BAB IV ANALISIS. berbagai cabang. yang. lakukan di. banyak di. karena di hitung. tes kesehatan. Jenis Kegiatan Atlett 10%

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS. berbagai cabang. yang. lakukan di. banyak di. karena di hitung. tes kesehatan. Jenis Kegiatan Atlett 10%"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS IV. Aspek Manusia IV.. Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik Pelaku kegiatan dalam wisma atlet Senayan di fokuskan pada atlett dari berbagai cabang olahraga. Karena posisi wisma atlet Senayan berada pada lingkup Gelora Bung Karno Senayan, maka atlet yang menginap adalah atlet yang sedang berlatih di kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Selain atlet sebagai pelaku utama, akan ada juga pengelola wisma, pengunjung lain, pelatih dan official pendukung atlet. Jenis kegiatan yang utama di lakukan oleh atlet adalah latihan fisik sesuai cabang olahragaa masing-masing. Latihan fisik lebih banyak di lakukan di luar area wisma atlet, dalam kasus ini di kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Berdasarkan hasil survey lapangan terhadap wisma atlet Ragunan, maka di dapatkan data seperti berikut: Gambar IV... Jenis Kegiatan Atlet Jenis Kegiatan Atlett 2% 8% 0% 6% 0% 23% 3% latihan fisik ringan latihan fisik utama istirahat briefing latihan tes kesehatan makan ain-lain Sesuai dengan data tersebut, kegiatan terpenting atlet adalah latihan fisik utama sebanyak 23% dan masih ditambah 0% untuk latihan fisik ringan berupa pemanasan atau pendinginan badan. Angka 3% untuk istirahat lebih banyak karena di hitung jam tidur dan istirahat setelah latihan. Sedangkan kegiatan penunjang latihan adalah briefing dan tes kesehatan. Kegiatan lain-lain berupa 47

2 kegiatan di luar latihan yang bersifat pribadi atlet atau kegiatan penting lainnya seperti meeting. IV..2 Analisis Perilaku Berdasarkan Perilaku Atlet Individu dan Kelompok Karakteristik atlet lebih di fokuskan pada atlet yang bertanding secara individu dan kelompok. Setelah melakukan pengamatan terhadap perilaku atlet diketahui perbedaan karakteristik atlet-atlet dalam pemanfaatan ruang dalam dan ruang luar dari wisma atlet untuk kegiatan mereka. Untuk analisis perilaku atlet, penyusun melakukan pengamatan di wisma atlet Ragunan, Jakarta Selatan. Penyusun mengambil sampel atlet dari olahraga individu dan kelompok yang sebelumnya telah di kelompokkan sesuai dengan kemiripan dari segi strategi, bidang gerak ataupun alat, yaitu: Olahraga kelompok Permainan bola besar (sepakbola,voli,basket) Permainan bola kecil (baseball,softball,hoki) Olahraga individu Permainan dengan kemiripan alat & gerak (bulutangkis,tenis) Permainan dengan strategi bergerak secara konstan (senam,renang) Permainan dengan strategi mirip,fokus bidang & tingkat konsentrasi tinggi (panahan,menembak,anggar) Permainan dengan bidang gerak otot (gulat,angkat besi) Permainan dengan lingkup gerak mirip (karate,taekwondo,pencak silat) Atletik Tinju Tenis meja Penyusun mengambil 35 sampel atlet dari keseluruhan total 98 atlet yang ada di wisma atlet Ragunan untuk kemudahan wawancara dan pengamatan, yaitu: Olahraga kelompok: Sepak bola (5 atlet) 48

3 Bola voli (7 atlet) Bola basket (4 atlet) Olahraga individu: Bulutangkis (3 atlet) Renang (4 atlet) Gulat (3 atlet) Taekwondo (5 atlet) Atletik (4 atlet) IV..2. Kepuasan, Kesesakan Dan Privacy Yang Dirasakan Atlet Penyusun melakukan wawancara terhadap kepuasan dan kesesakan ruang-ruang yang ada serta kebutuhan akan sebuah privacy pada atlet. Kepuasan dan kesesakan kamar nantinya dapat menjadi pertimbangan tentang sebuah unit kamar yang tidak sesak bagi atlet. Kemudian privacy dapat menjadi sumber informasi apakah atlet butuh suatu tempat yang menjaga privacy atau tidak. Ukuran kamar yang berada di wisma atlet Ragunan berukuran 3,5 m x 4 m (tidak termasuk kamar mandi) yang di huni oleh maksimal 4 atlet. Dalam kamar di isi dengan 2 kasur, lemari dan meja kecil. Di bawah ini adalah sketsa dari kamar tersebut: Gambar IV..2.. Sketsa kamar wisma atlet Ragunan 49

4 Setelah melakukan pengamatan padaa kamar atlet, hal berikutnya yang di lakukan adalah wawancara terhadap atlet individu dan kelompok. Pengambilan sampel atlet di ambil secara acak. Di bawah ini adalah diagram yang menggambarkan hasil wawancara serta pengamatan untuk mengetahui kepuasaan dan kesesakan kamar di wisma atlet Ragunan: Gambar IV Kepuasan dan kesesakan terhadap kamar Atlet Individu Kepuasan Terhadap Kamar Atlet Individu Kesesakan Terhadap Kamar 6% 84% Puas Sangat puas 23% 6% 7% Sesak Tidak sesak Sangat tidak sesak Atlett Kelompok Kepuasan Terhadap Kamar Atlet Kelompok Kesesakan Terhadap Kamar 40% Puas 20% Tidak sesak 60% Sangat puas 80% Sangat tidak sesak Dari keterangan di atas, dapat terlihatt bahwa hampir seluruh atlet olahraga individu dan kelompok, menjawab merasa puas dengan kamar wisma mereka. Namun ada sedikit perbedaan untuk hasil kesesakan kamar pada atlet olahraga individu dan kelompok, atlet individu menjawab tidak sesak kemudian atlet kelompok menjawab sangat tidak sesak. Kecenderunga an ini dapat terjadi karena atlet individu hampir selalu menghabiskann waktu di kamar. Ruang makan dan ruang kumpul (ruang tv) juga tidak di anggap sesak. Luasan ruang makan memang di desain besar untuk menampung aktivitas makan dalam satu tempat dengan banyak atlet. Sedangkan ruang kumpul juga di desain luas, namun ruang tersebut jarang dipakai atlet karena atlet lebih memilih menghabiskan waktu di kamar. Salah satu penyebabb ruang kumpul jarang terpakai adalah peletakkan televisi yang terlalu tinggi. 50

5 Gambar IV Ruang dalam wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV Kebutuhan privacy atlet Atlett Individu Kebutuhan privacy Atlet Individu Ruang privacy Butuh 5% 27% 6% 67% Tidak butuh Sangat butuh 95% Kamar Ruang kumpul Atlet Kelompok Kebutuhan privacy Atlet Kelompok Ruang privacy Butuh 7% 4% 79% Tidak butuh Sangat butuh 9% 8% Kamar Ruang kumpul Untuk kebutuhan privacy, hampir semua atlet juga menjawab membutuhkan ruang untuk privacy mereka dan hal tersebut di butuhkan pada kamar. Kamar menjadi satu-satunya tempat untuk atlet melepas penat setelah latihan. IV..2.2 Perilaku Atlet Dalam Penggunaan Ruang di Wisma Atlet Ragunan Penyusun melakukan pengamatan terhadap perilaku harian atlet olahraga individu dan kelompok. Pengamatan berdasarkan aktivitas atlet memanfaatkan ruang dalam dan luar. Selain itu pengamatan juga melihat 5

6 kedekatan atlet dengan sesama atlet cabang olahraga ataupun berbeda cabang olahraga baik olahraga individu maupun kelompok. Kondisi wisma atlet Ragunan hampir selalu sepi karena aktivitas atlet lebih banyak di luar wisma seperti latihan. Aktifitas sedikit terlihat ketika menjelang sore ataupun malam. Namun demikian, hanya beberapa cabang olahraga yang terlihat berada di luar kamar ataupun wisma. Gambar IV Foto tampak depan wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV Foto taman kanan wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Gambar IV Foto taman kiri wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 2 Maret 20 Foto-foto diatas adalah panorama wisma atlet yang penyusun amati ketika siang, sore dan malam hari. Pada siang hari dapat terlihat bahwa kondisi wisma atlet memang terlihat sepi, namun ketika beranjak sore dan malam hari, ada beberapa aktivitas atlet yang terlihat berada di luar. Memang tidak terlihat terlalu ramai karena aktivitas atlet lebih banyak berada di kamar. Di malam hari pun, hanya atlet pria yang terlihat berada di luar. 52

7 Untuk lebih mudah di pahami, penjelasan pada foto di sederhanakan lewat sketsa secara keseluruhan. Di bawah ini adalah sketsa pengamatan perilaku yang di lihat dari tempat (setting): Gambar IV Peta pengamatan tempat Pemetaan Berdasarkan Tempat Sore Hari Bola basket Sepak Bola Pemetaan Berdasarkan Tempat Malam Hari Bola voli Sepak Bola Dari sketsa tersebut, dapat terbaca jika atlet olahraga kelompok lebih aktif memanfaatkan ruang luar seperti berkumpul daripada atlet individu. Space yang di gunakan seperti taman dan ruang kumpul. Terdapat dua taman kecil yang ada wisma tersebut dengan bentuk lingkaran. Atlet kelompok yang melakukan aktivitas di luar kamar seperti sepak bola, bola voli dan bola basket. Aktivitas yang mereka lakukan seperti berbincang-bincang atau sharing. Hal ini di sebabkan atlet kelompok lebih banyak bekerja bersama-sama sehingga kedekatan hampir mencakup teman satu kelompok. 53

8 Gambar IV Peta perilaku Pemetaan Keseluruhan Berdasarkan Perilaku Individu Kelompok Berdasarkan sketsa perilaku tersebut, dapat di lihat jika pergerakan atlet olahraga kelompok lebih beragam daripada atlet olahraga individu. Atlet olahraga individu lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar. Aktivitas yang mereka lakukan seperti berbincang antar teman dan istirahat. Ketika selesai latihan, atlet individu langsung masuk ke kamar masing-masing. Hal tersebut karena atlet individu lebih sering bekerja sendiri-sendiri dari segi latihan ataupun pertandingan. Selain itu dari segi kedekatan antar atlet pun, atlet individu lebih dekat dengan teman satu kamar. Sehingga orientasi aktivitas penggunaan ruang mereka sebagian besar berada di kamar. Sedangkan atlet olahraga kelompok, setelah latihan selesai tidak semua atlet langsung masuk ke kamar namun berkumpul atau sekedar bersantai di depan wisma. Berikut adalah analisis kedekatan atlet berdasarkan teori jarak utama dari Edward Hall (966) terhadap penggunaan ruang untuk aktivitas komunikasi atau interaksi dengan sesamanya: Individu : o Kamar : Jarak personal (tingkat dekat jarak ini ±75 cm). Untuk posisi kasur diubah berdekatan (hampir menyatu antar kasur) karena terbiasa saling sharing. 54

9 Gambar IV Kondisi kamar atlet renang Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 o Lingkungan luar : hampir tidak ada karena seluruh kegiatan ada di kamar Kelompok : o Kamar : Jarak personal (tingkat jauh jarak ini ± 20 cm). Rata2 kedekatan antar kasur biasa saja (mengikuti posisi kasur sejak awal) Gambar IV Kondisi kamar atlet voli Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 o Lingkungan luar : bervariasi. Untuk atlet wanita cenderung jarak personal (tingkat dekat jarak ini antara cm) karena sering saling sharing. Untuk atlet pria jarak personal (tingkat dekat jarak ini antara cm) & jarak personal dengan tingkat jauh jarak ini berada antara cm (tapi jarak tidak lebih dari cm) Pada area taman atau lingkungan luar yang di jadikan tempat berkumpul atau hanya sekedar duduk-duduk, terdapat dua taman berbentuk lingkaran dan di lengkapi tempat duduk di sisi luar lingkaran. Gambar IV Taman kanan dan kiri wisma atlet Ragunan Sumber : Dokumen Pribadi, 22 Maret 20 55

10 Gambar IV Analisis pola duduk Sumber : Dokumen Pribadi Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa atlet yang duduk di tempat duduk di sisi luar lingkaran tersebut, jumlah nya lebih sedikit di banding atlet yang duduk di sisi dalam lingkaran. Hal tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hal ruang personal. Seharusnya tempat duduk di desain menghadap sisi dalam lingkaran karena dapat mempengaruhi orientasi manusia. Ketika seseorang duduk di sisi luar lingkaran, maka orientasi pandangan menjadi melebar yang berarti membuat seseorang menjadi tidak fokus dan membuat jarak antar personal menjadi jauh; terlebih jika jumlah orangnya banyak. Namun saat duduk pada sisi dalam lingkaran, orientasi menjadi sempit dan dapat berpengaruh terhadap ruang personal karena posisi antar personal menjadi lebih dekat; membuat lebih akrab. Pola ruang duduk tersebut nantinya dapat menjadi salah satu refrensi dalam pengaturan layout ruang kumpul. IV..2.3 Analisis Kegiatan Pengguna wisma atlet: o Atlet o Pengelola wisma o Pengunjung lain (media) o Pelatih 56

11 Kegiatan pengguna: Atlet Gambar IV Skema Kegiatan Atlet Istirahat Pemanasan Sarapan Briefing Tes kesehatan Makan siang Latihan fisik Makan malam Istirahat Tidur Pengelola Pengelola bekerja melayani kebutuhan penghuni wisma dari maintenance sampai aktivitas umum lainnya. Pengelola juga terbagi menjadi kepala pimpinan dan staf pelayanan. Kegiatan pengelola secara umum yaitu: Kegiatan administrasi (keuangan, biaya operasional dan sebagainya) Melayani kegiatan operasional (maintenance, keluar masuk barang dan sebagainya) Kegiatan service (pengaturan makan dan kebutuhan lainnya) Kegiatan lainnya (pengaturan pers, layanan kesehatan dan sebagainya) 57

12 Gambar IV Skema aktifitas pengelola Masuk Makan Buang hajat Kerja Keluar Administrasi Operasional Service Receptionist Pengunjung Pengunjung dapat berupa pengunjung keluarga atau pengunjung pers. Untuk menjaga privacy atlet, pengunjung umum seperti masyarakat tidak di perbolehkan. Kegiatan pengunjung keluarga seperti bertemu atlet, makan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan pengunjung pers atau wartawan berupa konferensi pers dan wawancara. Gambar IV Skema aktifitas pengunjung Masuk Lapor tamu Makan Buang hajat Menunggu Keluar Bertemu atlet Wawancara /liputan (pers) Pelatih Pelatih termasuk salah satu pelaku penting karena pelatih tidak dapat di pisahkan dari atlet. Hubungan atlet dan pelatih seperti sebuah hubungan ketergantungan dimana masing-masing saling membutuhi. Kegiatan atlet hampir seluruhnya di tentukan oleh pelatih sehingga kegiatan pelatih tidak jauh berbeda dengan atlet. 58

