BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH. sebagai tahapan awal adalah intepretasi data tanah dan reaksi hasil dari analisa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH. sebagai tahapan awal adalah intepretasi data tanah dan reaksi hasil dari analisa"

Transkripsi

1 BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH 6.1 Umum Dalam perencanaan suatu pondasi ada beberapa tahapan perencanaan, sebagai tahapan awal adalah intepretasi data tanah dan reaksi hasil dari analisa struktur atas. Tahap selanjutnya adalah penentuan kedalaman pondasi dan jenis pondasi yang digunakan berdasarkan intepretasi data tanah yang didapat dan besarnya beban yang akan dipikul, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan daya dukung pondasi baik daya dukung vertical maupun daya dukung horizontal tiang serta perhitungan penurunan yang akan terjadi. Hal terpenting dalam perencanaan struktur bawah / pondasi adalah kita harus mengetahui karakteristik / sifat sifat tanah yang akan digunakan untuk menempatkan pondasi tersebut, karena tidak akan ada artinya apabila suatu struktur pondasi direncanakan dengan sangat kuat apabila tidak didukung dengan kekauatan tanah dasar yang akan dijadikan sebagai tumpuan pondasi tersebut. Sifat sifat dari tanah baik sifat fisik maupun teknik diperoleh dari hasil pengujian di lapangan dan laboratorium. Perencanaan pondasi pada pemabangunan gedung bertingkat 25 lantai + 3 basement ini dirancang berdasarkan data N-SPT dan sondir yang diperoleh dari hasil pengujian di lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium. VI-1

2 Stratum III Stratum II Stratum I Bab VI Perencanaan Struktur Bawah 6.2 Kondisi Lapisan Tanah Dari data- data pengujian pemboran dan SPT di lapangan diperoleh deskripsi lapisan tanah sebagai berikut : Tabel 6.1 Deskripsi Lapisan Tanah Kedalaman Lapisan Diskripsi Lapisan Tanah 0.0 M m m m 60.0 m Lapisan 1a ( CH) Lapisan 2a ( CH / ML) Lapisan 2b ( SW / SM) Lapisan 3 DEPOSIT ENDAPAN RESEN TUFA ( = Abu gunung api) Tanah Lempung berlanau dengan konsistensi dari sedang dampai padat ( medium stiff to stiff) N SPT = 2-10 Tanah lanau dan lempung yang tersementasi sebagian N SPT = ALUVIUM SUNGAI Lempung / Lanau tersementasi dan dengan konsistensi sedangn sampai sangat keras N SPT = 40 - >60 Pasir berkerikil dense sampai very dense N SPT = 43 - >60 Endapan Marime Lama Kadang kadang mengandung serpihan kerang Terkonsolidasi dan tersementasi lemah dan konsistensi padat sampai sangat padat ( stiff to very stiff N SPT =21-42 VI-2

3 +0.00 Data properties tanah : sat = 1.57 t/m 3 Cu = 0.36 kg/ cm 2 = 10 0 Data properties tanah : sat = 1.70 t/m 3 Cu = 1.13kg/ cm 2 = 0 0 Data properties tanah : sat = 1.75 t/m 3 Cu =2.66 kg/ cm 2 = 0 0 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = 2-10 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Cemented Silty Clay, hard N = Data properties tanah : sat = 1.80 t/m 3 Cu =0 kg/ cm 2 = 40 0 Very dense sand N = 43, > Gambar 6.1 Kondisi Tanah Berdasarkan data tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ; 1. Pada kedalaman m merupakan tanah lempung kelanauan dengan N-SPT 17-47, berat jenis tanah tergolong sedang dengan nilai sat = 1.70 t/m2, kohesi tanah tergolong sedang dengan cu =1.13 kg/cm2, kekuatan geser tanah rendah dengan = 0 o. 2. Pada kedalaman m merupakan tanah lempung kelanauan dengan N- SPT 2-10, berat jenis tanah tergolong sedang dengan nilai sat = 1.57 t/m2, VI-3

4 kohesi tanah tergolong rendah dengan cu =0.36 kg/cm2, kekuatan geser tanah rendah dengan = 0 o. 3. Pada kedalaman m merupakan tanah lempung padat dengan N-SPT 40-60, berat jenis tanah tergolong sedang dengan nilai sat = 1.75 t/m2, kohesi tanah tergolong sedang dengan cu =2.66 kg/cm2, kekuatan geser tanah tergolong rendah dengan = 0 o. 4. Pada kedalaman m merupakan tanah pasir padat dengan N- SPT > 60, berat jenis tanah tergolong sedang dengan nilai sat = 1.80 t/m2, kohesi tanah tergolong rendah dengan cu =0 kg/cm2, kekuatan geser tanah tergolong tinggi dengan = 40 o. 6.3 Daya Dukung Aksial Tiang Data tanah yang digunakan adalah hasil data pemboran pada BH -6, BH -7 dan BH -8 karena gedung yang direncakan terletak pada lokasi tersebut. Berdasarkan data rencana lantai dan elevasi struktur arsitektur, lantai terbawah adalah lantai besement dengan kedalaman serta kedalaman muka air tanah pada kedalaman 12.3 m dari muka tanah asli 4.0 m dari muka tanah asli sehingga akan terjadi galian tanah sedalam 12.3 m dan proses dewatering. Pondasi tiang bor direncanakan menggunakan tiang bor berdiameter 800 mm sampai dengan 1000 mm. panjang tiang yang dibutuhkan diukur mulai kedalaman 13.5 m ( 1.3 m digunakan untuk pile cap). Kedalaman rencana pondasi tiang bor 34 m dari muka tanah asli. VI-4

5 6.3.1 Berdasarkan Data Hasil Tes N- SPT Tabel 6.2 Perhitungan Daya Dukung Ujung Tiang dan Selimut pada BH -06 ( Ground Level existing = 0.00 m, MAT = m), SF = 2.5 Dept ( m) Li ( m) Desc N SPT Faktor Adhesi Cu ( t/ m2) Qd ( t/ m2) C C C C 7.0 BASEMENT 3 LAPIS C C C C C 17 Level Bottom Pile Cap ( ) C C C S S S C C S S S S C C C C C C Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor pada BH -06 a. Tiang Diameter 80 cm 1. Daya Dukung Ujung Tiang ( Pada Kedalaman 34 m ) : a. Dengan Methode Reese dan O Neil, ( 1988) VI-5

6 Qp = qd. Ap qd = 0.6 N ( t/ ft 2 ) < 45 t/ft 2 ( Reese and O Neil, 1988) = 0.6 x 50 = 3 t/ ft 2 = 300 t/ m 2 Ap ( 0.8) = ¼ x x D 2 = ¼ x 3.14 x 0.8 = m 2 Qp 1 = 300 x = ton b. Dengan Methode Reesee dan Wright (1977) Qp = fb. Ap fb = 2/3 N ( tsf) = 2/3 x 50 = tsf = t/m 2 Qp 1 = x = ton Daya dukung ujung diambil nilai yang terkecil yaitu = ton 2. Daya Dukung Selimut ( Pada Kedalaman 34 m ) : Qs = (. 2/3 N. Li N Li ) P Qs 1 = ( 0.32 ( 1.5 x 7 x 50) )+ ( 0.55x2/3 x ( 1.5x x x4 x ) ) (3.14 x0.8 ) = ton 3. Daya Dukung total ( Pada Kedalaman 34 m ) : Q all = = ton VI-6

7 b. Tiang Diameter 100 cm 1. Daya Dukung Ujung Tiang ( Pada Kedalaman 34 m ) : a. Dengan Methode Reese dan O Neil, ( 1988) Qp = qd. Ap qd = 0.6 N ( t/ ft 2 ) < 45 t/ft 2 ( Reese and O Neil, 1988) = 0.6 x 50 = 3 t/ ft 2 = 300 t/ m 2 Ap ( 1.0)= ¼ x x D 2 = ¼ x 3.14 x 1.0 = m 2 Qp 2 = 300 x = ton b. Dengan Methode Reesee dan Wright (1977) Qp = fb. Ap fb = 2/3 N ( tsf) = 2/3 x 50 = tsf = t/m 2 Qp 1 = x = ton Daya dukung ujung diambil nilai yang terkecil yaitu = ton 2. Daya Dukung Selimut ( Pada Kedalaman 34 m ) : Qs = (. 2/3 N. Li N Li ) P Qs2 = ( 0.32 ( 1.5 x 7 x 50) )+ ( 0.55x2/3 x ( 1.5x x x4 x ) ) (3.14 x0.1 ) = ton 3. Daya Dukung total ( Pada Kedalaman 34 m ) : VI-7

8 Q all v= = ton Tabel 6.3 Perhitungan Daya Dukung Ujung Tiang dan Selimut pada BH -07 ( Ground Level existing = 0.00 m, MAT = m), SF = 2.5 Dept ( m) Li ( m) Desc N SPT Faktor Adhesi Cu ( t/ m2) Qd ( t/ m2) C C C C 4.0 BASEMENT 3 LAPIS C C C C C 11 Level Bottom Pile Cap ( ) C C C S S S S S S S S S S S S S S S Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor pada BH -07 a. Tiang Diameter 80 cm 1. Daya Dukung Ujung Tiang ( Pada Kedalaman 34 m ) : a. Dengan Methode Reese dan O Neil, ( 1988) VI-8

9 Qp = qd. Ap qd = 0.6 N ( t/ ft 2 ) < 45 t/ft 2 ( Reese and O Neil, 1988) = 0.6 x 50 = 3 t/ ft 2 = 300 t/ m 2 Ap ( 0.8) = ¼ x x D 2 = ¼ x 3.14 x 0.8 = m 2 Qp 1 = 300 x = ton b. Dengan Methode Reesee dan Wright (1977) Qp = fb. Ap fb = 2/3 N ( tsf) = 2/3 x 50 = tsf = t/m 2 Qp 1 = x = ton Daya dukung ujung diambil nilai yang terkecil yaitu = ton 2. Daya Dukung Selimut ( Pada Kedalaman 34 m ) : Qs = (. 2/3 N. Li N Li ) P Qs 1 = ( 0.32 ( 1.5x 11 x 50 ) +( 0.55x2/3 x (1.6 x x 25) ( 3.14 x 0.8) = ton 3. Daya Dukung total ( Pada Kedalaman 34 m ) : Q all = = ton VI-9

10 b. Tiang Diameter 100 cm 1. Daya Dukung Ujung Tiang ( Pada Kedalaman 34 m ) : a. Dengan Methode Reese dan O Neil, ( 1988) Qp = qd. Ap qd = 0.6 N ( t/ ft 2 ) < 45 t/ft 2 ( Reese and O Neil, 1988) = 0.6 x 50 = 3 t/ ft 2 = 300 t/ m 2 Ap ( 1.0)= ¼ x x D 2 = ¼ x 3.14 x 1.0 = m 2 Qp 2 = 300 x = ton b. Dengan Methode Reesee dan Wright (1977) Qp = fb. Ap fb = 2/3 N ( tsf) = 2/3 x 50 = tsf = t/m 2 Qp 1 = x = ton Daya dukung ujung diambil nilai yang terkecil yaitu = ton 2. Daya Dukung Selimut ( Pada Kedalaman 34 m ) : Qs = (. 2/3 N. Li N Li ) P Qs 1 = ( 0.32( 1.5x 11 x 50 ) +( 0.55x2/3x (1.6 x x 25) ( 3.14 x 0.1) = ton VI-10

11 3. Daya Dukung total ( Pada Kedalaman 34 m ) : Q all = = ton. c. Kapasitas Material Tiang Bor Pile - Untuk Bor Pile 100 cm dengan mutu beton K-300 b = 0.30 x fc = 0.30 x 250 = 75.0 kg/ cm 2 Ap = ¼ D 2 = ¼ x 3.14 x 100 x 100 = 7850 cm 2 Pa = b x Ap = 75 kg/ cm 2 x 7850 = kg Pa diambil 500 ton - Untuk Bor Pile 80 cm dengan mutu beton K-300 b = 0.30 x fc = 0.30 x 250 = 75.0 kg/ cm 2 Ap = ¼ D 2 VI-11

12 = ¼ x 3.14 x 80 x 80 = 5024 cm 2 Pa = b x Ap = 75 kg/ cm 2 x 5024 = kg Pa diambil 300 ton c. Rekapitulasi Daya Dukung Ujung Tiang dan Selimut Tiang berdasarkan uji N- SPT. d. Tabel 6.4 Daya Dukung Tiang Berdasarkan Uji N-SPT Pada Tiang Bor Pile 80 Titik Bottom Elv Tip Of Lp ( m) Kapitas Daya Daya Dukung Boring PC Pile Material ( Dukung BP Rata Rata ton) 80 Pondasi TiangTunggal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) BH BH VI-12

13 Tabel 6.5 Daya Dukung Tiang Berdasarkan Uji N-SPT Pada Tiang Bor Pile 100 Titik Bottom Elv Tip Of Lp ( m) Kapitas Daya Daya Dukung Boring PC Pile Material ( Dukung BP Rata Rata ton) 100 Pondasi TiangTunggal (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) BH BH Berdasarkan data dari perhitungan beban maksimum yang mampu dipikul oleh pondasi dengan masing masing diameter tiang dan beban masing masing kolom dari hasil perhitungan struktur atas, maka pemilihan pondasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Untuk kolom tengah dengan beban maksimum per kolom 2457 ton, digunakan tiang bor diameter 100 cm 2. Untuk kolom tepi dengan beban maksimum per kolom 1975 ton, digunakan tiang bor diameter 100 cm 3. Untuk kolom Sudut dengan beban maksimum per kolom 1233 ton, digunakan tiang bor diameter 80 cm VI-13

14 Gambar 6.2 Tata Letak Kolom VI-14

15 6.4 Efisiensi dan Daya Dukung Satu tiang Dalam Kelompok Tiang Efisiensi Kelompok Tiang a. Persamaan Converse - Labarre Penentuan daya dukung vertikal sebuah tiang dalam kelompok perlu dihitung faktor efisiensi dari tiang tersebut di dalam kelompok tiang, karena daya dukung vertikal sebuah tiang yang berdiri sendiri adalah tidak sama besarnya dengan tiang yang berada dalam kelompokm tiang. Berikut ini adalah perhitungan factor efisiensi menurut persamaan converse-labarre dengan beberapa jumlah tiang ( dengan asumsi susunan tiang dalam kelompok beraturan). 1. Jumlah Tiang Pancang 9 buah Diameter yang digunakan 1.00 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 1.00 = 2.5 m 2.5 m 2.5 m Gambar 6.3 Konfigurasi tata letak 9 buah tiang = 1 - Dari gambar 6.3 diatas dapat diketahui : VI-15

16 m = 3, n = 3 = tan -1 = tan -1 = Sehingga : = 1 = Jumlah Tiang Pancang 6 buah Diameter yang digunakan 1.00 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 1.00 = 2.5 m 2.5 m 2.5 m Gambar 6.4 Konfigurasi tata letak 6 buah tiang = 1 - Dari gambar 6.4 diatas dapat diketahui : m = 3, n = 2 = tan -1 = tan -1 = Sehingga : = 1 = VI-16

17 3. Jumlah Tiang Pancang 5 buah Diameter yang digunakan 80.0 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 0.80 = 2.0 m 2.0 m 2.0 m 2.0 m 2.0 m Gambar 6.5 Konfigurasi tata letak 5 buah tiang = 1 - Dari gambar 6.5 diatas dapat diketahui : m = 3, n = 2 = tan -1 = tan -1 = Sehingga : = 1 = Jumlah Tiang Pancang 4 buah Diameter yang digunakan 1.00 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 1.00 = 2.5 m VI-17

18 2.5 m 2.5 m Gambar 6.6 Konfigurasi tata letak 4 buah tiang = 1 - Dari gambar 6.6 diatas dapat diketahui : m = 2, n = 2 = tan -1 = tan -1 = Sehingga : = 1 = b. Persamaan Los Angeles Group Action 1. Jumlah Tiang Pancang 9 buah Diameter yang digunakan 1.00 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 1.00 = 2.5 m VI-18

19 2.5 m 2.5 m Gambar 6.3 Konfigurasi tata letak 9 buah tiang = ( ( -1)( Dari gambar 6.3 diatas dapat diketahui : = 3, = 3 Sehingga : = 1 + 3( (3-1)( = Jumlah Tiang Pancang 6 buah Diameter yang digunakan 1.00 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 1.00 = 2.5 m 2.5 m 2.5 m Gambar 6.4 Konfigurasi tata letak 6 buah tiang VI-19

20 = ( ( -1)( Dari gambar 6.4 diatas dapat diketahui : = 3, = 2 Sehingga : = 1 + 2( (3-1)( = Jumlah Tiang Pancang 5 buah Diameter yang digunakan 80.0 m Jarak tiang ( S) diambil 2.5 D = 2.5 x 0.80 = 2.0 m 2.0 m 2.0 m 2.0 m 2.0 m Gambar 6.5 Konfigurasi tata letak 5 buah tiang = ( ( -1)( Dari gambar 6.5 diatas dapat diketahui : = 3, = 2 VI-20

21 Sehingga : = 1 + 2( (3-1)( = Daya Dukung Satu Tiang Dalam Kelompok Tiang Berdasarkan efisiensi daya dukung kelompok tiang diatas, maka mendapatkan hasil yang lebih aman digunakan efisiensi dengan persamaan converse labarre untuk menghitung daya dukung untuk kelompok tiang. Tabel. 6.6 Daya Dukung Satu Tiang Dalam Kelompok Tiang Diameter 80 cm Jumlah Tiang ( Bh) Q all 1 Tiang ( Ton) Qug ( ton) Tabel. 6.7 Daya Dukung Satu Tiang Dalam Kelompok Tiang Diameter 100 cm Jumlah Tiang ( Bh) Q all 1 Tiang ( Ton) Qug ( ton) VI-21

22 6.5 Jumlah Tiang Dalam Kepala tiang Berdasarkan perhitungan daya dukung satu tiang dalam kelompok tiang, maka dapat kita cari jumlah tiang yang dibutuhkan untuk memikul beban yang bersala dari bangunan atas, dimana untuk perhitungan kebutuhan tiang dapat dilihat pada tabel 6.8 dibawah ini : Tabel 6.8 Perhitungan Jumlah Tiang Dalam Satu Kepala Tiang Posisi Kolom Beban Per Rekomendasi Tiang Kolom ( Dia Tiang ( Jumlah Qug ( ton) ton) m) Tiang ( Bh) Kolom Tengah Kolom Tepi Kolom Sudut VI-22

23 6.6 Daya Dukung Tarik Tiang Bor Tabel 6.9 Perhitungan Daya Dukung Tarik Tiang Bor pada BH -06 ( Ground Level existing = 0.00 m, MAT = m), SF = 2.5 Dept ( m) Li ( m) Desc N SPT Faktor Adhesi Cu ( t/ m2) Qd ( t/ m2) C C C C 7.0 BASEMENT 3 LAPIS C C C C C 17 Level Bottom Pile Cap ( ) C C C S S S C C S S S S C C C C C C a. Tiang Diameter 80 cm Daya dukung tarik ijin tiang bor : Q all = + Wp = Cu. Li N.Li + c. Lb. Ap Qs = 0.70 ( 0.32 ( 1.5 x 7 x 50) )+ ( 0.55x2/3 x ( 1.5x x x4 x ) ) (3.14 x0.8 ) VI-23

24 = ton Berat Tiang Wp = c. Lb. Ap = 2.40 x20.5 x ( ) = ton Q all = + Wp = = ton b. Tiang Diameter 100 cm Daya dukung tarik ijin tiang bor : Q all = + Wp = Cu. Li N.Li + c. Lb. Ap Qs = 0.70 ( 0.32x ( 1.5 x 7 x 50) )+ ( 0.55x2/3 x ( 1.5x x x4 x ) ) (3.14 x0.1 ) = ton Berat Tiang Wp = c. Lb. Ap = 2.40 x20.5 x ( ) = ton Q all = + Wp = = ton VI-24

25 Tabel 6.10 Perhitungan Daya Dukung Tarik Tiang Bor pada BH -07 ( Ground Level existing = 0.00 m, MAT = m), SF = 2.5 Dept ( m) Li ( m) Desc N SPT Faktor Adhesi Cu ( t/ m2) Qd ( t/ m2) C C C C 4.0 BASEMENT 3 LAPIS C C C C C 11 Level Bottom Pile Cap ( ) C C C S S S S S S S S S S S S S S S a. Tiang Diameter 80 cm Daya dukung tarik ijin tiang bor : Q all = + Wp = Cu. Li N.Li + c. Lb. Ap Qs = 0.70 ( 0.32 ( 1.5x 11 x 50 ) +( 0.55x2/3 x (1.6 x x 25) ( 3.14 x 0.8) VI-25

26 = ton Berat Tiang Wp = c. Lb. Ap = 2.40 x20.5 x ( ) = ton Q all = + Wp = =234 ton b. Tiang Diameter 100 cm Daya dukung tarik ijin tiang bor : Q all = + Wp = Cu. Li N.Li + c. Lb. Ap Qs = 0.70 ( 0.32( 1.5x 11 x 50 ) +( 0.55x2/3x (1.6 x x 25) ( 3.14 x 0.1) = ton Berat Tiang Wp = c. Lb. Ap = 2.40 x20.5 x ( ) = ton Q all = + Wp = = ton VI-26

27 Tabel 6.11 Rekapitulasi Daya Dukung Tarik Tiang Bor Titik Bottom Elv Tip Lp ( m) Daya Dukung Daya Dukung Trik BP Boring PC Of Pile Tarik BP 80 ( 100 ( ton) ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) BH BH Perhitungan Gaya Uplift -4.0 h = 9.5 m Perhitungan gaya uplift diambil untuk kelompok tiang yang mendukung gaya terbesar yaitu kolom tengah ( K1). Gaya uplift per grup pile cap ( untuk kolom tengah / K1) : F = w. h. b. h = 1 x 9.5 x 8.x 9 = 684 ton Daya dukung tarik tiang per grup pile( untuk kolom tengah / K1) Q ug tarik = Eff x n x Q all tarik = x 9 x = 1997 ton VI-27

28 F < Qug tarik 684 ton < 1997 ton.ok 6.7 Daya Dukung Horisontal Tiang Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang dilakukan terlihat bahwa mayoritas tanah terdiri dari lapisan pasir, sehingga untuk perhitungan daya dukung horizontal menggunakan grafik untuk tanah non kohesif dan terbagi dalam 3 jenis kolom yaitu : 1. Kolom tengah, untuk perhitungan akan diwakili oleh kolom tengah K1 2. Kolom Tepi, untuk perhitungan akan diwakili oleh kolom tepi K2 3. Kolom Sudut, untuk perhitungan akan diwakili oleh kolom sudut K Daya Dukung Horisontal Tiang Kolom Tengah Gaya Gaya arah x yang bekerja pada kolom K -1 berdasarkan analisa struktur atas adalah : Fx Mx = kg = ton = kgmm = ton m Gaya Gaya arah y yang bekerja pada kolom K -1 berdasarkan analisa struktur atas adalah : Fy My = kg = ton = kgmm = ton m VI-28

29 Gaya tersebut dipikul oleh 9 buah tiang bor diameter 100 cm maka masing masing tiang menerima gaya sebesar : Fx ( 1) Mx (1) Fy (1) My = ton = tm = 5.75 ton = tm Diameter tiang Panjang bersih ( L1) = 100 cm = 1.0 m = 20.5 m Modulus elastisitas ( E) = 2 x 10 5 kg/cm 2 = 2 x 10 6 ton /m 2 Momen inersia ( I) = = = m 4 Modulus reaksi tanah(nh) = KN /m 3 = 1500 T/m 3 Panjang karakteristik tiang ( T) T = = = 2.3 m Cek terhadap panjang tiang : L1 > 5T 20.5 > 11.5 m. Termasuk tiang panjang. Mencari Koefisien tanah pasif Kp 1 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 1.42 Kp 2 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 2.77 Kp 3 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 3.69 Kp rata rata = 2.62 Berat jenis rata rata di lapisan tanah tersebut adalah : VI-29

30 rata rata = 1.67 ton/ m 3 Dari gambar 3.3 c diperoleh : = 70 sehingga : Hu = 70 x xkp x D 4 = 70 x 1.67 x 2.62 x 1 4 = ton Ha = = ton Cek terhadap gaya horizontal yang terjadi : - Arah x Ha > Fx ( 1 tiang) = T > Ton OK - Arah y Ha > Fy ( 1 tiang) = T > 5.75 Ton.OK Daya Dukung Horisontal Tiang Sudut Gaya Gaya arah x yang bekerja pada kolom K -3 berdasarkan analisa struktur atas adalah : Fx Mx = kg = ton = kgmm = ton m Gaya Gaya arah y yang bekerja pada kolom K -3 berdasarkan analisa struktur atas adalah Fy My = kg = ton = kgcm = ton m VI-30

31 Gaya tersebut dipikul oleh 5 buah tiang bor diameter 80 cm maka masing masing tiang menerima gaya sebesar : Fx ( 1) Mx (1) Fy (1) My = ton = tm = 9.1 ton = tm Diameter tiang Panjang bersih ( L1) = 80 cm = 0.8 m = 20.5 m Modulus elastisitas ( E) = 2 x 10 5 kg/cm 2 = 2 x 10 6 ton /m 2 Momen inersia ( I) = = = 0.02 m 4 Modulus reaksi tanah(nh) = KN /m 3 = 1500 T/m 3 Panjang karakteristik tiang ( T) T = = = 1.92 m Cek terhadap panjang tiang : L1 > 5T 20.5 > 9.64 m. Termasuk tiang panjang. Mencari Koefisien tanah pasif Kp 1 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 1.42 Kp 2 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 2.77 Kp 3 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 3.69 Kp rata rata = 2.62 Berat jenis rata rata di lapisan tanah tersebut adalah : VI-31

32 rata rata = 1.67 ton/ m 3 Dari gambar 3.3 c diperoleh : = 90 sehingga : Hu = 90 x xkp x D 4 = 90 x 1.67 x 2.62 x = ton Ha = = ton Cek terhadap gaya horizontal yang terjadi : - Arah x Ha > Fx ( 1 tiang) = T > 12.5 Ton OK - Arah y Ha > Fy ( 1 tiang) = T > 9.1 Ton.OK Daya Dukung Horisontal Tiang Tepi Gaya Gaya arah x yang bekerja pada kolom K -2 berdasarkan analisa struktur atas adalah : Fx Mx = kg = 91.4 ton = kgmm = ton m Gaya Gaya arah y yang bekerja pada kolom K -2 berdasarkan analisa struktur atas adalah Fy My = kg = 66 ton = kgmm = ton m VI-32

33 Gaya tersebut dipikul oleh 6 buah tiang bor diameter 100 cm maka masing masing tiang menerima gaya sebesar : Fx ( 1) Mx (1) Fy (1) My = ton = 41.2 tm = 11 ton = tm Diameter tiang Panjang bersih ( L1) = 100 cm = 1.0 m = 20.5 m Modulus elastisitas ( E) = 2 x 10 5 kg/cm 2 = 2 x 10 6 ton /m 2 Momen inersia ( I) = = = m 4 Modulus reaksi tanah(nh) = KN /m 3 = 1500 T/m 3 Panjang karakteristik tiang ( T) T = = = 2.3 m Cek terhadap panjang tiang : L1 > 5T 20.5 > 11.5 m. Termasuk tiang panjang. Mencari Koefisien tanah pasif Kp 1 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 1.42 Kp 2 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 2.77 Kp 3 = tan 2 ( 45 + ) = tan 2 ( 45 + ) = 3.69 Kp rata rata = 2.62 VI-33

34 Berat jenis rata rata di lapisan tanah tersebut adalah : rata rata = 1.67 ton/ m 3 Dari gambar 3.3 c diperoleh : = sehingga : Hu = 75 x xkp x D 4 = 75 x 1.67 x 2.62 x = ton Ha = = ton Cek terhadap gaya horizontal yang terjadi : - Arah x Ha > Fx ( 1 tiang) = T > Ton OK - Arah y Ha > Fy ( 1 tiang) = T > 11 Ton.OK 6.8 Penurunan Tiang Pondasi tiang terletak pada kedalaman 34 m dimana tanah tersebut merupakan tanah pasir sehingga bisa diasumsikan baha penurunan konsolidasi tidak akan mempengaruhi pondasi tiang sehingga penurunan yang akan dihitung hanya penurunan elastik tiang saja Penurunan Elastis Tiang Tunggal Penurunan elastik tiang disebabkan oleh 3 ( tiga) faktor yaitu penurunan batang tiang( S 1 ), penurunan akibat beban titik ( S 2 ) dan penurunan tiang akibat beban tersalur sepanjang tiang ( S 3 ). VI-34

35 1. Tiang diameter 100 cm a. Penurunan Batang Tiang ( S 1 ) s 1 = Dimana : Q p = Daya dukung ijin ujung tiang Q p = ton Q s = Daya dukung ijin selimut tiang Q s = ton Ep = 2.1 x 10 6 ton/ m 2 = 0.5 Maka : s 1 = s 1 = s 1 = m = 9.9 mm b. Penurunan akibat beban titik ( S 2 ) s 2 = ( 1- s 2 )I p q p = VI-35

36 = = 300 ton Es = 55.2 x 10 2 t/m 2 s = 0.40 I p = 0.85 s 2 = ( 1- s 2 )I p S 2 = x 0.85 = m = 38 mm c. Penurunan akibat beban tersalur sepanjang tiang ( S 3 ) s 3 = ( 1- s 2 ) I s I s = = = 3.58 Es = 55.2 x 10 2 t/m 2 s = 0.40 P = 3.14 x1.0 = 3.14 m s 3 = ( 1- s 2 ) I s S 3 = 3.58 = m = 9.6 mm VI-36

37 Penurunan elastik total pada tiang berdiameter 100 cm : Se = S 1 + S 2 + S 3 Se = = 57.5 mm = 5.75 cm 2. Tiang berdiameter 80 cm a. Penurunan Batang Tiang ( S 1 ) s 1 = Dimana : Q p = Daya dukung ijin ujung tiang Q p = ton Q s = Daya dukung ijin selimut tiang Q s = ton Ep = 2.1 x 10 6 ton/ m 2 = 0.5 Maka : s 1 = s 1 = s 1 = m = 11.7 mm VI-37

38 b. Penurunan akibat beban titik ( S 2 ) s 2 = ( 1- s 2 )I p q p = = = 300 ton Es = 55.2 x 10 2 t/m 2 s = 0.40 I p = 0.85 s 2 = ( 1- s 2 )I p S 2 = x 0.85 = m = 31 mm c. Penurunan akibat beban tersalur sepanjang tiang ( S 3 ) s 3 = ( 1- s 2 ) I s I s = = = 3.77 Es = 55.2 x 10 2 t/m 2 s = 0.40 VI-38

39 P = 3.14 x0.8 = m s 3 = ( 1- s 2 ) I s S 3 = 3.77 = m = 8.0 mm Penurunan elastik total pada tiang berdiameter 100 cm : Se = S1 + S2 + S3 Se = = 50.7 mm = 5.07 cm Penurunan Kelompok Tiang a. Penurunan Kelompok Tiang Diameter 100 cm Sg = Se = 57.5 Sg = mm < 150 mm. ( OK) b. Penurunan Kelompok Tiang Diameter 80 cm Sg = Se = 50.7 Sg = mm < 150 mm ( OK) 6.9 Perencanaan Galian dan Stabilitas Lereng Elevasi pemboran berada di elevasi m, sedangkan kedalaman galian yang direncanakan adalah m dengan soldier pile D 80 dengan panjang 24 m VI-39

40 dan panjang pembebenaman 12.2 m. Beban yang bekerja di permukaan puncak galian diasumsikan sebesar 2.0 t/m 2. Deskripsi dari soil representative pada area rencana proyek yang dipergunakan sebagai dasar bagi analisa desain galian dan soldier pile adalah sebagai berikut Elv m Silty Clay ( CH), medium stiff to stiff, Nilai N- SPT = 2-10 blows, Konus qc =5-15 kg/cm 2 D. Wall Silty Clay ( CH), medium stiff to stiff, Nilai N- SPT = blows, Konus qc = kg/cm 2 Dasar Galian Rencana elv Elv m Cemented silty Clay ( CH/ MH) N- SPT = Blow Very Dense Sand ( SW/ SM), Nilai N- SPT = blows Elv m Elv m Gambar 6.7 Perencanaan Galian Rencana tahapan galian besement : 1. Tahap I Penggalian dilaksanakan hingga kedalaman m dibawah elevasi eksisting dan dilanjutkan dengan pemasangan anchor di kedalaman dari permukaan tanah eksisting. VI-40

41 Surcharge Load 2 ton / m 2 Soldier Pile 4.00 m Anchor Dasar galian tahap I 20.0 m Gambar 6.8 Rencana Galian Tahap I Surchage Load 2 t/m Data properties tanah : sat = 1.57 t/m 3 Cu = 0.36 kg/ cm 2 = 10 0 Ka = tan2( 45- /2) = ka = 0.83 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Data properties tanah : sat = 1.70 t/m 3 Cu = 1.13kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Data properties tanah : sat = 1.50 t/m 3 Cu = 2.66kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Cemented Silty Clay, hard N = Gambar 6.9 Data Tanah Rencana Galian Tahap I VI-41

42 2 t/m P O E P 2 P 3 z P L 3 D -4.0 L 4 Gambar 6.10 Diagram Tekanan Tanah Rencana Galian Tahap I a. Penentuan Ka dan Kp Ka = tan 2 ( 45- /2) = tan 2 ( 45 10/2) = Kp = tan 2 ( 45+ /2) = tan 2 ( /2) = 1.42 b. Penentuan tekanan tanah No Kedalaman Tekanan Tanah (T/m P 1 = q * Ka 2* m P 2 =( *L1 +q )Ka (1.2 * ) m P 3 = ( *L1 + L 2+ q )Ka (1.2* *0.2+2) c. Penentuan L 3 L 3 = = = m VI-42

43 d. Penentuan besarnya P dan z dengan mencari momen terhadap titik E No Tekanan Tanah Total( Tm) Jarak ke E Momen ke E x ½( ) x ( )x0.2 x 1/ x x JUMLAH Sehingga diperoleh P = t/m dan z : z = = = 7.07 m e. Penentuan L4 L L4 2 ( l 2 + L 2 +L 3 ) L L4 2 ( ) L L = 0 Dengan cara coba coba diperoleh L 4 = 7.26 m sehingga D Teoritis = L3 + L4 = = 18.4 D Aktual = 1.3 x 18.4 =23.92 m VI-43

44 f. Gaya Pada Jangkar F = P ½ ( ( Kp- Ka)) L4 2 = ½ ( ( ) ) = t/m g. Mencari Momen Maksimum Mencari kedalaman z = L1 ke z = L1+L2 dimana gaya geser = 0 = P 1 * L 1 + ½ ( P 2 P 1 )*L 1 F + P 2 ( z- L 1 ) + ½* Ka* ( z- L 1 ) = x ½ ( )x ( z -3.8)+ ½ x (z -3.8) 2 Misal z- 3.8 = x maka = x x 2 = x x = 0 Diperoleh x = 2.83 m Mmax = - ( P1* L1*( ½ L1+x)-(1/2(P2 P1)*L1*(1/3*L1+x) + F ( x+3.75)- ( P2 *x (1/2*x) ( ½* (P3-P2)*x ( 1/3 *x) = - ( x 3.8(1/2* ) ( ½( )*3.8*(1/3* ) ( ) (4.618* 2.83(1/2*2.83) (1/2*( )*2.83(1/3*2.83) = = tm / m h. Kapasitas anchor - Fh angkur = ton/m VI-44

45 - F angkur = 26.99/cos = ton/ m - Free length = 4 m - Bond length = 24 m - Diameter = 20 cm Lapis 1 Pult = d.l ( Ca + k. tan ) = 3.14 x 0.2 x 6 ( 2/3 x 3.6+ (( 1.5x4 )+(0.5 x 6) )x0.704 tan 10) = ton ( lapis 1 kedalaman 7s/d Lapis 2 Pult = d.l ( Ca + k. tan ) = 3.14 x 0.2 x 4 ( 2/3 x (( 1.5x4 )+(0.5 x 6) )x1.0 tan 0) = ton ( lapis 2 kedalaman 13.00s/d ) Lapis 3 Pult = d.l ( Ca + k. tan ) = 3.14 x 0.2 x 12( 2/3 x26.6+ (( 1.5x4 )+(0.5 x 6) )x1.0 tan 0) = ton ( lapis > ) P ult total = = ton Gaya anchor perlu = ton /m Dipasang setiap jarak 2.40 m maka F total = 2.40 x = ton Safety faktor = = 1.96 VI-45

46 2. Tahap II Penggalian dilaksanakan hingga kedalaman m dibawah elevasi eksisting dan dilanjutkan dengan pemasangan anchor-2 di kedalaman 7.50 dari permukaan tanah eksisting. Surcharge Load 2 ton / m 2 Soldier Pile Anchor m 4.25 m Anchor -2 Dasar galian tahap II 16.0 m Gambar 6.11 Rencana Galian Tahap II VI-46

47 Surchage Load 2 t/m m Data properties tanah : sat = 1.57 t/m 3 Cu = 0.36 kg/ cm 2 = 10 0 Ka = tan2( 45- /2) = ka = 0.83 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Data properties tanah : sat = 1.70 t/m 3 Cu = 1.13kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Data properties tanah : sat = 1.50 t/m 3 Cu = 2.66kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Cemented Silty Clay, hard N = Gambar 6.12 Data Tanah Rencana Galian Tahap II VI-47

48 2 t/m P 1 P 2 O P F E P 3 z L 3 D L 4 Gambar 6.13 Diagram Tekanan Tanah Rencana Galian Tahap II a. Penentuan Ka dan Kp Ka = tan 2 ( 45- /2) = tan 2 ( 45 10/2) = Kp = tan 2 ( 45+ /2) = tan 2 ( /2) = 1.42 VI-48

49 b. Penentuan tekanan tanah No Kedala man Tekanan Tanah (T/m P 1 = q * Ka 2* m P 2 =( *L1 +q )Ka (1.2 * ) m P 3 = ( *L1 + L 2+ q )Ka (1.2* *4.2+2) c. Penentuan L 3 L 3 = = = m d. Penentuan besarnya P dan z dengan mencari momen terhadap titik E No Tekanan Tanah Total( Tm) Jarak ke E Momen ke E x ½( ) x ( )x4.2 x 1/ x x JUMLAH Sehingga diperoleh P = t/m dan z : z = = = m VI-49

50 e. Penentuan L4 L L4 2 ( l 2 + L 2 +L 3 ) L L4 2 ( ) L L = 0 Dengan cara coba coba diperoleh L 4 = 12.1 m sehingga D Teoritis = L3 + L4 = = f. Gaya Pada Jangkar F = P ½ ( ( Kp- Ka)) L4 2 = ½ ( ( ) ) = t/m g. Mencari Momen Maksimum Mencari kedalaman z = L1 ke z = L1+L2 dimana gaya geser = 0 = P 1 * L 1 + ½ ( P 2 P 1 )*L 1 F + P 2 ( z- L 1 ) + ½* Ka* ( z- L 1 ) = x ½ ( )x ( z -3.8)+ ½ x (z -3.8) 2 Misal z- 3.8 = x maka = x x 2 = x x = 0 Diperoleh x = 7.12 m Mmax = - ( P1* L1*( ½ L1+x)-(1/2(P2 P1)*L1*(1/3*L1+x) + F ( x+7.5)- ( P2 *x (1/2*x) ( ½* (P3-P2)*x ( 1/3 *x) VI-50

51 = - ( x 3.8(1/2* ) ( ½( )*3.8*(1/3* ) ( ) (4.618* 7.12(1/2*7.12) (1/2*( )*7.12(1/3*7.12) = = tm / m h. Kapasitas anchor - Fh angkur = ton/m - F angkur = 59.34/cos = ton/ m - Free length = 4 m - Bond length = 24 m - Diameter = 20 cm Lapis 2 Pult = d.l ( Ca + k. tan ) = 3.14 x 0.2 x 3 ( 2/3 x (( 1.5x4 )+(0.5 x 6) )x1.0 tan 0) = ton ( lapis 2 kedalaman 13.00s/d ) Lapis 3 Pult = d.l ( Ca + k. tan ) = 3.14 x 0.2 x 20( 2/3 x26.6+ (( 1.5x4 )+(0.5 x 6) )x1.0 tan 0) = ton ( lapis > ) P ult total = = ton Gaya anchor perlu = ton /m Dipasang setiap jarak 2.40 m maka F total = 2.40 x = ton Safety faktor = = 1.3 VI-51

52 3. Tahap III Penggalian dilaksanakan hingga kedalaman m dari permukaan tanah eksisting Surcharge Load 2 ton / m 2 Soldier Pile m Anchor m Dasar galian tahap III Anchor -2 Gambar 6.14 Rencana Galian Tahap III Data Teknis rencana Soldier Pile - Diameter = 80 cm - Jarak as/as = 1.2 m - Panjang = 24.0 m - Mutu Beton = K Ec = KN/m 2 - A = m 2 VI-52

53 - I = m 4 - = KN/m - = KNm Analisa Tekanan Tanah Data properties tanah : sat = 1.57 t/m 3 Cu = 0.36 kg/ cm 2 = 10 0 Ka = tan2( 45- /2) = ka = 0.83 Data properties tanah : sat = 1.70 t/m 3 Cu = 1.13kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = 2-10 Silty Clay Medium Stiff to stiff N = Data properties tanah : sat = 1.50 t/m 3 Cu = 2.66kg/ cm 2 = 0 0 Ka = tan2( 45- /2) = 1 ka = 1 Cemented Silty Clay, hard N = Tekanan tanah lateral ( 1) Gambar 6.15 Analisa Tekanan Tanah 1 = n. h 1. Ka 1 + sub. h 2. Ka 1 + q. Ka 1 2 C 1 Ka 1 = (1.57 x 4 x0.704) + ( x 0.70) + ( 2 x 0.704) (2 x 3.6 x 0.83) VI-53

54 = = t/m 2 Tekanan Air ( 2) 2 = air. h2 = 1 x 8.7 = 8.7 t/m 2 Tekanan tanah total ( t) t = = = t/m 2 VI-54

55 6.10 Perhitungan Dewatering Analisa dewatering dilakukan dengan prosedur Hausmann dengan penentuan jumlah sumur dewatering sebagai berikut : Profil penampang rencana galian terhadap muka air tanah : Kondisi permukaan tanah eksisting elv m M.a.t setelah dewatering m.a.t awal m Dasar Galian Rencana elc m H Data properties tanah : sat = 1.57 t/m 3 Cu = 0.36 kg/ cm 2 = Elv m he Data properties tanah : sat = 1.70 t/m 3 Cu = 1.13kg/ cm 2 Dewatering well, ked -24 m ho Data properties tanah : sat = 1.75 t/m 3 Cu =2.66 kg/ cm 2 = Elv m Gambar 6.16 Perencanaan dewatering Penentuan Jumlah Debit Air Luas area rencana galian( A) = 35 x55 = 1925 m 2, dengan nilai equivalent well dan radius equivalent untuk multiple well ( method Haussmann,1990) sebagai berikut : a = VI-55

56 Dimana : A = luas galian = 1600 m 2 a = radius equivalent a = = m Nilai equivalent radius influence ( Ro) = 3000(H-he) k Dimana nilai koefisien permeabilitas lapisan aquifer ( k) adalah sebesar m/det H he = Elv -24 el = m = El -24 Elv = 9.80 m Ro = 3000( ) = 306 m Jumlah air yang harus dipompa dari galian adalah : Q = = = m3/ det = 2196 lt/ menit Penentuan kapasitas pompa dewatering Setiap pompa dewatering direncanakan dengan radius minimum ( rw) sebesar 15 cm. Debit pompa untuk 1 buah sumur dewatering adalah : Q = 2.rw.ho VI-56

57 Dimana ho ho = tinggi well screen dari dasar sumur = elv -25 elv = m maka Q = 2x 3.14x 0.15 x = m 3 /dt = lt/ menit Direncanakan dengan kapasitas pompa dewatering sebesar 400 lt/menit Jumlah pompa yang diperlukan adalah : N = = = 5.49 Sehingga direncanakan menggunakan 6 pompa untuk dewatering Perencanaan Penulangan Tiang Perencanaan Tulangan Tekan Untuk perencanaan tulangan tekan tiang perlu dicek kelangsingan untuk menentukan apakah tiang termasuk tiang langsing atau tiang pendek. 1. Tiang berdiameter 100 cm Untuk perencanaan tulangan tekan tiang bor diameter 100cm akan diwakili oleh Kolom K-1 Mux Muy Pu = kgmm = ton m dipikul oleh 9 tiang = kgmm = ton m dipikul oleh 9 tiang = 2457 ton dipikuloleh 9 tiang Anggap pembagian beban merata antara masing masing tiang maka : VI-57

58 Mux1 = tm ( M 1 ) Muy1 = tm ( M 2 ) Mu(R) = = = t Pu1 = 273 t Spesifikasi material yang digunakan : - Tulangan fy = 400 Mpa - Beton fc = 40 Mpa - Panjang Lu= 21.5 m = mm - k = Momen inersia ( I)= = = m 4 - Ec = 4700 f c = = Mpa - Luas A = ¼ D 2 = 1/4x 3.14 x 1 2 = m 2 - r = = = 0.24 m = mm - = = > ( M 1 /M 2 ) > (20.74/ ) > 40 Katagori kolom Langsing Luas tulangan kolom dan tulangan yang diperlukan : EI = = VI-58

59 = 3.88 x Pc = = = N = KN = Ton Cm = ( M 1 /M 2 ) = (20.74/ ) = ns = = = 0.59 Karena ns < 1 maka : Mc = M R = Mu x ns = x 1= tm Tulangan yang dibutuhkan : Et = = = Agr.f c = 0.1 x x 40 = N= 3140 KN = 314 t > 273 t sehingga dipakai 0.70 Ordinat = = = Absis = = x = d = (32/2) =66 mm = = = 0.1 Dari grafk diperoleh r = 0.04, = 1.33 maka : = r x = x 1.33 = As tot = x Agr = x = mm 2 VI-59

60 Maka dipakai tulangan 19 D 32 ( mm 2 ) 2. Tiang berdiameter 80 cm Untuk perencanaan tulangan tekan tiang bor diameter 80 cm akan diwakili oleh Kolom K-3 Mux Muy Pu = kgmm = ton m dipikul oleh 5 tiang = kgmm = ton m dipikul 5 tiang = 1233 ton dipikuloleh 5 tiang Anggap pembagian beban merata antara masing masing tiang maka : Mux1 = tm ( M 1 ) Muy1 = tm ( M 2 ) Mu(R) = = = t Pu1 = t Spesifikasi material yang digunakan : - Tulangan fy = 400 Mpa - Beton fc = 40 Mpa - Panjang Lu= 20.5 m = 20500mm - k = Momen inersia ( I)= = = 0.02 m 4 - Ec = 4700 f c = = Mpa - Luas A = ¼ D 2 = 1/4x 3.14 x 0.8 = m 2 VI-60

61 - r = = = m = mm - = = > ( M 1 /M 2 ) > (32.42/ ) > Katagori kolom Langsing Luas tulangan kolom dan tulangan yang diperlukan : EI = = = 1.58 x Pc = = = N = 5684 KN = Ton Cm = ( M 1 /M 2 ) = (32.42/ ) = 0.28 ns = = = 0.66 Karena ns < 1 maka : Mc = M R = Mu x ns = x 1 =52.47 tm Tulangan yang dibutuhkan : Et = = = Agr.f c = 0.1 x x 40 = N= 2008 KN = t < 246 t sehingga dipakai 0.70 Ordinat = = = Absis = = x = d = (28/2) =64 mm VI-61

62 = = = 0.1 Dari grafik diperoleh r = 0.028, = 1.33 maka : = r x = x 1.33 = As tot = x Agr = x = mm 2 Maka dipakai tulangan 19 D 28 ( mm 2 ) Perencanaan Tulangan Geser 1. Tiang berdiameter 100 cm Untuk perencanaan tulangan tekan tiang bor diameter 100cm akan diwakili oleh Kolom K-1 dimana : Vux = kg = ton dipikul 9 tiang Vuy = kg = ton dipikul oleh 9 tiang Pu = 2457 ton dipikul oleh 9 tiang Dianggap bahwa pembagian beban merata masing masing tiang maka : Vux Vuy Pu = ton = 5.75 ton = 273 ton Ag = ¼ D 2 = 1/4x 3.14 x 1 2 = m 2 Bw D = 1 m = = m Vc = ( 1+ ). bw.d VI-62

63 = ( 1 + )x = ton Vu Vc x < maka digunakan tulangan geser minimum Diambil Smaks = m A vmin = = = 7.41 x 10-6 m 2 = 7.41 mm 2 A vmin = = Diambil A vmin = 7.41 mm 2 = 6.25 x 10-7 m 2 = mm 2 Dmin = = = 2.08 mm 8 mm Maka digunakan tulangan geser 8-75 mm Cek rasio tulangan geser : s = = VI-63

64 = 2.86 x 10-3 s 0.45 ( - 1 ) 2.86 x ( 2.87 x x OK 2. Tiang berdiameter 80 cm Untuk perencanaan tulangan tekan tiang bor diameter 80 cm akan diwakili oleh Kolom K-3 dimana : Vux Vuy Pu = kg = ton dipikul 5 tiang = kg = ton dipikul 5 tiang = 1233 ton dipikul oleh 5 tiang Dianggap bahwa pembagian beban merata masing masing tiang maka : Vux Vuy Pu = 12.5 ton = 9.1 ton = 246.6ton Ag = ¼ D 2 = 1/4x 3.14 x = m 2 Bw D = 0.8 m = = m Vc = ( 1+ ). bw.d = ( 1 + )x x 0.8 x = ton Vu Vc VI-64

65 x < maka digunakan tulangan geser minimum Diambil Smaks = m A vmin = = = 5.93 x 10-6 m 2 = 5.93 mm 2 A vmin = = Diambil A vmin = 5.93 mm 2 = 5 x 10-7 m 2 = 0.5 mm 2 Dmin = = = 1.94 mm 8 mm Maka digunakan tulangan geser 8-75 mm Cek rasio tulangan geser : s = = = 3.64 x 10-3 s 0.45 ( - 1 ) 3.64 x ( 3.64x x OK VI-65

66 Gambar Penulangan Tiang Bor 1. Tiang berdiameter 100 cm 19 D cm Gambar 6.17 Penulangan tiang bor diameter 100 cm 2 Tiang berdiameter 80 cm 19 D cm Gambar 6.18Penulangan tiang bor diameter 80 cm VI-66

67 6.12 Perencanaan Pile Cap Perencanaan pile cap untuk kolom tengah Pile untuk kolom tengah diwakili oleh pondasi pada kolom K1 dengan ukuran sebagai berikut : x 6.0 m y 6.0 m Gambar 6.19 Ukuran Pile Cap Kolom Tengah Spesifikasi yang digunakan : Tulangan Beton fy = 400 Mpa f c = 40 Mpa a. Desain Geser 2 Arah P h = 2457 ton = 1.7m = 1700mm d = 0.3 m dan d = h d = = 1400 mm VI-67

68 Gambar 6.20 Penampang kritis arah x geser 2 arah kolom tengah x y = d = = 2.9 m = d = = 2.9 m Gaya geser 2 arah yang bekerja pada pile cap : Vu = Pu (Pu/9) = (2457/9) = 2184 ton Kuat geser pile cap: bo = 2 x + 2y = ( 2 x 2.9 )+ ( 2 x 2.9) = 11.6 m = 11600mm VI-68

69 o = 1.5/1.5 = 1 Vc (1) = (1 + ) bo.d = ( 1 + ) x x 1400 = N = ton Vc (2) = ( +2 ) x 1/12 x bo.d = ( +2 ) x 1/12 x x x 1400 = N = 5843 ton Vc (3) = 1/3 bo.d = 1/3 x x x 1400 = N = 3423 ton Digunakan nilai terkecil dari ketiga nilai Vc diatas yaitu Vc (3) = 3423 ton Syarat Vu Vc 2184 ton 0.75 x ton 2567 ton..ok VI-69

70 b. Momen Design L 1 x 6.0 m L 2 y 6.0 m Gambar 6.21 Momen lentur arah x dan y kolom tengah L 1 = = 2.25 m L 2 = = 2.25 m qu = Pu / A = 2457 / (6x6) = ton / m2 Momen di penampang kritis arah x dan y : Mx My = ½ qu x L 1 2 = ½ x x = tm = ½ qu x L 2 2 = ½ x x = tm Tulangan arah x per m lebar: = = Diperoleh = VI-70

71 As = b. d = x 1000x 1225 = 4471 mm 2 Digunakan tulangan D ( 5671 mm 2 ) Bab VI Perencanaan Struktur Bawah Tulangan arah y per m lebar: = = Diperoleh = As = b. d = x 1000x 1225 = 4471 mm 2 Digunakan tulangan D ( 5671 mm 2 ) Perencanaan pile cap untuk kolom tepi Pile untuk kolom tengah diwakili oleh pondasi pada kolom K2 dengan ukuran sebagai berikut : x 4 m m y Gambar 6.22 Ukuran Pile Cap Kolom Tepi Spesifikasi yang digunakan : Tulangan fy = 400 Mpa VI-71

72 Beton f c = 40 Mpa a. Desain Geser 2 Arah P h = 1975 ton = 1.7 m = 1700 mm d = 0.3 m d = h d = = 1400 mm Gambar 6.23 Penampang kritis arah x geser 2 arah kolom tepi VI-72

73 x y = d = = 2.8 m = d = = 2.8 m Gaya geser 2 arah yang bekerja pada pile cap : Vu = Pu = 1975 ton Kuat geser pile cap: bo = 2 x + 2y = ( 2 x 2.8 )+ ( 2 x 2.8) = 11.2 m = 11200mm o = 1.5/1.5 = 1 Vc (1) = (1 + ) bo.d = ( 1 + ) x x 1400 = N = ton Vc (2) = ( +2 ) x 1/12 x bo.d = ( +2 ) x 1/12 x x x 1400 = N = 4751 ton Vc (3) = 1/3 bo.d = 1/3 x x x 1400 = N = 3305 ton Digunakan nilai terkecil dari ketiga nilai Vc diatas yaitu Vc (3) = 3305 ton Syarat Vu Vc 1975 ton 0.75 x ton 2478 ton..ok VI-73

74 b. Momen Design L 1 x 3.5 m L 2 y 6.0 m Gambar 6.24 Momen lentur arah x dan y kolom tepi L 1 = = 2.3 L 2 = = 1.05 m qu = Pu / A = 1975 / (6x 3.5) = ton / m 2 Momen di penampang kritis arah x dan y : Mx My = ½ qu x L 1 2 = ½ x x = tm = ½ qu x L 2 2 = ½ x x =51.83 tm Tulangan arah x per m lebar: = = 1.65 Diperoleh = As = b. d = x 1000x 1225 = mm 2 VI-74

75 Digunakan tulangan D ( 7598 mm 2 ) Tulangan arah y per m lebar: = = 0.34 Diperoleh = As = b. d = x 1000x 1225 = 1347 mm 2 Digunakan tulangan D ( 1418 mm 2 ) Perencanaan pile cap untuk kolom sudut Pile untuk kolom tengah diwakili oleh pondasi pada kolom K3 dengan ukuran sebagai berikut : x 5.0 m y 5.0 m Gambar 6.25 Ukuran Pile Cap Kolom Sudut Spesifikasi yang digunakan : Tulangan Beton fy = 400 Mpa f c = 40 Mpa VI-75

76 a. Desain Geser 2 Arah P h = 1233 ton = 1.7 m = 1700 mm d = 0.3 m d = h d = = 1400 mm Gambar 6.26 Penampang kritis arah x geser 2 arah kolom sudut x = d = = 2.65 m VI-76

77 y = d = = 2.65 m Gaya geser 2 arah yang bekerja pada pile cap : Vu = Pu = 1233 ton Kuat geser pile cap: bo = 2 x + 2y = ( 2 x 2.65 )+ ( 2 x 2.65) = 10.6 m = mm o = 1.5/1.5 = 1 Vc (1) = (1 + ) bo.d = ( 1 + ) x x 1400 = N = ton Vc (2) = ( +2 ) x 1/12 x bo.d = ( +2 ) x 1/12 x x x 1400 = N = 3630 ton Vc (3) = 1/3 bo.d = 1/3 x x x 1400 = N = 3128 ton Digunakan nilai terkecil dari ketiga nilai Vc diatas yaitu Vc (3) = 3128 ton Syarat Vu Vc 1233 ton 0.75 x ton 2346 ton..ok VI-77

78 b. Momen Design L 1 x 5.0 m L 2 y 5.0 m Gambar 6.27 Momen lentur arah x dan y kolom sudut L 1 = = m L 2 = = m qu = Pu / A = 1233 / (5x 5) = ton / m 2 Momen di penampang kritis arah x dan y : Mx My = ½ qu x L 1 2 = ½ x x = 86.6 tm = ½ qu x L 2 2 = ½ x x =86.6 tm Tulangan arah x per m lebar: = = 0.57 Diperoleh = VI-78

79 As = b. d = x 1000x 1225 = 2205 mm 2 Digunakan tulangan D ( 2262 mm 2 ) Tulangan arah y per m lebar: = = 0.57 Diperoleh = As = b. d = x 1000x 1225 = 2205 mm 2 Digunakan tulangan D ( 2262 mm 2 ) Denah Tulangan Pile Cap 1. Denah tulangan pile cap pada kolom tengah D D D m 6.0 m D19-50 Gambar 6.28 Denah tulangan pile cap pada kolom tengah VI-79

80 2. Denah tulangan pile cap pada kolom tepi D D D m 6.0 m D22-50 Gambar 6.29 Denah tulangan pile cap pada kolom tepi 3. Denah tulangan pile cap pada kolom tepi D12-50 D D m 5.0 m D12-50 Gambar 6.30 Denah tulangan pile cap pada kolom tepi 6.13 Perencanaan Sloof 400x Perencanaa Tulangan Lentur Lendutan akibat diferensial settlement ( ) = 10cm 9cm = 1 cm E = 4700 f c = 4700 x 40 = 29725,4 N/mm 2 = kg /cm 2 VI-80

81 I = 1/12 x b.h 3 = 1/12 x 40 x 60 3 = cm 4 Momen akibat setlement Mu 1 = 6EI/L 2 x = 6 x x / x 1 = kg.cm = x 10 6 N.mm Momen akibat beban Mu 2 = 1/8. Wu. ly 2 = 1/8. (1.2x0.4x0.6x x250). 9 2 = kg.m = 100,4 x 10 6 N.mm Mu = Mu1 + Mu2 = x x 10 6 = x 10 6 N.mm Cek Rasio Tulangan min < < maks min = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035 maks = 075 b b = 0,85. 1.f c fy x fy Dimana menurut SNI-2002 ps (7)(3) untuk f c >30 Mpa ; 1 = 0,85 1/7. 0,05(40-30) = 0,7785 b = 0,85. 0, x VI-81

82 b = 0,0397 maks = ,0397 = 0,0298 Mu/bd 2 = 258,9 x 10 6 / ( ) = 1,8, dari tabel di dapat nilai = 0,0058 Maka min < < maks = 0,0035 < 0,0058 < 0,0298 As =. b. d = x 400 x 600 = 1392 mm2 Tulangan atas dipakai 5D19 Tulangan bawah dipakai 5D19 2. Perencanaan Tulangan Geser a = As (1,25. fy) / (0.85. fc. d) a = 1392 (1, ) / ( ) = 38.6 mm Mpr = As (1.25. fy). (d ½ a) Mpr kr = 1392 ( ). (530 ½ 38.6) = 355 kn.m Mpr kn = 1392 ( ). (530 ½ 38.6) = 355 kn.m Wu = (1.2x0.4x0.6x x250) = kg/m = 9.9 kn/m Ve = ( )/6.6 + ½ 9.9 x 7.6 Vs = Ve/0,75 = 194 kn Vs maks = 2/ = 893 > Vs. (Ok) VI-82

83 Jika memakai tulangan geser 2 kaki D10 = Av = 157 mm 2 s = Av. fy. d / Vs = / (194 x 10 3 ) = 171 mm Jarak maksimum s = d/4 = 530/4 = 132.5mm Tulangan sengkang tumpuan = D10 130mm VI-83

84 VI-84

85 VI-85

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi BAB IV PERENCANAAN PONDASI Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi tiang bor dengan material beton bertulang. Pondasi tersebut akan

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Berdasarkan hasil data pengujian di lapangan dan di laboratorium, maka

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Berdasarkan hasil data pengujian di lapangan dan di laboratorium, maka BAB IV PERENCANAAN PONDASI Berdasarkan hasil data pengujian di lapangan dan di laboratorium, maka perencanaan pondasi untuk gedung 16 lantai menggunakan pondasi dalam, yaitu pondasi tiang karena tanah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Umum Dalam mendesain suatu pondasi bored pile, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah pertama adalah menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Dalam mengambil

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STUKTUR 4.1 Perhitungan Struktur Atas Sebelum menghitung daya dukung dari tanah untuk menghitung berapa banyaknya pondasi yang akan digunakan serta berapa daya dukung yang didapat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA Disusun oleh : HERDI SUTANTO (NIM : 41110120016) JELITA RATNA WIJAYANTI (NIM : 41110120017)

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN

ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN 1. DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG 1.1. BERDASARKAN KEKUATAN BAHAN ANALISIS PONDASI PIER JEMBATAN Bentuk penampang tiang pancang : PIPA BAJA Diameter tiang pancang, D = 1000 mm D = 1 m Tabel pipa baja

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir DAFTAR ISTILAH A0 = Luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm 2 ) A0h = Luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm 2 ) Ac = Luas inti komponen struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL... ABSTRAK...

Lebih terperinci

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD ALTERNATIF PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH STASIUN BAWAH TANAH DUKUH ATAS DENGAN DIAPHRAGM WALL, SECANT PILE, DAN SOLDIER PILE DI PROYEK PEMBANGUNAN MASS RAPID TRANSIT JAKARTA Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL 3.1 PENDAHULUAN Proyek jembatan Ir. Soekarno berada di sebelah utara kota Manado. Keterangan mengenai project plan jembatan Soekarno ini dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

Kriswan Carlan Harefa NRP : Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Kriswan Carlan Harefa NRP : Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG STUDI PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI RUMAH TINGGAL DUA LANTAI MENGGUNAKAN PONDASI TIANG STRAUZ DENGAN PONDASI SETEMPAT BETON BERTULANG Kriswan Carlan Harefa NRP : 0321015 Pembimbing

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB 6 PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG PARKIR

BAB 6 PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG PARKIR BAB 6 PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG PARKIR 6. DATA Untuk mampu menahan beban struktur atas yang terjadi, kami merencanakan menggunakan pondasi dalam berupa pondasi tiang pancang dengan diameter 600

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Keadaan Lokasi Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah terdiri dari pemboran di empat titik yang meliputi tapak rencana bangunan. Maksud dari penyelidikan ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH. berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan diatasnya ( upper structure) ke

BAB III DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH. berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan diatasnya ( upper structure) ke BAB III DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH 3.1 Umum Secara umum pengertian pondasi adalah suatu elemen bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan diatasnya ( upper structure) ke lapisan

Lebih terperinci

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21 4.2.4.4 Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21 Tabel 4.17 Daya Dukung Ultimate, final set lokasi BH 21 Rult Blow Count Ton Blows / ft. 74 6.5 148 1.5 223 15.4 297 22.2 371 26.8 445 32.5 519 39.8

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier. ABSTRAK Dalam perencanaan pondasi tiang harus memperhatikan karakteristik tanah di lapangan serta beban struktur atas bangunan karena hal ini akan mempengaruhi desain pondasi yang akan digunakan. Metode

Lebih terperinci

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R. DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R. 3108100065 LATAR BELAKANG Pembangunan Tower Apartemen membutuhkan lahan parkir,

Lebih terperinci

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom... DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Notasi... vii Daftar Lampiran... x Kata Pengantar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.

Lebih terperinci

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom

3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom 64 3.6.4 Perhitungan Sambungan Balok dan Kolom A. Sambungan pada balok anak melintang ke balok anak memanjang Diketahui: Balok anak memanjang menggunakan profil WF 00.150.6.9, BJ 37 Balok anak melintang

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 5 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain pondasi telapak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 PERHITUNGAN RESERVOIR (ALT.I) Reservoir alternatif ke-i adalah reservoir yang terbuat dari struktur beton bertulang. Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai

Lebih terperinci

q Bobot rencana kapal (Gross Tonage) = ton Berdasarkan bobot rencana tersebut, dari tabel "Specifications of Vessels", diperoleh data sbb:

q Bobot rencana kapal (Gross Tonage) = ton Berdasarkan bobot rencana tersebut, dari tabel Specifications of Vessels, diperoleh data sbb: I. DASAR - DASAR PERENCANAAN DERMAGA Direncanakan suatu dermaga dengan data-data sebagai berikut : q Data Tanah Data Sondir 15.00 m Tinggi Tanah Daratan + 1.00 m q Data-data pasang surut Muka air terendah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Maksud dan Tujuan... 1 Rumusan Masalah... 2 Ruang Lingkup... 2 Sistematika Penulisan...

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Maksud dan Tujuan... 1 Rumusan Masalah... 2 Ruang Lingkup... 2 Sistematika Penulisan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR NOTASI... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang Tiang Mendukung Beban Lateral Pondasi tiang sering harus dirancang dengan memperhitungkan beban-beban horizontal atau lateral, Jika tiang dipancang vertical dan dirancang untuk mendukung beban horizontal

Lebih terperinci

PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA

PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA Gagah Triambodo 3110100119 Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, M.Eng Putu Tantri Kumalasari, ST., MT. 1.1 Latar Belakang Surabaya adalah

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST Oleh: Immanuel Panusunan Tua Panggabean 1) 1) Universitas Quality, Jl.Ring Road No.18 Ngumban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dari hasil analisis desain awal pada bab 3, diketahui bahwa desain awal pondasi Jembatan Cable Stayed Menado memerlukan tambahan perkuatan untuk memikul beban yang bekerja.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pembangunan Gedung Kampus Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (MM-UGM) Jakarta Selatan menggunakan pondasi tiang pancang berbentuk persegi deng

Pembangunan Gedung Kampus Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (MM-UGM) Jakarta Selatan menggunakan pondasi tiang pancang berbentuk persegi deng PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG PADA PROYEK GEDUNG KAMPUS MEGISTER MANAJEMEN - UNIVERSITAS GADJAH MADA (MM-UGM) JAKARTA SELATAN Vidry Fintaka Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Universitas Gundarma ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembangunan bangunan rumah susun sewa. Adapun data-data yang diketahui. 1. Nama Proyek : Rusunawa Jatinegara Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembangunan bangunan rumah susun sewa. Adapun data-data yang diketahui. 1. Nama Proyek : Rusunawa Jatinegara Jakarta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.8. Deskripsi Proyek Proyek Rusunawa Jatinegara Barat Kampung Melayu, Jakarta Timur adalah pembangunan bangunan rumah susun sewa. Adapun data-data yang diketahui dalam proyek

Lebih terperinci

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG OLEH : HANIF AJI TIRTA PRADANA 3110 106 013 DOSEN PEMBIMBING I Ir. Djoko Irawan, Ms. DOSEN PEMBIMBING II Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA GEDUNG KAMPUS STIE-IBS KEMANG

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA GEDUNG KAMPUS STIE-IBS KEMANG PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA GEDUNG KAMPUS STIE-IBS KEMANG Yunida Danuatmaja Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Pondasi merupakan suatu struktur

Lebih terperinci

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL Jembatan Cable Stayed Menado merupakan jembatan yang direncanakan dibangun untuk melengkapi sistem jaringan Menado Ring Road sisi barat untuk mengakomodasi kebutuhan jaringan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL AJIE MULYA JALAN DR CIPTO 198 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL AJIE MULYA JALAN DR CIPTO 198 SEMARANG i Tugas Akhir PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL AJIE MULYA JALAN DR CIPTO 198 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 58 BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 1. Denah Bangunan Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1.. Lokasi Bangunan Gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta terletak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv PERNYATAAN... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG OFFICE BLOCK PEMERINTAHAN KOTA BATU MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON AMANDA KHOIRUNNISA 3109 100 082 DOSEN PEMBIMBING IR. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Retno Palupi, I Gusti Putu Raka, Heppy Kristijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4-1 BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4.1 Data Teknis Gambar 4.1 Rencana Gedung Wisma Asia II a. Nama Proyek : Gedung Wisma Asia II b. Lokasi Proyek : Jl. Tali Raya, Slipi Jakarta Barat 4-2 Gambar 4.2 Peta

Lebih terperinci

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Lebih terperinci

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG Tugas Akhir PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TANAH Tanah adalah bagian terluar dari kulit bumi yang biasanya dalam keadaan lepas - lepas, lapisannya bisa sangat tipis dan bisa sangat tebal, perbedaannya dengan lapisan

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beban Lalu Lintas Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perencanaan Diaphragm Wall untuk Basement Apartemen The East Tower Essence on Darmawangsa Nurfrida Nashira R., Indrasurya B. Mochtar, Musta in Arif Jurusan

Lebih terperinci

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G) POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G) Himawan Indarto 1 dan Hanggoro Tri Cahyo A. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240

Lebih terperinci

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar : BAB V PONDASI 5.1 Pendahuluan Pondasi yang akan dibahas adalah pondasi dangkal yang merupakan kelanjutan mata kuliah Pondasi dengan pembahasan khusus adalah penulangan dari plat pondasi. Pondasi dangkal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan DAFTAR NOTASI Sci = pemampatan konsolidasi pada lapisan tanah ke-i yang ditinjau Hi = tebal lapisan tanah ke-i e 0 = angka pori awal dari lapisan tanah ke-i Cc = indeks kompresi dari lapisan ke-i Cs =

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan Bab 7 DAYA DUKUNG TANAH Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On ile di ulau Kalukalukuang rovinsi Sulawesi Selatan 7.1 Daya Dukung Tanah 7.1.1 Dasar Teori erhitungan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN PONDASI TIANG PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI DAERAH CAWANG JAKARTA TIMUR

TUGAS AKHIR DESAIN PONDASI TIANG PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI DAERAH CAWANG JAKARTA TIMUR TUGAS AKHIR DESAIN PONDASI TIANG PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI DAERAH CAWANG JAKARTA TIMUR Ditujukan sebagai syarat untuk meraih gelar SarjanaT eknik Strata 1 (S-1) Disusunoleh : N A M A : Qorri Alvian

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS

BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS BAB IV DESAIN STRUKTUR ATAS 4. Data- data Struktur Pada bab ini akan menganilisis struktur atas, data-data struktur serta spesifikasi bahan dan material adalah sebagai berikut : 1. Bangunan gedung digunakan

Lebih terperinci

Ronald Adi Saputro Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT.

Ronald Adi Saputro Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT. Ronald Adi Saputro 3110100027 Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, Meng Musta in Arif, ST., MT. 1.1 Latar Belakang Surabaya adalah kota dengan terbesar ke 2 di Indonesia. Besarnya jumlah penduduk membuat transportasi

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²) DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang

Lebih terperinci

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas- tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR NOTASI. v vi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...... 1 1.2. Maksud dan

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL TIANG TUNGGAL ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL TIANG TUNGGAL ABSTRAK PENGARUH DIAMETER TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL TIANG TUNGGAL Muliadi Hidayat NRP: 1121042 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.T. Pembimbing Pendamping: Andrias S. Nugraha, S.T., M.T. ABSTRAK Pondasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PONDASI UNTUK TANK STORAGE DAN PERBAIKAN TANAH DENGAN METODE PRELOADING SISTEM SURCHARGE DAN WATER TANK DI KILANG RU-VI, BALONGAN Nyssa Andriani Chandra, Trihanyndio Rendy Satrya, Noor Endah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

TUGASAKHffi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR Y.KP.P. DENGAN SISTEM PRACETAK. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat

TUGASAKHffi PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR Y.KP.P. DENGAN SISTEM PRACETAK. Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat TUGASAKHffi DAF TAR NOTASI A Luas bagian penampang antara muka serat lentur tarik dan titik berat penampang bruto (mm 2 ) Ab Luas penampang satu batang tulangan (mm 2 ) Ac Luas penampang yang menahan pemindahan

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF SISTEM PONDASI PADA GEDUNG KAMPUS ABC BALIKPAPAN-KALTIM DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, BIAYA DAN WAKTU

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF SISTEM PONDASI PADA GEDUNG KAMPUS ABC BALIKPAPAN-KALTIM DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, BIAYA DAN WAKTU TUGAS AKHIR ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF SISTEM PONDASI PADA GEDUNG KAMPUS ABC BALIKPAPAN-KALTIM DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, BIAYA DAN WAKTU D I S U S U N O L E H B R I L L I A N T AT H T H A A R I Q N

Lebih terperinci

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton

Lebih terperinci

Lateral tiang pancang.

Lateral tiang pancang. Lateral tiang pancang. Derajat rekasi tanah tergantung pada : a. Kekakuat tiang b. Kekakuan tanah c. Kekakuan ujung tiang. Umumnya beban lateral tiang dibagi dalam 2 katagori yaitu : a. Tiang pendek atau

Lebih terperinci

Perencanaan Struktur Tangga

Perencanaan Struktur Tangga 4.1 PERENCANAAN STRUKTUR TANGGA Skema Perencanaaan Struktur Tangga Perencanaan Struktur Tangga 5Pembebanan Tangga START Dimensi Tangga Rencanakan fc, fy, Ø tulangan Penentuan Tebal Pelat Tangga dan Bordes

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKA

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci