suka mengenakan pakaian dan berperilaku seperti lawan jenisnya. b. Homoseksual Malu-malu Homoseksual ini merupakan kaum laki-laki yang suka untuk ke toilet umum atau tempat mandi bersama, tapi tidak berani menjalin hubungan personal yang intimdengan yang lainnya untuk mempraktekkan hasrat seksualnya.

7 c. Homoseksual Tersembunyi Homoseksual dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka perlu dilindungi dengan menyembunyikan homoseksualitas mereka. Homoseksual ini biasanya diketahui oleh teman dekat / pasangan mereka. d. Homoseksual Situasisonal Homoseksual ini dapat mendorong orang mempraktekkan homoseksualitasnya tanpa diperlukan komitmen yang dalam, misalnya dalam situasi didalam penjara dan medan perang. Akibat dari itu biasanya mereka kembali mempraktekkan homoseksualitas sesudah keluar dari situasi tersebut. e. Biseksual Orang yang mempraktekkan Homoseksual dan Heteroseksual secara bersama. f. Homoseksual Mapan Homoseksual yang memenuhi totalitasnya sebagai Homoseksual dan kaum homoseksual menerima mereka karena memenuhi peran kemasyarakatan dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual. E. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, bercumbu, berpelukan sampai ke hubungan seks. Objek seksualnya bisa berupa orang lain atau khayalan. 17

8 Aktivitas yang dapat menjadikan seseorang melakukan perilaku seksual adalah: Berfantasi atau berimajinasi seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. 2. Bergandengan atau berpegangan tangan 3. Berciuman/ Kissing 4. Oral ( Memasukkan alat kelamin ke dalam tubuh) 5. Petting, melakukan hubungan seksualnya hanya dengan menggesek alat kelamin 6. Intercourse, melakukan hubungan seksual dengan memasukkan alat kelamin pria ke wanita. 7. Masturbasi, perilaku seksual dengan menyentuh, menggosok, meraba kelamin untuk menimbulkan rasa kepuasan. F. Kondom 1. Pengertian Kondom Kondom adalah sarung yang berfungsi sebagai tameng pelindung atau pencegah lewatnya virus pembawa penyakit seksual. Kondom juga mencegah masuknya cairan vagina (dari kuman di dalamnya) memasuki saluran kencing pria melalui liang uretra atau melalui luka-luka kecil Kondom Pria Sering disebut karet KB atau kapotjes, karena dapat mencegah penyakit kelamin. Kondom dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular kelamin lainnya yang berfungsi sebagai perisai terhadap jasad renik pathogen,

9 termasuk HIV. Sekalipun kondom lateks dapat disebut cukup baik dalam melindungi diri terhadap penularan HIV dan kuman-kuman lainnya, masih belum bisa dikatakan 100% efektif dalam penularan HIV. Inilah sebabnya kita menyebut perilaku seks yang lebih aman dan bukan seks yang benar-benar aman Kelebihan Kondom a. Tersedia bila dibutuhkan b. Dapat dibeli tanpa resep c. Tidak Perlu pengukuran khusus d. Dapat disimpan hingga saat diperlukan e. Dapat segera dibuang setelah digunakan G. Voluntary Conselling and Testing (VCT) Voluntary Conseling Tes (VCT) adalah proses konseling pra testing, konseling post testing dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV 19. VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanankesehatan HIV/AIDS berkelanjutan. 1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien mencari pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif, Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART

10 2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif dimana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan memahami diri akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya, dan mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat. 3. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan, konsekuensi, dan risiko. Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT): 1) Sukarela dalam melaksanakan testing HIV Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak ditangan klien. Kecuali testing HIV pada donor di unit transfusi dan transplantasi jaringan, organ tubuh dan sel. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual, rekruitmen pegawai/tenaga kerja Indonesia, dan asuransi kesehatan. 2) Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasiyang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan untuk didiskusikan diluar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak

11 dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui. 3) Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasiltesting dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasiltesting positif. 4) Testing merupakan salah satu komponen dari VCT WHO dan Departeman Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor yang lainnya yang disetujui oleh klien. a. Model Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela (VCT) Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai layanan terkait yang dibutuhkan,misalnya klinik IMS, klinik TB,ART, dan lainnya. Lokasi layanan VCT hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga mudah diakses dan mudah diketahui oleh klien VCT. Nama klinikcukup mudah dimengerti sesuai dengan etika dan budaya setempat dimana pemeberian nama tidak mengundang stigma dan diskriminasi.

12 b. Model Layanan VCT terdiri dari: 1) Mobile VCT (Penjangkauan dan Keliling) Layanan Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela model penjangkauan dan keliling dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu. Layanan ini diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok masyarakat di wilayah dukungan lainnya di daerah setempat. 2) Statis VCT (Klinik VCT tetap) Pusat Konseling dan Testing HIV/AIDS sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya harus memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan konseling dan testing HIV/AIDS, layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV/AIDS. H. Perilaku Perilaku menurut ensiklopedi Amerika adalah suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya. Ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila adanya sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan akan menghasilkan perilaku tertentu. 20

13 Albert Bandura (1886) seorang psikologi pendidikan telah mengembangkan teori pembelajaran sosial. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, akan tetapi teori ini lebih banyak memberikan penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku dan proses-proses mental internal. Dalam teori pembelajaran sosial ini, akan menjelaskan tentang penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasanpenjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Teori belajar sosial Bandura didasarkan oleh tiga konsep, yaitu: Determinan Resiprokal: pendekatan yang menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, perilaku, dan lingkungan. Determinan resiprokal inilah yang menjadi dasar dari teori belajar bandura dalam memahami tingkah laku. 2. Beyond Reinforcement: bahwa setiap perilaku tidak selalu menggunakan reinforcement dalam pembentukannya. Menurut Bandura, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, bukan sebagai satu-satunya pembentuk tingkah laku. Karena baginya orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati kemudian mengulangi apa yang diamati. 3. Kognisi dan Self Regulation: Bandura menempatkan manusia sebagai seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan

14 dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Dalam pandangan belajar sosial manusia tidak didorong oleh kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Bandura mengembangkan model determinan resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, personal mempengaruhi perilaku. Faktor personal (kognitif) Bandura tidak mempunyai kecenderungan kognitif, terutama pembawaan personalitas dan tempramen. Faktor kognitif mencangkup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan. 22

15 I. Kerangka Teori Faktor Kognitif/ Person 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Pengharapan Faktor Lingkungan 1. Norma Sosial 2. Pola Interaksi 3. Pengaruh Satu Sama Lain Faktor Perilaku 1. Keterampilan 2. Latihan 3. Efikasi Diri Keterangan : Hubungan timbal balik = Resiprocal Determinan / Mempengaruhi Dipengaruhi/ Gambar 2.1 Teori Pembelajaran Sosial ( Sumber: King Laura.,2010. Psikologi Umum )

16 Faktor Kognitif/ Person: 1. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu tertentu. 2. Sikap, perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. 3. Pengharapan, dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Faktor Lingkungan : 1. Norma sosial, kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan masyarakatnya. 2. Pola interaksi, hubungan antar individu kelompok dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi merubah baik dari yang buruk mejadi lebih baik atau sebaliknya. 3. Pengaruh satu sama lain, hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif.

17 Faktor Perilaku: 1. Keterampilan, kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitasdalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 2. Latihan, suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik untuk peningkatan kualitas diri. 3. Efikasi diri, persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan

18 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP KOGNITIF 1. Pengetahuan tentang tes HIV LINGKUNGAN 1. Peran teman sebaya untuk melakukan tes HIV 2. Peran LSM PERILAKU 1. Praktik responden untuk tes HIV/AIDS Gambar 3.1 Alur Penelitian

19 B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dimana tujuan penelitian ini adalah pengembangan konsep yang bisa membantu memahami fenomena sosial dalam lingkungan yang alami bukan merupakan suatu percobaan pada makna-makna pengalaman dari pandangan respondennya. 23 C. Variabel Penelitian Ada beberapa variabel dalam penelitian antara lain yaitu: 1. Pengetahuan tentang tes VCT 2. Peran teman sebaya untuk tes HIV 3. Peran petugas LSM 4. Praktik tes HIV D. Definisi Operasional 1. Pengetahuan responden tentang tes HIV Pemahaman responden mengenai tes HIV, cara tes HIV, dimana melakukan tes HIV. 2. Pengaruh teman sebaya untuk tes HIV Pendapat responden terhadap peran dan pengaruh teman sebaya untuk melakukan tes HIV. 3. Peran LSM untuk tes HIV Pendapat responden terhadap peran LSM dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok gay dalam melakukan tes HIV. 4. Praktik responden untuk tes HIV Perilaku responden untuk tes HIV, sudah melakukan atau belum, tindakan nyata responden melakukan tes HIV.

20 E. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah gay yang bersedia memberikan keterangan yang diperlukan oleh peneliti. Subjek penelitian kualitatif merupakan responden yang akan dimintai informasi atau permasalahan dalam penelitian. Jumlah subjek dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan, karena menggunakan pengambilan subjek secara snowball. Jumlah seluruh responden akan dihentikan bila peneliti sudah mendapat data yang diinginkan dan sesuai tujuan penelitian. Yang menjadi kriteria dalam penelitian ini adalah: 1. Gay/ Homoseksual 2. Seksual aktif 3. Domisili di Semarang 4. Pernah didampingi LSM 5. Bersedia menjadi responden penelitian Dengan purposive sampling adalah sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria peneliti, metode yang digunakan adalah triangulasi. Penelitian kualitatif adalah ditujukan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen-dokumen penunjang 24.Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder meliputi: a. Data Primer Yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan melakukan wawancara mendalam pada responden, yaitu gay dan informan untuk melakukan pengecekkan ulang pada pasangan seksual gay. Wawancara

21 mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kebiasaan umum kelompok yang menjadi target beserta alasan yang melatarbelakanginya 25. b. Data Sekunder Merupakan data tambahan atau data pelengkap yang berhubungan dengan penelitian. Beberapa petikan dokumen, surat dan rekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi 26. F. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara mendalam Disusun berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan untuk menggali lebih dalam tentang perorangan. Wawancara ini berguna untuk masalah yang sensitif, bila masalah harus digali secara mendalam, bila tanggapan perorangan lebih diperlukan dari pada tanggapan kelompok, atau bila lebih sulit menggumpulkan responden dalam kelompok. Wawancara mendalam digunakan ketika: 27 a.) Masalah rumit terjadi di penelitian b.) Masalah sensitif c.) Responden yang terpencar d.) Tekanan kelompok sebaya Keuntungan wawancara mendalam: a.) Mendapatkan kesempatan untuk mengetahui lebih dalam tentang responden b.) Kesempatan membahas masalah yang sangat sensitif dan emosional tanpa diamati orang lain c.) Kesempatan untuk mewawancarai sasaran yang sulit dicapai dengan mendatangi lokasi yang dipilih responden

22 Kelemahan: a.) Membutuhkan waktu yang lama untuk merencanakan, melaksanakan, dan menganalisa b.) Informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan umum. c.) Dokumentasi Teknik pengumpulan data berupa data sekunder berupa foto yang diperoleh dari sumber-sumber penelitian 28. d.) Alat Pengumpulan Data Wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen panduan wawancara atas pertanyaan terbuka dimana subyek peneliti dapat menjawab pertanyaan dengan bebas tanpa adanya paksaan. G. Validitas Data Di dalam pengumpulan data ini dilakukan triangulasi, yaitu memverivikasi, mengecek, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain maupun sumber informasi lainnya untuk mendapatkan data yang sebenarnya 29. Dalam penelitian kualitatif validitas perlu dilakukan untuk menguatkan hasil dari informasi yang berbeda-beda. Cara memvaliditas data menggunakan jenis triangulasi yang akan ditanyakan kembali kepada 3 orang berbeda dari informan crosscheck yaitu teman sebaya, pasangan gay, dan LSM Semarang Gaya Community merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah pemeriksaan

23 kepada sumber yang berbeda dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi yang lebih luas dari sudut pandang yang berbeda dan menggunakan analisis kualitatif tematik. H. Pengolahan dan Analisis Data Analisa data merupakan usaha proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab permasalahan tema apa yang dapat ditemukan pada data dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema tersebut kemudian dianalisis dan ditafsirkan hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dijadikan saran dan masukan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2007) adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data dokumentasi. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi 2. Reduksi Data Mengorganisasikan data dengan cara membaca skema transkrip kemudian di koding denagn membuat simbol yang dibuat peneliti dan mempunyai arti berdasarkan topik setiap kelompok kata kalimat dari transkrip yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori dan dicari hubungan antara kategori tersebut. 3. Penyajian data atau data display

24 Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat yaitu dengan teks dalam bentuk naratif dengan variabel penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Hasil penelitian dibandingkan dengan pernyataan dan tujuan penelitian. I. Gambaran Umum Proses Penelitian di Lapangan 1. Langkah Penelitian di Lapangan Pada awal penelitian, peneliti melakukan pendekatan dengan subjek penelitian dengan dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community sebagai informan untuk pendekatan dengan subjek penelitian. 2. Daftar Responden Daftar responden dilakukan setelah peneliti melakukan pendekatan dengan responden kelompok gay yang merupakan dampingan LSM Seamarang Gaya Community. 3. Waktu dan tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di tempat yang disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada saat subjek penelitian bisa melakukan wawancara mendalam 4. Pendekatan Subjek Peneliti melakukan pendekatan awal dengan subjek penelitian yang dibantu oleh LSM Semarang Gaya Community. Dari informasi LSM ini akan diperoleh subjek penelitian yang akan diteliti. 5. Pengumpulan Data

25 Pada tahap awal wawancara mendalam, peneliti memperkenalkan diri melakukan pendekatan dengan subjek penelitian. Dalam perkenalan ini peneliti berusaha membangun kedekatan dengan subjek penelitian, agar lebih bisa akrab dan mendapatkan banyak informasi. Dalam melakukan wawancara mendalam peneliti berusaha menjaga suasana agar tidak kaku dalam melakukan wawancara. Peneliti mengajak subjek penelitian bercanda ditengah-tengah wawancara. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara mendalam tergantung pada situasi dan reponden yang diwawancarai. 6. Hambatan di Lapangan Dalam penelitian ini tidak terdapat hambatan yang terjadi. Subjek penelitian tidak susah untuk ditemui, mereka bersedia di wawancara dengan tangan terbuka. 7. Batasan batasan yang digunakan dalam menganalisa data yaitu: a. Sebagian Kecil : Jumlah subjek penelitian kurang dari 2 b. Sebagian Besar : Jumlah subjek penelitian lebih dari 2 c. Semua Subjek : Jumlah subjek penelitian 4

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU GAY UNTUK TES HIV DI LSM SEMARANG GAYA COMMUNITY

GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU GAY UNTUK TES HIV DI LSM SEMARANG GAYA COMMUNITY GAMBARAN FAKTOR KOGNITIF DAN LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU GAY UNTUK TES HIV DI LSM SEMARANG GAYA COMMUNITY SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS ANDA DAN HIV/AIDS, IMS Tahun 2008 APAKAH AIDS ITU? AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh. AIDS = A c q u i r e d I m m u n e D e f i c i e n c y Syndrome. AIDS bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkup seksual bukan sekedar kata seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual. Kondisi seksualitas

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina, BAB 4 IMS Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda Kamu tahu ga sih apa itu IMS? Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

HIV/AIDS dapat menyerang setiap orang tanpa membedakan usia, ras, latar belakang kebudayaan ataupun agama.

HIV/AIDS dapat menyerang setiap orang tanpa membedakan usia, ras, latar belakang kebudayaan ataupun agama. HIV An Intrductin (Language: Indnesian) HIV Pendahuluan 1.1 Tahukah anda? 1.2 Apa perbedaan antara hiv dan aids? 1.3 Bagaimana penularan virus hiv? 1.4 Bagaimana saya dapat menghindari terjangkitnya virus

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu?

Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu? WASPADA HIV/AIDS Apakah Infeksi Menular Seksual (IMS) itu? Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Penyakit Kelamin adalah penyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan kelamin.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa Human Immunodeficiency Virus (HIV),

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Untuk Kalangan Terbatas www.aidsindonesia.or.id IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Apa itu IMS? IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (vaginal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

PENGERTIAN HIV DAN AIDS

PENGERTIAN HIV DAN AIDS PENGERTIAN HIV DAN AIDS H I V a. H I V adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus atau jasad renik yang sangat kecil yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bentuk HIV seperti

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu penyakit menular yang merupakan kumpulan gejala penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah Tidak ada asap tanpa adanya api, tentu tidak

Lebih terperinci

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa perkembangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi

Konseling & VCT. Dr. Alix Muljani Budi Konseling & VCT Dr. Alix Muljani Budi Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien utk memberikan dukungan mentalemosinal kepada klien mencakup upaya-upaya yang spesifik, terjangkau dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

PROSEDUR WAWANCARA PERAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DALAM PELAKSANAAN PERDA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG

PROSEDUR WAWANCARA PERAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DALAM PELAKSANAAN PERDA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG LAMPIRAN PROSEDUR WAWANCARA PERAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DALAM PELAKSANAAN PERDA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG A. Pembukaan 1. Peneliti mengucapkan salam dan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

HIV - AIDS dan IMS. Penularan dan Pencegahan

HIV - AIDS dan IMS. Penularan dan Pencegahan HIV - AIDS dan IMS Penularan dan Pencegahan HIV Virus Penyebab AIDS HIV = Human Immunodeficiency Virus HIV adalah Virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh tidak

Lebih terperinci

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran warga negara dalam terselenggaranya pemerintahan dalam suatu negara adalah penting hukumnya. Pemerintahan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik dalam

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,

Lebih terperinci

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan sebagai salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di

Lebih terperinci

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

Lebih terperinci