Link Budget For Dummies. Jarak Pemancar-Penerima=R

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Link Budget For Dummies. Jarak Pemancar-Penerima=R"

Transkripsi

1 Link Budget For Dummies Dokumen ini dibuat untuk pemula di bidang telekomunikasi, bahkan untuk yang sama sekali belum pernah belajar telekomunikasi diharapkan juga dapat mengerti. Hanya satu syaratnya yaitu TIDAK ALERGI dengan matematika. Kita lihat.!!!!!! Sebelum melangkah lebih jauh kita bahas terlebih dulu pengertian link budget. Apa itu link budget? Kita sepakati saja secara singkat link budget itu merupakan perhitungan daya pancar sinyal dari pemancar sampai ke penerima, sehingga informasi yang ada didalam sinyal tersebut dapat diterima dengan baik (mengingat adanya sinyal gangguan (noise) dan pelemahan sinyal ( absorbtion dan attenuation )). Semoga jelas. Kita hindari dulu rumus-rumus yang memusingkan. oba kita pakai logika untuk mendapatkan sense power/daya sinyal yang dipancarkan dari suatu sumber dan diterima oleh antena penerima penerima. Bayangkan perangkat alat komunikasi sebagai berikut: Antena Pemancar Antena Penerima HPA Jarak Pemancar-PenerimaR Logika kita akan berpikir sebagai berikut: Sinyal keluaran HPA akan dipancarkan oleh antena pemancar. Sinyal ini kemudian menyebar dan merambat di angkasa/udara. Sebagian sinyal kemudian ada yang sampai ke antena penerima dan ditangkaplah sinyal itu oleh antena penerima. Memang seperti itulah yang terjadi, gampang sekali. amun dari logika dasar ini muncul banyak pertanyaan yang bisa dikembangkan dan akan kita bahas. Beberapa pertanyaan itu adalah:. kalau tadi dikatakan bahwa sinyal dari antena pemancar disebar ke udara/angkasa, lalu bagaimanakah penyebarannya?apakah rata ke semua arah ataukah dominan ke arah tertentu. Kalau sinyal yang tersebar itu memang terarah lalu siapa yang mengarahkannya? Dan apa akibatnya kalau sinyal itu terarah?. Kalau tadi dikatakan sebagian sinyal sampai dan ditangkap oleh penerima, maka berapa besar? Tergantung dari apakah besarnya sinyal yang tertangkap ini? Dari dua pertanyaan di atas, sedikit demi sedikit kita kembangkan diskusi kita ini. Kita jawab pertanyaan pertama: Kalau toh kita masih belum tahu apakah penyebarannya merata kesegala arah atau terarah ke arah tertentu, kita uji saja secara logika. Logika ini hanya membutuhkan bayangan kita tentang antena secara fisik dan prinsip pemantulan. Masih ingat prinsip pemantulan? Itu lho yang sudut datang (sudut antara sinyal datang dengan garis normal (garis yang tegak

2 lurus dengan bidang pantul)) sama dengan sudut pantul (sudut antara sinyal pantul dan garis normal). Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah: bidang pantul i r i r Keterangan: i sudut datang r sudut pantul garis normal ( bidang pantul ) Tentu prinsip pemantulan itu bukan hal yang baru untuk kita semua. ah sekarang kita gunakan prinsip pemantulan itu untuk melihat apa yang terjadi dengan antena. Kita bayangkan dua buah antena, yang satu antena parabola dan yang satu adalah mirip parabola tapi bidang pemantulnya (reflektornya) datar, kita sebut saja antena datar. Apa yang terjadi dengan kedua antena tersebut? Kita uji sebagai berikut: Antena parabola antena datar Bidang pantul (reflektor) Sinyal datang Sinyal pantul Terlihatlah dengan jelas adanya perbedaan penyebaran akibat berbedanya bidang pantul (reflektor). Pada antena parabola sinyal dari suatu sumber akan dipantulkan dan pantulannya cenderung mengumpul, berbeda sama sekali dengan pemantul datar yang akan menyebarkan sinyal pantul. Jadi jelas bahwa sinyal akan dipancarkan oleh antena dengan penyebaran tertentu sesuai dengan bentuk geometris antena. Lalu, apakah efek dari penyebaran yang tidak merata alias terarah ini? Konsekuensinya, berarti pada arah tertentu sinyal yang dipancarkan lebih kuat dipandingkan dengan sinyal arah yang lain. Bukankah ini suatu hal yang

3 menguntungkan? ukup kita arahkan antena pemancar ke antena penerima, sedemikian sehingga pada arah itu merupakan arah yang sinyalnya paling kuat. Tapi ingat, kuatnya sinyal ke arah tertentu di kompensasi oleh rendahnya kekuatan sinyal pada arah yang lain, sehingga total energi sinyal yang dipancarkan adalah tetap. Atas hal tersebut, maka didefinisikanlah antena gain di arah tertentu yaitu perbandingan kekuatan sinyal yang dipancarkan ke arah tertentu tersebut dengan kekuatan rata-rata sinyal (yaitu jika sinyal yang dipancarkan merata ke segala arah). Jika tidak ada penjelasan arah, maka harga G merujuk pada gain antena maksimum yaitu yang searah dengan sumbu antena. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut, yang merupakan plot kekuatan sinyal pancar ke arah tertentu: rata-rata kekuatan sinyal kekuatan sinyal antena aktual O D D Dimana G O... () menunjukkan arah pancar, dihitung dari sumbu simetri antena G akan maksimum pada arah sumbu simetri antena D dan O masing-masing dalam satuan intensitas/kekuatan sinyal yaitu watt/m Gain ini biasanya dinyatakan dalam satuan dbi (decibell intensity) 0 log (D/O)...() Untuk lebih memberikan sense tentang gain antena ini, maka kita bisa menganalogikannya dengan bola lampu. Bola lampu yang diletakkan di tengah-tengah ruangan yang besar, akan bersinar menerangi seluruh arah ruangan. Jika kita membutuhkan ruangan yang lebih terang, apa yang biasanya kita lakukan? Salah satu caranya adalah membuat selubung disekitar bola lampu tersebut (seperti halnya lampu belajar), maka kita akan mendapatkan cahaya yang lebih terang ke arah tertentu, sedangkan ke arah lain tampak lebih gelap dari sebelumnya. Kita bisa mengatakannya masing-masing arah mempunyai tingkat terang yang berbeda-beda karena gain ke arah masing-masing berbeda dan total daya/energi listrik yang terpakai akan tetap sama. Jadi masalahnya HAYA masalah MERATA TIDAKYA PEYEBARA, BUKA BERTAMBAHYA EERGI SIYAL. Sekarang kita melangkah pada pembahasan pemakaian gain dalam intensitas sinyal. Sekali lagi kita kembali pada logika. Kita tinjau masalah berikut: Seorang teknisi sedang mengukur intensitas sinyal di suatu titik pada arah dan jarak tertentu dari antena pemancar. Dia melakukan pengukuran pada dua jenis antena sebagai berikut:

4 a. Antena merupakan antena yang memancarkan sinyal ke segala arah secara merata. Pada antena ini dia masukkan sinyal sebesar watt. Dia ukur intensitas sinyal di titik tadi (sebut titik A) dan dia dapatkan suatu harga b. Antena merupakan antena yang mempunyai gain ke arah titik A sebesar 0. Maka jika sinyal masukan besarnya sama dengan semula yaitu watt, bagaimanakah intensitas sinyal yang terukur sekarang jika dibandingkan dengan antena? Dengan logika mudah, kita akan menjawab intensitas yang terukur sekarang mesti 0 kali lipat dari intensitas akibat antena. Kenapa? Karena oleh antena sinyal yang kearah A akan diperkuat 0 kali. Sederhana sekali. Jadi dari sini bisa kita simpulkan bahwa intensitas sinyal di suatu penerima bergantung pada besarnya daya input (dalam watt) di antena pemancar dan gain ke arah penerima tersebut. Hal inilah yang kemudian melahirkan suatu parameter yang sangat penting sebagai karakteristik sistem pemancar yaitu apa yang disebut sebagai EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power) yang tidak lain merupakan perkalian antara power input (dalam watt) antena pemancar dengan gain antena, atau secara matematis dinyatakan sebagai: EIRP P G.() EIRP biasnya dinyatakan dalam dbw(0 log (P X G)) Pembahasan tentang pengaruh pemancar pada kekuatan sinyal oleh penerima sudah kita tuntaskan. Kita tinjau lebih jauh lagi, mengingat bahwa intensitas sinyal pada penerima bukan hanya ditentukan oleh EIRP tetapi juga oleh jarak. Semakin jauh jarak penerima dari pemancar maka semakin lemahlah sinyal yang diterimanya. Kita ingat bahwa sinyal dari pemancar pada dasarnay dipancarkan ke segala arah tapi dengan penyebaran yang tidak merata. Dengan demikian semakin jauh dari pemancar, luas permukaan yang ditempuh oleh sinyal (yang tidak lain adalah permukaan bola) juga semakin besar. Mengingat bahwa luas permukaan bola adalah 4 R dimana R adalah jari-jari bola, maka intensitas sinyal pada penerima yang berjarak R dari pemancar bisa dinyatakan dalam: EIRP I watt/m (4) 4R Besaran I di atas menunjukkan kekuatan sinyal pada penerima atau dengan kata lain merupakan kerapatan daya sinyal per satuan luas. Dengan demikian kalau sekarang kita ditanya besarnya daya sinyal yang ditangkap oleh penerima, maka tidak lain merupakan intensitas (I) dikalikan dengan luas antena penerima (A). Tidak semua permukaan antena penerima menangkap sinyal, seperti misalnya akibat terhalang oleh LB, feed antena dsb, maka luas permukaan yang dipakai bukanlah luas geometri (A g ) antena tapi luas permukaan effektif (A eff ) antena. Hubungan antara keduanya adalah: A eff Ag r.(5)

5 Dengan effsiensi antena (umumnya berharga antara 60%-70%) dan r jari-jari antena penerima. Maka dengan demikian kita sudah familiar dengan istilah effisiensi antena dan luas effektif dan kita bisa menyatakan besarnya daya/energi sinyal yang ditangkap oleh penerima sebagai berikut: P G 4R A I Aeff eff (6) Ada kalanya dalam suatu perhitungan daya yang ditangkap oleh penerima, A eff antena penerima tidak digunakan, tetapi dipakai Gain antena. Ini dimungkinkan mengingat adanya hubungan antara A eff dan Gain, yaitu yang dikenal sebagai rumus universal antena atau universal antenna formula: 4A G eff...(7) Dimana (meter) adalah panjang gelombang sinyal yang dipancarkan dan diperoleh dari cepat rambat cahaya (meter/detik) dibagi frekuensi (Hz). Ingat bahwa gain dalam rumus tersebut merupakan gain maksimum yaitu kearah sumbu simetri antena atau 0 o Dari rumus universal antena di atas terlihat bahwa semakin luas sebuah antena akan menghasilkan Gain yang semakin besar dan ini berarti sinyal semakin mengumpul (semakin terbatas penyebarannya). Hal ini sesuai juga dengan analogi bola lampu yang terselubung (misal lampu belajar), dimana semakin luas/lebar selubung pembatasnya, maka di depan bola lampu tersebut akan semakin terang yang menunjukkan adanya hubungan langsung antara gain dan luas selubung/antenna. Dari rumus itu pula kita dapatkan suatu hal yang sangat menarik yaitu berbedanya panjang gelombang sinyal yang dipancarkan akan menghasilkan gain antena yang berbeda juga, meskipun digunakan antena yang sama. Jadi suatu antena akan mempunyai gain yang berbeda-beda, jika panjang gelombang sinyal yang dipancarkannya berbeda. Hal ini nanti kita diskusikan lebih detail pada bagian lampiran. Rumus (7) jika dimasukkan ke rumus (6), akan menghasilkan rumus lengkap sebagai berikut: eirp G 4 4 R Dimana: eirp G 4R. (8) 4R dikenal sebagai free space loss atau L s..(9)

6 Sekarang kita coba terapkan konsep dan rumus yang telah kita bahas di atas untuk contoh kasus komunikasi up link antara PUF dan ak-. Data yang kita punya sebagai berikut: Jarak antara PUF dan Satellite 587. km Frekuensi up link 85 MHz Power Output per carrier 40 watt Antenna up link diameter 8. m Antenna effsiensi 69% Satelit antena gain ke arah PUF.65 dbi Pertama, kita hitung eirp transmiter, dimana: 4A 0 P T xg T 0log P EFF T x Eirp (dbw) log 0log P T 4 r x c f x 4x x4.05 0log 40x 8 x dbw Kedua, kita hitung free space loss atau L s, dimana: 4R L s (db) 0log 0log 0log 4R c f x0.69 4x.587x0 8 x0 8.5x db Ketiga, Gain antena penerima (satelit antena) sudah diketahui yaitu sebesar.65 dbi Maka daya sinyal yang ditangkap oleh antena penerima adalah: (dbw) dbw ah, terbayangkah kepada anda seberapa besar daya 97.9 dbw itu? Daya sebesar itu merupakan / dari daya yang dikirim oleh PUF. Jadi orang bilang sangat kuuuuuueeeeeeeecciiiiiiiiiiillllll sekali daya yang ditangkap oleh satelit dari keseluruhan daya sinyal yang kita kirim. 9 7

7 Dengan contoh penggunaan perhitungan di atas, maka saya cukupkan pembahasan daya sinyal yang ditangkap oleh penerima/receiver dari suatu pengirim/transmitter. Dan sekarang kita menginjak ke hal lain yaitu tentang oise. oise Bayangkan kejadian berikut anda alami: Anda sedang bercakap-cakap dengan teman di tepi jalan raya. Mengingat bisingnya suara yang dihasilkan oleh kendaraan sekitar, maka agar teman anda bisa menangkap apa yang anda katakan, anda akan mengeraskan suara. Apa tujuannya ini? Tidak lain adalah agar sinyal informasi (dalam hal ini suara anda) lebih besar/lebih keras dibandingkan bising tadi, sehingga teman anda sebagai penerima bisa mengerti apa yang anda katakan. Demikian pulalah yang terjadi pada saat sebuah sinyal ditransmisikan ke penerima. Agar penerima bisa menangkap sinyal informasi dengan jelas, maka daya/power sinyal yang diterima HARUS lebih besar dari noise/gangguan. Maka dalam hal link budget kita tidak bisa menghindari perhitungan noise tersebut. ontoh noise ini adalah sinyal interferensi dari jaringan terestrial dan angkasa, Dari sekian banyak noise, kita tinjau dulu satu bentuk noise yang sangat penting nantinya dalam perhitungan link budget yaitu apa yang disebut sebagai thermal noise. Thermal noise adalah noise yang berupa aliran elektron/arus akibat termal/panas. Pengertiannya sebagai berikut: Bayangkan kita mempunyai suatu resistor (R). Kemudian resistor ini kita panaskan, sehingga mempunyai temperatur/suhu T Kelvin (K). Rupanya pada ujung-ujung resistor tersebut terdapat tegangan listrik (V). Adanya tegangan listrik pada ujung resistor tersebut membuktikan bahwa ada energi listrik yang dibangkitkan pada resistor tersebut akibat energi termal/panas yang diterimanya. Seorang ahli yang bernama yquist berhasil membuat persamaa yang menghubungkan antara temperatur resistor tersebut (T) dengan daya listrik (P) yang dibangkitkan yaitu P kxtxb... (0) Dimana k konstanta boltzman.8 x 0 - J/K T Temperatur resistor dalam Kelvin (K) B bandwidth sinyal listrik tersebut (Hz). ontoh pemakain formula: Jika suatu antena mempunyai sudut elevasi yang besar, maka bisa diasumsikan bahwa antena menghadap ke matahari. Dalam keadaan tersebut, maka temperatur antena kita anggap sama dengan temperatur udara luar (sekitar 7 o atau 00 K). Sehingga kalau kita hitung daya (watt) sinyal listrik yang dibangkitkan pada ujung antena tersebut per hertz adalah: P kxtxb.8x0 x00x 4.4x0 J

8 Untunglah bahwa besar daya listrik yang dibangkitkan yang tidak lain merupakan noise bagi sinyal informasi adalah sangat-amat kecil sekali. Perlu diperjelas lagi bahwa termal noise ini merupakan suatu white noise yaitu suatu sinyal yang spektrumnya tersebar diseluruh panjang gelombang. Apa pengaruhnya? Pengaruhnya adalah dalam perhitungan total noise yang dibangkitkan, kita pakai bandwidth (B) sama dengan bandwidth untuk sinyal informasi. Misal di PUF yang mentransmisikan sinyal dengan bandwidth per-carrier adalah 4 MHz, maka dalam perhitungan total daya termal noise kita pakai juga bandwidth 4 MHz. Kalau memang besarnya termal noise ini amat sangat kecil sekali, lalu kenapa jenis noise ini perlu kita sendirikan pembahasannya? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena perhitungannya yang sangat sederhana. Kita cukup diberitahu T dan B (yang biasanya juga sudah diketahui), maka kita dapat menghitung daya noise yang dibangkitkan dengan cara yang sangat mudah. Kita bisa menyatakan bentuk noise yang lain ke analogi termal noise ini tujuannya adalah untuk memperoleh T yang sebanding dan dengan demikian kita bisa menyatakan total noise dengan satu nilai T. Kita tinjau contoh berikut: Suatu sistem penerima terdiri dari antena dan LA. Diketahui bahwa Antena noise temperatur 60K dan LA noise temperatur 50K, maka berapakah total power noise dan noise temperatur dari sistem penerima tersebut jika diketahui bandwidthnya 4 MHz? Antena menerima noise dari berbagai sumber baik itu thermal noise, terestrial noise maupun sumber-sumber noise lain. Jika diketahui noise temperatur antena 60K, maka berarti total noise tersebut besarnya equivalen dengan noise yang dibangkitkan oleh thermal noise pada resistor dengan temperatur 60K. Maka besar power noise untuk antena adalah: 6 4 P A k T B.8x0 x60x4x0 x 0 watt 6 4 P LA.8x0 x50x4x0.65x0 watt P system P A + P LA kxt A TLA xb 4.65x0 watt Receiver system noise temperature T A + T LA K () Sampai disini kita telah membahas apa itu thermal noise dan noise temperatur, serta contoh perhitungannya. Kita cukupkan pembahasan tentang noise temperature ini. Kita kembali ke awal tulisan di bagian noise ini yang menyatakan bahwa penerima akan dapat menerima sinyal informasi dengan baik apabila power sinyal informasi (sinyal carrier) cukup besar relatif terhadap sinyal noise. Berarti kita berurusan dengan rasio antara power sinyal carrier dan sinyal noise yaitu /. Dengan demikian besaran / dapat dinyatakan sebagai berikut: eirp 4R G ktb eirp G 4R T kb... () G/T merupakan besaran yang cukup penting dalam penghitungan link budget. Besaran ini memberikan sense perbandingan antara besar sinyal informasi dan noise yang sampai pada penerima (receiver). Pada panjang gelombang yang sama, sistem penerima yang mempunyai G/T yang lebih besar menandakan performansi yang lebih baik dalam arti

9 noise yang lebih kecil atau sinyal informasi/carrier yang ditangkap lebih besar. Satuan dari G/T biasanya adalah db/k yang diperoleh dari 0 log (G/T). Sinyal gangguan/noise yaitu semua sinyal selain sinyal informasi tidak hanya satu tetapi beberapa jenis. Jika kita telah ketahui noise temperatur masing-masing, noise temperatur total tinggal menjumlahkan masing-masing nilai tersebut. amun bagaimana bila yang diketahui bukan noise temperatur akan tetapi / masing-masing? Bagaimana kita menjumlahkannya? Untuk menjumlahkan / masing-masing nilai kita perlu mengingat prinsip berikut: Bahwa sinyal informasi TIDAK MUGKI bertambah, hanya sinyal noise yang mungkin bertambah. Apa arti pentingnya hal tersebut? Katakanlah kita mempunyai tiga harga carrier to noise ratio (/) dengan harga masingmasing, dan. Dari prinsip di atas kita bisa katakan bahwa: T yaitu besar sinyal informasi total T + + yaitu besar noise total, maka T i i... () Sebelum kita mencoba contoh soal penggunaan rumus () kita bahas istilah-istilah berikut: a. / per carrier. Pada kasus AK-, dari PUF kita mentransmisikan sinyal uplink sebanyak 5 carrier untuk mengisi 5 transponder di satelit. Harga / untuk masingmasing carrier itulah yang disebut / per carrier b. Tx E/S HPA IM /I. Dari HPA E/S (Earth Station) kita mentransmisikan (Tx) sinyal. Jika input dari HPA cukup besar, maka titik kerja HPA akan berada pada daerah yang non linier dan pada daerah ini, maka output HPA AKA mengandung frekuensi SELAI frekuensi sinyal input. Jika input HPA terdiri dari beberapa frekuensi carrier, maka frekuensi sinyal output terdiri dari frekuensi sinyal input itu sendiri, selisih dan penjumlahan frekuensi input serta kelipatan frekuensi input. ontoh: Jika frekuensi sinyal input adalah 0 Hz dan Hz dan melalui HPA yang titik kerjanya di daerah non linier, maka outputnya mengandung frekuensi yang sama dengan frekuensi input (0 Hz dan Hz), selisih dan jumlah frekuensi input ( Hz dan Hz) serta kelipatan frekuensi sinyal input ( 0 Hz, 0 Hz, 0 Hz..., Hz, 4 Hz, 6 Hz,...). Sinyal yang frekuensinya merupakan selisih dan jumlah dari frekuensi sinyal input

10 disebut dengan sinyal intermodulasi yang dianggap sebagai noise karena memang tidak diinginkan. c. Tx E/S Antenna ross Polarization. Sinyal informasi ditransmisikan ke dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Gelombang ini dibentuk oleh medan listrik (E) dan medan magnetik (H) yang keduanya saling tegak lurus dan sefasa serta menjalar pada arah yang sama. Gelombang terpolarisasi adalah gelombang yang medan listriknya (E) mempunyai pola arah yang tertentu. Pada kasus AK- sinyal uplink berpolarisasi horizontal (arah medan listrik adalah horizontal,searah permukaan bumi) serta sinyal downlink berpolarisasi vertikal (arah medan listrik adalah vertikal, tegak lurus permukaan bumi). Antenna ideal yang didesain untuk suatu polarisasi (katakanlah horizontal), akan benar-benar membuat semua medan listrik berarah horizontal, sehingga besar arah vertikalnya akan 0 watt. amun aktual antena untuk polarisasi horizontal tidak akan benar-benar meniadakan sinyal dengan polarisasi vertikal. Jadi suatu antena yang didesain untuk suatu polarisasi (katakanlah horizontal) akan mengarahkan medan listrik sebagian besar sinyalnya ke arah horizontal serta sebagian kecil ke arah vertikal dan perbandingan intensitas antara sinyal horizontal dan sinyal vertikal inilah yang disebut cross polarization. d. Satellite Rx Antenna ross Polarization. Suatu antena penerima yang didesain untuk menerima sinyal horizontal akan menerima sebagian besar sinyal horizontal dan sebagian kecil sinyal vertikal. Perbandingan antara besarnya sinyal horizontal dan sinyal vertikal oleh antenna satelit inilah yang disebut satellite Rx Antenna ross Polarization. e. Satellite Rx IM /I. /I di sini terjadi pada penerima (LA) di satellite f. Adjacent Satellite Interference /I. Interference oleh sinyal dari satellite yang berdekatan. Setelah memahami istilah-istilah tersebut, sekarang kita coba ke contoh penggunaan rumus () Diketahui nilai-nilai berikut:. / per carrier 5.56 db. Tx E/S HPA IM /I db. Tx E/S Antenna ross Pollarization db 4. Satellite Rx Antenna ross Pollarization 9 db 5. Satellite Rx IM /I 0 db 6. Adjacent Satellite Interference /I 0 db Maka berapakah / yang baru (/(+I)? Harga-harga di atas masih dalam satuan db, kita ubah dulu ke satuan intensitas, yaitu sebagai berikut:. / per carrier Tx E/S HPA IM /I Tx E/S Antenna ross Pollarization Satellite Rx Antenna ross Pollarization Satellite Rx IM /I Adjacent Satellite Interference /I 000 Dengan rumus () kita bisa hitung / per carrier yang baru: Dalam satuan intensitas:

11 /(+I) Dalam satuan db: /(+I) 0 log db Kini kita hampir mencapai akhir pembahasan. Apa yang dibahas diatas adalah bagaimana cara menghitung power sinyal informasi dan noise dan bagaimana cara menghitung Overall arrier to oise ratio (/) dari masing-masing / yang diketahui. Dengan demikian ada satu hal akhir yang perlu dijelaskan yaitu tahapan perhitungan link budget:. Hitung power atau intensitas sinyal informasi (arrier) sampai di penerima. Dalam hal ini gunakan rumus (8) dan kurangkan juga tiap-tiap pelemahan (attenuation) yang ada terhadap besaran ini (hasil rumus 8). Hitung oise dengan rumus (9) yaitu jika diketahui oise temperature. Dengan demikian kita ketahui /. / ini juga bisa langsung dihitung dengan rumus (0). Hitung / total dari masing-masing / yang diketahui dengan rumus () Demikian berakhirlah sudah pembahasan kita ini. Semoga bermanfaat. Dan untuk menguji pemahaman Anda silahkan uji link budget AK- berikut: Spectrum truncation Loss (db) 0. Output ircuit Loss (db) 0.98 M Sat Tx Antenna Peak Gin (dbi) 0.8 M Sat Tx Antenn Gain in dir of user (db) 0. M Sat Tx Antenna Pointing Loss (db) 0. E Satellite beam center (dbw) Satellite EIRPin dir of user (dbw) 47.7 Atmosphere attenuation (db) 0.05 E User Antenna Gain (dbi) 4 M E/S Pointng Loss(dB) 0. E

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL T U G A S SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL Oleh: Aulya Rahman 11221708 Irfan Irawan 11221718 STRATA - 1 / FTI TEKNIK ELEKTRO TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang BAB II TEORI DASAR 2.1. PROPAGASI GELOMBANG Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang didesain untuk memancarkan sinyal

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB IV LINK BUDGET ANALYSIS PADA JARINGAN KOMUNIKASI

BAB IV LINK BUDGET ANALYSIS PADA JARINGAN KOMUNIKASI BAB IV LINK BUDGET ANALYSIS PADA JARINGAN KOMUNIKASI 4.1. Tujuan Link Budget Analysis Tujuan dari perencanaan link budget analysis adalah untuk memperoleh unjuk kerja transmisi yang baik dan efisien terhadap

Lebih terperinci

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

Jenis-jenis Antena pada Wireless

Jenis-jenis Antena pada Wireless Jenis-jenis Antena pada Wireless Pengertian Antena Antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud

Lebih terperinci

SATELLITE LINK Review parameter antena, thermal noise, etc Anatomi link satelit Rugi-rugi

SATELLITE LINK Review parameter antena, thermal noise, etc Anatomi link satelit Rugi-rugi SATELLITE LINK 1. Review parameter antena, thermal noise, etc 2. Anatomi link satelit 3. Rugi-rugi 4. Analisa link budget dasar untuk kondisi clear sky dan hujan Obyektif Perkuliahan Dapat memahami antena

Lebih terperinci

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam sistem telekomunikasi. Derau atau yang sering dikenal dengan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2005 MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT LAB

Lebih terperinci

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV Transmisi Signal Wireless Pertemuan IV 1. Panjang Gelombang (Wavelength) Adalah jarak antar 1 ujung puncak gelombang dengan puncak lainnya secara horizontal. Gelombang adalah sinyal sinus. Sinyal ini awalnya

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT 3.1 Link Budget Satelit Link budget satelit adalah suatu metode perhitungan link dalam perencanaan dan pengoperasian jaringan komunikasi menggunakan satelit. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND

ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND Ifandi, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Kualitas suatu sistem komunikasi sangat ditentukan oleh kuat sinyal yang diterima. Salah satu cara agar sinyal dapat diterima secara maksimal adalah dengan mengarahkan antena

Lebih terperinci

SATELLITE LINK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

SATELLITE LINK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO SAELLIE LINK 1. Review parameter antena, thermal noise, etc 2. Anatomi link satelit 3. Rugi-rugi 4. Analisa link budget dasar untuk kondisi clear sky dan hujan 1 Obyektif Perkuliahan Dapat memahami antena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Umum Antena adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Sistem Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

Dasar Sistem Transmisi

Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Dasar Sistem Transmisi Sistem transmisi merupakan usaha untuk mengirimkan suatu bentuk informasi dari suatu tempat yang merupakan sumber ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Televisi pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu, sisi penghasil sinyal yang disebut sebagai sisi studio, dan sisi penyaluran yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO LINK BUDGET Ref : Freeman 1 LINK BUDGET Yang mempengaruhi perhitungan Link Budget adalah Frekuensi operasi (operating frequency) Spektrum yang dialokasikan Keandalan (link reliability) Komponen-komponen

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 54 LAMPIRAN 1 Pengukuran VSWR Gambar 1 Pengukuran VSWR Adapun langkah-langkah pengukuran VSWR menggunakan Networ Analyzer Anritsu MS2034B adalah 1. Hubungkan antena ke salah satu port, pada Networ

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI ANTENA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless,

BAB II TEORI DASAR ANTENA. Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, BAB II TEORI DASAR ANTENA 2.1 Umum Dilihat dari latar belakang telekomunikasi berupa komunikasi wireless, antena radio pertama dibuat oleh Heinrich Hertz yang tujuannya untuk membuktikan keberadaan gelombang

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI VSAT. Sistem komunikasi VSAT adalah salah satu aplikasi dari sistem

BAB II SISTEM KOMUNIKASI VSAT. Sistem komunikasi VSAT adalah salah satu aplikasi dari sistem BAB II SISTEM KOMUNIKASI VSAT 21 Umum Sistem komunikasi VSAT adalah salah satu aplikasi dari sistem komunikasi satelit, yaitu sistem komunikasi yang menggunakan satelit sebagai repeater nya VSAT adalah

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL) Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KEKUATAN DAYA RECEIVE SIGNAL LEVEL(RSL) MENGGUNAKAN PIRANTI SAGEM LINK TERMINAL DI PT PERTAMINA EP REGION JAWA Oleh : Hanief Tegar Pambudhi L2F006045 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN 4.1. HASIL PENGUKURAN PARAMETER ANTENA Pada proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak AWR Microwave Office 24, yang dibahas pada bab tiga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN Akbar Parlin, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2012 s.d Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Teknik Telekomunikasi, Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE

ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE TUGAS AKHIR ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Disusun Oleh : Nama : Meiza Andina

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT 3.1. Perencanaan Ruas Bumi (Ground Segment) Jaringan VSAT terdiri dari satu satelit dan dua stasiun bumi sebagai pemancar dan penerima. Jaringan VSAT mampu untuk menghubungkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pengertian sistem jaringan komunikasi Radio Gelombang Mikro yang paling sederhana adalah saling berkomunikasinya antara titik A dan titik B dengan menggunakan perangkat

Lebih terperinci

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-6 Sensor : Bagian 2 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pendahuluan : gelombang EM dan antena RF Parameter antena RF Penggunaan antena RF dalam metode geofisika

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) 3.1 Interferensi Radio FM Pada komunikasi satelit banyak ditemui gangguan-gangguan (interferensi) yang disebabkan oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR Oleh ARI PRABOWO 06 06 04 229 2 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PERENCANAAN JARINGAN

Lebih terperinci

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Dasar Komunikasi Radio.1.1 Frekuensi Frekuensi adalah jumlah siklus per detik dari sebuah arus bolak balik. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz. Satu (1) Hz adalah frekuensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Dua unit komputer 2. Path Profile 3. Kalkulator 4. GPS 5. Software D-ITG

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

CARA KERJA SATELIT. Dalam hal perencanaan frekuensi ini (frequency planning), dunia dibagi menjadi 3, yaitu:

CARA KERJA SATELIT. Dalam hal perencanaan frekuensi ini (frequency planning), dunia dibagi menjadi 3, yaitu: CARA KERJA SATELIT Primo riveral primo@raharja.info Abstrak Satelit Komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang di tempatkan di angkasa dengan tujuan telekomunikasi. Satelit komunikasi modern menggunakan

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS CROSS POLARIZATION PADA LAYANAN VSAT SATELIT TELKOM-1 SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS CROSS POLARIZATION PADA LAYANAN VSAT SATELIT TELKOM-1 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS CROSS POLARIZATION PADA LAYANAN VSAT SATELIT TELKOM-1 SKRIPSI TINNO DAYA PRAWIRA 08 06 36 644 0 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL) 2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL) BAB II PEMBAHASAN 2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL) a. Macam-macam daya Ada berbagai macam jenis daya berdasarkan penggunaannya, salah satunya

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Kualitas Sistem Komunikasi By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? KUALITAS SIGNAL PEMANCAR (TX) SUMBER (t) s i (t) n(t) r(t) h c PENERIMA (RX)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING 4.1 Analisa Profil Lintasan Transmisi Yang di Rencanakan Jaringan Transmisi Gelombang mikro yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN ANALISIS KENAIKAN NILAI AUPC TERHADAP PENURUNAN NILAI Eb/No KARENA REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK Wahyu Pamungkas 1, Anggun Fitrian 2, Sri Karina P

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN LINK MICROWAVE Tujuan utama dari perencanaan link microwave adalah untuk memastikan bahwa jaringan microwave dapat beroperasi dengan kinerja yang tinggi pada segala

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini akan membahas efisiensi spektrum dan energi dengan metode energy detection yang bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan spektrum dengan mencari

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO

BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO BAB II TEORI DASAR ANTENA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO 2.1 Umum Salah satu teknologi pengamatan vertikal atmosfer dari permukaan adalah peluncuran balon sonde atau radiosonde. Radiosonde adalah sebuah

Lebih terperinci

Perhitungan Link Budget Satelit Telkom-1

Perhitungan Link Budget Satelit Telkom-1 Perhitungan Link Budget Satelit Telkom-1 Roesdy Saad 1, Kun Fayakun 1, & Harry Ramza 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Jakarta. Jalan Limau II,

Lebih terperinci

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP 1 Topik Pendahuluan Jenis Antena Parameter Pelemahan (attenuation) Multi Antena 2 Pendahuluan Prinsip Dasar Klasifikasi Propagasi 3 Pendahuluan Prinsip dasar Antena

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

PROPAGASI. REFF : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

PROPAGASI. REFF : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POPAGASI EFF : Freeman FAKULAS EKNIK ELEKO 1 edaman uang Bebas Daya diterima antenna dgn luas permukaan efektif A terletak pada permukaan bola : P P. A 4d 2 Sumber titik radiator isotropis A terletak di

Lebih terperinci

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL MANA HILUL IRFAN 2207100051 Dosen Pembimbing : Eko Setijadi, ST., MT., Ph.D Dr. Ir. Wirawan, DEA Latar Belakang 2 Green Telecommunication

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz Disusun Oleh : BUDI SANTOSO (11411552) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Radio 2.1.1 Frekuensi Radio (RF) Penggunaan Radio Frequency (RF) tidak asing lagi bagi kita, contoh penggunaannya adalah pada stasiun radio, stasiun televisi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan dan Analisa 1. Perancangan Ideal Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget FSL (db) 101,687 Absorption Loss (db) 0,006 Total Loss 101,693 Tx Power (dbm) 28 Received

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk 3.1. Perencanaan Ruas Bumi Ruas bumi adalah semua perangkat stasiun bumi konsentrator Cipete (hub) termasuk semua terminal di lokasi pelanggan (remote).

Lebih terperinci

Makalah Peserta Pemakalah

Makalah Peserta Pemakalah Makalah Peserta Pemakalah ISBN : 978-979-17763-3-2 PERANCANGAN ANTENNA YAGI FREKUENSI 400-405 MHZDIGUNAKAN PADA TRACKING OBSERVASI METEO VERTIKAL DARI PAYLOAD RADIOSONDE RS II-80 VAISALA Lalu Husnan Wijaya

Lebih terperinci

BESAR DAN UKURAN KINERJA TELEKOMUNIKASI

BESAR DAN UKURAN KINERJA TELEKOMUNIKASI BESAR DAN UKURAN KINERJA TELEKOMUNIKASI Disusun oleh : 1. Ahmad Iqbal (15101004) Tahun angkatan 2015 2. Ajun Wicaksono (15101005) Tahun angkatan 2015 3. Andika Eka Purnama (15101006) Tahun angkatan 2015

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz

Lebih terperinci

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL) BAB II PEMBAHASAN 2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL) a. Macam-macam daya Ada berbagai macam jenis daya berdasarkan penggunaannya, salah satunya adalah daya pancar. Daya pancar atau yang sering

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Receiver Untuk ITS-SAT pada Frekuensi MHZ

Perancangan dan Pembuatan Receiver Untuk ITS-SAT pada Frekuensi MHZ JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.1, (2013) 1-6 1 Perancangan dan Pembuatan Receiver Untuk ITS-SAT pada Frekuensi 145.9 MHZ Elvira Maharani, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA 4.1 Parameter Komponen Performansi BWA Berikut adalah gambaran konfigurasi link BWA : Gambar 4.1. Konfigurasi Line of Sight BWA Berdasarkan gambar 4.1. di atas terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, spesifikasi alat, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SATELIT BAB II SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 2.1 Latar Belakang Teknologi satelit berawal dari tulisan Arthur C. Clarke (1945) yang berjudul Extra Terrestrial Relays, tulisan ini muncul karena adanya keterbatasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK

ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK Anggun Fitrian Isnawati 1 Wahyu Pamungkas 2 Susi Susanti D 3 1,2,3 Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy

Lebih terperinci

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi

DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi DESAIN DAN PEMBUATAN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY PADA RENTANG FREKUENSI 425-890 MHz DENGAN GAIN 8,5 dbi LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini dengan membandingkan interferensi maksimum dengan interferensi

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Transmisi Data. Media Transmisi Sumber/ Tujuan

Transmisi Data. Media Transmisi Sumber/ Tujuan Transmisi Data Priyanto E-mail: priyanto@uny.ac.id Yahoo_ID: pri_uny KomDat 02 Transmisi Data Sumber/ Tujuan Media Transmisi Sumber/ Tujuan Transmisi data terjadi antara pengirim dan penerima melalui media

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

BAB IV EVALUASI KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT BAB IV EVALUASI KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 4.1 Konstelasi Satelit Konstelasi satelit teledesic terdiri dari 288 satelit pada ketinggian 1375 km atas permukaan bumi dengan coverage global. Satelit

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN TUGAS AKHIR PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus elastik besi adalah... (2x10 11 N/m 2 ) 2. Besar kecepatan bunyi pada suatu

Lebih terperinci

Optimasi Single Frequency Network pada Layanan TV Digital DVB-T dengan Menggunakan Metode Simulated Annealing L/O/G/O

Optimasi Single Frequency Network pada Layanan TV Digital DVB-T dengan Menggunakan Metode Simulated Annealing L/O/G/O Optimasi Single Frequency Network pada Layanan TV Digital DVB-T dengan Menggunakan Metode Simulated Annealing Destya Arisetyanti 2208 100 118 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng, Ph.D

Lebih terperinci