BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN"

Transkripsi

1 BAB VI KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN Solidarity is essential: yes I can have one idea as an individual, but when I join that together with other folks we can build something massive and incredible. (Aisha Fukushima) 6.1 Konsep Makro Ruang Kreatif Publik berperan sebagai fasilitas beriklim kreatif yang berorientasi pada inovasi produk kerajinan khas Yogyakarta. Produk kerajinan yang menjadi perhatian utama dalam Ruang Kreatif Publik ini merupakan produk-produk olahan yang menjadi unggulan dari Yogyakarta, yakni produk kayu, produk kulit, produk tanah liat, dan produk batik. Tidak hanya itu, produk metal dan fabrikasi juga ditambahkan sebagai fasilitas di Ruang Kreatif Publik untuk memperkaya dan memperluas kemungkinan inovasi. Fungsi edukasi, promosi, eksperimen, dan produksi dijalankan di dalam Ruang Kreatif Publik agar anak muda Yogyakarta terstimulasi untuk belajar secara informal mengenai proses pembuatan kerajinan lokal dan nilai-nilainya. Inovasi yang dilakukan oleh anak muda setelah melalui serangkaian proses kreatif dan edukasi di Ruang Kreatif Publik diharapkan memiliki ciri khas Yogyakarta dengan teknik dan pakem semirip mungkin dengan apa yang telah dilaksanakan secara turun-menurun oleh pengrajin asli Yogyakarta. 6.2 Konsep Meso Tahapan Berjenjang Proses Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik Aktivitas yang ada dalam Ruang Kreatif Publik distimulasi dan dilakukan untuk membangkitkan proses kreatif. Proses kreatif sendiri, berdasarkan teori Wallas yang telah dibahas sebelumnya (Bab V, halaman 68), memiliki tahap-tahap yang berjenjang, yakni preparation, incubation, insight, dan verification. Teori Wallas ini kemudian dikaji dan dikembangkan oleh Tore Kristensen yang melakukan kombinasi dengan teori miliknya, teori proses kreatif yang terjadi tanpa disadari, yakni value creation process, scaffolding, imagination, dan materialization (Tabel 20, halaman 71). Proses kreatif yang terjadi secara spontan dalam pemikiran individu ini terhubung dengan setiap 80

2 tahap dari proses kreatif menjadi lapisan yang memiliki porsi perannya masing-masing, tergantung pada tahap mana proses tersebut terjadi. Proses scaffolding menurut Tore Kristensen adalah proses dimana kreativitas memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan konteks budaya dan lingkungan fisik, di sinilah arsitektur menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kreativitas. Proses scaffolding ini terutama berperan dalam preparation dan incubation, yakni dua tahap awal dalam proses kreatif dimana daya pikir dan kolaborasi sangat diperlukan. Selain kedua tahap tersebut, tahap insight dan verification juga melibatkan peran arsitektur, walaupun dalam intensitas rendah. Tabel 21. Perwujudan Tahapan Berjenjang Proses Kreatif dalam Arsitektur Preparation Incubation Insight Verification Proses Pencarian Perenungan, Tahap Presentasi ide, informasi, pengalihan datangnya ide diskusi, diskusi, pikiran, proses kreatif perwujudan ide brainstorming berpikir Persyaratan Arsitektur Perwujudan dalam Arsitektur - Area komunal yang kondusif untuk berdiskusi, mendapatkan dan menyebarkan informasi - Fleksibilitas ruang baik, dapat digunakan untuk beberapa komunitas dalam satu waktu - Pencahayaan dan akustika baik - Memiliki sistem coworking - Memiliki akses visual yang baik ke area luar/landscape - Area komunal yang interaktif dan atraktif, memiliki berbagai fasilitas hiburan dan istirahat - Memiliki fasilitas yang bersifat komunal dan privat - Bersifat open plan dengan batas yang minim untuk menstimulasi interaksi - Merupakan pusat dari keseluruhan bangunan - Memiliki elemenelemen yang memicu kreativitas, dapat berupa elemen dekoratif maupun fungsional - Memungkinkan pengguna untuk mencatat ideide yang secara spontan terlintas di pikiran - Memiliki karakter ruang yang unik untuk membangkitkan memori Coworking space Area kreatif Elemenelemen ruang (Analisis penulis) - Fleksibilitas ruang tinggi, terutama dalam antisipasi penggunaan ruang bagi eksperimen ide kreatif - Sesuai dengan standard penggunaan alat produksi yang digunakan dalam proses eksperimen - Terhubung secara visual dengan ruang publik agar menarik dan menstimulasi keinginan untuk belajar Coworking space dan makerspace 81

3 6.2.2 Interaksi dan Kolaborasi Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik Kegiatan dan proses kreatif terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Kegiatan kreatif yang pada awalnya melibatkan pelaku kreatif secara individual kini memiliki kecenderungan ke arah kolaborasi dalam komunitas. Suatu proses kreatif yang dilakukan secara komunal memiliki hasil yang lebih memuaskan dengan tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding hasil dari proses kreatif secara individual, meskipun proses individual tersebut dilakukan secara bersamaan. Peningkatan kualitas dan kuantitas ide-ide kreatif inilah yang dirasa sesuai dengan tuntutan era ekonomi kreatif yang terjadi saat ini. Kegiatan kreatif yang terjadi secara komunal melibatkan suatu kolaborasi di dalamnya. Kolaborasi yang merupakan usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama ini menjadi dasar dalam pengembangan pola kegiatan kreatif dalam Ruang Kreatif Publik. Rasa saling percaya dan interaksi antar-individu merupakan hal yang penting dalam mengawali proses kolaborasi. Interaksi antar-pelaku kreatif yang memicu rasa percaya antar-individu akan dibentuk dan didorong oleh arsitektur dalam Ruang Kreatif Publik. Diagram 13. Konteks Kegiatan Kreatif dalam Ruang Kreatif Publik 82

4 6.2.3 Tanggapan Ruang Kreatif Publik terhadap Tapak dan Lingkungan Sekitar Gambar 41. Ukuran Tapak (Modifikasi dari Google Earth 2016) Berdasarkan penilaian alternatif tapak yang telah dilakukan sebelumnya (Bab IV, halaman 59), dipilih lokasi tapak di Jalan DR. Sardjito, Kelurahan Gondokusuman, Yogyakarta. Blok C2 Kelurahan Gondokusuman tidak termasuk kawasan yang harus diutamakan penanganannya sehingga belum terbentuk karakter kawasan yang cukup kuat di sini. Untuk itu akan diambil karakteristik lingkungan pendidikan dan sarana-sarana komersial yang mengikutinya, serta perkampungan Code yang ada di sisi timur tapak sebagai elemen yang akan mempengaruhi karakter bangunan dalam tapak. Garis bangunan di sekitar tapak merupakan bangunan satu hingga dua lantai dengan gaya tropis konvensional yang menggunakan dinding bata dan atap tanah liat. Di seberang tapak terdapat ruang terbuka hijau kemudian diteruskan dalam tapak untuk menciptakan iklim mikro bangunan. Gambar 42. Panoramic View Area Sekitar Tapak (Dokumentasi pribadi, Januari 2016) Berkaitan dengan lokasi tapak yang ada di persimpangan jalan dan bersebelahan dengan jalan kampung, akses menuju bangunan akan difokuskan pada sisi tenggara dengan pintu akses yang cukup lebar 83

5 6.3 Konsep Mikro (mencukupi untuk akses 2 mobil sekaligus) agar tidak menyebabkan kemacetan di Jalan DR. Sardjito sekaligus tidak mengganggu jalan kampung yang ada Tahapan Berjenjang Proses Kreatif Tahapan berjenjang proses kreatif dan kaitannya dengan aspek spasial merupakan penekanan yang digunakan dalam desain Ruang Kreatif Publik. Tahapan ini pada dasarnya diaplikasikan dalam setiap unsur desain yang ada, namun 3 poin konsep mikro dalam penjabaran ini merupakan poin-poin yang menjadi fokus utama bagi jalannya tahapan berjenjang proses kreatif dalam Ruang Kreatif Publik Konsep Kombinasi Makerspace Coworking Space Area Kreatif Dewasa ini, kesadaran akan pentingnya kreativitas dan proses kreatif yang memicu inovasi dalam pekerjaan mulai bermunculan. Salah satunya ditandai dengan coworking space yang mulai muncul sejak 2005 dan semakin berkembang hingga sekarang. Coworking space mengutamakan kolaborasi serta fitur-fitur yang mendorong interaksi agar pengguna dapat berkreasi dan berkarya secara optimal. Makerspace yang mengadaptasi cara kerja coworking space dengan target pengguna khusus yang disebut maker generation juga sudah diperkenalkan di Indonesia. Walaupun jumlahnya masih minim, makerspace ternyata sangat diminati oleh generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan belajar generasi muda Indonesia mengenai handmade products sebenarnya cukup tinggi. 84

6 Diagram 14. Kombinasi Fungsi dalam Ruang Kreatif Publik Tipologi Ruang Kreatif Publik kemudian dirumuskan dari kombinasi antara coworking space, makerspace, dan creative space dengan menggunakan fasilitas penunjang (fasilitas irisan) yang selalu ada dalam masing-masing tipologi tersebut sebagai pengikat. Coworking space, makerspace dan creative space dipilih karena ketiga tipologi ini mendorong terjadinya interaksi tatap muka yang memicu kolaborasi untuk mencapai tujuannya. Untuk itu, Ruang Kreatif Publik kemudian dirancang untuk memberikan nilai tambah dibanding dengan coworking space, makerspace, dan creative space konvensional, yakni dengan memperhatikan tahapan berjenjang dalam proses kreatif. Sehingga secara umum, Ruang Kreatif Publik mengutamakan keterbukaan, keleluasaan, dan fleksibilitas untuk mewadahi kebutuhan proses kreatif dan kolaborasi penggunanya. Dalam mewadahi tahapan berjenjang proses kreatif, masing-masing fasilitas utama memiliki perannya masingmasing. Tahap preparation diwadahi dalam coworking space sebagai kantor yang digunakan oleh para pelaku kreatif. Sedangkan area kreatif berperan utama dalam tahap incubation dimana pelaku proses kreatif dapat beristirahat, bermain, atau sekadar merenung di area ini, tergantung tingkat kenyamanan 85

7 individu. Proses insight yang tidak terkait dengan area spasial tertentu dapat terjadi di mana saja, untuk itu seluruh elemen bangunan harus dapat memfasilitasi proses yang cenderung spontan ini. Sedangkan tahap terakhir, verification, menjadi fokus utama bagi makerspace dengan coworking space sebagai pendukungnya. Diagram 15. Tahapan Proses Kreatif dalam Setiap Fungsi Bangunan Konsep Organisasi Ruang Tabel 22. Kedekatan dan Hubungan Antar-Ruang 86

8 Kebutuhan ruang untuk mengakomodasi proses kreatif dalam Ruang Kreatif Publik telah dijabarkan sebelumnya (Bab III, halaman 42). Kebutuhan tersebut diorganisir berdasarkan jarak dan hubungan antar-ruang untuk mendukung jalannya tahapan berjenjang proses kreatif. Organisasi ruang mendukung hubungan antar-ruang yang cair sehingga interaksi antar-pengguna dapat terjadi secara bebas dan santai. Organisasi ini juga membentuk sirkulasi dalam bangunan yang penuh dengan tantangan dan pengalaman sehingga bersifat inspiratif dan dapat memicu proses kreatif individu Konsep Zonasi Diagram 16. Aksonometri Pembagian Ruang Tabel 23. Pembagian Zonasi Zona Publik Zona Semi-Publik Zona Privat Area Kreatif Makerspace Ruang pengelola Ruang Lokakarya Coworking space Loading dock Kafe Ruang penyimpanan Creative store (Analisis penulis) Ruang Kreatif Publik didesain sebagai suatu fasilitas publik yang bebas digunakan oleh kalangan manapun, terutama pelaku kreatif dan peminat kreatif. Ruang Kreatif Publik juga bertujuan untuk menstimulasi keinginan belajar mengenai proses produksi kerajinan dan mengajak orang dengan berbagai latar belakang untuk masuk dan menggunakan kesempatan berproses kreatif di dalamnya. 87

9 Semakin beragam latar belakang pengguna Ruang Kreatif Publik, maka semakin luas pula kemungkinan inovasi produk yang terjadi. Karena itulah zona publik diatur sebagai perimeter bangunan agar orang tidak segan untuk masuk ke dalam bangunan. Sedangkan zona semi-publik (makerspace) dirancang sebagai pusat dari bangunan agar setiap orang mendapatkan akses visual ke zona tersebut sehingga nantinya tertarik untuk ikut terlibat dalam proses pembuatan kerajinan. Diagram 17. Zonasi Ruang Kreatif Publik Integrasi zona publik dengan semi-publik serta antar-zona publik maupun semipublik juga sangat penting bagi jalannya proses kreatif. Makerspace dan coworking space terkait erat dengan area kreatif sebagai area interaksi komunal utama. Area kreatif ini terdiri atas zona individu dan zona komunal, sesuai dengan kebutuhan pengguna yang beragam dalam tahap incubation proses kreatif. Sebagian orang akan menjalani tahap inkubasi dengan lebih efektif apabila menyendiri sembari 88

10 minum kopi, namun sebagian yang lain akan lebih nyaman apabila berdiskusi atau bermain dengan rekan lain. Zona individu dan komunal ini harus terhubung dengan baik namun privasi zona individu tetap harus terjaga. Diagram 18. Integrasi Antar-Zona dalam Bangunan serta dalam Area Kreatif Agar pengunjung semakin tertarik untuk mempelajari proses produksi, makerspace sebagai area produksi komunal utama dalam bangunan diletakkan dalam zona yang dapat terekspos dengan mudah secara visual. Makerspace ini terkait erat dengan coworking space bagi industri kerajinan, sedangkan coworking space untuk industri kreatif digital dapat diletakkan di zona yang berbeda. Diagram 19. Persentase Zonasi Berdasarkan Luasan Ruang 89

11 Konsep Sirkulasi dalam Bangunan Diagram 20. Konfigurasi Sirkulasi dalam Bangunan: Radial dan Jaringan Sirkulasi dalam bangunan berjalan selaras dengan konfigurasi ruang-ruang yang ada, yakni menggunakan kombinasi sistem radial dan jaringan. Sirkulasi radial diharapkan dapat menekankan kesan ruang komunal dan makerspace sebagai pusat dari bangunan. Sedangkan sirkulasi jaringan yang memiliki titik-titik penghubung ruang diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pilihan jalur yang kaya bagi pengguna. Sirkulasi jaringan (network) memberikan peluang yang lebih besar bagi pengguna untuk bertemu dengan pengguna lain dalam perjalanan untuk kemudian menjalani proses kreatif bersama ataupun sekadar berinteraksi secara singkat. Perjalanan yang dapat dibuat lebih panjang sesuai dengan keinginan pengguna juga dapat memberikan kesempatan berproses kreatif dengan lebih dalam atau memberikan inspirasi bagi kebuntuan yang mungkin terjadi pada saat melakukan tersebut. Diagram 21. Hubungan Jalur-Ruang: Lewat Menembusi Ruang 90

12 Sirkulasi dalam bangunan menjadi kunci dalam membimbing dan mengarahkan pengguna menjalani tahapan berjenjang proses kreatif melalui hubungan jalurruang. Hubungan jalur-ruang dalam Ruang Kreatif Publik dibuat lewat menembusi ruang agar kombinasi elemen arsitektural dengan aktivitas sosial yang terjadi dapat lebih berperan dalam menstimulasi kreativitas, serta agar kemungkinan terjadinya interaksi dengan pengguna lain dalam perjalanan semakin besar. Bentuk ruang sirkulasi sendiri didominasi oleh ruang yang terbuka pada satu sisi. Keterbukaan ini dilakukan melalui penggunaan elemen transparan maupuan peniadaan elemen pembatas vertikal. Dengan adanya keterbukaan, kemenerusan visual antar-pengguna maupun antara pengguna dengan elemen arsitektur diharapkan dapat terjadi secara lebih luas sehingga memicu inspirasi dalam proses kreatif Interaksi dan Kolaborasi Kreatif Konsep Konfigurasi Ruang Diagram 22. Konfigurasi Ruang Kreatif Publik: Terkluster dengan Pusat 91

13 Dalam penyusunan ruang, terdapat lima konfigurasi dasar menurut Francis D. K. Ching, yakni terpusat, linier, radial, terkluster, dan grid. Tore Kristensen merekomendasikan konfigurasi radial atau terpusat untuk mewadahi aktivitas kreatif. Konfigurasi radial atau terpusat dianggap lebih baik dalam memfasilitasi interaksi, terlebih apabila ruang komunal dapat diatur untuk menjadi pusat dari keseluruhan bangunan. Sedangkan untuk fleksibilitas ruang, konfigurasi kluster atau grid dianggap lebih baik. Konfigurasi ini juga lebih menantang bagi perjalanan atau perpindahan dari satu ruang ke ruang lain. Tantangan ini dimaksudkan untuk memicu daya pikir dan mendorong terjadinya proses kreatif secara individual. Untuk itu, Ruang Kreatif Publik menggunakan kombinasi dari pola terpusat dan pola kluster agar fungsi bangunan menjadi optimal. Ruang-ruang ditata mengelilingi fungsi dominan, yakni fungsi makerspace sebagai area produksi komunal utama dalam bangunan Konsep Hubungan Antar-Ruang (a) (b) Diagram 23. Hubungan Antar-Ruang dalam Bangunan (a) Koridor dan Ruang Bersama serta (b) Dinding atau Elemen Vertikal Lain Suatu ruangan dengan satu fungsi disusun dalam sistem open plan untuk menghubungkan antar-segmen agar tidak ada kesan hierarki yang muncul. Sedangkan antara satu ruang dengan ruang lain dihubungkan secara asimetris menggunakan koridor, ruang bersama, maupun dengan dinding atau elemen 92

14 vertikal. Kesan hierarki, terutama hierarki secara sosial, dalam Ruang Kreatif Publik ini dihilangkan agar interaksi antarpengguna dapat terjadi dengan lancar tanpa adanya perasaan canggung. Interaksi yang mengalir secara informal dapat membuat pikiran lebih bebas dan rileks sehingga menjadikan daya pikir spontan berkemampuan untuk memberikan refleks secara cepat. Gambar 43. Adanya Deretan Kursi di Koridor sebagai Tempat Singgah ( diakses pada 20 Januari 2016, WIB) Koridor tetap digunakan dengan modifikasi sedemikian rupa agar kesan hierarki dapat disembunyikan. Penggunaan koridor diharapkan dapat memperbesar peluang terjadinya interaksi. Koridor penghubung ruang yang digunakan memiliki ukuran yang lebih lebar dibandingkan koridor standard agar tidak mempersulit interaksi yang kemungkinan terjadi. Di sepanjang koridor terdapat tempat singgah yang mudah diakses untuk mengantisipasi dan memperdalam interaksi yang terjadi ketika pengguna melintasi koridor tersebut. Dalam Area Kreatif yang difokuskan untuk tahap incubation, terdapat integrasi antara zona komunal dengan zona individu yang harus diperhatikan. Zona individu digunakan oleh pengguna bangunan yang ingin menyendiri untuk berpikir, mencari informasi, maupun melakukan hal lain. Zona individu dibuat sedemikian rupa agar bersifat privat namun tetap memiliki akses visual dari maupun ke dalam area 93

15 individu sehingga tidak apatis terhadap area sekitar. Namun demikian, akses visual ini tidak boleh mengganggu konsentrasi bagi pengguna yang ada di dalam zona individu. Untuk itu, zona individu dibentuk melalui bidang dasar yang diangkat ke atas sehingga terbentuk jarak fisik yang cukup untuk menjaga suasana privat dalam zona ini. Diagram 24. Integrasi Zona Individu dan Komunal dalam Area Kreatif Konsep Fasilitas People are very good at repurposing or recycling ideas, they just need to hear them. (Jonathan C. Molloy) Dalam preseden yang diklaim sebagai bangunan yang paling banyak menghasilkan produk-produk inovatif, Building 20, hanya tersedia satu fasilitas penunjang dalam keseluruhan bangunan. Sebagai contoh, Building 20 hanya menyediakan satu vending machine bagi seluruh bangunan sehingga jika pengguna merasa haus atau lapar, mereka pergi dan mengantre di satu-satunya penyuplai makanan di seluruh gedung. Di antrean itulah para pengguna dipaksa untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi inilah yang mendorong knowledge spillovers, sutau kondisi yang diperkenalkan oleh Jane Jacobs, dimana ide-ide atau pengetahuan mengalami perputaran dalam pemikiran sekelompok manusia. 94

16 Untuk itu, fasilitas penunjang di Ruang Kreatif Publik akan diletakkan hanya pada satu zona. Walaupun tidak hanya tersedia satu buah untuk seluruh bangunan, fasilitas seperti mesin fotokopi, printer, dispenser, snack area, dan lain sebagainya akan memaksa pengguna untuk bertemu dan berbagi mengenai proyek yang sedang mereka kerjakan Tanggapan terhadap Tapak dan Lingkungan Sekitar Konsep Bentuk dan Fasad Bangunan-bangunan yang ada di sekitar tapak merupakan bangunan dengan gaya tropis Indonesia yang konvensional dengan ciri dinding bata serta atap miring berbahan tanah liat. Bangunan di kawasan ini pada umumnya memiliki massa segi empat terdiri atas satu hingga tiga lantai. Diagram 25. Bentuk Dasar dalam Pembentukan Massa Bangunan Diagram 26. Bentuk Aditif dalam Elevasi dan Denah Dalam hal bentuk dan fasad, Ruang Kreatif Publik menyelaraskan diri dengan lingkungan menggunakan gaya bangunan tropis, bentuk massa segi empat, dan atap miring, sebagai ciri khas yang paling kuat dari kawasan. Namun demikian, untuk merespons fungsi kreatif dan target pengguna 95

17 yang merupakan anak muda, bentuk massa segi empat yang lebih dominan dikombinasikan secara aditif dengan bentuk lain dan disusun sedemikian rupa agar menimbulkan kesan dinamis dan tidak kaku. Diagram 27. Konsep Bentuk dan Fasad Bangunan Konsep Perletakan Massa Bangunan Perletakan massa bangunan dalam tapak dipengaruhi oleh hubungan tapak dengan jalan utama, akses visual terhadap tapak, serta interaksi tapak dengan lingkungan sekitar. Ketiga faktor ini terkait dengan tanggapan bangunan terhadap lingkungan, yakni kemampuan tapak untuk menciptakan iklim kreatif bagi lingkungan sekitar. Diagram 28. Hubungan Tapak dengan Jalan Utama (Analisis data sekunder, sumber peta: Google Earth, September 2015) 96

18 Tapak di Jalan DR. Sardjito memiliki bentuk yang tidak beraturan dengan hubungan tapak terhadap jalan raya yang tidak merata di sisi timur. Hanya sudut bagian tenggara tapak yang memiliki akses terhadap jalan utama, baik akses fisik maupun visual. Sebagian lain sisi timur tapak tertutup oleh warung-warung temporer. Diagram 29. Akses Visual terhadap Tapak dari Jalan Sekitar *sudut visual dihitung sebesar 30 o dari jalan yang sejajar tapak Diagram 30. Intensitas Interaksi Tapak dengan Lingkungan Tapak dikelilingi dengan jalan kampung yang menjadi akses warga ke perkampungan Blimbingsari serta akses menuju TK Budi Mulia Dua. Dalam hal ini, interaksi tapak dengan warga sekitar lebih diutamakan daripada interaksi tapak dengan pengguna bangunan TK Budi Mulia Dua berkaitan dengan sasaran dan target bangunan. 97

19 Diagram 31. Perletakan Massa Bangunan Berdasarkan pertimbangan dari faktor akses fisik, akses visual, interaksi dengan sekitar, serta peraturan garis sempadan bangunan, massa bangunan diletakkan di sisi selatan-barat tapak. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa bangunan tetap dapat terekspos dari Jalan DR. Sardjito dan jalan alternatif di depan tapak serta bangunan dapat menjalin hubungan yang erat dengan warga sekitar melalui jalan kampung yang ada di sisi selatan tapak Konsep Pencapaian Bangunan Diagram 32. Pencapaian Bangunan Pencapaian bangunan dilakukan dengan pencapaian tidak langsung yang diarahkan dengan vegetasi untuk menekankan perspektif bangunan sekaligus untuk menanggapi lokasi terhadap lalu lintas di timur tapak. Tapak berada tepat di 98

20 persimpangan jalan, untuk itu entrance menuju tapak berada di sudut tenggara, sedekat mungkin dengan arus kendaraan, sedangkan entrance menuju bangunan berada di sisi timur. Selain itu, pencapaian tidak langsung juga digunakan untuk mengekspos keberadaan Area Kreatif di sudut tenggara bangunan sebagai impresi yang didapatkan saat memasuki area tapak Konsep Sistem Bangunan - Pencahayaan Pencahayaan dalam bangunan seoptimal mungkin memanfaatkan cahaya alami. Optimalisasi cahaya alami ini dilakukan dengan pengaturan massa bangunan, permainan solid-void, serta pemilihan material yang mendukung tersebarnya cahaya secara merata dalam ruang. Ruangruang tertentu yang digunakan dalam waktu lama atau digunakan untuk kegiatan yang membutuhkan akurasi visual tinggi menggunakan pencahayaan lampu dengan intensitas terang yang sesuai. - Penghawaan Diagram 33. Pencahayaan pada Ruang Kreatif Publik Diagram 34. Penghawaan dalam Ruang Kreatif Publik 99

21 Penghawaan dalam Ruang Kreatif Publik seoptimal mungkin menggunakan penghawaan alami dengan mengatur massa bangunan, bukaan, serta menciptakan iklim mikro yang tepat. Penghawaan buatan menggunakan air conditioner (AC) dibutuhkan dalam ruang-ruang yang mewadahi aktivitas produksi dengan mesin yang menimbulkan panas, seperti laser cutting dan 3D printer. Standard ruang-ruang ini telah dibahas sebelumnya (Bab III, halaman 42) Konsep Material dan Vegetasi Material pada Ruang Kreatif Publik digunakan untuk memberikan kontras yang diperlukan oleh bangunan sebagai pembeda dari bangunan di sekitarnya. Hal ini menggambarkan pembaruan/inovasi yang menjadi tujuan dalam fungsi bangunan. Material bata tetap digunakan, namun secara ekspos, sebagai pengikat bangunan Ruang Kreatif Publik dengan bangunan sekitar. Material bata ini dipadukan dengan kayu, beton, batu alam, dan kaca untuk menciptakan kesan yang dinamis dan kreatif. Gambar 44. Konsep Material Ruang Kreatif Publik ( diakses pada 17 Januari 2016, WIB) Di sisi lain, vegetasi digunakan sebagai penyelaras bangunan dengan lingkungan. Vegetasi yang ditata dalam site sedapat mungkin sejenis dengan vegetasi yang ada di lingkungan sekitar agar bangunan tidak hanya menyatu melalui bentuk, namun juga melalui suasana. 100

22 6.4 Kesimpulan Gambar 45. Vegetasi di Sekitar Tapak (Google Streetview, Maret 2015) Ruang Kreatif Publik merupakan fasilitas yang berperan sebagai sarana berkumpul, berinteraksi, dan bereksperimen bagi para pelaku dan peminat kreatif. Dengan penekanan pada tahapan berjenjang dalam proses kreatif, Ruang Kreatif Publik ini didesain untuk menjawab kebutuhan Kota Yogyakarta akan infrastruktur yang mendukung industri kreatif. Lokasi yang dekat dengan pusat aktivitas anak muda diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang menarik anak muda ke ranah kerajinan. Melalui peran anak muda inilah inovasi yang menerus diharapkan menjadi keunggulan bagi pengembangan industri kreatif di Kota Yogyakarta. Tabel 24. Struktur Konsep Perancangan KONSEP MAKRO KONSEP MESO KONSEP MIKRO Konsep Kombinasi Bagaimana Ruang Makerspace Coworking Kreatif Publik mewadahi Space Area Kreatif tahapan berjenjang Konsep Organisasi Ruang proses kreatif Konsep Zonasi Konsep Sirkulasi Ruang Kreatif Publik sebagai fasilitas beriklim kreatif yang berorientasi pada inovasi produk kerajinan khas Yogyakarta Bagaimana Ruang Kreatif Publik memfasilitasi interaksi dan kolaborasi kreatif Bagaimana Ruang Kreatif Publik menganggapi tapak dan lingkungan sekitar (Analisis penulis) Konsep Konfigurasi Ruang Konsep Hubungan Antar- Ruang Konsep Fasilitas Konsep Bentuk dan Fasad Konsep Perletakan Bangunan Konsep Pencapaian Bangunan Konsep Sistem Bangunan Konsep Material dan Vegetasi 101

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT SIRKULASI PADA TAPAK Fungsi dari sirkulasi adalah untuk menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Ruangan-ruangan yang ada dapat juga digunakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat BAB V KAJIAN TEORI 5.1 KAJIAN TEORI PENEKANAN / TEMA DESAIN 5.1.1 Tema Desain Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat desain sebuah karya arsitektural. Pada proyek resort di komplek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya

Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya Fasilitas Industri Kreatif Media Cetak di Surabaya Aditya Denny Pratama, dan Ir. St.Kuncoro Santoso Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: denny_fact@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu DESAIN PREMIS Resort arung jeram di wisata arung jeram sungai Serayu Banjarnegara dirancang sebagai sarana akomodasi di kawasan tersebut. Potensi alam yang ada berupa sungai Serayu yang memiliki jeram

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Seni Musik Blues di Kota Malang ini menggunakan konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu tersebut dengan memasukkan tiap

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan 5.1 Konsep Makro Pada SLB yang akan dirancang, yang merupakan sasaran pengguna utama untuk SLB tersebut adalah anak tunagrahita. Diketahui tunagrahita merupakan difabel dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP LINGKUNGAN SEKITAR DAN DALAM TAPAK 5.1.1. Konsep Ruang Luar Jalan bulungan adalah daerah yang selalu ramai karena adanya area komersil seperti Blok M Plaza, maka dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar yang melatarbelakangi perancangan stasiun tv TPI didasarkan pada empat isu utama, yaitu : Pembagian sirkulasi yang sederhana, jelas, dan efisien

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA

PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA PENERAPAN MIXED USE PADA PERANCANGAN PUSAT BISNIS INDUSTRI KREATIF DI SURAKARTA Neni Nurul Rosalina 1, Hari Yuliarso 2, Amin Sumadyo 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

BAGIAN 1 PENDAHULUAN BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. EVALUASI BANGUNAN Yaitu, penelitian yang lebih formal berdasarkan lapangan penyelidikan analitis. Evaluasi bangunan bertujuan untuk mengatasi ketepatgunaan, kemanfaatan, perubahan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 4.1. Konsep perancangan utama Konsep perancangan dari extreme sport center ini adalah memadukan beberapa fungsi aktivitas kedalam satu bangunan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Makro Youth Business Park sebagai Pusat bisnis Industri Kreatif di Yogyakarta Youth Business Park sebagai alternatif tipologi area komersil yang baru, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Umum Perancangan Gambar 4. 1 Diagram Ilustrasi Konsep Umum Perancangan Berawal dari komunitas bernama generasi 90-an, muncul sebuah buku ilustrasi populer yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BENGKEL MOTOR KLASIK DAN KAFE OLD DOG DI KOTA YOGYAKARTA

BENGKEL MOTOR KLASIK DAN KAFE OLD DOG DI KOTA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BENGKEL MOTOR KLASIK DAN KAFE OLD DOG DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema BAB 3 TINJAUAN TEMA 3.1 LATAR BELAKANG TEMA Tema yang diangkat untuk mendukung pasar modern ini adalah Ruang dan Sirkulasi adapun latar belakang tema ini didasari oleh unsur dari ruang dan sirkulasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk BAB III METODE PERANCANGAN Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk dijadikan metode serta acuan dasar perancangan arsitektur, baik secara umum maupun khusus terkait dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Khusus Bedah merupakan sebuah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

Lebih terperinci

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dilakukan oleh orang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Pengertian Ruang Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DESAIN PREMIS Seiring berkembangnya kawasan wisata Baturaden mengharuskan kawasan tersebut harus juga meningkatkan kualitas dalam sektor penginapan. Masih minimnya penginapan berbintang seperti hotel resort

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Konsep Perencanaan Dalam menonton sebuah film, sebuah imajinasi dan fantasi perlu untuk dijaga dan tersampaikan sehingga penonton dapat menikmati sebuah film

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki masyarakat yang aktif dalam hal bersosialisasi dan berkreasi. Aktif bersosialisasi dapat dilihat dari banyaknya jumlah

Lebih terperinci

PERENCANAAN BLOK PLAN

PERENCANAAN BLOK PLAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MASTER PLAN SARANA DAN PERASARANA BAGIAN A PERENCANAAN BLOK PLAN 2015-2020 A-1 BAB I TINJAUAN UMUM KONTEKSTUALITAS PERENCANAAN 1.1. Tinjauan Konteks Tipologi Kawasan Unsrat di

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 38 BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar perancangan kampus sekolah seni rupa dan desain Indonesia yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Telkom. 5.1 Konsep Rencana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci