BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± m2 di sisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± m2 di sisi"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Lapangan Persiapan Lahan Lahan yang dibangun merupakan lahan kosong seluas ± m2 di sisi barat gedung existing ( gedung plaza pasifik). Kegiatan persiapan akan dilakukan dengan pembersihan lahan dari semak dan sampah. Selain itu dilakukan pengurukan lahan setinggi ± meter di beberapa bagian terutama pada lahan yang akan menjadi jalan dan ruang terbuka dalam proyek. Tanah dengan volume ± m3 sebagian diambil dari tanah galian dan sebagian lagi diambil dari luar proyek. Tanah urugan ini kemudian dipadatkan dengan mesin gilas (Sheep Foot Roller) untuk memperbesar pemampatan. Sifat pemadatan alat ini dissebut pemadatan dari bawah artinya yang padat lebih dahulu adalah bagian bawah dari suatu lapisan tersebut. Secara visual, bila tanah telah cukup padat maka mesin gilas ini tidak meninggalkan bekas-bekas yang dalam lagi. Tetapi dalam pelakasanaan proyek, pengamatan visual harus didukung dengan uji kepadatan dilapangan dengan menggunakan sand cone test. Kegiatan pemadatan dilakukan setiap pengurukan setebal 30cm, agar pemadatan lebih optimal. IV-1

2 Penggalian Tanah Untuk basement 2 lapis dengan luas keseluruhan (B1& B2) m2 dan kedalaman masing-masing ± 3.25 meter menghasilkan volume galian sebesar m3. Tanah hasil galian di buang ke daerah Cakung dan Kapuk untuk di gunakan sebagai backfilling atau timbunan pada beberapa lokasi. Pekerjaan galian tanah dan pembuangan hasil galian memerlukan sekitar 8 unit excavator dan 76 dump truck. mengingat daerah galian cukup luas, maka sistem galian dilakukan sesuai dengan kondisi perbatasan galian dengan daerah sekitarnya. Pada bagian utara, galian dapat dilakukan secara terbuka dengan kemiringan H: V = 1:5 hingga kedalaman 3.0 meter kemudian diberikan berm selebar 1.0 m dan untuk selanjutnya penggalian dilakukan dengan tegak. proteksi untuk daerah ini dalaksanakan dengan penutupan permukaan galian menggunakan plastik pada kedalaman 0 3, sedangkan pada bagian bawah proteksi galian dengan menutup permukaan dengan mengunakan short crete setebal 6.0 cm. Untuk daerah bagian selatan mengingat jarak galian ke jalan raya agak dekat, maka proteksi untuk jalan dilakukan menggunakan deretan tiang dengan kedalaman 16 meter dan jarak as 2.0 m. pada galian tanah setelah kedalaman 1.0 m hingga dasar galian perlu di antisipasi masalah- masalah sebagai berikut : a. Posisi galian sudah dekat dengan muka air tanah sehingga pemompaan harus diaktifkan. IV-2

3 b. Pembuangan air dari hasil pemompaan harus langsung ke selokan yang telah tersedia dan tidak dibenarkan membuang air di permukaan tanah galian, karena dapat mengakibatkan pelumpuran yang menyulitkan pembuangan material keluar. c. Pembacaan muka air tanah dalam piezometer di bibir galian harus mencapai dasar galian. Bilamana kondisi ini tidak tercapai, maka harus di tambahkan pompa. ( pembacaan piezometer dapat dilihat pada data lampiran ) Pekerjaan Dewatering Dengan adanya pekerjaan galian basement, maka genangan air didalam lokasi galian yang merupakan rembesan air tanah permukaan akibat muka air yang tinggi dan hujan ( saat hujan turun), perlu di keringkan untuk mempermudah pekerjaan basement. Sistem dewatering yang dipilih adalah pemompaan. Parameter desain yang digunakan untuk perencanaan dewatering adalah sebagai berikut: Dengan luas daerah galian seluruh proyek ± ,74 m2, muka air tanah di lokasi ditetapkan 1.0 meter dari permukaan tanah, jenis tanah umumnya lempung dan kedalaman galian 6.5 m sehingga muka air tanah perlu diturunkan hingga kedalaman 7.0 m maka radius pengaruh penurunan muka air tanah berdasarkan rumus sichart adalah 67 meter. Debit air tanah yang merembes masuk ke daerah IV-3

4 galian di hitung dengan asumsi daerah dgalian sebagai sumur dengan luas dan kedalaman yang sama dengan luas dan kedalaman daerah galian. Total Debit Air Tanah didapat dengan rumus sbb: Q = 2,727 k.b ( H-Hw) Log R Rw Dimana : Q = Total debit air tanah ( m3/ detik) K = Koefisisen permeabilitas untuk tanah lempung = 1,257 x 10 8 m / dtk. Rw = Radius equivalent di daerah galian = 259 m R H = Radius pengaruh untuk jenis tanah lempung = 5 m = Tinggi air mula-mula = 8.0 m Hw = Tinggi air setelah pemompaan = 7.0 m Maka besarnya debit rembesan air tanah adalah 14.3 liter/ detik atau 858 liter/ menit, untuk itu dibutuhkan 3 buah pompa kapasitas 5 liter/ detik. 14.3ltr/dtk : (5ltr/dtk *3 pmpa ) IV-4