13 Gambar IV Skema aktifitas pelatih Istirahat Pemanasan Sarapan Briefing Makan siang Latihan fisik Makan malam Istirahat Tidur IV.2 Aspek Lingkungan IV.2. Analisis Tapak Berikut adalah data tapak berdasarkan RUTRK Jakarta: Lokasi Tapak : Jl. Pintu Senayan, Jakarta Pusat Luas Lahan : 0.89,8 m 2 KDB : 20 % Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 20% x 0.89,8 = m 2 KLB : 2,5 Luas total bangunan yang boleh dibangun : 2,5 x 0.89,8 = ,95 m 2 Ketinggian Maksimum : 24 59

14 Batas Tapak Gambar IV.2.. Foto bangunan sekitar tapak Jalan Pintu Senayan Gedung Koni Pusat Hotel Atlet Century U Jalan Manila Sumber: Google Image Search Jalan Pintu Senayan adalah jalan utama di depan atau di utara wisma atlet Senayan. Jalan ini juga berada di depan pintu masuk Senayan menuju Gelora Bung Karno. Di batas samping kanan atau timur, terdapat Hotel Atlet Century dengan tinggi ± 68 m dan di batasi dengan dinding pembatas. Di samping kiri atau barat, gedung KONI pusat langsung berbatasan dengan wisma atlet Senayan. Tidak ada dinding pembatas, hanya ada pagar kecil sebagai pemisah gedung. Sedangkan di batas belakang atau selatan, terdapat jalan kecil yang dapat di lewati 2 mobil. Di depan jalan tersebut juga terdapat wisma serbaguna. Secara arsitektural bangunan yang beradaa di lingkungan sekitar tidak berpengaruh banyak terhadap tapak. 60

15 IV.2.2 Analisis Matahari dan Angin Tabel IV.2.2. Analisa matahari dan angin Data Analisaa Matahari sore Matahari pagi 2. U U. Tanggapan 2 A n a l i s i s Matahari terbit dari arah timur sekitar pukul WIB dan mulai terlihat cerah pada pukul WIB. Sedangkan matahari terbenam ke arah barat pada pukul 8.5 WIB. Di sisi kanan atau timur wisma, arah matahari pagi datang dan bergerak ke arah kiri atau barat wisma. Untuk matahari sore, suasana terik akan lebih terasa daripada matahari pagi. Arah matahari pada tapak dapat mempengaruhi perletakan massa bangunan dan ruang private, dalam hal ini adalah kamar. Untuk pengaturan ruang, diusahakan kamar atau ruang yang membutuhkan kenyamanan lebih, tidak menghadap ke arah matahari langsung. 6

16 Pergerakkan angin yang umumm bergerak dari arah selatan ke utara. Besarnya angin dapat di rasakan padaa daerah belakang wisma yaitu di area parkir dan di dekat gedung KONI Pusat. Hal ini dapat di sebabkan angin yang datang dari arah selatan terkumpul di area parkir karena terhalang oleh bangunan wisma atlet. IV.2.3 Analisis Kebisingan Tabel IV.2.3. Analisa kebisingan Data Analisaa Jalan besar Jalan besar Jalan kecil G a m b a r Bising Tidak begitu bising Dari arah jalan utama ada kebisingan besar. Dari arah jalan besar yang ada disamping, tidak terlalu bising karena jarak jauh dari tapak. Dari arah belakang di jalan kecil hampir tidak ada kebisingan. Tanggapan I V

17 Dalam peletakkan ruangan yang membutuhkan privacy, diletakkan lebih ke dalam dan jika dekat dengan arah kebisingan, diusahakan layout diatur agar mengurangi kebisingan yang di dapat. IV.2.4 View Dari dan Ke Dalam Tapak Gambar IV Foto view dari dan ke dalam tapak U Potensi view dapat bermanfaat pada arah orientasi atau perletakkan massa bangunann nantinya. View terbaik dari dan ke tapak adalah view yang memiliki pemandangan lebih baik dan bagus tanpa terhalangi oleh sesuatu apapun. Berikut adalah analisis potensi view: Gambar IV Gambar view positif dan negatif tapak Gedung KONI - +Gelora Bung Karno Jalan utama Hotel Atlet Century Wisma Gelora 63

18 View terbaik adalah mengarah ke jalan besar di mana dapat terlihat oleh lebih banyak orang, menghadap ke arah Gelora Bung Karno dan tidak ada penghalang gedung tinggi di depan wisma atlet. View terbaik dari dan ke tapak dapat berfungsi agar pengguna bangunan dapat melihat bangunan secara jelas tanpaa terhalang oleh suatu apapun. IV.2.5 Analisis Zoning Analisis zoning dapat di bentuk dari analisis matahari, angin dan kebisingan. Analisis matahari di dapat untuk menghindari arah timur dan barat padaa hunian private, analisis angin di peroleh untuk mengalirkan serta menghindarkan angin yang terlalu besar kemudian terakhir analisis kebisingan di gunakan untuk melindungi daerah utama seperti private dari intesitas kebisingan yang tinggi. Tabel IV.2.5. Analisis Zoning Matahari Angin Kebisingan sr pr sp sr pr pb sp sr pb sr: service pb: publik pr sp pr: privat sp: semi publik Pada perkembangannya, area service di buat lebih ke belakang agar tetap mendapat aliran angin karena area service berada pada daerah yang lebih panas; arah barat matahari. Area private di letakkan lebih ke dalam untuk menjagaa dari 64

19 kebisingan utama. Sedangkann area publik tetap berada di depan karena area ini tidak memerlukan perlindungan privacy dan kebisingan. IV.2.6 Pintu Masuk Pola masuk dan sirkulasi yang baik haruslah dapat melayani pengguna jalan seperti jalur pedestrian, jalur kendaraan dan jalur service. Jalur service sengaja di buat terpisah untuk memberi kemudahan dalam proses sirkulasi kendaraan antaraa kendaraan lain dengan kendaraan khusus service seperti truk. Tabel IV.2.6. Analisis pintu masuk Zoning View sr pb pr sp Manusia Kendaraan pribadi Kendaraan servicee Pola masuk di buat memiliki 3 jalur masuk yaitu area depan untuk kendaraan pribadi dan manusia serta area belakang khusus untuk service. Area service sengaja di letakkan di belakang karena mendekati zoning service yang ada dan agar tidak terlihat dari view depan. Kemudahan dan kejelasan pintu 65

20 masuk nantinya akan di perhatikan agar tidak memberi kesulitan ketika masuk ke wisma atlet. akan Tabel IV Analisis sirkulasi Pintu masuk Sirkulasi dalam tapak Manusia Kendaraan pribadi Kendaraan service Manusia Kendaraann pribadi Kendaraann service Sirkulasi di buat mengikuti pola masuk yang telah ada. Kendaraan pribadi masuk dari depan dan keluar di area depan pula. Hal ini bertujuan agar memudahkan kendaraan pribadi menuju jalan utama. Kemudian sirkulasi manusia dapat masuk dari depan dapat keluar di bagian belakang. Meskipun sirkulasi manusia lebih fleksibel, namun harus tetap ada kejelasan pada pedestrian. Sirkulasi service masuk dan keluar di area belakang. Perbedaan antar sirkulasi dapat memudahkan semua pengunjungg karena terjadi kejelasan sirkulasi pada tapak. IV.3 Aspek Bangunan IV.3. Analisis Kebutuhan Ruang Setelah melakukan penelitian lapangan atau studi lapangan, studi literatur dan analisis kegiatan pelaku, maka akan di dapatkan kebutuhan ruang yang nantinya akan mengisi wisma atlet Senayan. Jenis kebutuhan ruang berdasarkan dari kegiatan-kegiatan pelaku di wisma baik berupa kegiatan utama, kegiatan penunjang ataupun kegiatan service. 66

21 Ruang mempunyai sifat atau hirarki ruang tersendiri, yaitu: Privat : Ruang atau ranah ekslusif bagi penghuni dan harus memiliki izin untuk bisa memasukinya. Semi privat : Ruang sebelum ruang privat dan terkontrol oleh penghuni. Akan ada sanksi jika memasuki tanpa izin. Publik : Ranah yang terbuka untuk akses umum dan orang asing boleh memasukinya. Semi publik : Setiap orang dapat berada di ranah semi publik namun bagi lingkungan di sekitar akan tetap terlihat tidak nyaman jika ada orangh yang memasukinya. Pada wisma atlet ini, privacy lebih di butuhkan karena wisma atlet ini hanya di peruntukkan untuk atlet. Dimana hal ini penting untuk menjaga tingkat kenyamanan penghuni terutama atlet. Tabel IV.3.. Tabel Tingkat Kebutuhan Privacy Tingkat kebutuhan privacy Nama ruang Butuh Medium Tidak Butuh Kebutuhan ruang utama: Kamar v - - Kebutuhan ruang penunjang: Lobby - - v Restoran - v - Ruang briefing - v - Ruang serbaguna - v - Poliklinik (test fisik dan psikologis) - v - Kantor pengelola - v - Ruang media / pers - v - Fasilitas olahraga (lapangan, - - v squash) Open space v - - Fitness center - v - Mini market - - v 67

22 ATM center - - v Musholla - - v Kebutuhan ruang sevice: Loading dock dan gudang v - - Ruang utilitas, ME v - - Parkir - - v Tabel IV.3..2 Kebutuhan Ruang Wisma Atlet Ruang Aktivitas Utama Syarat Sifat Kamar Berbincang-bincang, Bersih, tidak lembab, Private Toilet santai, tidur pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising R. kumpul (atlet kelompok) Berbincang-bincang, santai Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik Semi Private Lobby Penerimaan tamu, Bersih, tidak lembab, Publik Toilet jalur keluar masuk tidak licin, pencahayaan Receptionist penghuni dan penghawaan baik, Ruang tunggu berkesan luas, sirkulasi ruang gerak luas Hall of fame Pemajangan foto- Bersih, tidak lembab, Publik foto ajang olahraga tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Restoran Makan, minum, Bersih, tidak lembab, Semi Ruang makan berbincang-bincang tidak licin, pencahayaan Private Ruang penyajian dan penghawaan baik, Dapur menampung atlet dalam Ruang cuci jumlah banyak Gudang Kering Basah 68

23 Alat Ruang pengelola Ruang meeting Meeting area Meeting, briefing Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising Ruang serbaguna Konferensi pers, dll Bersih, tidak lembab, Hall pencahayaan dan Ruang ganti penghawaan baik, tidak Ruang kontrol bising Gudang alat Ruang kostum Ruang tunggu VIP Poliklinik Test kesehatan, Bersih, tidak lembab, Receptionist pengobatan, tidak licin, pencahayaan Ruang tunggu konsultasi kesehatan dan penghawaan baik, Ruang psikologi tidak bising Ruang rawat Ruang massage Ruang diagnosa Apotek Kantor pengelola Urus administrasi, Bersih, tidak lembab, Pantry urus operasional pencahayaan dan Ruang meeting penghawaan baik, tidak bising Ruang media Jumpa pers Bersih, tidak lembab, pencahayaan dan penghawaan baik, tidak bising dan tidak licin Fasilitas olahraga Olahraga Bersih, tidak licin, (lapangan, squash) pencahayaan baik Semi Private Semi Private Semi Private Semi Private Semi Private Semi Publik Open space Relaksasi, Bersih, pencahayaan dan Semi berkumpul, pengudaraan baik Private berbincang 69

24 Fitness center Olahraga dalam Bersih, tidak lembab, ruangan tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Mini market Belanja Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik ATM center Transaksi uang Bersih, tidak licin, pencahayaan baik Coffee shop Makan, berbincang Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Musholla Solat Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan dan penghawaan baik Loading dock dan Drop off dan simpan Bersih, tidak lembab, gudang barang pencahayaan baik Ruang utilitas, ME Kontrol alat Bersih, tidak lembab, tidak licin, pencahayaan baik, terlindung Parkir Parkir mobil, sepeda Tidak licin, sirkulasi motor, bus ruang kendaraan baik Semi Private Publik Publik Publik Publik Private Private Publik IV.3.2 Analisis Kebutuhan Ruang Terkait Topik / Tema IV.3.2. Perbandingan Kamar Atlet Pria dan Atlet Wanita Adanya pemisahan zona kamar atlet pria dan atlet wanita, berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan penulis terhadap wisma atlet Ragunan dan sesuai dengan permintaan pihak Gelora Bung Karno. Jumlah kamar atlet pria dan atlet wanita berbeda karena lebih banyak jumlah atlet pria daripada atlet wanita dengan perbandingan sebesar ±60% untuk atlet pria dan ±40% untuk atlet wanita (Sumber : Daftar Nama Atlet Peserta Seleksi Nasional, 200). Perhitungan jumlah kamar: Atlet pria = 60% x 200 (jumlah minimal kamar) = 20 kamar Atlet wanita = 40% x 200 (jumlah minimal kamar) = 80 kamar 70

25 IV Perbandingan Kamar Individu dan Kelompok Perbandingan jumlah kamar individu dan kelompok dipengaruhi dari jumlah perbandingan olahraga individu dan kelompok yaitu 5 : 7 yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu, jumlah kamar individu dan kelompok juga tetap di bedakan dalam pemisahan kamar atlet pria dan wanita. Jumlah kamar setelah perhitungan: Individu Atlet pria = 82 (jumlah minimal kamar) Atlet wanita = 55 (jumlah minimal kamar) Kelompok Atlet pria = 38 (jumlah minimal kamar) Atlet wanita = 25 (jumlah minimal kamar) IV Layout Kamar Individu dan Kelompok Pola kamar individu dan kelompok tidak sama karena di sesuaikan dengan pengamatan jarak intimasi pada atlet individu dan kelompok yang di lakukan di dalam kamar. Pola kamar individu Gambar IV Layout Kamar Individu Pola kamar kelompok Gambar IV Layout Kamar Kelompok 7

26 IV Pola Ruang Individu dan Kelompok Pola ruang antara atlet individu dan kelompok di buat berbeda sesuai dengan penelitian yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Ruang individu Gambar IV Pola Ruang Individu Kamar Area kumpul Pola diatas terjadi karena keseharian atlet individu yang lebih sering melakukan aktivitas di dalam kamar, untuk itu area kumpul hanya ada di kamar masing-masing. Ruang kelompok Gambar IV Pola Ruang Kelompok Kamar Area kumpul Area terbuka Pola diatas tercermin dari keseharian atlet kelompok yang memiliki kegiatan lebih dinamis daripada atlet individu. Atlet kelompok lebih memanfaatkan area berkumpul dan ruang terbuka, sehingga pengaturan ruang dibuat untuk menampung kegiatan tersebut. IV Pola Meja Makan Selain pengaturan pada pola ruang untuk area kamar tidur atlet, ruangan yang juga perlu di tata menyesuaikan atlet individu dan kelompok adalah ruang makan. Pada ruang makan, di fasilitasi dengan penataan layout meja makan yang di sesuaikan dengan kebutuhan atlet individu dan kelompok. 72

27 Gambar IV Pola Meja Makan Atlet Individu Penataan pola layout meja makan atlet individu terjadi seperti gambar di atas karena melihat perilaku individu yang lebih akrab (intimasi lebih dekat) satu sama lain. Dengan pola berkeliling membuat psikologis antar atlet semakin akrab. Gambar IV Pola Meja Makan Atlet Kelompok Pola layout meja makan untuk atlet kelompok dengan meja panjang dan posisi duduk saling berhadapan dapat memfasilitasi atlet kelompok yang juga memiliki intimasi dekat. IV.3.3 Analisis Luasan Ruang Kamar atlet individu Ruang Standart (m 2 ) Pria Wanita Toilet Tabel IV.3.3. Analisis Luasan Ruang 2 m 2,5 m 2 /orang Kapasitas (Orang) Kamar atlet 2 kelompok 2 m Luasan (m 2 ) 20 8 Jumlah 64 unit 92 unit 42 unit 28 unit Total Luasan (m 2 )

28 Pria 504 Wanita,5 m 2 /orang Toilet R. kumpul kelompok Kamar pelatih pria m Kamar pelatih m wanita Lobby Toilet Receptionist R. tunggu,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang,5 m 2 /orang Hall of fame,5 m 2 /orang Restoran Ruang makan Ruang penyajian Dapur Ruang cuci Gudang Kering Basah Ruang pengelola,2 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 5 m 2 /orang 2 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4,5 m 2 /orang Ruang briefing 05 Briefing area,2 m 2 /orang Ruang serbaguna Hall Ruang ganti Wanita Pria Ruang kontrol Gudang alat Ruang kostum -,2 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang

29 Ruang VIP tunggu,5 m 2 /orang Poliklinik 98 Ruang tunggu,2 m 2 /orang Ruang psikologi 3,5 m 2 /orang Ruang rawat 3,5 m 2 /orang Ruang massage Ruang periksa Apotek Ruang alat 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang 3,5 m 2 /orang,2 m 2 /orang Kantor pengelola 57,6 Office 4 m 2 /orang Pantry 2 m 2 /orang Meeting,2 m 2 /orang lounge,2 m 2 /orang 8 9,6 9,6 Kantor cabor 4 m 2 /orang Ruang media,2 m 2 /orang Fitness Center Area gym Ruang ganti Ruang spa Gudang alat Pengelola 3,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang,5 m 2 /orang 4 m 2 /orang 4 m 2 /orang Squash 5 m 2 /orang Open space,5 m 2 /orang Mini market 3,5 m 2 /orang ATM center,5 m 2 /orang Coffee shop Ruang makan,2 m 2 /orang 5 m 2 /orang

30 Dapur 2 m 2 /orang Mini bar Musholla,5 m 2 /orang 5 22,5 22,5 Loading dock 4 m 2 /orang R. utilitas (ME) 22,5 m 2 /orang Parkir (rasio :6) Mobil Motor Bus 2,5m 2 /mobil 2 m 2 /motor 4,8m 2 /mobil ,5 02 4,4 Total Luasan Ruang 8663 m 2 Sirkulasi 20 % = 732 m m 2 Rencana Perhitungan KDB dan KLB Untuk rencana perhitungan KDB, hanya lantai dasar yang masuk dalam perhitungan sedangkan KLB adalah perhitungan seluruh bangunan dari lantai dasar sampai lantai teratas. Di bawah ini adalah perencanaan KDB dan KLB yang telah di sesuaikan dengan pemakaian ruang (namun perhitungan dapat berubah karena belum termasuk area service seperti lift, tangga darurat, teras dll) yaitu: Tabel IV Rencana Perhitungan KDB Rencana Ruang Luasan Lobby 73 Hall of fame 30 Mini market 70 ATM center 24 Coffee shop 38 R. utilitas (ME) 90 Loading dock 8 Lapangan basket 28 m x 5 m (di hitung setengah karena / 2 outdoor) 76

31 Total 543 Sirkulasi 20 % = 08 m 2 65 Rencana Perhitungan Jumlah Lantai (KLB) Tabel IV Rencana Perhitungan Jumlah Lantai Rencana Lantai Luasan Lantai 543 Lobby 73 Hall of fame 30 Mini market 70 ATM center 24 Coffee shop 38 R. utilitas (ME) 90 Loading dock 8 Lantai 2 605, Kantor pengelola 57,6 Kantor cabor 420 Musholla 22,5 Ruang briefing 05 Lantai 3 89 Ruang serbaguna 349 Restoran 40 Ruang media 60 Lantai Fitness center 234 Poliklinik 98 Lantai 5 (utilitas) 652 Lantai 6, 7, 0,, 2 652x 5 = 3260 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Kamar kelompok (4 unit x 8m)

32 Ruang kumpul kelompok 80 (4 unit x 20) Lantai 8, x 2 = 720 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Open space (2 unit x 20m) 40 Lantai 9, x 2 = 280 Kamar individu (6 unit x 20m) 320 Kamar pelatih (6 unit x 20m) 320 Lantai Kamar individu (4 unit x 20m) 280 Squash (4 unit x 0m) 40 Lantai 6 60 Kamar pelatih (8 unit x 20m) 60 Lantai 7 (atap) 80 Total 887 Sirkulasi 20 % = 774 m

33 IV.3.4 Analisis Hubungan Ruang Hubungan Ruang Makro Ruang serbaguna Ruang pengelola Entrance Plaza Parkir Briefing room Lobby Kamar Poliklinik Restoran Fitness center Ruang kumpul Hubungan Ruang Mikro o Restoran Kasir Ruang penyajian Entrance Ruang makan Ruang chef Gudang Dapur 79

34 o Ruang Pengelola Lounge Entrance Pantry Office Ruang Meeting o Poliklinik Entrance Ruang racik Apotek Ruang psikologi Ruang tunggu Ruang rawat Ruang pijat Ruang diagnosa Toilet o Ruang Serbaguna Entrance Ruang ganti Ruang kostum Hall Ruang tunggu VIP Gudang Ruang kontrol 80

35 IV.3.5 Jumlah Massa Bangunan dan Pola Koridor Jumlah massa bangunan dan pola koridor dapat berpengaruh terhadap fasad bangunan itu sendiri. Pengaruh tersebut sebelumnya di nilai untuk mengikuti beberapa kriteria-kriteria tertentu. Yang mana ketika nantinya pola massa dan ruang bangunan tersebut belum atau tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka kekurangan yang ada dapat di pecahkan pada tahap perancangan selanjutnya. Sebelum mencari pola massa bangunan, terlebih dahulu akan di klasifiksikan kegiatan-kegiatan yang di lakukan atlet wanita dan pria: Kebutuhan ruang atlet wanita dan pria: Tabel IV.3.5. Kebutuhan Ruang Atlet Wanita dan Pria Kegiatan Nama ruang Istirahat, tidur Kamar tidur Berbincang, berkumpul, relaksasi Open space Tabel IV Jumlah massa bangunan Kriteria Alternatif Alternatif 2 Alternatif 3 Skala penilaian: = cukup baik 2 = baik 3 = sangat baik Pencahayaan & 3 2 penghawaan Estetika 3 2 Efektifitas ruang 2 3 Efektifitas lahan 2 3 Total Jumlah massa bangunan alternatif 3 atau massa bangunan tunggal di pilih karena lebih efektif berdasarkan kesamaan kegiatan-kegiatan yang di lakukan atlet wanita dan pria sehingga tidak perlu ada pemisahan bangunan. 8

36 Pola Koridor Bangunan Kriteria Tabel IV Pola Koridor Bangunan Alternatif Alternatif 2 Skala penilaian: = cukup baik 2 = baik Pencahayaann & penghawaann Efisiensi bangunan Privacy Total Double loaded Single loaded 2 4 Sebenarnya single loaded dan double loaded memilikii kelebihan serta kekurangan masing-masing. Namun dalam hal ini, double loaded lebih baik untuk wisma atlet. Karena dapat menjaga privacy atlet yang ada. Sehingga alternatif 2 lah yang sesuai dengan proyek wisma atlet ini. IV.3.6 Analisis Massa Bangunan Massa bangunan yang akan dibahas akan di fokuskan pada unit hunian terlebih dahulu atau pada bagian tower hunian. Hal tersebut disebabkan karena massa bangunan yang terjadi di pengaruhi oleh penelitian terhadap topik / tema. Fungsi-fungsi ruang secara umum yang telah di jabarkan pada sub bab terdahulu akan di masukkan ke dalam fungsi bangunan. Fungsi hunian akan ditempatkan paling atas untuk memenuhi kebutuhan akan privasi atlet, sedangkan kebutuhan penunjang di kumpulkan pada daerah podium untuk memudahkan akses bagi atlet maupun pengguna lainnya. Untuk kebutuhan service akan terbagi menjadi dua bagian yaitu service untuk pengumpul pipa saluran kotor dari tower ke podium dan service untuk podium itu sendiri. Penggambaran secara skematik sebagai berikut: 82

37 Gambar IV.3.6. Fungsi Bangunan Secara Umum HUNIAN SERVICE PENUNJANG PENUNJANG SERVICE Berdasarkan penelitian yang di lakukan terkait topik / tema, dalam pembentukkan pola ruang akan berdasarkan pada pemisahan antara ruang untuk atlet individu dan kelompok. Berikut adalah skematik pola ruang yang terjadi: Gambar IV Pola Ruang Kelompok Individu core Individu Kelompok Jika di lihat pada gambar di atas, pola ruang yang terjadi membentuk plus (+). Pola ruang tersebut di dapat untuk memberikan efek psikologis bahwa mereka berbeda namun dibuat seolah-olah tidak terlalu berbeda. Hal ini lebih efektif daripada harus dipisahkan secara nyata oleh bangunan yang berbeda. Sedangkan untuk analisa massa bangunan dapat di lihat pada gambar berikut: 83

38 Gambar IV Analisis Massa Bangunan View baik ke dalam tapak (arus kendaraan terbanyak) Pemandangan terbuka (arus kendaraan tidak terlalu banyak) Arah matahari akan sangat berpengaruh juga terhadap orientasi massa Dari gambar dapat di analisa jika matahari sangat berpengaruh terhadap orientasi massa bangunan. Massa bangunan harus diatur sedemikian rupa untuk mengurangi cahaya matahari yang berasal dari arah timur dan barat. Untuk view terbaik di dapat dari analisa arus kendaraan terbanyak yang menuju ke arah tapak, sehingga manusia dapat lebih mudah menangkap massa bangunan. Sedangkan pada bagian arah arus kendaraan yang tidak terlalu ramai, dapat di manfaatkan untuk area terbuka. Sehingga area terbuka dapat melihat suasana GBK tanpa terlalu terganggu dengan keramaian arus kendaraan. Setelah analisa massa bangunan terjabarkan, maka akan di peroleh massa bangunan pada tapak seperti berikut: Gambar IV Massa Bangunan Pada Tapak Arah matahari yang harus dihindari 84

39 Berdasarkan gambar tersebut, dapat terlihat bahwa massa bangunan di peroleh untuk menanggapi analisa tapak dan aspek lainnya. Pada bagian berwarna merah adalah tower dengan bentuk massa bangunan plus (+) yang di berasal dari analisa sebelumnya. Sedangkan untuk bagian warna biru adalah perluasan dari bentuk massa tower di atasnya. Pada arah view utama atau view terbaik, di bentuk massa yang lebih besar yang dapat berfungsi sebagai penarik view. IV.3.7 Sirkulasi Dalam Bangunan Pada dasarnya terdapat 2 jenis sirkulasi dalam bangunan yaitu sirkulasi secara horizontal yaitu sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dalam level dan sirkulasi secara vertikal yaitu sirkulasi yang menghubungkan antar ruang di beberapa level selanjutnya. Sirkulasi Horizontal Sirkulasi horizontal umumnya digunakan pada perencanaan koridor, plaza atau space lainnya yang dapat menghubungkan ruangan satu ke yang lainnya. Sirkulasi horizontal sendiri memiliki beberapa jenis yaitu: o Linear Gambar IV.3.7. Sirkulasi linear Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang secara tidak langsung dapat menunjukkan arah dan keterkaitannya dengan penghubung ruang yang berlanjut. o Radial Gambar IV Sirkulasi radial Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang memiliki sirkulasi linear namun berkembang dan menuju ke banyak arah. 85

40 o Terpusat Gambar IV Sirkulasi terpusat Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang semakin memperjelas kesan sudut karena polanya yang cenderung berbentuk persegi. o Cluster Gambar IV Sirkulasi cluster Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang mempunyai kedekatan hubungan ruang atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. o Grid Gambar IV Sirkulasi grid Sumber: Modul Teori Arsitektur Universitas Gunadarma, 200 Pola sirkulasi yang cenderung rapi dan teratur namun memiliki sirkulasi yang banyak serta bebas. Dari jenis-jenis pola sirkulasi di atas, maka sirkulasi horizontal yang sesuai dengan kondisi tower bangunan wisma dapat di lihat pada skema di bawah ini: Gambar IV Sirkulasi Horizontal Terpusat c Liniear Cluster 86

41 Sedangkan untuk bagian podium, memiliki pola sirkulasi terpusat dan radial. Dimana untuk area terdekat core adalah terpusat dan berkembang menjadi radial dengan pola sirkulasi linear yang menuju banyak arah. Sirkulasi Vertikal Sirkulasi vertikal pada proyek wisma atlet ini memiliki 2 jenis yaitu lift dan tangga. Alasan pemilihan kedua jenis sirkulasi vertikal ini berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu: o Lift Lift di pakai karena jumlah lantai pada bangunan wisma atlet ini direncanakan 6 lantai. Hal ini untuk memudahkan penghuni untuk mencapai ke kamar masing-masing. Dalam proyek ini penghuni adalah atlet yang akitifitasnya lebih banyak di habiskan oleh latihan fisik sehingga kepuasan akan kenyamanan dan kemudahan adalah poin untuk pemakaian lift. Dalam bangunan nantinya akan memiliki inti/core dan lift yang ada hanya akan dapat di akses oleh penghuni unit kamar. Berikut ini adalah pertimbangan letak inti, yaitu: Tabel IV.3.7. Peletakkan lift Kriteria Tipe Inti Tipe Inti 2 Tipe Inti 3 = kurang 2= cukup 3= baik 4= sangat baik Di ujung Di apit sayap bangunan Di tengah Kejelasan pola 2 3 sirkulasi Fleksibilitas ruang Kekakuan struktur Total

42 Tipe letak inti sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan di sesuaikan dengan kondisi bangunan yang ada. Karena tiap-tiap bangunan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Untuk proyek wisma atlet ini, tipe inti 3 di pilih karena dapat sesuai dengan konsep proyek dimana pusat sirkulasi berada di tengah dan fungsi-fungsi ruang ada di sekelilingnya. o Tangga Sirkulasi dengan kebutuhan darurat yang memiliki pintu keluar sebesar 80 cm. Tangga darurat di letakkan dengan jarak maksimal 30 m (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 m (untuk bangunan dengan sprinkler). Gambar IV Tangga kebakaran Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 IV.3.8 Struktur Bangunan Struktur bangunan bagi sebuah bangunan adalah nyawa dari bangunan tersebut, untuk itu struktur haruslah dapat menahan beban horizontal maupun vertikal. Sebelum mengetahui struktur bangunan yang akan di pakai, haruslah mengetahui gambaran massa bangunannya terlebih dahulu. Berikut adalah skema massa bangunan secara umum: Gambar IV.3.8. Massa bangunan 88

43 Upper Structure Tabel IV.3.8. Upper Structure Keterangan Alternatif Alternatif 2 Angin Core inti Core inti Struktur Portal (kolom dan balok) Analisa Bangunan kurang kokoh dan beresiko lendut karena hanya diperkuat core inti Bangunan kokoh dan tidak lendut karena memakai core inti yang di perkuat dengan portal di sekelilingnya Dari 2 alternatif tersebut, maka di pilih alternatif 2 karena memiliki kekokohan yang lebih kuat. Selain core inti dan portal, upper structure juga memakai beberapa struktur tambahan yaitu: Tabel IV Upper Structure Tipe Keterangan Struktur baja Penggunaan dapat di gabungkan dengan struktur bentang lebar dimana konstruksi baja Bentang lebar Bentang lebar dapat di gunakan pada ruangan bebas kolom 89

44 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada bangunan wisma nantinya akan memakai struktur hybrid atau penggabungan antara struktur baja dan bentang lebar. Sub Structure Tabel IV Sub Structure Alternatif Tipe Gambar Keterangan Tiang pancang Pengerjaan lebih cepat dan relatif murah serta mampu menahan beban vertikal dengan baik namun bising dalam proses pemasangan Bored Pile Bisa untuk segala jenis tanah dan kekuatan lebih besar namun lama dalam proses pemasangan Setelah mengetahui penjelasan di atas, untuk sub structure pada wisma nantinya memakai pondasi tiang pancang karena memiliki kelebihan seperti yang telah di jelaskan di atas. Dilatasi Adanya dilatasi karena kebutuhan wisma akan ruang penunjang yang di letakkan di podium. Dilatasi sendiri memisahkan antara struktur tower dengan struktur ruangan yang terpisah dari tower. Gambar IV Contoh dilatasi Gambar IV Dilatasi pada wisma 90

45 IV.3.9 Material Bangunan Tabel IV.3.9. Material bangunan Kebutuhan Material Material Material Keterangan Alternatif Alternatif 2 Alternatif 3 Dinding Bata Merah Bata Hebel Batako Sebagai material Kokoh, kedap Sangat kokoh, Tidak terlalu untuk pembatas suara dan air, pengerjaan kokoh, dedap antar ruang namun cepat, ringan, air dan suara, berdasarkan pengerjaan tahan api, harga pemasangan alternatif tersebut, lama, harga mahal, dan cepat, harga sehingga material relatif rembes air murah, dan yang dpilih adalah terjangkau dan mudah bata merah boros adukan dilubangi Lantai Keramik Marmer Kayu Pada kamar dapat Tahan lama, Berkesan Kesan alami menggunakan perawatan mewah dan dan hangat, kayu yang mudah, mudah ekslusif, tahan warna tidak berfungsi agar didapat dan lama, namun mudah pudar, kamar menjadi harga relative harganya bisa di- lebih nyaman. murah, namun mahal, finishing/ Kemudian menghantarkan pemasangannya coating, harga menggunaan dingin, nat cepat lama dan relatif mahal, marmer untuk kotor, mudah perawatan pengerjaannya lobby dan ruangan menggembung relatif mahal lama, besar dapat dan mudah dan susah perawatan memberikan kesan pecah susah dan tidak mewah. tahan air Keramik dapat di pakai pada ruang penunjang seperti dapur dan wc. Kusen Kayu Alumunium PVC Kayu dipakai Kuat, warna Ringan, anti Murah, untuk kusen 9

46 alami, terkesan rayap, perawatan interior seperti mewah, namun perawatan mudah, ringan, pintu kamar. mahal, tidak mudah, tahan tahan air Kemudian daya tahan air, air, pembuatan namun tidak tahan alumunium mudah dimakan dan kokoh, mudah lebih tahan lama rayap dan pemasangan retak/patah dan lebih modern perawatan cepat, terkesan dapat dipakai pada mahal modern, kurang eksterior. kokoh Sedangkan pvc dipakai untuk kamar mandi agar tahan lama Plafond Gypsum GRC Board Beton ekspose Gypsum di pilih Harga relatif Ringan, tahan Tanpa plafond karena mudah murah, mudah air, tidak dalam pemasangan pemasangannya, mudah lapuk, dan nantinya akan mudah namun perlu ada di hampir dibentuk, diberi rangka semua ruangan sambungan bias permodul dan tidak terlihat, terlihat adanya tidak tahan air nat atau sambungan Atap Beton (Atap Genteng Modifikasi Penggunaan atap datar) Keramik (alumunium datar di gunakan Praktis, tidak Tahan lama, composit) untuk menunjang perlu rangka, warna tidak Pemasangan service. kesan modern, mudah luntur, mudah dan Kemudian rawan bocor, sudut cepat, kesan alumunium dan juga ruang kemiringan modern, kuat, composit dapat dibawahnya atap minumun tahan panas, berguna untuk menjadi panas harus 30o, dan rapi, namun ruangan tertentu pemasangan pemasangan perlu ketelitian perlu ketelitian 92

47 IV.3.0 Sistem Utilitas. Penghawaan Penghawaan dapat terbagi 2 yaitu: Penghawaan Buatan Pada bangunan wisma atlet, penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner (AC). Air Conditioner digunakan untuk kamar tidur, gym, koridor, ruang serbaguna dan hampir semua ruangan yang ada pada bangunan. AC yang di gunakan memiliki 2 jenis AC yaitu split dan central. Untuk AC split dapat di letakkan untuk kamar tidur agar memudahkan atlet dalam pengaturan suhu yang nyaman sesuai kondisi kenyamanan mereka. Dalam AC split harus di lengkapi oleh outdoor unit. Peletakkan outdoor unit dapat di letakkan pada bagian balkon kamar. Sedangkan untuk AC central di fungsikan pada seluruh bagian podium dan area servis lainnya seperti koridor. Untuk AC central dibutuhkan ruangan semacam ruang kontrol yaitu AHU yang ada pada tiap lantainya. Penghawaan Alami Udara yang berasal dari penghawaan alami adalah udara langsung dari lingkungan luar yang masuk ke dalam bangunan. Untuk wisma atlet, ruangan yang secara langsung merasakan udara dari lingkungan luar adalah ruang terbuka yang di peruntukkan untuk atlet bersantai. Hal ini di lakukan agar atlet dapat merasakan atmosfer yang berbeda. Selain itu, udara dari lingkungan luar juga dapat di rasakan oleh penghuni yang berada dalam ruangan karena jendela ada yang dapat dibuka dan tidak semua ruangan memakai jendela mati termasuk pada kamar tidur. 2. Air Penyediaan air bersih pada proyek wisma atlet bersumber dari PDAM. Hal ini di sebabkan jika mengambil air tanah tidak akan efisien (pengeboran tanah yang cukup dalam, daya sedot pompa lebih besar) selain itu dapat 93

48 mengganggu keseimbangan lingkungan. Berikut adalah penyediaan air bersih: contoh sistem Gambar IV.3.0. Sistem air bersih Sumber : Google Image Search Pada gambar di atas, dapat di ketahui bahwa air bersih yang datang di tampung di tangki bawah dan kemudian di dorong ke tangki atas. Setelah itu barulah air bersih akan di distribusikan ke kamar mandi. Untuk kemudahan dan penghematan air, kamar mandi menggunakan shower. 3. Pengolahan dan Pembuangan Limbah Pembuangan limbah dari kamar mandi menggunakan shaft-shaft pipa yang di letakkan berbatasan dengan koridor untuk kemudahan akses serta tidak menganggu view dari luar bangunan. Gambar IV Shaft pipa kamar mandi Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; 2005 Untuk limbah padat pada kamar mandi, akan langsungg di salurkan ke STP yang nantinya akan di olah dan dapat di buang ke riol kota tanpa adanya pencemaran. Sedangkan untuk limbah cair yang berasal dari kamar mandi 94

49 maupun limbah cucian, di salurkan ke sumur resapan kemudian akan di buang ke riol kota. Selain itu, untuk pembuangan air hujan akan dialirkan melalui pipa yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam sumur resapan. Setelah proses dari sumur resapan, limbah dapat dibuang ke riol kota. Pembuangan ke riol kota dapat dilakukan karena limbah sudah di saring dalam sumur resapan sehingga limbah nantinya tidak menimbulkan bau. 4. Sistem Keamanan Kebakaran Tabel IV.3.0. Sistem keamanan kebakaran Alat Gambar Keterangan Hydrant Hydrant berfungsi sebagai Sumber : Google Image Search pemadam kebakaran yang letaknya berada di area yang mudah terjangkau Sprinkler Pola sprinkler: Sumber : Google Image Search 5. Listrik Sumber listrik di proyek wisma atlet ini berasal dari PLN. Namun untuk mencegah dan antisipasi listrik padam tiba-tiba, maka di tambahkan generator atau genset pada bangunan sebagai listrik cadangan wisma atlet. Peletakkan genset berada pada area servis lantai dasar agar jika ada proses perbaikan dapat mudah dijangkau oleh petugas maupun alat-alat reparasi. 95

50 Gambar IV Skema listrik Sumber : Panduan Sistem Bangunann Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; Penangkal Petir Penangkal petir menjadi salah satu upayaa sebagai sistem keamanan bangunan yang optimal. Penangkal petir yang di gunakan memakai sistem Thomas. Sistem Thomas adalah sistem penangkal petir yang memiliki jangkauan perlindungan luas yaitu untuk daerah di sekitar bangunan yang dapat terlindungi mencapai radius 60 m dan luasan lahan yang masih terlindungi dalam area perlindungannya berada dalam radius 25 m. Gambar IV Penangkal petir Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; Sistem Pembuangan Sampah Untuk sistem pembuangan sampah, proses yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem shaft atau sebuah ruangan shaft yang berada di tiap lantainya dan langsung berhubungan dengan lantai dasar. Padaa lantai dasarnya sendiri terdapat ruangan penampungan sampah sementara sebelum diambil oleh 96

51 mobil sampah yang datang tiap minggunya. Proses pembuangann sampah melalui shaft terhitung mudah dan efisien karena tidak perlu harus repot membawa sampah dari tiap lantai, hanya cukup membuang sampah pada lubang shaft sampah. Gambar IV Shaft Sampah Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae; Sistem Pengamanan o Bangunan Untuk pengamanan bangunan, wisma atlet menggunakan teknologi seperti CCTV, alarm pencurian dan metal detector. Hal ini di lakukan untuk meningkatkan rasaa aman penghuni. o Kamar Sistem pengamanan kamar di fokuskan pada pengamanan di kunci kamar. Pengamanan yang di pilih adalah pemakaian kartu khusus yang hanya boleh di miliki oleh penghuni. Selain itu sistem kartu juga dapat memudahkan dalam penyimpanan karena lebih efisien. Gambar IV Pengamanan pintu kamar Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, Msae;

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan. Konsep perancangan kegiatan dalam Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS BAB IV ANALISIS Analisis permasalahan yang ada dilakukan berdasarkan pada metode Broadbent yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. 4.1 Aspek Manusia Analisis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Kualitas Ruang V.1.1 Skema Hubungan Makro Main Entrance Apartemen Entrance Plaza Parkir Lobby Fasilitas seni & Lobby Apartemen Pusat Perbelanjaan Fasilitas Service Pengelola

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Aspek Manusia V.1.1 Pelaku, Karakter dan Kegiatan Terdapat empat jenis pelaku dalam hotel transit dijelaskan dalam tabel perbandingan, diantaranya; Tabel V.1 Pelaku,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

STADION AKUATIK DI SEMARANG

STADION AKUATIK DI SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Program ruang disini dibedakan sesuai dengan kelompok jenis kegiatan dan fungsinya, yaitu kelompok kegiatan umum,

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di BAB V KONSEP V. 1. KONSEP PENGGUNA Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di Kemanggisan Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 1. Target pasar utama adalah mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Pelaku Kegiatan Pelaku pelaku yang melakukan aktivitas pada hotel diantaranya adalah : a. Pengunjung Pengunjung hotel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Sistem modular adalah metoda pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730 Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit Jumlah Kios = 90 bh (rata-rata memiliki karyawan 2 orang) Jumlah Los (grosir) = 230 bh (rata-rata memiliki karyawan 1 orang) Total = (90x3) + (230x2) = 730 orang Prosentase

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar.

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar. BAB V KONSEP V.1. Konsep Lingkungan V.1.1. Zoning Tapak Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Publik Berada dibagian depan dan sekitar area bangunan untuk memberikan akses bagi pengunjung untuk menikmati

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan.

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar dalam suatu perguruan tinggi dibutuhkan suatu suasana dan lingkungan yng mendukung.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental friendly development.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan

Lebih terperinci

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Rendy Hasan Sazali NIM : 1100051463 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Rekapitulasi Program Ruang JENIS RUANG JUMLAH (UNIT) LUAS TOTAL (m 2 ) INDOOR Ruang Kegiatan Hunian

Lebih terperinci

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat

Bab III. Aspek Tanah dan Arsitektural Desain. : Puri Indah, Jakarta Barat Bab III Aspek Tanah dan Arsitektural Desain 3.1 Peta dan Tapak Tanah Nama usaha Peruntukan lahan Letak tapak : Tridith Venue : Bangunan serbaguna : Puri Indah, Jakarta Barat Luas tapak : 4.068 m² Luas

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1 Program Dasar Perencanaan Dalam perencanaannya, asrama ini merupakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya tentang analisis maka ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. Dasar Perencanaan Dan Perancangan Judul dari perancangan ini adalah kostel yang berarti singkat koskosan hotel. Sebuah fenomena baru di bidang hunian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci