PENYUSUNAN PERDA DAN PERATURAN ZONASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN PERDA DAN PERATURAN ZONASI"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa lingkup kegiatan pelaksanaan penataan ruang meliputi tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan tata ruang, tahap pemanfaatan ruang, dan tahap pengendalian pemanfataan ruang. Ketiga tahapan tersebut selayaknya berjalan secara kontinyu tanpa putus dengan keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan penataan ruang. Dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten, pemerintah kabupaten mempunyai wewenang dalam hal perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banywuangi Tahun , struktur perkotaan Kecamatan Rogojampi adalah sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL). Dilihat dari perkembangan wilayah, Kota Rogojampi merupakan pusat pengembangan untuk Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Tengah Barat dengan fungsi utama yaitu sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, dan pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan. Sedangkan wilayah belakangnya meliputi Kecamatan Muncar, Singojuruh, Kabat, Srono, Songgon dan Cluring. Penyusunan RDTR tersebut sangat diperlukan untuk menentukan pemanfaatan ruang bagi kawasan-kawasan yang sangat strategis, serta mengamankan kawasankawasan yang memerlukan perlindungan dari adanya pembangunan yang tidak terkendali. Penyusunan RDTR dan peraturan zonasi merupakan turunan dari RTRW Kabupaten Banyuwangi. 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud Maksud dari Peraturan Daerah dan Peraturan si Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi Tahun antara lain: Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan, dan Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen Peraturan Daerah dan Peraturan si Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi sebagai bentuk operasional pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat sesuai dengan rencana dan menjamin bahwa Rencana Tata Ruang sudah memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup berkelanjutan dengan tetap memperhatikan aspirasi stakeholder. 1-1

2 1.2.3 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini, adalah : 1. Tersajinya data dan informasi wilayah Kota Rogojampi yang akurat dan aktual. 2. Terumusnya kebijakan dan strategi dalam penataan ruang kawasan yang tertuang dalam peraturan daerah dan peraturan zonasi tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) yang dapat mengakomodir dinamika pembangunan; 3. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kota Rogojampi baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat; 4. Peningkatan minat investasi masyarakat dan dunia usaha di Kota Rogojampi; 5. Memberikan pedoman untuk penyusunan peraturan zonasi, pemberian advise planning, pengaturan bangunan setempat dan dalam pemberian perijinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup untuk kegiatan Penyusunan Perda dan Peraturan si Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi ini meliputi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi Ruang Lingkup Wilayah Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi adalah Kawasan Perkotaan Rogojampi; yang terdiri dari tujuh Kelurahan/Desa, yaitu Rogojampi, Pengantigan, Lemahbangdewo, Kaotan, Karengbendo, Kedaleman, Gitik sesuai dengan kawasan perkotaan yang termuat dalam RTRW Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil survey dan pengembangan kawasan serta kebijakan perencanaan tata ruang diatasnya, maka arahan deliniasi Perkotaan Rogojampi lebih luas daripada kawasan perkotaan pada RDTR terdahulu (penyusunan RDTR Kecamatan Rogojampi tahun 2011). Lingkup wilayah deliniasi Perkotaan Rogojampi dengan batas sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Desa Labanasem Kec. Kabat : Desa Blimbingsari Kec. Rogojampi : Desa Gladag Kec. Rogojampi : Desa Benelan Lor Kec. Kabat Pada batas yang digunakan untuk Perkotaan Rogojampi ini adalah batas fisik jalan local. Orientasi Kecamatan Rogojampi ditunjukkan pada Peta 1.1. Batas administrasi Kecamatan Rogojampi ditunjukkan pada Peta 1.2. Sedangkan deliniasi Perkotaan Rogojampi ditunjukkan pada Peta

3 Peta 1.1 Orientasi Kecamatan Rogojampi 1-3

4 Peta 1.2 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Rogojampi 1-4

5 Peta 1.3 Arahan Deliniasi Perkotaan Rogojampi 1-5

6 1.3.2 Ruang Lingkup Substansi Lingkup kegiatan pekerjaan ini berpedoman pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang. Penyusunan Peraturan Daerah dan Peraturan si Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi Kabupaten Banyuwangi mencakup aspek-aspek berikut. Adapun lingkup materi pekerjaan Penyusunan Perda Dan Peraturan si Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Rogojampi meliputi : A. Tujuan Penataan BWP Rogojampi B. Rencana Pola Ruang yang terdiri atas zona lindung yang meliputi: zona hutan lindung; zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya yang meliputi sub zona bergambut dan sub zona resapan air; zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar mata air; zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan pemakaman; zona suaka alam dan cagar budaya; zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi sub zona rawan tanah longsor, sub zona rawan gelombang pasang, dan sub zona rawan banjir; dan zona lindung lainnya. zona budi daya yang meliputi: zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci berdasarkan kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional, rumah sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah; zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya); zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta; zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, dan sarana pelayanan umum peribadatan; zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil, dan aneka industri; zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5 yang antara lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya; zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata; dan zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran. 1-6

7 C. Rencana Jaringan Prasarana Rencana pengembangan jaringan pergerakan. Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi Rencana pengembangan jaringan air minum Rencana pengembangan jaringan drainase Rencana pengembangan jaringan air limbah Rencana pengembangan prasarana lainnya. D. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya E. Ketentuan Pemanfaatan Ruang F. Peraturan si 1-7

8 1.1 Latar Belakang Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Ruang Lingkup Wilayah... 2 Peta 1.1 Orientasi Kecamatan Rogojampi... 3 Peta 1.2 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Rogojampi... 4 Peta 1.3 Arahan Deliniasi Perkotaan Rogojampi Ruang Lingkup Substansi

9 BAB 2 TUJUAN PENATAAN BWP 2.1 Tinjauan RTRW Terhadap Wilayah Perencanaan Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Banyuwangi yaitu Mewujudkan ruang Kabupaten berbasis pertanian bersinergi dengan pengembangan perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa yang berdaya saing dan berkelanjutan Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten sedangkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam mencapai tujuan dari penataan ruang wilayah di Kabupaten Banyuwangi ditetapkan 10 (sepuluh) kebijakan penataan ruang wilayah yang dijabarkan kedalam beberapa strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi. Adapun kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah : 1. Kebijakan pengembangan kawasan pertanian. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengembangkan lahan pertanian baru. b. Mempertahankan kawasan pertanian produktif. c. Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian. d. Menetapkan kawasan pertanian tanamanan pangan berkelanjutan atau lahan pertanian abadi. e. Mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering. f. Mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan agropolitan. g. Mengembangkan agroindustri dan agrobisnis di kawasan agropolitan. h. Mengembangkan produk-produk unggulan budidaya pertanian dan hortikultura. i. Mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur sumberdaya air. j. Meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan pertanian. k. Mengembangkan budidaya pertanian dan hortikultura yang ramah lingkungan. l. Meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan pertanian. 2. Kebijakan pengembangan kawasan perikanan. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan perikanan tangkap. b. Mengembangkan dan mengotimalkan kawasan perikanan budidaya air laut, budidaya air payau, dan budidaya air tawar. c. Mengoptimalkan kawasan pertambakan. d. Mengoptimalkan pengembangan dan pengelolaan kawasan minapolitan. e. Mengembangkan sentra-sentra produksi perikanan yang mendukung pengoptimalan industri pengolahan perikanan di kawasan minapolitan. 2-1

10 f. Mengendalikan pencemaran lingkungan pada sentra-sentra produksi perikanan dengan meningkatkan pengelolaan limbah industri perikanan yang bersih, sehat, dan ramah lingkungan. g. Mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan perikanan. h. Meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan perikanan. i. Mengawasi dan mengendalikan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan dan kelautan. j. Mengembangkan dan mengendalikan kawasan hutan bakau dan kawasan terumbu karang bagi keberlanjutan ekosistem kawasan perikanan. 3. Kebijakan pengembangan kawasan pariwisata terpadu berbasis potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengembangkan potensi daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan sesuai dengan wilayah pengembangan pariwisata (WPP). b. Mengembangkan kawasan obyek wisata unggulan pada setiap WPP. c. Mengembangkan jalur pariwisata terpadu yang terintegrasi dengan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. d. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan. e. Melestarikan nilai-nilai tradisi atau kearifan budaya masyarakat lokal beserta lingkungannya sebagai daya tarik wisata budaya. f. Melestarikan kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai aset budaya daerah dan pariwisata. g. Meningkatkan kerjasama dalam pengelolaan pariwisata pada kawasan konservasi, kawasan lindung, cagar alam, hutan produksi, dan perkebunan melalui pengembangan ekowisata. h. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pelaku usaha pariwisata dengan pembinaan, penyuluhan, pelatihan, dan promosi bagi pengembangan pariwisata. 4. Kebijakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan dan perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Menetapkan wilayah fungsional Kabupaten sesuai dengan potensi kawasan. b. Meningkatkan peran ibukota perkotaan Banyuwangi sebagai PKW dan peningkatan peran ibukota kecamatan bagi penunjang kegiatan skala lokal. c. Mengembangkan kawasan strategis di Kabupaten. d. Memantapkan keterkaitan dan interaksi antara simpul-simpul pertumbuhan ekonomi perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya. Dan e. Mengembangkan jaringan prasarana wilayah antara sentra produksi dengan pusat produksi. f. Meningkatkan aksesibilitas barang, jasa dan informasi bagi kemudahan investasi di kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa. 5. Kebijakan penataan sektor informal. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. menertibkan sektor informal yang berkembang secara alami b. merelokasi sektor informal pada kawasan yang ditentukan khusus untuk pengembangan sektor informal 2-2

11 c. penataan sektor informal dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung, yaitu: 1) tersedianya tempat sampah; 2) tersedianya sumber air (PDAM); 3) tersedianya tempat parkir; dan 4) tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti tempat duduk, tenda peneduh, gerobak yang bersih dan menarik. 6. Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang mendukung kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa, kawasan pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta pelayanan dasar masyarakat. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan bagi pengembangan kawasan agropolitan, kawasan minapolitan, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan pertahanan dan keamanan. b. Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan menuju pusat kegiatan pelayanan dasar masyarakat. c. Mengembangkan jalan baru menuju kawasan potensi ekonomi wilayah. d. Mengembangkan jalan lingkar perkotaan. e. Mengembangkan angkutan umum yang mengakses pusat kegiatan di kawasan perdesaan f. Mengoptimalkan sistem jaringan kereta api; g. Mengoptimalkan fungsi bandar udara yang telah dikembangkan sebagai gerbang pertumbuhan ekonomi; h. Mengoptimalkan sistem pelabuhan laut dan angkutan laut i. Meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan irigasi. j. Mengembangkan prasarana sumberdaya air. k. Mengembangkan prasarana telekomunikasi. l. Mengembangkan prasarana sumberdaya energi alternatif baru terbarukan. 7. Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah: a. menetapkan kawasan strategis dan kawasan andalan kabupaten didukung dengan penyusunan dokumen rencana rinci tata ruang kawasan, studi kelayakan dan rencana detail desain kawasan; b. mengembangkan infrastruktur penunjang di kawasan strategis; c. mengoptimalkan percepatan pengembangan kawasan strategis melalui kerjasama investasi pemerintah, swasta dan masyarakat; d. mempersiapkan lahan pengembangan dan mengendalikan tata guna lahan di sekitar kawasan strategis; dan e. mengoptimalkan proses pelayanan perizinan terpadu yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel guna mendorong minat investasi di kawasan strategis. 8. Kebijakan pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengembangkan dan mengendalikan pengelolaan wilayah-wilayah pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil. 2-3

12 b. Mempertahankan kawasan hutan lindung. c. Mengembangkan kawasan hutan produksi. d. Mengembangkan kawasan perkebunan. e. Mengembangkan hutan dan perkebunan rakyat. f. Mengembangkan dan mengendalikan ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan, sempadan jalan, sempadan sungai, sempadan pantai, ruang evakuasi bencana alam, dan kawasan perlindungan bawahan. Dan g. Melestarikan dan merehabilitasi pada daerah tangkapan air dan sumber-sumber air. h. Pengendalian daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan. 9. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan kearifan lokal dan memperhatikan aspek ekologis. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan kehutanan, dan kawasan peruntukan peternakan yang terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan agrobisnis. b. Mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata dan kawasan budaya daerah yang berwawasan lingkungan. c. Mengembangkan kawasan peruntukan industri atau kawasan industri dengan memperhatikan daya dukung, kelestarian lingkungan, pemerataan, penyediaan infrasruktur penunjang kawasan, yaitu: 1) Tersedianya akses jalan untuk kelancaran transportasi. 2) Tersedianya sumber energi (listrik dan gas). 3) Tersedianya sumber air (air permukaan, pdam, air tanah bawah). 4) Tersedianya system dan jaringan telekomunikasi. 5) Tersedianya fasilitas penunjang lainnya, seperti: kantor pengelola, kantin, bank, pemadam kebakaran, poliklinik, sarana ibadah, pos kemanan, sarana olah raga, dan halte angkutan umum. d. d) Mengembangkan sentra industri kecil dan industri rumah tangga berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan. e. e) Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan potensi bahan galian, geologi dan geohidrologi dengan prinsip memperhatikan kelestarian lingkungan. f. Mengembangkan peruntukan kawasan perdagangan dan jasa. g. Mengembangkan peruntukan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan yang seimbang dalam penyediaan sarana dan prasarana permukiman dengan ruang terbuka hijau, berwawasan lingkungan, serta terintegrasi dengan sistem trasnportasi. 10. Kebijakan pengendalian dan pelestarian kawasan lindung. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mengendalikan perubahan fungsi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi. 2-4

13 b. Memantapkan tata batas dan luasan fungsi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi. c. Menetapkan dan/atau mempertegas zona kawasan perlindungan setempat yang berfungsi sebagai sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan sekitar waduk/embung, danau, sempadan rawa, sempadan sekitar mata air dan ruang terbuka hijau. d. Meningkatkan upaya preservasi dan konservasi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan kawasan lindung geologi untuk menjaga luasannya dan meminimalkan kerusakan. e. Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan lindung. f. Mencegah perkembangan kegiatan budidaya di kawasan lindung. g. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam pengelolaan kawasan lindung yang berkelanjutan. h. Meningkatkan nilai ekonomis kawasan lindung yang menunjang pengembangan pariwisata, pendidikan, penelitian dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. i. Meningkatkan keterpaduan pembangunan kawasan lindung dengan pembangunan wilayah terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi. 11. Kebijakan pengendalian kawasan rawan bencana alam. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Menetapkan kawasan rawan bencana alam sesuai sifat dan jenis bencana alam berupa bencana gempa, bencana banjir, bencana kerentanan gerakan tanah, bencana letusan gunung berapi, bencana gelmbang pasang dantsunami, bencana kebakran hutan. b. Mengidentifikasi tingkat resiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam. c. Mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana sesuai sifat dan jenis bencana, serta karakteristik wilayah. d. Mengembangkan sistem mitigasi bencana. e. Mengembangkan manajemen perencanaan, pencegahan, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada kawasan rawan bencana alam. 12. Kebijakan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi didalam mewujudkan kebijakan ini adalah : a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara. b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara untuk menjaga fungsi dan peruntukannya. c. Mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara sebagai zona peyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun. d. Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan/ TNI. 2-5

14 2.2 Isu Strategis Kawasan Perencanaan Isu Strategis Beberapa issue strategis di Kecamatan Rogojampi antara lain: 1) Pengembangan Wilayah: Rencana Penetapan Perkotaan Rogojampi sebagai Pusat Kegiatan lingkungan (PKL) di Kabupaten Banyuwangi selain itu Kota Rogojampi juga sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Tengah Timur yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan bandar udara Blimbingsari dan Fishery Town bagi Kabupaten Banyuwangi 2) Pengembangan Prasarana Wilayah: Rencana pengembangan jalan lintas selatan, serta adanya pengembangan jaringan Transportasi pendukung prasarana wilayah, seperti bandara udara Blimbingsari dan juga terminal bongkar muat 3) Ekonomi: Kecamatan Rogojampi merupakan daerah pengembangan kegiatan pertanian yang cukup subur selain itu juga memiliki potensi perikanan. Kecamatan Rogojampi yang berbatasan langsung dengan Selat Bali, memiliki potensi perikanan yang cukup besar baik perikanan laut maupun darat terutama di desa/kelurahan Bomo dan Blimbingsari, selain itu potensi lain yang dimiliki Kecamatan Rogojampi adalah Potensi pariwisata pantai yang terdapat di desa Blimbingsari dan Bomo. 4) Lingkungan: Tidak adanya lokasi tempat pembuangan sampah akhir yang terpadu, menyebabkan adanya penumpukan sampah di beberapa lokasi maupun tanah kosong, sehingga keadaan ini dapat menjadi permasalahan di kemudian hari. 5) Sosial Budaya: Masih adanya keluarga miskin dan permasalahan sosial lainnya. Untuk lebih jelasnya issue-issue strategis di Kecamatan Rogojampi sebagaimana terlihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Issue-Issue Strategis Di Kecamatan Rogojampi Issue Strategis Potensi Permasalahan Peluang Ancaman Pengembangan Wilayah Rencana Penetapan Perkotaan Rogojampi sebagai Pusat Kegiatan lingkungan (PKL) di Kabupaten Banyuwangi. Kota Rogojampi juga sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Tengah Timur yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan bandar udara Blimbingsari dan Fishery Town bagi Kabupaten Banyuwangi Memiliki jumlah penduduk yang memadai Memiliki lahan pengembang an yang masih luas Berada pada lintas regional Surabaya - Bali Sebagian fasilitas pada kawasan perkotaan masih terpusat di kelurahan Rogojampi, sementara kawasan perkotaan lainnya yg ditetapkan kondisi fasilitasnya belum memadai Sarana dan prasarana pendukung sebagai sudah tampak Memiliki aksesbilitas tinggi karena dilalui oleh jalur regional Surabaya- Pasuruan- Banyuwangi-Bali Pengembangan permukiman baru Adanya perkembangan kecamatan lain yang lebih pesat dibandingkan dengan Kecamatan Rogojampi 2-6

15 Issue Strategis Potensi Permasalahan Peluang Ancaman Pengembangan Prasarana Wilayah Rencana pengembangan jalan lintas selatan Memiliki aksesbilitas tinggi Adanya pengembangan Bandara Udara Blimbingsari Ekonomi Pengembangan potensi ekonomi - Lingkungan Belum adanya sistim pengolahan sampah yang terpadu sehingga dapat mengancam kebersihan lingkungan Sosial Budaya Masih adanya keluarga miskin dan permasalahan Dapat meningkatka n aksesbilitas di Kecamatan Rogojampi - Menjadi daya tarik investor Kecamatan Rogojampi merupakan wilayah yang potensial di sektor pertanian, perikanan maupun pariwisata. Adanya inisiatif masyarakat untuk melakukan pengolahan sampah secara terpadu Adanya lahan kosong yang daapat dimanfaatkan sebagai TPS. Tersedianya sarana pendidikan Terjadinya ketimpangan perkembangan kawasan antara kawasan yang dilalui maupun tidak dilalui oleh jalur utama/arteri primer Kurang mendukungnya kondisi Sarana aksesibilitas menuju bandara Ketersediaan sarana dan prasarana belum memadai Kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan hasil masih terbatas Kurangnya sarana pendukung kebersihan lingkungan Rendahnya SDM ditandai dengan masih tingginya Posisi yang strategis berada di jalur lintas regional Dukungan pemerintah daerah untuk pengembangan Bandar udara Blimbingsari Kecamatan Rogojampi memiliki aksesibilitas yang tinggi Adanya upaya pengembangan perikanan dengan ditetapkannya Desa Bomo sebagai kawasan Fishery Town. Ada rencana pengembangan TPS di dekat Pasar Hewan Gitik dan di desa Bomo dan Aliyan Perkembangan penduduk yang dapat menjadi Kurangnya aksesibiltas akan menurunkan produktivitas dan perkembangan suatu kawasan Banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan Bandar Udara Blimbing Sari, sehingga pemanfaatannya belum cukup maksimal Rendahnya kualitas pengelolaan sumber daya alam utamanya di sektor pertanian akan berdampak pada rendahnya produktivitas pertanian dan masyarakat pertanian. Rendahnya kualitas pengelolaan akan berdampak pada rendahnya produksi. Tidak adanya TPA dengan skala Kabupaten dapat menyebabkan Peningkatan volume sampah di TPS di kecamatan Rogojampi Ancaman lainnya adalah belum tertatanya 2-7

16 Issue Strategis Potensi Permasalahan Peluang Ancaman sosial lainnya yang memadai di Kecamatan Rogojampi Potensi ekonomi baik perikanan maupun pertanian permasalahan sosial yang terjadi diantaranya adalah masalah keluarga miskin, pengangguran maupun permasalahan sosial lainnya. modal pembangunan. administrasi kependudukan Sumber : Revisi RDTR Kecamatan Rogojampi Potensi Beberapa potensi yang diidentifikasikan di Kecamatan Rogojampi antara lain adalah: 1) Rencana Penetapan Perkotaan Rogojampi sebagai Pusat Kegiatan lingkungan (PKL) di Kabupaten Banyuwangi dan penetapan Kota Rogojampi sebagai pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Banyuwangi bagian Tengah Timur yang sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan bandar udara Blimbingsari dan Fishery Town bagi Kabupaten Banyuwangi, akan mendorong pertumbuhan Kota Rogojampi sebagai pusat pelayanan umum, pusat pemerintahan kecamatan serta pusat perdagangan dan jasa bagi daerah pelayanannya. 2) Rencana pengembangan Jalan Lintas Selatan, serta adanya pengembangan jaringan transportasi pendukung prasarana wilayah, seperti bandara udara Blimbingsari dan juga terminal bongkar muat, akan mempermudah akses Kota Rogojampi pada lingkup eksternal (lingkup kabupaten dan regional) maupun internal (lingkup daerah pelayanannya). 3) Kecamatan Rogojampi merupakan daerah pengembangan kegiatan pertanian yang cukup subur selain itu juga memiliki potensi perikanan. Kecamatan Rogojampi yang berbatasan langsung dengan Selat Bali, memiliki potensi perikanan yang cukup besar baik perikanan laut maupun darat terutama di Desa/Kelurahan Bomo dan Blimbingsari, selain itu potensi lain yang dimiliki Kecamatan Rogojampi adalah potensi pariwisata pantai yang terdapat di Desa Blimbingsari dan Bomo. Kota Rogojampi mempunyai peran besar sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa yang berbasis pertanian, perikanan dan pariwisata. 4) Lokasinya berada pada jalur transportasi yang menghubungkan Jember-Banyuwangi merupakan keuntungan lokasi yang mampu mendorong pertumbuhan Kota Rogojampi lebih cepat. 5) Potensi ini akan meningkatkan kemudahan akses Kota Rogojampi secara eksternal baik menggunakan angkutan jalan raya maupun jalur kereta api. Masih tersedia lahan belum terbangun yang dapat dialihfungsikan untuk pengembangan kawasan perkotaan Permasalahan 1) Perkembangan kota cenderung linier di sepanjang periferi koridor utama kota, sedangkan wilayah belakangnya belum berkembang. 2) Peluang terjadinya konflik penggunaan lahan (antara lain perkantoran yang bersebelahan dengan bengkel kendaraan bermotor, pasar hewan yang berlokasi di kawasan pusat kota, Rumah Pemotongan Hewan yang berlokasi di kawasan pusat kota), karena itu perlu diantisipasi sejak dini. 2-8

17 3) Pengembangan bangunan-bangunan di sepanjang koridor utama Kota Rogojampi yang tumbuh tidak terkendali, apabila tidak dikendalikan sejak awal. Antara lain pelanggaran GSB, kurangnya penyediaan tempat parkir, disharmoni tampilan wajah bangunan secara sekuensial. 4) Penyediaan inrastruktur yang belum merata karena hanya terkonsentrasi di sepanjang periferi jalan utama. 5) Lingkungan: tidak adanya lokasi tempat pembuangan sampah akhir yang terpadu, menyebabkan adanya penumpukan sampah di beberapa lokasi maupun tanah kosong, sehingga keadaan ini dapat menjadi permasalahan di kemudian hari. 6) Belum terlihatnya jatidiri Kota Rogojampi terutama pada civic center. 2.3 Tujuan Penataan BWP Berdasarkan karakteristik yang diidentifikasikan selanjutnya diusulkan tujuan penataan Kawasan Perkotaan Rogojampi sebagai berikut : Mewujudkan Perkotaan Rogojampi sebagai pusat Wilayah Pengembangan Banyuwangi Tengah Timur yang berbasis pada pengembangan fasilitas pemerintahan, perdagangan dan jasa, fasilitas pelayanan umum dan jaringan prasarana untuk menarik investasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Konsep penataan ruangnya adalah : a. Pengembangan pusat pemerintahan kecamatan. b. Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pelayanan umum. c. Pengembangan aksesbilitas eksternal dan internal baik jaringan prasarana transportasi jalan raya maupun jaringan rel kereta api. d. Penyusunan Peraturan si yang operasional sebagai dasar untuk menerbitkan perizinan pembangunan. e. Terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tertib, lancar dan sehat. 2.4 Kebijakan dan Strategi Penataan BWP Berdasarkan tujuan penataan ruang Perkotaan Rogojampi, maka kebijakan penataan ruang Perkotaan Rogojampi untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut : Kebijakan (1) Kebijakan (2) Kebijakan (3) Kebijakan (4) : Pengembangan infrastruktur di wilayah Perkotaan Rogojampi : Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan : Pengembangan kegiatan perdagangan jasa untuk mengoptimalkan peningkatan pelayanan di Perkotaan Plaosan : Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang disusun untuk meraih tujuan penataan ruang Perkotaan Rogojampi. Dari kebijakan-kebijakan tersebut maka dirumuskan strategi-strategi sebagai paduan dalam operasionalisasinya. Kebijakan dan strategi dari penataan ruang Perkotaan Rogojampi dapat dijelaskan sebagai berikut : Kebijakan (1) Strategi : : Pengembangan infrastruktur di wilayah Perkotaan Rogojampi 1. Membangun akses jalan tembus dan jalan lingkar; 2. Membangun dan peningkatan jalan tembus dan jalan lingkar sebagai jalan penghubung guna mengurangi kemacetan; 2-9

18 3. Membangun dan meningkatkan perkerasan jalan lokal dan lingkungan. Kebijakan (2) Strategi : : Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan 1. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan umum di Perkotaan Rogojampi 2. Peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana 3. Mengembangkan jaringan prasarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakkat Kebijakan (3) : Pengembangan kegiatan perdagangan jasa untuk mengoptimalkan peningkatan pelayanan di Perkotaan Rogojampi Strategi : 1. Mengembangkan fasilitas perdagangan dan jasa skala lokal dan regional sebagai pusat pelayanan PKL dan pada sub pusat pelayanan sesuai dengan struktur ruang 2. Mengendalikan secara ketat di sepanjang jaringan kolektor primer. Kebijakan (4) : Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung 1. Pengendalian dan pengawasan sempadan sungai dan rel kereta api; 2. Pengembangan RTH. 2-10

19 BAB 3 RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang pada dasarnya menggambarkan peruntukan ruang dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Untuk mengarahkan pola ruang ini maka dibuat konsep pengembangan perkotaan dan materi pola ruang Perkotaan Rogojampi. 3.1 Konsep Pengembangan Perkotaan Skenario Pengembangan Perkotaan Scenario pengembangan wilayah ditinjau berdasarkan sistem pusat kegiatan dan sistem perkotaan. Hal ini berdasarkan kebijakan yang menjadi payung pengembangan untuk Perkotaan Rogojampi. Adapun skenario pengembangan Perkotaan Rogojampi adalah: 1. Pengembangan Pusat Perdagangan Skala Regional meliputi Pasar Regional, Pasar Induk/Pasar Khusus, seperti Pasar Hewan di Desa Gitik. 2. Mengembangkan kawasan pemerintahan, perdagangan jasa, dan pelayanan umum sebagai pendukung kawasan pengembangan pusat kegiatan lokal (PKL). 3. Mengembangkan sistem jaringan yang menjadi bagian dan terintegrasi dengan sistem jaringan di Perkotaan Rogojampi, Kecamatan Rogojampi atau Kabupaten Banyuwangi. 4. Mengembangkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi arah pertumbuhan kawasan dan kebutuhan pengembangan baik karena pengaruh internal maupun pengaruh eksternal di Perkotaan Rogojampi 5. Mengembangkan kawasan permukiman tetap memperhatikan kebutuhan fasilitas dan menjadi dasar dalam alokasi pola ruang dan jenis kegiatan yang dikembangkan dalam masing-masing zona pengembangan. 6. Menyusun program yang lebih rinci dalam kawasan yang diprioritaskan pengembangannya. 7. Meningkatkan kuantitas fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 8. Meningkatkan kapasitas dan sirkulasi pergerakan melalui peningkatan mutu jalan eksisting dan penyediaan jalan baru berupa jalan alternatif atau lingkar untuk membagi beban jalan terutama pada pusat aktifitas. 9. Menunjang peningkatan aksesibiltas dan sirkulasi pergerakan melalui penyediaan sarna penunjang terutama ruang pejalan kaki atau pedestrian, dan rambu-rambu lalu lintas pendukung. 10. Mengembangkan sistem pelayanan utilitas yang melayani semua kebutuhan yang terdiri dari jaringan air bersih, drainase, listrik, pengolahan limbah, dan telekomunikasi. 11. Mengembangkan intensitas bangunan dan kegiatan secara efesien dan saling munanjang serta menghindaran konflik antar kegiatan melalui pengalokasian ruang yang sesuai dengan kebutuhan dan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. 3-1

20 3.1.2 Sistem Keterpusatan Berikut beberapa arahan sistem pusat kegiatan di Perkotaan Rogojampi : 1) Menetapkan dan mengembangan sarana transportasi berupa jalan arteri sekunder disepanjang jalur Jalan Raya Rogojampi sebagai koridor utama dan jalan lingkar sebagai arteri sekunder di Perkotaan Rogojampi; 2) Mengembangkan Koridor Jalan Raya Rogojampi sebagai pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, Perkantoran, Kesehatan dan Pendidikan Skala Regional; 3) Mengembangkan pusat lingkungan pada setiap Sub BWP, sebagai upaya untuk mendekonsentrasikan perkembangan secara seimbang keseluruh wilayah BWP Rogojampi yang diikuti dengan penyediaan infrastruktur permukiman. Sistem keterpusatan dan pusat pelayanan untuk BWP Rogojampi, SBWP dan blok adalah sebagai berikut : 1. Pusat BWP Rogojampi Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pusat BWP Rogojampi adalah arahan rencana tata ruang, aglomerasi fasilitas, jangkauan pelayanan fasilitas, sentralitas pelayanan dan kemudahan akses. (1) Menurut Revisi RDTR Kecamatan Rogojampi pusat pelayanan Kecamatan Rogojampi ditempatkan di Jl. Diponegoro dan sekitarnya, dimana terdapat aglomerasi fasilitas perdagangan dan jasa, pemerintahan (kantor kecamatan, kantor polisi, kantor pos, kantor Telkom), rumah sakit, pasar. (2) Fasilitas pelayanan di koridor Jl. Diponegoro mempunyai lingkup pelayanan kecamatan. Lokasi ini menjadi orientasi warga dari desa-desa di Kecamatan Rogojampi, antara lain kebutuhan terhadap fasilitas perdagangan dan jasa, pemerintahan (kecamatan), rumah sakit, pasar, transportasi (stasiun kereta api). (3) Ditinjau dari sentralitasnya, aglomerasi fasilitas pelayanan di koridor Jl. Diponegoro berada pada lokasi yang relatif sentral terhadap BWP Rogojampi. (4) Lokasinya yang terletak di jalan utama Kota Rogojampi membuat aglomerasi fasilitas di koridor ini mudah dijangkau dari berbagai penjuru kota, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pusat pelayanan BWP Rogojampi ditempatkan di koridor Jl. Diponegoro di Desa Rogojampi. 2. Pusat Sub BWP Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pusat Sub BWP adalah lokasi kantor desa, aglomerasi fasilitas pelayanan, sentralitas lokasi dan kemudahan akses. (1) Pusat Sub BWP-1 : Rogojampi Pusat SBWP-1 sekaligus adalah pusat BWP Rogojampi. (2) Pusat Sub BWP-2 : Pengantigan Ditempatkan pada lokasi Kantor Desa Pengantigan dimana terdapat aglomerasi dengan fasilitas peribadatan, sentris terhadap areal pelayanannya, dan memiliki kemudahan aksesbilitas karena terletak di jalan utama desa. 3-2

21 (3) Pusat Sub BWP-3 : Lemahbangdewo Ditempatkan pada lokasi Kantor Desa Pengantigan yang memiliki kemudahan akses karena terletak di jalan arteri Jember-Banyuwangi. (4) Pusat Sub BWP-4 : Kedaleman Ditempatkan di lokasi Kantor Desa Kedaleman yang lokasinya sentris terhadap areal pelayanan dan mudah dicapai karena terletak di jalan utama desa. (5) Pusat Sub BWP-5 : Kaotan Ditempatkan pada lokasi Kantor Desa Kaotan yang memiliki kemudahan akses karena terletak di jalan utama desa. (6) Pusat Sub BWP-6 : Karangbendo Ditempatkan pada lokasi Kantor Desa Karangbendo yang memiliki kemudahan ases karena terletak di jalan utama kecamatan, dan lokasinya sentris terhadap areal pelayanannya. (7) Pusat Sub BWP-7 : Gitik Ditempatkan pada lokasi Kantor Desa Gitik yang sentris terhadap areal pelayanannya dan mudah dicapai karena terletak di jalan utama desa. Pusat pelayanan bagi SBWP ditempatkan pada masing-masing lokasi kantor desa dan aglomerasinya. 3. Pusat Blok Pusat blok ditempatkan sekurangnya pada satu fasilitas pelayanan publik, antara lain berupa sekolah (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), tempat peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas perdagangan (pertokoan, toko, warung, depot), rumah sakit, puskesmas. Ditempatkan pada lokasi fasilitas pelayanan umum yang setiap hari dimanfaatkan oleh masyarakat (antara lain SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), tempat peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas perdagangan (pertokoan, toko, warung, depot), rumah sakit, puskesmas. Pusat BWP, pusat Sub BWP dan pusat blok pada BWP Perkotaan Rogojampi ditunjukkan pada Peta 3.1 Peta Pusat pelayanan pada BWP Perkotaan Rogojampi dengan sumber dari Tim Perencana Arahan Pengembangan Menurut RTRW Kabupaten Banyuwangi , BWP Rogojampi diarahkan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan; pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan; dan kawasan Bandara Udara. Sedangkan fungsi pada masing-masing SBWP dijelaskan sebagai berikut : a. Sub BWP-1 : Rogojampi ` Sesuai arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi fungsi utama Rogojampi sebagai pusat BWP adalah sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, fasilitas umum skala beberapa kecamatan. 3-3

22 Peta 3.1 Peta Pusat pelayanan pada BWP Perkotaan Rogojampi 3-4

23 Berdasarkan kondisi empiris, jenis penggunaan lahan yang dominan di SBWP- 1 adalah perdagangan dan jasa; fasilitas umum (kantor pemerintah, rumah sakit, tempat peribadatan), perumahan, dan wilayah belakangnya didominaaasi pertanian. b. Sub BWP-2 : Pengantigan Kondisi empiris menunjukkan jenis penggunaan lahan yang dominan di SBWP- 2 adalah perumahan dan pertanian; industri/pergudangan dan fasilitas umum. Jenis penggunaan atau fungsi berdasarkan rencana tata ruang adalah pemerintahan desa. a. Sub BWP-3 : Lemahbangdewo Jenis penggunaan atau fungsi berdasarkan rencana tata ruang adalah pemerintahan desa. Jenis penggunaan berdasarkan kondisi empiris adalah fasilitas umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. b. Sub BWP-4 : Kedalemen Jenis penggunaan menurut rencana tata ruang adalah pemerintahan tingkat desa. Jenis penggunaan berdasarkan kondisi empiris adalah perdagangan dan jasa tingkat desa, fasilitas pelayanan umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. c. Sub BWP-5 : Kaotan Jenis penggunaan lahan menurut rencana tata ruang adalah pemerintahan desa. Sedangkan jenis penggunaan berdasarkan kondisi empiris adalah fasilitas pelayanan tingkat desa; perumahan dan pertanian. d. Sub BWP-6 : Karangbendo Jenis penggunaan menurut rencana tata ruang adalah pemerintahan desa. Jenis penggunaan menurut kondisi empiris adalah fasilitas umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. e. Sub BWP-7 : Gitik Jenis penggunaan menurut rencana tata ruang adalah pemerintahan desa. Jenis penggunaan menurut kondisi empiris adalah perdagangan dan jasa tingkat kecamatan, fasilitas umum tingkat kecamatan, industri/pergudangan, perumahan dan pertanian. Arahan pengembangan untuk Perkotaan Rogojampi berdasarkan BWP Rogojampi meliputi : a. BWP Perkotaan Rogojampi Fungsi utama BWP perkotaan Rogojampi adalah sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan; pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan; pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan; dan kawasan Bandara Udara. b. Sub BWP (1) Sub BWP-1 : Rogojampi Fungsi SBWP-1 diarahkan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, fasilitas umum skala beberapa kecamatan; perdagangan dan jasa; fasilitas umum (kantor pemerintah, rumah sakit, tempat peribadatan), perumahan, dan wilayah belakangnya didominasi pertanian. 3-5

24 (1) Sub BWP-2 : Pengantigan Fungsi SBWP-2 diarahkan sebagai perumahan dan pertanian; industri/pergudangan dan fasilitas umum; dan pemerintahan desa. (2) Sub BWP-3 : Lemahbangdewo Fungsi SBWP-3 adalah untuk pemerintahan desa; fasilitas umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. (3) Sub BWP-4 : Kedalemen Fungsi SBWP-4 adalah pemerintahan tingkat desa; perdagangan dan jasa tingkat desa, fasilitas pelayanan umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. (4) Sub BWP-5 : Kaotan Fungsinya adalah pemerintahan desa; fasilitas pelayanan tingkat desa; perumahan dan pertanian. (5) Sub BWP-6 : Karangbendo Fungsinya adalah pemerintahan desa; fasilitas umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. (6) Sub BWP-7 : Gitik Fungsinya adalah pemerintahan desa; perdagangan dan jasa tingkat kecamatan, fasilitas umum tingkat kecamatan, industri/pergudangan, perumahan dan pertanian. Arahan fungsi masing-masing Sub BWP ditunjukkan pada Tabel 3.1. dan Peta 3.2 Peta Fungsi Wilayah Perencanaan. Tabel 3.1. Fungsi Wilayah Perencanaan No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) I Tingkat BWP 1 BWP Rogojampi Pusat pemerintahan Kantor kecamatan skala kecamatan Polsek Koramil Kantor Pos Kantor Telkom Kantor Pelayanan PDAM Kantor Pelayanan PLN Kantor Cabang Dinas Bina Marga KUA Perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan Fasilitas umum skala beberapa kecamatan Kantor Cabang Dinas Pertanian Pusat perbelanjaan Pasar Pertokoan Restoran Showroom kendaraan bermotor Bank Asuransi Jasa pelayanan kantor Jasa pelayanan perorangan Bengkel kendaraan bermotor Fasilitas pendidikan : SMA/MA SMP/MTS 3-6

25 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) SMK Perguruan Tinggi/Politeknik Fasilitas Kesehatan : Rumah Sakit Tipe C Puskesmas Tempat Praktek Bersama Dokter Spesialis Laboratorium Diagnostik Apotik Fasilitas Peribadatan : Masjid skala kota Gereja Vihara Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi : Gedung Pertunjukan Gedung Serba Guna Gelanggang Remaja Fasilitas Olah raga : Lapangan sepak bola Lapangan futsal Lapangan tenis terbuka Lapangan tenis indoor Lapangan bulu tangkis indoor Pelayanan bandara Kantor perwakilan perusahaan Blimbingsari penerbangan Biro Perjalanan Biro Pariwisata Pelayanan transportasi Stasiun Kereta Api Terminal Angkutan Umum Bandara II 1 Sub BWP-1 : Rogojampi Tingkat Sub BWP Pemerintahan Kecamatan Perdagangan dan jasa skala kecamatan Fasilitas umum skala kecamatan Kantor kecamatan Polsek Koramil Kantor Pos Kantor Pelayanan Telkom Kantor Pelayanan PLN Kantor Pelayanan PDAM Kantor Cabang Dinas BIna Marga KUA Kantor Cabang Dinas Pertanian Pusat perbelanjaan Pasar Pertokoan Fasilitas pendidikan : SMA/MA SMP/MTS SMK Fasilitas Kesehatan : Rumah Sakit Tipe C Puskesmas Tempat Praktek Bersama Dokter Spesialis Laboratorium Diagnostik Fasilitas Peribadatan : Masjid skala kota 3-7

26 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) Gereja Vihara Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi : Gedung Pertunjukan Gedung Serba Guna Fasilitas Olah raga : Lapangan sepak bola Lapangan futsal Lapangan tenis terbuka Lapangan bulu tangkis indoor Pelayanan Transportasi Stasiun Kereta Api Terminal Angkutan Umum Perumahan Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Pertanian Terdiri dari sawah, lading/tegalan, 2 Sub BWP-2 : Pengantigan 3 Sub BWP-3 Lemahbangdewo Pemerintahan desa Fasilitas tingkat desa pelayanan Industri/pergudangan Perumahan Pertanian Pemerintahan desa kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Fasilitas pendidikan : TK/RA SD/MI SMP/MTS Fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu Tempat praktek dokter Apotik Posyandu Fasilitas Peribadatan Masjid Musholla Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi Balai desa Balai pertemuan warga Fasilitas Olah raga Lapangan sepak bola Industri berbasis pertanian (non polutif) Gudang Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Terdiri dari sawah, lading/tegalan, kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa 3-8

27 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Fasilitas pelayanan Fasilitas pendidikan : tingkat desa TK/RA SD/MI SMP/MTS Fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu Tempat praktek dokter Apotik Posyandu Fasilitas Peribadatan Masjid Musholla Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi Balai desa Balai pertemuan warga Fasilitas Olah raga Lapangan sepak bola Perumahan Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Pertanian Terdiri dari sawah, lading/tegalan, 4 Sub BWP-4 : Kedaleman Pemerintahan desa Perdagangan dan jasa tingkat desa Fasilitas tingkat desa pelayanan kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Toko, kios, warung, depot, pasar, pertokoan Jasa pelayanan perorangan : salon, pangkas rambut, binatu, rias manten. Bengkel sepeda motor, servis alat listrik, alat rumah tangga Fasilitas pendidikan : TK/RA SD/MI SMP/MTS Fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu Tempat praktek dokter Apotik Posyandu Fasilitas Peribadatan Masjid Musholla Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi Balai desa 3-9

28 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) Balai pertemuan warga Fasilitas Olah raga Lapangan sepak bola Perumahan Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Pertanian Terdiri dari sawah, lading/tegalan, 5 Sub BWP-5 Kaotan 6 Sub BWP-6 : Karangbendo Pemerintahan desa Fasilitas tingkat desa Perumahan Pertanian Pemerintahan desa pelayanan Perdagangan dan jasa skala kecamatan Fasilitas pelayanan tingkat desa kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Fasilitas pendidikan : TK/RA SD/MI SMP/MTS Fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu Tempat praktek dokter Apotik Posyandu Fasilitas Peribadatan Masjid Musholla Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi Balai desa Balai pertemuan warga Fasilitas Olah raga Lapangan sepak bola Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Terdiri dari sawah, lading/tegalan, kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Pusat perbelanjaan Pertokoan Fasilitas pendidikan : TK/RA SD/MI SMP/MTS Fasilitas kesehatan Puskesmas pembantu 3-10

29 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) Tempat praktek dokter Apotik Posyandu Fasilitas Peribadatan Masjid Musholla Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi Balai desa Balai pertemuan warga Fasilitas Olah raga Lapangan sepak bola Perumahan Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Pertanian Terdiri dari sawah, lading/tegalan, 7 Sub BWP-7 : Gitik Pemerintahan desa Perdagangan dan jasa skala kecamatan Fasilitas umum skala kecamatan Industri/pergudangan kebun Kantor desa Kantor Badan Permusyawaratan Desa Kantor LKMD Kantor Karang Taruna Kantor koperasi Pusat perbelanjaan Pertokoan Fasilitas pendidikan : SMA/MA SMP/MTS SMK Perguruan Tinggi/Politeknik Fasilitas Kesehatan : Rumah Sakit Tipe D Puskesmas Tempat Praktek Bersama Dokter Spesialis Laboratorium Diagnostik Apotik Fasilitas Peribadatan : Masjid Gereja Vihara Fasilitas Kebudayaan dan rekreasi : Gedung Pertunjukan Gedung Serba Guna Gelanggang Remaja Fasilitas Olah raga : Lapangan sepak bola Lapangan futsal Lapangan tenis terbuka Lapangan tenis indoor Lapangan bulu tangkis indoor Industri berbasis pertanian (non polutif) Gudang 3-11

30 No Hirarki Pelayanan Fungsi Utama Fasilitas Minimal yang Dibutuhkan (1) (2) (3) (4) Perumahan Perumahan yang dibangun pengembang Perumahan yang dibangun swadaya masyarakat Perumahan dinas Pertanian Terdiri dari sawah, lading/tegalan, kebun Sumber : Tim Perencana; Pembagian Sub BWP Dan Blok Merujuk pada arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun dan Revisi RDTR Kecamatan Rogojampi Tahun , maka sistem perwilayahan Kawasan perkotaan Rogojampi perlu disesuaikan sebagai berikut: Berdasarkan kondisi dan arah pengembangan kawasan, maka BWP Rogojampi terbagi menjadi 7 SBWP sebagai berikut : a. BWP Rogojampi (1) BWP Rogojampi yang mencakup Kawasan Perkotaan Rogojampi terdiri dari Desa Rogojampi, Pengantigan, Lemahbangdewo, Kedaleman, Kaotan, Karangbendo dan Desa Gitik (ditambah sebagian Desa Benelan Lor dan Labanasem Kecamatan Kabat). (2) BWP Rogojampi diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), dan pusat pengembangan untuk Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Tengah Timur dengan fungsi utama yaitu sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, dan pusat fasilitas umum skala beberapa kecamatan. Sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan Bandar Udara Blimbingsari dan Fishery Town bagi Kabupaten Banyuwangi. (3) Pusat BWP Pusat BWP Rogojampi diarahkan pada koridor Jl. Diponegoro dan sekitarnya, dimana terdapat aglomerasi kantor pemerintah (kantor Camat, Kantor Polisi, kantor Telkom, Kantor Pos), perdagangan dan jasa (Pasar Rogojampi, pertokoan, perkantoran, bank), dan fasilitas sosial (RS Muhammadiyah, Masjid Baiturrochan, Gereja Kristen, Klenteng). 3-12

31 Peta 3.2 Peta Fungsi Wilayah Perencanaan 3-13

32 b. SBWP (1) BWP Perkotaan Rogojampi terdiri dari tujuh SBWP, masing-masing adalah : (a) SBWP-1, yang wilayahnya mencakup Desa Rogojampi. (b) SBWP-2, yang wilayahnya mencakup Desa Pengantigan. (c) SBWP-3, yang wilayahnya mencakup Desa Lemahbangdewo (d) SBWP-4, yang wilayahnya mencakup Desa kedaleman (e) SBWP-5 yang wilayahnya mencakup Desa Kaotan (f) SBWP-6 yang wilayahnya mencakup Desa Karangbendo (g) SBWP-7, yang wilayahnya mencakup Desa Gitik (Kecamatan Rogojampi), sebagian Desa Benelan Lor dan sebagian Desa Labanasem (kecamatan Kabat). (2) Pusat SBWP Pusat SBWP diarahkan pada masing-masing pusat desa yang merupakan aglomerasi dari fasilitas pemerintahan, peribadatan, kesehatan, pendidikan, perdagangan dan jasa. Pembagian SBWP pada BWP Perkotaan Rogojampi ditunjukkan pada Peta 3.2 Peta Pembagian SBWP pada BWP Perkotaan Rogojampi dengan sumber dari Tim Perencana Berdasarkan homogenitas penggunaan lahan dan perkembangan wilayah, maka BWP Perkotaan Rogojampi dibagi menjadi tujuh SBWP dan 21 blok dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.2 Pembagian Blok Pada SBWP di BWP Rogojampi No Kawasan Desa Sub BWP/Sub BWPD Blok 1. BWP Rogojampi Rogojampi SBWP 1 Rogojampi Blok 1-1 Blok 1-2 Blok 1-3 Pengantigan SBWP 2 Pengantigan Lemahbangdewo SBWP 3 Lemahbangdewo Kedaleman SBWP 4 Kedaleman Kaotan SBWP 5 Kaotan Karangbendo SBWP 6 Karangbendo Gitik SBWP 7 Gitik Blok 1-4 Blok 2-1 Blok 2-2 Blok 2-3 Blok 3-1 Blok 3-2 Blok 4-1 Blok 4-2 Blok 4-3 Blok 5-1 Blok 5-2 Blok 6-1 Blok 6-2 Blok 6-3 Blok 6-4 Blok 7-1 Blok 7-2 Blok 7-3 Pembagian Blok pada masing-masing SBWP ditunjukkan pada Peta 3.4 Peta Pembagian Blok pada masing-masing SBWP dengan sumber dari Tim Perencana

33 Peta 3.3 Peta Pembagian SBWP pada BWP Perkotaan Rogojampi 3-15

34 Peta 3.4 Peta Pembagian Blok pada masing-masing SBWP 3-16

35 3.3 Penetapan Kode dan Sub Jenis kawasan yang teradapat di BWP Rogojampi terbagi menjadi kawasan lindung dan kawasan budi daya. -zona yang terdapat dalam kawasan lindung antara lain meliputi, zona perlindungan setempat dan RTH. Sedangkan zona-zona yang berada pada kawasan budi daya merupakan zona tempat berlangsungnya berbagai aktifitas manusia untuk berperi kehidupan, diantaranya berupa perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan lainnya. Selanjutnya zona maupun subzona ini dituangkan dalam bentuk blok-blok. Rencana pola ini nantinya berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi. A. Lindung Arahan penetapan kode zona dan sub zona untuk zona lindung di Perkotaan Rogojampi terdiri dari Perlindugan Setempat, dan RTH kota. Berikut merupakan perincian sub zona pada setiap zona yang diarahkan di Perkotaan Rogojampi. Tabel 3.3 Klasifikasi Sub untuk Lindung No Klasifikasi Kode I II B. Budidaya Perlindungan Setempat Sempadan sungai Ruang Terbuka Hijau RTH Pekarangan RTH taman dan hutan kota RTH Jalur hijau/pulau jalan/median jalan RTH fungsi tertentu Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2011 Arahan penetapan sub zona pada zona budidaya yang direncanakan pada Perkotaan Rogojampi meliputi Perumahan, perdagangan dan jasa, Perkantoran, Industri, Sarana Pelayanan Umum, Ruang Terbuka Non Hijau, Peruntukan Lainnya, Peruntukan Khusus dan Campuran. PS RTH Tabel 3.4 Klasifikasi Sub untuk Budidaya No Klasifikasi Kode I II III IV V Perumahan Rumah kepadatan tinggi R-2 Rumah kepadatan sedang R-3 Rumah kepadatan rendah R-4 Perdagangan dan Jasa Tunggal K-1 Kopel K-2 Deret K-3 Perkantoran Pemerintahan Swasta Industri KT-1 KT-2 Aneka industri I-4 Sarana Pelayanan Umum Pendidikan Transportasi SPU-1 SPU

36 No Klasifikasi Kode Kesehatan SPU-3 Olahraga SPU-4 Sosial budaya SPU-5 Peribadatan SPU-6 VI Ruang Terbuka Non Hijau RTNH VII Peruntukan Lainnya Pertanian PL-1 Pariwisata PL-3 VIII Peruntukan Khusus Militer KH-1 TPA KH-2 IPAL KH-2 Campuran IX Perumahan dan perdagangan C-1 Perumahan dan perkantoran C-2 Perkantoran dan perdagangan C-3 Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2011 Tabel 3.5 Kriteria Pengklasifikasian dan Sub Kawasan Lindung NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN 1 Perlindungan PS Peruntukan ruang yang sempadan waduk daratan perlindungan setempat merupakan bagian dari sepanjang tepian danau yang setempat yang kawasan lindung yang lebarnya proporsional dengan terdapat di BWP mempunyai fungsi pokok bentuk dan kondisi fisik Rogojampi berupa sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata danau/waduk antara 50 (lima puluh)- 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Sempadan sungai sempadan sempadan sungai dan sempadan rel kereta api air i. garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar paling sedikit 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul ii. garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang iii. garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang 2 Ruang Terbuka Hijau RTH Area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dialokasikan pada pada pusatpusat pelayanan sesuai dengan hierarki taman yang akan direncanakan Memiliki jalan akses minimum berupa jalan lingkungan (untuk taman lingkungan, jalan kolektor untuk taman Perkotaan dan 3-18

37 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN taman kota) Memperhatikan ketentuan ketentuan yang terkait dengan perencanaan RTH perkotaan. Sumber : Permen PU 20 Tahun 2011, diolah berdasar hasil analisa 2014 Tabel 3.6 Kriteria Pengklasifikasian dan SUb Kawasan Budidaya NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN I. ZONA PERUMAHAN 1 Rumah R-2 Peruntukan ruang yang dengan wilayah perencanaan Berupa rumah kepadatan merupakan bagian dari yang memiliki kepadatan bangunan tinggal, tinggi kawasan budi daya rumah/hektar difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan 2 Rumah kepadatan sedang 3 Rumah kepadatan rendah 4 Rumah kepadatan sangat rendah rumah dengan luas lahan R-3 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan R-4 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan R-5 peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan rumah/hektar dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan dibawah rumah/hektar zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan dibawah 10 (sepuluh) rumah/hektar II. ZONA PERDAGANGAN DAN JASA 5 Tunggal K-1 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk tunggal secara horisontal maupun vertikal 6 Deret K-3 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan diatur lebih lanjut di dalam peraturan zonasi lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter ruang kota melalui pengembangan bangunan bangunan tunggal skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat nasional, regional, dan kota jalan akses minimum adalah jalan kolektor tidak berbatasan langsung dengan perumahan penduduk lingkungan dengan tingkat kepadatan sedang sampai tinggi. Berupa pasar, toko kelontong, minimarket dan sejenisnya. Berupa sekumpulan 3-19

38 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN kawasan budi daya skala pelayanan perdagangan dan kegiatan difungsikan untuk jasa yang direncanakan adalah perdagangan dan pengembangan kelompok tingkat regional, kota, dan lokal jasa yang saling kegiatan perdagangan jalan akses minimum adalah jalan berdekatan dan/atau jasa, tempat kolektor bekerja, tempat berusaha, sebagai bagian dari fasilitas tempat hiburan dan perumahan dan dapat berbatasan rekreasi dengan skala langsung dengan perumahan pelayanan regional yang penduduk dikembangkan dalam bentuk deret III. ZONA PERKANTORAN 7 Pemerintahan KT-1 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat 8 Swasta KT-2 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perkantoran swasta, jasa, tempat bekerja, tempat berusaha dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan bentuk tunggal /renggang secara horizontal maupun vertikal IV. ZONA INDUSTRI 9 Aneka Industri I-4 industri yang menghasilkan beragam kebutuhan konsumen dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu: 1. aneka pengolahan pangan yang menghasilkan kebutuhan pokok di bidang pangan seperti garam, gula, margarine, minyak goreng, rokok, susu, tepung terigu 2. aneka pengolahan sandang yang menghasilkan kebutuhan sandang, seperti bahan tenun, tekstil, industri kulit dan pakaian jadi 3. aneka kimia dan serat kantor pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah (provinsi, kota/kabupaten, Perkotaan, kelurahan) kantor atau instalasi hankam termasuk tempat latihan baik pada tingkatan nasional, Kodam, Korem, Koramil, Polda, Polwil, Polsek, dan sebagainya untuk pemerintah tingkat pusat, provinsi dan kota aksesibilitas minimum adalah jalan kolektor untuk pemerintah tingkat Perkotaan dan dibawahnya aksesibilitas minimum adalah jalan lingkungan utama lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan diatur lebih lanjut didalam peraturan zonasi lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter tuang kota melalui pengembangan bangunan bangunan tunggal skala pelayanan yang direncanakan adalah tingkat nasional dan regional dan kota jalan akses minimum adalah jalan kolektor tidak berbatasan langsung dengan perumahan penduduk dikembangkan pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah sampai sedang penentuan lokasi industri dilakukan dengan memperhatikan rencana transportasi yang berhubungan dengan simpul bahan baku industri dan simpul-simpul pemasaran hasil produksi yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang maupun rencana induk transportasi memperhatikan kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar industri disediakan lahan untuk bongkar muat barang hasil industri sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas sekitar pemukiman Berupa kantor desa, kantor kecamatan, KUA dll. Berupa kantorkantor yayasan Berupa selep, asbes, mebel industri genteng, paving, 3-20

39 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN yang mengolah bahan baku melalui proses kimia sehingga menjadi barang jadi yang dapat dimanfaatkan, seperti ban kendaraan, pipa paralon, pasta gigi, sabun cuci, dan korek api 4. aneka bahan bangunan yang mengolah aneka bahan bangunan, seperti industri kayu, keramik, kaca dan marmer 10 Gudang I-5 Berupa gudang pertamina V. ZONA SARANA PELAYANAN UMUM 11 Pendidikan SPU-1 peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan informal, serta dikembangkan secara horizontal dan vertikal 12 Transport SPU-2 peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk manampung fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi darat, udara, dan perairan penempatan sarana pendidikan dasar dan sarana pendidikan menengah disesuaikan dengan ketentuan jarak jangkau maksimum dari permukiman serta menjadi orientasi pelayanan lingkungan untuk sarana pendidikan dasar dan menengah jumlah sarana pendidikan dasar dan menengah dalam satu wilayah disesuaikan dengan jumlah penduduk minimum yang terlayani. sarana pendidikan tinggi pada lingkungan padat minimum dengan aksesibilitas jalan kolektor dan dikembangkan secara vertikal, perletakan tidak boleh berbatasan langsung dengan perumahan sarana pendidikan formal meliputi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum dan pendidikan tinggi serta akademi memperhatikan kebijakan sistem transportasi nasional memperhatikan kebijakan pemerintah yang menunjang pusat pertumbuhan ekonomi; memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan pelayanan transportasi yang akan dikembangkan serta sarana pergantian moda angkutan aksesibilitas yang kegiatan transportasi minimal jalan kolektor tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan area pusat kegiatan pada unit kelurahan ( penduduk) sekurang-kurangnya harus ada tempat pemberhentian kendaraan umum antar lingkungan dan juga pangkalan-pangkalan kendaraan yang dapat langsung membawa penumpang ke daerah perumahan, misalnya pangkalan becak, bajaj, Berupa sekolah swasta dan negeri mulai dari TK sampai dengan SMA, Berupa terminal, stasiun dan bandara (landasan pacu) 3-21

40 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN ojek, dan sejenisnya; dan area pusat kegiatan pada unit kecamatan ( penduduk) sekurang-kurangnya harus ada pangkalan kendaraan umum jenis angkutan kecil yang dapat meneruskan penumpang ke pusatpusat kegiatan atau ke pusat-pusat lingkungan hunian dengan catatan tidak menerobos daerah perumahan dan tidak mangkal di pusat lingkungan. Luas pangkalan oplet / angkot ini sekurangkurangnya 500 m2. jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija dalam kondisi tertentu, jika memang terpaksa jalur pedestrian ini dapat hanya pada satu sisi saja permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus dan tidak terputus terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya penyelesaian pada titik-titik konflik ini harus diselesaikan dengan pendekatan kenyamanan sirkulasi pejalan kaki sebagai prioritas utamanya lebar jalur untuk pejalan kaki saja minimal 1,2 (satu koma dua) meter kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2 tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen pembatas dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai peneduh yang memberi kenyamanan, serta turut membentuk karakter wajah jalan dari koridor jalan secara keseluruhan pembatas fisik lain yang bersifat ringan, seperti penggunaan bollards diperlukan sebagai elemen pengaman dan pembatas antara sirkulasi manusia pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang tertutup dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena dapat memicu terjadinya kejahatan ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hirarki jalan yang bersangkutan luas dari lahan parkir tergantung 3-22

41 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN pada jumlah pemilikan kendaraan, jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani, dan sistem pengelolaan parkir 13 Kesehatan SPU-3 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk pengembangan sarana kesehatan dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang dikembangkan secara horizontal dan vertikal 14 Olahraga SPU-4 peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup 15 Sosial dan Budaya pelayanannya dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk SPU-5 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana sosial budaya dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dikembangkan secara horizontal maupun vertikal penempatan penyediaan fasilitas kesehatan akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu sarana kesehatan yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana kesehatan dengan skala pelayanan tingkat Perkotaan atau lebih yang meliputi rumah bersalin, laboratorium kesehatan, puskesmas Perkotaan, RS pembantu tipe C, RS wilayah tipe B, dan RS tipe A sarana kesehatan berupa pos kesehatan, apotik, klinik, praktek dokter tidak dikembangkan dalam satu zona terpisah dan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan zonasi mengacu pada ketentuanketentuan lain yang berlaku dalam pengembangan sarana kesehatan sarana olahraga yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana olahraga tingkat pelayanan kecamatan yang meliputi gedung olahraga, kolam renang, gelanggang olahraga, stadion mini sarana olahraga dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat kecamatan tidak dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan dengan permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan zonasi fasilitas olahraga dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan tingkat kecamatan dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan kolektor sarana sosial budaya yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana sosial budaya tingkat pelayanan Perkotaan atau lebih besar yang meliputi balai warga, gedung serba guna, balai latihan kerja, panti sosial, gedung jumpa bakti, gedung pertemuan umum dengan besaran minimum diatur di dalam peraturan zonasi sarana sosial budaya dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat Perkotaan tidak dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan dengan permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih Berupa rumah sakit bersalin, puskesmas dll. Berupa lapangan bola Berupa crematorium (pembakaran jenasah) 3-23

42 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN lanjut dalam peraturan zonasi fasilitas sosial budaya dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan tingkat Perkotaan dikembangkan dengan dengan jalan akses minimum jalan kolektor 16 Peribadatan SPU-6 Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk VI. ZONA PERUNTUKAN LAINNYA 17 Pertanian PL-1 Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana ibadat yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri meliputi sarana ibadat tingkat pelayanan Perkotaan atau lebih besar sarana ibadat dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat Perkotaan tidak dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan dengan permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan zonasi mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam pengembangan sarana peribadatan peruntukan pertanian berupa: ruang yang secara teknis dapat digunakan untuk lahan pertanian basah (irigasi maupun non irigasi) ruang yang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah dapat memberikan manfaat baik ekonomi, ekologi maupun sosial kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan memperhatikan ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman peruntukan perkebunan, peternakan, perikanan: tidak mengganggu permukiman penduduk terkait dengan limbah yang dihasilkan pada lingkungan dengan kepadatan rendah memperhatikan ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan; serta Berupa masjid, musholla, gereja dan fasilitas peribadatan lainnya. Pertanian yang tersebar hampir diseluruh SBWP guna mendukung LP2B 3-24

43 NO ZONA KODE DEFINISI KRITERIA PERENCANAAN KETERANGAN penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan 15 Pertanian Lahan Kering PL-2 Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial 16 Pariwisata PL-3 peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya 17 Peternakan PL-4 Peruntukan ruang yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok, maupun industri Sumber : Permen PU 20 Tahun 2011, diolah berdasar hasil analisa 2014 peruntukan pertanian berupa: ruang yang secara teknis dapat digunakan untuk lahan pertanian lahan kering ruang yang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan kering dapat memberikan manfaat baik ekonomi, ekologi maupun sosial kawasan pertanian tanaman lahan kering dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan memperhatikan ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman peruntukan perkebunan, peternakan, perikanan: kawasan wisata yang dikembangkan di tempat berlangsungnya atraksi budaya, prosesi upacara adat, dan sekitarnya yang ditujukan untuk mengakomodasi wisata dengan minat khusus (tengeran/landmark, cagar budaya) Merupakan ruang yang apabila digunakan untuk kegiatan peternakan dapat memberikan manfaat baik ekonomi, ekologi maupun sosial 3.4 Rencana Pola Ruang BWP Rogojampi Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Rogojampi meliputi rencana zona lindung dan zona budidaya. lindung yang terdapat pada Perkotaan Rogojampi terdiri dari perlindungan setempat, dan zona ruang terbuka hijau. Sementara itu pada zona budidaya Perkotaan Rogojampi yaitu zona perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, industri, zona peruntukan lainnya dan zona peruntukan khusus Rencana Pola Ruang Lindung Rencana zonasi yang ada di Perkotaan Rogojampi meliputi zona perlindungan setempat, zona RTH (Ruang Terbuka Hijau). Lebih jelasnya dapat dijelaskan pada uraian berikut 3-25

44 Perlindungan Setempat Rencana penetapan zona perlindungan setempat di Perkotaan Rogojampi meliputi : 1. perlindungan setempat sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter dan direncanakan pada setiap mata air yang tersebar di semua SBWP di BWP Rogojampi. 2. perlindungan setempat sempadan sungai terdiri dari sungai di kawasan perkotaan sekurang-kurangnya 15 meter dan direncanakan pada sungai-sungai di Perkotaan Rogojampi. Sedangkan kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 5 meter. perlindungan setempat ini harus dilakukan perlindungan kawasan dan pengawasan secara ketat. Dalam beberapa kondisi atau untuk kepentingan tertentu, maka sebagian kawasan lindung dapat digunakan untuk kawasan budidaya, tetapi harus dilakukan dalam batasan tertentu yang diatur oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kawasan perlindungan setempat di Perkotaan Rogojampi mencapai luas 192,84 ha Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan permasalahan yang ada pada kondisi eksisting, maka arahan yang dapat dirumuskan untuk pengembangan ruang terbuka hijau adalah: 1. Mempertahankan ruang terbuka hijau daerah sempadan sungai menjadi daerah konservasi dengan memberlakukan peraturan yang ketat mengenai penataan bangunan, sedangkan untuk bangunan-bangunan yang ada di sepanjang daerah aliran sungai dan menyalahi aturan sempadan sungai merupakan bangunan liar yang harus di relokasi. Pada RTH bantaran sungai ini juga dapat dikembangkan sebagai tempat rekreasi masyarakat, sehingga selain memberikan fungsi ekologis juga fungsi rekreasi. 2. Mempertahankan keberadaan taman-taman kota yang ada sebagai fungsi estetis kota. 3. Mewajibkan pada pengembangan perumahan baru untuk mengalokasikan lahan yang difungsikan sebagai ruang terbuka hijau baik itu berupa lapangan olahraga maupun taman bermain dengan proporsional terhadap kebutuhan penghuninya. Hal ini juga berkaitan untuk menjaga estetika lingkungan dan kelestarian lingkungan. 4. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar kawasan umum, diarahkan pada sekitar pusat Perkotaan Rogojampi (jenisnya: RTH tepi jalan, RTH sekitar pasar, RTH sekitar kawasan perdagangan, berupa tanaman pohon dan tanaman pot), untuk menunjukkan identitas Perkotaan Rogojampi dan estetika lingkungan. 5. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar perumahan padat yang terdapat di sekitar pusat Perkotaan Rogojampi (sekitar pasar) dengan tanaman pot di sekitar perumahan. 6. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar jalan untuk estetika kota dan mendukung citra kawasan perkotaan dengan pengembangan RTH di tepi jalan masuk pusat Perkotaan Rogojampi. 3-26

45 7. Pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar pusat pelayanan atau di sekitar kawasan perumahan, berupa lapangan olah raga sebagai fasilitas olah raga sekaligus ruang terbuka hijau. Adapun pengembangan RTH di Perkotaan Rogojampi meliputi semua SBWP di BWP Rogojampi Rencana Pola Ruang Budidaya Penetapan zona budidaya didasarkan pada ketersediaan lahan beserta daya dukungnya sebagai upaya dalam mendukung berbagai aktivitas penduduk secara berkelanjutan. Adapun zona budidaya yang akan dikembangkan adalah zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana pelayanan umum, zona industri, zona peruntukan lainnya, zona peruntukan khusus, dan zona campuran Perumahan Untuk pengembangan zona perumahan di BWP Rogojampi ditekankan untuk mendistribusikan pertumbuhan fasilitas perumahan secara merata pada masingmasing wilayah pertumbuhan dengan meningkatkan aksesibilitas. Rencana penggunaan lahan untuk zona perumahan di BWP Rogojampi yaitu : 1) perumahan rumah tunggal di pusat perkotaan yang telah berkembang saat ini tetap dipertahankan dengan dilakukan penataan lingkungan yang berfungsi sebagai RTH Pekarangan dan juga perbaikan sanitasi lingkungan. 2) perumahan kampung yang padat perlu dilakukan perbaikan kualitas lingkungan perumahan yang intensitas penggunaannya tinggi, perlu dilakukan penataan agar lebih rapi dan tertata untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat, aman dan nyaman. Arahan perkembangan zona perumahan di BWP Rogojampi yaitu sebagai berikut: a. Rumah Kepadatan Tinggi (R-2) Rumah kepadatan tinggi adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Jenis kegiatan perumahan kepadatan tinggi di BWP Rogojampi sebagai berikut : Arahan untuk rumah kepadatan tinggi dengan tipe rumah tunggal yaitu di SBWP 1, SBWP 2 dan SBWP 4 Rumah kost direncanakan untuk penduduk yang melakukan pergerakan berupa orientasi bekerja di SBWP 1, SBWP 4, SBWP 6 dan SBWP 7 karena di wilayah tersebut merupakan bagian Sub BWP Prioritas yang merupakan pusat kegiatan yang ada di Perkotaan Rogojampi. b. Rumah Kepadatan Sedang (R-3) Rumah kepadatan sedang adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Jenis kegiatan perumahan kepadatan sedang di BWP Rogojampi sebagai berikut : Rumah kepadatan sedang yang akan berkembang di BWP Rogojampi yaitu berupa rumah tunggal yang tersebar di SBWP 3 dan SBWP

46 c. Rumah Kepadatan Rendah (R-4) Rumah kepadatan rendah adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Jenis kegiatan perumahan kepadatan rendah di BWP Rogojampi sebagai berikut: Rumah kepadatan rendah diarahkan di kawasan yang merupakan kawasan lindung dan jangkauan aksesibilitas serta ketersediaan fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan masyarakat sehari-hari yaitu di SBWP 6 dan SBWP 7. Arahan pengembangan perumahan di Perkotaan Rogojampi diklasifikasikan berdasarkan kegiatan yang menyebabkan perkembangan permukiman, yaitu: a. Perumahan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata; b. Perumahan yang timbul akibat perkembangan infrastruktur; c. Perumahan yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi. Arahan pengembangan bagi zona perumahan, meliputi : 1. Pengembangan zona perumahan harus memperhatikan fungsi lindung dan daya dukung lahan serta memperhatikan intensitas bangunan; 2. Perbaikan perumahan melalui program pembenahan lingkungan dan lebih ditekankan pada kawasan perumahan kumuh Perdagangan dan Jasa Pola perkembangan perdagangan dan jasa di Perkotaan Rogojampi cenderung memusat di SBWP I. Untuk perkembangan yang akan datang dapat di lihat dari pola penggunaan lahannya yang diprediksikan akan mengalami pergeseran perkembangan zona perdagangan dan jasa pada kawasan sekitar Sub BWP I tersebut dan sepanjang jalan kolektor, pusat desa dan pusat SBWP dan SBWP yang lain. Berdasarkan perkembangannya zona perdagangan dan jasa di Perkotaan Rogojampi dibedakan menjadi zona perdagangan dan jasa tunggal dan deret. a. Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1) Perkembangan zona perdagangan dan jasa tunggal diarahkan berkembang di Sub BWP beserta bloknya yang terdapat di Perkotaan Rogojampi dengan pengembangan jasa bengkel, toko kelontong, warung, salon, warnet, dll sebagai sarana pelayanan perdagangan dan jasa yang mencakup skala lingkungan pada kawasan permukiman sekitarnya. Rencana pengembangan untuk zona perdagangan dan jasa tunggal (K-1) adalah pada SBWP 1 blok 1-1, 1-2 dan 1-3. b. Perdagangan dan Jasa Deret (K-3) Perdagangan dan Jasa Deret (K-3) diarahkan di SBWP 1, SBWP 2, dan SBWP 6, dengan pengembangan Perdagangan dan Jasa Skala Regional. Rencana pengembangan zona perdagangan dan jasa deret (K-3) meliputi : 1. SBWP 1 blok 1, 2, 3 2. SBWP 2 blok 2 dan 3 3. SBWP 6 blok 1 dan 3 Arahan pengembangan zona perdagangan dan jasa di Perkotaan Rogojampi, meliputi : 3-28

47 1. Pengembangan pusat perdagangan jasa untuk pusat pemasaran agro, hasil industry dan kerajinan untuk pendukung pariwisata dan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di pusat perkotaan; 2. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang jalan kolektor dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan dan pengendalian secara ketat untuk menjaga ekosistem lingkungan; 3. perdagangan dan jasa skala lingkungan tetap dikembangkan pada sub pusat pertumbuhan dengan tetap memperhatikan skala pelayanan dan daya tamping ruang. 4. Pada kawasan strategis dikembangkan perdagangan jasa skala regional, yaitu pada pusat perkotaan, pariwisata dan industry. 5. Kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan perdagangan jasa perlu disinergikan dengan sector informal Perkantoran Pembagian perkantoran swasta diarahkan ke SBWP 4 dan SBWP 5. Agar keberadaan zona perkantoran lebih terlihat tertata perlu didukung dengan adanya penataan ruang terbuka hijau di dalam zona perkantoran tersebut dalam bentuk penataan dan pengembangan taman-taman didalam persil bangunan, penanaman pohon-pohon disekeliling persil bangunan dengan tujuan untuk meredam suara kendaraan bermotor, mengurangi polusi udara, menjaga kesejukan udara, peneduh kendaraan parkir maupun berfungsi sebagai estetika kawasan. Pada pengembangan perkantoran pemerintah, tetap mempertahankan perkantoran pemerintah yang sudah tetapi perlu adanya perawatan Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Rencana pengembangan zona industry adalah SBWPD 1, SBWPD 2, SBWP 6 dan SBWP 7. Arahan pengembangan untuk kawasan industry meliputi : a. Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan industry kecil, diantaranya adalah peningkatan jalan dan kelancaran produksi sangat ditunjang oleh transportasi yang mudah dan lancar. b. Dukungan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produksi yang lebih baik. c. Peningkatan sistem kerjasama (kemitraan) antara pengusaha industry kecil dengan lembaga pengelola (koperasi) untuk menunjang jaminan tenaga kerja dan produksi yang dihasilkan. d. Penyediaan lembaga perkriditan dalam membantu modal usaha untuk meningkatkan produksi secara kualitas dan kuantitas. e. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengusaha industry dalam model/bentuk/cara atau proses pembuatan yang efisien/diversifikasi produk sampai proses pemasaran, pengemasan dll Sarana Pelayanan Umum Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Perkotaan Rogojampi terbagi menjadi 5 (lima) sub zona yaitu: SPU pendidikan, transportasi, kesehatan, sosial dan budaya serta peribadatan. 3-29

48 a. Pendidikan (SPU-1) Adapun persebaran SPU pendidikan di Perkotaan Rogojampi untuk tingkat TK dan SD tersebar di tiap SBWP, sedangkan untuk pendidikan tingkat SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dikembangkan pada pusat pengembangan, yaitu SBWP 1, SBWP 2, SBWP 6 dan SBWP 7. Arahan pengembangan untuk zona pendidikan meliputi : a) Peningkatan kualitas pendidikan melalui pembenahan sarana dan prasarana. b) Pengembangan pendidikan dasar dan menengah di dasarkan pada jangkauan pelayanan mengingkat jarak tempuh antara pemukiman cukup jauh dikarenakan kondisi topografi. c) Pengembangan pendidikan jurusan yang mendukung pengembangan wilayah, diantaranya kejuruan pertanian, pariwisata dan industry. b. Kesehatan (SPU-3) Rencana pengembangan SPU kesehatan untuk skala pelayanan local dan regional dikembangkan di SBWP I, sedangkan untuk pelayanan skala local dan lingkungan dikembangkan di SBWP 7 dan SBWP 6 dan saran penunjang kesehatan seperti toko obat, klinik dan bidan dikembangkan menyatu dengan zona permukiman. Arahan pengembangan untuk zona kesehatan, meliputi : a) Pembangunan fasilitas kesehatan dengan peningkatan kualitas sarana prasarana pendukung kesehatan. b) Penambahan fasilitas kesehatan baru berupa Posyandu dan BKIA ditempatkan pada kelompok masyarakat dan menyatu dengan perumahan. c. Sosial dan Budaya (SPU-5) Sub zona sarana pelayanan sosial budaya di Perkotaan Rogojampi crematorium di SBWP 7, sedangkan pelayanan social budaya yaitu akan direncanakan gedung pertemuan dan gedung serba guna. Lokasinya diarahkan di SBWP 2 dan 4. Fasilitas ini nantinya akan berfungsi sebagai sarana untuk kegiatan-kegiatan sosial masyarakat di BWP Rogojampi. d. Peribadatan (SPU-6) SPU peribadatan yang terdapat di Perkotaan Rogojampi berupa musholla, masjid, gereja, pura maupun vihara dan klenteng. Dalam pengembangannya, SPU peribadatan ini dikembangkan menjadi satu dengan pengembangan perumahan yang ada dan akan diatur lebih detail lagi pada peraturan zonasi. Untuk SPU dengan skala Perkotaan berada pada SBWP 1, 2 dan Peruntukan Lainnya peruntukan lainnya di BWP Rogojampi terbagi menjadi 3 (tiga) sub zona yaitu : pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, pariwisata dan peternakan. a. Pertanian Lahan Basah (PL-1) Pertanian tanaman pangan di Perkotaan Rogojampi diantaranya adalah padi, jagung dan ubi jalar. Selain tanaman pangan, sector yang potensial adalah holtikultura sayuran. Tanaman buah-buahan yang cikup potensial adalah semangka dan melon. 3-30

49 Rencana pengembangan zona pertanian di Perkotaan Rogojampi adalah SBWPD 5 dan SBWP 6. b. Perkebunan (PL-2) Rencana pengembangan zona perkebunan adalah SBWP 6 dan SBWP 7. c. Pariwisata (PL-3) pariwisata merupakan zona yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya. Untuk zona pariwisata pada Perkotaan Rogojampi terletak pada SBWP 6. Kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan di Perkotaan Rogojampi meliputi : kawasan wisata buatan kolam renang. d. Peternakan (PL-4) peternakan merupakan zona yang digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok, maupun industri. Pengembangan peternakan di Perkotaan Rogojampi cukup besar, diantaranya adalah ayam, sapi dan kambing. Rencana pengembangan peternakan tersebar di tiap SBWP pada kawasan permukiman. Arahan pengembangan zona peternakan yaitu : a) Pengembangan peternakan dengan penyediaan fasilitas peternakan, seperti dokter hewan, pakan ternak yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh petani dan penyuluhan peternakan serta permodalan. b) Membuka lahan bagi peternak berskala besar pada kawasan tidak terbangun yang jauh dari permukiman. c) Melengkapi kandang ternak dengan pengolahan limbah ternak dan diolah menjadi pupuk agar tidak mencemari lingkungan. d) Mewajibkan adanya buffer zone bagi kandang ternak dengan RTH untuk mengurangi polusi udara Peruntukan Khusus peruntukan khusus di Perkotaan Rogojampi adalah zona pertahanan keamanan (KH-1). pertahanan keamanan (KH-1) adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dsb. pertahanan keamanan di Perkotaan Rogojampi meliputi : 1. Kantor Polisi (Polsek) berada di SBWP 1 blok Koramil Arahan pengembangan untuk zona peruntukan khusus pertahanan keamanan meliputi: a. Peningkatan pelayanan keamanan dengan pembangunan pos keamanan pada kawasan strategis seperti kawasan pariwisata dan industry. Rencana pola ruang di BWP Rogojampi dapat dilihat pada Peta 3.1 Peta Rencana Pola Ruang BWP Rogojampi. 3-31

50 Peta 3.1 Peta Rencana Pola Ruang BWP Rogojampi. 3-32

51 BAB 4 RENCANA JARINGAN PRASARANA 4.1 Rencana Jaringan Pergerakan Jaringan Transportasi Darat Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan kondisi tersebut, struktur jaringan jalan primer di Kecamatan Rogojampi akan merujuk pada rencana jalan yang ada di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur maupun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi serta kondisi yang ada. Sedangkan struktur jaringan jalan sekunder akan berpedoman pada pusat-pusat kegiatan yang dibentuk berdasarkan skenario struktur ruang Kecamatan Rogojampi. Dengan konsep tersebut diharapkan jaringan primer yang melewati Kecamatan Rogojampi dapat memberikan akses ke seluruh pusat-pusat pengembangan yang ada. Berdasarkan konsep pengembangan struktur jaringan jalan, maka fungsi jaringan jalan yang akan direncakan di Kecamatan Rogojampi, sebagai berikut : 1. Pengembangan Jalur Lingkar Jalan Banyuwangi-Rogojampi melalui Pengantigan. 2. Pengembangan Jalur Lingkar Timur yang menghubungkan Kecamatan Rogojampi-Kabat melalui Desa Blimbingsari dan Desa Badean, Kecamatan Kabat. 3. Pengembangan jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi. Rute jalur jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi ditujukan untuk memperkuat pola tata ruang eksisting Kabupaten Banyuwangi, selain itu juga untuk meningkatkan aksesibilitas menuju ke Bandar Udara Blimbingsari. Jalan jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi dikembangkan dengan rute Muncar-Bomo- Patoman- Blimbingsari-Rogojampi-Kabat. 4. Pengembangan Jalan Kolektor dan Jalan Lokal. Pengembangan Jalan Kolektor dan Jalan Lokal ditujukan untuk memperkuat pola tata ruang eksisting Kecamatan Rogojampi, selain untuk meningkatkan aksesibilitas menuju ke Bandar Udara Blimbingsari dan kecamatan-kecamatan di sekitar Kecamatan Rogojampi. Arahan pengembangan jaringan jalan di BWP Perkotaan Rogojampi adalah : a) Pengembangan jalan baru untuk meningkatkan keterhubungan antara Rogojampi- Banyuwangi melalui pembangunan Jalan Lingkar Barat Rogojampi; meningkatkan keterhubungan dengan Bandar Udara Blimbingsari melalui pengembangan Jalan Lingkar Timur; dan pengembangan Jalan Lintas Selatan Banyuwangi. b) Peningkatan kondisi fisik jalan melalui perbaikan jalan yang menghubungan Kota Rogojampi dengan kota-kota di wilayah belakangnya (Muncar, Srono dan Songgon) Jalan Arteri Arahan pola jaringan jalan ini berfungsi untuk mengurangi kepadatan kendaraan di jalan arteri primer. Pola pergerakan mini bus, truk kontainer, pick up, sepeda motor yang ingin menuju ke Banyuwangi dan Jember diarahkan untuk menggunakan ruas jalan 4-1

52 lingkar ini. Pengembangan jaringan jalan lingkar Rogojampi meliputi penataan koridor dan estetika bangunan. Fungsi Jalan Arteri Primer yaitu ruas jalan yang menghubungkan kabupaten Banyuwangi Kabupaten jember, namun setelah pengembangan lingkar Rogojampi, jalan yang membelah kota ini beralih fungsi kolektor primer dan jalan lingkar Rogojampi menjadi jalan arteri primer. Rencana pengembangan jalan arteri ini meliputi : SBWP 1, SBWP 2, SBWP 3 dan SBWP 1, SBWP Jalan Kolektor Adapun jalan kolektor primer di Perkotaan Rogojampi adalah Peningkatan status jalan menjadi kolektor pada wilayah timur, yaitu ruas jalan yang melintasi Kabat - Rogojampi yang kemudian berhubungan dengan wilayah Kabupaten Jember, dan Rogojampi Singojuruh. Rencana pengembangan jalan kolektor ini juga berupa peningkatan lebar dan mutu jalan untuk mengantisipasi adanya peningkatan volume kendaraan akibat berkembangnya kawasan. Rencana pengembangan jalan kolektor ini meliputi : SBWP 1, SBWP 6 dan SBWP Jaringan Jalan Lokal Jaringan jalan lokal primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan perkotaan dengan kawasan perkotaan lainnya, atau kawasan perkotaan dengan kawasan pedesaan pendukungnya. Rencana pengembangan jalan local di Perkotaan Rogojampi meliputi : a. Jalan yang menghubungkan Karangbendo Blimbingsari. b. Jalan yang menghubungkan Rogojampi - Kaotan. c. Jalan yang menghubungkan antar desa atau jalan utama desa Jaringan Jalan Lingkungan Rencana jaringan jalan lingkungan diarahkan kepada ruas jalan yang terdapat dalam zona lingkungan serta jalan penghubung antara zona permukiman dengan jalan lokal sekunder. Adapun rencana untuk jaringan jalan lingkungan adalah : a. Peningkatan mutu perkerasan jalan khususnya di jalan-jalan lingkungan yang masih belum memiliki perkerasan (makadam). b. Pengembangan jaringan jalan baru kearah kantong-kantong produksi dan antar perumahan Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Rencana pengembangan jaringan jalan di Perkotaan Rogojampi adalah pengembangan jalan lingkar Perkotaan Rogojampi atau jalan tembus yang melayani sarana pergerakan di dalam Perkotaan Rogojampi terutama di kawasan pusat Perkotaan Rogojampi yang diharapkan mampu memecah arus akibat peningkatan volume kendaraan. Jalan lingkar Rogojampi adalah solusi untuk mengatasi arus lalu lintas yang padat di pusat BWP Rogojampi. Jalan lingkar yang akan dikembangkan di BWP Rogojampi adalah lingkar selatan dan lingkar barat. Jalan Lingkar Selatan berada di SBWP 6 dan Jalan Lingkar Barat melewati SBWP 3, SBWP 2 dan SBWP 7. Pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Rogojampi adalah sebagai berikut : 4-2

53 a. Pengembangan jalan baru : (1) Pengembangan Jalur Lingkar Jalan Banyuwangi-Rogojampi melalui Pengantigan. Pengembangan Jalur Jalan lingkar Banyuwangi-Jember dilakukan untuk : (a) Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang, khususnya jalur yang menghubungkan Banyuwangi-Jember; (b) Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi. (2) Pengembangan Jalur Lingkar Timur yang menghubungkan Kecamatan Rogojampi-Kabat melalui Desa Blimbingsari dan Desa Badean, Kecamatan Kabat. Pengembangan Jalur Jalan lingkar Timur Kecamatan Rogojampi dilakukan untuk : (a) Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang; (b) Meningkatkan aksesibilitas menuju ke Bandar Udara Blimbingsari. (1) Pengembangan jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi. Rute jalur jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi ditujukan untuk memperkuat pola tata ruang eksisting Kabupaten Banyuwangi, selain itu juga untuk meningkatkan aksesibilitas menuju ke Bandar Udara Blimbingsari. Jalan jalan arteri Lintas Selatan Banyuwangi dikembangkan dengan rute Muncar-Bomo- Patoman-Blimbingsari-Rogojampi-Kabat. (2) Pengembangan Jalan Kolektor dan Jalan Lokal. Pengembangan Jalan Kolektor dan Jalan Lokal ditujukan untuk memperkuat pola tata ruang eksisting Kecamatan Rogojampi, selain untuk meningkatkan aksesibilitas menuju ke Bandar Udara Blimbingsari dan kecamatankecamatan di sekitar Kecamatan Rogojampi. b. Peningkatan Fisik Jalan Selain pengembangan/pembangunan jalan baru, pengembangan jaringan jalan juga meliputi peningkatan perkerasan jalan, dengan prioritas perbaikan meliputi jalan aspal yang memiliki kondisi buruk, jalan makadam dan jalan tanah. Jalan yang pada awalnya merupakan jalan tanah dan jalan makadam ditingkatkan menjadi jalan aspal. Untuk itu jalan jalan yang perlu ditingkatkan kondisi perkerasannya diantaranya adalah jalan menuju ke tempat wisata Pancoran di Desa Karangbendo, jalan yang menghubungkan Desa Mangir, Kaligung, Karangrejo, Bomo, Muncar, Kaotan, Kedaleman, Srono dan Songgon. 4-3

54 Peta 4.1 Peta Rencana Jaringan Jalan BWP Rogojampi 4-4

55 Rute Angkutan 1. Rute Angkutan Umum Pada saat ini Kecamatan Rogojampi sudah dilayani oleh sistem angkutan umum yang memadai, baik angkutan bus antar kota maupun angkutan perdesaan antar kecamatan. 1. Rute bus antar kota yang ada pada saat ini adalah melewati jalan arteri primer Jember-Banyuwangi. Kemudian masuk dari arah Selatan menuju Jl. Stasiun, sampai di persimpangan sekitar terminal kembali lagi ke jalan arteri primer. Bus dari Utara melewati jalan arteri primer Banywangi-Jember, kemudian masuk Jl. Kantor Pos Rogojampi, dan kembali lagi ke jalan arteri primer. 2. Rute kendaraan angkutan MPU melewati jalan arteri serta jalan kolektor yang menghubungkan antar kecamatan. Angkutan bus melewati jalan arteri primer tetap dipertahankan karena sudah sesuai dengan kondisi empiris yang ada. Sementara itu perlu mengembangkan angkutan bus yang melayani trayek Banyuwangi-Bandara Blimbingsari. Rute bus lewat Jalan Lingkar Barat. Angkutan perdesaan perlu diperluas lebih merata agar mampu melayani jalur angkutan ke bagian Utara, Tengah dan Selatan Kota Rogojampi. Arahan pengembangan rute kendaraan angkutan umum yaitu : (1) Bus antar kota (a) Mengembangkan rute melewati jalan arteri primer yang menghubungkan Banyuwangi-Kabat-Rogojampi-Singojuruh-Genteng-Kalibaru-Jember. (b) Mengembangkan rute bus perintis yang menghubungkan Pelabuhan- Terminal Sritanjung-Bandar Udara Blimbingsari. (2) Angkutan perdesaan (a) Mengembangkan rute angkutan umum perdesaan yang menghubungkan jalur Utara menju jalur Selatan Kecamatan Rogojampi, serta jalur yang menghubungkan ibukota kecamatan dengan jalur ke arah Timur. (b) Jalur tersebut melewati beberapa desa sebagai berikut : Rute Utara : Banyuwangi-Kabat-Rogojampi melalui Desa Pengantigan. Rute Selatan : Srono-Mangir-Kedaleman-Rogojampi. Rute Tengah : Pengantigan-Rogojampi-Blimbingsari-Muncar. 2. Rute Angkutan Barang Rute angkutan barang di wilayah perencanaan baik yang menggunakan truk berukuran besar, sedang maupun berukuran kecil, pada saat ini melewati jalan arteri primer (rute Barat-Timur) dan jalan kolektor primer (rute Selatan-Utara). Untuk menghindari kawasan pusat kota, rute kendaraan dari arah Selatan dialihkan lewat Jl. Stasiun, selanjutnya sampai persimpangan di sekitar terminal masuk lagi ke jalan arteri primer. Sedangkan rute kendaraan dari arah Utara dilewatkan Jl. Kantor Pos Rogojampi kemudian masuk lagi ke jalan arteri primer. Tujuan utama sistem angkutan barang di Kecamatan Rogojampi adalah menunjang kelancaran distribusi barang dalam tiga tahap, yaitu : (1) Pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri. Untuk melayani pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri, dilayani oleh angkutan berat dan besar dengan kapasitas >6 ton. Untuk itu, angkutan jenis ini hanya diperbolehkan melewati jalan - jalan dengan sistem primer. (2) Pengiriman barang dari industri ke pedagang atau konsumen 4-5

56 Untuk melayani pengiriman barang ini akan dilayani oleh angkutan sedang. Rute yang dilalui dapat menggunakan sistem sekunder. (3) Transit angkutan umum barang antar wilayah Transit angkutan barang antar wilayah dapat menggunakan ankutan barang dari wilayah lain ke Kecamatan Rogojampi atau sebaliknya dari Kecamatan Rogojampi ke wilayah lain. Jenis angkutan yang dapat digunakan adalah angkutan berat atau sedang sehingga jalan yang dipergunakan adalah sistem primer. Arahan pengembangan untuk rute angkutan barang di BWP Rogojampi adalah : (1) Dalam Jangka Pendek : Rute angkuran barang tetap menggunakan rute yang sudah ada, yaitu : (a) Untuk angkutan truk/barang > 6 ton (truk besar) menggunakan jalan arteri primer yang menghubungkan Banyuwangi-Jember. Untuk Kecamatan Rogojampi, angkutan truk dan barang tidak boleh masuk jalan kota untuk menghindari kemacetan tetapi harus melewati jalan lingkar yang menghubungkan Kabat-Gitik-Pengantigan-Lemahbangdewo Singojuruh. (b) Untuk angkutan truk/barang (kecil sedang dengan kapasitas < 6 ton) arah Banyuwangi-Jember diharuskan menggunakan jalur truk besar ketika masuk di Kecamatan Rogojampi. Sedangkan untuk pengiriman barang dari Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan di sekitarnya dapat menggunakan angkutan truk/barang kecil dan sedang dengan kapasitas < 6 ton. (2) Dalam Jangka Panjang : Rute angkuran barang diarahkan sebagai berikut : (a) Untuk angkutan truk/barang > 6 ton (truk besar) menggunakan 2 (dua) jalur alternatif jalan lingkar (jalan Arteri Primer). (b) Untuk angkutan truk/barang (kecil sedang dengan kapasitas < 6 ton) rute yang ada saat ini tetap dipertahankan Sistem Jaringan Pedestrian Keberadaan jalur pedestrian sebagai prasarana utama bagi pejalan kaki sangat dibutuhkan pada ruas-ruas jalan di mana pola penggunaan lahan di sekitarnya mempunyai fungsi publik. Fungsi jalur pedestrian dalam hal ini trotoar antara lain sebagai berikut : Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga dapat mengurangi kerawanan kriminal, Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan merupakan kawasan bisnis yang menarik, Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan berpotensial sebagai arena promosi, pemasangan iklan dan lain-lain. Trotoar di Jl. Diponegoro sebelah Utara kondisinya sudah cukup baik. Ruas jala yang perlu dilengkapi trotoar adalah Jl. Diponegoro sebelah Selatan, Jl. Sudirman, Jl. Bolodewo, Jl. Alisakti. Arahan pengembangan trotoar di Perkotaan Rogojampi adalah : (1) Ruas jalan yang perlu dilengkapi trotoar adalah Jl. Diponegoro sebelah Selatan, Jl. Sudirman, Jl. Bolodewo, dan Jl. Alisakti. (2) Lebar trotoar sekurangnya 2.00 meter. 4-6

57 (3) Trotoar harus ramah dan nyaman bagi pengguna jalan; antara lain : terlindung oleh keteduhan tanaman atau kanopi bangunan dan estetis; bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang menghalangi. (4) Permukaan trotoar harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Rencana pengembangan pedestrian di Perkotaan Rogojampi meliputi : a. Sepanjang jalan arteri dan kolektor yang melewati BWP Rogojampi. b. Pada pusat kegiatan seperti perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, pariwisata dan industry. c. Pengembangan pada BWP Rogojampi SBWP 1, SBWP 2, SBWP 3 dan SBWP Jaringan Perkeretaapian Perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan raya harus dilengkapi dengan pelintasan kereta api berpalang pintu, karena rawan terjadi kecelakaan. Arahan pengembangan jaringan perkeretaapian di BWP Rogojampi adalah : a. Pengembangan kereta api dua jalur Surabaya-Banyuwangi. b. Mempersiapkan pembebasan lahan untuk keperluan pengembangan kereta api dua jalur. c. Mempersiapkan perluasan Stasiun Kereta Api Rogojampi yang tidak hanya digunakan untuk mengangkut penumpang, tetapi juga untuk mengangkut dan melakukan bongkar muat barang. d. Menyediakan perlintasan kereta api berpalang pintu pada perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan raya. Salah satunya adalah perlintasan di Jalan Lingkar Barat Jaringan Transportasi Udara Kota Rogojampi berjarak kurang lebih 5-6 km dari Bandar Udara Blimbingsari. Walaupun Bandar Udara Blimbingsari berada di luar wilayah perencanaan, tetapi eksistensinya perlu dikaji dalam kaitannya dengan posisi wilayah perencanaan terhadap Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Blimbingsari. Dalam hubungannya dengan pengembangan BWP Perkotaan Rogojampi KKOP Bandar Udara Blimbingsari berpengaruh pada : a. Penentuan kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan. Ditinjau dari posisinya terhadap KKOP Bandar Udara Blimbingsari, kawasan kemungkinan bahaya kecalakaan mencakup sebagian wilayah Desa Lemahbangdewo, Rogojampi, Kedaleman, Kaotan, dan Karangbendo, karena berada pada jalur take off dan landing pesawat. Esensinya, di dalam kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak meter dari ujung permukaan landasan dibebaskan dari bangunan dan kegiatan yang intensitasnya tinggi. Idealnya berupa kawasan tidak terbangun seperti sawah, ladang atau tegalan. b. Penentuan tinggi bangunan Posisi KKOP Bandar Udara Blimbingsari menentukan jumlah lantai bangunan di bawahnya. (1) Wilayah yang berada di bawah permukaan horisontal dalam diizinkan mempunyai ketinggian bangunan maksimum 45 meter atau sekitar 11 lantai (1 lantai setara 4 meter). 4-7

58 (2) Wilayah yang terletak di bawah permukaan horisontal luar diizinkan memiliki ketinggian bangunan maksimum 145 meter atau sekitar 36 lantai. Apabila melihat kondisi faktual jumlah lantai bangunan di Kota Rogojampi yang tidak lebih dari 3 lantai (sekitar meter), maka persyaratan KKOP tidak berpengaruh pada ketinggian bangunan di Perkotaan Rogojampi. 4.2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan Adapun untuk pelayanan penerangan (jaringan listrik) pada BWP Rogojampi dirasa telah cukup karena PLN telah menjangkau hampir di semua permukiman penduduk. Hanya saja, dalam hal penerangan pada jalan-jalan di BWP Rogojampi memang dirasa masih kurang, karena belum tersedianya lampu penerangan jalan baik pada jalan utama terlebih pada jalan lingkungan. Selain kebutuhan untuk perumahan, non perumahan (perdagangan, perkantoran, fasilitas umum), penerangan jalan, wilayah perencanaan membutuhkan penyediaan listrik untuk industri. Dengan luas kawasan industri sebesar 10 Ha dan daya listrik sebesar 0,2 MW/Ha, maka kegiatan industri membutuhkan daya listrik sebesar 2 MW. Seluruhnya membutuhkan daya listrik sebesar 17,28 MW. Arahan pengembangan kebutuhan listrik di BWP Rogojampi adalah : (1) BWP Rogojampi membutuhkan daya listrik sebesar 17,28 MW, dengan rincian : (a) Kebutuhan perumahan sebesar 7.836,90 KW atau 7,83 MW (b) Kebutuhan non perumahan sebesar 3.134,76 KW atau 3,13 MW. (c) Kebutuhan untuk penerangan jalan umum sebesar 783,69 KW atau 0,78 MW (d) Losses 1,3 MW (e) Kebutuhan untuk industri sebesar 2 MW. (2) Kebutuhan daya listrik BWP Rogojampi dilayani oleh jaringan SUTM 20 KV dan SUTR 220/330 V yang diperluas ke seluruh bagian wilayah kota. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa kebutuhan total daya listrik BWP Rogojampi pada tahun 2034 adalah watt/hari. Dengan total kebutuhan tersebut, maka rencana pengembangan jaringan listrik di BWP Rogojampi meliputi: 1. Pengembangan jaringan distribusi sekunder berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV 20 KV yang ditempatkan pada jaringan jalan lingkungan untuk meningkatkan pelayanan listrik dari jaringan distribusi primer yang ada. Pengembangan jaringan ini akan dilengkapi dengan infrastruktur pendukungnya. Adapun transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam meletakan lokasi gardu listrik dan jaringan distribusi adalah: Untuk pemilihan lokasi gardu hubung melingkupi seluruh titik beban. Hal ini untuk meminimasi biaya momen beban yang merupakan perkalian besarnya beban dengan jarak ke titik supply. Penarikan jaringan dari gardu hubung ke masing-masing titik beban harus berarah maju yang berarti tidak ada kabel yang berbalik arah. 4-8

59 Pemilihan letak gardu hubung tersebut harus mampu memenuhi kriteria voltage regulation pada ujung beban. Pemilihan letak gardu hubung juga harus memperhitungkan jarak terdekat dengan supply gardu hubung induk yang terdapat diujung beban. 2. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kawasan-kawasan yang belum terlayani serta pemasangan penerangan jalan pada jalur utama dan terutama pada daerah rawan kecelakaan. 4.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Jaringan telepon sambungan rumah, pada saat ini melayani kebutuhan rumah tangga, kantor bisnis, toko, kantor pemerintah, sekolah, fasilitas kesehatan, kegiatan industri dan perbengkelan, yang lokasinya berada di periferi jalan arteri dan jalan utama desa. Jumlah sambungan telpon di Perkotaan Rogojampi adalah 581 sambungan. Selain sambungan rumah, telekomunikasi di wilayah perencanaan menggunakan telepon seluler yang transmisinya dilayani oleh dua menara BTS (Base Tranceiver Station). BTS berfungsi untuk menghubungkan perangkat komunikasi pengguna dengan pengguna lain melalui suatu jaringan komunikasi yang mempunyai mobilitas tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, disediakan kantor pelayanan Telkom yang terletak di Jl. Diponegoro Rogojampi. Berdasarkan total kebutuhan diatas, maka rencana pengembangan jaringan telekomunikasi di BWP Rogojampi terdiri atas: 1. Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi yang menjangkau seluruh wilayah di BWP Rogojampi. 2. Pembangunan BTS bersama. Pendirian menara Base Transceiver Station (BTS) dengan sistem menara bersama untuk menyinergikan ketersediaan ruang kawasan dan kebutuhan menara BTS yang diseimbangkan dengan jumlah pengelolaan menara bersama, sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi pemanfaatan tata ruang kawasan. 4.4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Kebutuhan air bersih di Perkotaan Rogojampi dilayani oleh PDAM dengan jumlah pelanggan sebanyak pelanggan. Sumber alir baku yang memasok PDAM berasal dari sumber air Lunggun yang mempunyai kapasitas 170 liter/detik dan kapasitas produksi 45 liter/detik. Kebutuhan air bersih di kawasan pinggiran kota sebagian besar dipenuhi dari sumur gali atau sumur pompa. Arahan pengembangan kebutuhan air bersih BWP Rogojampi : (1) Kebutuhan air bersih adalah 7.202,99 m3/hari, yang terdiri dari : (a) Kebutuhan perumahan sebesar 3.736,44 m3/hari. (b) Kebutuhan non perumahan sebesar 1.494,57 m3/hari. (c) Kebutuhan untuk Kran Umum sebesar 4,98 m3/hari. (d) Losses 1.308,99 m3/hari. (e) Kebutuhan untuk industri sebesar 648 m3/hari (2) Penyediaan air bersih BWK Perkotaan Rogojampi dilayani oleh jaringan perpipaan yang disuplai dari sumber air di Lunggun yang mempunyai debit 170 liter/detik atau m3/hari. Jumlah ini masih lebih besar dari kebutuhan Perkotaan Rogojampi. 4-9

60 (3) kebutuhan air bersih lainnya, diperoleh dari sumur gali dengan ketentuan kualitas airnya memenuhi syarat. Penggunaan sumur dalam (sumur artesis) harus dibatasi dan secara bertahap dilarang.. (3) Disediakan Kran Umum sebanyak 166 unit; dengan radius pelayanan maksimum 100 meter. Adapun rencana pengembangan jaringan air bersih di BWP Rogojampi berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air bersih, yang terdiri atas: 1) Pengembangan sistem penyediaan air minum yang mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan. Pengembangan jaringan air minum direncanakan pada seluruh SBWP yang dimana pengembangannya mengikuti pengembangan jaringan jalan yang ada; 2) Pembangunan bangunan pengambil air baku, bangunan penunjang dan bangunan pelengkap serta bak penampung air; 3) Pembangunan sumur resapan di kawasan perumahan pada seluruh SBWP; 4) Monitoring kualitas air bersih untuk menjaga kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh penduduk sesuai dengan standar baku mutu pada seluruh SBWP. 4.5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Saluran drainase memanfaatkan sungai yang mengalir dari Barat ke Timur dan bermuara di Selat Bali. Seluruhnya ada tiga sungai yang mengalir melewati Perkotaan Rogojampi, terdiri dari satu sungai (Kali Lugonto) dan dua saluran irigasi yang mengairi sawah di kawasan pinggiran kota. Arahan pengembangan untuk saluran drainase BWP Rogojampi adalah : 1. Saluran drainase digunakan untuk mengalirkan air hujan dan air buangan rumah tangga. Untuk meminimalkan pencemaran pada badan air, dibuat saringan atau bak penangkap lemak yang ditempatkan pada bak kontrol sebelum air dibuang ke saluran drainase. 2. Sistem saluran drainase memanfaatkan sungai dan saluran yang sudah ada, yaitu Kali Lugonto (masuk klasifikasi saluran makro) dan saluran mikro yang terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier. 3. Memisahkan saluran drainase dan saluran irigasi. Saluran irigasi tetap dipertahankan untuk mengairi sawah yang masih dipertahankan eksistensinya di BWP Perkotaan Rogojampi. Adapun kebutuhan pegembangan saluran pembuangan di BWP Rogojampi yang perlu diperhatikan yaitu : 1) Perluasan jaringan ke wilayah-wilayah permukiman dan penyediaan saluran sesuai perkiraan kebutuhan, kebutuhan terhadap drainase ini tidak hanya untuk rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas sosial, perdagangan dan komersial pada seluruh SBWP; 2) Pemeliharaan dan pengawasan pada tiap saluran drainase secara rutin dari penumpukan sedimen dan sampah; 3) Pemeliharaan pintu air secara berkala; 4) Pensosialisasian program kepedulian terdahap kebersihan dan perawatan sungai, dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai. 4-10

61 4.6 Rencana Pengembangan Sistem Persampahan Sampah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan di wilayah perencanaan terdiri dari sampah rumah tangga, sampah perkantoran, sampah pasar (termasuk pasar hewan), dan sampah pertokoan.. Fasilitas pembuangan sampah yang terdapat di wilayah perencanaan adalah TPA dengan metoda open dumping yang menempati lahan seluas 0,5 Ha. Lokasi TPA berada di belakang pasar hewan, yang melayani Desa Rogojampi, Pengantigan, Gitik, Kedaleman dan Lemahbangdewo. Masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran kota memusnahkan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar di halaman atau lahan kosong. Adapun permasalahan utama terkait masalah sampah di Kecamatan Rogojampi adalah : 1) Tidak terdapatnya sarana TPA 2) Masih kurangnya TPS 3) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. 4) Keterbatasan Sarana dan prasarana persampahan mangakibatkan sampah seringkali menumpuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap, keterbatasan sarana dan prasarana persampahan seperti : Kurangnya bak-bak penampungan sampah yang diletakkan didepannya rumah penduduk Kurangnya armada pengangkut sampah Kurangnya jumlah kontainer yang tersedia Kurangnya SDM yang ada saat ini seperti sopir angkutan sampah dan pasukan kuning. Arahan pengembangan sistem prsampahan di BWP Rogojampi : (1) Sebagai sebuah kota yang dikembangkan menjadi PKL, BWP Perkotaan Rogojampi harus menyediakan sistem pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah sendiri; dan tidak bisa lagi mengandalkan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun/ dibakar di halaman atau tanah kosong. Fasilitas pengumpulan dan pengangkutan sampah yang perlu disediakan di BWP Perkotaan Rogojampi, terdiri dari : (a) Gerobak sampah berkapasitas 1 m3 sebanyak 142 unit, yang membuang sampah setiap hari ke TPS. (b) Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) berkapasitas 6 m3 sebanyak 23 unit, yang membuang sampah setiap hari ke TPA. (c) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dipindahkan ke Desa Aliyan. (2) Pembuangan sampah dari bak sampah rumah tangga ke TPS dilakukan oleh masyarakat, sedangkan pengangkutan dan pemusnahan sampah ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Banyuwangi. (3) Untuk memperkecil volume timbulan sampah dapat dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut : (a) Mereduksi sampah (reduce), yaitu mengurangi atau meminimalkan material yang digunakan. Semakin banyak material yang digunakan, akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. 4-11

62 (b) Mendaur ulang sampah (recycle), dengan memilah sampah yang masih bisa didaur ulang seperti kertas, karton, plastik, beling, berbagai jenis logam, seng, sisa kain; untuk dijual kepada pengepul sampah dan selanjutnya didaur ulang oleh usaha kecil/informal menjadi barang lain. (c) Menggunakan kembali (reuse), yaitu dengan cara memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali, dan menghindari penggunaan barang-barang yang sekali buang. (d) Mengolah sampah organik menjadi pupuk. Adapun rencana penanganan sampah di BWP Rogojampi antara lain adalah: 1. Penyediaan TPS Container yang direncanakan akan ditempatkan di tiap SBWP pada zona aktivitas kegiatan dan pemukiman. 2. Peningkatan pelayanan persampahan baik untuk sistem pengangkutan maupun pengelolaan dengan mengembangkan konsep bank sampah pada seluruh SBWP; 3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengangkutan dan pengelolaan sampah dari TPS menuju TPA; 4. Program pengolahan sampah dengan sistem composting atau pengomposan dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik seperti berikut : Sumber Sampah : 1. Perdagangan & jasa 2. Perkantoran 3. Pendidikan 4. Perrmukiman 5. Industri 6. Kesehatan 7. Dll Tempat Sampah/ Bak Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Komposter Skala Kawasan Residu Gambar 4.1 Rute Sistem Pengolahan Sampah 4.7 Limbah Rumah Tangga Lingkungan permukiman kota harus dilengkapi jaringan air limbah rumah tangga baik menggunakan sistem pengelolaan limbah individu maupun komunal. Arahan pengembangan pembuangan limbah rumah tangga di BWP Rogojampi adalah : (1) Sistem pembuangan limbah rumah tangga menggunakan on site system. (2) Saluran pembuangan yang berasal dari KM, dapur, tempat cuci, dan washtafel, harus dimasukkan bak penagkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase kota. (3) Buangan limbah cair dari restoran, depot, pasar, dilarang dibuang ke saluran drainase. Buangan limbah cair harus diolah terlebih dahulu menggunakan IPAL Biofilter atau Biofilm Anaerob dan Aerob Plus. (4) Rumah Sakit wajib memiliki IPAL untuk mengolah limbah cair yang dihasilkannya. 4.8 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya Jalur Evakuasi Bencana adalah jalur evakuasi bencana banjir. Jalur evakuasi bencana banjir digunakan sebagai jalur evakuasi apabila terjadi bencana banjir dengan 4-12

63 tempat penampungan sementara di perkantoran, ruang terbuka dan tempat peruntukan pelayanan umum meliputi sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Apabila terjadi bencana kebakaran, maka tempat penampungan sementara berada di perkantoran, ruang terbuka dan tempat peruntukan pelayanan umum meliputi sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan yang terdekat dengan lokasi bencana kebakaran. Fasilitas penanggulangan kebakaran sangat dibutuhkan oleh sebuah kawasan perkotaan terutama jika di kawasan tersebut terdapat kegiatan yang rawan menimbulkan kebakaran atau rentan terhadap bahaya kebakaran, seperti industri, bengkel las, bengkel mesin, restoran dan warung. Di wilayah perencanaan belum tersedia fasilitas penanggulangan kebakaran kota. Ketersediaan air untuk keperluan pemadaman kebakaran bisa memanfaatkan air sungai yang terdapat di wilayah perencanaan. Upaya peningkatan evakuasi bencana kebakaran dilakukan dengan cara : a. Melakukan integrasi jaringan air minum dengan jaringan hidrant kebakaran; b. Meningkatkan kualitas jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran pada kawasan rawan kebakaran; c. Menyediakan jalur akses ke bangunan untuk proses pemadaman kebakaran. Kawasan ruang evakuasi bencana, meliputi ruang terbuka atau ruang lainnya yang dapat berfungsi sebagai melting point; (1) Kawasan ruang evakuasi bencana untuk bencana kebakaran, meliputi Ruang terbuka meliputi taman, lapangan, parkir, halaman atau pekarangan fasilitas umum dan sosial di sekitar kawasan rawan bencana kebakaran; (2) Pengelolaan kawasan ruang evakuasi bencana meliputi : a. Menyediakan hidran pada setiap lingkungan dan sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya; b. Tersedia sarana komunikasi umum yang siap pakai. Arahan pengembangan bagi evakuasi bencana kebakaran adalah : (1) Di BWP Perkotaan Rogojampi perlu disediakan satu Pos PMK yang ditempatkan di Kantor Kecamatan. Wujudnya berupa garasi terbuka untuk menampung satu mobil PMK dan satu mobil tangki air untuk pemadaman api. (2) Upaya mitigasi untuk mencegah terjadinya perambatan api dari bangunan satu ke bangunan lain apabila terjadi kebekaran adalah : (a) Memisahkan jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran dengan kegiatan yang beresiko rendah menimbulkan kebakaran. Antara lain menempatkan bengkel (mobil, sepeda motor, las, cat, dinamo, industri/pergudangan) dalam zona tersendiri. (b) Blok industri/pergudangan yang berada dalam satu kompleks wajib menyediakan hidran halaman. (c) Di daerah padat seperti perdagangan pusat kota atau daerah yang letaknya jauh dari laut atau sungai, perlu disediakan sumur kebakaran (dalam hal ini dipilih sumur kebakaran dibandingkan hidran, karena penyediaan hidran lebih mahal dan selalu terkontrol dengan baik agar tekanan airnya tetap tinggi). Sumur kebakaran ditempatkan pada setiap jarak meter. Sumur kebakaran ditempatkan di tepi jalan dengan jarak minimal 3 meter dari badan jalan. 4-13

64 BAB 5 PENETAPAN SBWP PRIORITAS 5.1 Penetapan Lokasi Sub BWP yang Diprioritaskan Dalam BWP Rogojampi perlu dilakukan pula adanya penetapan SBWP yang diprioritaskan penanganannya yang berfungsi sebagai: Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral; Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR. Untuk menetapkan SBWP yang diprioritaskan penanganannya dibutuhkan penilaian dengan menggunakan teknik skoring (skala 1 sampai 5) dari beberapa kriteria yang telah ditetapkan dengan kondisi eksisting dari SBWP di BWP Rogojampi. Penentuan skoring dari kriteria penetapan SBWP tersebut berorientasi kepada tujuan dari penataan BWP yang telah dirumuskan sebelumnya. Semakin sejalan kondisi eksisting kawasan dengan tujuan BWP, maka semakin tinggi skor yang akan diperoleh SBWP tersebut. SBWP yang memperoleh nilai paling tinggi akan ditetapkan sebagai SBWP yang diprioritaskan penanganannya. Kriteria penetapan SBWP yang diprioritaskan penanganannya tersebut mengacu kepada ketentuan-ketentuan penetapan yang disebutkan dalam Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2011 sebagai berikut: Kesesuaian dengan tujuan BWP Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Berdasarkan perhitungan tersebut, kawasan yang diprioritaskan penanganannya adalah pada SBWP 1 yaitu Desa Rogojampi yang mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala beberapa kecamatan, fasilitas umum skala beberapa kecamatan; perdagangan dan jasa; fasilitas umum (kantor pemerintah, rumah sakit, tempat peribadatan), perumahan, dan wilayah belakangnya didominasi pertanian; dan SBWP 6 yaitu Desa Karangbendo dengan fungsi utama adalah pemerintahan desa; fasilitas umum tingkat desa, perumahan dan pertanian. 5-1

65 Peta 5.1 Peta Penetapan SBWP Prioritas 5-2

66 Peta 5.2 Peta Penetapan SBWP Prioritas (SBWP 1) 5-3

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur Oleh : Hadi Prasetyo (Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur) I. Pendahuluan Penataan Ruang sebagai suatu sistem

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN 5.1 Umum Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi LAMPIRAN II A PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM RANGKA PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH 2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Program Pemanfaatan Ruang Prioritas di BWP Malang Tenggara Waktu Pelaksanaan PJM-1 ( ) PJM-2 ( ) PJM-3 ( ) PJM-4 ( )

Program Pemanfaatan Ruang Prioritas di BWP Malang Tenggara Waktu Pelaksanaan PJM-1 ( ) PJM-2 ( ) PJM-3 ( ) PJM-4 ( ) LAMPIRAN XVI PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGGARA TAHUN - No A. Perwujudan Rencana Pola Ruang. Perwujudan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 2 3 4 1 A Pembangunan Perumahan TIDAK SESUAI dengan peruntukkan lahan (pola ruang) Permasalahan PENATAAN RUANG dan PERUMAHAN di Lapangan B Pembangunan Perumahan yang SESUAI dengan peruntukkan lahan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah diatur dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah RI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH FORM B PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan lokasi/kawasan wisata yang akan diamati sesuai dengan tema/topik yang akan diangkat. Kemudian kaitkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Studio Perencanaan Kota 2014 EXECUTIVE SUMMARY

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember Studio Perencanaan Kota 2014 EXECUTIVE SUMMARY EXECUTIVE SUMMARY Kawasan perkotaan memiliki keheterogenitas dan kekompleksan kegiatan berdasarkan fungsi kawasan perkotaan sehingga menuntut perkotaan selalu berkembang. Salah satu faktor utama penyebab

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci