IV. METODE PENELITIAN
|
|
- Doddy Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 54 A. Kerangka Pemikiran IV. METODE PENELITIAN Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab Pendahuluan, persoalan mendasar yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah bentuk penguatan para pihak seperti apa yang sesunggunghnya dibutuhkan oleh berbagai elemen yang terlibat dalam berbagai rantai nilai di Kawasan Cibodas; agar penurunan nilai wisata di Kawasan Cibodas yang sekarang terus terjadi bisa dicegah dan sekaligus bisa membentuk suatu kinerja baru yang memberikan berbagai manfaat yang optimal bagi semua pihak. Untuk itu, suatu pengenalan dan pemahaman tentang karakter dan dinamika yang dimiliki oleh setiap elemen yang menjadi para pihak dari berbagai bentuk kegiatan wisata di Kawasan Cibodas menjadi sangat penting untuk dimiliki. Kebutuhan akan pemahaman tentang berbagai karakteristik dan dinamika yang dimiliki oleh setiap para pihak tersebut akan didekati melalui analisis rantai nilai ekowisata. Menyadari berbagai kelemahan yang terjadi dalam suatu analisis rantai wisata (tourism chain analysis) yang pada berbagai literatur selama ini umumnya hanya dipandang dari perspektif rantai suplai (supply chain), maka dalam penelitian ini analisis rantai wisata dipilih untuk dilakukan dengan pembedaan secara tegas antara nilai-nilai yang berada dalam rantai suplai (supply chain), nilai-nilai yang berada dalam rantai permintaan (demand chain), serta nilai-nilai yang terjadi pada para pihak secara keseluruhan (stakeholder chain). Suatu rantai suplai wisata dimaknai dan diartikan sebagai: serangkaian kondisi dan dinamika yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap berbagai proses dan keputusan pemasokan sejumlah jasa wisata kepada konsumen oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengambil manfaat dari berbagai proses dan transaksi pemasokan tersebut.
2 55 Pengertian di atas menunjukkan bahwa setiap proses yang dilakukan pada rantai suplai dipersyaratkan untuk memberoleh manfaat (benefit), sehingga proses tersebut secara ekonomi disebut rasional. Selanjutnya bila mengacu kepada pendapat Porter (1990), maka proses tersebut harus yang memberikan efisiensi terbesar yang dalam hal ini adalah biaya terendah yang sekaligus menjadi keunggulan pemasok. Rantai permintaan wisata dimaknai sebagai: serangkaian kondisi dan dinamika yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap berbagai proses dan keputusan serta pola perilaku mengkonsumsi sejumlah jasa wisata dan penunjangnya oleh para wisatawan. serta merta Wisatawan yang merupakan konsumen terhadap suplai jasa wisata tidak mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli setiap suplai jasa wisata yang ditawarkan oleh penyedia (pemasok), namun melalui berbagai faktor dan proses, di antaranya adalah faktor motif berwisata dan pembentukan persepsi dan penilaian terhadap suatu obyek wisata. Bila para penyedia jasa wisata berupaya memaksimalkan keuntungan, maka para wisatawan berupaya memaksimalkan kepuasan. Dengan demikian bila keduanya digabung, maka penyedia jasa wisata akan berusaha mencapai keuntungan maksimal dengan memberikan kepuasan maksimal kepada wisatawan. Rantai para pihak wisata adalah: merupakan agregat dari seluruh kondisi dan dinamika yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap berbagai proses dan keputusan dari elemen-elemen suplai maupun elemen-elemen permintaan dalam mewujudkan terbangun dan tercapainya manfaat bersama secara berkelanjutan. Rantai para pihak wisata pada dasarnya menunjukkan bagaimana setiap elemen para pihak melakukan suatu tindakan yang teraktualisasikan dalam bentuk kinerja untuk memperoleh manfaat yang menjadi harapannya. Kinerja para para pihak tersebut dipengaruhi oleh kinerja para pihak lain, baik dalam intra (sejenis) maupun inter (antar jenis) para pihak. Dengan demikian di antara para pihak juga akan memiliki penilaian satu dengan lainnya sesuai dengan relasi yang terjadi di antara para pihak tersebut.
3 56 B. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Destinasi Wisata (DW) Cibodas dan Kawasan Wisata (KW) Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). Destinasi Wisata Cibodas termasuk wilayah Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, sementara KW Bopunjur termasuk wilayah Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Berbagai data penelitian telah dikumpulkan secara bertahap sejak Februari 2011 sampai dengan September 2011 bersamaan dengan berbagai kegiatan monitoring kegiatan ekowisata di Kawasan Bopunjur yang dilakukan secara reguler melalui Program Ekowisata Direktorat Diploma IPB. Gambar 11 Lokasi obyek wisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur. Obyek wisata yang diteliti meliputi 14 obyek wisata, di DW Cibodas sebanyak 3 (tiga) obyek wisata dan di KW Bopunjur meliputi 11 (sebelas) obyek wisata. Obyek wisata yang diteliti merupakan obyek wisata alam dan sudah
4 57 memenuhi persyaratan keterwakilan populasi. Dalam hal ini di DW Cibodas terdapat 5 (lima) obyek wisata alam, sedangkan populasi obyek wisata alam di KW Bopunjur tidak mencapai 100 unit. Dalam hal ini, hampir semua obyek wisata alam yang diteliti merupakan tapak destinasi wisata yang sudah dikenal masyarakat dan menjadi tujuan utama wisatawan. Tabel 5 Obyek Wisata yang Menjadi Kajian Penelitian No Kawasan Kecamatan/Kabupaten Lokasi 1 Destinasi Wisata Cipanas, Cianjur Kebun Raya (KR) Cibodas, Taman Cibodas Nasional (TN) Gunung Gede Pangrango dan Taman Wisata (TW) 2 Kawasan Wisata Bopunjur Cisarua, Bogor Megamendung, Bogor C. Jenis dan Metode Pengambilan Data Mandalawangi Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Wisata Agro (WA) Gunung Mas, Wana Wisata (WW) Curug Cilember, Taman Wisata (TW) Riung Gunung, Taman Safari Indonesia (TSI) dan Melrimba Garden WW Curug Panjang, WW Curug Naga, Lembah Pertiwi, dan Cansebu Amazing Camp and Resort Data penelitian meliputi data sekunder dan primer. Dalam penelitian ini data sekunder berperan sebagai penunjang yang berupa dokumentasi data tentang: (1) institusi atau perusahaan penyedia jasa wisata serta (2) kewilayahan dan kependudukan tempat secara administratif obyek wisata contoh berada (Kawasan Puncak Cibodas), serta (3) kepariwisataan di Kawasan Puncak Cibodas. Adapun data primer terdiri dari tiga kelompok data yang dimaknai sebagai variabel esensial. Selanjutnya, dari setiap variabel esensial tersebut diperinci lebih lanjut dalam elemen dan indikator. Teknik tertutup pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner pola tertutup (close ended) untuk memperoleh nilai yang tepat dari setiap jawaban yang diberikan responden. Dalam hal ini, Avenzora (2006) menyatakan agar berbagai nilai yang tidak terucapkan (unspeakable expression of values) dan subyektivitas berbagai nilai yang ada terhadap suatu elemen yang dipersepsikan responden dengan mudah bisa ditelusuri dan dimengerti serta bisa dipercaya oleh responden, maka penentuan suatu nilai skor dalam sebuah
5 58 kuesioner adalah perlu untuk dituangkan dalam satu indikator tertentu. Dengan demikian, maka agregat dari indikator-indikator yang terpenuhi oleh suatu aspek atau elemen, akan sekaligus menjadi nilai akhir (final values) dari elemen dan aspek yang dinilai. Berbagai indikator yang digunakan untuk menilai persepsi responden dalam penilaian ini disajikan pada kuesioner terlampir (Lampiran 1-4). Tabel 6 Data yang diambil dalam penelitian No. Variabel Esensial Elemen Sumber Data Pengumpulan Data 1 Suplai - Sumberdaya wisata Responden pengelola, (sumberdaya alam, pegawai (1 orang per sumberdaya buatan, bidang kerja di setiap obyek infrastrutur, fasilitas wisata, sedangkan - kinerja penyedia jasa pengunjung dan masyarakat wisata - Jenis produk wisata adalah masing-masing 30 orang/ obyek wisata (n=30) Kuesioner 2 Permintaan - Karakteristik pengunjung tertutup Responden pengunjung - Motivasi wisata aktual dengan n= 30 orang/ - Tujuan wisata obyek wisata - Persepsi pengunjung 3 Stake- - Pemerintah holders D. Analisis Data - LSM - Penyedia jasa wisata - Penyedia penunjang jasa wisata Responden 45 orang per kawasan wisata Pada dasarnya analisis data dilakukan dengan dua proses kunci, yaitu pemetaan skor (score mapping) dan analisis gap (gap analysis). Data primer yang dikumpulkan merupakan data nilai persepsi yang diberikan oleh responden terhadap aspek-aspek dan elemen-elemen rantai nilai wisata. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Pada penilaian kualitatif, menurut Avenzora (2006), salah satu struktur nilai yang mudah dan umum digunakan adalah sisitem skoring. Namun demikian, dalam penggunaannya sangat sering dijumpai kesalahan dan kelemahan berupa inkonsistensi struktur skor dan kelemahan penetapan indikator setiap satuan skor. Untuk mengeliminasi hal tersebut, maka salah satu cara yang dapat dipakai adalah melengkapi Skala Likert menjadi sistem skoring yang terstruktur. Meskipun pada dasarnya Skala Likert bergerak dari skor 1 sampai dengan 5, namun sesuai dengan karakter masyarakat
6 59 Indonesia, maka sebaiknya skala tersebut digubah menjadi 1 sampai dengan 7. Dalam hal ini masyarakat Indonesia mengenal berbagai tingkatan untuk menyampaikan sesuatu, sehingga dikenal adanya tingkatan dalam berbahasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki rentang yang lebih panjang dalam memberikan suatu pemaknaan, termasuk dalam memberikan penilaian. Sejalan dengan data persepsi yang dikumpulkan pada penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan responden terhadap satu aspek dan elemenelemennya, sehingga nilai skor 1 diberikan untuk pernyataan sangat tidak puas, nilai 2 untuk pernyataan tidak puas, nilai 3 untuk pernyataan agak tidak puas, nilai 4 untuk pernyataan biasa saja, nilai 5 untuk pernyataan agak puas, nilai 6 untuk pernyataan puas dan nilai 7 untuk pernyataan sangat puas. Pola pemaknaan dari setiap nilai tersebut dapat digubah sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan nilai persepsi dari skor 1 sampai skor 7, maka pada setiap kriteria untuk menilai suatu persepsi ditetapkan sejumlah indikator. Pada setiap kriteria ditetapkan 7 (tujuh) indikator dengan setiap indikator bermakna dengan nilai skor 1, sehingga bila setiap indikator terpenuhi maka diperoleh nilai persepsi maksimal (nilai skor 7) untuk kriteria bersangkutan pada elemen tertentu. Nilai rata-rata untuk setiap aspek dan elemen yang dinilai merupakan nilai persepsi responden terhadap aspek dan elemen bersangkutan. Selanjutnya nilai persepsi tersebut diberikan deskripsi untuk menjelaskan makna dari persepsi terhadap setiap aspek dan elemen-elemennya pada setiap mata rantai, baik rantai suplai (supply chain), rantai permintaan (demand chain) dan rantai para pihak. Berbagai skor persepsi yang terdata adalah menunjukkan tata-nilai responden terhadap kondisi saat itu (given condition) dari setiap elemen yang terdapat dalam suatu aspek yang sedang dievaluasi. Berapapun skor yang diberikan oleh responden terhadap suatu aspek yang sedang dievaluasi adalah menggambarkan posisi dari tata nilai yang dimilikinya di dalam rentang skor yang
7 60 digunakan. Proses pemetaan skor tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis gap, yaitu serangkaian penelaahan mengenai kesenjangan posisi skor terhadap kondisi ideal yang diinginkan (yang dalam konteks skor tergambar pada posisi skor sama dengan 7). E. Sintesis Hasil dari pemetaan skor dan analisis gap kemudian disintesis menjadi suatu kerangka berpijak (platform) yang akan digunakan dalam mengembangkan berbagai gagasan yang akan dibangun dalam mengelaborasi serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, proses sintesis dilakukan dengan menggunakan pendekatan optimasi fungsi dan kinerja, serta menggunakan pendekatan efisiensi dan efektifitas proses. Teknik tersebut dapat disebut sebagai suatu teknik peningkatan (up-grading technique). Proses sintesis mengoptimasi fungsi dan kinerja dilakukan baik pada tingkat individu (individual element) ataupun pada tingkat masyarakat (communal element) demikian juga halnya dengan sintesis untuk efisiensi dan efektivitas proses. Dengan optimalnya fungsi dan kinerja dari setiap elemen yang terdapat dalam setiap rantai nilai yang ada, maka dapat diharapkan performa ekowisata di dalam wilayah studi juga akan menjadi baik. Adapun dengan efisien dan efektifnya proses yang dilakukan, maka diharapkan keberlanjutan proses dapat diukur dan dimonitor serta disempurnakan setiap saat.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Destinasi Wisata Cibodas 1. Letak dan Luas III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Destinasi Wisata (DW) Cibodas secara administratif termasuk Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Lokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dua dekade terakhir, sektor pariwisata telah menjadi sektor pembangunan yang diunggulkan banyak negara dalam menghasilkan devisa. World Tourism Organisation (2011)
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENGUATAN PARA PIHAK
100 VI. STRATEGI PENGUATAN PARA PIHAK A. Masalah dan Kendala. Mempertimbangkan berbagai hasil evaluasi dari rantai nilai ekowisata yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat disarikan beberapa
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAPASITAS PARA PIHAK (STAKEHOLDERS) BAGI PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KAWASAN CIBODAS, JAWA BARAT TUTUT SUNARMINTO
PENGEMBANGAN KAPASITAS PARA PIHAK (STAKEHOLDERS) BAGI PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KAWASAN CIBODAS, JAWA BARAT TUTUT SUNARMINTO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
61 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Daerah Studi Kawasan Destinasi Wisata (DW) Cibodas merupakan wilayah khas pegunungan dengan topografi bukit bergelombang dan hanya sedikit yang memiliki topografi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciGambar 3.1 Peta Kota Cirebon Sumber: Hasil Penelitian, 2013.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini, daya tarik wisata yang akan dikaji adalah potensi wisata budaya kota Cirebon provinsi Jawa Barat. Wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap tahunnya. Beberapa sektor pariwisata sudah dapat dikatakan berhasil dan dikenal oleh berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang merupakan daerah dengan peranan penting dalam Pariwisata di Jawa Barat. Sebagaimana diketahui,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO No. SK.
Lebih terperincicenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi kepariwisataan di Indonesia sangat besar. Sebagai negara tropis dengan sumberdaya alam hayati terbesar ketiga di dunia, sangat wajar bila pemerintah Indonesia memberikan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai buah dari usaha ekonomi nasional yang mandiri maka mengembangkan industri pariwisata merupakan suatu keniscayaan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan
Lebih terperinciKESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA
KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA ( Kasus dl Desa Clmacan, Kec. Pacet, Kab. Cianlur ) OIeh IGN. PUNJUBG W. A25 1015 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciKESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA
KESEMPATAN BERUSAHA DI SE INFORWIAl PADA DAERAH OBVEK VVlSATA ( Kasus dl Desa Clmacan, Kec. Pacet, Kab. Cianlur ) OIeh IGN. PUNJUBG W. A25 1015 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN.... HALAMAN PERNYATAAN.... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL.... viii DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara agraris, memiliki wilayah yang luas untuk usaha pertanian. Selain diperuntukkan sebagai budidaya dan produksi komoditi pertanian serta perkebunan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kekayaan pariwisata dan budayanya. Kepariwisataan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu industri besar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jalan Raya Puncak Km 83 simpang kawasan wisata Taman Safari Indonesia, Gambar 3.1 Lokasi Prioritas Hotel & Resort
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Prioritas Hotel & Resort yang berada di Jalan Raya Puncak Km 83 simpang kawasan wisata Taman Safari
Lebih terperinciJumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia
Lebih terperinciI PENDAHULUAN
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata menunjukkan tren meningkat dalam kontribusi terhadap devisa Indonesia. Pada tahun 2006, pariwisata menyumbangkan devisa sebanyak USD 4,447 miliar. Pada tahun
Lebih terperinciMETODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling
METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan berbagai kemudahan komunikasi dan informasi yang mengakibatkan kondisi persaingan bisnis
Lebih terperinciPERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A
PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan
5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan Seminar Tugas Akhir 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan gambaran secara umum dari isi laporan dan alasan pemilihan judul dalam latar belakang, permasalahan-permasalahan yang ada, tujuan, serta metode perancangan.
Lebih terperinci3 METODE Jalur Interpretasi
15 2.3.5 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan
Lebih terperinciGambar 12. Lokasi Penelitian
III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dikawasan Wisata Agro Perkebunan Nusantara Gunung Mas yang terletak di Seda Tugu, kecamatan Cisarua kabupaten Bogor. Pemilihan
Lebih terperinciGambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)
BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian mengenai Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dilakukan pada bulan Mei-Juni Tahun 2010 di Kawasan TNGC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk
Lebih terperinciPERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR
PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : DANA ERVANO L2D 005 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Kawah Putih Ciwidey (WWKP) di bawah Unit Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Toserba xxx dengan meneliti posisi produk dan preferensi konsumen kacang garing Garuda. Terdapat berbagai macam merek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak ragam tempat wisata yang sangat indah. Tidak kalah menarik dengan tempat wisata yang berada diluar negeri. Mulai dari pantai, pegunungan,
Lebih terperinciIII METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciDr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M. Theodosia C. Nathalia, S.ST. Par., M.M.
KAJIAN TERHADAP POTENSI WISATA KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN DALAM PENYUSUNAN MODEL DESTINASI PARIWISATA KREATIF LAPORAN KEMAJUAN I TAHUN KE-2 MONEV INTERNAL Dr. Diena M. Lemy, A.Par., M.M. Theodosia C.
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab
BAB V KESIMPULAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat implikasi penelitian secara manajerial, serta akan menjabarkan mengenai keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trend yang sedang terjadi di negara-negara industri saat ini adalah mulai mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian manufaktur yang berbasiskan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Puncak merupakan bagian dari kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan ini memiliki beragam fungsi strategis,
Lebih terperinciGambar 2 Tahapan Studi
13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Keadaan Internal Kebun Raya Bogor
29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Keadaan Internal Kebun Raya Bogor A. Geografi B. Demografi C. Perilaku D. Psikografi Analisis Deskriptif Analisis Cluster berdasarkan AIO Segmentasi
Lebih terperinciBAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode
BAB III Metode Perancangan Merancang Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena di kota Madiun sendiri masih kurang mempunyai sarana atau tempat untuk refreshing.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi
Lebih terperinciVIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR
VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja suatu perusahaan sangat penting untuk merumuskan strategi pemasaran yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut Pendit
Lebih terperinciMULTIDIMENSIONAL SCALING ANALYSIS. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
MULTIDIMENSIONAL SCALING ANALYSIS FILOSOFI MDS Mutidimensional scalling bertujuan untuk mengukur perbedaan suatu objek dalam ruang multidimensi berdasarkan kesamaan persepsi responden terhadap suatu objek.
Lebih terperinciSumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor penting yang bisa menunjang pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, mendorong pemerataan pembangunan nasional dan mempercepat
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat wisata yang ada di Bogor, diantaranya yaitu kebun raya Bogor, taman wisata mekarsari, taman matahari, dan taman safari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka
BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik
Lebih terperinciVII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS
VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi yang akan diteliti yaitu Travel DayTrans Bandung. Travel ini merupakan Travel yang sangat direkomendasikan bagi wisatawan yang akan bepergian ke Bandung-Jakarta-Bogor-Depok-Cikampek-Tangerang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada pelanggannya. Sebaliknya jika produsen tidak dapat memberikan kepuasan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi produsen. Produsen akan dapat memenangkan persaingan bisnis dengan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang beragam. Hal ini didukung dengan letak geografisnya yang berdekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak dari krisis yang berkepanjangan ini salah satunya adalah berdampak pada terhambatnya pembangunan
Lebih terperinci6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI
6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI 6.1 Model Pengembangan Agrowisata Mempertimbangkan berbagai hasil yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka model pengembangan agrowisata berbasis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
4 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata
Lebih terperinci