EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT SWB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT SWB"

Transkripsi

1 EVALUASI PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT SWB Melissa Nathalia Universitas Bina Nusantara Apt. Mediterania Garden 1 Tower C Jakarta Barat mnathalia@outlook.com ABSTRACT A change in the Law of Value Added Tax which continues to be refined into concentration for taxpayers in the application, therefore it is necessary to evaluate the implementation of the Value Added Tax. Research methods used in conducting this study is the use of field research methods and conduct library research. Methods of field research conducted by reviewing the direct object of research, conduct interviews and make observations on the calculation, record keeping, reporting and remittance of research performed by the object. While the method of literature research was done by studying the literature related to the research. Results of this study was to find the application procedure for Value Added Tax is accurate and there are some circumstances that do not fit as the law of Value Added Tax.(Mn) Keywords: Value Added Tax, Tax Invoice ABSTRAK Adanya perubahan dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang terus disempurnakan menjadi konsentrasi bagi para wajib pajak dalam penerapannya, maka dari itu diperlukan adanya evaluasi atas penerapan Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian lapangan dan melakukan penelitian kepustakaan. Metode penelitian lapangan dilakukan dengan meninjau secara langsung objek penelitian, melakukan wawancara dan melakukan observasi atas perhitungan, pencatatan, pelaporan serta penyetoran yang dilakukan oleh objek penelitian. Sedangkan metode penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari literatur yang berhubungan dengan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah menemukan penerapan prosedur atas Pajak Pertambahan Nilai yang sesuai dan terdapat beberapa keadaan yang tidak sesuai seperti tidak menerbitkan faktur pajak kepada non Pengusaha Kena Pajak dan keterlambatan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sehingga diperlukannya perbaikan atas penerapan tersebut. (Mn) Kata Kunci : Pajak Pertambahan Nilai, Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Faktur Pajak

2 PENDAHULUAN Dalam kondisi perlambatan ekonomi global, penerimaan pajak di Indonesia tetap mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan Indonesia di bidang ekonomi semakin baik karena adanya perkembangan-perkembangan dari berbagai usaha yang ada di Indonesia. Perpajakan merupakan salah satu aspek penting yang turut berkontribusi atas perkembangan yang terjadi di negara Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang sampai saat ini masih banyak melakukan pembangunan nasional. Pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan nasional, maka dari itu penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pajak berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional karena sekitar 70% penerimaan negara Indonesia berasal dari pajak. Salah satu penyebab meningkatnya penerimaan pajak di Indonesia adalah karena pemerintah sejak tahun 1984 memberlakukan reformasi perpajakan dengan menerapkan sistem self assesment dalam pemungutan pajak. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif atau eksploratoria dan memiliki batasan waktu riset dari tahun 2010 hingga tahun Pengumpulan data yang digunakan dalam riset ini adalah metode langsung dengan wawancara dan metode tidak langsung dengan observasi data arsip, dengan menggunakan lingkungan riset riil. Observasi data berupa Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Faktur Pajak dan laporan keuangan perusahaan yang menjadi objek dari penelitian ini. HASIL DAN BAHASAN PT SWB merupakan perusahaan manufaktur lokal yang memproduksi makanan ringan. Selain melakukan produksi dan menjual hasil produksinya, PT SWB juga melayani jasa maklon makanan ringan. Kewajiban PT SWB sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan yang dilakukannya, membuat Faktur Pajak pada setiap transaksi penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak, wajib menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah dipungut dan wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang, melakukan pencatatan akuntansi atas perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dan melakukann pengarsipan atas dokumendokumen tersebut dengan rapih agar mempermudah perusahaan mendapatkan data-data yang diperlukan. Dokumen-dokumen disimpan selama dokumen tersebut dibutuhkan sampai pada kaduwarsa masa pajak. PT SWB berhak untuk mengreditkan pajak masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan menerima restitusi atau kompensasi atas Pajak Pertambahan Nilai yang lebih dibayar. Jika Pajak Keluaran lebih besar nilainya daripada Pajak Masukan maka perusahaan berkewajiban membayar atas kurang bayar tersebut kepada kas negara. Berdasarkan penelitian penulis, saat terutang Pajak Pertambahan Nilai PT SWB adalah pada saat adanya transaksi penjualan hasil produksi dan penyerahan jasa maklon yang kena pajak sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 18 tahun 2000 dan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 tahun 2009 yang berlaku sejak 1 April Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.03/2011 yang berlaku sejak tanggal 28 Februari 2011, Jasa Maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), dan pengguna jasa menetapkan spesifikasi, serta menyediakan bahan baku dan/atau barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya, dengan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa. Namun dalam Peraturan Menteri Keuangan sebelumnya yang disusun dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2010 Pasal 1 ayat 3 mendefinisikan Jasa Maklon sebagai jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petu juk dari pemesan.

3 PT SWB menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 18 tahun 2000 untuk masa pajak Januari 2010 hingga Maret 2010 sedangkan mulai 1 April 2010 PT SWB mengikuti Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang terbaru yaitu No. 42 tahun Dalam perubahan Undang-Undang tersebut yang berpengaruh pada kewajiban PT SWB dalam melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilainya adalah adanya perubahan tanggal setor dan lapor, perubahan form Surat Pemberitahuan Masa dan dihapuskannya Faktur Pajak sederhana. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilaksanakan oleh PT SWB adalah sesuai ketentuan Undang- Undang sebesar 10% dari dasar pengenaan pajakpt SWB melakukan pengkreditan terhadap Pajak Masukan dengan melakukan pengecekan kembali terhadap Faktur Pajak Masukan tersebut sebab pengreditan Pajak Masukan hanya boleh dilakukan dengan batas maksimum tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal Faktur Pajak Masukan dikeluarkan. Pengecekan data dan Faktur Pajak secara berulang dilakukan untuk menghindari adanya Faktur Pajak cacat. Analisis Penjualan PT SWB (Pajak Keluaran) Pada mulanya staff bagian akuntansi menerima pesanan dan melakukan transaksi penjualan terhadap lawan transaksi. Pada saat terjadinya pembayaran atas pesanan tersebut, karena PT SWB merupakan Pengusaha Kena Pajak maka wajib untuk mengeluarkan Faktur Pajak yang berguna untuk memungut Pajak Keluaran, maka staff akuntansi membuat Faktur Pajak Penjualan atas transaksi tersebut. Lalu pada saat barang hendak dikirim staff akuntansi tersebut membuat surat jalan dan diberikan kepada kurir bersama dengan Faktur Pajak Penjualan tersebut, namun karena banyaknya lawan transaksi dan kebijakan dari lawan transaksi yang berdeda-beda, maka Faktur Pajak tidak selalu disertakan bersama Surat Jalan namun akan dikumpulkan dan diserahkan kepada lawan transaksi pada saat tertentu. Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (25) Pajak Keluaran memiliki arti Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. Pajak Keluaran diperoleh PT SWB dari hasil pennyerahan Jasa Kena Pajak maupun Barang Kena Pajak. Nilai Pajak Pertambahan Nilai tersebut adalah 10% dari Dasar Pengenaan Pajak yang tertera dalam Faktur Pajak. Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, penjualan yang dilakukan oleh PT SWB dibayar oleh pelanggan dengan lunas tanpa adanya uang muka maupun termin. Berdasarkan penjualan yang dilakukan oleh kantor pusat adalah sebesar Rp dan penjualan yang dilakukan oleh kantor cabang adalah sebesar Rp maka total penjualan PT SWB selama tahun 2010 yang harus di terima dari pelanggan adalah sebesar Rp termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp yang terdiri dari Pajak Keluaran kantor pusat sebesar Rp dan Rp pada kantor cabang. Berdasarkan laporan laba rugi perusahaan yang dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan PT SWB tahun 2010, adanya rincian penjualan sebagai berikut: Penjualan atas Produksi Rp Penjualan atas Jasa Kerja Rp Total Penjualan Rp Dari hasil pencatatan laporan laba rugi tersebut tidak terdapat perbedaan dengan penjualan yang terlampir pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai PT SWB tahun Untuk tahun 2011 penjualan yang dilakukan kantor pusat ialah sebesar Rp dan penjualan yang dilakukan oleh kantor cabang adalah sebesar Rp maka total penjualan PT SWB selama tahun 2011 adalah sebesar Rp termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp yang terdiri dari Pajak Keluaran kantor pusat sebesar Rp dan Rp pada kantor cabang. Namun jumlah penjualan tersebut tidak seluruhnya merupakan hasil produksi PT SWB tetapi terdapat penjualan aktiva perusahaan berupa mesin. Dalam pencatatan atas penjualan yang dilakukan oleh PT SWB dalam laporan laba rugi tahun 2011 mencatat sebagai berikut : Penjualan atas Produksi Rp

