BAB II. Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras"

Transkripsi

1 BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras 2.1 Teknik Radiografi Dasar 1 Pengertian Posisi Objek adalah letak atau kedudukan dari sebagian tubuh pasien atau penderita yang perlu diatur dalam suatu pemotretan 2 2. Posisi pasien yang biasa dilakukan 2 - Supine Pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau biasa disebut posisi terlentang - Prone Pasien tengkurep diatas meja pemeriksaan dengan posisi perut berada di bawah - Erect Pasien Posisi berdiri - Lateral Pasien tidur miring ke kiri atau kanan - Oblique Pasien tidur dengan posisi 45 derajat (Sedikit miring) 3. Istilah-istilah sikap atau anatomi 2 - Superior = ( bagian atas ) - Inferior = ( bagian bawah ) - Anterior = ( bagian depan ) - Posterior = ( bagian belakang ) - Internal = ( bagian dalam ) - Eksternal = ( bagian luar ) - Dekstra = ( bagian kanan ) - Sinistra = ( bagian kiri ) - Lateral = ( bagian samping )

2 - Medial = ( bagian tengah ) - Sentral = ( bagian pusat ) - perifer = ( bagian tepi ) - Profunda = ( dalam ) - Superfisial = ( dangkal ) - Asendens = ( bagian yang naik ) - Desendens = ( bagian yang turun ) - Kranial = ( bagian kepala ) - Kaudal = ( bagian ekor ) - Ventral = ( bagian depan ruas tulang belakang ) - Dorsal = ( bagian belakang ruas tulang belakang - Parietal = ( selaput bagian dalam ) - Viseral = ( selaput bagian luar ) - Transversal = ( melintang ) - Longitudinall = ( membujur ) 4. Pengaturan sinar 2 - FFD ( Film Focus Distance ) = Jarak antara film dengan objek - CR ( Central Ray ) = Arah sinar yang digunakan dalam pemotretan yang menunjukan arah atau jalannya sinar tersebut - CP ( Central Point ) = Pusat sinar yang digunakan dalam pemotretan 5. Istilah-Istilah arah sinar 2 - AP = Sinar dari depan ke belakang - PA = sinar dari belakang ke depan - Dorso Ventral = Sinar dari punggung ke perut - Ventro Dorsal = Sinar dari perut ke punggung - Dorso Plantar = Sinar dari punggung ke telapak

3 - Planto Dorsal = Sinar dari telapak ke punggung - Supero Inferior = Sinar dari atas ke bawah - Infero Superior = Sinar dari bawah ke atas - Latero Medial = Sinar dari tepi ke tengah - Medio Lateral = Sinar dari tengah ke tepi - Caudo Cranial = Sinar dari kaki ke arah kepala - Cranio Caudal = Sinar dari arah kepala ke arah kaki - Axial = Sinar menembus ke poros sendi 6. Pengaturan faktor eksposi 2 - kv ( Kilo Volt ) = Kualitas Sinar - x - ma ( Milli Ampere ) = Kuantitas Sinar - x - Second = satuan waktu dalam penyinaran 7. Faktor yang mempengaruhi besarnya faktor eksposi 2 - Ketebalan objek - FFD (Focus film distance) - Teknik Pemotretan yang dilakukan (Soft tissue teknik, high kv teknik) 8. Gambaran Rontgen yang baik 2 adalah yang dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya untuk menentukan diagnosa secara tepat, kriteria penilaian terdiri dari : Kualitas radiografi dan Seni Radiografi. 9. Alasannya dilakukan rontgen atau pemotretan 2 - Fraktur = patah atau retak pada tulang akibat benturan atau kekerasan - Dislokasi = Terlepasnya atau bergesernya kepala sendi dari mangkok sendi 10. Prinsip-prinsip didalam pemotretan (rontgen) 2

4 - untuk mengurangi magnifikasi hendaklah pada setiap pemotretan, tempatkan objke sedekat mungkin dengan film - luas lapangan penyinaran hendaklah dibuat sekecil mungkin, sesuai dengan kebutuhan penyinaran - didalam melakukan pemotretan hendaklah dipilih teknik-teknik yang paling menguntungkan, baik bagi kepentingan diagnosa, kenyamanan pasien maupun proteksi radiasi - hindarilah pengulangan penyinaran akibat kesalahan dalam melakukan teknik posisi atau dalam menentukan faktor eksposi Gambar 2.1 meja pemeriksaan 3 Gambar 2.2 Control Table :

5 2.2. Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras Pada Tubuh Cranial a). Anatomi Cranial Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung (nasal). 3 Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut : 1. 8 buah tulang tengkorak (cranial bones) Tulang tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari : 1 os. Frontal 2 os. Parietal 1 os. Occipital 1 os. Ethmoid 1 os. Sphenoid 2 os. Temporal 2 Os. Maleus 2 Os. Inkus 2 Os. Stapes tulang rangka muka (facial bones)

6 Berfungsi memberi bentuk, struktur pada wajah serta menyokong tulang-tulang di dalam wajah, Melindungi bagian tepi atas sistem pernafasan dan saluran pencernaan, bersama-sama cranial membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari : 2 os. maxillary bones 2 os. nasal 2 os. lacrimal 2 os. zygoma (malar) 2 os. Palatine 2 os. inferior nasal conchae 1 os. Vomer 1 os. Mandibula. 3 Gambar 2.3 Anatomi Cranial 3

7 b). Landmark dan baseline dalam pemeriksaan foto kepala Landmark merupakan suatu tanda yang berada di daerah tubuh yang digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan. Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh seperti mastoid dan orbital margin merupakan landmark yang tepat 4 Sedangkan baseline merupakan suatu garis khayal pada daerah tubuh yang juga digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan. Pada penjelaasan berikut akan dijelaskan beberapa landmark dan baseline yang ada di kepala yang sering digunakan dalam pemeriksaan radiografi 4 - Landmark 1. Vertex Suatu titik yang berada pada pertengahan MSP kepala pada tulang parietal 2. Glabella Suatu titik yang berada pada MSP sejajar dengan kedua alis mata pada tulang frontal 3. Nasion Suatu titik yang berada pada MSP setinggi kedua mata 4. Acanthio Suatu titik yang berada pada MSP di antara lubang hidung dan bibir

8 5. Infra Orbital Point Suatu titik yang berada di bawah dari orbita 6. Outer Canthus of Eye Suatu titik yang berada pada lateral dari orbita 7. Inner Canthus of Eye Suatu titik yang berada pada medial dari orbita 8. Mental Suatu titik yang berada pada MSP di bawah bibir 9. External Meatus Acusticus Ekternus (MAE) Suatu titik yang berada tepat di lubang telinga Gambar 2.4 Landmark pada cranial 4 b. Baseline 1. Glabellomeatal Line

9 Garis yang menghubungkan MAE dengan Glabella 2. Orbito Meatal Line Garis yang menghubungkan MAE dengan Orbita 3. Infra Orbito Meatal Line Garis yang menghubungkan MAE dengan Infra Orbita Point 4. Acanthiomeatal Line Garis yang menghubungkan MAE dengan Acanthio 5. Mentomeatal Line Garis yang menghubungkan MAE dengan Mental 6. Glabelloalveolar Line Garis yang menghubungkan Glabella dengan Alveola Gambar 2.5 Baseline Cranial c.) Teknik Radiografi Foto Cranial Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi skull, yakni : 1. Postero-anterior (occipito-frontal) dan PA Axial projections (Caldwell) Tujuan PA: melihat detail-detail tulang frontal, struktur cranium disebelah depan dan pyramid os petrossus 5

10 Tujuan PA Caldwell : melihat detail kavum orbita. Terlihat gambaran alae major dan minor os sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrosus ridge yang merupakan tegmen timpani juga diproyeksikan didekat margo inferior cavum orbita 5 Posisi pasien : Duduk tegak atau prone Atur MSP pada pertengahan lysolm Fleksikan lengan, atur agar posisi tangan senyaman mungkin 4 Posisi obyek : Atur kepala dan hidung agar menepel kaset dan MSP tegak lurus kaset Atur OML agar tegak lurus kaset, tahan nafas saat 4 Gambar 2.6 Posisi PA Axial Caldwell Gambar 2.7 Foto Polos Cranial Posisi Caldwell

11 Gambar 2.8 Caldwell Position 2. Lateral. Tujuannya untuk melihat detail-detail tulang kepala, dasar kepala, dan struktur tulang muka 6.Patologi yang ditampakkan Fraktur, neoplastic proscess, Paget s disease, infeksi, tumor, degenerasi tulang. Pada kasus trauma gambaran cranial lateral akan menampakkkan fractur horisontal, air-fluid level pada sinus sphenoid, tanda-tanda fraktur basal cranii apabila terjadi perdarahan intracranial 4 Posisi Pasien : Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim s) Position 4 Posisi Obyek Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh Atur MSP sejajar terhadap IR Atur interpupilary line tegak lurus IR Pastikan tidak ada tilting pada kepala Atur agar IOMLsejajar dengan IR 4

12 Struktur yang ditampakkan Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas Gambar 2.9 Posisi Lateral 7 Gambar 2.10 Foto Polos Cranial Posisi Lateral 7

13 3. Towne Position (Semi-axial / Grashey s position) Tujuannya melihat detail tulang occipital dan foramen magnum, dorsum sellae, os petrosus, kanalis auditorius internus, eminentia arkuata, antrum mastoideum, processus mastoideus dan mastoid sellulae. Memungkinkan perbandingan piramida os petrosus dan mastoid pada gambar yang sama 6 Posisi towne diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara derajat ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas glabela dari foto polos kepala dalam bidang midsagital 8 Posisi pasien Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis tengah grid. Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama. Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan. Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 40 Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. Metode Hass adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi memberikan hasil sebanding 4 Posisi obyek Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset.

14 Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film. Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah sehingga garis infra orbito meatal tegak lurus dan kemudian menambah sudut CR 7 Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum. Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala. Tahan napas saat ekspose 4 Gambar 2.11 Towne s Position Gambar 2.12 Foto Polos Cranial Posisi Towne s 4. Vertiko-submental (basal)

15 Tujuannya untuk melihat detail dari basis cranial. Patologi yang ditampakkan adalah fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum 6 Posisi Pasien : Supine atau erect.posisi erect akan membuat pasien merasa lebih nyaman 8 Posisi Obyek Hyperekstensikan leher hingga IOML // IR Vertex menempel pada IR Atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin 4 Gambar 2.13 Vertico-submental position 5. Water s Position Tujuannya untuk melihat gambaran sinus paranasal 9 Patologi Yang Ditampakkan adalah inflamantory condition (sinusitis, secondary osteomyelitis) dan polyp 9 Posisi Pasien : Erect Posisi Obyek : Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan meja/bucky.

16 Atur kepala sehingga MML (mentomeatal line) tegak lurus terhadap IR, OML akan membentuk sudut 370 derajat terhadap bidang IR. Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dengan tidak mengubah posisi atau ada pergerakan pada kepala dan MML menjadi tidak tegak lurus lagi Atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan grid atau permukaan meja/bucky. Pastikan tidak ada rotasi atau tilting 4 Struktur Yang Ditampakkan : Tampak bagian inferior Sinus maxillary bebas dari superimposisi dengan processus alveolar dan petrous ridge, inferior orbital rim, dan tampak gambaran sinus frontalis oblique. Sinus sphenoid tampak apabila pasien membuka mulut Gambar 2.14 Water s Position

17 Gambar\2.15 foto polos cranial dengan water s position d.) Sistematika pembacaan foto kepala 1. Perhatikan tabula interna, eksterna dan diploe bentuk kepala. 2. Pelajari garis-garis impresia, canal-canal dan sutura, misalnya : a. Arachnoidal impression b. Sutura c. Sinus venosus d. Pleksus venosus dalam diploe e. Sebelum umur 16 tahun maka impresion digitae adalah normal f. Bila ada penipisan atau penebalan calvaria, bandingkan dengan yang normal. 3. Daerah yang ada kalsifikasi, misalnya : a. Glandula pinealis b. Pleksus choroideus c. Basal ganglia d. Duramater

18 e. CA deposit dalam arteri serebralis 4. Sella tursica a. Harus diukur dan dilihat bentuknya b. Prosesus clinoideus anterior dan posterior serta dorsum sella diperiksa untuk melihat adanya erosi. c. Normal bila lebarnya 4 16 mm dengan rata-rata 10,5 mm. Dalamnya 4 12 mm dengan rata-rata 8 mm. d. Perhatikan basis sella tursica untuk melihat adanya gambaran double contour atau erosi. 5. Pelajari orbita, sphenoid ridge, petrous ridge tulang temporal. 6. Soft tissue. 7. Pada anak-anak perhatikan lebar dari sutura dan besarnya fontanel 10 Pada posisi vertiko-submental harus diperhatikan : 1. Foramen ovale Dimana keluar cabang nervus mandibula dari nervus lima dan arteri meningea yang kecil. 2. Foramen spinosum Dimana keluar arteri meningea media 3. Foramen laserum yang terletak didekat apek dari piramid os petrosus. 4. Carotic canal yang dapat dilihat di antero lateral pyramid os petrosus, dari carotic canal keluar arteria carotis 5. Sinus petrosus inferior Dapat dilihat sebagai garis sempit antara cllvus dan pucuk dan petrous pyramid. 6. Auditory canal Dapat dilihat sedikit posterior dari temporo mandibula joint Thorax

19 a.) Struktur Anatomi & Isi Rongga Thorak 4,11 o Untuk dapat menginterpretasikan proses patologi foto thorak, harus dapat dimengerti struktur anatomi dan organ yang terdapat pada rongga thorak. o Tulang-tulang thorak : - Tulang-tulang Costae - Tulang Scapula - Vertebrae & sternum. o Jaringan-jaringan lunak : - Disebelah depan. - M.sternokleidomastoideus. o Bangunan Intrathorakal. Gambar 2.16Anatomi Thorax 11 b.) Teknik Radiografi Konvensional Thorax 2 Ada empat posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi

20 skull, yakni : AP, PA, Lateral, LLD / RLD dan Top Lordotik. 1. Posisi AP : a. Posisi ini dilakukan biasanya untuk pasien yang tidak dapat berdiri atau dalam keadaan darurat. b. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan bagian punggung menempel kaset (pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau berada di tempat tidur). c. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak. d. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar keluar. e. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada kanan dan kiri. f. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi. - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Os Strenum. - Kaset : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergantung bentuk tubuh pasien. - FFD : 150 cm 2. Posisi PA : a. Pasien berdiri dengan posisi true PA dengan dada menempel kaset. b. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak. c. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus AP kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar keluar.

21 d. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan samping pinggir dada kanan dan kiri. e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi. - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Vertebrae Thoracalis IV. - Kaset : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergantung bentuk tubuh pasien. - FFD : 150 cm. Gambar 2.17 Posisi pemeriksaan foto thorax posisi PA dan Lateral 2 3. Posisi Lateral : a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi dada kiri atau kanan menempel kaset. b. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak. c. Kedua tangan diangkat keatas kepala kemudian siku dirapatkan. d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vert. Cervicalis sampai luas lapangan paru. e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

22 - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Axilaris Line setinggi Vertebra Thoracalis VI. - Kaset : (30 x 40 ) cm. - FFD : 150 cm. 4. Posisi LLD/RLD : a. Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan pada sisi yang sakit, tangan diangkat keatas kepala kemudian siku dirapatkan, dada menempel pada kaset, luas lapangan penyinaran sama dengan posisi PA. b. Dianjurkan pasien untuk menunggu (5 10) mt untuk mendapatkan udara naik keatas. c. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi. - CR : Horizontal tegak lurus kaset. - CP : Vertebrae Thoracalis VI. - Kaset : (30 x 40) cm. - FFD : 150 cm. 5. Posisi Top Lordotik : a. Posisi berdiri pada jarak ± 30 cm dari stand Thorax dengan posisi AP. b. Pundak pasien diletakkan dengan cara membungkukkan ke belakang dengan jarak setinggi ± 3 jari dari kaset.

23 c. Posisi kedua tangan berada pada pinggang dan siku diarahkan kedepan agar kedua Os Scapula terlempar keluar. d. Usahakan posisi pasien senyaman mungkin untuk menghindarkan pergerakan. e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi. - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Os Strenum. - Kaset : (30 x 40) cm melintang - FFD : 150 cm Gambar 2. 18Posisi Pemeriksaan Thorak Posisi Lordotik dan RLD /LLD 2

24 Gambar 2.19 Thorax Posisi PA

25 Gambar 2.20 Thorax Posisi True Lateral c.) Penilaian Teknik Radiologi 12 Dasar penilaian teknik radiografik foto thorak : terlalu putih, terlalu hitam, terlalu besar atau letak yang salah. Untuk menilai kualitas penetrasi sinar x, dapat dinilai dengan melihat bayangan vertebrae. Apabila bayangan vertebrae sangat jelas terlihat hingga kebawah jantung, dikatakan Over penetrasi. Apabila bayangan vertebrae ini tidak terlihat, maka foto ini dikatakan : Under penetrasi. d.) Menganalisa hasil foto thorak 12 Idealnya harus menggunakan lampu baca yang khusus, bukan dengan sumber penerangan seadanya. Dari Jarak 4 feet atau 1,2 meter dan kemudian mendekat. Menggunakan Problem-oriented Approach. Untuk dapat melihat derajat inspirasi dapat ditentukan dengan melihat jumlah costae yang berpotongan di tengah diafgrama kanan. - Depan : 5 7 Costae - Belakang : 9-10 Costae. Untuk dapat lurus atau tidak dapat dilihat dengan melihat kedudukan kedua tulang clavicula terhadap vertebrae. Posisi kanan dan kiri pasien. - Jangan selalu berasumsi jantung selalu di kiri. - Apabila ada keraguan, segera periksa pasien. Dibaca secara sistematis 1. Lapangan Paru

26 o Diharapkan mempunyai densitas yang benar, bukan terlalu putih atau hitam. o Semua corakan paru normalnya adalah vaskular. o Struktur yang dapat diidentifikasi pada foto thorak yang baik meliputi pembuluh darah, fissura interlobaris dan bagian dinding bronkus besar. o Membandingkan satu paru dan zona paru satu dengan yang lainnya. o Beberapa contoh lesi patologis yang dapat dilihat pada foto thorak ; infiltrat, nodulus atau massa, garis-garis basal, pola sarang tawon, dll. 2. Bagian Hilus o Normalnya bayangan hilus hampir seluruhnya dibentuk oleh pembuluh darah. o Bentuknya menyerupai huruf V o Bayangan hilus kiri lebih tinggi dibanding kanan, walaupun selisihnya tidak melebihi 1 inci/2,5 cm. o Menilai pembesaran hilus biasanya sangat sulit. o Beberapa keadaan pembesaran hilus yang unilateral ; karsinoma bronkial, limfoma primer, tuberkulosis, sarcoidosis, aneurisma arteri pulmonalis, serta poststenosis arteri pulmonalis. o Pembesaran hilus yang bilateral contohnya ; sarcoid, lymphoma, carsinoma bronkhial, metastasis tumor, tuberkulosis, infeksi paru berulang, AIDS, berrylliosis dan hipertensi pulmonal. 3. Bentuk Jantung 13 o Idealnya untuk menilai bentuk jantung harus menggunakan posisi kardial.

27 o Normalnya 2/3-3/4 bentuk jantung akan terletak disebelah kiri serta 1/4-1/3 disebelah kanan garis tengah tubuh. o Ukuran jantung harus selalu diperhatikan. o Sebagai alternatif dapat dipakai cardiothoracis ratio (CTR) 4. Mediastinum 14 o Bayangan mediastinum terdiri dari sejumlah struktur-struktur penting. o Terdapat beberapa faktor yang membantu kita dalam mengevaluasi daerah mediastinum ; 1.bersebelahan dengan paru yang radiolusen, 2. kolom udara yang terdapat pada trakhea. o Pembesaran mediastinum ; thymus, pembesaran thiroid, pembesaran nodus limphatikus, dilatasi aorta dan tumor esofagus. 5. Diafragma o Dianterior : diantara costae 5 hingga 7 o Diafragma kanan lebih tinggi (1,2 inci/3 cm ) o Perhatikan juga sudut costophrenikus. 6. Trakhea o Normalnya terletak sentral o Sedikit deviasi kekanan. 7. Jaringan lunak pada rongga thorak 12 o Dalam menginterpretasikan foto thorak harus diperhatikan juga keadaan jaringan-jaringan lunak di rongga thorak, terutama apabila ada pembesaran. o Kelainan yang paling sering dijumpai adalah surgical emphisema Vertebra

28 Vertebra Cervicalis a.) Teknik Radiografi Konvensional pada Vertebra Cervicalis 2 Posisi pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk radiografi konvensional pada vertebra cervikalis adalah AP, Lateral, RAO / LAO dan open mouth position 1. Posisi AP 2 : a. Pasien berdiri dengan posisi true AP, b. Vert. Cervicalis I VII mencakup kaset, kedua tangan berada ke bawah, agar bahu transversal leher sedikit extension. c. Beri marker pada ujung kaset. d. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. - CR : (15 20) Cranially. - CP : Vertebrae Cervicalis IV - Kaset : (18 x 24) cm. - FFD : 100 cm. 2. Posisi Lateral 2 : a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi tangan kanan atau kiri menempel pada stand kaset. b. Kaset mencakup seluruh Vertebra Cervicalis I VII, c. Kedua tangan kebawah agar bahu transversal dan leher sedikit extension. d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vertebra Cervicalis I VII, beri marker pada ujung kaset. e. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. - CR : Tegak lurus kaset.

29 - CP : Vertebrae Cervicalis IV - Kaset : (18 x 24) cm. - FFD : 100 cm. 3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) 2 : a. Pasien berdiri dengan miring 45 membentuk posisi RAO, b. Kedua tangan berada dibawah agar bahu transversal dan sisi tangan kanan menempel pada stand Thorax. c. Letakan kaset dibelakang leher sampai mencakup Vertebra Cervicalis I VII, leher sedikit extension dan saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas. - CR : (15 20) Cranially. - CP : Vertebrae Cervicalis IV - Kaset : (18 x 24) cm. - FFD : 100 cm. Prosedur pemeriksaan Vertebra Cervicalis posisi LAO adalah kebalikan dari prosedur pemeriksaan posisi RAO.

30 Gambar 2.21 Posisi pemeriksaan cervicalis posisi AP, Lateral, LAO/RAO 2

31 Gambar 2.22 Cervicalis Posisi AP, Lateral, LAO/RAO 4. Open Mouth Position/ Odontoid Position 2 Ukuran Kaset : 18 x 24 cm memanjang FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset CP : Pertengahan mulut hingga mulut terbuka Posisi Pasien 2 : a. Pasien di posisikan supine di atas meja pemeriksaan b. Letakkan pertengahan tubuh pada garis midline meja pemeriksaan c. Instruksikan kepada pasien untuk membuka mulut (Open Mouth) selebar mungkin. Untuk mempertahankan posisi ini sebaiknya menggunakan Spon d. Angkat dagu supaya gigi seri bagian atas terangkat keatas sehingga atlas dan axis bisa terlihat e. Instruksikan kepada pasien untuk mengucapkan kata " AH " selama eksposi, supaya lidah berada dibawah mulut, sehingga bayangan lidah tidak superposisi dengan atlas dan axis. f. Pastikan selama eksposi pasien tidak bergerak dan mengikuti instruksi g. Gunakan marker R / L sebagai penanda objek sebelah kanan atau kiri

32 h. Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron Gambar 2.23 posisi open mouth Kriteria gambar 3 : - Terlihat jelas atlas dan axis pada proyeksi AP (Open Mouth) - Terlihat jelas Processus Odontoid pada C1 dan C2 - Mandibula dan maxilla superposisi - Jika dagu tidak diangkat dengan cukup, maka gigi akan superposisi dengan processus odontoid - Jika dagu diangkat terlalu tinggi, maka mandibula superposisi dengan processus odontoid - Struktur yang tergambar : Atlas, Axis, Processus odontoid (Dens), dan Articulatio C1 dan C2 - Tampak marker R / L sebagai penanda sebelah kiri atau kanan Gambar 2.24 Proyeksi open mouth

33 b.) Interpretasi Pada Pemeriksaan Foto Polos Vertebrae Cervikal Posisi Lateral - Adequacy : harus mencakup semua 7 vertebra dan C7-T1 junction. Hal ini juga harus memiliki densitas yang benar dan menunjukkan jaringan lunak dan struktur tulang dengan baik. Gambar 2.25 Foto Lateral C-Spine yang baik 15 - Alignment : Menilai empat garis paralel.\ o Anterior vertebral line (batas anterior dari vertebral bodies) o Posterior vertebral line (batas posterior dari vertebral bodies) o Spinolaminar line (batas posterior dari canalis spinalis) o Posterior spinous line (ujung dari posesus spinous) Gambar 2.26 Alignment pada C-spine proyeksi lateral 15

34 - Bone : Tulang-tulang vertebra cervicalis menikuti garis tak terputus dari masing-masing vertebrae (termasuk Odontoid pada C2). Vertebral bodies harus berbaris dengan lengkungan lembut (lordosis servikal normal) menggunakan garis marjinal anterior dan posterior pada tampilan lateral. Setiap bodies harus berbentuk persegi panjang dan kira-kira berukuran sama meskipun beberapa variabilitas diperbolehkan (tinggi keseluruhan C4 dan C5 mungkin sedikit kurang dari C3 dan C6). Ketinggian anterior harus kurang lebih sama tinggi posterior (posterior biasanya mungkin sedikit lebih besar, hingga 3mm). Pedikel terletak di posterior untuk mendukung pilar artikular, membentuk margin superior dan inferior dari foramen intervertebralis. Pedikel kiri dan kanan harus superimpose pada pandangan lateral yang benar. Jika dicurigai fraktur, buatlah proyeksi oblique atau CT. Facets atau pilar artikular adalah massa osseous yang terhubung ke aspek posterolateral dari tubuh vertebral melalui pedikel. Sendi facet terbentuk antara masing-masing massa lateral. Pada pandangan lateral, massa lateral yang muncul berbentuk sebagai rhomboid-struktur memproyeksikan ke bawah dan posterior. "Garis kortikal ganda" merupakan hasil dari arah yang sedikit oblique dari proyeksi lateral. Jarak dari ruang sendi harus kurang lebih sama di semua tingkatan. Lamina: elemen posterior terlihat buruk pada film lateral. Terlihat lebih baik pada CT-scan.

35 Proses spinosus: umumnya bisa semakin besar di badan vertebra yang lebih rendah. Tulang belakang C7 serviks biasanya yang terbesar. Gambar 2.27 Bone pada C-spine proyeksi lateral 15 - Cartilago space : Ruang Predental (jarak dari sarang ke tubuh C1) tidak lebih dari 3 mm pada orang dewasa dan 5mm pada anakanak. Jika ruang meningkat, kemungkinan fraktur pada prosesus Odontoid atau gangguan dari ligamentum transversal.

36 Gambar 2.28Cartilago space pada C-spine proyeksi lateral 15 - Disc space: Disc space harus kurang lebih samadi margin anterior dan posterior. Disc space harus simetris. Disc space juga harus kira-kira sama di semua tingkatan. Pada pasien yang lebih tua, penyakit degenative dapat menyebabkan dan memacu kehilangan ketinggian diskus. Gambar 2.29 Disc Space pada C-spine proyeksi lateral 15 - Soft Tissue Space Ketebalan maksimum Soft Tissue Space adalah sebagai berikut: o Nasofaring space (C1) - 10 mm (dewasa) o Retropharyngeal space (C2-C4) mm o Retrotracheal space (C5-C7) - 14 mm (anak), 22 mm (dewasa).

37 Gambar 2.30 Soft Tissue Space pada C-Spine proyeksi lateral 15 - Alignment pada tampilan AP harus dievaluasi dengan menggunakan tepi badan vertebra dan pilar artikular. - Tinggi vertebral bodies pada serviks harus kira-kira sama pada tampilan AP. - Tinggi masing-masing ruang sendi harus kurang lebih sama di semua tingkatan. - Proses spinosus terletak di tengah dan dalam alignment yang baik. Gambar 2.31 Alignment pada proyeksi AP 15

38 Vertebra Thoracalis dan Lumbal a. Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Thoracalis Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan dan melepas BH serta perhiasan yang ada di leher. Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. Posisi pemeriksaan : AP, Lateral. Prosedur pemeriksaan : 1. Posisi AP : Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua tangan lurus kebawah, Kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki bertumpu pada meja pemeriksaan. Luas lapangan penyinaran mencakup Cervicothoracalis sampai Thoracolumbalis. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset. - CR : Vertical tegak lurus Kaset.

39 - CP : Vertebrae Thoracalis VI - Kaset : (30 x 40) cm. - FFD : 100 cm. 2. Posisi Lateral : Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan, usahakan buat posisi senyaman mungkin. Untuk mendapatkan posisi Vertebra Thoracali true Lateral, sisi pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan keatas. Luas lapangan penyinaran mencakup Cervicothoracalis sampai Thoracolumbalis. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset. - CR : Vertical tegak lurus Kaset. - CP : Vertebrae Thoracalis VI - Kaset : (30 x 40) cm. - FFD : 100 cm.

40 dan Lateral Gambar 2.32 Prosedur pemeriksaan vertebrae thoracalis posisi AP Gambar 2.33 Vertebrae Posisi AP dan lateral b. Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Lumbalis Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan. Persiapan Alat/Bahan :

41 Tidak ada. Posisi pemeriksaan : AP, Lateral, RAO / LAO. Prosedur pemeriksaan : 1. Posisi AP : Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua tangan lurus kebawah, kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki bertumpu pada meja pemeriksaan. Luas lapangan penyinaran mencakup Thoraco-umbalis sampai Lumbosacral. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset. - CR : Vertical tegak lurus Kaset. - CP : Vertebrae Lumbalis III. - Kaset : (24 x 30) cm. - FFD : 100 cm. 2. Posisi Lateral : Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan, usahakan buat posisi senyaman mungkin.

42 Untuk mendapatkan posisi Vertebra Lumbalis true Lateral, sisi pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan keatas. Luas lapangan penyinaran mencakup Thoracolumbalis sampai Lumbosacral. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker diletakan pada ujung kaset. - CR : Vertical tegak lurus Kaset. - CP : Vertebrae Lumbalis III. - Kaset : (30 x 40) cm. - FFD : 100 cm. 3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) : Pasien tidur dimana sisi kanan miring 45 membentuk posisi RAO, kedua tangan berada diatas kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki kanan sedikit ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan kaki kiri ditekuk dengan telapak kaki menumpu meja. Usahakan posisi Vertebra Lumbalis berada di tengah kaset yang telah terpasang pada Caset Try dengan Bucky. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas. - CR : Vertical tegak lurus Kaset. - CP : Vertebrae Lumbalis III. - Kaset : (30 x 40) cm.

43 Gambar 2.34 Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Lumbalis Posisi AP, lateral, LAO, RAO Gambar 2.35 Vertebrae Posisi AP, Lateral, RAO dan LAO 4. Posisi Left Anterior Oblique (RAO) :

44 Prosedur pemeriksaan Vertebra Lumbalis posisi LAO adalah kebalikan dari prosedur pemeriksaan posisi RAO. c. Interpretasi Foto Vertebrae Thoracal dan Lumbal 1. Kurva (processus spinosus): kurva vertebrae lumbalis normal adalah lordotik, kurvayang lurus menunjukkan adanya spasme otot. 2. Alignment : pergeseran menunjukkan adanya spondilolistesis 3. Korpus vertebrae lumbalis: besar dan bentuk normal/tidak 4. Pedikel : bilateral simetris 5. Spatium intervertebralis: normal/menyempit, terdapat osteofit (spondilosis). 6. Soft tissue : normal/ada pembengkakan 7. Titik berat badan ( Ferguson s weight bearing line): titik berat badan diukur dengan menarik dua garis diagonal yang saling bersilangan dari sudut corpus vertebrae lumbalis III. Dari titik persilangan dua garis diagonal tersebut, ditarik garis vertikal ke arah promontorium os sacrum. Garis vertikal (titik berat badan) yang normal akan jatuh pada promontorium os sacrum. Garis vertikal yang jatuh di depan promontorium menyebabkan low back pain dan menunjukkan unstable pelvic.sudut lumbosakral (sudut Ferguson) merupakan sudut yang terbentuk oleh pertemuan bidang horizontal dan bidang yang melalui batas atas sakrum, dalam keadaan normal antara Sudut Ferguson yang meningkat mengindikasikan kemungkinan adanya kekuatan yang menekan pada facet (facies articularis) lumbaldan diskus posterior yang menyebabkan perubahan degeneratif dini. Sementara itu sudut Ferguson yang menurun mempengaruhi titik berat badan Ekstremitas Atas

45 1. Os Manus a. Proyeksi PA 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Oblique ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Metacarpophalangeal joint digiti 3 Posisi Pasien 2 : - Pasien berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan - Letakkan lengan pasien di atas meja pemeriksaan dengan telapak tangan menempel pada sisi kanan kaset - Posisi kan pertengahan film pada metacarpophalangeal joint digiti 3 - Jari-jari sedikit di renggangkan secukupnya - Diusahakan pasien tidak bergerak atau tidak mengalami rotasi pada saat eksposi berlangsung - Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron

46 Gambar 2.36Os Manus Proyeksi PA Kriteria Gambar : - Tampak telapak tangan atau Os manus dengan proyeksi true PA - Tampak Carpals, Metacarpals, dan Phalanges (kecuali thumb) - Tampak jelas soft tissue dari Ossa Manus - Tampak semua bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius - Terbukanya metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint, ini menunjukan bahwa tangan pasien diletakkan datar dan dekat dengan kaset - Tampak sama jumlah soft tissue pada kedua sisi phalanx Gambar 2.37 Pemeriksaan Manus Proyeksi PA b. Proyeksi Oblique 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Oblique ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Metacarpophalangeal joint digiti 3 Posisi Pasien 2 :

47 - Pasien berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan - Letakkan lengan pasien di atas meja pemeriksaan dengan telapak tangan menempel pada sisi kiri kaset - Posisi kan pertengahan film pada metacarpo phalangeal joint digiti 3 - Posisikan tangan kaset sekitar 45 Derajat - Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan karet dari timbal atau apron Gambar 2.38 Pemeriksaan Manus Posisi Oblique Kriteria Gambar 2 : - Tampak posisi tangan pasien true PA Oblique kecuali thumb - Tidak tampak superposisi antara jari-jari pada bagian proximal phalanx - Tampak metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint - Tampak semua bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius - Tampak soft tissue dan bony trabeculation - Terpisahnya metacarpal ke 2 dan ke 3

48 Gambar 2.39 Manus Posisi Oblique 2. Wrist Joint a. Proyeksi AP 1 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan carpals atau wrist joint Posisi Pasien 2 : - Pasien diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan - Tangan pasien dalam posisi true supine dan letakkan wrist pada sisi kanan kaset (bisa kanan / kiri) - Berikan Sandbag atau pengganjal supaya pada saat eksposi tidak terjadi pergerakan pada wrist pasien - Arahkan pertengahan sinar pada pertengahan carpals dan posisi digiti sedikit di tinggikan - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur ke pasien dan untuk kepentingan protesi radiasi.

49 Gambar 2.40 Prosedur Pemeriksaan Wrist Joint Posisi AP Kriteria Gambar 2 : - Tidak tampak rotasi atau pergerakan pada carpals, metacarpals, Os ulna dan Os radius - Tergambar jelas soft tissue dan bony trabeculation pada wrist joint - Tidak tampak overlapping atau obscuring pada metacarpals yang diakibatkan karena fleksi yang berlebihan. Gambar 2.41 wrist joint proyeksi AP

50 b. Proyeksi Lateral 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan carpals atau wrist joint Posisi Pasien 2 : - Pasien diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan - Tangan dan lengan pasien diletakkan diatas kaset pada sisi kiri kaset (Optional) dalam posisi Lateromedial (True Lateral) - Pertengahan film pada pertengahan carpals - Posisikan antebrachi serta tangan pasien sehingga wrist joint tampak true lateral - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur ke pasien dan untuk kepentingan protesi radiasi. Gamabr 2.42 Prosedur wrist joint proyeksi lateral Kriteria Gambar 2 :

51 - Tampak gambaran setengah proximal dari metacarpals dan bagian distal dari carpals, os ulna dan os radius - Superposisi metacarpals - Superposisi bagian distal dari os ulna dan os radius - Tidak ada pergerakan atau rotasi pada wrist joint Gambar 2.43 wrist joint proyeksi lateral 3. Antebrachi a. Proyeksi AP 1 Ukuran Kaset : 30 x 40 cm memanjang di bagi 2 (AP dan Lateral) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan Antebrachi Posisi Pasien 2 :

52 - Pasien supine diatas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan supaya posisi antebrachi pada bidang yang sama - Posisikan antebrachi pasien supaya pertengahan kaset tepat pada pertengahan antebrachi - Pastikan tidak ada pergerakan pada pasien selama eksposi dengan berikan sandbag atau pengganjal untuk mengurangi pergerakan pada lengan pasien - Pastikan kedua sendi ( Wrist joint dan Elbow Joint ) masuk kedalam area penyinaran - Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label berada dibawah kaset - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur ke pasien. Gambar 2.44 Prosedur pemeriksaan anterbrachii posisi AP Kriteria Gambar 2 : - Tampak jelas bagian wrist dan distal humerus - Tidak tampak elongasi atau foreshortening pada epicondylus humeri - Terbuka nya radioulnar space - Tampak sedikit overlapping pada caput radii, collum radii dan tuberositas ulnae

53 - Tidak tampak rotasi pada lengan pasien. Gambar 2.45 antebrachii proyeksi AP \ b. Proyeksi Lateral 2 Ukuran Kaset : 30 x 40 cm memanjang di bagi 2 (AP dan Lateral) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan Antebrachi Posisi Pasien 3 : - Pasien supine diatas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan sehingga humerus, sendi bahu, dan siku terletak pada bidang yang sama - Posisikan antebrachi pasien supaya pertengahan kaset tepat pada

54 pertengahan antebrachi - Fleksikan elbow joint 90 derajat sehingga posisi lengan dalam posisi true lateral - Pastikan tidak ada pergerakan pada pasien selama eksposi dengan berikan sandbag atau pengganjal untuk mengurangi pergerakan pada lengan pasien - Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label berada dibawah kaset - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur ke pasien. Gambar 2.46 Prosedur pemeriksaan antebrachii proyeksi lateral Kriteria Gambar 3 : - Tampak jelas bagian wrist joint dan distal humeri - Tampak overlapping bagian distal dari os ulna dan os radius - Tampak elbow joint dalam posisi fleksi 90 derajat - Tampak tuberositas radii menghadap ke arah anterior - Tidak tampak rotasi pada lengan pasien.

55 Gambar 2.47 antebrachii proyeksi lateral 4. Elbow Joint a. Proyeksi AP 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan elbow joint Posisi Pasien 3 : - Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien di posisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan sehingga humerus dan elbow joint pada bidang yang sama (datar) - Atur tangan pasien sehingga tangan pasien dalam posisi supine atau AP dengan tujuan untuk mencegah adanya rotasi pada tulang lengan bawah - Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada pertengahan elbow joint - Pastikan selama eksposi tidak ada pergerakan pada pasien

56 - Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label pada kaset berada di bawah - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk kepentingan proteksi radiasi untuk pasien. Gambar 2.48 Prosedur pemeriksaan elbow joint proyeksi AP Kriteria Gambar 3 : - Terbuka nya elbow joint - Caput radii, collum radii, dan tuberositas radii sedikit superposisi dengan bagian proximal os ulna - Tidak tampak rotasi atau pergerakan pada epicondylus humeri - Tampak soft tissue dan bony trabeculation

57 Gambar 2.49 elbow joint proyeksi AP b. Proyeksi Lateral 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset CP : Pertengahan elbow joint Posisi Pasien 3 : - Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien di posisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja pemeriksaan sehingga humerus dan elbow joint pada bidang yang sama (datar) - Posisi awal lengan pasien adalah supine kemudian perlahan-lahan fleksikan elbow joint sebesar 90 derajat dan atur sedemikian rupa supaya humerus dan lengan pasien kontak dengan meja pemeriksaan - Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada pertengahan elbow joint - Pastikan posisi elbow joint pasien dalam keadaan true lateral dan selama eksposi tidak terjadi pergerakan ataupun rotasi pada pasien

58 - Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label pada kaset berada di bawah - Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk mencegah radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk kepentingan proteksi radiasi untuk pasien. Kriteria Gambar 3 : - Terbukanya elbow joint - Tampak elbow joint dengan posisi 90 derajat - Tuberositas radii menghadap anterior - Processus olecranon tampak pada gambaran - Sebagian caput radius tampak superposisi dengan processus coronoid - Tampak superposisi pada epicondylus humeri. Gambar 2.50 Elbow joint proyeksi lateral Penilaian pada foto extremitas meliputi 1. Soft tissue : normal/terdapat pembengkakan 2. Besar dan bentuk tulang

59 3. Celah sendi: menyempit, melebar/normal 4. Garis fraktur, dislokasi, dan osteofi Ekstremitas Bawah 1. Os Calcaneus Os. Calcaneus termasuk salah satu ketujuh Os. Tarsalia yang bersatu membentuk tulang tulang kaki. 2 Pemeriksaan radiografi calcanues ada 2 yaitu : a. Proyeksi AP Axial 2 Ukuran Kaset : 18 x 24 cm melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan Lateral ) FFD : 90 cm CR AP Axial : 40 derajat cranially CP AP Axial : pada pertengahan Os Calcaneus Gambar 2.51Proyeksi AP Axial Os Calcaneus Posisi Pasien 2 : - Atur pasien dalam posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan mengatur tungkai bawah full ekstensi - Letakan kaset pada pergelangan kaki pasien. - Pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan pergelangan kaki. - Untuk tambahan gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan pada objek

60 - Shield gonad Kriteria Gambar 2 : - Tampak Os. Calcaneus dalam posisi planto-dorsal. - Tampak marker R atau L pada sisi film. - Tidak ada rotasi pada Os. Calcaneus. b. Proyeksi Lateral 3 Ukuran Kaset : 18 x 24 cm melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Tegak lurus bidang kaset CP : pada pertengahan Os Calcaneus Posisi Pasien 2 3: - Posisikan tungkai bawah pasien dalam posisi true lateral. - Atur Os. Calcaneus dalam posisi true lateral pada pertengahan kaset. - Gunakan spon atau sandbag agar tidak terjadi pergerakan pada objek. - Lindungi gonad. - Atur kolimasi secukupnya. Kriteria Gambar 3 : - Tidak adarotasi dari Os. Clcaneus. - Tampaksinus tarsi dan tuberesitas calcaneus. 2. Os Cruris Os cruris biasa disebut tungkai bawah, didalam tungkai bawah terdapat 2 tulang yaitu os tibia dan os fibula. "Tibia" adalah kata Latin yang berarti baik tulang kering dan seruling. Diperkirakan bahwa "tibia" mengacu pada baik tulang dan alat musik karena seruling pernah kuno dari tibia (hewan). Fibula ini berjalan bersama tibia. Kata "fibula" adalah kata Latin yang menunjuk jepit atau bros. fibula itu disamakan dengan orang dahulu

61 ke gesper memasangnya ke tibia membentuk bros 7 a. Proyeksi AP 2 Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi AP dan Proyeksi Lateral) FFD : 90 cm CR : Tegak lurus bidang kaset CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah angkle joint Posisi pasien 2 : - posisikan supine diatas meja pemeriksaan. - Atur tubuh pasien sehingga pelvis tidak rotasi. - Atur kaki sehingga condyles femoralis searah dengan kaset atau film dan vertical terhadap kaki. - Fleksikan pergelangan kaki sampai kaki berada dalam posisi vertical - Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan pada objek - Lindungi gonat dengan menggunakan apron atau gonad shield Kriteria gambaran 2 - Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas atas knee joint dan batas bawah angkle joint) - Kedua persendian tidak mengalami rotasi ( knee joint dan angkel joint ) - Artikulo tibia dan fibula tampak overleping sedang. - Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik ) - Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek sebelah kiri atau kanan - Tampak label sebagai penanda identitas pasien

62 Gambar 2.52 Os Cruris Proyeksi AP b. Proyeksi Lateral 3 Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi AP dan Proyeksi Lateral) FFD : 90 cm CR : Tegak lurus bidang kaset CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah angkle joint Posisi pasien 3 : - Pasien posisikan supine diatas meja pemeriksaan lalu perlahan posisikan tubuh pasien pada posisi lateral atau sedikit oblique dengan kaki yang tidak diperiksa melangkahi kaki yang diperiksa, dengan tujuan untuk mendapatkan os cruris yang true lateral dan kenyamanan pasien. - kedua sendi tercangkup dalam 1 film (knee joint dan angkle joint) - Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan pada objek - Lindungi area gonad pasien dengan menggunakan apron atau gonad

63 shield. Kriteria gambar 3 : - Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas atas knee joint dan batas bawah angkle joint) - Tampak Artikulo tibia dan fibula pada posisi lateral dan sedikit overlaping - Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik ) - Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek sebelah kiri atau kanan - Tampak label sebagai penanda identitas pasien Gambar 2.53 Os Cruris Proyeksi LAteral Catatan : jika dalam satu kaset digunakan dua gambaran. Sisi yang tidak terekspos harus ditutup dengan Pb. Agar tidak terkena radiasi hambur. Radiasi hambur yang dihasilkan akan tampak dalam fosfor imajing plate. Sehingga akan menyebabkan artefak pada kedua sisi film atau kaset 2.

64 Gambar 2.54 Contoh gambaran klinis fraktur dua gambar satu film. 3. Articulatio Genue - Prosedur Pemeriksaan a. Proyeksi AP 2 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film CP : Pada pertengahan patella Posisi Pasien 2 : - Atur pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau pasien berdiri menghadap x-ray tube dan pastikan tidak ada rotasi atau pergerakan pada panggul pasien. - Dengan kaset dibawah lutut pasien, lokasikan bagian apex patella, dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk meregangkan bagian lututnya. Pusatkan kaset sekitar setengah inci di bawah apex patella. dan pusatkan bagian tengah kaset pada bagian tengah persendian lutut. - Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan

65 karet dari timbal atau apron Gambar 2.55 Genue Proyeksi AP Kriteria Gambar 2 : - Terbukanya persendian femorotibial - Tidak ada rotasi tulang paha dan tibia - Tampak patella terproyeksi pada bagian pertengahan kaset b. Proyeksi Lateral 1 Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral ) FFD : 90 cm CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film CP : Pada pertengahan patella Posisi Pasien 2 : - Perintahkan pasien untuk mengarah pada sisi yang akan diperiksa - Fleksikan bagian lutut pasien pada ukuran derajat dengan tujuan untuk memaksimalkan rongga persendian lutut.(ada beberapa rumah sakit yang menstandarkan fleksian lutut sebesar 45 sampai 90 derajat.sesuai permintaan radiolog) - Lokasikan bagian persendian lutut di bawah apex patella - Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan

66 menggunakan karet dari timbal atau apron Gambar 2.56 Genue Proyeksi Lateral Kriteria Gambar 2 : Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut proyeksi Lateral : - Tampak pattela dalam proyeksi true lateral. - Terbukanya articulasio pattelo femoralis. - Caput Os.fibula dan Os.Tibia tampak super posisi. - Terlihat soft tissue disekitar lutut. - Tampak marker R atau L. - Penilaian pada Foto Genue 1. Besar dan bentuk tulang: femur distal, tibia dan fibula proksimal 2. Garis fraktur, osteofit 3. Eminentia intercondylaris medial dan lateral: terdapat perkapuran 4. Patella: apakah terdapat fraktur, dislokasi, terdapat perkapuran 5. Celah sendi: normal / menyempit

67 6. Soft tissue: pembengkakan / tidak PELVIS Posisi pemeriksaan : AP Prosedur pemeriksaan : 1. Posisi AP : Pasien tidur diatas meja pemeriksaan dengan posisi tubuh true AP. Lengan tangan diposisikan sejajar dengan kepala., kaki di extensikan sejajar dengan tubuh, sehingga Pelvis tidak berotasi agar tulang paha, Upper Femora dan sendi panggul serta Trochanter terlihat dengan jelas. Marker ditempelkan pada ujung kaset. - CR : Tegak lurus kaset. - CP : Pertengahan sagital dengan tubuh. - Kaset : (35 x 35) cm. - FFD : 90 cm.

68 Gambar 2.57 Os Pelvis Posisi AP

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOGRAFI Trauma / cidera Fraktur, fisura, dislokasi, luksasi, ruptur Pathologis Artheritis, Osteoma, dll. Benda asing (corpus

Lebih terperinci

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak DESKRIPSI FOTO X-Ray Foto Schedel AP/Lateral o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak o Tabula eksterna, diploe dan tabula interna ada fraktur?, kalsifikasi? o Vaskular marking (garis pembuluh darah) ada/tidak,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Sinus Paranasal

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Teknik Radiografi Sinus Paranasal Menurut Biglioli dan Chiapasco (2014) teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada

Rangka manusia. Axial Skeleton. Apendikular Skeleton. Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Mulai Rangka manusia Axial Skeleton Tengkorak Tulang belakang Tulang iga Tulang dada Apendikular Skeleton Gelang bahu Ekstremitas atas Gelang panggul Ekstremitas bawah Selesai Tengkorak Mandible (Rahang

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG THORAX

MAKALAH TENTANG THORAX MAKALAH TENTANG THORAX A. Anatomi dan Fungsi Thorax Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL Disusun Oleh : Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K) dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii ANATOMI VETERINER I DOSEN PENGAMPU drh. Analis Wisnu Wardana, M.Biomed drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PENILAIAN: Keaktifan 10% Tugas 20% Kuis 20% UTS 25% UAS 25% MATERI PERKULIAHAN Pokok Bahasan

Lebih terperinci

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN : PENGARUH CENTRAL RAY TERHADAP HASI RADIOGRAF FORAMEN INTERVERTEBRALIS PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CERVICAL RIGH POSTERIOR OBLIQUE 1) Farida Wahyuni, 2) Surip, 3) Ganis Rizki Agita 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R. Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 ANATOMI : adalah ilmu yang

Lebih terperinci

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang 4mw\> Balai Kesehatan Penerbangan ^ PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RONTGEN Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax

Lebih terperinci

1. Ankle/ Ankle Bilateral (AP/LAT/Keduanya) Rp RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

1. Ankle/ Ankle Bilateral (AP/LAT/Keduanya) Rp RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAMPIRAN VII : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR : ff0t/»hu.^ W* TANGGAL : Tb UoVeM&

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH Sepertiga tengah wajah dibentuk oleh sepuluh tulang, dimana tulang ini saling berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 2.1 Tulang-tulang yang

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI

OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI OSTEOLOGI AXIALE I D R H. H E R L INA P R AT IWI SKELETON AXIALIS SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Columna Vertebrae Ossa Cranii Ossa Fasciei OSSA CRANII (NEUROCRANII) Os. Occipitale Os. Sphenoidale

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH 18 BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH Pengantar Menembak (shooting) dalam olahraga panahan sangat memerlukan konsistensi (keajegan) dan stabilitas yang tinggi, sehingga dengan adanya konsistensi dan stabilitas

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

TERMINOLOGI ANATOMI. Oleh. Dr. Katrin Roosita, MSi.

TERMINOLOGI ANATOMI. Oleh. Dr. Katrin Roosita, MSi. TERMINOLOGI ANATOMI Oleh Dr. Katrin Roosita, MSi. DEFINISI ANATOMI (latin): ana = bagian, tomie = iris/potong Anatomi: ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan, maupun bagian-bagiannya,

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi BAHAN AJAR Mata Kuliah : Kinesiologi Kode Mata Kuliah : IOF 219 Materi : Sendi A. Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN 39 LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera, Bapak/ibu Yth, Perkenalkan Saya, dr. Antonius Haratua Pakpahan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8 November 1895 menimbulkan harapan baru di dunia kesehatan. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI Namaa : Nim : Kelas : Kelompok : FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENYAJIAN

PENDAHULUAN PENYAJIAN PENDAHULUAN Rontgen (Rö) Thorax bertujuan untuk pemeriksaan trachea dan paru paru, jantung, esophagus, diafragma dan costae, ruang pleura dan thorax. Radiografi thorax dilakukan pada saat inhalasi maximum

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

Oleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen

Oleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen TEKNIK PEMERIKSAAN STERNOCLAVICULAR JOINT METODE HOBBS VIEW DENGAN INDIKASI DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAHSAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA RADIOGRAPHIC EXAMINATION TECHNIQUES HOBBS

Lebih terperinci

X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak

X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak X- foto thorax PA Cor: CTR > 50%, segmen pulmonal menonjol, LVH. Pulmones: hila tidak melebar, trakea lurus ditengah, parenkim paru tidak tampak, tampak kesuraman di perihiler dextra/sinistra, corakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Skeletal Vertikal Wajah Basis kranii anterior (Sella-Nasion) sering digunakan sebagai garis acuan untuk menentukan kemiringan bidang mandibula (MP). Individu dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu anatomi dan kinesiologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft,

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN F O T O T H O R A X C A R D I O V A S K U L A R FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkiraan Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran bagi seseorang pada saat masih hidup, sedangkan panjang badan merupakan ukuran seseorang pada saat setelah meninggal dunia.

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Rangka

Fungsi Sistem Rangka Sistem Rangka Tujuan Membuat daftar fungsi sistem rangka Menjelaskan struktur dari tulang panjang Menjelaskan peran dari osteoblast dan osteosit Membuat daftar tulang dari skeleton aksial Membuat daftar

Lebih terperinci

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan) SENAM REFLEKSI Senam refleksi dilakukan dengan menggabungkan gerakan tubuh dan teknik pengaturan pernapasan. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi-fungsi otot-otot yang berhubungan dengan alat-alat/organ

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda 27 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Studi kasus diawali dengan pengumpulan literatur atau pustaka. Data-data kasus diambil dari klinik My Vets Bumi Serpong Damai Tanggerang dan Kemang Selatan Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax Penyusun Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP PENDAHULU AN Penyebab L.B.P. tulan g oto t saraf 4 DIFINISI ANATOMI ANATOMI 8 ANATOMI 9 10 SEBAB MEKANIK ANKILOSING SPONDILITIS 16 PENYEBAB sis 1. Spon

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Tugas Paper Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Aditya Hayu 020610151 Departemen Prostodonsia Universitas Airlangga - Surabaya 2011 1 I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu

Lebih terperinci

Persendian adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Persendian dibedakan menjadi 2 yaitu:

Persendian adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Persendian dibedakan menjadi 2 yaitu: SISTEM RANGKA Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulangm rangka disebagian tempat

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal. Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien. Gawat Darurat di RSUD Tangerang

Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal. Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien. Gawat Darurat di RSUD Tangerang Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien Gawat Darurat di RSUD Tangerang KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

2 RANGKA TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

2 RANGKA TUBUH MANUSIA DAN HEWAN 2 RANGKA TUBUH MANUSIA DAN HEWAN A. Rangka Manusia Sistem rangka pada manusia terbagi atas dua bagian, yaitu: rangka aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendicular (rangka tambahan). Rangka aksial

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA. Hedi Ardiyanto Hermawan

SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA. Hedi Ardiyanto Hermawan SENDI ATAU PERSAMBUNGAN PADA KERANGKA Hedi Ardiyanto Hermawan Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari

Lebih terperinci

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D. OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Anak 2.1.1 Definisi Pertumbuhan Proses pertumbuhan berjalan seiring dengan pertambahan usia anak. Definisi pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran atau dimensi

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

TANDA-TANDA RADIOLOGIK

TANDA-TANDA RADIOLOGIK Peranan Radiologik Pada Kelainan Otak dr. Susworo Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta PENDAHULUAN Pemeriksaan radiologi pada kelainan otak dapat dibagi atas : 1. Konvensional

Lebih terperinci