PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DAKON PADA ANAK KELOMPOK B TK PAMARDI SIWI MUJA-MUJU SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DAKON PADA ANAK KELOMPOK B TK PAMARDI SIWI MUJA-MUJU SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DAKON PADA ANAK KELOMPOK B TK PAMARDI SIWI MUJA-MUJU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Sri Harnani NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016 i

2

3

4

5 MOTTO Sesungguhnya matematika bukanlah ilmu yang menakutkan, jika peletakan pengetahuan dasar matematika yang diberikan kepada anak di usia dini dengan penyampaian yang gembira, konkret dan memperhatikan aspek-aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar dan kepribadian anak anak maka anak akan dengan mudah memahami matematika pada level berikutnya. (Arriesandi) v

6 PERSEMBAHAN Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Allah AWT 2. Orang Tua tercinta 3. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. vi

7 PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN DAKON PADA ANAK KELOMPOK B TK PAMARDI SIWI MUJA-MUJU Oleh Sri Harnani NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan. Peningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan pada penelitian ini adalah menggunakan media berupa dakon yang dilaksanakan pada kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju. Kemampuan matematika yang diteliti adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 20. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat pertemuan. Subjek penelitian siswa kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju berjumlah 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa LKA dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kemampuan matematika penjumlahan pengurangan. Peningkatan kemampuan penjumlahan adalah ketika anak menyebutkan hasil penjumlahan dari biji yang ada dilumbung lumbung satu dan dua, sedangkan peningkatan kemampuan pengurangan adalah saat anak mengambil biji dilumbung dua dan disikan pada sawah-sawah untuk permainan selanjutnya. Hasil skor rata-rata dari penilaian observasi dan portofolio siklus I ke siklus II pada kemampuan penjumlahan meningkat, skornya adalah 94,22, sedangkan skor rata-rata dari penilaian observasi dan portofolio untuk kemampuan pengurangan diperoleh skor 94,30. Permainan dakon dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan pengurangan bilangan 1-20 anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju Kata kunci : Penjumlahan, pengurangan, dan permainan dakon. vii

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahuwata ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penelitian skripsi yang berjudul Peningkatkan Kemampuan Matematika Penjumlahan Pengurangan Menggunakan Permainan Dakon pada Kelompok B TK Pamardi Siwi Muja- Muju, Umbulharjo, Yogyakarta terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan belajar menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan FIP UNY yang telah memberi izin untuk penelitian. 3. Ketua Program Studi PG-PAUD yang telah memberikan izin penelitian. 4. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed dan Ibu Nur Hayati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing, membantu, dan memberikan arahan serta masukan yang sangat membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan beserta staff pegawai yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama belajar di UNY dan memberikan bantuan selama penyusunan skipsi ini. 6. Ibu Enggar Esthi Kadaryati S.Pd dan Ibu C. Nur Endah Suryani, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan guru kelas TK Pamardi Siwi Muja-Muju yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian serta bantuan selama proses penelitian. Serta anak-anak kelompok B yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tak pernah bisa terbalaskan. 8. Mas Sri Harjono yang telah mencukupi biaya selama kuliah. viii

9

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... i ii iii iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vii viii x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 G. Definisi Operasional... 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun B. Teori Belajar kognitif Anak Usia dini x

11 C. Kemampuan Matematika Anak Usia Dini D. Fungsi Matematika Anak Usia Dini E. Hakikat Operasi Bilangan F. Pengertian Penjumlahan G. Pengertian Pengurangan H. Pengertian Dakon I. Kerangka Pikir J. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tahap Penelitian C. Setting Penelitian D. Subyek Penelitian E. Prosedur Penelitian F. Jadwal Penelitian G. Teknik Pengumpulan Data H. Instrumen Pengumpulan Data I. Kisi-kisi Instrumen Penelitian J. Teknik Analisis Data K. Indikator Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Deskripsi Subjek Penelitian C. Deskripsi Data Kemampuan Penjumlahan Pengurangan Anak Pelaksanaan Pra Tindakan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Pembahasan Hasil Penelitian D. Keterbatasan Penelitian xi

12 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Penjumlahan Pengurangan Tabel 3. Kemampuan Penjumlahan Pengurangan pada Pra tindakan Tabel 4. Kemampuan Penjumlahan Pengurangan pada Pra tindakan ke Siklus I Tabel 5. Kemampuan Penjumlahan Pengurangan pada Pra tindakan ke Siklus II Tabel 6. Kemampuan Penjumlahan Pengurangan pada Pra tindakan Siklus I, Siklus II hal xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Aturan Saat Penjumlahan Gambar 2. Aturan Saat Pengurangan Gambar 3. Kerangka Pikir Gambar 4. Model Spiral PTK Kemis & Taggart Gambar 5. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ketika guru memberikan contoh cara bermain dakon Gambar 6. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ketika anak bermain dakon secara klasikal Gambar 7. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ketika guru menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan Gambar 8. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ketika anak bermain Anak bermain dakon dengan penambahan lumbung Gambar 9. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ketika anak melakukan penjumlahan yaitu menghitung biji Gambar 10. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ketika anak menghitung Biji yang diperoleh untuk pengurangan Gambar 11. Grafik rekapitulasi kemampuan penjumlahan pengurangan Pra tindakan, Siklus I, Siklus II hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian Lampiran 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 4. Instrumen Penelitian Lampiran 5. Rencana Kegiatan Harian Lampiran 6. Daftar Rekapitulasi Penilaian Tindakan Lampiran 7. Foto Penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini berdasarkan definisi dari National Association of Young Children (NAEYC) (dalam Clara 2014) adalah pendidikan untuk anak yang berada pada rentang usia 0 sampai 8 tahun. Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan mengembangkan seluruh potensi anak supaya dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh. Dalam hal ini peran orang tua dan guru sangat diperlukan karena tugas mereka adalah mengarahkan anak-anak untuk menjadi generasi unggul dengan potensi yang dimiliki. Potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan sendirinya tetapi memerlukan bantuan orang dewasa. Anak usia dini mempunyai karakteristik yang unik, terlahir dengan potensi yang berbeda-beda memiliki kelebihan, bakat, dan minat sendiri, misalkan ada anak yang berbakat menyanyi, menari, bahasa, olahraga dan matematika (Clara: 2014). Karakteristik tersebut berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga dalam pendidikan perlu untuk di khususkan (Slamet Suyanto, 2005: 1), terlebih dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika pada anak usia dini sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajari matematika di tahun berikutnya. Seorang anak dengan pengetahuan yang kuat akan dengan mudah memahami matematika selanjutnya. Apabila konsep dasar matematika tidak diletakkan secara matang dan anak mendapat kesan yang buruk ketika mengenal pertama kali pembelajaran matematika maka tahap berikutnya akan menjadi masa yang sulit dan penuh perjuangan dalam pembelajarannya. 1

17 Anggapan pembelajaran matematika sekarang ini dalam Ariesandi (2007: 9) adalah anak-anak bisa dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa, sehingga anak-anak diibaratkan sebagai kertas kosong, yaitu bukan bagaimana anak bisa memahami suatu materi tetapi bagaimana materi yang diajarkan dapat selesai atau tidak. Hal tersebut disebabkan beban kurikulum di negara kita menjadikan guru cenderung mengejar target akibatnya patokan yang digunakan bukan penugasan suatu materi kepada murid tetapi berpatokan pada selesai dan tidaknya materi yang diajarkan. Anggapan selanjutnya berdasarkan pada tokoh behaviourisme Skinner, yaitu matematika adalah suatu pelajaran yang banyak mengandung resiko kesalahan, apabila ingin menguasai matematika dengan matang diperlukan latihan soal yang cukup untuk memperkuat pemahaman dan penalarannya (Ariesandi, 2007: 10). Matematika pada anak usia dini penyampaiannya dengan cara yang bergembira, kongkret dan memperhatikan aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar dan kepribadian anak (Ariesandi, 2007: 8). Mengenalkan matematika pada anak pertama kali adalah memberikan kesan yang mudah, menyenangkan, dan konsep berikutnya menjadi sesuatu yang ringan. Pada kenyataan dilapangan guru sering kali mengajarkan matematika dengan memberikan soal dipapan tulis contohnya adalah 2+3=..., Piaget berpendapat bahwa anak-anak tidak bisa diajari secara langsung bahwa 2+3=5, sebelum anak memahami konsep bilangan dan operasi bilangan, sehingga terlebih dahulu anak perlu dilatih memahami bahasa simbol yang disebut sebagai abstraksi sederhana yang dikenal dengan istilah abstraksi empiris melalui tahap-tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, abstrak 2

18 a(slamet Suyanto, 2005: 156). Sehingga tujuan pembelajaran matematika yaitu anak belajar berfikir logis dan matematis (logico-mathematical learning) dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit, sesuai dengan pendapat Piaget dalam Slamet Suyanto (2005). Pembelajaran matematika pada anak usia TK adalah penjumlahan dan pengurangan. Sekarang ini kemampuan penjumlahan dan pengurangan (berhitung) menjadi kebutuhan bagi setiap orang tua yang memiliki anak usia TK. Penyebab berhitung menjadi kebutuhan salah satunya adalah ketika memasuki SD adanya tes menghitung. Sehingga mendorong guru untuk memberikan pembelajaran matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan dengan cara instan yang artinya sekedar mengajarkan saja belum memberikan pemahaman. Cara guru membelajarkan penjumlahan pengurangan dengan instan tersebut tidak sesuai dengan teori belajar kognitif Piaget yang dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip belajar secara ilmiah yang bisa diterapkan dalam situasi kelas yang produktif dan menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman dari lingkungannya, yaitu dalam proses berfikir sebagai aktivitas gradual fungsi intelektual dari kongkret menuju abstrak. Ini berarti guru hendaknya banyak memberikan rangsangan supaya anak berinteraksi dengan lingkungan secara aktif dan memberikan pemahaman dalam berhitung menggunakan benda-benda kongkret sebelum ke abstrak (Suyadi, 2010: 186). Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dikelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju, telah ditemukan masalah yaitu anak mengalami kesulitan mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan. Kesulitan 3

19 tersebut dikarenakan LKA yang digunakan tidak disertai dengan gambar-gambar tetapi langsung pada angka, soal yang dikerjakan langsung ditulis dipapan tulis. Sehingga menyebabkan sebagian besar anak tidak bisa mengerjakan, hal tersebut terlihat banyak diantara mereka meminta bantuan kepada guru. Apabila hal tersebut terjadi selanjutnya guru menuliskan jawaban dipapan tulis sehingga anak tinggal mencontoh jawaban tersebut. Selain itu kesulitan lainnya adalah saat menghitung yang hasilnya lebih dari sepuluh, anak kesulitan bagaimana menghitungnya dikarenakan belum tersedianya media berupa benda kongkret yang bisa anak gunakan dalam menghitung mengerjakan tugas LKA tersebut. Hasil wawancara dengan wali kelas kelompok B TK Pamardi Siwi Muja- Muju pada tanggal 19 Maret 2015 tentang bagaimana dalam mengenalkan penjumlahan dan pengurangan, guru mengatakan dalam pembelajaran mereka jarang menggunakan media berupa benda-benda konkret. Dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya kemampuan penjumlahan dan pengurangan, yaitu dengan penjelasan guru dan pemberian contoh dipapan tulis, kemudian meminta kepada anak untuk mengerjakan soal dipapan tulis dan mengerjakannya dibuku tulis. Ketika anak-anak mengerjakan, mereka sering sekali tinggal mencontoh jawaban yang guru tuliskan. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak kesulitan ketika mengerjakan, dikarenakan kurang menariknya LKA yang digunakan seta kemampuan anak tentang konsep operasi bilangan khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan tergolong rendah. Bukti lainnya adalah saat peneliti mengadakan test pada pra tindakan yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2015, anak-anak kelompok B TK Pamardi 4

20 Siwi Muja-Muju mengalami kesulitan dalam mengerjakan penjumlahan dan pengurangan yang dimulai dari bilangan 1 sampai dengan 20, pada tes pra tindakan ini penilaian yang dilakukan adalah dengan observasi dan portofolio. Berikut adalah hasil dari tes pra tindakan tersebut, untuk hasil rata-rata penilaian observasi dan penilaian portofolio pada kemampuan penjumlahan mendapat skor 50,79 sedangkan untuk kemampuan pengurangan skornya adalah 38,28. Skor kemampuan penjumlahan dan pengurangan anak yang diperoleh tergolong rendah dikarenakan anak kesulitan menghitung menggunakan media jari baik dalam penjumlahan dan pengurangan. Selain itu media berupa benda-benda konkret yang dapat digunakan untuk menghitung dalam pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan belum tersedia. Hal tersebut disebabkan kemungkinan kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan atau mengadakan alat peraga atau media yang menunjang pembelajaran penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan masalah yang sedang dihadapi oleh kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju Yogyakarta maka peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan judul Peningkatan Kemampuan Matematika Penjumlahan Pengurangan Menggunakan Permainan Dakon. Kemudian dengan adanya penelitian ini diharapkan dengan masalah yang dihadapi di kelas B di TK Pamardi Siwi Muja-Muju dapat diselesaikan dengan menggunakan permainan tradisional yaitu dakon, yang selama ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan menggunakan dakon ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan, karena dalam dakon ini terdapat biji- 5

21 biji, sawah, lumbung yang bisa digunakan sebagai media benda kongkret untuk menghitung, dalam dakon juga terdapat permainan yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan. Pembelajaran matematika yang akan dilaksanakan melalui permainan dakon ini akan menyenangkan karena bermain secara tidak langsung anak-anak dapat belajar konsep penjumlahan dan pengurangan. Tidak hanya untuk media pembelajaran saja, pembelajaran menggunakan dakon dapat mengenalkan kekayaan indonesia yaitu salah satunya adalah jenis permainan tradisional yang sekarang ini jarang dimainkan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka akan melakukan pembatasan masalah, supaya peneliti lebih fokus. Adapun lingkup masalah yang akan dibahas adalah dengan adanya tuntutan dari orang tua kepada guru untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang berhitung. Masalah yang dihadapi antara lain : 1. Kemampuan anak dalam penjumlahan tergolong rendah berdasarkan data yang diperoleh dikarenakan belum adanya media yang bisa digunakan. 2. Kemampuan anak dalam pengurangan tergolong rendah berdasarkan data yang diperoleh dikarenakam tidak tersedianya media yang digunakan untuk berhitung. 6

22 3. Kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan alat peraga atau media, sumber belajar sebagai penunjang pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan. 4. Anak mudah bosan atau kurang berminat dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan sering menggunakan LKA, anak tidak memahami soal yang guru tuliskan dipapan tulis. 5. Sebagian besar anak belum memahami dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan 10 sampai dengan 20 dikarenakan mereka sering meminta bantuan guru dalam mengerjakan, atau guru menuliskan jawaban dipapan tulis sehingga anak tinggal mencontoh. 6. Anak kurang mendapat kesempatan belajar tentang penjumlahan dan pengurangan menggunakan media benda kongkret yang ada disekitar lingkungan sekolah melalui permainan dakon. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan hanya dibatasi pada: 1. Kemampuan anak dalam penjumlahan tergolong rendah berdasarkan data yang diperoleh dikarenakan belum adanya media yang bisa digunakan. 2. Kemampuan anak dalam pengurangan tergolong rendah berdasarkan data yang diperoleh dikarenakam tidak tersedianya media yang digunakan untuk berhitung. 7

23 D. Rumusan Masalah Bagaimana meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan dakon pada anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju? E. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan kemampuan matematika dalam penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon pada anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja Muju F. Manfaat Penelitian Manfaat melakukan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi pendidik a. Meningkatkan kreatifitas pendidik dalam menciptakan kegiatan pada proses pembelajaran. b. Mendorong pendidik untuk dapat mengembangkan rencana pembelajaran yang lebih menarik bagi anak. 2. Bagi peserta didik a. Kemampuan Matematika Penjumlahan Pengurangan anak dapat meningkat melalui kegiatan bermain dakon b. Mendorong anak mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran tersebut. 8

24 3. Bagi lembaga pendidikan a. Dapat menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran b. Meningkatkan dukungan terhadap pendidik dalam penggunaan media pembelajaran yang dibutuhkan anak 4. Bagi peneliti a. Sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi. b. Meningkatkan kreatifitas peneliti untuk menggunakan media lain yang lebih menarik untuk aspek keterampilan motorik halus. G. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Penjumlahan dan Pengurangan a. Penjumlahan 1-20 adalah menyebutkan hasil dari penggabungan dua benda atau angka. Jadi yang dimaksudkan adalah ketika bermain dakon, apabila selesai dalam bermain maka selanjutnya pemain menyebutkan hasil penjumlahan dari lumbung satu dan lumbung dua, hasil maksimal penjumlahan adalah 21. b. Pengurangan 1-20 adalah menyebutkan hasil dari pemisahan dua benda atau angka. Jadi yang dimaksudkan adalah setelah selesai dalam permainan hasil biji seluruhnya yang didapatkan dihitung selanjutnya akan dikurangkan untuk mengisi sawah-sawah yang kosong sesuai dengan arahan dari guru dan teman kemudian anak wajib untuk menyebutkan hasil pengurangan tersebut. 9

25 2. Permainan Dakon Permainan dakon dalam penelitian ini adalah permainan dilakukan oleh dua anak duduk saling berhadapan. Setiap pemain mempunyai tujuh lubang kecil yang bernama sawah, satu lubang besar yang bernama lumbung dalam permainan dakon pada penelitian ini divariasi dengan menambahkan satu lumbung menggunakan kardus kecil. Setiap lubang sawah masing-masing diisi dengan tiga biji dakon. Aturan penjumlahan adalah perolehan biji pada lumbung satu dipindahkan pada lumbung dua dengan cara menambahkan biji tersebut. Aturan pengurangan setelah menghitung semua hasil lumbung kemudian diisikan pada sawah, dengan mengurangkan biji tersebut dan menyebutkan hasilnya. Berikut adalah gambar aturan saat penjumlahan dan pengurangan. Gambar.1. Aturan saat penjumlahan Gambar.2. Aturan saat pengurangan. 10