4 Penjualan atas Jasa Kerja Rp Total Penjualan Rp Sedangkan dalam pencatatan penjualan yang dilakukan PT SWB dalan dilaporkan dalam SPT Masa tahun 2011 adalah sebagai berikut: Total penjualan kantor pusat Rp Total penjualan kantor cabang Rp Total Penjualan dalam SPT Masa Rp Maka perhitungan selisih nya sebagai berikut: Total Penjualan dalam SPT Masa Rp Total Penjualan dalam Laba Rugi Rp Selisih Rp Adanya selisih sebesar Rp tersebut karena adanya penjualan aktiva yang dilakukan PT SWB pada bulan desember 2011, aktiva tersebut berupa mesin bekas. Namun dalam pencatatan pada laporan laba rugi, penjualan atas aktiva tersebut tidak dimasukkan dalam penjualan melainkan dalam akun pendapatan lain-lain maka terdapat perbedaan angka yang mengakibatkan jumlah penjualan yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Masa tahun 2011 tidak sama dengan jumlah penjualan yang terdapat pada laporan laba rugi tahun Pencatatan jurnal atas penjualan mesin tersebut adalah : Kas Akumulasi Penyusutan Rp Rp Mesin PPN Keuntungan atas penjualan Rp Rp Rp Selama tahun 2012 total penjualan yang dilakukan oleh PT SWB ialah sebesar Rp termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Yang mana penjualan yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp dan Rp yang dilakukan oleh kantor cabang. Total pemungutan Pajak Pertambahan Nilai tersebut sebesar Rp yang terdiri dari Rp untuk kantor pusat dan Rp pada kantor cabang. Penulis membandingkan laporan laba rugi PT SWB yang terlampir di Surat Pemberitahuan Tahunan Badan Pajak Penghasilan tahun 2012 dengan jumlah nilai dasar pengenaan pajak adalah: Penjualan atas Produksi Rp Penjualan atas Jasa Kerja Rp Total Penjualan Rp Angka yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Masa selama tahun 2012 dengan laporan laba rugi tidak terdapat perbedaan. Maka dari analisis diatas, perhitungan yang dilakukan oleh PT SWB selama tahun 2010 hingga 2012 sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku. Analisis Pembelian Pada PT SWB (Pajak Masukan) Keberlangsungan proses produksi yang dijalankan oleh PT SWB tak lepas dari adanya transaksi pembelian. Pembelian yang dilakukan oleh PT SWB selama tahun 2010 sampai 2012 merupakan

