BAB I PENDAHULUAN. kreatif. Khususnya berpikir kritis, sangat diperlukan bagi kehidupan mereka,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NCTM (2000) menyebutkan kemampuan matematis dalam pembelajaran matematika yaitu pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, representasi, dan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Khususnya berpikir kritis, sangat diperlukan bagi kehidupan mereka, agar mereka mampu menyaring informasi, memilih layak atau tidaknya suatu kebutuhan, mempertanyakan kebenaran yang terkadang dibaluti kebohongan, dan segala hal yang dapat membahayakan hidup mereka. Apalagipada pembelajaran matematika yang dominan mengandalkan kemampuan daya pikir, perlu membina kemampuan berpikir siswa (khususnya berpikir kritis) agar mampu mengatasi permasalahan pembelajaran matematika tersebut yang materinya cenderung bersifat abstrak. Hanya saja kebiasaan berpikir kritis ini belum ditradisikan di sekolahsekolah. Seperti yang diungkapkan kritikus Jacqueline dan Brooks (Santrock, 2007), sedikit sekolah yang mengajarkan siswanya berpikir kritis. Sekolah justru mendorong siswa memberi jawaban yang benardaripadamendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau memikirkan ulang kesimpulankesimpulan yang sudah ada. Terlalu sering para guru meminta siswa untuk menceritakan kembali, mendefinisikan, mendeskripsikan, menguraikan, dan mendaftar dari pada menganalisis, menarik kesimpulan, menghubungkan, mensintesakan, mengkritik, menciptakan, mengevaluasi, dan memikirkan 27

2 28 ulang. Akibatnya banyak sekolah meluluskan siswa-siswa yang berpikir secara dangkal, hanya berdiri di permukaaan persoalan, bukannya siswasiswa yang mampu berpikir secara mendalam. Realita di sekolah pun memperkuat pernyataan Jacqueline dan Brooks di atas. Salah satu faktor internal yang mendukung keberhasilan belajar adalah kecerdasan.siswa dikatakan berhasil belajar ditandai dengan prestasi belajar yang tinggi serta diimbangi dengan karakter yang baik. Selama ini, yang namanya kecerdasan senantiasa dikonotasikan dengan Kecerdasan Intelektual atau yang lazim dikenal sebagai Intelligence Quotient (IQ) saja.namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya bertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, salah satunya yaitu kecerdasan spiritual. Apabila kecerdasan spiritual dimiliki oleh siswa-siswi, merekaakan lebih mampu memahami berbagai persoalan (masalah) yang timbul selama proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Tidak hanya itu, dengan kecerdasan spiritual ini siswa akan lebih mampu memotivasi diri untuk lebih giat belajar atau menuntut ilmu sehingga dapat menemukan makna (arti) dari pelajaran yang diberikan oleh guru. Spiritual Quotient (SQ) juga mendorong siswa untuk lebih kritisya itu memiliki daya pikiran yang tajam dalam menganalisis. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis salah satunya dengan meningkatkan kecerdasan spiritual. Dengan kecerdasan spiritual, diharapkan

3 29 siswa dapat lebih cermat dalam mengambil keputusan. Sebab dengan kecerdasan spiritual siswa dituntut untuk memahami dan terampil dalam memilih dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada. Dengan demikian diharapkan siswa terampil menghadapi masalah dan berusaha memecahkannya, serta memiliki pengetahuan yang berguna untuk kehidupan kelak di masyarakat, dan hasil akhirnya adalah di tangantuhan. SMP Negeri 3 Banyumas merupakan salah satu sekolah menengah pertama di Banyumas yang beralamat di Jalan Raya Kejawar KM-1. Sekolah ini mempunyai 48 Guru, dan 855 siswa yang terbagi dalam 27 kelas.smp Negeri 3 Banyumas pada tahun ajaran 2016/2017 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pembelajaran dengan menggunakan KTSP guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah, diskusi, Tanya jawab, dan pemberian tugas. Hal tersebuut yang menyebabakan kurangnya keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Menurutinformasi yang peneliti dapatkan dari guru mata pelajaran matematika, beliau mengatakan bahwa selama ini siswa kelas VIII H pasif pada saat pembelajaran. Mereka hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut yang menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan masalah di atas peneliti akan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP N 3 Banyumas ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ).

4 30 B. Fokus Penelitian Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka penelitian ini terfokus pada deskripsi kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas VIII SMP N 3 Banyumas ditinjau dari Spiritual Quotient(SQ). C. TujuanPenelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Banyumas ditinjau dari Spiritual Quotient(SQ) yang berbeda-beda. D. ManfaatPenelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. ManfaatTeoritis Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan penelitian bidang pendidikan matematika, khususnya Spiritual Quotient (SQ) serta kaitannya dengan kemampuan berpikir kritissiswa. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi siswa Agar siswa dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) yang dimiliki dalam pembelajaran matematika.

5 31 b. Bagi guru Sebaga alat evaluasi dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya penelitian ini guru dapat mengetahui kualitas siswa khususnya kemampuan berpikir kritis matematis sehingga guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan tersebut. c. Bagi sekolah Sebagai bahan acuan untuk memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. d. Bagi peneliti Sebagai tambahan pembelajaran dan pengetahuan tentang bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan Spiritual Quotient (SQ) yang dimilikinya.