26 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun. Teori perkembangan kognitif Piaget berhasil mengintegrasikan elemenelemen psikologi, biologi, filosofi, dan logika dalam memberikan penjelasan yang menyeluruh tentang bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan, salah satunya pengetahuan tersebut dibangun melalui kegiatan pembelajaran Suyadi (2010: 97). Piaget menyatakan bahwa anak usia dini memperoleh pengetahuan melalui eksplorasi, manipulasi, dan konstruksi. Selain itu karakteristik aktivitas anak berdasarkan pada tendensi biologis, tendensi tersebut mencakup tiga hal yaitu asimilasi, akomodasi, dan organisasi. Secara sederhana Piaget merinci tahap-tahap perkembangan kognitif pada anak usia dini melalui tiga tahap, yaitu tahap sensori motor, pra-operasional, dan tahap operasional. William Crane berpendapat pada tahap sensori motor anakanak memperoleh pengetahuan murni dari gerak dan indera secara konkret, pada tahap pra-operasional ditandai anak mampu memecahkan masalah dengan cara memikirkannya terlebih dahulu melalui kesan mental, dan pada tahap operasional ini ditandai anak mampu berpikir logis untuk memecahkan masalah dan pada tahap ini memerlukan objek konkret dalam belajar, sehingga perkembangan kognitif pada anak usia 5-6 tahun berada pada tahap operasional (Yudi: 2007). Tahap operasional dicirikan dengan anak dapat mengembangkan operasi-operasi logis yang dapat dimengerti dalam dua arah, sebagai contoh indikator atau hasil capaian perkembangan kognitif pada tahap operasional dalam matematika operasi logis tersebut adalah mengenal 6 warna, mengenal bentuk geometri, memahami 11

27 dimensi dan hubungan, memahami perbedaan ukuran, percampuran warna, mengenal bilangan, serta dapat menghitung sederhana misalnya dalam penjumlahan dan pengurangan Suyadi (2010: 91). Ahmad Susanto (2012: 69) berpendapat bahwa pada tahap operasional ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa apa yang terlihat nyata atau konkret, anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis jadi anak usia 5-6 tahun yang baik belajar secara natural yaitu belajar secara nyata dengan melihat, mendengar, merasakan dan melakukan sendiri. Pengalaman ini yang sangat membantu anak dalam belajar memahami matematika. Hurlock (1996) dalam Ahmad Susanto (2012: 49) berpendapat bahwa, agar anak paham mengenai konsep yang diajarkan hendaknya menggunakan bahasa dan contoh dari kehidupan sehari-hari, dengan demikian konsep-konsep menjadi konkret dan realistis yaitu dengan memberikan pemahaman melalui contoh konkret, peragaan langsung, dan dikemas melalui bermain. Menggunakan cara seperti ini secara tidak langsung anak dapat menerima apa yang diajarkan. Hal tersebut disebabkan karena anak dapat memanipulasi objek ketika diberikan pemahaman matematika penjumlahan pengurangan menggunakan benda konkret. Pengertian perkembangan kognitif menurut Ahmad Susanto (2012: 47) adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses ini berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama ditunjukan dengan ide-ide dan belajar, dengan demikan 12

28 melalui perkembangan kognitif fungsi berpikir dapat digunakan secara cepat dan tepat untuk mengatasi suatu masalah. Perkembangan kognitif dimaksudkan supaya anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga pengetahuan yang didapatkan membantu anak dalam kehidupan yang selanjutnya. Perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun menurut Kurikulum (2009: 45), khususnya matematika standar perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: 1) menyebut dan membilang 1 sampai dengan 20 2) Mengenal lambang bilangan 3) Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan 4) Membuat urutan bilangan dengan benda-benda 5) Membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, tidak sama, lebih sedikit, lebih banyak 6) Menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dengan benda konkret, permainan yang bisa membuat anak antusias dan tidak mudah bosan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun berada pada tahap operasional yaitu anak mampu memecahkan masalah menggunakan simbol serta benda konkret dalam belajar, belajar yang dimaksudkan tersebut adalah secara natural yaitu belajar dengan melihat, mendengar, merasakan serta melakukan sendiri sehingga anak mampu mengkomunikasikan hubungan matematis secara sederhana terutama dalam penjumlahan dan pengurangan. 13

29 B. Teori Belajar Kognitif Anak Usia Dini Teori belajar kognitif dibentuk bertujuan membangun prinsip-prinsip belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk menghasilkan kelas yang efektif dan produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas diri dan lingkungannya. Teori belajar kognitif yang dapat berpengaruh dalam pembelajaran matematika menurut Suyadi (2010: ) yaitu : 1. Teori Belajar Gestalt dari Wertheirmer Max Wertheirmer ( ) meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Teori ini mengatakan bahwa tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman dan ganjaran. 2. Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar Cognitive Field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antara kekuatan, baik yang dari dalam diri individu maupun dari luar. 3. Teori Belajar Cognitive Development dari Piaget Piaget adalah salah seorang tokoh yang disebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme yang dikenal sebagai psikolog development. Piaget memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Keberhasilan belajar anak yang sesuai dengan tahap 14

30 perkembangan kognitif Piaget antara lain: peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan, bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru, tetapi tidak asing. 4. Teori David Ausubel Belajar bermakna menurut teori David Ausubel mengandung arti bahwa belajar yang disertai dengan pengertian akan terjadi apabila informasi yang baru diterima peserta didik mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada atau diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitif. Namun, informasi baru dapat saja diterima atau dipelajari siswa tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. 5. Discovey Learning dari Jerome Burner Discovey Learning (belajar penemuan secara bebas) adalah anak mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Hal ini memberikan arti bahwa pada tingkat permulaan, pengajaran hendaknya diberikan melalui cara-cara yang bermakna dan makin meningkat ke arah abstrak. Bruner mengemukakan pengembangan program pengajaran yang lebih efektif dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan, dengan anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuannya (sensori-konkret-abstrak). 15

31 Berdasarkan uraian tentang teori belajar kognitif di atas, dapat dipahami bahwa yang menjadi dasar dalam penelitian menggunakan teori belajar Cognitive Development dari Piaget. Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari konkret menuju abstrak. Keberhasilan dalam belajar matematika penjumlahan pengurangan adalah anak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas langsung dengan benda konkret saat menghitung dan memberikan banyak rangsangan supaya anak belajar secara aktif dengan lingkungan sekitar dengan mencari dan menemukan berbagai hal yang bervariasi tetapi tidak asing bagi anak. Misalnya adalah permainan dakon, pada permainan dakon ini anak diberi kesempatan untuk belajar secara aktif dengan lingkungan yang ada disekitar anak. C. Kemampuan Matematika Anak Usia Dini Kemampuan matematika pada anak usia dini adalah kemampuan menghitung, memahami korespondensi satu-satu, dan kemampuan membandingkan, semua tergantung pada pengalaman anak memanipulasi objek (Ahmad Susanto, 2012: 49). Kemampuan menghitung atau operasi bilangan tersebut yang sangat dasar adalah penjumlahan dan pengurangan. Maka dari itu, kemampuan operasi bilangan yang perlu diperkenalkan terlebih dahulu adalah penjumlahan dan pengurangan, sebab untuk anak usia dini bisa menambah dan mengurangkan itu sudah baik. Penjumlahan dan pengurangan ini dapat diperkenalkan setelah anak memahami bilangan dan angka (Sudaryanti: 2006). Selain itu, Liebeck (1900) menganjurkan dalam mengajarkan matematika dini 16

32 dengan memperhatikan prosedur mengajar pengalaman, bahasa, gambar, dan symbol (Fedriyenti, 2012: 2). Sumarmo (dalam Novia Rizkyana, 2013: 13) berpendapat bahwa secara umum indikator matematika anak usia dini meliputi mengenal, memahami, menerapkan konsep, prosedur, dan ide matematika. Dalam belajar matematika yang paling utama adalah memahamkan dengan mengenalkan terlebih dahulu kepada anak tentang operasi bilangan sederhana yaitu penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan prinsip belajar anak, dengan demikian anak akan paham dan mengerti. Selanjutnya memberi kesempatan terhadap anak untuk menerapkan atau praktek secara langsung bagaimana prosedur atau cara menghitung yang harus dia lakukan dalam mengerjakan operasi bilangan sederhana penjumlahan dan pengurangan. Gardner (1999) berpendapat bahwa setiap anak pada dasarnya dianugerahi kecerdasan matematika logis, sedangkan definisi tentang kecerdasan matematika logis tersebut sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logika, penalaran induktif atau deduktif, dan ketajaman polapola abstrak serta hubungan-hubungan (Esha, 2013: 12). Kecerdasan matematika logis dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. 17

33 Kecerdasan matematika anak usia dini membantu anak sejak dini dengan kehidupan atau lingkungan sekitar anak, sehingga secara alami anak memperoleh kemampuan yang bertahap bahkan sampai bertahun-tahun. Pengetahuan dasar setiap anak memiliki perkembangan dan tahapan yang berbeda-beda. Belajar matematika dini yang baik adalah terjadi secara alami seperti anak bermain. Permainan dalam belajar matematika adalah kegiatan belajar konsep matematika melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari. Sujiono (2009: 11) berpendapat bahwa ciri-ciri perkembangan konsep matematika anak usia dini diantaranya adalah penguasaan konsep menjumlah dan mengurangkan, atau pemahaman konsep menghitung, membedakan angka dengan menunjuk simbol atau lambang bilangan. Penguasaan konsep dalam menjumlah dan mengurangkan merupakan dasar dimana anak sudah dapat menggunakan konsep bilangan atau angka dengan penggunaan media benda konkret. Penggunaan media permainan juga disesuaikan dengan perkembangan anak yaitu berupa benda yang bisa digunakan dalam pembelajaran supaya berlangsung secara teratur, lancar, efektif, efisien, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dan memberikan kesenangan bagi anak (Eliyawati, 2005: 62). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika pada anak usia dini adalah penguasaan konsep menjumlahkan dan mengurangkan, atau pemahaman konsep menghitung, membedakan angka dengan menunjuk simbol atau lambang bilangan serta kemampuan dalam mengaplikasikan konsepkonsep matematika yaitu; mengenal konsep bilangan, pola dan hubungan, geometri, pengukuran, pengumpulan data, memecahkan masalah yang 18

34 diwujudkan dalam ilmu pengetahuan sehingga selanjutnya anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada tingkat selanjutnya. D. Fungsi Matematika Anak Usia Skemp (1986) (dalam Tombokan 2014) mengemukakan fungsi matematika yaitu sebagai bahasa simbol. Simbol-simbol matematika mempunyai fungsi-fungsi tertentu, dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Beberapa fungsi simbol matematika antara lain: komunikasi, merekam pengetahuan, komunikasi konsep-konsep baru, membuat klasifikasi ganda, menjelaskan, membuat kegiatan reflektif, membantu menunjukan struktur, membuat manipulasi rutin secara otomatis, mengingat kembali informasi dan pengertian, dan membuat kegiatan mental lebih aktif. Fungsi-fungsi simbol saling terkait antara satu dengan yang lain. Misalnya merekam pengetahuan berhubungan dengan komunikasi, menjelaskan sesuatu pada orang lain adalah komunikasi khusus, dan merefleksikan adalah komunikasi dengan diri sendiri. Berikut penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut : a. Berkomunikasi Konsep matematika adalah objek mental murni. Sebuah konsep dikatakan abstrak karena konsep tidak dapat dilihat dan didengar secara fisik. Fungsi komunikasi yang utama menyampaikan arti secara lisan, tulisan, atau isyarat. Sebagai contoh adalah lima, five, 5, V ini semua menunjukan bilangan yang sama. b. Merekam Pengetahuan 19

35 Merekam adalah satu kegiatan komunikasi khusus yang biasanya memiliki tujuan. Merekam pengetahuan yaitu untuk dilihat atau dibaca orang lain dalam waktu dekat atau dalam waktu jangka panjang. Komunikasi tulisan atau dengan simbol tanpa ada kesempatan kedua untuk memberikan penjelasan yang dituliskan, dengan komunikasi tulisan, penerima secara permanen merekam, mengadakan revisi, dan mengecek kembali apa yang dibacanya. Matematikawan suka berkomunikasi menggunakan simbol-simbol, seperti lainnya (+, -). c. Membuat Klasifikasi Ganda Secara Langsung Fungsi matematika sebagai klasifikasi ganda secara langsung adalah berikut ini, banyak simbol yang menunjukan bilangan 10. Banyak simbol yang ditambahkan dengan cara membuat klasifikasi simbol. Contoh : 10 = 9+1, 5+5, 4+6, 7+3, 20-10, 22-12, dan lain sebagainya. d. Fungsi menjelaskan Fungsi menjelaskan merupakan bentuk komunikasi matematika dengan maksud membantu anak agar lebih mengerti apa yang sebelumnya belum dimengerti e. Fungsi Membuat Kegiatan Reflektif Kegiatan Reflektif adalah kegiatan menyadari konsep sendiri, keterkaitan antar konsep, dan manipulasi konsep dengan berbagai cara. Anak dapat menggunakan simbol-simbol dalam berpikir verbal, yaitu siswa mengadakan komunikasi dengan diri sendiri. Berpikir sambil berbicara dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dalam berpikir visual, anak membayangkan apa yang ada di pikirannya. 20

36 f. Fungsi Mengulang Informasi dan Pengertian Simbol matematika berfungsi untuk mengulangi informasi dan pengertian matematika. Fungsi pengulangan sangat berguna untuk memunculkan kembali konsep konsep matematika yang ada dalam ingatan jangka panjang. Selanjutnya matematika adalah bahasa simbol. Berbagai fungsi simbol matematika sangat membantu anak belajar matematika. Simbol dalam matematika itu berlaku internasional, simbol dalam pengerjaan matematika penjumlahan ( + ), pengurangan ( - ). Bedasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi matematika untuk anak usia dini adalah supaya anak mengetahui dasar-dasar berhitung agar anak lebih siap ke jenjang yang selanjutnya anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini dengan melakukan pengamatan terhadap bendabenda konkret, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar mereka. Selain itu, anak mampu menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung. Matematika ini juga membantu anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya. E. Hakikat Operasi Bilangan Simbol-simbol yang menyatakan bilangan disebut angka. Angka-angka lebih bersifat abstrak jika dibandingkan dengan jumlah obyek (benda konkret) 21

37 yang digunakan. Dalam memahamkan bilangan kepada anak yang kita gunakan adalah konkret (Tombokan Rantukahu, Selpius Kandau, 2014: 50). Misalkan bilangan 5 dengan menyediakan sebuah benda sejumlah lima kemudian anak hitung dan menunjukan seperti apa lambang bilangan lima tersebut. Selain itu anak dapat belajar bilangan tersebut dari pengalamannya mungkin dengan melihat nomor rumah, angka pada jam, angka pada uang dan masih banyak lagi. Apabila anak dihadapkan dengan tiga buah pensil maka jumlah pensil dapat dihitung dengan cara memasang satu-satu. Akan tetapi yang dipikirannya adalah 3 sebagai bilangan yang bukan mewakili dari tiga benda apa saja. Anak kecil berpikir bukan dengan bilangan abstrak lima, dan dengan konsep bilangan yang dihubungkan dengan pengalamannya, dalam hal ini lima pensil. Bagi beberapa anak, pengertian bilangan lima dikaitkan dengan pengalamannya, berbeda dengan anak lainnya, dan ada banyak pertanyaan yang menyatakan bilangan lima yang berbeda dengan satu dan lainnya. Pengetahuan dasar bilangan merupakan dasar dari semua kegiatan operasi bilangan, anak melalui pengalamannya dapat mengerjakan operasi bilangan yaitu penjumlahan dan pengurangan Tombokan Rantukahu, Selpius Kandau (2014: 56). Pengetahuan dasar tersebut dengan pendekatan dan pemahaman tentang nilai tempat, sifat matematika lainnya yang akan digunakan dalam operasi bilangan akan membantu anak untuk mengembangkan konsep operasi bilangan yang lebih luas. Sebagai contoh, ketika anak akan menjumlahkan dua bilangan 6 dan 2 untuk mendapatkan bilangan yang ketiga, setelah diadakan operasi penjumlahan, hasilnya adalah 8. Sementara itu jika angka 6 dikurangi dengan bilangan 2 22

38 hasilnya akan lain yaitu 4. Model setiap operasi bilangan perlu diberikan guru sehingga anak mengetahui bahwa suatu operasi bilangan dapat digunakan dengan cara-cara yang berbeda sesuai situasi. Operasi bilangan diperkenalkan kepada anak setelah anak memahami betul bilangan dan angka. Menurut Slamet Suyanto (2005: 63), matematika bukan pelajaran ingatan melainkan mengembangkan kemampuan berpikir. Apabila anak sudah mengenal dan memahami operasi bilangan maka anak telah berpikir logis dan matematis, meski dengan cara yang sangat sederhana. Oleh karena itu operasi bilangan khususnya penjumlahan dan pengurangan hendaknya dikenalkan kepada anak dengan cara yang menyenangkan, menggunakan berbagai media benda konkret atau dengan permainan sesuai dengan kemampuan anak. Ahmad Susanto (2011: 62) menyebutkan bahwa kemampuan anak yang perlu dikembangkan diantaranya adalah menghitung benda, menghitung himpunan dengan nilai bilangan benda, memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda, dan yang terakhir adalah menyelesaikan atau mengerjakan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak. Selanjutnya dibahas juga tentang konsep berhitung pada anak TK diantaranya disebutkan tentang penjumlahan dan pengurangan dua hal ini yang perlu diperkenalkan pada anak usia TK, mengenalkannya dengan benda konkret, manipulasi permainan atau dengan permainan. Reys (2002: 98) mengemukakan bahwa dalam mengadakan operasi bilangan pada anak dibutuhkan beberapa prasyarat tertentu yang harus dipenuhi. Berikut ini adalah paparan tentang syarat utama operasi bilangan sebagai berikut: 23

39 1) Keterampilan membilang: Anak diharapkan mampu menggunakan keterampilan membilang dalam operasi bilangan bulat 2) Pengalaman konkret: Anak Usia Dini menurut Piaget berada dalam tahap perkembangan intelektual operasi konkret. Oleh sebab itu pengalamam konkret sangat dibutuhkan dalam mengadakan operasi bilangan bulat. Dari pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari dengan objek fisik, anak dengan sendirinya dapat mengembangkan pengertian tentang operasi bilangan. Pengalaman konkret dapat menjembatani pikiran anak dari yang konkret menuju ke abstrak. 3) Kemampuan Bahasa: Kemampuan bahasa ini mempengaruhi belajar matematika dan biasanya belum menggunakan bahasa matematika. Bahasa yang digunakan kemudian diarahkan pada bahasa matematika atau bahasa simbol. Selanjutnya anak perlu untuk mengkomunikasikan apa yang dilihatnya dan yang dipikirkan sementara mereka memanipulasi objek konkret menuju pada operasi bilangan dengan menggunakan simbol. Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan mengoperasikan bilangan pada anak akan terwujud ketika anak sudah memahami angka atau bilangan. Pemahaman angka atau bilangan dimulai dari lingkungan sekitar anak dan diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak aktif berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran operasi bilangan, guru harus memperhatikan pengalaman anak, objek-objek konkret, bahasa informal kemudian formal. Hal ini penjumlahan pengurangan merupakan operasi bilangan 24

40 yang sangat dasar, sehingga perlu diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan kepada anak-anak. F. Pengertian Penjumlahan Dalam Sudaryanti (2006: 18), prasyarat penjumlahan yaitu anak sudah memahami makna penjumlahan sederhana, pengertian penjumlahan adalah menggabungkan dua atau lebih kelompok benda. Dalam menjumlahkan sebaiknya menggunakan benda konkret yang ada disekitar lingkungan anak, misalkan: kelereng, sedotan, permen, dan lain-lain. Menggunakan benda konkret ini akan memudahkan anak berhitung dan memahami konsep penjumlahan baik penjumlahan dibawah lima atau di atas sepuluh. Tombokan Rantukahu, Selpius Kandau, (2014: 85) berpendapat penjumlahan merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sebaiknya penjumlahan harus dikenalkan sebelum masuk ke SD. Hal ini dilakukan karena setelah mereka masuk SD dan melanjutkan sekolahnya, masalah menyangkut penjumlahan bertambah kompleks, akan tetapi konsep penjumlahan akan tetap sama. Konsep penjumlahan harus dikembangkan dari pengalaman nyata. Dengan cara ini, mereka akan memanipulasi objek-objek dan menggunakan bahasanya yang akan diasosiasikan dengan simbol penjumlahan. Setelah anak-anak berpengalaman dengan objek-objek konkret menyangkut kegiatan bahasa tidak formal maka simbol penjumlahan formal (+) dapat diperkenalkan. 25

41 Mochtar A Karim, dkk (1996: 65) berpendapat bahwa penjumlahan adalah menggabungkan dua buah benda atau menggabungkan dua angka. Dalam menjumlahkan tersebut dapat dibalik yaitu anak mencari objek-objek yang digabungkan untuk dijumlahkan. Latihan ini dimulai dahulu dengan bilanganbilangan kurang dari 6. Contoh anak menghitung, 5= dengan menggunakan bahan konkret berupa kelereng. Masih dengan pendapat Mochtar A. Karim, dkk setelah pembelajaran penjumlahan menggunakan benda konkret kemudian anak diperkenalkan dengan berbagai model penjumlahan. Salah satu model adalah model batang Dienes. Model lainnya adalah biji-bijian, garis bilangan, timbangan bilangan, dan barisan petak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penjumlahan adalah kemampuan seseorang menyebutkan hasil dari penggabungan dua benda atau penggabungan dua angka, ini dapat dilakukan dengan menggunakan benda konkret yang bisa anak temukan dilingkungan sekitar sebagai media belajar anak. Selanjutnya konsep penjumlahan dikembangkan dari pengalaman nyata kemudian menggunakan simbol penjumlahan formal yaitu +. G. Pengertian Pengurangan Faisal (2015: 2) berpendapat bahwa dalam pengoperasian pengurangan bilangan bulat sering menggunakan tanda minus (-). Pengurangan adalah hal dasar yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak mempelajari bagian ini sebagai tahap bagian awal untuk menuju tahap selanjutnya yang lebih kompleks. Konsep dasar pengurangan sangat penting sehingga dalam mengajarkan konsep 26

42 ini dengan metode yang sederhana akan sangat membantu untuk memahami dan melakukan pengurangan dengan sangat cepat. Sebagai contoh apabila kita mengambil kartu pertama kemudian kartu yang sudah ada di ambil lagi itu yang dinamakan pengurangan. Dalam pengurangan seperti halnya penjumlahan, pengurangan juga harus diperkenalkan dengan pengalaman konkret, model kegiatan yang menggunakan objek-objek dapat dimanipulasi dan penggunaan bahasa informal baru beralih ke bahasa formal. Apabila pengurangan telah dimengerti. Proses pengurangan dimulai dari pengalaman konkret sampai pada simbol matematika pengurangan yaitu (-). Pengurangan menurut rumus hitung (2014: 2) adalah mengambil sejumlah angka dari angka tertentu. Misalnya kita punya 5 apel kemudian diambil 3 buah maka apa yang dilakukan disebut dengan pengurangan. Contoh lain ada 5 buah keju dimeja kemudian 1 dimakan habis oleh tikus sehingga sisa 4. Jadi dalam pengurangan terdapat istilah Subtrahend, Minuend, Difference, sebagai contoh pada bilangan 5-3=2, 5 adalah subtrahend, 3 adalah minuend, dan sisanya angka 2 tersebut difference. Menurut Subarinah (2006: 30) pengurangan adalah pengambilan kelompok baru, pada anak usia dini konsep pengurangan yang dikenalkan adalah pengambilan. Pada dasar dalam mengajarkan konsep pengurangan tersebut adalah apabila anak memberikan suatu barang terhadap temannya atau mengambil satu dari gabungan benda atau angka. Cara pengenalan konsep tersebut sama halnya 27

43 dengan penjumlahan yaitu penggunaan benda konkret dan dilakukan melalui bermain supaya senang dan tidak mudah bosan. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurangan anak usia dini adalah mampu menyebutkan hasil pemisahan dua buah benda atau pemisahan dua buah angka, sama halnya dengan penjumlahan pengenalan konsep pengurangan juga menggunakan benda konkret proses tersebut kemudian mengenalkan simbol matematika pengurangan yaitu - dan dalam pembelajarannya dengan suasana bermain yang menyenangkan. H. Pengertian Permainan Dakon Sukirman (2008: 128) berpendapat bahwa, kata dakon berasal dari kata dhaku dan mendapat akhiran an. Dhaku berarti mengaku bahwa sesuatu itu miliknya. Pada mulanya Dakon adalah permainan anak petani. Namun dalam perkembangan selanjutnya ternyata dakon sudah menjamur ke semua kalangan. Pemain dakon berjumlah dua orang dan murni dilakukan anak-anak. Permainan ini bersifat mendidik cara hidup berumah tangga yang baik harus berhemat, ulet dan teliti. Pada prinsipnya ada lubang untuk sawah dan ada lubang untuk lumbung. Lubang untuk lumbung terletak di ujung kanan dan kiri. Sedangkan lubang untuk sawah terdiri dari dua baris, masing-masing baris sejumlah 5,7,9 atau 11, dan terletak diantara dua lumbung. Lubang untuk sawah lebih kecil daripada lubang untuk lumbung. Sedangkan untuk isiannya dapat digunakan benik (buah baju), kecik (biji sawo), klungsu (biji asam), kerikil, dan lain sebagainya. Jumlah isian 28

44 ini tergantung dari jumlah-jumlah lubang sawahnya. Dakon bersawah tujuh maka isinya sebanyak 7x7x2=98 biji. Bila bersawah sembilan maka isiannya 9x9x2=162 biji. Bila jumlah sawah sebelas lubang maka diperlukan isian sebanyak 11x11x2=242 biji. Sukirman (2008: ) berpendapat bahwa dalam permaian dakon terdapat istilah Andhok, ngacang, bera. Berikut adalah penjelasannya : a. Andhok Terdapat dua macam andhok yaitu : gotongan atau pikulan dan bedhilan. Apabila pemain A jatuh andhok pada sawah sendiri, sedang sawah musuh yang yang terletak lurus di depannya maka semua isi itu di ambil alih oleh pemain A kemudian dimasukan dalam lumbung, seperti itu yang disebut dengan bedhilan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan gotongan atau pikulan adalah apabila terjadi pada sawah musuh, sedang sawah kiri dan kanannya andhok berisi, maka semua diambil semua kemudian dimasukan dalam lumbung. b. Ngacang Apabila mulai lagi permainan dan ternyata jumlah biji tidak bisa sembilan semua, ada yang kurang dan ada yang lebih dari sembilan maka yang kurang dari sembilan ditempatkan pada sawah dekat lumbung dan itu yang disebut dengan kacangan. Ini berarti menanam kacang, dan ini berfungsi sebagai lumbung kecil. Dalam hal seperti ini maka diisi oleh yang memiliki, tidak diisi oleh lawan dan tidak dapat dibedhil ataupun dipikul. Kacangan tidak mungkin dua sawah, tentu hanya satu tempat. 29

45 c. Bera Bila mulai lagi dan ternyata kekurangan jumlah biji melebihi sembilan, misal 12 biji maka terdapat satu sawah kosong. Tujuh sawah berisi masing-masing sembilan biji, sebuah sawah dekat dengan lumbung berisi tiga biji, dan terdapat satu sawah kosong maka sawah kosong tersebut dengan bera, dan yang berisi tiga biji disebut dengan kacangan atau menanam kacang. Sawah bera tidak diisi oleh pemiliknya (tidak ditanami) dan juga tidak diisi oleh lawan. Apabila lawan lupa sehingga mengisi sawah bera tadi, maka sawah bera berubah menjadi tidak bera, berarti menjadi sawah hidup. Aisyah (2004: 24) berpendapat bahwa pengertian permainan dakon adalah permainan tradisional yang menggunakan bidang panjang dengan tujuh cekungan pada masing masing sisi dan dua cekungan yang lebih besar dibagian tengah ujung kiri dan kanan yang disebut sebagai lumbung. Cekungan pada sisi diisi dengan biji-bijan (bisa biji sirsak atau biji sawo) atau batu kerikil. Selain itu ada pula biji dakon yang berasal dari cangkang kerang laut berbentuk bulat agak oval atau tiruan berbahan plastik berbentuk. Masing-masing cekungan diisi dengan dua belas biji. Permainan ini dilakukan oleh dua orang yang masing-masing mempunyai lumbung. Permainan dakon kemenangan dihitung berdasarkan banyak jumlah biji pada lumbung masing-masing. Kunci permainan ini terletak pada pilihan jumlah biji pada cekungan yang akan dimainkan. Pemain yang sering berjalan atau,mengambil biji dari cekungan berarti ia sering mengisi lumbungnya. Ariadi Wijaya berpendapat bahwa permainan dakon atau congklak adalah permainan yang dilakukan secara berpasangan dengan setiap pemain akan 30

46 memiliki satu lubang penampung dan beberapa lubang kecil. Ada tiga versi permainan dakon, yaitu dengan 10 lubang, 12 lubang dan 16 lubang. Untuk dakon yang 10 lubang maka akan digunakan 32 biji yang akan dibagikan secara adil pada semua lubang kecil yaitu 4 biji pada setiap lubang kecil. Untuk dakon 12 lubang maka akan digunakan 50 biji yang akan dibagikan secara adil pada lubang kecil yaitu 5 biji pada lubang kecil. Sementara itu, dakon 16 lubang maka ada 98 biji yang dibagikan rata pada lubang kecil yaitu masing-masing 7 biji. Prinsip dalam mengisi ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika yaitu menghitung penjumlahan, pengurangan. Tarmizi (2014: 12), berpendapat bahwa permainan dakon adalah salah satu permainan tradisional yang diambil dalam bahasa jawa, jika dalam bahasa indonesia disebut congklak. Tarmizi menjelaskan bahwa congklak adalah papan dan biji yang digunakan untuk permainan. Permainan ini dilakukan oleh dua orang, biasanya dimainkan oleh anak perempuan tetapi tidak menutup kemungkinan anak laki-laki juga ikut bermain. Alat yang digunakan berbentuk seperti perahu dengan panjang 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujung lubang ini disebut dengan induk yang sering disebut dengan lumbung. Setiap deret berjumlah tujuh lubang, dan diisi dengan kecik sejumlah tujuh. Dakon menurut Ahmad Sobari (2011) adalah permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai nama di indonesia. Biasanya dalam permainan sejenis cangkang kerang yang digunakan dalam permainan dakon dan jika tidak ada bisa menggantinya dengan biji lainnya. Permainan dakon menggunakan papan congklak dan biji sejumlah 98. Pada papan 16 lubang, 14 lubang kecil dan 2 31

47 lubang lebih besar yang dinamakan lumbung. Setiap lumbung diisi dengan tujuh biji. Cara bermainnya adalah dua orang duduk saling berhadapan kemudian mereka bermain secara bergantian. Salah seorang yang memulai bebas dalam memilih lubang mana yang akan dia jalankan pertama kali ke arah kanan, bila biji habis dilubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil dan melanjutkan untuk mengisi. Apabila jatuhnya pada lubang besar (lumbung) maka dia wajib untuk berhenti, bila berhenti pada lubang kecil miliknya dan dihadapannya ada biji maka dia dapat mengambil biji tersebut, bila berhenti pada lubang kecil yang kosong maka dia berhenti. Permainan selesai bila sudah tidak ada lagi biji pada lubang kecil, dan pemenang ditentukan siapa yang mendapatkan paling banyak biji. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan dakon yang dilakukan pada penelitian ini adalah permainan dilakukan dua orang saling berhadapan, mengisikan biji pada sawah masing-masing tiga, permainan dilakukan bergantian, setiap pemain mempunyai dua lumbung kemudian saat selesai bermain wajib memindahkan hasil biji pada lumbung satu ke lumbung dua, pemenang ditentukan dari banyak biji yang di dapatkan selama bermain, pengurangan dilakukan mengisikan biji dalam sawah dari seluruh hasil biji dilumbung dua. I. Kerangka Pikir Kemampuan matematika adalah kemampuan menghitung bilangan, pola berpikir logis, dan ilmiah (Suyadi, 2010: 155). Anak usia dini memiliki 32

48 karakteristik yang berbeda-beda dan tidak dapat disamakan antara anak satu dengan anak yang lain dalam proses pembelajaran. Perlu ada stimulasi yang diberikan pendidik untuk merangsang kemampuan belajar anak. Dunia anak masih identik dengan bermain. Menurut Irawati (dalam Yuliana, 2009: 135) bermain merupakan kebutuhan anak, maka salah satu cara menstimulsi belajar anak yakni melalui bermain. Stimulasi yang diberikan untuk kemampuan matematika dapat melalui bermain menggunakan media permainan dakon. Penggunaan permainan dakon dapat melatih kemampuan berhitung dalam penjumlahan pengurangan. Melalui permainan dakon anak mampu melakukan penalaran baik yang terjadi secara spontan maupun percobaan, dan mampu melatih anak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar menggunakan inderanya. Kegiatan ini tergolong sederhana dan mudah untuk dilakukan karena dakon adalah salah satu permainan tradisional yang sederhana. Belajar penjumlahan pengurangan dengan permainan dakon dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan pengurangan. Permainan dakon memungkinkan terjadinya karena koordinasi semua indera dalam belajar dengan melakukan praktek langsung. Dalam permainan dakon terdapat benda konkret berupa biji yang dijadikan media untuk menghitung, dan dilakukan dengan permainan yang menjadikan anak tidak mudah bosan. Permainan dakon dalam matematika penjumlahan pengurangan ini mempunyai peranan yaitu dapat membentuk jaringan otak karena pengalaman di usia dini dengan praktek langsung. Selain itu kemampuan ini yang menentukan 33

49 cepat tidaknya terhadap masalah yang sedang dihadapi, dan mampu mempengaruhi penyesuaian diri terhadap lingkungan baru dengan menggunakan fikiran yang sesuai dengan tujuan. Permainan dakon dapat merangsang aspek perkembangan anak yang lain meliputi: 1) perkembangan motorik, melalui bermain dakon dapat melatih motorik jari-jari tangan anak ketika anak mengambil dan menggenggam biji dakon; 2) perkembangan emosi, melalui bermain dakon dapat membantu anak untuk bersabar (tidak terburu-buru) dan mengatur strategi dalam menentukan langkah sawah mana yang akan dijalankan, mau menerima kekalahan dan tidak sombong ketika menang; 3) perkembangan nilai agama moral, dengan bermain dakon melatih anak untuk tidak curang dan jujur dalam permainan. Siswa di Taman Kanak-kanak Pamardi Siwi kelompok B, sebagian besar masih mengalami kesulitan berhitung terutama dalam penjumlahan pengurangan. Kondisi ini terlihat hasil observasi dan skor yang diperoleh dalam indikator penjumlahan dan pengurangan rendah. Masalah yang dihadapi tersebut harus diselesaikan dengan salah satu alternatifnya adalah melalui variasi permainan dakon yang dijadikan media benda konkret untuk pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan. Pelaksanaan tindakan perbaikan pertama kemampuan anak sudah mulai meningkat akan tetapi belum optimal, masih perlu perbaikan selanjutnya. Tindakan penelitian berikutnya dengan merubah metode yang digunakan terjadi peningkatan sesuai dengan yang diharapkan. Pada gambar bagan kerangka pikir yang memperlihatkan kondisi sebelum penelitian dilakukan, penelitian pada siklus I dan penelitian pada siklus 34

50 II. Setiap siklus saling berhubungan antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Berikut bagan kerangka pikir penelitian Kondisi awal Kondisi sudah mulai meningkat akan tetapi masih perlu perbaikan karena belum optimal SIKLUS II J. Hipotesis Anak kesulitan mengerjakan penjumlahan dan pengurangan karena belum dipahamkan Media pembelajaran matematika belum tersedia Dakon belum pernah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman penjumlahan dan pengurangan - Penjelasan variasi permainan dakon sesuai aturan - Bermain dakon secara klasikal - Mengerjakan test LKA siklus I - Bermain dakon dan mengerjakan LKA pendampingan secara individu - Mengerjakan test dengan perbaikan LKA siklus II Gambar 3. Kerangka Pikir Melakukan perbaikan dengan PTK SIKLUS I Terjadi peningkatan sesuai dengan harapan Berdasarkan kerangka pikir tersebut menghasilkan hipotesis sebagai berikut kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak kelompok B dapat ditingkatkan menggunakan permainan dakon. 35

51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas tersebut dapat dilakukan secara individu dan kolaboratif. Dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah secara kolaboratif yaitu dilakukan antara guru kelas dan peneliti sebagai observer. Menurut Suroso (2009: 30), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mendefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas secara lebih professional, dalam penelitian ini dilakukannya perbaikan permasalahan yang ada dikelas yaitu dengan suatu metode tertentu. Dalam penelitian ini permasalahan yang ada dikelas kurangnya kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan, dan meningkatkannya dengan metode salah satunya menggunakan media dakon. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dilakukan bekerjasama antara pendidik dengan peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan permasalahan pembelajaran dalam kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran. B. Tahap Penelitian Penelitian tindakan kelas memerlukan tahapan yang dilakukan yaitu Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah kegiatan yang 36

52 berkelanjutan serta berulang dan sering disebut sebagai siklus. Model Kemmis dan Mc Taggart siklus adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya & Dedi, 2011: 20-21). Berdasarkan komponen dalam penelitian tersebut, berikut adalah paparan dari empat komponen (Sukayati: 2012): 1. Tahap perencanaan Tahap perencanaan ini mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan peneliti sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap perencanaan ini menjelaskan tentang mengapa harus menggunakan permainan dakon, bagaimana menggunakan permainan dakon bisa meningkatkan kemampuan penjumlahan pengurangan, kapan dilakukan kegiatan permainan dakon, siapa sasaran yang dalam penelitian, dimana dilakukan penelitan. Penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dilakukan kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Sehingga, yang melakukan tindakan adalah guru kelas. Peneliti memberikan penjelasan kepada guru kelas terkait tindakan yang dilakukan dikelas. Hal ini dilakukan supaya penelitian tindakan yang dilakukan dapat berhasil. Rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: a. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rancangan Kegiatan Harian (RKH) tentang kegiatan yang dilakukan dengan tema tanah airku sub-tema kekayaan indonesia dan tema alam semesta sub-tema benda-benda langit. b. Peneliti menyiapkan alat berupa lembar evaluasi, Lembar Kerja Anak (LKA) serta keperluan lain yang dibutuhkan saat penelitian berlangsung. 37

53 c. Menyiapkan media dakon yang digunakan dalam kegiatan yang di rencanakan. d. Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang berupa kamera 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel. Penelitian dilakukan dengan kolaborasi bersama guru kelas, sehingga peneliti bekerjasama dalam melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran tentang kemampuan penjumlahan dan pengurangan. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan penelitian dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dilakukan secara berurutan. Tindakan dilakukan pada kegiatan inti, guru memberi contoh cara bermain dakon sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Setelah itu, anak-anak bermain kelompok secara klasikal. Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan secara individual dengan pendampingan juga dilakukan secara individu dan bergantian. Dengan demikian, diharapkan dalam satu hari semua aspek dan tujuan dalam penelitian dapat diamati dan terlaksana lancar. 3. Tahap Pengamatan/observasi Tujuan pengamatan atau observasi adalah mengetahui kemampuan anak dalam penjumlahan pengurangan selama proses pembelajaran Tahap pengamatan atau observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan 38

54 lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu juga menggunakan metode dokumentasi dengan mengambil foto ketika anak-anak melakukan kegiatan. 4. Tahap Refleksi Tahap refleksi dilakukan pada akhir setiap siklus untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang telah diberikan sesuai dengan harapan peneliti dan untuk mengetahui perlu tidaknya siklus selanjutnya. Tahap refleksi pada tahap ini, peneliti dan guru mencari kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran. bertujuan untuk menyusun rencana perbaikan karena tindakan yang sudah dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Data hasil refleksi selanjutnya digunakan peneliti sebagai acuan perencanaan tindakan siklus berikutnya, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan disiklus I. Tahap perencanaan sebelumnya telah ditemukan adanya kekurangan maka peneliti perlu untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Perbaikan tersebut dimulai dari media, metode dan Lembar Kerja Anak (LKA) yang digunakan dalam pembelajaran pada pelaksanakan siklus berikutnya. C. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian tindakan kelas pada penelitian ini akan dilaksanakan di Kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju yang berada di Dusun Suroharjo, Muja-Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. 39

55 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan April-Mei 2015 pada Semester Genap Tahun Ajaran Setting penelitian Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting ruang kelas. Setting ruang kelas tempat duduk dibuat 3 kelompok yang akan memudahkan dalam melakukan kegiatan. Pemilihan setting tempat duduk di dalam kelas untuk memudahkan dalam mengkondisikan dan mengobservasi anak sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika penjumlahan pengurangan melalui permainan dakon dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan setting tempat duduk dibuat kelompok dalam ruang kelas. D. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah siswa-siswi kelompok B berjumlah 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan di TK Pamardi Siwi Muja-Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. E. Prosedur Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang di ungkapkan oleh Kemmis dan Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin (dalam Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011). Model ini 40

56 dapat mencakup beberapa siklus, dan dalam satu siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun gambaran pelaksanaan model tersebut adalah sebagai berikut : Keterangan: 1. Plan (Perencanaan) 2. Action (Tindakan) & Observe (Pengamatan) 3. Reflect (Refleksi) 1. Revised Plan (perencanaan kembali) 2. Action (Tindakan) & Observe (Pengamatan) 3. Reflect (Pengamatan) Gambar 4. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Taggart. F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua siklus, dimulai pada tanggal 10 April dan berakhir pada tanggal 25 April G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi. Observasi merupakan proses pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat atau mengamati proses atau situasi penelitian (Wijaya 41

57 Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011: 23). Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada: a. Saat kegiatan pembelajaran sebelum adanya tindakan untuk mengetahui kemampuan awal penjumlahan dan pengurangan anak. b. Saat proses pembelajaran setelah ada tindakan untuk mengetahui perubahanperubahan kemampuan anak dalam penjumlahan pengurangan. c. Saat akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan setelah dilakukan beberapa tindakan. 2. Dokumentasi Dokumentasi ini merupakan alat bantu penilaian observasi dan merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data. Dokumentasi pada penilaian ini adalah Lembar Kerja Anak (LKA) berupa gambar-gambar dakon. H. Instrumen Pengumpulan data Pengumpulan data sangat penting dalam penilitian guna untuk memperoleh data. Menurut Sugiono (2005: 63), terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan dan dokumentasi. Observasi adalah dasar semua pengetahuan. Sedangkan observasi menurut Wina Sanjaya (2010: 86) adalah merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. 42

58 Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap perkembangan pemahaman matematika anak dalam pengoperasian bilangan khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan angka. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dengan memberikan skor jika hal yang di amati muncul. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya seseorang (Sugiono, 2008: 329). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa LKA pembelajaran, mengenai pengoprasian bilangan hasil kerja anak. Dokumentasi yang berupa LKA ini merupakan penialain secara portofolio, yaitu penilaian yang berdasar pada kumpulan hasil kerja anak, menggambarkan seberapa jauh mana kemampuan anak berkembang (Kurikulum TK dan RA Depdiknas, 2009: 10). Portofolio digunakan sebagai bahan evaluasi dan juga digunakan sebagai bukti dari hasil kerja anak untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan. I. Kisi Kisi Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data supaya pekerjaan lebih mudah Tabel.1. Kisi-kisi instrumen penelitian Aspek Indikator Instrumen Menyebutkan hasil dari Penjumlahan (penggabungan dua benda Anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan dan memahami aturan. Lembar Observasi LKA atau angka) dan Permainan dakon Pengurangan (pemisahan 2 benda atau angka) Anak dapat menyebutkan Lembar Observasi hasil pengurangan dan memahami aturan LKA permainan dakon 43

59 Tabel.2. Rubrik Penilaian penjumlahan dan pengurangan melalui permainan dakon teknik observasi No Keterangan Skor 1 Apabila anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan 4 dan pengurangan secara benar, dan bermain dakon secara urut dan sesuai dengan aturan. 2 Apabila anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan 3 dan pengurangan secara benar, tetapi belum urut dalam aturan bermain dakon. 3 Apabila anak tidak mampu menyebutkan hasil 2 penjumlahan dan pengurangan tetapi bisa bermain dengan urut dan belum sesuai dengan aturan permainan dakon 4 Apabila anak tidak mampu menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dan tidak bisa bermain dengan urut dan sesuai aturan permainan dakon. 1 Penilaian portofolio didapat berdasarkan hasil Lembar Kerja Anak (LKA) setelah anak selesai mengerjakan LKA tersebut. Pengerjaan LKA tersebut setelah anak paham tentang aturan permainan dakon, maka selanjutnya anak diminta untuk mengerjakan Lembar Kerja Anak dan menghitungnya menggunakan media dakon. Untuk memperjelas penilaian portofolio maka penilaian yang dilakukan dilengkapi dengan dokumentasi yang bertujuan untuk merekam kegiatan yang telah dilakukan. Penilaian dalam LKA ini adalah penilaian yang dilakukan berdasar hasil dari lembar kerja yang telah anak kerjakan. LKA penjumlahan dan pengurangan masing-masing jumlah soalnya ada 8. Jadi penilaian didapatkan berdasarkan berapa soal yang bisa anak jawab dengan benar. Jadi penilaiannya adalah sebagai berikut apabila anak bisa menjawab 8 soal maka nilaianya adalah 8, jika dapat menjawab 7 maka nilainya adalah 7, jika dapat menjawab 6 soal maka nilainya 6, jika dapat menjawab 5 soal nilainya 5, jika dapat menjawab 4 soal nilainya 4, jika 44

60 menjawab 3 soal maka nilainya 3, jika dapat menjawab 2 soal nilaianya 2,dan jika dapat menjawab 1 soal nilainya adalah 1. J. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul berupa hasil pengamatan, dokumen portofilo atau LKA yang telah diisi anak. Menurut Wina Sanjaya (2009: 106), analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasikan data yang bertujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu: mereduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Pada tahap ini peneliti menggunakan semua instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk dikelompokkan sesuai dengan masalah. Ini memungkinkan peneliti untuk membuang data yang tidak diperlukan. Data yang diperoleh kemudian dideskribsikan supaya data yang telah dikumpul menjadi bermakna. Bentuk deskribsi data tersebut berupa naratif, grafik, dan dalam bentuk tabel. Tahap terakhir membuat kesimpulan dari data yang telah di deskribsikan. Tahap menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan tahap yang paling penting karena hal ini untuk memberikan makna dari data yang telah dikumpulan. Hasil tersebut merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskribtif kualitatif serta kuantitatif. Penghitungan data kuantitatif adalah dengan 45

61 menghitung rata-rata perkembangan anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi dan hasil dari lembar kerja anak yang telah disusun sebelumnya. Rata rata yang diperoleh dapat diketahui skor perkembangan kemampuan pengoperasian bilangan anak. Adapun cara menghitung hasil skor untuk mengetahui ketuntasan belajar data dianalisa dengan menggunakan statistik deskribtif sederhana dengan rumus sebagai berikut (Acep Yoni (2010: 176): Skor 100 Selanjutnya hasil skor penilaian secara observasi dan penilaian portofolio atau LKA yang didapatkan tersebut dirata-rata kemudian mendapatkan skor untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan. Kemudian data tersebut diinterpretasikan kedalam empat tingkatan, yaitu : : sangat baik : baik : cukup baik 0-25 : belum baik K. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan. Peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan dapat dilihat melalui rata-rata skor yang didapat apabila semua anak kelompok B mampu mencapai skor yaitu 80 atau dalam kriteria sangat baik. 46

62 A. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di TK Pamardi Siwi Muja- Muju, Yogyakarta yang beralamatkan di Suroharjo, UH II/635, Muja-Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pukul WIB. Sarana dan pra-sarana yang dimiliki cukup baik terdiri dari 2 ruang kelas, 1 kamar mandi, ruang kantor, 1 ruang tamu, serta halaman untuk bermain anak. Pendidik berjumlah 4 orang. Penelitian di lakukan pada kelompok B. B. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikelompok B dengan jumlah siswa 16, yang terdiri dari 6 perempuan dan 10 laki-laki. Model pembelajaran dalam kelas menggunakan metode klasikal. Sehingga tempat duduk anak disetting seperti huruf U supaya guru lebih mudah dalam mengawasi setiap anak. Setiap hari senin posisi duduk anak-anak bergeser satu tempat searah dengan jarum jam, jadi mereka bergeser setiap seminggu sekali. C. Deskripsi Data Kemampuan Penjumlahan dan Pengurangan Anak 1. Pelaksanaan kondisi pra tindakan Sebelum di adakan PTK, peneliti melakukan test pra tindakan guna menguatkan data yang diperoleh saat observasi. Test pra tindakan tersebut menggunakan penilaian observasi dan portofolio atau LKA kemudian skor yang diperoleh dari penilaian tersebut dirata-rata. Penilaian saat observasi, peneliti 47

63 mengajukan pertanyaan secara lisan kepada anak-anak. Gambar dibawah ini merupakan penilaian yang dilakukan secara observasi pada pra tindakan yaitu anak diminta untuk maju kedepan dan menjawab pertanyaan secara lisan dari peneliti tentang penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan penilaian pada pra tindakan yang telah dilakukan maka diperoleh data tentang kondisi awal tentang kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan adalah sebagai berikut: Tabel.3.Rata-rata kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan Kemampuan Anak Penjumlahan 50,79 Pengurangan 38,28 Skor yang diperoleh Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kondisi awal kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan masih kurang, hal tersebut dikarenakan kurang pengoptimalan dalam penggunaan media dan ketika pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan belum disertai gambar atau benda kongkret, dalam penyampaiannya terlihat abstrak. Hasil penilaian observasi terlihat hampir semua anak kesulitan dalam menghitung, ketika peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada anak tentang penjumlahan bilangan mereka terlihat kebingungan dalam menghitung menggunakan media jari mereka. Sementara pada pengurangan sebagian anak masih bingung tentang pengurangan, sebagian besar masih menjawab salah dan berfikir jika pengurangan sama dengan penjumlahan. Sedangkan pada penilaian portofolio sebelum dikenai tindakan pada penjumlahan sebagian besar anak sudah paham dalam mengerjakan LKA berupa gambar-gambar tersebut akan tetapi masih ada beberapa yang salah 48

64 dalam mengerjakan dikarenakan LKA yang digunakan berupa gambar-gambar yang sangat kecil dan tidak menarik. Sedangkan pada pengurangan pada penilaian LKA menunjukan bahwa anak kurang paham tentang konsep pengurangan. Hasil jawaban LKA yang dikerjakan anak kebanyakan adalah penjumlahan bukan pengurangan. Rata-rata skor yang diperoleh pada penjumlahan adalah 50,79, sedangkan pengurangan 38,28. Keadaan seperti ini yang menjadi landasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan melalui permainan dakon. 2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam proses pembelajaran yakni 4 kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12 April 2015, 14 April 2015, 17 April 2015, dan 18 April Pelaksanaan 2 siklus tersebut dengan tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan dan pengamatan (Acting and Observing), dan refleksi (reflecting). Sedangkan untuk siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015, 23 April 2015, 24 April 2015, dan 25 April Berikut adalah penjabaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelompok B Pamardi Siwi Muja-Muju. a. Tahapan Perencanaan (Planning) Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun tahap perencanaan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.Melakukan kolaborasi dengan guru dalam mempersiapkan kegiatan 49

65 Peneliti memberikan penjelasan kepada guru mengenai penelitian yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan supaya guru memiliki pemahaman yang sama dengan peneliti terkait tindakan yang akan dilakukan, dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaborasi. Dengan demikian diharapkan dalam penelitian akan berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. 2.Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) Pembuatan RKH dilakukan bersama guru dengan pedoman kurikulum yang sekolah digunakan, hal ini dilakukan supaya tidak terjadi perbedaan. Pembuatan RKH dilakukan sehari sebelum penelitian dilakukan, dengan memilih indikator dalam penelitian dan disesuaikan dengan tema. 3.Menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar yang diperlukan Peneliti bersama guru mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pelaksanaan penelitian. Persiapan media tersebut antara lain mempersiapkan papan dakon berserta biji yang digunakan untuk anak bermain, mempersiapkan LKA yang digunakan dalam penilaian portofolio. 4.Menyiapkan alat dokumentasi Peneliti menyiapkan alat dokumentasi yang berupa kamera. Penggunaan kamera dalam penelitian bertujuan supaya hasil data yang diperoleh dapat diperkuat dengan adanya foto yang diperoleh dari hasil alat dokumentasi. 5.Menyiapkan lembar penilaian observasi untuk mencatat perkembangan kemampuan matematika penjumlahan pengurangan menggunakan dakon Sebelum tindakan dilakukan peneliti mempersiapkan lembar observasi yang digunakan untuk penilaian, yang berfungsi mencatatat perkembangan 50

66 kemampuan matematika penjumlahan pengurangan anak menggunakan permainan dakon. b. Tahapan Pelaksanaan (Acting) 1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2015 dari pukul WIB. Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pada siklus I pertemuan yang pertama yaitu 16 anak, Kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan dakon menjadi bagian dengan kegiatan yang lain. Tujuannya supaya semua aspek perkembangan anak dapat secara utuh dikembangkan dengan optimal. Peneliti bersama guru berkolaborasi dalam melangsungkan proses pembelajaran. Guru bertugas menyampaikan pembelajaran berdasarkan RKH yang telah dibuat sebelumnya, selanjutnya guru menjelaskan kepada anak tentang cara bermain dan peraturan dalam permainan dakon tersebut. Sedangkan peneliti bertugas mengamati, dan menilai perkembangan pemahaman matematika penjumlahan pengurangan dengan dakon tidak lupa peneliti juga mendokumentasikan saat kegiatan berlangsung. Penilaian pertemuan pertama adalah lembar observasi. Berikut gambaran pelaksanaan siklus I pertemuan pada pertama pelaksanaan pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Bel berbunyi tepat pukul WIB dan semua anak langsung berbaris rapi di halaman sekolah karena kegiatan rutin setiap hari senin adalah upacara 51

67 bendera. Kegiatan upacara bendera diikuti semua warga yang ada disekolah. Upacara selesai pada pukul 07.50, kemudian anak antri menunggu bergiliran untuk masuk kelas masing-masing. Setelah itu anak duduk pada kursi masingmasing dan dilanjutkan dengan berdoa. Selesai berdoa anak-anak bernyanyi tamanku dan aku anak TK. Kemudian guru melakukan apersepsi yaitu dengan bercakap-cakap tentang kekayaan kebudayaan diindonesia. Guru menjelaskan tentang kebudayaan indonesia, indonesia kaya akan budaya karena indonesia mempunyai banyak macam pakaian adat, rumah adat, bahasa daerah, dan permainan tradisional. Kemudian guru menjelaskan bahwa hari ini akan belajar tentang permainan dakon. b. Kegiatan Inti (±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru menunjukan media permainan dakon. Pertama, guru menjelaskan tentang alat dakon tersebut, lubang yang kecil bernama sawah, yang besar namanya lumbung, dan biji kecil nanti akan dimasukan pada sawah. Guru menjelaskan tentang bagaimana cara bermainnya, yaitu setiap lubang dakon diisi dengan tiga biji, dan setiap pemain mempunyai lumbung dua, selain lumbung yang ada pada papan dakon guru akan menambahkan kardus kecil untuk lumbung dua. Guru memberi contoh bagaimana cara bermain dan aturan yang harus mereka taati. Selanjutnya anak antri untuk mengambil papan dakon, anak berlatih bermain dakon sendiri tanpa ada lawan terlebih dahulu. Ketika waktu istirahat tiba anak-anak membereskan peralatan dakon dan bergegas untuk istirahat. 52

68 c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Pada kegiatan akhir guru meminta anak untuk maju ke depan kelas dan bercerita kepada teman tentang pengalamannya bermain dakon tadi. Karena hari berikutnya pembelajarannya menggunakan dakon. Sebelum pulang guru melakukan refleksi tentang kegiatan hari ini, setelah selesai guru menyampaikan pesan-pesan berdoa pulang. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2 Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I ada 16 anak. Tidak ada anak yang absen pada hari tersebut. Penilaian pertemuan kedua adalah lembar observasi. Berikut gambaran kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Setelah bel berbunyi anak-anak bergegas masuk ke dalam kelas dan duduk pada tempat masing-masing. Guru membuka pembelajaran dengan salam kemudian berdoa sebelum kegiatan. dilanjutkan dengan bernyanyi good morning. Sebelum kegiatan inti dimulai guru mengajak anak-anak untuk senam si tompi, guru meminta anak untuk berdiri kemudian guru memainkan musik dan memberikan contoh gerakan anak-anak mengikutinya, selanjutnya anak bergerak sendiri tanpa contoh. b. Kegiatan Inti (±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru menanyakan kepada anak hari ini akan belajar tentang apa, serentak anak menjawab bermain dakon. Guru 53

69 menjelaskan kepada anak bahwa hari ini mereka akan bermain dakon bersama dengan teman. Guru memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana peraturan dan jalannya permainan sampai permainan selesai, kemudian guru meminta kepada anak untuk memilih teman yang akan menjadi lawan main mereka. Jika sudah mendapat teman mereka mengambil peralatan dakon dimeja guru dan mulai bermain dengan lawan main. Guru mengingatkan jika ada yang kalah mereka tidak boleh kecil hati harus mau menerima kekalahan dan tetap mencoba lagi permainan selanjutnya, begitu pula bagi yang menang tidak boleh sombong kepada temannya yang kalah. Anak bermain dakon secara klasikal, guru dan peneliti berkeliling untuk mengamati bagaimana anak dalam bermain dakon dan sekali-kali menanyakan hasil penjumlahan tentang hasil lumbung yang tadi dengan hasil lumbung yang baru. Begitu pula untuk pengurangan ketika sudah ada yang selesai bermain menanyakan hasil dari pengurangan semua hasil yang mereka dapat untuk diisikan disawah masingmasing. Anak-anak selanjutnya istirahat dan bermain. c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Kegiatan akhir dimulai dengan guru megajak anak untuk tepuk jari, tepuk semangat. Kemudian guru bercerita tentang perlombaan kalau dalam lomba itu sudah pasti ada yang menang dan kalah. Bagaimana bisa menang karena dia gigih dan harus teliti yang paling penting adalah jujur ketika dalam perlombaan atau dalam permainan. Bagi yang kalah dia harus bisa menerima dan berusaha agar bisa menang dalam kesempatan lainnya. Setelah itu, anak duduk tenang dan berdoa dipimpin oleh guru. Kegiatan pada hari itu diakhiri 54

70 dengan salam, anak-anak menaikan kursi di atas meja dan mengantri untuk bersalaman dengan guru dan peneliti. 3) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3 Pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada hari Jumat 17 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I ada 16 anak. Tidak ada anak yang absen pada hari tersebut. Penilaian pertemuan ketiga adalah lembar observasi. Berikut gambaran kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Bel berbunyi pada pukul 07.30, kemudian anak masuk ke dalam kelas dan duduk pada tempat mereka masing-masing. Diawali dengan berdoa kemudian bernyanyi bangun tidur. Guru mengabsen dan menanyakan kabar anak-anak pada hari itu. Selanjutnya guru mengajak untuk bercakap-cakap tentang mau bertegur sapa dan bermain bersama temannya. Guru bertanya bagaimana sikap kita bila punya banyak teman, dan bagaimana jika bermain bersama. Anakanak berebutan menjawab ada anak yang menjawab senang dan mau berbagi, ada yang menjawab tidak rebutan. Selain itu ada juga anak yang tidak mendengarkan bicara sendiri dengan teman disebalahnya. Untuk mengkondisikan anak, guru mengajak mereka untuk tepuk jari. b. Kegiatan Inti (±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan hari ini masih berlanjut bermain dakonnya, akan tetapi ada peraturan yang baru setiap anak mendapat tambahan lumbung yaitu kardus kecil. Kardus itu nantinya akan berfungsi 55

71 untuk menyimpan biji hasil permainan yang pertama. Kemudian guru memberikan contoh terlebih dahulu, jika berhenti bermain maka dia wajib memindahkan biji dalam lumbung dua, dan menghitung hasil dari kedua lumbung. Anak mengambil peralatan dakon dimeja guru, dan mengambil kardus kecil untuk dijadikan lumbung dua. Guru dan peneliti berkeliling mendampingi anak secara bergiliran, ketika berhenti guru menanyakan kepada anak tentang hasil penjumlahan yang dia dapatkan dilumbung satu dan dua. Misalnya RA menyimpan 6 biji dilumbung satu dan 4 biji dilumbung dua, guru menanyakan berapa hasil penjumalahan dilumbung satu dan dua, selanjutnya RA menghitung total semua biji ada 10 biji, begitu seterusnya kepada setiap anak yang sedang bermain dan bergiliran. Ketika sudah ada anak yang selesai bermain guru bertanya siapa yang menang yaitu mendapatkan biji paling banyak dengan lawannya. Misalkan ZE lawan mainnya adalah AN guru bertanya berapa biji yang kamu punya ZE, kemudian ZE menjawab ada 22, dan AN menjawab 20, tugas guru berikutnya meminta kepada ZE untuk mengurangkan biji yang dia punya untuk dimasukan dalam sawah sejumlah 6, setelah ZE melakukan kemudian guru bertanya berapa sisa biji yang kamu punya jika tadi 22 kemudian dikurangkan 6, ZE menghitung dan menyebutkan hasilnya yaitu 14. Begitu seterusnya dan kepada semua anak. Akan tetapi tidak semua anak bisa menjawab dengan benar masih ada beberapa anak yang salah dalam menghitung. Ketika waktu istirahat tiba anakanak bermain diluar kelas. 56

72 c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Kegiatan akhir dimulai dengan bernyanyi up and down. Selanjutnya anak duduk rapi dan mendengarkan cerita guru tentang pahlawan yang berjuang untuk tanah air, anak mendengarkan seksama cerita guru. Guru menyampaikan bahwa pahlawan sangat mencintai negara kita indonesia sampai mereka rela berjuang demi negara kita. Selanjutnya guru berpesan kepada anak-anak supaya meneruskan jasa para pahlawan yaitu dengan belajar yang tekun, berbakti kepada orang tua dan melestarikan kebudayaan yang kita punya. Setelah selesai guru melakukan apersepsi hari ini belajar apa, anak menjawab belajar penjumlahan dan pengurangan dengan main dakon. Kegiatan ditutup dengan bernyanyi terima kasih ibu, berdoa, salam, dan pulang. 4) Pelaksanaan Tindakan Siklus I pertemuan 4 Pertemuan keempat siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu 18 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan keempat siklus I ada 16 anak. Tidak ada anak yang absen pada hari tersebut. Penilaian pertemuan keempat adalah portofolio atau LKA. Berikut gambaran kegiatan peneltian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Bel berbunyi pukul 07.30, anak-anak masuk kedalam kelas dan duduk ditempat masing-masing. Sebelum kegitatan dimulai diawali dengan bernyanyi lima jari dilanjutkan berdoa, setelah berdoa bernyanyi aku anak pintar guru melanjutkan absensi dan menanyakan kabar. Hari ini guru 57

73 mengulangi kegiatan seminggu ini dengan bertanya kepada anak, sudah belajar tentang apa, anak-anak menjawab permainan tradisional dakon bu guru, guru melanjutkan pertanyaan apa kalian sudah bisa bermain dakon, dan siapa yang tahu dengan dakon kita bisa belajar apa ya?, RA menjawab sudah bisa bu dengan dakon bisa belajar penjumlahan dan pengurangan. karena anak-anak sudah hebat hari ini kita akan belajar yaitu penugasan mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan. Supaya anakanak fokus selanjutnya guru meminta anak untuk tepuk fokus. b. Kegiatan Inti(±30 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan LKA kepada anak-anak sebelumnya mereka diminta untuk menyiapkan pensil. Anak-anak mulai mengerjakan LKA sendiri tidak boleh mencontoh pekerjaan teman, beberapa dari mereka serius dalam mengerjakan tetapi ada juga yang bermalas-malasan dan kadang mencotoh pekerjaan teman disebelahnya. Ketika anak sudah selesai mengerjakan selanjutnya anak mengambil buku gambar kemudian menggambar ekspresi mereka setelah mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan itu. Ada anak yang menggambar bintang sejumlah lima ketika ditanya kenapa menggambar bintang anak tersebut menjawab karena aku mau dinilai bintang lima, ada juga anak yang menggambar smile, bahkan ada anak yang meggambar coretan hitam dengan krayon dan ketika ditanya anak tersebut menjawab sulit untuk mengerjakannya. Waktu istirahat tiba anak-anak bermain diluar kelas. 58

74 c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Kegiatan akhir yaitu mengenalkan lagu baru yang berjudul aku anak indonesia, guru memberikan contoh terlebih dahulu kemudian anak menirukan, selanjutnya bernyanyi bersama-sama. Guru menawarkan kepada anak yang sudah hafal boleh maju kedepan dan memimpin teman-temannya. Tetapi tidak ada anak yang mau maju kedepan. Selanjutnya guru melakukan refleksi tentang kegiatan hari ini, dan berpesan kepada anak-anak kalau besok adalah hari minggu anak-anak libur satu hari dilanjutkan bernyanyi tugas hari minggu. Kemudian berdoa dan pulang. c. Pengamatan (Observing) Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan permainan dakon. Seluruh proses siklus I selama 4 pertemuan berjalan lancar sesuai yang telah direncanakan. Pada awalnya anak masih bingung dengan permainan dakon ini, karena sebagian anak bermain dakon tidak sesuai dengan aturan kadang ada yang jalan ke kiri bahkan mengisi lumbung temannya sendiri, akan tetapi anak mereka tidak putus asa, seketika dibenarkan langsung mengikuti aturan permainan kembali. Pertama anak masih terlihat kebingungan dalam cara bermainnya, mereka terlihat ragu-ragu sehingga perlu banyak bimbingan dan arahan serta motivasi dari guru maupun peneliti. Mesipun demikian anak-anak terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan. Dikarenakan sikap anak-anak yang ingin mencoba beberapa kali meski jalan permainan salah bahkan tidak mudah menyerah begitu saja. 59

75 Pada pertemuan pertama anak terlihat antusias ketika guru memberikan contoh didepan kelas bagaimana jalannya permainan hampir semua anak berdiri dari kursi dan mendekat guru untuk bisa melihat. Pada awal pertemuan anak-anak masih banyak yang kesulitan dan kebingungan dengan jalannya permainan dakon serta aturan yang harus ditaati. Pada hari pertama tersebut guru dan peneliti berpindah- pindah dalam mendampingi dan apabila ada anak yang salah maka dibenarkan. Akan tetapi ada dua orang anak yang dari hari pertama sudah bisa dan sesuai dengan aturan permainan yaitu RA dan ZE. Bahkan ada anak yang bermain dengan sesukahati mereka asal memasukan biji saja dan jumlahnya tidak tentu yaitu FA dan NF, kebanyakan dari mereka masih salah dan selanjutnya mereka bisa mencoba kembali bermain. Pada pertemuan kedua dan ketiga, anak sudah terbiasa dengan permainan dakon, karena mereka sudah bisa bermain dengan lawan temannya sendiri bahkan dengan tambahan lumbung untuk menyimpan hasil mereka sudah paham. Ketika biji sudah habis yang dia bawa maka wajib menghitung hasil lumbung yang diperoleh, hasil lumbung satu ditambahkan dengan hasil lumbung dua. Jika biji disawah sudah habis maka permainan selesai dan wajib menghitung seluruh biji yang ada dilumbung dua. Untuk bermain kembali maka wajib mengurangkan dan menghitung hasilnya setelah dimasukan dalam sawah. Sebagian besar anak sudah paham dengan aturan tersebut meskipun dengan dampingan guru dan peneliti yang selalu menanyakan setiap akhir bermain, meskipun sebagian anak sudah paham tetapi ada juga anak yang masih bingung dengan hasil yang guru 60

76 maksudkan. Pada pertemuan satu dan ketiga penilaian yang digunakan adalah observasi. Pada pertemuan keempat anak mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan. LKA tersebut bergambar papan dakon yaitu lumbung satu dan dua. Anak mengerjakan LKA dengan jumlah soal 16, yaitu 8 tentang penjumlahan dan 8 pengurangan. Pelaksanaan test ini masih ada anak yang tidak serius dalam mengerjakan, mereka sambil bercanda. Bahkan ada anak yang meniru jawaban teman disebalahnya. Pada test siklus I ini peneliti dan guru masih sering menegur anak supaya mengerjakannya secara mandiri. Penilaian pada pertemuan keempat ini adalah portofolio dengan LKA. Berikut ini contoh gambar pelaksanaan siklus I, ketika guru memberikan contoh bagaimana permainan dakon, permainan dakon yang dilakukan secara klasikal dan guru menyakan hasil penjumlahan dari hasil biji yang telah dilumbung satu untuk dipindahkan pada lumbung dua dan menanyakan hasil pengurangan ketika akan melakukan permainan baru. Gambar.5. Pelaksanaan penelitian siklus I ketika guru memberikan contoh cara bermain dakon 61

77 Gambar.6.Pelaksanaan tindakan siklus I ketika anak bermain dakon secara klasikal Gambar.7. pelaksanaan tindakan siklus I saat guru menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan Berdasarkan hasil penilaian observasi dan portofolio (LKA) yang didapatkan pada siklus I berikut ini adalah tabel perbandingan skor yang diperoleh pada pelaksanaan pra tindakan dan siklus I: Tabel.4.Rata-rata kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan dan siklus I Kemampuan Anak Pra Tindakan Siklus I Peningkatan Penjumlahan 50,79 84,69 33,90 Pengurangan 38,28 81,16 42,88 62

78 Berdasarkan hasil pada penelitian siklus I telah dilihat adanya peningkatan. Hal itu dapat dilihat berdasarkan tabel tersebut bahwa ada peningkatan skor kemampuan anak pada penjumlahan dan pengurangan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan permainan dakon. Skor rata-rata yang diperoleh pada penilaian obsevasi dan portofolio pada penjumlahan yang awalnya 50,79 pada siklus I menjadi 84,69, skor tersebut meningkat sebesar 33,90. Sedangkan untuk pengurangan diperoleh rata-rata skor yang awalnya 38,28 pada siklus I meningkat menjadi 81,16 terjadi peningkatan sebesar 42,88. Hasil skor diperoleh karena anak mulai paham dengan penjumlahan yang dilakukan melalui permainan dakon, yaitu saat anak diminta untuk menjumlahkan biji yang ada pada lumbung satu dan lumbung dua. Sebagian besar anak sudah bisa menghitung dan menyebutkan hasil dari penjumlahan tersebut, Untuk pengurangan ini terjadi karena anak paham tentang konsep pengurangan yaitu pengambilan kelompok baru yang dilakukan menggunakan media benda kongkret yaitu biji dakon, anak lebih mudah dalam menghitung ketika diminta untuk menyebutkan hasil pengurangan dari biji yang didapatkan untuk dimasukan dalam sawah. ketika anak mengerjakan LKA tidak asing lagi sebab sebelumnya mereka telah belajar menjumlahkan menggunakan media dakon yang dilakukan secara langsung, jadi saat mengerjakan LKA sebagian besar anak sudah paham dan benar dalam menjawab. Sedangkan pengerjaan LKA pengurangan belum semua anak paham dengan pengurangan sehingga dalam menjawab anak masih ada beberapa yang salah dan penggunaan LKA yang rumit membuat anak salah persepsi dalam mengerjakan. 63

79 Perbandingan pra tindakan dengan siklus I terjadi peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dikarenakan anak lebih tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan permainan dakon ketika anak belajar tentang penjumlahan dan pengurangan. Anak menjadi lebih tertarik dikarenakan saat pembelajaran anak terbiasa menggunakan LKA saat belajar penjumlahan dan pengurangan, atau menulis soal penjumlahan dan pengurangan pada buku tulis. Pada penelitian ini ketika mereka menghitung melalui bermain dakon sehingga secara tidak langsung mereka belajar mengenai penjumlahand an pengurangan. Selain itu, dakon merupakan permainan tradisional yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Berdasar hasil skor yang diperoleh dari siklus I, skor yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. d. Refleksi (Reflektif) Siklus I Kegiatan refleksi dilakukan untuk memperbaiki dalam perencanaan siklus II dengan harapan dapat memberikan peningkatan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya. Hasil kegiatan refleksi merupakan gambaran selama proses pembelajaran untuk mencari kekurangan dan kelebihan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan ini, peneliti bersama guru melakukan diskusi mengenai pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilakukan sehingga menemukan kendala-kendala yang mempengaruhi peningkatan keterampilan motorik halus anak. Beberapa kendala yang perlu dicarikan solusinya yaitu sebagai berikut: a) Anak belum terlibat aktif, itu terlihat belum semua anak mengikuti dengan sungguh-sungguh, masih ada beberapa anak yang mengobrol sendiri. 64

80 b) Selain itu anak-anak masih ikut-ikutan dengan teman yang lain karena duduknya saling berdekatan c) LKA tentang pengurangan yang digunakan terlalu rumit. Selanjutnya, peneliti bersama guru berdiskusi mencari solusi kendalakendala tersebut. Adapun solusi dari beberapa kendala tersebut adalah sebagai berikut: a) Metode yang diubah, tidak secara klasikal tetapi secara kelompok dengan pendampingan guru. b) Seorang anak yang sedang bermain di dampingi guru, fungsi guru disini adalah sebagai penanya ketika anak selesai bermain dan menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan, selain itu guru bertugas untuk mengoreksi yang dilakukan anak sudah benar atau belum dalam bermain dan menentukan hasilnya. c) LKA yang akan digunakan dalam test siklus II dibuat lebih simpel dari sebelumnya d) Untuk mempermudah dan paham dengan penjumlahan dan pengurangan Ketika mengerjakan LKA menggunakan media dakon untuk menghitung tentang penjumlahan dan pengurangan. Dengan memudahkan anak untuk menghitungnya. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I, kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju sudah mulai meningkat walaupun belum maksimal. Peneliti berharap untuk lebih mengoptimalkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak 65

81 sesuai target yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti merencanakan kembali kegiatan bermain dakon pada Siklus II. 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I, peneliti dan guru menyusun perencanaan untuk tahap pelaksanaan siklus II. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sama seperti pada siklus I. Persiapan tersebut meliputi pembuatan RKH, menyiapkan LKA, menyiapkan instrumen penelitian, alat dokumentasi dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan yaitu permainan dakon. Pada pelaksanaan siklus II ini hampir mirip dengan pelaksanaan siklus I. Namun, yang membedakan adalah tempat duduk mereka dipisah dan dibagi menjadi tiga kelompok supaya guru dan peneliti lebih mudah ketika mengobservasi dan bertanya kepada anak tentang penjumlahan dan pengurangan. Selain itu setiap pertemuan di siklus II dirancang berbeda. Pada pertemuan pertama, yang bertanya adalah guru, pertemuan kedua yang bertanya adalah teman lawan bermain, pertemuan ketiga yang menghitung adalah dirinya sendiri dan didampingi oleh guru. Pertemuan keempat adalah anak mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA) menggunakan media dakon untuk menghitung soal soal yang ada pada LKA. 66

82 b. Tahap Pelaksanaan 1) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April Jumlah anak yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak, kebetulan tidak ada anak yang absen pada hari itu. Penilaian pertemuan pertama adalah lembar observasi. Berikut merupakan pemaparan penelitian tindakan kelas siklus II pertemuan pertama. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Bel berbunyi pukul 07.30, kemudian anak-anak masuk kelas duduk rapi. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai anak-anak bernyanyi tanganku ada dua dilanjutkan berdoa dan absensi dengan bernyanyi apa kabar. Kemudian anak diminta untuk keluar kelas menuju halaman, karena kegiatan pertama adalah melompati papan titian dengan tumpuan satu kaki, anak diminta antri dengan berbaris untuk menunggu giliran. Ketika sudah melompat selanjutnya masuk dalam kelas dan kembali duduk sambil menunggu teman lainnya. b. Kegiatan Inti (±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru memberikan penjelasan hari ini mereka akan bermain dakon kembali, kemudian guru menjelaskan tentang peraturan pada hari ini bahwa mereka bermain dakon berkelompok, satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok akan dampingi dengan guru secara bergantian. Anak bermain dakon secara mandiri, guru hanya mendampingi dan bertanya ketika usai menjalankan permainan tentang hasil penjumlahan dan pengurangan yang anak lakukan. Misalkan guru bertanya berapa biji 67

83 yang ada dilumbung dua?, anak menjawab ada 5 bu guru, selanjutnya guru sekarang dilumbung dua ada berapa?, anak menjawab ada 3, guru selanjutnya bertanya jika seperti itu terus bagaimana?, anak menjawab 5+3=8 bu guru. Jadi guru tidak menanyakan secara detail tetapi hanya menjadi fasilitator saja. Untuk pengurangan, jika sudah selesai permainan pertama guru bertanya berapa jumlah biji yang kamu dapatkan?, anak menjawab aku dapat 23 bu guru, sekarang coba sawahnya diiisi dengan 6 biji selanjutnya gimana ya?, kemudian anak melakukan perintah kemudian menjawab bijiku sisa 17 bu jadi 23 diambil 6 masih 17. Begitu seterusnya sama halnya yang dilakukan dikelompok yang lain dengan guru dan peneliti. Kegiatan sebelum istirahat dan mengulang tentang hasil biji yang anak-anak dapatkan ketika tadi bermain, guru bertanya mas HL berapa tadi biji yang kamu dapat?, HL menjawab 17 bu guru, sekarang RA berapa yang kamu dapatkan?, aku dapat 20 bu guru, kata RA, sekarang coba anak-anak bandingkan punya siapa yang lebih banyak, anak- anak ambil biji 17 dan 20 kemudian dilihat banyak yang mana? perintah guru, ZE yang menjawab banyak 20 bu YN. Setiap anak yang bisa menjawab guru selalu memuji dengan anak pintar, anak hebat dan lain-lain. Begitu seterusnya sampai tiba waktu istirahat. c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Sebelum kegiatan akhir anak anak bernyanyi aku anak indonesia, tugas selanjutnya adalah anak mengambil buku dilaci mereka masing-masing, dan mengerjakan LKA memberi tanda V untuk anak yang berperilaku sopan, dan 68

84 tanda X untuk anak yang berperilaku tidak sopan. Dilanjutkan untuk mewarnainya. Kemudian anak mengumpulkan ke meja guru bila sudah selesai dan mebereskan meja mereka masing-masing bersiap untuk pulang. Sebelum pulang berdoa yang dipimpin guru. Bagi yang berdoa sungguh-sungguh bisa pulang paling awal. 2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II pertemuan 2 Pada pelaksanaan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 23 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Hari itu tidak ada anak yang absen, semua anak mengikuti pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir. Penilaian pertemuan kedua adalah lembar observasi. Berikut gambaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas pertemuan kedua siklus II. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Bel berbunyi pukul 07.30, anak-anak masuk dan duduk pada tempat masingmasing. Dilanjutkan berdoa sebelum kegiatan dipimpin guru, setelah anakanak bernyanyi pagi-pagi saya bangun, anak tk, dan diakhiri dengan tepuk fokus. Kegiatan awal adalah bercerita tentang kegiatan sebelum berangkat sekolah. Guru memberi contoh terlebih dahulu, tadi pagi sebelum berangkat bu guru mengerjakan banyak hal anak-anak, bu guru bangun tidur, membersihkan rumah, memasak untuk sarapan suami dan anak- anak bu guru, kemudian mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah, nah sekarang coba anakanak ceritakan kegiatan anak- anak sebelum ke sekolah? beberapa anak tampak antusias untuk bercerita sampai-sampai belum dipersilahkan mereka 69

85 sudah bercerita secara bersamaan. Suasana kelas menjadi riuh, untuk menenangkan guru meminta anak untuk tepuk satu. Kemudian anak-anak diam kembali, mereka bergantian untuk bercerita tapi ada beberapa anak yang tidak mau bercerita. b. Kegiatan Inti (±30 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru memberi penjelasan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Bahwa hari ini mereka tetap masih bermain dakon dengan peraturan sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan adalah yang menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan adalah teman lawan saat bermain dakon, bukan guru lagi. Guru hanya mendampingi saat permainan, mengingatkan dan mengoreksi apabila ada yang salah saat permainan. Misal, pada kelompok anggur ada 3 kelompok yaitu AM dan AN, ZE dan MK, MM dan TA, yang mendampingi adalah bu YN, pada saat itu MM dan TA lupa untuk menanyakan hasil penjumlahan kemudian guru mengingatkan hayo mbak MM apa ya yang lupa?, kemudian sambil tersenyum kecil menjawab iya lupa aku bu YN, MM langsung ingat dengan apa yang harus dia lakukan, selanujtnya TA lumbung dua mu ada biji berapa tambahkan ya dengan biji yang ada dilumbung satu, kemudian TA menjawab Lumbung dua ku ada 10 lumbung satu ku ada 3, jadi semua bijiku ada 13, setelah itu ke permainan selanjutnya hingga usai permainan. Guru EN dan peneliti yang dilakukan sama dengan apa yang dilakukan dengan guru YN. Hampir semua anak mulai paham dengan aturan yang harus mereka patuhi. 70

86 c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Ketika istirahat selesai, anak masuk ke dalam kelas dan duduk dengan rapi. Untuk membuat anak-anak semangat guru meminta kepada anak bersamasama tepuk badut, anak duduk kembali dan guru memberikan aba-aba untuk mengambil buku gambar, pensil dan krayon mereka. Selanjutnya tugas mereka adalah menggambar bebas dan mewarnainya sesuai kesukaan mereka. Setelah selesai anak mengumpulkannya ke meja guru dan membereskan meja mereka bersiap untuk pulang. Guru melakukan refleksi tentang kegiatan hari ini dilanjutkan berdoa, pulang. 3) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 3 Pelaksanaan pertemuan ketiga pada siklus II dilakukan pada hari Jumat, 24 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Semua anak hadir untuk mengikuti pembelajaran pada hari itu. Penilaian pertemuan ketiga adalah lembar observasi. Berikut penjabaran penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan ketiga. a. Kegiatan Awal (±30 Menit) Ketika bel berbunyi pukul anak-anak masuk ke kelas kemudian berdoa dilanjutkan dengan absensi. Selanjutnya anak-anak keluar kelas untuk mengikuti kegiatan rutin senam irama ceria 2 bersama dengan warga sekolah lainnya. Setelah kegiatan senam selesai anak-anak kembali masuk kelas dan beristirahat sebentar, anak-anak diperbolehkan untuk minum. 71

87 b. Kegitan Inti(±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan anak bernyanyi tepuk jari. Kemudian guru menjelaskan kalau hari ini kegiatan mereka masih bermain dakon dengan peraturan yang sama dengan kemarin. Anak-anak mengambil peralatan dakon dan memulai permainan, guru dan peneliti mendampingi secara individual yaitu setiap satu kelompok atau dua anak yang bermain guru selalu mengawasi hingga permainan selesai, secara bergantian dalam satu kelompok tempat duduk. Pada pertemuan ketiga ini, guru dan peneliti sudah tidak menjumpai anak- anak yang lupa dengan apa yang harus dilakukan saat permainan. Hanya BR yang sering salah dalam menjawab, tetapi lawan bermain BR selalu mengingatkan dan membenarkan yang bernama TA. Karena anak- anak asik bermain sampai tidak terasa waktu istirahat tiba, anakanak membereskan peralatan dakon dan meletakkan kembali pada tempat yang telah disediakan. c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Setelah kembali ke dalam kelas, dilanjutkan dengan bernyanyi pak tani punya kandang, saat anak-anak bernyanyi guru menyiapkan gambar-gambar yang ditempel dipapan tulis, kegiatannya adalah mencari gambar yang tidak ada dilangit, tugas anak adalah mengambil gambar yang tidak ada dilangit misal ada gambar jam, lampu, piring gelas, dan lain-lain. Anak maju sesuai urutan dan kembali duduk. Kemudian guru mencocokan secara bersama apakah gambar yang mereka ambil benar atau tidak. Sebagai contoh, RN mengambil gambar kipas guru menanyakan kepada anak-anak benar tidak ya kalau kipas 72

88 itu tidak ada dilangit?, serentak anak-anak menjawab benar bu guru. Hampir semua gambar yang diambil anak adalah benar. Selesai kegiatan tersebut guru meminta anak untuk bersiap berdoa sebelum pulang dilanjutkan pulang. Karena pada hari tersebut anak-anak gaduh dan semua menginginkan pulang yang pertama, akhirnya guru memberikan pertanyaan misalkan jika guru menulis pintar siapa yang bisa menjawab bagi kelompok tempat duduk mereka yang bisa menjawab dipersilahkan pulang terlebih dahulu. Kelompok tempat duduk yang bisa menjawab adalah ZE, AM, AN, MM, DT, RR. Selanjutnya semua dipersilahkan pulang. 4) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 4 Pelaksanaan pertemuan keempat pada siklus II dilakukan pada hari Sabtu, 25 April Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Semua anak hadir untuk mengikuti pembelajaran pada hari itu, dan bahkan ketika pelaksanaan tindakan semua anak hadir dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian pada pertemuan keempat ini adalah portofolio atau LKA. Berikut penjabaran penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan keempat a. Kegiatan Awal(±30 Menit) Ketika bel berbunyi tepat pada pukul anak-anak bergegas masuk kelas dan duduk rapi. Kemudian guru memimpin anak-anak untuk berdoa dilanjutkan salam dan absensi. Selesai absen guru mengajak anak-anak untuk keluar ruangan kelas dengan cara berjalan mundur secara berurutan membentuk kereta. Guru YM memberikan contoh berada dibarisan paling 73

89 depan, dan kembali ke kelas dengan berjalan menyamping dan kembali duduk pada tempat masing-masing. b. Kegiatan Inti (±60 Menit) Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan kalau hari ini anak mengerjakan LKA sama dengan kegiatan yang lalu tentang penjumlahan dan pengurangan tetapi lebih ringkas dengan media dakon bagi siapa yang mengerjakan sampai selesai akan mendapatkan bingkisan dari peneliti. Sebelumnya guru memberikan contoh, bagaimana menghitungnya dengan media dakon tersebut guru mencontohkan soal pada pertama menunjukan bahwa dilumbung satu ada biji 3 ditambah lumbung dua ada 8 biji, selanjutnya guru mengambil biji 8 dan memasukan kelumbung dua, selanjutnya berjalan main dakon supaya lumbung satu ada 3 biji, selanjutnya mencampurkan dan menghitung total biji tersebut bahwa 3+8=11. Contoh untuk pengurangan pada soal nomor satu dilumbung dua ada 11 biji dan harus di ambil 2 untuk diisikan disawah, selanjutnya adalah menghitung sisa biji tersebut 11-2=9. Setiap anak memegang dakon sendiri, dan mengerjakan secara mandiri. Guru serta peneliti berbagi tugas untuk mengawasi setiap kelompok tempat duduk yang sudah dibagi tiga. Tugas guru mengobservasi dan mengoreksi ketika ada anak yang mungkin salah. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar anak sudah paham dan bisa menggunakan dakon tersebut sebagai media menghitung dalam mengerjakan penjumlahan dan pengurangan. Jika sudah selesai mengerjakan anak membereskan peralatan dakon dan mengembalikan pada tempat sambil mengumpulkan LKA yang sudah mereka kerjakan dilanjutkan istirahat. 74

90 c. Kegiatan Akhir (±30 Menit) Pada akhir kegiatan guru mengajak anak bernyanyi siang malam dilanjutkan bercakap-cakap tentang Tito anak jujur. Semua anak antusias mendengarkan cerita yang disampaikan guru. Setelah itu, guru menanyakan kembali mengenai bermain dakon yang telah dilakukan selama ini dan pada hari itu. Anak-anak bergantian menjawab kegiatan yang telah dilakukan. Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti mnegucapkan terima kasih karena anak-anak telah bersedia mengikuti pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan media dakon, karena anak- anak pintar dan belajar serius semua mendapat bingkisan. Pembelajaran hari itu diakhiri dengan menyanyi tangan kananku ada dua dilanjutkan berdoa, salam dan pulang. c. Tahap Pengamatan Pada tahap pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan permainan dakon berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir. Semua proses pembelajaran berlangsung dengan lancar sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, anak mulai paham dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon, terlihat lebih aktif dan giat saat mengikuti pembelajaran. Ketika itu anak sudah bisa bermain secara mandiri, anak-anak bisa bermain sesuai dengan aturan. Biasanya anak masih meniru temannya pada siklus II ini anak sudah bisa mengerjakan mandiri. Anak-anak sudah dapat berinisiatif sendiri dan sudah mengerti serta paham apa saja kegiatan yang akan dilakukan ketika dalam permainan. 75

91 Memasuki siklus II, anak sudah mampu menyelesaikan kegiatan tanpa bantuan dari guru maupun peneliti. Anak sudah bisa bermain dakon secara mandiri dan kapan saat menghitung penjumlahan dan kapan menghitung pengurangan. bahkan saat mengerjakan LKA anak-anak terlihat mandiri. Kemampuan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan anak pada siklus II sudah meningkat daripada siklus I yang masih perlu banyak bantuan dan arahan dari guru, namun anak-anak sudah dapat menikmati kegiatan yang diberikan guru. Berikut merupakan gambar pada pelaksanaan siklus II: Gambar.8. pelaksanaan tindakan siklus II bermain berkelompok dengan pendampingan guru saat bermain dakon dengan penambahan lumbung 76

92 Gambar.9. Pelaksanaan tindakan siklus II ketika anak melakukan penjumlahan yaitu menghitung biji yang dipidahkan dari lumbung 1 ke 2 Gambar.10. Pelaksanaan tindakan siklus II ketika anak menghitung hasil biji yang diperoleh untuk penguranngan Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Tabel.5.rata-rata kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada siklus I dan siklus II. Kemampuan Anak Siklus I Siklus II Peningkatan Penjumlahan 84,69 94,22 9,53 Pengurangan 81,16 94,30 13,14 77

93 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan kemampuan anak pada kemampuan penjumlahan dan pengurangan. Hasil skor rata-rata pada penjumlahan 94,22 (meningkat sebesar 9,53 dari skor sebelumnya 84,69). Sedangkan untuk pengurangan diperoleh skor sebesar 94,30 (meningkat sebesar 13,14 dari skor sebelumnya 81,16). Skor yang diperoleh tersebut anak menjadi lebih mandiri dan sudah banyak yang benar saat menyebutkan hasil penjumlahan pada lumbung satu dan lumbung dua. dalam mengurangkan biji yang diperoleh selama permainan untuk dimasukkan dalam sawah anak terlihat lebih mandiri dan sebagian besar sudah tepat dalam menjawab. Perolehan skor tersebut juga dipengaruhi oleh media dakon yang anak gunakan dalam menghitung dan menjadikan lebih mandiri dalam mengerjakan LKA. Skor yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, menurut peneliti hasil dari siklus II sudah sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan dengan permainan dakon di kelompok B. Data-data yang telah diolah sudah sesuai target yang direncanakan, sehingga peneliti menghentikan penelitian pada siklus kedua. Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan dalam kemampuan anak tentang matematika penjumlahan dan pengurangan. Peningkatan terlihat dari meningkatnya jumlah anak dalam pencapaian indikator-indikator penilaian. Berikut merupakan tabel peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangan dari test pra tindakan, kegiatan siklus I, dan siklus II: 78

94 Tabel.6.Rata-rata rekapitulasi kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan, siklus I dan siklus II Kemampuan Anak Pelaksanaan Pra Tindakan Siklus I Siklus II Penjumlahan 50,79 84,69 94,22 Pengurangan 38,28 81,16 94,30 Apabila disajikan dalam bentuk diagram batang hasil ketercapaian kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan mulai dari pra tindakan, siklus I, dan hasil siklus II adalah sebagai berikut: Pra Tindakan Siklus I Siklus II Penjumlahan Pengurangan Gambar.11.Grafik rata-rata rekapitulasi kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil penilaian observasi dan penilaian portofolio kemudian dirata-rata menghasilkan skor sebagai berikut kemampuan awal penjumlahan pada pra tindakan 50,79 meningkat menjadi 84,69 pada siklus I (terjadi peningkatan skor sebesar 33,90) kemudian skor menjadi 94,22 pada siklus II (terjadi peningkatan skor sebesar 9,53). Sedangkan kemampuan awal pengurangan pada pra tindakan 38,28 79

95 meningkat menjadi 81,16 pada siklus I (skor meningkat sebesar 42,88) kemudian skor menjadi 94,30 pada siklus II (skor meningkat sebesar 13,14). Pada pembelajaran siklus I masih banyak anak yang belum tertarik, hal ini ditunjukan pada saat pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan permainan dakon. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara klasikal sehingga masih banyak anak yang belum aktif dalam pembelajaran dan masih banyak anak yang ikut-ikutan dalam menjawab pertanyaan sederhana yang diberikan guru terkait dengan penjumlahan dan pengurangan. Pada pelaksanaan siklus II, hal-hal yang menjadi masalah pada siklus I dapat diatasi mengganti metode pembelajarannya dengan mengganti metode pembelajaran dengan pendampingan secara individu. LKA yang digunakan lebih sederhana dan penggunaan dakon sebagai media untuk menghitungnya dan memberikan bingkisan pada akhir pembelajaran. Bingkisan tersebut diberikan kepada semua anak sebagai penghargaan karena mereka telah selesai mengikuti pembelajaran penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon. Berdasarkan skor yang telah didapatkan dan telah dibandingkan maka dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan 1 sampai dengan 20. Jumlah skor dari kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. 80

96 d. Tahap Refleksi Akhir Siklus II Pada tahap refleksi dilakukan oleh peneliti bersama guru setelah siklus II selesai dilaksanakan. Refleksi akhir membahas mengenai proses pembelajaran di kelas saat melaksanakan tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II anak-anak terlihat lebih aktif, antuasias dan tanpa bantuan dari guru ataupun peneliti, dalam mengerjakan LKA mereka bekerja secara mandiri dengan media dakon tersebut. Dikarenakan pada siklus II anak-anak lebih mandiri dalam pembelajaran serta saat mengerjakan LKA tentang penjumlahan pengurangan dengan benar, dan mereka bermain dengan sportif maka semua anak mendapatkan bingkisan. Setelah dilaksanakan siklus II dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan. Pada indikator yaitu penjumlahan dan pengurangan meningkat, terlihat ketika mereka bermain dakon dan pada saat penilaian portofolio berupa LKA. Peningkatan yang dilihat pada siklus II pertanyaan yang diulang ulang dan konsep yang ditanamkan di awal melalui bermain membuat anak lebih bisa memahami selain itu media untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan biji dakon sebagai medianya. Anak lebih mudah dan paham dengan apa yang mereka pelajari. Karena pada permainan dakon ini ada benda kongkret yaitu biji yang bisa anak gunakan untuk menghitung dilaksanakan dengan bermain. Berdasarkan skor yang telah didapatkan dan telah dibandingkan maka dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan 1 sampai dengan 20. Jumlah skor dari kemampuan anak dalam 81

97 penjumlahan dan pengurangan ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. 4. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju. Kegiatan Penelitian tindakan kelas melalui permainan dakon dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari empat pertemuan. Pada awal penelitian sebelum memasuki siklus I, peneliti melakukan kegiatan pratindakan dengan mengerjakan LKA untuk memperkuat data observasi atau pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak diperoleh data-data untuk dianalisis sehingga dapat diketahui indikator kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja- Muju belum berkembang dengan optimal. Hal tersebut terlihat ketika ditemukan masalah oleh peneliti pada saat melakukan observasi, yaitu anak kesulitan ketika mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan 1-20 dikarenakan LKA yang digunakan tidak menggunakan gambar-gambar dan tidak adanya media yang bisa di gunakan dalam berhitung. Penggunaan jari saat menghitung tidak efektif karena jika hasil atau angka yang dikurangkan lebih dari sepuluh maka anak akan kesulitan. Berdasar beberapa observasi yang telah dilakukan dan data yang diperoleh ketika pretest (pra tindakan), peneliti bermaksud akan meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan (+) dan pengurangan (-) menggunakan permainan 82

98 dakon. Ada beberapa aspek/indikator yang akan dikembangkan meliputi kemampuan pemahaman penjumlahan dan kemampuan pemahaman penjumlahan. Beberapa aspek tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan perkembangan kognitif khususnya matematika anak. Pada awal siklus pertama anak masih terlihat bingung dengan cara bermain dakon. Masih banyak yang salah dalam bermain ketika memulai permainan, bahkan sering meminta bantuan guru dan peneliti saat pertemuan pertama. Saat bermain dengan teman anak terlihat canggung, dan ragu-ragu. Bahkan ketika guru meminta anak untuk menjumlahkan lumbung satu dan lumbung dua sebagian besar anak bingung dengan apa yang harus dilakukan, dalam menghitung hasilnya pun masih ada yang salah, akan tetapi kesalahan tersebut selalu guru koreksi sehingga anak bisa lanjut dalam bermain. Hal yang sering terjadi saat siklus pertama yaitu anak sering lupa ketika selesai dalam menjalankan biji dan habis pada lumbung atau sudah tidak bisa lanjut berjalan lagi. Selanjutnya anak menjumlahkan hasil dari lumbung satu dengan hasil yang disimpan pada lumbung dua. Akan tetapi pada pertemuan ketiga anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan dakon ini. Anak kesulitan saat mengerjakan LKA karena angka yang digunakan dalam soal terlalu rumit. Memasuki siklus kedua, guru tidak lagi memberi tahu tetapi guru melakukan pendampingan secara individu dan memberi kebebasan kepada anak untuk bermain secara mandiri. Ketika ada anak yang salah guru sekedar mengingatkan benar atau salah, apakah ada yang lupa atau tidak. Pada siklus 83

99 kedua ini hampir semua anak sudah paham tentang aturan dalam bermain dan kapan saat mereka harus menjumlahkan dan mengurangkan. Guru dan peneliti tidak lagi memberikan banyak bimbingan dan arahan tetapi sesekali memberikan motivasi kepada anak. Ketika mengerjakan LKA anak-anak sudah bisa mengerjakan secara mandiri dikarenakan dalam menghitung mereka dipersilahkan untuk memakai media dakon supaya memudahkan anak dalam melakukan perhitungan. Hasil pada penelitian ini diambil melalui penilaian observasi dan portofolio yang berupa LKA. Dimana hasil skor yang diperoleh tersebut kemudian dirata-rata menghasuilkan skor sebagai berikut skor sebagai berikut kemampuan awal penjumlahan pada pra tindakan 50,79 meningkat menjadi 84,69 pada siklus I (terjadi peningkatan skor sebesar 33,90) kemudian skor menjadi 94,22 pada siklus II (terjadi peningkatan skor sebesar 9,53). Sedangkan kemampuan awal pengurangan pada pra tindakan 38,28 meningkat menjadi 81,16 pada siklus I (skor meningkat sebesar 42,88) kemudian skor menjadi 94,30 pada siklus II (skor meningkat sebesar 13,14). Hasil observasi siklus I sampai dengan siklus II menunjukan adanya peningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan. Ketika bermain dakon, proses penjumlahan terjadi ketika anak memindahkan biji yang diperoleh saat permainan ke lumbung dua dan menyebutkan hasilnya. Dengan menggabungkan dua buah benda tersebut anak telah belajar menjumlahkan. Sedangkan proses pengurangan adalah ketika anak mengisikan semua biji hasil lumbung yang diperoleh ke dalam sawah. Dengan 84

100 memisahkan dua benda yaitu mengambil biji untuk diisikan dalam sawah tesebut anak telah belajar pengurangan. Kemudian penggunaan media konkret yang berupa dakon juga memudahkan anak menghitung saat mengerjakan Lembar Kerja Anak. Sehingga kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak meningkat. Hal tersebut sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun menurut Suparno (2006: 69), ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa apa yang terlihat nyata atau kongkret, anak masih menerapkan logika berfikir pada barang barang yang kongkret, belum bersifat abstrak, dan cara belajar yang natural artinya belajar secara nyata dengan melihat, mendengar, merasakan dan melakukan sendiri. Pengalaman ini yang membantu anak dalam belajar memahami matematika. Pada pelaksanaan pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon, hal pertama yang dilakukan guru adalah mengenalkan kepada anak tentang permainan dakon. Guru menjelaskan bagaimana cara bermain sesuai dengan aturan, kemudian bagaimana mereka belajar menjumlahkan dan mengurangkan dengan permainan dakon ini. Anak belajar menjumlahkan saat anak memindahkan hasil pada lumbung satu ke lumbung berikutnya. Belajar mengurangkan dilakukan anak saat menghitung semua hasil biji yang dia dapat kemudian mengisikan pada sawah-sawah untuk permainan berikutnya. Ketika guru memberikan tugas kepada anak untuk mengerjakan LKA menghitung tentang penjumlahan dan pengurangan, memanfaatkan permaian dakon sebagai media dalam menghitung. Setiap kali anak selesai menjumlahkan 85

101 dan mengurangkan mereka selalu menyebutkan berapa hasilnya secara berulang. Ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitif menurut Depdiknas (2009: 45) bahwa anak pada usia 5-6 tahun dapat menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dengan benda, ini berarti anak mampu mengkomunikasikan hubungan matematis secara sederhana terutama dalam penjumlahan dan pengurangan dengan benda kongkret dan dengan permainan yang membuat mereka tidak bosan. Menggunakan permainan dakon dalam pembelajaran matematika akan lebih memudahkan anak dalam memahami penjumlahan dan pengurangan. Melalui permainan, anak lebih tertarik dengan apa yang mereka pelajari karena dunia anak adalah bermain. Anak terlibat aktif dan antusias dalam proses pembelajaran matematika sebab secara tidak sengaja melalui permainan dakon anak belajar memahami penjumlahan dan pengurangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mayke S (2001: 43) bahwa pengetahuan akan konsep-konsep ini jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain. Selain itu, Mochtar A Karim, dkk (1996: 103) mengungkapkan bahwa anak usia dini masih sangat dominan dalam kegiatan bermainnya, karena itu merupakan kebutuhan yang utama bagi anak. Oleh karena itu guru perlu merancang kegiatan matematika yang mempunyai nuansa bermain, sehingga anak betah belajar dan dapat memahami konsep matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan. Salah satunya menggunakan permainan tradisional dakon. Penelitian ini membuktikan dengan menggunakan permainan dakon mampu meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan 86

102 pada anak kelompok B di TK Pamardi Siwi Muja-Muju Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Temuan yang mempengaruhi peningkatan tersebut dilihat pada siklus I ketika anak mulai bermain dakon sambil belajar berhitung, anak lebih aktif, tidak ada paksaan. Berdasarkan hal itu, tindakan penelitian yang dilakukan adalah suatu tindakan yang mampu meningkatkan minat peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jalal (2003) yang menyatakan bahwa dalam pembelajar an menggunakan suatu metode pembelajaran yang baru seperti metode education game (permainan pendidikan) berfungsi memancing peserta didik dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain. Berdasarkan teori belajar kognitif Cognitive Development dari Piaget (Suyadi, 2010: 189) yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari kongkret menuju abstrak, keberhasilan dalam belajar matematika penjumlahan pengurangan adalah anak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas langsung dengan benda kongkret saat anak menghitung biji ketika bermain dakon serta memberikan banyak rangsangan berupa pertanyaan guru saat anak selesai bermain untuk menyebutkan hasil dari penjumlahan dan pengurangan supaya anak belajar secara aktif dengan lingkungan sekitar dengan mencari dan menemukan berbagai hal yang bervariasi tetapi tidak asing bagi anak. Jalal (2003: 16) mengemukakan bahwa melalui permainan tradisional dakon yang telah diterapkan pada tindakan dalam pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan ini, kemampuan anak meningkat. Sejalan dengan pendapat Jalal tersebut menggunakan media kongkret diharapkan membantu anak lebih paham dalam konsep menjumlahkan dan mengurangkan. Ketika guru atau 87

103 teman menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan secara berulang-ulang, hal ini dapat membantu anak dalam menguasai fakta yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan. (Mochtar A Karim, Dkk, 1996: 110). Berdasarkan pendapat Harlan (2008: 1) bahwa permainan tradisional khususnya dakon dapat merangsang dan mengingkatkan kecerdasan matematika penjumlahan pengurangan karena bisa menjadi media belajar berhitung. Selain itu juga bermanfaat melatih kemampuan motorik halus terutama melatih kekuatan jari tangan yang kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Saat bermain dakon anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainan yang pada gilirannya akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti pelajaran disekolah. Dengan demikian, dalam menggunaan permainan dakon dapat meningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan selain itu juga dapat meningkat kemampuan anak yang lain. Meningkatnya kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan melalui permainan dakon, selanjutnya hasil refleksi setelah dilakukannya penelitian ini adalah penggunaan media dakon ini dapat digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan dengan variasi yang lain. Misalkan, saat bermain dakon untuk mengenalkan anak pada penjumlahan bisa katika mengisikan setiap sawah ketika bermain dan selalu menyebutkan hasil biji yang disikan tersebut dengan pertanyaan guru. Menggunakan permainan dakon ini juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran matematika untuk anak kelompok A dengan cara mengisikan satu biji setiap sawah, kemudian bisa ditingkatkan lagi biji tersebut dengan jumlah dua 88

104 atau tiga untuk pengenalan bilangan Selain itu bagaimana supaya anak lebih mudah memahami perhitungan tidak dimulai dari bilangan 0, karena anak lebih sulit memahami bilangan tersebut. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju Yogyakarta terdapat keterbatasan yaitu: 1. Pada saat penelitian ini, peneliti hanya melakukan observasi sendiri, sehingga kemungkinan terjadi kurang teliti ketika melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran berlangsung. 89

105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan permainan dakon dapat meningkatkan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai dengan 20 pada anak kelompok B di TK Pamardi Siwi Muja-Muju Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat pada skor yang telah didapatkan dari pra tindakan, siklus I, siklus II. Hasil skor rata-rata pada kemampuan penjumlahan yang di dapatkan pada pra tindakan adalah 50,79 kemudian meningkat menjadi 84,69 dan meningkat lagi menjadi 94,22 pada siklus II. Sedangkan untuk kemampuan pengurangan skor rata-rata yang di dapatkan adalah sebagai berikut pada pra tindakan 38,28 meningkat menjadi 81,16 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 94,30 pada siklus II. Penggunaan metode klasikal, pada siklus I menunjukan adanya peningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dikenai tindakan. Pada siklus II metode di ubah menjadi pendampingan secara individu, LKA yang digunakan lebih sederhana, menggunakan media dakon saat mengerjakan LKA. Hal ini berpengaruh pada hasil yang dicapai anak dengan adanya peningkatan pemahaman anak dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai dengan 20. Peningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon tersebut adalah ketika penjumlahan adalah menyebutkan hasil penggabungan dua buah benda atau bilangan yaitu saat 90

106 bermain memindahkan hasil yang diperoleh dilumbung satu ke lumbung dua. Peningkatan kemampuan pengurangan adalah memisahkan dua buah benda atau bilangan saat menghitung semua hasil lumbung untuk di isikan dalam lubang sawah untuk permainan selanjutnya dan selalu menyebutkan hasil. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diaatas, peneliti memberikan saran sebagai beikut: 1. Bagi Guru Permainan tradisional dakon bisa menjadi alternatif untuk pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan karena telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan anak kelompok B di TK Pamardi Siwi Muja Muju dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan sederhana. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian mengenai peningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, hendaknya jika ada peneliti lain yang akan melakukan penelitian menggunakan dakon maka sebaiknya melengkapi penelitian ini dengan metode lain, sehingga diperoleh alternatif lain dalam meningkatkan matematika penjumlahan dan pengurangan. 91

107 DAFTAR PUSTAKA Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Ahmad Susanto. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arriesandi Setyono. (2005). Mathemagics Cara Belajar Jenius Matematika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ayu Nanik. (2014). Hakikat Matematika Anak Usia dini. Diakses dari Pada tanggal 29 September Jam WIB. Clara. (2014). Pentingnya Mengetahui Karakteristik Anak Usia Dini. Diakses dari Pada tanggal 25 Agustus Jam WIB. Eliyawati Cucu. (2005). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta. Universitas Terbuka. Estha Setyarini. (2013). Penerapan pendidikan matematika logis untuk anak usia dini. Malang. Universitas Negeri Malang. Faizal. (2012). Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan. Diakses dari Faizalhizbah.blogspot.com. Pada tanggal 28 Maret Jam WIB. Fedriyanti. (2012). Peningkatan Kemampuan Matematika Anak Usia Dini melalui Permainan Jam Pintar. Padang. Universitas Negeri Padang. Herman Hudoyo. (1988). Mengajar Matematika. Jakarta: Debdikbud. Indianto. (2003). Efektifitas Metode Pembelajaran Matematika terhadap Prestasi belajar matematika Anak hiperaktif. FIKIP UNS. Mochtar A. Karim, Abdul Rahman As ari, Gatot Muhsetyo & Akbar Sutawidjaja. (1996). Pendidikan Matematika I. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mulyana. (2000). Rahasia Matematika. Surabaya. Edutama Surya. Novia Risqiana. (2013). Pengaruh Strategi Pembelajaran PQ4R Terhadap Pemahaman Matematika Siswa. Cirebon. Oemar Hamalik. (1986). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 92

108 Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Sudaryanti.(2000). Matematika untuk anak usia dini. Yogyakarta. Dekdibud. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Sukayati. (2012). Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart. Diakses dari tindakan-kelas-model-kemmis.html#.u3sytvmswms. Pada tanggal 15 Mei Jam WIB. Suroso. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pararaton. Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT Pustaka Intan Madani. Tarmizi. Peningkatan minat belajar matematika melalui permainan dakon di SD.19Mei2015. Jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/5875/5942. Tombokan Rantukahu & Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group Wijaya Ariadi. (2009). Manfaat permainan tradisional untuk PMRI. Diakses 09 mei 2015 dari Wijaya Kusuma & Dedi Dwitagama. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Crane William Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 93

109 (2009). Kurikulum TK dan RA. Jakarta: Depdiknas (2014). Definisi Matematika Dasar. Di akses dari Pada tanggal 20 Agustus Jam WIB. 94

110 LAMPIRAN 95

111 LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN 96

112 97

113 98

114 LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN VALIDASI INSTRUMEN 99

115 100

116 LAMPIRAN 3. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN 101

117 102

118 LAMPIRAN 4. INSTRUMEN PENELITIAN 103

119 Kisi Kisi Instrumen penelitian Aspek Indikator Instrumen Menyebutkan hasil dari Penjumlahan ( Penggabungan dua benda Anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan bilangan dengan benar Lembar Observasi LKA atau angka) dan Pengurangan (Pemisahan 2 benda atau angka) sesuai aturan. Permainan dhakon Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan bilangan dengan aturan permainan dhakon Lembar Observasi LKA Rubrik Lembar Observasi No Keterangan Skor 1 Apabila anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan 4 dan pengurangan secara benar, dan bermain dakon secara urut dan sesuai dengan aturan. 2 Apabila anak dapat menyebutkan hasil penjumlahan 3 dan pengurangan secara benar, tetapi belum urut dalam aturan bermain dakon. 3 Apabila anak tidak mampu menyebutkan hasil 2 penjumlahan dan pengurangan tetapi bisa bermain dengan urut dan belum sesuai dengan aturan permainan dakon 4 Apabila anak tidak mampu menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dan tidak bisa bermain dengan urut dan sesuai aturan permainan dakon

120 Lembar Observasi Nama Anak : Kelas : Hari, tanggal : Usia : Aspek Yang dilakukan Hasil Skor Kegiatan Penjumlahan Aspek yang dilakukan Hasil Skor Kegiatan Pengurangan 105

121 Aturan Bermain: 1. Dalam satu atu dakon, terdiri 2 pemain yang mempunyai 14 sawah, 4 lumbung dan kecik sejumlah Setiap pemain mempunyai 7 sawah, 2 lumbung dan 21 kecik yang di isikan dalam sawah masing masing Anak melakuan permainan secara bergantian 4. Untuk permainan pertama berapa kali dia bermain guru yang menentukan 5. Setiap anak selesai bermain guru selalu menanyakan penjumlahan hasil dari lumbung 1 dan lumbung Ketika sudah ada sawah yang kosong, guru meminta anak untuk mengurangkan hasil dilumbung2 untuk mengisi sawah sawah yang kosong. 7. Permainan selesai apabila semua sawah yang kosong sudah terisi dengan kecik dengan jumlah 1 dan yang menjadi pemenang yang mendapatkan kecik terbanyak. 106

122 Aturan dalam Penjumlahan : Lumbung 1 yang di dapat dari hasil permainan pertama adalah 7 kecik, kemudian di pindahkan dalam lumbung 2. Permianan selanjutnya mendapatkan 4kecik, maka hasil yang ada pada lumbung 1 di jumlahkan dengan lumbung 2.yaitu = 11. Aturan bermain dalam pengurangan Ketika sawah sudah ada yang kosong atau tidak ada kecik maka, wajib mengurangkan hasil dilumbung 2 dengan jumlah sawah yang kosong masing masing

123 Cara Bermain : 1. 2 anak duduk berhadapan, dan melakukan pinsut untuk menentukan siapa yang bermain terlebih dahulu. 2. Anak yang mendapat giliran pertama, melakukan permainan denga mengambil kecik yang ada disawah sembarang sesuai dengan keinginan pemain, begitu pula untuk pemain kedua yang memulai awal permainan. 3. Kecik yang di ambil tersebut di isikan ke masing masing secara urut dan menyimpan ke dalam lumbung 1 milik pemain, jika kecik masih tersisa ketika sudah menyimpannya dilumbung, maka di isikan ke sawah lawan, kemudian setiap berhenti dan disawah ada kecik maka permainan berlanjut sampai kecik berhenti dalam lumbung pemain atau dalam sawah yang kosong. 4. Setiap selesai permainan hasil lumbung 1 dipindah ke lumbung 2. Sebelum di pindahkan ke lumbung 2 guru wajib untuk menanyakan hasil penjumlahan dari lumbung 1 dan lumbung Untuk permainan selanjutnya, anak bebas untuk memilih sawah yang akan dijalankan ke sawah sawah lain dan menyimpannya dilumbung, dan permainan berlanjut ketika masih ada kecik ditangan apabila sudah habis permainan berhenti. Selanjutnya ketika permainan selesai maka guru selalu menanyakan hasil penjumlahan lumbung 1 dan lumbung Ketika dalam tengah permainan, ada sawah yang kosong, maka pemain harus mengambil hasil yang ada dilumbung untuk mengisikan kecik ke dalam sawah sawah yang kosong dan guru selalu bertanya kepada anak hasil pengurangan dari lumbung 2 yang di isikan kedalam sawah tersebut. 7. Permainan selesai apabila sawah yang kosong terisi dengan kecik masing masing satu, dan hasil yang dilumbung dengan jumlah terbanyak dia adalah pemenangnya, 108

124 Instrumen LKA Penjumlahan Siklus I Nama : Usia : Hari, Tanggal : Kelompok : 1. + = ( 2 ) ( 4 ) 2. + = ( 3 ) ( 5 ) 3. + = ( 3 ) ( 4 ) 109

125 4. + = ( 2 ) ( 6 ) 5. + = ( 6 ) ( 6 ) 6. + = ( 3 ) ( 8 ) 7. + = ( 6 ) ( 8 ) 110

126 8. + = ( 5 ) ( 11 ) 9. + = ( 6 ) ( 12 ) = ( 3 ) ( 11 ) = ( 3 ) ( 17 ) 111

127 Instrumen LKA Pengurangan Siklus I Nama : Usia : Hari, Tanggal : Kelompok : 1. - = ( 6 ) ( 1 ) + ( 1 ) 2. - = ( 7 ) ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) 3. - = (10 ) ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) 112

128 4. - = ( 7 ) ( 1 ) + ( 1 ) 5. - = ( 11 ) ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) 6. - = ( 15 ) ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) 7. - = ( 17 ) ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) + ( 1 ) 113

129 Instrumen LKA Penjumlahan Siklus II Nama : Usia : Hari, Tanggal : Kelompok : 1. + = ( 3 ) ( 8 ) 2. + = ( 5 ) ( 8 ) 3. + = ( 6 ) ( 11 ) 4. + = 5. (8) (12) 114

130 6. + = ( 6 ) ( 15 ) 7. + = ( 6 ) ( 8 ) 8. + = ( 5 ) ( 15 ) 9. + = ( 6 ) ( 6 ) 115

131 Instrumen LKA Pengurangan Siklus II Nama : Usia : Hari, Tanggal : Kelompok : 8. - = ( 11 ) ( 2 ) 9. - = ( 12 ) ( 4 ) = (18 ) ( 3 ) = 116

132 ( 15 ) ( 2 ) = ( 17 ) ( 5 ) = ( 16 ) ( 6 ) = ( 17 ) ( 5 ) = ( 17 ) ( 3 ) 117

133 LAMPIRAN 5. RENCANA KEGIATAN HARIAN 118

134 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Senin, 13 April 2015 Semester/Minggu : II/X1 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Membedakan perilaku baik dan buruk (NAM) Mentaati tata tertib sekolah (NAM.23) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Upacara Berdoa, salam, menyanyi tamanku, absen Bercakap cakap tentang tata tertib dalam uapacara Apersepsi : Tanya jawab tentang kekayaan kebudayaan Indonesia Penjelasan kegiatan permianan dakon Observasi Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan (F.MH) Menunjukan rasa empati (SE) Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas dll. (MH.11) Dapat menghargai kekayaan indonesia ( SE..22) KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Membuat rumah joglo dari balok kayu: 2. Bermain dakon secara klasikal Balok kayu, gambar rumah joglo Unjuk kerja Obsrvasi Observasi Menghargai Dapat menghargai 3. Tidak mengganggu teman yang bermain 119

135

136 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Selasa, 14 April 2015 Semester/Minggu : II/X1/2 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangankepala dalam melakukan tarian/senam Mengekspresikan berbagai gerakan kepala,tangan, atau kaki sesuai irama musik ritmik dengan lentur (FM) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi good morning Absen Senam Si Tompi Apersepsi Observasi Bersikap kooperatif dengan teman (SE) Dapat bermain dengan teman ( SE.3) KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Bermain dakon bersama teman Papan dakon Unjuk kerja Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan (Kog) Membuat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan anak (Kog.4) 2. Bermain dakon dengan sungguhsungguh Obsrvasi Memahami perilaku Senang bermain dengan teman (NAM.18) 3. Mau menerima kekalahan ketika Observasi 121

137

138 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Jumat, 17 April 2015 Semester/Minggu : II/X1 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Memahami perilaku mulia (jujur,penolong,sopan,ho rmat, dsb) (NAM) Menyapa teman dan orang lain (NAM.12) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi Absen Senam Irama Ceria Bercakap- cakap tentang bertegur sapa dengan teman Apersepsi Observasi Menyebutkan lambang bilangan (Kog) Memahami peraturan Dapat membilang bilangan 1 sampai dengan 20 (Kog.43) KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Dapat menjawab pertanyaan penjumlahan dan pengurangan dalam permainan dakon Papan dakon Observasi Unjuk kerja 123

139

140 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Sabtu, 18 April 2015 Semester/Minggu : II/X1 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Memahami perilaku mulia (jujur, penolong,sopan, hormat, dsb) (NAM) Mendengarkan dan memperhatikan teman berbicara (NAM.16) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi Absen Tanya jawab tentang permainan tradisional dakon Apersepsi Observasi Menyebutkan simbolsimbol huruf yang dikenal (BHS) Menyebutkan lambang Dapat meniru huruf (BHS.28) Dapat membilang KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Meniru menulis Aku Cinta Indonesia 2. Mengerjakan LKA tentang Buku tulis, pensil Penugasan Portofoli o 125

141

142 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Rahu, 22 April 2015 Semester/Minggu : II/X11 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. (FM) Meloncat dari ketinggian cm (F.MK.4) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi, absen Melompat dari papan titian dengan tumpuan satu kaki secara bergantian Apersepsi Penjelasan kegiatan 1-3 Unjuk kerja Mengulang kalimat yang lebih kompleks (BHS) Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah) (SE) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya) (BHS.4) Menunjukan sikap mandiri dalam kegiatan (SE25) KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Mendengarkan cerita dari guru Aku Cinta Indonesia 2. Bermain Dakon dengan teman secara mandiri Papan dakon Obsrvasi Observasi Memahami perilaku mulia Mengenal berperilaku baik Penugasan 127

143

144 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2015 Semester/Minggu : II/X11 Waktu : Tema : Tanah Airku Sub Tema : Kekayaan Indonesia TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks (BHS) Menjawab pertanyaan sederhana (BHS.6) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi Absen Bercerita tentang kegiatan sebelum ke sekolah Apersepsi Observasi Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: lebih dari, kurang dari, ter/paling (Kog). Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah) (SE). Memahami perilaku mulia Mengetahui konsep banyak sedikit (Kog. 23) Menunjukan rasa percaya diri (SE.20) Memiliki perilaku mulia KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Bermain dakon dengan teman membendingkan hasil yang diperoleh dan hasil temannya. 2. Bermain Dakon dengan percaya diri 3. Mau membereskan peralatan permianan Papan dakon Unjuk kerja Unjuk kerja Observasi 129

145

146 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Jumat, 24 April 2015 Semester/Minggu : II/X11 Waktu : Tema : Alam Semesta Sub Tema : Benda-benda langit TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangankepala dalam melakukan tarian/ senam (F.MK) Mengekspresikan diri dalam gerakan bervariasi dengan bentuk dan lincah (F.MK.15) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi, absen Senam Irama Ceria Apersepsi Penjelasan kegiatan 1-3 Observasi Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan (F.MH) Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari (kog) Melakukan kegiatan yang bermanfaat (NAM) Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas dll. (MH.11) Menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda (Kog.19) Menyebutkan mana yang benar dan mana yang salah KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Menggambar orang dengan lengkap 2. Menyebutkan perbedaan bulan dan matahari 3. Bermain dakon dengan baik dan mematuhi aturan Buku gambar, pensil Gambar bulan dan matahari Hasil karya Obsrvasi Observasi 131

147

148 RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok/hari : B/1 Hari/Tanggal : Sabtu, 25 April 2015 Semester/Minggu : II/X11 Waktu : Tema : Alam Semesta Sub Tema : Benda-benda langit TPP INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHAN DAN ALAT PENILAIAN ALAT HASIL Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan (F.MK) Berjalan mundur berjalan ke samping pada garis lurus sejauh 2-3 meter sambil membawa beban (F.MK3) KEGIATAN AWAL ( 30 Menit ) Berdoa, salam, menyanyi Absen Berjalan mundur kemudian ke samping pada garis lurus sejauh 2-3 meter Apersepsi Unjuk kerja Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail (F.MH) Menunjukan rasa empati (SE) Menyebutkan lambang Membatik dan Jumputan (F.MH31) Menunjukan rasa empati (SE.17) Dapat membilang bilangan KEGIATAN INTI (± 60 MENIT) 1. Membatik gambar matahari 2. Menghibur teman yang sedih dan sedang sakit 3. Mengerjakan LKA Penjumlahan dan Gambar matahari, pelepah pisang, pewarna makanan LKA LKA Hasil karya Penugasan Portofolio 133

149

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN PADA ANAK KELOMPOK B

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN PADA ANAK KELOMPOK B 20 Peningkatan Kemampuan Matematika... (Sri Harnani) PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA PENJUMLAHAN PENGURANGAN PADA ANAK KELOMPOK B INCREASING ABILITY MATHEMATICS ADDITION SUBTRACTION USING DAKON GAME ON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bagian ketujuh pasal 28 memuat tentang Pendidikan Anak Usia Dini antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Solehuddin (2000: 5)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI KEGIATAN BERMAIN DENGAN BENDA-BENDA KONKRIT PADA ANAK-ANAK KELOMPOK A TK LEMBAGA TAMA III SUTRAN SABDODADI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN KARTU BERGAMBAR DI RA BABUSSALAM PREMBULAN GALUR KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Isti Winarni NIM

SKRIPSI. Oleh: Isti Winarni NIM UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B MELALUI KEGIATAN SENI MELIPAT KERTAS DI TK PERTIWI 12 GADINGSARI SANDEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GOMBONG SKRIPSI

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GOMBONG SKRIPSI PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GOMBONG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Pra penelitian Tindakan Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan pra penelitian tindakan. Kegiatan pra penelitian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Konsep Bilangan Melalui Puzzle Angka Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Ari Prabawati Susanto 1, Evy Fitria 2

Upaya Meningkatkan Konsep Bilangan Melalui Puzzle Angka Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Ari Prabawati Susanto 1, Evy Fitria 2 ISSN 2301-9905 Volume 7, No. 2, Januari 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Muhammadiyah Tangerang Upaya Meningkatkan Konsep Bilangan Melalui Puzzle Angka Pada Anak Usia 4-6 Tahun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A SUDARMININGSIH SRI SETYOWATI PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA DADU PINTAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB AL-AMANAH KOTA KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Dalam Wina Sanjaya (20011: 26) PTK adalah proses pengkajian

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Dalam Wina Sanjaya (20011: 26) PTK adalah proses pengkajian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam Wina Sanjaya (20011: 26) PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PADA SISWA KELAS III B SD NEGERI GAMOL SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS III SD N 1 SRIBITAN KASIHAN, BANTUL 2011 / 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

ISSN X Volume II Nomor 1. Maret

ISSN X Volume II Nomor 1. Maret PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MEDIA SEMPOA DI TK AL-IKHLAS LAMLHOM KECAMATAN LHOKNGA ACEH BESAR Safriani 1 dan Ayi Teiri Nurtiani 2 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Soal Matematika Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan dengan matematika. Soal tersebut dapat berupa soal pilihan ganda ataupun soal uraian. Setiap

Lebih terperinci

Skripsi. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Linggar Wijayati NIM:

Skripsi. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Linggar Wijayati NIM: UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN BERBASIS KECERDASAN LINGUISTIK PADA SISWA KELAS V SDN 2 PANGGANG KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN KOTAK LAMPU AJAIB PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA I KALIOMBO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terkait pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang memiliki identitas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI Oleh: Yuliana Retnaningsih 09144100067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

Oleh: Ayurada Bhetari

Oleh: Ayurada Bhetari PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN MEDIA MISTAR BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD 3 PAPRINGAN KUDUS Oleh: Ayurada Bhetari 2012

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN GRAFIK PADA KELOMPOK A TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar merupakan fondasi pada proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan guru dalam mendidik siswa menjadi prioritas utama bagi keberlangsungan siswa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris, 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan merupakan suatu perubahan yang dialami setiap individu atau siap anak baik perkembangan fisik ataupun psikis anak. Penelitian ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Peaget, anak usia dini berada pada tahapan sensori motorik dan praoperasional, yaitu periode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

Penerapan Permainan Dakon dalam Mengenalkan Konsep Bilangan pada Anak Kelompok A

Penerapan Permainan Dakon dalam Mengenalkan Konsep Bilangan pada Anak Kelompok A Penerapan Permainan Dakon dalam Mengenalkan Konsep Bilangan pada Anak Nur Fikriyatul khasanah Sri Setyowati Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jl. Teratai No. 4 Surabaya (60136). (nufishah01@gmail.com)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM :

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM : PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MISTAR BILANGAN KELAS V A SDN GUWOSARI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Oleh Varynha Marcha I P NIM

Oleh Varynha Marcha I P NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MEDIA BULLETIN BOARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK KUSUMA II BABARSARI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B 1 RA. KUSUMA MULIA TURUS KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan yang dimiliki sosok pendidik untuk siswanya di sekolah masing masing. Sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

FUNGSI PERMAINAN TRADISONAL DHAKON Oleh : Ernawati Purwaningsih

FUNGSI PERMAINAN TRADISONAL DHAKON Oleh : Ernawati Purwaningsih FUNGSI PERMAINAN TRADISONAL DHAKON Oleh : Ernawati Purwaningsih Tulisan ini merupakan uraian secara singkat dari hasil penelitian Maharkesti (alm.), seorang peneliti dari Balai Pelestraian Nilai Budaya

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : LANGGENG MIATI NPM:

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : LANGGENG MIATI NPM: MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10 MENGGUNAKAN MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK USIA DINI PAUD NGUDI KAWERUH DESA NGREJO KECAMATAN TANGGUNGGUNUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 / 2015 ARTIKEL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Widi Nugroho NIM

SKRIPSI. Disusun oleh : Widi Nugroho NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PECAHAN DALAM TEMA PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KERTAS KARTON BERWARNA DI SDN DEPOK 1 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-8 tahun. Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh potensinya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian yang akan mengantar pada apa yang menjadi fokus masalah serta signifikansi penelitian ini. A. Latar Belakang Pendidikan anak usia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 17 ISSN 2477-22 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-20 MENGGUNAKAN PERMAINAN MONOPOLI PADA ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KUNJANG KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-20 MENGGUNAKAN PERMAINAN MONOPOLI PADA ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KUNJANG KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG -20 MENGGUNAKAN PERMAINAN MONOPOLI PADA ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KUNJANG KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD Indriati Laksmi Putri (1226964) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Pemahaman konsep bilangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG Devi Afriyuni Yonanda deviyonanda1990@gmail.com Universitas Majalengka Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil peningkatan hasil belajar

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGURUTKAN BILANGAN 1-10 MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA SLOROK 02 KECAMATAN DOKO KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN DOMINO DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN DOMINO DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN DOMINO DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Afri Maiyuli ABSTRAK Kemampuan Berhitung Anak Di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Agam masih rendah.tujuannya

Lebih terperinci

(PDEODE) DI KELAS VB SD NEGERI SUDIMARA

(PDEODE) DI KELAS VB SD NEGERI SUDIMARA i PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN (PDEODE) DI KELAS VB SD

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntunan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tuntunan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat. Tuntunan dunia yang semakin kompleks mengharuskan siswa harus memiliki kemampuan berpikir

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

UPAYA PENGENALAN WARNA MELALUI PRAKTIK LANGSUNG DI TK ABA PURWODININGRATAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA PENGENALAN WARNA MELALUI PRAKTIK LANGSUNG DI TK ABA PURWODININGRATAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA PENGENALAN WARNA MELALUI PRAKTIK LANGSUNG DI TK ABA PURWODININGRATAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan di Indonesia telah dimasukkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejak usia dini. Matematika adalah salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) TK Pertiwi Wonosari Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Menurut Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN Susi Mellani 158620600206/6/B2/S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo susimellanimella@gmail.com

Lebih terperinci

DEDY CANDRA PRANATA NIM.

DEDY CANDRA PRANATA NIM. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBEARUM 02 KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI OLEH : DEDY

Lebih terperinci

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KONKRET PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN BANJARANYAR SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KONKRET PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN BANJARANYAR SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KONKRET PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN BANJARANYAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakulltas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM PENGGUNAAN MEDIA BLOK DIENES DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

Lisma Muda, Martianty Nalole, Samsiar RivaI. ABSTRAK Kata Kunci : Kemampuan, Mengenal Angka, Mencari Pasangan, Lambang Bilangan

Lisma Muda, Martianty Nalole, Samsiar RivaI. ABSTRAK Kata Kunci : Kemampuan, Mengenal Angka, Mencari Pasangan, Lambang Bilangan Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Melalui Teknik Mencari Pasangan Lambang Bilangan Pada Anak Kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo sofychimil@ymail.com

Lebih terperinci