5 pembelian berupa bahan baku, kemasan, botol, kaleng, karton hingga ke bahan pembantu lainnya dan peralatan untuk para pekerja seperti masker, sarung tangan dan lainnya. Maka transaksi atas pembelian tersebut sangat mempengaruhi kinerja dan hasil produksi bagi PT SWB. Atas adanya transaksi pembelian untuk keperluan produksi tersebut maka bagi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diperoleh oleh perusahaan maka perusahaan dikenakan PPN sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak terhadap pembelian tersebut. Atas pembayaran yang telah dilakukan oleh PT SWB, maka Pajak Pertambahan Nilai tersebut dapat dikreditkan. Pajak Pertambahan Nilai atas pembelian dinamakan Pajak Masukan. Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (24) Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/ataubimpor Barang Kena Pajak. Pajak Masukan dapat dikreditkan paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sebelum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terhadap Pajak Masukan pada PT SWB, peneliti dapat menyimpulkan bahwa PT SWB sudah melakukan dokumentasi dengan baik dan benar sehingga Pajak Masukan yang dikreditkan sesuai dengan tanggal yang tertera pada Faktur Pajak dan tidak melebihi ketetapan Undang- Undang yaitu 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan. Pajak Masukan selama tahun 2010 dari kantor Pusat adalah Rp dan pada kantor cabang senilai Rp maka jumlah Pajak Masukan pada tahun 2010 adalah Rp penulis melakukan rekap atas Pajak Masukan tahun 2011 pada PT SWB, Pajak Masukan atas pembelian yang dilakukan oleh kantor pusat sebesar Rp sedangkan pada kantor cabang senilai Rp maka diketahui total Pajak Masukan adalah Rp dengan demikian terjadi penurunan atas pembelian yang dilakukan oleh PT SWB sekitar 74,883% dari tahun jumlah Pajak Masukan pada PT SWB dari tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan. Dari adanya Pajak Masukan yang menurun maka dapat diketahun bahwa pembelian yang dilakukan PT SWB juga menurun. Penurunan yang terjadi atas pembelian tersebut 36,301% dari tahun sebelumnya. Penurunan pembelian yang terus terjadi dari tahun 2011 hingga tahun 2012 dikarenakan pada tahun 2010 PT SWB lebih banyak melakukan kegiatan prduksi untuk label produk yang dimilikinya sendiri maka pembelian atas bahan baku dan keperluan lainnya sangat banyak sedangkan pada tahun 2011 PT SWB lebih banyak melakukan perjanjian dengan pelanggannya atas jasa maklon. Terlebih pada kantor cabang yang telah dikontrak oleh salah satu pelanggan untuk memproduksi berdasarkan permintaan jasa maklon sehingga pembelian bahan baku jarang sekali dilakukan karena dalam mekanisme jasa maklon pelanggan telah menyediakan bahan baku hingga kemasan yang diperlukan maka pembelian pada kantor cabang jarang sekali dilakukan. Peningkatan pembelian terjadi pada seasonal tertentu untuk keperluan bahan baku yang digunakan dalam produksi demi memenuhi kebutuhan pasar menjelang bulan puasa, hari raya idul fitri ataupun hari raya natal. Analisis Pajak Pertambahan Nilai Lebih dan Kurang Bayar Pada PT SWB Adanya selisih antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dibayar menimbulkan Kurang Bayar atau Lebih Bayar. Lebih Bayar terjadi apabila Pajak Masukan memiliki nilai lebih besar daripada Pajak Keluaran, sebaliknya jika Pajak Keluaran lebih besar nilainya daripada Pajak Masukan maka dinamakan Kurang Bayar. Kelebihan membayar Pajak Pertambahan Nilai dapat dikompensasikan kepada masa pajak berikutnya atau Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas Lebih Bayar tersebut pada akhir tahun pajak. Namun untuk Pajak Kurang Bayar yang terjadi maka Pengusaha Kena Pajak wajib membayarkan kekurangan pembayaran tersebut kepada negara sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. Wajib Pajak dapat membayarkan kekurangan pembayaran PPN tersebut ke bank-bank yang telah ditunjuk oleh Dirtektorat Jenderal Pajak. Analisis yang telah dilakukan penulis berdasarkan data Pajak Keluaran dan Pajak Masukan selama tahun 2010 meunjukkan Kurang Bayar pada masa Januari hingga Desember. Pajak Kurang Bayar yang telah dibayar PT SWB selama tahun 2010 adalah sebesar Rp Terjadinya Pajak Kurang Bayar karena Pajak Keluaran lebih besar jumlahnya daripada Pajak Masukan. Hal tersebut dapat terjadi karena pembelian pada PT SWB lebih kecil daripada penjualan yang dilakukannya. PT SWB kembali mengalami Kurang Bayar pada setiap masa pajak di tahun Jumlah Kurang Bayar yang telah disetor oleh PT SWB adalah sebesar Rp , keadaan atas terjadinya Kurang Bayar tersebut juga dikarenakan

6 oleh pembelian yang dilakukan oleh PT SWB sedikit mengingatadanya produksi atas jasa maklon yang dikerjakan oleh PT SWB. PT SWB mengalami Kurang Bayar pada masa pajak Januari sampai dengan Desember tahun Jumlah Kurang Bayar yang telah disetorkan oleh PT SWB selama tahun 2012 adalah Rp Maka dari tahun 2010, 2011 hingga 2012 PT SWB selalu mengalami Kurang Bayar. Berikut jumlah kurang Bayar yang terjadi selama tahun 2010, 2011 dan 2012: Kurang Bayar tahun 2010 Rp Kurang Bayar tahun 2011 Rp Kurang Bayar tahun 2012 Rp Total Kurang Bayar Rp Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SWB Selain menghitung dan melakukan pencatatan atas pajak perusahaan sendiri, sebagai Pengusaha Kena Pajak PT SWB berkewajiban untuk melaporkan seluruh kegiatan usahanya dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Dalam melaporkan pajaknya selama tahun 2010, 2011 dan 2012 PT SWB menggunakan dua jenis formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk melaporkan Pajak Pertambahan Nilai nya, PT SWB mengikuti peraturan yang berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan. Pada tahun 2010 PT SWB menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Hal tersebut berdasarkan peraturan yang berlaku saat itu yaitu diatur dalam peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-146/PJ./2006 yang menyatakan bahwa SPT Masa PPN bentuk formulir 1107 wajib digunakan bagi semua Pengusaha Kena Pajak dan mulai berlaku sejak Masa Pajak Januari Namun adanya perubahan peraturan mengenai bentuk formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan dikeluarkannya peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 pada tanggal 6 Oktober 2010 dan Surat Edaran Nomor SE-98/PJ/2010 yang mengatur bahwa mulai pada 1 Januari 2011 Pengusaha Kena Pajak diwajibkan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dengan adanya perubahan peraturan maka PT SWB melaksanakan pelaporan Pajak Pertambahan Nilainya dengan formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 1111 sejak masa pajak Januari Karena selama tahun 2010 hingga tahun 2012 Pajak Pertambahan Nilai PT SWB selalu mengalami Kurang Bayar maka PT SWB wajib terlebih dahulu melakukan penyetoran atas adanya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar tersebut sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak. Penyetoran tersebut dapat dilakukan di Kantor Pos dan Giro atau bank persepsi. Penyetoran atas Kurang Bayar yang telah dihitung sendiri tersebut harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak, hal ini berlaku sejak Masa Pajak April 2010 sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 15A. Sedangkan dalam melakukan penyetoran di masa Januari, Pebruari dan Maret 2010, PT SWB wajib menyetorkan PPN Kurang Bayar tersebut dengan batas waktu paling lama 15 hari setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Dalam melakukan pelaporan masa Januari, Pebruari dan Maret 2010 PT SWB juga masih mengikuti peraturan Undang-Undang lama yaitu dengan batas waktu paling lama 20 hari dari berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Dan sejak 1 April 2010 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPN Nomor 42 tahun 2009 Pasal 15A ayat 2, penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Kurang Bayar yang terjadi pada Masa Pajak Januari hingga Maret 2010 megacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yaitu penyetoran Pajak Pertambahan Nilai mempunyai tanggal jatuh tempo yaitu pada tanggal 15 masa pajak berikutnya. Sedangkan dalam hal pelaporan Pajak Pertambahan Nilai untuk tahun 2010 masa pajak Januari, Pebruari dan Maret PT SWB mengkuti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yang menyatakan Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak tersendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh atau Pemungut PPN wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. Untuk Masa Pajak mulai April 2010 hingga seterusnya

7 PT SWB melakukan penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang mengacu pada Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 15A yang menyatakan bahwa penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN paling lama dilaksanakan pada akhir bulan masa pajak berikutnya. Namun berdasarkan data pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa penulis tidak menemukan dokumen yang menujukan tanggal pelaporan yang dilakukan oleh PT SWB pada masa pajak Desember tahun Hal ini dikarenakan penyimanan dokumen yang kurang lengkap. PT SWB telah melakukan penyetoran dan pelaporan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun pada tabel 4.18 di kantor cabang PT SWB melakukan telat lapor pada Masa Pajak Maret. Atas terjadinya telat lapor tersebut maka PT SWB dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp ,- sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 7. Analisis Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan Pada PT SWB Sebagai pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, PT SWB wajib membuat Faktur Pajak dalam setiap penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh PT SWB. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1) huruf a yang menyatakan Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/ atau Pasal 16D. Faktur Pajak harus dibuat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak, pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak, saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagaian tahap pekerjaan, atau saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan peraturan tersebut PT SWB menjalankan kewajibannya sebagai Pengusaha Kena Pajak pada saat adanya penyerahan barang dengan menerbitkan Faktur Pajak Keluaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ./2010 dalam pasal 9 menyatakan bahwa penerbitan Faktur Pajak dimulai dari nomor urut pada setiap awal tahun kalender mulai bulan Januari, kecuali bagi PKP yang baru dikukuhkan, nomor urut tersebut dimulai sejak Masa Pajak PKP tersebut dikukuhkan dan PKP harus menerbitkan Faktur Pajak dengan nomor urut dimulai dari pada awal tahun kalender berikutnya. Namun berdasarkan evaluasi penulis, terdapat beberapa Faktur Pajak yang tidak ditemukan oleh penulis. Faktur Pajak yang tidak ditemukan oleh penulis pada saat melakukan pengecekan Faktur Pajak pada PT SWB selama tahun 2010, 2011 dan Berdasarkan informasi yang didapat penulis dari perusahaan tersebut, nomor-nomor Faktur Pajak diatas dimaksudkan oleh perusahaan disediakan untuk Faktur Pajak atas penjualan kepada non PKP, namun sampai pada saat tulisan ini dibuat perusahaan tidak membuat Faktur Pajak tersebut. Akan tetapi perusahaan tetap memungut PPN dari non PKP yang kemudian disetorkan kepada negara. Tidak dibuatnya Faktur Pajak atas penjualan kepada non PKP tersebut dikarenakan menurut perusahaan Faktur Pajak kepada non PKP tersebut tidak dilaporkan dalam lampiran Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Perusahaan seharusnya tidak menyiapkan nomor urut Faktur Pajak tersebut jika faktanya perusahaan tidak menerbitkannya. Sebabnya nomor Faktur Pajak yang ada dapat menjadi tidak urut sehingga tidak mengikuti ketentuan perpajakan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ./2010. Berdasarkan pengecekan atas Faktur Pajak tersebut peneliti juga menemukan beberapa Faktur Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dikarenakan keterlambatan penerimaan Faktur Pajak masukan tersebut. Berikut Faktur Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tersebut: 1. Tanggal : 13 Juli 2010 DPP : Rp ,- PPN : Rp ,- 2. Tanggal : 14 Oktober 2010 DPP : Rp ,- PPN : Rp ,- Tanggal keterlambatan penerimaan atas Faktur Pajak Masukan tersebut tidak dicatat oleh PT SWB, namun penerimaan atas Faktur Pajak Masukan tersebut sudah melewati 3 (tiga) bulan dari tanggal penerbitan Faktur Pajak. Total kerugian yang dialami PT SWB atas tidak dapat melakukan pengkreditan Pajak Masukan adalah sebesar Rp ,- hal ini terjadi pada kantor cabang PT SWB. Keterlambatan penerimaan Faktur Pajak Masukan tersebut hanya terjadi pada tahun 2010, PT SWB telah melakukan perbaikan untuk masa pajak berikutnya.

8 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis secara langsung atas penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT SWB, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagai Pengusaha Kena Pajak, PT SWB telah melakukan kewajibannya dalam menghitung dan melakukan pencatatan atas penjualannya dan Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan tersebut, PT SWB telah melakukan pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai Masukan dengan benar sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku, Menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dengan benar sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku, PT SWB telah melaksanakan kewajibannya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan menerbitkan Faktur Pajak kepada lawan transaksi yang merupakan Pengusaha Kena Pajak tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku, PT SWB telah memungut Pajak Pertambahan Nilai pada setiap transaksi yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai, PT SWB menjalankan kewajibannya dalam menyetor Pajak Pertambahan Nilai yang terutang tepat pada waktunya begaiamana telah ditetapkan dalam Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun walaupun secara garis besar PT SWB menjalankan kewajiban perpajakan Pajak Pertambahan Nilainya dengan baik, masih terdapat beberapa kekurangan dalam penerapannya, diantaranya Pada Masa Pajak Desember 2011 penulis tidak menemukan dokumen Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk kantor cabang perusahaan, Ditemukannya selisih antara penjualan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Desember tahun 2011 dengan penjualan yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan tahun Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pengakuan atas penjualan mesin. Dalam laporan laba rugi, PT SWB hanya mencatat angka keuntungan atas penjualan mesin sedangkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang dilaporkan mencatat uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan mesin tersebut, Adanya keterlambatan pelaporan yang dilakukan oleh PT SWB pada Masa Pajak Maret tahun 2012 yang mengakibatkan perusahaan dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp ,- atas keterlambatan pelaporan tersebut, PT SWB menyiapkan nomor urut Faktur Pajak yang ditujukan untuk Faktur Pajak atas penjualan kepada non PKP, namun pada kenyataanya perusahaan tidak membuat Faktur Pajak tersebut. Hal ini dapat beresiko pada nomor urut Faktur Pajak yang lain menjadi tidak urut, Ditemukannya beberapa Faktur Pajak Masukan yang tidak dikreditkan oleh perusahaan sebesar Rp ,- atas pemberlian di bulan Juli 2010 dan Oktober 2010 karena keterlambatan penerimaan atas Faktur Pajak tersebut. Oleh karena itu faktur pajak atas pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan karena sudah melewati masa pengkreditan seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT SWB, maka saran yang dapat penulis berikan kepada perusahaan anatara lain PT SWB seharusnya dapat menyimpan dokumen perpajakan seperti Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai secara lengkap. Sesuai dengan peraturan dalam penyimpanan dokumen perpajakan yang harus disimpan selama sepuluh tahun, PT SWB harus lebih teliti dalam pelaporan Pajak Pertambahan Nilai sehingga tidak terulang kembali keterlambatan yang terjadi pada Masa Pajak Maret 2012 sehingga perusahaan dapat menghindari sanksi administrasi akibat keterlambatan tersebut, PT SWB seharusnya tidak menyisihkan nomor urut Faktur Pajak yang dimaksudkan untuk penjualan kepada non Pengusaha Kena Pajak jika pada kenyataannya Faktur Pajak tersebut tidak diterbitkan. Hal ini menganggu penomoran faktur pajak yang lainnya sehingga menyebabkan tidak urut. Selain itu perusahaan harus menerbitkan faktur pajak tersebut sesuai dengan peraturan undang-undang bahwa setiap pengusaha kena pajak harus menerbitkan faktur pajak dalam setiap penjualannya,jika tidak akan dikenakan sanksi sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak, PT SWB seharusnya lebih memperhatikan Faktur Pajak atas pembelian yang sudah diterima atau belum diterima, sehingga penerimaan atas Faktur Pajak Masukan tersebut tidak melebihi 3 (tiga) bulan sehingga dapat dikreditkan. REFERENSI Mardiasmo. (2011) Perpajakan. Edisi Revisi Yogyakarta : Andi Offset Priantara, D. (2011). Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan, dan Penyidikan Pajak. Jakarta : Indeks Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat

9 Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat Sukardji,U. (2012). Pokok-Pokok PPN Pajak Pertambahan Nilai Indonesia. Edisi Revisi Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Waluyo. (2010). Perpajakan Indonesia: Edisi 9. Jakarta : Salemba Empat Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia: Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat Pajak Online (no date). Pajak Pertambahan Nilai. Diakses tanggal 2 Februari Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 75/PMK.03/2010 Tentang Nilao Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Diakses tanggal 20 Maret Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 75/PMK.03/2010 Tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Diakses tanggal 20 Maret Dirjen Pajak (no date). Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diakses tanggal 2 Januari Dirjen Pajak (no date). Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan Atau Penjualan Atas Barang Mewah. Diakses tanggal 21 Pebruari Dirjen Pajak (no date). Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan Atau Penjualan Atas Barang Mewah. Diakses tanggal 21 Pebruari Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak Dan Tata Cara Pembayaran,Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak. Diakses tanggal 1 Maret Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 44/PJ./2010 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Diakses tanggal 1 Maret Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 45/PJ./2010 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan. Diakses tanggal 1 Maret Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 146/PJ./2006 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Diakses tanggal 14 Maret Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 29/PJ./2008 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Dalam Bentuk Formulir Kertas (Hard Copy) Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Dikukuhkan Di Kantor Pelayanan Pajak, Dalam Rangka Pengolahan Data Dan Dokumen Di Pusat Pengolahan Data Dan Dokumen Perpajakan. Diakses tanggal 14 Maret Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 13/PJ./2010 Tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak. Diakses tanggal 14 Maret 2013 Dirjen Pajak (no date). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-98/PJ/2010 Tentang Penyampaian Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 Tentang Bentuk, Isi,Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Diakses tanggal 14 Maret 2013.

10 RIWAYAT PENULIS Melissa Nathalia lahir di kota Balikpapan pada 11 Desember Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada 2013.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Analisis mengenai penerapan e-faktur yang berkaitan dengan PPN dilakukan dengan memeriksa kesesuaian data sebelum melakukan penginputan di e-faktur serta menganalis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011

Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Evaluasi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011 Wuri Rostiani Peninggilan Utara RT 02 RW 07 Nomor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI RIAN SUMARTA STIE

Lebih terperinci

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY Contributed by Administrator Thursday, 11 February 2010 Pusat Peraturan Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT Meiga Purnama, Maya Safira Dewi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone (+6221) 53696969 Mei_meyoneste@rocketmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) Nikhen Hendra Damayanti, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENGISIAN SERTA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai perhitungan, pemotongan, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sehubungan dengan transaksi-transaksi penjualan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai perhitungan penyetoran dan pelaporan PPN sehubungan dengan kegiatan penjualan dan pembelian pada CV X selama

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH

EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH EVALUASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. IBH Trehara Natayurisa Universitas Bina Nusantara Jalan. Kapuas 1 Blok H/5 Komp. BI Padang Harapan Bengkulu 38225 081298499762 taranatayurisa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT FAJAR MAS KARYATAMA

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT FAJAR MAS KARYATAMA ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT FAJAR MAS KARYATAMA Diajukan Oleh: MARINDO PUTRA Email : marindo.putra@gmail.com Pembimbing I : FARIDAH Email : faridah_ku@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada CV X, berikut adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian: 1. CV X telah melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 159 /PJ./2006 TENTANG SAAT PEMBUATAN, BENTUK, UKURAN, PENGADAAN, TATA CARA PENYAMPAIAN, DAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional saat ini adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers)

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers) PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers) Oleh : Dewi Malydhasari Alumni Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA 1. Pembayaran atau Penyetoran Pajak yang Terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa yang Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

ANALISIS PENGGUNAAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA ANALISIS PENGGUNAAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA Riza Hardianti Binus University, Tanah Kusir II, Jl R/21, 085691235588, riyzha_cho2@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.1 Definisi Pajak Dalam Suandy (2011:5) Pajak di definisikan sebagai pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum dan Perpajakan, pajak merupakan suatu konstribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 31 Agustus 2017 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG PENEGASAN TERKAIT PPN YANG DIBEBASKAN ATAS IMPOR BARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

15/PJ/2010 PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK,

15/PJ/2010 PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, 15/PJ/2010 PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, Contributed by Administrator Friday, 26 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI Metta Vanna Citra ( Metta_honeey@yahoo.co.id ) Kardinal ( Kardinal@stie_mdp.ac.id ) Jurusan Akuntansi STIE MDP

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan analisis penghitungan, pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPH Pasal 21) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada CV. Kusuma Agung Mandiri Palembang

Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada CV. Kusuma Agung Mandiri Palembang Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Palembang Selviana (selvi.lie93@gmail.com) Rika Lidyah (rika_msi@yahoo.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. No.153, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci