IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER Oleh: Angga Pribadiyono*; Itok Wicaksono** *Alumni FISIPOL Universitas Muhammadiyah Jember ** Staf Pengajar FISIPOL Universitas Muhammadiyah Jember Abstrak Proses pengimplementasian dan pendistribusian barang paket kompor LPG 3 Kg kepada masyarakat di Kabupaten Jember di tahapan awalnya adalah dengan melakukan pencacahan data masyarakat yang berhak menerima, kemudian proses kedua adalah validasi data yang diserahkan pada tim entri data untuk dilakukan pendistribusian. Proses tersebut telah mengalami kendala pada alur atau tahap awal pelaksanaan konversi. Berangkat dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah ke LPG (Liquefied Petroleum Gas) di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Teori yang dipergunakan adalah dimensi ilmu administrasi publik, konsep kebijakan publik, konsep implementasi kebijakan, konsep proses implementasi kebijakan, konsep kriteria keberhasilan implementasi kebijakan, konsep model-model implementasi kebijakan, konsep implementasi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG. Metode penelitian yang digunakan yakni dengan mengumpulkan data melalui metode interview, observasi, dan dokumentasi yang kemudian dilakukan reduksi data dengan model implementasi menurut George Edward III. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya penjelasan secara detil kepada masyarakat terkait maksud tujuan program konversi ini, namun kecenderungan yang dimiliki pelaksana maupun penerima barang paket kompor dan tabung LPG 3 Kg adalah mendukung adanya kebijakan ini. Kata kunci: Implementasi, Konversi Minyak Tanah

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah energi merupakan masalah utama dalam setiap negara terutama bagi negara yang sedang berkembang yang masih menggantungkan kebutuhan sumber energi dari luar. Ketergantungan dunia khususnya Indonesia pada minyak dunia akan naik dari tingkat 84 juta barrel per hari saat ini menjadi 99 juta barrel per hari pada tahun 2015 dan 116 juta per barrel pada tahun Sementara itu penemuan minyak baru jauh lebih lambat daripada kebutuhan minyak dunia. Kurangnya pasokan minyak dunia dan semakin mahalnya biaya untuk menemukan, mengambil, dan melakukan penyulingan (refining) minyak akan membuat ketergantungan pada bahan bakar minyak mahal bagi ekonomi. Pertumbuhan permintaan minyak tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan minyak karena pasokan produksi minyak menurun. Akibatnya, teori pasokan atau permintaan sederhana akan menyetarakan pasokan dan permintaan dengan harga yang lebih tinggi. Fenomena tersebut menuntut pemerintah mencari berbagai solusi terutama untuk menjaga stabilitas persedian energi dalam negeri sekaligus kesejahteraan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sumber energi. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui subsidi pemerintah. Upaya pemberian subsidi oleh pemerintah untuk terus menjaga stabilitas harga yang berlaku di masyarakat terlihat pada peningkatan jumlah anggaran subsidi untuk pengadaan energi setiap tahunnya. Pada saat ini, pemerintah melakukan strategi penghematan di segala sektor anggaran nasional yang mengalami peningkatan setiap tahun terutama dianggaran subsidi BBM. Subsidi BBM akan diminimalisir melalui kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan energi alternatif lain yang lebih hemat dan ekonomis. Salah satu solusi tepat dan efisien untuk penggunaan energi alternatif lain yang tertuang dalam kebijakan konversi minyak ke Liquefied Petroleum Gas (LPG) berdasarkan landasan hukum Undang- Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang menyatakan bahwa Menteri yang bertanggung jawab di bidang minyak dan gas bumi serta bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang MIGAS. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan dalam negeri, mengurangi ketergantungan penggunaan energi yang berasal dari minyak bumi salah satunya dengan mengalihkan ke energi lainnya, terwujudnya energi primer mix yang optimal pada tahun 2025 yaitu peranan minyak bumi menjadi kurang dari 20% dan peranan gas bumi menjadi lebih dari 30% terhadap konsumsi energi nasional. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 104 Tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroluem Gas Tabung 3 Kg. Sedangkan pelaksanaan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG mendapat dorongan dari pemerintah pusat dengan mengeluarkan SK Wapres No. 20/WP/2006 tanggal 1 September 2006 tentang konversi minyak tanah ke LPG, yang kemudian surat keputusan tersebut dijatuhkan kepada Menteri ESDM RI dengan tindak lanjut mengeluarkan SK Menteri ESDM No. 3249/26/MEM/2006 tanggal 31 Agustus

3 2006 tentang Disertifikasi Minyak Tanah Ke LPG, sebagai tembusan dan tindak lanjutnya yang dijatuhkan kepada pihak Pertamina untuk tim pelaksana teknis lapangan dengan SK Menteri ESDM No K/MEM/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Penugasan PT. Pertamina (Persero) dan Penetapan Daerah Tertentu dalam Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kg Tahun Menurut Wahab (1991:5) sebuah kebijakan publik yang mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu tujuan atau penyelesaian terhadap masalah tertentu. Implementasi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG bertujuan yaitu melakukan diversifikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak khususnya minyak tanah untuk dialihkan ke LPG, mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi karena LPG lebih aman dari penyalahgunaan, melakukan efisiensi anggaran pemerintah karena penggunaan LPG lebih efisien dan subsidinya relatif lebih kecil daripada subsidi minyak tanah, menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih, dan efisien untuk rumah tangga dan usaha mikro serta mengamankan pasokan dan persediaan minyak tanah dalam negeri melalui kebijakan ini. Pemerintah bermaksud mengalihkan subsidi minyak tanah secara otomatis yang semakin meningkatkan penggunaan LPG terutama di sektor rumah tangga. Konversi minyak tanah ke LPG merupakan bagian dari kebijakan pengelolaan energi yang dilakukan di Indonesia karena penggunaan minyak tanah dalam negeri semakin meningkat. Sampai saat ini, Konsumsi minyak tanah sudah mencapai kurang lebih 10 juta kiloliter per tahun, sedangkan Indonesia sendiri sebagian besar masih mengimpor minyak tanah dari luar. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memfokuskan pada peningkatan konsumsi LPG dalam memenuhi kebutuhan setiap hari masyarakat khususnya rumah tangga dengan mengeluarkan serangkaian kebijakan konversi energi dan kebijakan lingkungan. Pertimbangan pemerintah dari kebijakan konversi minyak tanah ke LPG adalah 5,2 juta kiloliter minyak tanah dengan 3,5 juta ton LPG. Program konversi minyak tanah ke LPG sudah mulai diujicobakan di beberapa daerah provinsi Indonesia khususnya di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemerintah melaksanakan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG di Provinsi Jatim khususnya Kabupaten Jember dimulai sejak bulan Oktober tahun Implementasi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG yang dilaksanakan di Kabupaten Jember sebagai pengenalan dan implementasi kebijakan publik tersebut kepada masyarakat seluruhnya. Kebijakan tersebut membutuhkan sosialisasi tentang Liquefied Petroleum Gas (LPG) Pertamina dengan brand LPG. LPG merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99% dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. LPG lebih berat dari udara dengan berat jenis sekitar 2.01 (dibandingkan dengan udara), tekanan uap LPG cair dalam tabung sekitar Kg/cm2. Proses pengimplementasian dan pendistribusian kepada masyarakat yang ada di seluruh pelosok Indonesia dan

4 khususnya Kabupaten Jember di tahapan awalnya adalah dengan melakukan pencacahan data masyarakat yang berhak menerima barang paket kompor LPG 3 Kg, kemudian proses kedua adalah validasi data yang diserahkan pada tim entri data untuk dilakukan pendistribusian barang paket kompor LPG 3 Kg tersebut kepada masyarakat. Pada tahap akhir pendistribusian barang tersebut biasanya menggunakan truk dari gudang konsultan ke lokasi pertama (kelurahan/dusun), menggunakan kendaraan kecil dari kelurahan ke lokasi RT/RW atau langsung ke rumah masyarakat yang berhak menerima, atau juga menggunakan gerobak untuk wilayah-wilayah yang sulit dilalui kendaraan. Proses tersebut telah mengalami kendala pada alur atau tahap awal pelaksanaan konversi yaitu pada proses pencacahan data masyarakat dalam pemenuhan syarat-syarat pengajuan untuk mendapatkan barang paket kompor tabung LPG 3 Kg dari pemerintah, masyarakat sering dijumpai oleh petugas kalau mereka tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). Peneliti tertarik meneliti kebijakan konversi minyak tanah ke LPG di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember karena terdapat kendala, mulai dari tertib administrasi seperti tidak punya Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dalam prasyarat pengajuan untuk mendapatkan kompor gas dan tabung LPG yang diberikan oleh pemerintah secara gratis sehingga menjadi kendala jalannya pendistribusian yang mengakibatkan keterlambatan dalam pelaksanaan konversi tersebut, jadwal mengalami keterlambatan dari jadwal yang ditentukan. Selain itu, hal menarik lainnya adalah kebijakan konversi ini termasuk kebijakan baru sehingga akan banyak halhal yang dapat dipelajari dari kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg. Maka berdasarkan uraian-uraian latar belakang diatas penulis ingin membahas tentang implementasi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG di Kabupaten Jember berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasioanal agar kebijakan tesebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Berangkat dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke LPG ( Liquefied Petroleum Gas) Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang diatas maka didalam penelitian ini diperlukan suatu perumusan masalah, rumusan masalah merupakan suatu hal wajib ada dalam suatu penelitian. Masalah merupakan aspek yang harus ada dalam penelitian, karena dengan adanya kesulitan yang dirasakan sebagai rintangan yang harus dipecahkan, itulah yang menimbulkan seseorang mengadakan penelitian. Menurut Sandjaja dan Albertus (2006:60) bahwa masalah penelitian secara sederhananya merupakan pertanyaan yang mengungkapkan hubungan variabelvariabel dalam penelitian. Masalah harus dirasakan sebagai rintangan yang harus dilalui dengan mengatasi permasalahan tersebut. Untuk merumuskan suatu masalah diperlukan adanya persyaratan yang harus

5 dipenuhi oleh seorang peneliti. Menurut Nazir (2003:143), umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: 1) masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, 2) rumusan hendaknya jelas dan padat, 3) rumusan masalah harus merupakan dasar dalam pembentukan hipopenelitian, 4) rumusan masalah harus berisi adanya implikasi adanya data untuk menyelesaikan masalah, 5) masalah harus menjadi dasar judul penelitian. Secara umum pokok permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah maka penulis menggunakan jenis permasalahan Deskriptif (Sugiyono, 2006:35) yaitu Suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut maka masalah yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah: Bagaimana Implementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke LPG ( Liquefied Petroleum Gas) Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember? Tujuan Penelitian Setiap kegiatan penelitian yang diteliti dan meneliti pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian merupakan bentuk dari keinginan yang dapat dicapai dari kegiatan penelitian yang dilakukan, karena pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang diperoleh setelah penelitian selesai dilakukan. Menurut Arikunto (1994:49) yang dimaksud dengan tujuan penelitian adalah: Tujuan penelitian merupakan kalimat yang menunjukkan sesuatu ingin diperoleh setelah selesai penelitian. Dilihat dari isinya, sesuatu yang ingin diperoleh merupakan tujuan penelitian. Tujuan tersebut merupakan jawaban dari masalah penelitian. Berdasarkan pendapat diatas tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendepenelitiankan implementasi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian diharapkan mempunyai kegunaan, berdasarkan dari hasil penelitian, dalam hal ini kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, wawasan bagi penulis dan sebagai media pengembangan keilmuan dan cakrawala berpikir. 2. Penelitian ini diharapakan memberikan masukan positif kepada pihak yang terkait, baik Pemerintah Daerah dan Pertamina. Bagi Pemerintah Daerah mampu memberikan pemahaman tentang kebijakan konversi minyak tanah ke LPG, sehingga mengantisipasi berbagai permasalahan yang akan muncul dalam masyarakat. Sedangkan untuk Pertamina sebagai implementator dapat peka terhadap setiap permasalahan yang mucul di lapangan agar kegagalan kebijakan tidak terulang kembali. 3. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi masyarakat dalam menyikapi kebijakan konversi minyak tanah ke LPG yang

6 mempengaruhi kehidupannnya, sehingga masyarakat lebih aktif dan responsif terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terutama yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak. 4. Diharapkan dapat memberikan kegunaan akademis, yaitu sebagai bahan referensi dan kepustakaan di bidang kebijakan publik, bagi mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara dalam memecahkan masalah yang harus dilakukan dengan langkah-langkah yang benar sesuai dengan ketentuan yang ada. Dengan menggunakan metode penelitian, diharapkan peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Pengertian metode penelitian menurut Surakhmad (1994:13) Met ode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji suatu hipotesa. Berpijak dari uraian diatas, maka dalam hal ini penulis mempergunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. tipe dan paradigma penelitian; 2. teknik penentuan lokasi penelitian; 3. teknik penentuan informan; 4. teknik pengumpulan data. Tipe dan Paradigma Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah paradigma penelitian kualitatif atau biasa disebut paradigma naturalistik atau konstruktif, hal ini berdasarkan pemikiran para ahli research yang salah satunya adalah John. W. Creswell (2002) sebagaimana dikutip oleh Riant Nugroho (2008: ) yang mengelompokkan paradigma penelitian menjadi dua yaitu Pardigma kuantitatif yang disebut juga paradigma tradisonal, positif, eksperimental, dan empiris kemudian paradigma kualitatif, konstruktif, atau naturalistik. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa Metodelogi kualitatif sebagai prosedur peneltian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku diamati. Tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendepenelitiankan apa-apa yang saat ini berlaku. Upaya mendepenelitiankan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabelvariabel yang ada. Teknik Penetuan Lokasi Penelitian Lokasi peneltian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh dan mempermudah dalam mencari data yang diperlukan untuk menjawab masalah yang ditentukan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Teknik Penentuan Informan Informan adalah orang-orang tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang diperlukan oleh peneliti didalam proses penelitiannya. Karena orang tersebut dianggap memiliki

7 pengetahuan tentang data-data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang dirumuskan dalam penelitian tersebut. Informan digunakan sebagai salah satu sumber data primer. Jumlah informan yang disesuaikan dengan kebutuhan akan informasi yang diperlukan, metode yang digunakan dalam penentuan informan menggunakan purposif. Purposif menurut Sugiyono (2005:96) Penentuan informan dengan pertimbangan tertentu. Jadi penelitian ini menggunakan metode purposif dengan mempertimbangkan kriteria informan. Jumlah informan dalam penelitian deskriptif data kualitatif yang sudah ditentukan menurut metode purposif dan kriteria informan maka informan yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bapak Sungkono, selaku Kepala Kelurahan Tegal Besar. 2. David Rahardja, selaku Manajer Operasional PT. Intermedia Graphika. 3. Saifudin Zuhri S.H selaku Team Leader PT. Intermedia Graphika. 4. Masyarakat yaitu ibu Normalasari, bapak Soleh Solihun, bapak Nur Yasin selaku penerima kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar. Teknik Pengumpulan Data Supaya diperoleh data yang akurat, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: Interview (wawancara) Metode wawancara juga disebut metode interview. Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman ( guide) wawancara. Inti dari metode wawancara ini bahwa setiap penggunaan metode ini selalu muncul beberapa hal, yaitu pewawancara, responden, materi wawancara dan pedoman wawancara (yang terakhir ini tidak harus selalu ada). Hal pertama yang akan penulis lakukan dalam wawancara ialah: 1. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian. 2. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai. 3. Menerangkan bahwa dalam wawancara tersebut responden dapat mempercayai peneliti. Urutan-urutan tersebut dimaksudkan agar keraguan responden serta rasa curiga dapat dihilangkan. Disamping itu akan mampu mendorong responden untuk memberikan keterangan secara terbuka dan jujur. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera yakni mata, telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi partisipatif yang adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan ke lokasi penelitian. Tujuannya ialah untuk mengetahui dan melihat keadaan daerah penelitian dan mengamati kegiatan serta gejala-gejala yang ada di dareah penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumentasi Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk

8 menelusuri data historis. Peneliti menggunakan dokumen-dokumen yang ada di daerah penelitian guna mendukung dan menambah bukti-bukti dari sumber-sumber lain. Dokumen yang dimaksud bisa berupa arsip-arsip surat (gambar atau foto), kesimpulan rapat, laporan-laporan tertulis dan dokumen intern lainnya yang relevan dengan fokus penelitian. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa dengan model interaktif. Seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:20) bahwa didalam model analisis interaktif terdapat empat aktifitas/kegiatan yang harus dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang oleh peneliti, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Model analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan sebagai berikut. Reduksi data Dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan penulis di lapangan. Data yang diperoleh di lokasi penelitian (lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan itu kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicarikan tema atau polanya. Penyajian data Untuk memudahkan peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian. Penyajian dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan Yaitu menarik kesimpulan setelah melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan memberi pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan tentatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Impelementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dengan Model George Edward III Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan konversi Mitan ke LPG di kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember maka dilakukan observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan model implementasi kebijakan George Edward III melalui variabel komunikasi, sumber-sumber, kecenderungankecenderungan dan faktor strukur birokrasi. Komunikasi dalam implementasi kebijakan mempunyai peran tidak hanya bagi para pelaksana tetapi juga bagi policy maker. Karena bagaimanapun juga para policy maker dalam meminta pelaksana tidak sekedar dengan petunjuk yang jelas tapi adalah adanya konsistensi komunikasi dari atasan ke bawahan. Dengan demikian, komunikasi akan mempengaruhi

9 tercapainya tujuan dari kebijakan program sampai pada terlaksananya secara efektif. Faktor utama yang berpengaruh terhadap komunikasi adalah transmisi. Sebelum pejabat mengimplementasikan suatu keputusan, maka dia harus menyadari bahwa suatu keputusan yang dibuat dan suatu perintah untuk melaksanakan yang telah dikeluarkan. Banyak sekali ditemukan keputusan-keputusan kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg yang telah dikeluarkan. Maka untuk membuktikan hal itu, peneliti mencoba melakukan wawancara langsung dengan informan yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan konversi tersebut. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak David Rahardja Manager Operasional PT. Intermedia Graphika yang menyatakan bahwa: Semua keputusan dalam pelaksanaan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG 3 Kg sudah ditetapkan dalam SK Wapres No. 20/WP/9/2006 tentang konversi minyak tanah ke LPG. Selain itu untuk memperjelas implementasi kebijakan tersebut perlu dijelaskan kembali dalam petunjuk pelaksanaan kebijakan. (wawancara tanggal 20 Oktober 2009) Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwasannya implementasi kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg dapat mengetahui secara jelas keputusankeputusan dan perintah yang dikeluarkan dalam prosedur pelaksanaan kebijakan tersebut. Menurut George Edward III ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransformasikan perintah-perintah implementasi. Pertama, pertentangan pendapat antara pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Mengenai hambatan ini, menurut Saifudin Zuhri S.H Team Leader PT. Intermedia Graphika menyatakan: Semua prosedur kegiatan sudah dijelaskan dalam pelatihan training of trainer, untuk tim manajemen direkrut karena sudah banyak mempunyai pengalaman untuk berhadapan dengan masyarakat dan mendapat pelatihan selama 4 hari dalam menangani pekerjaan pendistribusian. Untuk surveyor sendiri kami berikan pelatihan selama 2 hari dengan materi tata cara form dan pendataan etika berwawancara dengan masyarakat. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pertentangan dalam hal tersebut.sedangkan hambatan kedua mengenai sosialisasi, bapak David Rahardja Manager Operasional PT. Intermedia Graphika di Jember yang menangani di Kelurahan Tegal Besar menyatakan: Bahwa sosialisasi kepada masyarakat kami lakukan dengan berbagai tahap sosialisasi pertama dengan pemerintah kabupaten yang nanti disampaikan kepada jajaran kecamatan sampai pada perangkat desa yang akan menerima distribusi kompor LPG 3 Kg tersebut. Hal ini kami lakukan untuk menyingkat waktu dan lebih efektif serta efisien. Tahap kedua adalah sosialisasi yang dilakukan oleh tim kami kepada masyarakat tentang penggunaan, perawatan, serta penanggulangan apabila ada masalah dengan kompor LPG 3 Kg yang kami distribusikan, sosialisasi semacam ini kami namakan dengan edukasi kepada masyarakat dengan cara praktek langsung atau demontrasi penggunaannya didepan masyarakat oleh tim kami didampingi perangkat desa setempat.

10 Dalam edukasi ini menjelaskan juga tata cara penggunaan yang aman, karena banyak masyarakat yang takut terhadap kompor LPG. Banyak isu yang meledak, padahal yang meledak adalah ruangan rapat apabila terjadi kebocoran terhadap sambungan tabung serta slang pada katup kompor. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Sedangkan dari kalangan masyarakat penerima konversi Mitan ke LPG 3 Kg peneliti melakukan wawancara dengan bapak Soleh Solihun yang mengungkapkan, Cukup berat menjalani konversi nantinya, kalau masalah efektifitas memang lebih baik LPG, namun karena saya dan sebagian warga di tempat saya dari kalangan menegah ke bawah, maka penggunaan minyak tanah menjadi solusi terakhir, harga minyak di kota Jember berkisar Rp. 2300/liter Rp. 2500/liter sebelum ada konversi, sedangkan sesudah adanya konversi minyak tanah ke LPG menjadi Rp. 4500/liter. (wawancara tanggal 17 Oktober 2009) Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa di Kelurahan Tegal Besar ditemukan kurangnya sosisalisasi kepada masyarakat sebelum pendistribusian di daerah tersebut. Agar pelaksanaan implementasi kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg dapat berjalan lancar dan mencapai hasil maksimal, maka dibutuhkan suatu kejelasan dalam pelaksaaan informasi mengenai pelaksanaan kebijakan konversi Mitan ke LPG di Kelurahan Tegal Besar. Jika terjadi ketidakjelasan pesan komunikasi maupun informasi akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah. Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan bapak Saifudin Zuhri S.H Team Leader PT. Intermedia Graphika menyatakan, Dengan mengacu pedoman pelaksanaan kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg, tentunya semua pihak yang terkait baik pelaksana maupun tokoh masyarakat yang menerima kompor dan tabung LPG 3 Kg dapat mengetahui secara jelas dan terperinci tentang bagaimana pelaksanaan kebijkan tersebut. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Mengenai kejelasan tentang tujuan konversi kepada masyarakat, bapak Saifudin Zuhri S.H lanjut menjelaskan, Masyarakat lebih banyak menerima pemahaman tentang tata cara penggunaan teknis kompor dan tabung LPG 3 Kg daripada pemahaman tentang tujuan konversi Mitan ke LPG, karena masyarakat lebih bersikap acuh tak acuh terhadap pemahaman tersebut, sehingga pemahaman lebih diberikan ke perangkat desa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, hal tersebut dilakukan terkait dengan keefisienan waktu pelaksana. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Dari wawancara itu dapat dilihat bahwa mengenai kejelasan tujuan konversi kepada masyarakat masih ada kurangnya penjelasan secara detil kepada masyarakat terkait maksud tujuan program ini. Faktor Sumber Daya Faktor sumber daya berkenaan dengan bagaimana ketersediaan sumber daya pendukuung khususnya sumber daya manusia. Sumber-sumber tersebut adalah staf, informasi, wewenang, dan fasilitas. Dalam wawancara penulis dengan bapak David Rahadja Manajer Operasional PT. Intermedia Graphika beliau menjelaskan, Terkait dengan SDM yang ada di

11 lapangan dalam distribusi kompor LPG terbagi menjadi manager operasional, team leader, divisi umum, tim manajemen atau koordinator soft copy, tim manajemen atau koordinator hard copy, tim manajer survey lapangan, dan tim manajemen distribusi. Untuk tim manjemen terbagi menjadi 4 kelompok yaitu tim manajemen atau koordinator surveyor lapangan (KSL) yang dibantu oleh para tenaga surveyor, tim manajemen soft copy yang dibantu oleh tenaga pengentri data dari tim pendataan, tim manajemen hard copy yang dibantu tenaga administrasi yang memeriksa berkas masyarakat terhadap data entri yang sudah siap divaliditasi, tim manajemen distribusi yang dibantu oleh anggotanya yang bertugas mengirim barang kepada masyarakat dengan armada pengirimannya. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Sementara terkait masalah informasi beliau menambahkan, Informasi mengenai sosialisasi pelaksana lapangan sebagai rekanan kerjasama sudah sangat jelas. Dalam melakukan sosialisasi PT. Pertamina didampingi dari pihak PT. Intermedia Graphika sebagai rekanannya dalam pelaksanaan konversi Mitan ke LPG 3 Kg yang pertama kali. Sedangkan proses sosialisasi selanjutnya diteruskan oleh pelaksana lapangan mulai dari team leader sampai surveyor. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Menyikapi sumber lain dalam pelaksanaan yang juga tak kalah penting yakni mengenai wewenang, bapak David Rahadja Manajer Operasional PT. Intermedia Graphika lanjut menjelaskan, Terkait dengan masalah tugas dan wewenang, kami diberikan hak sepenuhnya dalam mengatur para karyawan dalam menjalankan kebijakan konversi Mitan ke LPG yang dilaksanakan di Kabupaten Jember ini. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Peneliti juga mewawancarai masyarakat penerima kebijakan ini yakni bapak Nur Yasin yang menyatakan, Pada waktu pembagian kompor dan tabung LPG 3 Kg dari pemerintah, barang-barang ditaruh didekatnya jalan raya besar karena truknya tidak bisa masuk kesini. Untuk pungutan biaya tidak ada ada mas, dan warga sangat senang karena mendapat bantuan berupa kompor tersebut secara gratis. (wawancara tang gal 1 November 2009) Sedangkan untuk masalah fasilitas, penulis mewawancarai bapak Saifudin Zuhri S.H Team Leader PT. Intermedia yang menjelaskan, Alat transportasi sangat dibutuhkan dalam melakukan survey dan pendistribusian kompor, tabung LPG 3 Kg serta regulator ke desa atau kelurahan. Medan yang ditempuh di tiap desa tidak sama. Biasanya mas, untuk dearah yang sulit dijangkau dilakukan pen-dropping-an di tempat terdekat dari daerahnya kemudian diangkut menggunakan gerobak. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Dari hasil-hasil wawancara penulis dengan para narasumber diatas, faktor sumber daya yang mencakup staf, informasi, wewenang, dan fasilitas, secara umum tidak terjadi adanya kendala. Faktor Kecenderungan-Kecenderungan Disposisi dalam kebijakan publik ini diartikan sebagai kecenderungan, keinginan,dan kesepakatan para pelaksana untuk melakukan kebijakan (Edward III dalam Winarno 2002:142). Didalam

12 pelaksanaan kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar telah mengalami permasalahan di lapangan, maka antar pelaksana menyusun suatu kesepakatan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai contoh untuk masalah administrasi yakni kelengkapan dokumen, bapak David Rahadja Manajer Operasional PT. Intermedia Graphika menjelaskan, Permasalahan yang terjadi biasanya adalah tertib administrasi pada kepemilikan warga tidak lengkap. Banyak warga yang tidak dapat menunjukkan KTP maupun KK yang menjadi prasyarat untuk menerima paket. Sehingga perangkat desa biasanya bertindak dalam pengurusan tersebut, warga dikenakan biaya yang tidak teratur Undang-Undang untuk nominal pengurusannya, ada yang ditarik lima ribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah. Selain itu pada waktu pendistribusian warga banyak protes karena mereka tidak menerima paket barang kompor LPG 3 Kg karena tidak terdata, sehingga ada permintaan untuk pendataan ulang. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Sedangkan untuk membuktikan sejauh mana komitmen warga dalam menerima kebijakan konversi ini, penulis mewawancarai ibu Normalasari warga Tegal Besar yang mengungkapkan, Kalau saya sih mau, apalagi diberikan peralatan gratis. Tapi intinya masyarakat itu ingin lancar jangan sampai sudah terlanjur beralih ke LPG ternyata nanti mencari LPG saja susah. (wawancara tanggal 18 Oktober 2009) Dengan demikian dalam implementasi kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dapat disimpulkan bahwa kecenderungan yang dimiliki pelaksana maupun penerima barang paket kompor dan tabung LPG 3 Kg adalah mendukung kebijakan ini. Faktor Struktrur Birokrasi Adanya kemungkinan suatu kebijakan tidak berjalan dengan baik disebakan karena terdapat kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melaksanakan koordinasi dengan baik. Menurut Edward III (dalam Winarno, 2004:151) ada dua karakteristik utama dalam dari birokrasi yakni prosedurprosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standart Operating Producers (SOP) dan fragmentasi. Dalam hal SOP peneliti mewawancarai bapak Saifudin Zuhri S.H Team Leader PT. Intermedia Graphika yang menyatakan bahwa, Semua prosedur pelaksanaan sudah ditulis dalam petunjuk teknis pelaksanaan, dan sudah dijelaskan kembali pada saat rapat koordinasi. Jadi semua pelaksana di lapangan sudah jelas dan bisa mengerjakan tugasnya dengan baik. Sebagai pelaksana di lapangan saya memiliki tanggung jawab yang besar, karena pihak Pertamina sudah memberikan kepercayaan kepada perusahaan kami sebagai rekanan dalam program konversi Mitan ke LPG di 13 kecamatan di Kabupaten Jember, termasuk di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates. Semua pelaksana yang terlibat dalam program konversi di Kelurahan Tegal Besar sering mengadakan rapat koordinasi. Sedangkan untuk pemerintah setempat berkoordinasi dalam sosialisasi implementasi konversi

13 saja. (wawancara tanggal 22 Oktober 2009) Sedangkan mengenai fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab pelaksana, peneliti melakukan wawancara dengan bapak David Rahardja Manager Operasional PT. Intermedia Graphika, beliau menyatakan, Semua tugas dalam melaksanakan konversi Mitan ke LPG sudah tercantum dalam SK Menteri ESDM No K/MEM/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Penugasan PT. Pertamina (Persero) dan Penetapan Daerah Tertentu dalam Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kg Tahun (wawancara tanggal 20 Oktober 2009). Penulis juga mewawancarai bapak Sungkono Kepala Kelurahan Tegal Besar, beliau menyatakan, Posisi pemerintah dalam peranan kebijakan ini sebagai mitra dan membantu, mengawasi mereka (PT. Intermedia Graphika) yang ditunjuk Pertamina sebagai pelaksana lapangan. Sehingga pemerintah tidak terjun langsung ke lapangan dalam menjalankan kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg. (wawancara tanggal 20 Oktober 2009) Dari wawancara tesebut dapat disimpulkan bahwa pihak pelaksana (implementator) memiliki tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program konversi Mitan Ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar. Sedangkan pemerintah hanya sebatas mitra yang membantu jalannya konversi. Analisis Data Untuk menindaklanjuti penelitian ini berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti melalui proses pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan tinjauan pustaka, maka dengan demikian peneliti melakukan reduksi data dan menyajikan data lebih lengkap sesuai dengan judul penelitian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 yaitu kebijakan pemerintah untuk mengalihkan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh kelompok masyarakat ke LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator, selang secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Pelaksana kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg yang ditunjuk oleh pemerintah pusat adalah Pertamina dengan wewenang dan tugasnya adalah menyediakan tabung LPG 3 Kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung untuk rolling, selang, regulator, menyediakan gas LPG 3 Kg sebagai pengganti Mitan, mempersiapkan infrastrukur dan jalur distribusinya dan lain-lainnya. Pelaksanaan konversi di Kabupaten Jember, Pertamina bekerjasama dengan pihak ketiga yang disebut rekanan Pertamina atau konsultan surveyer melalui proses tender. Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Pertamina menunjuk PT. Intermedia Graphika sebagai rekanan atau konsultan dalam pelaksanaan konversi Mitan ke LPG 3 Kg. Jumlah penerima atau masyarakat yang menerima paket barang kompor dan tabung LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar sejumlah 6060 KK dan 190 usaha mikro. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan konversi Mitan ke LPG 3 Kg adalah:

14 1. Komunikasi kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember masih kurang efektif. Karena sosialisasi yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan konsultan hanya sampai pada perangkat pemerintah desa atau kelurahan, sedangkan masyarakat hanya menerima pemberitahuan dan tidak mendapatkan penjelasan secara detil tentang kebijakan tersebut. 2. Kecenderungan dalam pelaksanaan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember semua pelaksana maupun masyarakat luas lebih cenderung mendukung adanya kebijakan tersebut, karena warga merasa lebih hemat, mudah, dan bersih dibandingkan minyak tanah serta mendapat kompor secara gratis. 3. Struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan konversi Mitan ke LPG 3 Kg di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember sudah baik, karena pembagian tugas sudah jelas diatur dalam SK Menteri ESDM No K/MEM/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Penugasan PT. Pertamina (Persero) dan Penetapan Daerah Tertentu dalam Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kg Tahun 2007 sebagai pelaksana teknis lapangan. Tugas birokrasi pemerintah setempat hanya untuk mempermudah dan membantu masyarakat yang tidak punya KTP dan KK dengan memberikan surat keterangan pengganti KTP dan KK. Saran 1. Bagi Pemerintah. Diharapkan didalam memutuskan kebijakan, sebaiknya pemerintah pusat saling berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar tidak terjadi pemotongan hierarki terkait dengan konversi Mitan ke LPG sehingga hambatan dalam pelaksanaan konversi dapat diminimalisir. 2. Bagi Para Pelaksana Konversi Mitan ke LPG di Tingkat Kecamataan dan Desa. Sebaiknya para pelaku melakukan koordinasi secara rutin, serta surveyer menjelaskan maksud dan tujuan konversi Mitan ke LPG 3 Kg digulirkan sehingga masyarakat paham terhadap kebijakan tersebut. 3. Bagi Masyarakat Tegal Besar. Diharapkan untuk mengembangkan rasa ingin tahu sehingga apabila ada kebijakan dari pemerintah masyarakat dapat mengerti dan memahami kebijakan tersebut. 4. Bagi Peneliti Lainnya. Apabila ingin melakukan penelitian serupa, sebaiknya peneliti mempersiapkan waktu, biaya dan tenaga yang besar dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal.

15 DAFTAR PUSTAKA Moleong, Lexi J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001 Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/20/M.PAN/ 04/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dengan Partisipasi Masyarakat, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Sugiyono Sugiyono (2005:96) Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: 2005 Surakhmad (1994:13) Metode Penelitian Sosial, Bandung: 1994 UU RI No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Undang Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 69.

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUIFIELD PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUIFIELD PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG (LIQUIFIELD PETROLEUM GAS) DI KELURAHAN TEGAL BESAR KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER THE IMPLEMENTATION ANALISYS OF THE POLICY OF OIL CONVERTION

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pertamina Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE.

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE. LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU Oleh : Marzolina.SE.MM NIP.19660313199002 2 001 Raden Lestari G.SE.MM NIP.19680613199032002

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI MIGAS

DATA DAN INFORMASI MIGAS DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur

Lebih terperinci

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007 Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG Agustus 2007 Latar Belakang Perlunya penghematan subsidi yang diberikan kepada minyak tanah, terutama karena harga minyak dunia selalu meningkat. Dampak lainnya:

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK Oleh : Romi Ariandy Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 43 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) di dunia telah semakin luas. Hal tersebut merupakan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi saling ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

METODE PENELITIAN. Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian 36 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2005: 55), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG PENUGASAN PT PERTAMINA (PERSERO) DALAM PENYEDlAAN DAN PENDISTRIBUSIAN

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP JENIS MINYAK

Lebih terperinci

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari

Lebih terperinci

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010

Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010 Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENDISTRIBUSIAN TABUNG LIQUEFIED PETROLEUM GAS 3 KG DAN KOMPOR GAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor termasuk krisis minyak dunia yang juga melibatkan Indonesia, dalam kasus ini semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Sikap sekelompok orang terhadap orang lain dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga dapat diartikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA BAHAN BAKAR GAS UNTUK TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Publik 2.1.1 Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah Keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi dan perasaaan yang mendorongnya untuk

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOM OR: 2790 K/12/MEM/12 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERTAMINA (PERSERO) DALAM PENYEDIAAN DAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 25297.K/l0/DJM.S/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, No.341, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN Ditanggung Pemerintah. Subsidi BBM Jenis Tertentu dan LPG. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi memainkan peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Remi (2008)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak tanah merupakan salah satu dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang keberadaannya disubsidi oleh Pemerintah. Setiap tahunnya Pemerintah menganggarkan dana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LIQUEFIED PETROLEUM GAS UNTUK KAPAL PERIKANAN BAGI NELAYAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) dan merupakan produk minyak bumi yang ramah lingkungan dan banyak digunakan oleh rumah

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsidi energi, baik listrik maupun BBM menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk membuat metode dalam menjalankan penelitian. Bab ini diawali dengan penentuan lokasi penelitian, paradigma

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung mengalami peningkatan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS/LPG DAN TABUNG LPG 3 KILOGRAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, masyarakat sudah berbodong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, artinya penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah secara kualitatif, Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

KULIAH UMUM DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL. DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi

KULIAH UMUM DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL. DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi KULIAH UMUM PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI POTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan tentang jenis dan metode penelitian, unit analisis, unit pengamatan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode

Lebih terperinci

215/PMK.03/2010 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK, BAHA

215/PMK.03/2010 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK, BAHA 215/PMK.03/2010 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK, BAHA Contributed by Administrator Friday, 03 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN (JAMKESMAS) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO. Oleh: Nur Aini Mayasiana Dosen Universitas Islam Jember

KEBIJAKAN PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN (JAMKESMAS) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO. Oleh: Nur Aini Mayasiana Dosen Universitas Islam Jember Paradigma Madani Vol. 3 No. 2 November 2016 KEBIJAKAN PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN (JAMKESMAS) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO Oleh: Nur Aini Mayasiana Dosen Universitas Islam Jember Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini dapat menarik suatu ciri atau

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini dapat menarik suatu ciri atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini dapat menarik suatu ciri atau gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan meneliti mengenai dampak ibu bekerja sebagai TKW di luar negeri terhadap berubahnya peran dan fungsi anggota keluarga. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 73 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Kemudian dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada PT Duta Bangsa Mandiri bertempat di JI. Raya Bromo Desa Rejo

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada PT Duta Bangsa Mandiri bertempat di JI. Raya Bromo Desa Rejo BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah pada PT Duta Bangsa Mandiri bertempat di JI. Raya Bromo Desa Rejo Salam, Pasrepan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan BAB III METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara tepat sifat-sifat

Lebih terperinci

MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA

MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 3175 K/lO/MEM/2007 TENTANG PENUGASAN PT PERTAMINA (PERSERO) DAN PENETAPAN DAERAH TERTENTU

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data tertentu sebagai suatu cara pendekatan ilmiah sehingga skripsi ini layak sebagai karya

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KG DI KELURAHAN AREN JAYA KECAMATAN BEKASI TIMUR KOTA BEKASI TAHUN 2007

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KG DI KELURAHAN AREN JAYA KECAMATAN BEKASI TIMUR KOTA BEKASI TAHUN 2007 Sucy Feriyanti, Evaluasi Implementasi Program Konversi Mitan ke LPG 1 EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KG DI KELURAHAN AREN JAYA KECAMATAN BEKASI TIMUR KOTA BEKASI TAHUN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang

III. METODE PENELITIAN. penelitian (sesorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang 36 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang menggambarkan fenomena sosial tertentu. Hadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian dibutuhkan yang namanya sebuah rancangan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian dibutuhkan yang namanya sebuah rancangan untuk 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Jenis Penelitian Dalam penelitian dibutuhkan yang namanya sebuah rancangan untuk meneliti, dan juga mengemukakan jenis penelitian apa yang akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Maret 2018

KATA PENGANTAR. Semarang, Maret 2018 KATA PENGANTAR Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, pemanfaatan energi baru dan energi baru terbarukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam (Tohirin, 2012:2), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan, akan tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan campuran (Mix Design). Menurut Creswell (2010, hlm. 5) penelitian metode campuran merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yakni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dilihat dari obyek penelitiannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Moleong (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III ini akan membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk membuat metode dalam menjalankan penelitian. Bab ini diawali dengan penentuan lokasi penelitian, paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Wimmer dan Dominick menyebut pendekatan sebagai paradigma, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan 39 BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dan peneliti menggunakan jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. meliputi: (a) Pendekatan dan jenis penelitian; (b) Kehadiran peneliti; (c) Data dan

BAB III METODE PENELITIAN. meliputi: (a) Pendekatan dan jenis penelitian; (b) Kehadiran peneliti; (c) Data dan BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini akan dibahas beberapa hal tentang metode penelitian meliputi: (a) Pendekatan dan jenis penelitian; (b) Kehadiran peneliti; (c) Data dan sumber data; (d) Prosedur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia juga meningkat, oleh karena itu dibutuhkan pula penambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pada tahun 2007 sampai 2010 telah menjakankan sebuah program yang dikenal sebagai program konversi minyak tanah ke LPG(liquefied Petroleum Gas). pemerintah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini karena penelitian kualitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak

Lebih terperinci