5 4.1.4 Penurunan Muka Air Tanah Akibat pekerjaan dewatering akan terjadi penurunan muka air tanah yang dapat diperhitungkan dengan mengunakan rumus Sinchart/Dupuit/Thiem ( Ray K. Linsey, Joseph B.Franzini, Water-Resources Enginering,1979) Q = x k x b x (H-Hw) Log R RW Dari hasil penelitian lapangan oleh PT. UNILAB tahun 2005 di peroleh parameterparameter data sbb : K Rw R = x 10-8 m/dtk = 259 m = 5 m H = 8.0 Hw = 7.0 Parameter-parameter diatas di masukan ke dalam rumus sincart maka diperoleh ; 14.3 x 10 3 m/dtk = x x 10 8 m/dtk x b x ( ) Log maka besarnya b adalah : b = 14.3 x 10 3 m/dtk x ( ) x 10-8 m/dtk = x 10 5 = x 10 5 IV-5

6 Radius penurunan muka air tanah adalah 2b = π r x 10-5 x 2 = 3.14 x r x 10 5 = 3.14 x r 2 r 2 = x 10 5 π r = 67 m Maka dari perhitungan diatas diketahui radius penurunan MAT akibat pekerjaan dewatering sebesar 67 m ( lihat gambar 4.2 ) Besarnya rembesan adalah 14.3 ltr/dtk atau sebesar 858 ltr/ mnt Jika di gunakan 3 pompa yang masing- masing 5 liter/ dtk Maka di dapatkan kapasitas pompa 5 ltr/dtk = 18 m 3 / jam dibutuhkan 3 pompa dengan series Rw = 54 m 3 /jam di butuhkan 1 pompa dengan series Rw Gambar 4.1 Karakteristik Pompa IV-6

7 Gambar 4.2 Area Penurunan Muka Air Tanah IV-7

8 4.2. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Penunjang Kegiatan Hunian, Pertokoan, Perkantoran dan Mall Kelapa Gading Square a. Air Bersih Kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasi pengembangan Kelapa Gading Square (tidak termasuk rukan Plaza Pasifik) seluruhnya ± m 3 / hari. Kebutuhan air bersih ini telah termasuk untuk kegiatan domestic, kegiatan pemeliharaan bangunan/taman serta kebutuhan pengisian kolam renang yang tersebar di apartemen dan hotel. Melihat banyaknya volume air yang harus di sediakan dalam 1 hari, maka di pastikan jaringan PDAM tidak akan sanggup mensuplai 100%. PDAM kemungkinan hanya mampu mensuplai 80% dari kebutuhan total atau sekitar 900m 3 /hari. Walaupun demikian, sumber air bersih akan tetap di upayakan berasal dari satu layanan PDAM sehingga seluruh unit bangunan akan dilengkapi meter assemblies dan valving. Untuk mem back-up kebutuhan air bersih, maka di bangun 15 unit deep well berkapasitas 200 liter/menit dengan kedalaman 200 meter. Seluruh air dari PDAM dan deep well akan menuju ke main water storage tank berkapasitas 5000 m 3. Air bersih dari PDAM dan deep well yang telah ditampung dalam tangki utama yang telah dilengkapi dengan sistem filtrasi ini, melalui 7 unit pompa air kemudian di pompa menuju ke masing- masing tangki bawah ( ground Water Tank) yang berada di City Home, French Walk, Mall, City House, Ruko, Hotel dan area Publik Umum. IV-8

9 NO Bangunan / areal Tabel 4.1. Perhitungan Kebutuhan Air Luas/ Unit (m2/unit Jumlah Penghuni/ Pengunjun g Kebutuhan (ltr/unit/hari Total Kebutuhan (m3/hari) 1 City Home 37,308 5, Basement B1 & B2 47, , French Walk 16,331 2, Basement B1 & B2 43, , Parkir Lantai 3,4,5,6 26,840 1, Apartement unit 65,850 4, ltr/unit 1,040 Coridor dalam 18 lt 2, City House 462 unit 2,772 1,200 ltr/unit 554 Basement B1 & B2 32, , Ruko 98,528 10, Basement B1 & B2 45, , Mall - Lower Ground 7, Parkir 10,972 1, Kios 12,310 1, Hypermart 26,728 4, Ground Floor 26,525 4, Upper Ground Floor 26,050 4, Mall Lt 1 23,908 3, Mall lt 2 Mall Lt 3 Cinema 3, Parkir 19,528 1, Mall Lt 4 Parkir 19,528 1, Mall Lt 5 Parkir 19,528 1, Mall Lt 6 Parkir 19,528 1, =900 6 Hotel 250.unit ltr/unit Areal Umum 125,922 16, Total Kebutuhan Ground Water Tank ( Asumsi perhitungan kasar kebutuhan air bersih di atas telah mencangkup kebutuhan kolam renang serta pemeliharaan bangunan, namun belum termasuk cadangan kebutuhan air hydrant) Sumber : analisa data Dari tabel tersebut di peroleh kesimpulan bahwa total kebutuhan air bersih pada Ground water Tank sebesar 4500 m3/hari 4500 m3 IV-9

10 4.2.3 Perhitungan kebutuhan Air Hidrant dan Kolam Pada masing-masing bangunan, air dari tangki bawah akan di transfer menuju ke masing- masing tangki atap ( roof tank), kemudian dari tangki atap, air akan di ditribusikan ke booster pump menuju 3 ( tiga) lantai tertinggi dan secara gravitasi akan didistribusikan ke lantai bawah. Kebutuhan air yang harus tersedia untuk cadangan hidrant adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Kapasitas GWT Total No Bangunan/Areal Kebutuhan air u/ hydrant (m3) Keb. Air Domestik (m3) Kapasitas GWT (m3) 1 City Home French Walk 220 1, City House Ruko Mall Hotel Sumber : analisa Data Dari data di atas di dapat kapasitas GWT masing masing area. Tabel 4.3 Kapasitas Tangki Roof Tank No Bangunan/Areal Kebutuhan per hari (m3) Kebutuhan per jam (m3) Jam puncak (jam) Keb pada jam Puncak (m3/jam) Kapasitas Roof Tank selama 1/2 jam (m3) 1 City Home French Walk 1, x 30 3 City House x 32 4 Mall x 30 5 Hotel x 32 Sumber : analisa data Dari data diatas di dapat kapasitas tangki roof pada masing-masing area IV-10

11 Secara rinci kebutuhan air bersih sesuai dengan tabel terlampir di atas adalah sbb: a. City Home Total kebutuhan air bersih = 308 m 3 /hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 31 m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 31x2 = 62 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 32 m3. b. French Walk Total kebutuhan air bersih = 1.307m 3 /hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 131 m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 131x2 = 262 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 5x30 m3. c. City House Total kebutuhan air bersih = 635m 3 /hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 64 m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 64x3 = 192 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama IV-11

12 dengan 3x32 m3.jumlah dan kapasitas tangki atap akan di tentukan kemudian dan setiap block akan dilengkapi dengan tangki atap individual. d. Mall Total kebutuhan air bersih = 900m 3 /hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 90 m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 90x2 = 180 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 3x30 m3. e. Hotel Total kebutuhan air bersih = 375m 3 /hari dalam 12 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih maksimal dapat mencapai 31.25x3 = = 94 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 3x32 m3. f. Areal Umum Total kebutuhan air bersih = 315m 3 /hari dalam 10 jam pemakaian volume air yang di butuhkan adalah 31.5 m 3 / jam. Pada jam-jam puncak, kebutuhan air bersih IV-12

13 maksimal dapat mencapai 31.5x2 = 64 m3/jam, sehingga kapasitas tangki atap ( roof tank ) akan di dasarkan dari kebutuhan air saat jam puncak selama ½ jam atau sama dengan 2x32 m3. g. Kebutuhan Air Kolam Renang dan Kolam Taman Kolam renang dan kolam taman yang ada di areal Kelapa Gading Square berada di apartement. City House dan Hotel. Kebutuhan air bersih yang di gunakan untuk seluruh jenis kolam ini ± 340 m 3. Untuk kebutuhan air kolam renang, tidak akan di suplai setiap hari karena akan dilakukan proses daur ulang, yang mana air kolam tidak di buang tetapi di filtrasi dan kemudian digunakan kembali. Make up water kolam renang setiap harinya di perkirakan sekitar 30 m 3 / hari. Untuk menjaga kualitas air kolam semi public, dilakukan kegiatan filtrasi air kolam setiap 6 jam dengan penjagaan temperature sekitar 27 0 C dan PH 7,4 7,6. h. Sistem dan Sirkulasi Kolam Renang Air kolam renang akan melalui proses penyaringan ( filter) untuk menyediakan kualitas air yang diinginkan serta dilakukan sirkulasi terus menerus dengan pompa. Kelebihan air ataupun luapan air dari kolam renang akan mengalir melalui gutter (saluran) menuju balancing tank (kapasitas tangki balancing = 30 % dari volume air IV-13

14 kolam renang) dan apabila melebihi kapasitas tangki balancing maka air mengalir ke saluran luar. Pada saat pembersihan kolam air akan di salurkan menuju ruang pompa untuk disirkulasi kembali. Air kolam dapat di gunakan sebagai cadangan untuk kebutuhan air hydrant dengan membuka valve yang akan mengalirkan air ke Ground Water Tank. 4.3 Pengolahan Air Bersih Pengolahan air bersih seperti yang di terangkan di dalam neraca Alir. Air Yang didapatkan dari 30 % dari PDAM dan 80 % dari deep well di tampung dalam Ground Water Tank yang berkapasitas 5000 m 3. baru setelah itu di alirkan ke area yang memerlukan pada top roof. Selanjutnya Neraca Air Bersih Proyek Kelapa Gading Square dapat dilihat pada gambar 4.3 IV-14

15 Gambar 4.3 Neraca Air Setelah Pengembangan Kelapa Gading Square PDAM City Home STP = ( Ruko) 246 M3/hari 80% = 308 m3/hari French Walk ( Rukan& Apartement) m3/hari Kebutuhan Ground Water Tank City House = STP = m3 635 m3/hari 508 M3/hari Domestik = 1287 m3/hari STP = M3/hari Kolam Renang= 20 m3/hari Italian Walk dan French Walk ( Ruko) = 607 m3/hari STP = 486 M3/hari Deep Weel 20% Domestik = 630 m3/hari Mall = STP = 900 m3/hari Restaurant 720 M3/hari Foodstall = 270 m3/hari Pemadaman Kebakaran Domestik = (Cadangan 295 m3/hari Hydrant) m3 2 unit hotel = Restaurant STP = (Tersedia Tetap) 375 m3/hari & Café 292 M3/hari Kolam Renang 70 m3/hari m3 (Tersedia Tetap Kebutuhan dan sirkulasi) Kolam Renang = 10 m3/hari Domestik = STP = 126 m3/hari 178 M3/hari Kali Sunter dan Kali Gendong Areal Umum = 315 m3/hari Pemeliharaan Bangunan = 94.5 m3/hari Saluran Siram taman, Drainase jalan, parkir dll m3/hari Infiltrasi ke tanah Sumber : Analisa Data dari Metcalf dan Eddy, 1979, Dasar-dasar pengolahan limbah, Sugiharto,1987 IV-15

16 4.3. Pengolahan Limbah Cair Kelapa Gading Square Limbah cair yang dihasilkan oleh seluruh kegiaatan pengembangan Kelapa Gading Square pada saat beroperasi 100% adalah m 3. Semua limbah cair berupa black water maupun grey water akan diolah oleh 9 unit STP dengan system Extended Aeration. Kapasitas masing-masing STP pada setiap bangunan sebagai berikut : o City Home = 250 m 3 o Common area CH ( rukan & apartement ) = 600 m 3 x 2 unit o City House = 600 m 3 o Italian & French Walk ( ruko ) = 500 m 3 o Mall = 400 m 3 x 2 unit o Hotel = 300 m 3 o Areal umum = 200 m 3 Tata Letak STP berada pada basement 1 dan 2. limbah cair buangan dari toilet akan disalurkan melalui pipa tegak terpisah dengan air kotor dari dapur. Karena air kotor dari dapur mengandung minyak dan lemak, maka air diproses terlebih dahulu dengan perangkap lemak ( grease trap ) sebelum di pompa ke STP. a) Waste Water Treatment & Pengolahan Limbah Karakteristik dari air limbah yang di hasilkan : Sebelum pengolahan : - BOD influent : 350 mg/ltr IV-16

17 - COD influent : 400 mg/ltr - SS influent : 300 mg/ltr Setelah pengolahan, kualitas limbah yang dihasilkan : - BOD influent : 30 mg/ltr - COD influent : 20 mg/ltr - SS influent : 30 mg/ltr - Chlorine : > 1 mg/ltr b) Proses yang terjadi dalam STP system Extended Aertion Actived Sludge adalah : 1. Equalization Tank; berfungsi sebagai tangki tunda sekaligus untuk menyamakan kadar limbah. Dari tangki ini, air dialirkan ke tangki aerasi dengan waktu pengaliran yang konstan selama 24 jam. 2. Aeration Tank; pada tangki ini dilakukan penghembusan udara sebanyak 200 liter/ menit menggunakan Blower sehingga bakteri- bakteri dalam limbah mendapat supply oksigen yang cukupuntuk melakukan proses pengolahan kimia dan biologi untuk mengurangi kadar BOD limbah. Operasi blower diatur melalui suatu panel control dan 1 (satu) unit stand by genset berkekuatan 15 KVA, sebagai cadangan apabila arus PLN putus. 3. Sedimentation Tank ; pada tangki ini di lakukan pengendapan limbah untuk memisahkan air limbah dan Lumpur ( sludge). Lumpur aktif yang masih mengandung oksigen dikembalikan lagi ke aeration tank. Pada tangki ini kadar suspensed solid (SS) akan berkurang. 4. Effluent tank; tangki yang berfungsi untuk menampung air limbah sebelum dibuang ke kali Sunter. Pada tangki ini di lakukan desifeksi untuk membunuh IV-17

18 bakteri yang merugikan menggunakan dosing pump (pemberian zat kimia secara otomatis sesuai kebutuhan). Karena limbah yang di hasilkan cukup besar, maka perlu dipikirkan untuk merecycling air limbah sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk siram tanaman, parkir, jalan dan cooling tower. Setelah recycling, kualitas air limbah perlu dibandingkan dengan baku mutu untuk mengetahui apakah air tersebut layak digunakan. Tabel 4.4 Rincian Luasan Area Untuk Instalasi Air Bersih dan Air Kotor Water Tank Pump Room STP Rencana No Keterangan L W Area L W Area L W Area Recycling (m) (m) (m2) (m) (m) (m2) (m) (m) (m2) (m3/hari) 1 West City Walk Nort City Walk City House Ruko 1 dan Mall Hotel Areal Umum Sumber : Data instalasi STP Mechanical dan Enginering Proyek Kelapa Gading Square IV-18

19 4.5. System Drainase Kelapa Gading Square Untuk perencanaan sistem drainase, digunakan intensitas curah hujan maksimum 300 mm/jam. Di dalam tapak proyek akan dibuat saluran lingkungan yang berfungsi menampung volume limpasan dari Catcment area seluas areal pengembangan kawasan ini adalah m 2. Diperoleh besarnya debit limpasan x 0.7 x 300 x 16,65 = 9,72 m 3 / detik. Limbah air hujan yang berasal dari atap bangunan, di alirkan secara gravitasi melalui pipa vertical ke bak control dan saluran di sekeliling gedung, selanjutnya dialirkan ke saluran Kota. Untuk air hujan/ rembesan yang jatuh ke ramp dan masuk ke basement akan di alirkan menuju ke lantai basement 1 atau 2 ( ke sump-pit) dan dipompakan keluar melalui pipa pembuangan ke saluran kota. Karena tidak dapat dibangun sumur resapan di dalam areal proyek di akibatkan tinggi muka air tanah dan jenis tanah di lokasi yang permeabilitasnya sangat rendah, maka seluruh debit limpasan akan terbuang ke saluran. Saluran yang berada dalam tapak proyek Kelapa gading Square harus dapat menampung debit limpasan hujan sebesar 9.72 m 3 / detik di tamabah debit limpasan air limbah, sehingga di peroleh dimensi saluran dalam tapak proyek bervariasai dari 40 x 60, 60 x 60, 80 x 80 dan 100 x 100 cm. Jenis saluran di dalam tapak proyek terdiri dari saluran terbuka, saluran penutup dengan penutup grill, saluran penutup dengan penutup beton yang di lengkapi dengan manhole dan gorong- gorong. Saluran ini akan terkoneksi dengan saluran jalan boulevard barat di sebelah selatan proyek yang berdimensi 160 x 160 cm dan saluran jalan artha gading selatan IV-19

20 di sebelah utara site proyek yang berdimensi 180 x 180 cm. Kedua saluran jalan ini akan mengalirkan air menuju kali Gendong dan kali Sunter yang berada di sisi barat proyek. Kali Gendong merupakan bentuk normalisasi kali Sunter sesuai yang tercantum dalam SIPPT dan menjadi tanggung jawab pemrakarsa. 4.6 DESAIN METODA KERJA Pekerjaan Dewatering. Pada saat penggalian Basement, otomatis area tersebut akan terendam oleh air tanah, karena tingginya muka air tanah ±0.5 meter (lihat Gambar 1.1) dari muka tanah. Maka disiapkan Pompa Submersible ( Jenis pompa air yang bisa di celupkan ke genangan air). Tetapi penggalian tidak dapat dikerjakan jika daerah tersebut masih terendam air, maka sambil di lakukan proses penggalian di siapkan pompa di atas lokasi penggalian yang di gantung dengan tali. Pompa tersebut berfungsi untuk menghisap air rembesan yang masuk ke area penggalian seperti yang di tunjukan pada Gambar 4.4 IV-20

21 Air Keluar Pompa di gantung Dasar Galian Meter Gambar 4.4. Peletakan Pompa Tahap 1 Setelah proses penggalian selesai di kerjakan sementara di lakukan jenis pekerjaan yang lain dan untuk menjaga daerah tersebut tersebut tetap kering, hingga pekerjaan tersebut selesai di kerjakan. Daerah pengalian yang paling rendah di buatkan Slooping dengan ukuran kedalaman 1.0 x 1.0 x 1.0 meter. Area slooping tersebut di lakukan pengeboran sedalam 30 meter dan di berikan casing PVC agar bekas bor tidak runtuh. Lalu didalam Pipa PVC di pasang selang yang di hubungkan ke pompa. Air. Air di dalam pipa PVC di hisap keluar oleh pompa submersible hingga kering, hal ini menjaga area tersebut tetap kering hingga pekerjaan selesai. Proses ini di tunjukan dalam gambar 4.5 IV-21

22 Air Buangan TINGGI MUKA AIR M Radius 67 m Pompa Submersible Slooping Galian Elv. Dasar Basement M Penurunan M.A.T Gambar 4.5 Peletakan Pompa Tahap 2 Kadang kita tidak bisa mengindari lokasi tersebut banjir atau terendam karena air hujan. Maka area tersebut airnya di buang keluar, dengan mengunakan pipa submersible yang di celupkan langsung hingga kedalam dasar tanah galian. Seperti yang di tunjukan gambar 4.6. Setelah proses pengeringan selesai proses kedua dilakukan kembali dengan meletakan pompa tersebut di dalam slooping galian seperti yang di tunjukan pada gambar 4.5. Proses Dewatering ini berpengaruh langsung dalam penurunan muka air tanah di area kelapa gading hingga radius meter dari area penggalian. Proses penggalian Area yang cukup luas membutuhkan waktu yang sangat lama,sehingga berpengaruh dengan kualitas dan kuantitas Air Tanah di area kelapa Gading. Proses dewatering yang berjalan secara dan kontinyu dan konstan dapat mengakibatkan masuknya air laut ke dalam tanah. Sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas air Tanah. IV-22

23 Elv Muka Sungai -1.0 m Radius Penurunan MAT meter Elv Muka Air Tanah -1.0 M 4 meter 7 Meter Lebar Sungai Elv. Dasar Basement M Muka Air Tanah Panjang dan lebar Area Galian Gambar 4.6 Perletakan Pompa Tahap Pekerjaan Deep Weel Pemilihan daerah pengeboran di tentukan dengan dekat lokasi dari GWT (Ground Water Tank) di masing masing area bangunan. Di perkirakan membutuhkan 15 unit sumur Deep Weel untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di area kelapa gading square. Kedalaman Sumur Deep Well diperkirakan sedalam 200 meter dari muka tanah. Setelah pengeboran di pasang casing baja berdiameter 8 6 inci. Casing dengan 8 inc dipasang pada bagian dasar pengeboran dengan panjang 50 m, lalu disambung dengan flot sock untuk menyambungkan dengan casing 7 inc sepanjang 75 m. Sisanya di sambung lagi dengan Casing 6 inc mengunakan flot sock area sambungan dilas untuk menghindarkan terjadinya patahan akibat tekanan dari pompa. Untuk menjaga area pengeboran tidak longsor dan untuk menjaga pipa IV-23

24 baja tidak miring. Maka diantara tanah dengan pipa baja di letakan kerikil atau koral. Pipa untuk casing di buatkan pori-pori sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam casing. Setelah proses diatas telah selesai di kerjakan maka pompa deepwel di letakan pada kedalaman yang diinginkan. Seperti yang di tunjukan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8 Cassing PVC meter Urugan Kerikil Cassing PVC Pipa Pompa Deep weel Gambar 4.7 Pompa Deep Weel Gambar 4.8 Peletakan Pompa Deep weel IV-24

25 4.7 Pengolahan Air Bersih dan limbah cair pada suatu gedung Air Bersih untuk domestik. Pengambilan air dari Deep Weel dan PDAM di alirkan menuju Raw Water Tank yaitu penampungan sementara, disitu terjadi proses percampuran untuk menyamakan kadar PH dan mineral pada air. Lalu Air tersebut mengalami proses kimiawi dan filterisasi dengan menggunakan dosing pump ( Pompa Chemical) saat diallirkan ke Clean Water Tank atau penampungan air bersih sebelum di distribusikan ke unit2 lain. Dengan mengunakan pompa air di alirkan menuju roof tank. Dari Roof tank air dialirkan menuju 3 lantai teratas dengan mengunakan pompa pressure untuk menjaga tekanan air sehingga dapat di gunakan untuk shower. Dengan Menggunakan grafitasi air dialirkan menuju ke lantai berikutnya hingga ke lantai dasar. Proses Pengaliran Air Bersih dapat dilihat dalam gambar 5.5, di gambarkan dengan garis yang berwarna biru. IV-25

26 Roof Pump & Presure ROOF TANK Closet Shower Foor Drain Closet Shower Foor Drain PIPA GREY WATER Closet Shower PIPA AIR BERSIH PIPA BLACK WATER Foor Drain Closet Shower Foor Drain Closet Shower Foor Drain Closet Shower Foor Drain Ke Saluran Kota Filter STP PDAM RAW WATER TANK Dosing Pump CLEAN WATER Pompa DEEP WEEL Gambar 4.9. Sistem Pengolahan Air Pada Gedung Bertingkat Air Bersih untuk Hidrant Kebakaran Pada Clean Water Tank di gunakan Water Level Control (WLC) yang berfunsi untuk mengontrol pengeluaran air pada Clean Water Tank. Kegunaan WLC yaitu menjaga water level pada ketinggian tertentu, sehingga air pada Clean Water Tank tidak habis digunakan untuk kebutuhan domestic. Maka jika terjadi kebakaran, gedung tersebut masih memiliki cadangan air untuk disalurkan ke pipa-pipa hydrant. Untuk IV-26

27 penggunaan domestik membutuhkan % kapasitas dari Clean Water Tank dan sisanya di gunakan untuk hydrant. Dari Clean Warter Tank menggunakan pompa bertekanan 100 m yang otomatis menyala, pada saat terjadi kebakaran yang menyebabkan splingker pecah. Mengalirnya air disebabkan oleh berkurangnya tekanan pada pipa hydrant. Kekuatan dari pompa di harapkan bisa mengalirkan air hingga ke lantai yang teratas. Berikut ini adalah gambar dari pompa hydrant yang mengambil air dari GWT. Gambar 4.10 Pompa Hidrant IV-27

28 4.7.3 Air Bersih Untuk Kolam Renang Pada Kolam Renang air tidak di buang tetapi mengalami sirkulasi dengan mengunakan pompa air kolam mengalami proses filtrasi menuju Filtertank yang berisi pasir kuarsa. Lalu Air kolam renang kembali menuju pompa dosing untuk dilakukan proses kimiawi. Sebelum dialirkan kembali ke dalam kolam renang. Proses sirkulasi tersebut membuat suhu kolam renang selalu terjaga ± 27 o C dan PH Air Kolam pun terjaga antara Berikut ini adalah gambar dari Filtertank dan pompa sirkulasi kolam renang. Gambar 4.11 Pompa Kolam Renang IV-28

29 Gambar 4.12Filtertank Pengolahan Limbah Cair. Pada sebuah gedung pembuangan limbah di bagi menjadi 2 Yaitu Black Water dan Grey Water. Black Water berasal dari Closet dan Urinoir, langsung dialirkan menuju kedalam STP. Di tunjukan dengan garis berwarna merah pada gambar 4.9, dan Grey water yang berasal dari floor drain dan wastafel langsung dialirkan menuju ke saluran kota. Ditunjukan dengan garis berwarna pink pada gambar 4.9 Proses pengolahan limbah cair pada STP sudah saya bahas dalam bab 2. yaitu pada subbab 2.11 tentang teknologi air buangan berikut ini hanya saya lampirkan gambar system pengolahan pada STP yang akan di tunjukan pada gambar 4.13 IV-29

30 Blower 3 Blower 4 Blower 1 Blower 2 Sludge Difuser Box Air Seal Difuser Sludge Storage Tank Dosing pump Chloride Air Seal Pump Floor Control Box Spray Nuzle Floor bubble chamber Air Seal Pump Air Seal Pump Presedimentation Tank Equalizing Tank Floor Control Pump Contact Aeration Tank Scraper Sedimentation Tank AirLift Pump Defoaming Pump Defoaming Tank Chlorination Tank Effluent Tank Effluent Pump 1-2 Gambar 4.13 Sistem Pengolahan Air Limbah - Grilt Chamber Adalah bak penyaring yang fungsinya memisahkan sampah cair dengan sampah padat yang kadang dibuang melalui closet. Sampah padat tersebut dapat berupa plastik, pembalut wanita, stereoform dan lain lain. Didalam Grit Chamber terdapat penyaring berukuran besar. Grit Chamber langsung menerima dari saluran pembuangan. Berikut ini adalah gambar Saluran pembuang dan Grit Chamber. IV-30

31 Gambar 4.14 Grit Chamber Gambar 4.15 Pipa Dari Toilet IV-31

32 - Presediment Tank Setelah dari Grit Chamber limbah cair dialirkan menuju presedimentation Tank, Pada tank ini untuk pertama kalinya limbah cair di endapkan sebelum memasuki tank berikutnya. Pada presediment tank kotoran 2 yang berupa Lumpur akan memisahkan diri secara gravitasi sebelum di lakukan proses yang menggunakan bakteri pengurai. Gambar 4.16 Presediment Tank - Equalizing Tank Dimana dalam Equalizing Tank terjadi proses bakteriologi untuk memisahkan limbah cair menjadi partikel partikel yang lebih terurai, dalam proses ini di butuhkan udara IV-32

33 untuk mempercepat proses pengembang biakan bakteri. Dalam Tank ini terjadi penurunan kadar BOD dan SS pada limbah cair yang sangat signifikan. Gambar 4.17 Equalizing Tank - Contact Aeration Tank Dalam Tank ini proses bakteriologi semakin dipercepat setalah limbah cair dialirkan dari equalizing tank. Dengan memberikan gelembung gelembung udara yang di alirkam melalui spray nuzzle dan floor buble chamber. Pada area ini terjadi perubahan kadar limbah yang sangat tinggi. IV-33

34 Gambar 4.18 Contact Aeration Tank - Sedimentation Tank Setelah melalui Contact Aeration Tank maka air limbah di endapkan kembali dalam tank kedua. Disini Lumpur memisahkan diri dengan sangat jelas sehingga Lumpur dialirkan kembali menuju equalizink tank kembali. Limbah cair yang sudah jernih dialirkan menuju tangki berikutnya. IV-34

35 Gambar 4.19 Sedimentation Tank - Defoaming Tank dan Chorination Tank Pada tangki ini limbah di bersihkan dengan cara kimiawi dengan mengunakan chorida, disini bakteri di hilangkan. Pada Tangki ini proses pembersihan secara kimiawi dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap pembersihan bakteri dengan cara alami yaitu menggunakan filter pada defoaming tank. Dan mengunakan cara kimiawi pada chlorination tank IV-35

36 Gambar 4.20 Chlorination Tank - Efluent Tank Pada tangki ini limbah cair siap untuk di salurkan ke saluran kota, karena sudah memiliki kadar limbah yang sesuai dengan baku mutu IV-36

37 Gambar 4.21 Efluent Tank Gambar 4.22 Teknis STP area City House IV-37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang dimaksud dengan Air Bersih ialah Air yang dapat di gunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang dimaksud dengan Air Bersih ialah Air yang dapat di gunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Air Bersih Yang dimaksud dengan Air Bersih ialah Air yang dapat di gunakan dalam kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Yaitu untuk kebutuhan pangan, mandi, cuci dan

Lebih terperinci

Sewage Treatment Plant

Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Adalah sebuah sistem pengolahan air limbah menjadi air berkualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau dibuang ke saluran pembuangan

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya INSTALASI PLUMBING I. SISTEM PLUMBING Sistem plumbing di dalam gedung meliputi beberapa sarana yang terdiri dari: 1. Sarana sumber air bersih 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia bertumpu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia bertumpu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia bertumpu Pada 5 pilar Utama, Yaitu Jakarta sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pusat perdagangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW

ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW NAMA : Rangga Erlangga NPM : 15411866 FAKULTAS : Teknologi Industri JURUSAN

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Tahapan Perancangan Sistem Air Bersih 3.1.1. Menentukan Fungsi Bangunan Sebelum memulai Perancangan sistem Plambing. Penulis sebagai perancang harus mengetahui di fungsi

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK BAB IV: PENGAMATAN PROYEK 4.1. Lingkup Pekerjaan MECHANICAL & ELECTRICAL Waktu melaksanakan kerja praktek dimulai dari tanggal 07 Maret 2016 dan berakhir pada tanggal 07 Mei 2016. Jadwal kerja praktek

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Di dalam suatu perencanaan Instalasi pipa (sistem plambing) ini banyak terdapat permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dalam aplikasinya dilapangan, kadang kala hasil

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksiran Laju Aliran Air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS UMY Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS www.umy.ac.id PENDAHULUAN Pada perencanaan sistem sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK Adapun alur proses pelaksanaan kerja praktik Pembuatan Gambar Kerja Instalasi Plambing ini adalah seperti diagram alur proses

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1 Jadwal Kuliah 13:30-14:30 : Materi 14:30-15:30 : Tugas Kelas Menggambar Denah dan Potongan Jaringan Air Kotor 15:30-16:00 : Tugas Kelas Menghitung Kebutuhan Talang 16:00-16.10 : Presentasi Mahasiswa Terbaik

Lebih terperinci

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA Oleh : A.A.M Fungsi Pintu dan Jendela: - Akses keluar/masuk ruangan - Penerangan (Lighting) - Penghawaan (Ventilation) Syarat: - Stabil, kuat dan aman Rangka pintu & jendela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH Nusa Idaman Said Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya D13 Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya Gaby Dian dan Welly Herumurti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 PENDAHULUAN Instalasi plumbing (pemipaan) sangat penting untuk menunjang operasional bangunan. Sebagai sarana penyaluran air, gas,

Lebih terperinci

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Sistem Pengolahan Rain Water Pada Sistem pengolahan yang terjadi di hotel kapsul ini, air hujan ditangkap terlebih dahulu. Seperti yang sudah dijabarkan, volume air yang

Lebih terperinci

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP -1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Filosofi Konsep Dasar BAB IV KONSEP PERANCANGAN Student Housing Kaku / Vertikal Arsitektur Hijau Humanis dan Ramah Lingkungan Interaksi dan Terpusat Berinteraksi Diagram 6. Filosof konsep dasar Kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT Nama : Aldian Sya Ban NPM : 20411550 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT. Latar Belakang 1. Perkembangan Kota

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA 3.1 UMUM Pada suatu industri, untuk menghasilkan suatu produk dibutuhkan peralatan yang memadai. Dalam pemakaian peralatan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi Pendahuluan Dengan keluarnya PERMEN LHK No. P. 68 tahun 2016, tentang Baku Air Limbah Domestik maka air limbah domestik atau sewer harus

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) 5 2.1. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi pengolahan air limbah PT. Kinocare Era Kosmetindo terdiri dari unit pemisah lemak 2 ruang, unit

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter 1 Ruang lingkup Tata cara ini mencakup persyaratan, kriteria perencanaan dan cara pemasangan

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo

Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo Oleh : Moritz Marbun (3306 100 108) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih 267 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.1 Kesimpulan Instalasi air Bersih Dari analisa Perencanaan instalasi air bersih pada gedung kantor Politekik Kediri diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MI 3205 Pengetahuan Lingkungan 2013 D3 Metrologi ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Sidang Lisan PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Lia Wimayanti JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair Rumah Tangga Limbahcair rumah tangga adalah semua buangan dari hasil kegiatan rumah tangga mencakup mandi, mencuci dan buangan kotoran manusia (urin, dan tinja), (Suharjo,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

3.1. Kebutuhan Air Bersih dan Jumlah Limbah Cair Gedung BPPT

3.1. Kebutuhan Air Bersih dan Jumlah Limbah Cair Gedung BPPT Bab iii Pengelolaan limbah gedung bppt sebelum renovasi 3.1. Kebutuhan Air Bersih dan Jumlah Limbah Cair Gedung BPPT Untuk menentukan kebutuhan air bersih atau penentuan besan IPAL dapat mengacu pada besaran

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya di kota - kota besar seperti Jakarta, maka dibutuhkan tempat tinggal yang nyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 62 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Jaringan Penyaluran Air Buangan Kota Bandung Pengolahan air limbah secara terpusat lebih umum digunakan di Indonesia, namun terdapat sistem saluran air buangan

Lebih terperinci

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK) BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK) 3.1. Start-Up IPAL Sebelum IPAL dioperasikan seluruh peralatan mekanik dan elektrik harus dipastikan dalam keadaan berjalan dengan baik dan siap untuk dioerasikan. Peralatan-peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Sistem Penyediaan Kebutuhan Air Bersih Untuk Bangunan Gedung

Sistem Penyediaan Kebutuhan Air Bersih Untuk Bangunan Gedung Sistem Penyediaan Kebutuhan Air Bersih Untuk Bangunan Gedung Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Penyediaan Air Bersih Ke Dalam Bangunan

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Contoh Audit Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir PERMASALAHAN Perlunya kajian mengenai permasalahan terkait dengan perubahan tata guna lahan, berkurangnya volume air tanah dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

Pengendalian Air Hujan di bangunan

Pengendalian Air Hujan di bangunan Air Hujan Hujan turun ke lingkungan binaan manusia yang di penuhi oleh gedung, jalan, tempat parkir, taman dan mencari jalan ketujuannya secara alami, sebagian lagi mengalir di permukaan mencari daerah

Lebih terperinci

Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan

Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan http://priyonulis.blogspot.com/2013/02/diameter-pipa-air-bersih-untuk-bangunan.html Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan Dalam merancang kebutuhan air bersih khususnya dalam bangunan bangunan besar,

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

2. Air permukaan Mudah diambil dengan alat sederhana.berbahaya karena banyak terkontaminasi bakteri, zat organik dan non organik.

2. Air permukaan Mudah diambil dengan alat sederhana.berbahaya karena banyak terkontaminasi bakteri, zat organik dan non organik. PENYEDIAAN AIR BERSIH KE DALAM BANGUNAN Jenis Sumber Air Bersih 1. Keuntungan Kerugian Air hujan Merupakan air lunak dan hanya baik untuk daerah yang mempunyai curah hujan tinggi.membutuhkan penampungan

Lebih terperinci

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 57-64, Mei 2013 57 Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir (The Effect of Rain to the Change

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det Evaluasi Pengolahan Air Minum Eksisting Kapasitas 2 L/det BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 2 L/det V.1. Umum Pelayanan air bersih di Kota Kendari diawali pada tahun 1928 (zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK UTILITAS AIR BERSIH Pompa Air Pipa Bak Kontrol Sambungan Pipa 1 Sambungan Pipa 2 Pipa Hidrostatik Katup Pompa Air Pemasangan Pipa Air Bersih Pemasangan pipa-ipa datar

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan pada laporan ini merupakan hasil keseluruhan terhadap tahap perencanaan dan perancangan, dari hasil analisa pada bab 4 bahwa daerah Tanjung Sanyang ini merupakan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang

LAMPIRAN. Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang LAMPIRAN Peta Curah Hujan Kabupaten Magelang Sumber : Bappeda Kab. Magelang. 2014 xv Peta Rawan Bencana Kabupaten Magelang Sumber : Bappeda Kab. Magelang. 2014 xvi Persyaratan RAMP Ketentuan dan Persyaratan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Plambing dan Fire Hydrant di Tower Saphire dan. Tower Amethys Apartemen EastCoast Rasidence Surabaya

Perencanaan Sistem Plambing dan Fire Hydrant di Tower Saphire dan. Tower Amethys Apartemen EastCoast Rasidence Surabaya Perencanaan Sistem Plambing dan Fire Hydrant di Tower Saphire dan Tower Amethys Apartemen EastCoast Rasidence Surabaya Design of Plumbing and Fire Hydrant System of Saphire and Amethys Tower EastCoast

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Laporan Tugas Akhir Konsep dasar dari perancangan kampus fakultas kedokteran gigi dan mulut yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Universitas

Lebih terperinci