BAB I. Postur PKS Sebagai Partai Kader: Situasi Dilematis Ataukah Langkah Inkosisten?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Postur PKS Sebagai Partai Kader: Situasi Dilematis Ataukah Langkah Inkosisten?"

Transkripsi

1 BAB I Postur PKS Sebagai Partai Kader: Situasi Dilematis Ataukah Langkah Inkosisten? A. Latar belakang Kajian ini dipicu oleh temuan dari disertasi Burhanudin Muhtadi (2012). Dia menunjukkan bahwa Partai Keadilan Sejahtera terjebak dalam situasi dilematis ketika mencoba untuk bersungguh-sungguh memberlakukan ideologi yang diyakininya. Dilema ini adalah sebagai berikut. Di satu sisi, partai tersebut hendak mempertahankan dan memperjuangkan ideologi Islam yang mereka cita-citakan. Untuk itu PKS mendefinisikan dirinya sebagai partai kader. Di sisi lain, PKS hendak meraih suara sebanyak-banyaknya, sebagaimana partai-partai lain. Untuk itu PKS hadir sebagai partai massa. PKS menjadikan dirinya sebuah partai yang terbuka bebas bagi semua kalangan, untuk dapat meraih suara sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, PKS bisa menguasai kursi di parlemen. Dalam konteks ini, ideologi Islam direduksi cukup menjadi sekedar identitas yang dibawa-bawa oleh pendukungnya. Yang penting,

2 partai tersebut meraih simpati masyarakat dengan identitas partai Islam yang ia sajikan. Telaah yang dilakukan dalam studi ini dedikasikan untuk mendalami, kalau bukan meninjau ulang, thesis statement yang dipertahankan sebagai penanda kedoktoran Burhanudin Muhtadi tersebut di atas. Studi ini bermaksud untuk mendalami situasi dilematis yang dihadapi. Jangan-jangan, yang terjadi bukan jebakan yang dilematis, melainkan inkonsistensi. Jebakan itu, jangan-jangan bisa dihindari. Burhanudin Muhtadi (2012) melihat dilema yang dialami PKS bedasarkan perubahan drastis ideology yang dianut PKS. Merunut awal kemunculan PKS, embrio Partai tersebut muncul ketika runtuhnya Rezim orde baru. Dan membuat kebangkitan ideologi Islam di Indonesia. Pada zaman orde baru, tak banyak ideology yang berkembang. Semua harus tunduk pada rezim otoriter orde baru. Begitu pun ideology Islam. Semua pemikiran politik Islam disatukan dalam satu wadah partai bernama Partai Persatuan Pembangunan. Tak ada aliran dalam Islam yang bisa berkembang termasuk pemikiran kelompok Tarbiyah (Machmudi,2008). Tarbiyah merupakan Sebuah pemikiran Islam yang berlandaskan pada pemikiran Ikhwanul muslimin di Mesir. Tahun 1998 menjadi sebuah momen kelompok tarbiyah ini merancang ulang sebuah gerakan politik. Mereka berpikir untuk mempercepat gerakan Tarbiyah, menyebarkan nilai-nilai Islam berdasarkan prinsip Ikhwanul Muslimin, dan

3 mewujudkan goal gerakan ini menjadikan Islam sebagai sebuah solusi (Munandar, 2011). Islam menjadi ustahziyal alam (pemimpin peradaban). Sayangnya kehadiran tarbiyah diindonesia hadir dimasa represif terhadap ideologi. Secara sembunyi-sembunyi aktivitas Tarbiyah berkembang. Pola nya adalah dari kampus ke kampus. Ia mengincar para aktivis yang ada di lembaga dakwah kampus Indonesia (Aidulsyah, 2015). Sampai akhirnya rezim itu tumbang dan gerakan sosial di kampus itu berubah menjadi gerakan politik praktis. Yaitu partai politik. Langkah taktis dibuat guna merubah gerakan sosial ini menjadi sebuah gerakan politik. Pada akhirnya anggota partai sepakat untuk membentuk partai politik. Nama partai keadilan dipilih. Grand design dirancang oleh orang orang yang dulu nya sebagai aktivis Tarbiyah. Mereka berpikir bagaimana cara untuk menelurkan gagasan Islam ala Ikhwanul Muslilmin ditengah masyarakat yang indonesia yang heterogen. ustadz Abu Ridho (1998), menyebutkah bahwa PK (Partai Keadilan) adalah partai kader. Dimana Member Partai Keadilan menjadi salah peenggerak roda partai. Semangat menelurkan ideologi Islam menjadi landasan utama partai ini berdiri. Capaian partai dari segi elektoral memang tidak signifikan. Namum gaungnya membuat partai ini menjadi sebuah poros tengah di politik indonesia. kurang dari sepuluh persen pemilih PKS semenjak mengikuti kontestasi pemilihan umum. (LSI,2012).

4 Anis Matta (2012) mengatakan untuk menjadikan PKS menjadi sebuah partai besar bahkan menjadi partai penguasa, PKS haruslah membuka lebih lebar basis konstituensinya Kongres yang dilakukan PKS pada tahun 2008 menjadi titik awal. PKS memulai sebuah langkah dilematis. Kenaikan suara yang dialami PKS tidak terlalu signifikan. Hanya 1 persen dari pemilu sebelumnya. Namun PKS mendapat label buruk dari berbagai macam pengamat politik maupun masyarakat umum. Alasannya kebijakan yang diambil PKS menjadi sebuah partai terbuka adalah keputusan yang tidak tepat. Beberapa kader internal mulai membalik badan dari partai tersebut. dilema yang dialami PKS menjadi semakin besar, karena disatu sisi identitas Islam tidak dilepas. Namun pengurus partai tetap bersikukuh bahwa kekuasan politik adalah target utama kemenangan politik. Suara yang sebanyak banyak nya menjadi sebuah langkah taktis yang harus di dapat. Identitas Islam dan haus untuk kekuasaan. Ini adalah hal yang kontradiktif bagi partai ini. Di satu sisi penulis melihat jauh kebelakang ketika partai keadilan sejahtera di dirikan. Pada tahun 1999 terjadi sebuah polemik yang terjadi anatara dua kubu. Ada yang disebut kader tarbawi dan dan ada pula kader siyasi dalam Jamaah Tarbiyah. Dua pilihan sulit ketika era reformasi, apakah gerakan Tarbiyah ini akan menjelma menjadi sebuah institusi demokrasi, atau berjalan seperti yang saat ini dijalankan (Munandar, 2011). Lebih jelasnya, apakah Jamaah Tarbiyah tetap menjadi sebuah gerakan sosial atau ia menjadi sebuah partai politik. Visi besar

5 jamaah ini adalah menjadi ustaziyal alam/memberi tolak ukur dari dunia, untuk menjadi bagian dari dunia. Mereka harus masuk ke dalam ranah suatu Negara. Dan institusi formal, bagi sebuah organisasi politik ialah partai politik. Penolakan terjadi dikarenakan sebuah larangan untuk mencampur adukan sesuatu yang baik dan yang buruk. Cita cita mengaungkan nilai Islam kepada dunia adalah niat yang baik sedangkan system demokrasi adalah suatu yang bertentangan dengan nilai Islam (Gustomy,2000). Musyawarah menjadi metode para kader untuk memutuskan dua pilihan sulit ini. Pada tahun 1998 dideklarasikanlah sebuah partai politik dengan nama partai keadilan, yang dikemudian hari berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Forum syuro memutuskan untuk menjadikan gerakan Tarbiyah menjadi sebuah partai poltik. Struktur organisasi di bentuk. System organisasi kepartaian dibentuk. Termasuk di dalamnya system kaderisasi partai, yang di kemudian hari menjadi andalan partai ini dalam mendulang suara. Mendapatkan suara dukungan dengan segala cara apapun adalah sebuah pragmatisme politik. ketika sebuah partai sudah memiliki nilai dan identitas, pragmatisme adalah sebuah kesalahan besar (Burhanudin Muhtadi, 2012). Namun dalam kegiatan berpartai, mendapatkan suara terbanyak adalah sebuah tujuan didirikannya sebuah partai politik. Maka pilihan untuk melakukan pragmatisme politik adalah sebuah keniscayaan. Sebuah pilihan wajar yang akan dilakukan setiap partai politik yang mengikuti elektoral. Tak peduli apapun identitas yang partai politik

6 kenakan. Membenturkan identitas dengan pragmatisme politik adalah sebuah pilihan lumrah. Akan tetapi identitas Islam menjadi sorotan lebih tajam bagi masyarakat. Islam dicitrakan sebagai suatu yang bersih, suci, dan terbebas dari sesuatu yang negatif sekecil apapun. Maka dari itu partai politik yang membawa identitas Islam harus menemukan sebuah format ideal untuk menghindari semua label itu. Partai politik Islam harus membuat langkah yang tepat ketika akan memasuki politik praktis. Langkah tepat itu dimulai ketika mendirikan partai politik. Partai politik Islam membawa sebuah nilai yang ingin disebarkan kedalam masyarakat. Dengan nilai yang ia bawa ia mampu memberikan warna dalam kehidupan politik di sebuah Negara. Kaderisasi partai politik menjadi kunci bagi partai Islam jika ingin menggapai cita cita tersebut. Kaderisasi partai merupakan follow up yang dilakukan partai politik setelah melakukan rekrutmen politik (Rahmat,2008). Dengan melakukan kaderisasi sebuah partai dapat memasukan nilai nilai kepartaian dalam setiap member partainya. Dan partai Islam, jika ingin menggapai cita cita partai nya haruslah melakukan kaderisasi yang konsisten kepada kaderkadernya. Pembentukan system kaderisasi partai dimulai sejak sebuah partai didirikan. Ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi setiap partai Islam yang terjun langsung ke politik praktis. Sebuah partai harus membagun sebuah konsep kaderisasi yang konsisten. Nilai-nilai Islam tersampaikan kepada anggota partai. dan menjadi warna bahkan menguasai gagasan sebuah Negara.

7 B. Rumusan masalah Atas dasar di atas penulis mencoba mengungkapkan terkait Konsep partai kader, dengan studi kasus Partai Keadilan Sejahtera dalam membangun partai kader di indonesia. Bagaimana perubahan bentuk Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai kader?

8 C. Kerangka Teori: Dua Model Partai Kader, Masing-Masing Sebagai Pilihan Utuh Partai Kader Public Area Office Party Ground Policy-Seeking Vote-Seeking HEGEMONI DOMINASI Bagan 1.1 dua model partai kader Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, studi ini menggunakan kerangka teori dua model partai kader, masing masing sebagai pilihan utuh. Partai politik memiliki tiga pilihan orientasi dalam meraih kekuasaaan. Pertama orientasi kebijakan/policy-seeking party. kedua, orientasi suara/vote-seeking party. Ketiga, orientasi jabatan/office-seeking party (Wolinetz,2002). Tetapi dengan pilihan

9 orientasi manapun, partai harus berbasis office/pengurus partai. Dengan begitu, bagi partai kader opsinya hanya dengan dua pilihan. Mengejar hegemoni dengan policy-seeking ataukah mengejar dominasi melalui jalur vote-seeking. dua pilihan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi dua model partai kader. Partai kader hegemoni dan partai kader dominasi. Model Pertama ialah model partai kader hegemoni. Model ini menunjukan Keniscayaan partai kader ialah memperoleh suara melalui perjuangan ide dan gagasan. Keberadaan partai kader di ranah negara akan membangun sebuah hegemoni. seperti yang dikemukakan oleh Anthony Gramsci (1999), bahwa hegemoni berasal dari kata eugemonia, yang berarti sebuah penyebaran cita cita, visi, dan nilai secara luas hingga akhirnya mengakar dalam sebuah negara dan mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Kehadiran partai kader di dalam ranah negara, meng generate produk yang di hasilkan partai politik di level office. Peranan tersebut dimainkan oleh aktor partai di ranah negara/publik area. Aktor partai di ranah tersebut berusaha mengadvokasi kebijakan-kebijakan berbasis ideology partainya. Lewat performance politik seperti itulah sebuah partai kader idealnya mendapatkan dan menduplikasi suaranya. Maka, orientasi ideal sebuah partai kader ialah policy-seeking. Orientasi demikian membuat partai politik tidak lagi berbicara perolehan suara mereka. Namun sejauh mana value dari partai politik tertuang dalam kebijakan sebuah Negara.

10 Model kedua ialah model partai dominasi. Model partai ini merupakan sebuah model alternative dan kecenderungan partai politik menggunakan model ini. Hal tersebut dikarenakan setiap partai politik beriorientasikan kekuasaan. Sistem demokrasi membuat partai politik bersaing untuk mendapatkan kekuasaan tersebut harus mengikuti pertarungan pemilu. Partai politik berupaya semaksimal mungkin untuk mendapat suara sebanyak-banyaknya. Upaya untuk saling memperebutkan suara ini dikatakan oleh mosca (1993) sebagai jalan meraih dominasi. Maka instrument yang tepat dilakukan partai politik ini adalah perwujudan orientasi partai vote-seeking. Sebuah partai kader yang menjalankan pola demikian berasumsikan nilai partai akan diimplementasikan jika partai sudah mencapai dominasi politik. Kerangka Teori ini merupakan rangkaian dua teori yang tidak pernah di pakai sekaligus. Yang pertama adalah teori tiga wajah partai. Dan yang keduateori orientasi partai politik. konsep tiga wajah partai mengatakanbahwapartai apapun harus hadir dalam tiga wajah tersebut, yakni di level Negara, level organisasi partai, dan level grassroot/ konstituen. Aktualisasi konsep partai kader, pada dasarnya adalah upaya untuk memastikan ada korespondendi antara yang dikehendaki rakyat di wajah grassroot/konstituen dengan apa yang diputuskan di wajah Negara. Dan hal ini merupakan hal yang seharusnya terjadi. Partai politik menjadi jembatan/linkage antara masyarakat dan negara. hal tersebut dinamakan segitiga politik,

11 C.1 Teori Orientasi Partai Politik Penulis juga tidak bisa menafikan, dalam teori kekuasaan. Konsep kekuasaan tidak hanya sebagai kekuasaan wacana. Partai politik juga mencari kekuasaan yang bersumber dari partai di ranah grassroot. ada representasi massa, dan jalur ini optimal ketika representasi menghasilkan suara mayoritas, atau dominasi. Wolinetz (2002) mengemukakan skema kategorisasi bedasarkan orientasi partai, yaitu partai pejuang kebijakan (the policy-seeking party), partai pengejar suara (the vote-seeking party), dan partai pengejar jabatan public (the office-seeking party). The policy-seeking party adalah partai yang berorientasi pada isu memprioritaskan artikulasi kebijaknnya dibandingkan merebut suara pemilih atau menduduki jabatan-jabatan public. Dengan demikian, terdapat sejumlah anggota yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap sebagian atau seluruh tujuan partai. The vote-seeking party adalah partai yang berorientasi pada pemenangan pemilu, sehingga hal-hal lain, termasuk kebijakan dan jabatan public yang dikejar disesuaikan dengan tujuan tersebut, organisasi disusun minimalis, terdiri dari professional partai, kandidat, dan calon kandidat, yang dapat dibantu oleh sejumlah relawan sesuai kebutuhan. The office-seeking party adalah partai yang berorientasi menduduki jabatan-jabatan publik. Baik dengan kekuatan sendiri. Maupun berkoalisi

12 dengan kekuatan politik lain. Baik dengan tujuan mempertahankan diri, menyeimbangkan system politik yang bekerja, atau memperoleh akses terhadap patron. Dengan demikian, partai jenis ini tidak akan berkomitmen terhadap kebijakan atau strategi yang akan membuat kekuatan-kekuatan politik lain enggan berkoalisi dengannya. Partai jenis ini tidak cocok bagi para kader ideologis, dan lebih mampu mempertahankan para pemburu jabatan. Dalam partai ini, kecenderungan faksionalisasi untuk memperebutkan sumber daya partai akan semakin kuat sejalan dengan bertambah besarnya ukuran partai. D. Metode Penelitian D.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif. Hal tersebut dilakukan karena dengan menggunakan kualitatif maka peneliti mampu menjawab rumusan masalah dengan lebih komperhensif. bentuk kegagalan PKS dapat dibedah dengan metode penelitian ini. Metode penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati (Bognan & Taylor, 1994) Dalam menggunakan penelitian kualitatif ini, penulis melakukan beberapa tahapan penelitian. Pertama, akan dilihat bagaimanakah PKS terbentuk. Mulai dari konflik saat ia menjelma dari gerakan social menuju

13 partai politik. dan bagaimana ia merencakan sebuah platfrom dan nilai kepartaian serta menerapkan semua hal itu dalam aktivitas politik di era demokrasi. Kemudian penulis memberikan gambaran perjalan PKS dalam beberapa dekade waktu, termasuk di dalamnya jumlah peningkatan kader dari massa ke massa. Dan terakhir penulis mencoba melihat sebuah kegamangan pks dalam menjalankan aktivitas politik yang melenceng dari nilai dan platfrom partai. dalam mengungkapkan data dan fakta yang penulis dapatkan. Ada sebuah subjektifitas penulis dalam mencari kebenaran dari jawaban yang ada. Sehingga dalam pengambilan data penulis dapat lebih spesifik menemukan sebuah jawaban. Dalam pilihan penggunaan metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan teknik studi kasus. Karena dengan menggunakan teknik study kasus, peneliti dapat terlebih dahulu mengikuti dan memahami konsep partai politik Islam dalam tubuh PKS. Penulis mendapatkan data dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Yogyakarta dan DPW serta Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS regional Jakarta. Dua wilayah, Jakarta dan jogja dapat memberikan sebuah kesesuaian sistem kepartaian yang dianut PKS secara nasional. Penggunaan teknik studi kasus juga dengan pertimbangan bahwa nantinya akan mempermudah peneliti dalam mengeksplorasi data data yang diperoleh yakni dengan mengaitkannya satu sama lain jawaban yang nantinya didapatkan menjadi sebuah hasil penelitian yang mampu dipahami secara mudah oleh penulis dan pembacanya. Karena dengan menggunakan teknik studi kasus yag

14 mengacu pada serangkaian prosedur yang ada dalam teknik tersebut, peneliti akan dimudahkan memperoleh data yang nantinya diarahkan untuk merumuskan sejumlah pertanyaan penelitian yang sifatnya menggunakan kata tanya mengapa dan bagaimana. Penggunaan kata kata tanya tersebut, akan mengarahkan peneliti untuk dapat mengungkapkan fakta tersembunyi yang berkaitan dengan strategi politik yang digunakan oleh partai. Selain itu penggunaan teknik studi kasus dalam penelitian ini juga akan mempermudah penulis memilah milah data diperoleh. Hal ini di karenakan menggunakan teknik study kasus memberikan kebebasan bagi penulis untuk secara fleksibel menggunakan semua strategi pengumpulan data mulai dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang sekiranya dapat membantu peneliti mendapatkan data yang ingin diperoleh, sehingga nantinya dapat memilah dari semua data yang didapatkan, sumber data manakah yang benar benar relevan untuk digunakan. D.2 Jenis dan sumber data Penelitian ini menggunakan sumber data dari: 1. Person. Merupakan data yang diperoleh dari orang yang benar benar mengetahui tentang seluk -beluk partai. Sehingga sumber data yang digunakan didapatkan dari kader partai, simpatisan partai, pengurus partai di tingkatan baik itu tingkatan Dewan Pimpinan

15 Ranting (DPRA), Dewan Pimpinan Cabang (DPC), DPD, DPW di DKI Jakarta, DPW PKS DIY maupun level pusat yaitu DPP PKS. 2. Tempat. Tempat diperolehnya data adalah di kantor PKS di berbagai tingkatan. Mulai dari kantor pusat hingga level ranting. 3. Paper. Dengan melakukan studi kepustakaan, di mana data diperoleh melalui berbagai literatur dan dokumen yang mempunyai kaitan dengan tema yang sedang diteliti. Dari ketiga sumber data tersebut, Penulis memperoleh 2 jenis data, yakni: 1. Data primer Data yang diperoleh secara langsung dari kegiatan pengamatan dilapangan. Data ini biasanya berupa data wawancara dengan responden dan observasi. Di mana data yang di dapatkan dari wawancara dengan responden cenderung lebih subyektif karena merupakan persepsi dari pribadinya sendiri. 2. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dilapangan, yakni berupa berbagai macam literatur dan dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian. Penggunaan data sekunder akan sangat membantu bagi peneliti, karena sifat datanya yang berasal dari literatur dan dokumentasi yang relatif lebih obyektif.

16 D.3 Teknik pengumpulan data yang akan digunakan: 1. Wawancara Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara. wawancara di awali dengan pengurus DPW PKS regional DIY dimana penulis menuntut ilmu di kota jogja. Disana penulis bertemu dengan pak Sugeng, pak Zuhrif Hudaya, dan pak Sukamta. Kemudian penulis beralih kepada pengurus PKS level ranting, kecamatan daerah dan wilayah. Penulis berteman cukup baik dengan para pengurus. Di mana tempat kelahiran penulis berada di kota ini. dua kota ini menjadi representative tempat penelitian penulis untuk mengetahui sebuah cerita tentang berdiri dan berkembangnya PKS. Termasuk di dalam nya hambatan dan kendala yang dialami PKS. Di akhir wawancara penulis juga melakukan konfirmasi terhadap PKS tingkat Pusat. Penulis bertemu dengan Ustadz Muhayar dan Ustadz Ibnu Sabil yang berada di bagian kaderisasi tingkat pusat. Guna mengkonfirmasi data-data yang penulis dapatkan di tingkat regional. Dengan mengunakan tiga wawancara tersebut, penulis dapat melihat aktivitas politik yang dilakukan oleh PKS dalam pemilukada dan peranan kaderisasi didalamnya. Namun penulis juga akan menggunakan teknik observasi secara terbatas dengan melihat bagaimana gestur tubuh responden ketika di wawancarai guna menilai apakah perkataan yang dia sampaikan bisa dijadikan sebagai data utama / data pendukung penelitian. 2. Dokumentasi

17 Dalam penelitian ini penulis fokus untuk mencari dan mengumpulkan semua data tentang PKS dan kaitannya dalam dinamika politik yang dialami PKS, baik dalam internal maupun eksternal.terutama dokumen dokumen partai yang mencakup tentang pemetaan gagasan partai, serta perkembangannya dalam sistem kepartaian di indonesia. Yang tak luput penulis kumpulkan juga berkaitan dengan data kaderisasi partai. D.4 Teknik analisa data Analisa data pada intinya adalah proses untuk memahami dan membaca semua data yang di peroleh, baik itu data primer /sekunder. Kegiatan ini dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh agar lebih mudah dirunut secara terstruktur sesuai dengan urutan keutamaan data yang paling relevan untuk digunakan sebagai data penelitian. Materi data yang terkumpul di kumpulkan satu persatu sesuai dengan keutamaan data mulai dari yang primer hingga sekunder. Analisis data primer dimulai dengan mengumpulkan semua data wawancara yang selanjutnya dibuatkan transkip wawancara secara utuh dan mudah dipahami, dengan tidak melupakan latar belakang responden yang di wawancarai. Latar belakang responden akan sangat berpengaruh karena berkaitan dengan mengapa responden berani mengatakan seperti itu, posisi apakah yang sedang dia emban dalam partai, dan kewenangan apakah yang dia punyai sesuai dengan struktur jabatan di dalam partai

18 lalu di perbandingkan dengan observasi terbatas yang telah dilakukan. Sehingga nantinya dapat dikategorisasikan data primer yang ada menjadi data primer utama dan biasa. Selanjutnya melakukan analisis data sekunder yang pada intinya untuk menguatkan analisis data primer yang telah dilakukan. Yakni dengan mengkategorisasikan semua dokumen, litaratur dan laporan media yang diperoleh. Dimulai dari yang paling berkaitan dengan tujuan penelitian hingga yang paling tidak berkaitan. Untuk memperkuat analisis juga bisa dilakukan konfirmasi dengan pengurus partainya, apakah data yang ada benar benar merupakan sesuatu yang terjadi di dalam tubuh partai. Terakhir melakukan cross check antara data primer dan sekunder apakah sesuai dan secara rasional dapat di terima. Yang pada akhirnya dapat dilakukan penafsiran secara komprehensif oleh peneliti dengan mengkaitkan dan menghubungkan semua data yang diperoleh, sehingga akan menuntun pada kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab yang terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang didapatkan penulis merupakan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik adalah suatu keniscayaan dalam sebuah Negara demokrasi. Karena partai politik merupakan prasyarat utama di dalam sebuah Negara yang mengaku menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi politik tahun 1998 ternyata belum membawa perubahan signifikan

I. PENDAHULUAN. Reformasi politik tahun 1998 ternyata belum membawa perubahan signifikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi politik tahun 1998 ternyata belum membawa perubahan signifikan pada wajah partai politik di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi. manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses

II. KERANGKA TEORITIS. A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi. manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses II. KERANGKA TEORITIS A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi Pengertian kader adalah: Sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan PKS adalah satu dari 12 partai yang turut meramaikan kontestasi PEMILU 2014 lalu. Sebagai salah satu partai yang lahir pasca Reformasi, PKS sudah mengalami empat kali Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas. Begitupun dengan Partai HANURA. Karena dengan adanya kader yang berkualitas bisa mengukur eksistensi

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30%

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30% III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amal, Ichlasul Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

DAFTAR PUSTAKA. Amal, Ichlasul Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal : Amal, Ichlasul. 1988. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Aminuddin, KH Hilmi, 2008. Menghilangkan trauma persepsi. Bidang arsip dan sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004

PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004 PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi S-1 di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat ditunjukkan oleh partisipasi masyarakat yang menyalurkan aspirasinya dengan cara masuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun yakni suatu kurun yang cukup panjang bagi sebuah pemerintahan, runtuh pada 21 Mei 1998.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Mendukung Terwujudnya Cita Cita Partai

Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Mendukung Terwujudnya Cita Cita Partai Pemanfaatan Teknologi Dalam Mendukung Terwujudnya Cita Cita Partai Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Pengantar Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, partai politik dapat disetarakan dengan organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan V. PENUTUP A. Kesimpulan Partai politik sebagai wadah atau muara bertemunya banyak kepentingan sudah tentu rawan terjadi konflik. Partai politik sebagai organisasi modern akan selalu dihadapkan pada realitas

Lebih terperinci

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah 123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih cenderung melakukan ijtihad politik praktis ketimbang menjalankan perjuangan triologi khtitah Tarbiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap upaya untuk menghadirkan ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sedang berkembang di Indonesia. PKS tergolong partai baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sedang berkembang di Indonesia. PKS tergolong partai baru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah salah satu dari banyak partai Islam yang sedang berkembang di Indonesia. PKS tergolong partai baru yang didirikan pada

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis Bab V Penutup A. Kesimpulan Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa kemunculan gerakan Indonesia Tanpa JIL dalam dunia pergeakan sosial kontemporer adalah sebuah bukti yang menunjukkan adanya fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999,

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999, 122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999, 2004 dan 2009 pada umumnya ada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh selama penelitian yaitu tentang bagaimana upaya PPP dalam meningkatkan perolehan hasil suara pada Pemilu tahun

Lebih terperinci

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department

Lebih terperinci

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebebasan media dalam memberitakan berita yang bertentangan dengan pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan bebas memberitakan

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE 2004-2009 A. Tinjauan Fikih Siyasah terhadap Mekanisme, Prosedur dan Alasan-alasan

Lebih terperinci

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN PADA MASA RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2015-2016 DAERAH PEMILIHAN JAWA TIMUR V ----------- H. TOTOK DARYANTO, SE A-489

Lebih terperinci

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 Oleh : Tedi Erviantono (Dosen Prodi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana) Disampaikan dalam Munas Forum Dekan FISIP se Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal BAB VI KESIMPULAN Pada sebuah kondisi masyarakat multikultural di mana berbagai kelom pok masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklusif partai politik dan tidak

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI Oleh : 1. Fauzi R. I. Karo-Karo (13071010) 2. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019) 3. Nevi Yuliana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB III tt * Pi, >\SM 7 #

BAB III tt * Pi, >\SM 7 # BAB III tt * Pi, >\SM 7 # PROSEDUR PENELITIAN V " i** \\ «*. * A. Metode Penelitian Metode merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk memandu seorang peneliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara 187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal

Lebih terperinci

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK dan PEMILU (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009) SKRIPSI

PARTAI POLITIK dan PEMILU (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009) SKRIPSI PARTAI POLITIK dan PEMILU (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terakhir partai terlibat dalam proses advokasi kebijakan melalui wakil-wakil

BAB I PENDAHULUAN. Terakhir partai terlibat dalam proses advokasi kebijakan melalui wakil-wakil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi modern terwujud melalui demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi perwakilan, terdapat sebuah lembaga yang menjadi pilar berdirinya demokrasi yaitu partai politik.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kesatuan yang menganut Sistem Pemerintahan Presidensiil. Dalam sistem ini dijelaskan bahwa kepala eksekutif

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

PERKADERAN KOHATI DALAM MELAHIRKAN PEMIMPIN PEREMPUAN NASIONAL

PERKADERAN KOHATI DALAM MELAHIRKAN PEMIMPIN PEREMPUAN NASIONAL PERKADERAN KOHATI DALAM MELAHIRKAN PEMIMPIN PEREMPUAN NASIONAL Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK) CABANG SEMARANG Oleh : Woro Nurwardani HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai nilai-nilai

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci