PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 026 PADANG MUTUNG KECAMATAN KAMPAR

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 026 PADANG MUTUNG KECAMATAN KAMPAR Yasrita 1, Jesi Alexander Alim 2, Munjiatun 3 Abstract Problem in this research is low achievement in field of math among students. This is caused by inability of student in understanding abstract material. Beside that, students also unable to connect one concept with another. These problem could be happen because of theacer s way in delivering material, limited chance to ask about any unclear lesson and limited feed back for the learning result and the last is tendency to use oral method rather than using media of learning. Application of direct learning is aimed to make students explore material using a specially designed approach to explore material linked to declarative and procedural knowledge. This research is an action research. The aim of this research is ti improve learning achievement of fourth class students of SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. This research come with the question can application of direct learning improve learning achievement of fourth class student of SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar in math field? kuantitative data got from cycle test. Result of this research show that in cycle I. students mean increase 15 points (27,03%) become 70,5. In cycle II there is 16,6 points increase (23,55%) become 87,1. We can also find teachers and student s increasing activity from cycle I to II. This is mean that application of direct learning can improve learning achievement of fourth class students SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. Keywords : direct learning, math learning achievement Pendahuluan Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam mengembangkan daya fikir manusia. Matematika membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis serta berkemampuan bekerja sama. Oleh sebab itu pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar (Depdiknas 2006:1). 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, yasrita90@yahoo.co.id 2 Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, jesialexa@yahoo.com 3 Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, munjiatun@yahoo.ac.id

2 2 Menyadari pentingnya pembelajaran matematika di Sekolah Dasar maka pembelajaran harus ditingkatkan sehingga hasil belajar matematika siswa dapat tercapai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yang telah ditetapkan. Guru selalu menaruh impian pada siswa agar menjadi siswa yang berakhlak mulia dan pintar dalam beberapa hal dapat meraih prestasi. Namun apa daya harapan dan impian tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagian besar siswa di kelas IV belum tuntas memahami pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan. Sering guru matematika mengeluh karena lambatnya siswa dalam proses penyelesaian soal yang berhubungan dengan operasi hitung bilangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung tahun ajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa pada saat ini hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika belum memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Karena hasil belajar matematika siswa lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk pelajaran matematika yaitu 60. Jika dipersentasekan jumlah siswa yang dapat mencapai KKM adalah 40% dan siswa yang tidak mencapai KKM adalah 60%. Hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan oleh siswa kurang mampu memahami materi yang bersifat abstrak. Selain itu siswa juga kurang mampu menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain antara materi yang berhubungan. Hal ini tidak terlepas dari cara guru dalam menyajikan materi pelajaran yang kurang memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa, guru juga jarang memberikan penilaian keberhasilan terhadap proses dan pemahaman, dan guru cenderung menggunakan metode ceramah tanpa media yang memadai. Mengatasi kondisi ini guru telah berusaha melakukan berbagai inovasi proses pembelajaran mulai dari pembagian kelompok kerja yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa setiap kelompok, memberikan perluasan latihan berupa Pekerjaan Rumah (PR) sampai pembahasan soal-soal secara berkesinambungan. Namun pada kenyataannya semua usaha yang dilakukan belum mencapai hasil maksimal. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan memilih model pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yaitu menerapkan model pembelajaran langsung. Kardi dan Nur (2000: 5) model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Peneliti memilih pembelajaran langsung ini karena siswa akan terbimbing satu persatu dan pelajaran yang diberikan cepat dipahami siswa karena diajarkan setahap demi setahap. Dengan model pembelajaran langsung diharapkan semua siswa akan berhasil sebab siswa akan terbimbing secara individual sehingga siswa tersebut mengerti, terutama bagi siswa yang kurang mampu dalam menghadapi pelajaran.

3 3 Berdasarkan teori dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. Penelitian ini dilakukan pada semester I yaitu pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar, dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, dengan kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa heterogen. Penelitian tindakan kelas, setiap satu Siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi untuk dilanjutkan ke Siklus berikutnya. Peneliti melaksanakan penelitian ini dalam dua siklus, hal ini dilakukan agar penelitian lebih bermakna serta dapat memperoleh informasi yang cukup sebagai masukan yang berarti untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya, siklus pertama akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga. Sedangkan siklus kedua selama dua kali pertemuan, yaitu pertemuan keempat dan kelima. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung dan mengumpulkan data penelitian yang terdiri dari dua bagian yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, Lembar Latihan Lanjutan. Sedangkan instrumen pengumpul data dalam penelitian ini terdiri dari: Soal Tes, Lembar Observasi (Pengamatan), Panduan Lembar Observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri atas: Tes, dan Observasi (Pengamatan). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, yaitu suatu teknik yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa. 1. Teknik Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa Analisi data aktivitas guru dan siswa menggunakan format checklist yang dilakukan dengan cara memberi skor, kemudian dihitung persentase aktivitasnya, yaitu perbandingan skor aktivitas yang diperoleh dengan skor maksimum. Untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar-mengajar dapat digunakan rumus: NR = (KTSP, 2007: 367) Keterangan: NR = Persentase rata-rata aktivitas (guru/siswa) JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan SM= Skor maksimal yang didapat dari aktivitas guru/siswa

4 4 Tabel 2 Kategori Aktivitas Guru dan Siswa Persentase Interval Kategori Amat Baik Baik Cukup Kurang dari 50 Kurang Sumber : Syarilfuddin, 2011: 82) 2. Teknik Hasil Belajar Matematika Siswa Analisis data tentang peningkatan hasil belajar matematika berdasarkan pada ketuntasan belajar matematika siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan. Ketuntasan hasil belajar matematika dapat dilihat dari setiap ulangan siklus (US). a. Peningkatan Hasil Belajar Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis kualitatif dengan rumus: Posrate Baserate P 100% Baserate (Aqib, 2009 : 53) Keterangan: P = Persentase peningkatan Posrate = Nilai sesudah diberikan tindakan Baserate = Nilai sebelum tindakan b. Ketuntasan Belajar Secara Individu Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 60. Berdasarkan ketuntasan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimum, dengan berpedoman pada dua pertimbangan yaitu kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda dan daya dukung setiap sekolah berbeda. Untuk menghitung nilai individu digunakan rumus: K = (Purwanto, 2006: 102) Keterangan : K = Nilai individu SP = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum c. Ketuntasan klasikal Ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai minimal 60 maka kelas itu dikatakan tuntas. Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat digunakan rumus sebagai berikut: KK = (KTSP, 2007: 382)

5 5 Keterangan: KK = Ketuntasan klasikal JT = Jumlah siswa yang tuntas JS = Jumlah seluruh siswa d. Perbandingan nilai berdasarkan kelas atas, kelas tengah dan kelas bawah Dalam mengelolah hasil penelitian peneliti akan membagi kemampuan siswa menjadi tiga tingkatan kelas yaitu kelas atas, kelas tengah dan kelas bawah. Jumlah kelas atas dan kelas bawah diperoleh melalui 27% dari jumlah siswa seluruhnya, sedangkan kelas tengah diperoleh dari sisa jumlah pada kelas atas dan kelas bawah (Sudjiono dalam Livia, 2012: 23). Ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peneliti menerapkan model pembelajaran langsung pada setiap tingkatan siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar pada tahun ajaran 2012/2013. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Penelitian ini dimulai tanggal 23 Juli 2 Aguatus Pada tahap awal peneliti mempersiapkan Silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Evaluasi, Lembar Latihan Lanjutan (LLL), Lembar Observasi dan lain-lain. Secara garis besar akan dijelaskan melalui tiap-tiap fase yang ada pada RPP yang dijadikan acuan pembelajaran yang berlangsung. TAHAP Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. KEGIATAN Pada fase pertama kegiatan di awali dengan siswa merapikan tempat duduk, menyiapkan kelas dan berdo a yang dipimpin ketua kelas. Kemudian guru mengabsen siswa, dan semua siswa hadir. Guru memberikan apersepsi dengan bercerita dan memberikan pertanyaan kepada siswa. Seperti: anak-anak di kelas III telah belajar tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Berapa hasil penjumlahan ? Jika posisi bilangan diubah menjadi apakah hasil penjumlahannya berbeda? Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan memotivasi siswa agar siswa bisa berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung.

6 6 Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. Pada fase kedua ini, guru menjelaskan tentang materi pokok dan mendemonstrasikannya dengan menggunakan alat peraga. Kemudian guru meminta beberapa orang siswa maju kedepan untuk mencoba kembali mendemonstrasikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Fase 3: Membimbing pelatihan. Pada fase ketiga ini, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok mendapat LKS yang dalam pengerjaannya menggunakan alat peraga dan dibimbing oleh guru. Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada fase keempat ini, guru meminta siswa mempersentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas, kemudian diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti atau ada kelompok lain yang memiliki jawaban yang berbeda. Sebagai umpan balik guru memberikan latihan, yang dalam pengerjaannya tidak menggunakan alat peraga dan juga tidak dibimbing lagi oleh guru.

7 7 Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada fase kelima ini, di akhiri dengan guru meminta siswa menyimpulkan materi pelajaran. Sebagai akhir pembelajaran guru memberikan tindak lanjut kepada siswa yaitu berupa pekerjaan rumah untuk persiapan pembelajaran berikutnya. Analisis Hasil Penelitian Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ketercapaian KKM hasil belajar matematika untuk setiap siklus. A. Aktivitas guru dan siswa 1. Aktivitas Guru Data hasil pengamatan observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung pada Siklus I dan Siklus II dengan penerapan model pembelajaran langsung di kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar tahun ajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Analisis Lembar Pengamatan Aktivitas Guru untuk Penerapan Model Pembelajaran Langsung No Aktivitas yang Diamati Pertemuan ke I II III IV V 1 Menyiapkan situasi belajar, menyampaikan apersepsi, tujuan dan memotivasi siswa. 2 Mendemonstrasikan materi secara umum dengan menggunakan alat peraga. 3 Membagi siswa menjadi kelompok kerja, memberikan LKS dan membimbing siswa dalam menyelesaikannya Membahas LKS dalam diskusi kelas, memberikan siswa kesempatan untuk bertanya dan memberikan umpan balik terhadap pemahaman siswa (Evaluasi). 5 Menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan pelatihan lanjutan (LL). Jumlah skor Persentase 65% 75% 80% 85% 95% Kategori Baik Baik Baik Amat Baik Amat Baik

8 8 Berdasarkan tabel di atas, secara umum aktifitas guru mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Pada pertemuan pertama meningkat 10 poin (15,38%) ke pertemuan kedua, pada pertemuan kedua meningkat 5 poin (6,67%) ke pertemuan ketiga, pada pertemuan ketiga meningkat 5 poin (6,25%) ke pertemuan keempat dan pertemuan keempat ke pertemuan kelima meningkat sebanyak 10 poin (11,76%). 2. Aktivitas siswa Peningkatan hasil belajar siswa dan nilai perkembangan siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa yang terlihat pada hasil observasi aktivitas siswa secara klasikal dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4 Analisis Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa untuk Penerapan Model Pembelajaran Langsung No Aktivitas yang Diamati Pertemuan ke I II III IV V 1 Siswa mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk belajar serta mendengarkan dan menanggapi informasi yang disampaikan guru Siswa memperhatikan demonstrasi yang dipersentasikan guru. 3 Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dengan bimbingan dari guru Siswa aktif menanggapi hasil diskusi kelompok lain, bertanya apabila ada yang tidak mengerti dan mengerjakan evaluasi. 5 Siswa menyimpulkan pelajaran dan menerima serta memahami pelatihan lanjutan (LL). Jumlah skor Persentase 60% 70% 85% 90% 95% Kategori Cukup Baik Amat Baik Amat Baik Amat Baik Dari tabel di atas terlihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran langsung mengalami peningkatan. Berdasarkan grafik di atas, secara umum aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Pada pertemuan pertama meningkat 10 poin (16,67%) ke pertemuan kedua, pada pertemuan kedua

9 9 meningkat 15 poin (21,43%) ke pertemuan ketiga, pada pertemuan ketiga meningkat 5 poin (5,88%) ke pertemuan keempat dan pertemuan keempat meningkat 5 poin (5,55%) ke pertemuan kelima. B. Hasil Belajar 1. Peningkatan Hasil Belajar Hasil belajar matematika siswa setelah dilaksanakannya tindakan dengan cara membandingkan dengan skor dasar. Peningkatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tahapan KKM Rerata Selisih Peningkatan Data Awal 60 55,5 Siklus I 60 70, ,03% Siklus II 60 87,1 31,6 56,94% Pada tabel di atas terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari data awal diperoleh yaitu 55,5 dan pada siklus I menjadi 70,5 atau mengalami peningkatan sebesar 15 poin (27,03%). Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 87,1 mengalami peningkatan sebesar 31,6 poin (56,94%) dari data awal. 2. Ketuntasan Individu dan Ketuntasan Klasikal Hasil belajar siswa dari Ulangan Siklus I dan Ulangan Siklus II memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara individu dan ketuntasan klasikal mulai dari Data Awal, Ulangan Siklus I dan Ulangan Siklus II setelah penerapan model pembelajaran langsung pada siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan No Tahapan Jumlah Ketuntasan Siswa Individual Klasikal Tuntas Tidak Tuntas 1 Data Awal 20 8 (40%) 12 (60%) Tidak Tuntas 2 Siklus I (70%) 6 (30%) Tidak Tuntas 3 Siklus II (90%) 2 (10%) Tuntas Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui ketuntasan belajar matematika siswa secara individu pada Data Awal adalah 8 orang siswa (40%) dinyatakan tuntas secara individu dan 12 orang siswa (60%) dinyatakan tidak tuntas secara individu, maka secara klasikal pada Data Awal ini dikatakan belum tuntas karena ketuntasan siswa belum mencapai 85%. Data ini diperoleh dari hasil ujian semester II (kelas III) sebelum pelaksanaan tindakan. Setelah penerapan model pembelajaran langsung pada Siklus I secara Individu 14 orang siswa (70%) dinyatakan tuntas dan 6 orang siswa (30%) dinyatakan tidak tuntas, maka pada

10 10 Siklus I ini juga belum dapat dikatakan tuntas secara klasikal karena belum mencapai 85%. Pada Siklus II siswa yang tuntas secara individu berjumlah 18 orang (90%), sedangkan siswa yang tidak tuntas secara individu berjumlah 2 orang (10%), pada Siklus II ini proses pembelajaran sudah tuntas secara klasikal karena siswa yang tuntas secara individu sudah lebih dari 85%. Ketuntasan hasil belajar dari Data Awal meningkat 30 poin (75%) ke siklus I. Pada siklus I meningkat lagi 20 poin (28,57%) ke siklus II. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari grafik berikut ini: Gambar 1 Grafik Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan % 80 70% Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas 40% Persentase Ketuntasan Skor Dasar Siklus I Siklus II 3. Interval Perbandingan Nilai Kelas Atas, Kelas Tengah dan Kelas Bawah pada Hasil Belajar Siswa dari Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II Penerapan Model Pembelajaran Langsung Interval perbandingan nilai sebelum dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran langsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Perbandingan Rerata, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum pada Skor Dasar Siklus I dan Siklus II Pembagian Jumlah Skor Dasar Siklus I Siklus II Kelas Siswa Rera Min Maks Rera Min Maks Rera Min Maks Kelas Atas , Kelas Tengah , , Kelas Bawah , , Tabel di atas memperlihatkan perbandingan kelas atas, kelas tengah, kelas bawah dari skor dasar, siklus I dan siklus II. Dari nilai rata-rata siklus I terlihat perbandingan kelas atas yang lebih unggul 25,1 poin (37,07%) dari kelas tengah dan nilai rata-rata tengah lebih unggul 13,9 poin (25,84%) dari kelas bawah. Dari nilai minimum terlihat perbandingan kelas atas lebih unggul 56 poin (147,37%) dari kelas tengah dan perbandingan kelas tengah lebih unggul 7 poin (22,58%) dari kelas bawah. Dari nilai maksimum juga terlihat perbandingan kelas atas lebih unggul 6 poin (6,38%) dari kelas tengah dan perbandingan kelas tengah lebih unggul 13 poin (16,05%) dari kelas bawah.

11 11 Dari nilai rata-rata siklus II terlihat perbandingan kelas atas yang lebih unggul 11,6 poin (13,12%) dari kelas tengah dan nilai rata-rata tengah lebih unggul 15 poin (20,43%) dari kelas bawah. Dari nilai minimum terlihat perbandingan kelas atas lebih unggul 50 poin (100%) dari kelas tengah dan perbandingan kelas tengah lebih unggul 8 poin (19,05%) dari kelas bawah. Dari nilai maksimum terlihat kelas atas dan kelas tengah nilainya tetap yaitu 100 dan dari kelas tengah lebih unggul 8 poin (8,69%) dari kelas bawah. Perbandingan ini dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 2 Grafik Perbandingan Rerata, Nilai Minimum dan Nilai Maksimum pada Skor Dasar Siklus I dan Siklus II Grafik di atas memperlihatkan perbandingan kelas atas, kelas tengah dan kelas bawah siklus I dan siklus II. Siklus I dari nilai rata-rata terlihat perbandingan kelas yang lebih unggul. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan yang dialami oleh peneliti, penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan alat peraga ini merupakan pengalaman pertama bagi siswa, karena siswa belum terbiasa menggunakan alat peraga dalam proses balajar-mengajar. Setelah diterapkan model pembelajaran langsung dalam proses pembelajaran dengan perlahan telah dapat merubah kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran. Dilihat dari lembar pengamatan pada awal pertemuan siswa masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran penerapan model pembelajaran langsung, tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai mengerti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung. Perolehan hasil belajar pada ulangan siklus I, dimana ketercapaian kompetensi berdasarkan indikator belum mencapai ketuntasan belajar karena siswa tidak mengerjakan soal secara lengkap dan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Kelemahan proses pembelajaran pada siklus I, beberapa siswa masih tidak memperhatikan penjelasan guru dan siswa kurang aktif serta kurang bekerja sama mengerjakan LKS dalam kelompok. Selain itu siswa juga kurang mengerti dalam mengerjakan soal ulangan yang diberikan oleh guru.

12 12 Adapun kelebihan siklus I adalah siswa tertarik belajar karena guru menggunakan alat peraga dalam belajar sehingga siswa semangat untuk mengikuti pelajaran. Langkah yang diambil guru untuk memperbaiki kekurangan dalam proses pembelajaran adalah guru lebih cermat lagi dalam menyiapkan situasi belajar dan lebih jelas lagi dalam mendemonstrasikan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga. Serta guru lebih meningkatkan lagi dalam penguasaan kelas. Kemudian fokus memperhatikan siswa dalam kelompok dan membiasakan siswa untuk lebih aktif dalam kelompok. Pada siklus II guru lebih jelas lagi dalam mendemonstrasikan pelajaran menggunakan alat peraga, guru lebih memperhatikan siswa dalam belajar, siswa lebih aktif dalam kelompok dan menyelesaikan soal dengan benar. Berdasarkan analisis tentang aktivitas guru dan siswa telah terjadi peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Bisa digambarkan bahwa siswa sudah bisa menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran operasi hitung bilangan kemudian siswa sudah bisa belajar secara aktif dan guru telah mengetahui bagaimana menyampaikan konsep pembelajaran kepada siswa serta guru telah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II, diperoleh fakta bahwa persentase ketuntasan klasikal mengalami peningkatan dari skor dasar 40% meningkat ke siklus I menjadi 70% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 90%. Dari data di atas di peroleh bahwa penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. Simpulan dan Saran A. Simpulan Berdasarkan analisis data yang diperoleh terbukti bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. Ini terlihat dari: 1. Rata-rata hasil belajar siswa pada skor dasar 55,5 meningkat 15 poin (27,03%) menjadi 70,5 pada ulangan siklus I dan meningkat lagi 16,6 poin (23,55%) menjadi 87,1 pada ulangan siklus II. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar. 2. Ketuntasan klasikal pada skor dasar adalah 40%, siklus I meningkat menjadi 70% dan siklus II meningkat lagi 90%. 3. Pada aktivitas guru dan siswa di setiap pertemuan mengalami peningkatan. Pada aktivitas guru pertemuan pertama meningkat 10 poin (15,38%) ke pertemuan kedua, dari pertemuan kedua meningkat 5 poin (6,67%) ke pertemuan ketiga, dari pertemuan ketiga meningkat 5 poin (6,25%) ke pertemuan keempat, dari pertemuan keempat meningkat lagi 10 poin (11,76%) ke pertemuan kelima. Kemudian pada aktivitas siswa pertemuan pertama meningkat 10 poin (16,67%) ke pertemuan kedua, dari pertemuan

13 13 kedua meningkat 15 poin (21,43%) ke pertemuan ketiga, dari pertemuan ketiga meningkat 5 poin (5,88%) ke pertemuan keempat, dari pertemuan keempat meningkat lagi 5 poin (5,55%) ke pertemuan kelima. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang positif antara penerapan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar matematika, maka dapat dianjurkan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, penerapan model pembelajaran langsung hendaknya menjadi salah satu alternatif pembelajaran matematika di sekolah-sekolah sehingga dapat mengaitkan mutu pendidikan yang lebih umumnya dan peningkatan mutu pembelajaran khususnya. 2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran langsung hendaknya menjadi salah satu alternative strategi pembelajaran. 3. Bagi peneliti lanjutan, hendaknya melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung ini di beberapa kelas supaya terlihat keberhasilan dari penerapan pembelajaran ini. Ucapan Terimakasih Penulisan jurnal ini bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk mengikuti ujian skripsi di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Dalam penulisan jurnal ini, penulis banyak sekali mendapat dorongan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin sekali mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. 2. Jesi Alexander Alim, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis 3. Dra. Munjiatun selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan. 5. Kepala Sekolah dan Guru-Guru SD Negeri 026 Padang Mutung Kecamatan Kampar yang telah memberikan izin dan bersedia bekerja sama dengan penulis dalam melakukan penelitian ini. 6. Kedua orang tua penulis serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

14 Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Cakrawala Lembar Kerja Siswa. (Online). Tersedia: http/tartocute.blogspot.com.htm.(11 November 2012). Daryanto Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya. Depdiknas Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hidayati, R. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Menggunakan Alat Peraga Ceker untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVB SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru. Skripsi. Pekanbaru: Tidak diterbitkan. Iskandar Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung: CP Press. Kardi dan Nur Pengajaran Langsung. Surabaya. Unesa-University Press. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standar Nasional. Kunandar Langkah Muda Penelitian Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyasa, E Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Purwanto, Ngalim Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Rosmawati, (2010). Penggunaan Media Ceker dalam Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 008 Sialang Dua Dahan Kec. Rengat Barat Indragiri Hulu. Skripsi. Pekanbaru: Tidak diterbitkan. Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosda Karya. Suyatno Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Siduarjo: Masmedia Buana Pustaka. Syahrilfuddin dkk Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru. Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Trianto Mendesain Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 14